Bahan Tugas Mama Ita Angga

10
UJI FARMAKODINAMIK Aloe vera Sebagai Antikanker Uji farmakodinamik pada Aloe vera sebagai antikanker telah dilakukan oleh berbagai penelitian diantaranya oleh Jose et al (2014). Pada penelitian ini membandingkan aktivitas antikanker dari flavonoid yang diisolasi dari Mimosa pudica (Putri malu), Aloe vera (Lidah Buaya) dan Phyllanthus niruri (Meniran) terhadap sel karsinoma payudara manusia (Michigan Cancer Foundation-7 (MCF-7)). Flavonoid terkandung di dalam ketiga tanaman tersebut yang telah diuji secara fitokimia, diidentifikasi dengan kromatografi lempeng tipis (KLT) dan uji spektrum fourier Trensform infra red (FT-IR) (Tabel 1.1 dan Gambar 1.1). Pada ketiga tanaman ini dinyatakan memiliki sifat sitotoksik pada sel kultur kanker payudara (MCF-7) jika dinilai dari konsentrasi penghambatan dari 50% pertumbuhan (IC50) maka diperoleh hasil Mimosa pudica 35,52±0,50 µg/ml; Aloe vera 54,97±0,36 µg/ml dan Phyllanthus niruri 84,88±0,87 µg/ml (untuk hasil Aloe vera dapat dilihat pada gambar 1.2) (Jose et al., 2014). Tabel 1.1 Analisis Spektrum FTIR pada isolat Mimosa pudica, Aloe vera dan Phyllanthus niruri (Jose et al., 2014).

description

a

Transcript of Bahan Tugas Mama Ita Angga

UJI FARMAKODINAMIK Aloe vera Sebagai Antikanker

Uji farmakodinamik pada Aloe vera sebagai antikanker telah dilakukan

oleh berbagai penelitian diantaranya oleh Jose et al (2014). Pada penelitian ini

membandingkan aktivitas antikanker dari flavonoid yang diisolasi dari Mimosa

pudica (Putri malu), Aloe vera (Lidah Buaya) dan Phyllanthus niruri (Meniran)

terhadap sel karsinoma payudara manusia (Michigan Cancer Foundation-7

(MCF-7)). Flavonoid terkandung di dalam ketiga tanaman tersebut yang telah

diuji secara fitokimia, diidentifikasi dengan kromatografi lempeng tipis (KLT)

dan uji spektrum fourier Trensform infra red (FT-IR) (Tabel 1.1 dan Gambar 1.1).

Pada ketiga tanaman ini dinyatakan memiliki sifat sitotoksik pada sel kultur

kanker payudara (MCF-7) jika dinilai dari konsentrasi penghambatan dari 50%

pertumbuhan (IC50) maka diperoleh hasil Mimosa pudica 35,52±0,50 µg/ml; Aloe

vera 54,97±0,36 µg/ml dan Phyllanthus niruri 84,88±0,87 µg/ml (untuk hasil

Aloe vera dapat dilihat pada gambar 1.2) (Jose et al., 2014).

Tabel 1.1 Analisis Spektrum FTIR pada isolat Mimosa pudica, Aloe vera

dan Phyllanthus niruri (Jose et al., 2014).

Keterangan: Pada hasil ini diperoleh indikasi adanya gugus fenol OH, C=O aryl

ketone dan C---C cincin aromatic pada ketiga isolate tersebut, hal ini

mengindikasikan adanya kandungan flavonoid (Jose et al., 2014).

Gambar 1.1 Menunjukkan hasil KLT profil flavonoid dari ketiga isolate dibawah

sinar UV 366 nm (Jose et al., 2014).

Gambar 1.2 Aktivitas Sitotoksik flavonoid pada isolat Aloe vera terhadap MCF-7 galur sel karsinoma payudara manusia (Jose et al., 2014).

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Aloe vera dan kedua tanaman lainnya memiliki aktivitas antikanker terhadap sel kanker payudara secara in vitro (Jose et al., 2014).

Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Hussain et al (2015) mengenai Ekstrak kental Aloe vera sebagai antiproliferatif pada sel kanker payudara dan sel

kanker serviks serta membuktikan aktivitas sinergisitas penggunaan Aloe vera dengan Cisplatin.

Pada penelitian ini digunakan parameter penelitian yang lebih kompleks seperti Penilaian viabilitas sel kanker, kalkulasi efek kombinasi cisplatin dan ekstrak kental Aloe vera, Deteksi apoptosis MCF-7 dan sel HeLa setelah terapi Ekstrak kental Aloe vera, studi morfologi nukleus sel dan Penghitungan jumlah sel apoptosis dengan flow cytometry. Berikut adalah hasil penelitian dan pembahasannya (Hussain et al., 2015):1. Ekstrak Aloe vera bersifat Sitotoksik pada el MCF-7 dan HeLa namun tidak

pada sel Limfosit (Gambar 1.3A;B;C) (Hussain et al., 2015).

Gambar 1.3 A dan B Hasil aktivitas sitotoksisitas Aloe vera pada sel MCF-7 dan HeLa pada konsentrasi berbeda dengan waktu pengukuran berbeda pula yaitu pada jam 24 dan 48. C. adalah hasil aktivitas sitotoksisitas Aloe vera pada limfosit (Hussain et al., 2015).Pada penelitian ini ditentukan nila IC50 juga dan diperoleh hasil seperti yang tertera di gambar 1.3. Padas el limfosit didapatkan sel tidak mengalami sitotoksisitas yang signifikan oleh ekstrak Aloe vera pada dosis yang sama dan waktu pengukuran 24 jam (Hussain et al., 2015).

2. Ekstrak Aloe vera menginduksi kematian sel melalui apoptosis sel MCF-7 dan HeLa. Pengujian morfologi pada sel MCF-7 dan HeLa pada terapi ekstrak konsentrasi 40%, 50% dan 60% yang dilihat pada jam 24 dan 48 diperoleh hasil seperti yang terlihat pada gambar 1.4 (Hussain et al., 2015).

Gambar 1.4 Hasil Perubahan Morfologi pada Sel MCF-7 (A) dan HeLa (B) (Hussain et al., 2015).

Keterangan: Padas el yang diterapi dengan Aloe vera dapat dilihat moroflogi sel yang mengalami pembulatan (rounding off), sel mengalami pengkisutan (Shrinkage) dan terlepas dari jaringannya, namun pada kontrol tidak terlihat gambaran demikian (Hussain et al., 2015).

3. Ekstrak kental Aloe vera menginduksi perubahan morfologi nucleus pada sel MCF-7 dan HeLa.Ekstrak Aloe vera memicu perubahan morfologi inti sel yang signifikan setelah dipaparkan dengan ekstrak selama 6 dan 24 jam, maka didapatkan penampakan seperti: kondensasi kromatin dan fragmentasi beserta penampakan badan apoptotik, inti sel menjadi tidak berbatas jelas seperti mengalami pengkaburan (blebbing), jika dibandingkan dengan sel MCF-7 dan HeLa yang tidak terpapar ekstrak, sel akan tampak kromatin padat yang uniform. Apabila waktu paparan ekstrak ditingkatkan maka akan terjadi efek kumulatif hingga terpicunya apoptosis pada galur sel ini (Gambar 1.5) (Hussain et al., 2015).

Gambar 1.5 A. Hasil pada sel MCF-7, B (Hussain et al., 2015). Keterangan: Hasil pada Sel HeLa. MCF-7 dan sel HeLa yang tidak terpapar ekstrak Aloe vera (0 jam) menunjukkan intik yang besar dan prominent tiada cirri signifikan apoptotic (panah kuning); Sel MCF-7 (A) dan HeLa (B) yang terpapar Aloe vera dan diukur pada jam ke-6 dan 24 menunjukkan peningkatan perubahan morfologi inti sel terkait apoptosis seperti kondensasi inti dan fragmentasi (panah biru), pengkaburan (blebbing) inti (panah hijau) dan badan apoptotic (panah merah muda). Perbesaran 400x (Hussain et al., 2015).

4. Ekstrak Aloe vera dapat memodulasi secara signifikan ekspresi dari siklin D1, bax, CYP1A1, CYP1A2 dan p21 jika diukur dengan RT-PCR.Pada peneltiian ini dinilai ekspresi dari siklin D1, bax, CYP1A1, CYP1A2 dan P21 dengan pemberian ekstrak Aloe vera pada sel MCF-7 dan HeLa dengan waktu paparan 6 jam dan 24 jam. Metode analisis dengan RT PCR dan menggunakan β aktin sebagai kontrol internal (Gambar 1.6) (Hussain et al., 2015).

Gambar 1.6. Ekstrak Padat Aloe vera Memodulasi Berbagai Gen (Hussain et al., 2015).

Ekspresi yang menyimpang dari siklin D1 dapat memicu terjadinya kanker karena akan memicu aktifnya siklus sel dari G1 ke fase S, siklin D1 telah diketahui berhubungan dengan deregulasi kontrol siklus sel pada sel kanker manusia. Siklin D1 telah ditemukan mengalami over-ekspresi pada sel MCF-7 dan HeLa yang tidak diberi ekstrak Aloe vera (Gambar 1.6). Seperti yang terlihat pada gambar diatas menunjukkan efek inhibitorik dari Aloe vera pada ekspresi siklin D1 pada kedua galur sel jika dibandingkan pada kontrol (Hussain et al., 2015).

Bax, pertama kali diidentifikasi sebagai gen proapoptotik dari anggota keluarga protein Bcl-2, gen ini berperan penting dalam induksi apoptosis. Pada kedua galur sel yang tidak terpapar Aloe vera, ekspresi bax ditemukan sangat rendah namun pada sel MCF-7 dan HeLa yang terpapar Aloe vera didapatkan peningkatkan ekspresi bax seperti pada gambar 1.6 (Hussain et al., 2015).

Progesi siklus sel diregulasi melalui aktivasi dan inaktivasi CDK yang membentuk kompleks sekuensial dengan siklin A-E selama siklus sel berjalan dari fase G1,S,G2 dan M. Aktivitas CDK dikontrol oleh pengikatan CDK Inhibitor (CKI) pada kompleks siklin-CDK. Salah satu contoh CKI adalah p21, P21 lebih cenderung berintraksi pada CDK2 dan CDK4 dan memblokade intrakasinya pada siklin D sehingga fungsi P21 adalah sebagai regulator progresi siklus sel pada fase G1. Pada kedua galur sel yang tidak terapapr Aloe vera ekspresi p21 ditemukan rendah dan meningkat secara signifikan pada MCF-7 dan sel HeLa yang terpapar Aloe vera (Gambar 1.6) (Hussain et al., 2015).

CYP1A1 dan CYP1A2 adalah anggota dari superfamily senzim itokrom P450, enzim ini berperan sebagai enzim metabolism obat dan memicu akumulasi pembentukan reactive oxygen species (ROS) sehingga memicu terbentukknya karsinogen yang bersifat toksik pada sel dan memicu tumorgenesis. Ekspresi CYPA1 dan CYPA2 terdeteksi pada sel MCF-7 dan sel HeLa yang tidak terpapar Aloe vera namun, pada kedua galur sel yang diberikan Aloe vera diperoleh hasil penurunan ekspresi enzim tersebut (Gambar 1.6) (Hussain et al., 2015).

5. Ekstrak Padat Aloe vera dan Cisplatin bekerja secara sinergistik apabila dikombinasikan.Efek pada terapi kombinasi antara Ekstrak Aloe vera dan Cisplatin pada sel MCF-7 dan HeLa jika dipaparkan dalam waktu 24jam yang dianalisis dengan penilaian viabilitas sel menghasilkan efek sinergisitas (C<1) (Gambar 1.7).

Gambar 1.7. Hasil Terapi Ciplastin dan Ekstrak Aloe vera dan Kombinasinya (Hussain et al., 2015).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkam, apabila Aloe vera digunakan secara bersaman dengan Cisplastin maka akan memicu efek antikanker sinergistik pada sel kanker servik dan payudara dengan menginduksi apoptosis dan modulasi ekspresi molekul efektornya (Hussain et al., 2015).

Sumber : Jose J, Sudhakaran S, Kumar T.M S, Jayaraman S, Variyar EJ. A Comparative

Evaluation of Anticancer Activities of Flavonoid Isolated From Mimosa pudiaca, Aloe vera and Phyllanthus niruri Against Human Breast Carcinoma Cell Line (MCF-7) Using MTT Assay. Int J Pharm Pharm Sci. 2014; 6(2):319-322.

Hussain A, Sharma C, Khan S, Shah K, Haque S. Aloe vera Inhibits Proliferation of Human Breast and Cervical Cancer Cells and Acts Synergistically with Cisplatin. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention. 2015; 16(7):2939-2946.