bahan titrasi redoks

28
Laporan Kimia Analitik Permanganometri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya, diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri, iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan rekasi oksidasi dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka sampelnya adalah oksidator. Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa permanganate. Kalium permanganate merupakan oksidator kuat yang dapar bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatan sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan. KMnO 4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn 2+ (aq) . Pada analisi besi dengan MnO 4 - , contoh disiapkan dengan cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO 4 - . Mn 2+ mempunyai warna pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO 4 - berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes lagi MnO 4 - . MnO 4 - dapat digunakan untuk menetukan kadar besi. Untuk mempelajari metode permanganometri lebih lanjut maka perlu dilakukannya praktikum ini (penentuan kadar besi secara permanganometri).

Transcript of bahan titrasi redoks

Laporan Kimia Analitik Permanganometri

BAB 1PENDAHULUAN

1.1Latar BelakangTitrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya, diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri, iodatometri, bromometri, bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat bereaksi dengan semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan rekasi oksidasi dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka sampelnya adalah oksidator.Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa permanganate. Kalium permanganate merupakan oksidator kuat yang dapar bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatan sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi pada pH yang berbeda itu. Reaksi yang bermacam-macam ini disebabkan oleh keragaman valensi mangan.

KMnO4merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia biasanya digunakan pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn2+(aq). Pada analisi besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-. Mn2+mempunyai warna pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4-berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes lagi MnO4-. MnO4-dapat digunakan untuk menetukan kadar besi. Untuk mempelajari metode permanganometri lebih lanjut maka perlu dilakukannya praktikum ini (penentuan kadar besi secara permanganometri).

1.2Tujuan Percobaan-Mengetahui konsentrasi KMnO4dengan bahan baku asam oksalat.-Mengetahui kadar besi secara permanganometri.-Mengetahui fungsi pemanasan 60C - 70C.

BAB 2TIJAUAN PUSTAKA

Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor adalah zat yang dalam reaksi mengalami oksidasi, zat yang mampu mereduksi zat lain dan zat yang dapat memberikan electron kepada zat lain sedangkan oksidator adalah zat yang dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi, zat yang mampu mengoksidasi zat lain, zat yang menangkap elaktron dari zat lain (Keenan, 1986).Reaksi kimia dapat digolongkan kedalam reaksi redoks atau bukan redoks. Istilah dari redoks berkaitan dengan peristiwa reduksi dan oksidasi. Pengertian reaksi reduksi dan oksidasi itu telah mengalami perkembangan. Pada awalnya reaksi reduksi dan oksidasi berkaitan dengan pelepasan dan pengikatan oksigen, oksidasi sebagai pengikat oksigen sedangkan reduksi dikaitkan denga pelepasan oksigen. Pada perkembangan selanjutnya oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan pengkapan dan pelepasan electron dan dengan perubahan bilangan oksidasinya (Underwood,1998).Larutanlarutan iodine standar dapat dibuat melalui penimbangan langsung iodine murni dan penegenceran dalam sebuah labu volumetric .Iodine akan dimurnikan oleh sublimasi dan ditambahkan kedalam sebual larutan KI yang konsentrasi iodatnya berjalan cukup cepat, rekasi ini juga hanya membutuhkan sedikit kelebihan ion hydrogen untuk menyelesaikan reaksi. Reaksi bromat berjalan lebih lambat, namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan menaikkan konsentrasi ion hydrogen. Biasanya, sejumlah kecil ammonium molibdat ditambahkan sebagai katalis (Underwood,1998).Tembaga murni dapat dipergunakan sebagai standar primer untuk natrium tiosulfat dan didasrkan untuk dipakai ketika tiosulfatnya akan dipergunakan untuk menetukan tembaga. Potensial standar dari pasangan Cu (II)-Cu(I)Cu2++ e -----> CuAdalah + 0,15V, sehingga iodine E = + 0,53 V, adalah agen pengoksidasi yang lebih baik dibandingkan ion Cu (II). Namun demikaian, ketika ion iodide ditambahkan kedalam sebuah larutan Cu (II). Endapan CuI terbentuk :2 Cu2++ 4 I -----> 2 Cu + I2Reaksi dipaksa bergeser ke kanan oleh pembentukan endapan dan juga oleh penembahan ion iodide berlabih pH dari larutan harus dijaga oleh suatu system penyangga, biasanya antara tiga dan empat. Telah ditemukan. Telah ditemukan bahwa iodida telah ditahan oleh absorpsi pada permukaan dan endapam tembaga (I) iodide dan harus dipindahkan untuk mendapatkan hasilhasil yang benar. Kalium triosianat biasabya ditambahkan sesaat sebelum titik akhir dicapai untuk memyingkirkan iodine yang di absorbs(Underwood, 1998).Titrasi redoks dapat dibedakan menjadi beberapa cara berdasarkan pemakainnya:1.Na2S2O3sebagai titran dikenal sebagai iodimetri tak langsung.2.I2sebagai titran, dikenal sebagai iodimetri langsung dan kadangkadang dinamakan iodimetri.3.Suatu oksidator kuat sebagai titran, diantaranya paling sering dipakai ialah:a)KMnO4b)K2CrO7c)Ce (IV)4.Reduktor kuat sebagai titran (Harjadi, 1993).Dikenal berbagai macam titrasi redoks yaitu permanganometri, dikromatometri, serimetri, iodo iodimetri, dan bromatometri. Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan KMnO4(oksidator kuat) sebagai titran. Dalam permanganometri tidak diperlukan indicator, karena titran bertrindak sebagai indicator (auto indikator). Kalium permanganate bukan larutan baku primer, maka larutan KMnO4harus distandardisasi, antara lain arsen (III), oksida (As2O3), dan Natrium Oksalat (N2C2O4). Permanganometri dapat digunakan untuk penentuan kadar bese, kalsium, hidrogen peroksida. Pada penentuan besi pada bijih besi mula-mula dilarutkan asam klorida, kemudian semua besi direduksi menjadi Fe2+, baru dititrasi secara permanganometri. Sedangkan pada penetapan kalsium, mula-mula kalsium diendapakan, dilarutkan dan oksalatnya dititrasi dengan permanganat (Khopkar, 1990).Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah daripada permanganate. Kalium dikromat merupakan standar primer (Khopkar, 1990). Titrasi dengan iodium ada dua macam yaitu iodimetri (secara lansung) dan iodimetri (cara tidak langsung). Dalam iodimetri, iodin digunakan sebagai oksidator, sedangkan iodimetri ion iodida digunakan sebagai reduktor. Baik dalam iodimetri ataupun iodimetri. Penentuan titik akhir titrasi didasarkan pada I2yang bebas. Dalam iodiometri digunakan larutan tiosulfat untuk menitrasi iodium yang dibebaskan. Larutan natrium tiosulfat merupakan standar sekunder dan dapat distandardisasi dengan kalium kromat tau kalium iodidat (Khopkar, 1990). Dalam proses analitis iod diguankan sebagai zat pengoksid (iodimetri ), dan ion iodida digunakan sebagai zat pereduksi (iodimetri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi yang cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak prose penggunaan iodimetrik. Suatu kelebihan ion iodida di tambahkan kepada perekasi oksidasi yang ditentukan dengan larutan natrium tiosulfat. Iodimetri adalah suatu proses analitik tak langsung yang memlibatkan iod. Ion iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga membebaskan iod, yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat (Underwood, 1999). Dalam suatu titrasi bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut larutan baku primer. Larutan standar primer adalah larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung dari hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O4,As2O3dan sebagainya. Adapun syaratsyarat larutan standar primer adalah :1.Mudah diperoleh dalam bentuk murni2.Mempunyai kemurnian tinggi3.Mempunyai rumus molekul yang pasti4.Tidak mengalami perubahan saat penimbangan5.Mempunyai berat ekivalen yang tinggi jai kesalahn penimbangan dapat diabaikan.Larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan cara pembakuan. Contohnya NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4, dan lain-lain. Kebanyak titrasi dapat dilakukan dalam keadaan asam, disamping itu ada beberapa titrasi yang sangat penting dalam suasana basa untuk bahan-bahan organik. Daya oksidasi MnO4-lebih kecil sehingga letak keseimbang kurang menguntungkan. Untuk menarik keseimbangan kearah hasil titrasi, titasi di tambahkan Ba2+, yang dapat mngendapkan ion MnO42-sebagai BaMnO4. Selain menggeser kesetimbangan ke kanan pengendapan ini juga mencegah reduksi MnO42-ini lebih lanjut (Harjadi, 1993). KMnO4merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia biasanya digunakan pada larutan asam, dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn2+(aq). Pada analisis besi dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan MnO4-(aq).Mn2+mempunyai warna pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan mata telanjang. MnO4-berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah muda) pekat dengan hanya penambahan satutetes lagi MnO4-. MnO4-kurang cocok untuk titrasi pada larutan alkali sebab hasil reduksi MnO2yang tidak larut mengaburkan titik akhir titrasi (TAT). Titrasi lain yang menggunakan MnO4-meliputi penentuan nitrit, H2O2 dan kalsium (setelah mengendap sebagai oksalat). Pada kimia organik MnO4-digunakan untuk mengoksidasi alkohol dan hidrokarbon tidak jenuh. Mangan dioksida, MnO2, digunakan pada sel kering, pada kaca dan lapisan keramik, dan sebagai katalis (Petrucci, 1999). Penetapan besi dalam bijih besi merupakan salah satu penerapan yang penting dari titrasi permanganat. Bijih besi yang utama adalah oksida atau oksida terhidrasi: hemit (Fe2O3), mangnetit (Fe2O4), geotit, dan limotit (2 Fe2O33H2O). Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih besi adalah asam klorida. Oksidasi terhidrasi mudah larut, sedangkan hematit dan magnetit melarutkan agak lambat. Sebelum titrasi dengan permanganat besi(III) harus direduksi menjadi besi(II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan timah (II) klorida (Underwood, 1998).Banyak aplikasi dalam bidang industri misalnya penentuan sulfite dalam minuman anggur dengan menggunakan iodine, atau penentuan kadar alkohol dengan menggunakan kalium dikromat. Beberapa contoh yang lain adalah penentuan asam oksalat dengan menggunakan permanganometri.

Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks.Dalam reaksi ini, ion MnO4-bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4-akan berubah menjadi ion Mn2+dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat.Permanganometri juga bisadigunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik. Prinsip permanganometri adalah berdasrkan reaksi oksidasi dan reduksi. Pada percobaan permanganometri ini, secara garis besarnya terbagi atas 2 komponen yaitu zat pentiter dan zat yang dititer.Sifat fisik dari kalium permanganat (KMnO4) berat molekulnya adalah 197, 12 gr/mol, memiliki titik didih 32, 35 C dan memiliki titik beku 2, 83C. Kalium permanganat (KMnO4) memiliki warna ungu kehitaman berbentuk kristal. Sifat kimia dari kalium permanganat (KMnO4) adalah (KMnO4) larut dalam metanol, dapat terurai oleh sinar. (KMnO4) dalam suasana basa dan netral akan tereduksi menjadi MnO2. Kalium permanganat telah banyak dipergunakansebagai agen pengoksidasi. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal dan tidak membutuhkan indikator karena KMnO4dapat bertindak sebagai autoindikator (reagen yang berfungsi sebagai penandan titik akhir titrasi). Satu tetes 0,1 N permnganat memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak-balik, sedangkan potensial elktroda sangat bergantung pada pH. Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu. Larutan KMnO4dibuat dengan melarutkan sejumlah kalium permanganat dalam air mendididhnya selama 8 jam atau lebih. Kemudian endapan MnO2yang terbentuk disaring. Lalu dibakukan dengan zat baku utama (larutan standar primer).Pada percobaan penetapan kenormalan KMnO4digunakan asam oksalat 0,1 N sebagai larutan baku dan juga sebagai pereduksi dalam larutan. Pada penambahan asam sulfat 4 N berfungsi, untuk mengasamkan larutan, karena potensial elektroda KMnO4sangat tergantung pada pH. Penambahan asam sulfat penting supaya reaksi berada dalam suasana asam sehingga MnO4- tereduksi menjadi Mn2+. Jika larutan dalam keadaan netral atau sedikit basa maka KMnO4akan tereduksi menjadi MnO2berupa endapan coklat yang akan mempersulit penentuan titik akhir titrasi. Setelah larutan menjadi homogen, maka dilakukan pemanasan. Pemanasan ini hingga mencapai 60C-70C, hal ini berfungsi agar KMnO4dapat mengoksidasi H2C2O4(asam oksalat) karena apabila suhu larutan dibawah 60C-70C maka reaksi akan berjalan lambat dan akan mengubah MnO4-menjadi MnO2yang berupa endapan cokelat sehingga titik akhir titrasi susah untuk dilihat. Sedangkan apabilasuhu larutan di atas 60C-70C maka akan merusak asam oksalat, dan terurai menjadi CO2dan H2O sehingga hasil akhir akan lebih kecil. Setelah dipanaskan hingga suhunya mencapai 60C-70C kemudian dilakukan titrasi dengan KMnO4. Dari percobaan pada V KMnO43,5 mL didapat perubahan warna dari bening menjadi merah muda. Perubahan warna ini merupakan titik akhir titrasi dari volume KMnO4tersebut didapat konsentrasi dari KMnO4yaitu 0,11765 N.Penentuan kadar besi dapat diketahui dengan cara permanganometri. Pada percobaan ini digunakan Fe2+sebagai larutan cuplikan yang dilarutkan dalam aquades. Larutan kemudian ditambahkan asam sulfat supaya besi larut sempurna dan dapat bereaksi dengan baik. Selain untuk melarutkan besi, penambahan asam sulfat juga bertujuan untuk agar KMnO4tereduksi menjadi Mn2+. Asam sulfat juga dimaksudkan untuk menghindari oksidasi Fe2+menjadi Fe3+karena Fe2+kurang stabil diudara terbuka. Titik akhir titrasi ini ditandai dengan perubahan warna bening menjadi merah muda pada V Fe2+10 mL dan didapatkan konsentrasi melalui perhitungan yaitu 0,035 N.

Day, R.A dan Underwood, A.L. 1998. Anilisa Kimia Kuantitafif. Erlangga: JakartaHarjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analisis Dasar. PT. Gramedia Pustaka Utama: JakartaKeenan, W. Charles. 1986. Ilmu Kimia untuk Universitas. Erlangga: JakartaKhopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: JakartaPetrucci, R.H. 1999. Kimia Dasar 3. Erlangga: Jakarta

I.3 Prinsip Percobaan Metode IodometriPenentuan kadar Vitamin C secara volumetri dengan metode iodimetri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi antara sampel sebagai reduktor dengan larutan baku I20,1 N sebagai oksidator dalam suasana asam dengan menggunakan indikator larutan kanji dengan titik akhir ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi biru.. Metode IodimetriPenentuan kadar CuSO4secara volumetri dengan metode iodometri berdasarkan reaksi oksidasi reduksi dimana sampel yang bersifat oksidator yang direduksi dahulu dengan KI, lalu I2yang dibebaskan ditentukan jumlahnya dengan cara titrasi menggunakan larutan baku Na2S2O30,1 N dalam suasana asam, dengan menggunakan indikator larutan kanji dimana titik akhir titrasi titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari biru menjadi bening.BAB IITINJAUAN PUSTAKAII.1 Teori SingkatIodimetri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti natrium tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku secara langsung. Iodometri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor dengan penambahan dengan penambahan larutan iodin baku berlebihan dan kelebihannya dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat baku. Pada titrasi iodimetri titrasi oksidasi reduksinya menggunakan larutan iodum. Artinya titrasi iodometri suatu larutan oksidator ditambahkan dengan kalium iodida berlebih dan iodium yang dilepaskan (setara dengan jumlah oksidator) ditirasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. (1)Bagan reaksi :Ox + 2 I- I2+ redI2+ 2 S2O3= 2 I-+ S4O6=Titrasi dapat dilakukan tanpa indikator dari luar karena larutan iodium yang berwarna khas dapat hilang pada titik akhir titrasi hingga titik akhir tercapai. Tetapi pengamatan titik akhir titrasi akan lebih mudah dengan penambahan larutan kanji sebagai indikator, karena amilum akan membentuk kompleks dengan I2yang berwarna biru sangat jelas. Penambahan amilum harus pada saat mendekati titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum tidak membungkus I2yang menyebabkan sukar lepas kembali, dan ini akan menyebabkan warna biru sukar hilang, sehingga titik akhir titrasi tidak terlihat tajam. (2)Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan, namun indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan indikator yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi atau penambahan suatu pengawet. Pengawet yang biasa digunakan adalah merkurium (II) iodida, asam borat atau asam formiat. Kepekatan indikator juga berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa bahan organik seperti metil dan etil alkohol. (3)Iodium hanya sedikit sekali larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25oC), namun sangat mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodium membentuk kompleks triiodida dengan iodida, dengan tetapan keseimbangan 710 pada 25oC. Penambahan KI untuk menurunkan keatsirian dari iod, dan biasanya ditambahkan KI 3-4 % dalam larutan 0,1 N dan kemudian wadahnya disumbat baik-baik dan menggunakan botol yang berwarna gelap untuk menghindari penguraian HIO oleh cahaya matahari. (3)Pada proses iodometri atau titrasi tidak langsung banyak zat pengoksid kuat yang dapat dianalisis dengan menambahkan KI berlebihan dan mentitrasi iodium yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodida, natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran. Beberapa tindakan pencegahan perlu diambil untuk menangani KI untuk menghindari galat. Misalnya ion iodida dioksidai oleh oksigen di udara :4 H+ + 4 I- + O2 2 I2 + 2 H2OReaksi ini lambat dalam larutan netral namun lebih cepat dalam larutan asam dan dipercepat dengan cahaya matahari. Setelah penambahan KI ke dalam suatu larutan (asam) dari suatu zat pengoksid larutan tak boleh dibiarkan terlalu lama bersentuhan dengan udara, karena akan terbentuk tambahan iodium oleh reaksi tersebut di atas. (4)Pada titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau nertal karena dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion hipoiodit yang merupakan reaksi mula-mula antara iodin dan ion hidroksida, sesuai dengan reaksi :I2+ O2 HI + IO-3 IO- IO3-+ 2 I-dalam keadaan alkali ion-ion ini akan mengoksidasi sebagian tiosulfat menjadi ion sulfat sehingga titik kesetarannya tidak tepat lagi. Namun pada proses iodometri juga perlu dihindari konsentrasi asam yang tinggi karena asam tiosulfat yang dibebaskan akan mengendap dengan pemisahan belerang, sesuai dengan reaksi berikut :S2O3=+ 2 H+ H2S2O38 H2S2O3 8 H2O + 8 SO2+ 8 SLarutan tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakan belerang akan masuk ke dalam larutan ini dan proses metaboliknya akan mengakibatkan pembentukan SO3=, SO4=dan belerang koloidal. (3)Tiosulfat diuraikan dalam bentuk belerang dalam suasana asam sehingga endapan mirip susu. Tetapi reaksi tersebut lambat dan tak terjadi jika larutan dititrasikan ke dalam larutan iodium yang asam dan dilakukan pengadukan yang baik. Iodium mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetraionatI2+ 2 S2O3= 2 I-+ S4O6=Reaksi ini sangat cepat dan berlangsung sampai lengkap benar tanpa reaksi samping. Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa oksidasi ke sulfat tidak terjadi terutama jika digunakan iodium sebagai titran. (4)Iodometri menurut penggunaan dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :1. Titrasi iod bebas.2. Titrasi oksidator melalui pembentukan iodium yang terbentuk dari iodida.3. Titrasi reduktor dengan penemtuan iodium yang digunakan.4. Titrasi reaksi, titrasi senyawa dengan iodium melalui adisi atau subsitusi.

1. Rivai, H., (1995), Asas Pemeriksaan Kimia, Universitas Indonesia Press, Jakarta,2. Wunas, J., Said, S., (1986), Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif< UNHAS, Makassar, 122-1233. Underwood, A.L., day, RA., (1993), Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi V, Alih Bahasa : R. Soedonro, Erlangga, Surabaya, 302-3044. Roth, J., Blaschke, G., (1988), Analisa Farmasi, UGM Press, Yogyakarta, 271-279.5. Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan RI., Jakarta, 143, 581, 587, 7146. Dirjen POM, (1994), Farmakope Indonesia, edisi IV, Depatemen Kesehatan RI., Jakarta

Proses iodimetri atau iodometri langsungZat-zat penting yang merupakan zat pereduksi yang cukup kuat untuk dititrasi dengan iod adalah tiosulfat, arsen (III), strontium (III), sulfida, sulfit, timah (II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari beberapa zat ini bergantung pada konsentrasi ion hidrogen dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat dapatlah reaksi dengan iod itu dibuat kuantitatif.Iod membentuk komplek triiodida dengan iodidaI2+I-I3-Iod cenderung dihidrolisis dengan pembentuk asam klorida dan hipoioditI2+H2OHIO+H++ I-Larutaniod biasanya distandarkan terhadap standar primer yang paling lazim digunakan As2O3. Daya mereduksi HAsO2tergantung pada pH.HAsO2+ I2+ 2H2O+H3AsO42H++2I-(Underwood,1986)

2.2 Proses iodometri atau tak langsungBanyak zat pengoksidasi kuat dapat dianalisi dengan menambahkan kalium iodide berlebih dan menitrasi ion yang berlebihan karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodide, natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran Titrasi dengan arsen (III) memerlukan larutan yang sedikit basa.Ion iodide dapat dioksidasi oleh oksigen dari luar4H++ HI-+ O22I22H2OKalium iodide haruslah bebas dari iodidat karena kedua zat ini dalam suasana asam akan bereaksi dengan membebaskan iodIO3-+5I-+6H+3I23H2O(Underwood,1986)2.3 Reaksi redoksIstilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai dengan hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa dimana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor , atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi . Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktor mengacu pada suatu senyawa, tidak kepada atom saja.(Khopkar, 1990)2.4 Indikator kanjiWarna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai indiator sendiri. Iodjuga memberikan suatu warna ungu atau lembayung kepada pelarut seperti karbon tetra klorida atau klorofom, dan kadang-kadang ini digunakan dalam mendeteksi titik akhir titrasi. Tetapi lebih lazim digunakan suatu larutan (dispesi koloid) kanji, karena warna biru tua kompleks pati iod berperan sebagai ui kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit sekali asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodide.(Underwood, 1986)2.5 Kalium iodideCara titrasi redoks yang menggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimeter, sedangkan yang menggunakan larutan iodide sebagai pentiter disebut iodometri. Pada titrasi iodometri digunakan cara titrasi tidak langsung. Di sini, oksidator ditambah dengan larutan kalium iodide berlebihan dan iodium yang dilepaskan (setara jumlahnya dengan oksidator) dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat sesuai dengan bagan reaksi berikut:Ox + 2I-= I2+ redI2+ S2O32-= 2I-+S4O62-Dari paro pasangan redoks S4O62-/ S2O32-yang berlangsung menurut persamaan reaksi berikut :S4O62-+ 2e=2S2O32-Eo: +0,09 VTerlihat bahwa bobot tara Na2S2O3sama dengan bobot rumusnya. Sedangkan larutan baku tiosulfat dibuat secara kira-kira, kemudian dibakukan dengan zat baku utama kalium bikromat.(Rivai, 1995)2.6 TembagaTembaga murni dapat dipergunakan sebagai standar primar untuk natrium tiosulfat dan disarankan untuk dipakai ketika tiosulfatnya akan dipergunakan untuk menentukan tembaganya.Iodin adalah agen pengoksidasi yang lebih baik dibanding ion Cu (II). Namun ketika ion iodide ditambah kedalam sebuah larutan Cu (II), endapan CuI terbentuk.2Cu2++4I-2CuI + I2(Underwood,1986)2.7 Penentuan Susunan Ion Halida yang KompleksIod jauh dapat larut dalam larutan kalium iodide dalam air daripada dalam air, ini disebabkan oleh erbentuknya ion triiodida I3-. Kesetimbangan berikut belangsung dalam suatu larutan sepert itu.I2+ I-I3-Jika larutan itu dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat , konsentrasi iod total sebagai I2bebas dan I3-tak bebas ,diperoleh karena segera sesudah iod dihilangkan akibat interaksi dengan tiosulfat , sejumlah iod baru dibebaskan dari triiodida agar keseimbangan tidak terganggu. Namun, jika larutan dikocok dengan karbon tetra klorida, dalam mana ion saja yang dapat larut cukup banyak , maka iod dalam lapisan organik berada dalam keseimbangan dengan iod bebas dalam larutan air . Dengan menentukan konsentrasi iod dalam larutan karbontetraklorida, konsentrasi ion iod dalam larutan air dapat dihitung dengan menggunakan koefisien distribusi yang diketahui, dan dari situ konsentrasi total iod bebas yang ada dalam kesetimbangan. Dengan memperkurangkan ini dari iod total, diperoleh konsentrasi ion tak bebas (sebagai I3-), dengan mengurangkan harga ini dari konsentrasi awal kalium iodide, dapatlah disimpulkan konsentrasi KI bebas. Tetapan kesetimbangan(Vogel,1985)

Iodo dan IodimetriIodometri dan IodimetriReaksi-reaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda,menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhisyarat untuk dipergunakan dalam analisi titrimetrik dan penerapan-penerapannya cukup banyak.Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidatorseperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkanmembentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan bakutiosulfat .Oksidator + KI I2 + 2eI2 + Na2 S2O3 NaI + Na2S4O6Sedangkan iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.Reduktor + I2 2I-Na2S2 O3 + I2 NaI +Na2S4 O6Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang rendah dapat direksikan secarasempurna dalam suasana asam. Adapun indikator yang digunakan dalam metode ini adalahindikator kanji.Sedangkan bromometri merupakan metode oksidasi reduksi dengan dasar reaksi aksidasi dari ionbromat .BrO3- + 6H+ + 6e Br- + 3H2OAdanya kelebihan KBrO3 dalam larutan akan menyebabkan ion bromida bereaksi dengan ionbromatBrO3 + Br- + H+ Br2 +H2OBromine yang dibebaskan akan merubah warna larutan menjadi kuning pucat (warna merah ),jika reaksi antara zat dan bromine dalam lingkungan asam berjalan cepat maka titrasi dapatsecara langsung dilakukan. Namun bila lambat maka dapat dilakukan titrasi tidak langsung yaitularutan bromine ditambah berlebih dan kelebihan bromine ditentukan secar iodometri. Bromindapat diperoleh dari penambahan asam kedalam larutan yang mengandung kalium bromat dankalium bromide.Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi untuk dititrasilangsung dengan iodin adalah tiosulfat, arseni dan entimon, sulfida dan ferosianida. Kekuatanreduksi yang dimiliki oleh dari beberapa substansi ini adalah tergantung dari pada konsentrasiion hydrogen, dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif hanya bila kitamelakukan penyesuaian ph yang sulit.Dalam menggunakan metode iodometrik kita menggunakan indikator kanji dimana warna darisebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indikator bagidirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut

seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih umumdipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodinkanji bertindak sebagai suatu tesyang amat sensitiv untuk iodin.Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksid yang kuat dapat dianalisis denganmenambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agenpengoksid yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium tiosulfatbiasanya digunakan sebagai titrannya. Titrasi dengan arsenik membutuhakn larutan yang sedikitalkalin.Dalam larutan yang sedikit alkalin atau netral, oksidasi menjadi sulfat tidak muncul terutama jikaiodin dipergunakan sebagai titran. Banyak agen pengoksid kuat, seperti garam permanganat,garam dikromat yang mengoksid tiosulfat menjadi sulfat, namun reaksinya tidak kuantitatif.Pada penentuan iodometrik ada banyak aplikasi proses iodometrik seperti tembaga banyakdigunakan baik untuk biji maupun paduannya metode ini memberikan hasil yang lebih sempurnadan cepat daripada penentuan elektrolit tembaga.Pada metode bromometri, kalium bromat merupakan agen pengoksid yang kuat dengan potensialstandar dari reaksinyaBrO3 + 6H+ + 6e Br- + 3H2OAdalah +1,44 V. Reagen dapat digunakan dalam dua cara yaitu sebagai sebuah oksdasi langsunguntuk agen-agen pereduksi tertentu dan untuk membangkitkan sejumlah bromin yangkuantitasnya diketahui.Sejumlah agen pereduksi pada titrasi langsung metode bromometri sepertyi arsenik, besi (II) dansulfida serta disulfida organik tertentu dapat dititrasi secara langsung dengan sebuah larutankalium bromat .Kehadiran bromin terkadang cocok untuk menentukan titik akhir titrasi,beberapa indikator organik yang bereaksi dengan bromin untuk memberikan perubahan warna.Perubahan warna ini biasanya tidak reversibel dan kita harus hati-hati agar kita mendapatkanhasil yang lebih baik .Reaksi brominasi senyawa-senyawa organik larutan standar seperti kalium bromat dapatdipergunakan untuk menghasilkan sejumlah bromin dengan kuantitas yang diketahui. Bromintersebut kemudian dapat digunakan untuk membrominasi secara kuantitatif berbagai senyawaorganik. Bromide berlebih hadir dalam kasus-kasus semacam ini, sehingga jumlah bromin yangdihasilkan dapat dihitung dari jumlah KBrO3 yang diambil. Biasanya bromin yang dihasilkanapabila terdapat kelebihan pada kuantitas yang dibutuhkan untuk membrominasi senyawaorganik tersebut untuk membantu memaksa reaksi ini agar selesai sepenuhnya.Reaksi bromin dengan senyawa organiknya dapat berupa subtitusi atau bisa juga reaksi adisiI.TUJUAN PERCOBAANTujuan percobaan praktikum ini adalah untuk menentukan kadar tembaga dalam kristal CuSO4.5H2O.II. TINJAUAN PUSTAKAIstilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi,sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi.Berarti proses oksidasidisertai hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawadi mana atom yang terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya padareduktor, atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harusselalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator reduktormengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar, 2003).Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namin demikian, oksidator dapatditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim dipakai untuk penentuan oksidator adalahkalium iodida, ion titanium(III), ion besi(II), dan ion vanadium(II). Cara titrasi redoks yangmenggunakan larutan iodium sebagai pentiter disebut iodimetri, sedangkan yang menggunakanlarutan iodida sebagai pentiter disebut iodometri (Rivai, 1995).Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodidadigunakan sebagai pereaksi reduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksiyang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuaniodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksisempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ioniodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan pembebasan iodium, yangkemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Reaksi antara iodium dan tiosulfatberlangsung secara sempurna (Underwood, 1986).Iodium hanya sedikit larut dalam air (0,00134 mol per liter pada250C), tetapi agak larutdalam larutan yang mengandung ion iodida. Larutan iodium standar dapat dibuat denganmenimbang langsung iodium murni dan pengenceran dalam botol volumetrik. Iodium,dimurnikan dengan sublimasi dan ditambahkan pada suatu larutan KI pekat, yang ditimbangdengan teliti sebelum dan sesudah penembahan iodium. Akan tetapi biasanya larutandistandarisasikan terhadap suatu standar primer, As2O3 yang paling biasa digunakan.(Underwood, 1986).Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometrik adalah natriumtiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak bolehdistandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standarprimer. Larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama. Sejumlah zat padatdigunakan sebagai standar primer untuk larutan natrium tiosulfat. Iodium murni merupakanstandar yang paling nyata, tetapi jarang digunakan karena kesukaran dalam penanganan danpenimbangan. Lebih sering digunakan pereaksi yang kuat yang membebaskan iodium dariiodida, suatu proses iodometrik (Underwood, 1986).Metode titrasi iodometri langsung (kadang-kadang dinamakaniodim etr i) mengacu kepada titrasidengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (kadang-kadangdinamakaniodom etr i), adlaah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksikimia. Potensial reduksi normal dari sistem reversibel:I2(solid) 2e2I-adalah 0,5345 volt. Persamaan di atas mengacu kepada suatu larutan air yang jenuh denganadanya iod padat; reaksi sel setengah ini akan terjadi, misalnya, menjelang akhir titrasi iodidadengan suatu zat pengoksid seperti kalium permanganat, ketika konsentrasi ion iodida menjadirelatif rendah. Dekat permulaan, atau dalam kebanyakan titrasi iodometri, bila ion iodidaterdapat dengan berlebih, terbentuklah ion tri-iodida:I2(aq) + I- I3-Karena iod mudah larut dalam larutan iodida. Reaksi sel setengah itu lebih baik ditulis sebagai:I3- + 2e3I-Dan potensial reduksi standarnya adalah 0,5355 volt. Maka, iod atau ion tri-iodida merupakanzat pengoksid yang jauh lebih lemah ketimbang kalium permanganat, kalium dikromat, danserium(IV) sulfat (Bassett, J. dkk., 1994).Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan suatu larutan iod dalamkalium iodida, dan karena itu spesi reaktifnya adalh ion tri-iodida, I3-. Untuk tepatnya, semuapersamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod seharusnya ditulis dengan I3- dan bukan dengan I2,misalnya:I3- + 2S2O32- = 3I- + S4O62-akan lebih akurat daripada:I2 + 2S2O32- = 2I- + S4O62-(Bassett, J. dkk., 1994).Warna larutan 0,1 N iodium adalah cukup kuat sehingga iodium dapat bekerja sebagaiindikatornya sendiri. Iodium juga memberi warna ungu atau merah lembayung yang kuat kepadapelarut-pelarut sebagai karbon tetraklorida atau kloroform dan kadang-kadang hal ini digunakanuntuk mengetahui titik akhir titrasi. Akan tetapi lebih umum digunakan suatu larutan (dispersikoloidal) kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji sangatpeka terhadap iodium. Kepekaan lebih besar dalam larutan yang sedikit asam daripada larutannetral dan lebih besar dengan adanya ion iodida (Underwood, 1986).VI. KESIMPULANBerdasarkan tujuan, perhitungan dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapatditarik beberapa kesimpulan berikut :1.Ada dua cara analisis menggunakan senyawa iodium yaitu titrasi iodimetri atau denganiodometri dimana iodium terlebih dahulu dioksidasi oleh oksidator misalnya KI.2.Kadar tembaga dalam garam CuSO4.5H2O dapat ditentukan dengan cara iodometri.3.Indikator yang dipakai adalah amilum karena amilum sangat peka terhadap iodium danterbentuk kompleks amilum berwarna biru cerah, saat ekivalen amilum terlepas kembali.4.Massa tembaga pada larutan diketahui sebesar 0,4321 gram dan kadar tembaga dalamlarutan sebesar 43,21 %.DAFTAR PUSTAKABasset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit BukuKedokteran EGC. Jakarta.Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI. Jakarta.

Indikator redoksDisamping secara potensiometrik (dengan mengukur loncatan potensial larutan), titik akhir dari titrasi redoks dapat juga ditetapkan secara visual apabila sistem redoks itu sendiri memperlihatkan peruabahan warna pada titik akhir titrasi (misalnya KmnO4), atau dengan menambahkan indikator redoks. Indikator adalah senyawa organik yang bila dioksidasi dengan atau direduksi akan mengalami perubahan warna. Perbedaan warna dari bentuk tereduksi dengan bentuk teroksidasi harus tajam, sehingga penggunaannya dapat sesedikit mungkin untuk mengurangi kesalahan titrasi.Inok+ n e InredWarna indikator eksidasi tidak sama dengan warna indikator reduksi.Daerah perubahan warna dari suatu indikator redoks dua warna berada pada daerah potensial tertentu. Hal ini analog dengan indikator asam basa dimana perubahan warna juga terjadi pada trayek pH tertentu. Untuk indikator satu warna, warna titik akhir (intensitas warna) ditentukan oleh konsentrasi indikator itu. Tentu saja indikator yang dipilih harus mempunyai daerah transisi perubahan warna pada titik ekivalen, atau disekitar titik ekivalen. Indikator harus mempunyai potensial standard (E0) harga E0dari oksidator dan reduktor. Misalnya pada penetapan senyawa besi (II) secara serimetri, indikator yang baik adalah ferroin (0-fenanthrolin besi (II) sulfat.(Anonim, 2010)http://khairunnisasiregar.wordpress.com/titrasi-reduksi-oksidasi/

Dikromatometri

Dikromatometri adalah titrasi redoks yang menggunakan senyawa dikromat sebagai oksidator. Senyawa dikromat merupakan oksidator kuat, tetapi lebih lemah dari permanganat. Kalium dikromat merupakan standar primer. Penggunaan utama dikromatometri adalah untuk penentuan besi(II) dalam asam klorida.Dikromatometri termasuk ke dalam titrasi redoks, karena dalam reaksinya terjadi perpindahan elektron atau perubahan bilangan oksidasi. Seperti yang diketahui bahwa kemungkinan terjadinya reaksi redoks dapat dilihat dari 2 hal berikut :1. Terjadi perubahan bilok (bilangan oksidasi).2. Bila ada zat reduktor maupun oksidator (dalam hal ini, kalium dikromat selain berfungsi sebagai bahan baku juga sebagai oksidator).Kalium dikromat dalam keadaan asam mengalami reduksi menjadi Cr3+.Reaksi:Cr2O72-+ 14 H++ 6 e 2 Cr3++ 7 H2O E0=1,33 VKarena daya oksidasinya lebih sedikit dibanding dengan KMnO4dan Ce (IV), maka hal ini menyebabkan reaksi sangat lambat. Akan tetapi, dari sifat K2Cr2O7larutannya sangat stabil, tidak bereaksi dengan (inert terhadap) Cl-, dengan kemurnian tinggi, mudah diperoleh dan murah.Terutama untuk penentuan Fe2+, ion klorida dalam jumlah besar tidak mempengaruhi titrasi ini. Suatu cara tidak langsung untuk menentukan, oksidasi yang diberi larutan Fe2+berlebihan kemudian kelebihan dititrasi dengan standar dikromat. Maka cara ini dipakai untuk penentuan NO3-, ClO3-, H2O2, MnO4-dan Cr2O72-.Posted31st MaybyMedinaty Nurul Hhttp://medicalmagical.blogspot.com/2013/05/dikromatometri.html

A. PengertianIndikator Redoks adalah indikator yang berubah warnanya karena terjadi reaksi reduksi-oksidasi (redoks). Disini indikator memperlihatkan warna teroksidasi dan warna tereduksi. Dalam titrasi redoks ada 3 jenis indikator :a. Indikator Redoks ReversibelIndikator oksidasi - reduksi yang sebenarnya yang tidak tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya pada perubahan potensial larutan selama titrasi. Indikator ini dapat dioksidasi dan direduksi secara reversibel (bolak-balik).b. Indikator Redoks IrreversibelIndikator yang berubah warnanya karena oksidasi dari oksidator dan sifatnya tidak dapat berubah kembali seperti semula.c. Indikator Redoks KhususIndikator khusus yang bereaksi dengan salah satu komponen yang bereaksi, Contoh indikator yang paling kita kenal ialah Amilum, yang membentuk kompleks biru tua dengan ion triIodida.Indikator yang sebenarnya jauh lebih luas penerapannya karena hanya tergantung dari perubahan potensial larutan . Sudah dikemukakan bahwa indikator tersebut sebenarnya juga dapat dioksidasi reduksi dan mempunyai warna yang berbeda dalam bentuk tereduksi. Reaksii paruhnya dapat dilihat secara umum sebagai berikut :Oks in + n e Red.inJika reaksi indikator itu dapat bolak balik, dapat kita tulis :0,0591 [ Oks in ]E = E o + logn [ Red in ]

Jadi trayek perubahan warna terletak antara nilai nilai :0,0591E = Eo n

Potensial saat terjadinya perubahan warna tergantung dari potensial standar indikator yang bersangkutan. Dalam daftar indikator, indikator dicirikan oleh potensial peralihan ( transistion potensial ), yaitu potensialnya apabila konsentrasi Oksin dan Redin sama, masing masing 50 %.

a. Indikator Redoks ReversibelTidak semua indikator redoks dapat dipakai untuk sembarang titrasi redoks. Pemilihan indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titrat dan titrant, dengan perkataan lain, potensial titik ekivalen titrasi tersebut. Bila potensial peralihan indikator tergantung dari pH, maka juga harus diusahakan agar pH tidak berubah selama titrasi berlangsung.Untuk titrasi dengan Ce4+ dapat dipakai Ferroin; sedangkan untuk titrasi dengan Cr2O7 = Ferroin tidak cocok karena potensial perubahan ferroin terlalu tinggi dibandingkan dengan potensial TE. Maka dipakai difenilamin atau difenilamin sulfonat. Sebenarnya kedua indikator ini kebalikan dari ferroin dalam arti potensial peralihannya terlalu rendah. Namun dengan asam fosfat 3 M kesulitan ini teratasi karena potensial TE diturunkan sehingga sesuai untuk penggunaan difenilamin atau garam sulfonatnya. Penurunan potensial terjadi karena asam fosfat (H3PO4) mengkompleks Fe3+ tetapi tidak mengkompleks Fe2+, sehingga konsentrasi Fe3+ bebas selalu rendah. Berikut Beberapa Contoh contoh Indikator Redoks yang sering digunakan :

1. Kompleks Fe ( II ) ortofenentrolinSuatu golongan senyawa organik yang dikenal dengan nama 1,10 fenantrolin ( Ortofenantrolin ) yang membentuk kompleks yang stabil dengan Fe ( II ) dan ion-ion lain melalui kedua atom N pada struktur induknya. Sebuah ion Fe2+ berikatan dengan tiga buah molekul fenantrolin dan membentuk kelat dengan struktur.Kompleks ini terkadang disebut FERROIN dan ditulis (Ph)3Fe2+ agar sederhana. Besi yang terikat dalam ferroin itu mengalami oksidasi reduksi secara reversible.Walaupun kompleks (Ph)3 Fe2+ berwarna biru muda, dalam kenyataannya, warna dalam titrasi berubah dari hampir tak berwarna menjadi merah. Karena kedua warna berbeda intensitas, maka titik akhir dianggap tercapai pada saat baru 10 % dari indikator berbentuk (Ph)3Fe2+. Oleh sebab itu maka potensial peralihannya kira kira 1,11 Volt dalam larutan H2SO4 1 M.Diantara semua indikator redoks, Ferroin paling mendekati bahan yang ideal. Perubahan warnanya sangat tajam, larutannya mudah dibuat dan sangat stabil. Bentuk teroksidasinya amat tahan terhadap oksidator kuat. Reaksinya cepat dan reversibel. Diatas 60 oC, Ferroin terurai.2. Difenilamin dan turunannyaDitemukan pertama kali dan penggunaannya dianjurkan oleh Knop pada tahun 1924 untuk titrasi Fe2+ dengan kalium bikhromat.Reaksi pertama membentuk difenilbenzidine yang tak berwarna; reaksi ini tidak reversibel. Yang kedua membentuk violet difenilbenzidine, reversibel dan merupakan reaksi indikator yang sebenarnya.Potensial reduksi reaksi kedua kira kira 0.76 volt. Walaupun ion H+ tampak terlibat, ternyata perubahan keasaman hanya berpengaruh kecil atas potensial ini, mungkin karena asosiasi ion tersebut denga hasil yang berwarna itu.Kekurangan difenilamain antara lain ialah indikator ini harus dilarutkan dalam asam sulfat pekat karena sulit larut dalam air. Hasil oksidasi ini membentuk endapan dengan ion Wolfram sehingga dalam Analisa , ion tersebut tidak dapat dipakai. Akhirnya ion merkuri memperlambat reaksi indikator ini.Derivat difenilamin yaitu Asam Difenilamin Sulfonat, tidak mempunyai kelemahan kelemahan diatas :Garam Barium atau Natrium dari asam ini dapat digunakan untuk membuat larutan indikator dalam air dan sifatnya serupa dengan induknya. Perubahan warna sedikit lebih tajam, dari tak berwarna , melalui hijau menjadi violet. Potensial peralihannya 0.8 volt dan juga tak tergantung dari konsentrasi asam. Asam sulfonat derivat ini sekarang banyak digunakan dalam titrasi redoks.

b. Indikator Redoks IrreversibelIndikator ini digunakan pada titrasi Bromatometri. Contoh yang sering digunakan adalah Methyl Red (MR) dan Methyl Orange (MO).Reaksi yang terjadi berupa oksidasi dari indikator MR atau MO menjadi senyawa yang tidak berwarna oleh Brom bebas (Br2). Brom ini berasal dari :KBrO3 + HCl ------> KCl + HBr + 3 O2 HBr + O ------> H2O + Br2Br2 + MO / MR ------> Teroksidasi (Tidak berwarna)

c. Indikator Redoks Khusus (Tidak terpengaruh Potensial redoks)Indikator ini dipakai pada Iodometri dan Iodimetri, indikator yang biasa digunakan adanya Amylum dan Chloroform. Pemakaian indikator ini tidak terpengaruh oleh naik turunnya bilangan oksidasi atau potensial larutan, melainkan berdasarkan pembentukan kompleks dengan iodium.1. AmylumPenggunaan Indikator ini berdasarkan pembentukan kompleks Iod-Amylum yang larut dengan Iodium (I2) yang berwarna biru cerah. Mekanisme pewarnaan biru ini karena terbentuknya suatu senyawa dala dari amilum dan atom iod. Fraksi Amilosa-amilum mempunyai bentuk helikal dan dengan itu membentuk celah berbentuk saluran. Dalam saluran itu terdapat suatu rantai iod linear, Warna biru disebabkan oleh ketujuh elektron luar atom Iod yang mudah bergerak.I2 + Amylum -------> Iod-Amylum (biru)Iod-Amylum + S2O32- -------> Warna HilangSetelah penambahan titrant Tiosulfat maka kompleks ini dipecah dan bila konsentrasi Iod habis maka warna biru tadi akan hilang. Penambahan indikator amylum sebaiknya menjelang titik akhir titrasi karena kompleks iod-amilum yang terbentuk sukar dipecah pada titik akhir titrasi sehingga penggunaan Tiosulfat kelebihan berakibat terjadi kesalahan titrasi. Bila Iod masih banyak sekali bahkan dapat menguraikan amilum dan hasil penguraian ini mengganggu perubahan warna pada titik akhir titrasi.

2. ChloroformPenggunaan indikator ini untuk titrasi Iodometri, berdasarkan fungsi Chloroform sebagai pelarut organik yang melarutkan iodium dalam fase organik (fase nonpolar). Melarutnya Iodium dalam Chloroform memberi warna violet. Hal ini patut dipahami karena Iodium sukar larut dalam air, larut hanya sekitar 0,0013 mol perliter pada suhu 25O C. Tetapi sangat mudah larut dalam larutan KI karena membentuk Ion TriIodida (I3-)dan dalam Chloroform.Setelah penambahan titrant Tiosulfat maka Iodium akan diubah menjadi Iodida dan bila konsentrasi iod habis maka warna violet tadi akan hilang.Diposkan9th February 2011olehRipani_Musyaffahttp://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2011/02/indikator-reduksi-oksidasi-redoks.html