Bahan Kuliah Ekologi Hutan (Buku)

download Bahan Kuliah Ekologi Hutan (Buku)

of 229

Transcript of Bahan Kuliah Ekologi Hutan (Buku)

I. A.

PENDAHULUAN

Pengertian Ekologi Hutan Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel

(1869), yang mana ekologi ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu : Oikos Logos = Tempat tinggal (rumah) = ilmu, telaah.

Oleh karena itu, Ekologi adalah ilrnu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungannya. Hubungan tersebut demikian komplek dan eratnya sehingga Odum (1959) menyatakan bahwa ekologi adalah Enviromental Ecology. Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohonan dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan antara di luar hutan. Didalam suatu hutan, alam

hubungan

tumbuh-tumbuhan,

margasatwa,

dan

lingkungannya demikian eratnya, sehingga hutan dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem. Ekologi Hutan adalah cabang ekologi yang khusus mempelajari masyarakat atau ekosistim hutan. B. Bidang Kajian Ekologi Kutan Didalam Ekologi ada dua bidang kajian, yaitu 1. Autekologi : Ekologi yang mempelajari suatu jenis organisma yang berinteraksi dengan 1ingkungannya atau ekologi sesuatu

jenis

atau

bagian

ekologi

yang

mempela jari faktor

pengaruh

sesuatu satu

lingkungan

terhadap

atau lebih jenis-jenis organisme.

2. Sinekologi : Bagian ekologi yang mempelajari berbagai kelompok organisme

sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi dan dengan antar sesamanya dalam

lingkungannya

suatu daerah.

Dalam pengaruh tumbuhnya

ekologi suatu satu faktor atau

hutan,

autekologi terhadap

mempelajari hidup dan

lingkungan lebih

jenis-jenis

pohon.

Jadi,

penyelidikannya

mirip

fisiologi

tumbuh-tumbuhan,

sehingga aspek-aspek tertentu dari autekologi, seperti penelitian fisioekologi tentang pertumbuhan pohon serir.g disebut

(phisiological

ecology).

Contoh

penelitian

autekologi adalah : 1) Pengaruh intensitas Shorea cahaya leprosula N terhadap terhadap

pertumbuhan jenis 2) Pengaruh dosis

pupuk sengon.

pertumbuhan jenis

Sedangkan Sinekologi mempelajari hutan sebagai suatu ekosistem. Contoh kajian sinekologi adalah pengaruh

keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi, struktur dan produktivitas hutan. Dalam maupun ekologi hutan baik penge tahuan autekologi kita

sinekologi

bersama-sama

diperlukan,

karena

memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat berbagai jenis pohon yang membentuk hutan dan pengetahuan tentang hutan sebagai suatu ekosistem.

C. Sangkut Paut Ekologi Hutan dengan Bidang Ilmu Lain Berhubung di dalam ekologi hutan yang dipelajari

adalah tumbuh-tumbuhan hutan dan keadaan tempat tumbuhnya, maka semua bidang ilmu yang mempelajari kedua komponen ekosistem hutan tersebut sangat diperlukan, yakni: (1). Taksonomi tumbuh-tumbuhan (terutama Dendrologi). Bidang ilmu ini sangat diperlukan untuk pengenalan jenis-jenis tumbuhan di hutan. Untuk pengenalan jenis ini diperlukan buku-buku pengenalan jenis yang praktis, selain buku-buku flora yang sudah ada yang bersifat komprehensif. Cara pengenalan jenis pohon dalam buku-buku itu

dititikberatkan pada sifat-sifat generatif (reproduktif), yaitu berdasarkan sifat-sifat bunga dan buah. Padahal

menurut pengalaman di lapangan seringkali dijumpai pohonpohon yang sedang tidak berbunga atau berbuah, atau sukar sekali untuk mendapatkan contoh-contoh bunga dan buah. Karena itu, untuk keperluan di lapangan dibutuhkan cara pengenalan jenis pohon yang terutama didasarkan pada sifat-sifat vegetatif, yaitu sifat-sifat batang pohon

(kulit, getah dan kayu) , daun dan kuncup, kemudian baru sifat-sifat generative. Cara pengenalan ini tidak terikat pada sistem taksonomi tumbuh-tumbuhan. Di Filipina cara pengenalan demikian telah dirintis oleh Tamolang (1959), di Malaysia oleh Kochummen (1963), di Indonesia oleh

Endert (1928, 1956) dan Verteegh (1971) dan di Pantai Gading, Afrika, oleh den Outer (1972) . Kepulauan Indonesia, sebagai bagian dari daerah flora Malesia, terkenal sebagai daerah flora hutan yang kaya. tetapi pengetahuan kita tentang jenis tumbuh-tumbuhan di daerah ini masih amat kurang. Banyaknya jenis tumbuhtumbuhan di daerah inipun belum diketahui dengan pasti (Van Steenis, 1948). Menurut taksiran Van Steenis (op.cit) di daerah Malesia terdapat kira-kira 3000 jenis pohon. Menurut Lembaga Penelitian Hutan di Indonesia terdapat lebih kurang 4000 jenis pohon. Dari sekian banyak jenis itu baru sebagian kecil tercakup dalam buku-buku flora yang tersedia. Akibatnya, pengenalan masih tergantung pada jasa para pengenal pohon setempat. Dengan bantuan koleksi contoh dapatlah tumbuh-tumbuhan disusun daftar yang nama kemudian pohon-pohon dideterminasi, untuk daerah

tertentu, yang dapat mempermudah inventarisasi hutan.

(2). Geologi dan Geomorfologi Ilmu-ilmu ini diperlukan dalam ekologi hutan, karena keadaan geologi dan geomorfologi mempengaruhi pembentukan dan sifat-sifat tanah serta penyebaran dan hidup tumbuh-

tumbuhan. Pada keadaan iklim yang sama, jenis-jenis batuan yang berbeda berlainan. seperti akan Pada menghasilkan jenis dan jenis-jenis keadaan dan tanah tanah yang yang khusus, akan

tanah

pasir

kuarsa

tanah

serpentin,

terbentuk tipe hutan yang khusus pula. Keadaan topografi juga mempengaruhi komposisi dan

kesuburan tegakan hutan, melalui perbedaan pada kesuburan dan keadaan air tanah. Disamping itu, perbedaan letak tinggi mempengaruhi penyebaran tumbuh-tumbuhan, melalui perbedaan iklim yang ditimbulkannya.

(3). Ilmu Tanah Ilmu tanah yang murni seringkali disebut pedologi tetapi sebagai faktor tempat tumbuh disebut edafologi. Perbedaan jenis tanah, sifat-sifat serta keadaan tanah seringkali menyebabkan mempengaruhi terbentuknya penyebaran tipe-tipe tumbuh-tumbuhan, berlainan,

vegetasi

serta mempengaruhi kesuburan dan produktivitas hutan.

(4). Klimatologi Iklim penyebaran adalah faktor terpenting yang mempengaruhi iklim seperti

tumbuh-tumbuhan.

Faktor-faktor

suhu (temperatur), curah hujan, kelembaban, dan defisit tekanan uap air besar pengaruhnya pada pertumbuhan pohon. Iklim mikro dari sesuatu ternpat yang dipengaruhi keadaan

topografi dapat mempengaruhi penyebaran dan pertumbuhan pohon.

(5). Geografi tumbuh-tumbuhan Pada tumbuhan permulaan merupakan perkembangannya dari ekologi tumbuh-

cabang

geografi pengaruh

tumbuh-tumbuan faktor-faktor Dari

(phytogeografi) lingkungan cabang

yang

membahas penyebaran

terhadap

tumbuh-tumbuhan.

inilah

berkembang

sosiologi

tumbuh-tumbuhan

(phytososiologi) dan ekologi tumbuh-tumbuhan. Pada taraf kemajuan sekarang ekologi hutan masih

memerlukan informasi dari geografi tumbuh-tumbuhan untuk mengerti pola penyebaran berbagai jenis pohon dalam

hubungannya dengan keadaan fisik bumi, terutama iklim dan geomorfologi atau fisiografi, dan akan sangat membantu dalam mempelajari susunan serta penyebaran ormasi-formasi hutan.

(6). Fisiologi Tumbuh-tumbuhan dan Biokimia Telah dikemukakan bahwa autekolcgi mempunyai kegiatan yang mendekati fisiologi dari tumbuh-tumbuhan. Jadi pada akan hidup

umumnya sangat

informasi berguna

fisiologi mempelajari

tumbuh-tumbuhan proses-proses

untuk

tumbuh-tumbuhan, yang mana memerlukan pengetahuan tentang proses-proses kimia yang berhubungan dengan aktivitas

biologis yang terjadi. Informasi tersebut bisa diperoleh dari ilmu biokimia. Misalnya, untuk dapat mempelajari

pengaruh faktor-faktor lingkungan terhadap produksi getah karet atau getah pinus perlu pula pengetahuan tentang proses pembentukan getah dan proses-proses biokimia

lainnya yang mempengaruhi atau berkaitan dengannya.

(7). Genetika Tumbuh-tumbuhan Suatu jenis tumbuh-tumbuhan yang penyebarannya luas seringkali memperlihatkan perbedaan menurut letak geografi dan keadaan lingkungan-nya. Perbedaan ini bukan hanya

dalam bentuk pertumbuhannya tetapi seringkali pula dalam hal adaptasi dan persyaratan terhadap keadaan tempat

tumbuhnya, yang berakar pada sifat-sifat genetis, sebagai akibat dari mutasi dan polyploidy. Adakalanya apabila daerah penyebaran dari dua jenis pohon berimpitan pada suatu tempat, maka pada tempat itu terjadi timbul hybridisasi jenis pohon antara baru kedua yang jenis itu, sehingga berada

sifat-sifatnya

diantara sifat-sifat kedua jenis induknya. Demikianlah, pada keadaan-keadaan tertentu, untuk mengerti sifat-sifat ekologis sesuatu jenis atau beberapa jenis pohon

diperlukan pula pengatahuan tentang genetika.

(8). Matematika dan Statistika Kedua ilmu ini sangatlah kuantitatif penting terhadap untuk berbagai

memformulasikan

dugaan

proses ekologis yang terjadi pada ekosistem hutan. Oleh karena itu, melalui penggunaan kedua bidang ilmu ini

faktor

lingkungan terhadap

yang

berperan

dan

seberapa suatu

jauh hutan

peranannya

penelitian

kelestarian

dapat diperkirakan.

D. Status Ekologi Hutan dalam Ilmu Pengetahuan Kehutanan Ekologi Hutan merupakan ilmu dasar yang bersifat

integratif (mengintegrasikan ilmu-ilmu dasar lain) yang merupakan ilmu dasar penting bagi silvikultur. dalam

terminologi kehutanan, ekologi hutan hampir sama dengan silvika. Perbedaan ekologi hutan dengan silvika hanyalah pada lawasan kajiannya, yakni ekologi hutan mempelajari hutan sebagai ekosistem (jadi lawasannya lebih luas),

sedangkan silvika lebih terarah pada silvikultur dan lebih mendekati autekologi. Dengan pengetahuan ekologi hutan dan fisiologi silvikultur pohon yang yang tepat bisa ditentukan produksi tindakan dapat

tepat,

sehingga

hutan

ditingkatkan baik kualita rnaupun kuantitanya.

E. Aspek-aspek Ekologi Hutan yang renting Dalam ilmu kehutanan, aspek-aspuk ekologi hutan yang

penting dipelajari adalah : (1). mempelajari komposisi dan struktur hutan alam

(2). mempelajari hubungan tempat tumbuh denyan: a. komposisi dan struktur hutan b. penyebaran jenis-jenis pohon c. permudaan pohon atau permudaan hutan d. riap (pertumbuhan) pohon/hutan

e. fenologi pohon (musim berbunga, berbuah, pergantian daun). (3). mempelajari syarat-syarat keadaan tempat tumbuh

penanaman atau permudaan alam (4). mempelajari siklus hara mineral, siklus air, dan metabolisme. (5). mempelajari hubungan antara kesuburan tanah, iklim dan faktor-faktor lain dengan produktivitas hutan (6). mempelajari suksesi vegetasi hutan secara alam dan setelah terjadi kerusakan.

II. EKOSISTEM A. Pengertian Ekosistem adalah suatu sistem di alam yang

mengandung komponen hayati (organisme} dan komponen nonhayati (abiotik), dimana antara kedua komponen tersebut terjadi hubungan timbal balik untuk mempertukarkan zat-zat yang perlu untuk mempertahankan kehidupan. Dalam geocoenosis, beberapa dan kepustakaan, istilah biocoenosis, secara

biogeocoenosis

(geobiocoenosis)

berurutan digunakan untuk komponen biotik, abiotik dan ekosistem. Ekosistem merupakan satuan fungsional dasar ekologi, karena ekosistem mencakup organisme dan lingkungan abiotik yang saling berinteraksi. Pencetus istilah ekosistem adalah A.G. Tarisley pada tahun 1935, seorang ekolog Inggeris.

B. 1.

Komponen Ekosistem Dari Segi "trophic level", ekosistem terdiri atas: 1) Komponen autotrofik, yaitu organisme yang mampu mensitesis makanannya sendiri yang berupa bahan organik dari bahan-bahan anorganik sederhana

dengan bantuan sinar matahari dan zat hijau daun. 2) Komponen heterotrofik, yaitu organisme yang sumber makanannya diperoleh dari bahan-bahan organik yang dibentuk kembali oleh dan komponen menguraikan aututrofik, bahan-bahan penyusun organik

kompleks

yang

telah

mati

kedalam

senyawa

anorganik sederhana.

Dari

segi

penyusunnya

(struktur),

komponen

ekosistem terdiri atas : 1) Komponen abiotik yaitu komponen fisik dan kirnia seperti tanah, air, udara, sinar matahari, dll.' yang merupakan medium untuk berlangsungnya

kehidupan. 2) Produsen tumbuhan yaitu organisme yang autotrofik, mampu umumnya

berklorofil,

mensintesis

makanannya sendiri dari bahan anorganik 3) 4) Konsumen yaitu organisme heterotrofik Pengurai, yaitu organisme heterotrofik yang menguraikan bahan organik yang berasal hasil yang dari organisme mati, dan

menyerap melepas

sebagian bahan-bahan

penguraian sederhana

tersebut yang

dapat

dipakai oleh produsen.

Untuk

tujuan

deskripsif,

komponen-komponen

ekosistem seyogyanya diperinci sebagai berikut : 1) Bahan-bahan anorganik (C, N, Co2, H20, dll) 2) Senyawa organik (protein, lemak, karbohidrat, dll) 3) Iklim fsuhu, dan faktor fisik lainnya) 4) Produser 5) Konsumer makro ("phagotroph" umumnya hewan) yaitu yang organisme memakan

heterotrofik,

organisme lain atau bahan organik. 6) Konsumer mikro (saprotroph, osmotroph), yaitu

organisme heterotrofik, umumnya jamur dan bakteri, yang menghancurkan hasil bahan organik mati, dan menyerap

sebagian

perombakannya,

membebaskan

bahan-bahan anorganik sederhana yang berguna bagi produser. Point (1) s/d (3) adalah Komponen abiotik. Point (4) s/d (6) adalah komponen biotik.

Organisme heterotrofik dapat juga dibedakan kedalam : 1) Biophage, yaitu organisme yang mengkonsumsi organisme lainnya. 2) Saprophage, organik yang yaitu telah organisme mati. pengurai segi bahan-bahan fungsional,

Dari

suatu ekoisist em sebaiknya dianalisis menurut : (1). Aliran energi (2). (3). (4}. (5). (6). Rantai pangan Pola keanekaragaman dalam ruang dan wakcu Siklus nutrien Pengembangan dan evolusi Kontrol (sibernetik)

Dalam

hal

konsumer,

selain

pembagian

di

atas,

konsumer dapat juga dibedakan kedalam: 1) Konsumer I (konsumer primer) adalah hewan-hewan herbivora yang makanannya bergantung pada produser (tumbuhan kelinci, hLjau), dll. contoh : insekta, daratan), rodentia, moluska,

(ekosistem

krustacea, dll (ekosistem akuatik) 2) Konsumer II (konsumer sekunder)adalah karnivora

dan burung

omnivora

yang

memakan

herbivora,

contoh:

gagak, rubah, kucing, ular, dll.

3) Konsumer III (konsumer tertier) adalah karnivora dan omnivora, misal singa, hari-mau, dll., disebut juga Top-Konsumer 4) Parasit, Scavenger dan saprobe

C.

Faktor Penyebab Perbedaan Ekosistem Ekosistem yang satu berbeda dengan ekosistem yang

lain, karena: 1) Perbedaan kondisi iklim (hutan hujan, hutan musim, hutan savana) 2) Perbedaan letak dari permukaan laut, topografi dan formasi geologik (zonasi pada pegunungan, lereng pegunungan yang curam, lembah sungai) 3) Perbedaan kondisi tanah dan air tanah (pasir,

lempung, basah, kering)

D. Macam dan Ukuran Ekosistem Berdasarkan ekosistem, yaitu: 1) Ekosistem alam: laut, sungai, hutan alam, danau alam, dll. 2) Ekosistem buatan: sawah, kebun, hutan tanaman, proses terjadinya ada dua macam

tambak, all.

Ukuran ekosistem bervariasi dari sebetsar kultur dalam botol di laboratorium, seluas danau, sungai,

lautan sampai biosfir ini.

Secara umum, ada dua tipe ekosistem, yaitu: 1) Ekosistem terestris Ekosistem hutan Ekosistem padang rumuput Ekosistem gurun Ekosistem anthropogen (sawah, kebun, dll.} 2) Ekosistem akuatik (a). Ekosistem air tawar - Kolam - Danau - Sungai - dll. (b). Ekosistem lautan

E.

Tahap-tahap Dasar Operasi pada Ekosistem 1) Penerimaan energi radiasi 2) Pembuatan bahsn-bahan organik dari bahan

anorganik oleh produser 3) Pemanfaatan produser oleh konsumer dan lebih jauh lagi pada bahan-bahan terkonsumsi 4) Perombakan yang mati bahan-bahan oleh organik dari organisme bentuk

dekomposer

kedalam

anorganik sederhana untuk penggunaan ulang oleh produser.

F.

Ekologi Niche Niche adalah peranan suatu mahkluk hidup dalam

suatu habitat. Sedangkan habitat adalah tempat hidup organisme. Dengan demikian ekologi niche adalah peran

total

dari

suatu

species

dalam

komunitas.

Ekologi

niche mencakup species organisme, faktor lingkungan, areal tempat hidup, spesialisasi dari populasi species dalam suatu komunicas.

G.

Energi dalam Ekosistem - Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. - Bentuk energi yang berperan penting pada mahkluk hidup adalah energi mekanik, kimia, radiasi dan panas. - Perilaku energi di alam mengikuti Hukum

Thermodinamika, yaitu:

Hukum Thermodinamika I: Energi lainnya, dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk

tetapi energy tak pernah dapat diciptakan

atau dimusnahkan.

Hukum Thermodinamika II: Setiap terjadi perobahan bentuk energi pasti terjadi degradasi menjadi energi bentuk dari energi bentuk yang energi terpencar yang atau terpusat karena

berbagai energi selalu memencar menjadi panas, tidak ada transformasi menjadi secara energi spontan potensial dari suatu bentuk dengan

energi

berlangsung

efisien 100%. Misal, 57% energi surya diserap atmosfir, dan 35 % disebarkan untuk memanaskan air dan daratan. Dari sekitar 3% energi surya yang mengenai permukaan tumbuhan, 10 - 15% dipantulkan, 5% ditransmit, 80 - 85%

diserap dan 2% (0.5 -3,5%) dari total energi cahaya digunakan fotosintesis serta sisanya dirubah menjadi bentuk panas.

H. Rantai

Pangan pangan ada1ah pengalihan energi dari

Rantai

sumberdaya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan. Semakin pendek rantai

pangan semakin besar energi yang dapat disimpan dalam bentuk tubuh organisme di ujung rantai pangan.

Rantai pangan terdiri atas tiga tipe: 1) Rantai pemangsa, dimulai dari hewan kecil sebagi mata rantai pertama ke hewan yang lebih besar dan berakhir pada hewan terbesar dimana landasan

permulaan adalah tumbuhan sebagai produsen. 2) Rantai parasit, berawal dari organisme besar ke

organisme kecil. 3)Rantai saprofit, berawal dari organisme mati ke

mikroorganisme, dikenal juga sebagai rantai pangan detritus. Dalam suatu ekosistem, rantai-rantai

pangan berkaitan satu sama lain membentuk suatu jaring-jaring pangan (food web). - Dalam suatu ekosistem dikenal adanya tingkat tropik dari suatu kelompok organisme. - Berbagai makanan organisme melalui yang memperoleh yang sama sumber dianggap

langkah

termasuk pada tingkat tropik yang sama.

- Berdasarkan tingkat tropik : Tumbuhan hijau Herbivora Karnivora : tingkat tropik I : tingkat tropik II : tingkat tropik III

Karnivora sekunder : tingkat tropik IV

I.

Struktur Tropik dan Piramida Ekologi - Ukuran individu menentukan besarnya metabolisms suatu organisme. Semakin kecil ukuran organisme,

semakin besar rnetabolisrne per gram biomassa. Oleh karena itu, semakin kecil organisme semakin kecil biomassa yang dapat ditunjang pada suatu tingkat tropik dalam ekosistemnya. - Fenomena interaksi antara rantai-rantai makanan dan hubungan metabolisme dengan ukuran organisme

menyebabkan berbagai komunitas mempunyai struktur tropik tertentu. - Struktur tropik dapat diukur dan dipertelakan,

baik dengan biomassa per satuan luas maupun dengan banyaknya energi yang ditambat per satuan luas per satuan waktu pada tingkat tropik yang berurutan. - Piramida ekologi dapat menggambarkan struktur dan fungsi tropic: Ada tiga tipe paramida ekologi yaitu : a) Piramida jumlah individu, yang menggambarkan

jumlah individu dalam produser dan konsumer suatu ekosistem b) Piramida biomassa, yang menggambarkan biomassa dalam setiap tingkat tropik. c) Piramida energi, yang menggambarkan besarnya

energi pada setiap tingkat tropik. Semakin tinggi tingkat tropik, semakin efisien dalam

penggunaan energi.

J. Produktivitas - Produktivitas penyimpanan primer energi adalah oleh kecepatan organisme

potensial

produsen melalui proses fotosintesis dalam bentuk bahan-bahan organik yang dapat digunakan sebagai

bahan pangan. Unit satuannya: 1) 2) Ash Dry Free Dry Weight Kal./ha/th.

Weight Ton/ha/th. primer dibagi dua macam:

Produktivitas

(1). Produktivitas primer kotor: Kecepatan bahan selama asimilasi total fotosintesis, mencakup pula

organic yang dipakai untuk respliasi pengukuran. Istilah ini sama dengan total. primer bersih:

(2). Produktivitas

Kecepatan penyimpanan bahan-bahan organik dalam jaringan tumbuhan sebagai kelebihan bahan yang dipakai selama asimilasi untuk respirasi oleh tumbuh-tumbuhan

pengukuran. Istilah ini sama dengan bersih.

- Produktivitas

sekunder

adalah

kecepatan

penyimpanan energi potensial pada tingkat tropik konsumen dan pengurai.

Produktivitas Primer kotor pada Ekosistem Akuatik Ho. Ekosistem Prod . Primer Kotor Kcal/m2/th 1. 2. 3. 4. Laut terbuka Pesisir Upwelling Zone Estuari dan reefs 1.000 2.000 6.000 20.000

Produktlvitas Primer Kotor pada Ekosistem Terestris No. Ekosistem 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Gurun dan tundra Padang rumput Hut an lahan kering Hutan konifer Hutan temperate basah Pertanian Hutan tropik dan subtropik Kcal/m2/th 200 2.500 2.500 3.000 8.000 12.000 20 .000

K. Siklus Biogeokimia - Di alam telah diketahui ada 100 unsur kimia,

tetapi hanya 30 - 40 unsur yang sangat diperlukan oleh mahkluk hidup. - Unsur-unsur protoplasma, kimia, termasuk untuk unsur utama dari dalam

cenderung

bersirkulasi

biosfir dengan pola tertentu dari 1ingkungannya ke organisme dan kembali lagi ke lingkungan, siklus ini disebut siklus biogeokimia. Sedangkan,

pergerakan

unsur-unsur

dan

senyawa-senyawa

anorganik yang penting untuk menunjang kehidupan disebut siklus hara. Kedua siklus tersebut

masing-masing terdiri atas dua kompartemen atau dua pool, yaitu : 1) Reservoir poo_l : besar, lambat bergerak,

umumnya bukan komponen ekologi. 2) Exchange atau Cycling pool : kecil, tapi lebih aktif bertukar dengan cepat antara organisme dengan lingkungannya. Dilihat dari sudut biosfir secara keseluruhan,

siklus biogeokimia terdiri atas : a) Tipe gas, dimana reservoir adalah di atmosfir atau hidrosfir {lautan), misal siklus Karbon (CO2) dan siklus Nitrogen (N) b) Tipe sedimen, dimana reservoir adalah di kerak bumi, misal siklus Posfor

III.HUTAN SEBAGAI KOMUNITAS TUMBUHAN

Hutan dikuasai

adalah

masyarakat yang

tumbuh-tumbuhan suatu yang satuan

yang tempat

pohon-pohon

menempati

dan mempunyai sadaan dengan hutan Tumbuhan 1. Perkembangan pembentukan tahap suksesi. di luar hutan.

lingkungan Sedangkan

berbeda masyarakat Komunitas

adalah

tegakan.

Karakteristik

Komunitas

adalah

sejarah

dan evolusi komunitas atau tahap-

2. Organisasi Komunitas adalah struktur, komposisi jenis dan organisasi tropic suatu komunitas. Struktur Komunitas terdiri atas:

- Struktur vertikal (stratifikasi) - Struktur horizontal (distribusi spatial jenis) - Kelimpahan biomasa). 3. Fungsi Komunitas adalah dan pola laju metabolisme, pembusukannya, atau "abundance" (kerapatan,

produktivitas

serasah

siklus hara, aliran

energi.

B.

Jenis Data Vegetasi

DATA KUALIFIKATIF Komposisi flora Stratifikasi dan aspection Fenology Vitalitas Sosiabilitas Life-form & fisiognomy Organisasi tropic, rantai makanan

DATA KUANTITATIF Pola disttribusi Frekuensi Kerapatan Penutupan tajuk; dominansi

DATA ANALITIK

ORGANISASI KOMUNITAS Struktur Komposisi Organisasi tropik

DATA SINTETIK Kehadiran dan konstansi Kesetiaan Dominansi Indeks dominansi Indeks asosiasi

1.Data Kualitatif a.Komposisi Flora Komposisi flora adalah daftar jenis tumbuhan

dalam komunitas, yang berguna untuk mengetahui : - keaneragaman jenis - tahap suksesi - kondisi lingkungan/habitat - struktur tiap unit vegetasi - pengelompokkan secara kuantitatiif: species

dominan, frequent

(daya adaptasi luas), jenis

yang jarang (indikator habitat).

b. Stratifikasi dan "aspection" Stratifikasi adalah lapisan vertikal komunitas tumbuhan. Stratifikasi terdiri : - pucuk - akar Manfaat Stratifikasi : - optimalisasi ruang tumbuh - peningkatan pemanfaatan energi solar - optimalisasi pemanfaaCan unsur hara tanah. Aspect ion adalah perubahan per:ampakan vegetasi dalam kaitannya dengan musim.

c. Fenologi Fenologi adalah kalender fase-fase pertumbuhan yang dilalui oleh suatu tumbuhan selama sejarah

hidupnya, atau studi tentang fase-frase pertumbuhan penting dalam sejarah hidup suatu tumbuhan, seperti: saat biji berkecambah, gugur daun, berbunga, berbuah dan tersebarnya biji. Tanda proses fenologi Masa kecambah Masa berbunga Masa berbuah :/ :/ : / / / /

Masa penyebaran biji :

Vitalitas dan Vigor Vitalitas adalah kondisi dan kapasitas tumbuhan untuk menyelesaikan siklus hidupnya. Sedangkan vigor adalah keadaan kesehatan tumbuhan. Klasifikasi vitalitas : yang siklus yang berkembang hidupnya. tumbuh sehat yang baik dan

Klas 1 : Tumbuhan dapat menyelesaikan Klas 2 : Tumbuhan

tersebar secara vegetatif. Klas 3 : Tumbuhan yang lemah yang tersebar secara vegetatif hidupnya. Klas 4 : Tumbuhan yang jarang tumbuh dari biji, tetapi jumlahnya tak bertambah. dan tak pernah menyelesaikan siklus

Sosiabilitas Sosiabiiitas masing adalah hubungan antara masing-

jenis dan menunjukkan cara tumbuhan tersebar.

Sosiabilitas bergantung pada : - life-form - vigor - kondisi habitat - kemampuan bersaing.

Klas Sosiabilitas (Brown-Blanquet, 1932): Klas 1 : Hidup menyendiri. Klas 2 : Agak mengelompok.

Klas

3

:

Mengelompok

dalam

kelompok-kelompok

yang

tersebar. Klas 4 : Mengelompok dalam kelompok yang besar dan kelompok terputus-putus. Klas 5 : Membentuk hamparan yang luas dan rapat.

Life-form (bentuk hidup) tumbuhan - bisa menggunakan klas-klas life-form dari Raunkaier (1934), Brawn-Blanquet (1951), Backer (1968) :

pohon, semak, liana, epifit, pakuan , herba, lumut, dll. - Persentase Life-form adalah species dalam suatu life-form X 100% species dalam semua life-form - Species dari life-form yang berbeda dapat hidup

berasosiasi, karena mereka memanfaatkan sumberdaya alam pada waktu/ruang yang berbeda.

Organisasi tropik dan rantai pangan Rantai pangan ada1ah pengalihan energi dari sumbernya berupa tumbuhan melalui sederetan organisma yang

memakan dan yang dimakan. Ada dua tipe rantai makanan : a) "Grazing food chain" : Rantai pangan yang dimulai dari tumbuhan, terus ke herbivora dan karnivora. b) "Detritus food chain" :

Rantai pangan yang dimulai dari organisme mati ke mikroorgnisme, detrivor dan predatornya.

Jaring-jaring

pangan

("food

web")

adalah

keterkaitan antara berbagai rantai makanan dalam suatu komunitas. Species diversity meningkat maka "food

chain" makin panjang. Studi food chain dalam komunitas sangat berguna untuk mengetahui sistem transfer energi dalam komunitas.

2. Data Kuantitatif a. Distribusi Spasial Individu tumbuhan Tiga tipe Pola Distribusi 1) Random (acak) Pola ini mencerminkan homogenitas habitat dan/atau pola behavior yang tidak selektif. 2) Mengelompok ('clumped') Mencerminkan habitat yang heterogen, mode

reproduktif, behavior berkelompok, dll. 3) Beraturan (reguler, uniform) Mencerminkan adanya interaksi negatif antara

individu seperti persaingan untuk ruang dan unsur hara atau cahaya. Faktor yang mempengaruhi pola sebaran spatial individu: a) Faktor vektorial dari aksi berbagai tekanan

lingkungan luar (angin, aliran air, intensitas cahaya).

b) Faktor

reproduksi

sebagai

akibat

dari

mode

reproduktif organisme (cloning dan regenerasi progeni). c) Faktor sosial akibat pembawaan behavior (misal, behavior teritorial)

4) Faktor koaktif akibat dari interaksi intraspecific (misal kompetisi). 5) Faktor stokastik akibat dari variasi acak dari

berbagai faktor tersebut di atas, yaitu : a) faktor intrinsik species (mis., reproduktif,

sosial, koaktif) b) Faktor extrinsic (vector). Beberapa indeks penentuan poia Distribusi Spasial individu (1). Variance Mean Ratio V/M = 1 (random) V/M > 1 (clumped) V/M < 1 (regular) Untuk menguj i apakah V/M < 1 atau >

1,digunakan uji X2

dengan derajat bebas (q - 2) ,

dimana q = frekuensi klas, pada tingkat peluang 1%, 5%. Contoh :

Ada 100 petak Ind. Sp-X dalam masingmasing kuadrat Frekuensi 100 petak 0(46)+1(34)+2(14)+3(6) 100 kehadiran dalam 46 34 14 6 0 1 2 3

Mean (M)=

= 0.8 X2 (X)2/n n-1

Variance =

[12(34)+22(14)+32(6)+02(46)] (80)2/100 = = 0.808 V/M = 0.808/0.800 = 1.01 100 - 1

Pengujian V/M = 1? 1). Menghitung banyaknya petak yang mengandung 0,1,2,3 individu (0) = (n)p(0) = (100)p(0) = (100)e-0.8 = 44.9 = (n)p(1) = (100)(0.8/1)(p(0)) = 100 x 0.8/1 x 0.4493 = 0.3594 = m e-m x n = 0.8 x e-0.8 x 100 = 0.8 x 0.4493 x 100 = 0.3594 = 0.82/2! x e-m x 100 = 0.64/2 x 0.4493 x 100 0.1438 x 100 = 14.4

(1)

(1)

(2)

(3)

= = = =

0.83/3! x e-m x 100 0.512/6 x e-0.8 x 100 0.512/6 x 0.4493 x 100 3.8 0 46 44.9 1.1 1 34 35.9 1.9 2 14 14.4 0.4 3 6 3.8 2.2

1 2 3 4

individu/petak petak terobservasi petak harapan Perbedaan petaj antara terobservasi dan harapan

X2 hitung = (Obs )2/ (1.1)2 + (1.9)2 + (2.2)2 = 44.9 35.9 3.8 = 1.4123 X2 tabel(q-2), dimana q = klas frekuensi = 4 X2 (=0.5,2) = 1.386 = 1.4 Sehingga X2 hitung = X2 tabel 2). Indeks Morisita (IS)

random

IS =

11

2

Xi ( Xi 1)

T (T 1)

Dimana : Xi = jumlah individu species X dalam petak ke-I (i=1,2,3,,q) q T = jumlah seluruh petak = jumlah petak Kriteria : IS = 1 (random) IS > 1 (clumped) IS < 1 (regular) total individu dalam semua

Pengujian IS = 1? IS (T-1)+ q T Fo = Q 1 Bila Fo Fq-1 Clumped

( = 0.05 atau 0.01) 3). Greens Index

Variance 1 Means GI = n 1GI bervariasi dari: 0 sampai maximum. 0 = random, 1 = clumping. b. Kerapatan Adalah jumlah suatu spesies dalam suatu unit area. Kerapatan menunjukkan kelimpahan suatu spesies dalam suatu komunitas. Satuan : ind/m2 (tumbuhan bawah) Ind/ha (pohon) Kerapatan relative: persentase kerapatan suatu spesies terhapdap jumlah kerapatan semua spesies.

c.Frekuensi Frekuensi adalah derajat penyebaran suatu jenis di dalam komunitas antara yang diekspresikan petak yang sebagai oleh

perbandingan

banyaknya

diisi

suatu jenis terhadap jumlah petak contoh seluruhnya. Frekuensi Relatif : persentase frekuensi suatu species terhadap jumlah frekuensi semua species.

Frekuensi Klas (Raun kaier, 1934} : Klas A: species dengan frekuensi 1 - 20% Klas B: species dengan frekuensi 21 - 40% Klas C: species dengan frekuensi 41 - 60% Klas D: species dengan frekuensi 61 - 80% Klas E: species dengan frekuensi 81 - 100% "Law of Frequency" > A>B>C=D D : Komunitas Homogen (2) E < D : Komunitas terganggu (3) A, E tinggi : Komunitas buatan (4) B,C,D tinggi: komunitas heterogen

4.Cover (Penuntupan Tajuk) Cover adalah proyeksi vertikal tajuk terhadap

permukaan tanah. Tajuk adalah semua bagian tanaman yang terdapat di atas permukaan tanah. Di dalam hutan, cover harus ditentukan untuk setiap strata vegetasi, sehingga cover bisa > 100 %. Di dalam komunitas rumput, cover digambarkan

dalam "graph paper" dengan bantuan kuadrat (misal, 25 X 25 cm)atau menggunakan plantigraph.

Klas Penutupan Tajuk

Klas A : Species dengan cover 5% Klas B : Species dengan cover 6 - 25% Klas C : Species dengan cover 26 - 50% Klas D : Species dengan cover 51 - 75% Klas E : Species dengan cover 76 - 100% Foliage cover meningkat -> Intercepting solar

energi meningkat . Naungan meningkat Pengukuran foliage cover bisa diganti dengan

"basal area" (luas bidang dasar, Ibds). 3. Data Sintetik Presence Presence komunitas. Klas Kehadiran - Jarang : 1 - 20 % petak contoh terisi species. - Kadang terdapat : 21 - 40 petak contoh terisi species. - Sering terdapat: 41 60% terisi spesies - Banyak terdapat : 61 - 80 terisi species. - Selalu ada terisi species. : 81 - 100 % petak contoh adalah suatu kehadiran species dalam

Constance (Kontansi) Constance adalah derajat/tingkat kehadiran suatu species dalam komunitas. Klas Konstansi Klas 1 : 1 - 20 % Frekuensi

Klas 2 : 21 - 40 % Frekuensi Klas 3 : 41 - 60 % Frekuensi Klas 4 : 61 - 80 % Frekuensi Klas 5 : 81 - 100 % Frekuensi

c.

Dominansi Jenis

Jenis dominan adalah jenis yang bei k..i :\sa dan mencirikan suatu komunitas. Konsep dominansi jenis sebagai petunjuk : - species tersebut menang dalam persaingan - species tersebut mempunyai toleransi tinggi - species tersebut berhasil beradaptasi - terhadap habitat . Parameter Penentu Dominansi Jenis - Foliage Cover (penutupan tajuk) - Kerapatan - Luas Bidang Dasar - Biomasa - Volume - Indeks Nilai Penting (INP) INP = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif + Dominansi Relatif INP maksimal 300%. Dominansi adalah luas penutupan tajuk atau luas bidang dasar suatu species dalam satuan unit area tertentu. Satuannya: M/ha. Dominansi Relatif adalah persentase dominansi suatu species terhadap jumlah dominansi seluruh jenis.

d. Fidelity

{Kesetiaan) adalah tingkat kesetiaan suatu species

Fidelity

dalam suatu komunitas. Klas Kesetiaan Jenis: Klas 1: Ekslusif Klas 2: terhadap (sering suatu jenis komunitas. pada satu macam

Selektif

berada

komunitas,tetapi tidak pada komunitas lain). Klas 3 : Preferensial {berada pada beberapa habitat, tetapi tumbuh banyak pada beberapa habitat saja). Klas 4 : Indifferent/masa bodoh (berada secara teratur pada semua habitat). Kals 5 : Strange/aneh (jarang dan secara kebetulan berada dalam komunitas).

e.

Indeks of Dominance (ID)

Indeks of dominance adalah indeks untuk memeriksa tingkat dominansi suatu species dalam komunitas. Nilai ID tinggi dominansi jenis dipusatkan pada satu dominansi jenis

atau beberapa jenis. Nilai ID rendah dipusatkan pada banyak jenis. Simpson (1949) ID = C = E (ni/N)2 C = indeks of dominance

ni = INP atau kerapatan atau biomasa suatu species. N = Total INP atau total kerapatan ,atau biomasa dari semua species.

Hilai C ini bersifat relatif. Nilai C bisa digunakan apakah suatu komunitas itu asosiasi atau konsosiasi.

f.

Interspecific Assosiation Interspecific assosiation ada1ah suatu

asosiasi/kekariban antara dua species dalam komuninas. Interspecific Assosiation terjadi bila : - kedua serupa. - distribusi geografi kedua species ;>erupa dan species tumbuhan pada lingkungan yang

keduanya hidup di daerah yang sama. - kedua jenis berbeda life-form. - bila salah satu species hidupnya bergan-tung pada yang lain. - bila salah satu species menyediakan per lindungan terhadap yang lain.

Metode

mendeteksi

interspesif

ic

asosiasi.

ion

(1). Data Kualitatif (a). 2x2 contingency table, bila datanya kualitatif

(hadir atau tidak).S P E S I E S B

Spesies A Hadir Tidak 0 + + 0 E a c a+b=r (ad-bc)2 X N m X n X r X s b d b+d=r m=a+b n=c+d N=a+b+c+d

X hit =

2

nilai X2 ini bandingkan dengan X2tab ( = 0.05, db = 1) Bila X2hit X2tab ada asosiasi

a = petak dimana 2 spesies ada b = petak, sp. A ada, sp. B tak ada c = petak, sp. A tak ada, sp. B ada d = petak, sp. A dan B tak ada N = total petak contoh

(b). JACCARD INDEX (JI)

JI =

a a+b+c

(2). Data Kuantitatif Koefisien Korelasi [(X1-X1)(X2-X2)] R hit = [(X1-X1)2 x ((X2-X2)2] R hit. R tab. Untuk p = 0.05 atau p = 0.01

g. Index of Diversity keanekaragaman penting terutama biotic dalam untuk atau jenis adalah suatu dua pengaruh tahap parameter komunitas, gangguan dan suksesi

membandingkan mempelajari mengetahui

stabilitas komunitas pada komunitas klimak, spesies diversity meningkat food chain meningkat Ecological turnover = R/B rendah Biomassa komunitas komunitas diversity meningkat komunitas stabil Respirasi komunitas

Metode/cara penentuan spesies diversity 1) Shanon-Weiner Diversity Index H = -[(ni/N) log (ni/N)] ni = Nilai kuantitatif suatu spesies N = jumlah nilai kuantitatif semua spesies dalam komunitas Variasi nilai H 0 = satu spesies tak terhingga nilai yang tinggi (banyak spesies) 2) Simpsons Diversity Index

D = 1 ( ni / N ) 2i =1

s

S = jenis Variasi nilai D: 0 = satu spesies tak terhingga 1 1/s = diversity spesies max.

h. Koefisien Kesamaan Komunitas (Index of Similarity) Index ini sangat berguna untuk membandingkan

kesamaan jenis dua komunitas Caranya: 1). Jaccards presence-community coefficient ISJ = [C/(A+B+C)] x 100% A = jenis di komunitas 1 B = jenis di komunitas 2 C = jenis di dua komunitas 2). Motykas Index of Similarity IS = [2 Mw/(Ma + Mb)] x 100% Mw = nilai kuantitatif dari spesies yang ada di dua komunitas

Ma Mb

= =

nilai nilai

kuantitatif kuantitatif

semua semua

spesies spesies

di di

komunitas 1 komunitas 2 Nilai IS : 0 100

C. Fungsi Komunitas 1. Biomassa Biomassa diproduksi adalah oleh jumlah organism bahan per2

organic unit

yang area

satuan

pada suatu saat. Satuannya g/m

atau Kg/ha.

Biomassa menunjukkan net production Biomassa production rate adalah laju akumulasi biomassa dalam kurun waktu tertentu (Kg/ha/yr) Biomassa dinyatakan dalam dry weight (berat kering) oven pada suhu 105o selama 12 jam atau 800C selama 48 jam. Satuan lain adalah berat kering bebas abu (ash free dry weight) Biomassa komunitas Akumulasi biomassa di tropic lebih rendah daripada di temperate karena laju respirasi di tropic lebih tinggi 2. Aliran Energi Dari sudut energy, komunitas adalah unit thermodinamika profil menunjukkan jumlah bahan organic kering pada tingkat yang berbeda dari

Matahari

Tumbuhan

refleksi absorpsi

panas

ditangkap

Energi makanan

biomas

Proses metabolisme pertumbuhan

Dimakan konsumer

Dalam setiap transfer energy dari tanaman ke tingkat tropic yang berbdea, efisiensi konversi energy hingga 10%, 90% hilang sebagai panas Persediaan dengan energy dalam komunitas meningkat vegetasi biomassa

meningkatnya Akumulasi

perkembangan energy dalam

(suksesi).

maksimal pada komunitas klimaks, karena adanya stratifikasi dan spesies diversitas yang tinggi Estimasi energy dalam bahan organic tumbuhan bisa diduga dengan alat Bomb calori meter. Efisiensi energy Energy yang ditangkap tumbuhan (Kcal/m2/t) = Energy solar yang datang sampai di komunitas (Kcal/m2/t)

x 100%

adalah suatu rasio antara output (kalori yang

dimanfaatkan tumbuhan) terhadap input (energy solar sampai di komunitas) adalah dalam suatu unit area dalam periode waktu tertentu. Efisiensi energy di energy setiap rasio antara yang aliran berbeda titik/tahap

sepanjang rantai makanan, satuannya %. 3. Gross Ecological Effisiency (GEE) Kalori mangsa yang dikonsumsi pemangsa = Kalori makanan yang dikonsumsi mangsa Siklus Serasah Siklus Biogeokimia, termasuk unsure-unsur utama dari protoplasma, dari lingkungan ke organism dan kembali lagi ke lingkungan dalam biosfir Siklus hara adalah pergerakan unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang penting bagi kehidupan Siklus Biogeokimia hara, Produktivitas dan Dekomposisi x 100%

Tipe Gas - Siklus N - Siklus CO2

Tipe batuan - Siklus fosfor

Tipe-tipe interaksi antara dua spesies dalam komunitas No. 1 Tipe Interaksi Netralisme Spesies 1 2 0 0 Sifat Umum Interaksi Tak satupun individu populasi yang satu mempengaruhi yang lainnya Penghambatan terhadap semua jenis Individu (1) menghambat individu (2), sedang individu (2) tak terpengaruh Individu spesies yang satu dirugikan oleh individu spesies yang lain Individu spesies yang satu dimangsa oleh individu spesies yang lain Individu spesies yang satu mendapat keuntungan tapi individu spesies dua tak terpengaruh Interaksi yang menguntungkan kedua spesies dan tak merupakan kewajiban berinteraksi Interaksi yang menguntungkan kedua spesies, interaksinya mutlak harus terjadi

2 3

Kompetisi Amensalisme

-

0

4

Parasitisme

+

-

5

Predasi

+

-

6

Komensalisme

+

0

7

Protokooperasi

+

+

8

Mutualisme

+

+

1) Netralisme : sebenarnya hanya asosiasi saja, bukan interaksi 2) Persaingan (1) (2) (3) Persaingan Persaingan antar antar jenis jenis yang berbeda sama (interspesifik) (intraspesifik) Persaingan relung ekologis (tempat)

(4)

Persaingan sumberdaya (makanan) Akibat persaingan: - Pertumbuhan tewrganggu - Produksi berkurang, jumlah biji sedikit - Menstimulasi - Terjadi serangan hama-penyakit jenis dan kekurangan unsure hara stratifikasi dimana tertentu lebih berkuasa - Komposisi jenis berubah ( jenis, individu, life-form). Competitif Ability Ditentukan secara sederhana dengan rumus: GA/B = MA/MB atau GB/A = MB/MA G = kemampuan pertumbuhan M = bobot kering tanaman A,B = spesies A dan B

3) Amensalisme, merupakan persaingan dalam bentuk yang lemah, adalah hubungan antara individu yang mana

individu yang satu dirugikan (tetapi sesaat) tetapi individu lain tidak dirugikan (netral). Amensalisme merupakan persaingan dalam bentuk yang lemah. Contoh : allelopathy yaitu pengaruh merugikan baik langsung maupun tak langsung dari suatu tumbuhan terhadap

tumbuhan lain melalui produksi senyawa kimia. Dalam hal ini, bahan kimia dapat dikategorikan sebagai : (a). Autotoxic (bahan penghambat) terhadap : - anakan sendiri - individu lain sejenis (b). Antitoxic (bahan penghambat) terhadap individu lain jenis berbeda.

Cara

tanaman

melepaskan

bahan

kimia

(bahan

allelopati)adalah melalui : - pencucian daun/batang oleh air hujan - bahan tanaman yang jatuh sebagai aerasah yang

menjadi humus dalarn tanah. - gas yang menguap dari permukaan tanaman - eksudat akar Media pengeluaran zat alelopatik 1. Daun 2. Akar 3. Setelah mati 4. Gas jenis tanaman Camelina Eucalyptus globulus Apel, sereh Reliant bus, Aster

Bahan kimia allelopathic diantaranya adalah - phenolic, terpeties, alkaloids, nitrit difenol, - asam benzoat, fenin, sulfida. Pengaruh allelopathy terhadap pertumbuhan tumbuhan : - perpanjangan/perbanyakan sel terhambat - penyerapan hara mineral berkurang - laju fotosintesa dan respirasi terganggu - perlambatan perkecambahan biji - laju pertumbuhan terhambat - gangguan sistem perakaran - klorosis - layu, mati

Parasitisme (+,-) Suatu organisme untuk hidupnya mengambil makanan dari organisme lainnya. Interaksi parasitisme

memungkinkan adanya tumbuhan inang (host) dan tumbuhan parasit. Host seringkali mengeluarkan antibodi Parasit

yang heterofog lebih bertahan daripada monoloq.

Parasit meliputi parasit akar - Rafflesia, semipara-sit {yang tumbuh di cabang-cabang di pohon -> benalu (famili horuntuceae). Rafflesia - bunga liar (famili Rafflesiaceae) Genus lain : - Rhizanthes - Mitrastemon Di Sumatera 4 jenis : - Rafflesia atjehensis - Rafflesia hasseltii - Rafflesia arnoldi - Rafflesia patma. Rafflesia - paling khas diantara parasit lain - besar ukuran bunga - tidak punya batang, daun dan akar - hanya punya benang-benang yang tumbuh di bagian dalam batang dan akar pohon. Inang (Tetrastigma, famili vitaceae) - waktu bunga lama, tergantung ukuran R. arnoldi - kuncup terbuka mekar (19-21 bulan)0 10 cm

H.

5 bulan 0 15 cm - 2 bulan 0 25 cm -*

20-30 hari.

(5). Commensalisme ( + , 0) Interaksi antara individu yang memberikan keuntungan kepada salah satu individu jenis populasi sementara yang lain tak memperoleh keuntungan apa-apa (netral). Merupakan hubungan (+) yang mendasari protokoperasi. Contoh Epifit: paling banyak terdapat di hutan

hujan tropika (10% pohon hutan hujan tropika ditumbuhi epifit). - Anggrek, paku-pakuan, dll. - Menempel Setelah tajuk. - liana (tumbuhan merambat suka cahaya = pada dapat batang sinar atau matahari daun akan (epifit) menutupi

heliophyta) - pengaruh negatif liana 1. Menutupi mengurangi 2. Menurunkan 3. Mengganggu daerah proses kualitas tajuk fotosintesis. kayu sehingga

tumbuhan pohon yang dipanjati

4. Berpengaruh negatif terhadap anakan yang suka cahaya (heliophyta) - pengaruh positif, diantaranya adalah berpengaruh baik pada pertumbuhan anakan yang suka naungan (schyophyta, misalnya jenis-jenis anggota

Dipterocarpaceae) - sistem silvikultur (tropical shelter-wood system) penangkaran liana (pembebasan)/tebang penerang

(6). Protocoperasi (+,-) Kedua jenis individu yang berinteraksi mendapat keuntungan saling tetapi bukan merupakan : keharusan lumut untuk dengan

berhubungan.

contoh

Asosiasi

keong air tawar Lumut menggunakan zat hara sebagai dari keong

Keong ditumbuhi

lumut

perlindungan sebelum

Protocoperasi mutualisme.

merupakan

awal

evolusi

(7). Mutualisme (+,+) Memberikan keuntungan kepada masing-masing jenis yang berinteraksi dan merupakan suatu keharusan untuk hidupnya, jika dipisahkan akan rugi. Contoh : - Mikoriza tumbuhan. tersedia : asosiasi Jamur dan antara jamur dengan akar

merubah dihisap

unsur-unsur oleh akar

sehingga tumbuhan,

dapat

jamur mendapatkan makanan dari hasil fotosintesa inang. - Jenis mikoriza adalah: a) Ektotropik: di luar akar mis: Basidiomycetes b) Endotropik: di dalam akar mis: Phycomycetes c) Peritropik: sebagai mantel, contoh: Mikoriza

ekstra material Ektotropik : Micorhyza di bagian luar sel akar micelia fungi, misal pada Pinus strobus, Dipterocarpaceae, Eucalyptus. Endotropik: Micorhyza di bagian dalam sel akar micelia fungi, yakni hampir semua tanaman kecuali tanaman air. Peritropik: Micorhyza membentuk selubung mantel rongga yang mengelilingi akar, misal pada anakan spruce (Picea pungens). - Karena tanah Imtan Indonesia relatif miskin hara, maka banyak pohon-pohon hutan alam yang mengandung mikoriza. - Di hutan Cibodas 32% pohon-pohon yang ada mengandung mikoriza. - Mikoriza - Manfaat mengeluarkan enzim phosphatase mikoriza

a) penyerapan unsur hara meningkat terutama Phospor b) mencegah tahan infeksi perakaran mempertinggi lebih lama daya hidup

kekeringan akar

(memproduksi

hormon penumbuh).

- Nodul Akar : gejala pembengkakan akar berupa bintil akar sebagai akibat sirnbiosis mutualisme antara

bakteri (rhizobium/aktinomisetes) dengan suatu akar tumbuhan tertentu.

Bakteri

rhizobium

adalah

pengikat

N

tumbuhan

mendapatkan Nitrogen, rhizobium mendapatkan karbohidrat berdasarkan jenis tanaman dengan mikroba pembentuk

nodul, maka ada tiga bentuk simbiosa: 1. Legume, (rhizobium) (Albizia, semua legum Akasia, Leucoem - Leguminosae) tidak dengan rhizobium

berasosiasi

Leguminosae

Mimosaceae Caesalpiniaceae Papilionaceae

Jarang

2. Non Legume, (rhizobium) (Trema, pnrasponia} 3. Non Legume, (Aktinomisetes) (Frankia) (Casuarina, Podocarpus) - Keuntungan adanya nodul akar: 1. 2. 3. Tanaman inang bisa hidup pada tanah miskin N Dapat meningkatkan kesuburan tanah Memungkinkan legume Hewan Hutan, berperan besar dalam pembiakan tanaman, misal beberapa jenis pohon dalam pembuahan dan tanaman tumbuh setelah tanaman

penyerbukan biji/benih tergantung pada hewan tertentu : serangga, burung, kelelawar, babi hutan, musang, dll. Tetapi hewan juga bisa merusak tanaman (hama) dan

penular penyakit pada tanaman.

IV. DINAMIKA MASYARAKAT TUMBUH-TUMBUHAN (SUKSESI)

A. Pengertian Suksesi (Sere) Spurr (1964), mengatakan bahwa suksesi merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus yang ditandai oleh perubahan vegetasi, tanah dan iklim dimana proses ini terjadi. Sedangkan Costing (1956), menyatakan bahwa perubahan-perubahan bertahap atau proses suksesi ini berlangsung tumbuhan karena habitat tempat tumbuh masyarakat daya

mengalami

modifikasi

oleh

beberapa

kekuatan alam dan aktivitas organisme berupa perubahanperubahan terhadap tanah, air, kimia dan lain-lain. Perubahan masyarakat tumbuhan dimulai dari

tingkat pionir sederhana sampai pada tingkat klimaks, dalam hal ini tumbuhan pioner merubah habitatnya

sendiri sehingga cocok untuk species baru, keadaaan ini berlangsung (Clements, 1980). Tentang adanya perubahan habitat, dinyatakan terus 1923; hingga halle, tingkat klimak tercapai Ewuse,

1.97G;

Clark,

1954,

bahwa komunitas pertama akan merubah keadaan tanah dan iklim mikro. Dengan demikian memungkinkan masuknya

species kedua yang menjadi dominan dan mengubah keadaan lingkungan dengan cara mengalahkan species yang pertama dan hal ini memungkinkan masuknya species yang ketiga, demikian seterusnya 1970; sampai Odurn, tingkat 1970; klimaks tercapai

(Whittaker,

Whitmore,1975)

Secara perubahan

singkat

suksesi

adalah

suatu secara

proses teratur

komunitas

tumbuh-tumbuhan

mulai dari tingkat pionir sampai pada tingkat klimaks di suatu tempat tertentu Komunitas klimaks adalah komunitas yang berada dalam keadaan keseimbangan tingkat dan dinamis sere adalah sere dengan setiap adalah

lingkungannya. tingkat/tahap

Sedangkan dari sere,

komunitas

setiap komunitas tumbuhan yang mewakili setiap tingkat sere. Species klimak adalah suatu species yang berhasil beradaptasi terhadap suatu habitat sehingga species

tersebut menjadi dominan di habitat yang bersangkutan.

S. Faktor Penyebab Suksesi 1. Faktor Iklim

- fluktuasi kondisi iklim yang tidak konsisten - kekeringan - radiasi yang kuat - dan lain-lain yang merusak vegetasi sehingga

terjadi suksesi.

2. Faktor Topografi/Edafis Faktor ini berkaitan dengan perobahan dalam

tanah. Ada 2 faktor penting yang berkaitan dengan tanah yang membawa perobahan habitat, yaitu: a. Erosi tanah, yaitu suatu proses hilangnya lapisan

permukaan tanah oleh angin, aliran air dan hujan. b. Deposisi tanah, yaitu proses pengendapan/

penimbunan tanah oleh angin, longsor, glacier atau turunya salju di suatu tempat.

3.

Faktor

biotik

penyebab

rusaknya

vegetasi

yang

mengakibatkan suksesi adalah : - penggembalaan - penebangan - deforestasi - hama dan penyakit - perladangan - dan lain-lain

C. Tipe-tipe Suksesi 1. Hidrosere Hidrosere adalah suksesi tumbuhan yang terjadi di habitat air atau basah". 2. Halosere Halosere adalah suksesi tumbuhan yang terjadi di tanah/air masin. 3. Xerosere Xerosere adalah suksesi tumbuhan yang terjadi di habitat kering. Tumbuhan pionirnya berupa lumut kerak,bakteria,dan ganggang. 4. Psammosere Psammosere adalah suksesi tumbuhan yang terjadi

di habitat berpasir. 5. Lithosere Lithosere adalah suksesi tumbuhan yang terjadi di permukaan batuan. 6. Serule Serule adalah miniatur suksesi mikroorganisme

bakteri, jamur, dll) pada pohon yang mati, kulit pohon, dll.

D.

Tahab-tahab Suksesi Shukla dan Chandel tahapan (1932) dalam proses mengemukakan suksesi,

sembilan macam yaitu: 1. Nudation

: terbukanya vegetasi penutup tanah (terbentuknya tanah kosong).

2. Migrasi

: cara-cara dimana tumbuhan sampai pada daerah tersebut di atas. pada

Biji-biji

tumbuhan

sampai

daerah tersebut di atas mungkin terbawa angin, aliran air,

mungkin pula melalui tubuh hewan tertentu. 3. Ecesis : proses perkecambahan, pertumbuhan, berkembang biak dan menetapnya tumbuhan baru tersebut. Sebagai hasil ecesis individu-individu species tumbuh

mapan di suatu tempat (established). 4. Agregation : sebagai hasil dari ecesis, individu-individu dari suatu jenis berkembang dan menghasilkan biji, maka biji-biji tersebut akan tersebar pada areal yang te rbuka di sekelilingnya sehingga tuinbuh berkelompok (beragregasi).Ecesis dan agregasi merupakan invasi species tersebut. 5. Evolution of community relationship : merupakan suatu proses apabila daerah yang kosong ditempati species-species

yang berkoloni. Species tersebut akan berhubungan satu sama lainnya. Bentuk hubungan ini kemungkinan akan mengikuti salah satu dari tipe eksploitasi, mutualisme dan co-existance. 6. Invation : dalam proses koloni, biji tumbuhan telah beradaptasi dalam waktu yang relatif panjang pada tempat tersebut. Biji tumbuh dan menetap (penguasaan lahan oleh tumbuh-tumbuhan yang bersifat

agresif dan adaptif). 7. Reaction : terjadinya perubahan oleh habitat tumbuhan merubah dengan

yang disebabkan tersebut lingkungannya cara:

dengan terutama

a. Merubah sifat dan reaksi tanah b. Merubah Reaksi terus iklim mikro proses yang

merupakan menerus dan

menyebabkan

kondisi yang cocok bagi species yang telah ada dan lebih cocok

pada individu yang baru. Dengan demikian reaksi memegang peranan penting dalam pergantian species. 8.Stabilization: kompetisi dan reaksi berlangsung terus menerus ditandai dengan yang vegetasi

perubahan mengakibatkan

lingkungan struktur

berubah. Dalam jangka waktu lama akan terbentuk dan individu perubahan relatif yang yang kecil

dominan terjadipun

disamping iklim mempunyai peranan penting ini dalam membatasi stabil. proses Dengan

menjadi

perkataan

lain,

stabilisasi

merupakan

suatu

proses

dimana

individu-individu tumbuhan mantap tumbuh banyak di suatu habitat tanpa oleh

dipengaruhi

perobahan-perobahan dalam habitat tersebat. 9. Klimaks :setelah stabilisasi, pada tahap ini species yang dominan dengan habitat relatif

mempunyai

keseimbangan keadaan vegetasi

1ingkungannya, dan struktur

koristan karena pertumbuhan jenis dominan telah mencapai batas.

E. Macam Suksesi Berdasarkan suksesi; 1. Sukesesi primer (prisere) Suksesi primer adalah perkembangan vegetasi mulai dari hingga habitat mencapai tak bervegetasi yang proses terjadinya terdapat dua macam

masyarakat

stabil dan klimaks. 2. Suksesi sekunder (subsere) Suksesi sekunder terjadi apabila klimaks atau

suksesi atau

yang dirusak,

normal

terganggu oleh

misalnya

kebakaran,

perladangan,

penebangan,

penggembalaan,

dan

kerusakan-kerusakan lainnya.

F. Faham-fahara tentang Klimaks 1. Faham Monoklimaks (Costing, 1956) Beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam klimaks yaitu suatu formasi yang paling metaphysic. Jadi klimaks boleh dikatakan suatu pencerminan keadaan iklim. Disamping itu iklim sebagai faktor terdapat yang pula paling stabil dan lain

berpengaruh,

faktor-faktor

atau profaktor-profaktor, seperti faktor tanah, biotis dan fisiografi. Profaktor-profaktor ini

menyebab-kan

terbentuknya

proklimaks-proklimaks

sebagai berikut : a. Subklimaks terjadi apabila perkembangan

vegetasi terhenti di bawah tingkat terakhir, dibawah klimaks, sebagai akibat faktor-faktor bukan iklim, misalnya karena keadaan geografi seperti keadaan di Pulau Krakatau. b. Proklimaks Posklimaks, apabila pembentukan

klimaks menyimpang dari tipe yang sewajarnya, misalnya fisiografi. sebagai Keadaan akibat yang dari lebih keadaan dan

lembab

lebih baik menghasilkan posklimaks, sedangkan keadaan yang lebih kering dan kurang baik

menghasilkan proklimaks.

c. Disklimaks, gangguan

terjadi

sebagai

akibat

beberapa tak dapat

sekunder

yang

menyebabkan

berkembang lagi ke arah klimaks karena keadaan tempat tumbuh amat berubah menjadi buruk,

misalnya terhenti pada tingkat semak belukar 2. Faham Polyklimaks(Braun-Blanquet, 1932) Beranggapan bahwa tidak hanya iklim yang dapat

menumbuhkan klimaks. Bagi penganut faham kedua ini ada beberapa macam kilmaks: klimaks iklim, klimaks edafis, klimaks fisiografis, klimaks kebakaran dan sebagainya. 3. Teori Informasi Merupakan margalef klimaks faham (1968) komunitas terbaru dan yang dikembangkan Pada oleh tahap

Odum

(1969).

tersebut

mempunyai

informasi

maksimum dan entrophy maksimum. Enthrophy adalah jumlah energy yang tidak terpakai dalam suatu

sistem ekologi

Menurut faham monoklimaks misalnya dapat dibuat bagan suksesi primer sebagai berukut:

KLIMAKSHUTAN HUJAN TANAH RENDAH

Hutan payau Bruguiera-Xylocarpus

Hutan Neonauclea-Ficus

Hutan payau Rhizopora-Bruguiera

Hutan Ficus - Macaranga

Hutan payau Avicennia

Vegetasi rumput Neyraudia-Saccaharum

Vegetasi cryptogamae

HYDROSERE PADA LUMPUR PAYAU

XEROSERE PADA TUF BATU KEMBANG

Kalau kita bandingkan keadaan umum jalannya suksesi primer (prisere) dengan suksesi sekunder (subsere), dapat dibuat bagan sebagai berikut:Vegetasi klimaks hutan Vegetasi perdu pohon Gangguan

Vegetasi semak belukar

Vegetasi rumput-herba semak kecil Vegetasi cryptogamae

P R I S E R E

S U B S E R EVegetasi

Permukaan tanah telanjang

terganggu

V. KLASIFIKASI VEGETASI HUTAN A. Beberapa Pengertian Klasifikasi yang Harus Dipahami dalam

1. Vegetasi adalah Masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam arti luas. 2. Formasi hutan adalah satuan vegetasi hutan yang terbesar. Perbedaan oleh: - Perbedaan iklim. - Fisiognom.i (struktur) hutan - Perbedaan habitat - Suksesinya. 3. Asosiasi hutan adalah satuan-satuan nama di dalam pohon formasi jenis formasi hutan di trcpika disebabkan

yang

diberi

menurut

dominan. Oleh karena itu, Asosiasi adalah satuan dasar dalam klasifikasi. Asosies adalah istilah lain untuk asosiasi, dimana satuan ini berada

dalam hutan yang mengalami suksesi sekunder. 4. Asosiasi konkrit adalah bagian dari asosiasi hutan yang betul-betul diselidiki dan diketahui

komposisi jenis pohonnya. Asosiasi hutan yang berlainan komposisinya tetapi memiliki fisiognomi yang sama, digolongkan menjadi formasi hutan. 5. Subspecies, varietas, ekotype merupakan variasivariasi dalam species dalam taksonomi tumbuhan.

6. Varian adalah variasi-variasi di dalam asosiasi hutan. 7. Asosiasi segregat adalah varian-varian di dalam hutan campuran yang disebabkan oleh adanya jenisjenis pohon yang lebih berkuasa (dominan) daripada yang lain. 8. Konsosiasi adalah varian yang dikuasai oleh satu jenis pohon saja. Sedangkan konsosies adalah

varian di dalam suatu hutan yang mengalami subsere/suksesi sekunder. 9. Fasiasi adalah varian yang disebabkan oleh

perbedaan topografi. 10.Losiasi adalah varian yang disebabkan oleh

perbedaan edafis. 11.Ekoton dijumpai adalah apabila daerah ada peralihan atau yang sering atau

dua

lebih

type

asosiasi vegetasi yang letaknya berbatasan.

3. SISTEM-SISTEM KLASIFIKASI VEGETASI HUTAN TROPIKA Ada dua cara pendekatan di dalam klasifikasi

vegetasi: 1. Menetapkan dahulu satuan yang besar, kemudian

mengadakan pemisahan berdasarkan sifat-sifat yang berbeda. Contoh : klasifikasi Schimper(1898) dan Burtt Davy (1938). 2. Dimulai dengan memisahkan satuan yang kecil,

kemudian menggolongkan ke dalam satuan yang lebih

besar. Contoh : klasifikasi oleh Beard (1944), dan Richard et. al. (1933) . Adanya disebabkan : karena perbedaan kriteria yang digunakan, antara lain: "Sistem Klasifikasi Fisiognomis, Ekologis, FisiognomisEkologis, Floristis, Fisiognomis-Floristis, GeografisEkologis. Menurut kriteria Aichinger, yang pada klasifikasi adalah vegetasi, fisiognomi, ekologi, bermacam-macam sistem klasifikasi

pertama

digunakan geografi

selanjutnya

floristik,

tumbuhan,

syngenesisi, dan pengaruh manusia. Menurut Fosberg (1958), klasifikasi vegetasi yang rasional harus didasarkan kepada kriteria : (1) Fisiognomi (rupa vegetasi, bentuk umum vegetasi) . (2) Struktur vegetasi (susunan komponen di dalam

ruang, stratifikasi, jarak, dimcnsi). (3) Fungsi (sifat-sifat phenothypik yang menyatakan

adaptasi terhadap keadaan lingkungan). (4) Komposisi susunan floristik (5) Dinamika suksesi atau perubahan dengan perbedaan lingkungan. (6) Riwayat vegetasi.

C. Berbagai Macam Sistem Klasifikasi Vegetasi Hutan C.I. Klasifikasi Ekosistem Menurut Van Steenis Van Steenis (1957) dalam Soerianegara dan

Indrawan (1934), telah mengemukakan dan membahas tipetipe dan vegetasi yang dijumpai di Kepulauan Indonesia

wilayah sekitarnya. Cara penetapan dalam dan pembagian ini, yang formasi-formasi disebut iklim sistem dan

hutan alami,

di

sistem atas

didasarkan

perbedaan

basah

bermusim, perbedaan edafis, dan perbedaan altitudinal. Forrnasi-formasi sistem ini adalah : hutan yang ditentukan dalam

I. IKLIM BASAH Kadang-kadang selalu tergenang Air asin (laut), dipengaruhi pasang surut : ........................ 1. Mangrove Air tawar (hujan, sungai) , diam : Eutrofik ............... 2. Hutan rawa oligotropik ............ 3. Hutan gambut Air tawar (tepi sungai), deras: ........................ 4.Vegetasi Rheofit Tanah Kering Pantai ........................ 5. Vegetasi pantai

Pedalarnan hingga batas pohon (timber line) Tanah podsol kuarsa, dataran rendah : .................. 6 . Vegetasi tanah kuarsa Tanah kapur, dataran rendah : .................. 7 . Vegetasi tanah kapur

Jenis- jenis tanah lain Elevasi 2 - 1000 m .... 8. Hutan Hujan Tropika Elevasi 1000-2400 m ... 9. Hutan Hujan Pegunungan Elevasi 2400-4150 m .. 10. Hutan Hujan Subalpin

II. IKLIM BERMUSIM Elevasi di bawah 1000 m ................. 11 . Hutan Musim (monsoon) Dataran Rendah Elevasi di atas 1000 m................. 12 . Hutan Musim Pegunungan .

C.2. Klasifikasi Vegetasi Dunia Menurut Unesco Unesco pembuatan (1973), telah melakukan klasifikasi dan

peta

vegetasi

secara

menyeluruh.

Kategori

klasifikasi adalah unit-unit vegetasi, termasuk formasi zonal dan azonal serta formasi-formasi yang telah berubah lainnya. Dasar umum klasifikasi vegetasi dunia ini memakai sistem

floristik, klasifikasi selanjutnya didasarkan terutama pada sifat-sifat fisiognomi struktural dan sifat-sifat ekologi yang digabungkan dengan vegetasi natural dan semi natural sebagai tambahan. Menurut klasifikasi ini, vegetasi dunia dibedakan

menjadi enam tingkatan, dari tingkatan tertinggi sampai kelas terendah, yaitu : Kelas Formasi (Formation Class), Sub-kelas Formasi (Formation Subclass), Kelompok Formasi (Group

Formation), Formasi (Formation), dan Subdivisi (Subdivisions). Kelas Formasi sebagai tingkatan tertinggi, membagi

vegetasi menjadi lima bagian. Pembagian ini berdasarkan kepada struktur tegakan, dalam hal ini penutupan kanopi tegakan (tajuk-tajuk pohon), tingkatan vegetasi (pohon atau semak belukar); dan habitus veqetasi (berkayu atau herba). Kelas formasi pertama adalah Closed forest tertutup) adalah hutan-hutan yang mempunyai (hutan kanopi

tertutup, dimana tajuk-tajuk pohon pohon paling rendah 5 m, kecuali

saling

mengisi. Tinggi

untuk

pohon, yang belum

dewasa atau masa reproduksi kurang dari 5 m. Kelas Formasi Woodland (tegakan terbuka) terdiri dari pohon-pohon dengan ketinggian paling rendah 5 m, penutupan tajuk paling rendah 40%. Penutupan tajuk dikatakan 40% jika jarak antara dua tajuk pohon sama dengan jari-jari sebuah tajuk pohon. Kelas Formasi Scrub (semak belukar) kebanyakan dari jenis-jenis phanerophytes berkayu, tinggi antara 0.5 m sampai 5 m. Dibedakan atas semak individu-individunya tidak saling

bertautan, misalnya rumput-rumputan, sedangkan belukar saling bertautan. Kelas Formasi dwart-scrub dan Related Communities

(semak-semak kecil dan komunitas kerabat lainnya), sering disebut formasi rumput-rumputan, tinggi jarang yang melebihi 50 cm. Berdasarkan kepadatannya dibedakan atas Dwart Shrub thicket (cabang-cabangnya saling bertautan), Dwart Shrubland (individu-individu saling terpisah atau dalam rumpun-rumpun), dan Formasi Cryptogamic dengan semak-semak kecil. Kelas Formasi terakhir adalah Herbaceous vegetation (vegetasi herba). Ada dua tipe besar dari vegetasi ini, yaitu graminoid dan forbs. Termasuk graininoid adalah semua rumput herba dan tanaman rumput-rumputan seperti Carex sejenis alangalang), Juncus (sejenis tebu) dan sebagainya. Forbs adalah tanaman herba daun lebar seperti Helianthus (bunga matahari), Trifolium dan sebagainya. Dasar pembagian kelas formasi menjadi subkelas formasi adalah keadaan daun (evergreen, decidous, dan xeromorphic), ukuran vegetasi, dan tempat hidup (habitat). Pengertian

evergreen adalah kanopi hutan tidak pernah tanpa daun hijau (selalu hijau), walaupun ada pohon-pohon secara individu mungkin menggugurkan daun. Kebalikan dari evergreen, pohonpohon decidous menggugurkan daun secara simultan apabila

berhubungan dengan musim yang tidak menguntungkan. sedangkan xeromorphic adalah vegetasi yang khas daerah kering, seperti phanerophyties, hemicytophties, geophyties. dengan daun atau batang kadang-kadang sukulen.

Selanjutnya, Subkelas Formasi dibagi menjadi kelompokkelompok formasi (Group Formation) berdasarkan antara lain : tempat atau garis 1intang (tropik, sub-tropik, temperate, subpolar, dan lain-lain), keadaan daun (evergreen, decidous, semi decidous), bentuk daun (daun jarum atau lebar), dan kombinasi sifat-sifat di atas. Sedangkan formasi-formasi hutan dibentuk berdasarkan antara lain : ketinggian tempat (lowland dan montane), jenis tanah (alluvia), keadaan habitat (swamp, bog, desert), bentuk tajuk, bentuk daun, dan sebagainya. Di bawah ini diberikan bagan klasifikasi menurut Unesco (1973) secara global. I. CLOSED FOREST A. EVERGREEN 1. Tropical Forest) 2. Tropical Forest 3. Tropical and Subtropical Semi Decidous Purest 4. Subtropical Ombrophilous Forest 5. Mangrove Forest 6. Temperate Forest 7. Temperate Forest 8. Winter-Rain Evergreen Sclerophykous Forest 9. Tropical Forest and Subtropical Evergreen Needle-Leaved Evergreen Seasonal Broad heaved and Subpolar Evergreen Ombropuilous and Subtropical Evergreen Seasonal Ombrophilous Forest (Tropical Rain vegetasi

10.Temperate Forest

and

Subpolar

Evergreen

Needle-Leaved

B. DECIDUOUS 1. Tropical Forest 2. Cold-Deciduous Shrubs) Admixed 3. Cold-Deciduous Forest without Evergreen Trees Forest with Evergreen Trees (or and Subtropical Drought-Deciduous

C. XEROMORPHIC 1. Sclerophyllous-Dominated Forest 2. Thorn-Forest 3 . Mainly Succulent Forest Extremely Xero-morphic

II. WOODLAND A. EVERGREEN 1. Evergreen Broad-Leaved Woodland 2. Evergreen Needle-Leaved Woodland 3. Cold-Deciduous Trees Woodland without Evergreen

B. XEROMORPHIC 1. Sclerophyllous-Dominated Extremely Xeromorphic Woodland 2. Thorn-Woodland

3. Mainly Succulent Woodland

III. SCRUB A. EVERGREEN 1. Evergreen Broad-Leaved Shrubland 2. Evergreen Shrubland Needle-Leaved and Microphylous

B. DECIDUOUS 1. Drought-Deciduous Plants Admixed 2. Drought-Deciduous Woody Plant Admixed 3. Cold-Deciduous Scrub Scrub eithout Evergreen Scrub with Evergreen Woody

C. XEROMORPHIC 1. Mainly Evergreen Subdesert Shrubland 2. Deciduous Subdesert Shrubland

IV. DWARF-SCRUB AND RELATED COMMUNITIES A. EVERGREEN

1. Evergreen Dwarf-Shurb Thicket 2. Evergreen Dwarf-Shrubland 3. Mixed Evergreen Dwarf-Shrub and Herbaceous

Formation.

B. DECIDUOUS 1. Facultatively Drought-Deciduous Dwarf-Thicket 2. Obligatory, Drought-Deciduous Dwarf-Thicket 3. Cold-Deciduous Dwarf-Thicket

C. XEROMORPHIC 1. Mainly Evergreen Subdesert Dwart-scrub 2. Deciduous Subdesert Dwarf-Scrub

D. TUNDRA

1. Mainly Bryophyte Tundra2. Mainly Lichen Tundra

E. MOSSY BOG FORMATIONS WITH DWARF-SHRUB 1. Raised Bog 2. Non-Raised Bog

V. HERBACEOUS VEGETATION A. TAIL GRAMINOID VEGETATION B. MEDIUM TALL GRASSLAND C. SHORT GRASSLAND D. FORB VEGETATION E. HYDROMORPHIC FRESH-WATER GRASSLAND

C.3. Klasifikasi Ekosistem Menurut Kartawinata Kartawinata telah membuat bagan unit-unit

ekosistem atau tipe-tipe ekosistem darat dan rawa yang

ada

di

Indonesia.

Tipe

ekosistem

dianggap

unit-unit

yang paling kecil dan dibentuk berdasarkan fisiognomi (kenampakan) struktur dan takson (unit taksonomi) yang khas atau dominan dari vegetasi iklim tanah. yang dikombinasikan dari tidak

dengan

faktor-faktor laut serta

dan

ketinggian

permukaan

Faktor-faktor

dimasukkan karena datanya kurang, lagipula perincian ekositem dengan ciri-ciri vegetasi dan lingkungan dapat dianggap cukup. Berdasarkan komposisi jenis masing-

masing tipe ekosistem dapat saja terdiri dari unit-unit yang lebih kecil. Ekosistem hutan kerangas, misalnya, mungkin tersusun dari unit komunitas CombretocarpusDactylocladus dan Tristania-Cratoxylum. Menurut Klasifikasi Kartawinata (1976) ini, ada tiga tingkatan klasifikasi, yaitu : Bioma, Subbioma, dan Tipe Ekosistem. Bioma dapat pula disebut sebuah ekosistem yang merupakan unit komunitas terbesar yang mudah dikenal dan terdiri atas forrnasi vegetasi dan hewan serta fase mahluk hidup lainnya, yang dapat baik masin yang dalam sudah fase

mencapai

klimaks Di

maupun

perkembangan.

Indonesia

dikenal

beberapa

bioma, yaitu : (a) Hutan Hujan, (b) Hutan Musim, (c) Savana, masih (d) Padang besar Rumput. untuk Unit-unit digunakan ekosistem dengan ini

terlalu

maksud-

maksud khusus, sehingga memerlukan pembagian yang lebih kecil lagi. Pembagian Bioma menjadi Subbioma didasarkan kepada

keadaan antara Rawa

iklim, misalnya, untuk Hutan

Hujan

dibedakan Tanah

Hutan Hujan Tanah Kering dan Hutan Hujan (permanen atau musiman). sebagai unit Sedangkan yang

pembagian kecil

Tipe-tipe

Ekosistem

paling

dibentuk berdasarkan struktur fisiognomi, faktor-faktor iklim, ketinggian dari permukaan laut, dan jenis tanah. Klasifikasi Ekosistem menurut Kartawinata tertera dalam Tabel 1, berikut.

Tabel 1. Satuan - satuan Ekosistem di IndonesiaBioma Nama 1. Hutan Hujan Iklim Selalu basah sampai kering tengah-tahun Q < 60.0 Subbioma Nama 1. Hutan hujan tanah kering Nama 1. hutan nonDipterocarp aceae Ketinggian dpl (m) < 1000 Suhu ratarata (0) 26-21 Tipe Ekosistem Q