Ba’i (Jual Beli) Presentasi

18
BA’I (JUAL BELI) Oleh : Dany Adi Saputra F0312038

description

FIQH MUAMALAH

Transcript of Ba’i (Jual Beli) Presentasi

BAI (JUAL BELI)

BAI (JUAL BELI)Oleh :Dany Adi SaputraF0312038Pengertian Jual BeliMenurut etimologi, jual beli diartikan sebagai pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain.Kata lain dari al-bai adalah asy-syira, al-mubadah, dan at-tijarah.Sedangkan menurut terminologi, para ulama berpendapat bahwa :Menurut Ulama HanafiyahPertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan).Menurut Imam Nawawi dalam Al-MajmuPertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan.Menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al-MugniPertukaran harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.Landasan SyaraJual beli disyariatkan berdasarkan Al-Quran, Sunnah, dan Ijma, yakni :Al-Quran, diantaranya :Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS Al-Baqarah : 275)Dan persaksikanlah apabila kamu berjualbeli. (QS Al-Baqarah : 282)Kecuali dengan jalan perniagaan yang dilakukan suka sama suka. (QS An-Nisa : 29)As-SunnahNabi SAW ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab, seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur. (HR Bajjar, Hakim menyahihkannya dari Rifaah Ibn Rafi)IjmaUlama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.Rukun dan Pelaksanaan Jual BeliMenurut Ulama Hanafiyah, rukun jual beli adalah ijab dan qabul yang menunjukkan pertukaran barang secara rida, baik dengan ucapan maupun perbuatan.Sedangkan menurut jumhur ulama ada empat, yaitu :Bai (penjual)Mustari (pembeli)Shighat (ijab dan qabul)Maqud alaih (benda atau barang)Syarat Jual BeliDalam jual beli ada empat macam syarat, yaitu syarat terjadinya akad (iniqad), syarat sahnya akad, syarat terlaksanakannya akad (nafadz), dan syarat lujum.Tujuan adanya syarat tersebut antara lain untuk menghindari pertentangan diantara manusia, menjaga kemaslahatan orang yang sedang akad, dan menghindari jual beli gharar (terdapat unsur penipuan).Jika tidak memenuhi syarat terjadinya akad, akad tersebut batal. Jika tidak memenuhi syarat sahnya, menurut ulama Hanafiyah akad tersebut fasid. Jika tidak memenuhi syarat nafadz, akad tersebut mauquf yang cenderung boleh. Jika tidak memenuhi syarat lujum, akad tersebut mukhayyir (pilih-pilih), baik khiyar untuk menetapkan maupun membatalkan.Menurut Ulama Hanafiyah1. Syarat Terjadinya Akad (Iniqad)Syarat aqid (orang yang akad)Berakal dan mumayyizAqid harus berbilang, sehingga tidaklah sah akad dilakukan seorang diri. Minimal dilakukan dua orang, yaitu pihak yang menjual dan membeli.Syarat dalam akadAhli akadQabul harus sesuai dengan ijabIjab dan qabul harus bersatuTempat akadMaqud alaih (objek akad)Maqud alaih harus adaHarta harus kuat, tetap, dan bernilaiBenda tersebut milik sendiriDapat diserahkan2. Syarat Pelaksanaan Akad (Nafadz)Benda dimiliki aqid atau berkuasa untuk akadPada benda tidak terdapat milik orang lainJual beli nafidzJual beli mauqufSyarat Sah AkadSyarat umum, berhubungan dengan semua bentuk jual beli yang telah ditetapkan syaraSyarat khusus, hanya ada pada barang-barang tertentuSyarat lujum (kemestian)Madzhab MalikiSyarat aqidPenjual dan pembeli harus mumayyizKeduanya merupakan pemilik barang atau yang dijadikan wakilKeduanya dalam keadaan sukarelaPenjual harus sadar dan dewasaSyarat dalam shighatTempat akad harus bersatuPengucapan ijab dan qabul tidak terpisahSyarat harga dan yang dihargakanBukan barang yang dilarang syaraHarus suci, maka tidak dibolehkan menjual khamr, dllBermanfaat menurut pandangan syaraDapat diketahui oleh kedua orang yang akadDapat diserahkan

Madzhab SyafiiSyarat aqidDewasa atau sadarTidak dipaksa atau tanpa hakIslam Pembeli bukan musuhSyarat shighatBerhadap-hadapanDitujukan pada seluruh badan yang akadQabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijabHarus menyebutkan barang atau hargaKetika mengucapkan shighat harus disertai niat/maksudPengucapan ijab dan qabul harus sempurnaIjab dan qabul tidak terpisah, tidak diselingi waktu yang terlalu lamaAntara ijab dan qabul tidak terpisah dengan pernyataan lainTidak berubah lafadzBersesuaian antara ijab dan qabul secara sempurnaTidak dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan akadTidak dikaitkan dengan waktuSyarat maqud alaih (barang)SuciBermanfaatDapat diserahkanBarang milik sendiri atau menjadi wakil orang lainJelas dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad

Madzhab HambaliSyarat aqidDewasaAda keridaanSyarat shighatBerada ditempat yang samaTidak terdapat pemisah yang menggambarkan adanya penolakanTidak dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan akadSyarat maqud alaihHarus berupa hartaMilik penjual secara sempurnaBarang dapat diserahkan ketika akadBarang diketahui oleh penjual dan pembeliHarga diketahui oleh kedua pihak yang akadTerhindar dari unsur-unsur yang menjadikan akad tidak sah (riba)

10Hukum (Ketetapan) Bai Beserta Pembahasan Barang Dan Harga1. Hukum AkadKetetapan akad adalah menjadikan barang milik pembeli dan menjadikan uang atau harga milik penjual.Hukum akad dibagi menjadi tiga :Dimaksudkan sebagai taklif, yang berkaitan dengan wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah.Dimaksudkan sesuai sifat-sifat syara dan perbuatan, yaitu sah, luzum, dan tidak luzum.Dimaksudkan sebagai dampak tasharruf syara seperti wasiat yang memenuhi ketentuan syara berdampak pada beberapa ketentuan, baik bagi orang yang diberi wasiat maupun bagi orang atau benda yang diwasiatkan.

2. Tsaman (Harga) dan Mabi (Barang Jualan)Pengertian Harga dan MabiSecara umum, mabi adalah perkara yang menjadi tentu dengan ditentukan. Sedangkan harga adalah perkara yang tidak tentu dengan titentukan.Penentuan Mabiadalah penentuan barang yang akan dijual dari barang-barang lainnya yang tidak akan dijual, jika penentuan tersebut menolong atau menentukan akad, baik pada jual beli yang barangnya ada di tempat akad atau tidak.Perbedaan Harga, Nilai, dan Utang- Harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang direlakan dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang. Biasanya, harga dijadikan penukar barang yang diridai oleh kedua pihak yang akad.- Nilai, sesuatu yang dinilai sama menurut pandangan manusia.- Utang adalah sesuatu yang menjadi tanggungan seseorang dalam urusan harta, yang keberadaannya disebabkan adanya beberapa iltijam, yakni keharusan untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu untuk orang lain, seperti merusak harta gashab, berutang.Perbedaan Mabi dan HargaSecara umum uang adalah harga, sedangkan mabi, adalah barang yang dijual.Jika tidak menggunakan uang, barang yang akan ditukarkan adalah mabi dan penukarnya adalah harga.Ketetapan Mabi dan HargaMabi disyaratkan haruslah harta yang bermanfaat, sedangkan harga tidak disyaratkan demikian.Mabi disyaratkan harus ada dalam kepemilikan penjual, sedangkan harga tidak disyaratkan demikian.Tidak boleh mendahulukan harga pada jual beli pesanan, sebaliknya mabi harus didahulukan.Orang yang bertanggung tawab atas harga adalah pembeli, sedangkan yang bertanggung jawab atas barang adalah penjual.Menurut ulama hanafiyah, akad tanpa menyebutkan harga adalah fasid dan akad tanpa menyebutkan mabi adalah batal.Mabi rusak sebelum penyerahan adalah batal, sedangkan bila harga rusak sebelum penyerahan,tidak batal.Tidak boleh tasharruf atas barang yang belum diterimanya, tetapi dibolehkan bagi penjual untuk tasharruf sebelum menerima.

13Hukum Dan Sifat Jual BeliJumhur Ulama membagi menjadi dua macam, jual beli yang sah dan yang tidak sah. Jual beli yang sah adalah jual beli yang memenuhi ketentuan syara, sedangkan jual beli yang tidak sah adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli menjadi rusak atau batal.Menurut Ulama HanafiyahJual beli sahih adalah jual beli yang memenuhi ketentuan syariat. Hukumnya, sesuatu yang diperjualbelikan menjadi milik yang melakukan akad.Jual beli batal adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu rukun, atau tidak sesuai dengan syariat.Jual beli rusak adalah jual beli yang sesuai dengan ketentuan syariat pada asalnya, tetapi tidak sesuai dengan syariat pada sifatnya. Seperti jual beli yang dilakukan oleh orang mumayyiz, tetapi bodoh sehingga menimbulkan pertentangan.

Jual Beli Yang Dilarang Dalam IslamTerlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad)Jual beli orang gilaJual beli anak kecil (belum baligh)Jual beli orang butaJual beli terpaksaJual beli fudhul (tanpa seizin pemilik)Jual beli orang yang terhalangJual beli malja adalah Jual beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk menghindar dari perbuatan zalim.Terlarang Sebab ShigatJual beli muathah adalah Jual beli yang telah disepakati oleh pihak akad, berkenaan dengan barang maupun harganya, tetapi tidak memakai ijab qabul.Jual beli melalui surat atau melalui utusan tetapi tidak sampai ke tangan yang dimaksud.Jual beli barang yang tidak ada ditempat akadJual beli bersesuaian antara ijab dan qabulJual beli munjiz adalah yang dikaitkan dengan suatu syarat atau ditangguhkan pada waktu yang akan datang.

Terlarang Sebab Maqud Alaih (Barang Jualan)Jual beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak adaJual beli yang tidak dapat diserahkanJual beli ghararJual beli yang najis dan yang terkena najisJual beli airJual beli barang yang tidak jelasJual beli yang tidak ada di tempat akad, tidak dapat dilihatJual beli sesuatu sebelum dipegangJual beli buah-buahan atau tumbuhan (yang belum matang)Terlarang Sebab SyaraJual beli ribaJual beli dengan uang dari barang yang diharamkanJual beli barang dari hasil pencegatan barangJual beli waktu azan JumatJual beli anggur untuk dijadikan khamrJual beli induk tanpa anaknya yang masih kecilJual beli barang yang sedang dibeli oleh orang lainJual beli memakai syarat jika hanya bermanfaat bagi salah satu yang akad

Macam-macam Jual BeliJual beli berdasarkan pertukarannya :Jual-beli saham (pesanan)Jual-beli saham adalah jual beli melalui pesanan, yakni jual beli dengan cara menyerahkan terlebih dahulu uang muka kemudian barangnya diantar belakangan.Jual-beli muqayadhah (barter)Jual beli muqayadhah adalah jual beli dengan cara menukar barang dengan barang, seperti menukar sepatu dengan baju.Jual-beli muthlaqJual beli muthlaq adalah jual beli barang dengan sesuatu yang telah disepakati sebagai alat pertukaran, seperti uang.Jual-beli alat penukar dengan alat penukarJual beli alat penukar dengan alat penukar adalah jual beli barang yang biasa dipakai sebagai alat penukar dengan alat penukar lainnya, seperti uang perak dengan uang emas.

Jual beli berdasarkan segi harga :Jual-beli yang menguntungkan (al-murabbahah)Jual-beli yang tidak menguntungkan, yaitu menjual dengan harga aslinya (at-tauliyah).Jual-beli rugi (al-khasarah)Jual-beli al-musawah, yaitu penjual menyembunyikan harga aslinya, tetapi kedua orang yang akad saling meridai, jual beli seperti ini yang berkembang sekarang.