[Bahasa] shrimp standard for the asean region

17
Standar Udang untuk Kawasan ASEAN Draf untuk Komentar Publik Periode Pertama (13 Agustus 2014 13 Oktober 2014) Disiapkan oleh: Komite Pengarah - Standar Udang untuk Kawasan ASEAN Agustus 2014 Pertemuan dan produksi materi ini dimungkinkan oleh dukungan dari United States Agency for International Development (USAID) Maximizing Agricultural Revenue through Knowledge, Enterprise Development, and Trade Project. Pendapat yang dinyatakan dalam dokumen ini tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

description

CBI Ekxpo 15 - 19 September 2014

Transcript of [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Page 1: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

 

     

 

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN Draf  untuk  Komentar  Publik  Periode  Pertama    

(13  Agustus  2014  -­‐  13  Oktober  2014)      

       

             Disiapkan oleh: Komite Pengarah - Standar Udang untuk Kawasan ASEAN Agustus 2014

                         

   

Pertemuan  dan  produksi  materi  ini  dimungkinkan  oleh  dukungan  dari  United  States  Agency  for  International  Development  (USAID)  Maximizing  Agricultural  Revenue  through  Knowledge,  Enterprise  Development,  and  Trade  Project.    Pendapat  yang  dinyatakan  dalam  dokumen  ini  tidak  mencerminkan  pandangan  USAID  atau  pemerintah  

Amerika  Serikat.    

Page 2: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  2

Daftar  Isi  

 

1   Pendahuluan  ..................................................................................................................................  3  1.1   Konteks  dan  Peluang  ......................................................................................................................  3  1.2   Visi  dan  Ruang  Lingkup  .............................................................................................................  4  

2   Tata  Kelola  Standar  Udang  untuk  Kawasan  ASEAN  ..........................................................  4  2.1   Komite  Pengarah  .............................................................................................................................  4  

3   Jalan  Menuju  Standar  Udang  untuk  Kawasan  ASEAN  .......................................................  6  3.1   Kemajuan  sampai  bulan  Juli  2014  ..........................................................................................................................  6  3.2   Kegiatan  untuk  Menyelesaikan  Standar  Udang  ................................................................................................  7  

4   Standar  Udang  untuk  Kawasan  ASEAN  ..................................................................................  8  4.1   Bagian  I  -­‐  Standar  Level  Peternakan…………………………………………………………………………8     1.  Ketertelusuran…………………………………………………………………………………………………….8  

2.  Kesehatan  Udang………………………………………………………………………………………………...9  3.  Sumber  Persediaan……………………………………………………………………………………………10  4.  Sumber  Pakan  dan  Manajemen….……………………………………………………………………….10  5.  Manajemen  Dampak  Udang…………………………………..……………………………………………10  6.  Aspek  Sosial  Ekonomi……………………………………………………………………………..………….10  

 4.2   Bagian  II  -­‐  Standar  Pengetasan………………………………………………………………………………15  

7.  Penggunaan  Spesies……………………………………………………………………………..…………….15    4.3   Bagian  II  -­‐  Standar  Pabrik  Pakan……………………………………………………………………………16  

8.  Sumber  Bahan  Pakan…………………………………………………………………………..…………….16                                  

Page 3: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  3

1   Pendahuluan  1.1 Konteks  dan  Peluang    Ikan dan produk ikan memberikan peluang mata pencaharian dan pendapatan bagi 48 juta orang di kawasan Asia, memberikan kontribusi yang penting untuk pasokan pangan dan output ekonomi di wilayah ini. Meningkatnya konsumsi global terhadap ikan dan menurunnya hasil tangkapan dari persedian ikan alami telah menyebabkan peningkatan dan intensifikasi produksi perikanan budidaya (akuakultur) di Asia, khususnya di negara-negara ASEAN. Produksi produk makanan laut melalui sistem budidaya dipandang sebagai solusi potensial untuk memenuhi permintaan yang meningkat atas makanan laut, dengan hanya kurang dari setengah saja dari keseluruhan ikan yang dikonsumsi secara global saat ini berasal dari akuakultur. Pergeseran dalam produksi, dari lautan ke peternakan, telah membuka peluang mata pencaharian baru di daerah pedesaan, tetapi perkembangan cepat juga telah meciptakan tantangan baru bagi lingkungan sekitarnya dan menimbulkan dampak sosial ekonomi bagi pengguna lain dari sumber daya bersama ini. Industri akuakultur di kawasan ASEAN menghadapi tantangan besar yang membahayakan keberlanjutan jangka panjang dari operasi peternakan ini, dan mata pencaharian jutaan operasi skala kecil yang mewakili 80 persen dari budidaya peternakan Asia. Tantangan-tantangan ini meliputi wabah penyakit hewan akuatik, masalah ketenagakerjaan, pencemaran air, penggunaan tepung ikan sebagai bahan pakan, pembukaan mangrove (hutan bakau) dan gangguan atas mata pencaharian masyarakat. Jumlah pembeli besar makanan laut di Amerika Utara dan Eropa yang memiliki komitmen untuk produk bertanggung jawab secara sosial dan berkelanjutan telah meningkat menjadi sekitar 90% dalam beberapa tahun terakhir. Perubahan ini difasilitasi melalui kemitraan antara organisasi non-pemerintah yang bergerak dalam masalah lingkungan dan pembeli makanan laut besar. Di balik kecenderungan ini ada organisasi non-pemerintah yang bergerak dalam masalah lingkungan yang memiliki pengaruh besar di pasar ekspor melalui kemitraan dengan pembeli besar dan yang menyarankan pembeli untuk mengukur akseptabilitas sumber makanan laut berdasarkan standar dan sertifikasi. Terdapat peningkatan kesadaran di kawasan ASEAN akan pentingnya standar lingkungan dan standar sosial; namun, terdapat kesenjangan yang signifikan yang dihadapi para petani untuk memenuhi standar tersebut dan menanggung biaya program sertifikasi. Saat ini, terdapat lebih dari 30 standar akuakultur, semua dengan ruang lingkup yang berbeda dalam mengatasi isu-isu sosial dan lingkungan melalui metode yang berbeda dan tidak ada yang secara eksplisit diperuntukkan untuk wilayah ASEAN. Hal ini membuat sulit dan mahal bagi petani dan prosesor untuk memilih jalur sertifikasi yang diakui di pasar. Akibatnya, masing-masing bekerja berdasarkan atas beberapa standar yang berbeda untuk memenuhi tuntutan pembeli. Hal ini menambah biaya secara signifikan. Karena biaya yang tinggi terkait dengan kepatuhan terhadap standar yang diakui - termasuk proses audit - dan kurangnya keuntungan finansial yang nyata, sejumlah besar produsen ASEAN berjuang untuk mendapatkan sertifikasi apapun karena mereka benar-benar tertarik. Sebagian kecil peternakan yang sudah disertifikasi dengan menggunakan standar internasional belum merasakan adanya peningkatan pendapatan yang signifikan sebagai akibat dari kepatuhan mereka terhadap standar. Kurangnya insentif ini telah mematahkan semangat petani lain untuk melakukan perbaikan praktek mereka. Solusi sementara, sebuah standar udang kawasan yang dikembangkan berdasarkan realitas kawasan ASEAN dan ditambah dengan persyaratan akan keberlanjutan pasar, seperti Monterey Bay Aquarium Seafood Watch®, dapat membuka jalur yang lebih diharapkan oleh petani udang

Page 4: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  4

untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan sosial di seluruh kawasan. Dengan terbentuknya Komunitas Ekonomi ASEAN tahun 2015, kawasan ini akan menjadi salah satu dari 10 ekonomi terbesar di dunia dan pemain utama dalam industri makanan laut global. Penciptaan pasar tunggal di ASEAN membuka peluang pada industri dan pemangku kepentingan lainnya untuk bekerja sama untuk meningkatkan kesinambungan budidaya udang dan mempromosikan praktek-praktek budidaya yang bertanggung jawab dengan cara yang terus mendukung ketahanan pangan dan pengamanan mata pencaharian petani udang skala kecil. Pada pertemuan kedua Taskforce for Sustainable Fisheries and Aquaculture (Taskforce Perikanan Berkelanjutan dan Akuakultur) yang diadakan tahun 2013, Taskforce Swasta-Pemerintah, perwakilan sektor publik dan swasta, mengidentifikasi harmonisasi standar udang dan upaya untuk mengurangi biaya yang berkaitan dengan sertifikasi, terutama untuk produsen skala kecil, sebagai sebuah isu prioritas untuk kawasan ini.  1.2   Visi  dan  Ruang  Lingkup    Draf Standar Udang untuk Kawasan ASEAN dirancang untuk menjadi sebuah alat yang dapat diterapkan untuk industri udang di kawasan ini guna meningkatkan kesinambungan, kinerja lingkungan dan sosial dari peternakan, terutama tingkat skala kecil, dan mendapat pengakuan di pasar ekspor utama. Standar ini terdiri dari sasaran sementara yang digabungkan dari praktek akuakultur yang baik tingkat nasional (GAP), dan persyaratan yang benar-benar dapat dicapai dan penting dari skema lingkungan and sertifikasi sosial akuakultur yang diakui internasional dan sistem penilaian seperti sistem Seafood Watch. Membangun standar yang melengkapi realitas ASEAN dengan persyaratan keberlanjutan yang terpenting akan memberikan petani pengalaman langsung berikut meraih manfaat dari perbaikan; dan idealnya mengarah pada keinginan yang lebih besar dari petani dan pelaku supply chain (rantai pasokan) lain untuk menanam investasi yang dibutuhkan guna lebih memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek produksi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Adalah penting sekali bahwa setiap benchmark yang ditetapkan dapat dicapai oleh petani udang di kawasan ASEAN dalam jumlah yang cukup, termasuk pada tingkat skala kecil, dan akan menawarkan target yang dapat dikelola. Hal ini nanti akan berfungsi sebagai katalis dalam mendorong kepatuhan terhadap serangkaian persyaratan yang ditetapkan.  2.   Tata  Kelola  Standar  Udang  untuk  Kawasan  ASEAN        2.1   Komite  Pengarah  Draf pertama dari standar ini merupakan hasil dari sebuah proses konsultasi yang dipimpin oleh relawan Komite Pengarah yang berasal dari sektor industri dan non-pemerintah yang memiliki komitmen untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan sosial budidaya udang di kawasan ASEAN. Sebuah Komite Pengarah didirikan bulan Desember 2013 sebagai badan penyelenggara utama untuk mengembangkan Standar Udang untuk Kawasan ASEAN. Komite Pengarah yang beranggotakan14 orang terdiri dari beragam kelompok pemangku kepentingan dari keseluruhan industri akuakultur, 90% persen dari kawasan ASEAN, termasuk perwakilan petani, para prosesor, NGO (LSM), auditor, pembeli dan para akademisi. Daftar anggota Komite Pengarah per tanggal 31 Juli 2014 disajikan pada halaman berikutnya. Tujuan utama dari Komite Pengarah adalah untuk mengatur proses perumusan konsensus dan penerimaaan untuk pengembangan Standar Udang Kawasan ASEAN. Komite Pengarah bertanggung jawab atas semua keputusan yang berhubungan dengan proses termasuk konten standar, proses dan ruang lingkup pengembangan, dan skema sertifikasi. Komite Pengarah

Page 5: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  5

membuat semua keputusan dengan konsensus seperti yang ditentukan oleh Organisasi Standar Internasional1: Kesepakatan umum, yang ditandai dengan tidak adanya oposisi yang berkelanjutan terhadap isu substansial oleh bagian apapun yang penting dari pihak-pihak yang kepentingan dan oleh sebuah proses yang berusaha untuk mempertimbangkan pandangan dari para pihak yang berkepentingan, terutama pihak-pihak yang terkena dampak langsung, dan untuk menyesuaikan setiap argumen yang bertentangan. Konsensus tidak mesti berarti sebagai kebulatan suara.

Sampai tanggal 31 Juli 2014 keanggotaan Komite Pengarah tetap terbuka bagi calon baru tetapi setiap calon baru harus mengajukan permohonan untuk keanggotaan. Untuk melamar, anggota yang berminat harus menyerahkan pernyataan yang menjelaskan mengapa calon berminat, sektor yang mereka wakili, dan informasi terkait lainnya yang perlu dipertimbangkan. Semua anggota Komite Pengarah yang diusulkan harus disetujui secara konsensus.

                                                                                                               1  ISO  adalah  Organisasi  Internasional  untuk  Standardisasi-­‐  ini  adalah  asosiasi  hukum  yang  terdiri  dari  lembaga  standar  nasional  dari  157  negara  anggota.  ISO  memfasilitasi  pengembangan  standar  internasional  (mulai  dari  standar  industri  sampai  standar  teknis  dan  manajemen  mutu)  dan  penerimaan  yang  luas    dalam  rangka  untuk  mendobrak  hambatan  perdagangan.  

Negara Nama Organisasi Tipe Stakeholder

Indonesia

Ms. Cut Desyana Surya University Akademisi

Mr. Johan Suryadarma Indonesian Fishery Product Processing and Marketing Association Industri

Mr. Muhammed Ilman Wetlands International NGO

Philippines Ms. Dinna Umengan Tambuyong Development Center NGO

Ms. Rosanna Contreras Socsksargen Federation of Fishing & Allied Industries Industri

Regional Mr. Eduardo Leaño, Network of Aquaculture Centers Asia Pacific

Organisasi antar pemerintah

Thailand

Mr. Kriengkrai Satapornanit Kasetsart University Akademisi

Dr. Wit Soontaranun Thai Union Frozen Industri Ms. Emmanuelle Bourgoise FAIRAGRO Auditor

Mr. Pinyo Kiatpinyo Federation of Shrimp Cooperatives of Thailand Perwakilan Petani

Vietnam Dr. Le Thanh Luu International Collaborating Center for

Aquaculture & Fisheries Sustainability Perwakilan Petani

Mr. Truong Dinh Hoe Vietnam Association of Seafood Exporters & Producers Industri

United States of America

Ms. Wendy Norden Monterey Bay Aquarium Seafood Watch® NGO

Mr. Lawnin Crawford Chicken of the Sea Industri

Page 6: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  6

3.    Jalan  Menuju  Standar  Udang  untuk  Kawasan  ASEAN   Standar ini dikembangkan melalui sebuah proses multi-stakeholder, yaitu proses yang transparan dan inklusif. Proses untuk mengembangkan Standar Udang untuk Kawasan ASEAN ditujukan agar tercipta keselarasan dengan pedoman ISEAL Alliance yang diakui secara global untuk menetapkan standar lingkungan dan sosial. ISEAL Alliance adalah sebuah organisasi global yang menyusun kode etik untuk pengembangan standar keberlanjutan. Banyak pembeli dan NGO menyebut Kode Etik ISEAL sebagai referensi terbaik untuk yang menentukan proses penetapan standar yang kredibel. 3.1   Kemajuan  sampai  bulan  Juli  2014    ü Proses awal konsultasi di negara-negara kunci ASEAN. Pada akhir tahun 2013 diadakan

serangkaian pertemuan stakeholder kawasan dari seluruh industri akuakultur udang di Thailand, Indonesia, dan Vietnam. Tujuan utamanya adalah untuk menyampaikan latar belakang dan dasar pemikiran atas inisiatif untuk mengatur pengembangan budidaya udang yang berkelanjutan, dan meminta anggota Komite Pengarah untuk melakukan sesuatu guna menyempurnakan draf-draf kerja.

ü Benchmarking Praktek Baik Akuakultur dan Skema Sertifikasi lainnya di Kawasan ASEAN dan Draf Pertama Standar Udang untuk Kawasan ASEAN. Pada akhir tahun 2013, penilaian terhadap kesesuaian atas Good Aquaculture Practices (GAP) yang dikembangkan oleh masing-masing negara Anggota ASEAN (Thai GAP, Indo GAP, Viet GAP, dan Thai Code of Conduct [Kode Etik Thai]) dan GAP udang kawasan ASEAN dengan persyaratan utama keberlanjutan telah selesai. Semua Standar GAP yang ada dikompilasi secara bersama-sama untuk menciptakan draf kerja pertama Standar Udang untuk Kawasan ASEAN yang disampaikan kepada stakeholder (pemangku kepentingan) yang tertarik untuk ditinjau pada pertemuan Komite Pengarah pertama bulan Desember 2013.

ü Rapat Komite Pengarah Pertama. Tanggal 13-14 Desember 2013, Rapat Komite Pengarah pertama diadakan di Bangkok, Thailand. Empat belas orang yang mewakili NGO, lembaga sertifikasi, prosesor, petani udang, dan anggota asosiasi bertemu untuk membahas proses dan draf standar kerja pertama. Masukan yang substansial dan revisi dikumpulkan dan digunakan untuk mengembangkan draf standar kerja kedua.

ü Draf Kerja Standar Udang Kedua untuk Kawasan ASEAN. Setelah pertemuan komite pengarah bulan Desember 2013, draf kerja kedua dari standar disusun berdasarkan masukan yang dikumpulkan dari para pemangku kepentingan yang hadir. Penyuntingan dan modifikasi dilakukan untuk meningkatkan palang kinerja lingkungan berdasarkan Monterey Bay Aquarium’s Seafood Watch® Program tentang kriteria penilaian keberlanjutan.

ü Konsultasi Publik Tingkat Nasional atas Draf Kerja Kedua. Tujuan dari pertemuan publik adalah untuk menumbuhkan kesadaran yang lebih luas dan penerimaan atas tujuan dari Standar Udang untuk Kawasan ASEAN, langkah untuk pengembangan, dan untuk mengumpulkan umpan balik tentang draf standar kedua. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, 130 pemangku kepentingan dari industri budidaya udang di kawasan ASEAN diberi penjelasan singkat tentang langkah-langkah pengembangan, timeline, dan tujuan dari proses. Semua komentar dikumpulkan dan dibagi kepada Komite Pengarah untuk pertimbangan mereka dalam mengembangkan draf berikutnya dari standar untuk periode komentar publik pertama. Pertemuan publik diadakan di:

• General Santos, Filipina tanggal 18 Februari 2014 • Can Tho, Vietnam tanggal 26 Februari 2014 • Surabaya, Indonesia tanggal 23 April, 2014

Page 7: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  7

ü Rapat Komite Pengarah Kedua. Rapat Komite Pengarah kedua diselenggarakan di Ho Chi Minh City, Vietnam tanggal 14-15 Juli, 2014. Dua belas anggota komite pengarah bertemu untuk mengkonfirmasi ruang lingkup Standar Udang untuk Kawasan ASEAN, membahas masukan yang disampaikan selama konsultasi publik nasional, mengusahakan kesepakatan mengenai kerangka acuan dan prosedur kerja untuk Komite Pengarah, dan membuat rencana selama 60 hari periode komentar publik. Komite Pengarah mengembangkan draf kerja ketiga dari standar yang akan dirilis untuk komentar publik periode pertama bulan Agustus 2014.

3.2   Kegiatan  untuk  Menyelesaikan  Standar  Udang    Untuk memfasilitasi konsensus selanjutnya dan komitmen terhadap proses pengembangan standar kegiatan berikut dijadwalkan akan dilangsungkan: • Komentar Publik Periode Pertama (60-hari). Selama periode komentar 60 hari, para

pemangku kepentingan diminta untuk mengirim komentar atas setiap bagian dari draf dokumen. Semua komentar yang disampaikan selama periode komentar publik akan memperoleh jawaban resmi dari komite pengarah yang akan ditaruh pada domain publik. Komite pengarah diperlukan untuk meninjau semua komentar publik yang diterima, tetapi sebagai badan pengambilan keputusan, mereka memiliki hak untuk memutuskan apakah komentar akan dimasukkan ke dalam standar atau tidak.

• Rapat Komite Pengarah Ketiga. Tentatif pertemuan komite pengarah ketiga akan diselenggarakan bulan Oktober 2014 untuk meninjau hasil komentar publik dan untuk menghasilkan draf revisi yang akan digunakan selama fase uji lapangan.

• Uji Lapangan. Fase ini memungkinkan Komite Pengarah untuk memahami aplikasi praktis dari standar yang diterapkan pada seting praktis, real time dengan petani udang terpilih di kawasan tersebut. Ini akan memungkinkan pemahaman yang lebih baik terhadap masalah apapun yang muncul dari aplikasi lapangan yang mungkin memerlukan modifikasi standar itu sendiri. Ini adalah bagian penting dari upaya untuk memastikan agar diskusi dan kerja dari Komite Pengarah lebih mudah diterapkan setelah selesainya proses. Tujuannya adalah untuk melakukan mock-up audit tambak udang dan koperasi/ kelompok tani dengan berhasil dalam setidaknya dua atau tiga negara ASEAN. Aspek penting dari uji lapangan akan menentukan seberapa baik produsen memahami dan mampu memanfaatkan standar, dan mengidentifikasi cara-cara dan metodologi dalam rangka lebih memperkuat standar atau kapasitas pengguna untuk melaksanakan.

• Rapat Komite Pengarah Keempat. Pertemuan komite pengarah keempat akan diselenggarakan sekitar bulan Februari 2015 untuk meninjau hasil dari fase uji lapangan dan untuk menghasilkan draf yang sudah direvisi yang akan digunakan selama komentar publik periode kedua (30 hari).

• Komentar Publik Periode Kedua (30 hari). Komentar publik periode kedua diperlukan untuk memungkinkan para pemangku kepentingan melihat bagaimana komentar awal mereka dipertimbangkan, dan kemudian membuka kesempatan kedua untuk mengomentari draf. Seperti dengan komentar publik periode pertama, komite pengarah akan menyampaikan jawaban resmi untuk semua komentar yang dikumpulkan selama periode komentar publik.

         

Page 8: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  8

4.   Standar  Udang  untuk  Kawasan  ASEAN  Draf kerja ketiga dari Standar Udang untuk Kawasan ASEAN disajikan di bawah ini. Standar yang diusulkan pertama kali disusun dengan mengkonsolidasikan GAP nasional yang ada di negara-negara yang ada di kawasan ASEAN termasuk GAP Thailand, Indo GAP, Viet GAP, Thai Code of Conduct dan ASEAN Shrimp GAP (GAP Udang ASEAN) (Draf ke 1). Komite Pengarah juga mempertimbangkan dan memasukkan indikator tambahan dari Kriteria Penilaian Keberlanjutan Seafood Watch Aquaculture (SFW) dan untuk meningkatkan level kinerja lingkungan standar secara keseluruhan. Draf standar mengasumsikan bahwa GAP nasional yang digunakan mencakup dasar-dasar dari legalitas pertanian, registrasi, dll. Komite Pengarah berusaha untuk mengembangkan draf Standar Udang untuk Kawasan ASEAN untuk menentukan indikator yang lebih penting dari lingkungan, sosial, dan ketertelusuran yang relevan dengan petani udang di kawasan ASEAN, dan pembeli global yang bersedia untuk mengakui dan menghargai kepatuhan. Souce listing yang ditemukan dalam draf standar termasuk dokumen sumber dan nomor standar yang terkait (jika tersedia). Gambar 1 pada halaman berikutnya termasuk akronim yang digunakan untuk referensi dokumen sumber. Gambar 1 – Akronim untuk Standar GAP dan COC Sumber Kode Thai GAP Major Requirement TGM Thai GAP Minor Requirement TGm Thai GAP Recommendation TGR Thai Code of Conduct TCOC Indonesia GAP ING VietGAP VG ASEAN Shrimp GAP AG Monterey Bay Aquarium’s Seafood Watch® SFW 4.1   Bagian  I  –  Standar  Level  Peternakan 1. Ketertelusuran Ketertelusuran didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengikuti pergerakan udang setelah panen atau input seperti pakan dan benih, melalui tahap produksi tertentu. Ini adalah komponen penting ketika mengimplementasikan perbaikan atas keberlanjutan. Bagian ini mencoba menyoroti indikator ketertelusuran yang paling penting yang dapat diaudit pada tingkat peternakan. # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 1.1 Standar Praktek Baik

Akuakultur Negara Dibutuhkan kepatuhan terhadap Standar Praktek Baik Akuakultur Negara

N/A

Page 9: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  9

1.2 Pencatatan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan metode2 yang kuat termasuk frekuensi sampel, titik pengumpulan data, kerangka waktu, dan tersedia dalam bentuk yang siap untuk diperiksa

Kriteria SFW 1

1.3 Identifikasi Pejabat Penegakan Hukum

Pihak berwenang bisa diidentifikasi Kriteria SFW 2.2

1.4 Sistem pemisahan yang efektif antara produk peternakan yang bersertifikat dan tidak-bersertifikat3

Sebuah sistem harus dibuat untuk menghindari pencampuran produk bersertifikat dan tidak bersertifikat melalui prosedur identifikasi fisik atau prosedur penanganan produk, termasuk catatan yang relevan

VG 1.3.1

1.5 Pergerakan produk udang hidup

a) Pergerakan benur dan induk harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang relevan seperti tertera dalam Pedoman Teknis ASEAN tentang pergerakan hewan akuatik hidup yang bertanggung jawab b) Pergerakan udang hidup yang dipanen harus dicatat

AG1

2. Manajemen Kesehatan Udang Mengoptimalkan kesehatan, meminimalisir stres, mengurangi risiko penyakit udang, dan memelihara lingkungan budaya sehat di semua fase siklus produksi adalah sangat penting untuk menimalisir dampak lingkungan dari penyakit. Bagian ini membahas pemantauan penyakit dan penggunaan bahan kimia, termasuk antibiotik.

                                                                                                               2  Akan didefinisikan  3  Ini mencakup produk yang hanya ada pada peternakan sampai titik di mana mereka memasukike ndaraan truk pengolahan / kendaraan pengangkut.  4  Akan  didefinisikan  

# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 2.1 Pemantauan kesehatan

udang dan prevalensi penyakit

Catatan dari sampling prevalensi dan intensitas penyakit Catatan dari analisis sebab-akibat dan tindakan korektif Catatan menunjukkan bahwa petani telah memberitahu pejabat yang berwenang atas bukti dari wabah

TGm 2.13, 2.14, 2.15, 2.16

2.2 Pemantauan kualitas air Petani udang harus secara rutin memeriksa kualitas air tambak udang dan catatan harus disimpan

TCOC A2.2.7

2.3 Penanganan dan pembuangan udang yang

Harus ada catatan yang layak4 atas pembuangan udang yang mati /terinfeksi

Page 10: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  10

3. Sumber Persediaan Bagian ini berusaha untuk mengatasi penggunaan spesies udang dalam produksi dan memastikan bahwa spesies yang digunakan berasal dari sumber yang berkelanjutan.

4. Sumber Pakan dan Manajemen Bagian ini berusaha untuk mengatasi keberlanjutan dan penggunaan yang efisien dari sumber daya ikan liar untuk pakan udang budidaya yang dapat diverifikasi pada tingkat peternakan. # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 4.1 Penggunaan  pakan  pellet  

komersial Pakan  pellet  komersial  harus  dibeli  dari  produsen  /  penjual  /  importir  yang  memiliki  izin  operasional  dari  pemerintah  pusat

VG 3.2.4

4.2 Penggunaan  zat  aditif  dan  suplemen  yang  telah  disetujui

Peternakan  hanya  boleh  menggunakan  zat  aditif  dan  suplemen  yang  telah  disetujui,  sesuai  dengan  ketentuan  hukum

VG 3.2.5

4.3 Rasio  Ekonomis  Konversi  Pakan  

Harus  kurang  dari  2 Kriteria SFW 5

4.4 Penggunaan  pakan    bersertifikat

Petani  harus  menggunakan  100%  pakan  bersertifikat  ASEAN  

                                                                                                               5  Lihat  Bagian  II  

mati / terinfeksi yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum

2.4 Antibiotik sangat atau begitu penting bagi kesehatan manusia

Dilarang

Kriteria SFW 4

2.5 Penggunaan obat-obatan hewan, dan bahan kimia

Harus ada catatan tentang penggunaan obat-obatan hewan, bahan kimia, pestisida dan probiotik

TGM 3.1

2.6 Penggunaan obat-obatan terlarang dan bahan kimia

Tidak diijinkan pemakaian obat-obatan atau bahan kimia yang dilarang oleh negara produksi maupun negara pengekspor

TCOC 3.1

# Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 3.1 Sourcing fry atau post larvae

dari sumber liar Dilarang  kecuali  untuk  keperluan  yang  bersifat  pasif  

Kriteria SFW 10

3.2 Sourcing dari post larvae

100%  dari  sumber  ASEAN2    yang  bersertifikat5

n/a

Page 11: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  11

5. Manajemen Dampak Lingkungan Bagian ini berusaha untuk mengelola dampak operasi tambak udang atas keanekaragaman hayati melalui kegiatan seperti pembangunan kolam peternakan, pengendalian predator, atau kualitas air pembuangan. 5.1 – Dampak Mangrove dan Habitat # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 5. 1.1 Analisis Dampak

Lingkungan (AMDAL) atau ekuivalennya

Peternakan harus memiliki Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) atau ekuivalennya sesuai dengan peraturan nasional

VG 4. SFW Kriteria 3

5.1.2 Siting (pembangunan kolam) di daerah mangrove (hutan bakau)

Peternakan yang didirikan setelah bulan Mei 1999 TIDAK boleh berada di lokasi ekosistem hutan bakau atau lahan basah alami lain yang penting dari segi ekologi sebagaimana ditentukan oleh EIA, jika tersedia Peternakan memiliki surat pernyataan dari otoritas setempat yang menunjukkan penggunaan lahan dari bulan Mei 1999 sampai pendirian peternakan atau peta sejarah penggunaan lahan / surat pernyataan. Peternakan dapat memberikan surat pernyataan yang menunjukkan waktu (bulan dan tahun) pembangunan kolam. Peternakan harus mengikuti peraturan pemerintah lokal, nasional tentang rencana tata ruang pesisir, jika tersedia

VG 4.1.2

5.1.3 Perluasan peternakan di habitat bernilai tinggi

Dilarang kecuali untuk kanal6 dengan kewajiban memberikan bukti kegiatan restorasi termasuk bukti konfirmasi dari pemerintah, jika tersedia

SFW Kriteria 3

5.1.4 Siting (pembangunan kolam) di Kawasan Lindung (PA)

Harus ada bukti bahwa lokasi peternakan atau fasilitas terkait tidak berada dalam kawasan lindung nasional atau internasional

VG 4.1.3

                                                                                                               6  Untuk  penghapusan  habitat  bernilai  tinggi  guna  pembuatan  kanal,  peternakan  harus  mengembalikan  keadaan  daerah  yang  digunakan  ke  kondisi  semula  sebisa  mungkin.  Pemulihan  bisa  berupa  penghijauan  di  sepanjang  tepi  kanal  atau  penghijauan  di  tempat  lain  dengan  kondisi  dan  ukuran  yang  sebanding.  Restorasi  ini  perlu  dilakukan  berdasarkan  atas  rekomendasi  AMDAL  jika  tersedia.    

Page 12: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  12

5.2 – Penggunaan dan Pembuangan Air # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 5.2.1 Penggunaan air tanah segar

(di bawah 5ppt) Tidak dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi garam dari air kolam (untuk kultur air payau)

VG 4.2.3

5.2.2 Pembuangan air garam ke dalam tubuh air tawar alami

Peternakan dirancang dan dikelola untuk memastikan bahwa air garam tidak dapat dibuang ke badan air tawar

VG 4.2.5

5.2.3 Pertukaran air setiap hari Pertukaran air per peternakan tidak boleh melebihi 10% rata-rata tiap hari dihitung atas seluruh siklus produksi Catatan debit air harus disimpan

SFW Kriteria 6

5.2.4 Monitoring kualitas dan pengolahan limbah

Catatan pengujian mutu limbah dan memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang relevan dengan: - Pemeriksaan visual terhadap prosedur pengambilan sampel - Catatan pengolahan limbah/ kontrol kualitas air sebelum dibuang.

TGM 4.1

5.2.5 Pembuangan lumpur Sedimen yang dikeruk dari kanal, sungai dan kolam dicegah dan dideteksi secara benar untuk mencegah salinisasi tanah dan air tanah dan tidak menimbulkan gangguan ekologi lainnya, seperti menempatkannya di hutan bakau atau daerah sensitif lainnya.

VG 4.2.7

5.2.6 Pengolahan air limbah Harus diolah sebelum dibuang jika densitasnya adalah XX

SFW Kriteria 2

5.3 – Kontrol atas Predator # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 5.3.1 Kontrol atas predator Tidak boleh digunakan metode kontrol

predator aktif yang mematikan (burung dan mamalia)

VG 4.3.1

5.3.2 Perlindungan spesies yang terdaftar

Kegiatan peternakan tidak boleh menyebabkan kematian spesies apapun yang ada dalam buku merah nasional dan IUCN (daftar spesies langka atau terancam punah) Perlindungan atas pelanggaran sekunder berlaku bila diketahui ada spesies yang menjadi perhatian di daerah itu

VG 4.3.2

Page 13: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  13

5.4 - Manajemen escape (pelarian) # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 5.4.1 Catatan jumlah stok Jumlah stok udang, berat rata-rata dan jumlah

biomassa harus dipantau secara teratur pada tingkat unit produksi. Harus ada catatan monitoring dan dokumentasi

VG 3.4.1

5.4.2 Pencegahan dari upaya melarikan diri

Peternakan harus mengambil langkah yang tepat untuk mencegah keluarnya udang dari tambak. Harus ada langkah yang tepat. Langkah itu bisa mencakup saringan ganda dengan mekanisme tangkapan yang diperiksa secara teratur, dan catatan disimpan

TCOC A4.3

6. Aspek sosial ekonomi Budidaya udang harus dilakukan secara bertanggung jawab dari aspek sosial, tidak membahayakan mata pencaharian petani udang, dan masyarakat setempat. Kegiatan budidaya harus dilakukan sesuai dengan aturan dan peraturan nasional, serta, pedoman dan konvensi yang relevan tentang hak-hak tenaga kerja yang diatur oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO). 6.1 - Kondisi Kerja Secara Umum # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 6. Pekerja anak Tidak mempekerjakan anak di bawah usia

minimum sesuai dengan peraturan nasional dan ILO Pengecualian: Dalam hal bisnis keluarga (magang), anak-anak yang menjadi anggota keluarga dekat tidak boleh terlibat dalam pekerjaan berbahaya dan pekerjaan yang menancam kelangsungan pendidikan mereka

6.1.2 Perjanjian kerja Pekerja dimasukkan dalam perjanjian kerja yang menjelaskan durasi kerja dan paket remunerasi

6.1.3 Ketentuan pemutusan hubungan kerja

Pekerja bebas untuk mengakhiri pekerjaan mereka dan menerima gaji penuh sampai hari terakhir, berdasarkan pemberitahuan yang wajar yang diberikan kepada majikan mereka

VG 5.1.3

6.1.4 Kebebasan berserikat Pekerja memiliki hak untuk membentuk atau bergabung dengan organisasi untuk membela hak-hak mereka (termasuk hak mereka untuk perundingan kolektif), tanpa campur tangan dari majikan dan tanpa ada resiko berupa akibat negatif karena menggunakan hak ini

VG 5.1.4

Page 14: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  14

6.1.5 Non-diskriminasi Pekerja tidak mengalami diskriminasi apapun dari majikan atau pekerja lain Ada peraturan tertulis tentang anti-diskriminasi, yang menyatakan bahwa perusahaan tidak terlibat / mendukung tindakan diskriminasi dalam proses rekrutmen, remunerasi, akses terhadap pelatihan, promosi, pemutusan hubungan kerja atau pensiun berdasarkan ras, kasta, asal kebangsaan, agama, kecacatan, jenis kelamin, orientasi seksual, keanggotaan serikat, afiliasi politik, usia atau kondisi lain yang dapat menimbulkan diskriminasi

VG 5.1.5

6.1.6 Tindakan disiplin Tindakan disiplin tidak boleh dalam bentuk kekerasan fisik atau pengurangan upah untuk pekerjaan yang telah selesai dikerjakan

VG 5.1.6

6.1.7 Pendaftaran pekerja migran

Buruh tani migran harus dipekerjakan secara legal.

TGM 8.1

6.1.8 Mekanisme penyampaian keluhan

Semua isu yang disampaikan oleh pekerja harus didaftar, dilacak dan ditanggapi oleh majikan. Tersedia register yang mencatat masalah yang disampaikan oleh pekerja (termasuk bentuk keluhan), tanggal dan tanggapan yang diambil. Wawancara dengan karyawan mengkonfirmasi kepatuhan

VG 5.4.2

6.2  -­‐  Kesehatan  dan  Keselamatan   # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 6.2.1 Kondisi kerja yang

aman Karyawan dilindungi secara memadai terhadap bahaya, seperti tersedia air yang siap minum / aman, terdapat kondisi sanitasi untuk pembuangan limbah manusia. Tersedia catatan atas semua kecelakaan dan tindakan korektif yang dilakukan. Bukti bahwa tindakan korektif, seperti faktur obat, masih ada. Peralatan keselamatan harus diberikan kepada pekerja yang melakukan kegiatan berbahaya

VG 5.2.2, 5.2.4

6.2.2 Fasilitas sanitasi Pekerja memiliki akses terhadap area penyimpanan makanan yang bersih, tempat istirahat yang ditentukan, fasilitas cuci tangan, dan air minum

VG 5.1.8

6.2.3 Pelatihan keselamatan Pelatihan umum tentang praktek kerja yang aman, pencegahan kecelakaan, pengurangan resiko dan keselamatan harus diberikan kepada semua pekerja tambak udang

AG 1

Page 15: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  15

6.2.4 Akomodasi pekerja Perumahan karyawan dibangun dari bahan-bahan yang mampu bertahan sesuai kondisi setempat.

VG

6.3 - Kontrak dan Upah # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 6.3.1 Upah Peternakan harus menunjukkan pembayaran upah

yang wajar sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui. Tanda terima pembayaran upah dan wawancara dengan para pekerja mengkonfirmasi kepatuhan.

VG 5.3.3

6.3.2 Kerja ekstra7 Karyawan memastikan bahwa pekerjaan tambahan bersifat sukarela dan dibayar

VG 5.1.7

6.4 - Isu Komunitas # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 6.4.1 Manfaat  untuk  

masyarakat -­‐  Peternakan  udang  harus  menunjukkan  tanggung  jawab  sosial  yang  bermanfaat  bagi  masyarakat  setempat.    -­‐  Berikan  prioritas  untuk  mempekerjakan  pekerja  yang  berasal  dari  masyarakat  setempat.

AG 3

6.4.2 Manajemen  konflik  dengan  masyarakat  setempat

-­‐  Peternakan  udang  tidak  boleh  membatasi  akses  terhadap  sumber  daya  publik  dan  dampak  negatif  terhadap  masyarakat  setempat.    -­‐  Peternakan  udang  harus  memiliki  mekanisme  komunikasi  dan  keterlibatan  dengan  masyarakat  setempat  dan  mengambil  tindakan  positif  untuk  menanggapi  keluhan  

AG 4

6.4.3 Penempatan  peternakan  pada  komunitas  setempat

Lokasi  peternakan  tidak  boleh  menghalangi  akses  adat  dan  /  atau  mengganggu  kondisi  hidup  dan  kegiatan  masyarakat  setempat

TGR 9.1

 4.2   Bagian  II  –  Standar  Pengetasan    Salah satu cara terpenting untuk menimalisir dampak lingkungan budidaya udang adalah memastikan bahwa spesies yang digunakan dalam produksi berasal dari proses domestikasi dan jumlah yang memadai, serta, skrining untuk mencegah penyebaran penyakit. Bagian ini dirancang untuk diaudit di tempat pengetasan, dan mungkin memerlukan kunjungan oleh auditor atau deklarasi resmi.                                                                                                                7  Lembur  tidak  tepat  karena  buruh  tani  tinggal  dan  bekerja  di  peternakan  dan  dibayar  dalam  bentuk  saham  berdasarkan  atas  hasil  panen.  Bekerja  ekstra  =  pekerjaan  yang  tidak  sesuai  dengan  siklus  produksi    

Page 16: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  16

7. Penggunaan Spesies  # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber 7.1 Status kesehatan post

larvae Harus sesuai dengan ketentuan yang relevan dalam Pedoman Teknis ASEAN tentang Responsible Movement of Live Aquatic Animals (Pergerakan Hewan Aquatic Hidup yang Bertanggung Jawab)

VG 3.2.2

7.2 Sourcing induk dari sumber liar

Dilarang untuk vannamei Untuk monodon (windu), diperbolehkan sampai stok yang didomestikasi tersedia secara komersial di negara ini

SFW Kriteria 10

7.3 Penggunaan non-native species

Non-native species tidak boleh digunakan untuk produksi kecuali sudah ditetapkan untuk produksi komersial

SFW Kriteria 6

 4.3   Bagian  III  –  Standar  Pabrik  Pakan   Penggunaan pakan ikan dan minyak ikan membawa dampak lingkungan yang paling merusak terkait dengan produksi udang. Bagian ini dirancang untuk diaudit di pabrik pakan, dan mungkin perlu dikunjungi auditor atau dibuat semacam deklarasi resmi. Penting untuk memastikan bahwa penggunaan minyak pakan ikan dan minyak ikan dari perikanan ilegal, tidak diatur, atau tidak dilaporkan bisa diminimalkan atau dihilangkan. 8. Sumber Bahan Pakan  # Indikator Kriteria Kepatuhan Sumber

8.1

Sumber ikan liar yang digunakan sebagai pakan

Sumber ikan liar harus bisa diidentifikasi, termasuk spesies, lokasi tangkapan, dan gear, yang dibuktikan dengan sertifikat tangkapan Asal ikan liar tidak boleh berasal sumber yang ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur (IUU)

SFW Kriteria 5

8.2 Persen inklusi makanan ikan

Harus kurang dari 25%

SFW Kriteria 5

8.3 Persen inklusi minyak ikan Harus kurang dari 5%

SFW Kriteria 5

8.4 Protein maksimal dalam pakan Harus kurang dari 50%

SFW Kriteria 5

8.5 Ketersediaan konten informasi tentang bahan tanaman

Jumlah per jenis tanaman (misalnya kedelai, jagung, dll) yang ditentukan

SFW Kriteria 5

8.6 Ketersediaan konten informasi tentang penggunaan produk sampingan perikanan

Jumlah per spesies yang ditentukan SFW Kriteria 5

Page 17: [Bahasa] shrimp standard for the asean region

Standar Udang untuk Kawasan ASEAN - Draf untuk Komentar Publik Periode (Augustus 2014)

  17

8.7 Ketersediaan konten informasi mengenai penggunaan zat aditif

Semua bahan di atas 1% harus dilaporkan

Isu yang diberi tanda untuk input: Bagaimana memperhitungkan persyaratan sumber makanan ikan sesuai standar udang ASEAN? Terdapat beberapa isu signifikan seputar sumber pakan untuk udang, termasuk penggunaan "ikan rucah" dari perikanan yang tidak diatur atau tidak dilaporkan. Dalam beberapa kasus, pelanggaran hak asasi manusia telah dilaporkan dari operasi tersebut.  Komite Pengarah mengharapkan proposal tentang bagaimana caranya mengintegrasikan persyaratan ini menjadi standar, termasuk opsi untuk mendapatkan serangkaian langkah yang perlu diupayakan oleh produsen untuk memenuhi sebagai bagian dari standar ini. Komite Pengarah juga mengharapkan masukan tentang seberapa jauh tingkat ketertelusuran juga diperlukan dari pelabuhan nelayan ke pabrik tepung ikan selanjutnya ke pabrik pakan ikan.