BAHAN PENGISI-TABLET

download BAHAN PENGISI-TABLET

of 39

Transcript of BAHAN PENGISI-TABLET

2010BAHAN PENGISI TABLET

ADAM DZULFAQIH AMRI ADE FITHROTINNADHIROH AJENG AYU FEBRIANI BAYYINAH DEWANTI ROSYANA SIVIA NURULLIANA PHARMACY 4- A UIN SYAHID JAKARTA 3/16/2010

TABLET Adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. (Moh. Anief; 1997) Kriteria Sediaan Tablet (Moh. Anief; 1997) 1. Memenuhi keseragaman ukuran Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. 2. Memenuhi keseragaman bobot 3. Memenuhi waktu hancur 4. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat 5. Memenuhi waktu larut Tablet harus diuji menegenai kekerasan tablet dengan alat Hardness tester dan juga kerapuhan tablet dengan alat Friability tester. Keuntungan Sediaan Tablet (The Theory & Practice of Industrial Pharmacy 2 edisi ke-3, Lachman Hal 644 ) 1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih 2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis 3. Bebas dari air sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah atau diperkecil 4. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan 5. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan

6. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil 7. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil 8. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sukar larut dalam air 9. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet yang telah disalut 10.Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya lebih rendah 11.Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik

Kerugian Sediaan Tablet (The Theory & Practice of Industrial Pharmacy 2 edisi ke-3, Lachman Hal 645) 1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak sadar, para lansia, dan anak-anak dibawah umur) 2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain : Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat karena sifat amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat jenis Zat aktif yang sulit dibasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa). Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.

Permasalahan Dalam Pembuatan Tablet

1. OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya) 2. Stabilitas zat aktif : Untuk zat yang rusak oleh adanya air dibuat dengan metode pembuatan tablet yang tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan pelarut yang digunakan untuk granulasi. Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV dibuat dengan metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan dan sinar UV dalam prosesnya. Untuk zat yang higroskopis jangan menggunakan metode granulasi basah memakai mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit untuk dikeringkan. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan adsorben seperti aerosol < > 30%, dapat dibuat dengan GK (granulasi kering).

3. Pemilihan bahan pembantu yang cocok Untuk pemilihan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat aktif. Di samping itu, bahan pembantu yang digunakan harus mempunyai titik leleh yang cukup tinggi sehingga pada pencetakan tidak meleleh. 4. Jumlah fines total Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%, idealnya 15%. Jika lebih besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet. 5. Perbandingan bobot jenis dengan zat pembawa, jika terlalu jauh hendaknya jumlah fines sesedikit mungkin. 6. Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%, jika berlebih maka akan terjadi laminasi.. 7. Penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet akan mempersulit disolusi zat aktif dari dalam granul karena

mucilago

amyli

yang

sudah

kering

sulit

ditembus

air.

Untuk

mengatasinya perlu ditambahkan pembasah (Tween 80 0,05%-0,15%) sehingga tablet mempunyai waktu hancur yang lebih baik.

Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet 1. Capping : Pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas atau

bagian bawah tablet dari bahan tablet. 2. Laminasi : Pemisahan bagian tablet menjadi dua bagian atau lebih 3. Chipping : Keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong 4. Cracking : Keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas tengah 5. Picking : Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel

pada permukaan punch (mesin pembuat lobang) 6. Sticking adhesi) 7. Mottling : Keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet : Keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada

tidak merata Masalah Lain Pada Pencetakan Tablet Secara Khusus 1. Lengket pada Cetakan

Manifestasinya : Melekat pada die dan sulit untuk dikeluarkan Bunyi keras pada mesin Tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, kadang-kadang hitam Penyebab : Antiadheren kurang Lubrikan kurang atau tidak tepat Contoh : Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket, seharusnya digunakan asam stearat (yang mikronize karena fungsi lubrikan adalah antar partikel sehingga kalau halus akan terselimuti oleh lubrikan).

Kandungan air (aspek kadar air) tinggi akan menyebabkan penempelan pada die, sedangkan kadar air rendah dapat menyebabkan laminating atau capping. Kemungkinan karena interaksi kimia atau fisika, contoh interaksi fisika etoksi benzamin dengan kafein, gliseril guaiakolat dengan prometazin HCl, yaitu terjadinya pelelehan sehingga adhesivitas tinggi dan akhirnya menjadi lengket. Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan dalam masalah pencetakan, contoh : Ibuprofen, Gliseril guaiakolat, Siprofloksasin (Antibiotik turunan Imidazol).

Penyelesaian Masalah : Meningkatkan antiadheren dan lubrikan Penggantian lubrikan yang cocok Mengurangi jumlah granul yang kasar Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah optimum, karena tablet menjadi kurang baik. Jika sudah diketahui jumlah pembasah yang paling baik maka agar pembasahnya pas, dilakukan dengan menambahkan pembasah ke dalam larutan pengikat, yaitu bahan pembantu yang tidak menguap tapi basah, contoh Propilen glikol atau gliserin. Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang rusak, sebab kalau cacat pada punch, maka akan melekat sehingga ratakan punch dan die. Kalau mungkin pencetakan pada suhu rendah dan humuditas rendah karena khusus untuk bahan aktif dengan titik leleh rendah atau terjadi campuran eutektik maka zat campuran eutektik semakin mudah menyerap air. Contoh : Kombinasi ampisilin dengan asam klavulanat, dimana asam klavulanat mudah hancur dengan kelembaban dan temperatur yang tinggi. Oleh karena itu, pembuatannya dilakukan dalam suhu dan RH yang rendah. Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan titik leleh tinggi dan dapat mengadsorbsi, seperti SiO2 dan aerosil (adsorben). Penambahan aerosil pada tablet akan menyebabkan penampilan tablet yang bagus, jernih dan mengkilat, namun waktu hancur semakin panjang. 2. Lengket pada pons Manifestasi : Terkelupasnya bagian tablet karena permukaan tablet melekat pada pons.

Penyebab sama dengan tadi: Kurangnya anti adheren Kandungan air tinggi Lengket pada pons Penanggulangannya sama : Ubah ukuran granul Tambah adsorben Perbaiki alat; Alat dipoles, sehingga adhesivitas tablet dan pons sangat kecil. 3. Capping/Laminating Capping : copot Laminating : belah Penyebab : Terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan pons yang baru, yaitu dengan adanya udara yang terjebak antara pons dan die Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal) Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan dalam pelarut pengikat tambahkan bahan cair dan tidak mudah menguap Zat pengikat yang kurang tepat. Pengikat yang jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi jumlahnya kecil) Penanggulangannya: Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau kekurangan pengikat atau tidak cocok. Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP, sakarin, NHPC, LHPC 21, Metilselulosa dengan konsistensi tinggi, sehingga meningkatkan kekompakan tablet. Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran harus sama. 4. Sumbing atau retak-retak pada permukaan tablet Manifestasinya : Akibat dari ketiga masalah sebelumnya : laminating, lengket atau kadangkadang karena pons yang terlalu dalam. Penyelesaian : Pons dan die supaya di poles

Untuk ukuran granul yang besar, kurangi partikel granul. Diganti pons dan die Tambahkan pengikat kering 5. Keseragaman bobot (FI III) Penyebab pertama : - Aliran kurang baik - Distribusi ukuran granul yang tidak tepat, sebab dengan demikian mungkin saja timbul porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin keseragaman bobot karena adanya distribusi baru pada saat pencetakan. - Sistem pencampuran yang tidak benar, sehingga mesin harus terkunci baik terutama pons bawah karena dapat berubah-ubah sehingga bobot berbedabeda. Penyelesaian masalah : - Perbaiki atau ulangi proses pembuatan granul, perbaikan ukuran granul, pengikat, granulasi, perbaikan pencampuran massa cetak. - Perbaikan mesin tablet yaitu validasi mesin tablet. - Kecepatan aliran dapat menyebabkan bobot tablet yang berbeda-beda. Penyebab kecepatan aliran : kandungan air tinggi sehingga adesivitas tinggi dan aliran menjadi kurang ; porositas tinggi, udara terjebak banyak karena fines dan pengikat yang tidak cocok atau kurang. Jumlah fines meningkat, porositas meningkat, aliran tidak baik. Penyebab kedua : distribusi granul tidak baik. Penyelesaian Masalah : - Kurangi kadar air - Pembuatan granul baru sehingga menyebabkan porositas kecil, distribusi granul optimal sehingga aliran bagus. 6 Keseragaman Kandungan (FI IV hlm.999) Dilakukan bila : Kadar bahan aktif dibawah 50 mg Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet lebih kecil dari pada 50% Penyebab jeleknya keseragaman kandungan : Karena aliran jelek

Pencampuran pregranulasi tidak benar maka tentukan dulu homogenitas zat aktif dalam granul (di pabrik) Karena kadar fines tinggi maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda) Kandungan air yang tinggi sehingga aliran kurang baik Kondisi mesin tidak benar. Penyelesaian masalah Perbaikan ukuran granul meliputi pencampuran, perubahan pengikat, granulasi. Kalibrasi mesin. Berdasarkan Metode Pembuatan, tablet terdiri atas : 1. Tablet Kempa Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan pons atau cetakan baja. 2. Tablet Cetak Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan. 3. Granulasi Basah Zat berkhasiat, pengisi, dan penghancur dicampur baik-baik, lalu dibasahi engan larutan pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam pengering pada suhu 400- 500C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelican dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet. Metode granulasi basah dan kering bertujuan untuk meningkatkan aliran campuran dan kemampuan obat untuk dikempa.(Moh. Anief;1997) 4. Granulasi Kering Zat berkhasiat, pengisi, dan penghancur bila perlu pengikat dan pelicin dicampur dan dibuat dengan cara kempa cetak menjadi tablet yang besar (slugging), setelah itu tablet yang jadi dipecah menjadi granul lalu

diayak, akhirnya dikempacetak menjadi tablet yang dikehendaki menjadi tablet. Metode ini untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban. (Moh. Anief;1997)

Berdasarkan Tujuan Penggunaan, tablet terdiri atas (Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman Hal 706-717) : 1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan a. Tablet Konvensional Biasa Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien, seperti : Pengisi (memberi bentuk) : laktosa Pengikat (memberi adhesivitas atau kelekatan saat bertemu saluran pencernaan) : mucilago amyli, amilum Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet) b. Tablet Multi Kempa (Kempa Ganda) Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas dua atau lebih lapisan, disebut juga sebagai tablet berlapis. Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatible (tidak tersatukan). c. Tablet Lepas Lambat Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)

Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus. e. Tablet Lepas Terkendali Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu. f. Tablet Salut Gula Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna atau tidak. Tujuannya adalah melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, kelembaban), menutupi rasa dan bau yang tidak enak, menaikkan penampilan tablet. g. Tablet Salut Film Adalah tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, berwarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air, yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali. h. Tablet Efervescent Adalah tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan CO2. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum. i. Tablet Kunyah Adalah tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan.

2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut a. Tablet Bucal Adalah tablet kempa biasa berbentuk oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi dalam rongga mulut, biasanya keras dan berisi hormon steroid. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat

tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan). Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah. (Moh. Anief;1997)

b. Tablet Sublingual Adalah tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah, karena bila melalui lambung akan rusak. (Moh. Anief;1997) c. Tablet Hisap atau Lozenges Adalah tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut dan tenggorokan. Umumnya dignakan sebagai antiinfeksi. (Moh. Anief;1997) d. Dental Cones (kerucut gigi) Adalah suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembang biaknya bakteri di tempat yang kosong tadi. 3. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh a. Tablet Rektal Adalah tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik. b. Tablet Vaginal Adalah tablet kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik,

astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik. 4. Tablet Kempa Untuk Implantasi Berupa pellet, bulat atau oval pipih. Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan). Sedangkan tablet hipodermik dilarutkan dalam air steril untuk injeksi dibawah kulit. (Moh. Anief;1997)

Berdasarkan Rute Pemberian : 1. Tablet oral (dalam mulut) 2. Tablet rektal 3. Tablet Vaginal 4. Tablet Implantasi Berdasarkan Penyalutan (Moh. Anief;1997) 1. Tablet bersalut kempa 2. Tablet salut gula 3. Tablet salut film (bersalut selaput) 4. Tablet bersalut enterik Berdasarkan pelepasan zat aktif 1. Tablet lepas lambat 2. Tablet lepas terkendali 3. Tablet pelepasan biasa 4. Tablet lepas tunda Komposisi Tablet

1. Zat Aktif Zat Aktif Tidak Larut Air Cenderung digunakan untuk memberikan efek lokal pada saluran pencernaan (seperti antasida dan adsorben). Umumnya dipengaruhi oleh fenomena permukaan, maka perlu diperhatikan kemampuan redispersi bahan obat dari sediaan menghasilkan ukuran partikel yang halus dan luas permukaan yang tinggi. Contoh: Teofilin

Zat Aktif Larut Air Cenderung digunakan untuk memberikan efek sistemik dengan terdisolusi dan teradsorbsi pada usus. Diharapkan dengan memberikan efek sistemik, rancangan bentuk sediaan harus cepat terlarut. Contoh: Parasetamol 2. Eksipien (Bahan Pembantu) Adalah zat yang bersifat inert secara farmakologi yang digunakan sebagai zat pembantu dalam formulasi tablet untuk memperbaiki sifat zat aktif, membentuk tablet, dan mempermudah teknologi pembuatan tablet. Eksipien harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Tidak toksik. Tersedia secara komersial dengan mutu yang dapat diterima oleh semua negara tempat produk tersebut dikembangkan. Harga relatif murah Inert secara fisiologis Tidak kontraindikasi dalam suatu golongan populasi Stabil secara fisika dan kimia Bebas dari kandungan bakteri patogen Kompatible dengan zat warna dan bahan lainnya

Eksipien berdasarkan fungsinya dapat digolongkan sebagai berikut, diantaranya : a. Pengisi Adalah zat yang ditambahkan untuk menyesuaikan bobot dan ukuran tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk membuat massa tablet, memperbaiki daya kohesi sehingga tablet dapat dikempa dengan baik, serta mengatasi masalah kelembaban yang mempengaruhi kestabilan zat aktif. Biasa digunakan saccharum lactis, amylum manihot, calcii phosphas, calcii carbonas, dan zat lain yang cocok. (Moh. Anief;1997) Sedangkan pada tablet khusus seperti tablet kunyah, pengisi dapat berguna untuk memberikan rasa yang lebih baik. Bahan pengisi harus memenuhi syarat sebagai berikut :(M.E Aulton:pharmaceutics, THE SCIENCE OF DOSAGE FORM DESIGN:2005) Tidak bersifat toksik Tersedia dalam jumlah yang cukup Harganya cukup murah Tidak boleh memiliki sifat yang paling berlawanan Inert atau netral Bebas mikroba Tidak mengganggu warna Stabil secara kimia dan fisika Beberapa senyawa yang dapat digunakan sebagai bahan pengisi tablet, diantaranya : (Pharmaceutical exicipient 2006) Larut Air Manitol Rumus molekul: C6H14O6 182.17 Pemerian: Putih, tidak berbau, serbuk Kristal atau butiran halus yang mudah

mengalir, mempunyai rasa yang manis, kira-kira semanis glukosa dan hampir semanis sukrosa, dan memberikan sensasi dingin di mulut. Secara mikroskopis, terlihat membentuk polymorphism. Contoh : Digunakan sebagai bahan pengisi pada vitamin B12 Density (bulk):

0.430 g/cm3 for powder; 0.7 g/cm3 for granules.

Density (tapped):

0.734 g/cm3 for powder; 0.8 g/cm3 for granules.

Density (true): 1.514 g/cm3 Konstanta diasosiasi: pKa = 13.5 at 18C Flash point: