bahan penyuluhan

12
Beberapa Metode Pengobatan Pada umumnya Di mana banyak pasien, di sana pula kebutuhan perawatan membludak. Inilah yang terjadi ketika jumlah pecandu narkoba dari hari ke hari makin menggunung. Selain para pengedar, menjamur pula klinik, pusat perawatan, panti rehabilitasi, rumah sakit, hingga pondok pesantren yang khusus menyediakan fasilitas penyembuhan kecanduan narkoba. Di Jakarta saja tercatat 56 rumah sakit dan klinik berfasilitas serupa, belum terhitung pesantren dan klinik kecil. Terapi yang ditawarkan pun bermacam-macam, dari terapi medis sampai ke alternatif. Berikut ini beberapa contoh jenis terapi antinarkoba yang ada di masyarakat. Metode Prof. Dadang Hawari Seperti namanya, metode detoksifikasi atau pengurasan racun narkoba ini ditemukan oleh Profesor Dadang Hawari, psikiater dan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Terapinya bersifat holistik, meliputi terapi medis, psikiatris/psikologis, dan agama. Jadi, di sini, ada prinsip "berobat dan bertobat". Metode ini bisa diterapkan di rumah sakit serta di rumah. Jika di rumah, selain minum obat menurut petunjuk dokter, pasien tidak boleh keluar rumah, bertemu teman, menelepon ataupun ditelepon, dan merokok. Adapun bila di rumah sakit, selain minum obat, pasien harus ditunggui keluarga agar tidak ada teman atau orang lain yang menengok. Tujuannya, "Agar masuknya NAZA (narkotik, alkohol, dan zat adiktif lain), termasuk rokok, dapat dicegah," ujar Dadang. Sistem yang dipakai adalah blok total (abstinentia totalis). Artinya, pasien tidak boleh lagi menggunakan NAZA atau turunannya. Karena itu, untuk menghilangkan gejala putus zat (withdrawl symptom alias sakaw), digunakan obat-obat penawar yang

Transcript of bahan penyuluhan

Beberapa Metode Pengobatan Pada umumnya

Di mana banyak pasien, di sana pula kebutuhan perawatan membludak. Inilah yang terjadi ketika jumlah pecandu narkoba dari hari ke hari makin menggunung.Selain para pengedar, menjamur pula klinik, pusat perawatan, panti rehabilitasi, rumah sakit, hingga pondok pesantren yang khusus menyediakan fasilitas penyembuhan kecanduan narkoba.Di Jakarta saja tercatat 56 rumah sakit dan klinik berfasilitas serupa, belum terhitung pesantren dan klinik kecil. Terapi yang ditawarkan pun bermacam-macam, dari terapi medis sampai ke alternatif.

Berikut ini beberapa contoh jenis terapi antinarkoba yang ada di masyarakat.

Metode Prof. Dadang HawariSeperti namanya, metode detoksifikasi atau pengurasan racun narkoba ini ditemukan oleh Profesor Dadang Hawari, psikiater dan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Terapinya bersifat holistik, meliputi terapi medis, psikiatris/psikologis, dan agama. Jadi, di sini, ada prinsip "berobat dan bertobat". Metode ini bisa diterapkan di rumah sakit serta di rumah.

Jika di rumah, selain minum obat menurut petunjuk dokter, pasien tidak boleh keluar rumah, bertemu teman, menelepon ataupun ditelepon, dan merokok.

Adapun bila di rumah sakit, selain minum obat, pasien harus ditunggui keluarga agar tidak ada teman atau orang lain yang menengok. Tujuannya, "Agar masuknya NAZA (narkotik, alkohol, dan zat adiktif lain), termasuk rokok, dapat dicegah," ujar Dadang. Sistem yang dipakai adalah blok total (abstinentia totalis). Artinya, pasien tidak boleh lagi menggunakan NAZA atau turunannya. Karena itu, untuk menghilangkan gejala putus zat (withdrawl symptom alias sakaw), digunakan obat-obat penawar yang tidak mengandung opiat (heroin) atau turunannya.

Keseluruhan proses detoksifikasi dengan metode Dadang ini butuh waktu seminggu. Menurut penemunya, metode ini tidak hanya berlaku untuk heroin atau putaw, tapi juga efektif untuk jenis NAZA yang lain, seperti ganja, kokain, alkohol, atau amfetamin, seperti ekstasi dan shabu-shabu.

Untuksekali detoksifikasi secara lengkap, pasien dipungut biaya sekitar Rp 5 juta? tergantung kelas di rumah sakit. Jika detoksifikasi dilakukan di rumah, biayanya hanya Rp 300-400 ribu. Mengenai angka kekambuhan, dari penelitian yang dilakukan terhadap 293 pasien dari 4 rumah sakit yang menerapkan metode Dadang, didapatangka 12,21 persen, jauh lebih kecil dari angka menurut studi kepustakaan, yang mencapai 43,9 persen. Selain menangani detoksifikasi, Dadang juga menangani program pascadetoksifikasi dan rehabilitasi. Terapi di Rumah Sakit Jiwa Paviliun ketergantungan narkotik dan obat terlarang di Rumah Sakit Jiwa (RSJ)

Dr. Amino Gondohutomoadalah satu-satunya tempat terapi di Jawa Tengah yang boleh dibilang istimewa. Di sini setiap pasien pemakai narkoba bisa dengan mudah dideteksi apa jenis obat yang biasa dikonsumsi, berapa kadarnya, dan apa obat pencegahnya. Jika pasien diam-diam memakai narkoba lagi, hasil tes akan bisa segera memperlihatkannya. "Jadi, tes ini bisa menjadi parameter pengobatan medis," ujar Dr. Siti Nuraini, Sp.K.J., psikiater khusus penanganan pasien narkoba di RSJ Amino Gandohutomo.

Untuk mengatasi komplikasi fisik, ditempuhproses detoksifikasi yang berlangsung 7-10 hari, yang memerlukan biaya Rp800 ribu hingga Rp 1,6 juta. Usai itu, dilakukan rehabilitasi mental, bersamaan dengan rehabilitasi sosial. Menurut Nuraini, pemakai narkoba sebagian besar punya latar belakang berkaitan dengan masalah kejiwaan. Itu sebabnya tidak bisa ditentukan kapan seorang pecandu narkoba bisa pulih kembali ke keadaan normal.Biasanya butuh waktu satu hingga tiga tahun bagi pasien untuk sembuh total.

Terapi Kilat Naltrexone Primadonabaru dalam terapi medis narkoba adalah naltrexone. Obat ini baru masuk ke Indonesia sekitar tahun lalu. Naltrexone biasanya dipakai untuk detoksifikasi cepat bagi pecandu heroin. Di Yayasan Asa Bangsa, misalnya, metode detoksifikasi dilakukan dengan penyuntikan naltrexone plus perawatan tiga jam, dengan biaya sekitar Rp20 juta. Naltrexone termasuk jenis penghilang rasa sakit. Saat dipakai, ia akan mengurangi rasa sakit dan mempengaruhi reseptor otak hingga bisa mencegah ketergantungan pada obat penghilang rasa sakit semacam morfin atau heroin. Naltrexone menghilangkan ketagihan dengan cara mematikan kerja reseptor opiat?zat kimia di otak?agar tak bereaksi terhadap rangsangan heroin. Awalnya, obat ini dipakai untuk menghilangkan ketagihan alkohol dan umumnya pasien berhasil sembuh menjalani pengobatan selama enam bulan. Sedangkan buat para pecandu heroin, mereka diinjeksi dua kali setiap pekan, karena khasiat naltrexone hanya bertahan tiga hari. Enam bulan berikutnya pengobatan dihentikan, meski tetap diawasi dokter. Menurut seorang pakar terapi narkoba terkenal, selain otak yang telah kecanduan, kekambuhan juga disebabkan faktor mental dan lingkungan. Para pecandu narkotik yang sudah sembuh tapi kembali bergaul dengan pemakai putaw akan terpengaruh lagi.

Menyeimbangkan ?Yin? dan ?Yang? Prinsip akupunktur adalah menciptakan keseimbangan yin dan yang melalui penusukan jarum di titik-titik bagian tubuh. Menurut Dr. Susetyo Soewarno, ahli akupunktur, pada pecandu narkoba, "Yang terganggu adalah fungsi organ ?paru? (bukan paru dalam arti sesungguhnya)," ujarnya. Agar fungsi organ yang bernama "paru" itu kembali normal, dilakukan terapi akupunktur selama 10 hari. Pelaksanaannya dengan mencari celah-celah sebelum rasa sakaw menyerang. Lokasi yang ditusuk adalah titik-titik di telinga kanan dan kiri, masing-masing sebanyak tiga tusukan. Selain itu, ada tiga tusukan tambahan di tangan kanan dan kiri, plus lima tusukan di kaki kanan dan kiri. "Biasanya, pada tiga hari pertama fisik pasien sudah mengalami perubahan," ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti tahun 1993, yang aktif berguru pada ahli akupunktur lokal maupun dari Cina itu.Perubahan itu, antara lain, dipengaruhi oleh kebutuhan tidurnya yang mulai tercukupi. Pada hari ke-7, perubahan psikis mulai terjadi. Biasanya, muncul rasa penyesalan kenapa dirinya memakai narkoba?penyesalan seperti ini bahkan bisa dirasakan sampai bertahun-tahun. Setelah itu, biasanya mulai muncul keinginan untuk bertobat. Nah, pada hari ke-9 dan ke-10, mulai tumbuh keinginan untuk melakukan aktivitasnya semula, seperti bekerja atau sekolah. Seluruh proses itu benar-benar murni tusuk jarum, tak melibatkan obat apa pun. Soal biaya, sekali datang ke tempat praktek di hotel berbintang di kawasan Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Adapun mengenai angka kekambuhan, sejauh ini belum ada yang melapor. Yang ada, "Justru pasien yang sembuh ini membawa kawannya untuk menjalani akupunktur," ujar Susetyo.

Komunikasi dengan Pikiran Bawah Sadar Terapi ini diberikan untuk memberikan dukungan secara mental setelah pecandu menjalani detoksifikasi. Tujuannya, "Agar pecandu mampu menolak bila muncul keinginan untuk kembali mencicipi narkoba," ujar Purnawan E.A., yang sejak akhir 1998 mengembangkan hipnoterapi untuk pecandu narkoba.Praktek hipnoterapi sangat sederhana. Intinya, hipnoterapis melakukan komunikasi dengan pikiran bawah sadar?tempat bersemayamnya seluruh perasaan negatif?si pecandu. Di situ ia memasukkan "program baru" yang menyebabkan pecandu lebih percaya diri dan berani mengatakan "tidak" terhadap keinginan kembali mencicipi narkoba. Pikiran dia pun diprogram agar lebih fokus pada tujuan hidup, cita-cita, dan impiannya. Untuk bisa melakukan komunikasi, orang yang melakukan hipnoterapi terlebih dulu membuat pecandu mengalami trance, fase ketika pikiran sadar tidak lagi menyaring informasi yang masuk ke dalam pikiran tidak sadar. Dalam proses ini, alat bantu berupa cakram hipnotis, senter, atau dua jari lazim dipakai. Fungsinya untuk membuat mata pecandu capek dan terpejam agar bisa menggapai trance. Berikutnya, sugesti untuk menguatkan dan menambah percaya diri dimasukkan. Terakhir, sebelum dibangunkan, pecandu menjalani fase amnesia agar ia melupakan semua proses hipnoterapi dan menjalankan semua instruksi hipnoterapis. Sejauh ini, belum ada pecandu yang ditangani Purnawan dinyatakan kambuh.

Meski demikian, tak tertutup kemungkinan, terjadi kekambuhan tapi tak dilaporkan padanya. Detoksifikasi tanpa Jarum Suntik Pusat rehabilitasi korban narkoba Yayasan Parusia Ministry, Bekasi, merupakan salah satu terapi yang menggunakan pendekatan keagamaan, khususnya Kristen. Meski begitu, pendekatan medis juga sama sekali tidak dihilangkan. Di sini ada juga proses detoksifikasi selama dua bulan. Dalam proses ini, tidak ada cuci darah atau proses memasukkan infus ke tubuh pecandu seperti lazimnya dilakukan di rumah sakit. Alasannya, agar pecandu tidak tersugesti setelah melihat jarum?benda kecil yang biasa dipakai untuk menyuntik narkoba. Detoksifikasi di sini, menurut ketuanya, Pendeta Asigor Sitanggang, "Seratus persen pengobatannya dilakukan secara oral." Usai detoksifikasi, pecandu mengikuti program rehabilitasi selama 10 bulan. Programnya benar-benar padat dengan sentuhan religi Kristen, misalnya pembacaan Alkitab bersama-sama atau puji-pujian. Di luar itu, ada juga meditasi dan berolahraga bersama warga sekitar. Semua itu dilakukan untuk mencapai satu tujuan, "meningkatkan keimanan pasien". Untuk mencegah keinginan pulang, selama menjalani terapi, keluarga hanya diizinkan menengok 1-2 bulan sekali. Selepas menjalani rehabilitasi, barulah mereka diizinkan pulang, meski tetap dalam pantauan. Mereka dianjurkan tinggal di tempat lain, misalnya di tempat familinya. Tujuannya, agar kepulangannya tidak tercium oleh para pengedar narkoba, yang selalu ingin menarik kembali mangsanya.

Pendekatan Wisma Arjuna Di tempat dengan suasana rimbun dan sejuk di Bogor, Wisma Arjuna saat ini tengah menangani 75 pecandu narkotik. Adalah David Gordon, seorang yang bertobat, yang mendirikan Wisma Arjuna, Center for Addiction Treatment and Recovery Community. Sejak dibuka pada 1999, 200 pecandu narkotik mengikuti program rawat inap di tempat ini. Ada tiga prinsip dasar dalam program pemulihan dan perawatan dasar pecandu narkotik di Wisma Arjuna: no drugs, no sex, dan no violence. Tak ada obat-obatan, hubungan seks, dan kekerasan. Menurut Benjie, bekas pengguna narkoba yang kini menjadi penasihat utama alias peer counselor di Wisma Arjuna, dengan melakukan tiga prinsip itu, pasien tidak memerlukan obat-obatan detoksifikasi. Kalaupun pasien yang sedang sakaw diberi obat, itu sebatas obat ringan untuk sakit kepala. Tapi, kalau memang sangat berat, barulah Valium diberikan.Program penyembuhan di sini mengharuskan pasien menjalani rawat inap selama enam bulan. Selepas program rawat inap,yang memakan biaya Rp 5 jutasebulan dan diawasi orang tuanya, pasien diperbolehkan kembali ke rumah.Selepas itu, masih ada program lanjutan yang diberi nama after care. Dalam program ini, peran keluarga sangat penting untuk mencegah pemakaian kembali narkoba. Di Wisma Arjuna juga terdapat relapse center. Di sinilah para pecandu yang memakai kembali narkotik dirawat. Program relapse ini lebih intensif dari program lainnya dan makan waktu 45 hari. Saat ini ada 44 peserta mengikuti resident program, 32 orang mengikuti peer counselor training, dan 1 orang dirawat di relapse center.

Metode Terracotta Lembaga ini memiliki program yang diadopsi dari Therapeutic Community (TC) Daytop Inc., New York, Amerika Serikat. Program itu dibagi menjadi dua bagian: primary care programme di Cirendeu dan re-entry programme, yang masing-masing memakan waktu enam bulan. Therapeutic community adalah proses pelatihan diri untuk membangun kemandirian dengan cara menolong diri sendiri. Sedangkan dalam primary care programme ada delapan masalah yang menjadi titik tekan, yakni perbaikan perilaku, psikologis, emosional, spiritual, intelektual, kemandirian, keahlian bertahan hidup, dan peningkatan komunikasi dengan keluarga. Dalam fase ini, anggota keluarga boleh melakukan kunjungan sekali dalam seminggu. Sedangkan pada re-entry programme?sebagai upaya untuk menyiapkan diri kembali ke masyarakat luas?aktivitasnya berfokus pada rencana sekolah, hubungan komunikasi sosial dan keluarga, pengembangan hobi dan peningkatan fisik, mental, dan kesehatan diri. Nah, pada program ini, anak binaan boleh pulang dan tinggal di rumah 1-2 kali per minggu. Di sini, mereka dituntut untuk bisa memanfaatkan waktu yang dimiliki secara bertanggung jawab. "Setelah mengikuti program ini, narkoba bukan lagi menjadi sesuatu yang mereka ingini," ujar Faisal N. Afdhal, Direktur Program Terracotta.sumber. majalah.tempointeraktif.comhttp://www.terapinarkoba.com/2012/07/beberapa-metode-pengobatan-narkoba-pada.html

Saat ini masih banyak orang beranggapan bahwa rehabilitasi pasien jiwa merupakan kegiatan extramural dari pengobatan sehingga selalu diorientasikan pada pekerjaan dan masalah sosial saja. Adanya anggapan tersebut cenderung membuat pelayanan rehabilitasi dipisahkan ataupun kalau dilakukan hanya sekedarnya saja. Hal itu tentu tidak sesuai dengan tuntutan psikiatri modern dalam menangani pasien gangguan jiwa.

Dalam penanganan pasien skizofrenia dikenal istilah penanganan secara elektik holistik yaitu memandang menelaah penanganan pasien secara utuh dari aspek organobiologik (biosistem), psikologik (psikosistem) dan sosiokultural (sosiokkultural sistem). Hal ini berarti bahwa terapi terhadap skizofrenia tidak semata-mata dengan obat saja tetapi disertai dengan jenis terapi lain, misalnya psikoterapi dan upaya-upaya rehabilitasi (Boedaja, 2006)

Pada penderita skizofrenia menghadapi banyak hambatan untuk dapat bekerja secara sukses, salah satu hambatan terbesar adalah tidak terciptanya kesempatan kerja dengan akomodasi dan dukungan yang cukup. Badan The Americans with Disabilities Act menawarkan cara yang legal untuk mengurangi pencederaan terhadap hak tersebut, walaupun stigma yang melekat pada penyakit gangguan mental dan gambaran diri yang negatif akibat gangguan mental terus berkembang di pelayanan gangguan mental. Hambatan lain di luar perorangan yang mempengaruhi hasil pekerjaan mencakup insentif yang tidak direncanakan untuk hampir keseluruh program.

Fenomena pada masyrakat di Indonesia pada umumnya masih bersikap negatif terhadap orang-orang dengan gangguan jiwa. Stigma negatif masih sangat kuat sehingga anggapan bahwa ketika seseorang telah mengalami gangguan jiwa maka seolah-olah dia telah kehilangan segala haknya sebagai manusia. Seolah-olah mereka ini dianggap sebagai beban dan sebagai manusia yang tidak lagi dapat berguna bagi masyarakat. Hal ini semakin mempersulit kondisi penderita untuk mencapai kesembuhannya secara sosial.

Rumah Sakit yang sedianya hanya sebagai tempat untuk terapi dan rehabilitasi, seolah-olah malah menjadi tempat penampungan mereka. Sementara di sisi lain RSJ memiliki keterbatasan, dimana ketika seorang penderita sudah diberikan terapi dan rehabilitasi yang sesuai, dan rehabilitan sudah mampu untuk berfungsi secara sosial, maka mereka harus kembali ke dalam masyarakat. Oleh karena itu dukungan keluarga dan masyarakat serta lingkungan sangatlah penting untuk mendukung kesembuhan mampu untuk berfungsi secara penderita.

Menyikapi hal tersebut maka tentunya Rumah Sakit perlu mempersiapkan para rehabilitan ini untuk dapat berperan kembali dalam masyarakat sesuai dengan kapasitas dan kondisi yang dimilikinya saat ini. Memberikan ketrampilan untuk dapat membantu diri sendiri serta bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Mereka mulai diajarkan kembali tentang konsep bekerja dan mengelola kehidupan pribadinya.http://rsjsoerojo.co.id/launching_bangsal_mandiri_bmadukara_dan_bdwarawati_berita69.html

Rehabilitasi Mental

Adalah suatu rangkaian upaya yang terkoordinasi yang meliputi upaya medis, sosial, dan vocational (untuk mengembalikan kemampuan fungsional pasien ke masyarakat.

Tujuan Rehabilitasi Mental antara lain :1. Mempersiapkan pasien agar mampu menyesuaikan diri baik perorangan maupun sosial, secara optimal sehingga pasien dapat berfungsi kembali sebagai warga masyarakat yang berguna.2. Melatih pasien di latihan kerja sehingga pasien dapat belajar, mengembangkan kreatifitas dengan kapasitas maksimal

Jenis Pelayanan yang disediakan :

1. Seleksi, Evaluasi dan Konsultasi :Suatu tindakan wawancara, observasi, dan konsultasi untuk menentukan program kegiatan yang sesuai dengan kemampuan rehabilitant.2. Okupasi TerapiKegiatan untuk membangkitkan aktivitas positif dan bersifat terapiutik.Tujuanya yaitu meningkatkan daya konsentrasi, meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta daya ingat dan meningkatkan kemampuan berkreatifitas. Kegiatan yang dilakukan antara lain : Diskusi, Terapi Gerak / Olahraga, Terapi Bermain, Terapi Rekreasi, Terapi Kelompok (Group Theraphy), Terapi Religius / Spiritual, Adl (Activity Daily Life), Terapi Musik, dan kegiatan lainnya yang dapat menunjang proses kesembuhan.

3. Latihan KerjaMerupakan proses kegiatan kerja yang memberi kesempatan bagi pasien untuk memperoleh kecakapan kerja yang tidak lepas dari terapi dan resosialisasi.

http://rsjlawang.blogspot.com/2012_03_01_archive.html

PANDUAN BAGI KELUARGA UNTUK MELAKSANAKAN RAWAT INAP PASIEN SKIZOFRENIA

PENDAHULUANSkizofrenia merupakan salah satu dari banyak macam gangguan jiwa. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat. Walaupun demikian, dengan pengobatan yang baik, banyak pasien skizofrenia dapat disembuhkan. Kesembuhan pasien skizofrenia bergantung pada pengobatan rawat inap di ruang rawat inap, dan rawat jalan di poliklinik kesehatan jiwa. Pada rawat inap, dokter dan perawatlah yang paling berperan, walaupun peran keluarga juga sangat membantu bagi kesembuhannya. Pada rawat jalan, peran anggota keluarga sangatlah menentukan bagi kesembuhannya.Tulisan ini bertujuan untuk sebagai panduan bagi keluarga pasien, sebagai panduan melaksanakan rawat inap. Agar keluarga pasien mengetahui apa yang harus dilakukan tenaga medis di rumah sakit jiwa dalam mengobati pasien skizofrenia, sekaligus sebagai panduan keluarga, tentang hal-hal apa yang perlu dilakukan selama keluarganya yang sakit skizofrenia sedang menjalani rawat inap.PERSYARATAN RAWAT INAPRumah sakit jiwa bukanlah panti atau yayasan social untuk menitipkan pasien gangguan jiwa. Rumah sakit jiwa adalah tempat pengobatan pasien gangguan jiwa. Rumah sakit jiwa mempunyai berbagai aturan yang berkaitan dengan pengobatan. Pasien skizofrenia yang bisa rawat inap di rumah sakit jiwa adalah pasien yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :Pasien yang memiliki gagasan bunuh diri atau membunuh.Pasien yang menolak makan dan minum sehingga membahayakan kelangsungan hidupnya.Pasien yang karena kegelisahannya bisa membahayakan dirinya atau lingkungannya.RAWAT INAPSebelum dilakukan pengobatan, pasien diperiksa secara teliti oleh dokter dan tenaga medis lainnya.Pemeriksaan pasienPasien diperiksa secara holistic. Artinya pasien diperiksa baik badannya, kondisi jiwanya, atau kondisi lingkungannya (terutama keluarganya).Pemeriksaan badanPemeriksaan terhadap kemungkinan adanya gangguan penyakit badan. Misalnya apakah ada luka-luka pada tubuhnya, apakah ada penyakit darah tinggi, apakah suhu tubuhnya panas, dan lain-lain.Pemeriksaan terhadap kemungkinan adanya penyakit syaraf. Kalau dianggap perlu bias dilanjutkan dengan pemeriksaan elektrik otak (Electro Encephalography).Pemeriksaan laboratorium rutin terhadap darah, feses dan kencing.Pemeriksaan foto ronsen (kalau dianggap perlu, misalya ada dugaan penyakit paru).Pemeriksaan elektrik jantung (Electro Cardiography).

Pemeriksaan jiwaWawancara dengan pasien untuk mengetahui keadaan jiwanya.Kalau dianggap perlu bisa dilanjutkan denga berbagai tes kejiwaan (tes psikologik).

Pemeriksaan kondisi lingkungan atau keluargaWawancara dengan anggota keluarga pasien diperlukan, untuk mengetahui riwayat penyakit jiwa pasien, kebiasaan atau sifat-sifat pasien sebelum sakit, apakah ada riwayat penyakit badan sebelumnya yang kemungkinan berhubungan atau menjadi penyebab timbulnyagangguan jiwa pasien, apakah ada stress sebelumnya baik dari keluarga, pekerjaan atau pergaulannya.Pengobatan pasienPasien diobati secara holistic. Artinya pasien diobati baik badannya, jiwanya, maupun menata ingkungan / keluarganya apabila penyebab gangguan jiwa pasien berkaitan dengan stress yang berasal dari dalam keluarganya.Pengobatan badanPenyakit badan pasien, baik yang berkaitan maupun yang tidak dengan gangguan jiwanya akan diobati. Mislanya pasien memiliki gangguan otak yang menjadi penyebab gangguan jiwnaya, atau misalnya pasien memiliki gangguan paru-paru nyang tidak berhubungan dengan sakit jiwanya.Olah raga, untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien, misalnya tenis meja, tenis lapangan, volley, senam, sepak bola, renang

Pengobatan jiwaMengguanakn obat-obatan baik obat minum maupun obat suntik.Menggunakan pengobatan kejang elektrik apabila dianggap perlu oleh dokter.Terapi jiwa perorangan atau psikoterapi individual, yaitu suatu teknik pengobatan khusus kejiwaan yang dilakukan oleh dokter spesialis jiwa a tau ahli jiwa klinik (psikolog klinik).Terapi jiwa kelompo, yaitu terapi jiwa yang melibatkan sekaligus beberapa pasien yang hamper sama kondisi gangguan jiwanya, terapi ini sangat bermanfaat bagi kesembuhan pasien, setelah mereka dapat berbagi perasaan kepada teman-temannya sesame pasien gangguan jiwa.Terapi kerja. Pasien diajarkan ketrampilan misalnya menyulam, menjahit, menenun, membuat barang-barang kerajinan.Terapi seni. Pasien diberi kesempatan mengungkapkan keadaan jiwanya lewat kesenian, misalnya menyanyi, melukis, dimana kegiatan-kegiatan tersebut dapat membantu kesembuhannya.

Terapi lingkungan / keluargaKondisi keluarga yang kurang mendukung, mislanya banyak pertengkaran, kurang harmonis, saling acuh tak acuh sesame anggota keluarga, keluarga yang berantakan, kurang perhatian atau terlalu berlebihan perhatiannya kepada pasien gangguan jiwa, adalah tidak mendukung bagi kesembuhan pasien. Oleh sebab itu pada sata pasien menjalani rawat inap, pada kesempatan-kesempatan tertentu, anggota keluarga akan dilibatkan untuk diberi pengarahan atau penyuluhan oleh petugas penyuluh kesehatan jiwa masyaraka dari rumah sakit jiwa, agar dapat mengubah bagaimana caranya menjadi anggota keluarga nyang dapat membantu kesembuhan pasien.KEWAJIBAN KELUARGAApabila sorang pasiengangguan jiwa menjalani rawat inap di rumah sakit jiwa, bukan berarti anggota keluarganya bias lepas tangan atau bersikap itdak mau lagi turut campur terhadap pengobatan pasien. Sperti telah disinggung di atas, bahwa kesembuhan pasien juga bergantung pada peran serta keluarganya. Anggota keluarga tidak hanya berkewajiban membayar ongkos pengobatan, tetapi juga diharapkan ikut serta secara aktif membantu kesembuhan pasien dengan cara :Membesuknya secara teratur, paling sedikit seminggu seklai, agar hubungan antara pasien dengan anggota keluarganya tetap terjalin dengan baik, sehingga pasien tetap merasa diperhatikan oleh anggota keluarganya, dan hal itu sangat membantu bagi kesembuhannya.Secara aktif mengikuti perkembangan kesehatan pasien, jangan acuh-tak acuh, dan tidak mau tahu tentang kondisi pasien, sebab hal itu akan memperlama kesembuhannya.Secara aktif berkonsultasi kepada tenaga medis di rumah sakit, untuk menambah pengetahuan tentang gangguan jiwa, sebab hal itu sangat bermanfaat bagi kelangsungan kesembuhan pasien pada saat pasien menjalani rawat jalan.

CATATAN PENTING BAGI KELUARGALamanya rawat inap yang baik adalah 2 sampai 6 minggu. Apabila pasien terlalu lama dirawat di rumah sakit, justru pasien akan sukar sembuh, sebab pasien akan terbiasa bergaul denga teman-temannya yang sakit jiwa, sehingga akan sukar kembali ke masyarakat normal, atau sukar bersosialisasi kembali di dalam masyarakat normal. Sehingga kalau keluar dari rumah sakit jiwa, tidak lama lagi akan kambuh penyakitnya dan akan rawat inap lagi.

http://jeffy-louis.blogspot.com/2011/08/panduan-bagi-keluarga-untuk.html