BAHASA DAERAH NTT.docx
-
Upload
resdianto-zein -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
description
Transcript of BAHASA DAERAH NTT.docx
BAHASA DAERAH NTT
NTT merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang kaya akan keragamana budaya,
dan adat istiadat yang diwariskan secara turun-temurun. Kekayaan daerah masing-masing tidak
hanya sebatas pada panorama alam, rumah adat, kain tenun,tarian adat, dan upacara adat. Namun
lebih dari itu NTT memiliki kekayaan bahasa daerah khususnya sapaan atau panggilan khas
untuk pria/wanita di masing-masing daerah. Melalui tulisan ini saya ingin mengenalkan sedikit
tentang panggilan khas di beberapa daerah NTT yang menjadi salah satu kebanggaan dan ciri
khas daerah masing-masing :
Kupang = (Nyong-Nona)
Rote = (To’o – Ti’i)
Atambua = (Bou - Bete)
So’e = (Na’o – Feto)
Sumba Barat = (Ama-Ina)
Sumba Barat Daya = (Ama-Ina)
Sumba Timur = (Umbu-Rambu)
Larantuka = (Ama – Oa)
Maumere = (Mo’an – Du’a)
Ende = (Ine – Ema)
Bajawa = (Ema – Uge)
Manggarai = (Nana – Enu)
Ini merupakan sebagian besar atau gambaran umum tentang panggilan/sapaan khas bagi
pria/wanita untuk masyarakat di berbagai daerah NTT. Kekayaan bahasa daerah yang patut kita
banggakan sebagai salah satu ciri khas budaya yang harus terus dilestarikan. Sapaan-sapaan khas
daerah ini menjadikan kita lebih mudah untuk saling mengenal. Misalnya saja saat kita
mendengar orang menyapa dengan sapaan “Enu”, dalam benak kita pun langsung terpikirkan
“Ohh, itu orang manggarai”. Atau ada juga yang menyapa “Rambu”, Ohh itu orang sumba
timur. Keragaman ini secara tidak langsung menjadikan kita kaya akan pengetahuan budaya.
Berawal dari sapaan Khas daerah masing-masing bisa mengantarkan kita pada topik-topik
pembicaraan mengenai daerah tersebut. Entah sebuah perkenalan singkat, ataupun berlanjut
dalam topik kedaerahan.
Begitulah sedikit tentang NTT, semoga kita tidak melupakan sapaan-sapaan khas daerah
sebagai kebanggaan yang perlu terus kita jaga. Mari lestarikan budaya daerah dengan tetap
menunjung keragaman dalam satu ikatan persaudaraan.
BAHASA DAERAH NTB
Bahasa Sasak dipakai oleh masyarakat Pulau Lombok, provinsi Nusa Tenggara Barat. Bahasa ini mempunyai gradasi sebagaimana bahasa Bali dan bahasa Jawa. Bahasa Sasak serumpun dengan bahasa Sumbawa.
Bahasa Sasak mempunyai dialek-dialek yang berbeda menurut wilayah, bahkan dialek di kawasan Lombok Timur kerap sukar dipahami oleh para penutur Sasak lainnya. Sebagai contoh, kawasan antar rukun warga (RW) yang hanya berjarak 500 meter sudah memiliki dialek yang sangat berbeda.
Dialek bahasa Sasak
Bahasa Sasak biasanya dibagi menjadi lima dialek:[1]
Kuto-Kute (Utara), Ngeto-Ngete (Timur laut) Meno-Mene (Tengah) Ngeno-Ngene (Timur tengah, Barat tengah) Meriaq-Mriku (selatan tengah)
Beberapa kosakata bahasa Sasak
aku = aku tiang = saya side = kamu tampi aseh = terima kasih kaken = makan kanggo = memakai iku, tie = itu balé = rumah baruq = baru saja kodeq = kecil beleq = besar tangkong = baju mbé = mana sai = siapa pacu = rajin lekaq, ajaq = bohong tetu = benar ore = berantakan brembe = bagaimana ceket = pandai ndeq = tidak tokol = duduk nganjeng = berdiri
Rumpun bahasa LampungAda yang membagi rumpun bahasa Lampung dalam dua dilek. Pertama, dialek A yang dipakai oleh ulun Melinting-Maringgai, Pesisir Rajabasa, Pesisir Teluk, Pesisir Semaka, Pesisir Krui, Belalau dan Ranau, Komering, dan Kayu Agung (yang beradat Lampung Peminggir/Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, dialek O yang dipakai oleh ulun Abung dan Menggala/Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun).
Dr Van Royen mengklasifikasikan rumpun bahasa Lampung dalam dua subdialek, yaitu dialek Belalau atau dialek Api, dan dialek Abung atau Nyo.
A. Dialek Belalau (Dialek Api), terbagi menjadi:
1. Bahasa Lampung Logat Belalau dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomisili di Kabupaten Lampung Barat yaitu Kecamatan Balik Bukit, Batu Brak, Belalau, Suoh, Sukau, Ranau, Sekincau, Gedung Surian, Way Tenong dan Sumber Jaya. Kabupaten Lampung Selatan di Kecamatan Kalianda, Penengahan, Palas, Pedada, Katibung, Way Lima, Padangcermin, Kedondong dan Gedongtataan. Kabupaten Tanggamus di Kecamatan Kotaagung, Semaka, Talangpadang, Pagelaran, Pardasuka, Hulu Semuong, Cukuhbalak dan Pulau Panggung. Kota Bandar Lampung di Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Utara, Panjang, Kemiling dan Raja Basa. Banten di Cikoneng, Bojong, Salatuhur dan Tegal dalam Kecamatan Anyer, Serang.
2. Bahasa Lampung Logat Krui dipertuturkan oleh Etnis Lampung di Pesisir Barat Lampung Barat yaitu Kecamatan Pesisir Tengah, Pesisir Utara, Pesisir Selatan, Karya Penggawa, Lemong, Bengkunat dan Ngaras.
3. Bahasa Lampung Logat Melinting dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Lampung Timur di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Jabung, Kecamatan Pugung dan Kecamatan Way Jepara.
4. Bahasa Lampung Logat Way Kanan dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Way Kanan yakni di Kecamatan Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Pakuan Ratu.
5. Bahasa Lampung Logat Pubian dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomosili di Kabupaten Lampung Selatan yaitu di Natar, Gedung Tataan dan Tegineneng. Lampung Tengah di Kecamatan Pubian dan Kecamatan Padangratu. Kota Bandar Lampung Kecamatan Kedaton, Sukarame dan Tanjung Karang Barat.
6. Bahasa Lampung Logat Sungkay dipertuturkan Etnis Lampung yang Berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Sungkay Selatan, Sungkai Utara dan Sungkay Jaya.
7. Bahasa Lampung Logat Jelema Daya atau Logat Komering dipertuturkan oleh Masyarakat Etnis Lampung yang berada di Muaradua, Martapura, Belitang, Cempaka, Buay Madang, Lengkiti, Ranau dan Kayuagung di Provinsi Sumatera Selatan.
B. Dialek Abung (dialek Nyo), terbagi menjadi:
1. Bahasa Lampung Logat Abung Dipertuturkan Etnis Lampung yang yang berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Kotabumi, Abung Barat, Abung Timur dan Abung Selatan. Lampung Tengah di Kecamatan Gunung Sugih, Punggur, Terbanggi Besar, Seputih Raman, Seputih Banyak, Seputih Mataram dan Rumbia. Lampung Timur di Kecamatan Sukadana, Metro Kibang, Batanghari, Sekampung dan Way Jepara. Lampung Selatan meliputi desa Muaraputih dan Negararatu. Kota Metro di Kecamatan Metro Raya dan Bantul. Kota Bandar Lampung meliputi kelurahan Labuhanratu, Gedungmeneng, Rajabasa, Jagabaya, Langkapura, dan Gunungagung (kelurahan Segalamider).
1. Bahasa Lampung Logat Menggala Dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Tulang Bawang meliputi Kecamatan Menggala, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Tengah, Gunung Terang dan Gedung Aji.
Bahasa Bugis (SULAWESI BARAT)
Bahasa Bugis adalah salah satu dari rumpun bahasa Austronesia yang digunakan oleh etnik Bugis di Sulawesi Selatan, yang tersebar di Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Barru, Kota Parepare, Kabupaten Pinrang, sebahagian kabupaten Enrekang, sebahagian kabupaten Majene, Kabupaten Luwu, Kabupaten Sidenreng Rappang, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo, Kabupaten Bone, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, dan Kabupaten Bantaeng.
Bahasa Bugis terdiri dari beberapa dialek. Seperti dialek Pinrang yang mirip dengan dialek Sidrap. Dialek Bone (yang berbeda antara Bone utara dan Selatan). Dialek Soppeng. Dialek Wajo (juga berbeda antara Wajo bagian utara dan selatan, serta timur dan barat). Dialek Barru, dan sebagainya.
Ada beberapa kosa kata yang berbeda selain dialek. Misalnya, dialek Pinrang dan Sidrap menyebut kata Loka untuk pisang. Sementara dialek Bugis yang lain menyebut Otti atau Utti.
Karya sastra terbesar dunia yaitu I Lagaligo menggunakan Bahasa Bugis tinggi yang disebut bahasa Torilangi. Bahasa Bugis umum menyebut kata Menre' atau Manai untuk kata yang berarti "keatas/naik". Sedang bahasa Torilangi menggunakan kata "Manerru". Untuk kalangan istana, Bahasa Bugis juga mempunyai aturan khusus. Jika orang biasa yang meninggal digunakan kata "Lele ri Pammasena" atau "mate". Sedangkan jika Raja atau kerabatnya yang meninggal digunakan kata "Mallinrung".
Masyarakat Bugis memiliki penulisan tradisional memakai aksara Lontara. Contoh:
Contoh angka dalam bahasa bugis:
Bahasa Indonesia Bahasa BugisNol Nolo'Satu Se'diDua DuwaTiga TelluEmpat Eppa'Lima LimaEnam EnnengTujuh PituDelapan Aruwa'Sembilan Asera'
BAHASA BENGKULU
Bahasa Rejang memiliki variasi ataupun perbedaan menurut dialek yang dimiliki berdasarkan tiga kelompok dialek Rejang. Di bawah ini adalah beberapa kosakata dalam bahasa Rejang yang memiliki perbedaan antar kelompok dialek Rejang.
Bahasa Indonesia Dialek Lebong Dialek Curup Dialek Kepahiang
nasi mei mie mea
menikah betunok betunak betunak
telegu telgaw telgew telgew
lema lemea lema lema
desa sadei sadie sadea
sarung so'ong so'ong sohong
tahi taktoi taktei taktea
kepala ulaw ulew ulew
badan awok awak awak
jari ji’ai ji’ei jihei
mata matai matei matei
telinga ti'uk ti'uk tihuk
leher ka’gen ka’gen kahgen
lidah dileak dileak dileah
testis labaw labew labew
ketiak bea' gelpeak bea' gelpeak beah gelpeah
bahu ba’aw ba’ew bahew
bibir bibia bebea bibih
perut tenai tenei tenea
tempoyak puyok asem tepuyak
ular tedung edung nopoe
dodol pujuak pojoak glamai
topi tudung tudung tuguk
lauk lapen lapen gulea
laki-laki semanai semanei sebong
perempuan selawie selawei bea
Perbedaan dialek bahasa Rejang
Berikut ini adalah perbandingan dialek dalam bahasa Rejang yang ada di Kepahiang, Curup, dan
Lebong. Ada beberapa daerah yang termasuk dalam wilayah kabupaten Kepahiang yang
menggunakan dialek Curup dikarenakan letak geografis yang dekat dengan kabupaten Rejang
Lebong. Beberapa daerah yang dekat secara geografis dengan wilayah kabupaten Lebong juga
ada yang menggunakan dialek Curup, begitu juga sebaliknya.
Rejang dialek Kepahiang
Rejang dialek Curup
Rejang dialek Lebong
Contoh kosakata
Keterangan
hei ei aijiheiji'eiji'ai
Tidak ada kesamaan dialek
eah eak eakseahseak
Ada kesamaan antara dialek Curup dan Lebong
ew ew awalewalaw
Ada kesamaan antara dialek Kepahiang dan Curup
ak ak okbetunakbetunok
Ada kesamaan antara dialek Kepahiang dan Curup
oah oak oakbotoahbotoak
Ada kesamaan antara dialek Curup dan Lebong
ho 'o 'obenohobeno'o
Ada kesamaan antara dialek Curup dan Lebong
Perbedaan dialek juga terdapat dalam intonasi dalam berbicara. Bahasa Rejang Kepahiang
terkesan keras dan kasar, bahasa Rejang Curup terkesan halus dan lembut, dan bahasa Rejang
dialek Lebong terkesan lebih halus dan lebih lembut dari Rejang Curup. Dari warna dialek ketiga
bahasa Rejang tersebut, secara nyata juga menggambarkan tradisi dan temperamen dari ketiga
macam orang Rejang tersebut.