Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

16
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

description

bahan diskusi

Transcript of Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

Page 1: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Page 2: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik
Page 3: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

BAB IPENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANGPengertian politik berasal dari kosa kata politics yang memiliki makna bermacam-

macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses

penentuan tujuan-tujuan. Untuk melaksanakan tujuan-tujuan perlu di tentukan

kebijakan-kebijakan umun atau piblis policies, yang menyangkut peraturan dan

pembagian dari sumber-sumber yang ada. Dan politik selalu menyangkut tujuan-tujuan

dari seluruh masyarakat bukan tujuan pribadi seseorang. Selain itu politik juga

menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik, lembaga masyarakat

maupun perseorangan.

B.   TUJUANTujuan etika politik adalah mengarahkan kehidupan politik yang lebih baik, baik

bersama dan untuk orang lain, dalam rangka membangun institusi-institusi politik yang

adil. Etika politik membantu untuk menganalisa korelasi antara tindakan individual,

tindakan kolektif, dan struktur-struktur politik yang ada. Penekanan adanya korelasi ini

menghindarkan pemahaman etika politik yang diredusir menjadi hanya sekadar etika

individual perilaku individu dalam bernegara.

Page 4: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

BAB IIPEMBAHASAN

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

A.  Pengertian

Pengertian etika sebagai suatu usaha,filsaat dibagi menjadi beberapa cabang

menurut lingkungan bahasanya masing masin. Cabang cabang itu dibagi menjadi dua

kelompok bahasan pokok yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis

mempertanyakan dan berusaha mencari jawabannya tentan g segala sesuatu,misalnya

hakikat manusia,alam,hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan,tentang

pengetahuan,tentang apa yang kita ketahui dan filsafat teoritispun juga mempunyai

maksud maksud dan berkaitan erat dengan hal hal yang bersifat praktis,karena

pemahaman yang dicari menggerakkan kehidupannya .1[1]

Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang dan bagaimana kita dan

mangapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu,atau bagaimana kita harus

mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.2

[2]

Etika berkaitan dengan masalah nilai karena etika pada pokoknya

membicarakan masalah masalah yang berkatan dengan prediket nilai “susila” dan “tidak

susila”,,”baik” dan “buruk”.

Etika Politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan manusia.

Bidang pembahasan dan metode etika politik. Pertama etika politik ditempatkan ke

dalam kerangka filsafat pada umumnya. Kedua dijelaskan apa yang dimaksud dengan

dimensi politis manusia. Ketiga dipertanggungjawabkan cara dan metode pendekatan

etika politik terhadap dimensi politis manusia itu.

sejak abad ke-17 filsafat mengembangkan pokok-pokok etika politik seperti:

   Perpisahan antara kekuasaan gereja dan kekuasaan Negara

   Kebebasan berpikir dan beragama (Locke)

   Pembagian kekuasaan (Locke, Montesquie)

1

2

Page 5: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

   Kedaulatan rakyat (Rousseau)

   Negara hokum demokratis/republican (Kant)

   Hak-hak asasi manusia (Locke, dsb)

   Keadilan sosial

B.  Etika Politik

Etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu

manusia. Oleh karena itu etika politik berkait dengan bidang pembahsan moral. Hal ini

berdasarkan kenyataan bahwa pengertian moral senantiasa menunjuk kepada manusia

sebagai subjek etika.3[3]

Pengertian etika politik berasal dari kata ‘politics’ yang memiliki makna

bermacam macam kegiatan dalam suatu sitem politik atau Negara yang menyangkut

proses penentuan tujuan-tujuan dari system itu dan diikuti dengan pelaksanaan-

pelaksanaan itu. Pengambilan keputusan mengenai apakah yang menjadi tujuan dari

system itu.4[4]

C. Lima Prinsip Dasar Etika Politik Pancasila

Kalau membicarakan Pancasila sebagai etika politik maka ia mempunai lima

prinsip itu berikut ini disusun menurut pengelompokan pancasila, maka itu bukan

sekedar sebuah penyesuaian dengan situasi Indonesia, melainkan karena Pancasila

memiliki logika internal yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan dasar etika politik modern

(yang belum ada dalam Pancasila adalah perhatian pada lingkungan hidup).

1.      Pluralisme

Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk hidup

dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang

berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat.5[5] Pluralisme mengimplikasikan

pengakuan terhadap kebebasan beragama, kebebasan berpikir, kebebasan mencari

3

4

5

Page 6: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan

sekelompok orang.

2. Hak Asasi Manusia

Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti Kemanusia yang adil dan

beradab. Mengapa? Karena hak-hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia

wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia harus

diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Karena itu, Hak-hak

asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual dalam pengertian sebagai

berikut.

a.   Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat,

melainkan karena ia manusia, jadi dari tangan Sang Pencipta.

b.    Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai disadari, di ambang

modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi, dan seblaiknya

diancam oleh Negara modern.

Bila mengkaji hak asasi manusia secara umum, maka dapat dibedakan dalam

bentuk tiga generasi hak-hak asasi manusia:

1)   Generasi pertama (abad ke 17 dan 18): hak-hak liberal, demokratis dan perlakuan

wajar di depan hokum.

2)    Generasi kedua (abad ke 19/20): hak-hak sosial

3)    Generasi ketiga (bagian kedua abad ke 20): hak-hak kolektif (misalnya minoritas-

minoritas etnik).

3. Solidaritas Bangsa

Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri, melainkan

juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib sepenanggungan. Manusia hanya

hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya bagi dirinya sendiri, melainkan

menyumbang sesuatu pada hidup manusia-manusia lain. Sosialitas manusia

berkembnag secara melingkar: keluarga, kampong, kelompok etnis, kelompok agama,

kebangsaan, solidaritas sebagai manusia.6[6] Maka di sini termasuk rasa kebangsaan.

Manusia menjadi seimbang apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam

6

Page 7: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

kaitan dan keterbatasan masing-masing. Solidaritas itu dilanggar dengan kasar oleh

korupsi.

4. Demokrasi

Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau sebuah

elit, atau sekelompok ideology, atau sekelompok pendeta/pastor/ulama berhak untuk

menentukan dan memaksakan (menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang

lain harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang

dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau

dipimpin. Demokrasi adalah “kedaulatan rakyat plus prinsip keterwakilan”.7[7] Jadi

demokrasi memerlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke dalam

tindakan politik.

Demokrasi hanya dapat berjalan baik atas dua dasar:

a. Pengakuan dan jaminan terhadap HAM; perlindungan terhadap HAM

menjadi prinsip mayoritas tidak menjadi kediktatoran mayoritas.

b. Kekuasaan dijalankan atas dasar, dan dalam ketaatan terhadap hukum

(Negara hukum demokratis). Maka kepastian hukum merupakan unsur

hakiki dalam demokrasi (karena mencegah pemerintah yang sewenang-

wenang).

5. Keadilan Sosial

Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat.

Maksud baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan. Moralitas masyarakat mulai

dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Keadilan social mencegah bahwa

masyarakat pecah ke dalam dua bagian; bagian atas yang maju terus dan bagian

bawah yang paling-paling bisa survive di hari berikut.

Tuntutan keadilan social tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai

pelaksanaan ide-ide, ideology-ideologi, agama-agama tertentu; keadilan social tidak

sama dengan sosialisme. Keadilan social adalah keadilan yang terlaksana. Dalam

kenyataan, keadilan social diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-

ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Di mana perlu diperhatikan bahwa

7

Page 8: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

ketidakadilan-ketidakadilan itu bersifat structural, bukan pertama-pertama individual.

Artinya, ketidakadilan tidak pertama-tama terletak dalam sikap kurang adil orang-orang

tertentu (misalnya para pemimpin), melainkan dalam struktur-struktur

politik/ekonomi/social/budaya/ideologis. Struktur-struktur itu hanya dapat dibongkar

dengan tekanan dari bawah dan tidak hanya dengan kehendak baik dari atas.

Ketidakadilan structural paling gawat sekarang adalah sebagian besar segala

kemiskinan. Ketidakadilan struktur lain adalah diskriminasi di semua bidang terhadap

perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.

Berdasarkan uaraian di atas, tantangan etika politik paling serius di Indonesia

sekarang adalah:

1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.

2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama ekstremisme

agama dimana mereka yang merasa tahu kehendak Tuhan merasa

berhak juga memaksakan pendapat mereka pada masyarakat.

3. Korupsi.

D. Demensi Manusia Politik

a. Manusia Sebagai Makhluk Individu-Sosial

Berbagai paham antropologi filsafat memandang hakikat sifat kodrat manusia,

dari kacamata yang berbeda-beda. Paham individualism yang merupakan bakal paham

liberalisme, memandang manusia sebagai makhluk individu yang bebas,

Konsekuensinya dalam setiap kehidupan masyarakat, bangsa, maupun negara dasar

merupakan dasar moral politik negara. Segala hak dan kewajiban dalam kehidupan

bersama senantiasa diukur berdasarkan kepentingan dan tujuan berdasarkan

paradigma sifat kodrat manusia sebagai individu. Sebaliknya kalangan kolektivisme

yang merupakan cikal bakal sosialisme dan komunisme mamandang siafat manusia

sebagi manusia social. Individu menurut paham kolekvitisme dipandang sebagai sarana

bagi amasyarakat. Oleh karena itu konsekuensinya segala aspek dalam realisasi

kehidupan masyarakat, bangsa dan negara paham kolektivisme mendasarkan kepada

sifat kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Segala hak dan kewajiban baik moral

Page 9: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

maupun hukum, dalam hubungan masyarakat, bangsa dan negara senantiasa diukur

berdasarkan filsofi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk yang

berbudaya, kebebasan sebagi invidu dan segala aktivitas dan kreatifitas dalam

hidupnya senantiasa tergantung pada orang lain, hal ini dikarenakan manusia sebagai

masyarakat atau makhluk sosial. Kesosialanya tidak hanya merupakan tambahan dari

luar terhadap individualitasnya, melainkan secara kodrati manusia ditakdirkan oleh

Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa tergantung pada orang lain.8[8]

Manusia didalam hidupnya mampu bereksistensi kare orang lain dan ia hanya

dapat hidup dan berkembang karena dalam hubunganya dengan oranglain.Dasar

filosofi sebagaimana terkandung dalam pancasila yang nilainya terdapat dalam budaya

bangsa, senantiasa mendasarkan hakikat sifat kodrat manusia adalah monodualis yaitu

sbagai makhlukindividu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Maka sifat serta ciri khas

kebangsaan dan kenegaraan indonesia bukanlah totalis individualistis. Secara moralitas

negara bukanlah hanya demi tujuan kepentingan dan kkesejahteraan individu maupun

masyarakat secara bersama. Dasar ini merupakan basis moralitas bagi pelaksanaan

dan penyelenggaraan negara, sehingga konsekuensinya segala keputusan,

kebijaksanaan serta arah dari tujuan negara indonesia harus dapat dikembalikan

secara moral kepada dasar-dasar tersebut.

b.Demensi Politis Kehidupan Manusia

Dimensin politis manusia senantiasa berkaitan dengan kehidupan negara dan

hukum, sehingga senantiasa berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara

keseluruhan.Dimensi ini memiliki dua segi fundamental yaitu pengertian dan kehendak

untuk bertindak. Sehingga dua segi fundamental itu dapat diamati dalam setiap aspek

kehidupan manusia. Dua aspek ini yang senantiasa berhadapan dengan tindakan moral

manusia, sehingga mausia mengerti dan memahami akan suatu kejadian atau akibat

yang ditimbulkan karena tindakanya, akan tetapi hal ini dapat dihindarkan karena

kesadaran moral akan tanggung jawabnya terhadap manusia lain dan masyarakat.

Apabila pada tindakan moralitas kehidupan manusia tidak dapat dipenuhi oleh manusia

dalam menghadapai hak orang lain dalam masyarakat, maka harus dilakukan suatu

8

Page 10: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

pembatasan secara normatif. Lembaga penata normatif masyarakat adalah hukum.

Dalam suatu kehidupan masyarakat hukumlah yang memberitahukan kepada semua

anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertindak. Hukum hanya bersifat

normatif dan tidak secara efektif dan otomatis menjamin agar setiap anggota

masyarakat taat kepada norma-normanya. Oleh karena itu yang secara efektif dapat

menentukan kekuasaan masyarakat hanyalah yang mempunyai kekuasaan untuk

memaksakan kehendaknya, dan lemabaga itu adalah negara. Penataan efektif adalah

penataan de facto, yaitu penatan yang berdasarkan kenyataan menentukan kelakuan

masyarakat. Namun perlu dipahami bahwa negara yang memiliki.

E. Nilai – nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik

Sebagi dasar filsafah negara pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi

peraturan perundang-undangan, malainkan juga merupakan sumber moraliatas

terutama dalam hubunganya dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta sebagai

kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Sila pertama “Ketuhanan

Yang Maha Esa” serta sila ke dua “kemanusiaan yang adoil dan beradab” adalah

merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, Etika politik menuntut agar

kekuasaan dalam negara dijlankan sesuai dengan Asas legalitas (Legitimasi hukum) ,

secara demokrasi (legitimasi demokrasi) dan dilaksanakan berdasrkan prinsip-prinsip

moral (legitimasi moral). (Suseno, 1987 :115). Pancasila sebagai suatu sistem filsafat

memiliki tiga dasar tersebut. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara baik

menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang menyangkut publik, pembagian serta

kewenagan harus berdasarkan legitimimasi moral religius serta moral kemanusiaan.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaran negara, segala kebijakan, kekuasaan,

kewenangan.

Page 11: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

BAB III

PENUTUP

A.     KESIMUPALAN

Etika Politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan manusia.

Bidang pembahasan dan metode etika politik. Pertama etika politik ditempatkan ke

dalam kerangka filsafat pada umumnya. Kedua dijelaskan apa yang dimaksud dengan

dimensi politis manusia. Ketiga dipertanggungjawabkan cara dan metode pendekatan

etika politik terhadap dimensi politis manusia itu.

B.     SARAN

Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam

kehidupan bermasyarakat dalam berbagai segi terwujud dengan adanya

kesianambungan usaha pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

dengan kepastian masyarakat untuk mengikuti dan mentaati peraturan yang ditetapkan,

karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi pemerintah yang absolut

dengan adanya dukungan rakyat sebagai bagian terpenting dari terbentuknya suatu

negara.

Page 12: Bahan Tugas Pancasila Sebagai Etika Politik

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan Ms.( 2004). Pendidikan Pancasila. Jakarta: Paradigma offset.

H. Acmat (2007). Pendidikan Kewarganegaraan. Jogyakarta: Paradigma.

Http:/Plityz. Blogs pot. Com/2010/Pancasila – Sebagai – Etika – Politik.html Diakses tanggal 22 maret 2012.

Http:/ www.scribd com/doc/2433447/Pancasila Sebagai Etika Poltik. HtmlDiakses tanggal 22 maret2012.

Http:/Khairunnisa Zhet. Blog Spot. Com/2011/06/ Pancasila Sebagai Etika Poltik.html .Diakses tanggal 22 maret 2012