Bahan Osteoporosis

40
  BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Osteoporosis Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang- lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang ( Tandra, 2009). Menurut WHO pada International C onsensus Devel opment Conferen ce, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006). Menurut  National Inst itute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007). Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan Universitas Sumatera Utara

Transcript of Bahan Osteoporosis

Page 1: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 1/40

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-

lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai

sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang

dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang ( Tandra, 2009).

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992

Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai

perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya

menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah tulang (Suryati,

2006). Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka,

ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko

patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas

tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).

Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan

dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil,

tulang juga terus mengalami perubahan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 2/40

karena berbagai stres mekanik dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel.

Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran dan

pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan

kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia

semakin tua. Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas, ketika tulang

menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat yang akan mencapai puncaknya

pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang

akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan bertambahnya

usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang

berakibat pada osteoporosis ( Tandra, 2009).

2.2 Penyebab Osteoporosis

Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:

1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada

wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul

pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat.

Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung

3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam

waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 3/40

 

2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan

dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan

tulang baru (osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini

biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.

Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.

3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebabkan

oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan

kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya

kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang

berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.

4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.

Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang

normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

( Junaidi, 2007).

2.3 Stadium Osteoporosis

1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat

daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 4/40

 

2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun (osteopenia).

3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan atau

benturan ringan.

4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang.

Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi (Waluyo, 2009).

2.4 Gejala Osteoporosis

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan.

Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul

nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan

keluhan atau gejala sebagai berikut:

1. Tinggi badan berkurang

2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah

3. Patah tulang

4. Nyeri bila ada patah tulang (Tandra, 2009).

2.5 Faktor Risiko Osteoporosis

Osteoporosis dapat menyerang setiap orang dengan faktor risiko yang berbeda. Faktor risiko

Osteoporosis dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan yang dapat

dikendalikan. Berikut ini faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat dikendalikan:

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 5/40

 

1. Jenis kelamin

Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis lebih besar dibandingkan kaum pria. Hal

ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35

tahun.

2. Usia 

Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara alamiah tulang semakin

rapuh sejalan dengan bertambahnya usia. Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya

massa tulang yang juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.

3. Ras

Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis. Karena itu, ras Eropa

Utara (Swedia, Norwegia, Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding

ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat dibanding ras kulit putih Amerika.

Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar. Ditambah

dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras Afrika.

4. Pigmentasi dan tempat tinggal

Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di wilayah khatulistiwa, mempunyai risiko terkena

osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di wilayah kutub

seperti Norwegia dan Swedia.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 6/40

 

5. Riwayat keluarga

Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai massa tulang yang rendah,

maka keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena osteoporosis.

6. Sosok tubuh

Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis. Demikian juga seseorang

yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding yang bertubuh besar.

7. Menopause

Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena tubuh tidak lagi memproduksinya.

Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan massa tulang.

Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan semakin berkurang

kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah. Menopause dini

bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan

seperti kanker, mioma dan lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya risiko terkena

osteoporosis. Berikut ini faktor – faktor risiko osteoporosis yang dapat dikendalikan. Faktor-faktor

ini biasanya berhubungan dengan kebiasaan dan pola hidup.

1. Aktivitas fisik

Seseorang yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-ototnya tidak terlatih dan menjadi kendor.

Otot yang kendor akan mempercepat menurunnya kekuatan tulang. Untuk menghindarinya,

dianjurkan melakukan olahraga teratur

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 7/40

minimal tiga kali dalam seminggu (lebih baik dengan beban untuk membentuk dan memperkuat

tulang).

2. Kurang kalsium

Kalsium penting bagi pembentukan tulang, jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan

mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di

tulang. Kebutuhan akan kalsium harus disertai dengan asupan vitamin D yang didapat dari sinar

matahari pagi, tanpa vitamin D kalsium tidak mungkin diserap usus (Suryati, 2006).

3. Merokok

Para perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar dibanding bukan perokok. Telah diketahui

bahwa wanita perokok mempunyai kadar estrogen lebih rendah dan mengalami masa menopause 5

tahun lebih cepat dibanding wanita bukan perokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok 

berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal penyerapan dan penggunaan kalsium. Akibatnya,

pengeroposan tulang/osteoporosis terjadi lebih cepat.

4. Minuman keras/beralkohol

Alkohol berlebihan dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding lambung. Dan ini menyebabkan

perdarahan yang membuat tubuh kehilangan kalsium (yang ada dalam darah) yang dapat

menurunkan massa tulang dan pada gilirannya menyebabkan osteoporosis.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 8/40

 

5. Minuman soda

Minuman bersoda (softdrink ) mengandung fosfor dan kafein (caffein). Fosfor akan mengikat kalsium

dan membawa kalsium keluar dari tulang, sedangkan kafein meningkatkan pembuangan kalsium

lewat urin. Untuk menghindari bahaya osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus dibarengi

dengan minum susu atau mengonsumsi kalsium ekstra (Tandra, 2009)

6. Stres 

Kondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu kortisol yang diproduksi oleh kelenjar

adrenal. Kadar hormon kortisol yang tinggi akan meningkatkan pelepasan kalsium kedalam

peredaran darah dan akan menyebabkan tulang menjadi rapuh dan keropos sehingga meningkatkan

terjadinya osteoporosis.

7. Bahan kimia

Bahan kimia seperti pestisida yang dapat ditemukan dalam bahan makanan (sayuran dan buah-

buahan), asap bahan bakar kendaraan bermotor, dan limbah industri seperti organoklorida yang

dibuang sembarangan di sungai dan tanah, dapat merusak sel-sel tubuh termasuk tulang. Ini membuat

daya tahan tubuh menurun dan membuat pengeroposan tulang (Waluyo, 2009).

2.6 Pencegahan

Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda maupun masa reproduksi.

Berikut ini hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 9/40

 

1. Asupan kalsium cukup

Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi

kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan

tulang pada wanita setengah baya yang sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya

konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium

per hari, sedangkan untuk lansia 1200 mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari makanan

sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.

2. Paparan sinar matahari

Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh

dalam pembentukan massa tulang. Berjemurlah dibawah sinar matahari selama 20-30 menit,

3x/minggu. Sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sesudah jam 4.

Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam

pembentukan massa tulang (Ernawati, 2008).

3. Melakukan olahraga dengan beban

Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban

yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olahraga beban misalnya senam aerobik, berjalan dan

menaiki tangga. Olahraga yang teratur merupakan upaya pencegahan yang penting. Tinggalkan gaya

hidup santai, mulailah berolahraga beban yang ringan, kemudian tingkatkan intensitasnya. Yang

penting

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 10/40

adalah melakukannya dengan teratur dan benar. Latihan fisik atau olahraga untuk penderita

osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis. Latihan yang tidak boleh

dilakukan oleh penderita osteoporosis adalah sebagai berikut:

• Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada tulang punggung.

Hal ini akan menambah risiko patah tulang punggung karena ruas tulang punggung yang lemah tidak 

mampu menahan beban tersebut. Hindari latihan berupa lompatan, senam aerobik dan joging.

• Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepn dengan punggung

melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera ruas tulang belakang. Juga tidak 

boleh melakukan sit up, meraih jari kaki, dan lain-lain.

• Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping atau menyilangkan

dengan badan, juga meningkatkan risiko patah tulang, karena tulang panggul dalam kondisi lemah.

Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis :

• Jalan kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5 km/jam selama 50 menit, lima kali

dalam seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang. Jalan kaki lebih cepat (6

km/jam) akan bermanfaat untuk jantung dan paru-paru.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 11/40

 

• Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat ”dumbble” kecil untuk menguatkan

pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.

• Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.

• Latihan untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk dikursi,

dengan atau tanpa penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan punggung agar tetap

tegak, mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus memperkuat punggung.

Untuk pencegahan osteoporosis, latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan fisik yang bersifat

pembebanan, terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi terjadi osteoporosis dan patah

tulang. Jangan lakukan senam segera sesudah makan. Beri waktu kira-kira 1 jam perut kosong

sebelum mulai dan sesudah senam. Dianjurkan untuk berlatih senam tiga kali seminggu, minimal 20

menit dan maksimal 60 menit. Sebaiknya senam dikombinasikan dengan olahraga jalan secara

bergantian, misalnya hari pertama senam, hari kedua jalan kaki, hari ketiga senam, hari keempat

 jalan kaki, hari kelima senam, hari keenam dan hari ketujuh istirahat. Jalan kaki merupakan olahraga

yang paling mudah, murah dan aman, serta sangat bermanfaat. Gerakannya sangat mudah dilakukan,

melangkahkan salah satu kaki kedepan kaki yang lain secara bergantian. Lakukanlah jalan kaki 20-30

menit, paling sedikit tiga kali seminggu.dianjurkan berjalan lebih cepat dari biasa, disertai ayunan

lengan. Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan untuk:

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 12/40

 

• Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan mantap sehingg mencegah terjadinya

cedera.

• Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi sedikit.

• Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak dan

• Menimbulkan rasa santai.

Lakukan selama 10 menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala, bahu, siku dan tangan, kaki, lutut

dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan

menghasilkan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan

kemudahan gerakan sendi. Latihan ini dilakukan secara berhati-hati dan bertahap, jangan sampai

menyebabkan cedera. Biasanya dimulai dengan peregangan otot-otot lengan, dada, punggung,

tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan

gerak yang bersifat ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang

bermanfaat. Utamakan gerakan, tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami

osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul dan tulang pergelangan tangan.

Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau apa saja

yang dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1 tangan, mulai dengan beban ringan

untuk pemula, dan jangan melebihi 1000 gram. Beban untuk tulang belakang dan tungkai sudah

cukup memdai dengan beban dari tubuh itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 13/40

Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan memulai gerakan peregangan seperti awal

pemanasan dan lakukan gerakan menarik napas atau ambil napas dan buang napas secara teratur. Jika

masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kira-kira 10 menit. Latihan ini merupakan gabungan

peregangan, penguatan dan koordinasi. Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi nyaman,

rileks dan napas yang teratur (Santoso, 2009).

4. Hindari rokok dan minuman beralkohol

Menghentikan kebiasaan merokok merupakan upaya penting dalam mengurangi faktor risiko

terjadinya osteoporosis. Terlalu banyak minum alkohol juga bisa merusak tulang.

5. Deteksi dini osteoporosis

Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak diawali dengan gejala, maka

langkah yang paling penting dalam mencegah dan mengobati osteoporosis adalah pemeriksaan secara

dini untuk mengetahui apakah kita sudah terkena osteoporosis atau belum, sehingga dari pemeriksaan

ini kita akan tahu langkah selanjutnya. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur

kepadatan mineral tulang adalah sebagai berikut (Nissl, 2004) :

a. Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA), menggunakan dua sinar-X berbeda, dapat digunakan

untuk mengukur kepadatan tulang belakang dan pangkal paha. Sejumlah sinar-X dipancarkan pada

bagian tulang dan jaringan lunak yang

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 14/40

 

dibandingkan dengan bagian yang lain. Tulang yang mempunyai kepadatan tulang tertinggi hanya

mengizinkan sedikit sinar-X yang melewatinya. DEXA merupakan metode yang paling akurat untuk 

mengukur kepadatan mineral tulang. DEXA dapat mengukur sampai 2% mineral tulang yang hilang

tiap tahun. Penggunaan alat ini sangat cepat dan hanya menggunakan radiasi dengan dosis yang

rendah tetapi lebih mahal dibandingan dengan metode ultrasounds.

b. Peripheral dual-energy X-ray absorptiometry (P-DEXA), merupakan hasil modifikasi dari DEXA.

Alat ini mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan, tetapi tidak dapat

mengukur kepadatan tulang yang berisiko patah tulang seperti tulang belakang atau pangkal paha.

Jika kepadatan tulang belakang dan pangkal paha sudah diukur maka pengukuran dengan P-DEXA

tidak diperlukan. Mesin P-DEXA mudah dibawa, menggunakan radiasi sinar-X dengan dosis yang

sangat kecil, dan hasilnya lebih cepat dan konvensional dibandingkan DEXA.

c. Dual photon absorptiometry (DPA), menggunakan zat radioaktif untuk menghasilkan radiasi.

Dapat mengukur kepadatan mineral tulang belakang dan pangkal paha, juga menggunakan radiasi

sinar dengan dosis yang sangat rendah tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.

d. Ultrasounds, pada umumnya digunakan untuk tes pendahuluan. Jika hasilnya mengindikasikan

kepadatan mineral tulang rendah maka dianjurkan untuk tes menggunakan DEXA. Ultrasounds

menggunakan gelombang suara untuk mengukur kepadatan mineral tulang, biasanya pada telapak 

kaki. Sebagian mesin melewatkan gelombang suara melalui udara dan sebagian lagi melalui air.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 15/40

 

Ultrasounds dalam penggunaannya cepat, mudah dan tidak menggunakan radiasi seperti sinar-X.

Salah satu kelemahan Ultrasounds tidak dapat menunjukkan kepadatan mineral tulang yang berisiko

patah tulang karena osteoporosis. Penggunaan Ultrasounds juga lebih terbatas dibandingkan DEXA.

e. Quantitative computed tomography (QTC), adalah suatu model dari CT-scan yang dapat mengukur

kepadatan tulang belakang. Salah satu model dari QTC disebut peripheral QCT ( pQCT ) yang dapat

mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan. Pada umumnya pengukuran

dengan QCT  jarang dianjurkan karena sangat mahal, menggunakan radiasi dengan dosis tinggi, dan

kurang akurat dibandingkan dengan DEXA, PDEXA,atau DPA (Kosnayani,2007).

2.7 Pengertian WUS

WUS (Wanita Usia Subur) berdasarkan konsep Departemen Kesehatan (2006) adalah wanita dalam

usia reproduktif, yaitu usia 15 – 49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum

menikah.

2.8 Pengetahuan ( Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, bisa juga didapat dari informasi

yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif 

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 16/40

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior ). Pengetahuan

yang di cakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)

4. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek 

kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 17/40

 

6. Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.9 Sikap ( Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.

Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari

pengalaman atau dari orang yang terdekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan diri kepada

sesuatu atau menyebabkan kita menolaknya (Ahmadi, 1999) Seperti halnya pengetahuan, sikap ini

terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek).

2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya

sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 18/40

 

menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau

dengan kelompok lainnya.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah

lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi

terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan itu.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman. Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman secara

aktif. Artinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia

memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi

penilaian lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan

karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat

sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap

merupakan pernyataan pribadi.

2.10 Tindakan ( Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior ) untuk terwujudnya sikap

agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor

pendukung (support ) dari pihak lain di dalam praktek atau tindakan terdapat tingkat-tingkat praktek 

yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 19/40

 

1. Persepsi ( perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism). Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. Awarenes (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus atau objek.

2. Interest , dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini

berarti sikap responden sudah lebih baik.

4. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku hidup baru

5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan

sikapnya terhadap stimulus.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 20/40

Apabila penerimaan perilaku atau adopsi perilaku melaui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan,

kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan

berlangsung lama (Notoatmojo, 2007).

2.11 Variabel yang diteliti

Dilihat dari tinjauan pustaka maka variabel yang diteliti

adalah pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan

osteoporosis pada Wanita Usia Subur. Variabel yang

diteliti

- Pengetahuan

- Sikap

- Tindakan

tentang pencegahan osteoporosis pada Wanita Usia Subur

Page 21: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 21/40

laporan pendahuluan OSTEOPOROSIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah

dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis

menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk

di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah

populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada

kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis. Proses terjadinya

osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita proses ini akan semakin cepat padamasa menopause.

Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang

mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah

menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis yang kerap disebut

penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri

penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru

muncul setelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.

Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena

penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi

estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat.

Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025,

sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta

pada tahun 2015..

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Diharapkan mampu memahami asuhan keperawatan pada lanjut usia yang mengalami perubahan

fisiologi maupun psikologis dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ny. O dengan

osteoporosis melalui proses keperawatan yang telah diberikan.

2. Tujuan Khusus

Page 22: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 22/40

a. Mampu memahami proses menua dan perubahan-perubahan yang terjadi serta masalah yang muncul

pada lanjut usia.

b. Mampu melakukan proses pengkajian pada klien lanjut usia dengan osteoporosis

c. Mampu menegakkan diagnosa asuhan keperawatan pada klien lanjut usia dengan osteoporosis

d. Mampu merencanakan intervensi dan melaksanakan asuhan keperawatan pada lanjut usia dengan

mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien lanjut usia dengan osteoporosis

C. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah :

1. Studi kepustakaan sebagai landasan teori.

2. Studi kasus dengan melakukan asuhan keperawatan secara langsung pada klien lansia dengan

osteoporosisMetode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode studi kasus yaitu

dengan mengambil salah satu kasus penyakit yang ada di Panti PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. Metode

studi kepustakaan yaitu dengan mencari sumber-sumber dari referensi buku-buku dan internet.

D. Ruang Lingkup

Melihat permasalahan yang ada pada Ny.O pasien dengan osteoporosis, maka laporan kasus ini penulis

hanya membahas mengenai pemberian asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia yang ada di Panti

PSTW Budi Mulia 01 Cipayung dengan osteoporosis.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini terbagi dalam 5 BAB, yaitu :

BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, ruang lingkup, tujuan

Penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan teoritis Gerontik terdiri dari pengertian, permasalahan, tujuan geriatri, tipologi lanjut

usia, teori-teori tentang proses menua, faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua,batasan usia

lanjut, dan perubahan-perubahan pada lanjut usia.

BAB III : Tinjauan kasus secara teoritis terdiri dari definisi osteoporosis, etiologi, patogenesis, faktor

resiko, klasifikasi, gambaran klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, pencegahan osteoporosis

dan askep.

BAB IV : Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

Page 23: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 23/40

BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Penulisan 2

C. Metode Penulisan..................................................................................................... 2

D. Ruang lingkup 2

E. Sistematika Penulisan 3BAB II Teori dasar Gerontik 4

A. Definsi 4

B. Permasalahan 4

C. Tujuan Geriatri 5

D. Tipologi Lanjut usia 5

E. Teori-teori proses menua 6

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan 7

G. Batasan-batasan usia lanjut 8

H. Perubahan-perubahan pda lanjut usia. 8

BAB III TINJAUAN KASUS Secara Teori 14

A. Definisi Osteoporosis 14

B. Etiologi 14

C. Patogenesis 17

D. Faktor Resiko Osteoporosis 18

E. Klasifikasi Osteoporosis 20

F. Gambaran Klinis 20

G. Pemeriksaan Diagnostik 21

H. Penatalaksanaan 21

I. Pencegahan Osteoporosis..................................................................................... .... 22

Page 24: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 24/40

J. Asuhan Keperawatan Osteoporosis...................................................................... 23

1. Pengkajian ......................................................................................................... 23

2. Diagnosa keperawatan....................................................................................... 23

3. Intervensi keperawatan..................................................................................... 24

4. Evaluasi.............................................................................................................. 30

BAB IV TINJAUAN KASUS/PEMBAHASAN 31

A. Pengkajian ............................................................................................................ 31

B. Data fokus............................................................................................................. 42

C. Analisa data............................................................................................................ 44

D. Diagnosa Keperawatan........................................................................................... 47

E. Rencana Keperawatan............................................................................................ 48F. Implementasi Keperawatan.................................................................................... 51

G. Evaluasi................................................................................................................. 60

BAB IV PENUTUP 65

A. Kesimpulan 65

B. Saran 65

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN KASUS SECARA TEORI

1. Definisi Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan

kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga meningkatkan risiko fraktur oleh karena fragilitas tulang

Page 25: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 25/40

meningkat.

Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan

mudah patah.

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan

pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan

pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total.

Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat.

Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya

yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi(hormon paratiroid,

hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosterone pada pria). Juga persediaan

Vitamin D yang adekuat, yang diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukan ke

dalam tulang. Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatan sampai kepadatan maksimal (sekitarusia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu

mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh,

sehingga terjadilah osteoporosis.

2. Etiologi Osteoporosis

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

o Determinan Massa Tulang

Faktor genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang

mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada

umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii seseorang yang

mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap fraktur karena

osteoporosis

Faktor mekanis

Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk. Bertambahnya beban

akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa

tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa

otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban

mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai

contoh adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot

Page 26: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 26/40

maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun

tulangnya akan di jumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama,

poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan pasti

berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di

sampihg faktor genetik

Faktor makanan dan hormon

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral),

pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik yang bersangkutan.

Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa

pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan

tulang yang bersangkutan sesuai dengan kemampuan genetiknya.o Determinan penurunan Massa Tulang

Faktor genetik

Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil

akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat

ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu

mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban mekanis den besar badannya.

Apabila individu dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang

(osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai

tulang tobih banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.

Faktor mekanis

Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan

massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa ada interaksi

panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan

menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis,massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.

Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa tulang

sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan

Page 27: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 27/40

nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan masukan kalsiumnya

rendah dan absorbsinya tidak bak, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif,

sedang mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan

kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat

antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa

menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta

eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada masa

menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.

Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang. Makanan

yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, halini akan meningkatkan ekskresi kalsium.

Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila makanan

tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin.

Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan

yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan

kalsium yang negatif 

Estrogen.

Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan

keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari

makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

Rokok dan kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa

tulang, dan bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadappenurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium

melalui urin maupun tinja.

Alkohol

Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan alkoholisme

Page 28: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 28/40

mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang

meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti .

3. Patogenesis

• Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses

resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling).Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini,

misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa

tulang

• Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30- 35 tahun untuk tulang bagian korteks

dan lebih dini pd bagian trabekula

• Pada usia 40- 45 tahun , baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks

sebesar 0,3 -0,5 % per tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda• Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20- 30 % dan pada wanita

40-50 %

• Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris dan

korpus vertebra

• Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian

distal.

Penyebab osteoporosis :

Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormone utama pada wanita), yang

membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada

wanita yang berusia diantara 51-71 tahun, tetapi bias mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.

Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, warna

kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit daripada warna kulit hitam.

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibatdari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan

usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut.penyakit ini biasanya terjadi pada usia

diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis

senilis dan postmenopausal.

Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh

keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bias disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan

Page 29: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 29/40

kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid,

barbiturat, anti kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan

merokok bisa memperburuk keadaan ini.

Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini

terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar

vitamin yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya

tulang.

4. Faktor Resiko Osteoporosis

1. Usia

o Tiap peningkatan 1 dekade, resiko meningkat 1,4-1,8

2. Genetik

o Etnis (kaukasia dan oriental > kulit hitam dan polinesia)o Seks (wanita > pria)

o Riwayat keluarga

3. Lingkungan, dan lainnya

o Defisiensi kalsium

o Aktivitas fisik kurang

o Obat-obatan (kortikosteroid, anti konvulsan, heparin, siklosporin)

o Merokok, alkohol

o Resiko terjatuh yang meningkat (gangguan keseimbangan, licin, gangguan penglihatan)

o Hormonal dan penyakit kronik

Defisiensi estrogen, androgen

Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme

Penyakit kronik (sirosis hepatis, gangguan ginjal, gastrektomi)

o Sifat fisik tulang

Densitas (massa)

Ukuran dan geometri

Mikroarsitektur

Komposisi

Selain itu ada juga faktor resiko fraktur panggul yaitu,:

1. Penurunan respons protektif 

Page 30: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 30/40

o Kelainan neuromuskular

o Gangguan penglihatan

o Gangguan keseimbangan

2. Peningkatan fragilitas tulang

o Densitas massa tulang rendah

o Hiperparatiroidisme

3. Gangguan penyediaan energi

o Malabsorpsi

5. Klasifikasi Osteoporosis

Dalam terapi hal yang perlu diperhatikan adalah mengenali klasifikasi osteoporosis dari penderita.Osteoporosis dibagi 2 , yaitu :

• Osteoporosis primer 

Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan proses

resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia dekade

awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena daripada pria dengan perbandingan 6-8: 1 pada usia

rata-rata 53-57 tahun.

• Osteoporosis sekunder 

Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain di luar tulang.

• Osteoporosis idiopatik

Osteoporosis idiopatik terjadi pada laki-laki yang lebih muda dan pemuda pra menopause dengan faktor

etiologik yang tidak diketahui.

6. Gambaran Klinis

Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini disebabkan karena osteoporosis

tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa fraktur osteoporosis dapat terdeteksi hingga

beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama dari osteoporosis adalah fraktur pada vertebra,

pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra

adalah nyeri pada punggung dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps

vertebra terutama pada daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut dan sering menyebar

kesekitar pinggang hingga kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun dengan sedikit gerakan

Page 31: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 31/40

misalnya berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidaur dapat meringankan nyeri untuk sementara,

tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh

distensi perut dan ileus.

Seorang dokter harus waspada terhadap kemungkinan osteoporosis bila didapatkan :

• Patah tulang akibat trauma yang ringan. 

• Tubuh makin pendek, kifosis dorsal bertambah, nyeri tulang. 

• Gangguan otot (kaku dan lemah)

• Secara kebetulan ditemukan gambaran radiologik yang khas. 

7. Pemeriksaan Diagnostik

Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis. Demikian juga gaya

berjalan penderita osteoporosis, deformitas tulang, nyeri spinal. Penderita dengan osteoporosis seringmenunjukkan kifosis dorsal atau gibbus dan penurunan tinggi badan.

b. Pemeriksaan Radiologis

Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang

lebih lusen. Hal ini akan tampak pada tulang-tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame

vertebra.

c. Pemeriksaan Densitas Massa tulang ( Densitometri )

Densitas massa tulang berhubungan dengan kekuatan tulang dan resiko fraktur . untuk menilai hasil

pemeriksaan Densitometri tulang, digunakan kriteria kelompok kerja WHO, yaitu:

1. Normal bila densitas massa tulang di atas -1 SD rata-rata nilai densitas massa tulang orang dewasa

muda (T-score)

2. Osteopenia bila densitas massa tulang diantara -1 SD dan -2,5 SD dari T-score.

3. Osteoporosis bila densitas massa tulang -2,5 SD T-score atau kurang.

4. Osteoporosis berat yaitu osteoporosis yang disertai adanya fraktur.

8. Penatalaksanaan

Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi pencegahan yang pada umumnya

bertujuan untuk menghambat hilangnya massa tulang. Dengan cara yaitu memperhatikan faktor

makanan, latihan fisik ( senam pencegahan osteoporosis), pola hidup yang aktif dan paparan sinar ultra

violet. Selain itu juga menghindari obat-obatan dan jenis makanan yang merupakan faktor resiko

osteoporosis seperti alkohol, kafein, diuretika, sedatif, kortikosteroid.

Page 32: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 32/40

Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa tulang dengan melakukan

pemberian obat-obatan antara lain hormon pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah).

Kalsitrol, kalsitonin, bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.

Pembedahan pada pasien osteoporosis dilakukan bila terjadi fraktur, terutama bila terjadi fraktur

panggul.

9. Pencegahan

Pencegahan osteoporosis meliputi :

• Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup 

• Melakukan olahraga dengan beban 

• Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu) 

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini bertujuan:

Mencapai massa tulang dewasa (Proses konsolidasi) yang optimal

Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar seperti:

1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

2. Latihan teratur setiap hari

3. Hindari :

- Makanan tinggi protein

- Minum alkohol

- Merokok

- Minum kopi

- Minum antasida yang mengandung aluminium

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIs

I. PENGKAJIAN

Mengidentifikasi resiko pasien dan pengenalan masalah-masalah yang berkaitan dengan osteporosis,

wawancara pasien mengenai riwayat keluarga, fraktur yang terjadi sebelumnya, kebiasaan diet, pola

olahraga, awitan menopause dan penggunaan steroid.

Page 33: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 33/40

Amati terhadap fraktur, kifosis thorakal atau pemendekan batang tubuh saat melakukan pemeriksaan

fisik.

Riwayat dislokasi pada wanita post menopouse atau kondisi yang diketahui sebagai penyebab sekunder

osteoporosis. Pasien (biasanya wanita tua) mungkin melaporkan penurunan kemampuan untuk

mengangkat . Pasien mengatakan nyeri beberapa lama sampai beberapa tahun. Jika pasien mempunyai

kolab vertebra, pasien merasakan nyeri punggung dan nyeri menjalar ke tubuh.

Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan risiko mengalami osteoporosis dan penemuan masalah

yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan.

Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya,

konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause dan penggunaan kortikoseteoroid selain

asupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap sengaja yang dialami pasien, seperti nyeri pingang, konstipasi

atau gangguan citra diri harus digali.Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosis vertebrata torakalis atau

pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur

dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik yang berhubungan dengan ketidak

cukupan pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.

2. Potensial Komplikasi (fraktur, kifosis, paralitik ileus)

3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus

5. Terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang

III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi Inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik berhubungan dengan ketidakcukupan

pengetahuan tentang kondisi, faktor resiko, terapi nutrisi dan pencegahan.

Kriteria Pengkajian Fokus.

Makna klinis.

Pengetahuan atau pengalaman dengan osteoporosis

Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi

Pengkajian ini membantu perawat merencanakan strategi penyuluhan

Page 34: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 34/40

Klien atau keluarga yang gagal untuk memenuhi tujuan belajar memerlukan rujukan untuk bantuan

pasca pulang.

Kriteria hasil bagi klien atau keluarga akan :

a) Menyebutkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau dihilangkan

b) Menggambarkan modifikasi diet

c) Menyebutkan tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada profesioal pelayanan kesehatan

d) Sasaran utama yang lain mencakup peredaan nyeri, perbaikan eliminasi usus dan tidak terdapat

fraktur tambahan.

INTERVENSI KEPERAWATAN :

Osteoporosis dengan menggunakan alat bantu pengajaran yang sesuai dengan tingkat pengertian klien

dan keluarga (mis; gambar, slide, model). Jelaskan hal-hal berikut :Penurunan densitas tulang

Peningkatan insiden fraktur vertebral, panggul dan pergelangan

a) Jelaskan faktor resiko dan yang mana dapat dihilangkan atau diubah.

• Gaya hidup menoton 

• Kerangka tubuh kecil, kurus 

• Diet rendah kalsium dan vitamin D dan fosfor tinggi 

• Menopause atau ooforektomi 

• Obat-obatan

• Meminum alcohol 

• Kafein 

• Kadar natrium florida rendah 

• Merokok 

b) Rujuk ke sumber komunitas seperti kelompok berhenti merokok, yayasan artritis dan kelompok yang

terkait.

c) Ajarkan untuk memantau dan melaporkan tanda dan gejala fraktur :

• Nyeri hebat tiba-tiba pada punggung bawah, terutama setelah mengangkat atau membungkuk

• Spasme otot paravertebral nyeri 

• Kolaps vertebral bertahap ( dikaji dengan perubahan tinggi badan atau pengukuran tanda khiposis) 

Page 35: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 35/40

• Nyeri punggung kronik 

• Keletihan 

• Konstipasi 

d) Pertegas penjelasan untuk terapi nutrisi, konsul dengan ahli diet bila ada indikasi :

• Perbanyak masukan kalsium 1000 sampai 1500 mg/hari 

• Identifikasi makanan tinggi kalsium misal; sardin, salmon, tahu produk dari susu dan sayuran berdaun

hijau

• Pantau tanda dan gejala intoleransi laktosa, seperti; diare, flatulens dan kembung

• Rekomendasikan multivitamin yang mengandung 400 sampai 800 IU vitamin D setiap hari 

• Identifikasi makanan yang menjadi sumber vitamin D, misal; susu diperkaya sereal, kuning telur, hepar

dan ikan laut• Dorong masukan protein adekuat tetapi tidak berlebih, kurang lebih 44 g/hari pada kebanyakan klien

e) Jelaskan kebutuhan peningkatan aktivitas fisik dan pembatasan tertentu :

• Dorong latihan yang menghasilkan gerakan, tarikan dan tekanan pada tulang panjang, mis; berjalan,

bersepeda statis dan mendayung

• Instruksikan klien untuk latihan sedikitnya tiga kali seminggu selama 30 sampai 60 menit setiap bagian,

sesuai kemampuan

• Hindari latihan fleksi spina dan membungkuk tiba-tiba dan tersentak, mengangkat beban berat

• Rencanakan periode istirahat adekuat, berbaring pada posisi terlentang selama sedikitnya 15 menit

saat nyeri punggung meningkat atau interval tertentu selama siang hari

• Instruksikan klien dalam menggunakan sabuk punggung, korset, belat bila perlu 

• Dorong anggota keluarga atau pemberi perawatan lain untuk memberikan latihan rentang gerak pasif 

pada klien yang diimobilisasi di tempat tidur

f) Jelaskan pentingnya kewaspadaan keamanan seperti berikut ini :

• Menyangga punggung dengan matras kuat, penyokong tubu dan mekanika tubuh yang baik

• Lindungi terhadap kecelakaan jatuh dengan menggunakan sepatu dengan tumit rendah;

menyingkirkan bahaya lingkungan, seperti rak laci, lantai licin, kabel listrik dijalan dan pencahayaan yang

kurang baik dan menghindari alkohol, hipnotik dan tranquilizer

• Menggunakan alat bantu sesuai kebutuhan, misal; tongkat atau kruk 

Page 36: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 36/40

• Hindari gerakan fleksi, seperti menunduk, membungkuk dan mengangkat. Jelaskan bahwa fraktur

kompresi vertebral dapat diakibatkan dari trauma minimal karena membuka jendela, menggendong

anak, batuk atau menunduk.

g) Jelaskan terapi obat yang ditentukan, ditekankan pentingnya mematuhi rencana dan mengerti

kemungkinan efek samping. Sesuai keperluan, pertaegas tentang hal berikut :

• Sumplemen kalsium : 1000 sampai 1500 mg/hari, 1500 mg/hari setelah menopause, disertai dengan

peningkatan masukan cairan

• Suplemen vitamin D : 100 sampai 500 IU/hari (catatan : bila vitamin D digunakan dalam hubungannya

dengan kalsitrio, kadar kalsium plasma harus dipantau setiap minggu selama 4 sampai 6 minggu dan

kemudian frekuensinya menurun)

• Terapi estrogen dosis rendah; 0,3 sampai 0,625 mg/hari unuk wanita pasca menopausal, disertaipemeriksaan payudara mandiri setiap bulan, pemeriksaan payudara klinis regular dan mamografi

dengan Pap smear untur memonitor efek samping

• Kalsitonin Salmon parenteral; dosis yang disetujui FDA adalah 100 IU setiap hari. Seringkali 100 IU/hari,

tiga kali seminggu pada awalnya; kemudian setelah pemeriksaan rontgen dan evaluasi kalsium serum,

dosis dapat menurun sampai 50 IU/hari setiap 1-3 hari

• Natrium florida; biasanya 60 mg/hari pada waktu yang berbeda dari pemberian kalsium. 

2. Masalah Kolaboratif : Potensial Komplikasi (fraktur, kifosis, paralitik ileus)

INTERVENSI KEPERAWATAN :

a) Pantau tanda dan gejala fraktur (vertebral, panggul atau pergelangan tangan)

a. Nyeri pada punggung bawah atau leher

b. Nyeri tekan terlokalisasi

c. Nyeri menyebar pada abdomen dan pinggang

d. Spasme otot para vertebral

b) Pantau kifosis dari spina dorsal, ditandai dengan penurunan tinggi badan. Dikatakan kifosis bila jarak

antara kaki dan simfisis pubis lebih dari 1 cm

tanda dan gejala paralitik ileus :

a. Tak terdengar bising usus

b. Ketidak nyamanan abdomen dan distensi

Page 37: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 37/40

 

INTERVENSI PROGRAM DOKTER YANG BERHUBUNGAN :

Obat-obatan :

a. Kalsium, suplemen vitamin

b. Kalsitonin salmon

c. Terapi pengganti estrogen dalam konjungsi dengan progresteron

Pemeriksaan Laboratorium :

a. Kalsium dan fosfat serum

b. Fosfat alkalin

c. Hidroksiprolin

d. Ekskresi kalsium urinee. Hematokrit

f. Osteokalsin serum

Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan sinar x

b. Absorpsimetri foton tunggal

c. Absorpsimetri sinar x energi ganda

d. Absorpsimetri foton ganda

e. Tomografi komputer kuantit

f. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

INTERVENSI KEPERAWATAN :

a) Ajarkan cara menghilangkan nyeri punggung melalui tirah baring dan pengunaan matras yang keras

dan tidak menggulung

b) Instruksikan pasien untuk menggerakkan trunkusnya sebagai satu unit dan hindari memutar ; berikan

dorongan untuk melakukan postur tubuh yang baik dan melanik tubuh yang baik

c) Pasang korset lumbosakral untuk menyangga sementara ketika turun dari tempat tidur

d) Berikan analgesik narkotik oral saat awitan nyeri punggung ; ganti menjadi analgesik non narkotik

setelah beberapa hari

3. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

Page 38: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 38/40

INTERVENSI KEPERAWATAN :

a. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang

atau miring ke samping selama beberapa hari.

b. Kasur harus padat dan tidak lentur.

c. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.

d. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.

e. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir.

f. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari

tempat tidur,

g. Pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa

kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.

h. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkanuntuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur

abnormal pada otot yang melemah.

i. Opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah

beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.

4. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus

INTERVENSI KEPERAWATAN :

a) Berikan dorongan untuk mengkonsumsi diet tinggi serat, tingkatan masukan cairan dan gunakan

pelunak feces yang telah diresepkan

b) Pantau masukan pasien, bising usus dan aktivitas usus (defekasi); ileus dapat terjadi jika kolaps

vertebra mengenai tulang vertebra T10-12.

5. Resiko terhadap cedera; fraktur yang berhubungan dengan osteoporosis tulang

INTERVENSI KEPERAWATAN :

a) Tingkatkan aktivitas fisik untuk menguatkan otot, mencegah atropi disuse, dan hambat demineralisasi

tulang progresif.

b) Berikan dorongan untuk melakukan latihan isometrik untuk menguatkan otot-otot trunkus

c) Berikan dorongan untuk berjalan, penggunaan mekanik tubuh yang baik, dan postur tubuh yang benar

d) Hindari membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat

e) Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas diluar rumah di bawah sinar matahari untuk

Page 39: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 39/40

meningkatkan kemampuan tubuh memproduksi vitamin D.

VI. EVALUASI

1. Mendapatkan pengetahuan mengenai oesteoporosis dan program penanganannya.

- Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang

- Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi

- Meningkatkan tingkat latihan

- Gunakan terapi hormon yang diresepkan

- Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran

2. Mendapatkan peredaan nyeri

- Mengalami redanya nyeri saat beristirahat

- Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan sehari-hari- Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur

3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal

- Bising usus aktif 

- Gerakan usus teratur

4. Tidak mengalami fraktur baru

- Mempertahankan postur yang bagus

- Mempegunakan mekanika tubuh yang baik

- Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D

- Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan setiap hari)

- Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari

- Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah

- Menciptakan lingkungan rumah yang aman

- Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuh

BAB III

P E N U T U P

A. Kesimpulan

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah yang dimulai sejak lahir

dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua bukanlah suatu penyakit tetapi

Page 40: Bahan Osteoporosis

5/17/2018 Bahan Osteoporosis - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-osteoporosis-55b07d6e9c224 40/40

merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dalam maupun luar

tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menyerang

kaum lanjut usia. Seperti diketahui bahwa lanjut usia akan selalu mengalami perubahan fisiologik

maupun psikologik. Oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia harus

secara holistik dan kompehensif yang memandang klien lanjut usia sebagai manusia yang utuh dan unik

sehingga teknik dan pendekatan yang diberikan perawatan berbeda-beda namun tetap berfokus pada

kebutuhan dasar manusia itu sendiri.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan mutu dan kualitas asuhan keperawatan lanjut usia di Sasana Tresna Werdha Ria

Pembangunan yang jumlahnya semakin meningkat diharapkan untuk menambah tenaga kerja perawat

yang mempunyai potensi dan dedikasi yang baik.2. Kepada institusi pendidikan Akper PGI Cikini diharapkan untuk lebih banyak memberikan arahan dan

bimbingannya.

3. Kepada mahasiswa diharapkan supaya dapat memberikan asuhan keperawatan kepada lanjut usia

dengan pendekatan holistik dan komprehensif