Bahan Referat Obgyn Kyky
-
Upload
kyky-choco-catz -
Category
Documents
-
view
82 -
download
9
Transcript of Bahan Referat Obgyn Kyky
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara beriklim lembab, penyakit parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang. Di Indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan keadaan sanitasi lingkungan dan banyaknya sumber penularan.
Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada manusia yang biasanya terjadi melalui kontak dengan tinja kucing, makan makanan mentah, atau makanan daging yang terkontaminasi dengan toxo ini. . Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia, pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif.
Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi penyakit ini.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi infeksi toxoplasmosis
2. Untuk mengetahui patofisiologi infeksi toxoplasmosis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi toxoplasmosis
4. Untuk mengetahui cara mendiagnosa infeksi toxoplasmosis
5. Untuk mengetahui dampak infeksi toxoplasmosis dalam kehamilan
6. Untuk mengetahui pencegahan infeksi toxoplasmosis dalam kehamilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi infeksi toxoplasmosis
Infeksi toxoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Semua orang bisa terkena infeksi toxoplasma. Yang menjadi sumber infeksi toxoplasma adalah:
1. 1. Tinja / kotoran kucing2. 2. Hewan potong yang terinfeksi3. 3. Ibu yang terinfeksi saat hamil4. 4. Organ / donor yang terinfeksi
Seseorang dapat terinfeksi toxoplasma jika :
1. 1. Makan sayuran / buah yang terkontaminasi tinja kucing yang terinfeksi2. 2. Makan daging mentah / kurang matang3. 3. Penularan dari ibu ke janin4. 4. Transplantasi organ5. 5. Tranfusi darah
Infeksi toxoplasmosis tidak berbahaya bila mengenai orang dewasa dan anak-anak yang sistem kekebalanya berfungsi baik, tapi berbahaya bagi janin apabila ibu yang sedang hamil mengalami infeksi primer (infeksi yang pertama kali sepanjang hidupnya) atau seseorang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.
B. Patofisiologi infeksi toxoplasmosis
Parasit toksoplasma cenderung untuk masuk ke dalam sel organ ( intrasel ) tubuh manusia dan terdapat dalam tiga bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang beredar dalam darah, bentuk ookista yang dikeluarkan dalam tinja kucing, dan bentuk kista yang menetap dalam jaringan tubuh seperti paru, jantung, otot, dan otak. Bentuk kista berupa sebuah kantung yang di dalamnya berisi beribu-ribu trofozoit T gondii. Kucing adalah tempat hidup utama parasit toxoplasma, parasit ini dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Adapun dalam tubuh manusia, unggas dan hewan ternak lain sebagai hospes perantara, parasit ini berkembang biak secara aseksual, yaitu kemampuan untuk berkembang biak dengan cara membelah diri.
Di tanah yang tercemar, ookista (toxoplasma) dapat dibawa oleh lalat, kecoak, semut atau cacing tanah ke berbagai tempat di kebun. Ookista dapat menempel di sayuran, buah-buahan atau termakan oleh hewan ternak seperti ayam, kambing, anjing, sapi, dan menembus epitel usus, berkembang biak dengan membelah diri serta menetap dalam bentuk kista pada organ hewan tersebut.
Bentuk parasit T gondii seperti batang melengkung dengan ukuran lebih kecil dari sel darah merah (3-6 mm) bergerak dengan gerakan aktinomisin di bawah membran plasma, dapat menembus sel secara aktif masuk ke berbagai jaringan seperti otot, otak, mata, dan usus. Kucing yang menderita toksoplasmosis akan mengeluarkan beribu-ribu ookista yang tetap infektif selama berbulan-bulan di tanah yang tidak terkena sinar matahari.
Ookista yang tertelan akan membentuk trofozoit dan ikut aliran darah serta memasuki sel berinti organ tubuh atau membentuk kista. Manusia dapat terinfeksi bila menelan ookista atau makan daging ternak seperti ayam, kambing atau sapi yang mengandung kista dan tidak dimasak matang.
C. Tanda dan Gejala infeksi toxoplasmosis
Secara umum, infeksi Toxoplasma tidak menunjukkan gejala klinis sehingga diagnosis terhadap penyakit ini sering terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari. Umumnya, penderita hanya merasa demam ringan, lemas, mual, dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi parasit ini pada manusia sehat tidak menyebabkan sakit berat karena sistem kekebalan tubuh dapat menghancurkan parasit ini. Pada keadaan di mana terjadi penurunan kekebalan seperti pada penyakit AIDS, pemakaian kortikosteroid jangka lama, dan penderita keganasan dengan kemoterapi, maka parasit yang semula diam dalam bentuk kista dapat pecah dan tiba-tiba mengganas serta mematikan.
D. Cara mendiagnosa infeksi toxoplasmosis
Toksoplasma dapat ditegakkan dengan mengidentifikasi parasit di sekresi jaringan, cairan tubuh atau adanya peninggian titer antibodi yang sangat tinggi sampai delapan kali. Pada kasus-kasus terbatas dan hanya menggunaan test tunggal dengan peninggian titer antibodi IgM, seseorang sudah dikatakan terinfeksi akut toksoplasma . Walaupun secara klinis diagnosis penyakit ini sulit ditegakkan, tetapi dapat mudah diketahui apakah seseorang bebas dari penyakit, sedang sakit atau telah kebal, melalui pemeriksaan darah terhadap antibodi Toxoplasma dengan teknik Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Pemeriksaan darah seperti ini dapat dilakukan di banyak laboratorium kesehatan, sayangnya biayanya cukup mahal, sehingga pemeriksaan ini benar-benar dilakukan pada kelompok wanita yang berisiko tinggi, seperti kelompok wanita yang memelihara kucing, suka makan daging tidak matang, dan adanya abortus ataupun ada riwayat kematian janin dalam rahim.
Pemeriksaan laboratorium :
1. pemeriksaan parasit secara langsung : rumit, tidak praktis, butuh waktu lama, mahal.
2. pemeriksaan antibodi spesifik Toxoplasma : IgG, IgM dan IgG affinity
IgM adalah antibodi yang pertama kali meningkat di darah bila terjadi infeksi Toxoplasma. IgG adalah antibodi yang muncul setelah IgM dan biasanya akan menetap seumur hidup pada orang yang terinfeksi atau pernah terinfeksi. IgG affinity adalah kekuatan ikatan antara antibodi IgG dengan organisme penyebab infeksi. Manfaat IgG affinity adalahpada keadaan IgG dan IgM positif diperlukan pemeriksaan IgG avidity untuk memperkirakan kapan infeksi terjadi, apakah sebelum atau pada saat hamil. Infeksi yang terjadi sebelum kehamilan tidak perlu dirisaukan, hanya infeksi primer yang terjadi pada saat ibu hamil yang berbahaya, khususnya pada Trimester I. Tes toksoplasma yang perlu dilakukan idealnya :
1. Sebelum hamil tes IgG
2. Saat hamil, sedini mungkin (bila belum pernah atau hasil sebelumnya negatif) IgG dan IgM Toxoplasma .
Bila hasil negatif, diperlukan pemantauan setiap 3 bulan pada sisa kehamilan
Interpretasi datanya adalah :
1. bila IgG (-) dan IgM (+)
Kasus ini jarang terjadi, kemungkinan merupakan awal infeksi. Harus diperiksa kembali 3 minggu kemudian dilihat apakah IgG berubah jadi (+). Bila tidak berubah, maka IgM tidak spesifik, yang bersangkutan tidak terinfeksi Toxoplasma.
1. 2. bila IgG (-) dan IgM (-)
Belum pernah terinfeksi dan beresiko untuk terinfeksi. Bila sedang hamil, perlu dipantau setiap 3 bulan pada sisakehamilan (dokter mengetahui kondisi dan kebutuhan pemeriksaan anda). Lakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi infeksi.
1. 3. bila IgG (+) dan IgM (+)
Kemungkinan mengalami infeksi primer baru atau mungkin juga infeksi lampau tapi IgM nya masih terdeteksi (persisten = lambat hilang).
Oleh sebab itu perlu dilakukan tes IgG affinity langsung pada serum yang sama untuk memperkirakan kapan infeksinya terjadi, apakah sebelum atau sesudah hamil.
1. bila IgG (+) dan IgM (-)
Pernah terinfeksi sebelumnya, bila pemeriksaan dilakukan pada awal kehamilan, berarti infeksinya terjadi sudah lama (sebelum hamil) dan sekarang telah memiliki kekebalan, untuk selanjutnya tidak perlu diperiksa lagi.
Bila ada pertimbangan lain, dokter anda akan meminta izin untuk pemeriksaan lanjutan sesuai kebutuhan.
1. Dampak infeksi toxoplasmosis dalam kehamilan
Toksoplasmosis sering disebut sebagai salah satu penyebab terjadinya kegagalan kehamilan, dengan berbagai jenis manifestasi klinis seperti abortus, lahir prematur, IUGR, lahir mati dan lahir dengan cacat bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis), hidrosefalus, meningoencephalitis (radang otak), tuli, pengapuran otak,retardasi mental, kejang-kejang, dan gangguan neurologis lainnya.
Biasanya tanda-tanda radang otak (encephalitis) dan serebral palsi berkembang dalam beberapa hari sampai sebulan setelah bayi lahir (Kasper and Boothroyd, 1993; Remington, 1995; Denney, 1999). Prevalensi toksoplasmosis secara serologik pada berbagai populasi di dunia termasuk di Indonesia mencapai lebih dari 50% (Partono dan Cross, 1975; Samil, 1988; Decavalas, 1990; Allain, 1998; Jenum, 1998; Sardjono, 2001a), namun apakah toksoplasmosis memang menyebabkan kegagalan kehamilan dan bagaimana mekanisme terjadinya hal tersebut, sampai sekarang masih belum dapat dijelaskan dengan baik.
Risiko seorang ibu hamil yang terinfeksi akut dengan toksoplasma menurunkan infeksi pada bayi bila tidak segera mendapat pengobatan sangat variatif,. Pada kehamilan trimester pertama risiko penurunan 25 %, trimester kedua 54 % dan 65 % pada trimester ketiga.
1. Pencegahan infeksi toxoplasmia dalam kehamilan
2. Penting melaksanakan pemeriksaan darah terhadap kemungkinan infeksi penyakit ini pada masa pranikah atau sebelum kehamilan bagi kelompok yang mampu, karena penyakit ini dapat diobati sehingga dampak negatif seperti keguguran, lahir mati atau cacat setelah lahir dapat dihindari .
3. Hindari makan makanan yang dimasak mentah atau setengah matang.
4. Bersihkan dan cucilah buah-buahan atau sayuran sebelum dimakan dengan baik.
5. Bersihkan tangan, alat-alat dapur ( seperti; papan atau alas untuk memotong) yang dipakai untuk mengelola daging mentah, hal ini untuk mencegah kontaminasi dengan makanan lainnya.
6. Jangan minum susu unpasteurized dari hewan..
7. Bila akan membersihkan sampah atau tempat sampah, jangan lupa menggunakan sarung tangan, dan cucilah tangan atau sebaiknya serahkan tugas ini kepada anggota keluarga lainnya, bila sedang hamil.
8. Pakailah sarung tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun atau perkarangan, untuk menghindari kontak langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.
9. Untuk yang memelihara kucing :
10.Bila memelihara kucing, maka saat mencoba untuk hamil atau sedang hamil, serahkanlah tugas membersihkan kotoran kucing kepada anggota yang lainnya.
11.Bersihkanlah kotoran kucing yang dipelihara setiap hari dan ingat untuk menggunakan sarung tangan dan selalu mencuci tangan setiap selesai membersihkan.
12.Mencuci tangan setiap selesai bermain dengan kucing yang dipelihara.
13.Buanglah kotoran kucing dalam plastik ke tempat sampah, jangan menanam atau meletakanya di dekat kebun atau taman.
14. Jangan memberi makan daging mentah untuk kucing yang dipelihara.
15.Periksakanlah ke dokter hewan bila melihat bahwa kucing yang dipelihara terdapat tanda-tanda sakit.
16.Kucing yang dipelihara didalam rumah, yang tidak diberi daging mentah, dan tidak menangkap burung atau tikus, biasanya tidak terinfeksi
17.Tidak dianjurkan pemeriksaan skrinig toxoplasma secara masal mengingat biaya relatif tinggi dan masih tingginya hasil positif palsu dari laboratorium. Hindari para wanita hamil makan daging yang tidak dimasak matang
G. Pengobatan infeksi toxoplasmia dalam kehamilan
Pengobatan pada ibu yang terinfeksi akut toksoplasma diberikan oleh dokter yaitu antibiotika spiramycin yang diikuti pyrimetamin dan sulfadiazine, pemberian antibiotika bertujuan menurunkan risiko menurunnya infeksi pada jabang bayi. Sebaiknya pada wanita yang terinfeksi diperiksa juga Protein C Reaktif (PCR) dari cairan amnion , untuk menilai adakah infeksi pada bayinya. Bila Test PCR positif pengobatan cukup dengan pirymthamin dan sulfadiazine, sedangkan bila tes PCR negatif spyramicin dilanjutkan untuk mencegah risiko infeksi lanjutan bagi bayinya.
Mengingat risiskonya yang besar pada ibu hamil dan janin, dokter akan memberinya obat khusus untuk membunuh parasit dan mencegah infeksi toksoplasma aktif atau bertambah parah. Sementara bagi yang pernah menderita infeksi toxoplasma, hendaknya terus memantau kondisi tubuhnya dna mengonsumsi obat untuk mencegah aktifnya kembali toxoplasma, hingga tubuh benar-benar dinyatakan bersih dari parasit.
H. Rangkuman
1. Toxoplasmosis berbahaya bagi janin bila ibu terinfeksi pada saat hamil, khususnya pada Trimester I
2. Gejalanya tidak spesifik perlu pemeriksaan laboratorium pada awal kehamilan
3. Bila IgG & IgM negatif, hindarilah sumber infeksi yang dapat menyebabkan ibu tertular dan selanjutnya perlu dilakukan pemantauan sepanjang kehamilan.
4. Bila IgG dan IgM positif belum tentu terinfeksi, tes lanjutan IgG avidity dapat memperkirakan kapan infeksi terjadi (sebelum atau pada saat hamil)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat
ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama
Toxoplasmosis gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan
hewan peliaharaan. Penderita Toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu tanda klinis
yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan
dalam praktik dokter sehari-hari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil
trismester ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.
Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga
dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya. Walaupun
sering terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling
sering dijumpai pada kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya
terjadi pada orang yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya
yang suka memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang
terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis.
Dewasa ini setelah siklus hidup toxoplasma ditemukan maka usaha pencegahannya
diharapkan lebih mudah dilakukan. Pada saat ini diagnosis toxoplasmosis menjadi lebih mudah
ditemukan karena adanya antibodi IgM atau IgG dalam darah penderita. Diharapkan dengan cara
diagnosis maka pengobatan penyakit ini menjadi lebih mudah dan lebih sempurna, sehingga
pengobatan yang diberikan dapat sembuh sempurna bagi penderita toxoplasmosis. Dengan jalan
tersebut diharapkan insidensi keguguran, cacat kongenital, dan lahir mati yang disebabkan oleh
penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin. Pada akhirnya kejadian kecacatan pada anak dapat
dihindari dan menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan toxoplasmosis?
2. Bagaimana siklus hidup toxoplasmosis?
3. Bagaimanakah cara penularan toxoplasmosis?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Sebagai salah satu syarat pemenuhan tugas medical science prodi D III Kebidanan Magelang.
2. Tujuan Khusus.
a. Untuk mengetahui pengertian toxoplasmosis secara jelas.
b. Agar pembaca dan penulis mengenal siklus hidup toxoplasmaosis.
c. Untuk menambah pengetahuan pembaca dan penulis dalam penularan toxoplasmosis.
D. METODE
Yang dimaksud metode adalah suatu cara yang dilakukan penulis mengumpulkan karya
tulis. Penulis dalam penulisan bahan – bahan dalam penulisan karya tulis itu menggunakan
metode :
1. Studi pustaka.
Yang dimaksud dengan studi pustaka adalah metode dalam mengumpulkan bahan-bahan dalam
penulisan yang digunakan pembaca literatur sesuai dengan topik.
2. Studi internet
Yang dimaksud dengan studi internet adalah metode yang digunakan dalam pengumpulan bahan-
bahan makalah dengan membaca sumber yang sesuai dengan topik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Toxoplasmosis (toxo) adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal yang
disebut Toxoplasma gondii. Infeksi paling umum didapat dari kontak dengan kucing-kucing dan
feces mereka atau daging mentah atau yang kurang masak.
Penderita Toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu tanda klinis yang jelas
sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktik
dokter sehari-hari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga
dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.
Toxopasmosis adalah penyakit zoonosis yang secara alam dapat menyerang manusia,
ternak, hewan peliharaan yang lain seperti hewan liar, unggas dan lain-lain. Kejadian
toxoplasmosis telah dilaporkan dari beberapa daerah di dunia ini yang geografiknya sangat luas.
Survei terhadap kejadian ini memberi gambaran bahwa toxoplasmosis pada suatu daerah bisa
sedemikian hebatnya hingga setiap hewan mmlperlihatkan gejala toxoplasmosis. Sebagai contoh
adalah survei yang telah diadakan di Amerika Serikat. Data positif didasarkan kepada penemuan
serodiagnostik dari beberapa hewan peliharaan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 1: Data Positif didasarkan penemuan serodiagnostik
Pada manusia penyakit toxoplasmosis ini sering terinfeksi melalui saluran pencernaan,
biasanya melalui perantaraan makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agent
penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau makan daging
yang belum sempurna matangnya dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis.
Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah
yang biasanya disebut dengan mink, pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi
karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa daging
dari rumah potong hewan.
B. Etilogi Penyakit Toxoplasmosis
Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang
hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka penyakit yang
disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili babesiidae.
No Hewan Yang Terinfeksi Presentase
1 Anjing 59%
2 Kucing 34%
3 Babi 30%
4 Sapi 47%
5 Kambing 48%
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial pada
berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan
dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti
pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, pam-pam, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat
daging licin lainnya.
Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2,4 dan seterusnya,
belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada preparat
ulas dan sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk oval agak panjang dengan kedua Ujung
lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan diantara sel-sel
jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak dibagian
ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, tetapi peneliti-peneliti
belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya.
Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endoteleal, sel alat
tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri 2,4 dan
seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit menyebar melalui
peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya.
Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Cepat
mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati jasad inipun ikut
mati. Toxoplasma membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh
hewan yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan dan dapat bertindak
sebagai penyebar toxoplasmosis.
C. Siklus Hidup Dan Morpologi Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan Ookista.
Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang
memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi
menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit.
Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran
10-100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot
jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran
10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces
kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus atau
gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan clikeluarkan bersama feces kucing.
Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan
ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau
kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok
trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual
tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista
maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.
D. Cara Penularan Toxoplasmosis
Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang
mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui
tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil
yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja
dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui
jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.
Table 2. Frekuensi toxoplasmosis pada penduduk dari berbagai negara.
No. Tempat Frekuensi Peneliti Tahun
1 Taiwan 1,97% Dufee 1975
2 Hongkong 6,20% Ludlam 1969
3 Jepang 16,5% Suzuki 1971
4 Singapura 17,2% Singh 1968
E. Tanda dan Gejala
Pada individu imunokompeten yang tidak hamil, infeksi toxoplasma gondii biasanya tanpa
gejala. Sekitar 10-20% pasien mengembangkan limfadenitis atau sindrom, seperti flu ringan
ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit tenggorokan, limfadenopati dan
ruam. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa meniru mononukleosis menular. Gejala biasanya
dapat hilang tanpa pengobatan dalam beberapa minggu ke bulan, meskipun beberapa kasus dapat
memakan waktu hingga satu tahun. Gejala berat, termasuk myositis, miokarditis, pneumonitis
dan tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan wajah, perubahan refleks parah, hemiplegia
dan koma, tapi jarang. Ensefalitis, dengan gejala sakit kepala, disorientasi, mengantuk,
hemiparesis, perubahan refleks dan kejang, dapat menyebabkan koma dan kematian. Nekrosis
perbanyakan parasit dapat menyebabkan beberapa abses dalam jaringan saraf dengan gejala lesi.
Chorioretinitis, miokarditis, dan pneumonitis juga terjadi. Penularan Toksoplasmosis tidak secara
langsung ditularkan dari orang ke orang kecuali dalam rahim (Institute for International
Cooperation in Animal Biologics, 2005).
Tanda-tanda yang terkait dengan toksoplasmosis yaitu (Medows, 2005):
1) Toxoplasma pada orang yang imunokompeten
Hanya 10-20% dari infeksi toksoplasma pada orang imunokompeten dikaitkan dengan tanda-
tanda penyakit. Biasanya, pembengkakan kelenjar getah bening (sering di leher). Gejala lain bisa
termasuk demam, malaise, keringat malam, nyeri otot, ruam makulopapular dan sakit
tenggorokan.
2) Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah
Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah misalnya, pasien dengan AIDS
dan kanker. Pada pasien ini, infeksi mungkin melibatkan otak dan sistem syaraf, menyebabkan
ensefalitis dengan gejala termasuk demam, sakit kepala, kejang-kejang dan masalah penglihatan,
ucapan, gerakan atau pemikiran. manifestasi lain dari penyakit ini termasuk penyakit paru-paru,
menyebabkan demam, batuk atau sesak nafas dan miokarditis dapat menyebabkan gejala
penyakit jantung, dan aritmia.
3) Toxoplasma Okular
Toksoplasmosis okular oleh uveitis, sering unilateral, dapat dilihat pada remaja dan dewasa
muda, sindrom ini sering merupakan akibat dari infeksi kongenital tanpa gejala atau menunda
hasil infeksi postnatal. Infeksi diperoleh pada saat atau sebelum kehamilan sehingga
menyebabkan bayi toksoplasmosis bawaan. Banyak bayi yang terinfeksi tidak menunjukkan
gejala saat lahir, namun sebagian besar akan mengembangkan pembelajaran dan visual cacat
atau bahkan yang parah, infeksi yang mengancam jiwa di masa depan, jika tidak ditangani.
4) Toksoplasmosis pada wanita hamil
Kebanyakan wanita yang terinfeksi selama kehamilan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit.
Hanya wanita tanpa infeksi sebelumnya dapat menularkan infeksi ke janin. Kemungkinan
penyakit toksoplasmosis bawaan terjadi ketika bayi baru lahir, tergantung pada tahap kehamilan
saat infeksi ibu terjadi. Pada kondisi tertentu, infeksi pada wanita selama kehamilan
menyebabkan abortus spontan, lahir mati, dan kelahiran prematur. Aborsi dan stillbirths juga
dapat dipertimbangkan, terutama bila infeksi terjadi pada trimester pertama. Tanda dan gejalanya
yaitu penglihatan kabur, rasa sakit, fotofobia, dan kehilangan sebagian atau seluruh
keseimbangan tubuh.
5) Toxoplasmosis congenital
Bayi yang terinfeksi selama kehamilan trimester pertama atau kedua yang paling mungkin untuk
menunjukkan gejala parah setelah lahir. Tanda-tandanya yaitu demam, pembengkakan kelenjar
getah bening, sakit kuning (menguningnya kulit dan mata), sebuah kepala yang sangat besar atau
bahkan sangat kecil, ruam, memar, pendarahan, anemia, dan pembesaran hati atau limpa. Mereka
yang terinfeksi selama trimester terakhir biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi pada
kelahiran, tetapi mungkin menunjukkan tanda-tanda toksoplasmosis okular atau penundaan
perkembangan di kemudian hari.
F. Perubahan Makroskopis Pada Penyakit Toxoplasmosis
Sarang-sarang nekrosa dapat ditemukan didalam paru-paru, hati, limpa, anak ginjal dan
sel-sel disekitar sarang-sarang ini mengandung toxoplasmosis yang tergabung dalam koloni-
koloni terminal (Pseudo-cysts) atau parasit-parasit itu terletak bebas dalam jaringan-jaringan.
Toxoplasma banyak dijumpai didalam sel-sel pada pinggir ulkus-ulkus usus.
Didalam otak parasit-parasit terlihat didalam sel-sel glia atau neuron sebagai paraasit-
parasit intra selluler atau sebagai koloni-koloni terminal (pseudo cysts).. Protozoa itu juga berada
bebas dalam jaringan. Reaksi radang umumnya jelas terlihat, sebagai gliosis, mikroglia, atan
astrosit-astrosit. Penyerbukan limfosit-limfosit dalam ruang virchow robin, disamping nekrosa
lokal jaringan otak. Juga terjadi proliferasi sel-sel adventisia, disamping nekrosa lokal jaringan
otak. Perubahan-perubahan itu paling banyak terdapat dalam cortex cerebralis. Parasit itu juga
bisa dijumpai pada selaput otak.
Hati memperlihatkan perdarahan-perdarahan lokal yaitu gambaran degenerasi dan reaksi
seluler disamping sarang-sarang nekrosa tersebut di atas. Parasit-parasit dapat ditemukan
didalam makrofag atau didalam sel-sel hati. Didalam limpa kadang-kadang dijumpai sel-sel
reticulum dan makrofag-makrofag. Parasit-parasit terlihat didalam miokard yakni didalam
makrofag-makrofag atau didalam miofibril. Disamping itu serabut-serabut otot degenerasi.
Toxoplasmosis sekali-sekali ditemukan di dalam mata anjing. Disamping itu juga
memperlihatkan gejala renitis, newritis. Pada unggas toxoplasmosis otak merupakan perubahan-
perubahan yang sering terlihat.
G. Diagnosis Toxoplasmosis
Meskipun insiden infeksi toksoplasmosis tinggi, diagnosis klinis jarang dilakukan karena
tanda klinis dari toxoplasmosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya. Uji laboratorium biasanya
digunakan untuk diagnosis. Hanya mendeteksi antibodi yang spesifik saja tidak cukup karena
banyak manusia dan binatang memiliki titer antibodi. Sebuah infeksi baru dapat menjadi
pembeda dengan deteksi peningkatan jumlah antibodi (seroconversion) dari isotypes yang
berbeda (IgG, IgM, IgA) atau dari sirkulasi. Deteksi parasit yang bebas (takizoit) pada kombinasi
dengan gejala klinis dapat mengkonfirmasikan suatu infeksi, sebagai contoh pada biopsi atau
abortion material. Deteksi kista jaringan (hanya seperti antibodi saja) tidak mengkonfirmasi
infeksi aktif.
Identifikasi Toxoplasma gondii dalam darah atau cairan tubuh (Medows, 2005)
1. Isolasi T. gondii dalam darah atau cairan tubuh (misalnya, CSF, cairan ketuban) dengan
inokulasi kultur jaringan.
2. Fluorescent antibodi atau tachyzooites pewarnaan immunoperoxidase.
3. Reaksi berantai polimerase (PCR) untuk deteksi T. gondii DNA.
4. Serologi
a) ELISA untuk mendeteksi IgG, IgM, IgA atau antibodi IgE
b) IFA deteksi IgG atau IgM.
IgM spesifik tes yang dilakukan bila diperlukan untuk menentukan waktu infeksi, misalnya
dalam sebuah pregnansi. Sebuah tes negatif yang kuat IgM menunjukkan bahwa infeksi ini tidak
baru, tetapi tes IgM positif sulit untuk menginterpretasikan. IgM spesifik toksoplasma dapat
ditemukan hingga 18 bulan setelah infeksi akut dan positif palsu yang umum.
c) Uji aviditas imunoglobulin G.
d) Immunosorbant aglutinasi untuk IgM atau IgA.
e) Uji Sabin-Feldman dye, hemaglutinasi tidak langsung, aglutinasi lateks, aglutinasi dimodifikasi
dan fiksasi komplemen.
5. Pencitraan Radiologi
a) Computed Tomography (CT) atau radiologi dapat menunjukkan toksoplasmosis otak, USG
dapat digunakan pada janin dan kalsifikasi atau ventrikel membesar dalam otak bayi baru lahir.
b) CT atau MRI dapat menunjukkan beberapa kontras, bilateral meningkat ("cincin-lesi") dalam
otak.
H. Diagnosis Toxoplasmosis Kongenital Pada Bayi.
Di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongnital. Penyebab
kelainan kongenital karena infeksi termasuk golongan toxoplasma janin mulai membentuk zat
anti pada akhir trimester pertama, yang terdiri dari IgM zat anti ini biasanya menghilang setelah
1-3 bulan. Zat anti IgM pada bayi didapat dari ibunya melalui plasenta Konsentrasi IgG pada
neonatus berkurang, dan akan naik lagi bila bayi dapat mebuat IgG sendiri pada umur lebih
kurang 3 bulan. Serodiagnosis infeksi kongenital berdasarkan kenaikan jumlah zat anti IgG
spesifik mau deteksi zat anti IgM spesifik. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengingat
kembali kepentingan pemeriksaan zat anti IgG pada paired sera untuk diagnosis toxoplasmosis
kongenital bila zat anti IgG tidak ditemukan.
Pada bulan Januari 1986 Sampai Juni 1988 staf bagian parasitologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia yaitu Srisasi Ganda Husada telah melakukan penelitian tentang
toxoplasmosis yaitu telah memeriksa 99 bayi berumur 1 hari sampai 6 bulan yang tersangka
menderita toxoplasmosis kongenital. Bayi-bayi ini dikirim oleh RS. Dr. Cipto Mangunkusumo,
rumah sakit lain yang ada di Jakarta dan dari dokter-dokter praktek pribadi. Kelainan klinik pada
bayi-bayi yang tersangka toxoplasmosis kongenital ini adalah merupakan trias klasik yaitu
Hidrocephalus, korioretinitis, dan perkapuran otak. Ada bayi yang hanya menunjukkan suatu
kelainan seperti hepatosplenomegali katarak, mikrosefalus, kejang, dan ada yang menunjukkan
lebih dari satu kelainan di atas.
Dari tiap bayi diambil darah vena atan darah tali pusat serum dipisahkan dari gumpalan
darah dan disimpan dalam frezer pada suhu 20C sampai diperiksa 2m anti IgM ditentukan
dengan Elisa dengan menggunakan test kit Eti-Toxox-M reverse dari sorin Biomedica. Dalam
test kit ini tersedia lempeng-lempeng plastik dengan sumur-sumur ini diisi dengan serum kontrol
dan serum pendertia, kemudian diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C. Bila dalam serum
tersebut terdapat IgM spesifik, maka IgM ini akan diikat dan menempel pada dasar sumur.
Cairan dalam sumur-sumur dibuang dan lempeng-lempeng dicuci. Kemudian sumur-sumur
diisi dengan toxoplasmosis entigen yang dibuat dari toxoplasma gondii RH Strain antigen ini
dicanlpur dengan Enzyme tracer yang mengandung IgG terhadap toxoplasma gondii (dari tikus)
yang dikonjugasi pada horse radish peroxydase. Setelah diinkubasi kembali selama 1 jam pada
370C, maka toxoplasma gondii akan terikat pada IgM spesifik dan enzim tracer yang menempel
pada IgG terhadap toxoplasma gondii. Dengan demikian antivitas enzim ini proposional dengan
konsentrasi IgM spesifik dalam serum penderita atau kontrol. Aktivitas enzim diukur dengan
menambahkan Tetra Methilbenzidene chromogen/substrat yang tidak warna. Lempeng-lempeng
diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Enzym dicampur dengan chromogen substrat
menimbulkan warna kuning yang diukur dengan spektrofotometer dengan filter 45Omm setelah
reaksi dihentikan dengan laluran H2SO4In. Yang dianggap positif adalah nilai besar dari pada
Cut off Control.
Zat anti IgG pada bayi yang datang sebelum Juni 1987 di tentukan dengan mikroteknik tes
hemagtutinasi tidak langsung (IHA) menurut Milgram dengan menggunakan antigen dari
laboratorium NAMRU 2 yang dibuat dari RH strain toxoplasma gondii sebelum diperiksa serum
diinativasi pada suhu 56°C selama setengah jam,. Titer dimana masih tampak aglutinasi. Mulai
Juni 1987 telah tersedia Toxo Elisa Test Kit dari MA Bio product dan untuk penentuan zat anti
IgG lalu digunakan Test Kit tersebut. Dalam Test Kit tersebut digunakan lempeng-lempeng
plastik dengan sumur-sumur yang telah dilapisi dengan antigen toxoplasma gondii.
Sumur-sumur ini diisi dengan senun kontrol dan serum penderita. Kemudian diinkubasi 45
menit pada suhu kamar. Bila serum yang diperiksa mengandung zat anti IgG spesifik maka zat
anti ini terikat pada antigen. Setelah dicuci sumur-sumur diisi dengan antihuman IgG yang
dikonjugasi pada enzim alkalin fosfatase. Lempeng-lempeng diinkubasi selama 45 menit pada
subu kamar. Konjugat ini akan terikat pada IgG spesifik (bila) ada pada dasar sumur diisi dengan
substat P-nitro fenifostat. Setelah diinkubasi kembali selama 45 menit subtract akan dihirrolisa
oleh enzim yang menimbulkan warna kuning. Setelah reaksi dihentikan dengan larutan Na OH I
N perubahan warna dibaca dengan spektrofotometer dengan filter 405 mm. Intentitas perubahan
warna sejajar dengan jumlah IgG spesifik. Yang dianggap positif adalah nilai yang sama dengan
atau lebih besar dapat pada 0,21.
Hasil penelitiannya yaitu dari 99 terdapat 79 bayi yang tersangka toxoplasmosis
kongenital. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan IgM pada 79 Bayi Tersangka Toxoplasmosis Kongenital.
Pada Tabel 3 di atas dapat dilihat, bahwa IgM spesifik ditemukan pada 8 bayi (10,1) yaitu
4 bayi berumur 2 hari sampai 5 bulan yang secara berturut-turut menunjukkan kelainan
kongenital multipel dan hepatospenomegali, anemia gravis dan demam, mikro sephalus,
khorioretinitis dan katarak. Pemeriksaan IgG dengan Elisa menunjukkan nilai positif tinggi pada
keempat bayi tersebut yaitu 0,73-0,82-1,22-0,97. Pemeriksaan IgG pada 4 bayi lainnya dilakukan
dengan test IHA dengan hasil titer 1:1024 (t.) pada bayi berumur 6 bulan dengan kelainan
kongenital multipel, titer 1:64 pada bayi berumur 6 bulan.
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan IsM dan IgG Pada 8 bayi dengan Diagnosis Serologik
Toxoplasmosis Kongenital.
Hasil Yang Didapat Jumlah Persentase (%) Positif 8 10,1 Negatif 71 89,9
Jumlah
79 100
Dari tabel di atas dapat dilihat diagnosis toxoplasmosis kongenital pada 8 bayi dengan
det.eksi IgM + dan IgG di dapat basil yang berbeda antara pemeriksaan dengan IgM dan IgG.
Menurut Remington dkk, (1980) IgM menghilang 3-4 bulan setelah muncul dalam serum, tetapi
kadang-kadang dapat ditemukan lebih lama. Desmonts dkk, 1975 seperti dikutip Vejtorp (1980)
menemukan zat antigen IgM hanya pada 25% bayi dengan toxoplasmosis kongenital.
Penanganan
Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui dari pemeriksaan USG, yaitu terdapat cairan
berlebihan pada perut (asites), perkapuran pada otak atau pelebaran saluran cairan otak
(ventrikel). Sebaliknya bisa saja sampai lahir tidak menampakkan gejala apapun, namun
kemudian terjadi retinitis (radang retina mata), penambahan cairan otak (hidrosefalus), atau
perkapuran pada otak dan hati.
Pemeriksaan awal bisa dilakukan dengan pengambilan jaringan (biopsi) dan pemeriksaan
serum (serologis). Umumnya cara kedua yang sering dilakukan. Pada pemeriksaan serologi akan
dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya reaksi imun dalam darah, dengan cara
mendeteksi adanya IgG (imunoglobulin G), IgM, IgA, IgE. Pemeriksaan IgM untuk ini
mengetahui infeksi baru. Setelah IgM meningkat, maka seseorang akan memberikan reaksi imun
berupa peningkatan IgG yang kemudian menetap. IgA merupakan reaksi yang lebih spesifik
untuk mengetahui adanya serangan infeksi baru, terlebih setelah kini diketahui lgM dapat
menetap bertahun-tahun, meskipun hanya sebagian kecil kasus.
Sebenarnya sebagian besar orang telah terinfeksi parasit toksoplasma ini. Namun sebagian
besar diantaranya telah membentuk kekebalan tubuh sehingga tidak berkembang, dan parasit
terbungkus dalam kista yang terbentuk dari kerak perkapuran (kalsifikasi). Sehingga wanita
hamil yang telah memiliki lgM negatif dan lgG positif berarti telah memiliki kekebalan dan tidak
Umur IgM + IgG Gejala 2 hari 0,62 0,73 Kelainan kongenital
multipel + hepatosple nomegali
2 bulan 0,36 0,82 H. Spenomegali + anemia
3 bulan 0,67 1,22 Mikrosefalus 5 bulan 0,28 0,97 Khorioretinitis +
Katarak 6 bulan 0,28 - Kelainan kongenital 4,5 bulan 0,28 64 Atropi orak kiri 5,6 bulan 0,36 32 Kelainan mata 6 hari 0,33 8 Hiperbilirubinemia
perlu khawatir terinfeksi. Sebaliknya yang memiliki lgM dan lgG negatif harus melakukan
pemeriksaan secara kontinyu setiap 3 bulan untuk mengetahui secara dini bila terjadi infeksi.
Bagaimana bila lgM dan lgG positif ? Untuk ini disarankan melakukan pemeriksaan ulang.
Bila ada peningkatan lgG yang signifikan, diduga timbul infeksi baru. Meski ini jarang terjadi,
tetapi adakalanya terjadi. Untuk lebih memastikan akan dilakukan juga pemeriksaan lgA.
Pemeriksaan bisa juga dilakukan dengan PCR, yaitu pemeriksaan laboratorium dari sejumlah
kecil protein parasit ini yang diambil dari cairan ketuban atau darah janin yang kemudian
digandakan.
Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu lgM dan lgA positif, harus segera dilakukan
penanganan sedini mungkin. Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian sulfa dan
pirimethamin atau spiramycin dan clindamycin. Sulfa dan pirimethamin dapat menembus
plasenta dengan baik sehingga dianjurkan untuk pengobatan pertama. Terapi harus dilakukan
terus sampai persalinan. Bahkan setelah persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila
didapat lgM positif maka bisa dipakstikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif sekalipun,
tetap harus dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengan pemeriksaan dan pengobatan
secara dini penularan pada bayi akan bisa ditekan seminimal mungkin. Selain itu pengobatan dini
yang tepat saat awal kehamilan akan menurunkan secara signifikan kemungkinan janin
terinfeksi.
I. Pencegahan Toxoplasmosis
Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit
toksoplasmosis, antara lain (Chin, 2000):
1. Mendidik ibu hamil tentang langkah-langkah pencegahan:
a. Gunakan iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 1500F (660C) sebelum dimakan.
Pembekuan daging tidak efektif untuk menghilangkan Toxoplasma gondii.
b. Ibu hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak dengan kucing.
Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci tangan setelah kerja dan sebelum makan.
2. Makanan kucing sebaiknya kering, kalengan atau rebus dan mencegah kucing tersebut berburu
(menjaga mereka sebagai hewan peliharaan dalam ruangan)
3. Menghilangkan feses kucing (sebelum sporocyst menjadi infektif). Feses kucing dapat dibakar
atau dikubur. Mencuci tangan dengan bersih setelah memegang material yang berpotensial
terdapat Toxoplasma gondii.
4. Cuci tangan sebelum makan dan setelah menangani daging mentah atau setelah kontak dengan
tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing.
5. Control kucing liar dan mencegah mereka kontak dengan pasir yang digunakan anak-anak untuk
bermain.
6. Penderita AIDS yang telah toxoplasmosis dengan gejala yang parah harus menerima pengobatan
profilaksis sepanjang hidup dengan pirimetamin, sulfadiazine dan asam folinic.
J. Pengobatan Toxoplasmosis
Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan
trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus p-amino
asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg
per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari selama
sebulan.
Karena efek samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan
untuk menambahkan asam folat dan yeast selama pengobatan. Trimetoprimn juga temyata efektif
untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara
pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah efektifitasnya.
Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek sampingnya
kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang dianjurkan ialah
2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan
pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu
atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai
sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan terhadap bayi
yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di
berbagai negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali Input dari
pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya memberikan beban berat bagi
masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris
cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasmagondii
akan dapat diketahui status penyakit penderita.
Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang
hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka penyakit yang
disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili babesiidae.
Tanda-tanda yang terkait dengan toksoplasmosis tanpa gejala. Pasien mengembangkan
limfadenitis atau sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit
kepala, sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam. myositis, miokarditis, pneumonitis dan
tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan wajah, perubahan refleks parah, hemiplegi, koma,
dan ensefalitis.
Diagnosis dapat dilakukan dengan cara Isolasi, pewarnaan immunoperoxidase, PCR,
serologi, dan pencitraan radiologi.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pendidikn pada ibu hamil, memperhatikan makanan kucing,
menghilangkan feses kucing, PHBS, kontrol kucing liar, dan pengobatan profilaksis pada
penderita AIDS.
B. Saran
1. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil trimester pertama akan
kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.
2. Bagi wanita yang mengindap toxoplasmosis sebaiknya tidak hamil dahulu sampai sembuh atau
virus dalam keadaan istirahat.
3. Ibu hamil sebaiknya menghindari kontak langsung deng kucing.
4. Gunakanlah iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 1500F (660C) sebelum dimakan.
DAFTAR PUSTAKA
http://keluargacemara.com/wp-content/upload/04-055fi-jpg
http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/infeksi-kehamilan-karena-
toxoplasma.html#ixzz1pe3XIgdB
http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/05/makalah-toxoplasmosis.html
http://www.totalkesehatananda.com/toxoplasmosis1.html
http://www.vet-indo.com/Kasus-Medis/Pengertian-Toxoplasmosis.html
TOXOPLASMOSIS PADA BAYI BARU LAHIR
SMF/BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANDUNG
2005
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu organisme yang dapat menyebabkan infeksi pada fetus dan sering timbul pada bayi baru lahir
sebagai penyakit yang bersifat lokal ataupun general adalah Toxoplasma gondii. Infeksi yang disebabkan
oleh parasit ini lebih dikenala dengan nama toxoplasmosis, yang dapat menyerang ibu ataupun bayi
yang sedang dalam masa kehamilan, dan dapat menyerang bayi yang sudah lahir.
Prevalensi dari toxoplasmosis sangatlah beragam sesuai usia dan lokasi geografis. Di Amerika
Serikat 50-85% wanita pada usia asuh memiliki resiko tinggi terhadap toxoplasmosis akut selama
kehamilan. Dalam periode satu tahun, telah dilakukan skrining terhadap IgG spesifik-toxoplasma pada
bayi baru lahir dengan prinsip bahwa IgG dari ibu dapat melewati plasenta, maka prevalensi dari IgG
spesifik tersebut pada bayi baru lahir mencerminkan seroprevalensi dari ibu. Telah ditemukan 17% dari
90.000 spesimen dari bayi baru lahir memiliki IgG terhadap T.gondii mengindikasikan bahwa 83% ibu
memiliki resiko tinggi terhadap infeksi akut.
Menegakkan diagnosa penyakit ini secara klinis maupun laboratoris sangatlah penting untuk
menentukan rencana terapi dan prognosa. Hal ini bergantung pada pengetahuan tentang epidemiologi,
patologi, dan manifestasi klinis. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut mengenai etiologi, patologi,
manifestasi klinis, diagnosa, terapi, serta prognosa dari toxoplasmosis pada bayi baru lahir.
BAB II
TOXOPLASMOSIS PADA BAYI BARU LAHIR
DEFINISI
Toxoplasma gondii adalah suatu protozoa parasit intraseluler yang dapat menyebabkan infeksi pada fetus dan sering timbul pada bayi baru lahir sebagai penyakit yang bersifat lokal ataupun general, berbentuk bulan sabit, dengan panjang 4-7μm, dan memiliki nukleus tunggal yang terletak sentral
Toxoplasmosis merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh karena infeksi Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii merupakan parasit protozoa intraseluler obligat yang selain menginfeksi manusia juga dapat menginfeksi hewan. Kucing domestik merupakan pejamu definitif dari Toxoplasma gondii.
Organisme ini muncul dalam tiga bentuk: oosit, tropozoit, dan kista (bradizoit). Oosit diekskresikan melalui feses kucing, dan apabila termakan akan menginvasi mukosa gastrointestinal dan sirkulasi darah dalam bentuk tropozoit, kemudian organisme ini akan membentuk kista yang akan bertahan di berbagai organ tubuh. Pada jaringan, organisme ini terletak intraseluler, dan sering ditemukan pada otak, otot rangka, dan otot jantung.
INSIDENSI
Data yang diperoleh dari National Collaborative Perinatal Project (NCPP) menunjukkan angka
seroprevalensi toxoplasma 38,7% dari 22.000 wanita di Amerika Serikat, dan insidensi infeksi akut pada
ibu selama kehamilan diperkirakan 1,1/1000.
Menurut penelitian terakhir, insidensi dari infeksi toxoplasma kongenital di Amerika Serikat
mencapai 1-8/1000 kelahiran. Transmisi vertikal T.gondii dari ibu ke bayi berkisar antara 30-40%, namun
angka tersebut sangat bervariasi menurut usia hehamilan dimana infeksi akut tersebut muncul. Angka
transmisi rata-rata pada trisemester pertama sekitar 15%, namun meningkat hingga mencapai 60% pada
trisemester ketiga.
Berdasarkan program skrining yang dilakukan di Massachusetts dan New Hampshire untuk
mendeteksi toxoplasmosis kongenital, ditemukan 9 dari 48 bayi baru lahir memiliki kelainan pada sistem
saraf pusat dan retina, Setelah perawatan, hanya 1 dari 46 anak yang terdeteksi menderita defisit
neurologis, dan 4 anak menderita lesi pada mata. Program penelitian yang lain juga melaporkan adanya
perbaikan dengan perawatan sedini mungkin. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bahwa
diagnosa dan perawatan secara dini dapat mengurangi secara signifikan resiko defisit neurologis pada
bayi dan anak yang terinfeksi.
PATOFISIOLOGISelama terinfeksi, seekor kucing mengeluarkan kurang lebih 1 juta oosit perhari melalui feses hingga 2 minggu lamanya. Cara penularan pada manusia terjadi dengan 2 cara; horizontal dan vertikal.
Cara penularan yang paling sering terjadi adalah secara horizontal, melalui daging yang dimasak kurang matang, atau lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi oosit dari feses kucing. Manusia menjadi mudah terinfeksi apabila mereka kekurangan antibodi spesifik terhadap organisme ini. Imunitas humoral dan seluler sangatlah berperan dalam pertahanan tubuh. Pada saat parasitemia akut, organisme ini menginvasi jaringan dimana oosit akan dibentuk.
Toxoplasmosis kongenital merupakan cara penularan Toxoplasma secaza vertikal yang disebabkan karena invasi dari parasit ke pembuluh darah fetus selama masa parasitemia ibu, karena sebagian besar organ ibu, termasuk plasenta, sudah terinfeksi oleh organisme tersebut. Tropozoit yang sudah beredar di sistem peredaran darah ibu akan menembus barier plasenta dan menginfeksi fetus.
PATOLOGI
Pada bayi baru lahir, lokus primer dari organisme ini adalah pada susunan saraf pusat. Lesinya terdiri dari area nekrotik dengan deposit kalsium yang tinggi dimana terdapat oosit atau parasit didalamnya. Lesi serupa dapat juga ditemukan pada hepar, paru-paru, otot jantung, otot rangka, limpa, dan jaringan-jaringan lain. Reaksi inflamasi seluler yang terjadi sangat minimal, terutama terdiri dari limfosit, monosit, dan sel plasma. Gambaran patologis dari infeksi ini tidak spesifik kecuali organisme atau oositnya dapat ditemukan.
MANIFESTASI KLINISIBU
Gejala-gejala dari infeksi toxoplasma akut pada wanita hamil dapat bersifat sementara dan tidak
spesifik, dan sebagian besar kasus menjadi tidak terdiagnosa tanpa tersedianya skrining antibodi
universal. Ketika gejala-gejala timbul, biasanya terbatas pada limfadenopati dan kelelahan; adenofati
dapat menetap selama berbulan-bulan dan melibatkan suatu nodus limfatikus tunggal. Kadang dapat
pula ditemukan sindrom mirip mononukleosis dengan karakteristik berupa demam, malaise,
tenggorokan gatal, nyeri kepala, mialgia, dan limfositosis atipikal.
ANAK
Seorang anak dengan infeksi toxoplasma kongenital dapat muncul dengan satu dari empat pola
yang dikenal dengan: (1) penyakit neonatus simptomatik; (2) penyakit simptomatik yang timbul pada
bulan pertama kehidupan; (3) sekuele atau relaps; dan (4) infeksi subklinis.
Kebanyakan anak dengan toxoplasmosis kongenital tidak menunjukkan gejala atau kelainan yang
nyata pada waktu lahir. Mengenai apakah infeksi kongenital ini menggambarkan reaktifasi dari infeksi
Toxoplasma sebelumnya atau infeksi yang baru didapat belum dapat dipastikan, namun gambaran
riwayat penyakit dari anak dengan infeksi kongenital menunjukkan bahwa perawatan prenatal dan
postnatal selama paling sedikit satu tahun dapat meningkatkan kualitas hidup secara signifikan, bahkan
pada anak dengan kalsifikasi susunan saraf pusat atau kelainan retina.
Secara umum manifestasi klinis dari toxoplasmosis dibagi menjadi 2; manifestasi sistemik dan
neurologik. Yang digolongkan ke dalam manifestasi sistemik meliputi demam, hepatosplenomegali,
anemia, serta pneumonitis yang terjadi karena adanya parasitemia. Sedangkan kelainan-kelainan seperti
korioretinitis, hidrosefalus, serta serangan kejang tergolong manifestasi neurologik, yang terjadi karena
adanya invasi parasit melewati barier otak, maupun deposit dari kista parasit di jaringan otak.
Trias klasik dari toxoplasmosis kongenital, yaitu korioretinitis, hidrosefalus, dan kalsifikasi intrakranial, hanya ditemukan dalam proporsi yang sedikit pada kasus-kasus simptomatik. Demam, hepatosplenomegali, anemia, dan ikterik merupakan tanda-tanda yang lebih sering muncul. Bercak-bercak merah, trombositopenia, eosinofilia, dan pneumonitis kadang dapat ditemukan. Cairan spinal sering mengalami abnormalitas.
Keterlibatan sistem neurologis dan okular seringkali timbul kemudian apabila tidak ditemukan
pada saat kelahiran. Kejang, retardasi mental, dan kekakuan adalah sekuele yang sering ditemukan.
PEMERIKSAAN PENUNJANGKultur organisme membutuhkan waktu yang lama dan mahal, karena itu diagnosa laboratorium
bergantung pada interpretasi berbagai tes serologis. Terdapat berbagai tes serologis yang bermakna
untuk antibodi terhadap T.gondii seperti tes Sabin-Feldman, Indirect Fluorescent Antibody (IFA), dan
ELISA. IFA dan ELISA digunakan untuk mengukur kadar antibodi IgM. Sama seperti infeksi kongenital
lainnya, positif palsu dari titer antibodi IgM dapat juga disebabkan oleh faktor rheumatoid, oleh karena
itu tes Hemaglutinasi Indirek dan Fiksasi Komplemen harus dilakukan untuk menegakkan diagnosa,
namun tes-tes tersebut lebih sulit untuk diinterpretasi. Deteksi antibodi IgA terhadap P30, protein
mayor permukaan dari T.gondii, dilaporkan baru-baru ini lebih sensitif daripada deteksi antibodi IgM
anti-P30 dalam mengidentifikasi infeksi kongenital pada infant.
Antibodi dihasilkan selama masa infeksi akut pada ibu dan bertahan tetap tinggi atau turun
perlahan-lahan dalam waktu satu tahun. Titer antibodi tunggal yang tinggi bermakna, tapi tidak
membuktikan adanya infeksi. Diagnosa serologis dari infeksi akut membutuhkan kenaikan titer antibodi
pada sampel serial yang diambil dengan rentang paling sedikit 3 minggu pada satu fasilitas laboratorium
yang sama.
Pada tahun pertama, titer antibodi pada bayi yang tidak terinfeksi akan menurun dengan waktu
paruh kurang lebih 30 hari. Pada bayi yang terinfekasi, titer antibodi dapat turun pada beberapa bulan
pertama, namun akan meningkat kembali sampai level yang tinggi. Antibodi IgM anti-Toxoplasma dapat
muncul pada waktu lahir maupun pada bulan-bulan selanjutnya. Titer antibodi Toxoplasma yang negatif
pada usia 6 bulan sampai 1 tahun secara esensial menyingkirkan diagnosa toxoplasmosis kongenital. IgG
spesifik dalam serum bayi berasal dari ibu menurun 50% setiap bulan, tetapi dapat menetap sampai bayi
berumur 1 tahun. IgG mulai mulai disintesa pada umur 3 bulan pada bayi yang mendapat pengobatan.
Ketika gejala-gejala dan bukti serologis infeksi Toxoplasma terdeteksi selama kehamilan, infeksi pada fetus sudah dapat ditegakkan. Diagnosa pada fetus yang spesifik dilakukan dengan deteksi antibodi IgM anti-Toxoplasma dan dengan isolasi parasit dari darah fetus atau cairan amnion pada usia kehamilan 20-26 minggu. Pada ibu hamil dengan infeksi, infeksi fetus sebelum usia kehamilan 20 minggu sulit untuk ditegakkan karena respon imunologis fetus yang masih rendah, namun tes PCR, yang memiliki target genom B1 dari T.gondii, dapat mendiagnosa secara lebih akurat infeksi pada fetus sebelum usia kehanilan 20 minggu.
Ultrasonografi antenatal juga dapat berguna untuk mengidentifikasi kelainan-kelainan pada fetus
yang terinfeksi. Sekitar 36% fetus dengan kelainan dapat diidentifikasi. Kelainan yang paling sering
dijumpai adalah dilatasi ventrikular simetris yang bilateral. Abnormalitas lain yang dapat dideteksi pada
saat antenatal meliputi kalsifikasi intrakranial, peningkatan ketebalan plasenta, hepatomegali, dan
asites.
PENATALAKSANAANIBU DAN FETUS YANG TERINFEKSI
Terapi maternal untuk wanita yang memperoleh infeksi toxoplasma selama kehamilan
mengurangi peluang terjadinya transmisi kongenital hingga 70%. Skrining sebelum hamil atau pada awal
kehamilan diperlukan untuk mendeteksi wanita dengan resiko terinfeksi. Apabila seorang ibu hamil
terdeteksi terinfeksi toxoplasma, maka dapat diberikan terapi maternal berupa spiramycine 3 gram per
hari. Terapi ini terus dilanjutkan selama kehamilan. Perlu juga dilakukan evaluasi tentang kemungkinan
infeksi pada fetus.
Ketika infeksi pada fetus sudah dapat ditegakkan, terapi maternal diganti dengan kemoterapi anti-
Toxoplasma kombinasi, regiman yang digunakan adalah pyrimethamine 50 mg per hari dan sulfadiazine
3 gram per hari setelah usia kehamilan 24 minggu. Preparat asam folat juga dapat diberikan untuk
mencegah timbulnya efek samping akibat pemberian pyrimethamine.
BAYI BARU LAHIR
Pada bayi baru lahir dengan infeksi Toxoplasma, dapat diberikan kemoterapi anti-Toxoplasma
kombinasi yang terdiri dari pyrimethamine 1mg/kgBB per hari selama 2 bulan dilanjutkan dengan 1
mg/kgBB tiap 2 hari selama 10 bulan, sulfadiazine 50 mg/kgBB per hari, serta asam folat 5-10 mg 3 kali
seminggu untuk mencegah efek samping dari pyrimethamine.
Selain pemberian obat-obatan, follow up yang teratur juga diperlukan untuk mendeteksi
manifestasi penyakit lebih awal, melakukan terapi tambahan atau modifikasi terapi bila diperlukan, dan
menentukan prognosa.
Hitung darah lengkap 1-2 kali per minggu untuk pemberian dosis pyrimethamine harian dan 1-2
kali per bulan untuk pemberian dosis pyrimethamin tiap 2 hari dilakukan untuk memonitor efek toksik
dari obat.
Diperlukan pula pemeriksaan pediatrik yang lengkap, meliputi pemeriksaan perkembangan saraf
setiap bulan, pemeriksaan oftalmologi setiap 3 bulan sampai usia 18 bulan kemudian setiap tahun sekali,
serta pemeriksaan neurologis tiap 3-6 bulan sampai usia 1 tahun.
PROGNOSABayi yang terinfeksi toxoplasma sejak lahir apabila tidak dirawat akan memiliki prognosa yang
buruk. Pada beberapa kasus yang tidak mendapatkan perawatan, didapatkan perkembangan menjadi
korioretinitis, kalsifikasi serebral, serangan kejang, dan retardasi psikomotor.
Kini, manfaat dari diagnosa dini pada periode antenatal, terapi antenatal, dan terapi setelah bayi
lahir sudah terbukti dalam menurunkan frekuensi dari sekuele neurologis mayor.
KESIMPULAN
Toxoplasma gondii adalah salah satu organisme yang dapat menyebabkan infeksi pada fetus dan sering
timbul pada bayi baru lahir sebagai penyakit yang bersifat lokal ataupun general
Prevalensi dari toxoplasmosis sangatlah beragam sesuai usia dan lokasi geografis. Insidensi dari
infeksi Toxoplasma kongenital di Amerika Serikat mencapai 1-8/1000 kelahiran. Transmisi vertikal
T.gondii dari ibu ke bayi berkisar antara 30-40%.
Trias klasik dari toxoplasmosis kongenital, yaitu korioretinitis, hidrosefalus, dan kalsifikasi
intrakranial. Kejang, retardasi mental, dan kekakuan adalah sekuele yang sering ditemukan.
Terdapat berbagai tes serologis yang bermakna untuk mendeteksi antibodi terhadap T.gondii
seperti Tes Sabin-Feldman, Indirect Fluorescent Antibody (IFA), dan ELISA.
Bila IgM positif, merupakan bukti kuat adanya infeksi kongenital, tetapi IgM negatif tidak
menyingkirkan diagnosis. IgM menjadi positif 1-2 minggu setelah terinfeksi dan menetap beberapa
bulan sampai tahun. IgG spesifik dalam serum bayi berasal dari ibu menurun 50% setiap bulan, tetapi
dapat menetap sampai bayi berumur 1 tahun. IgG mulai mulai disintesa pada umur 3 bulan pada bayi
yang mendapat pengobatan. IgA serum lebih sensitif untuk mendeteksi infeksi toksoplasma kongenital
dibandingkan dengan IgM.
Apabila seorang ibu hamil terdeteksi terinfeksi Toxoplasma, maka dapat diberikan terapi maternal
berupa spiramycine 3 gram per hari. Ketika infeksi pada fetus sudah ditegakkan, terapi maternal diganti
dengan kemoterapi anti-Toxoplasma kombinasi, regiman yang digunakan adalah pyrimethamine 50 mg
per hari dan sulfadiazine 3 gram per hari setelah usia kehamilan 24 minggu ditambah dengtan preparat
asam folat untuk mencegah timbulnya efek samping akibat pemberian pyrimethamine.
Pada bayi baru lahir dengan infeksi toxoplasma, diberikan kemoterapi anti-Toxoplasma kombinasi yang terdiri dari pyrimethamine 1mg/kgBB per hari selama 2 bulan dilanjutkan dengan 1 mg/kgBB tiap 2 hari selama 10 bulan, sulfadiazine 50 mg/kgBB per hari, serta asam folat 5-10 mg 3 kali seminggu.
Selain pemberian obat-obatan, follow up yang teratur juga diperlukan untuk mendeteksi
manifestasi penyakit lebih awal, melakukan terapi tambahan atau modifikasi terapi bila diperlukan, dan
menentukan prognosa.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. Philadelphia: Saunders. 2004.
Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR. Manual of Neonatal Care, 5th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2004.
Gomella TL, et al. A Lange Clinical Manual. Neonatology: Management, Procedures, On-Call Problems, Diseasea, and Drugs, 5th edition. New York: McGraw-Hill. 2004.
Taeusch HW, Ballard RA. Avery’s Diseases of The Newborn, 7th edition. Philadelphia: Saunders. 1998.
TOXOPLASMOSIS PADA IBU HAMILPosted: Oktober 22, 2010 in askeb IV patologi Kaitkata:askeb IV patologi, askeb IV patologi TOXOPLASMOSIS PADA IBU HAMIL, askeb IV patologis, makalah, TOXOPLASMOSIS PADA IBU HAMIL
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di negara beriklim lembab, penyakit parasit masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang matang. Di Indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan keadaan sanitasi lingkungan dan banyaknya sumber penularan.
Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada manusia yang biasanya terjadi melalui kontak dengan tinja kucing, makan makanan mentah, atau makanan daging yang terkontaminasi dengan toxo ini. . Infeksi yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia, pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif.
Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi penyakit ini.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi infeksi toxoplasmosis2. Untuk mengetahui patofisiologi infeksi toxoplasmosis3. Untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi toxoplasmosis4. Untuk mengetahui cara mendiagnosa infeksi toxoplasmosis5. Untuk mengetahui dampak infeksi toxoplasmosis dalam kehamilan6. Untuk mengetahui pencegahan infeksi toxoplasmosis dalam kehamilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi infeksi toxoplasmosis
Infeksi toxoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii. Semua orang bisa terkena infeksi toxoplasma. Yang menjadi sumber infeksi toxoplasma adalah:
1. 1. Tinja / kotoran kucing2. 2. Hewan potong yang terinfeksi
3. 3. Ibu yang terinfeksi saat hamil4. 4. Organ / donor yang terinfeksi
Seseorang dapat terinfeksi toxoplasma jika :
1. 1. Makan sayuran / buah yang terkontaminasi tinja kucing yang terinfeksi2. 2. Makan daging mentah / kurang matang3. 3. Penularan dari ibu ke janin4. 4. Transplantasi organ5. 5. Tranfusi darah
Infeksi toxoplasmosis tidak berbahaya bila mengenai orang dewasa dan anak-anak yang sistem kekebalanya berfungsi baik, tapi berbahaya bagi janin apabila ibu yang sedang hamil mengalami infeksi primer (infeksi yang pertama kali sepanjang hidupnya) atau seseorang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.
B. Patofisiologi infeksi toxoplasmosis
Parasit toksoplasma cenderung untuk masuk ke dalam sel organ ( intrasel ) tubuh manusia dan terdapat dalam tiga bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang beredar dalam darah, bentuk ookista yang dikeluarkan dalam tinja kucing, dan bentuk kista yang menetap dalam jaringan tubuh seperti paru, jantung, otot, dan otak. Bentuk kista berupa sebuah kantung yang di dalamnya berisi beribu-ribu trofozoit T gondii. Kucing adalah tempat hidup utama parasit toxoplasma, parasit ini dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Adapun dalam tubuh manusia, unggas dan hewan ternak lain sebagai hospes perantara, parasit ini berkembang biak secara aseksual, yaitu kemampuan untuk berkembang biak dengan cara membelah diri.
Di tanah yang tercemar, ookista (toxoplasma) dapat dibawa oleh lalat, kecoak, semut atau cacing tanah ke berbagai tempat di kebun. Ookista dapat menempel di sayuran, buah-buahan atau termakan oleh hewan ternak seperti ayam, kambing, anjing, sapi, dan menembus epitel usus, berkembang biak dengan membelah diri serta menetap dalam bentuk kista pada organ hewan tersebut.
Bentuk parasit T gondii seperti batang melengkung dengan ukuran lebih kecil dari sel darah merah (3-6 mm) bergerak dengan gerakan aktinomisin di bawah membran plasma, dapat menembus sel secara aktif masuk ke berbagai jaringan seperti otot, otak, mata, dan usus. Kucing yang menderita toksoplasmosis akan mengeluarkan beribu-ribu ookista yang tetap infektif selama berbulan-bulan di tanah yang tidak terkena sinar matahari.
Ookista yang tertelan akan membentuk trofozoit dan ikut aliran darah serta memasuki sel berinti organ tubuh atau membentuk kista. Manusia dapat terinfeksi bila menelan ookista atau makan daging ternak seperti ayam, kambing atau sapi yang mengandung kista dan tidak dimasak matang.
C. Tanda dan Gejala infeksi toxoplasmosis
Secara umum, infeksi Toxoplasma tidak menunjukkan gejala klinis sehingga diagnosis terhadap penyakit ini sering terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari. Umumnya, penderita hanya merasa demam ringan, lemas, mual, dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi parasit ini pada manusia sehat tidak menyebabkan sakit berat karena sistem kekebalan tubuh dapat menghancurkan parasit ini. Pada keadaan di mana terjadi penurunan kekebalan seperti pada penyakit AIDS, pemakaian kortikosteroid jangka lama, dan penderita keganasan dengan kemoterapi, maka parasit yang semula diam dalam bentuk kista dapat pecah dan tiba-tiba mengganas serta mematikan.
D. Cara mendiagnosa infeksi toxoplasmosis
Toksoplasma dapat ditegakkan dengan mengidentifikasi parasit di sekresi jaringan, cairan tubuh atau adanya peninggian titer antibodi yang sangat tinggi sampai delapan kali. Pada kasus-kasus terbatas dan hanya menggunaan test tunggal dengan peninggian titer antibodi IgM, seseorang sudah dikatakan terinfeksi akut toksoplasma . Walaupun secara klinis diagnosis penyakit ini sulit ditegakkan, tetapi dapat mudah diketahui apakah seseorang bebas dari penyakit, sedang sakit atau telah kebal, melalui pemeriksaan darah terhadap antibodi Toxoplasma dengan teknik Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Pemeriksaan darah seperti ini dapat dilakukan di banyak laboratorium kesehatan, sayangnya biayanya cukup mahal, sehingga pemeriksaan ini benar-benar dilakukan pada kelompok wanita yang berisiko tinggi, seperti kelompok wanita yang memelihara kucing, suka makan daging tidak matang, dan adanya abortus ataupun ada riwayat kematian janin dalam rahim.
Pemeriksaan laboratorium :
1. pemeriksaan parasit secara langsung : rumit, tidak praktis, butuh waktu lama, mahal.2. pemeriksaan antibodi spesifik Toxoplasma : IgG, IgM dan IgG affinity
IgM adalah antibodi yang pertama kali meningkat di darah bila terjadi infeksi Toxoplasma. IgG adalah antibodi yang muncul setelah IgM dan biasanya akan menetap seumur hidup pada orang yang terinfeksi atau pernah terinfeksi. IgG affinity adalah kekuatan ikatan antara antibodi IgG dengan organisme penyebab infeksi. Manfaat IgG affinity adalah pada keadaan IgG dan IgM positif diperlukan pemeriksaan IgG avidity untuk memperkirakan kapan infeksi terjadi, apakah sebelum atau pada saat hamil. Infeksi yang terjadi sebelum kehamilan tidak perlu dirisaukan, hanya infeksi primer yang terjadi pada saat ibu hamil yang berbahaya, khususnya pada Trimester I. Tes toksoplasma yang perlu dilakukan idealnya :
1. Sebelum hamil tes IgG2. Saat hamil, sedini mungkin (bila belum pernah atau hasil sebelumnya negatif) IgG dan IgM
Toxoplasma .
Bila hasil negatif, diperlukan pemantauan setiap 3 bulan pada sisa kehamilan
Interpretasi datanya adalah :
1. bila IgG (-) dan IgM (+)
Kasus ini jarang terjadi, kemungkinan merupakan awal infeksi. Harus diperiksa kembali 3 minggu kemudian dilihat apakah IgG berubah jadi (+). Bila tidak berubah, maka IgM tidak spesifik, yang bersangkutan tidak terinfeksi Toxoplasma.
1. 2. bila IgG (-) dan IgM (-)
Belum pernah terinfeksi dan beresiko untuk terinfeksi. Bila sedang hamil, perlu dipantau setiap 3 bulan pada sisa kehamilan (dokter mengetahui kondisi dan kebutuhan pemeriksaan anda). Lakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi infeksi.
1. 3. bila IgG (+) dan IgM (+)
Kemungkinan mengalami infeksi primer baru atau mungkin juga infeksi lampau tapi IgM nya masih terdeteksi (persisten = lambat hilang).Oleh sebab itu perlu dilakukan tes IgG affinity langsung pada serum yang sama untuk memperkirakan kapan infeksinya terjadi, apakah sebelum atau sesudah hamil.
1. bila IgG (+) dan IgM (-)
Pernah terinfeksi sebelumnya, bila pemeriksaan dilakukan pada awal kehamilan, berarti infeksinya terjadi sudah lama (sebelum hamil) dan sekarang telah memiliki kekebalan, untuk selanjutnya tidak perlu diperiksa lagi.
Bila ada pertimbangan lain, dokter anda akan meminta izin untuk pemeriksaan lanjutan sesuai kebutuhan.
1. Dampak infeksi toxoplasmosis dalam kehamilan
Toksoplasmosis sering disebut sebagai salah satu penyebab terjadinya kegagalan kehamilan, dengan berbagai jenis manifestasi klinis seperti abortus, lahir prematur, IUGR, lahir mati dan lahir dengan cacat bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis), hidrosefalus, meningoencephalitis (radang otak), tuli, pengapuran otak,retardasi mental, kejang-kejang, dan gangguan neurologis lainnya.
Biasanya tanda-tanda radang otak (encephalitis) dan serebral palsi berkembang dalam beberapa hari sampai sebulan setelah bayi lahir (Kasper and Boothroyd, 1993; Remington, 1995; Denney, 1999). Prevalensi toksoplasmosis secara serologik pada berbagai populasi di dunia termasuk di Indonesia mencapai lebih dari 50% (Partono dan Cross, 1975; Samil, 1988; Decavalas, 1990; Allain, 1998; Jenum, 1998; Sardjono, 2001a), namun apakah toksoplasmosis memang
menyebabkan kegagalan kehamilan dan bagaimana mekanisme terjadinya hal tersebut, sampai sekarang masih belum dapat dijelaskan dengan baik.
Risiko seorang ibu hamil yang terinfeksi akut dengan toksoplasma menurunkan infeksi pada bayi bila tidak segera mendapat pengobatan sangat variatif,. Pada kehamilan trimester pertama risiko penurunan 25 %, trimester kedua 54 % dan 65 % pada trimester ketiga.
1. Pencegahan infeksi toxoplasmia dalam kehamilan2. Penting melaksanakan pemeriksaan darah terhadap kemungkinan infeksi penyakit ini pada masa
pranikah atau sebelum kehamilan bagi kelompok yang mampu, karena penyakit ini dapat diobati sehingga dampak negatif seperti keguguran, lahir mati atau cacat setelah lahir dapat dihindari .
3. Hindari makan makanan yang dimasak mentah atau setengah matang.4. Bersihkan dan cucilah buah-buahan atau sayuran sebelum dimakan dengan baik.5. Bersihkan tangan, alat-alat dapur ( seperti; papan atau alas untuk memotong) yang dipakai
untuk mengelola daging mentah, hal ini untuk mencegah kontaminasi dengan makanan lainnya.6. Jangan minum susu unpasteurized dari hewan..7. Bila akan membersihkan sampah atau tempat sampah, jangan lupa menggunakan sarung
tangan, dan cucilah tangan atau sebaiknya serahkan tugas ini kepada anggota keluarga lainnya, bila sedang hamil.
8. Pakailah sarung tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun atau perkarangan, untuk menghindari kontak langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.
9. Untuk yang memelihara kucing :10. Bila memelihara kucing, maka saat mencoba untuk hamil atau sedang hamil, serahkanlah tugas
membersihkan kotoran kucing kepada anggota yang lainnya.11. Bersihkanlah kotoran kucing yang dipelihara setiap hari dan ingat untuk menggunakan sarung
tangan dan selalu mencuci tangan setiap selesai membersihkan.12. Mencuci tangan setiap selesai bermain dengan kucing yang dipelihara.13. Buanglah kotoran kucing dalam plastik ke tempat sampah, jangan menanam atau meletakanya
di dekat kebun atau taman.14. Jangan memberi makan daging mentah untuk kucing yang dipelihara.15. Periksakanlah ke dokter hewan bila melihat bahwa kucing yang dipelihara terdapat tanda-tanda
sakit.16. Kucing yang dipelihara didalam rumah, yang tidak diberi daging mentah, dan tidak menangkap
burung atau tikus, biasanya tidak terinfeksi17. Tidak dianjurkan pemeriksaan skrinig toxoplasma secara masal mengingat biaya relatif tinggi
dan masih tingginya hasil positif palsu dari laboratorium. Hindari para wanita hamil makan daging yang tidak dimasak matang
G. Pengobatan infeksi toxoplasmia dalam kehamilan
Pengobatan pada ibu yang terinfeksi akut toksoplasma diberikan oleh dokter yaitu antibiotika spiramycin yang diikuti pyrimetamin dan sulfadiazine, pemberian antibiotika bertujuan menurunkan risiko menurunnya infeksi pada jabang bayi. Sebaiknya pada wanita yang terinfeksi diperiksa juga Protein C Reaktif (PCR) dari cairan amnion , untuk menilai adakah infeksi pada bayinya. Bila Test PCR positif pengobatan cukup dengan pirymthamin dan sulfadiazine,
sedangkan bila tes PCR negatif spyramicin dilanjutkan untuk mencegah risiko infeksi lanjutan bagi bayinya.
Mengingat risiskonya yang besar pada ibu hamil dan janin, dokter akan memberinya obat khusus untuk membunuh parasit dan mencegah infeksi toksoplasma aktif atau bertambah parah. Sementara bagi yang pernah menderita infeksi toxoplasma, hendaknya terus memantau kondisi tubuhnya dna mengonsumsi obat untuk mencegah aktifnya kembali toxoplasma, hingga tubuh benar-benar dinyatakan bersih dari parasit.
H. Rangkuman
1. Toxoplasmosis berbahaya bagi janin bila ibu terinfeksi pada saat hamil, khususnya pada Trimester I
2. Gejalanya tidak spesifik perlu pemeriksaan laboratorium pada awal kehamilan3. Bila IgG & IgM negatif, hindarilah sumber infeksi yang dapat menyebabkan ibu tertular dan
selanjutnya perlu dilakukan pemantauan sepanjang kehamilan.4. Bila IgG dan IgM positif belum tentu terinfeksi, tes lanjutan IgG avidity dapat memperkirakan
kapan infeksi terjadi (sebelum atau pada saat hamil)