Bahan Penutup Atap

2
Bahan Penutup Atap (bagian 2) Setelah pada tulisan bagian pertama yang lalu kita bahas tuntas alasan-alasan yang melatarbelakangi pemilihan berbagai bahan atap, pada tulisan ini akan kita ulas mengenai berbagai jenis bahan penutup atap itu sendiri. Langsung saja kita bahas satu persatu ya… 1. Atap ijuk dan alang-alang Kalau Anda pernah ke Bali, pasti akan sangat familiar dengan bahan atap ijuk yang diigunakan pada arsitektur tradisional Bali. Boleh saja Anda gunakan jenis atap ini apabila ingin membuat bangunan dengan nuansa tradisional atau vernakular. Atap ijuk dibuat dari serabut palem aren. Ijuk digunakan sebagai bahan penutup atap dengan dibentuk ikatan sepanjang 120cm dan diameter 6cm. Ikatan tersebut dijepit dengan bilah bambu, lalu diikatkan ke reng. Lapisan ijuk minimal 2 lapis, semakin tebal lapisannya akan semakin lama daya tahannya. Atap ijuk dengan kualitas yang baik bisa mencapai umur hingga 30 tahun. 2. Atap Rumbia Atap Rumbia terbuat dari helai daun rumbia yang dirangkaikan hingga berbentuk sisir lalu diikat pada sebatang tongkat atau bambu yang berfungsi sebagai reng setiap 20 cm. Atap rumbia hanya memiliki daya tahan sekitar 3-4 tahun. Baik atap ijuk dan alang-alang mempunyai kelebihan terutama pada aspek estetika dan nuansa tradisionalnya. Kelemahannya adalah ketersediaan bahan dengan kualitas yang baik di pasaran, sistem pemasangan yang sedikit rumit, dan umur yang relatif pendek (untuk bahan atap rumbia). 3. Atap Sirap. Sirap yang tersedia di pasaran terbuat dari 2 jenis bahan. Sirap alami yang berbahan dasar kayu dan sirap buatan yang berbahan dasar fiber-cement. Sirap kayu terbuat dari kayu kelas awet yang berserat lurus, bebas dari mata kayu dan retak. Terdapat sirap kayu kecil dengan panjang 50-60cm, lebar 7-10cm, tebal 1-3cm, dan sirap kayu besar yang berbentuk seperti papan dengan panjang 40-93cm, lebar 10-47cm, tebal 3-5mm. Sedangkan sirap buatan dari bahan fiber-cement tersedia dalam ukuran yang bermacam-macam. Cara pemasangan sirap alami dan sirap buatan hampir sama. Sirap dipasang selang-seling sebanyak 2,3, atau 4 lapis dengan dipaku pada reng. Terdapat juga sirap tradisional yang terbuat dari bambu yang dibelah, lalu dipotong sepanjang 40cm dan diruncingkan ujungnya. Atap sirap banyak dipergunakan untuk bangunan-bangunan dengan style kolonial. Selain itu, seperti telah dibahas pada bagian pertama, atap sirap mempunyai kelebihan bisa dipasang pada atap dengan sudut yang hampir mendekati vertikal. Kekurangannya adalah pada aspek biaya. Atap sirap alami cukup mahal karena harus terbuat dari kayu dengan kualitas baik. 4. Atap Asbes Asbes sering digunakan untuk bangunan berbiaya rendah. Tidak hanya karena harga materialnya yang murah. Atap asbes juga memerlukan rangka atap yang lebih jarang. Asbes langsung dipasang pada gording, sehingga tidak memerlukan usuk dan reng. Asbes tersedia dalam 2 jenis, yaitu asbes gelombang besar dan asbes gelombang kecil. Untuk asbes gelombang besar, ukuran yang tersedia adalah panjang 100, 125, 150, 180, 210, 240, 270, 300cm, dengan lebar 108cm. Untuk asbes gelombang besar, overlap sambungan di ujung adalah 25cm, dan 8 cm di bagian tepi. Untuk asbes gelombang kecil, ukuran yang tersedia adalah 150, 180, 210, 240, 270, 300cm dengan lebar 105cm. Untuk asbes gelombang kecil, overlap sambungan di ujung adalah 25cm dan 7,5cm di bagian tepi. 5. Atap Seng dan Aluminium Gelombang Atap seng gelombang tersedia dalam ukuran 183 x 76cm, sedangkan atap aluminium gelombang tersedia dalam ukuran 200 x 83,6cm dengan tebal 0.5, 0.7, 0.8, atau 1.0 mm. Ketika dipasang memerlukan overlap sebesar 20cm pada bagian panjang, dan 11,4 cm pada bagian tepi. 6. Atap Metaldeck Atap jenis ini mempunyai banyak nama alias d pasaran, yaitu spandek, bondek, trimdek, kliplok, hingga galvalum dan zincalume yang sebetulnya lebih ke arah nama jenis material penyusunnya. Atap metal deck ini biasa dipergunakan untuk bangunan-bangunan dengan bentang atap lebar, misalnya pabrik, swalayan, dll. Tersedia dalam lebar 600mm s/d 1000mm dengan berbagai jenis profil permukaan. Panjangnya biasanya hampir tidak terbatas, karena supplier material ini dapat langsung membawa mobil yang memuat roll material ke lokasi proyek. Atap asbes, seng, aluminium, dan metaldeck mempunyai karakter yang hampir sama. Kelebihannya adalah biaya yang hemat dan beban konstruksi yang ringan. Tapi kelemahannya juga cukup banyak, yang pertama adalah aspek estetika. Asbes dan seng sudah terlanjur identik dengan rumah bagi golongan yang kurang mampu. Yang kedua adalah atap asbes dan seluruh atap dengan bahan dasar metal mempunyai sifat meneruskan radiasi panas matahari yang cukup besar pada ruangan di bawahnya. Kelemahan lain adalah bahan metal akan berisik apabila ditimpa hujan. Bahan asbes sendiri cukup banyak dihindari, karena

description

fewf

Transcript of Bahan Penutup Atap

Page 1: Bahan Penutup Atap

Bahan Penutup Atap (bagian 2)Setelah pada tulisan bagian pertama yang lalu kita bahas tuntas alasan-alasan yang melatarbelakangi pemilihan berbagai bahan atap, pada

tulisan ini akan kita ulas mengenai berbagai jenis bahan penutup atap itu sendiri. Langsung saja kita bahas satu persatu ya…

1. Atap ijuk dan alang-alang

Kalau Anda pernah ke Bali, pasti akan sangat familiar dengan bahan atap ijuk yang diigunakan pada arsitektur tradisional Bali. Boleh saja

Anda gunakan jenis atap ini apabila ingin membuat bangunan dengan nuansa tradisional atau vernakular. Atap ijuk dibuat dari serabut

palem aren. Ijuk digunakan sebagai bahan penutup atap dengan dibentuk ikatan sepanjang 120cm dan diameter 6cm. Ikatan tersebut dijepit

dengan bilah bambu, lalu diikatkan ke reng. Lapisan ijuk minimal 2 lapis, semakin tebal lapisannya akan semakin lama daya tahannya. Atap

ijuk dengan kualitas yang baik bisa mencapai umur hingga 30 tahun.

2. Atap Rumbia

Atap Rumbia terbuat dari helai daun rumbia yang dirangkaikan hingga berbentuk sisir lalu diikat pada sebatang tongkat atau bambu yang

berfungsi sebagai reng setiap 20 cm. Atap rumbia hanya memiliki daya tahan sekitar 3-4 tahun.

Baik atap ijuk dan alang-alang mempunyai kelebihan terutama pada aspek estetika dan nuansa tradisionalnya. Kelemahannya adalah

ketersediaan bahan dengan kualitas yang baik di pasaran, sistem pemasangan yang sedikit rumit, dan umur yang relatif pendek (untuk

bahan atap rumbia).

3. Atap Sirap.

Sirap yang tersedia di pasaran terbuat dari 2 jenis bahan. Sirap alami yang berbahan dasar kayu dan sirap buatan yang berbahan

dasar fiber-cement. Sirap kayu terbuat dari kayu kelas awet yang berserat lurus, bebas dari mata kayu dan retak. Terdapat sirap kayu kecil

dengan panjang 50-60cm, lebar 7-10cm, tebal 1-3cm, dan sirap kayu besar yang berbentuk seperti papan dengan panjang 40-93cm, lebar

10-47cm, tebal 3-5mm. Sedangkan sirap buatan dari bahan fiber-cement tersedia dalam ukuran yang bermacam-macam. Cara pemasangan

sirap alami dan sirap buatan hampir sama. Sirap dipasang selang-seling sebanyak 2,3, atau 4 lapis dengan dipaku pada reng. Terdapat juga

sirap tradisional yang terbuat dari bambu yang dibelah, lalu dipotong sepanjang 40cm dan diruncingkan ujungnya. Atap sirap banyak

dipergunakan untuk bangunan-bangunan dengan style kolonial. Selain itu, seperti telah dibahas pada bagian pertama, atap sirap mempunyai

kelebihan bisa dipasang pada atap dengan sudut yang hampir mendekati vertikal. Kekurangannya adalah pada aspek biaya. Atap sirap alami

cukup mahal karena harus terbuat dari kayu dengan kualitas baik.

4. Atap Asbes

Asbes sering digunakan untuk bangunan berbiaya rendah. Tidak hanya karena harga materialnya yang murah. Atap asbes juga memerlukan

rangka atap yang lebih jarang. Asbes langsung dipasang pada gording, sehingga tidak memerlukan usuk dan reng.

Asbes tersedia dalam 2 jenis, yaitu asbes gelombang besar dan asbes gelombang kecil. Untuk asbes gelombang besar, ukuran yang tersedia

adalah panjang 100, 125, 150, 180, 210, 240, 270, 300cm, dengan lebar 108cm. Untuk asbes gelombang besar, overlap sambungan di ujung

adalah 25cm, dan 8 cm di bagian tepi. Untuk asbes gelombang kecil, ukuran yang tersedia adalah 150, 180, 210, 240, 270, 300cm dengan

lebar 105cm. Untuk asbes gelombang kecil, overlap sambungan di ujung adalah 25cm dan 7,5cm di bagian tepi.

5. Atap Seng dan Aluminium Gelombang

Atap seng gelombang tersedia dalam ukuran 183 x 76cm, sedangkan atap aluminium gelombang tersedia dalam ukuran 200 x 83,6cm

dengan tebal 0.5, 0.7, 0.8, atau 1.0 mm. Ketika dipasang memerlukan overlap sebesar 20cm pada bagian panjang, dan 11,4 cm pada bagian

tepi.

6. Atap Metaldeck

Atap jenis ini mempunyai banyak nama alias d pasaran, yaitu spandek, bondek, trimdek, kliplok, hingga galvalum dan zincalume yang

sebetulnya lebih ke arah nama jenis material penyusunnya. Atap metal deck ini biasa dipergunakan untuk bangunan-bangunan dengan

bentang atap lebar, misalnya pabrik, swalayan, dll. Tersedia dalam lebar 600mm s/d 1000mm dengan berbagai jenis profil permukaan.

Panjangnya biasanya hampir tidak terbatas, karena supplier material ini dapat langsung membawa mobil yang memuat roll material ke

lokasi proyek.

Atap asbes, seng, aluminium, dan metaldeck mempunyai karakter yang hampir sama. Kelebihannya adalah biaya yang hemat dan beban

konstruksi yang ringan. Tapi kelemahannya juga cukup banyak, yang pertama adalah aspek estetika. Asbes dan seng sudah terlanjur identik

dengan rumah bagi golongan yang kurang mampu. Yang kedua adalah atap asbes dan seluruh atap dengan bahan dasar metal mempunyai

sifat meneruskan radiasi panas matahari yang cukup besar pada ruangan di bawahnya. Kelemahan lain adalah bahan metal akan berisik

apabila ditimpa hujan. Bahan asbes sendiri cukup banyak dihindari, karena partikelnya yang diduga bersifat karsinogenik, yaitu

menyebabkan kanker. Untuk mengatasi kelemahan berbagai jenis atap lembaran ini, lahirlah jenis atap yang berbahan dasar bitumen

selulose.

Selain itu saat ini juga sudah tersedia material serupa asbes gelombang asbestos free(partikel penyebab kanker) yang terbuat dari

bahan fiber-cement. Kandungan semen dalam jenis material ini menimbulkan karakteristik material yang waterproof, kuat, dan memiliki

insulasi panas yang cukup baik.

Page 2: Bahan Penutup Atap

7. Atap Bitumen Selulose

Jenis material atap ini, terbuat dari fiber selulosa, bitumen, dan resin, memiliki berbagai kelebihan. Atap ini lentur, sehingga mudah

dibentuk menyesuaikan bentuk atap, berbobot ringan sehingga tidak membebani konstruksi bangunan, insulasi panas yang baik karena

karakteristik bahan penyusunnya, tidak bising ketika ditimpa hujan, dan memiliki variasi warna yang cukup banyak. Apakah ada

kelemahannya? Tentu ada, yaitu relatif lebih mahal daripada jenis atap lembaran lainnya. Tersedia dalam lembaran dengan cetakan

berbentuk seperti genteng atau asbes gelombang dengan berbagai warna.

Wah, ternyata banyak juga jenis-jenis bahan penutup atap ya ? Pada tulisan mendatang yang merupakan bagian terakhir dari ulasan bahan

penutup atap ini akan kita bahas berbagai jenis bahan penutup atap yang paling populer digunakan. Anda tahu bahan apa itu? Ya, tepat

sekali,… Genteng.

Septana Bagus Pribadi, ST, MT

Staff Pengajar Jurusan Arsitektur FT Undip Semarang.

*) artikel ini dimuat di Rubrik Bale, Harian Suara Merdeka

http://septanabp.wordpress.com/2013/09/02/bahan-penutup-atap-bagian-2/ 09.10.13/11.02AM