Bahan Osteoporosis
-
Upload
soraya-hermawhuan -
Category
Documents
-
view
643 -
download
1
Transcript of Bahan Osteoporosis
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 1/40
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-
lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai
sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang
dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang ( Tandra, 2009).
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992
Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai
perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya
menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah tulang (Suryati,
2006). Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka,
ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko
patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas
tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).
Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan
dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil,
tulang juga terus mengalami perubahan
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 2/40
karena berbagai stres mekanik dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel.
Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran dan
pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan
kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia
semakin tua. Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas, ketika tulang
menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat yang akan mencapai puncaknya
pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang
akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan bertambahnya
usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang
berakibat pada osteoporosis ( Tandra, 2009).
2.2 Penyebab Osteoporosis
Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:
1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada
wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul
pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat.
Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung
3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam
waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 3/40
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan
dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan
tulang baru (osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini
biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.
Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebabkan
oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya
kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang
berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.
4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang
normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang
( Junaidi, 2007).
2.3 Stadium Osteoporosis
1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat
daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 4/40
2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun (osteopenia).
3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan atau
benturan ringan.
4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang.
Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi (Waluyo, 2009).
2.4 Gejala Osteoporosis
Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan.
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul
nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan
keluhan atau gejala sebagai berikut:
1. Tinggi badan berkurang
2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah
3. Patah tulang
4. Nyeri bila ada patah tulang (Tandra, 2009).
2.5 Faktor Risiko Osteoporosis
Osteoporosis dapat menyerang setiap orang dengan faktor risiko yang berbeda. Faktor risiko
Osteoporosis dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan yang dapat
dikendalikan. Berikut ini faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat dikendalikan:
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 5/40
1. Jenis kelamin
Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis lebih besar dibandingkan kaum pria. Hal
ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35
tahun.
2. Usia
Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara alamiah tulang semakin
rapuh sejalan dengan bertambahnya usia. Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya
massa tulang yang juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.
3. Ras
Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis. Karena itu, ras Eropa
Utara (Swedia, Norwegia, Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding
ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat dibanding ras kulit putih Amerika.
Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar. Ditambah
dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras Afrika.
4. Pigmentasi dan tempat tinggal
Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di wilayah khatulistiwa, mempunyai risiko terkena
osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di wilayah kutub
seperti Norwegia dan Swedia.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 6/40
5. Riwayat keluarga
Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai massa tulang yang rendah,
maka keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena osteoporosis.
6. Sosok tubuh
Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis. Demikian juga seseorang
yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding yang bertubuh besar.
7. Menopause
Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena tubuh tidak lagi memproduksinya.
Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan massa tulang.
Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan semakin berkurang
kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah. Menopause dini
bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan
seperti kanker, mioma dan lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya risiko terkena
osteoporosis. Berikut ini faktor – faktor risiko osteoporosis yang dapat dikendalikan. Faktor-faktor
ini biasanya berhubungan dengan kebiasaan dan pola hidup.
1. Aktivitas fisik
Seseorang yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-ototnya tidak terlatih dan menjadi kendor.
Otot yang kendor akan mempercepat menurunnya kekuatan tulang. Untuk menghindarinya,
dianjurkan melakukan olahraga teratur
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 7/40
minimal tiga kali dalam seminggu (lebih baik dengan beban untuk membentuk dan memperkuat
tulang).
2. Kurang kalsium
Kalsium penting bagi pembentukan tulang, jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan
mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di
tulang. Kebutuhan akan kalsium harus disertai dengan asupan vitamin D yang didapat dari sinar
matahari pagi, tanpa vitamin D kalsium tidak mungkin diserap usus (Suryati, 2006).
3. Merokok
Para perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar dibanding bukan perokok. Telah diketahui
bahwa wanita perokok mempunyai kadar estrogen lebih rendah dan mengalami masa menopause 5
tahun lebih cepat dibanding wanita bukan perokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok
berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal penyerapan dan penggunaan kalsium. Akibatnya,
pengeroposan tulang/osteoporosis terjadi lebih cepat.
4. Minuman keras/beralkohol
Alkohol berlebihan dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding lambung. Dan ini menyebabkan
perdarahan yang membuat tubuh kehilangan kalsium (yang ada dalam darah) yang dapat
menurunkan massa tulang dan pada gilirannya menyebabkan osteoporosis.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 8/40
5. Minuman soda
Minuman bersoda (softdrink ) mengandung fosfor dan kafein (caffein). Fosfor akan mengikat kalsium
dan membawa kalsium keluar dari tulang, sedangkan kafein meningkatkan pembuangan kalsium
lewat urin. Untuk menghindari bahaya osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus dibarengi
dengan minum susu atau mengonsumsi kalsium ekstra (Tandra, 2009)
6. Stres
Kondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu kortisol yang diproduksi oleh kelenjar
adrenal. Kadar hormon kortisol yang tinggi akan meningkatkan pelepasan kalsium kedalam
peredaran darah dan akan menyebabkan tulang menjadi rapuh dan keropos sehingga meningkatkan
terjadinya osteoporosis.
7. Bahan kimia
Bahan kimia seperti pestisida yang dapat ditemukan dalam bahan makanan (sayuran dan buah-
buahan), asap bahan bakar kendaraan bermotor, dan limbah industri seperti organoklorida yang
dibuang sembarangan di sungai dan tanah, dapat merusak sel-sel tubuh termasuk tulang. Ini membuat
daya tahan tubuh menurun dan membuat pengeroposan tulang (Waluyo, 2009).
2.6 Pencegahan
Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda maupun masa reproduksi.
Berikut ini hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 9/40
1. Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan
tulang pada wanita setengah baya yang sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya
konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium
per hari, sedangkan untuk lansia 1200 mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari makanan
sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.
2. Paparan sinar matahari
Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh
dalam pembentukan massa tulang. Berjemurlah dibawah sinar matahari selama 20-30 menit,
3x/minggu. Sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sesudah jam 4.
Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
pembentukan massa tulang (Ernawati, 2008).
3. Melakukan olahraga dengan beban
Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban
yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olahraga beban misalnya senam aerobik, berjalan dan
menaiki tangga. Olahraga yang teratur merupakan upaya pencegahan yang penting. Tinggalkan gaya
hidup santai, mulailah berolahraga beban yang ringan, kemudian tingkatkan intensitasnya. Yang
penting
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 10/40
adalah melakukannya dengan teratur dan benar. Latihan fisik atau olahraga untuk penderita
osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis. Latihan yang tidak boleh
dilakukan oleh penderita osteoporosis adalah sebagai berikut:
• Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada tulang punggung.
Hal ini akan menambah risiko patah tulang punggung karena ruas tulang punggung yang lemah tidak
mampu menahan beban tersebut. Hindari latihan berupa lompatan, senam aerobik dan joging.
• Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepn dengan punggung
melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera ruas tulang belakang. Juga tidak
boleh melakukan sit up, meraih jari kaki, dan lain-lain.
• Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping atau menyilangkan
dengan badan, juga meningkatkan risiko patah tulang, karena tulang panggul dalam kondisi lemah.
Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis :
• Jalan kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5 km/jam selama 50 menit, lima kali
dalam seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang. Jalan kaki lebih cepat (6
km/jam) akan bermanfaat untuk jantung dan paru-paru.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 11/40
• Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat ”dumbble” kecil untuk menguatkan
pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.
• Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.
• Latihan untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk dikursi,
dengan atau tanpa penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan punggung agar tetap
tegak, mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus memperkuat punggung.
Untuk pencegahan osteoporosis, latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan fisik yang bersifat
pembebanan, terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi terjadi osteoporosis dan patah
tulang. Jangan lakukan senam segera sesudah makan. Beri waktu kira-kira 1 jam perut kosong
sebelum mulai dan sesudah senam. Dianjurkan untuk berlatih senam tiga kali seminggu, minimal 20
menit dan maksimal 60 menit. Sebaiknya senam dikombinasikan dengan olahraga jalan secara
bergantian, misalnya hari pertama senam, hari kedua jalan kaki, hari ketiga senam, hari keempat
jalan kaki, hari kelima senam, hari keenam dan hari ketujuh istirahat. Jalan kaki merupakan olahraga
yang paling mudah, murah dan aman, serta sangat bermanfaat. Gerakannya sangat mudah dilakukan,
melangkahkan salah satu kaki kedepan kaki yang lain secara bergantian. Lakukanlah jalan kaki 20-30
menit, paling sedikit tiga kali seminggu.dianjurkan berjalan lebih cepat dari biasa, disertai ayunan
lengan. Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan untuk:
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 12/40
• Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan mantap sehingg mencegah terjadinya
cedera.
• Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi sedikit.
• Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak dan
• Menimbulkan rasa santai.
Lakukan selama 10 menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala, bahu, siku dan tangan, kaki, lutut
dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan
menghasilkan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan
kemudahan gerakan sendi. Latihan ini dilakukan secara berhati-hati dan bertahap, jangan sampai
menyebabkan cedera. Biasanya dimulai dengan peregangan otot-otot lengan, dada, punggung,
tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan
gerak yang bersifat ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang
bermanfaat. Utamakan gerakan, tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami
osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul dan tulang pergelangan tangan.
Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau apa saja
yang dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1 tangan, mulai dengan beban ringan
untuk pemula, dan jangan melebihi 1000 gram. Beban untuk tulang belakang dan tungkai sudah
cukup memdai dengan beban dari tubuh itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 13/40
Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan memulai gerakan peregangan seperti awal
pemanasan dan lakukan gerakan menarik napas atau ambil napas dan buang napas secara teratur. Jika
masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kira-kira 10 menit. Latihan ini merupakan gabungan
peregangan, penguatan dan koordinasi. Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi nyaman,
rileks dan napas yang teratur (Santoso, 2009).
4. Hindari rokok dan minuman beralkohol
Menghentikan kebiasaan merokok merupakan upaya penting dalam mengurangi faktor risiko
terjadinya osteoporosis. Terlalu banyak minum alkohol juga bisa merusak tulang.
5. Deteksi dini osteoporosis
Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak diawali dengan gejala, maka
langkah yang paling penting dalam mencegah dan mengobati osteoporosis adalah pemeriksaan secara
dini untuk mengetahui apakah kita sudah terkena osteoporosis atau belum, sehingga dari pemeriksaan
ini kita akan tahu langkah selanjutnya. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur
kepadatan mineral tulang adalah sebagai berikut (Nissl, 2004) :
a. Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA), menggunakan dua sinar-X berbeda, dapat digunakan
untuk mengukur kepadatan tulang belakang dan pangkal paha. Sejumlah sinar-X dipancarkan pada
bagian tulang dan jaringan lunak yang
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 14/40
dibandingkan dengan bagian yang lain. Tulang yang mempunyai kepadatan tulang tertinggi hanya
mengizinkan sedikit sinar-X yang melewatinya. DEXA merupakan metode yang paling akurat untuk
mengukur kepadatan mineral tulang. DEXA dapat mengukur sampai 2% mineral tulang yang hilang
tiap tahun. Penggunaan alat ini sangat cepat dan hanya menggunakan radiasi dengan dosis yang
rendah tetapi lebih mahal dibandingan dengan metode ultrasounds.
b. Peripheral dual-energy X-ray absorptiometry (P-DEXA), merupakan hasil modifikasi dari DEXA.
Alat ini mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan, tetapi tidak dapat
mengukur kepadatan tulang yang berisiko patah tulang seperti tulang belakang atau pangkal paha.
Jika kepadatan tulang belakang dan pangkal paha sudah diukur maka pengukuran dengan P-DEXA
tidak diperlukan. Mesin P-DEXA mudah dibawa, menggunakan radiasi sinar-X dengan dosis yang
sangat kecil, dan hasilnya lebih cepat dan konvensional dibandingkan DEXA.
c. Dual photon absorptiometry (DPA), menggunakan zat radioaktif untuk menghasilkan radiasi.
Dapat mengukur kepadatan mineral tulang belakang dan pangkal paha, juga menggunakan radiasi
sinar dengan dosis yang sangat rendah tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.
d. Ultrasounds, pada umumnya digunakan untuk tes pendahuluan. Jika hasilnya mengindikasikan
kepadatan mineral tulang rendah maka dianjurkan untuk tes menggunakan DEXA. Ultrasounds
menggunakan gelombang suara untuk mengukur kepadatan mineral tulang, biasanya pada telapak
kaki. Sebagian mesin melewatkan gelombang suara melalui udara dan sebagian lagi melalui air.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 15/40
Ultrasounds dalam penggunaannya cepat, mudah dan tidak menggunakan radiasi seperti sinar-X.
Salah satu kelemahan Ultrasounds tidak dapat menunjukkan kepadatan mineral tulang yang berisiko
patah tulang karena osteoporosis. Penggunaan Ultrasounds juga lebih terbatas dibandingkan DEXA.
e. Quantitative computed tomography (QTC), adalah suatu model dari CT-scan yang dapat mengukur
kepadatan tulang belakang. Salah satu model dari QTC disebut peripheral QCT ( pQCT ) yang dapat
mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan. Pada umumnya pengukuran
dengan QCT jarang dianjurkan karena sangat mahal, menggunakan radiasi dengan dosis tinggi, dan
kurang akurat dibandingkan dengan DEXA, PDEXA,atau DPA (Kosnayani,2007).
2.7 Pengertian WUS
WUS (Wanita Usia Subur) berdasarkan konsep Departemen Kesehatan (2006) adalah wanita dalam
usia reproduktif, yaitu usia 15 – 49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum
menikah.
2.8 Pengetahuan ( Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, bisa juga didapat dari informasi
yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 16/40
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior ). Pengetahuan
yang di cakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:
1. Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)
4. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya
satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 17/40
6. Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.9 Sikap ( Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.
Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari
pengalaman atau dari orang yang terdekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan diri kepada
sesuatu atau menyebabkan kita menolaknya (Ahmadi, 1999) Seperti halnya pengetahuan, sikap ini
terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu:
1. Sebagai alat untuk menyesuaikan. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya
sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 18/40
menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau
dengan kelompok lainnya.
2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah
lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi
terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan itu.
3. Sebagai alat pengatur pengalaman. Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman secara
aktif. Artinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia
memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi
penilaian lalu dipilih.
4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan
karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat
sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap
merupakan pernyataan pribadi.
2.10 Tindakan ( Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior ) untuk terwujudnya sikap
agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor
pendukung (support ) dari pihak lain di dalam praktek atau tindakan terdapat tingkat-tingkat praktek
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 19/40
1. Persepsi ( perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guided response). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar
dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism). Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
4. Adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
1. Awarenes (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu
terhadap stimulus atau objek.
2. Interest , dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik.
4. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku hidup baru
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
Universitas Sumatera Utara
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 20/40
Apabila penerimaan perilaku atau adopsi perilaku melaui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan,
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama (Notoatmojo, 2007).
2.11 Variabel yang diteliti
Dilihat dari tinjauan pustaka maka variabel yang diteliti
adalah pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan
osteoporosis pada Wanita Usia Subur. Variabel yang
diteliti
- Pengetahuan
- Sikap
- Tindakan
tentang pencegahan osteoporosis pada Wanita Usia Subur
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 21/40
laporan pendahuluan OSTEOPOROSIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah
dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis
menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk
di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah
populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada
kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis. Proses terjadinya
osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita proses ini akan semakin cepat padamasa menopause.
Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang
mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah
menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut
penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri
penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru
muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.
Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena
penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi
estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat.
Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025,
sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta
pada tahun 2015..
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Diharapkan mampu memahami asuhan keperawatan pada lanjut usia yang mengalami perubahan
fisiologi maupun psikologis dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ny. O dengan
osteoporosis melalui proses keperawatan yang telah diberikan.
2. Tujuan Khusus
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 22/40
a. Mampu memahami proses menua dan perubahan-perubahan yang terjadi serta masalah yang muncul
pada lanjut usia.
b. Mampu melakukan proses pengkajian pada klien lanjut usia dengan osteoporosis
c. Mampu menegakkan diagnosa asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan osteoporosis
d. Mampu merencanakan intervensi dan melaksanakan asuhan keperawatan pada lanjut usia dengan
mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien lanjut usia dengan osteoporosis
C. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Studi kepustakaan sebagai landasan teori.
2. Studi kasus dengan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada klien lansia dengan
osteoporosisMetode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode studi kasus yaitu
dengan mengambil salah satu kasus penyakit yang ada di Panti PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. Metode
studi kepustakaan yaitu dengan mencari sumber-sumber dari referensi buku-buku dan internet.
D. Ruang Lingkup
Melihat permasalahan yang ada pada Ny.O pasien dengan osteoporosis, maka laporan kasus ini penulis
hanya membahas mengenai pemberian asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia yang ada di Panti
PSTW Budi Mulia 01 Cipayung dengan osteoporosis.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini terbagi dalam 5 BAB, yaitu :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, tujuan
Penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis Gerontik terdiri dari pengertian, permasalahan, tujuan geriatri, tipologi lanjut
usia, teori-teori tentang proses menua, faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua,batasan usia
lanjut, dan perubahan-perubahan pada lanjut usia.
BAB III : Tinjauan kasus secara teoritis terdiri dari definisi osteoporosis, etiologi, patogenesis, faktor
resiko, klasifikasi, gambaran klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, pencegahan osteoporosis
dan askep.
BAB IV : Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 23/40
BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 2
C. Metode Penulisan..................................................................................................... 2
D. Ruang lingkup 2
E. Sistematika Penulisan 3BAB II Teori dasar Gerontik 4
A. Definsi 4
B. Permasalahan 4
C. Tujuan Geriatri 5
D. Tipologi Lanjut usia 5
E. Teori-teori proses menua 6
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan 7
G. Batasan-batasan usia lanjut 8
H. Perubahan-perubahan pda lanjut usia. 8
BAB III TINJAUAN KASUS Secara Teori 14
A. Definisi Osteoporosis 14
B. Etiologi 14
C. Patogenesis 17
D. Faktor Resiko Osteoporosis 18
E. Klasifikasi Osteoporosis 20
F. Gambaran Klinis 20
G. Pemeriksaan Diagnostik 21
H. Penatalaksanaan 21
I. Pencegahan Osteoporosis..................................................................................... .... 22
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 24/40
J. Asuhan Keperawatan Osteoporosis...................................................................... 23
1. Pengkajian ......................................................................................................... 23
2. Diagnosa keperawatan....................................................................................... 23
3. Intervensi keperawatan..................................................................................... 24
4. Evaluasi.............................................................................................................. 30
BAB IV TINJAUAN KASUS/PEMBAHASAN 31
A. Pengkajian ............................................................................................................ 31
B. Data fokus............................................................................................................. 42
C. Analisa data............................................................................................................ 44
D. Diagnosa Keperawatan........................................................................................... 47
E. Rencana Keperawatan............................................................................................ 48F. Implementasi Keperawatan.................................................................................... 51
G. Evaluasi................................................................................................................. 60
BAB IV PENUTUP 65
A. Kesimpulan 65
B. Saran 65
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN KASUS SECARA TEORI
1. Definisi Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan
kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur oleh karena fragilitas tulang
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 25/40
meningkat.
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan
mudah patah.
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan
pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan
pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total.
Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat.
Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya
yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi(hormon paratiroid,
hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosterone pada pria). Juga persediaan
Vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukan ke
dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatan sampai kepadatan maksimal (sekitarusia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu
mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh,
sehingga terjadilah osteoporosis.
2. Etiologi Osteoporosis
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
o Determinan Massa Tulang
Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada
umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang
mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena
osteoporosis
Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban
akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa
tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa
otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban
mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai
contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 26/40
maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun
tulangnya akan di jumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama,
poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti
berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di
sampihg faktor genetik
Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral),
pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan.
Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa
pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan
tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.o Determinan penurunan Massa Tulang
Faktor genetik
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil
akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat
ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu
mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya.
Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang
(osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai
tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan
massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi
panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan
menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis,massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang
sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 27/40
nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya
rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif,
sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan
kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat
antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa
menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta
eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa
menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan
yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, halini akan meningkatkan ekskresi kalsium.
Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan
tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin.
Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan
yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan
kalsium yang negatif
Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari
makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa
tulang, dan bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadappenurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium
melalui urin maupun tinja.
Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 28/40
mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang
meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .
3. Patogenesis
• Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses
resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling).Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini,
misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa
tulang
• Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30- 35 tahun untuk tulang bagian korteks
dan lebih dini pd bagian trabekula
• Pada usia 40- 45 tahun , baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks
sebesar 0,3 -0,5 % per tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda• Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20- 30 % dan pada wanita
40-50 %
• Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris dan
korpus vertebra
• Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian
distal.
Penyebab osteoporosis :
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormone utama pada wanita), yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada
wanita yang berusia diantara 51-71 tahun, tetapi bias mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.
Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, warna
kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit daripada warna kulit hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibatdari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan
usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.
Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut.penyakit ini biasanya terjadi pada usia
diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis
senilis dan postmenopausal.
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh
keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bias disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 29/40
kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid,
barbiturat, anti kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan
merokok bisa memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar
vitamin yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya
tulang.
4. Faktor Resiko Osteoporosis
1. Usia
o Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8
2. Genetik
o Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)o Seks (wanita > pria)
o Riwayat keluarga
3. Lingkungan, dan lainnya
o Defisiensi kalsium
o Aktivitas fisik kurang
o Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)
o Merokok, alkohol
o Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin, gangguan penglihatan)
o Hormonal dan penyakit kronik
Defisiensi estrogen, androgen
Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme
Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal, gastrektomi)
o Sifat fisik tulang
Densitas (massa)
Ukuran dan geometri
Mikroarsitektur
Komposisi
Selain itu ada juga faktor resiko fraktur panggul yaitu,:
1. Penurunan respons protektif
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 30/40
o Kelainan neuromuskular
o Gangguan penglihatan
o Gangguan keseimbangan
2. Peningkatan fragilitas tulang
o Densitas massa tulang rendah
o Hiperparatiroidisme
3. Gangguan penyediaan energi
o Malabsorpsi
5. Klasifikasi Osteoporosis
Dalam terapi hal yang perlu diperhatikan adalah mengenali klasifikasi osteoporosis dari penderita.Osteoporosis dibagi 2 , yaitu :
• Osteoporosis primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses
resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia dekade
awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan perbandingan 6-8: 1 pada usia
rata-rata 53-57 tahun.
• Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang.
• Osteoporosis idiopatik
Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra menopause dengan faktor
etiologik yang tidak diketahui.
6. Gambaran Klinis
Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini disebabkan karena osteoporosis
tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa fraktur osteoporosis dapat terdeteksi hingga
beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra,
pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra
adalah nyeri pada punggung dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps
vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut dan sering menyebar
kesekitar pinggang hingga kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit gerakan
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 31/40
misalnya berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidaur dapat meringankan nyeri untuk sementara,
tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh
distensi perut dan ileus.
Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan osteoporosis bila didapatkan :
• Patah tulang akibat trauma yang ringan.
• Tubuh makin pendek, kifosis dorsal bertambah, nyeri tulang.
• Gangguan otot (kaku dan lemah)
• Secara kebetulan ditemukan gambaran radiologik yang khas.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis. Demikian juga gaya
berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang, nyeri spinal. Penderita dengan osteoporosis seringmenunjukkan kifosis dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan.
b. Pemeriksaan Radiologis
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang
lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame
vertebra.
c. Pemeriksaan Densitas Massa tulang ( Densitometri )
Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur . untuk menilai hasil
pemeriksaan Densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok kerja WHO, yaitu:
1. Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas massa tulang orang dewasa
muda (T-score)
2. Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score.
3. Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score atau kurang.
4. Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur.
8. Penatalaksanaan
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan yang pada umumnya
bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor
makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra
violet. Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko
osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 32/40
Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan melakukan
pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah).
Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.
Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur
panggul.
9. Pencegahan
Pencegahan osteoporosis meliputi :
• Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup
• Melakukan olahraga dengan beban
• Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:
Mencapai massa tulang dewasa (Proses konsolidasi) yang optimal
Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:
1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2. Latihan teratur setiap hari
3. Hindari :
- Makanan tinggi protein
- Minum alkohol
- Merokok
- Minum kopi
- Minum antasida yang mengandung aluminium
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIs
I. PENGKAJIAN
Mengidentifikasi resiko pasien dan pengenalan masalah-masalah yang berkaitan dengan osteporosis,
wawancara pasien mengenai riwayat keluarga, fraktur yang terjadi sebelumnya, kebiasaan diet, pola
olahraga, awitan menopause dan penggunaan steroid.
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 33/40
Amati terhadap fraktur, kifosis thorakal atau pemendekan batang tubuh saat melakukan pemeriksaan
fisik.
Riwayat dislokasi pada wanita post menopouse atau kondisi yang diketahui sebagai penyebab sekunder
osteoporosis. Pasien (biasanya wanita tua) mungkin melaporkan penurunan kemampuan untuk
mengangkat . Pasien mengatakan nyeri beberapa lama sampai beberapa tahun. Jika pasien mempunyai
kolab vertebra, pasien merasakan nyeri punggung dan nyeri menjalar ke tubuh.
Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan risiko mengalami osteoporosis dan penemuan masalah
yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan.
Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya,
konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause dan penggunaan kortikoseteoroid selain
asupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap sengaja yang dialami pasien, seperti nyeri pingang, konstipasi
atau gangguan citra diri harus digali.Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosis vertebrata torakalis atau
pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur
dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan ketidak
cukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.
2. Potensial Komplikasi (fraktur, kifosis, paralitik ileus)
3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus
5. Terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang
III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.
Kriteria Pengkajian Fokus.
Makna klinis.
Pengetahuan atau pengalaman dengan osteoporosis
Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi
Pengkajian ini membantu perawat merencanakan strategi penyuluhan
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 34/40
Klien atau keluarga yang gagal untuk memenuhi tujuan belajar memerlukan rujukan untuk bantuan
pasca pulang.
Kriteria hasil bagi klien atau keluarga akan :
a) Menyebutkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau dihilangkan
b) Menggambarkan modifikasi diet
c) Menyebutkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada profesioal pelayanan kesehatan
d) Sasaran utama yang lain mencakup peredaan nyeri, perbaikan eliminasi usus dan tidak terdapat
fraktur tambahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN :
Osteoporosis dengan menggunakan alat bantu pengajaran yang sesuai dengan tingkat pengertian klien
dan keluarga (mis; gambar, slide, model). Jelaskan hal-hal berikut :Penurunan densitas tulang
Peningkatan insiden fraktur vertebral, panggul dan pergelangan
a) Jelaskan faktor resiko dan yang mana dapat dihilangkan atau diubah.
• Gaya hidup menoton
• Kerangka tubuh kecil, kurus
• Diet rendah kalsium dan vitamin D dan fosfor tinggi
• Menopause atau ooforektomi
• Obat-obatan
• Meminum alcohol
• Kafein
• Kadar natrium florida rendah
• Merokok
b) Rujuk ke sumber komunitas seperti kelompok berhenti merokok, yayasan artritis dan kelompok yang
terkait.
c) Ajarkan untuk memantau dan melaporkan tanda dan gejala fraktur :
• Nyeri hebat tiba-tiba pada punggung bawah, terutama setelah mengangkat atau membungkuk
• Spasme otot paravertebral nyeri
• Kolaps vertebral bertahap ( dikaji dengan perubahan tinggi badan atau pengukuran tanda khiposis)
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 35/40
• Nyeri punggung kronik
• Keletihan
• Konstipasi
d) Pertegas penjelasan untuk terapi nutrisi, konsul dengan ahli diet bila ada indikasi :
• Perbanyak masukan kalsium 1000 sampai 1500 mg/hari
• Identifikasi makanan tinggi kalsium misal; sardin, salmon, tahu produk dari susu dan sayuran berdaun
hijau
• Pantau tanda dan gejala intoleransi laktosa, seperti; diare, flatulens dan kembung
• Rekomendasikan multivitamin yang mengandung 400 sampai 800 IU vitamin D setiap hari
• Identifikasi makanan yang menjadi sumber vitamin D, misal; susu diperkaya sereal, kuning telur, hepar
dan ikan laut• Dorong masukan protein adekuat tetapi tidak berlebih, kurang lebih 44 g/hari pada kebanyakan klien
e) Jelaskan kebutuhan peningkatan aktivitas fisik dan pembatasan tertentu :
• Dorong latihan yang menghasilkan gerakan, tarikan dan tekanan pada tulang panjang, mis; berjalan,
bersepeda statis dan mendayung
• Instruksikan klien untuk latihan sedikitnya tiga kali seminggu selama 30 sampai 60 menit setiap bagian,
sesuai kemampuan
• Hindari latihan fleksi spina dan membungkuk tiba-tiba dan tersentak, mengangkat beban berat
• Rencanakan periode istirahat adekuat, berbaring pada posisi terlentang selama sedikitnya 15 menit
saat nyeri punggung meningkat atau interval tertentu selama siang hari
• Instruksikan klien dalam menggunakan sabuk punggung, korset, belat bila perlu
• Dorong anggota keluarga atau pemberi perawatan lain untuk memberikan latihan rentang gerak pasif
pada klien yang diimobilisasi di tempat tidur
f) Jelaskan pentingnya kewaspadaan keamanan seperti berikut ini :
• Menyangga punggung dengan matras kuat, penyokong tubu dan mekanika tubuh yang baik
• Lindungi terhadap kecelakaan jatuh dengan menggunakan sepatu dengan tumit rendah;
menyingkirkan bahaya lingkungan, seperti rak laci, lantai licin, kabel listrik dijalan dan pencahayaan yang
kurang baik dan menghindari alkohol, hipnotik dan tranquilizer
• Menggunakan alat bantu sesuai kebutuhan, misal; tongkat atau kruk
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 36/40
• Hindari gerakan fleksi, seperti menunduk, membungkuk dan mengangkat. Jelaskan bahwa fraktur
kompresi vertebral dapat diakibatkan dari trauma minimal karena membuka jendela, menggendong
anak, batuk atau menunduk.
g) Jelaskan terapi obat yang ditentukan, ditekankan pentingnya mematuhi rencana dan mengerti
kemungkinan efek samping. Sesuai keperluan, pertaegas tentang hal berikut :
• Sumplemen kalsium : 1000 sampai 1500 mg/hari, 1500 mg/hari setelah menopause, disertai dengan
peningkatan masukan cairan
• Suplemen vitamin D : 100 sampai 500 IU/hari (catatan : bila vitamin D digunakan dalam hubungannya
dengan kalsitrio, kadar kalsium plasma harus dipantau setiap minggu selama 4 sampai 6 minggu dan
kemudian frekuensinya menurun)
• Terapi estrogen dosis rendah; 0,3 sampai 0,625 mg/hari unuk wanita pasca menopausal, disertaipemeriksaan payudara mandiri setiap bulan, pemeriksaan payudara klinis regular dan mamografi
dengan Pap smear untur memonitor efek samping
• Kalsitonin Salmon parenteral; dosis yang disetujui FDA adalah 100 IU setiap hari. Seringkali 100 IU/hari,
tiga kali seminggu pada awalnya; kemudian setelah pemeriksaan rontgen dan evaluasi kalsium serum,
dosis dapat menurun sampai 50 IU/hari setiap 1-3 hari
• Natrium florida; biasanya 60 mg/hari pada waktu yang berbeda dari pemberian kalsium.
2. Masalah Kolaboratif : Potensial Komplikasi (fraktur, kifosis, paralitik ileus)
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Pantau tanda dan gejala fraktur (vertebral, panggul atau pergelangan tangan)
a. Nyeri pada punggung bawah atau leher
b. Nyeri tekan terlokalisasi
c. Nyeri menyebar pada abdomen dan pinggang
d. Spasme otot para vertebral
b) Pantau kifosis dari spina dorsal, ditandai dengan penurunan tinggi badan. Dikatakan kifosis bila jarak
antara kaki dan simfisis pubis lebih dari 1 cm
tanda dan gejala paralitik ileus :
a. Tak terdengar bising usus
b. Ketidak nyamanan abdomen dan distensi
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 37/40
INTERVENSI PROGRAM DOKTER YANG BERHUBUNGAN :
Obat-obatan :
a. Kalsium, suplemen vitamin
b. Kalsitonin salmon
c. Terapi pengganti estrogen dalam konjungsi dengan progresteron
Pemeriksaan Laboratorium :
a. Kalsium dan fosfat serum
b. Fosfat alkalin
c. Hidroksiprolin
d. Ekskresi kalsium urinee. Hematokrit
f. Osteokalsin serum
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan sinar x
b. Absorpsimetri foton tunggal
c. Absorpsimetri sinar x energi ganda
d. Absorpsimetri foton ganda
e. Tomografi komputer kuantit
f. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Ajarkan cara menghilangkan nyeri punggung melalui tirah baring dan pengunaan matras yang keras
dan tidak menggulung
b) Instruksikan pasien untuk menggerakkan trunkusnya sebagai satu unit dan hindari memutar ; berikan
dorongan untuk melakukan postur tubuh yang baik dan melanik tubuh yang baik
c) Pasang korset lumbosakral untuk menyangga sementara ketika turun dari tempat tidur
d) Berikan analgesik narkotik oral saat awitan nyeri punggung ; ganti menjadi analgesik non narkotik
setelah beberapa hari
3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 38/40
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang
atau miring ke samping selama beberapa hari.
b. Kasur harus padat dan tidak lentur.
c. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
d. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
e. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir.
f. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari
tempat tidur,
g. Pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa
kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.
h. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkanuntuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur
abnormal pada otot yang melemah.
i. Opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah
beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.
4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat, tingkatan masukan cairan dan gunakan
pelunak feces yang telah diresepkan
b) Pantau masukan pasien, bising usus dan aktivitas usus (defekasi); ileus dapat terjadi jika kolaps
vertebra mengenai tulang vertebra T10-12.
5. Resiko terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang
INTERVENSI KEPERAWATAN :
a) Tingkatkan aktivitas fisik untuk menguatkan otot, mencegah atropi disuse, dan hambat demineralisasi
tulang progresif.
b) Berikan dorongan untuk melakukan latihan isometrik untuk menguatkan otot-otot trunkus
c) Berikan dorongan untuk berjalan, penggunaan mekanik tubuh yang baik, dan postur tubuh yang benar
d) Hindari membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat
e) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diluar rumah di bawah sinar matahari untuk
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 39/40
meningkatkan kemampuan tubuh memproduksi vitamin D.
VI. EVALUASI
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya.
- Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang
- Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi
- Meningkatkan tingkat latihan
- Gunakan terapi hormon yang diresepkan
- Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran
2. Mendapatkan peredaan nyeri
- Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
- Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari- Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur
3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal
- Bising usus aktif
- Gerakan usus teratur
4. Tidak mengalami fraktur baru
- Mempertahankan postur yang bagus
- Mempegunakan mekanika tubuh yang baik
- Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
- Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari)
- Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
- Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
- Menciptakan lingkungan rumah yang aman
- Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuh
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah yang dimulai sejak lahir
dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua bukanlah suatu penyakit tetapi
5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 40/40
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dalam maupun luar
tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menyerang
kaum lanjut usia. Seperti diketahui bahwa lanjut usia akan selalu mengalami perubahan fisiologik
maupun psikologik. Oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia harus
secara holistik dan kompehensif yang memandang klien lanjut usia sebagai manusia yang utuh dan unik
sehingga teknik dan pendekatan yang diberikan perawatan berbeda-beda namun tetap berfokus pada
kebutuhan dasar manusia itu sendiri.
B. Saran
1. Untuk meningkatkan mutu dan kualitas asuhan keperawatan lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria
Pembangunan yang jumlahnya semakin meningkat diharapkan untuk menambah tenaga kerja perawat
yang mempunyai potensi dan dedikasi yang baik.2. Kepada institusi pendidikan Akper PGI Cikini diharapkan untuk lebih banyak memberikan arahan dan
bimbingannya.
3. Kepada mahasiswa diharapkan supaya dapat memberikan asuhan keperawatan kepada lanjut usia
dengan pendekatan holistik dan komprehensif