BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA...

107
BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA GURAU DALAM KITAB IHYÂ` ‘ULÛM AL-DÎN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh Zaenuri NIM: 1110034000056 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M

Transcript of BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA...

Page 1: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA GURAU

DALAM KITAB IHYÂ` ‘ULÛM AL-DÎN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh

Zaenuri

NIM: 1110034000056

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M

Page 2: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Oktober 2014

Zaenuri

Page 3: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:
Page 4: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:
Page 5: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

i

ABSTRAK

Zaenuri

Bahaya Lisan : (Studi Kualitas Hadis Senda Gurau dalam Kitab Ihyâ`‘Ulûm

al-Dîn)

Lisan merupakan salah satu anggota tubuh yang mempunyai beberapa

fungsi, diantaranya untuk berbicara. Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak

pernah luput dari peran lisan karena lisan adalah sarana untuk berkomunikasi

dengan yang lainnya. Lisan ibarat dua mata pedang yang pada sisi lain bisa

membawa manfaat dan di sisi lain bisa membawa mudharat.

Dalam kitab Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn karya imam al-Ghazali terdapat

pembahasan yang membahas tentang bahaya lisan, salah satu poinnya adalah

senda gurau. Senda gurau memang suatu hal yang biasa dilakukan dalam upaya

untuk mencairkan suasana sebagai refreshing agar suasana tidak terlalu kaku.

Namun dalam senda gurau juga harus memperhatikan etika-etika agar tidak

menyinggung pihak lain.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan library

research yaitu dengan mengumpulkan data-data yang terdapat dalam sumber

primer yaitu kitab Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn dan sumber sekunder yaitu buku-buku,

skripsi, artikel, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pembahasan

penelitian ini.

Dalam kajian terhadap hadis Nabi, penulis menemukan hadis-hadis yang

berhubungan dengan senda gurau yang terdapatdalam kitab Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn

pada bab Bahaya Lisan. Dari sekian banyak hadis Nabi yang menjadi pembahasan

tentang senda gurau,penulis hanya meneliti empat hadis sebagai sampel dari 20

hadis senda gurau yang terdapat dalam kitab Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn.Setelah ditelusuri

kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ditemukanlah sebagai

berikut: hadis pertama yang menjelaskan larangan bersenda gurau dan kualitas

hadisnyaadalah hasan, hadis kedua yang menerangkan akibat apabila seseorang

bersenda gurau dan kualitas hadisnya adalah hasan, hadis ketiga yang

menjelaskan Nabi juga bersenda gurau kecuali kebenaran dan kualitas hadisnya

adalah sahih, dan hadis keempat yang menerangkan bagaimana Nabi tertawa

ketika bersenda gurau dan kualitas hadisnya adalah sahih.

Page 6: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

ii

Kata Pengantar

Syukur yang sangat mendalam saya curahkan kepada Allah swt. Atas semua

yang telah Allah berikan selama ini kepada saya, baik nikmat, karunia, hidayah, dan

cobaan. Sehingga dengan mengucapkan Alhamdulillah akhirnya skripsi ini bisa saya

selesaikan.

Salawat serta salam, saya junjungkan untuk Nabi Muhammad saw. Sebagai

tauladan bagi kita semua, dengan akhlak mulianya sehingga kita patut untuk

mengikuti jejak beliau.

Selanjutnya, dalam usaha menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari

sepenuhnya akan keterbatasan waktu, pengetahuan, dan biaya sehingga tanpa bantuan

dan bimbingan dari semua pihak tidaklah mungkin berhasil dengan baik. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini tidaklah berlebihan apabila penulis mengucapkan banyak

terimakasih kepada:

- Bapak Maulana, M.Ag, selaku pembimbing dalam pembuatan skripsi

saya, yang tidak pernah lelah untuk memotivasi supaya bisa lebih

semangat dan terus meperbaiki dalam pembuatan skripsi ini.

- Ibu Lilik Ummi Kaltsum, selaku ketua jurusan Tafsir Hadis beserta

sekretaris prodi Tafsir Hadis, Bapak Jauhar Azizy.

- Seluruh dosen jurusan Tafsir Hadis yang telah member pengetahuan

kepada saya dari semester awal sampai semester akhir ini, beserta

seluruh staf dan karyawan yang bekerja di Fakultas Ushuluddin.

- Kedua orang tua saya, H. Zawawi dan Hj. Ely Horyanti, yang sangat

saya sayangi, yang selalu member saya semangat dalam menjalani

Page 7: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

iii

kehidupan ini, dan telah banyak berkorban untuk saya baik secara

materi maupun non materi.

- Seluruh keluarga saya, dari jalur baba dan mama, yang selalu

memberikan support kepada saya selama ini dan saya harapkan

kehadiran kalian ketika saya wisuda nanti.

- Khusushan untuk Ukhty yang selalu memberikan support, kekuatan

serta semangat dalam menyusun skripsi ini hingga selesai.

- Semua teman-teman seperjuangan, keluarga besar TH B 2010 yang

tetap menjaga kekompakan dan tali silaturrahmi, serta seluruh

mahasiswa/i angkatan 2010.

Demikian kata pengantar dari penulis, mudah-mudahan penelitian ini dapat

diambil manfaat untuk kita, amin.

Jakarta, 7 Oktober 2014

Page 8: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................. iv

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................ 6

C. TinjauanPustaka ………………………………. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................... 7

E. Metodologi Penelitian ........................................ 8

F. Sistematika Penulisan ......................................... 11

BAB II BIOGRAFI AL-GHAZALI

A. Riwayat Hidup al-Ghazali.................................. 12

B. Sekilas mengenai Kitab Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn........ 17

1. Isi Kitab......................................................... 17

2. Pendapat Ulama.......................................... 20

BAB III LISAN DAN SENDA GURAU

A. Pengertian Lisan dan Senda Gurau................... 23

B. Etika Senda Gurau............................................ 25

C. Pandangan Ulama…………………………….. 30

BAB IV STUDI KRITIK HADIS SENDA GURAU

A. Pengertian dan Kedudukan Hadis .................... 32

B. Takhrîj Hadis .................................................... 33

Page 9: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

v

C. Kritik Sanad Hadis ........................................... 39

D. Kritik Matan Hadis ............................................ 41

E. Kritik Hadis Tentang Senda Gurau…………… 43

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................... 89

B. Saran-saran ........................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin

T ط .16 ا .1

Z ظ .B 17 ب .2

‘ ع .T 18 ت .3

gh غ .Ts 19 ث .4

F ف .J 20 ج .5

Q ق .H 21 ح .6

K ك .Kh 22 خ .7

L ل .D 23 د .8

M م .Dz 24 ذ .9

N ن .R 25 ر .10

W و .Z 26 ز .11

H ه .S 27 س .12

` ء .Sy 28 ش .13

Y ي S 29 ص .14

D ض .15

Vokal Panjang

TandaVokal Arab TandaVokal Latin

 نا

Î ني

Û نو

Page 11: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

vii

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال

dialih aksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun

huruf qamariyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl.

Syaddah/tasydîd

Syaddah atau tasydîd yang dalam tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah

tanda , dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu menggandakan

huruf yang diberitanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyyah. Contoh: الضرورة tidak tertulis ad-darûrah

melainkan al-darûrah.

Page 12: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lisan merupakan karunia yang amat vital dan sangat penting pada manusia.

Lisan juga merupakan bagian tubuh yang paling banyak digunakan dalam keseharian.

Oleh karena itu sangat penting untuk menjaga lisan, apakah banyak kebaikannya

dengan menyampaikan yang hak ataupun malah terjerumus ke dalam dosa dan

maksiat. Lisanlah yang menghubungkan manusia dengan manusia, lisanlah yang

menciptakan segala bahasa, lisanlah yang memberi suara semua pikiran dan cita,

lisanlah yang memperindah nyanyi dan irama, lisan yang memberi nasihat dapat

menerangkan gelora amarah dalam dada.1 Allah swt telah menyebutkan dalam

firman-Nya salah satu nikmat yang besar yang diberikan kepada manusia berupa

lisan:

“(Tuhan) yang Maha pemurah. Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia

menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (QS. Ar-Rahmaan : 1-4)

Namun, masih banyak orang yang kurang menyadari akan bahaya lisan ini,

sehingga banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi disebabkan oleh lisan itu

sendiri, seperti kasus pembakaran rumah, pembakaran kios, kerusuhan, tawuran

massal, baku hantam antar warga masyarakat, sampai keributan pun terjadi di

kalangan pejabat. Hal ini terjadi karena lisan yang tak dijaga dengan baik sehingga

menyebabkan kesenjangan sosial dalam masyarakat.2

1 Imam al-Ghazali, Bahaya Lidah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 2

2 Dikalustian Rizkiputra, Bahaya Lisan dan Pencegahannya dalam al-Qur‟an, (Skripsi S1, Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), no. 2886, h. 3

Page 13: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

2

Agar umatnya tidak saling bertengkar dan terpecah belah karena lisan, Nabi

memberikan cara khusus untuk tidak menggunakan lisan kepada hal-hal yang bisa

menjerumuskan seseorang ke dalam bahayanya, yaitu dengan cara diam. Nabi saw

bersabda:

“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah

menceritakan kepada kami Abu al-Ahwash dari Abu Hushain dari Abu Shalih dari

Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata,

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah dia menyakiti

tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah

dia memuliakan tamunya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,

maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam.”

Di samping itu, al-Ghazali dalam bukunya menyatakan bahwa seseorang wajib

untuk memelihara lisan. Sebab, di antara anggota badan dan panca indera yang paling

banyak menimbulkan kerusakan adalah mulut.4

Salah satu bahaya lisan yang telah menyebar di kalangan masyarakat Islam

dan sudah menjadi kebiasaan adalah senda gurau. Setiap hari dalam kehidupan zaman

sekarang ada saja senda gurau yang dimunculkan dalam setiap kesempatan baik itu

formal maupun non formal. Sebenarnya hal itu tidak dilarang dalam agama Islam,

namun yang menjadi masalah adalah sudah banyak sekali di zaman sekarang yang

berlebihan dalam bersenda gurau. Acara-acara seminar sering sekali memunculkan

senda gurau yang berlebihan dari para nara sumber yang biasanya dilakukan dengan

3 Abi Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya „Ulumuddin, jilid III, (Beirut: Daar al-Fikr,

2002), h. 116. Lihat juga Muslim ibn Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, jilid I,

(Beirut: Daar al-Fikr), h. 68. 4 Imam al-Ghazali, Wasiat Imam Ghazali Minhajul Abidin (Jakarta: Darul Ulum Press, 1986), h. 140.

Page 14: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

3

menggunakan lisan atau perbuatan yang bertujuan untuk membuat suasana menjadi

lebih hidup atau sebagai icebreaking dalam komunikasi yang membeku. Sekarang

banyak juga dalam acara televisi yang hampir disetiap chanel menampilkan acara-

acara berbentuk senda gurau yang berlebihan dengan hal-hal berbagai macam bentuk

yang terkadang membuat seseorang merasa sakit hati ataupun tersinggung, disadari

atau tidak hal-hal seperti itulah yang membuat senda gurau menjadikan bahaya pada

diri seseorang. Dalam hadis Nabi disebutkan:

“Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ishaq berkata; telah mengabarkan

kepada kami Abdullah telah mengabarkan kepada kami Az Zubair bin Sa'id lalu ia

menyebutkan hadits dari Shafwan bin Sulaim berkata; dan Shafwan bin Sulaim telah

menceritakan juga dari 'Atho` bin Yasar dari Abu Hurairah dari Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Seorang laki-laki mengatakan suatu

kalimat yang dengannya ia ingin menjadi bahan tertawaan orang-orang

disekelilingnya, maka ia akan masuk ke dalam neraka sejauh bintang-bintang di

langit."

Bahkan yang lebih mengherankan, orang-orang Indonesia yang bermayoritas

pemeluk agama Islam seakan senang sekali dipertontonkan dengan sebuah acara

senda gurauan. Hal itu terbukti dengan banyaknya acara-acara senda gurau yang

menjadi rating tertinggi di dalam penayangan acara televisi di Indonesia. Sebagai

salah satu acara yang di dalamnya banyak sekali senda gurauan, program YKS (Yuk

Keep Smile)6 lah yang dapat menyita perhatian public Indonesia dengan menempati

rating teratas. Dalam salah satu sumber meyebutkan “Banyak yang menilai bahwa

program YKS tidak mendidik dan dapat merusak moral. Selain itu program YKS juga

pernah berkali-kali mendapat teguran KPI karena dinilai melanggar norma kesopanan

5 Ahmad bin Hambal, Musnad li al-imam Ahmad ibn Hambal, (Beirut: Dar al-Fikri, 1991(.

6 Tayangan yang awalnya bernama “Yuk Kita Sahur” untuk mengisi program ramadhan di Trans TV

kini berubah nama menjadi “Yuk Keep Smile”.

Page 15: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

4

dan membuat lawakan yang menyerang fisik dan kehormatan seseorang. Anehnya,

justru setelah mendapat teguran berkali-kali dari KPI, bukannya tenggelam dan mati

karena ditinggal sponsor (iklan) dan penontonnya, justru YKS semakin berkibar dan

menempati rating dan share yang semakin tinggi. Dan untuk kasus YKS, semakin

dihujat dan dicaci maki ternyata rating dan sharenya semakin menjulang ini membuat

YKS menjadi “raja rating” di Indonesia”.7

Rasulullah Shalallahu „alaihi wasallam juga melakukan senda gurau akan

tetapi itu bertujuan untuk sebuah maslahat, yaitu menyenangkan hati lawan bicara dan

beramah tamah dengannya bukan untuk senda gurau yang berlebihan apalagi dengan

mencela orang lain yang membuat seseorang sakit hati atau tersinggung.8

Dalam sabda Nabi saw:

Artinya: “Sesungguhnya aku juga bercanda dengan mu namun aku tidak

berkata kecuali yang benar.”

Dalam realita kehidupan sekarang ini, ternyata masih banyak sekali orang

yang tidak tahu tentang senda gurau sebagai salah satu bahaya lisan dan tidak

memperhatikan terhadap masalah kecil ini. Bahkan masih banyak orang-orang yang

tidak menyadari bahwa ia sesungguhnya telah menggunakan lisannya untuk bersenda

gurau dengan tidak baik di dalam setiap pembicaraan sehingga tanpa disadari akan

mengakibatkan bahaya terhadap dirinya sendiri.

7http://media.kompasiana.com/new-media/2014/01/06/yks-semakin-dihujat-ratingnya-semakin-

menjulang-624438.html diakses pada tanggal 10 Juli 2014

8 http://wika-online.blogspot.com/2013/01/humor-dalam-islam.html diakses pada tanggal 10 Juli 2014

9 Abî Hisyâm Muhammad bin „Isâ bin Tsaurah, Sunan Tirmîdzî, Beirut:Dâr al-Ma‟rifah, 2002.

Page 16: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

5

Hadis sebagai salah satu pedoman bagi umat Islam selain al-Qur‟an, sudah

selayaknya menjadi salah satu referensi utama pula terhadap permasalahan-

permasalahan yang ada di dalam segala aspek kehidupan yang terjadi pada manusia

yang menganut agama Islam di dunia ini.

Dalam kesempatan ini, penulis akan mengkhususkan diri untuk mengambil

salah satu kitab yang memuat berbagai hadis Nabi saw yang salah satunya hadis

tentang senda gurau yaitu kitab Ihyâ` „Ulûm al-Dîn karya Imam al-Ghazali. Imam al-

Ghazali yang di zamannya terkenal sebagai tokoh yang menjadi panutan masyarakat

saat itu, menjadi sandaran umat, menjadi hujjah, yang tentunya dalam perjalanan

hidupnya beliau tidaklah akan dengan beraninya mempertaruhkan dirinya dalam

sebuah kebatilan dengan cara mengutip kata-kata sembarangan yang kemudian

diklaim sebagai kata-kata Nabi. Namun, di dalam kitab Ihyâ` „Ulûm al-Dîn ini al-

Ghazali banyak mengutip hadis-hadis Nabi dan sama sekali tidak menyertakan sanad-

sanad secara lengkap dan juga tidak mencantumkan kualitas hadisnya.

Ibnu al-Jauzi salah satu ulama yang kontra terhadap al-Ghazali, beliau

mengkritik al-Ghazali dalam masalah hadis dengan memberikan julukan kepada al-

Ghazali sebagai “pencari kayu di malam hari”, maksudnya mengambil setiap yang

ditemuinya tanpa ada penyeleksian atau penyaringan terlebih dahulu.10

Dengan demikian penulis berinisiatif untuk meneliti hadis-hadis yang berada

di dalam kitab Ihyâ` „Ulûm al-Dîn khususnya dalam poin senda gurau karena kitab ini

sering disajikan dalam pembelajaran oleh para kyai/ustadz kepada masyarakat atau

para santri dengan harapan masyarakat dan santri dapat memiliki moral yang tinggi.

Akan tetapi yang patut diperhatikan juga adalah apakah hadis-hadis tersebut dapat

diamalkan atau tidak.

10

Ahmad Satori Ismail, Pro-Kontra Pemikiran al-Ghazali, (Surabaya: Risalah Gusti, 1997), h.149

Page 17: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

6

Penulis akan mencoba meneliti apa saja bahaya lisan yang di paparkan al-

Ghazali dalam kitabnya, dan dalam penelitian penulis, hal ini akan menjelaskan

bagaimana kualitas hadis senda gurau yang terdapat dalam kitab Ihyâ` „Ulûm al-Dîn

sehingga penelitian ini -dalam harapan penulis- akan membuka cara pandang

masyarakat luas umat Islam tentang lisan khususnya berkaitan dengan senda gurau

menurut al-Ghazali maupun para ulama. Karena itu, penulis akan membuat sebuah

penelitian hadis yang bertemakan “Bahaya Lisan: (Studi Kualitas Hadis Senda

Gurau dalam Kitab Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn)”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Masalah lisan merupakan masalah yang cukup luas dan penting dalam

kehidupan bermasyarakat, dan di dalam hadis banyak sekali yang menjelaskan

mengenai bahaya lisan. Namun demikian untuk menghindari pembahasan yang tidak

mengarah kepada maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini, maka penulis perlu

membatasi permasalahan skripsi ini, yang dimaksud bahaya lisan disini adalah lebih

menitik beratkan pada poin “senda gurau” saja. Menurut penulis pembahasan poin ini

menarik jika ditelusuri lebih dalam, banyak orang-orang yang meremehkan tentang

senda gurau ini.

Kemudian di dalam kitab Ihyâ` „Ulûm al-Dîn terdapat cukup banyak memuat

hadis-hadis tentang senda gurau akan tetapi penulis akan membatasi empat hadis saja

yang akan diteliti kualitasnya (kritik sanad maupun matannya) karena kelima hadis

tersebut menarik untuk di bahas lebih lanjut dalam skripsi ini dan tentu kualitas

keempat hadis tersebut masih dipertanyakan dimana belum terdapat di dalam kitab

Ihyâ` „Ulûm al-Dîn itu sendiri, hadis ini juga yang mewakili dari poin senda gurau

yang akan dibahas.

Page 18: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

7

Hadis pertama menjelaskan larangan bersenda gurau. Hadis kedua

menerangkan bagaimana akibat bila seseorang bersenda gurau. Selanjutnya hadis

ketiga menjelaskan Nabi juga bersenda gurau kecuali kebenaran dan tidak berlebihan.

Kemudian hadis keempat contoh tertawa Nabi ketika sedang bersenda gurau, berikut

hadis-hadis tersebut:

Sedangkan metode pembahasan dalam penelitian hadis ini yaitu:

a. Melakukan Takhrij hadis melalui salah satu lafadz hadis dengan

menggunakan kitab kamus hadis yaitu: Al-Mu‟jam al-Mufahras Fî Alfâdz

al-Hadîts al-Nabawî karya A.J Wensick, melalui topik hadis dengan

menggunakan kitab Miftâh al-Kunûz al-Sunnah, kitab al-Jâmi‟ al-Saghîr

min Ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr karya „Abd al-Rahmân ibn Abû Bakar al-

Suyûtî.

b. Mencari data yang telah diperoleh dari kitab kamus dengan merujuk pada

kitab asli yang ditunjukan oleh kitab kamus.

c. Melakukan penelitian kritik sanad dari data yang diambil dari kitab asli,

kemudian melakukan penelusuran pada periwayatan hadis sehingga

diketahui kepribadian setiap periwayatan, menilai keadaannya, hubungan

antar guru-guru dan murid guna mendapatkan kesimpulan tentang

kredibilitas periwayat hadis tersebut.

d. Melakukan penelitian matan dari hasil penelitian di atas.

Page 19: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

8

e. Memberikan kesimpulan dari hasil penelitian.

Dari pembatasan tersebut, kemudian penulis merumuskan permasalahan utama

dalam skripsi ini dirumuskan dengan:

Bagaimana kualitas keempat hadis di atas yang terdapat dalam kitab Ihyâ` „Ulûm

al-Dîn tentang senda gurau?

C. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari terjadinya kesamaan pembahasan pada skripsi ini dengan

buku-buku atau skripsi yang lain, penulis menelusuri kajian-kajian yang pernah

dilakukan atau memiliki kesamaan. Selanjutnya hasil penelusuran ini akan menjadi

acuan penulis untuk tidak mengangkat pemasalahan yang sama, sehingga diharapkan

kajian ini tidak plagiat dari kajian yang telah ada.

Berdasarkan hasil penelusuran dari berbagai buku-buku, skripsi, maupun

semua yang berkaitan dengan judul ini, penulis menemukan ada beberapa karya yang

membahas permasalahan bahaya lisan ini, yaitu: Buku karya Imam al-Ghazali, ”Bahaya

Lidah”, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), isi buku Bahaya Lidah karya Imam al-Ghazali ini

hanya menerjemahkan apa yang ada di kitab Ihyâ` „Ulûm al-Dîn menjadi bahasa

Indonesia saja. Skripsi oleh Eneng Maria Ulfa dengan judul “Etika Menjaga Lisan

dalam al-Qur‟an; Kajian Terhadap QS. Al-Nisa ayat 114 dan QS. Al-Hujuraat ayat

12”, tahun 2005, no. 429, isi skripsi ini sendiri adalah hanya kajian dari beberapa ayat

al-Qur‟an saja yang tercantum dalam judul. Skripsi oleh Dikalustian Rizkiputra dengan

judul “Bahaya Lisan dan Pencegahannya dalam al-Qur‟an”, tahun 2011, no. 2886,

adapun isi dari skripsi ini adalah kumpulan-kumpulan ayat al-Qur‟an yang berkaitan

dengan bahaya lisan.

Dari tinjauan diatas, dapat penulis katakan bahwa pembahasan skripsi ini

berbeda dengan karya di atas, karena penulis membahas bahaya lisan yaitu hanya

Page 20: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

9

memfokuskan kepada poin senda gurau dalam kitab Ihyâ` „Ulûm al-Dîn dan meneliti

kualitas hadis-hadis tersebut kemudian diambil kesimpulan berdasarkan data-data

yang terkumpul.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui secara mendalam hadis tentang senda gurau melalui

pandangan al-Ghazali maupun para ulama lain.

2. Agar dapat mengungkapkan data-data hadis yang berkaitan dengan bahaya

lisan terutama pada poin senda gurau, dan juga membuktikan data kualitas

hadis yang terdapat di dalam kitab Ihyâ` „Ulûm al-Dîn mengenai senda

gurau.

3. Untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan untuk mencapai gelar

kesarjanaan Strata Satu (S-1) Sarjana Theologi Islam (S. Th. I) pada

Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Sedangkan manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

dan informasi umum mengenai bahaya lisan dan khususnya menegenai senda gurau

dengan harapan dapat menjadi kajian keislaman, khususnya di bidang hadis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti bagi masyarakat

luas maupun masyarakat akademis dalam memahami konsep bahaya lisan ataupun

senda gurau yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian juga penelitian ini

diharapkan mendorong umat Islam untuk tidak bersenda gurau secara berlebihan dan

Page 21: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

10

menyakiti hati orang lain. Sekaligus penulis dapat memberikan sumbangsih dalam

khazanah ilmu pengetahuan Islam.

E. Metodologi Penelitian

Metode penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian dengan metode

Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu mengumpulkan data-data yang

memiliki relevansinya dengan masalah yang dibahas, baik itu yang bersumber dari

buku-buku, kitab-kitab, kamus, majalah, koran, artikel, dan sebagainya,

mengungkapkan data-data yang ada, mengolah dan menyimpulkan dalam suatu

kesimpulan.

Ada dua jenis data dalam membuat skripsi ini, yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah sumber utama yang digunakan dalam pembahasan ini,

yaitu kitab Ihyâ` „Ulûm al-Dîn. Sedangkan data sekunder adalah data pendukung

berupa buku-buku, kitab-kitab hadis, artikel-artikel, makalah dan lain-lain yang

berkaitan dengan pembahasan ini. Adapun tipe kajiannya bersifat Deskriptif-Analitis,

yakni mengumpulkan data, memaparkan dan menganalisa pemikiran al-Ghazali

maupun para pakar dalam bidang hadis sehingga menjadi kesimpulan.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka penulis membagi

penyusunan dalam lima bab yang diawali dengan pemaparan tentang latar belakang

masalah, lalu pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan pustaka, kemudian membahas tentang metodologi penelitiannya, dan diakhiri

pada bab pertama ini dengan sistematika penulisan. Bab ini berusaha memberikan

gambaran singkat tentang masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.

Page 22: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

11

Pada bab kedua, penulis menguraikan secara rinci dari berbagai literatur

tentang riwayat hidup al-Ghazali dan karya-karya beliau.

Pada bab ketiga, penulis membahas gambaran umum tentang lisan dan

mengkhususkan tentang senda gurau yang meliputi: pengertian senda gurau, etika

bersenda gurau, dan pendapat ulama tentang senda gurau. Bab ini menjelaskan

tentang lisan secara umum dan lebih khusus kepada senda gurau baik ditinjau dari

segi kebahasaan. Output yang diharapkan pada bab ini adalah dapat memahami

pengertian lisan atau senda gurau serta hikmahnya secara baik dan benar.

Pada bab keempat, penulis akan meneliti kualitas keempat hadis yang terdapat

dalam kitab Ihyâ` „Ulûm al-Dîn pada poin senda gurau dengan cara mengkritik sanad

dan matan hadis. Adapun output yang diharapkan adalah dapat memahami senda

gurau dengan berbagai bentuk dan dampaknya berdasrkan hadis yang ada sehingga

dapat memberi dorongan kepada pembaca untuk menghindarinya, serta pembaca

dapat mengetahui kualitas hadis Nabi yang berhubungan dengan senda gurau.

Pada bab kelima merupakan bab penutup yang terdiri dari kesimpulan yang

didasarkan pada keseluruhan uraian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-

bab sebelumnya, dan juga memuat saran-saran yang diperlukan. Bab ini berusaha

menjawab pertanyaan yang dibuat pada perumusan masalah sehingga dapat

mengetahui jawaban dari masalah tersebut. Selain itu juga, bab ini memberikan saran

agar memotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembahasan ini.

Page 23: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

12

BAB II

AL-GHAZALI DAN IHYÂ` ‘ ULÛM AL-DÎN

A. Biografi

Nama lengkap beliau adalah Abû Hamîd Muhammad bin Muhammad bin

Muhammad al-Ghazali, beliau lahir di Thus pada tahun 405 H. Beliau dijuluki Abû

Hamîd karena mempunyai putra bernama Hamîd yang meninggal sewaktu kecil. Hidup

dari keluarga yang sederhana, sebelum ayahnya wafat ia berpesan kepada sahabatnya

agar mendidik anaknya. Al-Ghazali menuntut ilmu bersama beberapa Imam lainnya di

Naisabur, dan sempat menjadi sahabat baik. Mereka adalah al-Kayya al-Haras, Abû al-

Muzhfar al-Khawwafi serta Abâ al-Ma‟âlî al-Juwainî (dari al-Juwainî juga al-Ghazali

memperoleh ilmu ushul fiqh, ilmu mantiq, dan ilmu kalam).

Mereka bertiga sempat menjuluki al-Ghazali sebagai “lautan yang tak bertepi”

dan beliau juga terkenal dengan sebutan “al-Ghazzala”. Al-Ghazali wafat pada hari

Senin, 14 Jumadil Akhir 505/18 Desember 1111, di makamkan di Taban, Thus dan

makamnya banyak sekali orang yang datang untuk menziarahi. Menurut laporan adiknya,

al-Ghazali wafat sesudah berwudhu, sholat subuh kemudian minta diambilkan kain kafan

lalu ia mengambil dan menciumnya serta menutupkannya kepada kedua matanya seraya

berkata, tâ’atan li al-dukhûl ‘alâ al-malak, yang artinya aku rela dan patuh, silahkan

masuk wahai malaikat ku. Kemudian beliau menelentangkan kakinya dan menghadap

kiblat, sehingga wafat sebelum matahari terbit.

Pendidikan dan Karir Intelektual Imam al-Ghazali

Pendidikan al-Ghazali di masa anak-anak berlangsung di kampung halamannya.

Setelah ayahnya meninggal dunia ia dan saudaranya dididik oleh Ahmad bin Muhammad

Page 24: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

13

al-Razâkanî al-Tûsî, seorang sufi yang mendapat wasiat dari ayahnya untuk mengasuh

mereka, dan kepadanyalah pertama kali al-Ghazali mempelajari ilmu Fiqh. Namun,

setelah sufi tersebut tidak sanggup lagi mengasuh, mereka dimasukkan kesebuah

madrasah di Thus. Setelah mempelajari dasar-dasar Fiqh di kampung halamannya, ia

merantau ke Jurjan pada tahun 465 H, sebuah kota di Persia yang terletak antara kota

Tabristan dan Naisabur. Di Jurjan ia memperluas wawasannya tentang Fiqh dengan

berguru kepada seorang fakih yang bernama Imâm Abû Nasr al-Ismâ‟ilîy.

Kemudian al-Ghazali yang sudah berusia 20 tahun berangkat kembali ke Naisabur

pada tahun 470 H untuk belajar kepada salah seorang ulama Asy‟ariyah, yaitu Imâm Abû

al-Ma‟âlî al-Juwainî yang dijuluki sebagai Imâm al-Haramain dan mengikutinya sampai

gurunya tersebut meninggal dunia pada tahun 1016 M/478 H, al-Ghazali belajar

kepadanya dalam bidang Fiqh, Manthiq, Filsafat dan Ilmu Kalam.

Dengan meninggalnya Imâm al-Haramain, maka al-Ghazali dengan bekal

kecakapan dan kecerdasannya menggantikan peran gurunya sebagai pemimpin pada

madarasah yang didirikan Imâm al-Haramain di Naisabur. Di samping itu, al-Ghazali

juga belajar tasawuf kepada dua orang sufi, yaitu Imâm Yusuf al-Nasaj dan Imâm Abû

„Alî al-Fadl bin Muhammad bin „Alî al-Farmazî al-Tûsî. Ia juga belajar hadis kepada

banyak ulama, seperti Abû Sahal Muhammad bin Ahmad al-Haisi al-Marwâzî, Abû al-

Fath Nasr bin „Alî bin Ahmad al-Hâkimî al-Tûsî, Abû Muhammad „Abdullah bin Ahmad

al-Khuwarîy. Muhammad bin Yahyâ bin Muhammad al-Sujjâ‟i al-Zawzanî, al-Hâfidz

Abû al-Fityân „Umar bin Abî al-Hasan al-Ru‟asi al-Dahistani, dan Nasr bin Ibrâhim al-

Maqdisî.

Page 25: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

14

Setelah al-Juwainî meninggal dunia, al-Ghazali mengunjungi tempat kediaman

seorang wazir (mentri) pada masa pemerintahan Sultan „Adûd al-Daulah Al-Arselan (455

H/1063 M-465 H/1072 M) dan Jalâl al-Daulah Mâlik Syah (465 H/1072 M-1092 M) dari

dinasti Salajiqah di al-„Askar sebuah kota di Persia. Wazir kagum atas pandangan-

pandangan al-Ghazali sehingga al-Ghazali diminta untuk mengajar Fiqh al-Syafi‟iyah di

perguruannya Nizham al-Mulk di Baghdad, yang lebih dikenal dengan perguruan atau

Madrasah Nizhamiyah. Al-Ghazali mengajar di Baghdad pada tahun 484 H/1091 M, pada

saat inilah al-Ghazali yang pada waktu itu berusia 34 tahun memeperoleh berbagai gelar

dalam dunia Islam dan mencapai puncak karirnya yang ia capai dalam usia yang masih

relatif muda.

Empat tahun lamanya al-Ghazali mengajar di Baghdad, kemudian ia

meninggalkan Baghdad menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji kedua kalinya

pada tahun 488 H, setelah ia mewakilkan tugas kepada saudaranya dan terus melanjutkan

perjalanan ke Damaskus. Di sini ia hidup sebagai seorang zahid yang mendalami suasana

batin, meninggalkan kemewahan dan mensucikan diri dari dosa selama kurang dari dua

tahun lamanya. Kemudian pada akhir tahun 490 H/1098 M ia pergi ke Herbon dan Bait

al-Maqdis, Palestina, dan melanjutkan perjalanan ke Mesir serta hendak ke Maroko

dengan maksud untuk bertemu dengan salah seorang Amir dari pemerintahan

Murabithun. Namun sebelum keinginannya tercapai, al-Ghazali mendengar kabar

meninggalnya Amir tersebut. Lantas ia membatalkan niatnya dan kembali ke Timur

menuju tanah suci Mekkah dan Madinah. Selanjutnya ia kembali ke Naisabur dan

diangkat oleh Fakhr al-Mulk (putra Nizham al-Mulk) sebagai Perdana Mentri dari

Gubernur Khurasan, Sanjar yang merupakan salah seorang putra Malik Syah sebagai

Page 26: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

15

Presiden dari perguruan di Naisabur pada tahun 1105 M. Tidak cukup lama di Naisabur,

al-Ghazali kembali ke Thus dan mendirikan madrasah yang mempelajari Teologi dan

Tasawuf, serta madrasah fiqhi yang khusus mempelajari ilmu hukum. Di sinilah al-

Ghazali menghabiskan sisa hidupnya setelah mengabdikan diri untuk pengetahuan

berpuluh tahun lamanya dan sesudah memperoleh kebenaran yang sejati. 1

Karya-karya al-Ghazali

Beliau seorang yang sangat produktif menulis. Karya Ilmiah beliau sangat banyak

sekali. Di antara karyanya yang terkenal ialah:

a. Pertama, dalam masalah Ushuluddin dan Aqidah:

1) Arba’in fi Usûl al-dîn. Merupakan juz kedua dari kitab beliau Jawâhir al-Qur’ân.

2) Qawâ’id al-‘Aqâ`id, yang beliau satukan dengan Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn pada jilid

pertama.

3) Al-Iqtisâd fi al-I’tiqâd.

4) Tahâfut al-Falâsifah. Berisi bantahan beliau terhadap pendapat dan pemikiran

para filosof dengan menggunakan kaidah mazhab Asy‟ariyah.

5) Faysâl al-Tafrîqahbain bain al-Islâm wa Zanâdiqah.

b. Kedua, dalam ilmu Ushul, Fiqh, Filsafat, Manthiq, dan Tasawuf, beliau memiliki karya

yang sangat banyak, di antaranya:

1) Al-Mustasyfâ min ‘Ilmi al-Usûl.

2) Mahak al-Nadzar.

3) Mi’yâr al-‘Ilmi. Kedua kitab ini berbicara tentang ilmu Manthiq.

4) Ma’ârif al-‘Aqliyah. Kitab ini dicetak dengan tahqiq Abdul Karim „Ali „Ustman.

1 Abû Hamîd al-Ghazali, Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn, (Beirut: Daar al-Fikr, 2002), h.3-5

Page 27: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

16

5) Misykât al-Anwâr. Kitab ini dicetak dengan tahqiq Abu al-A‟laAfifi.

6) Al-Maqsad al-Asnâ fî Syarh Asmâ` Allah al-Husnâ.

7) Mizân al-A’mal. Kitab ini dicetak dengan tahqiq Sulaiman Dunya.

8) Al-Madmûnbihî ‘alâ Ghairi Ahlihî.

9) Al-Ajwibah al-Ghazâliyyah fî al-Masâ’il al-Ukhrawiyyah.

10) Ma’ârij al-Quds fî Madârij al-Ma’rifat ‘an al-Nafs.

11) Qanûn al-Ta’wîl.

12) Fadâ’ih al-Bâtiniyyahdan al-Qistâs al-Mustaqîm.

13) Iljâm al-A’wâm ‘an ‘ilm al-Kalâm.

14) Rawdat al-Tâlibînwa‘Umdat al-Sâlikhîn.

15) Al-Risâlah al-Ladûniyah.

16) Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn.

17) Minhaj al-‘Abidin 2

B. Sekilas mengenai Kitab Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn

1. Isi Kitab

Al-Ghazali membagi kitabnya pada empat bagian, yaitu: pertama, Rub’ al-

‘Ibâdât. Bagian mengenai ibadah ini terdiri dari sepuluh pembahasan, yaitu: Kitab ilmu,

Kitab kaidah-kaidah i‟tikad, Kitab rahasia (hikmah) bersuci, Kitab hikmah salat, Kitab

hikmah zakat, Kitab hikmah puasa, Kitab hikmah haji, Kitab adab membaca Alquran,

Kitab dzikir dan doa, dan Kitab tartib wirid pada masing-masing waktunya.3

2 Abû Hamîd al-Ghazali, Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn, terj. Ibnu Ibrahim Ba‟adillah, h.11

3 Abû Hamîd al-Ghazali, Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn, tahqiq: Badawi Thibanah, Juz I (Semarang: Karya Thaha

Putra, tt), 5

Page 28: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

17

Kedua, rub’ al-‘Âdât. Bagian kedua ini merupakan pembahasan yang terkait

dengan pekerjaan sehari-sehari atau adat kebiasaan. Terdapat sepuluh hal adat yang ia

bahas pada bagian ini, yaitu: kitab adab makan, kitab adab perkawinan, kitab hukum

berusaha, kitab halal dan haram, kitab adab berteman dan bergaul dengan berbagai

golongan manusia, kitab „uzlah (pengasingan diri), kitab adab musafir, kitab mendengar

dan merasa, kitab amr ma‟ruf nahi munkar, dan kitab adab kehidupan dan akhlak

kenabian.4

Ketiga, rub’ al-muhlikât. Bagian ketiga ini merupakan bahasan yang terkait

dengan perbuatan-perbuatan yang membinasakan. Ada sepuluh bab yang mengisi bagian

ini, yaitu: kitab menguraikan keajaiban hati, kitab latihan diri, kitab bahaya hawa nafsu

perut dan kemaluan, kitab bahaya lidah, kitab bahaya marah, dendam, dan dengki, kitab

tercelanya dunia, kitab tercelanya harta dan kikir, kitab tercelanya sifat suka kemegahan

dan cari muka, kitab tercelanya sifat takabur dan menyombongkan diri, dan kitab

tercelanya sifat tertipu dengan kesenangan duniawi.5

Keempat, rub’ al-munjiyât. Ini merupakan seperempat bagian terakhir yang ada

dalam kitab Ihya. Isinya terkait dengan perbuatan yang dianggap melepaskan dari

perbuatan tercela, atau dengan kata lain budi pekerti yang terpuji. Ada sepuluh bab dalam

bagian ini, yaitu: kitab taubat, kitab sabar dan syukur, kitab tajut dan harap, kitab fakir

dan zuhud, kitab tauhid dan tawakkal, kitab cinta kasih, rindu, lembut hati, dan rela, kitab

niat, benar, dan ikhlas, kitab muraqabah dan menghitung amalah, kitab tafakkur, dan

kitab ingat mati.6

4Abû Hamîd al-Ghazali, Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn, tahqiq Badawi Tabanah, h.389.

5Abû Hamîd al-Ghazali, Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn, tahqiq Badawi Tabanah, h.402.

6 Abû Hamîd al-Ghazali, Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn, tahqiq Badawi Tabanah, h.535.

Page 29: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

18

Di Indonesia, kitab Ihyâ` Ulûm al-Dîn ini sudah banyak dikenal oleh masyarakat.

Dalam pelacakan penulis, tahun 1963 merupakan tahun pertama kitab ini diterjemahkan

dalam bahasa Indonesia. Hamka memberikan pengantar pada buku tersebut dan ia

menyatakan kesenangannya telah ada orang yang mau menerjemahkan kitab ini ke dalam

bahasa Indonesia, adapun yang menerjemahkan kitab ini adalah Isma‟il Ya‟kub dan

diterbitkan oleh penerbit Imbalo Medan.7 Setelah itu ada beberapa penerbit yang turut

serta menerjemahkan kitab ini, di antaranya Penerbit Pustaka Indonesia di Medan dengan

jumlah 9 jilid pada tahun 1976, Penerbit Faizan di Jakarta dengan jumlah 4 jilid pada

tahun 1984, Penerbit al-Syifa di Semarang pada tahun 1992, dan Penerbit Republika

dengan jumlah 9 jilid pada tahun 2011.

Menurut Badawi8, kitab ini pada dasarnya terbagi menjadi tiga bahasan pokok,

yaitu: al-‘Aqliyah al-Syarî’ah, al-‘Aqliyah al-Falsafiyah, dan al-‘Aqliyah al-Sufiyah.

a. Al-‘Aqliyah al-Syarî’ah

Pokok bahasan dari al-‘Aqliyah al-Syarî’aholeh al-Ghazali disariakn dari

hukum-hukum yang berkaitan dengan persoalan fiqih dan usulnya, yang itu

dinukilkan dari sumber hukum Islam terbesar yaitu Alquran dan hadis, serta

disarikan dari pendapat para Imam madzhab, ditambahkan pula dari pendapat ahli

fikih, ulama syari‟ah, ulama hadis dan ta‟wil. Meski demikian, semuanya itu tidak

menyimpang dari sandaran hukum pokok yang utama dalam Islam, yaitu Alquran,

Hadis, dan ijma‟ ulama yang diridhai Allah.9

7Abû Hamîd al-Ghazali, Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn, terjemahan Isma‟il Ya‟kub (Medan:Penerbit Imbalo,

1964), h.19-22. 8Ia adalah orang yang mentahqiq kitab Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn

9Abu Hafsa, Pintu Masuk Buku Ini, dalam Abû Hamîd al-Ghazali, Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn,

(Jakarta:Republika Penerbit, 2011), h. 13

Page 30: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

19

b. Al-‘Aqliyah al-Falsafiyah

Pokok bahasan dari al-‘Aqliyah al-Falsafiyah oleh Imam al-Ghazali

disandarkan pada kemampuan akal manusia untuk memahami, sebagai saran yang

telah Allah anugrahkan kepada setiap manusia yang mau menggunakan akal

sesuai aturan dan petunjuknya. Sekaligus sebagai pembenar dan saksi atas

kebenaran aturan hidup yang disampaikan, yang itu bertujuan untuk memudahkan

kita dalam menjalani hidup, serta seluruh aturan yang diperintahkan oleh Allah

swt. Di dalamnya penggunaan akal yang dimaksud disini adalah metode berfikir

yang dirancang untuk tidak menyimpang dari fithrahnya yang suci, dengan

menggunakan logika yang lurus dan cara-cara berfikir yang sahih.10

c. Al-‘Aqliyah al-Shufiyyah

Sedangkan pokok bahasan dari al-‘aqliyah al-shufiyyah oleh Imam al-

Ghazali disandarkan untuk lebih mempersiapkan kepentingan urusan akhirat,

melalui cara-cara seperti bersikap zuhut terhadap urusan dunia, menucikan diri

dari segala bentuk urusan yang meragukan, maupun usaha pembersihan jiwa dari

kotoran yang sanggup melingkupinya. Serta di atas semua permasalahan tersebut,

tujuan utamanya adalah pembersihan qalbu melalui pendekatan diri secara

langsung kepada Allah swt, menggunakan beberapa metode yang sudah

ditentukan-Nya.11

10

Abu Hasfa, Pintu Masuk Buku Ini dalam Abû Hamîd al-Ghazali, Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn, h. 14 11

Abu Hasfa, Pintu Masuk Buku Ini dalam Abû Hamîd al-Ghazali, Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn, h. 14

Page 31: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

20

2. Pandangan Ulama atas Kitab Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn

Terdapat satu buku yang berupa mengumpulkan pandangan-pandangan kurang

baik atas kitab Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn. Buku ini disusun oleh Ali Hasan Ali Abdul Hamid

dengan judul terjemahannya Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn dalam pandangan Ulama. Ia

meneyebutkan beberapa pandangan ulama yang menyatakan adanya kekurangan dalam

kitab Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn. Di bawah ini, penulis kutip dua diantaranya:

1) Ibn al-Jauzi bahwa “kitab Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn di dalamnya terdapat banyak

kerusakan (penyimpangan) yang tidak diketahui kecuali oleh para ulama.

Penyimpangannya yang paling ringan (dibandingkan dengan penyimpangan-

penyimpangan besar lainnya) adalah hadis-hadis palsu dan batil (yang termaktub

di dalamnya), juga hadis-hadis mauqûf (ucapan sahabat atau tabi‟in) yang

dijadikan sebagai hadis marfû’ (ucapan Rasulullah shallallah „alaihi wa sallam).

Semua itu dinukil oleh penulisnya dari referensinya, meskipun bukan dia yang

memalsukannya. Serta (sama sekali) tidak dibenarkan mendekatkan diri (kepada

Allah swt) dengan hadis palsu, dan tidak boleh tertipu dengan ucapan yang

didustakan (atas nama Rasulullah shallallah „alaihi wa sallam).”12

2) Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah: “Dalam kitab ini terdapat hadis-hadis dan riwayat-

riwayat yang lemah bahkan banyak hadis yang palsu. Juga banyak kebatilan dan

kebohongan orang-orang ahli Tasawuf.”13

Dalam tulisannya, ia menyatakan:

“Kitab ini berisi pembahasan-pembahasan yang tercela, (yaitu) pembahasan yang

rusak (menyimpang dari Islam) dari para ahli filsafat yang berkaitan dengan

12

Ibn al-Jauzi, Minhajul Qashidin, sebagaimana dikutip oleh: Ali Hasan Ali Abdul Hamid, Ihya

Ulumuddin Pandangan Ulama, terj. Yoga (Jakarta: Darul Qolam, tt), h. 14-17 13

Ibn Taimiyah, Majmu‟ Fatawa, Juz X, h. 552, sebagaimana dikutip oleh: Ali Hasan Ali Abdul

Hamid, Ihya Ulumuddin Pandangan Ulama, terj. Yoga (Jakarta: Darul Qolam, tt), h. 19

Page 32: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

21

tauhid (Pengesaan Allah swt), kenabian dan hari kebangkitan. Maka, ketika

penulisnya menyebutkan pemahaman orang-orang ahli Tasawuf (yang sesat)

keadaanya seperti seseorang yang mengundang seseorang musuh bagi kaum

muslimin tetapi (disamarkan dengan) memakaikan padanya pakaian kaum

muslimin (untuk merusak agama mereka secara terselubung). Sungguh para Imam

(ulama besar) Islam telah mengingkari (kesesatan dan penyimpangan) yang ditulis

oleh Abu Hamid al-Ghazali dalam kitabnya.”14

Sebenarnya orang yang menyebutkan sisi baik dari kitab Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn, juga

tidak sedikit. Buya Hamka, saat memberikan kata pengantar pada terjemahan kitab

Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn cetakan pertama berbahasa Indonesia, menyebutkan begitu besar

pengaruh kitab Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn pada masyarakat Muslim dan Ulama di Indonesia.

Contohnya, penyebaran Islam di Kerajaan Pasai dipengaruhi juga oleh karya al-Ghazali

ini. Untuk contoh lainnya karya Seykh „Abd al-Shamad al-Falimbani, Sa’ir al-Salikin,

banyak dipengaruhi kitab Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn. Buya Hamka menambahkan, bahwa buku

Tasawuf Modern miliknya, “amat banyak mengambil buah renungan al-Ghazali ini”.15

Bila kitab ini memiliki kekeliruan besar tenyata tidak akan banyak orang yang akan

terpengaruhi olehnya. Namun apabila kitab ini sedikit kekeliruan, hal itu penulis pandang

sebagai suatu normal dalam sebuah karya.

14

Ibn Taimiyah, Majmu‟ Fatawa, Juz X, h. 552, sebagaimana dikutip oleh: Ali Hasan Ali Abdul

Hamid, Ihya Ulumuddin Pandangan Ulama, terj. Yoga, h. 20 15

Hamka, “Sambutan Terjemahan IHYA‟ ULUMUDDIN” dalam Abû Hamîd al-Ghazali,

Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn, terj. Tk. Ismail Yakub, Juz I (Medan: Penerbit Imbalo, 1964), h. 17-18

Page 33: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

23

BAB III

LISAN DAN SENDA GURAU

A. Pengertian Lisan dan Senda Gurau

Menurut Bahasa انسل berasal dari akar kata yang terdiri atas tiga huruf; lam-sin-

nun yang dihubungkan menjadi نسل dan mempunyai makna dasar yaitu panjang yang

agak lembut. Dalam lisân al-„arab, kata انسل diartikan jârihat al-kalâm, yaitu

anggota badan yang bisa mengeluarkan perkataan. Sedangkan bentuk jamak dari lisan

adalah نسلا “alsun” dan هنسلا “alsinah”. Samin Halabi, penulis buku kosakata

Alquran, „Umdat al-Huffâdz fî Tafsîr Asyrâf al-Alfâdz, membedakan dua bentuk

jamak tersebut. Jika kata lisan diposisikan sebagai mudzakar maka bentuk jamaknya

adalah السنه , tetapi jika lisan diposisikan sebagai muannats maka bentuk jamaknya

adalah السن . Para ahli bahasa memaknai lisan sebagai salah satu organ tubuh yang

terdapat di bagian mulut yang menghasilkan kekuatan berbicara yang dapat

dimengerti oleh sesama manusia atau disebut juga bi tahrîk al-fasâhah, yaitu

ketajaman lisan oleh pengguna bahasa Arab disebut نلسلا “al-lasan”. 1

Lisan Menurut Istilah adalah sekumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut

yang dapat membantu pencernaan makanan dengan mengunyah dan menelan. Lisan

berada di dalam mulut manusia, dan bertetangga dengan gigi dan gusi. Lisan

1Ibnu Mandzûr, Lisân al-„Arabi,juz 12 (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-„Arabi), h. 275-276.

Lihat juga: Sihabuddin, dkk, ed. Ensiklopedia al-Qur‟an; kajian kosa kata, vol II (Jakarta: Lentera

Hati, 2007), cet. 1, h. 520.

Page 34: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

24

hanyalah segumpal otot lentur yang melintang dan panjang sehingga dapat

digerakkan atau dijulurkan. Normalnya, lisan memiliki ukuran 5-6 cm. Lisan juga

dikenal sebagai indera pengecap yang banyak memiliki struktur tunas pengecap.2

Lisan juga turut membantu dalam tindakan bicara.3

Pengertian Senda Gurau menurut bahasa ialah: Mazaha, yang berasal dari kata

4 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti senda

gurau adalah main-main (canda) dengan kata-kata seperti olok-olok; kelakar;

seloroh.5

Bersenda gurau merupakan salah satu cara yang di syari‟atkan dan sifat agar kita

disukai banyak orang. Juga merupakan salah satu perantara yang utama untuk dapat

dicintai orang lain dan cara yang mudah untuk memperoleh simpati hati mereka.

Rasulullah mencontohkan bersenda gurau dengan para sahabatnya, menanamkan

kegembiraan dan keceriaan di hati mereka.6

Terdapat unsur humor dalam senda gurau, karena biasanya senda gurau

menghasilkan sebuah tawa. Istilah humor sendiri merupakan kata- kata yang memiliki

2Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papilla, terdiri dari dua sel yaitu

sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor. Sedangkan sel penyokong

berfungsi untuk menopang. Terdapat lebih dari 10.000 tunas pengecap pada lidah manusiausianya

hanya seminggu. Tunas itu akan mati dan segera digantikan oleh sel-sel yang baru. Sel-sel reseptor

terdapat pada tonjolan-tonjolan kecil pada permukaan lidah (papila). Sel-sel inilah yang bias

membedakan rasa manis, asam, pahit, dan asin. Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Lidah. 3 http://id.wikipedia.org/wiki/Lidah. Diakses pada tanggal 8 Juni 2014.

4 Ibnu Mandzûr, Lisân al-„Arabi, (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-„Arabi), h. 92

5 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990),

h.812 6 Muhammad bin Ismail al-„Umrani, Ta‟aruf Cinta, h. 76

Page 35: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

25

banyak makna. Pada Abad Pertengahan, humor menunjuk kepada suatu energi yang

berpikir untuk berhubungan dengan suatu keadaan emosional. Energi ini telah

dipercaya untuk menentukan kesehatan dan karakter. Menurut Freud, tujuan dari

lelucon atau humor adalah untuk memberikan kesenangan, memunculkan hal yang

sebelumnya tersembunyi atau tidak diakui.

Sedang Dalam literatur Islam masa lalu, cukup banyak tokoh-tokoh muslim

yang telah menghasilkan karya-karya humor. Namun humor dan canda mereka selalu

mengandung unsur akidah, muamalah dan akhlak. Di antaranya Nasruddin Hoja,

Hani al Arabiy. Para tokoh humor ini, digambarkan sebagai manusia-manusia unik.

Dari ucapan dan perbuatan mereka, semuanya mengandung pengajaran dan dakwah.

Jadi, di dalam Islam sama sekali tidak ada larangan humor dan cara bersenda gurau.

Tentu saja selama masih berada dalam koridor yang benar. Kita tidak diperbolehkan

bersenda gurau yang berlebihan hingga akhirnya jatuh pada ghibah atau olok-olok.7

B. Etika Senda Gurau

Yusuf Qardhawi telah mengariskan lima etika dalam bersenda gurau :

1) Tidak menggunakan perkara yang bohong sebagai alat untuk manusia tertawa.

Nabi SAW bersabda,

Artinya: Celaka orang yang bercakap kemudian berbohong supaya manusia ketawa.

Celakalah dia dan celakalah dia!!!

7 http://wiki.blogspot.com/senda-gurau-dalam-islam di akses pada tanggal 20 Agustus 2014

Page 36: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

26

2) Gurauan tidak mengandung penghinaan terhadap orang lain melainkan diizinkan

oleh orang tersebut.

Allah telah berfiman dalam surat al-Hujurat, ayat 11,

"Wahai orang-orang yang beriman. Janganlah satu kaum itu menghina kaum

yang lain, kemungkinan orang yang dihina lebih baik daripada orang yang

menghina. Janganlah wanita menghina wanita lain, kemungkinan wanita yang dihina

lebih baik daripada wanita yang menghina.."

Nabi juga ada bersabda,

Cukuplah seorang itu melakukan kejahatan apabila dia menghina saudaranya

semuslim.

Penghinaan itu juga termasuk cara seseorang itu meniru perbuatan orang lain. (sabah :

mengolok-ngolok).

Saidatina Aisyah RA berkata, "Aku telah meniru perbuatan seorang manusia." Lalu,

Baginda bersabda,

Aku tidak suka meniru perbuatan orang lain.

8 Muslim ibn Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Daar al-

Fikr). 9 Ahmad bin Hanbal, Musnad li al-imam Ahmad ibn Hanbal, (Beirut: Dar al-Fikri, 1991(.

Page 37: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

27

3) Bergurau yang tidak menakutkan orang lain.

Nukman bin Basyir RA berkata, "Sesungguhnya, kami bersama Rasulullah

SAW dalam satu perjalanan. Seorang lelaki mengantuk di atas tunggangannya.

Seorang lelaki yang lain mengambil anak panah dari busurnya, dan mengejutkan

lelaki yang mengantuk itu, menyebabkan dia terperanjat." Rasulullah SAW bersabda,

Tidak boleh bagi seorang muslim untuk menakutkan sesama saudara muslim.

Nabi juga bersabda,

“Janganlah kamu mengambil barang kepunyaan saudara seIslamnya dengan niat

bergurau atau betul-betul.”

4) Janganlah bergurau di tempat yang serius dan janganlah serius di tempat yang

bergurau.

Dalam Islam, ada tiga perkara yang dianggap diambil hukumnya walaupun dalam

keadaan bergurau. Nabi SAW bersabda,

“Tiga perkara yang mana diambil hukumnya sama dalam keadaan bergurau atau

serius yaitu nikah, cerai dan membebaskan hamba.”

10

Sulaiman bin al-„Asy‟asy Abu Dawud al-Sijistani al-Azdi, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Dar

al-Fikr). 11

Sulaiman bin al-„Asy‟asy Abu Dawud al-Sijistani al-Azdi, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Dar

al-Fikr). 12

Abî Hisyâm Muhammad bin „Isâ bin Tsaurah, Sunan Tirmîdzî, (Beirut:Dâr al-Ma‟rifah,

2002).

Page 38: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

28

Sesungguhnya, Allah telah mencela orang-orang musyrikin yang ketawa

ketika mendengar bacaan al-Quran. Firman Allah SWT dalam surah an-Najm, ayat

59-61,

"Adakah kamu hai musyrikin rasa hairan dengan ayat-ayat suci al-Quran?

Kamu ketawa ketika mendengarnya, tidak menangis ketika mendengranya dan kamu

dengar dengan keadaan lalai."

5) Hendaklah bergurau sekedar yang perlu dan tidak berlebihan.

Nabi SAW bersabda,

"Janganlah kamu banyak ketawa. Sesungguhnya banyak ketawa boleh mematikan

hati.".

Saidina Ali RA juga pernah berkata, "Masukkan gurauan dalam kata-kata sekedar

kamu memasukkan garam dalam makanan kamu." 14

Adapun adab Bersenda Gurau sebagai berikut:

a) Bercanda adalah perkataan yang dimaksudkan untuk melapangkan dada, dan

tidak sampai menyakiti, bila menyakiti maka berubah menjadi mengejek.

b) Bercanda juga dianjurkan di antara saudara dan sahabat sebab hal itu dapat

membuat hati menjadi tenang.

13

Abî Hisyâm Muhammad bin „Isâ bin Tsaurah, Sunan Tirmîdzî, (Beirut:Dâr al-Ma‟rifah,

2002). 14

Yusuf Qardhawi, Fiqih Al-lahwi At-Tarawih, Terj. Dimas Hamsyah, Fiqih Hiburan,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005).

Page 39: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

29

c) Saat bercanda jangan sampai menuduh, menceritakan aib orang, tenggelam

dalam canda yang dapat menurunkan harga diri, mengurangi kewibawaan

pribadi, perkataan kotor yang dapat menimbulkan permusuhan, tidak

memunculkan keributan dan tindakan bodoh, tidak memunculkan

pengkhianatan dan tidak pula bermuatan kebohongan.

d) Di antara canda para shahabat radhiallahu anhum adalah saling melempar

semangka, sementara dalam pentas realita mereka adalah para pejuang.

e) Di antara bercanda dan bermain yang tidak diperbolehkan sebagaimana

diterangkan dalam hadits riwayatkan Abdullah bin As-Saib dari Ayahnya dan

dari kakeknya ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:

15

"Janganlah seseorang diantara kalian mengambil harta saudaranya dengan

main-main atau sengaja, Jika di antara kalian mengambil tongkat

saudaranya maka hendaklah dia mengembalikannya".

f) Tidak memperbanyak bersendra gurau, jika hal tersebut melewati batas

sehingga terbentuk menjadi tabi‟at pribadi, akhirnya menjatuhkan harga

dirimu dan para penganggur mempermainkanmu.

15

Sulaiman bin al-„Asy‟asy Abu Dawud al-Sijistani al-Azdi, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Dar

al-Fikr).

Page 40: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

30

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang yang bersenda gurau:

a) Hendaknya senda gurau dilakukan pada waktunya yang sesuai

b) Tidak tenggelam dan terlewat batas

c) Tidak berbicara dengan perkataan yang buruk.

d) Tidak bersenda gurau dengan memperolok-olok agama.

e) Tidak bersenda gurau dengan orang-orang yang bodoh.

f) Hendaknya menjaga perasaaan orang lain.

g) Bersanda gurau dengan orang yang lebih tua dan alim dengan sesuatu yang

pantas.

h) Tidak terbuai sampai tertawa terbahak-bahak.

i) Tidak memudharatkan diri sendiri

C. Pendapat Ulama tentang Senda Gurau

Nabi saw sedikit sekali bersenda gurau. Sekalipun bersenda gurau, beliau

hanya mengatakan perkataan yang benar. Umar bin Abdul Aziz ra berkata: “Berhati-

hatilah kalian terhadap senda gurau karena hal itu berbuntut pada dendam dan

menimbulkan keburukan.” Dikatakan pula, “Setiap sesuatu itu mempunyai benih, dan

benih dari permusuhan adalah senda gurau.”

Page 41: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

31

Naisaburi berkata: “Senda gurau itu memancing untuk saling mencela,

sesungguhnya senda gurau itu awalnya manis tetapi berakhir dengan permusuhan.”16

Hassan Al-Banna telah menyusun dan merintis semula mengenai isu ini

dengan meletakkan suatu pesanan yang sangat berguna kepada para da‟i dan setiap

Muslim yang beriltizam dengan agama Islam ini. Beliau tidak meletakkan hukum

'haram' dalam gurauan dan ketawa. Namun, beliau seperti Baginda SAW dan Saidina

Ali RA, telah menyeru dan memperbaharui seruan melalui wasiatnya supaya umat

Islam ini kurangkan bergurau dan lebihkan amalan dan tindakan. Hal ini disebabkan,

dengan banyak ketawa atau gurauan, dapat menyebabkan hati dan fikiran 'mati'

daripada memikirkan nasib dan permasalahan ummah yang menderita akibat terus-

terusan dijajah.

16

Ali al-Dihami, Menjaga Hati, (Jakarta: Gema Insani, 2005), h. 97

Page 42: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

32

BAB IV

STUDI KRITIK SANAD DAN MATAN HADIS SENDA GURAU

A. Pengertian dan Fungsi Hadis

Menurut bahasa kata hadits memiliki arti: (sesuatu yang

baru), lawan dari qadîm. Bisa juga diartikan dengan Qarîb (yang dekat), selain

itu juga bisa diartikan dengan khabar yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan

dipindahkan dari seseorang kepada orang lain dan ada kemungkinan benar

atau salahnya. Hadis merupakan sumber Islam kedua setelah Alquran. Dimana

ia adalah sinonim dari kata sunnah yaitu yang diartikan sebagai segala sesuatu

yang diambil dari Rasulullah saw, baik berupa perkataan, perbuatan, dan

penetapan.1

Keberadaannya bisa dijadikan sebagai penguat dari Alquran, penjelas dari

sesuatu yang masih global yang terdapat dalam Alquran, menerangkan yang

sulit, membatasi yang mutlak, mengkhususkan yang umum, dan menguraikan

ayat-ayat yang ringkas, bahkan kadangkala menetapkan suatu hukum yang

tidak terdapat dalam Alquran.2 Dalam referensi lain juga disebutkan bahwa

kedudukan hadis adalah sebagai penjelas, baik berbentuk sabda, perbuatan,

maupun penetapan pada hal-hal yang yang masih global dan sebagainya dalam

1 Fathur Rahman, Ikhtisar Mustalah Hadis, ( Bandung:PT Ma‟arif, 1974), h.24

2Ending Syaifuddin Ansyari, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pemikiran Islam dan

Umatnya, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1993), h.35

Page 43: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

33

Alquran.3 Dengan demikian, hadis merupakan tuntunan praktis terhadap

Alquran.4

B. Kegiatan Takhrij Hadis

Ada 20 hadis yang menjelaskan tentang senda gurau dalam bab

bahaya lisan yang terdapat dalam kitab Ihyâ` „Ulûm al-Dîn, adapun redaksi

semua hadis adalah sebagai berikut:

No Teks Hadis

1.

2.

3.

4.

5. 6. 7.

8.

9.

10.

11.

3

M.M Azami, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, terj.‟Ali Mustafa Ya‟qub

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h.27 4

M.‟Ajâj al-Khâtib, Ushûl al-Hadîts, terj. M.Qadirun Nur, Ahmad Musyafiq

(Jakarta:Gaya Media Pertama, 2001), h.35

Page 44: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

34

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

Dan berikut adalah redaksi hadis yang dipilih untuk diteliti berdasarkan

tema senda gurau:

.

.

.

.

Page 45: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

35

1. Pengertian Takhrij

Menurut bahasa takhrij berasal dari kata kharraja ( ج ر خ ) yang berarti

mengeluarkan.5 Dalam kamus al-Munawwir lafaz ج ر :خ ج ر ت خ:إج ر خت س إ

bermakna ل خ دا ذض (lawannya memasukkan). Kata at-takhrij sering

dimutlakkan pada beberapa macam pengertian; dan pengertian-pengertian

yang popular untuk kata at-takhrij itu ialah: (1) al-istinbât (hal mengeluarkan);

(2) al-tadrîb (hal melatih atau hal pembiasaan); (3) al-taujîh (hal

memperhadapkan).6

Adapun menurut istilah takhrij adalah:

“Menunjukan posisi hadis dalam sumber-sumber asli yang yang

dikeluarkan dengan sanadnya, kemudian menjelaskan kedudukan ketika

dibutuhkan.”

Sedangkan dalam bukunya, M. Syuhudi Ismail menjelaskan pengertian

takhrijul-hadis yang digunakan untuk maksud kegiatan penelitian hadis ialah

“Penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari

hadis yang bersangkutan, di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap

matan dan sanad hadis yang bersangkutan”.8

5Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), h.155

6M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2007),

h. 39. Lihat juga Mahmud at-Tahhan, Usul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, (Riyad: Maktabah al-

Ma‟arif, 1991), h.8 7Mahmud at-Tahhan, Usul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, h.10

8 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 41

Page 46: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

36

2. Sebab-sebab Perlunya Kegiatan Takhrij Hadis

Bagi seorang peneliti hadis, kegiatan takhrijul-hadis sangat penting.

Tanpa dilakukan kegiatan takhrij hadis terlebih dahulu, maka akan sulit

diketahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti, berbagai riwayat yang

telah meriwayatkan hadis itu, dan ada atau tidak adanya syahid atau muttabi‟

dalam sanad bagi hadis yang ditelitinya. Dengan demikian, ada tiga hal yang

menyebabkan pentingnya kegiatan takhrij hadis dan melaksanakan penelitian

hadis. Berikut ini dikemukakan tiga hal tersebut:

a) Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti.

Suatu hadis akan sangat sulit diteliti status dan kualitasnya bila terlebih

dahulu tidak diketahui asal-usulnya. Tanpa diketahui asal-usulnya,

maka sanad dan matan hadis yang bersangkutan sulit diketahui

susunannya menurut sumber pengambilannya. Tanpa diketahui

susunan sanad dan matan secara benar, maka hadis yang bersangkutan

akan sulit diteliti secara cermat. Untuk mengetahui bagaimana asal-

usul hadis yang akan diteliti itu, maka kegiatan takhrij perlu dilakukan

terlebih dahulu.

b) Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti.

Hadis yang akan diteliti mungkin memiliki lebih dari satu sanad.

Mungkin saja, salah satu dari sanad itu berkualitas daif, sedang yang

lainnya berkualitas sahih. Untuk dapat menentukan sanad yang

berkualitas daif dan yang berkualitas sahih, maka terlebih dahulu harus

diketahui seluruh riwayat hadis yang bersangkutan. Dalam

Page 47: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

37

hubungannya untuk mengetahui seluruh riwayat hadis yang sedang

akan diteliti, maka kegiatan takhrij sangat diperlukan.

c) Untuk mengetahui ada atau tidaknya syahid dan muttabi‟ pada sanad

yang diteliti.

Ketika hadis diteliti salah satu sanad-nya, mungkin ada periwayat lain

yang sanad-nya mendukung pada sanad yang sedang diteliti.

Dukungan itu bila terletak pada bagian periwayat tingkat pertama,

yakni tingkat sahabat nabi, disebut sebagai syahid, sedang bila terdapat

di bagian bukan periwayat tingkat sahabat disebut sebagai muttabi‟.

Dalam penelitian sebuah sanad, syahid yang didukung oleh sanad yang

kuat dapat memperkuat sanad yang sedang diteliti. Begitu pula mutabi‟

yang memiliki sanad yang kuat, maka sanad yang sedang diteliti

mungkin dapat ditingkatkan kekuatannya oleh muttabi‟ tersebut. Untuk

mengetahui apakah suatu sanad memiliki syahid atau muttabi‟, maka

seluruh sanad hadis itu harus dikemukakan. Itu berarti takhrijul-hadis

harus dilakukan terlebih dahulu. Tanpa kegiatan takhrij hadis, tidak

dapat diketahui secara pasti seluruh sanad untuk hadis yang sedang

diteliti.9

Dalam menelusuri hadis sampai pada sumber asalnya tidak semudah

menelusuri ayat Alquran. Untuk menelusuri ayat Alquran, cukup diperlukan

sebuah kitab kamus Alquran, misalnya kitab al-Mu‟jam al-Mafahras li Alfâdz

al-Qur‟ân al-Karîm susunan Muhammad Fuad „Abdul Baqi, dan sebuah

9 M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 41-43

Page 48: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

38

rujukan berupa mushaf Alquran. Akan tetapi untuk menelusuri sebuah hadis,

tidak cukup hanya menggunakan sebuah kamus atau sebuah kitab hadis yang

disusun oleh mukharijnya. Karena hadis terhimpun di dalam banyak kitab

sehingga diperlukan kitab-kitab kamus hadis untuk memudahkan kegiatan

takhrij hadis dan memahami cara penggunanya. Untuk mengetahui kejelasan

hadis beserta sumber-sumbernya seorang peneliti haruslah mengetahui

metode-metode dalam mentakhrij hadis.10

Metode-metode tersebut adalah:

1. Men-takhrij hadis melalui periwayatan pertama. Kitab yang

digunakan diantaranya adalah kitab-kitab athraf dan kitab-kitab

musnad.

2. Men-takhrij melalui lafal pertama hadis (awal matan). Kitab

yang digunakan dalam metode ini adalah al-Jâmi‟ al-Saghîr

min ahâdîts al-Basyîr al-Nadzîr, al-Fathu al-Kabîr fî Dammi

al-Ziyâdah ila al-Jâmi‟ al-Saghîr dan kitab Mausû‟ah al-Atrâf

al-Hadîts al-Nabawî al-Syarîf.

3. Men-takhrij hadis melalui lafal yang terdapat dalam matan

hadis. Kitab yang digunakan dalam metode ini adalah al-

Mu‟jam al-Mufahras li Alfâdz al-Hadîts al-Nabawî.

4. Men-takhrij hadis melalui tema hadis. Kitab yang digunakan

dalam metode ini adalah kitab Kanz al-„Ummâl, kitab

Muntakab Kanz al-„Ummâl.

10

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h. 43

Page 49: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

39

5. Men-takhrij hadis melalui klasifikasi jenis hadis. Kitab yang

digunakan dalam metode ini adalah kitab al-Azhar al-

Mutanatsiruh, kitab al-Ittihâfât al-Saniyyah, kitab al-Hadîts al-

Qudsiyyah, kitab al-Marâsil, kitab Tanzîh al-Syarî‟ah al-

Marfû‟ah, dan kitab al-Masnû‟.

Dari kelima metode tersebut di atas tidak mengharuskan

seorang peneliti menggunakan semua metode. Terkadang

ditemukan hanya tiga atau dua metode saja, jika yang

digunakan itu sudah dapat memenuhi usaha penelusuran

hadis.11

C. Kegiatan Penelitian dan I’tibar Sanad

a. Pengertian I‟tibar dan Sanad

Kata i‟tibar ( ارب تعاإل ) merupakan masdar dari kata إعت ب ر). Menurut

bahasa, arti al-i‟tibar adalah “Peninjauan terhadap berbagai hal dengan

maksud untuk dapat diketahui sesuatu yang jelas.” Menurut istilah ilmu

hadis, al-I‟tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu

hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat

seorang periwayat saja dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain

tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah

tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud.12

11

Abu Muhammad Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi, (terj) Said Agil Husain al-

Munawar & H.A. Rifki Mukhtar, Metodelogi Takhrij hadis, (Semarang: Toha Putra Group, 1994),

h.78 12

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h.49

Page 50: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

40

Dengan dilakukannya al-i‟tibar, maka akan terlihat dengan jelas

seluruh jalur sanad hadis yang diteliti demikian juga nama-nama

periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-

masing periwayat yang bersangkutan. Jadi, kegunaan al-i‟tibar adalah

untuk mengetahui keadan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau

tidak adanya pendukung berupa periwayat yang berstatus muttabi‟ atau

syahid. Yang disebut muttabi‟ (biasa juga disebut tabi‟ dengan jama‟

tawabi‟) ialah periwayat yang berstatus pendukung para periwayat yang

bukan sahabat Nabi. Pengertian syahid (dalam istilah ilmu hadis biasa

diberi kata jamak dengan syawahid) ialah periwayat yang berstatus

pendukung yang berkedudukan sebagai dan untuk sahabat Nabi. Melalui

al-i‟tibar akan dapat diketahui apakah sanad hadis yang diteliti memiliki

muttabi‟ dan syahid ataukah tidak.13

Sanad berarti tarîq, yaitu jalan. Sedangkan menurut istilah adalah

jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadis. Dalam referensi lain,

sanad menurut bahasa ialah sandaran, tempat bersandar, atau dapat juga

berarti yang dapat dipegang atau dipercaya.14

Setelah melalui kegiatan

takhrȋ j hadis, kemudian dilanjutkan dengan kritik sanad hadis. Dalam

kritik sanad hadis ini menyajikan biografi tiap sanad yang menjadi jalur

hadis tersebut yang sampai kepada matan hadis, kemudian menyajikan

guru-guru dan murid-murid beliau sehingga sanad dapat dipastikan

13

M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, h.50 14

Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,

(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1999), cet ke-4, h. 168

Page 51: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

41

bersambung (ittisâl), dan selanjutnya menyajikan tentang komentar

ulama terhadapnya sehingga bisa diketahui melalui kitab rijal hadis

apakah sanad tersebut termasuk yang positif (ta‟dîl) atau yang negatif

(tajrîh). Kriteria kesahihan sanad hadis terdapat beberapa syarat yaitu:

bersambungnya sanad, diriwayatkan oleh perawi yang ḏâbiṯ, tidak ada

kejanggalan (Syâdz) maupun cacat („illat).15

Kritik sanad hadis ini merupakan cara untuk mengetahui kualitas

perawi yang menjadi rentetan sanad hadis, melalui kitab-kitab rijal hadis

seperti Tahdzȋb al-Tahdzîb, Tahdzîb al-Kamâl, dan lain sebagainya.

D. Kegiatan Penelitian Matan

Untuk mengetahui status kehujjahan hadis, penelitian sanad dan

matan memiliki kedudukan yang sama penting. Karena dalam suatu hadis

barulah dinyatakan sahih apabila sanad dan matan hadis itu sama-sama

berkualitas sahih. Adapun yang menjadi unsur-unsur acuan utama yang

harus dipenuhi oleh suatu matan yang berkualitas shahih adalah terhindar

dari Syudzudz (kejanggalan) dan „Illat (kecacatan).

Namun terdapat juga beberapa kriteria kesahihan matan hadis,16

yaitu: tidak bertentangan dengan akal, tidak bertentangan dengan Alquran,

tidak bertentangan dengan hadis yang mutawattir, tidak bertentangan

15

Kamaruddin Amin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis, (Jakarta: PT

Mizan Publika, 2009), h.20. 16

Dr.Bustamin M.SI, Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010

Page 52: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

42

dengan hadis ahad yang kualitasnya sahih, tidak bertentangan dengan

kesepakatan ulama terdahulu.

Dalam kegiatan penelitian matan ini, ada tiga langkah yaitu sebagai

berikut:

I. Meneliti matan dengan melihat kualitas hadis

Dilihat dari segi obyek penelitian, matan dan sanad hadis memiliki

kedudukan yang sama, yakni sama-sama penting untuk diteliti dalam

hubungannya dengan status kehujjahan hadis. Suatu matan hadis tidak

dianggap sahih apabila sanadnya diragukan.

II. Meneliti susunan lafadz yang semakna

Perbedaan dalam redaksi (matan) dengan matan hadis yang sejalur

dengannya karena periwayatan secara makna menurut ulama hadis dapat

ditoleransi sepanjang tidak menyalahi kandungan makna hadis dari

Rasulullah saw. baik itu pergantian lafal, perbedaan struktur, maupun

pengungkapannya sempurna atau tidak, semuanya masih dapat diterima

sebagai sabda yang berasal dari Rasulullah saw.

III. Meneliti kandungan matan hadis

Adapun yang dianggap penting diperhatikan terhadap kandungan

matan hadis yang sejalan atau tidak bertentangan dan yang

dipertentangkan.17

17

Dr.Bustamin M.SI, Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010

Page 53: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

43

E. Kritik Hadis tentang Senda Gurau

Hadis Pertama

a. Teks Hadis

Langkah awal dalam melakukan kritik hadis adalah takhrij hadis, dalam

kegiatan takhrij ini penulis menelusuri melalui penggalan lafaz matan hadis

dengan menggunakan kitab al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfâdz al-Hadîts al-Nabawî

yaitu dengan lafaz kemudian ditemukanlah sebagai berikut:

٨رت,ب٨

Penulis juga menelusuri kata dari lafaz kemudian ditemukan sebagai berikut:

٨ت,بر9

Penulis juga menelusuri kata dari lafaz dan ditemukan sebagai berikut:

٨ت,بر

18

A.J Weinsinck, Corcondance et Indices de la Tradition Musumane, diterjemahkan ke

dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfâdz al-

Hadîts al-Nabawî, jilid 3. (Brill:Leiden, 1955), h.237 19

A.J Weinsinck, Corcondance et Indices de la Tradition Musumane, diterjemahkan ke

dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfâdz al-

Hadîts al-Nabawî, h. 256

Page 54: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

44

Berdasarkan hasil penelusuran di atas bahwa matan hadis tersebut terdapat pada:

Tirmidzi, Kitab al-Birr, bab 58

Dengan demikian matan hadis ini hanya terdapat dari jalur Tirmidzi saja.

Adapun dalam kitab Mausû‟ah li Atrâf al-Hadîts ditemukanlah sebagai berikut:

:خفاء–اركار–٨مشكاف-١اتحاف–9ت,

Berikut hadis yang mukharijnya al-Tirmîdzî

Telah menceritakan kepada kami Ziyad bin Ayyub Al Baghdadi, telah

menceritakan kepada kami Al Muharibi dari Al Laits ia adalah Ibnu Abu Sulaim,

dari Abdul Malik dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa

sallam, beliau bersabda: "Janganlah engkau debat saudaramu, janganlah engkau

permainkan dia, dan janganlah engkau membuat janji dengannya lalu engkau

mengingkarinya." Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits hasan gharib, tidak

kami ketahui kecuali melalui jalur ini, dan menurutku Abdul Malik bin Marwan

ialah Ibnu Bisyr.

Setelah dilakukan takhrij dan mengetahui hasilnya, penulis akan

menampilkan skema sanad di halaman berikutnya agar dapat memahami urutan

sanad dalam hadis ini.

20

A.J Weinsinck, Corcondance et Indices de la Tradition Musumane, diterjemahkan ke

dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, al-Mu‟jam al-Mufahras li Alfâdz al-

Hadîts al-Nabawî, h. 56 21

Abî Hisyâm Muhammad bin „Isâ bin Tsaurah, Sunan Tirmîdzî, Beirut:Dâr al-Ma‟rifah,

2002.

Page 55: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

45

b. Kritik Sanad

1. Al-Tirmîdzî (w.279 H)

Nama lengkapnya adalah Imam al-Hâfidz Abû „Isa Muhammad bin „Isa

bin Saurah bin Mûsa bin al-Dahhâk Al-Sulami al-Tirmîdzî, salah seorang ahli

hadis kenamaan, dan pengarang berbagai kitab yang masyur lahir pada 279 H di

kota Tirmiz.

Guru-gurunya: ia belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan.

Di antaranya adalah Imam al-Bukhâri, kepadanya ia mempelajari hadis dan fiqh.

Juga ia belajar kepada Imam Muslim dan Abû Dâwud. Bahkan al-Tirmîdzî belajar

pula hadis dari sebagian guru mereka. Guru lainnya ialah Qutaibah bin Saudi

Arabia‟id, Ishâq bin Mûsâ, Mahmûd bin Ghailân. Sa‟îd bin „Abdur Rahmân,

Muhammad bin Basysyâr, „Alî bin Hajar, Ahmad bin Munî‟, Muhammad bin al-

Musanna dan lain-lain.

Murid-murid beliau di antaranya ialah Makhûl ibn al-Fadl, Muhammad bin

Mahmûd „Anbar, Hammâd bin Syâkir, „Abd bin Muhammad al-Nasfî, al-Haisam

bin Kulaib al-Syasyi, Ahmad bin Yûsuf al-Nasafi, Abû al-„Abbâs Muhammad bin

Mahbûd al-Mahbûbî, yang meriwayatkan kitab Al-Jâmi‟ dari padanya, dan lain-

lain. Kekuatan hafalan Abû „Isa al-Tirmîdzî diakui oleh para ulama, keahliannya

dalam menghafal hadis.

2. Ziyâd bin Ayyûb (w.252 H)

Nama lengkapnya adalah: Ziyâd bin Ayyûb bin Ziyâd al-Baghdâdî Abû

Hâsyim al-Ma‟rûf Badaluwiyah, beliau berasal dan asli dari Thus.

Page 56: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

46

Guru-gurunya: Ibrâhîm bin Abî al-„Abbâs, Ahmad bin Abî al-Hawariy, Adam bin

Ayyûb, Asbath bin Muhammad al-Qurasyiy, Ismâ‟il bin Ulaiyah, Ziyâd bin

„Abdullah al-Bakka‟i, Sa‟îd bin Zakariyâ al-Madaaniy, Sa‟îd bin „Amir al-

Dhuba‟i, Sa‟îd bin Muhammad al-Warrâq, dan Abî Sufyân Sa‟îd bin Yahyâ al-

Himyari.

Murid-muridnya: al-Bukhâri, Abû Dâwud, al-Tirmîdzî, al-Nasâ‟i, Ibrâhim bin

„Abdullah bin Junaidi al-Khuttuliy, Ibrâhim bin Muhammad bin „Abbâd, Ahmad

bin Husain bin Muhammad bin Ahmad Junaidi al-Daqaqi dan Ahmad bin Ali al-

„Alai al-Juzijani.

Pendapat tentang Ziyâd bin Ayyûb:

Abû Hâtim : Sadûq

Al-Nasa‟i : Laisa bihî Ba‟sa

Ibnu Hibbân menyebutnya dalam kitab al-Tsiqât‟.22

3. Al-Muhâribi (w.195 H)

Nama lengkapnya adalah: Abdurrahman bin Muhammad bin Ziyâd al-

Muhâribi, Abû Muhammad al-Kûfî.

Guru-gurunya: Ibrâhim bin Muslim al-Hajari, Ismâ‟il bin Abi Khalid, Ismâ‟il bin

Rafi‟ al-Madani, Asy‟ats bin Tsawar, Bakr bin Khunais, Hajjâj bin Artah,

Sulaimân al-A‟masy, Salâm al-Tawîl, Salih bin Salih bin Hayy, „Abdullah bin

22

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl,

Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992, h.432-436

Page 57: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

47

Sa‟îd bin Abî Sa‟îd al-Maqbûri, „Abdurraman bin Ziyâd bin An‟um al-Ifriqi,

„Abdussalam bin Harb, Fudail bin Ghazwân, Fitr bin Khalifah, Laits bin Abi

Sulaim, Muhammad bin Ishaq bin Yasar dan Musa bin Qais al-Farai.

Murid-muridnya: Ibrahim bin Yusuf al-hadhrami al-Sairafi, Ahmad bin Harb al-

Maushuli, Ahmad bin Muhammad bi Hanbal, Ishaq bin Musa al-Anshori, Ja‟far

bin Muhammad bin „Imran, Hasan bin „Arafah, Hamad bin Hasan bin „Anbah al-

Waraqi, Khalad bin Yahya, Daud bin Rusyaid, Abu Sa‟id Abdullah bin Sa‟id al-

Asyja, Sahal bin Utsman al-„Askari, Salid bin Suhail al-Nakhai, Muhammad bin

Salam al-Bikandi.

Pendapat Ulama:

Abu Bakar bin Abi Khoisamah: Tsiqah

Al-Nasa‟i: Tsiqah

Ibn Hibbân menyebutnya dalam kitab al-Tsiqât. 23

4. Laits bin Abî Sulaim (w.148 H)

Nama lengkapnya: Laits bin Abî Sulaim bin Zunaim al-Qurasyi.

Guru-gurunya: Asy‟asy bin Abi Sya‟tsa, Busyrâ, Tsabit bin „Ajlan, Hajjaj bin

Ubaid bin Yassar, Rabi‟ bin Annas, Zayid bin Artah, Sa‟id bin Amir, Syahr bin

Hautsab, Safwan bin Muhriz, Tawwus bin Kaisan, Talhah bin Musarrif, Abdul

Malik bin Abi Basyir al-Madaani dan I‟krimah maula Ibn Abbas.

23

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl, jilid

17 (Beirut: Mu`assasah Risalah), 1992, h. 386-389

Page 58: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

48

Murid-muridnya: Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad al-Pazariy, Ismail bin

Ulaiyah, Ismail bin „Ayyasy, Bakar bin Khunaisy, Tsa‟labah bin Suhail, Jarir bin

Abdul Hamid, Hasan bin Ibrahim, Abdurrahman bin Muhammad al-Muharibi dan

Abdul al-Salam bin Harrab.

Pendapat Ulama:

Mu‟awiyah: Daif

Ibrahim: Tidak ada hadis darinya

Abu Ma‟mar: Daif24

5. Abdul Malik (w.118 H)

Nama lengkapnya: Abdul Malik bin Abi Basyir al-Bashriy al-Madani.

Guru-gurunya: Abdullah bin Musawir, I‟krimah maula Ibn Abbas dan Hafshah

binti Sirin.

Murid-muridnya: Abû Hazim Junaid bin „Ala‟ bin Abi Dahrah al-Taimiy al-

Kufiy, Zuhair bin Muawiyah, Sufyan al-Tsauri, „Abdurrahman bin Muhammad al-

Muharibi, Laits bin Abi Sulaim dan Muhammad bin Humran al-Qisiy.

Pendapat ulama:

Muammal: Saduq

Ali bin Madiniy: Tsiqah

Abdullah bin Ahmad: Tsiqah. 25

24

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl,

Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992, h. 279-287

Page 59: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

49

6. ‘Ikrîmah (w.104 H)

Nama lengkapnya: „Ikrîmah al-Qurasyiy al-Hasyimi, Abu Abdullah al-Madani.

Guru-gurunya: Jabi‟r bin Abdullah, Hajjaj bin „Amr bin Ghaziyyah al-Ansari,

Hasan bin Ali bin Abi Talib, Safwan bin Umayyah, Abdullah bin Abbas,

Abdullah bin „Amr bin „Ash dan „Uqbah bin Amir al-Juhaniy.

Murid-muridnya: Aban bin Sam‟ah, Ibrahim al-Nakha‟i, Artah bin Abi Artah,

Ishaq bin Abdullah bin Jabir al-Adaniy, Ismail bin Abi Khalid, Ja‟far bin Rabi‟ah,

Abdul Malik bin Abi Basyir al-Bashriy al-Madaani, Utsman bih Hakim al-Anshari

dan Isham bin Qudamah.

Pendapat ulama:

Sufyan bin „Uyainah : a‟lamunnas

„Amru bin Dinar: „alim

7. Ibnu ‘Abbâs (w.68 H)

Nama Lengkap : „Abd Allâh bin „Abbâs bin 'Abd al-Muṯ ṯ alib bin

Hâsyim.26

Ia lahir di Makkah tiga tahun sebelum hijrah. Dia adalah putra „Abbâs

bin 'Abd al-Muṯ ṯ alib bin Hâsyim, paman Rasulullah dan ibunya adalah Ummu

Faḏ l Labâbah binti hârits, Ia wafat di Ṯ aif pada tahun 68 H.

25

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl,

Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992, h. 287-288 26

Syihâb al-Dîn Ahmad bin Fahâris Ibn Hajar al-„Atsqalanî, al-Isâbah fȋ Tamyȋ z al-

Sahâbah, jilid 2, Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Arabȋ , h.326

Page 60: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

50

Pendapat ulama mengenai beliau adalah:

Ibnu Hajar al-'Atsqalanȋ : Sahâbat

Al-Dzahabȋ : Sahâbat

Mengingat posisinya sebagai Sahâbat Nabi Saw, para ulama jarh wa ta‟dȋ l

tidak mempersoalkan ‟adâlah-nya, semua ulama sepakat bahwa al-sahâbȋ

kulluhum „udûl.

c. Kritik Matan

Setelah menelusuri sanad hadis, langkah selanjutnya adalah kritik matan

hadis. Hadis ini menjelaskan tentang larangan Nabi untuk melakukan perdebatan

dan bersenda gurau. Dalam penelusuran matan ini, penulis menggunakan

beberapa pendekatan dalam kritik matan, yaitu:

Pendekatan melalui bahasa

Bahasa yang dipakai oleh Nabi Muhammad Saw adalah bahasa

yang sopan, tidak bertele-tele dalam pemakaian bahasa Arab, serta fokus

dalam satu masalah yang dibahas dalam hadis tersebut. Memperhatikan

matan hadis diatas bahwa matan hadis di atas menjelaskan tentang

larangan berdebat dan bersenda gurau.

Struktur kalimat yang terdapat dalam matan tersebut juga sesuai

dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, sebagai contoh:

Page 61: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

51

adalah fiil nahi yang menunjukkan arti larangan, berasal

dari fiil madhi ارم ي-ار م . kata termasuk dari salah satu asmaul

khamsah yang dibaca nashab karena kedudukannya sebagai maf‟ul bih,

dan tanda nasabnya menggunakan alif. fiil nahi yang berasal

dari fiil madi , dhamir muttashil yang dibaca nasab karena

kedudukannya sebagai maf‟ul bih, tanda nasabnya adalah mabni. Dhamir

kembali ke lafadz .

d. Kesimpulan kualitas hadis

Kriteria kesahihan hadis terdapat beberapa syarat yaitu:

bersambungnya sanad, diriwayatkan oleh perawi yang dhabit, tidak ada

kejanggalan (Syadz) maupun cacat („illat)27

. Sesuai dengan penjelasan

kritik hadis diatas dapat disimpulkan bahwa semua sanad mempunyai

hubungan antara guru dan murid sehingga bisa dipastikan bahwa

semuanya adalah bersambung sanadnya (ittishal al-sanad), dan mayoritas

sanad dari hadis tersebut adalah dipandang positif (ta‟dil), namun sanad

Laits bin Abi Sulaim bin Zunaim al-Qurasyi dinilai daif oleh kritikus

hadis, jadi kualitas hadis tersebut adalah hasan.

27

Dr.Bustamin M.SI. Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010

Page 62: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

52

Hadis Kedua

a. Teks Hadis

Ditelusuri melalui penggalan lafaz matan hadis di kitab al-Mu‟jam al-Mufahras li

Alfâdz al-Hadîts, dengan lafaz ditemukanlah sebagai berikut:

:حم,

Penulis juga menelusuri kata dari lafaz kemudian ditemukan sebagai berikut:

:حم,

Setelah menelusuri dari lafaz lain namun penulis tidak menemukan hasilnya.

Berdasarkan penelusuran di atas bahwa matan hadis tersebut terdapat pada:

Musnad Ahmad bin hanbal, jilid 3, halaman 402

Dengan demikian hadis ini hanya terdapat pada jalur Ahmad bin Hanbal saja.

Adapun dalam kitab Mausu‟ah li Atraf al-Hadits ditemukanlah sebagai berikut:

مطالب,

Page 63: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

53

Berikut hadis yang mukharijnya Ahmad bin Hanbal

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ishaq berkata; telah

mengabarkan kepada kami Abdullah telah mengabarkan kepada kami Az Zubair

bin Sa'id lalu ia menyebutkan hadits dari Shafwan bin Sulaim berkata; dan

Shafwan bin Sulaim telah menceritakan juga dari 'Atho` bin Yasar dari Abu

Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:

"Seorang laki-laki mengatakan suatu kalimat yang dengannya ia ingin menjadi

bahan tertawaan orang-orang disekelilingnya, maka ia akan masuk ke dalam

neraka sejauh bintang-bintang di langit."

Setelah dilakukan takhrij dan mengetahui hasilnya, penulis akan

menampilkan skema sanad di halaman berikutnya agar dapat memahami urutan

sanad dalam hadis ini.

Page 64: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

54

b. Kritik Sanad

Setelah dilakukan takhrij hadis, langkah selanjutnya adalah meneliti kualitas

sanad yang terdapat pada hadis tersebut:

1. Ahmad bin Hanbal (w.241 H)

Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Ahmad bin Muhammad bin

Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Ayah beliau seorang

komandan pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya

mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani Umayyah, dan di masa Dinasti

Abbasiyah menjadi da‟i yang kritis.28

Guru-guru Beliau: Imam Ahmad bin Hanbal berguru kepada banyak

ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai

negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya.

Di antara merekaadalah: Ismail bin Ja‟far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin

Abdillah bin Khalid, „Alî bin Ishâq al-Sulami, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin

Dinar Al-Sulami, Imam al-Syafi‟i., Waki‟ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah, Sufyan

bin „Uyainah, Abdurrazaq, dan Ibrahim bin Ma‟qil.

2. ‘Alî bin Ishâq (w.213 H)

28

Muqaddimah kitab sunan Ahmad bin Hanbal, Musnad li Imam Ahmad bin Hanbal,

Beirut:1996

Page 65: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

55

Profil beliau: „Alî bin Ishâq al-Sulami maulâhum Abû al-Hasan al-Marwazi

al-Dârâkânî.

Guru-gurunya dalam meriwayatkan hadis diantaranya adalah: Sakhr bin

Râsyid, „Abdullah bin al-Mubârak, al-Fadl bin Mûsâ al-Sînânî, al-Nadr bin

Muhammad al-Syîbânî, Abû Hamzah al-Sukarî.

Adapun murid-muridnya diantaranya adalah: Ibrâhîm bin Mûsâ al-Râzî,

Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin al-Khalîl al-Burjulânî, Abû Mas‟ûd Ahmad

bin al-Furât al-Râzî, Ahmad bin al-Barrâ`, Ishâq bin Abî Isrâ`îl, „Abbâs bin

Muhammad al-Duwarî, „Abdullah bin „Umar, Abû Bakar bin Muhammad bin

Abî Syaibah, Muhammad bin Ishâq, Muhammad bin al-Husain, Muhammad

bin Yahyâ, Mûsâ bin Hizâm al-Tirmîdzî.

Komentar ulama hadis terhadapnya:

„Alî bin Husain: tsiqah sadûq

Muhammad bin Sa‟d : tsiqah

Al-Nasâ‟i : tsiqah

Ibn Hibbân menyebutnya dalam kitab al-Tsiqât

Abû Rajâ`: ia bertempat di Tirmidz, wafat pada tahun 213 H, dan ia

tsiqah.29

Menurut para kritkus hadis, mereka menilai bahwa „Alî bin Ishâq al-

Sulami ini termasuk orang-orang yang tsiqah jadi bisa dibenarkan

pernyataan bahwa „Alî bin Ishâq al-Sulami pernah berguru dan menerima

29

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl,

Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992.

Page 66: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

56

hadis dari „Abdullah bin Mubârak secara langsung, dengan demikian

sanadnya bersambung (muttasil).

3. ‘Abdullah bin Mubârak (w.181 H)

Nama lengkap beliau adalah „Abdullah bin Mubârak bin Wâdih al-

Handzalî al-Tamîmî. Guru-gurunya diantaranya adalah: Abân bin Taghlîb,

Abân bin „Abdullah, Abân bin Yazîd, Ibrâhîm bin Sa‟d, Ibrâhîm bin

Tahmân, Ibrâhîm bin Abî „Ablah, Ibrâhîm bin „Uqbah, Ibrâhîm bin Nâfi‟,

Ibrâhîm bin Nasyît, Usâmah bin Zaid al-Laitsî, Ismâ‟îl bin Muslim al-

„Abd, Aswad bin Syaibân, Basyîr bin Muhâjir, Basyîr Abî Ismâ‟îl, Habîb

bin Sulaim, Harmalah bin „Imrân, Hazm bin Mihrân, Hasan bin „Amr,

Zubair bin Sa‟îd, Zubair bin „Abdullah, Zuhair bin Mu‟âwiyah, Sa‟îd bin

Ayyûb, Sa‟îd bin Iyyas, dan Abî Sinân Sa‟îd bin Sinân.

Adapun murid-muridnya adalah: Abû Ishâq Ibrâhîm bin Ishâq, Ibrâhîm bin

Syammâs, „Abdullah al-Khalâl, Ibrâhîm bin Musyajjar, Ahmad bin Jamîl,

Ahmad bin al-Hajjâj, Bisyr bin al-Sariyy, Bisyr bin Muhammad, Hasan

bin Rabî‟, Hasan bin „Arafah, Hasan bin „Îsâ, Husain bin Hasan, „Alî bin

Ishâq, Sa‟îd bin Rahmah, Sa‟îd bin Sulaimân, Salamah bin Sulaimân,

Komentar ulama hadis terhadapnya:

Ahmad bin Hanbal : ia adalah seorang yang hafidz

Abû Hâtim : ia adalah faqih, „alim, ahli ibadah, zuhud, pemberani, dan

penyair

Page 67: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

57

Ahmad bin Muharraz : ia adalah seorang yang pemberani.30

Berdasarkan penilaian para ulama terhadap „Abdullah bin Mubârak bisa

dikategorikan sebagai periwayat yang dinilai ta‟dil (positif), dan melalui

kitab rijal hadis dapat diketahui bahwa„Abdullah bin Mubârak benar

menerima riwayat sebuah hadis dan bersangkutan dari seorang gurunya

yang bernama Zubair bin Sa‟îd bin Sulaimân dan sanad mereka

bersambung (muttasil).

4. Zubair bin Sa’îd (w.152 H)

Nama lengkapnya adalah Zubair bin Sa‟îd bin Sulaimân. Guru-

gurunya adalah: Safwân bin Sulaim, „Abdullah bin „Alî bin Yazîd, ;Abd

al-Hamîd bin Salîm, „Abd al-Rahmân bin Qâsim, Muhammad bin al-

Munkadir, Abî Suhail Nâfi‟ bin Mâlik, Ilyasa‟ bin al-Mughîrah.

Adapun murid-muridnya adalah: Ismâ‟îl bin „Ayyâsy, Jarîr bin Hâzim,

Sa‟îd bin Zakariyyâ, Abû „Âsim al-Dahhâk bin Makhlad, „Abdullah bin

Hârits, „Abdullah bin Mubârak, „Abdullah bin Maimûn al-Qaddâh, „Abd

al-Hamîd bin Zakariyyâ, Mutarraf bin „Abdullah.

Komentar ulama terhadapnya:

Abû „Ubaid: da‟îf

Abû Zur‟ah: Syaikh

Al-Nasâ`î: da‟îf

Sâlih bin Muhammad: majhûl

30

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl,

Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992, h. 5-18

Page 68: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

58

Muhammad bin Sa‟d: qalîl al-hadîts.

Menurut para kritikus hadis, Zubair dinilai sebagai sanad yang daif,

namun demikian sanad Zubair dapat dikatakan bahwa riwayat hadis yang

disampikan adalah muttasil, karena ada ketergantungan dan bertemu

langsung antara murid dan gurunya yang bernama Safwân bin Sulaim al-

Madani.

5. Safwân bin Sulaim (w.132 H)

Nama lengkapnya ialah Safwân bin Sulaim al-Madani. Guru-

gurunya adalah: Anas bin Mâlik, Tsa‟labah bin Abi Mâlik, Jâbir bin

„Abdullah, Hamzah bin „Abdullah bin „Umar, Humaid bin „Abd al-

Rahmân, Dzakwân Abî Sâlih, Sâlim bin „Abdullah bin „Umar, Sa‟îd bin

Salamah, Sa‟îd bin Musayyab, Sulaimân bin Yasâr, „Urwah bin Zubair,

„Atâ` bin Yasâr, „Ikrimah maula Ibn „Abbâs, „Umar bin Tsâbit.

Adapun murid-muridnya adalah: Ibrâhîm bin Sa‟d, Usâmah bin Zaid,

Zubair, Ziyâd bin Sa‟d, Zaid bin Aslam, Sufyân al-Tsauri, Sufyân bin

„Uyainah, Umayyah bin Sa‟îd, Mâlik bin Anas, Abû „Alqamah, dan „Abd

al-Malik bin Juraij,

Komentar ulama terhadapnya adalah:

Muhammad bin Sa‟d: tsiqah

Abû Hâtim: tsiqah

Al-Nasâ`î: tsiqah

Ya‟qûb bin Syaibah: tsabat

Page 69: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

59

Ya‟qûb bin Ibrâhîm: ia wafat pada tahun 132 H.31

Nama Safwân bin Sulaim al-Madani ini dapat digolongkan orang

yang tsiqah berdasarkan penilaian beberapa ulama hadis yang berkomentar

tentang beliau, bisa dikatakan bahwa apa yang diriwayatkan dari seorang

Safwân bin Sulaim al-Madani ini benar karena beliau langsung dan

bertemu dengan gurunya yang bernama „Atâ bin Yasâr al-Hilâli, jadi hadis

yang diriwayatkan dari Safwân bin Sulaim al-Madani adalah muttasil.

6. ‘Atâ bin Yasâr (w.103 H)

Nama lengkap beliau ialah „Atâ bin Yasâr al-Hilâli, Abû

Muhammad al-Madanî al-Qâshî.

Guru-gurunya adalah: Ubay bin Ka‟ab, Usâmah bin Zaid, Jâbir bin

„Abdullah, Zaid bin Tsâbit, Zaid bin Khâlid al-Juhâni, Khâwât bin Jubair

al-Ansâri, Rafâ‟ah bin „Arabah al-Juhâni, Abî Sahlah al-Saibi bin Khalad

al-Ansâri, „Âmir bin Saad bin Abî Waqas, „Abdullah bin „Amr bin „Âs,

Mu‟âwiyah bin Hakam al-Sulami, Abî Ayyûb al-Ansâri, Abî Dardâ`, Abî

Hurairah, „Â`isyah dan Ummu Salamah.

Murid-muridnya: Ismâ‟îl bin „Abdurrahman bin Abî Zuaib, Bakr

bin Sawâdah al-Juzâmî, Bukair bin Asyja‟, Habîb bin Abî Tsâbit, Zaid bin

Aslim, Syarîk bin „Abdullah bin Abî Namir, Safwân bin Sulaim,

„Abdullah bin Muhammad bin „Aqîl, „Ubaidillah bin Miqsam, „Umâroh

bin „Abdullah bin Sayâd al-Anshâri, „Amr bin Dînâr, Muhammad bin

31

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl,

Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992, h. 184-191

Page 70: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

60

Ibrâhîm al-Hârits al-Taymi, Muhammad AbîHarmalah, Hilâl bin „Ali, Abû

Salamah bin „Abdurrahman bin „Auf dan Abû„Abdullah maula Ismâîl bin

„Ubaid.

PendapatUlama:

Abû Hâtim: Lam yusma‟ minhu

Ishâq bin Mansûr: Tsiqah

Menurut para kritikus hadis bahwa „Atâ bin Yasâr al-Hilâli adalah

orang yang tsiqah dan jika ditinjau dari sanad guru dan muridnya ada

keterkaitan dengan Abu Hurairah jadi dapat disimpulkan periwayatan

hadis dari seorang „Atâ bin Yasâr al-Hilâli adalah bersambung (muttasil).

7. Abu Hurairah (w.57 H)

Nama lengkapnya adalah ad-Dausi al-Yamani32

, salah satu sahabat

Rasulullah, seorang sahabat yang hafidz, ada beberapa perbedaan tentang

namanya, ada yang menyebutnya Ibn Ghanam,‟Abdullah Ibn „Amir, Ibn Shakhir.

Guru-gurunya adalah: Rasulullah, Abu Bakar, Umar, Fadhl bin Abbas, Sa‟id bin

Musayyab, Usamah bin Zaid, Abu Rafi‟. Dan murid-muridnya diantaranya: Abu

Qais Ziyad bin Rabbah, Salim bin Abdullah, Abu Sa‟id al-Maqburi, Abu Sannan,

Amir bin Sa‟ad, Mujahid, Ikrimah, Abu al-Walid, Sa‟id bin Sam‟an.

Penilaian para ulama hadis terhadapnya, Ibnu Mas‟ud berkata bahwa Abu

Hurairah adalah sahabat yang banyak meriwayatkan hadis dan ia shalih. Jabir bin

Abdullah berkata ia adalah Hafidz.

32Syihabuddin Ahmad bin Faharis Ibn Hajar al-„Atsqalani Al –Ishabah fi Tamyiz as-

Shahabah Juz 1 , Daar Kutub al-ilmiyyah, Beirut:1852 .

Page 71: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

61

Kesimpulan pribadi penilaian Abu Hurairah adalah berdasarkan

penelusuran melalui kitab rijal hadis bahwa ia adalah salah satu sahabat Nabi

yang banyak meriwayatkan hadis dan ia shalih, sedangkan kullu shahabah „udul

(semua sahabat adalah „udul).

c. Kritik Matan

Kandungan matan hadis di atas adalah tentang balasan bagi orang

yang sengaja mengatakan sesuatu yang bertujuan agar menjadi bahan

tertawaan orang di sekelilingnya, adapun balasannya yaitu ia akan masuk

neraka.

Pendekatan melalui bahasa

Bahasa yang dipakai oleh Nabi Muhammad Saw adalah bahasa

yang sopan, tidak bertele-tele dalam pemakaian bahasa Arab, serta focus

dalam satu masalah yang dibahas dalam hadis tersebut. Memperhatikan

matan hadis diatas bahwa matan hadis di atas menjelaskan tentang balasan

bagi orang yang sengaja mengatakan sesuatu yang bertujuan agar menjadi

bahan tertawaan orang di sekelilingnya, adapun balasannya yaitu ia akan

masuk neraka.

Matan hadis tersebut juga sesuai dengan kaidah bahasa Arab, salah

satu contohnya adalah lafadz dibaca nasab karena kemasukan

Page 72: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

62

salah satu amil nawasikh, yaitu adapun tanda nasabnya yaitu dengan

fathah karena ia termasuk isim mufrad.

d. Kesimpulan Kualitas Hadis

Kriteria kesahihan hadis terdapat beberapa syarat yaitu:

bersambungnya sanad, diriwayatkan oleh perawi yang dhabit, tidak ada

kejanggalan (Syadz) maupun cacat („illat)33

. Sesuai dengan penjelasan

kritik hadis diatas dapat disimpulkan bahwa semua sanad mempunyai

hubungan antara guru dan murid sehingga bisa dipastikan bahwa

semuanya adalah bersambung sanadnya (ittishal al-sanad), dan mayoritas

sanad dari hadis tersebut adalah dipandang positif (ta‟dil), namun sanad

Zubair bin Sa’îd bin Sulaimân dinilai daif oleh kritikus hadis, jadi

kualitas hadis tersebut adalah hasan.

Hadis Ketiga

a. Teks hadis

Langkah awal dalam menelusuri hadis adalah takhrij hadis, melalui

penggalan lafadz matan yaitu داعب, kemudian ditemukanlah sebagai berikut:

١ت,بر

,,حم,

33

Dr.Bustamin M.SI. Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010

Page 73: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

63

Setelah ditelusuri semua lafaz namun penulis tidak menemukan hasilnya, dan

berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan bahwa hadis ini terdapat pada:

Sunan Tirmidzi, Kitab al-Birr, bab 57

Musnad ahmad bin Hanbal, jilid 2, halaman 340 dan 360

Berikut ini Hadis yang mukharijnya al-Tirmidzi

Telah menceritakan kepada kami Abbas bin Muhammad Ad Duri Al Baghdadi,

telah menceritakan kepada kami Ali bin Al Hasan, telah mengabarkan kepada

kami Abdullah bin Mubarak dari Usamah bin Zaid dari Sa'id Al Maqburi dari

Abu Hurairah ia berkata; Mereka (para sahabat) berkata, "Sesungguhnya Anda

…." Beliau bersabda: "Sesungguhnya aku tidaklah mengatakan sesuatu kecuali

yang benar.

Adapun hadis yang mukharijnya Ahmad bin Hanbal

Telah menceritakan kepada kami Yunus telah menceritakan kepada kami Laits

dari Muhammad dari Sa'id bin Abi Sa'id dari Abu Hurairah dari Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Aku tidak berkata kecuali

kebenaran, " sebagian sahabatnya berkata; "Sesungguhnya engkau bercanda

dengan kami wahai Rasulullah, " maka beliau bersabda: "Aku tidak berkata

kecuali kebenaran."

Setelah ini penulis akan menampilkan skema sanad di halaman berikutnya

agar dapat memahami urutan sanad dalam hadis ini.

Page 74: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

64

b. Kritik Sanad

Dalam kritik sanad hadis ini, penulis menelusuri sanad yang dari jalur al-

Tirmidzi, adapun rincian sanadnya adalah sebagai berikut:

1. Al-Tirmidzi (w.279 H)

Nama lengkapnya adalah Imam al-Hafidz Abu „Isa Muhammad bin „Isa bin

Saurah bin Musa bin ad-Dahhak As-Sulami at-Tirmidzi, salah seorang ahli hadits

kenamaan, dan pengarang berbagai kitab yang masyur lahir pada 279 H di kota

Tirmiz.

Guru-gurunya: ia belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan.

Di antaranya adalah Imam Bukhari, kepadanya ia mempelajari hadits dan fiqh.

Juga ia belajar kepada Imam Muslim dan Abu Dawud. Bahkan Tirmidzi belajar

pula hadits dari sebagian guru mereka. Guru lainnya ialah Qutaibah bin Saudi

Arabia‟id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan. Said bin „Abdur Rahman,

Muhammad bin Basysyar, „Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni‟, Muhammad bin al-

Musanna dan lain-lain.

Murid-murid beliau di antaranya ialah Makhul ibnul-Fadl, Muhammad

binMahmud „Anbar, Hammad bin Syakir, „Ai-bd bin Muhammad an-Nasfiyyun,

al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf an-Nasafi, Abul-„Abbas

Muhammad bin Mahbud al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab Al-Jami‟ dari

padanya, dan lain-lain. Kekuatan hafalannya Abu „Isa at-Tirmidzi diakui oleh para

ulama, keahliannya dalam menghafal hadis.

Page 75: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

65

2. ‘Abbâs bin Muhammad (w.271 H)

Nama lengkapnya: Abbas bin Muhammad bin Hatim bin Waqid al-Dauri, Abu al-

Fadhli al-Baghdadi, maula Bani Hasyim, asli Khawarizimi.

Guru-gurnya: Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Mashur al-Sululi, Abi Ma‟mar Ismail

bin Ibrahim al-Hudzali, Hasan bin Musa al-Asyyab, Husain bin Ali al-Ju‟fi,

Husain bin Muhammad al-Marwazi, Khalid bin Makhlad, Khalaf bin Tamim

Sa‟di bin Amir a-Dhuba‟i, Sulaiman bin Daud al-Hasyimi, Ali bin al-Hasan bin

Syaqiq al-Marwazi, Muhammad bin Qosim al-Asadi, Abi Salamah Musa bin

Ismail dan Yahya bin Ishaq al-Sailahini.

Murid-muridnya: al-„Arba‟ah, Abu Husai Ahmad bin Ja‟far bin Muhammad bin

Ubaidillah ibn Munadi, Abu Abbas Ahmad bin Umar bin Suroj al-Qodhi, Abu

Husain Ahmad bin Yahya bin Utsman al-Adami dan Ismail bin Muhammad al-

Shoffari.

Pendapat Ulama:

Abdurrahman bin Abi Hatim al-Rozi: Shoduq

Al-Nasai: Tsiqah. 34

3. ‘Ali bin al-Hasan (w.215 H)

Nama lengkapnya adalah Ali bin al-Hasan bin Syaqiq bin Dinar bin Misy‟ab al-

„Abdi, Abu Abdurrahman maula Abdul Qais.

34

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl, jilid

14, (Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992), h. 245-249

Page 76: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

66

Guru-gurunya: Ibrahim bin Sa‟id, Ibrahim bin Tahman, Israil bin Yunus, Ja‟far

bin Sulaiman al-Dhuba‟i, Husain bin Waqid, Hamad bin Zaid, Kharijah bin

Mush‟ab, Sufyan bin Uyaynah, Syarik bin Abdullah, Abdullah bin Mubarok,

Abdul Warats bin Sa‟id, „Awan bin Musa, Qois bin Rabi‟, Abi Bakr bin „Ayyasy,

Abi Hamzah al-Sukkari, Abi Munib al-„Ataki.

Murid-muridnya: al-Bukhori, Ibrahim bin Ya‟qub al-Juzajani, Ahmad bin Hanbal

al-Marwazi, Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Yassar al-Marwazi, Hisyam bin Abi

Daaroh, Abu Khoisyamah Zuhair bin Harb, Abbas bin Muhammad ad-Dauri, Abu

Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, Muhammad bin Hatim bin

Yazi‟, Ali bin Hasan bin Syaqiq dan Muhammad bin Musa bin Hatim.

Pendapat Ulama:

Abu Daud: Syaqiq

Abu Hatim: Dia lebih dicintai dari Ali bin Husain.

4. ‘Abdullah bin Mubârak (w.181 H)

Guru-guru „Abdullah bin Mubârak bin Wâdih al-Handzalî al-Tamîmî,

diantaranya adalah: Abân bin Taghlîb, Abân bin „Abdullah, Abân bin Yazîd,

Ibrâhîm bin Sa‟d, Ibrâhîm bin Tahmân, Ibrâhîm bin Abî „Ablah, Ibrâhîm bin

„Uqbah, Ibrâhîm bin Nâfi‟, Ibrâhîm bin Nasyît, Usâmah bin Zaid al-Laitsî, Ismâ‟îl

bin Muslim al-„Abd, Aswad bin Syaibân, Basyîr bin Muhâjir, Basyîr Abî Ismâ‟îl,

Habîb bin Sulaim, Harmalah bin „Imrân, Hazm bin Mihrân, Hasan bin „Amr,

Page 77: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

67

Zubair bin Sa‟îd, Zubair bin „Abdullah, Zuhair bin Mu‟âwiyah, Sa‟îd bin Ayyûb,

Sa‟îd bin Iyyas, dan Abî Sinân Sa‟îd bin Sinân.

Adapun murid-muridnya adalah: Abû Ishâq Ibrâhîm bin Ishâq, Ibrâhîm bin

Syammâs, „Abdullah al-Khalâl, Ibrâhîm bin Musyajjar, Ahmad bin Jamîl, Ahmad

bin al-Hajjâj, Bisyr bin al-Sariyy, Bisyr bin Muhammad, Hasan bin Rabî‟, Hasan

bin „Arafah, Hasan bin „Îsâ, Husain bin Hasan, „Alî bin Ishâq, Sa‟îd bin Rahmah,

Sa‟îd bin Sulaimân, Salamah bin Sulaimân.

Komentar ulama hadis terhadapnya:

Ahmad bin Hanbal : ia adalah seorang yang hafidz

Abû Hâtim : ia adalah faqih, „alim, ahli ibadah, zuhud, pemberani, dan

penyair

Ahmad bin Muharraz : ia adalah seorang yang pemberani

5. Usamah bin Zaid (w.153 H)

Guru-guru Usamah bin Zaid al-Laitsi, Abu Zaid al-Madani: Aban bin Salih,

Ibrahim bin Abdullah bin Hunain, Ishaq maula Zaidah, Ba‟jah bin Abdullah

bin Badr al-Juhani, Ja‟far bin „Amr bin Ja‟far bin „Amr bin Umiyyah adh-

Dhumri, Hafsh bin Ubaidillah bin Anas bin Malik, Salim bin Saroj, Sa‟id bin

Abi Sa‟id al-Maqburi, Sa‟id bin Musayyab, Sulaiman bin Yassar, Salih ibn

Kaisan, Safwan bin Sulaim, Abdullah ibn Hanin, Abdullah bin Rafi‟ dan

Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr al-Shidiq.

Murid-muridnya: Abû Samrah Anas bin „Iyadh al-Laitsi, Ayyûb bin

Suwaib al-ramli, Ja‟far bin „Aun, Hatim bin Ismail al-Madani, Abu Usamah

Page 78: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

68

Hammad bin Usamah, Abdullah bin Mubarok, Abdullah bin Wahab, Abdul aziz

bin Abdullah bin Abi Salamah al-Majisyun, Utsman bin „Amr bin Faris dan Isa

bin Yunus.

Pendapat Ulama:

Abu Bakr al-Atsram: Laisa Bi syain. 35

6. Sa’id al-Maqburi (w.123 H)

Nama lengkap beliau adalah Sa‟id bin Abi Sa‟id, Kaisaan al-Maqburi, Abu Sa‟id

al-Madani.

Guru-gurunya: Anas bin Malik, Basyir bin Muharir, Jabir bin Abdullah, Jubair bin

Muth‟im, Salim maula an-Nashrobin, Sa‟id bin Abi Waqash, Syarik bin Abdullah

bin Abi Namir, Abdullah bin Rofi‟ maula Umu Salamah, „Urwah bin Zubair,

„Atho maula ibn Abi Ahmad, Ka‟ab bin Ujroh, Yazid bin Hurmuz dan Abi Ishaq

al-Qurasyi.

Murid-muridnya: Ibrahim bin Thohman, Abu Ishaq Ibrahim bin Fadhli al-

Makhzumi, Usamah bin Zaid al-Laitsi, Ishaq bin Abi Furot, Ismail bin Umayyah,

Ayyub bin Musa, Khalifah bin Ghoib al-Laitsi, Daud bin Khalid al-Laitsi, Zaid

bin Abi Unaisah, Abu Hazim Salamah bin Dinar al-Madani, Syu‟bah bin Hajjaj,

Abdullah bin Abdul Aziz al-Laitsi, Ali bin „Urwah ad-Damasqi, Laits bin Sa‟id,

Muhammad bin „Ajlan dan Abu Uwais al-Ashbahi.

35

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl,

Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992, h. 347-351

Page 79: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

69

Pendapat Ulama:

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: Laisa bihi Ba‟sa

Utsman bin Sa‟id ad-Darimi: Laisa bihi Ba‟sa

Ali bin al-Madini: Tsiqah

Abu Hatim: Saduq

7. Abu Hurairah (w.57 H)

Nama lengkapnya adalah al-Dausi al-Yamani36

, salah satu sahabat

Rasulullah, seorang sahabat yang hafidz, ada beberapa perbedaan tentang

namanya, ada yang menyebutnya Ibn Ghanam,‟Abdullah Ibn „Amir, Ibn Shakhir,

beliau wafat pada tahun 57 H.37

Guru-gurunya adalah: Rasulullah, Abu Bakar,

Umar, Fadhl bin Abbas, Sa‟id bin Musayyab, Usamah bin Zaid, Abu Rafi‟.

Adapun murid-murid beliau diantaranya: Abu Qais Ziyad bin Rabbah, Salim bin

Abdullah, Abu Sa‟id al-Maqburi, Abu Sannan, Amir bin Sa‟ad, Mujahid, Ikrimah,

Abu al-Walid, Sa‟id bin Sam‟an.

Penilaian para ulama hadis terhadapnya, Ibnu Mas‟ud berkata bahwa Abu

Hurairah adalah sahabat yang banyak meriwayatkan hadis dan ia shalih. Jabir bin

Abdullah berkata ia adalah Hafidz.

36

Syihabuddin Ahmad bin Faharis Ibn Hajar al-„Atsqalani Al –Ishabah fi Tamyiz as-

Shahabah Juz 1 , Daar Kutub al-Ilmiyyah, Beirut:1852 . 37

Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal Juz 12, Muassasah

Risalah:Beirut 1988, h. 290

Page 80: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

70

Kesimpulan pribadi penilaian Abu Hurairah adalah berdasarkan

penelusuran melalui kitab rijal hadis bahwa ia adalah salah satu sahabat Nabi

yang banyak meriwayatkan hadis dan ia shalih, sedangkan kullu shahabah „udul

(semua sahabat adalah „udul).

Adapun penelusuran pada riwayat Ahmad bin Hanbal sebagai berikut:

1. Ahmad bin Hanbal (w.241 H)

Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Ahmad bin Muhammad bin

Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Ayah beliau seorang

komandan pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya

mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani Umayyah, dan di masa Dinasti

Abbasiyah menjadi da‟i yang kritis.38

Guru-guru Beliau: Imam Ahmad bin Hanbal berguru kepada banyak

ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai

negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya.

Di antara merekaadalah: Ismail bin Ja‟far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin

Abdillah bin Khalid, „Alî bin Ishâq al-Sulami, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin

Dinar As-Sulami, Imam Asy-Syafi‟i., Waki‟ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah,

Sufyan bin „Uyainah, Abdurrazaq, dan Ibrahim bin Ma‟qil.

38

Muqaddimah kitab Ahmad bin Hanbal, Musnad li Imam Ahmad bin Hanbal,

Beirut:1996

Page 81: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

71

2. Yunus (w.207 H)

Nama lengkapnya adalah Yunus bin Muhammad bin Muslim al-Baghdadi,

Abu Muhammad al-Mu‟dib.

Guru-gurunya: Harb bin Maymun al-Kabir, Hamad bin Zaid, Salih bin Ruman,

Laits bin Sa‟ad, Fulaih bin Sulaiman, Mush‟ab bin Hayan, Mu‟tamar bin

Sulaiman, Hayaj bin Bisthom dan Ya‟qub bin Abdullah a-Qummi.

Murid-muridnya: Ibrahim bin Ya‟qub al-Juzjani, Ahmad bin Hanbal, Hajjaj bin

Sya‟ir, Abbas bin Muhammad al-Dauri, Ali ibn Madani, Mujahid bin Musa,

Muhammad bin Ismail bin „Ulayyah dan Ya‟qub bin Syaibah al-Sadusi.

Komentar Ulama:

Utsman bin Sa‟id: Tsiqah

Ya‟qub bin Syaibah: Tsiqah

Abu Hatim: Saduq

Ahmad bin Khalil: Saduq

3. Laits (w.175 H)

Nama lengkap: Laits bin Saad bin Abdurrahman al-Fahmi, Abu al-Harits

al-Mishri, maula Abdurrahman bin Khalid.

Guru-gurunya: Ibrahim bin Abi Ablah, Ayyub bin Musa, Bakr bin Sawadah,

Ja‟far bin Rabi‟ah, Harits bin Yazid al-Hadhromi, al-Harits bin Ya‟qub, Khalil bin

Murroh, Muhammad bin „Ajlan, Mu‟awiyah bin Salih dan Hisyam bin „Urwah.

Page 82: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

72

Murid-muridnya: Ahmad bin Abdullah bin Yunus, Adam bin Abi Iyas, Asyhab

bin Abdul Aziz, Hajjaj bin Muhammad, Daud bin Manshur an-Nasa‟i, Sa‟id bin

al-Hakam bin Abi Maryam, Abdullah bin Abdul Hakam, Abdullah bin Mubarak

dan Yunus bin Muhammad al-Muadib.

Komentar Ulama:

Ahmad bin Saad: Tsiqah Tsubut

Abu Daud: TsiqohAli bin al-Madani: Tsubut

Al-„Ijli: Tsiqah

Ibnu Khirosy: Saduq

4. Muhammad (w.148 H)

Nama lengkapnya: Muhammad bin „Ajlan al-Qurasyi, Abu Abdullah al-

Madani, maula Fatimah bintu Walid bin „Utbah.

Guru-gurunya: Abaan bin Salih, Ibrahim bin Abdullah bin Hunain, Anas bin

Malik, Bukair bin Abdullah bin Asyaj, Roja‟ bin Haywah, Zaid bin Aslam, Sa‟id

bin Abi Sa‟id al-Maqburi, Sulaiman Abi Hazim al-Asyja‟i, Suhail bin Abi Salih,

Ashim bin „Umar bin Qotadah dan Ubaidullah bin Miqsam.

Murid-muridnya: Ibrahim bin Abi Ablah al-Maqdasi, Asbath bin Muhammad al-

Qurasyi, Ismail bin Ja‟far, Bakr bin Mudar, Hatim bin Ismail, Laits bin Saad,

Ma‟di bin Sulaiman dan Yahya bin Ayyub al-Mishri.

Pendapat Ulama:

Salih bin Ahmad bin Hanbal: Tsiqah

Page 83: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

73

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: Tsiqah

Uyaynah: Tsiqah

Ishaq: Tsiqah

Abu Hatim dan al-Nasa‟i: Tsiqah

5. Sa’id al-Maqburi (w.123 H)

Nama lengkap beliau adalah Sa‟id bin Abi Sa‟id, Kaisaan al-Maqburi, Abu

Sa‟id al-Madani.

Guru-gurunya: Anas bin Malik, Basyir bin Muharir, Jabir bin Abdullah, Jubair bin

Muth‟im, Salim maula al-Nashrobin, Sa‟id bin Abi Waqash, Syarik bin Abdullah

bin Abi Namir, Abdullah bin Rafi‟ maula Umu Salamah, „Urwah bin Zubair,

„Atha maula ibn Abi Ahmad, Ka‟ab bin Ujroh, Yazid bin Hurmuz dan Abi Ishaq

al-Qurasyi.

Murid-muridnya: Ibrahim bin Thahman, Abu Ishaq Ibrahim bin Fadhli al-

Makhzumi, Usamah bin Zaid al-Laitsi, Ishaq bin Abi Furat, Ismail bin Umayyah,

Ayyub bin Musa, Khalifah bin Ghaib al-Laitsi, Daud bin Khalid al-Laitsi, Zaid

bin Abi Unaisah, Abu Hazim Salamah bin Dinar al-Madani, Syu‟bah bin Hajjaj,

Abdullah bin Abdul Aziz al-Laitsi, Ali bin „Urwah ad-Damasqi, Laits bin Sa‟id,

Muhammad bin „Ajlan dan Abu Uwais al-Ashbahi.

Pendapat Ulama:

Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: Laisa bihi Ba‟sa

Utsman bin Sa‟id al-Darimi: Laisa bihi Ba‟sa

Page 84: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

74

Ali bin al-Madini: Tsiqah

Abu Hatim: Saduq

6. Abu Hurairah (w.57 H)

Nama lengkapnya adalah al-Dausi al-Yamani39

, salah satu sahabat

Rasulullah, seorang sahabat yang hafidz, ada beberapa perbedaan tentang

namanya, ada yang menyebutnya Ibn Ghanam,‟Abdullah Ibn „Amir, Ibn Shakhir,

beliau wafat pada tahun 57 H.40

Guru-gurunya adalah: Rasulullah, Abu Bakar,

Umar, Fadhl bin Abbas, Sa‟id bin Musayyab, Usamah bin Zaid, Abu Rafi‟.

Adapun murid-murid beliau diantaranya: Abu Qais Ziyad bin Rabbah, Salim bin

Abdullah, Abu Sa‟id al-Maqburi, Abu Sannan, Amir bin Sa‟ad, Mujahid, Ikrimah,

Abu al-Walid, Sa‟id bin Sam‟an.

Penilaian para ulama hadis terhadapnya, Ibnu Mas‟ud berkata bahwa Abu

Hurairah adalah sahabat yang banyak meriwayatkan hadis dan ia shalih. Jabir bin

Abdullah berkata ia adalah Hafidz.

Kesimpulan pribadi penilaian Abu Hurairah adalah berdasarkan

penelusuran melalui kitab rijal hadis bahwa ia adalah salah satu sahabat Nabi

yang banyak meriwayatkan hadis dan ia shalih, sedangkan kullu shahabah „udul

(semua sahabat adalah „udul).

39

Syihabuddin Ahmad bin Faharis Ibn Hajar al-„Atsqalani Al –Ishabah fi Tamyiz as-

Shahabah Juz 1 , Daar Kutub al-Ilmiyyah, Beirut:1852 . 40

Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizyi, Tahdzib al-Kamal Juz 12, Muassasah

Risalah:Beirut 1988, h. 290

Page 85: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

75

c. Kritik Matan

Kandungan hadis di atas adalah tentang pernyataan Nabi bahwa Nabi tidak

pernah mengatakan apa-apa kecuali kebenaran. Dalam kritik matan ini penulis

akan menjabarkan dengan berbagai pendekatan, yaitu:

Pendekatan melalui bahasa

Bahasa yang digunakan oleh Nabi Muhammad saw adalah bahasa yang

sopan, tidak bertele-tele dalam pemakaian bahasa Arab, serta focus dalam satu

masalah yang dibahas dalam hadis tersebut. Memperhatikan matan hadis

diatas bahwa matan hadis di atas menjelaskan tentang pernyataan bahwa Nabi

tidak pernah mengatakan apa-apa kecuali kebenaran.

Teks matan hadis di atas juga sesuai dengan kaidah bahasa Arab, seperti

contoh lafadz kemasukan huruf nida` yaitu dan dibaca nasab

karena ia merupakan susunan idafah, jadi mudafnya ( ) harus dibaca

nasab.

d. Kesimpulan Kualitas Hadis

Kriteria kesahihan hadis terdapat beberapa syarat yaitu:

bersambungnya sanad, diriwayatkan oleh perawi yang dhabit, tidak ada

kejanggalan (Syadz) maupun cacat („illat)41

. Sesuai dengan penjelasan

kritik hadis diatas dapat disimpulkan bahwa semua sanad mempunyai

41

Dr.Bustamin M.SI. Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010

Page 86: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

76

hubungan antara guru dan murid sehingga bisa dipastikan bahwa

semuanya adalah bersambung sanadnya (ittishal al-sanad), dan semua

sanad dari hadis tersebut adalah dipandang positif (ta‟dil), jadi kualitas

hadis tersebut adalah sahih.

Hadis Keempat

a. Teks hadis

Setelah ditelusuri melalui lafaz , , , kemudian

ditemukanlah sebagai berikut:

جهطب

,,حم

Berdasarkan hasil penelusuran di atas bahwa hadis ini terdapat pada:

Sunan Ibnu Majah, Kitab Thib, halaman 3

Musnad Ahmad bin Hanbal, jilid 2, halaman 114 dan 240

Berikut hadis yang mukharijnya Ibnu Majah

Page 87: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

77

Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abdul Wahab dia

berkata; telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah

menceritakan kepada kami Ibnu Al Mubarak dari Abdul Hamid bin Shaifi

salah seorang anaknya shuhaib, dari Ayahnya dari kakeknya Shuhaib dia

berkata, "Aku datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedangkan

di hadapan beliau terdapat roti dan kurma, lalu beliau bersabda:

"Mendekat dan makanlah." Maka aku mengambil kurma dan

memakannnya, lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Kamu memakan kurma sedang kamu lagi sakit mata?" Shuhaib berkata,

"Aku menjawab, "Aku mengunyah dari sisi yang lain." Maka Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam pun tersenyum mendengarnya."

Adapun hadis yang mukharijnya Ahmad bin Hanbal sebagai berikut

(Ahmad bin Hanbal radliyallahu'anhu) berkata; telah menceritakan

kepada kami Abu Nadlr berkata; telah menceritakan kepada kami

Abdullah bin Al Mubarak dari Abdul Hamid bin Shaifi dari Bapaknya dari

kakeknya berkata; sesungguhnya Shuhaib mendatangi Nabi

Shallallahu'alaihiwasallam dan di hadapannya ada kurma dan roti. Lalu

beliau bersabda: "Dekatkanlah dan makanlah!" (Shuhaib bin Sinan

radliyallahu'anhu) berkata; lalu dia memakan kurmanya. Lalu Nabi

Shallallahu'alaihiwasallam bersabda kepadanya, "Di matamu ada sebuah

penyakit", lalu dia berkata; Wahai Rasulullah, saya akan makan dari arah

yang lain. (Shuhaib bin Sinan radliyallahu'anhu) berkata; lalu Nabi

Shallallahu'alaihiwasallam tersenyum.

Selanjutnya di halaman berikut penulis akan menampilkan skema sanad

hadis ini agar lebih dipahami urutan sanadnya.

42

Muhammad Nasiruddin Albani, Sunan Ibnu Mâjah, penerjemah Iqbal Mukhlis,

Pustaka Azzam: Jakarta, 2007.

Page 88: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

78

b. Kritik sanad

Susunan jalur sanad yang mukharrijnya Ibnu Majah, sebagai berikut:

1. Ibnu Majah (w.273 H)

Nama lengkap beliau adalah al-Imam Abi „Abdillah Muhammad bin Yazid

ibn Majah al-Rabi‟i al-Qazwini, dilahirkan di Qazwin tahun 209 H dan

wafat tanggal 22 Ramadhan 273 H, dalam masyarakat dikenal dengan Ibnu

Majah.43

2. Abdurrahman bin Abdul Wahab (w.254 H)

Nama lengkap beliau adalah: Abdurrahman bin Abdul Wahab al-„Ammi

al-Bashri ash-Shairafi.

Guru-gurunya adalah: Umayah bin Khalid al-Azdi, Hasan bin Habib bin Nadbah,

Abi Qutaibah Salam bin Qutaibah, Abi „Ashim al-Dahhak bin Makhlad, Abi

Salamah, Musa bin Ismail, Waki‟ bin Haraj, Ya‟qub bin Ishaq al-Hadhrami dan

Abi „Amir al-„Aqadi.

Sedangkan murid-muridnya adalah: Ibnu Majah, Ibrahim bin Muhammad bin

Harits bin Nailah al-Ashbahani, Ibrahim bin Hasyim al-Baghowi, Baqi bin

Makhlad al-Andalusi, Hasan bin Sufyan an-Nasa‟i, Muhammad bin Abdullah bin

Rustah al-Ashbahani dan Abu Zur‟ah al-Razi.

Komentar Ulama:

43

Bustamin dan Hasanuddin, Membahas Kitab Hadis, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 75

Page 89: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

79

Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab ats-Tsiqot, ia berkata

“Mustaqim al-Hadits”

3. Musa bin Ismail (w.223 H)

Nama lengkap: Musa bin Ismail al-Minqori, Abu Salamah al-Tabwizaki

al-Bashri.

Guru-gurunya: Aban bin Yazid al-„Athor, Ibrahim bin Sa‟ad az-Zuhri, Ismail bin

Minqori, Bakar bin Abdul Aziz bin Abi Bakroh, Tamim bin Syarik bin Tamim bin

Abdullah al-Bashri, Abi Zuhair Tsabit bin Zuhair, Abdullah bin Mubarak, Abdul

Wahid bin Ziyad dan Isa bin Minhal.

Sedangkan murid-muridnya adalah: al-Bukhori, Abu Daud, Ibrahim bin Ishaq al-

Harbi, Ahmad bin Daud al-Maki, Ahmad bin Manshur ar-Romadhi, Ismail bin

Abdullah al-Ashbahani, Hasan bin Ali al-Khollal, Abbas bin Fadhil al-Asfathi,

Abdurrahman bin Abdul Wahab al-„Ammi dan Abu Hatim Muhammad bin Idris

ar-Razi.

Pendapat Ulama:

Husain bin Hasan: Tsiqoh

Abu Hatim: Tsiqoh, Shoduq

Muhammad bin Sa‟ad: Tsiqoh

4. ‘Abdullah bin Mubârak (w.181 H)

Nama lengkapnya: „Abdullah bin Mubârak bin Wâdih al-Handzalî al-Tamîmî.

Page 90: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

80

Guru-gurunya diantaranya adalah: Abân bin Taghlîb, Abân bin „Abdullah, Abân

bin Yazîd, Ibrâhîm bin Sa‟d, Ibrâhîm bin Tahmân, Ibrâhîm bin Abî „Ablah,

Ibrâhîm bin „Uqbah, Ibrâhîm bin Nâfi‟, Ibrâhîm bin Nasyît, Usâmah bin Zaid al-

Laitsî, Ismâ‟îl bin Muslim al-„Abd, Aswad bin Syaibân, Basyîr bin Muhâjir,

Basyîr Abî Ismâ‟îl, Habîb bin Sulaim, Harmalah bin „Imrân, Hazm bin Mihrân,

Hasan bin „Amr, Zubair bin Sa‟îd, Zubair bin „Abdullah, Zuhair bin Mu‟âwiyah,

Sa‟îd bin Ayyûb, Sa‟îd bin Iyyas, dan Abî Sinân Sa‟îd bin Sinân.

Adapun murid-muridnya adalah: Abû Ishâq Ibrâhîm bin Ishâq, Ibrâhîm bin

Syammâs, „Abdullah al-Khalâl, Ibrâhîm bin Musyajjar, Ahmad bin Jamîl, Ahmad

bin al-Hajjâj, Bisyr bin al-Sariyy, Bisyr bin Muhammad, Hasan bin Rabî‟, Hasan

bin „Arafah, Hasan bin „Îsâ, Husain bin Hasan,„Alî bin Ishâq, Sa‟îd bin Rahmah,

Sa‟îd bin Sulaimân, Salamah bin Sulaimân,

Komentar ulama hadis terhadapnya:

Ahmad bin Hanbal : ia adalah seorang yang hafidz

Abû Hâtim : ia adalah faqih, „alim, ahli ibadah, zuhud, pemberani, dan

penyair

Ahmad bin Muharraz : ia adalah seorang yang pemberani. 44

5. Abdul Hamid bin Shoifi (w.142 H)

Nama lengkapny: Abdul Hamid bin Shoifi Shuhaib bin Sinan al-Qurasyi,

at-Taimi.

Guru-gurunya: Abihi, Jadiihi Shuhaib

44Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl,

Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992), h. 5-18

Page 91: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

81

Murid-muridnya: Jabir bin Ghanim as-Sulaqi al-Himshi, Dafa‟ bin Daghfal as-

Sudusi, Abdullah bin al-Mubarok dan Husaim bin Basyir.

Komentar kritikus hadis terhadapnya: Ibnu Hibban menyebutnya dalam

kitab ats-Tsiqot

6. Shoifi bin Shuhaib (w.100 H)

Nama lengkapnya: Shoifi bin Shuhaib bin Sanan ar-Rumi.

Guru-gurunya: Abihi Shuhaib.

Murid-muridnya: Anakanya Khudzaifah bin Shoifi, Ziyad bin Shoifi, Abdul

Hamid bin Shoifi, „Amr bin dinar al-Bashri dan Qohroman al-Zubair.

Pendapat Ulama:

Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab ats-Tsiqoh

7. Shuhaib bin Sinan (w.38 H)

Nama lengkapnya: Shuhaib bin Sinan bin Kholid „Amr.

Guru-gurunya: Nabi SAW, Ali bin Abi Tholib dan „Umar bi Khattab.

Murid-muridnya: Ibrahim bin Abdurrahman bin „Auf az-Zuhri, Aslam maula

„Umar bin Khattab, Jabir bin Abdullah al-Anshori, Habib bin Shuhaib, Hamzah

bin Shuhaib, Ziyad bin Shoifi bin Shuhaib, Saad bin Shuhaib, Sa‟id bin

Musayyab, Sulaiman bin Abi Abdillah, Su‟aib bin „Amr bin Sulaim al-Anshori,

Sholih bin Shuhaib, Abdullah bin „Umar bin Khattab dan Ka‟ab al-Ahbar.

Page 92: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

82

Pendapat Ulama:

Ibnu Hajar Al Atsqalani : Shahabat

Adz-Dzahabi : Shahabat. 45

Adapun susunan sanad melalui jalur yang mukharrijnya Ahmad bin Hanbal,

sebagai berikut:

1. Ahmad bin Hanbal (w.241 H)

Kunyah beliau Abu Abdillah, namanya Ahmad bin Muhammad bin

Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi. Ayah beliau seorang

komandan pasukan di Khurasan di bawah kendali Dinasti Abbasiyah. Kakeknya

mantan Gubernur Sarkhas di masa Dinasti Bani Umayyah, dan di masa Dinasti

Abbasiyah menjadi da‟i yang kritis.46

Guru-guru Beliau: Imam Ahmad bin Hanbal berguru kepada banyak

ulama, jumlahnya lebih dari dua ratus delapan puluh yang tersebar di berbagai

negeri, seperti di Makkah, Kufah, Bashrah, Baghdad, Yaman dan negeri lainnya.

Di antara merekaadalah: Ismail bin Ja‟far, Abbad bin Abbad Al-Ataky, Umari bin

Abdillah bin Khalid, „Alî bin Ishâq al-Sulami, Husyaim bin Basyir bin Qasim bin

Dinar As-Sulami, Imam Asy-Syafi‟i., Waki‟ bin Jarrah, Ismail bin Ulayyah,

Sufyan bin „Uyainah, Abdurrazaq, dan Ibrahim bin Ma‟qil.

45

Syihabuddin Ahmad bin Faharis Ibn Hajar al-„Atsqalani Al –Ishabah fi Tamyiz as-

Shahabah Juz 1 , Daar Kutub al-ilmiyyah, Beirut:1852 . 46

Muqaddimah kitab Ahmad bin Hanbal, Musnad li Imam Ahmad bin Hanbal,

Beirut:1996

Page 93: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

83

2. Abu an-Nadhr (w. 207 H)

Profil lengkapnya: Hisyam bin al-Qasim Abu Nadhr al-Laits al-Baghdadi.

Beliau asli Khurasan dari bani Laits bin Kinanah.

Guru-gurunya: Ibrahim bin Sa‟id, Ibrahim bin Abdullah bin al-Harits bin Hathib

al-Jumahi, Ishaq bin Sa‟id al-Qurasyi, Bakr bin Khunais, Zuhair bin Mu‟awiyah,

Syu‟bah bin al-Hajjaj, Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban, Abdullah bin

Mubarak, Laits bin Sa‟id dan Abi Malik an-Nukho‟i.

Murid-muridnya: Ibrahim bin Ya‟qub, Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Kholil al-

Burjulani, al-Harits bin Muhammad bin abi Usamah, Hasan bin „Arafah, Abdullah

bin Muhammad al-Musnadi dan Ali bin al-Madani.

Komentar ulama terhadapnya:

Utsman bin Sa‟id: Tsiqah

Al-Harits: Amar Ma‟ruf Nahi Munkar47

3. ‘Abdullah bin Mubârak (w.181 H)

Nama lengkapnya: „Abdullah bin Mubârak bin Wâdih al-Handzalî al-

Tamîmî.

Guru-gurunya diantaranya adalah: Abân bin Taghlîb, Abân bin „Abdullah, Abân

bin Yazîd, Ibrâhîm bin Sa‟d, Ibrâhîm bin Tahmân, Ibrâhîm bin Abî „Ablah,

Ibrâhîm bin „Uqbah, Ibrâhîm bin Nâfi‟, Ibrâhîm bin Nasyît, Usâmah bin Zaid al-

Laitsî, Ismâ‟îl bin Muslim al-„Abd, Aswad bin Syaibân, Basyîr bin Muhâjir,

47

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl, jilid

30, Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992, h.130-135

Page 94: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

84

Basyîr Abî Ismâ‟îl, Habîb bin Sulaim, Harmalah bin „Imrân, Hazm bin Mihrân,

Hasan bin „Amr, Zubair bin Sa‟îd, Zubair bin „Abdullah, Zuhair bin Mu‟âwiyah,

Sa‟îd bin Ayyûb, Sa‟îd bin Iyyas, dan Abî Sinân Sa‟îd bin Sinân.

Adapun murid-muridnya adalah: Abû Ishâq Ibrâhîm bin Ishâq, Ibrâhîm bin

Syammâs, „Abdullah al-Khalâl, Ibrâhîm bin Musyajjar, Ahmad bin Jamîl, Ahmad

bin al-Hajjâj, Bisyr bin al-Sariyy, Bisyr bin Muhammad, Hasan bin Rabî‟, Hasan

bin „Arafah, Hasan bin „Îsâ, Husain bin Hasan,„Alî bin Ishâq, Sa‟îd bin Rahmah,

Sa‟îd bin Sulaimân, Salamah bin Sulaimân,

Komentar ulama hadis terhadapnya:

Ahmad bin Hanbal : ia adalah seorang yang hafidz

Abû Hâtim : ia adalah faqih, „alim, ahli ibadah, zuhud, pemberani, dan

penyair

Ahmad bin Muharraz : ia adalah seorang yang pemberani. 48

4. Abdul Hamid bin Shoifi (w.142 H)

Nama lengkapnya: Abdul Hamid bin Shoifi Shuhaib bin Sinan al-Qurasyi,

at-Taimi.

Guru-gurunya: Abihi, Jadiihi Shuhaib

Murid-muridnya: Jabir bin Ghanim as-Sulaqi al-Himshi, Dafa‟ bin Daghfal as-

Sudusi, Abdullah bin al-Mubarok dan Husaim bin Basyir.

48

Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf al-Mizyi, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl,

Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992), h. 5-18

Page 95: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

85

Komentar kritikus hadis terhadapnya:

Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab ats-Tsiqot

5. Shoifi bin Shuhaib (w.98 H)

Nama lengkapnya: Shoifi bin Shuhaib bin Sanan ar-Rumi.

Guru-gurunya: Abihi Shuhaib.

Murid-muridnya: Anakanya Khudzaifah bin Shoifi, Ziyad bin Shoifi, Abdul

Hamid bin Shoifi, „Amr bin dinar al-Bashri dan Qohroman al-Zubair.

Pendapat Ulama:

Ibnu Hibban menyebutnya dalam kitab ats-Tsiqoh

6. Shuhaib bin Sinan (w. 38 H)

Nama lengkapnya adalah: Shuhaib bin Sinan bin Kholid „Amr.

Guru-gurunya: Nabi SAW, Ali bin Abi Tholib dan „Umar bi Khattab.

Murid-muridnya: Ibrahim bin Abdurrahman bin „Auf az-Zuhri, Aslam maula

„Umar bin Khattab, Jabir bin Abdullah al-Anshori, Habib bin Shuhaib, Hamzah

bin Shuhaib, Ziyad bin Shoifi bin Shuhaib, Saad bin Shuhaib, Sa‟id bin

Musayyab, Sulaiman bin Abi Abdillah, Su‟aib bin „Amr bin Sulaim al-Anshori,

Sholih bin Shuhaib, Abdullah bin „Umar bin Khattab dan Ka‟ab al-Ahbar.

Page 96: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

86

Pendapat Ulama:

IbnuHajar Al Atsqalani : Shahabat

AdzDzahabi : Shahabat. 49

c. Kritik matan

Kandungan hadis di atas adalah tentang salah satu contoh canda tawa Nabi

bersama sahabat dan Nabi hanya tersenyum. Dalam kritik matan ini penulis akan

menjabarkan dengan berbagai pendekatan, yaitu:

Pendekatan melalui hadis yang berkualitas lain

Matan hadis di atas mendapat dukungan dari hadis lain yang mukharrij-

nya lebih kuat, yaitu sebuah hadis yang mukharrijnya Ibnu Majah yang

kandungan matannya sama dengan hadis di atas. Adapun hadisnya adalah sebagai

berikut:

Ibnu Majah

49

Syihabuddin Ahmad bin Faharis Ibn Hajar al-„Atsqalani Al –Ishabah fi Tamyiz as-

Shahabah Juz 1 , Daar Kutub al-ilmiyyah, Beirut:1852 . 50

Muhammad Nasiruddin Albani, Sunan Ibnu Mâjah, penerjemah Iqbal Mukhlis,

Pustaka Azzam: Jakarta, 2007.

Page 97: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

87

Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abdul Wahab dia

berkata; telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah

menceritakan kepada kami Ibnu Al Mubarak dari Abdul Hamid bin Shaifi

salah seorang anaknya shuhaib, dari Ayahnya dari kakeknya Shuhaib dia

berkata, "Aku datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedangkan

di hadapan beliau terdapat roti dan kurma, lalu beliau bersabda:

"Mendekat dan makanlah." Maka aku mengambil kurma dan

memakannnya, lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Kamu memakan kurma sedang kamu lagi sakit mata?" Shuhaib berkata,

"Aku menjawab, "Aku mengunyah dari sisi yang lain." Maka Rasulullah

shallallahu 'alaihi wasallam pun tersenyum mendengarnya."

Pendekatan melalui bahasa

Bahasa yang dipakai oleh Nabi Muhammad Saw adalah bahasa yang

sopan, tidak bertele-tele dalam pemakaian bahasa Arab, serta focus dalam satu

masalah yang dibahas dalam hadis tersebut. Memperhatikan matan hadis diatas

bahwa matan hadis di atas menjelaskan tentang salah satu contoh gurauan Nabi

bersama sahabat dan Nabi hanya tersenyum.

Matan yang terdapat dalam hadis tersebut juga sesuai dengan kaidah

bahasa Arab, salah satu contohnya adalah lafadz lafadz dibaca nasab

karena kedudukannya sebagai maf‟ul bin, tanda nasabnya dengan fathah karena ia

termasuk isim mufrad.

d. Kesimpulan Kualitas Hadis

Kriteria kesahihan hadis terdapat beberapa syarat yaitu: bersambungnya

sanad, diriwayatkan oleh perawi yang dhabit, tidak ada kejanggalan (Syadz)

Page 98: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

88

maupun cacat („illat)51

. Sesuai dengan penjelasan kritik hadis diatas dapat

disimpulkan bahwa semua sanad mempunyai hubungan antara guru dan murid

sehingga bisa dipastikan bahwa semuanya adalah bersambung sanadnya (ittishal

al-sanad), dan semua sanad dari hadis tersebut adalah dipandang positif (ta‟dil),

jadi kualitas hadis tersebut adalah sahih.

51

Dr.Bustamin M.SI. Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010

Page 99: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

89

BABV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dikaji dan diteliti, penulis berkesimpulan bahwa keempat hadis yang diteliti

dalam kitab Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn tidak semuanya berkualitas sahih. Berikut uraian

keempat hadis dengan kualitasnya:

a. Hadis Pertama: Hadis ini menjelaskan larangan beranda gurau dan kualitas

hadis yang diriwayatkan dari al-Tirmidzi tersebut adalah hasan.

b. Hadis Kedua: Hadis ini menerangkan bagaimana akibat bila seseorang

beranda gurau dan kualitas hadis yang mukharrijnya Ahmad bin Hanbal

tersebut adalah hasan.

c. Hadis Ketiga: Hadis ketiga ini menjelaskan bahwa Nabi juga melakukan

senda gurau akan tetapi Nabi berkata tentang kebenaran dan kualitas hadis

yang mukharijnya Ahmad bin Hanbal dan al-Tirmidzi tersebut adalah sahih.

d. Hadis Keempat: Hadis ini menerangkan bagaimana cara Nabi tertawa dan

kualitas hadis yang mukharijnya Ibnu Majah dan Ahmad bin Hanbal tersebut

adalah sahih.

Page 100: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

90

B. Saran-saran

Dari hasil uraian tentang hadis senda gurau yang menjadi tema dalam skripsi

ini, penulis akan memberikan saran kepada para pembaca:

a. Hendaknya lebih hati-hati dalam menjaga lisan ketika berucap

b. Tidak terlalu berlebihan dalam senda gurau, karena senda gurau bisa

menyebabkan sakit hati jika sampai terjadi saling mengolok-olok.

Penulis sepenuhnya sadar masih banyak terjadi kesalahan di dalam skripsi ini,

untuk itu diharapkan untuk para pembaca meneliti lebih lanjut mengenai judul atau

tema skripsi ini.

Page 101: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

DAFTAR PUSTAKA

Abû Hamîd, Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn, (Beirut: Daar al-Fikr, 2002)

-------, Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn, tahqiq: Badawi Thibanah, Juz I (Semarang: Karya Thaha

Putra, tt)

------- Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn, terjemahan Isma‟il Ya‟kub (Medan: Penerbit Imbalo,

1964)

-------, Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn, terj. Ibnu Ibrahim Ba‟adillah (Jakarta: Republika Penerbit,

2011)

Amin, Kamaruddin, Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis, (Jakarta:

PT Mizan Publika, 2009)

Ansyari, Ending Syaifuddin, Wawasan Islam: Pokok-pokok Pemikiran Islam dan

Umatnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993)

Anwar, Saeful, Filsafat Ilmu al-Ghazali, (Bandung: Pustaka Setia, 2007)

al-A‟sham,„Abd al-Amir, al-Fallasuf al-Ghazali, (Beirut: Dar al-Andalus, tt)

al-„Atsqalanî, Syihâb al-Dîn Ahmad bin Fahâris Ibn Hajar, al-Isâbah fȋ Tamyȋ z

al-Sahâbah, jilid 2, Beirut: Dâr al-Kitâb al-„Arabȋ

Azami, M.M, Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya, terj.‟Ali Mustafa Ya‟qub

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994)

Al-Bani, Muhammad Nasiruddin, Sunan Ibnu Mâjah, penerjemah Iqbal Mukhlis,

Pustaka Azzam: Jakarta, 2007.

Bustamin, Metode Kritik Hadis, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2010

------- dan Hasanuddin, Membahas Kitab Hadis, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2010)

ad-Dihami, Ali, Menjaga Hati, (Jakarta: Gema Insani, 2005).

al-Ghazali, Bahaya Lidah, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994)

------- Wasiat Imam Ghazali Minhajul Abidin (Jakarta: Darul Ulum Press, 1986)

Hafsa, Abu, Pintu Masuk Buku Ini, dalam Abû Hamîd al-Ghazali, Ihyâ` ‘Ulûm al-

Dîn, (Jakarta:Republika Penerbit, 2011)

Hamid, Ali Hasan Ali Abdul, Ihya Ulumuddin Pandangan Ulama, terj. Yoga (Jakarta:

Darul Qolam, tt)

Page 102: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

Hamka, “Sambutan Terjemahan IHYA‟ ULUMUDDIN” dalam Abû Hamîd al-

Ghazali, Ihyâ`‘Ulûm al-Dîn, terj. Tk. Ismail Yakub, Juz I (Medan: Penerbit

Imbalo, 1964)

Hermawan, Karung Mutiara al-Ghazali, (Jakarta: Gramedia, 1997)

Himawijaya, Mengenal al-Ghazali For Teens, Keraguan Adalah Awal Keyakinan,

(Bandung:PT Mizan Banaya Kreative, 2004)

Ismail, Ahmad Satori, Pro-Kontra Pemikiran al-Ghazali, (Surabaya: Risalah Gusti,

1997).

Ismail, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang,

1992)

Jarullah, Abdullah bin, Awas! Bahaya Lisan, Penerjemah Abu Haidar, Abu Fahmi

(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), cet. VI

al-Jawzi, Ibn, Minhajul Qashidin, sebagaimana dikutip oleh: Ali Hasan Ali Abdul

Hamid, Ihya Ulumuddin Pandangan Ulama, terj. Yoga (Jakarta: Darul

Qolam, tt)

al-Khâtib, M.‟Ajâj, Ushûl al-Hadîts, terj. M. Qadirun Nur, Ahmad Musyafiq

(Jakarta: Gaya Media Pertama, 2001)

Mandzûr, Ibnu, Lisân al-‘Arabi, juz 12 (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-„Arabi)

al-Mizyi, Jamâl al-Dîn Abû al-Hajjâj Yûsuf, Tahdzîb al-Kamâl fȋ Asmâ` al-Rijâl,

Beirut: Mu`assasah Risalah, 1992.

Muhammad, Ahsin Sakho, dkk, ed., Tematis Ensiklopedi Al-Qur’an, jilid 3. Terjemah

al-Mausu’ah al-Qur’aniyah (Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, t,t)

al-Naisaburi, Muslim ibn Hajjaj Abu al-Husain al-Qusyairi, Shahih Muslim, jilid I,

(Beirut: Dar al-Fikr)

Rahman, Fathur, Ikhtisar Mustalah Hadis, ( Bandung: PT Ma‟arif, 1974)

Rizkiputra, Dikalustian, Bahaya Lisan dan Pencegahannya dalam al-Qur’an, (Skripsi

S1, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2011), no. 2886

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,

(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1999), cet ke-4

Sholichin, Mukhammad, Filsafat dan Metafisika dalam Islam, (Yogyakarta: Penerbit

Narasi)

Sihabuddin, dkk, ed. Ensiklopedia al-Qur’an; kajian kosa kata, vol II (Jakarta:

Lentera Hati, 2007), cet. 1.

Page 103: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

at-Tahhan, Mahmud, Usul at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, (Riyad: Maktabah al-

Ma‟arif, 1991)

Taimiyah, Ibn, Majmu’ Fatawa, Juz X.

Tsaurah, Abî Hisyâm Muhammad bin „Isâ bin, Sunan Tirmîdzî, (Beirut:Dâr al-

Ma‟rifah, 2002).

Weinsinck, A.J, Corcondanceet Indices de la Tradition Musumane, diterjemahkan

kedalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-

Mufahras li Alfâdz al-Hadîts al-Nabawî,jilid 3. Brill:Leiden,1955

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989)

http://id.wikipedia.org/wiki/Lidah. Di akses pada tanggal 8 Juni 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Lidah. Diakses pada tanggal 8 Juni 2014.

http://media.kompasiana.com/new-media/2014/01/06/yks-semakin-dihujat-ratingnya-

semakin-menjulang-624438.html Di akses pada tanggal 10 Juli 2014

http://skyaddictshozza.blogspot.com/2012/06/bolehkah-senda-gurau.html Di akses

pada 1 September 2014

Page 104: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

(w.68 H)

(w.252 H)

(w.118 H)

(w.148 H)

(w.104 H)

(w.195 H)

(w.279 H)

عن

عن

عن

عن

عن

حدثنا

حدثنا

Page 105: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

(w.57 H)

(w.213 H)

(w.132 H)

(w.152 H)

(w.103 H)

(w.181 H)

(w.241 H)

عن

حدثنا

اخبرنا

اخبرنا

عن

عن

عن

Page 106: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

(w.148 H)

(w.175 H)

(w.207 H)

(w.241 H) (w.271 H)

(w.57 H)

(w.153 H)

(w.181 H)

(w.215 H)

(w.123 H)

(w.279 H)

عن

عن

عن

اخبرنا

حدثنا حدثنا

حدثنا

عن

عن

خدثنا

قال

Page 107: BAHAYA LISAN: STUDI KUALITAS HADIS SENDA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27783/1/ZAENURI... · kualitas hadis tersebut melalui metode takhrij hadis, ... Contoh:

(w.254 H)

(w. 207 H)

(w.241 H)

(w.38 H)

(w.142 H)

(w.181 H)

(w.223 H)

(w.100 H)

(w.273 H)

قال

عن

حدثنا

حدثنا

حدثنا

قال

حدثنا حدثنا

عن