Bahan Ody - SIKAP MENTAL PASIEN & Hubungan Kondisi Kesehatan Dgn Perawatan

10
A. SIKAP MENTAL P ASIEN Komunik as i yang baik antara dokt er gi gi de ngan pa si en sa ngat la h dibutuhkan dalam mencapai keberhasilan peraatan! baik peraatan prostodonsia maupun peraatan gigi lainnya. Moti"asi pasien dalam memakai gigi tiruan dapat tumbuh melalui komunikasi yang baik tersebut. #al ini dapat dicapai oleh dokter gigi deng an memili h pend eka tan yan g tepat kepa da pas ien. $le h kar ena itu ! dokter gigi perlu mengetahui macam%macam sikap mental pasien prostodonsia terhadap peraatan maupun pemakaian gigi tiruan. Sikap mental pasien telah diklasi&ikasikan oleh #ouse '()*+, berdasarkan pandangan terhadap peraatan da n pe ma kaia n gi gi ti ruan! yai tu-  philosophical, exacting, indiffere nt, dan hysterical . 1. Philo sophica l Pati ent Sikap mental  philosophical merupak an si kap me nt al terbai k dalam  peraatan gigi tiruan. Pasien dengan sikap mental ini memiliki moti"asi menggunakan gigi tiruan untuk memelihara kesehatan gigi dan penampilannya. Pasien memiliki keyakinan baha mengganti gigi yang hilang adalah normal dan  prosedurnya dapat diterima. Pasien dapat mengatasi kon&lik dan mengatur aktu dan kebiasaannya dengan cara yang r api. Pasien dapat menghilangkan &rustasi di saat yang sulit dan belaar menyesuaikan diri secara cepat. Sikap mental philosophical  biasanya dimiliki oleh / tipe pasien. Tipe yang  pertama adalah pasien yang belum pernah memakai gigi tiruan! namun sadar akan kebutuhannya untuk memakai gigi tiruan. Pasien sangat percaya kepada dokter gigi. Pasien tipe ini perlu senantiasa diberi penyuluhan agar moti"asinya yang  baik tetap teraga. Tipe kedua yang memiliki sikap mental philosophical adalah  pasien yang sudah pernah memakai gigi tiruan dengan memuaskan dan perlu dibuatkan gigi tiruan lagi karena hal lain. Pasien ini telah mengerti bagaimana  pemakaian gigi tiruan! baik keterbatasan hingga kesulitannya. Karakteristik pasien dengan sikap mental  philosophical adalah- a. 0asional  b. 1iaksana c. Tenang d. 1e rpikir an se ha t e. Sab ar di situasi ya ng sulit &. Memiliki moti"asi dan keingi nan untuk meme lihara kesehatan gigi dan mulutnya dengan memakai gigi tiruan

Transcript of Bahan Ody - SIKAP MENTAL PASIEN & Hubungan Kondisi Kesehatan Dgn Perawatan

A. SIKAP MENTAL PASIENKomunikasi yang baik antara dokter gigi dengan pasien sangatlah dibutuhkan dalam mencapai keberhasilan perawatan, baik perawatan prostodonsia maupun perawatan gigi lainnya. Motivasi pasien dalam memakai gigi tiruan dapat tumbuh melalui komunikasi yang baik tersebut. Hal ini dapat dicapai oleh dokter gigi dengan memilih pendekatan yang tepat kepada pasien. Oleh karena itu, dokter gigi perlu mengetahui macam-macam sikap mental pasien prostodonsia terhadap perawatan maupun pemakaian gigi tiruan. Sikap mental pasien telah diklasifikasikan oleh House (1937) berdasarkan pandangan terhadap perawatan dan pemakaian gigi tiruan, yaitu: philosophical, exacting, indifferent, dan hysterical.

1. Philosophical Patient

Sikap mental philosophical merupakan sikap mental terbaik dalam perawatan gigi tiruan. Pasien dengan sikap mental ini memiliki motivasi menggunakan gigi tiruan untuk memelihara kesehatan gigi dan penampilannya. Pasien memiliki keyakinan bahwa mengganti gigi yang hilang adalah normal dan prosedurnya dapat diterima. Pasien dapat mengatasi konflik dan mengatur waktu dan kebiasaannya dengan cara yang rapi. Pasien dapat menghilangkan frustasi di saat yang sulit dan belajar menyesuaikan diri secara cepat. Sikap mental philosophical biasanya dimiliki oleh 2 tipe pasien. Tipe yang pertama adalah pasien yang belum pernah memakai gigi tiruan, namun sadar akan kebutuhannya untuk memakai gigi tiruan. Pasien sangat percaya kepada dokter gigi. Pasien tipe ini perlu senantiasa diberi penyuluhan agar motivasinya yang baik tetap terjaga. Tipe kedua yang memiliki sikap mental philosophical adalah pasien yang sudah pernah memakai gigi tiruan dengan memuaskan dan perlu dibuatkan gigi tiruan lagi karena hal lain. Pasien ini telah mengerti bagaimana pemakaian gigi tiruan, baik keterbatasan hingga kesulitannya. Karakteristik pasien dengan sikap mental philosophical adalah:

a. Rasional

b. Bijaksana

c. Tenang

d. Berpikiran sehat

e. Sabar di situasi yang sulit

f. Memiliki motivasi dan keinginan untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya dengan memakai gigi tiruan

2. Exacting Patient

Pasien dengan sikap mental exacting mungkin memiliki semua sikap baik yang ada di pasien philosophical. Namun, pasien memerlukan perhatian, usaha, dan kesabaran yang lebih dari dokter gigi. Pasien ini metodikal, teliti, akurat, dan tiba-tiba dapat mengajukan permintaan atau keluhan yang parah. Pasien sukar menerima pendapat atau nasehat, bahkan ingin turut mengatur perawatan. Mereka suka setiap langkah dari prosedur dijelaskan secara detail. Jika pasien ini memiliki intelegensi dan pemahaman yang baik, maka mereka dapat menjadi tipe terbaik, namun jika sebaliknya, akan menghabiskan waktu yang lebih lama, karena edukasi pasien sampai pemahaman tercapai adalah hal terbaik yang dapat dilakukan untuk kesuksesan perawatan.

Sikap mental exacting biasanya dimiliki oleh 2 tipe pasien. Tipe yang pertama adalah pasien yang sangat khawatir penampilannya akan berubah setelah memakai gigi tiruan. Pasien ini mengharapkan gigi tiruan yang persis seperti gigi aslinya. Tipe kedua yang memiliki sikap mental exacting adalah pasien yang sudah pernah memakai gigi tiruan namun tidak pernah puas, baik dalam penampilan maupun pemakaiannya. Pasien tidak mudah percaya kepada dokter gigi. Terkadang pasien menginginkan jaminan tertulis yang apabila gigi tiruan yang diharapkan pasien tidak terpenuhi, maka akan diminta ongkos ganti rugi.Cara menangani pasien exacting:

a. Menjelaskan tujuan dan prosedur perawatan kepada pasien secara jelas. Bila perlu memberikan ilustrasi, gambaran, atau foto kepada pasien untuk memudahkan pemahaman karena pasien tipe exacting sangat ingin tahu dan banyak bertanya.b. Sebelum memulai perawatan, dokter gigi perlu menjelaskan kerugian, efek samping, ketidaknyamanan, dan masalah yang mungkin muncul dari setiap jenis perawatan karena pasien tipe exacting memiliki ekspektasi yang tinggi.c. Jangan menjanjikan pasien bahwa perawatan dan pemakaian gigi tiruan akan berjalan mulus tanpa masalah karena pasien memiiki ekspektasi tinggi dan senantiasa menagih dokter gigi untuk merealisasikan janjinya.

d. Sebaiknya dokter gigi menjadwalkan waktu kunjungan extra karena pasien ini cenderung meminta perhatian yang tidak terbagi, usaha, dan kesabaran.

3. Indifferent Patient

Sikap mental indifferent biasanya dimiliki oleh pasien yang tidak peduli akan penampilannya dan tidak peduli dengan makanan yang dikonsumsinya. Menurut pasien, pemasangan gigi tiruan adalah suatu hal yang tidak perlu. Pasien biasanya datang atas dorongan dari orang lain, sehingga dapat bersikap apatis, tidak tertarik, dan motivasinya kurang. Pasien juga tidak memperhatikan instruksi, tidak kooperatif, dan cenderung menyalahkan dokter gigi untuk kesehatan gigi dan mulut yang buruk. Dokter gigi harus hati-hati dalam mengambil langkah, karena prognosis perawatan pada pasien ini kurang baik, sehingga motivasi harus terus ditumbuhkan sejak awal perawatan. Prognosis dapat menjadi baik apabila ada penerimaan dari pasien dan instruksi kepadanya berhasil.Program edukasi mengenai kondisi gigi dan mulut, pentingnya menjaga oral hygiene dan mengganti giginya yang hilang serta perawatan dental merupakan rencana perawatan yang dianjurkan sebelum pembuatan gigi tiruan. Edukasi dapat berupa memberikan contoh akibat buruk yang konkret jika tidak melakukan perawatan gigi tiruan, dapat dengan disertai foto untuk meyakinkan pasien. Jika ketertarikannya tidak dapat distimulasi, hal terbaik yang dapat dilakukan adalah menolak pasien ini, dengan harapan, ketertarikannya dapat distimulasi oleh orang lain. Pada banyak contoh, minimnya ketertarikan ini menjadi alasan mengapa pasien tersebut edentolous.

Karakteristik pasien dengan sikap mental indifferent adalah:

a. Tidak peduli dengan penampilannya sendiri

a. Tidak merasakan pentingnya masalah komunikasi

a. Tidak ulet

a. Tidak mau merepotkan dirinya sendiri dalam pemakaian protesa

a. Kurang menghargai upaya dokter gigi yang merawatnya

a. Diet buruk

4. Hysterical Patient

Pasien dengan sikap mental hysterical merupakan tipe pasien yang emosional, tidak stabil, sensitif, sangat kuatir, gugup, dan hipersensitivitas. Prognosisnya sering tidak baik, dan pertolongan profesional tambahan, seperti psikiater, diperlukan selama perawatan. Pasien dengan sikap mental ini harus dibuat sadar akan masalah gigi dan mulutnya.Sikap mental hysterical biasanya dimiliki oleh 2 tipe pasien. Tipe yang pertama adalah pasien yang kesehatan umum maupun mulutnya buruk. Pasien takut akan perawatan gigi dan yakin bahwa pemakaian gigi tiruan akan gagal. Tipe kedua yang memiliki sikap mental hysterical adalah pasien yang sudah pernah mencoba memakai gigi tiruan namun selalu tidak puas karena dihantui oleh perasaan bahwa penampilannya telah berubah.Pasien selalu ingin menuntutjaminan bahwa gigi tiruan yang dibuat harus sama dengan gigi aslinya.Cara menangani pasien dengan sikap mental hysterical:

1. Preoperatif Pendekatan perilaku : komunikasi yang efektif, penjelasan prosedur, buat pasien rileks, konsultasi dengan psikiatris Pendekatan farmakologis : sedasi oral

2. Operatif

Pendekatan perilaku : menjawab pertanyaan pasien dengan tenang, meyakinkan pasien. Pendekatan farmakologis : anastesi lokal yang efektif, sedasi oral.

3. Postoperatif

Pendekatan perilaku : memberikan instruksi yang jelas pada pasien, penjelasan komplikasi dan cara penanggulangannya. Pendekatan farmakologis : analgesik, medikasi tambahan

B. HUBUNGAN KONDISI KESEHATAN DENGAN PERAWATAN PROSTODONSIAAda beberapa hal dalam riwayat medis atau status sistemik pasien yang harus diperhatikan dan dievaluasi sebelum melakukan pembuatan prosedur prostodontik. Kondisi sistemik pasien harus dipertimbangkan dalam rencana perawatan. Beberapa penyakit sistemik memiliki hubungan langsung dengan keberhasilan perawatan gigi tiruan, meskipun tidak ada manifestasi lokal yang terlihat. Banyak penyakit sistemik yang memiliki manifestasi lokal tanpa adanya gejala sistemik, dan yang lain memiliki reaksi lokal dan sistemik.

Riwayat penyakit umum yang pernah diderita pasien sebaiknya ditanyakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah Ia sedang berada dalam perawatan dokter umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang diminum. Hal ini perlu dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam perawatan dental, seperti diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, tuberculosis, lues, depresi mental, kecanduan alcohol, dsb. (Lusiana K.B., 1995). Selain penyakit sistemik dan obat yang sedang dikonsumsi, kebiasaan pasien untuk mengontrol kesehatannya juga perlu diketahui.1. Gangguan Pencernaan

Gigi yang hilang menyebabkan terjadinya gangguan pengunyahan dan dapat memengaruhi asupan makanan dan status gizi seseorang. Efisiensi pengunyahan sangat dipengaruhi oleh status fungsional gigi geligi di rongga mulut. Kemampuan penurunan fungsi pengunyahan berhubungan dengan proses pencernaan di dalam tubuh.

Pada pasien dengan gigi hilang hampir seluruhnya, akan cenderung mengurangi makan untuk menghindari rasa sakit akibat hilangnya gigi saat proses pengunyahan. Hal inilah yang menyebabkan sistem pencernaan pasien terganggu karena makanan yang diproses berkurang sedangkan kerja lambung terus berjalan hingga asam lambung pun meningkat sehingga akan sering merasakan sakit pada ulu hati.

Berdasarkan uraian di atas, maka kondisi pasien akan memungkinkan hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan, serta terjadinya xerostomia karena nutrisi yang masuk kurang, asam lambung pun meningkat akibat sekresi saliva yang berkurang. Untuk itu, sebelum melakukan perawatan prostodontik maka yang perlu dipertimbangkan adalah konsultasi gizi dan pemberian suplemen untuk memperbaiki pola makan. Serta pada pembuatan gigi tiruannya, ekstensi basis harus sesuai dan stabilitas yang baik diperlukan untuk mencegah iritasi mukosa.

2. Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah kelainan yang disebabkan kerusakan dalam penggunaan karbohidrat. Karakteristiknya adalah glukosaria dan peningkatan gula darah, biasa terjadi pada pasien umur 5060 tahun. Diabetes merefleksikan ketidakseimbangan antara penggunaan glukosa oleh jaringan, pengeluaran glukosa oleh liver, dan produksi serta pengeluaran hormon pankreas, anterior pituitary, dan adrenocortikal. Hal ini menyebabkan efek mudah terkena infeksi bakteri karena tahanan jaringan yang rendah.Pada penderita diabetes melitus, kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah menyebabkan komplikasi di dalam mulut, seperti radang jaringan mukosa, aggresive periodontitis, resorpsi tulang alveolar, hiposalivasi, dan merupakan faktor risiko abses periapikal. Manifestasi oral jarang terjadi pada pasien diabetes terkontrol, tetapi pada pasien diabetes yang tidak terkontrol sering terjadi degenerasi jaringan periodontium. Berkurangnya saliva, infeksi monilial, dan bertambahnya pembentukan kalkulus juga merupakan khas dari penyakit diabetes yang tidak terkontrol. Diabetes yang tidak terkontrol inilah yang paling mempengaruhi perawatan.Manifestasi oral yang biasanya terjadi, yaitu:

a. Mukosa membran menjadi berwarna merah terang dan terlihat kering.b. Infeksi gingiva dan periodontal sehingga menyebabkan terbentuknya poket, kehilangan tulang, serta kegoyangan gigi.

c. Mulut terasa kering

d. Pasien sering merasa haus dan sensasi rasa yang tidak nyaman.e. Seing terjadi karies akibat adanya xerostomia.f. Manifestasi klinis diabetes melitus terjadi bersama-sama dengan gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan prosthodontik yaitu, pada pasien diabetes melitus respon tulang terhadap tekanan protesa kurang dan membutuhkan perawatan yang hati-hati untuk menjaga kesehatan jaringan, kenyamanan pasien, dan fungsi yang optimal. Proses healing pada jaringan setelah trauma biasanya berjalan lambat sehingga membutuhkan kesabaran dalam menjalani rencana perawatan dan manajemen dentalnya.Dalam perawatan protesa untuk pasien diabetes melitus juga harus memerhatikan hal-hal tambahan seperti, menghindari tindakan pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan, menggunakan bahan cetak yang bisa mengalir bebas, dan membuat desain rangka gigi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan. Beban fungsional gigi tiruan harus didistribusikan pada semua bagian yang dapat memberikan dukungan dan susunan oklusi pun harus harmonis. Bila dibutuhkan, perangsangan pengaliran air liur dengan obat hisap yang bebas karbohidrat dapat dilakukan. Perlu ditekankan pada pasien mengenai pentingnya pemeliharaan kesehatan mulut. Tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam bulan sekali (bahkan kalau perlu lebih sering dari itu) untuk mempertahankan kesehatan mulut. Recall berkala juga diperlukan untuk menjaga basis gigi tiruan beradaptasi dengan baik dan oklusinya benar. Hal ini berkaitan dengan tahanan jaringan pasien diabete melitus yang kurang, sehingga ada kemungkinan gigi tiruan jadi goyang atau berubah posisinya. (Gunadi, dkk., 1991:110).3. Penyakit KardiovaskularPada pasien dengan riwayat medis penyakit kardiovaskular, butuh konsultasi medis sebelum prosedur dental apalagi pada saat pencabutan gigi. Hindari pemakaian anastetik yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin dan epinefrin karena bahan ini dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Perawatan sebaiknya tidak dilakukan apabila tekanan darah sedang tinggi. Hindari pula melakukan perawatan dengan waktu yang lama karena pasien dengan penyakit kardiovaskular cepat lelah. Apabila akan dilakukan prosedur bedah, diindikasikan penggunaan antibiotic profilaksis. Sebelum melakukan perawatan, ada baiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu ke kardiolog. (Gunadi, dkk., 1991 : 110).Pasien dengan prosthetic heart valve (gangguan katup jantung), endokarditis akibat bakteri, kelainan jantung bawaan, dan demam reumatik tinggi dengan disfungsi katup jantung harus mendapatkan premedikasi terlebih dahulu dengan pemberian antibiotik amoxicilin ataupun eritrimycin. Antibiotik clindamycin juga dapat diberikan apabila pasien alergi dengan amoxicilin ataupun eritrimycin. Dalam perawatan, perlu diperhatikan pula obat yang sedang dikonsumsi pasien karena pasien dengan gangguan katup jantung biasanya sedang mengkonsumsi obat antikoagulan.4. Hipertensi

Tekanan darah yang normal biasanya di bawah 120/80 mmHg, apabila melebihi dapat dikatakan hipertensi, baik dari yang ringan hingga berat. Dalam hubungannya dengan perawatan gigi, kondisi hipertensi berpengaruh pada penggunaan anestesi, seperti tidak diindikasikan anestesi epinefrin atau adrenaalin karena mengandung vasokonstriktor yang dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Sebelum melakukan tindakan yang invasive seperti pencabutan atau operasi seperti alveoloktomi, sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu. Hal-hal tersebut dilakukan juga untuk menghindari dampak jika terjadi trauma dalam perawatan. Hindari pula proses perawatan yang menyebabkan kelelahan pada pasien. Sebaiknya, tekanan darah dikontrol dengan merujuk ke spesialis penyakit dalam. Dalam perawatan, perlu diperhatikan pula obat yang sedang dikonsumsi pasien karena pasien hipertensi biasanya sedang mengkonsumsi obat yang mengandung agen diuretic sehingga saliva menjadi sedikit.5. Epilepsi

Epilepsi mempengaruhi desain suatu geligi tiruan. Grand mal seizure dapat menyebabkan fraktur pada protesa dan kehilangan gigi. Pembuatan gigi tiruan lepasan pada pasien epilepsi biasanya dikontraindikasikan pada pasien epilepsi yang tanpa adanya warning. Namun jika epilepsinya terkontrol, diindikasikan. Semua bahan restorasi bagi penderita epilepsi harus radiopak agar kalau tertelan dapat terlihat secara radiograf. Bila perlu, ekstensi basis pada gigi tiruan pasien epilepsi dilakukan sebagai tambahan retensi untuk menghindari gigi tiruan terlepas dan tertelan saat pasien mengalami kejang. Jika pasien sedang mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung phenytoin, maka gigi tiruan lepasan tidak boleh mengiritasi gingival sebab obat ini berefek gingival hypertrophy.6. Alkoholisme

Sebagai pemakai gigi tiruan sebagian lepasan, pecandu alkohol biasanya mengecewakan. Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain napasnya berbau alkohol, tremor, mata dan kulit pada bagian tengah wajah memerah, gugup, dan kurus. Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya, penderita alkoholik menuntut pemenuhan faktor estetik yang tinggi untuk protesa yang akan dibuat. Keyakinan dirinya serta kerja sama dengan penderita ini dapat dikembangkan, bila hal tadi dapat kita penuhi. Sebaliknya, bila hal ini gagal, bisa membawa akibat yang buruk.

Perawatan gigi untuk penderita alkoholik pada umumnya dihindari sampai kebutuhan ini sudah begitu mendesak, supaya pembuatan protesa dapat berhasil untuk jangka waktu cukup panjang. Di samping semua masalah di atas, seorang penderita alkoholik cenderung mengalami kecelakaan. Patah atau hilangnya geligi tiruan karena jatuh atau kecelakaan kendaraan adalah suatu hal yang biasa terjadi (Gunadi, dkk., 1991 : 111-112).7. Arthritis

Artritis berasal dari kata Yunani artron yang berarti persendian dan kata itis dari bahasa Latin yang berarti peradangan. Artritis memengaruhi sistem muskuloskeletal (otot dan sendi). Arthritis seringkali disertai oleh nyeri sendi, yang disebut artralgia. Terjadi perubahan oklusi pada pasien arthritis sehingga sulit menentukan hubungan rahang.

Jika sendi terminal dari jari mengalami artritis, pasien akan sulit untuk memasukkan dan membersihkan gigi tiruan. Osteoarthritis TMJ dapat menimbulkan masalah pada perawatan gigi tiruan penuh, karena pergerakan mandibula menimbulkan nyeri. Pada kondisi yang ekstrim, pembedahan harus dilakukan dengan sebelumnya konsul ke ahli bedah mulut.

Sendok cetak khusus sering dibutuhkan karena akses yang terbatas akibat berkurangnya kemampuan membuka mulut. Rekam hubungan rahang sulit dibuat dan diulangi, dan koreksi oklusal harus dilakukan karena perubahan pada sendi.

8. Depresi Mental

Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang mempunyai efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya retensi gigi tiruan. Maka perawatan dalam bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu sampai perawatan terhadap depresi mentalnya dapat diatasi.

Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik tidak secara realistik. Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu Ia masih muda/ remaja serta mengharapkan penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa yang akan dibuat. (Gunadi, dkk., 1991 : 111).

9. Parkinson Disease

Penyakit parkinson dan Bells palsy merupakan jenis kelainan neurologis. Pada pasien ini terjadi kontraksi ritmik pada otot, termasuk otot mastikasi. Pasien dengan penyakit ini dapat dirawat, tetapi sangat penting untuk mereka mengetahui masalahnya, yakni: retensi gigi tiruan, rekam hubungan rahang, dan dukungan otot. Jika gejalanya parah, menyebabkan tidak mungkinnya pasien untuk memasang dan melepas gigi tiruan lepasan.10. Kanker

Perawatan lesi kanker dengan radiasi ionisasi dan kemoterapi dapat memengaruhi terapi gigi tiruan lepasan. Komplikasi oral pada pasien ini adalah efek samping dari radiasi dan kemoterapi di kepala dan leher. Komplikasinya adalah iritasi mukosa, xerostomia, infeksi bakteri, dan infeksi fungal.

11. Obat-Obatan yang Mempengaruhi Perawatan

Dengan makin populer dan kompleksnya terapi obat-obatan, dokter gigi diharapkan mengetahui obat yang digunakan pasien sehingga Ia dapat menghindari pemberian obat yang menimbulkan reaksi yang tak dikehendaki atau yang memperkuat aksi obat yang sudah diminum pasien atau obat yang tidak dapat ditolerir oleh pasien (alergi). (Walter & Neill, 1996 :3).

Obat-obat steroid perlu dihindarkan selama periode pencabutan, sedang antikoagulan harus diperkecil dosisnya dengan cara yang terkontrol. Pasien hipertensi biasanya mengkonsumsi obat yang mengandung agen diuretic sehingga saliva menjadi sedikit. Begitu pula dengan pasien yang sedang menjalani terapi endokrin yang menyebabkan xerostomia. Pengetahuan tentang obat-obat yang digunakan pasien juga dapat diketahui dari hasil pengamatan yang dibuat saat pemeriksaan: mulut kering berhubungan dengan obat-obat sedasi atau antikoagulan; proliferasi organisme jamur dalam mulut pada pemakaian antibiotik jangka panjang (Walter & Neill, 1996 :3).