BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

227
BRW/FHUA/2007 BRW/FHUA/2007 1 PENYELESAIAN SENGKETA PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBITRASE MELALUI ARBITRASE Oleh Oleh Basuki Rekso Wibowo Basuki Rekso Wibowo FH Unair FH Unair 2007 2007

Transcript of BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

Page 1: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007BRW/FHUA/2007 11

PENYELESAIAN PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI SENGKETA MELALUI

ARBITRASEARBITRASEOleh Oleh

Basuki Rekso WibowoBasuki Rekso WibowoFH UnairFH Unair

20072007

Page 2: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 2

BEBERAPA REFERENSI (1)BEBERAPA REFERENSI (1)► BUKUBUKU► Abdurrasjid Priyatna, Abdurrasjid Priyatna, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian SengketaArbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, ,

Fikahati Aneska, Jakarta, 2002. Fikahati Aneska, Jakarta, 2002. ► Adolf, Huala, Adolf, Huala, Arbitrase Komersial InternasionalArbitrase Komersial Internasional, Radjawali, Jakarta, 1991., Radjawali, Jakarta, 1991.► ………………………….,..,. Hukum Arbitrase Komersial Internasional Hukum Arbitrase Komersial Internasional, Raja Grafindo , Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1994Persada, Jakarta, 1994► …………………………., ., The Arbitration Law in IndonesiaThe Arbitration Law in Indonesia, dalam Hendarmin Djarab , dalam Hendarmin Djarab

(ed)., Prospek dan Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia, Citra Aditya (ed)., Prospek dan Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.Bakti, Bandung, 2001.

► Arrow, Kenneth, et.al, Arrow, Kenneth, et.al, Barriers to Conflict Resolution,Barriers to Conflict Resolution, WW Norton Co, WW Norton Co, 1995.1995.

► Born, Gary B., Born, Gary B., International Commercial Arbitration in the United States,International Commercial Arbitration in the United States, Kluwer Law and Taxation Publishers, Deventer Boston, 1994.Kluwer Law and Taxation Publishers, Deventer Boston, 1994.

► Buang, Saleh dan Maimoonah Hamid, Buang, Saleh dan Maimoonah Hamid, Commercial ArbitrationCommercial Arbitration, Central , Central Law Books Corp Sdn.Bhd, Kualalumpur, 1998.Law Books Corp Sdn.Bhd, Kualalumpur, 1998.

► Kantaatmadja,Komar, Kantaatmadja,Komar, Beberapa Hal Tentang Arbitrase, Beberapa Hal Tentang Arbitrase, kertas kerja kertas kerja pada Penataran Hukum Ekonomi Internasional, Fakultas Hukum Unpad-pada Penataran Hukum Ekonomi Internasional, Fakultas Hukum Unpad-Universitas Utrecht, 1989. Universitas Utrecht, 1989.

Page 3: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 3

BEBERAPA REFERENSI (2)BEBERAPA REFERENSI (2)► Cheong, Chan Wing, et.al, Cheong, Chan Wing, et.al, Current Legal Issues in International Commercial Current Legal Issues in International Commercial

Litigation,Litigation, Faculty of Law University of Singapore, 1997.Faculty of Law University of Singapore, 1997.► Current Legal Issues in International Commercial LitigationCurrent Legal Issues in International Commercial Litigation, Faculty of Law , Faculty of Law

University of Singapore, 1997.University of Singapore, 1997.► David, Rene, David, Rene, Arbitration in International TradeArbitration in International Trade, Kluwer, 1985., Kluwer, 1985.► Domke, Martin, Domke, Martin, Domke on Commercial ArbitrationDomke on Commercial Arbitration (the Law of Practice of (the Law of Practice of

Commercial Arbitration), Revised edition , 1994.Commercial Arbitration), Revised edition , 1994.► Elkouri, Frank, & Edna Elkouri, Elkouri, Frank, & Edna Elkouri, How Arbitration WorksHow Arbitration Works,, fifth edition, American Bar fifth edition, American Bar

Association (ABA), BNA Books, Washington DC, 1997.Association (ABA), BNA Books, Washington DC, 1997.► Emirzon, Joni, Emirzon, Joni, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi,

Konsiliasi dan Arbitrase),Konsiliasi dan Arbitrase), Gramedia, Jakarta, 2000.Gramedia, Jakarta, 2000.► Fuady, Munir, Fuady, Munir, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis)Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis), Citra , Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2000.Aditya Bakti, Bandung, 2000.► Gautama, Sudargo,,Gautama, Sudargo,,Hukum Perdata InternasionalHukum Perdata Internasional, Buku ke-5, Jilid II, Bagian IV, , Buku ke-5, Jilid II, Bagian IV,

Alumni, Bandung, 1992.Alumni, Bandung, 1992.► …………………….., .., Arbitrase Bank Dunia Tentang Penanaman Modal di Indonsia dan Arbitrase Bank Dunia Tentang Penanaman Modal di Indonsia dan

Jurisprudensi Indonesia Dalam Perkara PerdataJurisprudensi Indonesia Dalam Perkara Perdata, Alumni, Bandung, 1994., Alumni, Bandung, 1994.► …………………………., ., Aneka Hukum Arbitrase (KeArah Hukum Arbitrase Indonesia Yang Aneka Hukum Arbitrase (KeArah Hukum Arbitrase Indonesia Yang

Baru),Baru),Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.► …………………………, , Undang-Undang Arbitrase BaruUndang-Undang Arbitrase Baru 1999, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, Citra Aditya Bakti, Bandung,

1999.1999.

Page 4: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 4

BEBERAPA REFERENSI (3).BEBERAPA REFERENSI (3).► Budidjaya,T., Budidjaya,T., Public Policy as Grounds for Refusal of Recognition and Public Policy as Grounds for Refusal of Recognition and

Enforcement of Foreign Arbitral Awards in Indonesia, Enforcement of Foreign Arbitral Awards in Indonesia, Tata Nusa,Jakarta, 2002.Tata Nusa,Jakarta, 2002.► Khairandy, Ridwan, et.al., Khairandy, Ridwan, et.al., Pengantar Hukum Perdata Internasional IndonesiaPengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, ,

Gama Media, Jogjakarta, 1999.Gama Media, Jogjakarta, 1999.► Kusumohamidjojo, Budiono, Kusumohamidjojo, Budiono, Dasar-Dasar Merancang KontrakDasar-Dasar Merancang Kontrak, Grasindo, Jakarta, , Grasindo, Jakarta,

1998.1998.► Law Firm ABNR & Law Firm MKK, Law Firm ABNR & Law Firm MKK, Reformasi Hukum di IndonesiaReformasi Hukum di Indonesia (terj. Diagnostic (terj. Diagnostic

Assesment of Legal Development in Indonesia), World Bank Project – IDF Grant Assesment of Legal Development in Indonesia), World Bank Project – IDF Grant No. 28557, Cyber Consult, Jakarta, 1999.No. 28557, Cyber Consult, Jakarta, 1999.

► Lew, Julian DM (ed)., Lew, Julian DM (ed)., Contemporary Problems in International Arbitration, Contemporary Problems in International Arbitration, Matnus Nijhoff Publishers, Netherlands, 1987.Matnus Nijhoff Publishers, Netherlands, 1987.

► Lillich, Richard B. & Charles N.Brower, Lillich, Richard B. & Charles N.Brower, International Arbitration in the 21st International Arbitration in the 21st Century : Towards “Judicialization and UniformityCentury : Towards “Judicialization and Uniformity”, twelfth Sokol Colloquium, ”, twelfth Sokol Colloquium, Transnational Publishers Inc, Irvington, New York, 1993.Transnational Publishers Inc, Irvington, New York, 1993.

► Longdong, Tinneke Louise, Longdong, Tinneke Louise, Asas Ketertiban Umum dan Konvensi New York 1958, Asas Ketertiban Umum dan Konvensi New York 1958, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1998. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1998.

► Lubis, Macneil, Ian R, Lubis, Macneil, Ian R, American Arbitration Law : Reformation, Nationalization, American Arbitration Law : Reformation, Nationalization, Internationalization,Internationalization, Oxford University Press, Oxford, 1992. Oxford University Press, Oxford, 1992.

► Management Action Guides, Management Action Guides, Handling Conflict by NegotiationHandling Conflict by Negotiation (Mengendalikan (Mengendalikan Konflik dan Negosiasi), alih bahasa Amitya Kumara Suharso, Gramedia, Jakarta, Konflik dan Negosiasi), alih bahasa Amitya Kumara Suharso, Gramedia, Jakarta, 1997.1997.

Page 5: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 5

BEBERAPA REFERENSI (4).BEBERAPA REFERENSI (4).► Manchester Open Learning, Manchester Open Learning, Handling Conflict and NegotiationHandling Conflict and Negotiation, ,

London, 1993.London, 1993.► Parris, John,, Parris, John,, Arbitration Principles and Practice,Arbitration Principles and Practice, Granada, 1983.Granada, 1983.► Peter, Wolfgang , Peter, Wolfgang , Arbitration and Renegotiation of International Arbitration and Renegotiation of International

Investment AgreementsInvestment Agreements, second edition, Kluwer, the Hague, , second edition, Kluwer, the Hague, 1995.1995.

► Pickering, Peg, Pickering, Peg, How to Manage ConflictHow to Manage Conflict (Kiat Menangani (Kiat Menangani Konflik), alih bahasa Masri maris, Erlangga, Jakarta, 2001.Konflik), alih bahasa Masri maris, Erlangga, Jakarta, 2001.

► Putra, Ida Bagus Wyasa, Putra, Ida Bagus Wyasa, Aspek-Aspek Hukum Perdata Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis InternasionalInternasional Dalam Transaksi Bisnis Internasional, Refika , Refika Aditama, Bandung, 2000.Aditama, Bandung, 2000.

► Radjagukguk, Erman, Radjagukguk, Erman, Arbitrase Dalam Putusan PengadilanArbitrase Dalam Putusan Pengadilan, , Chandra Pratama, Jakarta, 2001.Chandra Pratama, Jakarta, 2001.

► Rau, Alan Scott, Edward F.sherman, Scott R. Peppet, Rau, Alan Scott, Edward F.sherman, Scott R. Peppet, Processes Processes of Dispute Resolution : The Role of Lawyers, of Dispute Resolution : The Role of Lawyers, third edition, third edition, University Casebook Series, Foundtion Press, New York,University Casebook Series, Foundtion Press, New York,

Page 6: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 6

BEBERAPA REFERENSI (5).BEBERAPA REFERENSI (5).► Sammartano, Mauro Rubino,, Sammartano, Mauro Rubino,, International Arbitration LawInternational Arbitration Law, Kluwer Law and , Kluwer Law and

Taxation Publishers, GA Deventer, 1990.Taxation Publishers, GA Deventer, 1990.► Manan,Bagir, Kata Pengantar, dalam Yuhassarie,Emmy (ed)., Manan,Bagir, Kata Pengantar, dalam Yuhassarie,Emmy (ed)., Proceedings Proceedings

Arbitrase dan MediasiArbitrase dan Mediasi, Lokakarya Hukum Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis , Lokakarya Hukum Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya, kerjasama 2002.Lainnya, kerjasama 2002.

► Redfern, Alan et.al., Redfern, Alan et.al., Law and Practice of International Commercial Arbitration, Law and Practice of International Commercial Arbitration, Sweet&Maxwell, London, 1985.Sweet&Maxwell, London, 1985.

► Saleh, Abdurrachman, Saleh, Abdurrachman, Arbitrase Islam IndonesiaArbitrase Islam Indonesia, Badan Arbitrase Muamalat , Badan Arbitrase Muamalat Indonesia dan bank Muamalat,1994. Indonesia dan bank Muamalat,1994.

► Reisman, Micahel W et.al., Reisman, Micahel W et.al., International Commercial Abitration : Cases, Materials International Commercial Abitration : Cases, Materials and Notes on the Resolution of International Business Disputesand Notes on the Resolution of International Business Disputes, University , University Casebook Series,Westbury New York, The Foundation PressInc, 1997.Casebook Series,Westbury New York, The Foundation PressInc, 1997.

► Shahab, Hamid,, Shahab, Hamid,, Aspek Hukum Dalam Sengketa KonstruksiAspek Hukum Dalam Sengketa Konstruksi, Djambatan, Jakarta, , Djambatan, Jakarta, 1996.1996.

► ………………………….., .., Menyingkap dan Meneropong Undang Undang Arbitrase No.30 tahun Menyingkap dan Meneropong Undang Undang Arbitrase No.30 tahun 1999 dan Jalur Penyelesaian Alternatif Serta Kaitannya Dengan UU Jasa 1999 dan Jalur Penyelesaian Alternatif Serta Kaitannya Dengan UU Jasa Konstruksi No.18 tahun 1999 dan FIDICKonstruksi No.18 tahun 1999 dan FIDIC, Djambatan, Jakarta, 2000., Djambatan, Jakarta, 2000.

► Singer,Linda, Singer,Linda, Settling Disputes,Settling Disputes, Westview Press, Boulder, 1994. Westview Press, Boulder, 1994.► Smith, Vincent Powell,, Smith, Vincent Powell,, Aspect of Arbitration : Common Law & Sharia’ Compared, Aspect of Arbitration : Common Law & Sharia’ Compared,

Central Law Book Corporation, Kualalumpur, 1995.Central Law Book Corporation, Kualalumpur, 1995.► Soebagijo, Felix O, (ed), Soebagijo, Felix O, (ed), Arbitrase di IndonesiaArbitrase di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995., Ghalia Indonesia, Jakarta, 1995.

Page 7: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 7

BEBERAPA REFERENSI (6).BEBERAPA REFERENSI (6).► Sumampouw, M, Sumampouw, M, Pilihan Hukum Sebagai Titik Pertalian Dalam Hukum Pilihan Hukum Sebagai Titik Pertalian Dalam Hukum

Perdjanjian InternasionalPerdjanjian Internasional, disertasi Tay Swee Kian, Caterina, , disertasi Tay Swee Kian, Caterina, Resolving Resolving Disputes by Arbitration : What You Need to KnowDisputes by Arbitration : What You Need to Know, Ridge Books, , Ridge Books, Singapore University Press, 1998.Singapore University Press, 1998.

► Tedjosaputro, Liliana, Tedjosaputro, Liliana, Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum Etika Profesi Notaris Dalam Penegakan Hukum PidanaPidana, Bigraf Publishing, Jogjakarta, 1995., Bigraf Publishing, Jogjakarta, 1995.

► Teply, Larry L., Teply, Larry L., Legal Negotiation in a NutshellLegal Negotiation in a Nutshell, West Publishing Co, , West Publishing Co, St.Paul, Minn, 1992.St.Paul, Minn, 1992.

► Tiong, Tan Ngoh, (eds), Tiong, Tan Ngoh, (eds), Alternatif Dispute Resolution in Bussines, Alternatif Dispute Resolution in Bussines, Family and Community : Multy Discipline PerspectiveFamily and Community : Multy Discipline Perspective, Pagesetters , Pagesetters Services, Singapore, 2000.Services, Singapore, 2000.

► Wijojo, Suparto, Wijojo, Suparto, Penyelesaian Sengketa Lingkungan (Settlement of Penyelesaian Sengketa Lingkungan (Settlement of Environmental Disputes),Environmental Disputes), Airlangga University Press, Surabaya, 1999. Airlangga University Press, Surabaya, 1999.

► Yeo, Tan Min, Yeo, Tan Min, Role of Public Policy, Overt and Camouflaged in Role of Public Policy, Overt and Camouflaged in International Litigation and ArbitrationInternational Litigation and Arbitration, 8th Singapore Conference on , 8th Singapore Conference on International Bussines Law, International Bussines Law,

► Yuhassarie,Emmy (ed)., Yuhassarie,Emmy (ed)., Proceedings Arbitrase dan MediasiProceedings Arbitrase dan Mediasi, Lokakarya , Lokakarya Hukum Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya, kerjasama Hukum Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya, kerjasama Pusat Pengkajian Hukum dan Mahkamah Agung RI, 2002.Pusat Pengkajian Hukum dan Mahkamah Agung RI, 2002.

Page 8: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 8

BEBERAPA REFERENSI (7).BEBERAPA REFERENSI (7).► ARTIKELARTIKEL ► Abdurrasjid, Prijatna, Future Development of Arbitration and ADR Practices in Indonesia Abdurrasjid, Prijatna, Future Development of Arbitration and ADR Practices in Indonesia

(Privatization of the Judicial System), (Privatization of the Judicial System), Jurnal Hukum BisnisJurnal Hukum Bisnis, Vo. 5, 1998., Vo. 5, 1998.► Gautama, Sudargo, Pembatalan Keputusan Dewan Arbitrase Bank Dunia Mengenai Gautama, Sudargo, Pembatalan Keputusan Dewan Arbitrase Bank Dunia Mengenai

Pencabutan Lisensi Penanaman Modal di Indonesia, Pencabutan Lisensi Penanaman Modal di Indonesia, Varia PeradilanVaria Peradilan, No.18, Maret 1987. , No.18, Maret 1987. ► ………………………….,Kesulitan Dalam Menyusun Perjanjian Arbitrase Dagang Internasional, .,Kesulitan Dalam Menyusun Perjanjian Arbitrase Dagang Internasional, Varia Varia

PeradilanPeradilan, No. 25, Oktober 1987., No. 25, Oktober 1987.► ……………………. , Hukum Manakah Yang Dipakai Untuk Arbitrase Dagang Internasional, . , Hukum Manakah Yang Dipakai Untuk Arbitrase Dagang Internasional, Hukum Hukum

dan Pembangunandan Pembangunan, FHUI, Agustus 1989., FHUI, Agustus 1989.► …………………….., Arbitrase WIPO Dalam Bidang Hak Milik Intelektual, .., Arbitrase WIPO Dalam Bidang Hak Milik Intelektual, Jurnal Hukum BisnisJurnal Hukum Bisnis, ,

Vol.1, 1997.Vol.1, 1997.► Harahap, M. Yahya,, Penerapan Klausula Arbitrase serta Pelaksanaan Putusan Arbitrase Harahap, M. Yahya,, Penerapan Klausula Arbitrase serta Pelaksanaan Putusan Arbitrase

Dalam dan Luar Negeri di Indonesia, Dalam dan Luar Negeri di Indonesia, Varia PeradilanVaria Peradilan, , No.61, Oktober 1990.No.61, Oktober 1990.► ……………………………………………….., .., Perspektif Arbitrase di Indonesia, makalah Seminar Nasional Hukum Perspektif Arbitrase di Indonesia, makalah Seminar Nasional Hukum

Ekonomi tentang Arbitrase Sebagai Alternatif Penyelesaian SengketEkonomi tentang Arbitrase Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketaa, Surabaya 18 , Surabaya 18 Maret 1995.Maret 1995.

► ....................................., Beberapa Catatan Yang Perlu Mendapat Perhatian Atas UU ....................................., Beberapa Catatan Yang Perlu Mendapat Perhatian Atas UU No.30/1999, No.30/1999, Jurnal Hukum BisnisJurnal Hukum Bisnis, Vol. 21, Oktober-Nopember 2002., Vol. 21, Oktober-Nopember 2002.

► Juwana, Hikmahanto, Urgensi Pengaturan Arbitrase Dalam UU Pasar Modal, Juwana, Hikmahanto, Urgensi Pengaturan Arbitrase Dalam UU Pasar Modal, Jurnal Jurnal Hukum BisnisHukum Bisnis, Vol. 14, Juli 2001., Vol. 14, Juli 2001.

► …………………………………………., Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional oleh Pengadilan Nasional, ., Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional oleh Pengadilan Nasional, Jurnal Hukum BisnisJurnal Hukum Bisnis, Vol. 21, Oktober-Nopember 2002., Vol. 21, Oktober-Nopember 2002.

Page 9: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 9

BEBERAPA REFERENSI (8)BEBERAPA REFERENSI (8)► Simanjuntak, Ricardo, Konflik Yurisdiksi Antara Arbitrase dan Pengadilan Simanjuntak, Ricardo, Konflik Yurisdiksi Antara Arbitrase dan Pengadilan

NegeriNegeri, Jurnal Hukum Bisnis, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 21, Oktober – Nopember 2002., Vol. 21, Oktober – Nopember 2002.► Suraputra, Sidik, ICSID dan MIGA : Lembaga Internasional Untuk Suraputra, Sidik, ICSID dan MIGA : Lembaga Internasional Untuk

Meningkatkan Arus Penanaman Modal, Meningkatkan Arus Penanaman Modal, Jurnal Hukum BisnisJurnal Hukum Bisnis, Vol.8, 1999., Vol.8, 1999.► Setiawan, Konvensi New York 1958, Kekuatan Mengikat Putusan Setiawan, Konvensi New York 1958, Kekuatan Mengikat Putusan

Hakim Asing (Perk.Bontmantel – HR. 14 Nopember 1924, NJ, 1925), Hakim Asing (Perk.Bontmantel – HR. 14 Nopember 1924, NJ, 1925), Varia PeradilanVaria Peradilan, No. 13, Oktober 1986. , No. 13, Oktober 1986.

► …………………….., Eksekusi Putusan Arbitrase Asing : Perma No.1/1990, .., Eksekusi Putusan Arbitrase Asing : Perma No.1/1990, Varia Varia Peradilan,Peradilan, No.59, Agustus 1990.No.59, Agustus 1990.

► ……………………..,Aplikasi dan Implikasinya, ..,Aplikasi dan Implikasinya, NewsletterNewsletter, No.2, Agustus 1990., No.2, Agustus 1990.► ……………………..,Pengaruh Mandatory Rules Terhadap Kontrak Bisnis ..,Pengaruh Mandatory Rules Terhadap Kontrak Bisnis

Internasional : Catatan Dari Jurisprudensi, Internasional : Catatan Dari Jurisprudensi, Varia PeradilanVaria Peradilan, No.98, , No.98, Nopember 1993.Nopember 1993.

► …………………….., Menurunnya Supremasi Azas Kebebasan Berkontrak, .., Menurunnya Supremasi Azas Kebebasan Berkontrak, NewsletterNewsletter, No.15, Desember 1993., No.15, Desember 1993.

► ……………………..,Kontrak Bisnis Internasional : Choice of Law & Choice of ..,Kontrak Bisnis Internasional : Choice of Law & Choice of Jurisdiction, Jurisdiction, Varia PeradilanVaria Peradilan, No. 107, Agustus 1994., No. 107, Agustus 1994.

Page 10: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 10

BEBERAPA REFERENSI (9).BEBERAPA REFERENSI (9).► Waluyo, Bernadette , Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Waluyo, Bernadette , Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Jurnal Jurnal

Hukum BisnisHukum Bisnis, Vol. 9, 1999., Vol. 9, 1999.► Wibowo, Basuki Rekso, Perdamaian Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara Wibowo, Basuki Rekso, Perdamaian Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara

Perdata, Perdata, Yuridika,Yuridika, No.1 dan 2, Tahun VIII, Jan-April 1993. No.1 dan 2, Tahun VIII, Jan-April 1993. ► …………………………., Masalah Petitum Subsider Ex Aequo Et Bono, ., Masalah Petitum Subsider Ex Aequo Et Bono, YuridikaYuridika, No.7, tahun , No.7, tahun

IX, Januari-Pebruari 1995.IX, Januari-Pebruari 1995.► …………………………., Beberapa Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata, ., Beberapa Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata, Yuridika,Yuridika,

No.3, Tahun X, Mei-Juni 1995.No.3, Tahun X, Mei-Juni 1995.► …………………………., Masalah Eksekusi Putusan Arbitrase Asing di Indonesia, ., Masalah Eksekusi Putusan Arbitrase Asing di Indonesia, ProJustitiaProJustitia,,

FH Unpar, Bandung, April, 1997.FH Unpar, Bandung, April, 1997.► ………………………….., Peran Hakim Dalam Pembangunan Hukum, .., Peran Hakim Dalam Pembangunan Hukum, Pro JustitiaPro Justitia, FH Unpar, , FH Unpar,

No.4,Oktober 1997.No.4,Oktober 1997.► …………………………., Klausula Arbitrase, Kompetensi dan Public Policy (Catatan Hukum ., Klausula Arbitrase, Kompetensi dan Public Policy (Catatan Hukum

Sengketa ED.F.Man Sugar Ltd vs. Yani Hariyanto), Sengketa ED.F.Man Sugar Ltd vs. Yani Hariyanto), YuridikaYuridika, N0.2&3, Tahun XII, , N0.2&3, Tahun XII, Maret-Juni 1997.Maret-Juni 1997.

► …………………………., Peran Lawyer Dalam Menyelesaikan Sengketa Bisnis : Negosiator ., Peran Lawyer Dalam Menyelesaikan Sengketa Bisnis : Negosiator ataukah Gladiator (Sebuah Tinjauan Tentang Legitimasi Pilihan Peran Lawyer ataukah Gladiator (Sebuah Tinjauan Tentang Legitimasi Pilihan Peran Lawyer dan Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa), dan Pilihan Forum Penyelesaian Sengketa), YuridikaYuridika, Vol.14, No.5, September-, Vol.14, No.5, September-Oktober 1999.Oktober 1999.

Page 11: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 11

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (10)(10)

► MAKALAH SEMINAR/PELATIHANMAKALAH SEMINAR/PELATIHAN► Abdurrasjid, Priyatna, Abdurrasjid, Priyatna, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian

SengketaSengketa, makalah pada Seminar tentang Arbitrase (ADR) dan E , makalah pada Seminar tentang Arbitrase (ADR) dan E Commerce, Law Offices Remy Darus, Surabaya 6 September 2000.Commerce, Law Offices Remy Darus, Surabaya 6 September 2000.

► …………………………, , ArbitraseArbitrase, makalah dalam Lokakarya Terbatas Hukum , makalah dalam Lokakarya Terbatas Hukum Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya, kerjasama Pusat Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya, kerjasama Pusat Pengkajian Hukum dan Mahkamah Agung RI, Jakarta, 8-9 Oktober Pengkajian Hukum dan Mahkamah Agung RI, Jakarta, 8-9 Oktober 2002.2002.

► Badrulzaman, Mariam darus, “E-Commerce Tinjauan Dari Hukum Badrulzaman, Mariam darus, “E-Commerce Tinjauan Dari Hukum Kontrak Indonesia, dalam Kontrak Indonesia, dalam Jurnal Hukum Bisnis,Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 12, 2001. Vol. 12, 2001.

► Hadjon, Philipus Mandiri, Hadjon, Philipus Mandiri, Pengkajian Ilmu HukumPengkajian Ilmu Hukum, makalah , makalah Pelatihan Metode Penelitian Hukum Normatif, Pusat Penelitian dan Pelatihan Metode Penelitian Hukum Normatif, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum – Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Pengembangan Hukum – Lembaga Penelitian Universitas Airlangga bekerjasama dengan Fakultas Hukum Unair, 11-12 Juni 1997.bekerjasama dengan Fakultas Hukum Unair, 11-12 Juni 1997.

► Kantaatmadja, Komar, Kantaatmadja, Komar, Beberapa Hal tentang Arbitrase, Beberapa Hal tentang Arbitrase, kertas kerja kertas kerja pada Penataran Hukum Ekonomi Internasional, Fakultas Hukum pada Penataran Hukum Ekonomi Internasional, Fakultas Hukum Unpad-Universitas Utrecht, Bandung, 1989.Unpad-Universitas Utrecht, Bandung, 1989.

Page 12: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 12

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (11).(11).

► Moore, Christopher W. , Moore, Christopher W. , Mekanisme Alternatif Mekanisme Alternatif Penyelesaian SengketaPenyelesaian Sengketa (MAPS) (terj), ICEL & CDR (MAPS) (terj), ICEL & CDR Associates, Jakarta, 1995.Associates, Jakarta, 1995.

► Rachmadi, Takdir, Rachmadi, Takdir, Pengembangan Mekanisme Alternative Pengembangan Mekanisme Alternative Penyelesaian Sengketa Lingkungan Sebagai Wadah Peran Penyelesaian Sengketa Lingkungan Sebagai Wadah Peran Serta MasyarakatSerta Masyarakat, makalah Seminar Pembangunan Hukum , makalah Seminar Pembangunan Hukum Lingkungan Nasional, Walhi, Bandung, 24-25 Agustus Lingkungan Nasional, Walhi, Bandung, 24-25 Agustus 1990.1990.

► Radhi, Teuku Mohamad, Radhi, Teuku Mohamad, Konvensi New York tentang Konvensi New York tentang Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Luar Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Luar NegeriNegeri, makalah Seminar Penyelesaian Sengketa Dagang , makalah Seminar Penyelesaian Sengketa Dagang melalui Arbitrase, Jakarta, 11 Agustus 1990.melalui Arbitrase, Jakarta, 11 Agustus 1990.

► Rosenfeld, Robert A, Rosenfeld, Robert A, Negotiating Settlement in Negotiating Settlement in International Business DisputesInternational Business Disputes, paper on International , paper on International Business Disputes : Prevention, Management and Business Disputes : Prevention, Management and Resolution, San Fransisco, July 29-30, 1004.Resolution, San Fransisco, July 29-30, 1004.

Page 13: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 13

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (12).(12).

► Santosa, Mas Achmad, Santosa, Mas Achmad, Court Connected ADR di Court Connected ADR di Indonesia : Urgensi dan Prasyarat PengembangannyaIndonesia : Urgensi dan Prasyarat Pengembangannya, , tt.tt.

► ………………………………., ., Mediasi Lingkungan di Indonesia : Sebuah Mediasi Lingkungan di Indonesia : Sebuah PengalamanPengalaman, ICEL, Jakarta, 1998., ICEL, Jakarta, 1998.

► ………………………………, , Alternative Disputes Resolution (ADR) di Alternative Disputes Resolution (ADR) di Bidang Lingkungan Hidup, Bidang Lingkungan Hidup, makalah dalam ForumDialog makalah dalam ForumDialog tentang Alternatif Disputes Resolution (ADR),Tim Pakar tentang Alternatif Disputes Resolution (ADR),Tim Pakar Hukum Departemen Kehakiman – The Asia Hukum Departemen Kehakiman – The Asia Foundation,Jakarta, 5 Agustus 1999.Foundation,Jakarta, 5 Agustus 1999.

► Setiawan, Setiawan, Ordonansi Kepailitan Serta Aplikasinya Kini, Ordonansi Kepailitan Serta Aplikasinya Kini, Seminar on International Bussines Law, Petra Christian Seminar on International Bussines Law, Petra Christian University, Surabaya, 3-4 May 2000.University, Surabaya, 3-4 May 2000.

► Sjahdeini, Sutan Remy, “E-Commerce Tinjauan Dari Sjahdeini, Sutan Remy, “E-Commerce Tinjauan Dari PerspektifHukum”, PerspektifHukum”, Jurnal Hukum Bisnis,Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 12, 2001. Vol. 12, 2001.

Page 14: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 14

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (13).(13).

► HASIL PENELITIANHASIL PENELITIAN► Elips, Elips, Laporan Studi Komparatif Mengenai Arbitrase di Korea Selatan, Jepang, Laporan Studi Komparatif Mengenai Arbitrase di Korea Selatan, Jepang,

Hongkong, dan Singapore, Hongkong, dan Singapore, 1994.1994.► Harahap, M. Yahya, Harahap, M. Yahya, Penyelesaian Sengketa Di Luar Peradilan (Alternative Penyelesaian Sengketa Di Luar Peradilan (Alternative

Dispute ResolutionDispute Resolution), ), penelitian Badan Pembinaan Hukum Nasional penelitian Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RIDepartemen Kehakiman RI, 1995/1996., 1995/1996.

► Longdong, Tinneke Louise Tuegeh, Longdong, Tinneke Louise Tuegeh, Asas Ketertiban Umum dan Konvensi New Asas Ketertiban Umum dan Konvensi New York 1958York 1958, disertasi FHUI, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998., disertasi FHUI, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998.

► Natabaya, HAS, Pengaruh Putusan Arbitrase Asing Terhadap Peningkatan Natabaya, HAS, Pengaruh Putusan Arbitrase Asing Terhadap Peningkatan Ekonomi, Ekonomi, penelitian Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen penelitian Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RIKehakiman RI, 1996/1997., 1996/1997.

► Proyek Peningkatan Tertib Hukum dan Pembinaan Hukum Mahkamah Agung Proyek Peningkatan Tertib Hukum dan Pembinaan Hukum Mahkamah Agung RI, RI, Beberapa Yurisprudensi Perdata Yang PentingBeberapa Yurisprudensi Perdata Yang Penting, edisi II, Jakarta, 1992., edisi II, Jakarta, 1992.

► Proyek Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Proyek Yurisprudensi Mahkamah Agung RI, Intermanual Himpunan Putusan Intermanual Himpunan Putusan Mahkamah Agung Tentang ArbitraseMahkamah Agung Tentang Arbitrase, 1989., 1989.

► Wibowo, Basuki Rekso, Arbitrase Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Wibowo, Basuki Rekso, Arbitrase Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis : Suatu Studi di Kotamadya Surabaya, Bisnis : Suatu Studi di Kotamadya Surabaya, penelitian DPP/SPP Unairpenelitian DPP/SPP Unair, , 1996/1997.1996/1997.

► ……………………………………………………,Kompetensi Peradilan Umum Terhadap Putusan Arbitrase, ,Kompetensi Peradilan Umum Terhadap Putusan Arbitrase, penelitian DIK Suplemen Unairpenelitian DIK Suplemen Unair,, 2000 2000

Page 15: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 15

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (14).(14).

► PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANPERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN► Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (Rv) Stb. 1847-52 Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (Rv) Stb. 1847-52

jo. 1849-60.jo. 1849-60.► Burgerlijk Wetboek (BW) Stb. 1847-23.Burgerlijk Wetboek (BW) Stb. 1847-23.► Het Herziene Indonesische Reglement (HIR) atau Reglemen Het Herziene Indonesische Reglement (HIR) atau Reglemen

Indonesia Yang Diperbaharui (RIB) Stb. 1941-44.Indonesia Yang Diperbaharui (RIB) Stb. 1941-44.► Undang-Undang No. 5 tahun 1968 tentang Persetujuan atas Undang-Undang No. 5 tahun 1968 tentang Persetujuan atas

Konvensi Tentang Penyelesaian Perselisihan Antara Negara dan Konvensi Tentang Penyelesaian Perselisihan Antara Negara dan Warganegara Asing Mengenai Penanaman Modal (LNRI tahun Warganegara Asing Mengenai Penanaman Modal (LNRI tahun 1968 No.32).1968 No.32).

► Undang-Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Undang-Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (LN RI tahun 1997 No. 68 dan TLNRI No 3699).Lingkungan Hidup (LN RI tahun 1997 No. 68 dan TLNRI No 3699).

► Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (LNRI tahun 1999 No.42).Konsumen (LNRI tahun 1999 No.42).

► Undang-Undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (LN Undang-Undang No. 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (LN RI tahun 1999 No. 54 dan TLN RI No. 3955).RI tahun 1999 No. 54 dan TLN RI No. 3955).

Page 16: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 16

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (15).(15).

► Undang-Undang No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Undang-Undang No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (LNRI. tahun 1999 No. 138 – TLNRI 3872).Penyelesaian Sengketa (LNRI. tahun 1999 No. 138 – TLNRI 3872).

► Undang Undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.Undang Undang No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional.► Undang-Undang No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (LN RI Undang-Undang No. 30 tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (LN RI

tahun 2000 No.242 dan TLN RI No. 4044).tahun 2000 No.242 dan TLN RI No. 4044).► Undang Undang No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri (LN RI Undang Undang No. 31 tahun 2000 tentang Desain Industri (LN RI

tahun 2000 No.243 dan TLN RI No. 4045).tahun 2000 No.243 dan TLN RI No. 4045).► Undang Undang No.32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Undang Undang No.32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu (LN RI tahun 2000 No. 244 dan TLN RI No. 4046).Terpadu (LN RI tahun 2000 No. 244 dan TLN RI No. 4046).► Undang-Undang No. 14 tahun 2001 tentang Paten (LN RI tahun 2001 Undang-Undang No. 14 tahun 2001 tentang Paten (LN RI tahun 2001

No. 109 dan TLN RI No. 4310).No. 109 dan TLN RI No. 4310).► Undang-Undang No. 15 tahun 2001 tentang Merek (LNRI tahun 2001 Undang-Undang No. 15 tahun 2001 tentang Merek (LNRI tahun 2001

No. 110 dan TLN RI No. 4113).No. 110 dan TLN RI No. 4113).► Undang Undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta (LN RI tahun Undang Undang No. 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta (LN RI tahun

2002 No. 85 dan TLN RI No. 4220).2002 No. 85 dan TLN RI No. 4220).► Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. (LNRI Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. (LNRI

tahun 2003 No. 39 dan TLN RI No. 4279).tahun 2003 No. 39 dan TLN RI No. 4279).

Page 17: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 17

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (16).(16).

► Undang Undang No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Undang Undang No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (LN tahun 2004 No. 2 dan Perselisihan Hubungan Industrial (LN tahun 2004 No. 2 dan TLN No. 4356). TLN No. 4356).

► Undang Undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Undang Undang No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan KehakimanKehakiman

► Undang Undang No. 5 tahun 2004 tentang Mahkamah Agung.Undang Undang No. 5 tahun 2004 tentang Mahkamah Agung.► Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998 tentang Perusahaan Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998 tentang Perusahaan

Perseroan (LNRI tahun 1998 No. 15 dan TLNRI No.3731).Perseroan (LNRI tahun 1998 No. 15 dan TLNRI No.3731).► Peraturan Pemerintah No.13 tahun 1998 tentang Perusahaan Peraturan Pemerintah No.13 tahun 1998 tentang Perusahaan

Umum (LNRI ahun 1998 No. 16 dan TLNRI No.3732).Umum (LNRI ahun 1998 No. 16 dan TLNRI No.3732).► Keppres No. 34 tahun 1981 tentang Pengesahan Convention Keppres No. 34 tahun 1981 tentang Pengesahan Convention

on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards.Awards.

► Peraturan Mahkamah Agung RI No.1 tahun 1990 tentang Tata Peraturan Mahkamah Agung RI No.1 tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing”.Cara Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing”.

Page 18: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 18

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (17).(17).

►KONVENSI INTERNASIONALKONVENSI INTERNASIONAL► Convention on the Settlement of Investment Convention on the Settlement of Investment

Disputes between States and Nationals of other Disputes between States and Nationals of other States 1965 jo. UU No. 5/1968 tentang States 1965 jo. UU No. 5/1968 tentang Persetujuan atas Konvensi Tentang Penyelesaian Persetujuan atas Konvensi Tentang Penyelesaian Perselisihan Antara Negara dan Warganegara Perselisihan Antara Negara dan Warganegara Asing Mengenai Penanaman Modal (LNRI tahun Asing Mengenai Penanaman Modal (LNRI tahun 1968 No.32).1968 No.32).

► Convention on the Recognition and Enforcement Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards 1958 jo. Keppres No.34 of Foreign Arbitral Awards 1958 jo. Keppres No.34 tahun 1981 tentang Pengakuan dan Pelaksanaan tahun 1981 tentang Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing di Wilayah Indonesia.Putusan Arbitrase Asing di Wilayah Indonesia.

Page 19: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 19

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (18)(18)

► PUTUSAN PENGADILANPUTUSAN PENGADILAN► Putusan Mahkamah Agung RI No.225 K/Sip/1976 tanggal 30 September 1983 Putusan Mahkamah Agung RI No.225 K/Sip/1976 tanggal 30 September 1983

dalam perkara antara Dato Wong Guong dan PT.Metropolitan Timber Ltd vs. dalam perkara antara Dato Wong Guong dan PT.Metropolitan Timber Ltd vs. Gapki Trading Co. Ltd.Gapki Trading Co. Ltd.

► Putusan Mahkamah Agung RI No. 2424 K/Sip/1981 tanggal 22 Pebruari 1982 Putusan Mahkamah Agung RI No. 2424 K/Sip/1981 tanggal 22 Pebruari 1982 dalam perkara antara Sutomo qq. PT.Balapan Jaya vs. Ahju Forestry Company dalam perkara antara Sutomo qq. PT.Balapan Jaya vs. Ahju Forestry Company Ltd.Ltd.

► Putusan Mahkamah Agung RI No. 455 K/Sip/1982 tanggal 27 Januari 1983 dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 455 K/Sip/1982 tanggal 27 Januari 1983 dalam perkara antara Sohandi Kawilarang vs. PT.Maskapai Asuransi Ramayana.perkara antara Sohandi Kawilarang vs. PT.Maskapai Asuransi Ramayana.

► Putusan Mahkamah Agung RI No. 794 K/Sip/1982 tanggal 27 Januari 1983 dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 794 K/Sip/1982 tanggal 27 Januari 1983 dalam perkara antara Sohandi Kawilarang vs. PT.Asuransi Royal Indrapura.perkara antara Sohandi Kawilarang vs. PT.Asuransi Royal Indrapura.

► Putusan Mahkamah Agung RI No. 795 K/Sip/1982 tanggal 27 Januari 1983 dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 795 K/Sip/1982 tanggal 27 Januari 1983 dalam perkara antara Sohandi Kawilarang vs. PT.Asuransi Indrapura.perkara antara Sohandi Kawilarang vs. PT.Asuransi Indrapura.

► Putusan Mahkamah Agung No.2944 K/Pdt/1983 tanggal 29-11-1984 jo. Putusan Mahkamah Agung No.2944 K/Pdt/1983 tanggal 29-11-1984 jo. Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.2288/Pdt.P/1979 tanggal 10 Juni Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.2288/Pdt.P/1979 tanggal 10 Juni 1981 antara PT.Nizwar vs.Navigation Maritime Bulgare.1981 antara PT.Nizwar vs.Navigation Maritime Bulgare.

► Putusan Mahkamah Agung RI No. 1851 K/Pdt/1984 tanggal10 Desember 1985 Putusan Mahkamah Agung RI No. 1851 K/Pdt/1984 tanggal10 Desember 1985 dalam perkara antara S.M. Pardede vs. Ir. Syafei Juremi dkk;dalam perkara antara S.M. Pardede vs. Ir. Syafei Juremi dkk;

► Putusan Mahkamah Agung RI No. 3179 K/Pdt/1984 tanggal 4 Mei 1988 dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 3179 K/Pdt/1984 tanggal 4 Mei 1988 dalam perkara antara PT.Arpeni Pratama Ocean Line vs. PT.Shorea Mas.perkara antara PT.Arpeni Pratama Ocean Line vs. PT.Shorea Mas.

Page 20: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 20

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (19)(19)

► Putusan Mahkamah Agung RI No.3992 K/Pdt/1984 tanggal 4 Mei 1988 Putusan Mahkamah Agung RI No.3992 K/Pdt/1984 tanggal 4 Mei 1988 dalam perkara antara PT.Batu Mulia Utama vs. SSC. (Sainrapt et Brice dalam perkara antara PT.Batu Mulia Utama vs. SSC. (Sainrapt et Brice Societe Auxiliare D’Enterprises Societe Routire Colas).Societe Auxiliare D’Enterprises Societe Routire Colas).

► Putusan Mahkamah Agung No. 1/Banding/wasit/1981 tanggal 14 Mei Putusan Mahkamah Agung No. 1/Banding/wasit/1981 tanggal 14 Mei 1984 antara PT.Multi Plaza Properties vs. Yahya Wijaya.1984 antara PT.Multi Plaza Properties vs. Yahya Wijaya.

► Putusan Mahkamah Agung No.4231 K/Pdt/1986 jo. Putusan Pengadilan Putusan Mahkamah Agung No.4231 K/Pdt/1986 jo. Putusan Pengadilan Tinggi JakartaNo.512/PDT/1985/PT.DKI jo. Putusan Pengadilan Negeri Tinggi JakartaNo.512/PDT/1985/PT.DKI jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 64/Pdt.G/1984/PN.Jkt.Sel dalam perkara PT.Bakri & Jakarta Selatan No. 64/Pdt.G/1984/PN.Jkt.Sel dalam perkara PT.Bakri & Brothers vs.Trading Corporation of Pakistan Ltd.Brothers vs.Trading Corporation of Pakistan Ltd.

► Putusan Mahkamah Agung No.1/Banding/Wasit/1986 tanggal 12 Putusan Mahkamah Agung No.1/Banding/Wasit/1986 tanggal 12 Pebruari 1987 jo.Putusan BANI No. 5/XII-5/85 tanggal 30 Desember Pebruari 1987 jo.Putusan BANI No. 5/XII-5/85 tanggal 30 Desember 1985. antara Zainal Efendivs.Pt. Karya Tehnindo Jaya.1985. antara Zainal Efendivs.Pt. Karya Tehnindo Jaya.

► Putusan Mahkamah AgungNo.2/Banding/Wasit/1986 tanggal 22 April Putusan Mahkamah AgungNo.2/Banding/Wasit/1986 tanggal 22 April 1987 jo. Badan PemisahNo.01/IV/P.Arb/1986 tanggal 17 April 1986 1987 jo. Badan PemisahNo.01/IV/P.Arb/1986 tanggal 17 April 1986 antara CV. Lempuing Bengkulu vs.Ny.Hajar Rifai.antara CV. Lempuing Bengkulu vs.Ny.Hajar Rifai.

► Putusan Mahkamah Agung RI No. 3954 K/Pdt/1989 tanggal 9 Putusan Mahkamah Agung RI No. 3954 K/Pdt/1989 tanggal 9 Nopember 1993 antara Memet Sulaiman qq. PT.Triguna Ikhlas vs. Nopember 1993 antara Memet Sulaiman qq. PT.Triguna Ikhlas vs. CV.Sinar Surya KencanaCV.Sinar Surya Kencana..

Page 21: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 21

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (20)(20)

► Putusan Mahkamah Agung RI No. 1203 K/Pdt/1990 tanggal 4 Desember Putusan Mahkamah Agung RI No. 1203 K/Pdt/1990 tanggal 4 Desember 1991 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.485/Pdt/PT.DKI tanggal 1991 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.485/Pdt/PT.DKI tanggal 14 Oktober 1989 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 14 Oktober 1989 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 736/Pdt.G/VI/1988/PN.Jkt.Pst tangghal 29 Juni 1989 antara E.D. F.Man 736/Pdt.G/VI/1988/PN.Jkt.Pst tangghal 29 Juni 1989 antara E.D. F.Man (Sugar) Ltd v.s Yani Hariyanto;(Sugar) Ltd v.s Yani Hariyanto;

► Putusan Mahkamah Agung RI No. 1205 K/Pdt/1990 tanggal 4 Desember Putusan Mahkamah Agung RI No. 1205 K/Pdt/1990 tanggal 4 Desember 1991 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 486/Pdt/PT.DKI tanggal 1991 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 486/Pdt/PT.DKI tanggal 14 Oktober 1989 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 14 Oktober 1989 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 499/Pdt.G/VI/1988/PN.Jkt.Pst tanggal 29 Juni 1989 antara E.D. F.Man 499/Pdt.G/VI/1988/PN.Jkt.Pst tanggal 29 Juni 1989 antara E.D. F.Man (Sugar) Ltd vs. Yani Hariyanto;(Sugar) Ltd vs. Yani Hariyanto;

► Putusan Mahkamah Agung RI No. 12 K/N/1999 jo. Putusan. Peninjauan Putusan Mahkamah Agung RI No. 12 K/N/1999 jo. Putusan. Peninjauan Kembali Mahkamah Agung No. 13 PK/N/1999 jo. Putusan Pengadilan Kembali Mahkamah Agung No. 13 PK/N/1999 jo. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta No. 14/Pailit/1999/ PN Niaga/Jkt.Pst antara PT Enindo dan Niaga Jakarta No. 14/Pailit/1999/ PN Niaga/Jkt.Pst antara PT Enindo dan Kelompok Tani FSSP melawan PT Putri Fortuna Windu dan PPF Kelompok Tani FSSP melawan PT Putri Fortuna Windu dan PPF International CorporatioInternational Corporatio

► Putusan Mahkamah Agung No.3145 K/Pdt/1999 tanggal 30 Januari 2001 Putusan Mahkamah Agung No.3145 K/Pdt/1999 tanggal 30 Januari 2001 jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Timur No. 730/PDT/1998/PT.Sby jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Timur No. 730/PDT/1998/PT.Sby tanggal 20 Nopember 1998jo.putusan Pengadilan Negeri Surabaya tanggal 20 Nopember 1998jo.putusan Pengadilan Negeri Surabaya No.96/Pdt.G/1998/PN.Sbu tanggal 15 Juni 1998 dalam perkara antara No.96/Pdt.G/1998/PN.Sbu tanggal 15 Juni 1998 dalam perkara antara Tjong Yenny Sukmawaty vs. .PT. Surabaya Land.Tjong Yenny Sukmawaty vs. .PT. Surabaya Land.

Page 22: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 22

BEBERAPA REFERENSI BEBERAPA REFERENSI (21).(21).

► Putusan Mahkamah Agung dalam Peninjauan Kembali No. 010 Putusan Mahkamah Agung dalam Peninjauan Kembali No. 010 PK/N/2001 tanggal 16 Mei 2001 jo. Putusan Mahkamah Agung dalam PK/N/2001 tanggal 16 Mei 2001 jo. Putusan Mahkamah Agung dalam Kasasi No. 05K/N/2001 tanggal 19 Pebruari 2001 jo. Putusan Pengadilan Kasasi No. 05K/N/2001 tanggal 19 Pebruari 2001 jo. Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat No.80/Pailit/2000/P.Niaga/Jkt.Pst tanggal 21 Niaga Jakarta Pusat No.80/Pailit/2000/P.Niaga/Jkt.Pst tanggal 21 Desember 2000jo. Putusan BANI Jakarta No. 5/X-09/ARB/BANI/99 Desember 2000jo. Putusan BANI Jakarta No. 5/X-09/ARB/BANI/99 tanggal 19 Oktober 1999, dalam perkara antara PT.Trakindo Utama vs. tanggal 19 Oktober 1999, dalam perkara antara PT.Trakindo Utama vs. PT.Hotel Sahid Jaya International.PT.Hotel Sahid Jaya International.

► Putusan Mahkamah Agung No. 01/Banding/Wasit/2001 tanggal 2 Maret Putusan Mahkamah Agung No. 01/Banding/Wasit/2001 tanggal 2 Maret 2001 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 2001 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 167/Pdt.P/2000/PN.Jak.Sel tanggal 18 September 2000 jo. Putusan BANI 167/Pdt.P/2000/PN.Jak.Sel tanggal 18 September 2000 jo. Putusan BANI No. 5/V-29/ARB/BANI/2000 tanggal 25 Mei 2000 antara PT.Danareksa No. 5/V-29/ARB/BANI/2000 tanggal 25 Mei 2000 antara PT.Danareksa Jakarta International vs PT. Ssangyong Engineering & Construction dan Jakarta International vs PT. Ssangyong Engineering & Construction dan PT Murinda Iron Stell. PT Murinda Iron Stell.

► Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No.764/Pdt.P/1996/PN.Jkt.Bar tanggal 18 Juni 1997 dalam perkara No.764/Pdt.P/1996/PN.Jkt.Bar tanggal 18 Juni 1997 dalam perkara pengangkatan arbitrator antara T. Dharma Niaga Ltd (Indonesia) dengan pengangkatan arbitrator antara T. Dharma Niaga Ltd (Indonesia) dengan Hati Prima Potash Pte.Ltd (Singapore). Hati Prima Potash Pte.Ltd (Singapore).

► Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 86/Pdt.G/2002/PN. Jkt.Pst Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 86/Pdt.G/2002/PN. Jkt.Pst dalam perkara antara Pertamina melawan Karaha Bodas Company LLC dalam perkara antara Pertamina melawan Karaha Bodas Company LLC dan PT. PLN Perserodan PT. PLN Persero

Page 23: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 23

PENGERTIAN ARBITRASEPENGERTIAN ARBITRASE“……“……adalah cara penyelesaian suatu sengketa adalah cara penyelesaian suatu sengketa

perdata di luar peradilan umum yang didasarkan perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat para pihak pada perjanjian arbitrase yang dibuat para pihak yang bersengketa” (ps. 1 ayat 1 UU No.30/1999).yang bersengketa” (ps. 1 ayat 1 UU No.30/1999).

“…“…..a method of dispute resolution involving one ..a method of dispute resolution involving one or more neutral third parties who are agreed to or more neutral third parties who are agreed to by the disputing parties and whose decision is by the disputing parties and whose decision is binding” (binding” (Black’s Law DictionaryBlack’s Law Dictionary, seventh , seventh edition, 1999).edition, 1999).

Page 24: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 24

PERISTILAHANPERISTILAHANIstilah “Arbitrase” berasal dari istilah Istilah “Arbitrase” berasal dari istilah ArbitrareArbitrare (bahasa Latin) yang maknanya (bahasa Latin) yang maknanya adalah kewenangan memutus sengketa adalah kewenangan memutus sengketa berdasarkan kebijaksanaan. berdasarkan kebijaksanaan. ArbitrationArbitration (bahasa Inggris) atau (bahasa Inggris) atau ArbitrageArbitrage (bahasa (bahasa Belanda), Belanda), “Perwasitan”“Perwasitan” (Penjelasan Pasal (Penjelasan Pasal 3 ayat 1 UU No.14/1970 tentang Ketentuan 3 ayat 1 UU No.14/1970 tentang Ketentuan Pokok Pokok Kekuasaan Kehakiman, Pokok Pokok Kekuasaan Kehakiman, sedangkan istilah sedangkan istilah Arbitrase Arbitrase digunakan digunakan dalam UU No.30/1999dalam UU No.30/1999..

Page 25: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 25

Penjelasan Pengertian Penjelasan Pengertian ArbitraseArbitrase

► Sengketa perdataSengketa perdata = perdata khusus dalam ruang lingkup = perdata khusus dalam ruang lingkup hukum perdagangan, (ps. 5 (1) jo. 66 (b) UU No.30/1999 hukum perdagangan, (ps. 5 (1) jo. 66 (b) UU No.30/1999 (penjelasan), yang meliputi : (penjelasan), yang meliputi : perniagaan, perbankan, perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri dan hak kekayaan keuangan, penanaman modal, industri dan hak kekayaan intelektual.intelektual.

► Diluar Peradilan umumDiluar Peradilan umum = out of (state) court dispute = out of (state) court dispute settlement. Ps. 1 ke-1, jo. Ps 3, Ps. 11 (2) UU No.30/1999;settlement. Ps. 1 ke-1, jo. Ps 3, Ps. 11 (2) UU No.30/1999;

► Berdasarkan perj. arbitraseBerdasarkan perj. arbitrase = kesepakatan tertulis para = kesepakatan tertulis para pihak untuk menyelesaikan sengketa yg akan terjadi (pactum pihak untuk menyelesaikan sengketa yg akan terjadi (pactum de compromi tendo) atau sengketa yg terjadi (acta van de compromi tendo) atau sengketa yg terjadi (acta van compromise). Ps 1 ke-3, Ps. 4 (2), 7, 9 (1,3), 11 (1) UU compromise). Ps 1 ke-3, Ps. 4 (2), 7, 9 (1,3), 11 (1) UU No.30/1999;No.30/1999;

► Dibuat para pihak bersengketaDibuat para pihak bersengketa = subyek hukum menurut = subyek hukum menurut hukum perdata maupun hukum publik. Orang perorangan hukum perdata maupun hukum publik. Orang perorangan sebagai pribadi maupun, badan hukum perdata maupun sebagai pribadi maupun, badan hukum perdata maupun badan hukum publik. badan hukum publik.

► Ps. 1 (2) UU No.30/1999. Ps. 1 (2) UU No.30/1999.

Page 26: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 26

KOMPETENSI ABSOLUT KOMPETENSI ABSOLUT ARBITRASEARBITRASE

► Pasal 5 ayat (1) : “Sengketa yang dapat diselesaikan melalui Pasal 5 ayat (1) : “Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan dan arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa”.bersengketa”.

► Ayat (2) : “Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui Ayat (2) : “Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian”.perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian”.

► Catatan :Catatan :► Norma terkandung ayat (1) : apa yang dimaksud dengan Norma terkandung ayat (1) : apa yang dimaksud dengan

“sengketa perdagangan” dapat ditafsirkan dari penjelasan “sengketa perdagangan” dapat ditafsirkan dari penjelasan Pasal 66 huruf “b”, yang meliputi perniagaan, perbankan, Pasal 66 huruf “b”, yang meliputi perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri, dan HKI yang dikuasai keuangan, penanaman modal, industri, dan HKI yang dikuasai sepenuhnya oleh pihak bersengketa.sepenuhnya oleh pihak bersengketa.

► Norma terkanding ayat (2) : secara a contrario, kompetensi Norma terkanding ayat (2) : secara a contrario, kompetensi aboslut arbitrase mencakup sengketa yang penyelesaiannya aboslut arbitrase mencakup sengketa yang penyelesaiannya dapat dilakukan melalui perdamaian.dapat dilakukan melalui perdamaian.

Page 27: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 27

Frank Elkouri & Edna Asper Elkouri, Frank Elkouri & Edna Asper Elkouri, How Arbitration WorksHow Arbitration Works, Fifth , Fifth

Edition, 1997,Edition, 1997,

► ””Arbitration as an institution is not new, having Arbitration as an institution is not new, having been in use many centuries before the beginning of been in use many centuries before the beginning of the English Common Law…………... the English Common Law…………...

► King Solomon was an arbitrator and the procedure King Solomon was an arbitrator and the procedure he used was in many respects similar to that used he used was in many respects similar to that used by arbitrators today. by arbitrators today.

► Philip II of Macedon, the father of Alexander the Philip II of Macedon, the father of Alexander the Great, in his treaty of peace with the city-states of Great, in his treaty of peace with the city-states of southern Greece circa 338-337 BC, specified the southern Greece circa 338-337 BC, specified the used of arbitration in disputes between members used of arbitration in disputes between members over vexed territory”. over vexed territory”.

Page 28: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 28

ARBITRASE DI INDONESIAARBITRASE DI INDONESIA► Eksistensi arbitrase sudah dikenal sejak jaman Eksistensi arbitrase sudah dikenal sejak jaman

penjajahan dan diatur dalam Reglement op de penjajahan dan diatur dalam Reglement op de Burgerlijke Rechtsvoerdering (RV) Stb. 1847 – 52, Pasal Burgerlijke Rechtsvoerdering (RV) Stb. 1847 – 52, Pasal 615 s/d 651. Pada dasarnya hanya berlaku bagi 615 s/d 651. Pada dasarnya hanya berlaku bagi penduduk Hindia Belanda, golongan Eropa.penduduk Hindia Belanda, golongan Eropa.

► Berdasarkan Ps. 377 HIR/705 RBG, bagi golongan Berdasarkan Ps. 377 HIR/705 RBG, bagi golongan Bumiputera dapat menggunakan arbitrase, dengan Bumiputera dapat menggunakan arbitrase, dengan syarat melakukan penundukan hukum terhadap RV.syarat melakukan penundukan hukum terhadap RV.

► Pada saat itu terjadi penggolongan penduduk Hindia Pada saat itu terjadi penggolongan penduduk Hindia Belanda, menjadi 3 golongan, yakni Gol. Eropa, Gol Belanda, menjadi 3 golongan, yakni Gol. Eropa, Gol Timur Asing (Tionghoa dan bukan Tionghoa), serta Gol Timur Asing (Tionghoa dan bukan Tionghoa), serta Gol Bumiputera yang masing2 tunduk pada hukum perdata Bumiputera yang masing2 tunduk pada hukum perdata berbeda (Ps. 131 dan 163 Indische Staatsregeling).berbeda (Ps. 131 dan 163 Indische Staatsregeling).

Page 29: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 29

Mauro Rubino Sammartano, Mauro Rubino Sammartano, International Arbitration LawInternational Arbitration Law, 1990,, 1990,

►””While arbitration is known in the large While arbitration is known in the large majority of legal system, in some of majority of legal system, in some of them it takes a different shape. them it takes a different shape. Inevitably this sometimes reflects local Inevitably this sometimes reflects local problems and sometimes a different problems and sometimes a different approach to the entire legal system. approach to the entire legal system.

Page 30: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 30

SUMBER HUKUM ARBITRASE SUMBER HUKUM ARBITRASE PERDAGANGAN DI INDONESIA PERDAGANGAN DI INDONESIA

► UU No. 30/1999 tentang Arbitrase & Alternatif Penyelesaian UU No. 30/1999 tentang Arbitrase & Alternatif Penyelesaian Sengketa (mencabut Pasal 615 s/d 651 Reglement op de Sengketa (mencabut Pasal 615 s/d 651 Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering Stb 1847-52,Burgerlijke Rechtsvordering Stb 1847-52,

► Konvensi New York 1958 – Konvensi New York 1958 – Convention on the Recognition and Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral AwardsEnforcement of Foreign Arbitral Awards yang diratifikasi oleh yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan Keppres No.34/1981; Pemerintah Indonesia berdasarkan Keppres No.34/1981; Konvensi Washington 1965 – Konvensi Washington 1965 – Convention on the Settlement of Convention on the Settlement of Investment Disputes between States and Nationals of other Investment Disputes between States and Nationals of other StatesStates yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan yang diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan UU No.5/1968.UU No.5/1968.

► UU 1/1967 (UUPMA) sebagaimana diubah & ditambah dengan UU UU 1/1967 (UUPMA) sebagaimana diubah & ditambah dengan UU 11/1970 yang kemudian dicabut dengan UU No. 25/2007 (UUPM),11/1970 yang kemudian dicabut dengan UU No. 25/2007 (UUPM),

► PERMA No.1/1990 tentang Prosedur Pelaksanaan Putusan PERMA No.1/1990 tentang Prosedur Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing.Arbitrase Asing.

Page 31: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 31

UU 30/1999 TENTANG ARBITRASE DAN UU 30/1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENY. SENGKETA ALTERNATIF PENY. SENGKETA

MERUPAKAN SUMBER HUKUM UTAMA MERUPAKAN SUMBER HUKUM UTAMA ARBITRASE INDONESIAARBITRASE INDONESIA

SistematikaSistematika : :Terdiri dari 11 Bab, 82 Pasal, dilengkapi dengan Terdiri dari 11 Bab, 82 Pasal, dilengkapi dengan Penjelasan. Pengaturan Arbitrase dalam 81 Pasal, Penjelasan. Pengaturan Arbitrase dalam 81 Pasal, sedangkan pengaturan Alternatif Penyelesaian Sengketa sedangkan pengaturan Alternatif Penyelesaian Sengketa lainnya (negosiasi, mediasi, konsiliasi) hanya dalam 1 Pasal lainnya (negosiasi, mediasi, konsiliasi) hanya dalam 1 Pasal (yakni pada Pasal 6 saja).(yakni pada Pasal 6 saja).

Catatan :Catatan :Arbitrase dilakukan sesuai dengan syarat, prosedur, serta Arbitrase dilakukan sesuai dengan syarat, prosedur, serta proses yang diatur “hukum acara arbitrase” yang dalam proses yang diatur “hukum acara arbitrase” yang dalam beberapa hal mirip dengan hukum acara perdata yang beberapa hal mirip dengan hukum acara perdata yang berlaku di Pengadilan. Adapun pada negosiasi, mediasi dan berlaku di Pengadilan. Adapun pada negosiasi, mediasi dan konsiliasi dapat dilakukan sesuai kehendak para pihak konsiliasi dapat dilakukan sesuai kehendak para pihak tanpa harus menggunakan hukum acara tertentu. Kecuali tanpa harus menggunakan hukum acara tertentu. Kecuali mediasi di muka Pengadilan (Perma No.02/2003) yang mediasi di muka Pengadilan (Perma No.02/2003) yang dilakukan sesuai acara mediasi.dilakukan sesuai acara mediasi.

Page 32: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 32

ALASAN UTAMA PARA PIHAK ALASAN UTAMA PARA PIHAK MEMILIH ARBITRASEMEMILIH ARBITRASE

1.1. Otonomi para pihak yang luas;Otonomi para pihak yang luas;2.2. Keahlian arbitrator;Keahlian arbitrator;3.3. Jaminan kerahasiaan subyek, substansi, serta Jaminan kerahasiaan subyek, substansi, serta

proses berperkara;proses berperkara;4.4. limitasi waktu proses arbitrase;limitasi waktu proses arbitrase;5.5. Putusan arbitrase bersifat final & mengikat;Putusan arbitrase bersifat final & mengikat;6.6. Eksekutabilitas putusan Arbitrase.Eksekutabilitas putusan Arbitrase.7.7. Lintas jurisdiksi pada arbitrase internasional.Lintas jurisdiksi pada arbitrase internasional.8.8. Dll.Dll.

Page 33: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 33

PENORMAAN PRINSIP PENORMAAN PRINSIP PRINSIP ARBITRASE KE PRINSIP ARBITRASE KE

DALAM UU 30/1999DALAM UU 30/1999► Pada dasarnya terdapat universalitas prinsip Pada dasarnya terdapat universalitas prinsip

prinsip umum arbitrase yang berlaku di prinsip umum arbitrase yang berlaku di berbagai negara, kecuali hal-hal spesifik berbagai negara, kecuali hal-hal spesifik maupun aturan teknis pelaksanaannya yang maupun aturan teknis pelaksanaannya yang dapat berbeda antara masing masing negara,dapat berbeda antara masing masing negara,

► Prinsip prinsip arbitrase yang telah dinormakan Prinsip prinsip arbitrase yang telah dinormakan ke dalam UU (UU 30/1999) menjelma menjadi ke dalam UU (UU 30/1999) menjelma menjadi aturan hukum positip, baik yang bersifat aturan hukum positip, baik yang bersifat memaksa (dwingen recht) maupun yang memaksa (dwingen recht) maupun yang bersifat mengatur (regelend recht).bersifat mengatur (regelend recht).

Page 34: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 34

1. OTONOMI PARA PIHAK :1. OTONOMI PARA PIHAK :

A. OTONOMI PARA PIHAK MEMILIH FORUM A. OTONOMI PARA PIHAK MEMILIH FORUM (Choice of Arbitration Forum)(Choice of Arbitration Forum) Para pihak berdasarkan perjanjian tertulis Para pihak berdasarkan perjanjian tertulis dapatdapatmemilih penyelesaian sengketa melalui cara memilih penyelesaian sengketa melalui cara arbitrase. Apakah Arbitrase ad hoc ataukah arbitrase. Apakah Arbitrase ad hoc ataukah arbitrase institusional (ps. 6 ayat 9), serta arbitrase institusional (ps. 6 ayat 9), serta apakah Arbitrase Nasional ataukah Arbitrase apakah Arbitrase Nasional ataukah Arbitrase Internasional Internasional (ps. 34 ayat 1). (ps. 34 ayat 1).

Page 35: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 35

A. OTONOMI PARA PIHAK A. OTONOMI PARA PIHAK MEMILIH FORUM (Choice of MEMILIH FORUM (Choice of

Arbitration Forum)Arbitration Forum)► CATATAN :CATATAN :

Dewasa ini dalam kontrak2 komersial, terutama kontrak Dewasa ini dalam kontrak2 komersial, terutama kontrak internasional, pada umumnya telah mencantumkan “dispute internasional, pada umumnya telah mencantumkan “dispute settlement caluse” yang memilih penyelesaian sengketa melalui settlement caluse” yang memilih penyelesaian sengketa melalui “arbitrase”. Pertimbangannya, selain efisiensi waktu, ekspertise “arbitrase”. Pertimbangannya, selain efisiensi waktu, ekspertise arbitrator, pemeriksaannya tertutup (private & confidential), juga arbitrator, pemeriksaannya tertutup (private & confidential), juga putusannya bersifat final & binding. Putusan arbitrase internasional putusannya bersifat final & binding. Putusan arbitrase internasional bersifat “trans jurisdiksi”, sehingga dapat dimohonkan pengakuan bersifat “trans jurisdiksi”, sehingga dapat dimohonkan pengakuan dan pelaksanaannya di wilayah Negara lain. dan pelaksanaannya di wilayah Negara lain.

Sebaliknya para pihak, dalam kontrak kemersial internasional, Sebaliknya para pihak, dalam kontrak kemersial internasional, pada umumnya menghindari penyelesaian sengketa melalui pada umumnya menghindari penyelesaian sengketa melalui Pengadilan Nasional salah satu pihak (kontraktan). Selain karena Pengadilan Nasional salah satu pihak (kontraktan). Selain karena alasan ketidakpahaman prosedur dan proses hukumnya, juga alasan ketidakpahaman prosedur dan proses hukumnya, juga karena adanya kekuatiran terjadinya “pemihakan” Pengadilan karena adanya kekuatiran terjadinya “pemihakan” Pengadilan terhadap pihak (tuan rumah) yang bersengketa. Selain daripada terhadap pihak (tuan rumah) yang bersengketa. Selain daripada itu, putusan Pengadilan Nasional suatu negara tidak memiliki efek itu, putusan Pengadilan Nasional suatu negara tidak memiliki efek mengikat dan efek eksekutorial di wilayah negara yang lain.mengikat dan efek eksekutorial di wilayah negara yang lain.

Page 36: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 36

A. OTONOMI PARA PIHAK A. OTONOMI PARA PIHAK MEMILIH FORUM (Choice of MEMILIH FORUM (Choice of

Arbitration Forum)Arbitration Forum)► CATATAN :CATATAN :

Pencantuman “dispute settlement clause”, dalam hal ini Pencantuman “dispute settlement clause”, dalam hal ini “arbitration clause” dalam kontrak komersial seringkali “arbitration clause” dalam kontrak komersial seringkali dijuluki sebagai “midnight clause”. Artinya, merupakan dijuluki sebagai “midnight clause”. Artinya, merupakan klausula yang terakhir mendapat perhatian para pihak, klausula yang terakhir mendapat perhatian para pihak, setelah mereka merampungkan substansi kontrak lainnya. setelah mereka merampungkan substansi kontrak lainnya. Hal tersebut karena tujuan utama para pihak mengadakan Hal tersebut karena tujuan utama para pihak mengadakan kontrak adalah untuk melaksanakan kontrak itu sendiri. kontrak adalah untuk melaksanakan kontrak itu sendiri. Mereka justru tidak menginginkan atau menghindarkan Mereka justru tidak menginginkan atau menghindarkan terjadinya sengketa. Karena itu, pencantuman “dispute terjadinya sengketa. Karena itu, pencantuman “dispute settlement clause” semata-mata sebagai antisipasi settlement clause” semata-mata sebagai antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sengketa di kemudian terhadap kemungkinan terjadinya sengketa di kemudian hari, meskipun sengketa tersebut belum tentu terjadi dan hari, meskipun sengketa tersebut belum tentu terjadi dan pada dasarnya tidak dikehendaki terjadi. pada dasarnya tidak dikehendaki terjadi.

Page 37: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 37

Alasan memilih arbitrase, Alasan memilih arbitrase, antara lain :antara lain :

►(1). flexibility, (1). flexibility, ►(2). focusing on the main issues,(2). focusing on the main issues,►(3). speed, (3). speed, ►(4). cost.(4). cost.►Martin Hunter, Martin Hunter, Freshfileds Guide to Freshfileds Guide to

Arbitration and ADR : Clauses in Arbitration and ADR : Clauses in International ContractsInternational Contracts, 1993,, 1993,

Page 38: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 38

Alasan memilih arbitrase, Alasan memilih arbitrase, antara lain :antara lain :

► ((1). choice of tribunal; 1). choice of tribunal; ► (2). privacy and confidentiality; (2). privacy and confidentiality; ► (3). speed; (3). speed; ► (4). technical expertise; (4). technical expertise; ► (5). enforceability of award; (5). enforceability of award; ► (6). cost;(6). cost;► (7). Representation; (7). Representation; ► (8) flexibility of procedure; (8) flexibility of procedure; ► (9). extent of jurisdiction(9). extent of jurisdiction

► Chaterine Tay Swee Kian, Chaterine Tay Swee Kian, Resolving Disputes Resolving Disputes by Arbitration : What You Need to Knowby Arbitration : What You Need to Know, , 1998,1998,

Page 39: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 39

Alasan memilih arbitrase, Alasan memilih arbitrase, antara lain :antara lain :

►Chaterina Tay Swee Kian : “Today, Chaterina Tay Swee Kian : “Today, commercial arbitration is widely used by commercial arbitration is widely used by businessmen in fields such a construction, businessmen in fields such a construction, building, engineering, shipping, insurance, building, engineering, shipping, insurance, banking and finance, transportation, banking and finance, transportation, professional practice, etc”.professional practice, etc”.

►M. Yahya Harahap, 1991, “commercial M. Yahya Harahap, 1991, “commercial arbitration” is “a bussines executive arbitration” is “a bussines executive court”.court”.

Page 40: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 40

ARBITRASE : ARBITRASE : BENTUK & LINGKUPNYABENTUK & LINGKUPNYA

DARI SEGI BENTUKNYA, DIBEDAKAN DARI SEGI BENTUKNYA, DIBEDAKAN MENJADI DUA MACAM :MENJADI DUA MACAM :1. ARBITRASE INSTITUSIONAL.1. ARBITRASE INSTITUSIONAL.2. ARBITRASE AD HOC.2. ARBITRASE AD HOC.

DARI SEGI LINGKUPNYA, DIBEDAKAN DARI SEGI LINGKUPNYA, DIBEDAKAN MENJADI DUA MACAM :MENJADI DUA MACAM :1. ARBITRASE NASIONAL.1. ARBITRASE NASIONAL.2. ARBITRASE INTERNASIONAL.2. ARBITRASE INTERNASIONAL.

Page 41: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 41

ARBITRASE LEMBAGA ARBITRASE LEMBAGA (INSTITUTIONAL ARBITRATION)(INSTITUTIONAL ARBITRATION)

►Disebut juga sebagai arbitrase permanen yang Disebut juga sebagai arbitrase permanen yang eksistensinya sengaja didirikan oleh komunitas eksistensinya sengaja didirikan oleh komunitas tertentu dalam rangka untuk melayani kebutuhan tertentu dalam rangka untuk melayani kebutuhan jasa penyelesaian sengketa para pihak bersengketa.jasa penyelesaian sengketa para pihak bersengketa.

►Misalnya, di Indonesia :Misalnya, di Indonesia :► BANI, didirikan oleh KADIN.BANI, didirikan oleh KADIN.► BAMUI, didirikan oleh MUI & BANK MUAMALLATBAMUI, didirikan oleh MUI & BANK MUAMALLAT► BAPMI, didirikan oleh BAPEPAM, HKHPM, BEJ, dllBAPMI, didirikan oleh BAPEPAM, HKHPM, BEJ, dll► BAORI, didirikan oleh KONI,BAORI, didirikan oleh KONI,► dlldll

Page 42: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 42

LEMBAGA ARBITRASE LEMBAGA ARBITRASE INTERNASIONALINTERNASIONAL

► American Arbitration Association (AAA) berkedudukan di New York,

► International Chamber of Commerce Court of Arbitration (ICC) di Paris,

► International Centre for the Settlement of Investment Disputes (ICSID) di Washington DC,

► Stockholm Chamber of Commerce (SCC) di Stockholm, London Court of International Arbitration (LCIA)

► Permanent Court of Arbitration (PCA) di Hague Netherlands,

► Singapore International Arbitration Centre (SIAC),► Kualalumpur Regional Centre for Arbitration

(KRCA),► dll

Page 43: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 43

LEMBAGA ARBITRASE LEMBAGA ARBITRASE DI INDONESIADI INDONESIA

► Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), ► Badan Arbitrase Muammalat Indonesia (BAMUI) Badan Arbitrase Muammalat Indonesia (BAMUI)

kemudian berganti menjadi Badan Arbitrase kemudian berganti menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)Syariah Nasional (BASYARNAS)

► Pusat Penyelesaian Perselisihan Bisnis Pusat Penyelesaian Perselisihan Bisnis Indonesia (P3BI). Indonesia (P3BI).

► Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI),(BAPMI),

► Badan Arbitrase Olah Raga Indonesia (BAORI).Badan Arbitrase Olah Raga Indonesia (BAORI).►DLLDLL

Page 44: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 44

ARBITRASE AD HOCARBITRASE AD HOC► Arbitrase ad hoc dibentuk secara khusus Arbitrase ad hoc dibentuk secara khusus

untuk menyelesaikan suatu sengketa untuk menyelesaikan suatu sengketa tertentu yang telah terjadi, sehingga tertentu yang telah terjadi, sehingga bersifat insidentil atau “bersifat insidentil atau “case by casecase by case”. ”.

► Karena sifatnya insidentil, maka arbitrase ad Karena sifatnya insidentil, maka arbitrase ad hoc dengan sendirinya menjadi bubar hoc dengan sendirinya menjadi bubar setelah sengketa dagang yang diajukan setelah sengketa dagang yang diajukan kepadanya telah dijatuhkan putusan.kepadanya telah dijatuhkan putusan.

Page 45: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 45

ARBITRASE BERDASARKAN ARBITRASE BERDASARKAN RUANG LINGKUPNYARUANG LINGKUPNYA

DIBEDAKAN MENJADI 2 MACAM :DIBEDAKAN MENJADI 2 MACAM :►ARBITRASE NASIONAL, DANARBITRASE NASIONAL, DAN►ARBITRASE INTERNASIONAL/ASINGARBITRASE INTERNASIONAL/ASING..►UU NO. 30/1999 TIDAK MEMBERIKAN UU NO. 30/1999 TIDAK MEMBERIKAN

PENGERTIAN YANG JELAS TENTANG APA PENGERTIAN YANG JELAS TENTANG APA YANG DIMAKSUD DENGAN ARBITRASE YANG DIMAKSUD DENGAN ARBITRASE NASIONAL MAUPUN ARBITRASE NASIONAL MAUPUN ARBITRASE INTERNASIONAL. INTERNASIONAL.

Page 46: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 46

PENGERTIAN ARBITRASE INTERNASIONAL PENGERTIAN ARBITRASE INTERNASIONAL DAPAT DITAFSIRKAN DARI PENGERTIAN DAPAT DITAFSIRKAN DARI PENGERTIAN

PUTUSAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONALARBITRASE INTERNASIONAL

► Pasal 1 (9) UU No.30/1999 “Pasal 1 (9) UU No.30/1999 “Putusan Arbitrase Putusan Arbitrase InternasionalInternasional” adalah : “….putusan yang ” adalah : “….putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga atau arbiter dijatuhkan oleh suatu lembaga atau arbiter perorangan perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesiadi luar wilayah hukum Republik Indonesia, , atau putusan suatu lembaga arbitrase atau atau putusan suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan yang arbiter perorangan yang menurut ketentuan hukum Republik menurut ketentuan hukum Republik IndonesiaIndonesia dianggap sebagai suatu putusan dianggap sebagai suatu putusan arbitrase internasionalarbitrase internasional”.”.

Page 47: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 47

PENGERTIAN ARBITRASE INTERNASIONAL PENGERTIAN ARBITRASE INTERNASIONAL DAPAT DITAFSIRKAN DARI PENGERTIAN DAPAT DITAFSIRKAN DARI PENGERTIAN

PUTUSAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONALARBITRASE INTERNASIONAL

►Bertolak dari rumusan pasal 1 ayat (9) Bertolak dari rumusan pasal 1 ayat (9) UU No. 30/1999, maka yang dimaksud UU No. 30/1999, maka yang dimaksud dengan Arbitrase Internasional adalah dengan Arbitrase Internasional adalah Arbitrase yang putusannya dijatuhkan Arbitrase yang putusannya dijatuhkan di luar wilayah hukum Negara Republik di luar wilayah hukum Negara Republik Indonesia, atau yang menurut hukum Indonesia, atau yang menurut hukum Indonesia dianggap sebagai Arbitrase Indonesia dianggap sebagai Arbitrase Internasional. Internasional.

Page 48: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 48

UU NO.30/1999 TIDAK MEMBERIKAN BATASAN UU NO.30/1999 TIDAK MEMBERIKAN BATASAN JELAS TENTANG MAKNA ARBITRASE NASIONAL JELAS TENTANG MAKNA ARBITRASE NASIONAL

DAN ARBITRASE INTERNASIONALDAN ARBITRASE INTERNASIONAL

► UU No.30/1999 menggunakan istilah “arbitrase UU No.30/1999 menggunakan istilah “arbitrase internasional”. internasional”.

► Perma No. 1/1990 menggunakan istilah Perma No. 1/1990 menggunakan istilah “arbitrase asing”, “arbitrase asing”,

► Konvensi New York, 1958, menggunakan istilah Konvensi New York, 1958, menggunakan istilah “foreign arbitration”. “foreign arbitration”. masing masing istilah digunakan saling masing masing istilah digunakan saling bergantian untuk maksud yang sama bergantian untuk maksud yang sama ((interchangeableinterchangeable).).

Page 49: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 49

INTERNATIONAL INTERNATIONAL ARBITRATIONARBITRATION

► ””Naturally , the question can be asked wheter there is a place for Naturally , the question can be asked wheter there is a place for international arbitration in addition to national and foreign arbitration, or international arbitration in addition to national and foreign arbitration, or wheter in reality international arbitration is merely a synonym for foreign wheter in reality international arbitration is merely a synonym for foreign arbitration”.arbitration”.

► “……“…….for example, Swedish law (Foreign Arbitration Agreements and Awards .for example, Swedish law (Foreign Arbitration Agreements and Awards Act No.147/1929) defines as “foreign” that arbitration which Act No.147/1929) defines as “foreign” that arbitration which takes place in a takes place in a foreign country, or in Sweden, but in which one of the parties is not foreign country, or in Sweden, but in which one of the parties is not Swedish……....”.Swedish……....”.

► “…“…However, arbitration which takes place in a given state, but However, arbitration which takes place in a given state, but contains contains elements external to that legal systemelements external to that legal system, is generally treated as international , is generally treated as international arbitration…”arbitration…”

► “……“……As we have seen, the recurring definition of international arbitration is As we have seen, the recurring definition of international arbitration is based on the different nationality, or domicilie, of the parties to the based on the different nationality, or domicilie, of the parties to the proceedingsproceedings

MAURO RUBINO SAMARTANO, MAURO RUBINO SAMARTANO, International Arbitration LawInternational Arbitration Law,, Kluwer Kluwer Law and Taxation Publishers, GA Deventer, 1990.Law and Taxation Publishers, GA Deventer, 1990.

Page 50: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 50

ARBITRASE NASIONALARBITRASE NASIONALSecara Secara a contrarioa contrario, Pengertian Arbitrase , Pengertian Arbitrase Nasional adalah arbitrase yang putusannya Nasional adalah arbitrase yang putusannya dijatuhkan di wilayah Negara Republik dijatuhkan di wilayah Negara Republik Indonesia, atau yang menurut Hukum Indonesia Indonesia, atau yang menurut Hukum Indonesia dianggap sebagai Arbitrase Nasional.dianggap sebagai Arbitrase Nasional.Arbitrase nasional tidak mengandung “unsur Arbitrase nasional tidak mengandung “unsur asing” sama sekali. Misalnya, A dan B, keduanya asing” sama sekali. Misalnya, A dan B, keduanya WNI, sepakat memilih forum arbitrase yang WNI, sepakat memilih forum arbitrase yang berkedudukan di Indonesia, proses arbitrase berkedudukan di Indonesia, proses arbitrase berlangsung di Indonesia, menggunakan hukum berlangsung di Indonesia, menggunakan hukum Indonesia, serta menyangkut obyek sengketa di Indonesia, serta menyangkut obyek sengketa di Indonesia. Indonesia.

Page 51: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 51

B. OTONOMI PARA PIHAK MEMILIH B. OTONOMI PARA PIHAK MEMILIH TEMPAT ARBITRASE (CHOICE OF TEMPAT ARBITRASE (CHOICE OF

ARBITRATION VENUE) ARBITRATION VENUE) Ps. 37 (1) UU 30/1999.Ps. 37 (1) UU 30/1999.

Dalam memilih tempat (Negara) penyelenggaran Dalam memilih tempat (Negara) penyelenggaran Arbitrase Internasional, perlu dipetirmbangkan faktor Arbitrase Internasional, perlu dipetirmbangkan faktor faktor :faktor :Favourable legal environmentFavourable legal environment . . Tempat penyelenggaraan arbitrase di negara yang Tempat penyelenggaraan arbitrase di negara yang dinilai telah memiliki sistem hukum & tradisi hukum dinilai telah memiliki sistem hukum & tradisi hukum yang kuat dan dapat dipercaya kehandalannya;yang kuat dan dapat dipercaya kehandalannya;Enforceability of arbitration awardEnforceability of arbitration award. . Negara yang bersangkutan haruslah negara peserta Negara yang bersangkutan haruslah negara peserta Konvensi New York 1958, serta memiliki perjanjian Konvensi New York 1958, serta memiliki perjanjian bilateral dengan negara para pihak maupun negara bilateral dengan negara para pihak maupun negara tempat pelaksanaan putusan arbitrase nantinya.tempat pelaksanaan putusan arbitrase nantinya.

Page 52: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 52

B. OTONOMI PARA PIHAK MEMILIH B. OTONOMI PARA PIHAK MEMILIH TEMPAT ARBITRASE (CHOICE OF TEMPAT ARBITRASE (CHOICE OF

ARBITRATION VENUE) ARBITRATION VENUE) Ps. 37 (1) UU 30/1999.Ps. 37 (1) UU 30/1999.

Catatan : Catatan : Adalah sangat beresiko bagi para pihak apabila Adalah sangat beresiko bagi para pihak apabila memilih tempat penyelenggaraan arbitrase memilih tempat penyelenggaraan arbitrase internasional di suatu negara yang tidak internasional di suatu negara yang tidak memiliki stabilitas serta sistem hukum dan memiliki stabilitas serta sistem hukum dan tradisi hukumnya masih dinilai lemah, tradisi hukumnya masih dinilai lemah, sebagaimana umumnya di negara berkembang. sebagaimana umumnya di negara berkembang. Selain daripada itu, perlu dipastikan apakah Selain daripada itu, perlu dipastikan apakah negara yang bersangkutan telah meratifikasi negara yang bersangkutan telah meratifikasi Konvensi New York 1958 ataukah tidak. Hal itu Konvensi New York 1958 ataukah tidak. Hal itu sangat terkait nantinya dengan eksekutabilitas sangat terkait nantinya dengan eksekutabilitas putusan arbitrase internasional. putusan arbitrase internasional.

Page 53: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 53

C. Otonomi Para Pihak Memilih C. Otonomi Para Pihak Memilih Hukum (Choice of Law)Hukum (Choice of Law)

► C.1. Memilih Hukum Materiil (ps. 56 ayat 2);C.1. Memilih Hukum Materiil (ps. 56 ayat 2); Pilihan hukum materiil pada umumnya dijumpai dalam Pilihan hukum materiil pada umumnya dijumpai dalam perjanjian diantara pihak-pihak yang dikuasai dan perjanjian diantara pihak-pihak yang dikuasai dan tunduk terhadap hukum materiil yang berlainan. tunduk terhadap hukum materiil yang berlainan. Perjanjian dagang internasional yang bersifat “Perjanjian dagang internasional yang bersifat “cross cross borderborder”. Hukum pilihan para pihak berlaku terhadap ”. Hukum pilihan para pihak berlaku terhadap perjanjian, akibat hukum yang timbul, maupun perjanjian, akibat hukum yang timbul, maupun sebagai dasar hukum bagi penyelesaian sengketa sebagai dasar hukum bagi penyelesaian sengketa yang timbul di kemudian hari. Perjanjian dagang yang timbul di kemudian hari. Perjanjian dagang internasional mengandung “element asing”internasional mengandung “element asing”Sedangkan, pada perjanjian diantara pihak2 yang Sedangkan, pada perjanjian diantara pihak2 yang tunduk dan dikuasai hukum materiil (nasional) yang tunduk dan dikuasai hukum materiil (nasional) yang sama, maka tidak relevan melakukan pilihan hukum sama, maka tidak relevan melakukan pilihan hukum materiil lain. materiil lain.

..

Page 54: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 54

C.2. Pilihan hukum hanya relevan C.2. Pilihan hukum hanya relevan dengan kontrak dagang dengan kontrak dagang

internasional,internasional,► Pasal 56 (2) jo. Pasal 31 (1) dan 34 (2) UU Pasal 56 (2) jo. Pasal 31 (1) dan 34 (2) UU

No.30/1999 mengatur tentang kemungkinan No.30/1999 mengatur tentang kemungkinan para pihak melakukan pilihan hukum, baik para pihak melakukan pilihan hukum, baik terhadap hukum materiil maupun hukum formil. terhadap hukum materiil maupun hukum formil.

► CATATANCATATAN : :Persoalan pilihan hukum tidak semata-mata Persoalan pilihan hukum tidak semata-mata ditentukan berdasarkan prinsip kebebasan ditentukan berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak serta otonomi para pihak saja, berkontrak serta otonomi para pihak saja, melainkan perlu juga diperhatikan prinsip-melainkan perlu juga diperhatikan prinsip-prinsip hukum lain yang berlaku.prinsip hukum lain yang berlaku. Antara lain Antara lain tidak boleh melanggar prinsip “dwingend recht”, tidak boleh melanggar prinsip “dwingend recht”, “openbare orde”, “public policy”. “openbare orde”, “public policy”.

Page 55: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 55

C.3. Memilih Hukum Formil C.3. Memilih Hukum Formil (ps 31 jo. 34 ayat 2);(ps 31 jo. 34 ayat 2);

Pasal 31 (1) : “para pihak dalam suatu perjanjian yang Pasal 31 (1) : “para pihak dalam suatu perjanjian yang tegas dan bebas untuk menentukan acara arbitrase tegas dan bebas untuk menentukan acara arbitrase yang digunakan dalam pemeriksaan sengketa yang digunakan dalam pemeriksaan sengketa sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam UU 30/1999”. UU 30/1999”.

Pasal 31 (2) : dalam hal para pihak tidak menentukan Pasal 31 (2) : dalam hal para pihak tidak menentukan sendiri ketentuan mengenai acara arbitrase yang akan sendiri ketentuan mengenai acara arbitrase yang akan digunakan dalam pemeriksaan, dan arbiter atau majelis digunakan dalam pemeriksaan, dan arbiter atau majelis arbitrase telah terbentuk berdasarkan Pasal 12, 13 dan arbitrase telah terbentuk berdasarkan Pasal 12, 13 dan 14, semua sengketa yang penyelesaiannya diserahkan 14, semua sengketa yang penyelesaiannya diserahkan kepada arbiter atau majelis arbitrase akan diperiksa kepada arbiter atau majelis arbitrase akan diperiksa dan diputus menurut ketentuan dalam UU 30/1999.dan diputus menurut ketentuan dalam UU 30/1999.

Page 56: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 56

C.3. Memilih Hukum Formil C.3. Memilih Hukum Formil (ps 31 jo. 34 ayat 2);(ps 31 jo. 34 ayat 2);

►Pasal 31 (3) : Pasal 31 (3) : Dalam hal para pihak telah memilih Dalam hal para pihak telah memilih acara arbitrase sebagaimana dimaksud acara arbitrase sebagaimana dimaksud ayat (1), harus ada kesepakatan ayat (1), harus ada kesepakatan mengenai ketentuan jangka waktu dan mengenai ketentuan jangka waktu dan tempat diselenggarakan arbitrase. tempat diselenggarakan arbitrase.

►Apabila jangka waktu dan tempat Apabila jangka waktu dan tempat arbitrase tidak ditentukan, arbiter atau arbitrase tidak ditentukan, arbiter atau majelis arbitrase yang akan menentukan.majelis arbitrase yang akan menentukan.

Page 57: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 57

Catatan Ps. 31 jo. 34 ayat Catatan Ps. 31 jo. 34 ayat 2.2.

► Apabila para pihak bermaksud mengadakan pilihan Apabila para pihak bermaksud mengadakan pilihan hukum formil, maka hal itu harus diperjanjikan secara hukum formil, maka hal itu harus diperjanjikan secara tegas, sepanjang hukum formil yang dipilih tidak tegas, sepanjang hukum formil yang dipilih tidak bertentangan dengan UU No.30/1999. Pilihan hukum bertentangan dengan UU No.30/1999. Pilihan hukum formil, dalam arbitrase internasional harus dilakukan formil, dalam arbitrase internasional harus dilakukan secara hati-hati. secara hati-hati.

► Oleh karena apabila hukum formil yang dipilih dalam Oleh karena apabila hukum formil yang dipilih dalam suatu arbitrase internasional dinilai bertentangan suatu arbitrase internasional dinilai bertentangan dengan ketertiban umum i.c. UU No.30/1999, maka dengan ketertiban umum i.c. UU No.30/1999, maka Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang menolak memberikan pengakuan dan melaksanakan menolak memberikan pengakuan dan melaksanakan putusan Arbitrase Internasional tersebut di wilayah putusan Arbitrase Internasional tersebut di wilayah Republik Indonesia (Vide Pasal 65 jo. 66 huruf “c”). Republik Indonesia (Vide Pasal 65 jo. 66 huruf “c”).

Page 58: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 58

C.4. Cara Pemilihan Hukum;C.4. Cara Pemilihan Hukum;

Pilihan hukum dilakukan dengan cara : Pilihan hukum dilakukan dengan cara : ► (a). pilihan hukum yang dilakukan secara (a). pilihan hukum yang dilakukan secara

tegas; tegas; ► (b). pilihan hukum yang dilakukan secara (b). pilihan hukum yang dilakukan secara

diam-diam- diam; diam; ► (c). pilihan hukum berdasarkan anggapan; (c). pilihan hukum berdasarkan anggapan; ► (d). pilihan secara hipotetis.(d). pilihan secara hipotetis.

Page 59: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 59

C.4. Cara Pemilihan Hukum;C.4. Cara Pemilihan Hukum;Pada pilihan hukum secara tegas kiranya telah Pada pilihan hukum secara tegas kiranya telah jelas tentang apa yang dimaksud dan diinginkan jelas tentang apa yang dimaksud dan diinginkan oleh para pihak dalam perjanjian. Para pihak telah oleh para pihak dalam perjanjian. Para pihak telah dengan tegas memilih suatu hukum tertentu . dengan tegas memilih suatu hukum tertentu .

► Pilihan hukum yang dilakukan secara diam-diam, Pilihan hukum yang dilakukan secara diam-diam, meskipun mengandung sedikit keraguan tentang meskipun mengandung sedikit keraguan tentang apa sesungguhnya hukum pilihan para pihak, apa sesungguhnya hukum pilihan para pihak, namun masih dimungkinkan untuk menyelidiki namun masih dimungkinkan untuk menyelidiki berbagai faktor obyektif untuk dijadikan pedoman berbagai faktor obyektif untuk dijadikan pedoman dalam menentukan hukum pilihan para pihak.dalam menentukan hukum pilihan para pihak.

► Pilihan hukum secara anggapan dan secara Pilihan hukum secara anggapan dan secara hipotetis menimbulkan keraguan yang semakin hipotetis menimbulkan keraguan yang semakin tinggi.tinggi.

Page 60: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 60

C.5. CHOICE OF LAW & APPLICABLE C.5. CHOICE OF LAW & APPLICABLE LAWLAW

Hukum Pilihan Para Pihak (Hukum Pilihan Para Pihak (law of the partieslaw of the parties) berlaku ) berlaku sebagai hukum yang diberlakukan/ diterapkan sebagai hukum yang diberlakukan/ diterapkan terhadap sengketa (terhadap sengketa (applicable law/ governing lawapplicable law/ governing law), ), termasuk terhadap penyelesaian sengketa yang terjadi termasuk terhadap penyelesaian sengketa yang terjadi atau akan terjadi di antara mereka dan dipergunakan atau akan terjadi di antara mereka dan dipergunakan sebagai dasar bagi arbitrator atau majelis arbitrase sebagai dasar bagi arbitrator atau majelis arbitrase untuk memutuskan sengketa. untuk memutuskan sengketa.

► C.6.Pilihan hukum hanya dilakukan dalam bidang C.6.Pilihan hukum hanya dilakukan dalam bidang hukum perjanjian yang bersifat mengatur (hukum perjanjian yang bersifat mengatur (regelend regelend rechtrecht) dan tidak terhadap hukum yang bersifat ) dan tidak terhadap hukum yang bersifat memaksa (memaksa (dwingend rechtdwingend recht). ).

► Pilihan hukum dibatasi pada sistem hukum yang Pilihan hukum dibatasi pada sistem hukum yang memiliki hubungan riil dengan dengan substansi memiliki hubungan riil dengan dengan substansi perjanjian (perjanjian (the most characteristic connection).the most characteristic connection).

Page 61: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 61

CHOICE OF LAW CHOICE OF LAW WITH A BONAFIDE WITH A BONAFIDE

INTENTIONINTENTION► pilihan hukum tidak dapat diarahkan pada pilihan hukum tidak dapat diarahkan pada

hukum yang tidak kaitannya sama sekali dengan hukum yang tidak kaitannya sama sekali dengan substansi perjanjian. substansi perjanjian.

► Pilihan hukum juga tidak dapat dilakukan Pilihan hukum juga tidak dapat dilakukan dengan maksud sebagai tindakan dengan maksud sebagai tindakan penyelundupan hukumpenyelundupan hukum..

► Pilihan hukum harus dilakukan dengan maksud-Pilihan hukum harus dilakukan dengan maksud-maksud yang baik (maksud yang baik (made with a bonafide made with a bonafide intentionintention) ) dari pihak-pihak yang terlibat di dari pihak-pihak yang terlibat di dalam perjanjian yang bersangkutan.dalam perjanjian yang bersangkutan.

Page 62: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 62

D. Otonomi Para Pihak Memilih D. Otonomi Para Pihak Memilih Arbitrator/Arbiter Arbitrator/Arbiter

(Choice of Arbitrator) :(Choice of Arbitrator) :

D-1, PENGERTIAN ARBITER (Pasal 1 ke-7) :D-1, PENGERTIAN ARBITER (Pasal 1 ke-7) :

““Arbiter adalah seorang atau lebih yang :DIPILIH Arbiter adalah seorang atau lebih yang :DIPILIH OLEH PARA PIHAK YANG BERSENGKETA, atau OLEH PARA PIHAK YANG BERSENGKETA, atau yang DITUNJUK OLEH PENGADILAN NEGERI, atau yang DITUNJUK OLEH PENGADILAN NEGERI, atau OLEH LEMBAGA ARBITRASE, untuk memberikan OLEH LEMBAGA ARBITRASE, untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase”.diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase”.

Page 63: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 63

D. Memilih Arbitrator/Arbiter D. Memilih Arbitrator/Arbiter (Choice of Arbitrator) :(Choice of Arbitrator) :

►CATATAN :CATATAN :Pemilihan arbitrator pada dasarnya Pemilihan arbitrator pada dasarnya merupakan opsi para pihak bersengketa. merupakan opsi para pihak bersengketa. Namun apabila opsi tersebut tidak Namun apabila opsi tersebut tidak digunakan oleh para pihak, atau karena digunakan oleh para pihak, atau karena terdapat hambatan prosedural dalam terdapat hambatan prosedural dalam pemilihannya, maka pemilihan arbitrator pemilihannya, maka pemilihan arbitrator dilakukan oleh Pengadilan atau oleh dilakukan oleh Pengadilan atau oleh Lembaga Arbitrase. Lembaga Arbitrase.

Page 64: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 64

D.2. Syarat Syarat Menjadi D.2. Syarat Syarat Menjadi Arbitrator Arbitrator

(ps 12 ayat 1);(ps 12 ayat 1);► (a). cakap melakukan tindakan hukum; (a). cakap melakukan tindakan hukum; ► (b). berumur paling rendah 35 tahun; (b). berumur paling rendah 35 tahun; ► (c). tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah (c). tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah

atau atau semenda sampai derajat kedua dengan salah semenda sampai derajat kedua dengan salah satu satu pihak pihak bersengketa; bersengketa;

► (d).tidak mempunyai kepentingan finansial atau (d).tidak mempunyai kepentingan finansial atau kepentingan lain atas putusan arbitrase; kepentingan lain atas putusan arbitrase;

► (e).memiliki pengalaman serta menguasai secara (e).memiliki pengalaman serta menguasai secara aktif aktif di di bidang paling sedikit 15 tahun.bidang paling sedikit 15 tahun.

Page 65: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 65

CATATAN TERHADAP PASAL CATATAN TERHADAP PASAL 12 : SYARAT MENJADI 12 : SYARAT MENJADI

ARBITRATORARBITRATOR► Rumusan Ps. 12 (a) bersifat berlebihan, Rumusan Ps. 12 (a) bersifat berlebihan,

karena secara otomatis untuk bertindak karena secara otomatis untuk bertindak sebagai arbitrator harus cakap melakukan sebagai arbitrator harus cakap melakukan perbuatan hukum;perbuatan hukum;

► Rumusan Ps. 12 (b) tidak jelas apa “ratio Rumusan Ps. 12 (b) tidak jelas apa “ratio legis” pengaturan batasan umur minimal legis” pengaturan batasan umur minimal arbitrator;arbitrator;

► Rumusan Ps. 12 (c & d), mengandung “ratio Rumusan Ps. 12 (c & d), mengandung “ratio legis” agar tidak terjadi “conflict of interest” legis” agar tidak terjadi “conflict of interest” antara arbitrator dengan pihak2 berperkara;antara arbitrator dengan pihak2 berperkara;

Page 66: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 66

CATATAN TERHADAP PASAL CATATAN TERHADAP PASAL 12 : SYARAT MENJADI 12 : SYARAT MENJADI

ARBITRATORARBITRATOR► Rumusan Ps. 12 (e) tidak jelas apa “ratio legisnya” Rumusan Ps. 12 (e) tidak jelas apa “ratio legisnya”

penentuan 15 tahun “pengalaman” dan “menguasai penentuan 15 tahun “pengalaman” dan “menguasai secara aktif di bidang”nya. secara aktif di bidang”nya.

► Persoalan penentuan “15 tahun” dihitung dari mana Persoalan penentuan “15 tahun” dihitung dari mana serta apakah hal itu berlangsung secara terus serta apakah hal itu berlangsung secara terus menerus ?menerus ?

► Persoalan lainnya “siapa” yang kompeten menilai Persoalan lainnya “siapa” yang kompeten menilai adanya “pengalaman” dan “menguasai secara aktif adanya “pengalaman” dan “menguasai secara aktif di bidangnya” tersebut ? di bidangnya” tersebut ?

► Apakah semata-mata berdasarkan anggapan ataukah Apakah semata-mata berdasarkan anggapan ataukah harus dibuktikan melalui sertifikasi keahlian yang harus dibuktikan melalui sertifikasi keahlian yang diterbitkan oleh asosiasi profesi atau lembaga yang diterbitkan oleh asosiasi profesi atau lembaga yang kompeten ? kompeten ?

Page 67: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 67

Syarat Sebagai Arbitrator BAPMI.Syarat Sebagai Arbitrator BAPMI.

(a). warganegara Indonesia; (a). warganegara Indonesia; ► (b). cakap melakukan tindakan hukum; (b). cakap melakukan tindakan hukum; ► (c). berumur paling rendah 35 tahun; (c). berumur paling rendah 35 tahun; ► (d). memiliki pengalaman serta menguasai (d). memiliki pengalaman serta menguasai

secara aktif bidangnya paling sedikit 15 secara aktif bidangnya paling sedikit 15 tahun; tahun;

► (e). tidak pernah dihukum karena suatu (e). tidak pernah dihukum karena suatu tindak tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pidana kejahatan berdasarkan putusan

yang yang telah mempunyai kekuatan pasti; telah mempunyai kekuatan pasti; ► (f). tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan (f). tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan

putusan yang mempunyai kekuatan putusan yang mempunyai kekuatan hukum hukum tetap; tetap;

Page 68: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 68

Syarat Sebagai Arbitrator Syarat Sebagai Arbitrator BAPMI.BAPMI.

► (g). bukan merupakan pihak-pihak yang (g). bukan merupakan pihak-pihak yang dilarang dilarang untuk menjadi arbiter oleh ketentuan untuk menjadi arbiter oleh ketentuan

perundang-undangan yang berlaku; perundang-undangan yang berlaku; ► (h). terdaftar sebagai anggota dari asosiasi, (h). terdaftar sebagai anggota dari asosiasi,

himpunan, ikatan dan/atau bentuk organisasi himpunan, ikatan dan/atau bentuk organisasi lain yang telah menjadi anggota BAPMI; lain yang telah menjadi anggota BAPMI;

► (i). berpendidikan minimum sarjana atau setara(i). berpendidikan minimum sarjana atau setara► (j). telah memperoleh ijin orang perorangan (j). telah memperoleh ijin orang perorangan

profesi pasar modal dari BAPEPAM atau profesi pasar modal dari BAPEPAM atau terdaftar sebagai profesi penunjang pasar terdaftar sebagai profesi penunjang pasar modal di BAPEPAM; modal di BAPEPAM;

Page 69: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 69

Syarat Sebagai Arbitrator Syarat Sebagai Arbitrator BAPMIBAPMI

► (k). tidak termasuk dalam Daftar Orang Tercela dan/atau (k). tidak termasuk dalam Daftar Orang Tercela dan/atau daftar orang yang tidak boleh melakukan tindakan tertentu daftar orang yang tidak boleh melakukan tindakan tertentu di bidang pasar modal sesuai dengan daftar yang di bidang pasar modal sesuai dengan daftar yang dikeluarkan oleh BAPEPAM dan/atau tidak pernah dihukum dikeluarkan oleh BAPEPAM dan/atau tidak pernah dihukum karena suatu tindak pidana yang terkait dengan masalah karena suatu tindak pidana yang terkait dengan masalah ekonomi dan/atau keuangan; ekonomi dan/atau keuangan;

► (l). memahami ketentuan perundang-undangan di bidang (l). memahami ketentuan perundang-undangan di bidang pasar modal dan bidang Arbitrase dan Alternatif pasar modal dan bidang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa di Indonesia; Penyelesaian Sengketa di Indonesia;

► (m). memahami Peraturan dan Acara BAPMI; (m). memahami Peraturan dan Acara BAPMI; ► (n). bukan merupakan pejabat di bidang pengawas pasar (n). bukan merupakan pejabat di bidang pengawas pasar

modal, direksi bursa efek, atau lembaga kliring dan modal, direksi bursa efek, atau lembaga kliring dan penjaminan, atau lembaga penyimpanan dan penjaminan, atau lembaga penyimpanan dan penyelesaian;penyelesaian;

► (o). bukan merupakan pejabat aktif dari instansi peradilan, (o). bukan merupakan pejabat aktif dari instansi peradilan, kejaksaan atau kepolisian.kejaksaan atau kepolisian.

Page 70: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 70

D.3. Kualifikasi D.3. Kualifikasi arbitrator :arbitrator :

- - ekspert sesuai substansi sengketa,ekspert sesuai substansi sengketa, - profesionalitas, - profesionalitas, - berpengalaman, - berpengalaman, - obyektif dan imparsialitas, - obyektif dan imparsialitas, - jujur dan tidak tercela,- jujur dan tidak tercela, - memiliki reputasi tidak tercela,- memiliki reputasi tidak tercela, - non conflict of interest,- non conflict of interest, - dll - dll

Page 71: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 71

Garry B. Born, Garry B. Born, International International Commercial Arbitration in the Commercial Arbitration in the

United StatesUnited States, 1994, 1994..► ExpertiseExpertise, several arbitrators will ussualy , several arbitrators will ussualy

offer the broader range of legal, technical, offer the broader range of legal, technical, and other expertise then a single arbitrator;and other expertise then a single arbitrator;

► ConsistencConsistency, several arbitrators are less y, several arbitrators are less likely to “drop the ball” by missing or likely to “drop the ball” by missing or misunderstanding some fundamental point; misunderstanding some fundamental point;

► Communications,Communications, several arbitrators are several arbitrators are more likely than a single arbitrator to fully more likely than a single arbitrator to fully comprehend, and convey to the parties that comprehend, and convey to the parties that verry comprehend, the issue in the case…….verry comprehend, the issue in the case…….

Page 72: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 72

Garry B. Born, Garry B. Born, International International Commercial Arbitration in the Commercial Arbitration in the

United StatesUnited States, 1994., 1994. ► ““Perhaps the most vital initial step in any arbitration is Perhaps the most vital initial step in any arbitration is

the appointment of the arbitrator or arbitrators who the appointment of the arbitrator or arbitrators who will resolve the dispute…………”. will resolve the dispute…………”.

► Several factors are relevant : Several factors are relevant : ► CostCost, the more arbitrators one has, the more the , the more arbitrators one has, the more the

parties can generally expect to pay in arbitrator fees parties can generally expect to pay in arbitrator fees and expences;and expences;

► ConvenienceConvenience, finding dates on which several , finding dates on which several arbitrators are all avaliable is harder than finding arbitrators are all avaliable is harder than finding dates on which one arbitrators is avaliable;dates on which one arbitrators is avaliable;

► SpeedSpeed, although much depends on the individual, one , although much depends on the individual, one arbitrator can in theory act more quickly than several, arbitrator can in theory act more quickly than several, since there need not be intra tribunal consultation;since there need not be intra tribunal consultation;

Page 73: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 73

D.4. Single or panel D.4. Single or panel arbitrator arbitrator (ps.14 dan 15);(ps.14 dan 15);

> Para pihak bersengketa dapat menyepakati > Para pihak bersengketa dapat menyepakati apakah arbitrase dilaksanakan dengan model apakah arbitrase dilaksanakan dengan model arbiter tunggal (single) ataukah majelis arbiter arbiter tunggal (single) ataukah majelis arbiter (panel). (panel). > Pada arbiter tunggal, para pihak harus > Pada arbiter tunggal, para pihak harus sepakat atas penunjukan figur arbiter tunggal sepakat atas penunjukan figur arbiter tunggal yang bersangkutan. yang bersangkutan. > Sedangkan pada majelis arbitrase, masing-> Sedangkan pada majelis arbitrase, masing-masing pihak menunjuk seorang arbiter, masing pihak menunjuk seorang arbiter, selanjutnya arbiter yang ditunjuk masing-selanjutnya arbiter yang ditunjuk masing-masing pihak tersebut harus sepakat menunjuk masing pihak tersebut harus sepakat menunjuk arbiter ketiga sebagai ketua majelis arbitrase. arbiter ketiga sebagai ketua majelis arbitrase.

Page 74: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 74

D.5. Larangan Menjadi Arbitrator D.5. Larangan Menjadi Arbitrator (ps 12 ayat 2);(ps 12 ayat 2);

““Hakim, Jaksa, Panitera dan Pejabat Peradilan Hakim, Jaksa, Panitera dan Pejabat Peradilan lainnya tidak dapat ditunjuk atau diangkat lainnya tidak dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter”. sebagai arbiter”. Penjelasan : ……agar terjamin adanya Penjelasan : ……agar terjamin adanya obyektifitas dalam pemeriksaan serta pemberian obyektifitas dalam pemeriksaan serta pemberian putusan oleh arbiter atau majelis arbitrase.putusan oleh arbiter atau majelis arbitrase.Secara a contrarioSecara a contrario, setelah PURNA TUGAS, , setelah PURNA TUGAS, maka mereka dapat ditunjuk atau diangkat maka mereka dapat ditunjuk atau diangkat sebagai arbiter, sepanjang memiliki keahlian dan sebagai arbiter, sepanjang memiliki keahlian dan pengalaman sesuai dengan substansi sengketa. pengalaman sesuai dengan substansi sengketa. Serta selalu bersikap profesional, jujur, obyektif, Serta selalu bersikap profesional, jujur, obyektif, tidak tercela, serta tidak terdapat “conflict of tidak tercela, serta tidak terdapat “conflict of interest” dengan pihak pihak bersengketa. interest” dengan pihak pihak bersengketa.

Page 75: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 75

D.6. Prosedur pengangkatan D.6. Prosedur pengangkatan arbitrator (pasal 13 s/d 19);arbitrator (pasal 13 s/d 19);

► Pada prinsipnya arbitrator dipilih oleh para Pada prinsipnya arbitrator dipilih oleh para pihak bersengketa,pihak bersengketa,

► Pada arbiter tunggal, maka arbiter yang Pada arbiter tunggal, maka arbiter yang bersangkutan harus disepakati oleh kedua bersangkutan harus disepakati oleh kedua belah pihak bersengketa,belah pihak bersengketa,

► Pada arbiter majelis, masing2 pihak Pada arbiter majelis, masing2 pihak bersengketa menunjuk seorang arbiter, bersengketa menunjuk seorang arbiter, selanjutnya masing2 arbiter tersebut selanjutnya masing2 arbiter tersebut menunjuk arbiter ketiga untuk bertindak menunjuk arbiter ketiga untuk bertindak sebagai ketua majelis arbitrase,sebagai ketua majelis arbitrase,

Page 76: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 76

D.6. Prosedur pengangkatan D.6. Prosedur pengangkatan arbitrator (pasal 13 s/d 19);arbitrator (pasal 13 s/d 19);

► Apabila para pihak bersengketa tidak mencapai Apabila para pihak bersengketa tidak mencapai sepakat menunjuk arbiter (tunggal) atau para sepakat menunjuk arbiter (tunggal) atau para arbiter yang telah ditunjuk oleh para pihak tidak arbiter yang telah ditunjuk oleh para pihak tidak mencapai sepakat menunjuk arbiter ketiga mencapai sepakat menunjuk arbiter ketiga (ketua majelis), maka atas permohonan pihak2 (ketua majelis), maka atas permohonan pihak2 bersengketa, Pengadilan berwenang untuk bersengketa, Pengadilan berwenang untuk menunjuk arbiter (tunggal) atau arbiter ketiga menunjuk arbiter (tunggal) atau arbiter ketiga (ketua majelis),(ketua majelis),

► Atau para pihak bersengketa menyerahkan Atau para pihak bersengketa menyerahkan penunjukkan arbiter yang bersangkutan kepada penunjukkan arbiter yang bersangkutan kepada lembaga arbitrase lembaga arbitrase

Page 77: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 77

D.7. Campur tangan D.7. Campur tangan Pengadilan Pengadilan

(pasal 13 s/d 19);(pasal 13 s/d 19); ► Campur tangan Pengadilan dalam penunjukkan arbiter Campur tangan Pengadilan dalam penunjukkan arbiter

dilakukan atas dasar permohonan pihak2 bersengketa, dilakukan atas dasar permohonan pihak2 bersengketa, karena para pihak gagal mencapai sepakat dalam karena para pihak gagal mencapai sepakat dalam penunjukkan arbiter, atau para arbiter yang ditunjuk penunjukkan arbiter, atau para arbiter yang ditunjuk para pihak gagal mencapai sepakat memilih arbiter para pihak gagal mencapai sepakat memilih arbiter ketiga,ketiga,

► Campur tangan Pengadilan diperlukan untuk mengatasi Campur tangan Pengadilan diperlukan untuk mengatasi “kebuntuan prosedural” sebagai akibat tidak “kebuntuan prosedural” sebagai akibat tidak tercapainya kata sepakat tentang penunjukkan tercapainya kata sepakat tentang penunjukkan arbitrator.arbitrator.

► Campur tangan Pengadilan dalam pemberhentian Campur tangan Pengadilan dalam pemberhentian arbiter juga dilakukan atas permohonan pihak2 arbiter juga dilakukan atas permohonan pihak2 bersengketa, karena arbiter yang ditunjuk terbukti bersengketa, karena arbiter yang ditunjuk terbukti memiliki “memiliki “conflict of interestconflict of interest”, ”,

Page 78: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 78

COURT INTERVENTIONCOURT INTERVENTION► Istilah “court intervention” merupakan pernyataan yang seringkali Istilah “court intervention” merupakan pernyataan yang seringkali

ditemukan dalam berbagai literatur tentang arbitrase bahwa : ditemukan dalam berbagai literatur tentang arbitrase bahwa : “The courts role therefore should be assist the arbitral tribunal to “The courts role therefore should be assist the arbitral tribunal to achieve the purpose of arbitration. Even if a distinction is made achieve the purpose of arbitration. Even if a distinction is made between “court intervention” and “court assistance and between “court intervention” and “court assistance and supervision” as in article 5 and 6 of the UNCITRAL Model Law, its supervision” as in article 5 and 6 of the UNCITRAL Model Law, its appears that in their respective scopes the two concepts largely appears that in their respective scopes the two concepts largely overlap”.overlap”.

► Mauro Rubino Sammartano mencontohkan sebagaimana praktek Mauro Rubino Sammartano mencontohkan sebagaimana praktek di Jerman bahwa : “German law provides for court intervention di Jerman bahwa : “German law provides for court intervention not only during the appointment of an arbitrator or a challenge, or not only during the appointment of an arbitrator or a challenge, or if parties do not appoint him, but also to hear witnesses or expert, if parties do not appoint him, but also to hear witnesses or expert, who do not voluntary appear before the arbitrators. Furthermore, who do not voluntary appear before the arbitrators. Furthermore, the administration oath to witnesses or experts is always done by the administration oath to witnesses or experts is always done by the courts. The possibility for court to intervene by placing their the courts. The possibility for court to intervene by placing their power to the disposal of the arbitrators is certainly a substansial power to the disposal of the arbitrators is certainly a substansial contribution to a better functioning of arbitral proceedings”contribution to a better functioning of arbitral proceedings”..

Page 79: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 79

COURT INTERVENTIONCOURT INTERVENTION► Simmond K.R. et. al. Commercial Arbitrations Law in Asia and Simmond K.R. et. al. Commercial Arbitrations Law in Asia and

the Pacificthe Pacific, Paris, ICC Publishing SA, 1987, h. 129,mengemukakan , Paris, ICC Publishing SA, 1987, h. 129,mengemukakan tinjauannya di beberapa negara Asia. Di India bahwa : “the Court tinjauannya di beberapa negara Asia. Di India bahwa : “the Court intervention may be sought to remove an arbitrator for , or in order for intervention may be sought to remove an arbitrator for , or in order for an arbitration agreement to cease effect, or to enforce, modify or an arbitration agreement to cease effect, or to enforce, modify or correct and award and to grant an extension of the time limit for correct and award and to grant an extension of the time limit for rendering an award. rendering an award.

► Di Jepang bahwa : “Court intervention may be sought to appoint or Di Jepang bahwa : “Court intervention may be sought to appoint or replace the arbitrator, to extend the time limit for rendering an award, replace the arbitrator, to extend the time limit for rendering an award, to order discovery or the appearance of witnesses. Demikian pula to order discovery or the appearance of witnesses. Demikian pula halnya di Malaysia, bahwa : “……In Malaysia, the Courts have the halnya di Malaysia, bahwa : “……In Malaysia, the Courts have the authority to appoint or to remove an arbitrator, to extend the time for authority to appoint or to remove an arbitrator, to extend the time for rendering an award, to order discovery or the appearance of witnesses”rendering an award, to order discovery or the appearance of witnesses”Pasal II (3) Konvensi New York 1958 yang mengatur : Pasal II (3) Konvensi New York 1958 yang mengatur :

► ““The court of contracting state, when seized of an action in a matter in The court of contracting state, when seized of an action in a matter in respect of which the parties have made an agreement within the respect of which the parties have made an agreement within the meaning of this article shall, at the request of one of the parties, refer meaning of this article shall, at the request of one of the parties, refer the parties to arbitration, unless it finds that the said agreement is null the parties to arbitration, unless it finds that the said agreement is null and void, inoperative or in capable of being performed” .and void, inoperative or in capable of being performed” .

Page 80: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 80

D.8. Opsi Calon ArbitratorD.8. Opsi Calon Arbitrator► Pasal 16 ayat (1) :Seorang yang ditunjuk sebagai Pasal 16 ayat (1) :Seorang yang ditunjuk sebagai

arbitrator memiliki opsi untuk menerima atau arbitrator memiliki opsi untuk menerima atau menolak penunjukkan tersebut, dengan alasan menolak penunjukkan tersebut, dengan alasan menyangkut kompetensi serta menyangkut hak & menyangkut kompetensi serta menyangkut hak & kewajiban masing2, atau alasan spesifik lainnya;kewajiban masing2, atau alasan spesifik lainnya;

► Pasal 16 ayat (2) mengatur bahwa seseorang yang Pasal 16 ayat (2) mengatur bahwa seseorang yang

telah ditunjuk atau diangkat sebagai arbitrator telah ditunjuk atau diangkat sebagai arbitrator harus menyatakan secara tegas dan tertulis tentang harus menyatakan secara tegas dan tertulis tentang sikapnya apakah ia menerima atau menolak sikapnya apakah ia menerima atau menolak penunjukkan dan pengangkatan tersebut, dan harus penunjukkan dan pengangkatan tersebut, dan harus disampaikan kepada para pihak dalam waktu paling disampaikan kepada para pihak dalam waktu paling lama 14 hari terhitung sejak penunjukan dan lama 14 hari terhitung sejak penunjukan dan pengangkatannya sebagai arbitrator.pengangkatannya sebagai arbitrator.

Page 81: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 81

D.8. Opsi Calon ArbitratoD.8. Opsi Calon Arbitrato► Apabila telah tercapai kesepakatan tertulis Apabila telah tercapai kesepakatan tertulis

antara pihak pihak yang menunjuk dengan antara pihak pihak yang menunjuk dengan arbitrator yang bersangkutan, maka terjadi arbitrator yang bersangkutan, maka terjadi perjanjian perdata yang menimbulkan hak dan perjanjian perdata yang menimbulkan hak dan kewajiban timbal balik (pasal 17 ayat 1).kewajiban timbal balik (pasal 17 ayat 1).

► Arbiter atau para arbiter akan memberikan Arbiter atau para arbiter akan memberikan putusan nya secara jujur, adil, dan sesuai dgn putusan nya secara jujur, adil, dan sesuai dgn ketentuan yang berlaku dan para pihak akan ketentuan yang berlaku dan para pihak akan menerima putusannya secara final dan menerima putusannya secara final dan mengikat seperti yang diperjanjian bersama mengikat seperti yang diperjanjian bersama (pasal 17 ayat 2).(pasal 17 ayat 2).

Page 82: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 82

D.8. Opsi Calon ArbitratorD.8. Opsi Calon Arbitrator► Seorang calon arbitrator yang diminta oleh salah Seorang calon arbitrator yang diminta oleh salah

satu pihak untuk duduk dalam majelis arbitrase, satu pihak untuk duduk dalam majelis arbitrase, wajib memberitahukanwajib memberitahukan kepada pihak tentang kepada pihak tentang hal yang mungkin akan mempengaruhi hal yang mungkin akan mempengaruhi kebebasannya atau menimbulkan ke berpihakan kebebasannya atau menimbulkan ke berpihakan putusan yang akan diberikan (pasal 18 ayat 1).putusan yang akan diberikan (pasal 18 ayat 1).

► Seorang yang menerima penunjukkan sebagai Seorang yang menerima penunjukkan sebagai arbitrator, sebagaimana dimaksud dalam ayat arbitrator, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus diberitahukan kepada para pihak (1) harus diberitahukan kepada para pihak mengenai penunjukkannya (pasal 18 ayat 2).mengenai penunjukkannya (pasal 18 ayat 2).

Page 83: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 83

D.8. Opsi Calon D.8. Opsi Calon ArbitratorArbitrator

► Pasal 19 UU No.30/1999 : seseorang menerima Pasal 19 UU No.30/1999 : seseorang menerima penunjukan dirinya sebagai arbitrator penunjukan dirinya sebagai arbitrator sebagaimana dimaksud Pasal 16 UU sebagaimana dimaksud Pasal 16 UU No.30/1999, maka tidak dapat menarik diri No.30/1999, maka tidak dapat menarik diri kecuali atas persetujuan para pihakkecuali atas persetujuan para pihak..

► Pengunduran diri arbitrator diajukan secara Pengunduran diri arbitrator diajukan secara tertulis kepada para pihak. Apabila disetujui, tertulis kepada para pihak. Apabila disetujui, maka arbitrator dibebaskan dari tugas sebagai maka arbitrator dibebaskan dari tugas sebagai arbitrator, sedangkan apabila tidak disetujui arbitrator, sedangkan apabila tidak disetujui maka pembebasan tugas sebagai arbitrator maka pembebasan tugas sebagai arbitrator ditetapkan oleh Pengadilan.ditetapkan oleh Pengadilan.

Page 84: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 84

D.8. Opsi Calon ArbitratorD.8. Opsi Calon Arbitrator►Dalam hal arbiter telah menyatakan menerima Dalam hal arbiter telah menyatakan menerima

penunjukan atau pengangkatan sebagaimana penunjukan atau pengangkatan sebagaimana dimaksud Pasal 16, maka yang bersangkutan dimaksud Pasal 16, maka yang bersangkutan tidak dapat menarik diri, kecuali atas tidak dapat menarik diri, kecuali atas persetujuan para pihak persetujuan para pihak (pasal 19 ayat 1).(pasal 19 ayat 1).

►Dalam hal arbiter sebagaimana dimaksud dalam Dalam hal arbiter sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) yang telah menerima pasal 19 ayat (1) yang telah menerima penunjukkan dan pengangkatan, menyatakan penunjukkan dan pengangkatan, menyatakan menarik diri, maka yang bersangkutan wajib menarik diri, maka yang bersangkutan wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada mengajukan permohonan secara tertulis kepada para pihak (pasal 19 ayat 2).para pihak (pasal 19 ayat 2).

Page 85: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 85

D.8. Opsi Calon D.8. Opsi Calon ArbitratorArbitrator

►Dalam hal para pihak dapat menyetujui Dalam hal para pihak dapat menyetujui permohonan penarikan diri sebagaimana permohonan penarikan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka yang dimaksud dalam ayat (2), maka yang bersangkutan dapatbersangkutan dapat dibebaskan dari dibebaskan dari tugas sebagai arbitrator tugas sebagai arbitrator (pasal 19 ayat (pasal 19 ayat 3);3);

►Dalam hal permohonan penarikan diri tidak Dalam hal permohonan penarikan diri tidak mendapatkan persetujuan para pihak, mendapatkan persetujuan para pihak, pembebasan tugas arbitrator pembebasan tugas arbitrator ditetapkan ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri,oleh Ketua Pengadilan Negeri,

Page 86: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 86

D.9. Perjanjian Perdata antara Arbitrator D.9. Perjanjian Perdata antara Arbitrator dengan Pihak yg Menunjuknya (ps 17 dengan Pihak yg Menunjuknya (ps 17

ayat 1);ayat 1); ► Peran arbitrator tidak identik dengan peran lawyer, Peran arbitrator tidak identik dengan peran lawyer,

meskipun seorang lawyer dapat saja ditunjuk sebagai meskipun seorang lawyer dapat saja ditunjuk sebagai arbitrator. arbitrator.

► Paradigma peran lawyer dan arbitrator berbeda satu Paradigma peran lawyer dan arbitrator berbeda satu sama lain, lawyer memihak kepentingan klien, sama lain, lawyer memihak kepentingan klien, sedangkan arbitrator harus tetap independen, obyektif & sedangkan arbitrator harus tetap independen, obyektif & imparsial. imparsial.

► Hubungan lawyer dengan klien atas dasar surat kuasa, Hubungan lawyer dengan klien atas dasar surat kuasa, sedangkan hubungan arbitrator dengan pihak berperkara sedangkan hubungan arbitrator dengan pihak berperkara berdasarkan perjanjian perdata;berdasarkan perjanjian perdata;

► Peran lawyer mengurus perkara klien sesuai dengan Peran lawyer mengurus perkara klien sesuai dengan surat kuasa yang diberikan klien, sedangkan arbitrator surat kuasa yang diberikan klien, sedangkan arbitrator memeriksa dan memutus perkara berdasarkan memeriksa dan memutus perkara berdasarkan pengalaman dan keahlian yang dimilikinya. pengalaman dan keahlian yang dimilikinya.

Page 87: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 87

D.9. Perjanjian perdata antara D.9. Perjanjian perdata antara arbitrator arbitrator

dgn pihak yg menunjuknya (ps 17 dgn pihak yg menunjuknya (ps 17 ayat 1);ayat 1);► Perjanjian perdata antara arbitrator dengan Perjanjian perdata antara arbitrator dengan

pihak yang menunjuknya menimbulkan hak pihak yang menunjuknya menimbulkan hak dan kewajiban secaradan kewajiban secara resiprositas resiprositas. Arbitrator . Arbitrator yang telah menyatakan kesediaannya untuk yang telah menyatakan kesediaannya untuk diangkat sebagai arbitrator berkewajiban untuk diangkat sebagai arbitrator berkewajiban untuk memberikan jasa layanan berupa kemampuan memberikan jasa layanan berupa kemampuan melakukan memeriksa dan memutus sengketa melakukan memeriksa dan memutus sengketa sesuai keahlian &pengalamannya. sesuai keahlian &pengalamannya.

► Perjanjian tersebut harus memenuhi syarat-Perjanjian tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana berlaku bagi ketentuan syarat sebagaimana berlaku bagi ketentuan perjanjian pada umumnya, termasuk segala perjanjian pada umumnya, termasuk segala akibat hukum maupun hak dan kewajiban yang akibat hukum maupun hak dan kewajiban yang timbul dari adanya perjanjian perdata tersebut. timbul dari adanya perjanjian perdata tersebut.

Page 88: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 88

D.9. Perjanjian perdata antara D.9. Perjanjian perdata antara arbitrator arbitrator

dgn pihak yg menunjuknya (ps 17 dgn pihak yg menunjuknya (ps 17 ayat 1);ayat 1);

Arbitrator berhak mendapatkan imbalan atas Arbitrator berhak mendapatkan imbalan atas jasa dan keahlian yang akan diberikannya jasa dan keahlian yang akan diberikannya yang berupa honorarium maupun berbagai yang berupa honorarium maupun berbagai fasilitas lain yang diperlukan untuk menunjang fasilitas lain yang diperlukan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kewajibannya. kelancaran pelaksanaan kewajibannya.

► Konsekuensinya, apabila salah satu pihak tidak Konsekuensinya, apabila salah satu pihak tidak melaksanakan isi perjanjian tersebut dapat melaksanakan isi perjanjian tersebut dapat dikatakan telah melakukan wanprestasi oleh dikatakan telah melakukan wanprestasi oleh karenanya dapat digugat secara perdata oleh karenanya dapat digugat secara perdata oleh pihak yang dirugikan ke muka Pengadilan;pihak yang dirugikan ke muka Pengadilan;

Page 89: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 89

D.10. Tuntutan Ingkar terhadap D.10. Tuntutan Ingkar terhadap arbitrator (ps 22 s/d 26);arbitrator (ps 22 s/d 26);

► Terhadap arbitrator dapat diajukan Terhadap arbitrator dapat diajukan tuntutan tuntutan ingkar ingkar apabila terdapat cukup bukti otentik apabila terdapat cukup bukti otentik yang menimbulkan keraguan bahwa arbitartor yang menimbulkan keraguan bahwa arbitartor akan melakukan tugasnya tidak secara bebas akan melakukan tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak dalam mengambil putusan dan akan berpihak dalam mengambil putusan (pasal 22 ayat 1);(pasal 22 ayat 1);

► Tuntutan ingkar terhadap arbitrator dapat pula Tuntutan ingkar terhadap arbitrator dapat pula dilaksanakan apabila terbukti adanya dilaksanakan apabila terbukti adanya hubungan kekeluargaan, keuangan atau hubungan kekeluargaan, keuangan atau pekerjaan pekerjaan dengan salah satu pihak atau dengan salah satu pihak atau kuasanya (pasal 22 ayat 2).kuasanya (pasal 22 ayat 2).

Page 90: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 90

D.10. Tuntutan Ingkar terhadap D.10. Tuntutan Ingkar terhadap arbitrator (ps 22 s/d 26);arbitrator (ps 22 s/d 26);

►Hak ingkar terhadap arbitrator yang Hak ingkar terhadap arbitrator yang diangkat oleh Ketua Pengadilan Negeri diangkat oleh Ketua Pengadilan Negeri diajukan kepada Pengadilan Negeri yang diajukan kepada Pengadilan Negeri yang bersangkutan (pasal 23 ayat 1);bersangkutan (pasal 23 ayat 1);

►Hak ingkar terhadap terhadap arbitrator Hak ingkar terhadap terhadap arbitrator tunggal diajukan kepada arbitrator yang tunggal diajukan kepada arbitrator yang bersangkutan (pasal 23 ayat 2);bersangkutan (pasal 23 ayat 2);

►Hak ingkar terhadap anggota majelis Hak ingkar terhadap anggota majelis arbitrase diajukan kepada majelis arbitrase arbitrase diajukan kepada majelis arbitrase yang bersangkutan (pasal 23 ayat 3).yang bersangkutan (pasal 23 ayat 3).

Page 91: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 91

D.10. Tuntutan Hak Ingkar D.10. Tuntutan Hak Ingkar terhadap arbitrator (ps 22 s/d terhadap arbitrator (ps 22 s/d

26);26);► Arbitrator yang diangkat Arbitrator yang diangkat tidak dengan penetapan tidak dengan penetapan

pengadilanpengadilan, hanya dapat diingkar berdasarkan alasan , hanya dapat diingkar berdasarkan alasan yang baru diketahui pihak yang mempergunakan hak yang baru diketahui pihak yang mempergunakan hak ingkarnya setelah pengangkatan arbitrator yang ingkarnya setelah pengangkatan arbitrator yang bersangkutan (pasal 24 ayat 1);bersangkutan (pasal 24 ayat 1);

► Arbitrator yang diangkat Arbitrator yang diangkat dengan penetapan dengan penetapan Pengadilan, Pengadilan, hanya dapat diingkari berdasarkan alasan hanya dapat diingkari berdasarkan alasan yang diketahuinya setelah adanya penerimaan yang diketahuinya setelah adanya penerimaan penetapan Pengadilan tersebut (pasal 24 ayat 2).penetapan Pengadilan tersebut (pasal 24 ayat 2).

► Pihak yang berkeberatan terhadap penunjukkan Pihak yang berkeberatan terhadap penunjukkan seorang arbitrator yang dilakukan oleh pihak lain, harus seorang arbitrator yang dilakukan oleh pihak lain, harus mengajukan tuntutan ingkar mengajukan tuntutan ingkar dalam waktu paling dalam waktu paling lama 14 hari lama 14 hari sejak pengangkatan (pasal 24 ayat 3).sejak pengangkatan (pasal 24 ayat 3).

Page 92: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 92

D.10. Tuntutan Hak Ingkar D.10. Tuntutan Hak Ingkar terhadap arbitrator (ps 22 s/d terhadap arbitrator (ps 22 s/d

26);26);► Dalam hal alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Dalam hal alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

22 ayat (1) dan (2) diketahui kemudian, tuntutan ingkar 22 ayat (1) dan (2) diketahui kemudian, tuntutan ingkar harus diajukan dalam waktu paling lama 14 hari harus diajukan dalam waktu paling lama 14 hari sejak diketahuinya hal tersebut;sejak diketahuinya hal tersebut; (pasal 24 ayat 4). (pasal 24 ayat 4).

► Tuntutan ingkar harus secara tertulisTuntutan ingkar harus secara tertulis, baik kepada , baik kepada pihak lain maupun kepada arbitrator yang bersangkutan pihak lain maupun kepada arbitrator yang bersangkutan dengan menyebutkan alasan tuntutannya (pasal 24 ayat dengan menyebutkan alasan tuntutannya (pasal 24 ayat 5);5);

► Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oleh salah satu Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oleh salah satu pihak tidak disetujui oleh pihak lain, arbitrator yang pihak tidak disetujui oleh pihak lain, arbitrator yang bersangkutan harus mengundurkan diri dan seorang bersangkutan harus mengundurkan diri dan seorang arbiter pengganti akan ditunjuk sesuai dengan cara arbiter pengganti akan ditunjuk sesuai dengan cara yang ditentukan dalam UU 30/1999. (pasal 24 ayat 6).yang ditentukan dalam UU 30/1999. (pasal 24 ayat 6).

Page 93: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 93

D.10. Tuntutan Hak Ingkar D.10. Tuntutan Hak Ingkar terhadap arbitrator (ps 22 s/d terhadap arbitrator (ps 22 s/d

26);26);► Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oelh salah Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oelh salah

satu pihak tidak disetujui oleh pihak lain dan arbiter satu pihak tidak disetujui oleh pihak lain dan arbiter yang bersangkutan tidak bersedia mengundurkan diri, yang bersangkutan tidak bersedia mengundurkan diri, pihak yang berkepentingan dapat mengajukan tuntutan pihak yang berkepentingan dapat mengajukan tuntutan kepada Ketua Pengadilan negeri yang putusannya kepada Ketua Pengadilan negeri yang putusannya mengikat kedua pihak dan tidak dapat diajukan mengikat kedua pihak dan tidak dapat diajukan perlawanan (pasal 25 ayat 1);perlawanan (pasal 25 ayat 1);

► Dalam hal Ketua Pengadilan negeri memutuskan bahwa Dalam hal Ketua Pengadilan negeri memutuskan bahwa tuntutan sebagaimana dimaksud ayat (1) beralasan, tuntutan sebagaimana dimaksud ayat (1) beralasan, seorang arbitrator pengganti harus diangkat dengan seorang arbitrator pengganti harus diangkat dengan cara sebagaimana yang berlaku untuk pengangkatan cara sebagaimana yang berlaku untuk pengangkatan arbitrator yang digantikan (pasal 25 ayat 2);arbitrator yang digantikan (pasal 25 ayat 2);

► Dalam hal Ketua Pengadilan negeri menolak tuntutan Dalam hal Ketua Pengadilan negeri menolak tuntutan ingkar, maka arbitrator melanjutkan tugasnya (pasal 25 ingkar, maka arbitrator melanjutkan tugasnya (pasal 25 ayat 3).ayat 3).

Page 94: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 94

D.10. Tuntutan Hak Ingkar D.10. Tuntutan Hak Ingkar terhadap arbitrator (ps 22 s/d terhadap arbitrator (ps 22 s/d

26);26);►Wewenang arbitrator tidak dapat Wewenang arbitrator tidak dapat

dibatalkan dengan meninggalnya dibatalkan dengan meninggalnya arbitratorarbitrator dan wewenang tersebut dan wewenang tersebut selanjutnya dilanjutkan oleh penggantinya selanjutnya dilanjutkan oleh penggantinya yang kemudian diangkat sesuai dengan UU yang kemudian diangkat sesuai dengan UU 30/1999 (Pasal 26 ayat 1);30/1999 (Pasal 26 ayat 1);

►Arbitrator dapat dibebastugaskan bilamana Arbitrator dapat dibebastugaskan bilamana ia terbukti berpihak atau menunjukkan ia terbukti berpihak atau menunjukkan sikap tercela yang harus dibuktikan sikap tercela yang harus dibuktikan melalui jalur hukummelalui jalur hukum (pasal 26 ayat 2). (pasal 26 ayat 2).

Page 95: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 95

D.10. Tuntutan Hak Ingkar D.10. Tuntutan Hak Ingkar terhadap arbitrator (ps 22 s/d terhadap arbitrator (ps 22 s/d

26);26);► Dalam hal Dalam hal selama pemeriksaan sengketa selama pemeriksaan sengketa

berlangsung, arbitrator meninggal dunia, tidak berlangsung, arbitrator meninggal dunia, tidak mampu, atau mengundurkan dirimampu, atau mengundurkan diri, sehingga tidak , sehingga tidak dapat melaksanakan kewajibannya, seorang arbitrator dapat melaksanakan kewajibannya, seorang arbitrator pengganti akan diangkat dengan cara sebagaimana pengganti akan diangkat dengan cara sebagaimana yang berlaku bagi pengangkatan arbitrator yang yang berlaku bagi pengangkatan arbitrator yang bersangkutan (Pasal 26 ayat 3).bersangkutan (Pasal 26 ayat 3).

► Dalam hal seorang arbitrator tunggal atau ketua majelis Dalam hal seorang arbitrator tunggal atau ketua majelis arbitrase diganti, semua pemeriksaan yang telah arbitrase diganti, semua pemeriksaan yang telah diadakan diadakan harus diulang kembali; harus diulang kembali; (pasal 26 ayat 4);(pasal 26 ayat 4);

► Dalam hal anggota majelis yang diganti, pemeriksaan Dalam hal anggota majelis yang diganti, pemeriksaan sengketa hanya diulang kembali secara tertib antar sengketa hanya diulang kembali secara tertib antar arbitrator (pasal 26 ayat 5).arbitrator (pasal 26 ayat 5).

Page 96: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 96

D.11. Imunitas arbitrator & D.11. Imunitas arbitrator & batas2nya (ps. 21);batas2nya (ps. 21);

► Arbitrator atau majelis arbitrase tidak dapat dikenakan Arbitrator atau majelis arbitrase tidak dapat dikenakan tanggung jawab hukum apapun atas segala tindakan tanggung jawab hukum apapun atas segala tindakan yang diambil selama proses persidangan berlangsung yang diambil selama proses persidangan berlangsung untuk menjalankan fungsinya sebagai arbitrator atau untuk menjalankan fungsinya sebagai arbitrator atau majelis arbitrase, kecuali dapat dibuktikan adanya majelis arbitrase, kecuali dapat dibuktikan adanya itikad tidak baik dari tindakan tersebut (pasal 21).itikad tidak baik dari tindakan tersebut (pasal 21).

► Sebagaimana halnya hakim dan advokat, juga Sebagaimana halnya hakim dan advokat, juga memiliki imunitas dalam menjalankan kewajiban atau memiliki imunitas dalam menjalankan kewajiban atau profesinya, sepanjang dilakukan dengan itikad baik;profesinya, sepanjang dilakukan dengan itikad baik;

► Persoalannya adalah bagaimana mekanisme untuk Persoalannya adalah bagaimana mekanisme untuk membuktikan bahwa arbitrator atau majelis arbitrase membuktikan bahwa arbitrator atau majelis arbitrase telah melakukan itikad tidak baik pada saat telah melakukan itikad tidak baik pada saat menjalankan tindakan dalam proses arbitrase hal itu menjalankan tindakan dalam proses arbitrase hal itu bukanlah merupakan proses yang sederhanabukanlah merupakan proses yang sederhana

Page 97: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 97

D.11 Imunitas arbitrator & D.11 Imunitas arbitrator & batas2nya (ps. 21);batas2nya (ps. 21);

► Persoalan lainnya adalah siapa yang berwenang Persoalan lainnya adalah siapa yang berwenang untuk memberikan penilaian terhadap masalah untuk memberikan penilaian terhadap masalah “ada/tidaknya itikad baik” arbitrator ketika “ada/tidaknya itikad baik” arbitrator ketika memutus sengketa.Belum lagi muncul persoalan memutus sengketa.Belum lagi muncul persoalan selanjutnyaselanjutnya

► Persoalan lainnya lagi adalah bagaimana dengan Persoalan lainnya lagi adalah bagaimana dengan status putusan arbitrase yang telah dijatuhkan, status putusan arbitrase yang telah dijatuhkan, apakah secara otomatis batal ataukah dimohonkan apakah secara otomatis batal ataukah dimohonkan pembatalan terlebih dahulu ke Pengadilan ? (lihat pembatalan terlebih dahulu ke Pengadilan ? (lihat pasal 70 s/d 72), pasal 70 s/d 72),

► Persoalan-persoalan tersebut dalam penjelasan UU Persoalan-persoalan tersebut dalam penjelasan UU No.30 tahun 1999, hanya disebutkan “cukup jelas”. No.30 tahun 1999, hanya disebutkan “cukup jelas”.

Page 98: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 98

D.12. Berakhirnya tugas & D.12. Berakhirnya tugas & wewenang arbitrator (ps 48 wewenang arbitrator (ps 48

jo. 59 ).jo. 59 ).► Pasal 73 UU No.30/1999 mengatur bahwa tugas Pasal 73 UU No.30/1999 mengatur bahwa tugas

arbitrator berakhir karena : arbitrator berakhir karena : ► (a). putusan mengenai sengketa telah diambil; (a). putusan mengenai sengketa telah diambil; ► (b). jangka waktu yang telah ditentukan (b). jangka waktu yang telah ditentukan dalam dalam

perjanjian arbitrase atau sesudah perjanjian arbitrase atau sesudah diperpanjang diperpanjang oleh para pihak telah oleh para pihak telah lampau; atau lampau; atau

► (c). para pihak sepakat untuk menarik kembali (c). para pihak sepakat untuk menarik kembali penunjukkan arbitrator. penunjukkan arbitrator. CATATAN Pasal 73 huruf “a”, CATATAN Pasal 73 huruf “a”, meskipun sengketa meskipun sengketa telah diputus namun tugas Arbiter tidak langsung telah diputus namun tugas Arbiter tidak langsung berakhir, karena Arbiter atau kuasanya masih berakhir, karena Arbiter atau kuasanya masih berkewajiban menyerahkan dan mendaftarkan putusan berkewajiban menyerahkan dan mendaftarkan putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri (Pasal 59). arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri (Pasal 59).

Page 99: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 99

E. Otonomi Para Pihak Memilih Bahasa(Choice of Arbitration Language);

Ps. 28 : keharusan proses arbitrase Ps. 28 : keharusan proses arbitrase menggunakan Bahasa Indonesia, KECUALI atas menggunakan Bahasa Indonesia, KECUALI atas persetujuan arbitrator atau majelis arbitrase, persetujuan arbitrator atau majelis arbitrase, para pihak dapat menggunakan bahasa lain yg para pihak dapat menggunakan bahasa lain yg disepakati.disepakati.Pada arbitrase internasional, pemilihan bahasa Pada arbitrase internasional, pemilihan bahasa merupakan soal yg penting, berkenaan dengan merupakan soal yg penting, berkenaan dengan perbedaan latar belakang bahasa para pihak. perbedaan latar belakang bahasa para pihak. Proses arbitrase, keterangan saksi, serta Proses arbitrase, keterangan saksi, serta dokumen bukti dialihbahasakan ke dalam dokumen bukti dialihbahasakan ke dalam bahasa yang pilih.bahasa yang pilih.

Page 100: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 100

E. Otonomi Para Pihak Memilih Bahasa

(Choice of Arbitration Language);Persoalannya adalah :Persoalannya adalah :

► Bahasa yang telah dipilih dan disepakati oleh para pihak, akan Bahasa yang telah dipilih dan disepakati oleh para pihak, akan digunakan sebagai bahasa resmi dalam proses arbitrase yang digunakan sebagai bahasa resmi dalam proses arbitrase yang bersangkutan.bersangkutan.

► Penggunaan “bahasa asing” harus mendapatkan persetujuan arbitrator Penggunaan “bahasa asing” harus mendapatkan persetujuan arbitrator yang akan menjalankan proses persidangan arbitrase.yang akan menjalankan proses persidangan arbitrase.

► Pentingnya pemilihan bahasa dalam proses arbitrase berkaitan dengan Pentingnya pemilihan bahasa dalam proses arbitrase berkaitan dengan kenyataan bahwa antara bahasa yang satu dengan yang lain memiliki kenyataan bahwa antara bahasa yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan konseptual dalam memaknai suatu terminologi dan konsep perbedaan konseptual dalam memaknai suatu terminologi dan konsep hukum tertentu sebagai akibat adanya perbedaan latar belakang hukum tertentu sebagai akibat adanya perbedaan latar belakang sejarah, budaya dan sistem hukum masing2.sejarah, budaya dan sistem hukum masing2.

► Misalnya konsep “public policy” di negara-negara Anglo American yang Misalnya konsep “public policy” di negara-negara Anglo American yang maknanya tidak sama persis dengan konsep “openbare orde” atau maknanya tidak sama persis dengan konsep “openbare orde” atau “orde publique” di negara negara Kontinental, maupun dengan konsep “orde publique” di negara negara Kontinental, maupun dengan konsep “ketertiban umum” di Indonesia karena masing2 memiliki latar “ketertiban umum” di Indonesia karena masing2 memiliki latar belakang sejarah dan sistem hukum berlainan.belakang sejarah dan sistem hukum berlainan.

Page 101: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 102

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE.► Pasal 3 : “Pengadilan Negeri TIDAK BERWENANG Pasal 3 : “Pengadilan Negeri TIDAK BERWENANG

untuk mengadili sengketa para pihak yang telah untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase”.terikat dalam perjanjian arbitrase”.

► Pasal 11 Pasal 11 (1). “Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis (1). “Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis MENIADA KAN HAK PARA PIHAK untuk mengajukan MENIADA KAN HAK PARA PIHAK untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri”.Negeri”.(2). “Pengadilan Negeri WAJIB MENOLAK dan TIDAK (2). “Pengadilan Negeri WAJIB MENOLAK dan TIDAK AKAN CAMPUR TANGAN di dalam suatu AKAN CAMPUR TANGAN di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase, KECUALI dalam hal-hal tertentu melalui arbitrase, KECUALI dalam hal-hal tertentu yang ditetapkan dalam UNDANG UNDANG INI”.yang ditetapkan dalam UNDANG UNDANG INI”.

Page 102: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 103

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE.► Pasal 3 jo. 11 mengandung norma yang bersifat Pasal 3 jo. 11 mengandung norma yang bersifat

memaksa, bahwa dengan adanya perjanjian arbitrase memaksa, bahwa dengan adanya perjanjian arbitrase menentukan kompetensi absolut arbitrase mengadili menentukan kompetensi absolut arbitrase mengadili sengketa, dengan demikian Pengadilan Negeri tidak sengketa, dengan demikian Pengadilan Negeri tidak memiliki kompetensi absolut untuk mengadili sengketa memiliki kompetensi absolut untuk mengadili sengketa yang bersangkutan. Konsekuensi adanya perjanjian yang bersangkutan. Konsekuensi adanya perjanjian arbitrase maka para pihak telah melepaskan haknya arbitrase maka para pihak telah melepaskan haknya untuk menyelesaikan sengketanya melalui lembaga untuk menyelesaikan sengketanya melalui lembaga Pengadilan. Apabila sengketa tersebut oleh salah satu Pengadilan. Apabila sengketa tersebut oleh salah satu pihak tetap diajukan ke Pengadilan, maka Pengadilan pihak tetap diajukan ke Pengadilan, maka Pengadilan wajib menolak campur tangan atas perkara yang oleh wajib menolak campur tangan atas perkara yang oleh para pihak sebelumnya telah diperjanjikan akan para pihak sebelumnya telah diperjanjikan akan diselesaikan melalui arbitrase. Pengadilan selain terikat diselesaikan melalui arbitrase. Pengadilan selain terikat pada Pasal 3 jo. 11 UU No.30/1999, juga wajib pada Pasal 3 jo. 11 UU No.30/1999, juga wajib menghormati pilihan para pihak yang telah menghormati pilihan para pihak yang telah mengadakan perjanjian arbitrase.mengadakan perjanjian arbitrase.

Page 103: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 104

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE.PERJANJIAN ARBITRASE TIDAK BOLEH MELANGGAR PERJANJIAN ARBITRASE TIDAK BOLEH MELANGGAR UNDANG-UNDANG.UNDANG-UNDANG.

► Pasal 303 Undang Undang No. 37/2004 tentang Kepailitan dan Pasal 303 Undang Undang No. 37/2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, mengatur bahwa : Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, mengatur bahwa : “Pengadilan tetap berwenang memeriksa dan menyelesaikan “Pengadilan tetap berwenang memeriksa dan menyelesaikan permohonan pernyataan pailit dari para pihak yang terikat permohonan pernyataan pailit dari para pihak yang terikat dalam perjanjian arbitrase, sepanjang utang yang menjadi dalam perjanjian arbitrase, sepanjang utang yang menjadi dasar permohonan pernyataan pailit telah memenuhi dasar permohonan pernyataan pailit telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) Undang Undang ini”.Undang Undang ini”.

► Pasal 2 ayat (1) mengatur : “Debitor mempunyai dua atau Pasal 2 ayat (1) mengatur : “Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya” sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya”

Page 104: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 105

CATATAN Pasal 303 jo. Pasal 2 ayat (1) CATATAN Pasal 303 jo. Pasal 2 ayat (1) UU 37/2004 KAITANNYA DENGAN UU 37/2004 KAITANNYA DENGAN

KEWENANGAN ARBITRASEKEWENANGAN ARBITRASE► Norma yang terkandung dalam ketentuan Norma yang terkandung dalam ketentuan

tersebut, meskipun terdapat perjanjian arbitrase tersebut, meskipun terdapat perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak, namun yang yang dibuat oleh para pihak, namun yang berwenang asbolut memeriksa dan memutus berwenang asbolut memeriksa dan memutus sengketa kepailitan adalah Pengadilan Niaga. sengketa kepailitan adalah Pengadilan Niaga. Kedudukan Pengadilan Niaga sebagai satu-Kedudukan Pengadilan Niaga sebagai satu-satunya Pengadilan yang memiliki kompetensi satunya Pengadilan yang memiliki kompetensi absolut dalam perkara kepailitan tidak dapat absolut dalam perkara kepailitan tidak dapat tergantikan atau disingkirkan oleh adanya tergantikan atau disingkirkan oleh adanya perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak.perjanjian arbitrase yang dibuat oleh para pihak.Hal tersebut menunjukkan sifat memaksa Hal tersebut menunjukkan sifat memaksa (“dwingend”) ketentuan tersebut. (“dwingend”) ketentuan tersebut.

Page 105: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 106

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE.B. Klausula Arbitrase & Perjanjian Arbitrase;B. Klausula Arbitrase & Perjanjian Arbitrase;

► Klausula arbitrase (arbitration clause/pactum de Klausula arbitrase (arbitration clause/pactum de compromittendo) merupakan salah salah satu klausula yang compromittendo) merupakan salah salah satu klausula yang terdapat dalam suatu kontrak dan dibuat sebelum terjadi terdapat dalam suatu kontrak dan dibuat sebelum terjadi sengketa, sedangkan perjanjian arbitrase (arbitartion sengketa, sedangkan perjanjian arbitrase (arbitartion agreement/acta van compromise) dibuat tersendiri/ terpisah agreement/acta van compromise) dibuat tersendiri/ terpisah dengan perjanjian pokoknya namun tetap saling berkaitan. dengan perjanjian pokoknya namun tetap saling berkaitan.

► Perbedaan antara klausula arbitrase dengan perjanjian Perbedaan antara klausula arbitrase dengan perjanjian arbitrase hanya terletak pada saat pembuatan serta cara arbitrase hanya terletak pada saat pembuatan serta cara penuangannya, namun pada pokoknya, keduanya memiliki penuangannya, namun pada pokoknya, keduanya memiliki kesamaan yakni kesepakatan para pihak memilih kesamaan yakni kesepakatan para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase. Dengan adanya penyelesaian sengketa melalui arbitrase. Dengan adanya klausula arbitrase atau perjanjian arbitrase maka yang klausula arbitrase atau perjanjian arbitrase maka yang berwenang secara absolut menyelesaikan sengketa adalah berwenang secara absolut menyelesaikan sengketa adalah lembaga arbitrase yang telah disepakati para pihak.lembaga arbitrase yang telah disepakati para pihak.

Page 106: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 107

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE. C. Dibuat sebelum & sesudah terjadi sengketa (ps. C. Dibuat sebelum & sesudah terjadi sengketa (ps.

7);7);

► Kesepakatan para pihak untuk mengadakan perjanjian Kesepakatan para pihak untuk mengadakan perjanjian arbitrase dapat dibuat sebelum terjadi sengketa (arbitration arbitrase dapat dibuat sebelum terjadi sengketa (arbitration clause/ pactum de compromitendo) sebagai antisipasi clause/ pactum de compromitendo) sebagai antisipasi kemungkinan terjadinya sengketa di kemudian hari, kemungkinan terjadinya sengketa di kemudian hari, maupun dalam perjanjian arbitrase yang dibuat tersendiri maupun dalam perjanjian arbitrase yang dibuat tersendiri setelah terjadinya sengketa (arbitration agreement/acta setelah terjadinya sengketa (arbitration agreement/acta van compromis). van compromis).

► Dalam praktek, mengadakan perjanjian arbitrase setelah Dalam praktek, mengadakan perjanjian arbitrase setelah terjadi sengketa pada umumnya lebih sulit dilakukan, terjadi sengketa pada umumnya lebih sulit dilakukan, karena pihak yang posisi hukumnya lemah, cenderung lebih karena pihak yang posisi hukumnya lemah, cenderung lebih menyukai penyelesaian melalui Pengadilan, dengan maksud menyukai penyelesaian melalui Pengadilan, dengan maksud untuk memanfaatkan kelambanan proses dan prosedur untuk memanfaatkan kelambanan proses dan prosedur Pengadilan guna mengulur pemenuhan kewajiban.Pengadilan guna mengulur pemenuhan kewajiban.

Page 107: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 108

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE.E. Para Pihak dalam Perj. Arbitrase (ps. 1 E. Para Pihak dalam Perj. Arbitrase (ps. 1

ke-2);ke-2);Para pihak dalam perjanjian arbitrase adalah Para pihak dalam perjanjian arbitrase adalah SUBYEK HUKUM BAIK MENURUT HUKUM PERDATA SUBYEK HUKUM BAIK MENURUT HUKUM PERDATA MAUPUN HUKUM PUBLIK.MAUPUN HUKUM PUBLIK.Subyek hukum perdata meliputi orang dan badan Subyek hukum perdata meliputi orang dan badan hukum perdata (misalnya PT, Yayasan, dll). hukum perdata (misalnya PT, Yayasan, dll). Subyek hukum publik meliputi badan hukum Subyek hukum publik meliputi badan hukum publik (misalnya, Pemerintah publik (misalnya, Pemerintah Pusat/Propinsi/Kabupaten/ Kota).Pusat/Propinsi/Kabupaten/ Kota).

Page 108: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 109

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE.D. Perjanjian Arbitrase Tertulis.D. Perjanjian Arbitrase Tertulis.

Persetujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase Persetujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase dimuat dalam suatu DOKUMEN YANG DITANDATANGANI PARA dimuat dalam suatu DOKUMEN YANG DITANDATANGANI PARA PIHAK (ps. 4 ayat 2).PIHAK (ps. 4 ayat 2). Perjanjian arbitrase dibuat secara tertulis Perjanjian arbitrase dibuat secara tertulis yang ditandatangani oleh para pihak, sedangkan apabila para yang ditandatangani oleh para pihak, sedangkan apabila para pihak tidak dapat menanda tangani maka perjanjian tertulis pihak tidak dapat menanda tangani maka perjanjian tertulis tersebut dibuat dalam bentuk AKTA NOTARIS (Ps. 9 ayat 1 dan tersebut dibuat dalam bentuk AKTA NOTARIS (Ps. 9 ayat 1 dan 2).2).

CATATAN :CATATAN :Keharusan perjanjian dibuat tertulis dan ditandatangani para Keharusan perjanjian dibuat tertulis dan ditandatangani para pihak masih menggunakan paradigma perjanjian berbasis kertas. pihak masih menggunakan paradigma perjanjian berbasis kertas. Padahal dalam praktek dewasa ini, melalui kegiatan e Padahal dalam praktek dewasa ini, melalui kegiatan e commerce, maka komunikasi para pihak, termasuk pembuatan commerce, maka komunikasi para pihak, termasuk pembuatan perjanjian arbitrase, dapat dilakukan melalui berbagai sarana perjanjian arbitrase, dapat dilakukan melalui berbagai sarana komunikasi, tanpa para pihak harus melakukan perjumpaan fisik. komunikasi, tanpa para pihak harus melakukan perjumpaan fisik. Misalnya melalui e-mail dan lain sebagainya.Misalnya melalui e-mail dan lain sebagainya.

Page 109: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 110

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE.► Pasal 4 ayat (3) mengatur : Dalam hal disepakati Pasal 4 ayat (3) mengatur : Dalam hal disepakati

penyelesaian sengketa melalui arbitrase terjadi DALAM penyelesaian sengketa melalui arbitrase terjadi DALAM BENTUK PERTUKARAN SURAT, maka pengiriman BENTUK PERTUKARAN SURAT, maka pengiriman teleks, telegram, faksimile, e-mail atau dalam bentuk teleks, telegram, faksimile, e-mail atau dalam bentuk sarana komunikasi lainnya, wajib disertai dengan sarana komunikasi lainnya, wajib disertai dengan catatan penerimaan oleh para pihak.catatan penerimaan oleh para pihak.

► CATATANCATATAN : : Pasal 4 ayat (3) telah mengakomodasi kemungkinan Pasal 4 ayat (3) telah mengakomodasi kemungkinan pembuatan perjanjian arbitrase melalui berbagai pembuatan perjanjian arbitrase melalui berbagai sarana telekomunikasi akibat pesatnya perkembangan sarana telekomunikasi akibat pesatnya perkembangan e-commerce. Rumusan frasa “dalam bentuk sarana e-commerce. Rumusan frasa “dalam bentuk sarana komunikasi lainnya” merupakan antisipasi terhadap komunikasi lainnya” merupakan antisipasi terhadap kemungkinan munculnya teknologi mutakhir di bidang kemungkinan munculnya teknologi mutakhir di bidang komunikasi di masa depan.komunikasi di masa depan.

Page 110: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 111

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE.F. Pasal 9 ayat (3) Perj. Arbitrase harus F. Pasal 9 ayat (3) Perj. Arbitrase harus

memuat :memuat :a. masalah yang disengketakan;a. masalah yang disengketakan;b. nama lengkap dan tempat tinggal para pihak;b. nama lengkap dan tempat tinggal para pihak;c. nama lengkap dan tempat tinggal para arbiter dan majelis c. nama lengkap dan tempat tinggal para arbiter dan majelis arbitrase;arbitrase;d. tempat arrbiter atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan;d. tempat arrbiter atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan;e. nama lengkap sekretaris;e. nama lengkap sekretaris;f. jangka waktu penyelesaian sengketa;f. jangka waktu penyelesaian sengketa;g. pernyataan kesediaan dari arbiter, dang. pernyataan kesediaan dari arbiter, danh. pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk h. pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk menanggung segala biaya yang diperlukan untuk penyelesaian menanggung segala biaya yang diperlukan untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase. (Ps. 9 ayat 3).sengketa melalui arbitrase. (Ps. 9 ayat 3).

Page 111: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 112

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE.Pasal 9 ayat (4) mengatur bahwa perjanjian Pasal 9 ayat (4) mengatur bahwa perjanjian tertulis yang tidak memuat hal sebagaimana tertulis yang tidak memuat hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) BATAL DEMI HUKUM.dimaksud dalam ayat (3) BATAL DEMI HUKUM. CATATAN :CATATAN :Unsur2 dalam Pasal 9 ayat (3) bersifat limitatif Unsur2 dalam Pasal 9 ayat (3) bersifat limitatif dan imperatif, artinya semua unsur tanpa dan imperatif, artinya semua unsur tanpa kecuali harus terpenuhi dan termuat dalam kecuali harus terpenuhi dan termuat dalam suatu perjanjian arbitrase. Disertai ancaman suatu perjanjian arbitrase. Disertai ancaman sanksi dalam Pasal 9 ayat (4), yakni “perjanjian sanksi dalam Pasal 9 ayat (4), yakni “perjanjian arbitrase batal demi hukum”, apabila terbukti arbitrase batal demi hukum”, apabila terbukti tidak memuat semua unsur Pasal 9 ayat (3). tidak memuat semua unsur Pasal 9 ayat (3).

Page 112: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 113

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE.G. Perj. Arbitrase Tertulis & Perkemb. TI/TK/E-G. Perj. Arbitrase Tertulis & Perkemb. TI/TK/E-

C.C.Berkaitan dengan perkembangan Teknologi Berkaitan dengan perkembangan Teknologi Iinformasi/Teknologi Kominukasi maupun E-Commerce, Iinformasi/Teknologi Kominukasi maupun E-Commerce, maka kesepakatan penyelesaian sengketa melalui arbitrase maka kesepakatan penyelesaian sengketa melalui arbitrase dapat dibuat dalam bentuk pertukaran surat, melalui teleks, dapat dibuat dalam bentuk pertukaran surat, melalui teleks, telegram, e-mail, atau dalam bentuk sarana komunikasi telegram, e-mail, atau dalam bentuk sarana komunikasi lainnya. Namun hal itu disyaratkan wajib disertai dengan lainnya. Namun hal itu disyaratkan wajib disertai dengan suatu catatan penerimaan oleh para pihak (ps. 4 ayat 3). suatu catatan penerimaan oleh para pihak (ps. 4 ayat 3). Karena itu, berdasarkan norma yang terkandung dalam Karena itu, berdasarkan norma yang terkandung dalam pasal 4 ayat (3), perjanjian arbitrase tidak mutlak harus pasal 4 ayat (3), perjanjian arbitrase tidak mutlak harus berbasis kertas serta ditandatangani para pihak di tempat berbasis kertas serta ditandatangani para pihak di tempat yang sama, dan pada waktu yang sama pula. Melainkan yang sama, dan pada waktu yang sama pula. Melainkan dapat memanfaatkan sarana teknologi yang ada.dapat memanfaatkan sarana teknologi yang ada.

Page 113: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 114

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE. H. Wewenang Absolut ArbitraseH. Wewenang Absolut Arbitrase

Pengadilan Negeri TIDAK BERWENANG untuk Pengadilan Negeri TIDAK BERWENANG untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase (ps. 3).dalam perjanjian arbitrase (ps. 3).

► Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis MENIADAKAN HAK PARA PIHAK untuk mengajukan MENIADAKAN HAK PARA PIHAK untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan negeri termuat dalam perjanjiannya ke Pengadilan negeri (pasal 11 ayat 1).(pasal 11 ayat 1).

► Pengadilan negeri WAJIB MENOLAK dan TIDAK AKAN Pengadilan negeri WAJIB MENOLAK dan TIDAK AKAN CAMPUR TANGAN di dalam suatu penyelesaian CAMPUR TANGAN di dalam suatu penyelesaian sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase, sengketa yang telah ditetapkan melalui arbitrase, KECUALI DALAM HAL-HAL TERTENTU yang KECUALI DALAM HAL-HAL TERTENTU yang ditetapkan dalam UU ini (ps. 11 ayat 2).ditetapkan dalam UU ini (ps. 11 ayat 2).

Page 114: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 115

2. PERJANJIAN ARBITRASE 2. PERJANJIAN ARBITRASE MENJADI DASAR WEWENANG MENJADI DASAR WEWENANG

ARBITRASE.ARBITRASE.► I. Pasal 10, Perjanjian arbitrase TIDAK MENJADI I. Pasal 10, Perjanjian arbitrase TIDAK MENJADI

BATAL disebabkan keadaan tersebut di bawah ini :BATAL disebabkan keadaan tersebut di bawah ini :a. meninggalnya salah satu pihak;a. meninggalnya salah satu pihak;b. bangkrutnya salah satu pihak;b. bangkrutnya salah satu pihak;c. Novasi;c. Novasi;d. Insolvensi salah satu pihak;d. Insolvensi salah satu pihak;e. Pewarisan;e. Pewarisan;f. Berlakunya syarat2 hapusnya perikatan pokok;f. Berlakunya syarat2 hapusnya perikatan pokok;g. Bilamana pelaksanaan perjanjian tersebut g. Bilamana pelaksanaan perjanjian tersebut dialitugaskan pada pihak ketiga dengan persetujuan dialitugaskan pada pihak ketiga dengan persetujuan pihak yang melakukan perjanjian arbitrase tersebut, pihak yang melakukan perjanjian arbitrase tersebut, atauatauh. Berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.h. Berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.

Page 115: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 116

KETIDAKBATALAN PERJANJIAN KETIDAKBATALAN PERJANJIAN ARBITRASE : PASAL 10 “f” dan “h” ARBITRASE : PASAL 10 “f” dan “h”

UU 30/1999UU 30/1999 ► Persoalan hukumnya adalah, khususnya menyangkut apa Persoalan hukumnya adalah, khususnya menyangkut apa

“reasoning” pengaturan dalam Pasal 10 huruf “f” dan “reasoning” pengaturan dalam Pasal 10 huruf “f” dan huruf “h”, bahwa perjanjian arbitrase tidak batal karena huruf “h”, bahwa perjanjian arbitrase tidak batal karena berlakunya syarat2 hapusnya perikatan pokok serta berlakunya syarat2 hapusnya perikatan pokok serta berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok ???berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok ???

► Hal tersebut berkaitan dengan kedudukan perjanjian Hal tersebut berkaitan dengan kedudukan perjanjian arbitrase yang bersifat “assessor” terhadap perjanjian arbitrase yang bersifat “assessor” terhadap perjanjian pokoknya;pokoknya;

► Bukankah kedudukan perjanjian assessor mengikuti Bukankah kedudukan perjanjian assessor mengikuti perjanjian pokoknya ? Dalam pengertian, bukankah perjanjian pokoknya ? Dalam pengertian, bukankah batalnya perjanjian pokok maka secara otomatis batalnya perjanjian pokok maka secara otomatis menyebabkan batal pula perjanjian assessornya ?menyebabkan batal pula perjanjian assessornya ?

► Ibaratnya perjanjian pokok sebagai “lokomotip” Ibaratnya perjanjian pokok sebagai “lokomotip” sedangkan perjanjian arbitrase sebagai “gerbong”nya. sedangkan perjanjian arbitrase sebagai “gerbong”nya. Maka apabila lokomotipnya tidak jalan, apakah Maka apabila lokomotipnya tidak jalan, apakah gerbongnya tetap jalan ? gerbongnya tetap jalan ?

Page 116: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 117

3. PRIVATE & CONFIDENTIAL 3. PRIVATE & CONFIDENTIAL ::

Pasal 27 : “Semua pemeriksaan sengketa dilakukan Pasal 27 : “Semua pemeriksaan sengketa dilakukan secara tertutup”.secara tertutup”.

Prinsip ini merupakan daya tarik utama arbitrase dalam Prinsip ini merupakan daya tarik utama arbitrase dalam penyelesaian sengketa bisnis, karena para pihak penyelesaian sengketa bisnis, karena para pihak sejatinya tidak menginginkan publikasi terhadap sejatinya tidak menginginkan publikasi terhadap persona, substansi, proses, obyek sengketa. Terjadinya persona, substansi, proses, obyek sengketa. Terjadinya publikasi dikuatirkan justru dapat merugikan nama baik publikasi dikuatirkan justru dapat merugikan nama baik dan berbagai kepentingan para pihak lainnya. dan berbagai kepentingan para pihak lainnya. Prinsip ini merupakan “pekecualian” terhadap prinsip Prinsip ini merupakan “pekecualian” terhadap prinsip “sidang terbuka untuk umum” yang berlaku dalam “sidang terbuka untuk umum” yang berlaku dalam proses peradilan;proses peradilan;

Page 117: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 118

4.4. AUDI ET AUDI ET ALTERAM PARTEM :ALTERAM PARTEM :

Pasal 29 : Para pihak yang bersengketa mempunyai Pasal 29 : Para pihak yang bersengketa mempunyai hak & kesempatan yg sama dalam mengemukakan hak & kesempatan yg sama dalam mengemukakan pendapat dalam proses arbitrase (audi et alteram pendapat dalam proses arbitrase (audi et alteram partem). Hal ini merupakan wujud prinsip keadilan partem). Hal ini merupakan wujud prinsip keadilan dan keseimbangan (justice & fairness) dalam proses dan keseimbangan (justice & fairness) dalam proses arbitrase. Arbitrator/Majelis arbitrase wajib arbitrase. Arbitrator/Majelis arbitrase wajib mendengar keterangan para pihak yang mendengar keterangan para pihak yang bersengketa, serta memberikan kesempatan yang bersengketa, serta memberikan kesempatan yang sama kepada mereka untuk menggunakan hak dan sama kepada mereka untuk menggunakan hak dan kewajibannya dalam proses arbitrase. kewajibannya dalam proses arbitrase. Prinsip ini juga merupakan prinsip umum Prinsip ini juga merupakan prinsip umum penyelenggaraan Peradilan pada umumnya.penyelenggaraan Peradilan pada umumnya.

Page 118: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 119

5.LIMITASI WAKTU 5.LIMITASI WAKTU PROSES ARBITRASEPROSES ARBITRASE

Proses arbitrase dibatasi waktu paling lama 180 hari sejak arbiter Proses arbitrase dibatasi waktu paling lama 180 hari sejak arbiter atau majelis arbitrase terbentuk (ps. 48 ayat 1). Perpanjangan atau majelis arbitrase terbentuk (ps. 48 ayat 1). Perpanjangan waktu oleh arbiter atau majelis arbitrase dapat dilakukan atas waktu oleh arbiter atau majelis arbitrase dapat dilakukan atas persetujuan para pihak (ps. 38 ayat 2 jo. Ps. 33).persetujuan para pihak (ps. 38 ayat 2 jo. Ps. 33).

SANKSI SANKSI : d : dalam hal arbiter atau majelis arbitrase tanpa alasan alam hal arbiter atau majelis arbitrase tanpa alasan yang sah tidak memberikan putusan dalam jangka waktu yang yang sah tidak memberikan putusan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, arbiter dapat dihukum untuk mengganti biaya telah ditentukan, arbiter dapat dihukum untuk mengganti biaya kerugian yang diakibatkan karena keterlambatan tersebut kepada kerugian yang diakibatkan karena keterlambatan tersebut kepada para pihak (Pasal 21). Oleh karena itu, seorang calon arbiter harus para pihak (Pasal 21). Oleh karena itu, seorang calon arbiter harus mengukur kemampuannya apakah sanggup menyelesaikan mengukur kemampuannya apakah sanggup menyelesaikan sengketa dalam koridor waktu yang telah ditentukan. Sebaliknya sengketa dalam koridor waktu yang telah ditentukan. Sebaliknya ketika telah bersedia ditunjuk sebagai arbiter, maka ia harus ketika telah bersedia ditunjuk sebagai arbiter, maka ia harus melakukan manajemen waktu sesuai dengan batas waktu yang melakukan manajemen waktu sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.ditentukan.

Page 119: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 120

5.LIMITASI WAKTU 5.LIMITASI WAKTU PROSES ARBITRASEPROSES ARBITRASE

► CATATAN : CATATAN : dibandingkan dengan proses peradilan, maka dibandingkan dengan proses peradilan, maka secara teoritis maupun secara normatif waktu secara teoritis maupun secara normatif waktu dalam proses arbitrase relatif lebih cepat. Selain dalam proses arbitrase relatif lebih cepat. Selain dibatasi dalam waktu 180 hari, juga putusannya dibatasi dalam waktu 180 hari, juga putusannya bersifat final & binding. Sedangkan terhadap bersifat final & binding. Sedangkan terhadap putusan Pengadilan masih terbuka dimohonkan putusan Pengadilan masih terbuka dimohonkan banding dan kasasi. Apabila diperlukan banding dan kasasi. Apabila diperlukan penambahan waktu, maka harus ada penambahan waktu, maka harus ada persetujuan para pihak, oleh karena hal itu akan persetujuan para pihak, oleh karena hal itu akan berdampak pada bertambahnya biaya-biaya berdampak pada bertambahnya biaya-biaya yang harus ditanggung oleh para pihak.yang harus ditanggung oleh para pihak.

Page 120: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 121

Perpanjangan Waktu Perpanjangan Waktu Proses Arbitrase (Ps. 33 UU Proses Arbitrase (Ps. 33 UU

30/1999);30/1999);► Arbitrator/majelis arbitrase berwenang memperpanjang Arbitrator/majelis arbitrase berwenang memperpanjang

jangka waktu tugasnya apabila : diajukan permohonan jangka waktu tugasnya apabila : diajukan permohonan oleh salah satu pihak mengenai hal khusus tertentu oleh salah satu pihak mengenai hal khusus tertentu atau sebagai akibat ditetapkan putusan provisionil atau atau sebagai akibat ditetapkan putusan provisionil atau putusan sela lain nya; atau memang dianggap perlu putusan sela lain nya; atau memang dianggap perlu oleh arbiter atau majelis arbitrase untuk kepentingan oleh arbiter atau majelis arbitrase untuk kepentingan pemeriksaan.pemeriksaan.

► Perpanjangan waktu diperlukan, mengingat Perpanjangan waktu diperlukan, mengingat kompleksitas perkara yang diperiksa, sehingga tidak kompleksitas perkara yang diperiksa, sehingga tidak meungkinkan diputus dalam waktu 180 hari. Namun meungkinkan diputus dalam waktu 180 hari. Namun perpanjangan waktu tetap harus mendapatkan perpanjangan waktu tetap harus mendapatkan persetujuan para pihak berperkara, mengingat persetujuan para pihak berperkara, mengingat perpanjangan waktu beresiko pada biaya-biaya yang perpanjangan waktu beresiko pada biaya-biaya yang harus dipikul para pihak berperkara itu sendiri.harus dipikul para pihak berperkara itu sendiri.

Page 121: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 122

ACARA ARBITRASEACARA ARBITRASE► Secara umum, prosedur dan proses beracara di Secara umum, prosedur dan proses beracara di

forum arbitrase (UU 30/1999) memiliki berbagai forum arbitrase (UU 30/1999) memiliki berbagai kesamaan dengan beracara di forum peradilan kesamaan dengan beracara di forum peradilan (HIR atau RBG). Kecuali hal2 tertentu yang (HIR atau RBG). Kecuali hal2 tertentu yang memang merupakan ciri khas arbitrase, antara memang merupakan ciri khas arbitrase, antara lain berlakunya prinsip otonomi para pihak lain berlakunya prinsip otonomi para pihak untuk memilih forum, memilih hukum, memilih untuk memilih forum, memilih hukum, memilih bahasa, memilih arbiter, prinsip private & bahasa, memilih arbiter, prinsip private & confidential, prinsip final & binding putusan confidential, prinsip final & binding putusan arbitrase, prinsip resiprositas, eksekutabilitas arbitrase, prinsip resiprositas, eksekutabilitas putusan arbitrase internasional, dll.putusan arbitrase internasional, dll.

Page 122: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 123

ACARA ARBITRASE (1)ACARA ARBITRASE (1)(pasal 27 s/d 51)(pasal 27 s/d 51)

Pemeriksaan sengketa dilakukan secara Pemeriksaan sengketa dilakukan secara tertutup (ps. 27). tertutup (ps. 27).

Bahasa yg digunakan dalam proses arbitrase Bahasa yg digunakan dalam proses arbitrase adalah Bahasa indonesia, kecuali digunakan adalah Bahasa indonesia, kecuali digunakan bahasa lain (ps.28). bahasa lain (ps.28).

Para pihak memiliki hak dan kesempatan yg Para pihak memiliki hak dan kesempatan yg sama dalam mengemukakan pendapat sama dalam mengemukakan pendapat masing2 (ps. 29 ayat 1). masing2 (ps. 29 ayat 1).

Para pihak yang bersengketa dapat diwakili Para pihak yang bersengketa dapat diwakili kuasa dengan surat kuasa khusus (ps. 29 kuasa dengan surat kuasa khusus (ps. 29 ayat 2);ayat 2);

Page 123: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 124

ACARA ARBITRASE (2)ACARA ARBITRASE (2)► Pihak ke-3 di luar perj. arbitrase dapat turut serta Pihak ke-3 di luar perj. arbitrase dapat turut serta

menggabungkan diri dalam proses arbitrase, apabila menggabungkan diri dalam proses arbitrase, apabila terdapat kepent yg terkait, dan disepakati para pihak terdapat kepent yg terkait, dan disepakati para pihak yg bersengketa, serta disetujui arbitrator atau majelis yg bersengketa, serta disetujui arbitrator atau majelis arbitrator (ps. 30);arbitrator (ps. 30);

► Para pihak dalam perjanjian yang tegas & tertulis Para pihak dalam perjanjian yang tegas & tertulis bebas menentukan acara arbitrase, sepanjang tidak bebas menentukan acara arbitrase, sepanjang tidak bertentangan dg UU 30/1999 (ps. 31 ayat 1). Apabila bertentangan dg UU 30/1999 (ps. 31 ayat 1). Apabila para pihak tidak menentukan sendiri acara arbitrase, para pihak tidak menentukan sendiri acara arbitrase, maka acara arbitrase diselenggarakan menurut UU maka acara arbitrase diselenggarakan menurut UU 30/1999 (ps. 31 ayat 2). Para pihak dapat sepakat 30/1999 (ps. 31 ayat 2). Para pihak dapat sepakat memilih acara arbitrase, maka harus ada kesepakatan memilih acara arbitrase, maka harus ada kesepakatan tentang jangka waktu dan tempat arbitrase (ps.31 tentang jangka waktu dan tempat arbitrase (ps.31 ayat 3). ayat 3).

Page 124: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 125

ACARA ARBITRASE (3)ACARA ARBITRASE (3)► Pasal 32 ayat (1) : Atas permohonan salah stau Pasal 32 ayat (1) : Atas permohonan salah stau

pihak, arbiter atau majelis arbitrase pihak, arbiter atau majelis arbitrase dapatdapat mengambil putusan provisionil atau putusan sela mengambil putusan provisionil atau putusan sela lainnya untuk mengatur ketertiban jalannya lainnya untuk mengatur ketertiban jalannya pemeriksaan sengketa, termasuk penetapan sita pemeriksaan sengketa, termasuk penetapan sita jaminan, memerintahkan penitipan barang kepada jaminan, memerintahkan penitipan barang kepada pihak ketiga, atau menjual barang yang mudah pihak ketiga, atau menjual barang yang mudah rusak.rusak.

► Pasal 32 ayat (2) : Jangka waktu pelaksanaan Pasal 32 ayat (2) : Jangka waktu pelaksanaan putusan provisionil atau putusan sela lainnya putusan provisionil atau putusan sela lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dihitung dalam jangka waktu sebagaimana dihitung dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48.dimaksud dalam Pasal 48.

► Penjelasan Pasal 32 : Penjelasan Pasal 32 : cukup jelas.cukup jelas.

Page 125: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 126

ACARA ARBITRASE (4)ACARA ARBITRASE (4)► CATATAN :CATATAN :

Kata-kata “dapat” pada Pasal 32 ayat (1) menunjuk kan Kata-kata “dapat” pada Pasal 32 ayat (1) menunjuk kan bahwa arbiter atau majelis arbitrase secara tentative bahwa arbiter atau majelis arbitrase secara tentative dapat mengabulkan atau menolak permohonan dapat mengabulkan atau menolak permohonan provisionil, atau putusan sela, termasuk sita jaminan, provisionil, atau putusan sela, termasuk sita jaminan, penitipan barang kepada pihak ketiga, atau penjualan penitipan barang kepada pihak ketiga, atau penjualan barang yang mudah rusak, yang diajukan pihak barang yang mudah rusak, yang diajukan pihak berperkara. Hal tersebut bergantung pada alasan dan berperkara. Hal tersebut bergantung pada alasan dan urgensi permohonan yang diajukan oleh pemohon. urgensi permohonan yang diajukan oleh pemohon.

Adapun jangka waktu pelaksanaan ayat (1), tidak Adapun jangka waktu pelaksanaan ayat (1), tidak dihitung dalam jangka waktu 180 hari proses arbitrase dihitung dalam jangka waktu 180 hari proses arbitrase sebagaimana dimaksud Pasal 48. Dengan kata lain, sebagaimana dimaksud Pasal 48. Dengan kata lain, diluar jangka waktu 180 hari tersebut.diluar jangka waktu 180 hari tersebut.

Page 126: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 127

ACARA ARBITRASE (5)ACARA ARBITRASE (5)

► Pasal 34 ayat (1) : Para pihak berdasarkan kesepakatan Pasal 34 ayat (1) : Para pihak berdasarkan kesepakatan dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase dapat menyelesaikan sengketa melalui arbitrase nasional atau arbitrase internasional.nasional atau arbitrase internasional.

► Pasal 34 ayat (2) : Penyelesaian sengketa melalui Pasal 34 ayat (2) : Penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat lembaga arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan menurut peraturan dan acara lembaga (1) dilakukan menurut peraturan dan acara lembaga yang dipilih kecuali ditetapkan lain oleh para pihak.yang dipilih kecuali ditetapkan lain oleh para pihak.

► Penjelasan Pasal 34 ayat (2) : memberikan kebebasan Penjelasan Pasal 34 ayat (2) : memberikan kebebasan kepada para pihak untuk memilih peraturan dan acara kepada para pihak untuk memilih peraturan dan acara yang akan digunakan dalam penyelesaian sengketa yang akan digunakan dalam penyelesaian sengketa antara mereka, tanpa harus mempergunakan peraturan antara mereka, tanpa harus mempergunakan peraturan dan acara dari lembaga arbitrase yang dipilih.dan acara dari lembaga arbitrase yang dipilih.

Page 127: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 128

ACARA ARBITRASE (6)ACARA ARBITRASE (6)

► Pasal 35 : Arbiter atau majelis arbitrase Pasal 35 : Arbiter atau majelis arbitrase dapat memerintahkan agar setiap dokumen dapat memerintahkan agar setiap dokumen atau bukti disertai dengan terjemahan ke atau bukti disertai dengan terjemahan ke dalam bahasa yang ditetapkan oleh arbiter dalam bahasa yang ditetapkan oleh arbiter atau majelis arbitrase. atau majelis arbitrase.

► CATATAN :CATATAN :Terkait dengan kemungkinan dokumen atau Terkait dengan kemungkinan dokumen atau bukti yang diajukan ditulis dalam bahasa bukti yang diajukan ditulis dalam bahasa berbeda dengan bahasa yang digunakan berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam proses arbitrase. (Vide Pasal 28). dalam proses arbitrase. (Vide Pasal 28).

Page 128: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 129

ACARA ARBITRASE (7)ACARA ARBITRASE (7)

► Pasal 36 ayat (1) : Pemeriksaan arbitrase Pasal 36 ayat (1) : Pemeriksaan arbitrase terhadap sengketa harus dilakukan secara tertulis. terhadap sengketa harus dilakukan secara tertulis.

► Pasal 36 ayat (2) : Pemeriksaan secara lisan dapat Pasal 36 ayat (2) : Pemeriksaan secara lisan dapat dilakukan apabila disetujui para pihak atau dilakukan apabila disetujui para pihak atau dianggap perlu oleh arbiter atau majelis arbitrase.dianggap perlu oleh arbiter atau majelis arbitrase.CATATAN :CATATAN :Pada umumnya proses arbitrase berlangsung Pada umumnya proses arbitrase berlangsung secara tertulis, dimaksudkan agar proses jawab secara tertulis, dimaksudkan agar proses jawab menjawab terdokumentasikan dalam berkas menjawab terdokumentasikan dalam berkas perkara. Mirip dengan proses peradilan perdata perkara. Mirip dengan proses peradilan perdata melalui proses jawab jinawab, repik, duplik, melalui proses jawab jinawab, repik, duplik, kesimpulan, dstnya.kesimpulan, dstnya.

Page 129: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 130

ACARA ARBITRASE (8)ACARA ARBITRASE (8)► Pasal 37 Ayat (1) : Tempat arbitrase ditentukan arbiter atau Pasal 37 Ayat (1) : Tempat arbitrase ditentukan arbiter atau

majelis arbitrase, kecuali ditentukan sendiri oleh para pihak. majelis arbitrase, kecuali ditentukan sendiri oleh para pihak. Ayat (2) : Arbiter atau majelis arbitrase dapat mendengar Ayat (2) : Arbiter atau majelis arbitrase dapat mendengar keterangan saksi atau mengadakan pertemuan yang dianggap keterangan saksi atau mengadakan pertemuan yang dianggap perlu pada tempat tertentu diluar tempat arbitrase diadakan;perlu pada tempat tertentu diluar tempat arbitrase diadakan;

► CATATAN :CATATAN :Norma pada ayat (1) : para pihak berhak memilih dan Norma pada ayat (1) : para pihak berhak memilih dan menentukan tempat arbitrase, namun apabila hal itu tidak menentukan tempat arbitrase, namun apabila hal itu tidak dilakukan maka arbiter atau majelis arbitrase yang memilih dilakukan maka arbiter atau majelis arbitrase yang memilih dan menentukannya.dan menentukannya.

Norma pada ayat (2) : arbiter atau majelis arbitrase mendengar Norma pada ayat (2) : arbiter atau majelis arbitrase mendengar langsung keterangan saksi, atau mengadakan pertemuan langsung keterangan saksi, atau mengadakan pertemuan dengan saksi diluar tempat arbitrase diadakan. Tidak jelas, dengan saksi diluar tempat arbitrase diadakan. Tidak jelas, apakah pertemuan dengan saksi tersebut dimaksudkan dalam apakah pertemuan dengan saksi tersebut dimaksudkan dalam konteks pemeriksaan perkara ?konteks pemeriksaan perkara ?

Page 130: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 131

ACARA ARBITRASE (9)ACARA ARBITRASE (9)► Pasal 37 ayat (3) : Pemeriksaan saksi dan saksi ahli dihadapan Pasal 37 ayat (3) : Pemeriksaan saksi dan saksi ahli dihadapan

arbiter atau majelis arbitrase, diselenggarakan menurut ketentuan arbiter atau majelis arbitrase, diselenggarakan menurut ketentuan dalam hukum acara perdata. dalam hukum acara perdata.

► Ayat (4). Arbiter atau majelis arbitrase dapat mengadakan Ayat (4). Arbiter atau majelis arbitrase dapat mengadakan pemeriksaan setempat atas barang yang dipersengketakan atau hal pemeriksaan setempat atas barang yang dipersengketakan atau hal lain yang berhubungan dengan sengketa yang sedang lain yang berhubungan dengan sengketa yang sedang diperiksa……..”.diperiksa……..”.CATATAN CATATAN ::Norma ayat (3) : Menurut Hukum Acara Perdata (HIR) jo. Pasal 49 Norma ayat (3) : Menurut Hukum Acara Perdata (HIR) jo. Pasal 49 ayat (3) UU No.30/1999, saksi wajib datang, mengangkat sumpah, ayat (3) UU No.30/1999, saksi wajib datang, mengangkat sumpah, memberikan keterangan yang benar sesuai pengetahuan dan memberikan keterangan yang benar sesuai pengetahuan dan pendengarannya sendiri (saksi fakta), atau sesuai dengan pendengarannya sendiri (saksi fakta), atau sesuai dengan pengalaman dan keahliannya (saksi ahli).pengalaman dan keahliannya (saksi ahli).Norma ayat (4) : pemeriksaan setempat dilakukan atas inisiatif Norma ayat (4) : pemeriksaan setempat dilakukan atas inisiatif arbiter atau majelis arbitrase, atau atas permohonan pihak arbiter atau majelis arbitrase, atau atas permohonan pihak bersengketa, di tempat dimana barang sengketa berada.bersengketa, di tempat dimana barang sengketa berada.

Page 131: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 132

ACARA ARBITRASE (10)ACARA ARBITRASE (10)► Pasal 38 ayat (1) : Dalam jangka waktu yang ditentukan oleh Pasal 38 ayat (1) : Dalam jangka waktu yang ditentukan oleh

arbiter atau majelis arbitrase, pemohon harus menyampaikan arbiter atau majelis arbitrase, pemohon harus menyampaikan surat tuntutannya kepada arbiter atau majelis arbitrase. surat tuntutannya kepada arbiter atau majelis arbitrase.

► Ayat (2) : Surat tuntutan minimal harus memuat :Ayat (2) : Surat tuntutan minimal harus memuat :> nama lengkap & tempat tinggal atau tempat kedudukan > nama lengkap & tempat tinggal atau tempat kedudukan para para pihak;pihak;> uraian singkat sengketa disertai lampiran bukti2;> uraian singkat sengketa disertai lampiran bukti2;> isi tuntutan yang jelas.> isi tuntutan yang jelas.

Catatan :Catatan :Hal tersebut mirip dengan format dan substansi surat gugatan Hal tersebut mirip dengan format dan substansi surat gugatan dalam proses peradilan perdata. Tuntutan diajukan secara dalam proses peradilan perdata. Tuntutan diajukan secara tertulis minimal harus memuat identitas para pihak tertulis minimal harus memuat identitas para pihak bersengketa, posita (fundamentum petendi) maupun petitum bersengketa, posita (fundamentum petendi) maupun petitum (tuntutan yang diajukan). (tuntutan yang diajukan).

Page 132: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 133

ACARA ARBITRASE (11)ACARA ARBITRASE (11)► Pasal 39 : Setelah menerima surat tuntutan dari pemohon, Pasal 39 : Setelah menerima surat tuntutan dari pemohon,

arbiter atau ketua majelis arbitrase menyampaikan satu arbiter atau ketua majelis arbitrase menyampaikan satu salinan tuntutan tersebut kepada Termohon, disertai salinan tuntutan tersebut kepada Termohon, disertai dengan perintah bahwa Termohon harus menanggapi dan dengan perintah bahwa Termohon harus menanggapi dan memberikan jawaban tertulis paling 14 hari sejak memberikan jawaban tertulis paling 14 hari sejak diterimanya salinan tuntutan tersebut oleh termohon. diterimanya salinan tuntutan tersebut oleh termohon.

► Pasal 40 ayat (1) : Segera setelah diterimanya jawaban Pasal 40 ayat (1) : Segera setelah diterimanya jawaban dari Termohon, atas perintah arbiter atau ketua majelis dari Termohon, atas perintah arbiter atau ketua majelis arbitrase, salinan jawaban tersebut diserahkan kepada arbitrase, salinan jawaban tersebut diserahkan kepada Pemohon;Pemohon;

► Ayat (2) : Bersamaan dengan itu, arbiter atau ketua Ayat (2) : Bersamaan dengan itu, arbiter atau ketua majelis arbitrase memerintahkan agar para pihak atau majelis arbitrase memerintahkan agar para pihak atau kuasanya menghadap sidang arbitrase, yang di kuasanya menghadap sidang arbitrase, yang di tetapkan paling lama 14 hari terhitung mulai tetapkan paling lama 14 hari terhitung mulai dikeluarkannya perintah itu.dikeluarkannya perintah itu.

Page 133: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 134

ACARA ARBITRASE (12)ACARA ARBITRASE (12)► CATATAN :CATATAN :

Norma yang terkandung dalam Pasal 39 dan Norma yang terkandung dalam Pasal 39 dan 40 : jawaban Termohon atas tuntutan Pemohon, 40 : jawaban Termohon atas tuntutan Pemohon, dibatasi paling lama 14 hari sejak menerima dibatasi paling lama 14 hari sejak menerima salinan tuntutan tersebut. Kemudian arbiter atau salinan tuntutan tersebut. Kemudian arbiter atau majelis arbitrase menyerahkan jawaban majelis arbitrase menyerahkan jawaban Termohon kepada Pemohon. Selanjutnya arbiter Termohon kepada Pemohon. Selanjutnya arbiter atau majelis arbitrase memerintahkan para atau majelis arbitrase memerintahkan para pihak atau kuasanya agar hadir dalam sidang pihak atau kuasanya agar hadir dalam sidang arbitrase paling lama 14 hari terhitung mulai arbitrase paling lama 14 hari terhitung mulai dikeluarkannya perintah itu. dikeluarkannya perintah itu.

Page 134: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 135

ACARA ARBITRASE (13)ACARA ARBITRASE (13)► Pasal 41 : Dalam hal Termohon setelah lewat 14 Pasal 41 : Dalam hal Termohon setelah lewat 14

hari tidak menyampaikan jawabannya, hari tidak menyampaikan jawabannya, termohon akan dipanggil dengan ketentuan termohon akan dipanggil dengan ketentuan dalam Pasal 40 ayat (2). dalam Pasal 40 ayat (2).

► Catatan :Catatan :Norma yang terkandung dalam Pasal 41, apabila Norma yang terkandung dalam Pasal 41, apabila Termohon tanpa alasan yang sah tidak Termohon tanpa alasan yang sah tidak menyampaikan jawabannya dalam waktu 14 menyampaikan jawabannya dalam waktu 14 hari, maka Termohon akan dipanggil lagi hari, maka Termohon akan dipanggil lagi menghadap sidang dalam waktu paling lama 14 menghadap sidang dalam waktu paling lama 14 hari terhitung mulai hari dikeluarkan perintah hari terhitung mulai hari dikeluarkan perintah itu.itu.

Page 135: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 136

ACARA ARBITRASE (14)ACARA ARBITRASE (14)►Pasal 42 : Termohon dalam sidang Pasal 42 : Termohon dalam sidang

pertama dapat mengajukan tuntutan pertama dapat mengajukan tuntutan balasan/ rekonpensi. Terhadap tuntutan balasan/ rekonpensi. Terhadap tuntutan balasan/rekonpensi diperiksa dan diputus balasan/rekonpensi diperiksa dan diputus oleh arbiter atau majelis arbitrase oleh arbiter atau majelis arbitrase bersama-sama dengan pokok perkara.bersama-sama dengan pokok perkara.

►CATATAN CATATAN Subtansi ketentuan tersebut mirip dengan Subtansi ketentuan tersebut mirip dengan proses peradilan perdata di Pengadilan.proses peradilan perdata di Pengadilan.

Page 136: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 137

ACARA ARBITRASE (15)ACARA ARBITRASE (15)► Pasal 43 : Pasal 43 :

Apabila pada hari yang ditentukan sebagaimana Apabila pada hari yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) Pemohon tanpa dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) Pemohon tanpa suatu alasan yang sah tidak datang menghadap, suatu alasan yang sah tidak datang menghadap, sedangkan telah dipanggil secara patut, surat sedangkan telah dipanggil secara patut, surat tuntutannya dinyatakan gugur dan tugas arbiter atau tuntutannya dinyatakan gugur dan tugas arbiter atau majelis arbitrase dianggap selesai.majelis arbitrase dianggap selesai.

► CATATAN :CATATAN :Norma pasal 43 : Norma pasal 43 : Pemohon tanpa alasan sah tidak datang menghadap Pemohon tanpa alasan sah tidak datang menghadap sidang meskipun telah dipanggil secara patut, maka sidang meskipun telah dipanggil secara patut, maka Pemohon dianggap tidak serius dalam tuntutannya. Pemohon dianggap tidak serius dalam tuntutannya. Maka tuntutan Pemohon dinyatakan gugur dan tugas Maka tuntutan Pemohon dinyatakan gugur dan tugas arbiter atau majelis arbitrase dianggap selesai. Proses arbiter atau majelis arbitrase dianggap selesai. Proses perkara dihentikan. perkara dihentikan.

Page 137: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 138

ACARA ARBITRASE (16)ACARA ARBITRASE (16)► Pasal 44 ayat (1) : Apabila pada hari yang telah ditentukan Pasal 44 ayat (1) : Apabila pada hari yang telah ditentukan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2), Termohon tanpa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2), Termohon tanpa suatu alasan sah tidak datang menghadap, sedangkan termohon suatu alasan sah tidak datang menghadap, sedangkan termohon telah dipanggil secara patut, arbiter atau majelis arbitrase segera telah dipanggil secara patut, arbiter atau majelis arbitrase segera melakukan pemanggilan sekali lagi.melakukan pemanggilan sekali lagi.

► Ayat (2) : Paling lama 10 hari setelah pemanggilan kedua diterima Ayat (2) : Paling lama 10 hari setelah pemanggilan kedua diterima termohon dan tanpa alasan sah termohon juga tidak datang termohon dan tanpa alasan sah termohon juga tidak datang menghadap di muka persidangan, pemeriksaan akan diteruskan menghadap di muka persidangan, pemeriksaan akan diteruskan tanpa hadirnya termohon dan tuntutan pemohon dikabulkan tanpa hadirnya termohon dan tuntutan pemohon dikabulkan seluruhnya, kecuali jika tuntutan tidak beralasan atau tidak seluruhnya, kecuali jika tuntutan tidak beralasan atau tidak berdasarkan hukum.berdasarkan hukum.

► CATATAN ;CATATAN ;Norma yang terkandung, Termohon tanpa alasan sah dianggap Norma yang terkandung, Termohon tanpa alasan sah dianggap mengabaikan panggilan sidang, oleh karena itu sidang dilanjutkan mengabaikan panggilan sidang, oleh karena itu sidang dilanjutkan tanpa kehadiran Termohon. Arbiter atau Majelis Arbitrase dalam tanpa kehadiran Termohon. Arbiter atau Majelis Arbitrase dalam putusannya (Verstek) akan mengabulkan tuntutan Pemohon, kecuali putusannya (Verstek) akan mengabulkan tuntutan Pemohon, kecuali apabila tuntutan Pemohon tidak beralasan atau tidak berdasarkan apabila tuntutan Pemohon tidak beralasan atau tidak berdasarkan hukum.hukum.Hal ini mirip dengan proses peradilan perdata di Pengadilan Negeri.Hal ini mirip dengan proses peradilan perdata di Pengadilan Negeri.

Page 138: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 139

ACARA ARBITRASE (17)ACARA ARBITRASE (17)► Pasal 45 ayat (1) : dalam hal para pihak datang menghadap pada Pasal 45 ayat (1) : dalam hal para pihak datang menghadap pada

hari yang telah ditetapkan, arbiter atau majelis arbitrase terlebih hari yang telah ditetapkan, arbiter atau majelis arbitrase terlebih dahulu mengusahakan perdamaian antara para pihak yang dahulu mengusahakan perdamaian antara para pihak yang bersengketa. Ayat (2) : dalam hal usaha perdamaian tercapai, bersengketa. Ayat (2) : dalam hal usaha perdamaian tercapai, maka arbiter atau majelis arbitrase membuat suatu akta maka arbiter atau majelis arbitrase membuat suatu akta perdamaian yang final dan mengikat para pihak dan perdamaian yang final dan mengikat para pihak dan memerintahkan para pihak untuk memenuhi ketentuan memerintahkan para pihak untuk memenuhi ketentuan perdamaian tersebut.perdamaian tersebut.

Catatan :Catatan :► Sebagaimana dalam peradilan perdata, maka penyelesaian Sebagaimana dalam peradilan perdata, maka penyelesaian

damai harus dikedepankan. Apabila para pihak berhasil damai harus dikedepankan. Apabila para pihak berhasil didamaikan, maka sengketa dinyatakan selesai, para pihak didamaikan, maka sengketa dinyatakan selesai, para pihak diperintahkan menjalankan akta perdamaian yang bersifat final diperintahkan menjalankan akta perdamaian yang bersifat final dan mengikat. Kalau perdamaian di muka Pengadilan para dan mengikat. Kalau perdamaian di muka Pengadilan para pihaklah yang menyusun dan menandatangani akta perdamaian, pihaklah yang menyusun dan menandatangani akta perdamaian, namun pada perdamaian di muka arbitrase yang membuat akta namun pada perdamaian di muka arbitrase yang membuat akta perdamaian adalah arbiter atau majelis arbitrase. perdamaian adalah arbiter atau majelis arbitrase.

Page 139: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 140

ACARA ARBITRASE (18)ACARA ARBITRASE (18)► Pasal 46 ayat (1) : Pemeriksaan terhadap pokok perkara Pasal 46 ayat (1) : Pemeriksaan terhadap pokok perkara

dilanjutkan apabila usaha perdamaian sebagaimana dimaksud dilanjutkan apabila usaha perdamaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (1) tidak berhasil. dalam Pasal 45 ayat (1) tidak berhasil.

► Ayat (2) : Para pihak diberi kesempatan terakhir kali untuk Ayat (2) : Para pihak diberi kesempatan terakhir kali untuk menjelaskan secara tertulis pendirian masing2 serta mengajukan menjelaskan secara tertulis pendirian masing2 serta mengajukan bukti yang dianggap perlu untuk menguatkan pendiriannya dalam bukti yang dianggap perlu untuk menguatkan pendiriannya dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh arbiter atau majelis arbitrase. jangka waktu yang ditetapkan oleh arbiter atau majelis arbitrase.

► Ayat (3) : Arbiter atau majelis arbitrase berhak meminta kepada Ayat (3) : Arbiter atau majelis arbitrase berhak meminta kepada para pihak untuk mengajukan penjelasan tambahan secara para pihak untuk mengajukan penjelasan tambahan secara tertulis, dokumen atau bukti lainnya yang dianggap perlu dalam tertulis, dokumen atau bukti lainnya yang dianggap perlu dalam jangka waktu yang ditentukan arbiter atau majelis arbitrase.jangka waktu yang ditentukan arbiter atau majelis arbitrase.

► CATATAN :CATATAN :Norma yang terkandung Pasal 46, apabila perdamaian tidak Norma yang terkandung Pasal 46, apabila perdamaian tidak berhasil, maka persidangan tetap dilanjutkan dengan berhasil, maka persidangan tetap dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menjelaskan memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menjelaskan pendirian masing2 disertai bukti yang dipandang perlu.pendirian masing2 disertai bukti yang dipandang perlu.

Page 140: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 141

ACARA ARBITRASE (19)ACARA ARBITRASE (19)► Pasal 47 ayat (1) : Sebelum ada jawaban dari Termohon, Pasal 47 ayat (1) : Sebelum ada jawaban dari Termohon,

Pemohon dapat mencabut surat permohonan untuk Pemohon dapat mencabut surat permohonan untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase. Ayat (2) : Dalam hal menyelesaikan sengketa melalui arbitrase. Ayat (2) : Dalam hal sudah ada jawaban dari Termohon, perubahan atau sudah ada jawaban dari Termohon, perubahan atau penambahan surat tuntutan hanya diperbolehkan dengan penambahan surat tuntutan hanya diperbolehkan dengan persetujuan Termohon dan sepanjang perubahan atau persetujuan Termohon dan sepanjang perubahan atau penambahan itu menyangkut hal-hal yang bersifat fakta saja penambahan itu menyangkut hal-hal yang bersifat fakta saja dan tidak menyangkut dasar dasar hukum yang menjadi dasar dan tidak menyangkut dasar dasar hukum yang menjadi dasar permohonan.permohonan.

► CATATANCATATANNorma yang terkandung pada ayat (1), pencabutan tuntutan Norma yang terkandung pada ayat (1), pencabutan tuntutan dapat dilakukan secara sepihak oleh Pemohon sepanjang belum dapat dilakukan secara sepihak oleh Pemohon sepanjang belum ada jawaban Termohon. Norma ayat (2) : Apabila Termohon ada jawaban Termohon. Norma ayat (2) : Apabila Termohon sudah mengajukan jawabannya, maka pencabutan tuntutan sudah mengajukan jawabannya, maka pencabutan tuntutan oleh Pemohon tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan oleh Pemohon tidak dapat dilakukan tanpa persetujuan termohon. Perubahan dan penambahan tuntutan hanya termohon. Perubahan dan penambahan tuntutan hanya diperbolehkan apabila hanya menyangkut fakta, bukan diperbolehkan apabila hanya menyangkut fakta, bukan menyangkut dasar hukum permohonan.menyangkut dasar hukum permohonan.

Page 141: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 142

ACARA ARBITRASE (20)ACARA ARBITRASE (20)Pasal 48 ayat (1) : Pemeriksaan atas sengketa harus Pasal 48 ayat (1) : Pemeriksaan atas sengketa harus diselesaikan dalam waktu paling lama 180 hari sejak arbiter diselesaikan dalam waktu paling lama 180 hari sejak arbiter atau majelis arbitrase terbentuk. Ayat (2) : dengan persetujuan atau majelis arbitrase terbentuk. Ayat (2) : dengan persetujuan para pihak dan apabila diperlukan sesuai ketentuan pasal 33, para pihak dan apabila diperlukan sesuai ketentuan pasal 33, jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diperpanjang.diperpanjang.CATATAN :CATATAN :

Norma yang terkandung ayat (1) merupakan prinsip limitasi Norma yang terkandung ayat (1) merupakan prinsip limitasi waktu, artinya putusan arbitrase harus dijatuhkan dalam waktu waktu, artinya putusan arbitrase harus dijatuhkan dalam waktu 180 hari terhitung sejak arbiter atau majelis arbitrase 180 hari terhitung sejak arbiter atau majelis arbitrase terbentuk. Mengandung prinsip efisiensi penggunaan waktu. terbentuk. Mengandung prinsip efisiensi penggunaan waktu. Norma yang terkandung ayat (2) membuka kemungkinan Norma yang terkandung ayat (2) membuka kemungkinan perpanjangan waktu, dengan catatan hal itu sebelumnya telah perpanjangan waktu, dengan catatan hal itu sebelumnya telah disetujui oleh para pihak bersengketa. Karena perpanjangan disetujui oleh para pihak bersengketa. Karena perpanjangan waktu akan berdampak bagi para pihak itu sendiri, baik dari waktu akan berdampak bagi para pihak itu sendiri, baik dari segi waktu maupun biaya-biaya.segi waktu maupun biaya-biaya.

Page 142: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 143

ACARA ARBITRASE (21)ACARA ARBITRASE (21)► Pasal 49 ayat (1) : Atas perintah arbiter atau majelis Pasal 49 ayat (1) : Atas perintah arbiter atau majelis

arbitrase atau atas permintaan para pihak dapat arbitrase atau atas permintaan para pihak dapat dipanggil seorang saksi atau lebih atau seorang saksi dipanggil seorang saksi atau lebih atau seorang saksi ahli atau lebih untuk didengar keterangan. Ayat (2) : ahli atau lebih untuk didengar keterangan. Ayat (2) : Biaya pemanggilan dan perjalanan saksi dan saksi ahli Biaya pemanggilan dan perjalanan saksi dan saksi ahli dibebankan kepada pihak yang meminta. Ayat (3) : dibebankan kepada pihak yang meminta. Ayat (3) : sebelum memberikan keterangan, para saksi atau saksi sebelum memberikan keterangan, para saksi atau saksi ahli wajib mengucapkan sumpah.ahli wajib mengucapkan sumpah.

► CATATAN :CATATAN :Norma yang terkandung Pasal 49, saksi atau saksi ahli Norma yang terkandung Pasal 49, saksi atau saksi ahli dihadirkan atas perintah arbiter/majelis arbitrase atau dihadirkan atas perintah arbiter/majelis arbitrase atau permintaan para pihak bersengketa. Biaya pemanggilan permintaan para pihak bersengketa. Biaya pemanggilan saksi menjadi kewajiban pihak yang meminta. Saksi dan saksi menjadi kewajiban pihak yang meminta. Saksi dan saksi ahli wajib mengucapkan sumpah sebelum saksi ahli wajib mengucapkan sumpah sebelum memberikan keterangan di muka sidang arbitrase. memberikan keterangan di muka sidang arbitrase.

Page 143: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 144

ACARA ARBITRASE (22)ACARA ARBITRASE (22)► Pasal 50 ayat (1) : Arbiter atau majelis arbitrase dapat Pasal 50 ayat (1) : Arbiter atau majelis arbitrase dapat

meminta bantuan seorang atau lebih saksi ahli untuk meminta bantuan seorang atau lebih saksi ahli untuk memberikan keterangan tertulis mengenai suatu memberikan keterangan tertulis mengenai suatu persoalan khusus yang berhubungan dengan pokok persoalan khusus yang berhubungan dengan pokok sengketa. sengketa.

► Ayat (2) : Para pihak wajib memberikan keterangan yang Ayat (2) : Para pihak wajib memberikan keterangan yang diperlukan oleh para saksi ahli; diperlukan oleh para saksi ahli;

► Ayat (3) : Arbiter atau majelis arbitrase meneruskan Ayat (3) : Arbiter atau majelis arbitrase meneruskan salinan keterangan saksi ahli tersebut kepada para pihak salinan keterangan saksi ahli tersebut kepada para pihak agar dapat ditanggapi secara tertulis oleh para pihak yang agar dapat ditanggapi secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa, bersengketa,

► Ayat (4) : Apabila terdapat hal yang kurang jelas, atas Ayat (4) : Apabila terdapat hal yang kurang jelas, atas permintaan para pihak yang berkepentingan, saksi ahli permintaan para pihak yang berkepentingan, saksi ahli yang bersangkutan dapat didengar keterangannya di yang bersangkutan dapat didengar keterangannya di muka sidang arbitrase dengan dihadiri oleh para pihak muka sidang arbitrase dengan dihadiri oleh para pihak atau kuasanya.atau kuasanya.

Page 144: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 145

ACARA ARBITRASE (23)ACARA ARBITRASE (23)► CATATAN Pasal 50 :CATATAN Pasal 50 :

Ayat (1) mengandung norma, bahwa arbiter Ayat (1) mengandung norma, bahwa arbiter atau majelis arbitrase secara tentative dapat atau majelis arbitrase secara tentative dapat meminta “legal opinion” kepada saksi ahli meminta “legal opinion” kepada saksi ahli mengenai suatu persoalan khusus terkait pokok mengenai suatu persoalan khusus terkait pokok sengketa;sengketa;Ayat 2 mengandung norma, bahwa para pihak Ayat 2 mengandung norma, bahwa para pihak wajib memberikan keterangan yang diperlukan wajib memberikan keterangan yang diperlukan saksi ahli. Hal ini bedanya dengan proses saksi ahli. Hal ini bedanya dengan proses peradilan, bahwa dalam proses peradilan, pihak peradilan, bahwa dalam proses peradilan, pihak yang meminta keterangan kepada saksi ahli yang meminta keterangan kepada saksi ahli adalah pihak berperkara. adalah pihak berperkara.

Page 145: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 146

ACARA ARBITRASE (24)ACARA ARBITRASE (24)► CATATAN Pasal 50 :CATATAN Pasal 50 :

Ayat (3) mengandung norma, melalui arbiter atau Ayat (3) mengandung norma, melalui arbiter atau majelis arbitrase, para pihak bersengketa diberikan majelis arbitrase, para pihak bersengketa diberikan kesempatan menanggapi secara tertulis terhadap kesempatan menanggapi secara tertulis terhadap “legal opinion” yang telah diberikan oleh saksi ahli.“legal opinion” yang telah diberikan oleh saksi ahli.Ayat (4) mengandung norma, atas permintaan pihak Ayat (4) mengandung norma, atas permintaan pihak berkepentingan, apabila terdapat hal yang kurang berkepentingan, apabila terdapat hal yang kurang jelas menyangkut “legal opinion” tersebut, maka jelas menyangkut “legal opinion” tersebut, maka saksi ahli yang bersangkutan dapat didengar saksi ahli yang bersangkutan dapat didengar keterangannya di muka sidang, dengan dihadiri keterangannya di muka sidang, dengan dihadiri para pihak atau kuasanya. Para pihak bersengketa, para pihak atau kuasanya. Para pihak bersengketa, dalam sidang, dapat meminta konfirmasi atas “legal dalam sidang, dapat meminta konfirmasi atas “legal opinion” saksi ahli tersebut.opinion” saksi ahli tersebut.

Page 146: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 147

ACARA ARBITRASE (25)ACARA ARBITRASE (25)► Pasal 51 : “Terhadap kegiatan dalam Pasal 51 : “Terhadap kegiatan dalam

pemeriksaan dan sidang arbitrase dibuat berita pemeriksaan dan sidang arbitrase dibuat berita acara pemeriksaan oleh sekretaris”.acara pemeriksaan oleh sekretaris”.CATATAN :CATATAN :Ketentuan tersebut mengandung norma, bahwa Ketentuan tersebut mengandung norma, bahwa sekretaris (panitera) berkewajiban untuk sekretaris (panitera) berkewajiban untuk mencatat dan membuat berita acara tentang mencatat dan membuat berita acara tentang jalannya kegiatan pemeriksaan maupun sidang jalannya kegiatan pemeriksaan maupun sidang arbitrase. Fungsi berita acara arbitrase sangat arbitrase. Fungsi berita acara arbitrase sangat penting, hal itu tidak saja berfungsi sebagai penting, hal itu tidak saja berfungsi sebagai dokumentasi pemeriksaan perkara, melainkan dokumentasi pemeriksaan perkara, melainkan juga sebagai bahan bagi arbiter atau majelis juga sebagai bahan bagi arbiter atau majelis arbitrase dalam membuat putusan.arbitrase dalam membuat putusan.

Page 147: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 148

PENDAPAT MENGIKAT DAN PENDAPAT MENGIKAT DAN PUTUSAN ARBITRASE PUTUSAN ARBITRASE

BERSIFAT FINAL & BINDINGBERSIFAT FINAL & BINDING

Para pihak dalam suatu perjanjian Para pihak dalam suatu perjanjian arbitrase berhak untuk memohon arbitrase berhak untuk memohon pendapat mengikat (bindend pendapat mengikat (bindend advies/binding opinion) dari lembaga advies/binding opinion) dari lembaga arbitrase atas hubungan hukum arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian (Ps. 52). tertentu dari suatu perjanjian (Ps. 52). Terhadap pendapat yang mengikat Terhadap pendapat yang mengikat sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 sebagaimana dimaksud dalam pasal 52 tidak dapat dilakukan perlawanan tidak dapat dilakukan perlawanan melalui upaya hukum (Ps. 53).melalui upaya hukum (Ps. 53).

Page 148: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 149

Penjelasan Pasal 52, Penjelasan Pasal 52, mengenai Pendapat mengenai Pendapat

Mengikat.Mengikat.Tanpa adanya suatu sengketapun, lembaga arbitrase Tanpa adanya suatu sengketapun, lembaga arbitrase dapat menerima permintaan yang diajukan oleh para dapat menerima permintaan yang diajukan oleh para pihak dalam suatu perjanjian, untuk memberikan suatu pihak dalam suatu perjanjian, untuk memberikan suatu pendapat yang mengikat (pendapat yang mengikat (binding opinionbinding opinion) mengenai ) mengenai suatu persoalan berkenaan dengan perjanjian tersebut. suatu persoalan berkenaan dengan perjanjian tersebut. Misalnya Misalnya penafsiran ketentuanpenafsiran ketentuan yang berhubungan yang berhubungan dengan timbulnya keadaan baru dan lain2. dengan timbulnya keadaan baru dan lain2. CATATAN : CATATAN : Dengan telah diberikannya pendapat oleh Dengan telah diberikannya pendapat oleh lembaga arbitrase tersebut, maka kedua belah pihak lembaga arbitrase tersebut, maka kedua belah pihak terikat padanya. Oleh karena itu wajib mentaati. terikat padanya. Oleh karena itu wajib mentaati. Apabila salah satu pihak bertindak bertentangan Apabila salah satu pihak bertindak bertentangan dengan pendapat mengikat tersebut akan dianggap dengan pendapat mengikat tersebut akan dianggap sebagai tindakan yang melanggar perjanjian. sebagai tindakan yang melanggar perjanjian. Persoalannya apakahPersoalannya apakah “pendapat mengikat” “pendapat mengikat” memiliki kekuatan eksekutorial ? memiliki kekuatan eksekutorial ?

Page 149: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 150

PUTUSAN ARBITRASE (1)PUTUSAN ARBITRASE (1)► Pasal 54 ayat (1), harus memuat :Pasal 54 ayat (1), harus memuat :

a. Kepala putusan yang berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan a. Kepala putusan yang berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”;Ketuhanan Yang Maha Esa”;b. Nama lengkap dan alamat para pihak;b. Nama lengkap dan alamat para pihak;c. Uraian singkat sengketa;c. Uraian singkat sengketa;d. Pendirian para pihak;d. Pendirian para pihak;e. Nama lengkap dan alamat arbiter;e. Nama lengkap dan alamat arbiter;f. Pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase f. Pertimbangan dan kesimpulan arbiter atau majelis arbitrase mengenai keseluruhan sengketa;mengenai keseluruhan sengketa;g. pendapat tiap-tiap arbiter dalam hal terdapat perbedaan g. pendapat tiap-tiap arbiter dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam majelis arbitrase;pendapat dalam majelis arbitrase;h. amar putusan;h. amar putusan;i. tempat dan tanggal putusan;i. tempat dan tanggal putusan;j. tanda tangan arbiter atau majelis arbitrase. j. tanda tangan arbiter atau majelis arbitrase.

Page 150: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 151

PUTUSAN ARBITRASE (2)PUTUSAN ARBITRASE (2)► Pasal 54 ayat (2) : “Tidak ditandatanganinya Pasal 54 ayat (2) : “Tidak ditandatanganinya

putusan arbitrase oleh salah seorang arbiter putusan arbitrase oleh salah seorang arbiter dengan alasan sakit atau meninggal dunia tidak dengan alasan sakit atau meninggal dunia tidak mempengaruhi kekuatan berlakunya putusan”;mempengaruhi kekuatan berlakunya putusan”;

► Pasal 54 ayat (3) : “Alasan tentang tidak adanya Pasal 54 ayat (3) : “Alasan tentang tidak adanya tandatangan sebagaimana dimaksud dalam tandatangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus dicantumkan dalam putusan”ayat (2) harus dicantumkan dalam putusan”

► Pasal 54 ayat (4) : “Dalam putusan ditetapkan Pasal 54 ayat (4) : “Dalam putusan ditetapkan suatu jangka waktu putusan tersebut harus suatu jangka waktu putusan tersebut harus dilaksanakan”.dilaksanakan”.

Page 151: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 152

PUTUSAN ARBITRASE (3)PUTUSAN ARBITRASE (3)► CATATAN :CATATAN :

Pasal 54 ayat (1), mengandung norma yang bersifat Pasal 54 ayat (1), mengandung norma yang bersifat memaksa (dwingend), dalam pengertian bahwa semua memaksa (dwingend), dalam pengertian bahwa semua unsur harus termuat dalam putusan arbitrase. Secara unsur harus termuat dalam putusan arbitrase. Secara umum unsur2 tersebut mirip dengan unsur2 dalam umum unsur2 tersebut mirip dengan unsur2 dalam putusan Pengadilan. Kecuali unsur “e”, tentang alamat putusan Pengadilan. Kecuali unsur “e”, tentang alamat arbiter yang juga harus dicantumkan dalam putusan arbiter yang juga harus dicantumkan dalam putusan arbitrase.arbitrase.Pasal 54 ayat (2) dan (3), mengandung norma, bahwa Pasal 54 ayat (2) dan (3), mengandung norma, bahwa meskipun salah seorang arbiter karena sakit atau meskipun salah seorang arbiter karena sakit atau meninggal dunia sehingga tidak mampu menandatangani meninggal dunia sehingga tidak mampu menandatangani putusan arbitrase, namun hal itu tidak mengurangi putusan arbitrase, namun hal itu tidak mengurangi kekuatan berlaku putusan arbitrase. Namun dalam kekuatan berlaku putusan arbitrase. Namun dalam putusan tetap harus dicantumkan alasan tidak putusan tetap harus dicantumkan alasan tidak ditandatanganinya putusan tersebut.ditandatanganinya putusan tersebut.

Page 152: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 153

PUTUSAN ARBITRASE (4)PUTUSAN ARBITRASE (4)► Pasal 55 : “Apabila pemeriksaan sengketa telah Pasal 55 : “Apabila pemeriksaan sengketa telah

selesai, pemeriksaan segera ditutup dan ditetapkan selesai, pemeriksaan segera ditutup dan ditetapkan hari sidang untuk mengucapkan putusan arbitrase” hari sidang untuk mengucapkan putusan arbitrase” jo. Pasal 57 : “Putusan diucapkan dalam waktu jo. Pasal 57 : “Putusan diucapkan dalam waktu paling lama 30 hari setelah pemeriksaan ditutup”.paling lama 30 hari setelah pemeriksaan ditutup”.Catatan :Catatan :Ketentuan ini mengandung norma, bahwa sidang Ketentuan ini mengandung norma, bahwa sidang pembacaan putusan arbitrase ditetapkan oleh pembacaan putusan arbitrase ditetapkan oleh arbiter atau majelis arbitrase setelah proses arbiter atau majelis arbitrase setelah proses pemeriksaan perkara telah dinyatakan selesai, pemeriksaan perkara telah dinyatakan selesai, yakni maksimal 30 hari setelah pemeriksaan yakni maksimal 30 hari setelah pemeriksaan ditutup.ditutup.

Page 153: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 154

DISSENTING OPINIONDISSENTING OPINION

► Ps. 54 (1) huruf “g”;Ps. 54 (1) huruf “g”;► Putusan arbitrase dapat dijatuhkan secara aklamasi, Putusan arbitrase dapat dijatuhkan secara aklamasi,

namun apabila terjadi perbedaan pendapat diantara namun apabila terjadi perbedaan pendapat diantara arbiter, maka putusan dijatuhkan melalui voting;arbiter, maka putusan dijatuhkan melalui voting;

► Putusan arbitrase yang dijatuhkan berdasarkan voting Putusan arbitrase yang dijatuhkan berdasarkan voting harus memuat pendapat arbiter (minoritas) yang harus memuat pendapat arbiter (minoritas) yang melakukan pendapat berbeda (dissenting opinion);melakukan pendapat berbeda (dissenting opinion);

► Dissenting opinion merupakan wujud demokratisasi dan Dissenting opinion merupakan wujud demokratisasi dan transparansi proses pengambilan putusan, dimana transparansi proses pengambilan putusan, dimana masing-masing arbiter memiliki kedudukan, peran, masing-masing arbiter memiliki kedudukan, peran, maupun hak dan kewajiban yang setara antara satu maupun hak dan kewajiban yang setara antara satu dengan yang lain;dengan yang lain;

► Pemuatan dissenting opinion dalam putusan arbitrase Pemuatan dissenting opinion dalam putusan arbitrase sekaligus merupakan pertanggungjawaban kualitas sekaligus merupakan pertanggungjawaban kualitas arbiter maupun kualitas putusan arbitrase;arbiter maupun kualitas putusan arbitrase;

Page 154: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 155

PUTUSAN BERDASARKAN HUKUM ATAU PUTUSAN BERDASARKAN HUKUM ATAU

EX EX AEQUO ET BONO;AEQUO ET BONO; Ps. 56 Ps. 56 Ayat (1) : Arbiter atau majelis arbitrase Ayat (1) : Arbiter atau majelis arbitrase

mengambil putusan berdasarkan mengambil putusan berdasarkan ketentuan hukum, atau berdasarkan ketentuan hukum, atau berdasarkan keadilan dan kepatutan. keadilan dan kepatutan.

Ayat (2) : “Para pihak berhak Ayat (2) : “Para pihak berhak menentukan pilihan hukum yang akan menentukan pilihan hukum yang akan berlaku terhadap penyelesaian sengketa berlaku terhadap penyelesaian sengketa yang mungkin atau telah timbul antara yang mungkin atau telah timbul antara para pihak”.para pihak”.

Page 155: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 156

PUTUSAN BERDASARKAN HUKUM PUTUSAN BERDASARKAN HUKUM ATAU EX ATAU EX AEQUO ET BONO;AEQUO ET BONO;

Catatan :Catatan :Yang dimaksud dengan putusan berdasarkan “hukum” Yang dimaksud dengan putusan berdasarkan “hukum” adalah hukum pilihan para pihak (bila ada pilihan adalah hukum pilihan para pihak (bila ada pilihan hukum), atau hukum yang dipilih/digunakan oleh hukum), atau hukum yang dipilih/digunakan oleh arbiter, yakni hukum di tempat arbitrase diadakan arbiter, yakni hukum di tempat arbitrase diadakan (bila para pihak tidak melakukan pilihan hukum).(bila para pihak tidak melakukan pilihan hukum).Penerapan Penerapan ex aequo et bono ex aequo et bono dalam putusan dalam putusan arbitrase mengenyampingkan penerapan peraturan arbitrase mengenyampingkan penerapan peraturan perundang-undangan, kecuali hukum yang bersifat perundang-undangan, kecuali hukum yang bersifat memaksa (dwingend recht) tidak dapat disimpangi, memaksa (dwingend recht) tidak dapat disimpangi, melainkan harus tetap diterapkan dalam putusan.melainkan harus tetap diterapkan dalam putusan.Penerapan hukum atau ex aequo et bono harus Penerapan hukum atau ex aequo et bono harus didasarkan pada perjanjian yang dibuat oleh para didasarkan pada perjanjian yang dibuat oleh para pihak telebih dahulu. pihak telebih dahulu.

Page 156: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 157

PUTUSAN BERDASARKAN HUKUM PUTUSAN BERDASARKAN HUKUM ATAU EX ATAU EX AEQUO ET BONO;AEQUO ET BONO;

CATATAN :CATATAN :Mirip dengan proses peradilan perdata di Pengadilan, Mirip dengan proses peradilan perdata di Pengadilan, Penggugat dalam gugatannya secara sepihak dapat Penggugat dalam gugatannya secara sepihak dapat mengajukan petitum yang bersifat alternatif, yakni mengajukan petitum yang bersifat alternatif, yakni petitum primer (berisi sejumlah tuntutan), serta petitum petitum primer (berisi sejumlah tuntutan), serta petitum subsider berdasarkan keadilan dan kepatutan (ex aequo subsider berdasarkan keadilan dan kepatutan (ex aequo et bono). Kalau pada proses peradilan, petitum primer et bono). Kalau pada proses peradilan, petitum primer dan petitum subsider dapat diajukan secara simultan - dan petitum subsider dapat diajukan secara simultan - kumulatif. Adapun pada proses arbitrase, apakah kumulatif. Adapun pada proses arbitrase, apakah putusan berdasarkan peraturan perundang-undangan putusan berdasarkan peraturan perundang-undangan atau berdasarkan e x qequo et bono, selain harus atau berdasarkan e x qequo et bono, selain harus diperjanjian, juga diajukan secara alternatif.diperjanjian, juga diajukan secara alternatif.

Page 157: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 158

KOREKSI PUTUSAN KOREKSI PUTUSAN ARBITRASEARBITRASE

Pasal 58 : “Dalam waktu paling lama 14 hari setelah Pasal 58 : “Dalam waktu paling lama 14 hari setelah putusan diterima, para pihak dapat mengajukan putusan diterima, para pihak dapat mengajukan permohonan kepada arbiter atau majelis arbitrase untuk permohonan kepada arbiter atau majelis arbitrase untuk melakukan koreksi terhadap kekeliruan administratif dan melakukan koreksi terhadap kekeliruan administratif dan atau menambah atau mengurangi sesuatu tuntutan atau menambah atau mengurangi sesuatu tuntutan putusan”. putusan”. CATATAN :CATATAN :Ketentuan ini mengandung norma, bahwa terhadap putusan Ketentuan ini mengandung norma, bahwa terhadap putusan arbitrase yang sudah diterima masih terbuka kemungkinan arbitrase yang sudah diterima masih terbuka kemungkinan diajukan permohonan koreksi atas kekeliruan administratif diajukan permohonan koreksi atas kekeliruan administratif maupun untuk menambah atau mengurangi tuntutan maupun untuk menambah atau mengurangi tuntutan putusan. Berbeda dengan peradilan perdata, terhadap putusan. Berbeda dengan peradilan perdata, terhadap putusan yang telah dibacakan dalam sidang, sudah tidak putusan yang telah dibacakan dalam sidang, sudah tidak mungkin lagi dimohonkan penambahan atau pengurangan mungkin lagi dimohonkan penambahan atau pengurangan tuntutan. Kecuali apabila terjadi kekeliruan adimistratif yang tuntutan. Kecuali apabila terjadi kekeliruan adimistratif yang bersifat redaksional, maka hal itu mungkin saja dikoreksi bersifat redaksional, maka hal itu mungkin saja dikoreksi melalui renvooi putusan. melalui renvooi putusan.

Page 158: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 159

PELAKSANAAN PUTUSAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE NASIONALARBITRASE NASIONAL

► Pasal 59Pasal 59Ayat (1) : “Dalam waktu paling lama 30 hari terhitung Ayat (1) : “Dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak tanggal putusan diucapkan, lembar asli atau sejak tanggal putusan diucapkan, lembar asli atau salinan otentik putusan diserahkan dan didaftarkan salinan otentik putusan diserahkan dan didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada Panitera oleh arbiter atau kuasanya kepada Panitera Pengadilan Negeri”;Pengadilan Negeri”;Ayat (2) : “Penyerahan dan pendaftaran sebagaimana Ayat (2) : “Penyerahan dan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan pencatatan dan penandatanganan pada bagian akhir pencatatan dan penandatanganan pada bagian akhir atau dipinggir putusan oleh Panitera Pengadilan atau dipinggir putusan oleh Panitera Pengadilan Negeri dan arbiter atau kuasanya yang menyerahkan, Negeri dan arbiter atau kuasanya yang menyerahkan, dan catatan tersebut merupakan akta pendaftaran”;dan catatan tersebut merupakan akta pendaftaran”;

Page 159: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 160

PELAKSANAAN PUTUSAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE NASIONALARBITRASE NASIONAL

► Ayat (3) : “Arbiter atau kuasanya wajib menyerahkan Ayat (3) : “Arbiter atau kuasanya wajib menyerahkan putusan dan lembar asli pengangkatan sebagai arbiter atau putusan dan lembar asli pengangkatan sebagai arbiter atau salinan otentiknya kepada Panitera Pengadilan Negeri”;salinan otentiknya kepada Panitera Pengadilan Negeri”;

► Ayat (4) : “Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana Ayat (4) : “Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berakibat putusan tidak dapat dimaksud dalam ayat (1), berakibat putusan tidak dapat dilaksanakan;dilaksanakan;

► Ayat (5) : “Semua biaya yang berhubungan dengan Ayat (5) : “Semua biaya yang berhubungan dengan pembuatan akta pendaftaran dibebankan kepada para pembuatan akta pendaftaran dibebankan kepada para pihak”.pihak”.Catatan :Catatan :Norma yang terkandung ayat (1) jo. ayat (4) bersifat Norma yang terkandung ayat (1) jo. ayat (4) bersifat imperatif, bila dilanggar maka putusan arbitrase menjadi imperatif, bila dilanggar maka putusan arbitrase menjadi non eksekutabel. Atas kelalaian arbiter atau majelis non eksekutabel. Atas kelalaian arbiter atau majelis arbitrase atau kuasanya tersebut, maka pihak yang menang arbitrase atau kuasanya tersebut, maka pihak yang menang dalam putusan jelas akan merasa sangat dirugikan. dalam putusan jelas akan merasa sangat dirugikan.

Page 160: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 161

FINAL & BINDING FINAL & BINDING PUTUSAN ARBITRASEPUTUSAN ARBITRASE

► Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak (ps.60).Dalam hal hukum tetap dan mengikat para pihak (ps.60).Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela, putusan dilaksanakan berdasarkan PERINTAH sukarela, putusan dilaksanakan berdasarkan PERINTAH KETUA PENGADILAN NEGERI atas permohonan salah satu KETUA PENGADILAN NEGERI atas permohonan salah satu pihak yang bersengketa (ps.61).pihak yang bersengketa (ps.61).

► CATATAN :CATATAN :► Putusan arbitrase memiliki kekuatan final & mengikat Putusan arbitrase memiliki kekuatan final & mengikat

sejak dibacakan dan diberitahukan kepada pihak-pihak sejak dibacakan dan diberitahukan kepada pihak-pihak berperkara. berperkara.

► Putusan arbitrase merupakan putusan tingkat satu-Putusan arbitrase merupakan putusan tingkat satu-satunya dan terakhir. Tidak terdapat proses banding atau satunya dan terakhir. Tidak terdapat proses banding atau kasasi sebagaimana proses peradilan perdata. Karena itu, kasasi sebagaimana proses peradilan perdata. Karena itu, secara teoritis, proses arbitrase lebih cepat dan efisien secara teoritis, proses arbitrase lebih cepat dan efisien dibandingkan dengan proses peradilan.dibandingkan dengan proses peradilan.

Page 161: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 162

CATATAN Pasal 60 & CATATAN Pasal 60 & 6161

► Idealnya suatu putusan arbitrase Idealnya suatu putusan arbitrase dijalankan secara sukarela disertai itikad dijalankan secara sukarela disertai itikad baik oleh pihak yang dikalahkan, baik oleh pihak yang dikalahkan, mengingat para pihaklah yang memilih mengingat para pihaklah yang memilih forum arbitrase, hukum, tempat, arbiter, forum arbitrase, hukum, tempat, arbiter, bahasa dll, serta memahami sifat “final & bahasa dll, serta memahami sifat “final & binding”nya putusan arbitrase.binding”nya putusan arbitrase.

►Namun apabila putusan arbitrase tidak Namun apabila putusan arbitrase tidak dijalankan secara sukarela, maka Ketua dijalankan secara sukarela, maka Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan pihak Pengadilan Negeri atas permohonan pihak berperkara, berwenang memerintahkan berperkara, berwenang memerintahkan eksekusi putusan arbitrase.eksekusi putusan arbitrase.

Page 162: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 163

PEMBATALAN PUTUSAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE (Pasal 70)ARBITRASE (Pasal 70)

► Pasal 70 mengatur tentang dapat dibatalkannya Pasal 70 mengatur tentang dapat dibatalkannya putusan arbitrase, melalui permohonan yang putusan arbitrase, melalui permohonan yang diajukan oleh para pihak, dengan alasan putusan diajukan oleh para pihak, dengan alasan putusan arbitrase mengandung unsur2 sebagai berikut :arbitrase mengandung unsur2 sebagai berikut :a. surat atau dokumen yang diajukan dalam a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;palsu atau dinyatakan palsu;b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh pihak bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan, ataulawan, atauc. putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang c. putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.sengketa.

Page 163: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 164

PEMBATALAN PUTUSAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASEARBITRASE

► Penjelasan Pasal 70Penjelasan Pasal 70 : :Permohonan pembatalan Permohonan pembatalan HANYA DAPATHANYA DAPAT diajukan terhadap putusan arbitrase yang diajukan terhadap putusan arbitrase yang SUDAHSUDAH DIDAFTARKAN DI PENGADILANDIDAFTARKAN DI PENGADILAN. . Alasan-alasan permohonan pembatalan yang Alasan-alasan permohonan pembatalan yang disebut dalam pasal ini disebut dalam pasal ini HARUS DIBUKTIKANHARUS DIBUKTIKAN dengan putusan pengadilan. Apabila dengan putusan pengadilan. Apabila pengadilan menyatakan bahwa alasan-alasan pengadilan menyatakan bahwa alasan-alasan tersebut terbukti atau tidak terbukti, maka tersebut terbukti atau tidak terbukti, maka PUTUSAN PENGADILAN INI DAPAT DIGUNA PUTUSAN PENGADILAN INI DAPAT DIGUNA KAN SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN KAN SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN BAGI HAKIM UNTUK MENGABULKAN ATAU BAGI HAKIM UNTUK MENGABULKAN ATAU MENOLAK PERMOHONAN. MENOLAK PERMOHONAN.

Page 164: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 165

CATATAN TERHADAP CATATAN TERHADAP PASAL 70PASAL 70

► Apakah terdapat “konflik norma” antara Pasal 60 Apakah terdapat “konflik norma” antara Pasal 60 tentang Asas Putusan Arbitrase bersifat Final & tentang Asas Putusan Arbitrase bersifat Final & Binding dengan Pasal 70 tentang Asas “Dapat Binding dengan Pasal 70 tentang Asas “Dapat Dibatalkannya” Putusan Arbitrase oleh Pengadilan Dibatalkannya” Putusan Arbitrase oleh Pengadilan Negeri berdasarkan alasan alasan limitatif Negeri berdasarkan alasan alasan limitatif tertentu ?.tertentu ?.

► Pada satu pihak pasal 60 mengatur bahwa Pada satu pihak pasal 60 mengatur bahwa putusan arbitrase bersifat final & binding, namun putusan arbitrase bersifat final & binding, namun mengapa pasal 70 justru membuka kemungkinan mengapa pasal 70 justru membuka kemungkinan dapat dibatalkannya putusan arbitrase melalui dapat dibatalkannya putusan arbitrase melalui Pengadilan Negeri ?Pengadilan Negeri ?

►Hal tersebut pada dasarnya menyangkut Hal tersebut pada dasarnya menyangkut persoalan antara tuntutan “kepastian hukum” dan persoalan antara tuntutan “kepastian hukum” dan “keadilan”,“keadilan”,

Page 165: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 166

CATATAN TERHADAP CATATAN TERHADAP PASAL 70PASAL 70

► Pasal 70 s/d 72 mengatur bahwa upaya hukum pembatalan Pasal 70 s/d 72 mengatur bahwa upaya hukum pembatalan putusan arbitrase diajukan dalam bentuk “permohonan”. putusan arbitrase diajukan dalam bentuk “permohonan”. Penggunaan istilah “permohonan” kurang tepat, oleh Penggunaan istilah “permohonan” kurang tepat, oleh karena i.c. bukan semata-mata bersifat voluntaria. Lebih karena i.c. bukan semata-mata bersifat voluntaria. Lebih tepat digunakan istilah gugatan pembatalan (contentiosa). tepat digunakan istilah gugatan pembatalan (contentiosa). Mengingat terdapat kepentingan pihak lain i.c. pihak yang Mengingat terdapat kepentingan pihak lain i.c. pihak yang menang dalam putusan arbitrase yang juga harus menang dalam putusan arbitrase yang juga harus diberikan kesempatan untuk menjawab/menanggapi dalil-diberikan kesempatan untuk menjawab/menanggapi dalil-dalil “permohonan” a quo. Istilah tersebut sebagaimana dalil “permohonan” a quo. Istilah tersebut sebagaimana digunakan dalam perkara antara Pertamina (Penggugat) vs digunakan dalam perkara antara Pertamina (Penggugat) vs Karaha Bodas Company (Tergugat) dan PLN (Turut Karaha Bodas Company (Tergugat) dan PLN (Turut Tergugat). Putusan Mahkamah Agung RI No.01/BANDING / Tergugat). Putusan Mahkamah Agung RI No.01/BANDING / WASIT-INT/2002 tanggal 8 Maret 2002 jo. Putusan WASIT-INT/2002 tanggal 8 Maret 2002 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.86/Pdt.G/2002 tanggal Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.86/Pdt.G/2002 tanggal 27 Agustus 2002 (dimuat dalam 27 Agustus 2002 (dimuat dalam Varia Peradilan, Varia Peradilan, No.233, Pebruari 2005).No.233, Pebruari 2005).

Page 166: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 167

CATATAN TERHADAP CATATAN TERHADAP PASAL 70PASAL 70

► Secara Secara a contrarioa contrario, permohonan pembatalan tidak , permohonan pembatalan tidak dapat diajukan sebelum putusan arbitrase telah dapat diajukan sebelum putusan arbitrase telah didaftarkan secara resmi ke Pengadilan oleh arbiter didaftarkan secara resmi ke Pengadilan oleh arbiter atau kuasanya;atau kuasanya;

► Apabila menyangkut alasan “a” dan/atau “c”, maka Apabila menyangkut alasan “a” dan/atau “c”, maka Pemeriksaan Pengadilan terhadap permohonan Pemeriksaan Pengadilan terhadap permohonan pembatalan putusan arbitrase MENUNGGU putusan pembatalan putusan arbitrase MENUNGGU putusan Pengadilan Pidana berkekuatan tetap.Pengadilan Pidana berkekuatan tetap.

► Apabila menyangkut alasan “b” (Novum), maka Apabila menyangkut alasan “b” (Novum), maka Pemeriksaan Pengadilan terhadap permohonan Pemeriksaan Pengadilan terhadap permohonan pembatalan putusan arbitrase dapat secara langsung pembatalan putusan arbitrase dapat secara langsung dijalankan. dijalankan.

Page 167: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 168

CATATAN TERHADAP CATATAN TERHADAP PASAL 70 PASAL 70

5. Secara kasuistis, permohonan pembatalan putusan arbitrase 5. Secara kasuistis, permohonan pembatalan putusan arbitrase memang didasarkan pada alasan2 dan bukti2 yang kuat, sehingga memang didasarkan pada alasan2 dan bukti2 yang kuat, sehingga sifat “final & binding” putusan arbitrase harus dipahami secara sifat “final & binding” putusan arbitrase harus dipahami secara “lentur” dan “kontekstual” dengan alasan2 pembatalan dalam “lentur” dan “kontekstual” dengan alasan2 pembatalan dalam Pasal 70;Pasal 70;6. Namun, yang sering terjadi permohonan pembatalan Putusan 6. Namun, yang sering terjadi permohonan pembatalan Putusan Arbitrase diajukan dengan “itikad buruk Termohon Eksekusi” yakni Arbitrase diajukan dengan “itikad buruk Termohon Eksekusi” yakni sekedar untuk “mengganjal” eksekusi putusan arbitrase ? Dengan sekedar untuk “mengganjal” eksekusi putusan arbitrase ? Dengan alasan bahwa putusan arbitrase tersebut mengandung alasan2 alasan bahwa putusan arbitrase tersebut mengandung alasan2 pembatalan sebagaimana dimaksud Pasal 70 UU 30/1999. pembatalan sebagaimana dimaksud Pasal 70 UU 30/1999. Misalnya dengan membuat laporan pidana ke Polisi, dengan alasan Misalnya dengan membuat laporan pidana ke Polisi, dengan alasan Pasal 70 huruf “a” dan/atau “c”. Padahal proses pidana mulai dari Pasal 70 huruf “a” dan/atau “c”. Padahal proses pidana mulai dari laporan polisi s/d putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum laporan polisi s/d putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap untuk membuktikan alasan Pasal 70 huruf “a” da/atau “c” tetap untuk membuktikan alasan Pasal 70 huruf “a” da/atau “c” tersebut memerlukan waktu bertahun-tahun. tersebut memerlukan waktu bertahun-tahun.

Page 168: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 169

CATATAN TERHADAP CATATAN TERHADAP PASAL 70PASAL 70

► 7.Bagaimana Ketua Pengadilan seharusnya menyikapi 7.Bagaimana Ketua Pengadilan seharusnya menyikapi persoalan tersebut ?persoalan tersebut ? a. a. Apakah eksekusi ditangguhkanApakah eksekusi ditangguhkan dengan alasan adanya dengan alasan adanya permohonan pembatalan putusan arbitrase ? Jadi harus permohonan pembatalan putusan arbitrase ? Jadi harus menunggu adanya putusan Pengadilan pidana berkekuatan menunggu adanya putusan Pengadilan pidana berkekuatan tetap menyangkut Pasal 70 huruf “a” dan/atau “c”.tetap menyangkut Pasal 70 huruf “a” dan/atau “c”.b. b. Ataukah eksekusi putusan arbitrase tetap Ataukah eksekusi putusan arbitrase tetap dijalankandijalankan meskipun terdapat permohonan pembatalan meskipun terdapat permohonan pembatalan putusan arbitrase yang diajukan ke Pengadilan Negeri ? putusan arbitrase yang diajukan ke Pengadilan Negeri ? c. Ketua Pengadilan Negeri memiliki c. Ketua Pengadilan Negeri memiliki wewenang wewenang diskresionerdiskresioner untuk menangguhkan eksekusi atau tetap untuk menangguhkan eksekusi atau tetap menjalankan eksekusi yang harus dipertimbangkan secara menjalankan eksekusi yang harus dipertimbangkan secara kasuistis (bukan generalisasi) dengan cermat dan hati-hati kasuistis (bukan generalisasi) dengan cermat dan hati-hati terhadap segala resiko dan akibat hukum di kemudian hari terhadap segala resiko dan akibat hukum di kemudian hari dari penggunaan wewenang diskresionernya tersebut.dari penggunaan wewenang diskresionernya tersebut.

Page 169: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 170

PROSEDUR PERMOHONAN PEMBATALAN PROSEDUR PERMOHONAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE (Pasal 71)PUTUSAN ARBITRASE (Pasal 71)

►Pasal 71 : “Permohonan pembatalan Pasal 71 : “Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan secara putusan arbitrase harus diajukan secara tertulis dalam waktu PALING LAMA 30 tertulis dalam waktu PALING LAMA 30 HARI terhitung sejak hari penyerahan HARI terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase dan pendaftaran putusan arbitrase kepada Panitera Pengadilan Negeri”. kepada Panitera Pengadilan Negeri”. Penjelasan Pasal 71 : “cukup jelas”.Penjelasan Pasal 71 : “cukup jelas”.

►Konsekuensinya, rumusan redaksional Konsekuensinya, rumusan redaksional ketentuan Pasal 71 harus dibaca secara ketentuan Pasal 71 harus dibaca secara tekstual sesuai dengan rumusannya.tekstual sesuai dengan rumusannya.

Page 170: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 171

CATATAN TERHADAP CATATAN TERHADAP PASAL 71PASAL 71

► Tenggang waktu 30 hari bersifat imperatif Tenggang waktu 30 hari bersifat imperatif (harus). Permohonan yang diajukan lewat 30 hari, (harus). Permohonan yang diajukan lewat 30 hari, dianggap “lampau waktu” dan Pengadilan Negeri dianggap “lampau waktu” dan Pengadilan Negeri harus menyatakan permohonan pembatalan harus menyatakan permohonan pembatalan “tidak dapat diterima”.“tidak dapat diterima”.

► Persoalannya adalah, inisiatip siapakah Persoalannya adalah, inisiatip siapakah penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase ke Pengadilan Negeri tersebut ? Bertolak dari ke Pengadilan Negeri tersebut ? Bertolak dari Pasal 59 (1), jo. Pasal 67 (1) maka penyerahan Pasal 59 (1), jo. Pasal 67 (1) maka penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase merupakan dan pendaftaran putusan arbitrase merupakan kewajiban arbiter atau kuasanya. kewajiban arbiter atau kuasanya.

Page 171: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 172

CATATAN TERHADAP CATATAN TERHADAP PASAL 71PASAL 71

► Persoalannya berikutnya adalah bagaimana Persoalannya berikutnya adalah bagaimana apabila yang berinsiatif menyerahkan dan apabila yang berinsiatif menyerahkan dan mendaftarkan putusan arbitrase itu bukan mendaftarkan putusan arbitrase itu bukan arbiter atau kuasanya, melainkan atas inisiatif arbiter atau kuasanya, melainkan atas inisiatif pihak berperkara ? Apakah tindakan tersebut pihak berperkara ? Apakah tindakan tersebut dilarang ? dilarang ?

► Periksa kasus Pertamina vs Karaha Bodas Periksa kasus Pertamina vs Karaha Bodas Company di Pengadilan Jakarta Pusat, dimana Company di Pengadilan Jakarta Pusat, dimana yang mendafatrkan putusan arbitrase Jenewa yang mendafatrkan putusan arbitrase Jenewa bukan arbiter atau kuasanya, melainkan kuasa bukan arbiter atau kuasanya, melainkan kuasa hukum Pertamina, selaku pihak yang berperkara hukum Pertamina, selaku pihak yang berperkara dan dikalahkan dalam putusan Arbitrase Jenewa.dan dikalahkan dalam putusan Arbitrase Jenewa.

Page 172: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 173

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN AKIBAT HUKUM PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASEPUTUSAN ARBITRASE

► Pasal 72 ayat (1) : Permohonan pembatalan putusan Pasal 72 ayat (1) : Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan kepada Ketua Pengadilan arbitrase harus diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri.Negeri.CATATANCATATAN : : Mengandung norma, bahwa yang Mengandung norma, bahwa yang berwenang membatalkan putusan arbitrase adalah berwenang membatalkan putusan arbitrase adalah Pengadilan Negeri di tempat kedudukan Termohon Pengadilan Negeri di tempat kedudukan Termohon (Vide Pasal 1 ke- 4 UU 30/1999). (Vide Pasal 1 ke- 4 UU 30/1999).

Pasal 72 ayat (2) : Apabila permohonan sebagaimana Pasal 72 ayat (2) : Apabila permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikabulkan, Ketua Pengadilan dimaksud dalam ayat (1) dikabulkan, Ketua Pengadilan Negeri menentukan lebih lanjut akibat pembatalan Negeri menentukan lebih lanjut akibat pembatalan seluruhnya atau sebagian putusan arbitrase.seluruhnya atau sebagian putusan arbitrase.CATATANCATATAN : : Ketua Pengadilan Negeri menentukan lebih Ketua Pengadilan Negeri menentukan lebih lanjut akibat hukum pembatalan putusan arbitrase.lanjut akibat hukum pembatalan putusan arbitrase.

Page 173: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 174

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN AKIBAT HUKUM PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASEPUTUSAN ARBITRASE

(3). Putusan atas permohonan pembatalan ditetapkan (3). Putusan atas permohonan pembatalan ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri dalam waktu oleh Ketua Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama paling lama 30 hari30 hari sejak permohonan sebagaimana dimaksud dalam sejak permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diterima;ayat (1) diterima;(4). Terhadap putusan Pengadilan Negeri (4). Terhadap putusan Pengadilan Negeri dapat diajukan dapat diajukan permohonan banding ke Mahkamah Agungpermohonan banding ke Mahkamah Agung yang yang memutus dalam tingkat pertama dan terakhir;memutus dalam tingkat pertama dan terakhir;CATATANCATATAN : :- ayat 3 menetapkan norma terkait limitasi waktu (max 30 - ayat 3 menetapkan norma terkait limitasi waktu (max 30 hari) bagi Ketua PN untuk memutus permohonan hari) bagi Ketua PN untuk memutus permohonan pembatalan putusan arbitrase yang diajukan Pemohon;pembatalan putusan arbitrase yang diajukan Pemohon;- ayat 4 menetapkan norma bahwa terbuka - ayat 4 menetapkan norma bahwa terbuka upaya upaya banding ke MA (tingkat pertama & terakhir) banding ke MA (tingkat pertama & terakhir) terhadap putusan KPN atas permohonan pembatalan terhadap putusan KPN atas permohonan pembatalan putusan arbitrase. putusan arbitrase.

Page 174: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 175

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN AKIBAT HUKUM PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASEPUTUSAN ARBITRASE

(5). Mahkamah Agung mempertimbangkan serta (5). Mahkamah Agung mempertimbangkan serta memutuskan permohonan banding memutuskan permohonan banding sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dalam sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dalam waktu paling lama 30 hari setelah permohonan waktu paling lama 30 hari setelah permohonan banding tersebut diterima oleh Mahkamah banding tersebut diterima oleh Mahkamah Agung.Agung.

CATATANCATATAN : :mengandung norma terkait limitasi waktu (max mengandung norma terkait limitasi waktu (max 30 hari) bagi MA untuk memutus permohonan 30 hari) bagi MA untuk memutus permohonan banding terhadap putusan KPN atas banding terhadap putusan KPN atas permohonan pembatalan putusan arbitrase.permohonan pembatalan putusan arbitrase.

Page 175: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 176

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN AKIBAT HUKUM PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASEPUTUSAN ARBITRASE

► Penjelasan Pasal 72.Penjelasan Pasal 72.Ayat (1), (3), (5) : cukup jelas.Ayat (1), (3), (5) : cukup jelas.Ayat (2) : “Ketua Pengadilan Negeri diberi wewenang Ayat (2) : “Ketua Pengadilan Negeri diberi wewenang untuk memeriksa tuntutan pembatalan jika diminta untuk memeriksa tuntutan pembatalan jika diminta oleh para pihak, dan mengatur akibat dari pembatalan oleh para pihak, dan mengatur akibat dari pembatalan seluruhnya atau sebagian dari putusan arbitrase seluruhnya atau sebagian dari putusan arbitrase bersangkutan. Ketua Pengadilan Negeri dapat bersangkutan. Ketua Pengadilan Negeri dapat memutuskan bahwa setelah diucapkan pembatalan, memutuskan bahwa setelah diucapkan pembatalan, arbiter yang sama atau arbiter lain akan memeriksa arbiter yang sama atau arbiter lain akan memeriksa kembali sengketa bersangkutan atau menentukan kembali sengketa bersangkutan atau menentukan bahwa suatu sengketa tidak mungkin diselesaikan bahwa suatu sengketa tidak mungkin diselesaikan melalui arbitrase”.melalui arbitrase”.Ayat (4) : “Yang dimaksud dengan “banding” adalah Ayat (4) : “Yang dimaksud dengan “banding” adalah hanya terhadap pembatalan putusan arbitrase hanya terhadap pembatalan putusan arbitrase sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70.sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70.

Page 176: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 177

OBYEK PEMBATALAN : OBYEK PEMBATALAN : PUTUSAN ARBITRASE NASIONAL DAN/ PUTUSAN ARBITRASE NASIONAL DAN/

ATAU ATAU PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL ?PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL ?► Timbul pertanyaan, apakah kewenangan pembatalan Timbul pertanyaan, apakah kewenangan pembatalan

oleh Pengadilan Negeri meliputi putusan arbitrae oleh Pengadilan Negeri meliputi putusan arbitrae nasional maupun arbitrase internasional ? Mengingat nasional maupun arbitrase internasional ? Mengingat pasal 70 tidak secara tegas mengatur hal tersebut. pasal 70 tidak secara tegas mengatur hal tersebut.

► Menurut teori jurisdiksi, berlaku ketentuan bahwa Menurut teori jurisdiksi, berlaku ketentuan bahwa jurisdiksi pengadilan nasional terbatas di wilayah jurisdiksi pengadilan nasional terbatas di wilayah negara yang bersangkutan dan tidak berlaku di negara yang bersangkutan dan tidak berlaku di wilayah negara lain. wilayah negara lain.

► Bertolak dari teori tersebut, maka kewenangan Bertolak dari teori tersebut, maka kewenangan Pengadilan Negeri membatalkan putusan arbitrase Pengadilan Negeri membatalkan putusan arbitrase terbatas hanya terhadap putusan arbitrase nasional terbatas hanya terhadap putusan arbitrase nasional yang bersangkutan. Adapun pembatalan putusan yang bersangkutan. Adapun pembatalan putusan arbitrase internasional merupakan wewenang arbitrase internasional merupakan wewenang Pengadilan di negara dimana putusan arbitrase Pengadilan di negara dimana putusan arbitrase internasional itu dijatuhkan. internasional itu dijatuhkan.

Page 177: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 178

OBYEK PEMBATALAN : OBYEK PEMBATALAN : PUTUSAN ARBITRASE NASIONAL DAN/ PUTUSAN ARBITRASE NASIONAL DAN/

ATAU ATAU PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL ?PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL ?

Periksa pertimbangan Putusan Mahkamah Agung RI Periksa pertimbangan Putusan Mahkamah Agung RI No.01/BANDING/WASIT-INT/2002 tanggal 8 Maret 2002 jo. No.01/BANDING/WASIT-INT/2002 tanggal 8 Maret 2002 jo. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.86/Pdt.G/2002 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.86/Pdt.G/2002 tanggal 27 Agustus 2002, dalam perkara antara Pertamina tanggal 27 Agustus 2002, dalam perkara antara Pertamina (Penggugat) vs Karaha Bodas Company (Tergugat) dan PLN (Penggugat) vs Karaha Bodas Company (Tergugat) dan PLN (Turut Tergugat). Dalam (Turut Tergugat). Dalam VARIA PERADILAN, No. 233, VARIA PERADILAN, No. 233, Pebruari 2005.Pebruari 2005.

► Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dinyatakan tidak berwenang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dinyatakan tidak berwenang membatalkan putusan arbitrase Jenewa tersebut. Yang membatalkan putusan arbitrase Jenewa tersebut. Yang berwenang Pengadilan di Negara dimana putusan arbitrase a berwenang Pengadilan di Negara dimana putusan arbitrase a quo dijatuhkan i.c. Pengadilan Swiss. Pertimbangan quo dijatuhkan i.c. Pengadilan Swiss. Pertimbangan didasarkan pada ketentuan Pasal V (1) (e) Konvensi New York didasarkan pada ketentuan Pasal V (1) (e) Konvensi New York 1958 bahwa : “The award has not yet become binding on the 1958 bahwa : “The award has not yet become binding on the parties,or has been set aside or suspended by parties,or has been set aside or suspended by a competent a competent authorityauthority of the country in which, or of the country in which, or under the law of which, under the law of which, that award was madethat award was made” (garis bawah oleh BRW). ” (garis bawah oleh BRW).

Page 178: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 179

RELIGIUSITAS PUTUSAN RELIGIUSITAS PUTUSAN ARBITRASE DI INDONESIA;ARBITRASE DI INDONESIA;

► Putusan arbitrase di Indonesia harus memuat irah-irah : Putusan arbitrase di Indonesia harus memuat irah-irah : “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan YME” (ps. 54 ayat “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan YME” (ps. 54 ayat 1);1);

► Merupakan ciri khas arbitrase di Indonesia. Irah2 Merupakan ciri khas arbitrase di Indonesia. Irah2 memberikan kek. Eksekutorial putusan arbitrase. Sebagai memberikan kek. Eksekutorial putusan arbitrase. Sebagai pertanggungjawaban etis religius arbiter/ majelis arbitrase pertanggungjawaban etis religius arbiter/ majelis arbitrase kepada Tuhan YME terhadap putusan yang dijatuhkannya.kepada Tuhan YME terhadap putusan yang dijatuhkannya.

► Namun ketentuan tersebut Namun ketentuan tersebut tidak dapat diberlakukan tidak dapat diberlakukan untuk menilai putusan arbitrase asing yang dimohon kan untuk menilai putusan arbitrase asing yang dimohon kan pengakuan dan pelaksanaannya di Indonesia.pengakuan dan pelaksanaannya di Indonesia.

► Oleh karena itu, meskipun suatu putusan Arbitrase Asing Oleh karena itu, meskipun suatu putusan Arbitrase Asing yang dimohonkan pengakuan dan pelaksanaannya di yang dimohonkan pengakuan dan pelaksanaannya di Indonesia, tidak mencantumkan irah-irah tersebut, namun Indonesia, tidak mencantumkan irah-irah tersebut, namun hal itu tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk menolak hal itu tidak dapat dipakai sebagai alasan untuk menolak memberikan pengakuan dan pelaksanaan. memberikan pengakuan dan pelaksanaan.

Page 179: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 180

NON INTERVENSI NON INTERVENSI PENGADILANPENGADILAN

► PN tidak berwenang untuk mengadili sengketa para PN tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase pihak yang telah terikat dalam perjanjian arbitrase (ps. 3);(ps. 3);

► PN wajib menolak & tidak campur tangan di dalam PN wajib menolak & tidak campur tangan di dalam peny. sengketa yg telah ditetapkan melalui arbitrase, peny. sengketa yg telah ditetapkan melalui arbitrase, KECUALI dalam hal hal tertentu yang ditetapkan KECUALI dalam hal hal tertentu yang ditetapkan dalam UU ini. ps 11 ayat (2);dalam UU ini. ps 11 ayat (2);

► CATATAN :CATATAN :Pasal 3 jo. 11 ayat (2) secara imperatif mengatur Pasal 3 jo. 11 ayat (2) secara imperatif mengatur tentang KETIDAKBERWENANGAN & LARANGAN tentang KETIDAKBERWENANGAN & LARANGAN CAMPUR TANGAN Pengadilan Negeri terhadap CAMPUR TANGAN Pengadilan Negeri terhadap perkara yang oleh para pihak telah disepakati akan perkara yang oleh para pihak telah disepakati akan diselesaikan melalui Arbitrase.diselesaikan melalui Arbitrase.

Page 180: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 181

NON INTERVENSI NON INTERVENSI PENGADILANPENGADILAN

► Oleh karena itu, apabila salah satu pihak yang terikat Oleh karena itu, apabila salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian arbitrase mengajukan perkara a quo dalam perjanjian arbitrase mengajukan perkara a quo ke PN, maka PN secara “ex officio”, berdasarkan pasal ke PN, maka PN secara “ex officio”, berdasarkan pasal 134 HIR, lebih dahulu wajib memeriksa kompetensi 134 HIR, lebih dahulu wajib memeriksa kompetensi absolut atas perkara tsb, tanpa bergantung absolut atas perkara tsb, tanpa bergantung ada/tidaknya eksepsi Tergugat; ada/tidaknya eksepsi Tergugat;

► PN dalam putusan sela memutuskan apakah PN dalam putusan sela memutuskan apakah berwenang absolut mengadili atau tidak berwenang berwenang absolut mengadili atau tidak berwenang absolut mengadili.absolut mengadili.

► Apabila menyatakan berwenang mengadili maka Apabila menyatakan berwenang mengadili maka pemeriksaan terhadap pokok perkara dilanjutkan;pemeriksaan terhadap pokok perkara dilanjutkan;

► Apabila menyatakan tidak berwenang mengadili, PN Apabila menyatakan tidak berwenang mengadili, PN menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet onvangkelijk verklaard) dan menghentikan (niet onvangkelijk verklaard) dan menghentikan pemeriksaan terhadap pokok perkara, pemeriksaan terhadap pokok perkara,

Page 181: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 182

PN SEBAGAI “SUPPORTING PN SEBAGAI “SUPPORTING INSTITUTIONS” TERHADAP PROSES INSTITUTIONS” TERHADAP PROSES

ARBITRASEARBITRASE► Peran PN sebagai “state court” diperlukan untuk Peran PN sebagai “state court” diperlukan untuk

mengatasi “kebuntuan prosedural” yang mungkin mengatasi “kebuntuan prosedural” yang mungkin terjadi dalam proses arbitrase, antara lain :terjadi dalam proses arbitrase, antara lain :

► PN berwenang menunjuk arbitrator (ps. 13, ps. 14 PN berwenang menunjuk arbitrator (ps. 13, ps. 14 ayat 3 dan 4, ps. 15 ayat 4, ps 19 ayat 4).ayat 3 dan 4, ps. 15 ayat 4, ps 19 ayat 4).

► PN berwenang mengadili gugatan hak ingkar PN berwenang mengadili gugatan hak ingkar terhadap arbitrator (ps. 22 s/d 25);terhadap arbitrator (ps. 22 s/d 25);

► PN berwenang mengeksekusi putusan arbitrase : PN berwenang mengeksekusi putusan arbitrase : > arbitrase nasional (ps. 59 s/d 64);> arbitrase nasional (ps. 59 s/d 64);

> arbitrase internasional (ps. 65 s/d 69).> arbitrase internasional (ps. 65 s/d 69).► PN berwenang membatalkan putusan arbitrase PN berwenang membatalkan putusan arbitrase

berdasarkan alasan limitatif (ps. 70 s/d 72);berdasarkan alasan limitatif (ps. 70 s/d 72);

Page 182: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 183

EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE NASIONAL DAN INTERNASIONAL DI NASIONAL DAN INTERNASIONAL DI

INDONESIAINDONESIAEksekusi Putusan Arbitrase Nasional Eksekusi Putusan Arbitrase Nasional merupakan wewenang Ketua Pengadilan merupakan wewenang Ketua Pengadilan Negeri di tempat kedudukan Termohon Negeri di tempat kedudukan Termohon Eksekusi (Vide Pasal 59 jo. Pasal 1 ke 4)Eksekusi (Vide Pasal 59 jo. Pasal 1 ke 4)

Eksekusi Putusan Arbitrase Internasional Eksekusi Putusan Arbitrase Internasional merupakan wewenang Ketua Pengadilan merupakan wewenang Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Vide Pasal 65).Negeri Jakarta Pusat (Vide Pasal 65).

Page 183: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 184

EKSEKUTABILITAS PUTUSAN EKSEKUTABILITAS PUTUSAN ARBITRASE;ARBITRASE;

► Putusan arbitrase seharusnya dijalankan suka rela, karena Putusan arbitrase seharusnya dijalankan suka rela, karena para pihak berdasarkan perjanjian yang telah memilih forum para pihak berdasarkan perjanjian yang telah memilih forum (arbitrase), hukum, tempat, bahasa, arbitrator; (arbitrase), hukum, tempat, bahasa, arbitrator;

► Bila putusan tidak dipenuhi sukarela, maka putusan Bila putusan tidak dipenuhi sukarela, maka putusan arbitrase dapat dimohonkan eksekusinya melalui PN arbitrase dapat dimohonkan eksekusinya melalui PN setempat (ps. 61);setempat (ps. 61);

► Kewenangan Kewenangan eksekusi Putusan arbitrase nasional oleh eksekusi Putusan arbitrase nasional oleh PN tempat kedudukan termohonPN tempat kedudukan termohon (ps. 61 s/d 64 jo. ps. 1 (ps. 61 s/d 64 jo. ps. 1 ke-4);ke-4);

► Kewenangan Kewenangan eksekusi Putusan arbitrase internasional eksekusi Putusan arbitrase internasional di Indonesia oleh PN Jakarta Pusatdi Indonesia oleh PN Jakarta Pusat (ps. 65) jo. PERMA (ps. 65) jo. PERMA 1/1990;1/1990;

► Secara teknis, eksekusi dapat didelegasikan ke PN tempat Secara teknis, eksekusi dapat didelegasikan ke PN tempat kedudukan obyek sengketa;kedudukan obyek sengketa;

► Hukum acara eksekusi tidak diatur UU 30/1999, melainkan Hukum acara eksekusi tidak diatur UU 30/1999, melainkan diatur dalam HIR/RIB atau RBG/RDS serta ketentuan lainnya.diatur dalam HIR/RIB atau RBG/RDS serta ketentuan lainnya.

Page 184: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 185

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASEARBITRASE

► KEDUDUKAN KPN BERSIFAT STRATEGISKEDUDUKAN KPN BERSIFAT STRATEGIS

► Apabila putusan arbitrase yang dimohonkan eksekusi, dinilai oleh Apabila putusan arbitrase yang dimohonkan eksekusi, dinilai oleh KPN tidak memenuhi syarat Ps. 4 dan 5, serta dinilai KPN tidak memenuhi syarat Ps. 4 dan 5, serta dinilai bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, maka bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, maka permohonan eksekusi ditolak. Terhadap penolakan tersebut permohonan eksekusi ditolak. Terhadap penolakan tersebut bersifat final dan tertutup upaya hukum apapun (ayat 3).bersifat final dan tertutup upaya hukum apapun (ayat 3).

CATATAN :CATATAN :

Dalam persoalan ini, kedudukan KPN sangat strategis dalam Dalam persoalan ini, kedudukan KPN sangat strategis dalam melakukan penilaian tersebut. Untuk menghindarkan melakukan penilaian tersebut. Untuk menghindarkan subyektifitas penilaian, penilaian tsb hendaknya disertai subyektifitas penilaian, penilaian tsb hendaknya disertai argumentasi hukum yang cermat. Mengingat apabila KPN argumentasi hukum yang cermat. Mengingat apabila KPN menolak eksekusi putusan arbitrase dengan alasan bertentangan menolak eksekusi putusan arbitrase dengan alasan bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, maka penolakan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, maka penolakan tersebut bersifat final dan menutup upaya hukum apapun.tersebut bersifat final dan menutup upaya hukum apapun.

Page 185: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 186

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASEARBITRASE

►KEDUDUKAN KPN BERSIFAT STRATEGISKEDUDUKAN KPN BERSIFAT STRATEGIS

► KPN tidak memeriksa alasan atau pertimbangan dari KPN tidak memeriksa alasan atau pertimbangan dari putusan arbitrase (ayat 4). Artinya KPN tidak putusan arbitrase (ayat 4). Artinya KPN tidak berwenang untuk memeriksa dan menilai substansi berwenang untuk memeriksa dan menilai substansi putusan arbitrase. Kewenangan KPN sebatas apakah putusan arbitrase. Kewenangan KPN sebatas apakah menerima ataukah menolak permohonan eksekusi menerima ataukah menolak permohonan eksekusi putusan arbitrase.putusan arbitrase.

► CATATAN :CATATAN :Norma yang terkandung dalam ketentuan tersebut, Norma yang terkandung dalam ketentuan tersebut, alasan dan pertimbangan putusan arbitrase merup alasan dan pertimbangan putusan arbitrase merup “ranah kompetensi” arbiter atau majelis arbitrase. “ranah kompetensi” arbiter atau majelis arbitrase. Karena itu, KPN tidak wenang memeriksa alasan dan Karena itu, KPN tidak wenang memeriksa alasan dan pertimbangan yang dipergunakan oleh arbiter atau pertimbangan yang dipergunakan oleh arbiter atau majelis arbitrase dalam menjatuhkan putusannya.majelis arbitrase dalam menjatuhkan putusannya.

Page 186: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 187

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASEARBITRASE

► Idealnya putusan arbitrase dijalankan dengan itikad baik Idealnya putusan arbitrase dijalankan dengan itikad baik dan secara sukarela oleh pihak bersengketa, mengingat dan secara sukarela oleh pihak bersengketa, mengingat para pihaklah yang melakukan pilihan forum arbitrase, para pihaklah yang melakukan pilihan forum arbitrase, pilihan tempat, pilihan hukum, pilihan arbitrator, pilihan pilihan tempat, pilihan hukum, pilihan arbitrator, pilihan bahasa. Apapun putusan arbitrase sepatutnya diterima bahasa. Apapun putusan arbitrase sepatutnya diterima secara lapang dada dan itikad baik oleh pihak secara lapang dada dan itikad baik oleh pihak bersengketa, khususnya pihak yang dikalahkan;bersengketa, khususnya pihak yang dikalahkan;

► Namun, Lembaga arbitrase tidak memiliki wewenang Namun, Lembaga arbitrase tidak memiliki wewenang melaksanakan putusannya sendiri, karena selain melaksanakan putusannya sendiri, karena selain kedudukannya sebagai kedudukannya sebagai non state court, non state court, juga tidak juga tidak memiliki alat perlengkapan eksekusi (jurusita, dll). memiliki alat perlengkapan eksekusi (jurusita, dll). Wewenang eksekusi putusan arbitrase dilimpah kan ke Wewenang eksekusi putusan arbitrase dilimpah kan ke Pengadilan Negeri dan berdasarkan perintah Ketua Pengadilan Negeri dan berdasarkan perintah Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan salah satu pihak Pengadilan Negeri atas permohonan salah satu pihak yang bersengketa (Ps. 61).yang bersengketa (Ps. 61).

Page 187: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 188

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE NASIONALARBITRASE NASIONAL

► Perintah eksekusi Ketua Pengadilan Negeri diberikan Perintah eksekusi Ketua Pengadilan Negeri diberikan waktu 30 hari setelah permohonan eksekusi waktu 30 hari setelah permohonan eksekusi didaftarkan kepada Panitera PNdidaftarkan kepada Panitera PN (ayat 1). (ayat 1).

► Persoalannya, adalah Persoalannya, adalah SIAPA YANG BERWENANG SIAPA YANG BERWENANG DAN BERKEWAJIBAN MENDAFTARKAN PUTUSAN DAN BERKEWAJIBAN MENDAFTARKAN PUTUSAN ARBITRASE ?ARBITRASE ?

► Dikaitkan dengan Ps. 59 (1), pihak yang berwenang Dikaitkan dengan Ps. 59 (1), pihak yang berwenang menyerahkan dan mendafarkan putusan arbitrase ke menyerahkan dan mendafarkan putusan arbitrase ke adalah arbiter atau kuasanya, dalam waktu paling lama adalah arbiter atau kuasanya, dalam waktu paling lama 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak putusan diucapkan 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak putusan diucapkan dengan menyerahkan lembaran asli atau salinan dengan menyerahkan lembaran asli atau salinan otentik putusan arbitrase. otentik putusan arbitrase.

► Apakah hal itu mengandung pengertian bahwa pihak Apakah hal itu mengandung pengertian bahwa pihak berperkara atau kuasanya dilarang mendaftarkan berperkara atau kuasanya dilarang mendaftarkan putusan arbitrase ?putusan arbitrase ?

Page 188: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 189

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE NASIONALARBITRASE NASIONAL

► Sebelum memberikan perintah pelaksanaan, KPN Sebelum memberikan perintah pelaksanaan, KPN memeriksa terlebih dahulu memeriksa terlebih dahulu apakah putusan apakah putusan arbitrase memenuhi ketentuan Pasal 4 dan 5arbitrase memenuhi ketentuan Pasal 4 dan 5 serta apakah serta apakah tidak bertentangan dengan tidak bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umumkesusilaan dan ketertiban umum. (ayat 2).. (ayat 2).

► Apa yang dimaksud dengan Pasal 4 dan 5 cukup Apa yang dimaksud dengan Pasal 4 dan 5 cukup jelas, namun mengenai apa yang dimaksud dengan jelas, namun mengenai apa yang dimaksud dengan “kesusilaan dan ketertiban umum” masih “kesusilaan dan ketertiban umum” masih memerlukan interpretasi secara kasusistis;memerlukan interpretasi secara kasusistis;

► Di tiap negara memiliki prinsip dan konsep Di tiap negara memiliki prinsip dan konsep “ketertiban umum” (public policy, public order, “ketertiban umum” (public policy, public order, openbare orde, orde publique), namun substansinya openbare orde, orde publique), namun substansinya bisa berbeda satu dengan yang lain, juga berbeda bisa berbeda satu dengan yang lain, juga berbeda antara suatu waktu dengan waktu yang lain (berubah antara suatu waktu dengan waktu yang lain (berubah dinamis).dinamis).

Page 189: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 190

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE NASIONALARBITRASE NASIONAL

► Perintah KPN ditulis pada lembar asli dan Perintah KPN ditulis pada lembar asli dan salinan otentik putusan arbitrase (ps. 63).salinan otentik putusan arbitrase (ps. 63).

► Putusan arbitrase yang telah dibubuhi perintah Putusan arbitrase yang telah dibubuhi perintah KPN dilaksanakan sesuai pelaksanaan putusan KPN dilaksanakan sesuai pelaksanaan putusan dalam perkara perdata yang putusannya telah dalam perkara perdata yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap (Ps. 64).mempunyai kekuatan hukum tetap (Ps. 64).

►CATATAN :CATATAN :prosedur eksekusi putusan arbitrase dilakukan prosedur eksekusi putusan arbitrase dilakukan sebagaimana eksekusi putusan perdata PN sebagaimana eksekusi putusan perdata PN yang telah berkekuatan hukum tetap dengan yang telah berkekuatan hukum tetap dengan mengacu ketentuan HIR/RIB atau RBG/RDS mengacu ketentuan HIR/RIB atau RBG/RDS serta peraturan terkait lainnya.serta peraturan terkait lainnya.

Page 190: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 191

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONALARBITRASE INTERNASIONAL

► Dibandingkan dengan eksekusi putusan arbitrase Dibandingkan dengan eksekusi putusan arbitrase nasional, maka eksekusi putusan arbitrase internasional nasional, maka eksekusi putusan arbitrase internasional memiliki dimensi yang lebih kompleks menyangkut memiliki dimensi yang lebih kompleks menyangkut masalah pengaturan hukum, prosedur dan proses masalah pengaturan hukum, prosedur dan proses eksekusi, serta berbagai kendala nya. eksekusi, serta berbagai kendala nya.

► Pengaturan hukum eksekusi putusan arbitrase Pengaturan hukum eksekusi putusan arbitrase internasional di Indonesia tidak hanya terdapat dalam internasional di Indonesia tidak hanya terdapat dalam perundang-undangan nasional melainkan juga dalam perundang-undangan nasional melainkan juga dalam konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh konvensi internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia. Indonesia.

► UU No.30/1999 mengatur tentang eksekusi putusan UU No.30/1999 mengatur tentang eksekusi putusan arbitrase internasional pada pasal 65 s/d 69. arbitrase internasional pada pasal 65 s/d 69.

► Selain daripada itu, pengaturan tentang eksekusi putusan Selain daripada itu, pengaturan tentang eksekusi putusan arbitrase internasional di Indonesia juga terdapat dalam arbitrase internasional di Indonesia juga terdapat dalam Konvensi New York 1958 jo. Keppres No.34/1981 Konvensi New York 1958 jo. Keppres No.34/1981

Page 191: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 192

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONALARBITRASE INTERNASIONAL

► Pasal 65 UU No.30/1999 mengatur bahwa yang Pasal 65 UU No.30/1999 mengatur bahwa yang berwenang menangani masalah pengakuan dan berwenang menangani masalah pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional adalah pelaksanaan putusan arbitrase internasional adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dalam penjelasannnya disebutkan “cukup jelas”. penjelasannnya disebutkan “cukup jelas”.

► CATATAN :CATATAN :PertamaPertama, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat merupakan , Pengadilan Negeri Jakarta Pusat merupakan pengadilan satu-satunya di Indonesia yang berwenang pengadilan satu-satunya di Indonesia yang berwenang menangani masalah pengakuan dan pelaksanaan menangani masalah pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional di Indonesia. putusan arbitrase internasional di Indonesia. KeduaKedua, menyangkut ruang lingkup wewenang , menyangkut ruang lingkup wewenang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, meliputi : Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, meliputi : a. a. pengakuan putusan arbitrase internasionalpengakuan putusan arbitrase internasional b. b. pelaksanaan putusan arbitrase internasional.pelaksanaan putusan arbitrase internasional.

Page 192: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 193

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONALARBITRASE INTERNASIONAL

► Pada dasarnya suatu putusan arbitrase internasional untuk Pada dasarnya suatu putusan arbitrase internasional untuk dapat dilaksanakan di wilayah suatu negara tertentu harus dapat dilaksanakan di wilayah suatu negara tertentu harus memenuhi syarat dan prosedur yang ditentukan oleh memenuhi syarat dan prosedur yang ditentukan oleh hukum yang berlaku di negara yang bersangkutan. hukum yang berlaku di negara yang bersangkutan.

► Pada umumnya, terdapat perbedaan antara tempat Pada umumnya, terdapat perbedaan antara tempat (negara) putusan arbitrase dijatuhkan dengan tempat (negara) putusan arbitrase dijatuhkan dengan tempat (negara) putusan arbitrase dilaksanakan. (negara) putusan arbitrase dilaksanakan.

► Sebelum suatu putusan arbitrase internasional dapat Sebelum suatu putusan arbitrase internasional dapat diakui dan dilaksanakan maka terlebih dahulu harus dilihat diakui dan dilaksanakan maka terlebih dahulu harus dilihat apakah hukum negara yang bersangkutan telah apakah hukum negara yang bersangkutan telah memberikan pengaturannya ataukah tidak. memberikan pengaturannya ataukah tidak.

► Lebih penting lagi adalah, apakah negara-negara yang Lebih penting lagi adalah, apakah negara-negara yang bersangkutan merupakan negara peserta atau negara bersangkutan merupakan negara peserta atau negara yang turut meratifikasi Konvensi New York 1958 ataukah yang turut meratifikasi Konvensi New York 1958 ataukah tidak, serta apakah telah terdapat perjanjian bilateral tidak, serta apakah telah terdapat perjanjian bilateral ataukah tidak.ataukah tidak.

Page 193: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 194

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONALARBITRASE INTERNASIONAL►Suatu negara yang telah menjadi peserta Suatu negara yang telah menjadi peserta

atau ikut meratifikasi Konvensi New York atau ikut meratifikasi Konvensi New York 1958 berarti membuka pintu bagi 1958 berarti membuka pintu bagi kemungkinan pengakuan dan pelaksanaan kemungkinan pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase intrnasional di wilayah putusan arbitrase intrnasional di wilayah hukum negara masing2 hukum negara masing2

►Masing-masing negara yang meratifikasi Masing-masing negara yang meratifikasi tersebut akan mengatur lebih lanjut dan tersebut akan mengatur lebih lanjut dan lebih tehnis dalam perundang-undangan lebih tehnis dalam perundang-undangan tersendiri yang substansinya tidak selalu tersendiri yang substansinya tidak selalu sama antara negara yang satu dengan sama antara negara yang satu dengan negara yang lain.negara yang lain.

Page 194: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 195

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONALARBITRASE INTERNASIONAL

► Indonesia meratifikasi Konvensi New York 1958 Indonesia meratifikasi Konvensi New York 1958 berdasarkan Keppres No.34/1981, dan dijabarkan berdasarkan Keppres No.34/1981, dan dijabarkan dalam Peraturan Mahkamah Agung No.1/1990 dalam Peraturan Mahkamah Agung No.1/1990 (PermaNo.1/1990) tentang Tata Cara Pelaksanaan (PermaNo.1/1990) tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing. Putusan Arbitrase Asing.

► Perma No.1/1990 dibuat pada waktu jauh sebelum Perma No.1/1990 dibuat pada waktu jauh sebelum berlakunya UU No.30/1999. Perma No.1/1990 tersebut berlakunya UU No.30/1999. Perma No.1/1990 tersebut dimaksud kan untuk mengatur tentang teknis dimaksud kan untuk mengatur tentang teknis prosedural yang berkaitan dengan pelaksanaan prosedural yang berkaitan dengan pelaksanaan putusan arbitrase internasional di Indonesia. Saat ini, putusan arbitrase internasional di Indonesia. Saat ini, pelaksanaan putusan arbitrase internasional di pelaksanaan putusan arbitrase internasional di Indonesia telah diatur dalam UU No. 30/1999.Indonesia telah diatur dalam UU No. 30/1999.

Page 195: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 196

KASUS P.T. NIZWAR vs KASUS P.T. NIZWAR vs NAVIGATION MARITIME BULGARENAVIGATION MARITIME BULGARE

► Periksa putusan Mahkamah Agung RI No.2944 K/Pdt/1983 Periksa putusan Mahkamah Agung RI No.2944 K/Pdt/1983 tanggal 20 Agustus 1984, dalam perkara antara PT.Nizwar tanggal 20 Agustus 1984, dalam perkara antara PT.Nizwar (Indonesia) sebagai Pemohon Kasasi/dahulu Termohon (Indonesia) sebagai Pemohon Kasasi/dahulu Termohon melawan Navigation Maritime Bulgare, Varna, melawan Navigation Maritime Bulgare, Varna, Chervenoermeiski (Bulgaria) sebagai Termohon Chervenoermeiski (Bulgaria) sebagai Termohon Kasasi/dahulu Pemohon. Kasasi/dahulu Pemohon.

► Sengketa tersebut sebelumnya telah diputus oleh Arbitrase Sengketa tersebut sebelumnya telah diputus oleh Arbitrase di London, PT.Nizwar dihukum untuk membayar uang di London, PT.Nizwar dihukum untuk membayar uang sejumlah 72.576,39 US dollar kepada Navigation Maritime sejumlah 72.576,39 US dollar kepada Navigation Maritime Bulgare tersebut. Selanjutnya oleh Navigation Maritime Bulgare tersebut. Selanjutnya oleh Navigation Maritime Bulgare putusan arbitrase tersebut dimohonkan Bulgare putusan arbitrase tersebut dimohonkan pelaksanaan setelah mendapat fiat eksekusi dari Pengadilan pelaksanaan setelah mendapat fiat eksekusi dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Negeri Jakarta Pusat. Permohonan tersebut dikabulkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam penetapannya Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam penetapannya No.2288/1979 P tanggal 10 Juni 1981, yang intinya No.2288/1979 P tanggal 10 Juni 1981, yang intinya memerintahkan agar PT.Nizwar memenuhi isi putusan memerintahkan agar PT.Nizwar memenuhi isi putusan arbitrase London tersebut.arbitrase London tersebut.

Page 196: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 197

KASUS P.T. NIZWAR vs KASUS P.T. NIZWAR vs NAVIGATION MARITIME BULGARENAVIGATION MARITIME BULGARE

► PT.Nizwar mengajukan kasasi terhadap Penetapan PT.Nizwar mengajukan kasasi terhadap Penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut, tanpa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut, tanpa disertai dengan risalah/memori kasasi, Mahkamah disertai dengan risalah/memori kasasi, Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi menyatakan permohonan Agung dalam tingkat kasasi menyatakan permohonan kasasi PT.Nizwar tersebut tidak dapat diterima. kasasi PT.Nizwar tersebut tidak dapat diterima.

► Namun yang menarik dalam pertimbangannya, Namun yang menarik dalam pertimbangannya, Mahkamah Agung tersebut antara lain Mahkamah Agung tersebut antara lain menyatakan :”………menyatakan :”………Keppres No.34/1981 dan Keppres No.34/1981 dan lampirannya tentang pengesahan “Convention on the lampirannya tentang pengesahan “Convention on the Recoqnition and Enforcement of Foreign Arbitral Recoqnition and Enforcement of Foreign Arbitral Awards” sesuai dengan praktek hukum yang berlaku Awards” sesuai dengan praktek hukum yang berlaku masih harus ada peraturan pelaksanaannyamasih harus ada peraturan pelaksanaannya……………”.……………”.

► Pertimbangan aquo, kemudian ditindaklanjuti Pertimbangan aquo, kemudian ditindaklanjuti Mahkamah Agung dengan menerbitkan PERMA Mahkamah Agung dengan menerbitkan PERMA No.1/1990.No.1/1990.

Page 197: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 198

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONALARBITRASE INTERNASIONAL

► Konvensi New York 1958 dalam pasal-pasalnya tidak Konvensi New York 1958 dalam pasal-pasalnya tidak memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan “dengan “recognitionrecognition” tersebut. Perma No.1/990 maupun ” tersebut. Perma No.1/990 maupun UU No.30/1999 juga tidak memberikan penjelasan secara UU No.30/1999 juga tidak memberikan penjelasan secara eksplisit tentang apa yang dimaksud dengan istilah eksplisit tentang apa yang dimaksud dengan istilah ““pengakuanpengakuan”. Lagi pula pada penjelasan pasal 65 hanya ”. Lagi pula pada penjelasan pasal 65 hanya menyebutkan “menyebutkan “cukup jelascukup jelas”. ”.

► Padahal suatu putusan arbitrase internasional hanya Padahal suatu putusan arbitrase internasional hanya dapat dieksekusi di wilayah hukum Republik Indonesia dapat dieksekusi di wilayah hukum Republik Indonesia setelah sebelumnya mendapatkan pengakuan dari setelah sebelumnya mendapatkan pengakuan dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

► Secara implicit UU No.30/1999 menguraikan tentang Secara implicit UU No.30/1999 menguraikan tentang pengertian :”pengertian :”pengakuanpengakuan” dengan jalan menetapkan ” dengan jalan menetapkan syarat-syarat putusan arbitrase internasional yang dapat syarat-syarat putusan arbitrase internasional yang dapat diakui dan dilaksanakan di wilayah hukum Republik diakui dan dilaksanakan di wilayah hukum Republik Indonesia.Indonesia.

Page 198: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 199

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONALARBITRASE INTERNASIONAL

► Pasal 66 menetapkan syarat-syarat tersebut sebagai Pasal 66 menetapkan syarat-syarat tersebut sebagai berikut :berikut :

► (a). Putusan arbitrase internasional dijatuhkan oleh arbiter (a). Putusan arbitrase internasional dijatuhkan oleh arbiter atau majelis arbitrase di suatu negara yang dengan negara atau majelis arbitrase di suatu negara yang dengan negara Republik Indonesia terikat pada perjanjian, bik secara Republik Indonesia terikat pada perjanjian, bik secara bilateral mupun multilateral, mengenai pengakuan dan bilateral mupun multilateral, mengenai pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional;pelaksanaan putusan arbitrase internasional;

► (b). Putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud (b). Putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud huruf “a” terbatas pada pada putusan yang menurut huruf “a” terbatas pada pada putusan yang menurut ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan;hukum perdagangan;

► (c). Putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud (c). Putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf “a” hanya dapat dilaksanakan di Indonesia dalam huruf “a” hanya dapat dilaksanakan di Indonesia terbatas pada putusan yang tidak bertentangan dengan terbatas pada putusan yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum;ketertiban umum;

Page 199: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 200

EKSEKUSI PUTUSAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONALARBITRASE INTERNASIONAL► (d). Putusan arbitrase internasional dapat (d). Putusan arbitrase internasional dapat

dilaksanakan di Indonesia setelah memperoleh dilaksanakan di Indonesia setelah memperoleh eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; danPusat; dan

► (e). Putusan arbitrase internasional (e). Putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf “a” yang sebagaimana dimaksud dalam huruf “a” yang menyangkut Negara Republik Indonesia menyangkut Negara Republik Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa, hany sebagai salah satu pihak dalam sengketa, hany dapat dilaksanakan setelah memperoleh dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekuatur dari Mahkamah Agung Republik eksekuatur dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya dilimpahkan kepada Indonesia yang selanjutnya dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Page 200: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 201

CATATAN TERHADAP PASAL 66 “a” BERKAITAN CATATAN TERHADAP PASAL 66 “a” BERKAITAN DENGAN PRINSIP RESIPROSITAS PENGAKUAN DENGAN PRINSIP RESIPROSITAS PENGAKUAN

DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE DAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL INTERNASIONAL

► Substansi Pasal 66 “a” di atas menyangkut Substansi Pasal 66 “a” di atas menyangkut tentang penerapan prinsip tentang penerapan prinsip resiprositasresiprositas diantara diantara negara-negara yang telah mengadakan negara-negara yang telah mengadakan perjanjian tentang pengakuan dan pelaksanaan perjanjian tentang pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional di wilayah putusan arbitrase internasional di wilayah negara masing-masing. Tanpa adanya bukti negara masing-masing. Tanpa adanya bukti berupa perjanjian tersebut maka Pengadilan berupa perjanjian tersebut maka Pengadilan Negeri Jakarta Pusat akan memasang “Negeri Jakarta Pusat akan memasang “palang palang pintupintu” untuk menutup permohonan pengakuan ” untuk menutup permohonan pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional di wilayah hukum Republik Indonesia.di wilayah hukum Republik Indonesia.

Page 201: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 202

CATATAN TERHADAP PASAL CATATAN TERHADAP PASAL 66 “b” TENTANG 66 “b” TENTANG ARBITRABILITASARBITRABILITAS

► Substansi Pasal 66 “b” UU No.30/1999 menyangkut soal Substansi Pasal 66 “b” UU No.30/1999 menyangkut soal arbitralitas putusan arbitrase internasional yang dimohonkan arbitralitas putusan arbitrase internasional yang dimohonkan pengakuan dan pelaksanaan di Indonesia apakah menurut pengakuan dan pelaksanaan di Indonesia apakah menurut hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup hukum hukum Indonesia termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan ataukah tidak. perdagangan ataukah tidak.

► Tolok ukur yang dipergunakan bukan bagaimana menurut hukum Tolok ukur yang dipergunakan bukan bagaimana menurut hukum yang berlaku di negara tempat putusan arbitrase dijatuhkan, yang berlaku di negara tempat putusan arbitrase dijatuhkan, melainkan menggunakan tolok ukur menurut hukum yang melainkan menggunakan tolok ukur menurut hukum yang berlaku di Indonesia sebagai tempat putusan arbitrase berlaku di Indonesia sebagai tempat putusan arbitrase internasional tersebut dimohonkan pengakuan dan pelaksanaan. internasional tersebut dimohonkan pengakuan dan pelaksanaan.

► Dengan demikian, tidak tertutup kemungkinan terjadinya Dengan demikian, tidak tertutup kemungkinan terjadinya perbedaan substansial antara hukum di negara tempat putusan perbedaan substansial antara hukum di negara tempat putusan arbitrase dijatuhkan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. arbitrase dijatuhkan dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Menurut hukum di negara tempat putusan arbitrase dijatuhkan Menurut hukum di negara tempat putusan arbitrase dijatuhkan substansi sengketa merupakan “substansi sengketa merupakan “sengketa komersialsengketa komersial” sehingga ” sehingga termasuk dalam kompetensi arbitrase, namun bisa jadi dipihak termasuk dalam kompetensi arbitrase, namun bisa jadi dipihak lain ternyata menurut hukum Indonesia dinilai bukan termasuk lain ternyata menurut hukum Indonesia dinilai bukan termasuk sengketa perdagangan. sengketa perdagangan.

Page 202: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 203

CATATAN TERHADAP PASAL CATATAN TERHADAP PASAL 66 “b” TENTANG 66 “b” TENTANG ARBITRABILITASARBITRABILITAS

Tolok ukur tentang pengertian “Tolok ukur tentang pengertian “ruang lingkup hukum ruang lingkup hukum perdaganganperdagangan” menurut hukum Indonesia adalah dengan ” menurut hukum Indonesia adalah dengan menggunakan interpretasi sistematis dan interpretasi menggunakan interpretasi sistematis dan interpretasi ekstensif terhadap substansi Pasal 5 dengan 66 (b) UU ekstensif terhadap substansi Pasal 5 dengan 66 (b) UU No.30/1999. No.30/1999.

Pasal 5 (1) hanya menyebutkan secara umum “Pasal 5 (1) hanya menyebutkan secara umum “sengketa sengketa perdaganganperdagangan” tanpa penjelasan apapun tentang apa ” tanpa penjelasan apapun tentang apa yang dimaksudkannya. Adapun pasal 66 (b) memberikan yang dimaksudkannya. Adapun pasal 66 (b) memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan ruang penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan ruang lingkup hukum perdagangan yaitu meliputi: perniagaan, lingkup hukum perdagangan yaitu meliputi: perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri, dan perbankan, keuangan, penanaman modal, industri, dan hak kekayaan intelektual. hak kekayaan intelektual.

Page 203: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 204

CATATAN TERHADAP PASAL CATATAN TERHADAP PASAL 66 “b” TENTANG 66 “b” TENTANG ARBITRABILITASARBITRABILITAS

► Namun apabila ditelaah lebih jauh, ternyata tidak jelas Namun apabila ditelaah lebih jauh, ternyata tidak jelas apa batas-batas dari sengketa di bidang perniagaan, apa batas-batas dari sengketa di bidang perniagaan, perbankan, keuangan, penanaman modal, industri, dan perbankan, keuangan, penanaman modal, industri, dan hak kekayaan intelektual. Karena masing-masing istilah hak kekayaan intelektual. Karena masing-masing istilah memiliki elastisitas interpretasi secara dinamis sejalan memiliki elastisitas interpretasi secara dinamis sejalan dengan perkembangan waktu dan perubahan dengan perkembangan waktu dan perubahan masyarakat.masyarakat.

► Akibat ketidakjelasan batas-batas dari apa yang Akibat ketidakjelasan batas-batas dari apa yang dimaksud dengan “dimaksud dengan “ruang lingkup perdaganganruang lingkup perdagangan” tidak ” tidak menutup kemungkinan akan dipergunakan oleh menutup kemungkinan akan dipergunakan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk bertindak Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk bertindak semena-mena memasang “semena-mena memasang “palang pintupalang pintu” dengan cara ” dengan cara menafsirkan secara subyektif pengertian “ruang lingkup menafsirkan secara subyektif pengertian “ruang lingkup hukum perdagangan” sebagai alasan untuk menolak hukum perdagangan” sebagai alasan untuk menolak setiap permohonan pengakuan putusan arbitrase setiap permohonan pengakuan putusan arbitrase internasional di Indonesia. internasional di Indonesia.

Page 204: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 205

CATATAN TERHADAP PASAL CATATAN TERHADAP PASAL 66 “b” TENTANG 66 “b” TENTANG ARBITRABILITASARBITRABILITAS

► Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang untuk Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang untuk menilai dan menafsirkan secara obyektif, apakah menilai dan menafsirkan secara obyektif, apakah sengketa yang telah diputus oleh arbitrase internasional sengketa yang telah diputus oleh arbitrase internasional dan dimohonkan pengakuan dan pelaksanaan tersebut dan dimohonkan pengakuan dan pelaksanaan tersebut menurut hukum Indonesia termasuk ke dalam ruang menurut hukum Indonesia termasuk ke dalam ruang lingkup hukum dagang atau tidak .lingkup hukum dagang atau tidak .

► Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang untuk Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat berwenang untuk menilai dan menafsirkan secara obyektif, apakah menilai dan menafsirkan secara obyektif, apakah sengketa yang telah diputus oleh arbitrase internasional sengketa yang telah diputus oleh arbitrase internasional dan dimohonkan pengakuan dan pelaksanaan tersebut dan dimohonkan pengakuan dan pelaksanaan tersebut menurut hukum Indonesia termasuk ke dalam ruang menurut hukum Indonesia termasuk ke dalam ruang lingkup hukum dagang atau tidak. Penafsiran tersebut lingkup hukum dagang atau tidak. Penafsiran tersebut sudah seharusnya bertumpu pada perkembangan ilmu sudah seharusnya bertumpu pada perkembangan ilmu hukum terkini serta dikaitkan dengan perkembangan hukum terkini serta dikaitkan dengan perkembangan dalam kegiatan praktek perdagangan sehari-hari. dalam kegiatan praktek perdagangan sehari-hari.

Page 205: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 206

CATATAN TEHADAP PASAL S 66 CATATAN TEHADAP PASAL S 66 “c” TENTANG KETERTIBAN “c” TENTANG KETERTIBAN

UMUMUMUMPasal 66 (c) :Pasal 66 (c) :

► Dalam bahasa Belanda disebut sebagai “Dalam bahasa Belanda disebut sebagai “openbare ordeopenbare orde”, ”, dalam bahasa Perancis disebut sebagai “dalam bahasa Perancis disebut sebagai “ordre publicordre public”, ”, dalam bahasa Jerman disebut sebagai “dalam bahasa Jerman disebut sebagai “vorbenhaltklauselvorbenhaltklausel”, ”, sedangkan di negara-negara dengan sistem common law sedangkan di negara-negara dengan sistem common law menggunakan istilah “menggunakan istilah “public policypublic policy”. ”.

► Istilah “Istilah “policypolicy” dipergunakan untuk menunjukkan adanya ” dipergunakan untuk menunjukkan adanya pengaruh besar dari faktor-faktor yang bersifat politis pengaruh besar dari faktor-faktor yang bersifat politis dalam hal menentukan ada atau tidaknya ketertiban dalam hal menentukan ada atau tidaknya ketertiban umum. umum.

► Tinneke Louise Tuegeh Longdong, sebagaimana mengutip Tinneke Louise Tuegeh Longdong, sebagaimana mengutip Sudargo Gautama, mengemukakan bahwa banyak penulis Sudargo Gautama, mengemukakan bahwa banyak penulis yang telah mencoba untuk menguraikan tentang apa yang yang telah mencoba untuk menguraikan tentang apa yang dimaksud dengan ketertiban umum, meskipun demikian dimaksud dengan ketertiban umum, meskipun demikian hingga kini masih banyak pertentangan tentang apa hingga kini masih banyak pertentangan tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan ketertiban umum.sebenarnya yang dimaksud dengan ketertiban umum.

Page 206: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 207

CATATAN TEHADAP PASAL S 66 CATATAN TEHADAP PASAL S 66 “c” TENTANG KETERTIBAN “c” TENTANG KETERTIBAN

UMUMUMUM► Masalah ketertiban umum sangat penting, oleh karena Masalah ketertiban umum sangat penting, oleh karena

fungsinya menyangkut tentang pengenyampingan berlakunya fungsinya menyangkut tentang pengenyampingan berlakunya hukum asing dan putusan arbitrase asing yang seharusnya hukum asing dan putusan arbitrase asing yang seharusnya dilaksanakan. Dengan alasan bertentangan dengan sendi asasi dilaksanakan. Dengan alasan bertentangan dengan sendi asasi sistem hukum yang berlaku di negara tempat dimana putusan sistem hukum yang berlaku di negara tempat dimana putusan arbitrase internasional tersebut dimohonkan pelaksanaannya. arbitrase internasional tersebut dimohonkan pelaksanaannya.

► Pasal V (2) “b” Konvensi New York 1958 : Pasal V (2) “b” Konvensi New York 1958 : “ the recognition “ the recognition or enforcement of the award would be contrary to the or enforcement of the award would be contrary to the public policy of that country”. public policy of that country”.

► Penggunaan prinsip “Penggunaan prinsip “ketertiban umumketertiban umum” oleh Ketua Pengadilan ” oleh Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagaimana diatur Pasal 66 © jo. 65 UU Negeri Jakarta Pusat sebagaimana diatur Pasal 66 © jo. 65 UU No.30/1999 adalah dimaksudkan sebagai “No.30/1999 adalah dimaksudkan sebagai “filterfilter” untuk ” untuk menyaring dan menilai secara obyektif terhadap setiap menyaring dan menilai secara obyektif terhadap setiap permohonan pelaksanaan putusan arbitrase internasional di permohonan pelaksanaan putusan arbitrase internasional di wilayah hukum Republik Indonesia.wilayah hukum Republik Indonesia.

Page 207: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 208

CATATAN TEHADAP PASAL S 66 CATATAN TEHADAP PASAL S 66 “c” TENTANG KETERTIBAN “c” TENTANG KETERTIBAN

UMUMUMUM►Meskipun tidak ada kesatuan pendapat tentang Meskipun tidak ada kesatuan pendapat tentang

apa yang dimaksud dengan ketertiban umum, apa yang dimaksud dengan ketertiban umum, namun pada dasarnya mereka berpendirian namun pada dasarnya mereka berpendirian bahwa ketertiban umum memegang peran bahwa ketertiban umum memegang peran penting dalamarti bahwa setiap sistemhukum penting dalamarti bahwa setiap sistemhukum negara manapun memerlukan semacam negara manapun memerlukan semacam veiligheidskiep veiligheidskiep atau atau rem daruratrem darurat yang disebut yang disebut dengan istilah ketertiban umum. dengan istilah ketertiban umum. M.Sumampouw mengemukakan M.Sumampouw mengemukakan bahwa,meskipun system hukum dari setiap bahwa,meskipun system hukum dari setiap negara mengenal konsepsi tentang ketertiban negara mengenal konsepsi tentang ketertiban umum, namun sebaiknya umum, namun sebaiknya dipergunakan seirit dipergunakan seirit mungkin dan hanya sebagai pengecualian.mungkin dan hanya sebagai pengecualian.

Page 208: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 209

CATATAN TEHADAP PASAL S 66 CATATAN TEHADAP PASAL S 66 “c” TENTANG KETERTIBAN “c” TENTANG KETERTIBAN

UMUMUMUM► Oleh karena apabila setiap kali menggunakan ketertiban umum Oleh karena apabila setiap kali menggunakan ketertiban umum

sebagai alasan untuk mengenyampingkan berlakunya hukum sebagai alasan untuk mengenyampingkan berlakunya hukum asing maka akan mengakibatkan hukum perdata internasional asing maka akan mengakibatkan hukum perdata internasional tidak berkembang (Sudargo Gautama, menggambarkan tidak berkembang (Sudargo Gautama, menggambarkan bagaimana seharusnya penggunaan prinsip tersebut……bagaimana seharusnya penggunaan prinsip tersebut……public public policy only as a shield, not as a swordpolicy only as a shield, not as a sword).).

► Menurut pendapat saya, adalah merupakan sikap yang Menurut pendapat saya, adalah merupakan sikap yang berlebihan apabila berpendirian tentang superioritas hukum berlebihan apabila berpendirian tentang superioritas hukum nasional terhadap hukum asing. nasional terhadap hukum asing.

► Padahal kita tidaklah mungkin hidup secara Padahal kita tidaklah mungkin hidup secara solitersoliter dengan dengan mengasingkan diri dari pergaulan hidup antar negara, mengasingkan diri dari pergaulan hidup antar negara, melainkan dalam kenyataannya kita berada dalam pergaulan melainkan dalam kenyataannya kita berada dalam pergaulan hidup antara negara secara internasional dengan system hidup antara negara secara internasional dengan system hukumnya yang berbeda-beda. hukumnya yang berbeda-beda.

► Lebih-lebih dewasa ini, dengan terjadinya globalisasi kegiatan Lebih-lebih dewasa ini, dengan terjadinya globalisasi kegiatan perdagangan yang melibatkan berbagai negara, dengan perdagangan yang melibatkan berbagai negara, dengan keragaman sistem hukum masing-masing.keragaman sistem hukum masing-masing.

Page 209: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 210

CATATAN TEHADAP PASAL S 66 CATATAN TEHADAP PASAL S 66 “c” TENTANG KETERTIBAN “c” TENTANG KETERTIBAN

UMUMUMUM► Dalam kaitannya dengan syarat bahwa putusan arbitrase Dalam kaitannya dengan syarat bahwa putusan arbitrase

internasional tidak bertentangan dengan “ketertiban umum” juga internasional tidak bertentangan dengan “ketertiban umum” juga diatur dalam Pasal 4 (2) Perma No.1/1990. Istilah “diatur dalam Pasal 4 (2) Perma No.1/1990. Istilah “ketertiban ketertiban umum”umum” penjelasannya terdapat dalam rumusan Perma No.1/1990, penjelasannya terdapat dalam rumusan Perma No.1/1990, Pasal 4 (2) yakni : Pasal 4 (2) yakni : “sendi-sendi asasi dari seluruh sistem hukum “sendi-sendi asasi dari seluruh sistem hukum dan masyarakat Indonesia”. dan masyarakat Indonesia”.

► Namun apa pengertian serta sejauh mana batas-batas dari Namun apa pengertian serta sejauh mana batas-batas dari “sendi-“sendi-sendi asasisendi asasi dari seluruh sistem hukum dan masyarakat Indonesia” dari seluruh sistem hukum dan masyarakat Indonesia” dalam ketentuan tersebut ternyata tidak terdapat penjelasan lebih dalam ketentuan tersebut ternyata tidak terdapat penjelasan lebih jauh lagi. jauh lagi.

► Dalam keadaan demikian, maka pengertian serta batas-batasnya Dalam keadaan demikian, maka pengertian serta batas-batasnya akan ditentukan melalui interpretasi berdasarkan situasi dan kondisi akan ditentukan melalui interpretasi berdasarkan situasi dan kondisi kasus per kasus. Sebagai konsekuensinya, apabila suatu putusan kasus per kasus. Sebagai konsekuensinya, apabila suatu putusan arbitrase internasional dinilai sebagai telah bertentangan dengan arbitrase internasional dinilai sebagai telah bertentangan dengan ketertiban umum di Indonesia, maka putusan tersebut tidak dapat ketertiban umum di Indonesia, maka putusan tersebut tidak dapat dimohonkan pengakuan dan pelaksanaannya di wilayah Republik dimohonkan pengakuan dan pelaksanaannya di wilayah Republik Indonesia. Indonesia.

Page 210: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 211

CATATAN TEHADAP PASAL S 66 CATATAN TEHADAP PASAL S 66 “c” TENTANG KETERTIBAN “c” TENTANG KETERTIBAN

UMUMUMUM► Menurut Setiawan, fungsi ketertiban umum pada dasarnya adalah Menurut Setiawan, fungsi ketertiban umum pada dasarnya adalah

sebagai pengawal dari sebagai pengawal dari ““the fundamental moral convictions or the fundamental moral convictions or policies of the forum” policies of the forum” dan berkaitan langsung dengandan berkaitan langsung dengan “the “the principle of territorial souvereignity”. principle of territorial souvereignity”.

► Penggunaan prinsip ketertiban umum tersebut “Penggunaan prinsip ketertiban umum tersebut “escape clause”escape clause” sesuai dengan istilah Sudargo Gautama hendaknya terbatas : sesuai dengan istilah Sudargo Gautama hendaknya terbatas : “only “only as a shield and not as a sword”.as a shield and not as a sword”. Dalam pengertian, untuk Dalam pengertian, untuk melindungi sendi-sendi asasi seluruh sistem hukum dan masyarakat melindungi sendi-sendi asasi seluruh sistem hukum dan masyarakat Indonesia, dan bukannya digunakan sedemikian rupa bagaikan Indonesia, dan bukannya digunakan sedemikian rupa bagaikan sebilah pedang untuk melumpuhkan terhadap setiap kemungkinan sebilah pedang untuk melumpuhkan terhadap setiap kemungkinan pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional di pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional di wilayah hukum Republik Indonesia. wilayah hukum Republik Indonesia.

► Tiong Min Yeo mengemukakan bahwa : Tiong Min Yeo mengemukakan bahwa : “…..public policy generally “…..public policy generally works in a negative way. It opposes the application of foreign works in a negative way. It opposes the application of foreign law or more precisely, it is exception to the choice of law rule law or more precisely, it is exception to the choice of law rule that would ordinarily mandate the application of foreign that would ordinarily mandate the application of foreign law”.law”.

Page 211: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 212

CATATAN TERHADAP PASAL CATATAN TERHADAP PASAL 66 “d” SOAL EKSEKUATUR66 “d” SOAL EKSEKUATUR

► Substansi Pasal 66 “d” UU No.30/1999 menyangkut syarat Substansi Pasal 66 “d” UU No.30/1999 menyangkut syarat bahwa Putusan arbitrase internasional dapat dilaksanakan bahwa Putusan arbitrase internasional dapat dilaksanakan di Indonesia setelah memperoleh eksekuatur dari Ketua di Indonesia setelah memperoleh eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berdasarkan persyaratan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Berdasarkan persyaratan tersebut, dikaitkan dengan Pasal 65 tampak bahwa tersebut, dikaitkan dengan Pasal 65 tampak bahwa pengadilan yang berwenang memberikan eksekuatur pengadilan yang berwenang memberikan eksekuatur adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. adalah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

► Kedudukan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sangat Kedudukan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sangat penting dan menentukan berkenaan dengan pemberian penting dan menentukan berkenaan dengan pemberian atau penolakan eksekuatur terhadap permohonan eksekusi atau penolakan eksekuatur terhadap permohonan eksekusi putusan arbitrase internasional. Artinya, Ketua Pengadilan putusan arbitrase internasional. Artinya, Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak hanya terbatas berwenang Negeri Jakarta Pusat tidak hanya terbatas berwenang dalam memberikn eksekuatur melainkan sebaliknya juga dalam memberikn eksekuatur melainkan sebaliknya juga berwenang untuk menolak pemberian eksekuatur terhadap berwenang untuk menolak pemberian eksekuatur terhadap permohonan pengakuan dan pelaksanaan putusan permohonan pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional. arbitrase internasional.

Page 212: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 213

CATATAN TERHADAP PASAL CATATAN TERHADAP PASAL 66 “d” SOAL EKSEKUATUR66 “d” SOAL EKSEKUATUR

► Eksekuatur akan diberikan atau sebaliknya ditolak Eksekuatur akan diberikan atau sebaliknya ditolak sepenuhnya bergantung pada apakah permohonan sepenuhnya bergantung pada apakah permohonan pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional di Indonesia telah memenuhi internasional di Indonesia telah memenuhi syarat-syarat syarat-syarat kumulatif sebagaimana diatur dalam Pasal 66 dan kumulatif sebagaimana diatur dalam Pasal 66 dan 67 UUNo.30/1999.67 UUNo.30/1999.

► Meskipun tidak disebutkan secara tegas, namun bila Meskipun tidak disebutkan secara tegas, namun bila dikaitkan dengan Pasal 66 huruf “e” dapat ditafsirkan dikaitkan dengan Pasal 66 huruf “e” dapat ditafsirkan secara secara a contrarioa contrario bahwa Termohon Eksekusi bahwa Termohon Eksekusi sebagaimana dimaksud pada Pasal 66 huruf “d” adalah sebagaimana dimaksud pada Pasal 66 huruf “d” adalah menyangkut perorangan atau badan hukum perdata dan menyangkut perorangan atau badan hukum perdata dan bukan menyangkut negara Republik Indonesia.bukan menyangkut negara Republik Indonesia.

► Apabila Termohon Eksekusinya adalah menyangkut Apabila Termohon Eksekusinya adalah menyangkut negara Republik Indonesia maka diperlukan persyaratan negara Republik Indonesia maka diperlukan persyaratan dan prosedur yang berbeda sebagaimana diatur secara dan prosedur yang berbeda sebagaimana diatur secara tersendiri dalam Pasal 66 “e” UU No30/1999. tersendiri dalam Pasal 66 “e” UU No30/1999.

Page 213: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 214

CATATAN TERHADAP PASAL CATATAN TERHADAP PASAL 66 “d” SOAL EKSEKUATUR66 “d” SOAL EKSEKUATUR

► Substansi pasal 66 “e” UU No.30/1999 mengatur syarat Substansi pasal 66 “e” UU No.30/1999 mengatur syarat apabila putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud apabila putusan arbitrase internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf “a” Pasal 66 a quo adalah menyangkut Negara dalam huruf “a” Pasal 66 a quo adalah menyangkut Negara Republik Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa, Republik Indonesia sebagai salah satu pihak dalam sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekuatur hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekuatur dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya dari Mahkamah Agung Republik Indonesia yang selanjutnya dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. dilimpahkan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

► Aturan ini memberikan wewenang eksekuatur kepada Aturan ini memberikan wewenang eksekuatur kepada Mahkamah Agung sebagai puncak badan peradilan karena Mahkamah Agung sebagai puncak badan peradilan karena termohon akibat serta konsekuensi eksekusi putusan arbitrase termohon akibat serta konsekuensi eksekusi putusan arbitrase internasional tersebut menyangkut kepentingan negara. internasional tersebut menyangkut kepentingan negara.

► Dalam hal Termohon Eksekusi adalah negara Republik Dalam hal Termohon Eksekusi adalah negara Republik Indonesia, merupakan ujian yang cukup berat dan dilemmatis Indonesia, merupakan ujian yang cukup berat dan dilemmatis bagi Mahkamah Agung berkenaan dengan pemberian atau bagi Mahkamah Agung berkenaan dengan pemberian atau penolakan eksekuatur terhadap putusan arbitrase penolakan eksekuatur terhadap putusan arbitrase internasional. internasional.

Page 214: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 215

CATATAN TERHADAP PASAL CATATAN TERHADAP PASAL 66 “d” SOAL EKSEKUATUR66 “d” SOAL EKSEKUATUR

► Dikuatirkan dapat menimbulkan “Dikuatirkan dapat menimbulkan “conflict of interestconflict of interest”, ”, karena di satu pihak kedudukan Mahkamah Agung karena di satu pihak kedudukan Mahkamah Agung sebagai lembaga negara Republik Indonesia sebagai lembaga negara Republik Indonesia sedangkan di pihak lain yang bertindak sebagai sedangkan di pihak lain yang bertindak sebagai Termohon Eksekusi adalah negara Republik Indonesia. Termohon Eksekusi adalah negara Republik Indonesia.

► Secara teoritis bisa saja terjadi bahwa Mahkamah Secara teoritis bisa saja terjadi bahwa Mahkamah Agung bersikap konsisten dengan undang-undang Agung bersikap konsisten dengan undang-undang yakni tetap akan memberikan eksekuatur. yakni tetap akan memberikan eksekuatur.

► Namun, pada bagaimana kenyataan prakteknya, saya Namun, pada bagaimana kenyataan prakteknya, saya termasuk orang meragukan kemungkinan Mahkamah termasuk orang meragukan kemungkinan Mahkamah Agung mampu bersikap konsisten dengan hal Agung mampu bersikap konsisten dengan hal tersebut. tersebut.

Page 215: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 216

CATATAN TERHADAP PASAL CATATAN TERHADAP PASAL 66 “d” SOAL EKSEKUATUR66 “d” SOAL EKSEKUATUR

► Alasan pokoknya adalah terjadinya “Alasan pokoknya adalah terjadinya “conflict of conflict of interestinterest”. Kecil kemungkinan Mahkamah ”. Kecil kemungkinan Mahkamah Agung Republik Indonesia akan memberikan Agung Republik Indonesia akan memberikan eksekuatur eksekusi putusan arbitrase eksekuatur eksekusi putusan arbitrase internasional terhadap Negara Republik internasional terhadap Negara Republik Indonesia sebagai pihak termohon Indonesia sebagai pihak termohon eksekusinya. eksekusinya.

► Apabila sudah menyangkut kepentingan Apabila sudah menyangkut kepentingan negara, maka Mahkamah Agung sebagai negara, maka Mahkamah Agung sebagai lembaga tinggi negara cenderung akan lebih lembaga tinggi negara cenderung akan lebih menonjolkan pemihakannya kepada menonjolkan pemihakannya kepada kepentingan negara (kepentingan negara (parochial principleparochial principle). ).

Page 216: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 217

PERMOHONAN EKSEKUSI PERMOHONAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE PUTUSAN ARBITRASE

INTERNASIONAL (Ps. 67)INTERNASIONAL (Ps. 67)(1). Permohonan pelaksanaan Putusan Arbitrase (1). Permohonan pelaksanaan Putusan Arbitrase

Internasional dilakukan Internasional dilakukan setelah putusan setelah putusan tersebut diserahkan dan didaftarkan oleh tersebut diserahkan dan didaftarkan oleh Arbiter atau Kuasanya kepada Panitera Arbiter atau Kuasanya kepada Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.CATATAN PASAL 67 (1) :CATATAN PASAL 67 (1) :Ketentuan tersebut mengandung norma bahwa Ketentuan tersebut mengandung norma bahwa putusan arbitrase internasional yang putusan arbitrase internasional yang dimohonkan pelaksanaannya di Indonesia, harus dimohonkan pelaksanaannya di Indonesia, harus lebih dahulu diserahkan & didaftarkan oeh lebih dahulu diserahkan & didaftarkan oeh arbiter atau kuasanya kepada Panitera arbiter atau kuasanya kepada Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Page 217: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 218

PERMOHONAN EKSEKUSI PERMOHONAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE PUTUSAN ARBITRASE

INTERNASIONAL (Ps. 67)INTERNASIONAL (Ps. 67)(2). Penyampaian berkas permohonan disertai :(2). Penyampaian berkas permohonan disertai :

(a). Lembar asli atau salinan otentik putusan Arbitrase (a). Lembar asli atau salinan otentik putusan Arbitrase Internasional sesuai ketentuan perihal otentikasi dokumen Internasional sesuai ketentuan perihal otentikasi dokumen asing dan naskah terjemahan resminya dalam Bahasa asing dan naskah terjemahan resminya dalam Bahasa Indonesia;Indonesia;

(b). Lembar asli atau salinan otentik perjanjian yang (b). Lembar asli atau salinan otentik perjanjian yang menjadi dasar putusan Arbitrase Internasional sesuai menjadi dasar putusan Arbitrase Internasional sesuai dengan ketentuan perihal otentitikasi dokumen asing dan dengan ketentuan perihal otentitikasi dokumen asing dan naskah terjemahan resminya dalam bahasa Indonesia;naskah terjemahan resminya dalam bahasa Indonesia;(c). Keterangan dari perwakilan diplomatik Republik (c). Keterangan dari perwakilan diplomatik Republik Indonesia di negara dimana putusan Arbitrase Indonesia di negara dimana putusan Arbitrase Internasional tersebut ditetapkan, yang menyatakan Internasional tersebut ditetapkan, yang menyatakan bahwa Negara pemohon terikat pada perjanjian, baik bahwa Negara pemohon terikat pada perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral dengan negara secara bilateral maupun multilateral dengan negara Republik Indonesia perihal pengakuan dan pelaksanaan Republik Indonesia perihal pengakuan dan pelaksanaan Putusan Arbitrase Internasional.Putusan Arbitrase Internasional.

Page 218: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 219

CATATAN 67 AYAT 2CATATAN 67 AYAT 2► Pasal 67 ayat (2) huruf “a” dan “b” mengandung Pasal 67 ayat (2) huruf “a” dan “b” mengandung

norma tentang keharusan dilakukannya norma tentang keharusan dilakukannya otentikasi trhadap dokumen asing dan otentikasi trhadap dokumen asing dan penterjemahan secara resmi naskah putusan penterjemahan secara resmi naskah putusan arbitrase internasional maupun naskah arbitrase internasional maupun naskah perjanjian arbitrase dari bahasa asing yang perjanjian arbitrase dari bahasa asing yang digunakan ke dalam naskah yang menggunakan digunakan ke dalam naskah yang menggunakan Bahasa Indonesia melalui penterjemah Bahasa Indonesia melalui penterjemah tersumpah. Hal tersebut dimaksudkan agar tersumpah. Hal tersebut dimaksudkan agar terdapat kesesuaian makna antara bahasa asing terdapat kesesuaian makna antara bahasa asing yang digunakan dalam naskah aslinya dengan yang digunakan dalam naskah aslinya dengan naskah terjemahannya dalam bahasa Indonesia. naskah terjemahannya dalam bahasa Indonesia.

Page 219: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 220

CATATAN 67 AYAT 2 huruf CATATAN 67 AYAT 2 huruf “C”, MENSYARATKAN :“C”, MENSYARATKAN :

a. a. “keterangan”, “keterangan”, b. Yang dibuat oleh perwakilan diplomatik b. Yang dibuat oleh perwakilan diplomatik

Republik Indonesia di negara dimana putusan Republik Indonesia di negara dimana putusan Arbitrase Internasional tersebut ditetapkan,Arbitrase Internasional tersebut ditetapkan, yang menyatakan bahwa yang menyatakan bahwa

c. Negara Pemohon,c. Negara Pemohon, d. terikat pada perjanjiand. terikat pada perjanjian, baik secara bilateral , baik secara bilateral

maupun multilateral dengan maupun multilateral dengan e. Negara Republik Indonesia,e. Negara Republik Indonesia, f. Perihal pengakuan dan pelaksanaan Putusan f. Perihal pengakuan dan pelaksanaan Putusan

Arbitrase Internasional. Arbitrase Internasional.

Page 220: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 221

KONSEKUENSI SYARAT KONSEKUENSI SYARAT PASAL 67 AYAT 2 huruf “C”PASAL 67 AYAT 2 huruf “C”Konsekuensinya, apabila menurut “keterangan” yang Konsekuensinya, apabila menurut “keterangan” yang dibuat oleh Perwakilan Diplomatik Negara Republik dibuat oleh Perwakilan Diplomatik Negara Republik Indonesia di negara dimana putusan arbitrase asing Indonesia di negara dimana putusan arbitrase asing dijatuhkan, ternyata antara Negara Asal Pemohon dijatuhkan, ternyata antara Negara Asal Pemohon Eksekusi dengan Negara Republik Indonesia tidak Eksekusi dengan Negara Republik Indonesia tidak terdapat perjanjian bilateral maupun multilateral terdapat perjanjian bilateral maupun multilateral menyangkut masalah Pengakuan dan Pelaksanaan menyangkut masalah Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing maka Putusan Arbitrase Asing Putusan Arbitrase Asing maka Putusan Arbitrase Asing tersebut tidak dapat dimohonkan pengakuan dan tersebut tidak dapat dimohonkan pengakuan dan pelaksanaan nya di wilayah Negara Republik Indonesia. pelaksanaan nya di wilayah Negara Republik Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, penting mendapatkan Berkaitan dengan hal tersebut, penting mendapatkan perhatian saat para pihak melakukan pemilihan forum perhatian saat para pihak melakukan pemilihan forum dan tempat arbitrase (choice of forum & choice of dan tempat arbitrase (choice of forum & choice of arbitration venue).arbitration venue).

Page 221: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 222

PERMOHONAN EKSEKUSI PERMOHONAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE PUTUSAN ARBITRASE

INTERNASIONALINTERNASIONAL► Pasal 68 Pasal 68

ayat (1) : “Terhadap putusan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta ayat (1) : “Terhadap putusan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagaimana dimaksud Pasal 66 huruf “d” yang Pusat sebagaimana dimaksud Pasal 66 huruf “d” yang mengakui dan melaksanakan Putusan Arbitrase Internasional, mengakui dan melaksanakan Putusan Arbitrase Internasional, tidak dapat diajukan banding atau kasasi”;tidak dapat diajukan banding atau kasasi”;ayat (2) : “Terhadap putusan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta ayat (2) : “Terhadap putusan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 huruf “d” yang Pusat sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 huruf “d” yang menolak untuk mengakui dan melaksanakan suatu Putusan menolak untuk mengakui dan melaksanakan suatu Putusan Arbitrase Internasional, dapat diajukan kasasi.Arbitrase Internasional, dapat diajukan kasasi.ayat (3) : “Mahkamah Agung mempetimbangkan serta ayat (3) : “Mahkamah Agung mempetimbangkan serta memutuskan setiap pengajuan kasasi sebagaimana dimaksud memutuskan setiap pengajuan kasasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dalam jangka waktu paling lama 90 hari dalam ayat (2), dalam jangka waktu paling lama 90 hari setelah permohonan kasasi tersebut diterima oleh Mahkamah setelah permohonan kasasi tersebut diterima oleh Mahkamah Agung”.Agung”.ayat (4) : “Terhadap putusan Mahkamah Agung sebagaimana ayat (4) : “Terhadap putusan Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 huruf “e”, tidak dapat diajukan dimaksud dalam Pasal 66 huruf “e”, tidak dapat diajukan upaya perlawanan”.upaya perlawanan”.

Page 222: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 223

CATATANCATATAN TERHADAP PASAL 68 TERHADAP PASAL 68

► Norma ayat (1), pemberian eksekuatur oleh Ketua PN Norma ayat (1), pemberian eksekuatur oleh Ketua PN Jakarta Pusat terhadap putusan arbitrase internasional Jakarta Pusat terhadap putusan arbitrase internasional bersifat “final and binding”.bersifat “final and binding”.

► Norma ayat (2), (3) dan (4), penolakan pemberian Norma ayat (2), (3) dan (4), penolakan pemberian eksekuatur oleh Ketua PN Jakarta Pusat terhadap eksekuatur oleh Ketua PN Jakarta Pusat terhadap putusan arbitrase internasional dapat dimohonkan putusan arbitrase internasional dapat dimohonkan kasasi ke Mahakamah Agung. Setelah permohonan kasasi ke Mahakamah Agung. Setelah permohonan kasasi tersebut diputus oleh Mahkamah Agung, tidak kasasi tersebut diputus oleh Mahkamah Agung, tidak dapat diajukan upaya perlawanan. Namun timbul dapat diajukan upaya perlawanan. Namun timbul pertanyaan, bagaimana kalau terhadap putusan pertanyaan, bagaimana kalau terhadap putusan Mahkamah Agung tersebut kemudian dimohonkan Mahkamah Agung tersebut kemudian dimohonkan peninjauan kembali ??? Oleh karena hakekat peninjauan kembali ??? Oleh karena hakekat “perlawanan” adalah berbeda dengan “peninjauan “perlawanan” adalah berbeda dengan “peninjauan kembali”.kembali”.

Page 223: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 224

PERMOHONAN EKSEKUSI PERMOHONAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE PUTUSAN ARBITRASE

INTERNASIONALINTERNASIONAL► Pasal 69Pasal 69

ayat (1) : “Setelah Ketua PN Jakarta Pusat memberikan perintah ayat (1) : “Setelah Ketua PN Jakarta Pusat memberikan perintah eksekusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, maka eksekusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64, maka pelaksanaan selanjutnya dilimpahkan kepada Ketua PN yang secara pelaksanaan selanjutnya dilimpahkan kepada Ketua PN yang secara relatif berwenang melaksanakannya”;relatif berwenang melaksanakannya”;ayat (2) : “Sita eksekusi dapat dilakukan atas harta kekayaan serta ayat (2) : “Sita eksekusi dapat dilakukan atas harta kekayaan serta barang milik termohon eksekusi”;barang milik termohon eksekusi”;ayat (3) : “Tatacara penyitaan serta pelaksanaan putusan ayat (3) : “Tatacara penyitaan serta pelaksanaan putusan mengikuti tatacara sebagaimana ditentukan dalam Hukum Acara mengikuti tatacara sebagaimana ditentukan dalam Hukum Acara Perdata”.Perdata”.CATATAN :CATATAN :Norma ayat (1), menyangkut pendelegasian wewenang eksekusi Norma ayat (1), menyangkut pendelegasian wewenang eksekusi dari Ketua PN Jakarta Pusat kepada Ketua PN setempat (domisili dari Ketua PN Jakarta Pusat kepada Ketua PN setempat (domisili Termohon Eksekusi atau tempat kedudukan obyek sengketa).Termohon Eksekusi atau tempat kedudukan obyek sengketa).Norma ayat (2) dan (3), menyangkut tindakan sita eksekusi Norma ayat (2) dan (3), menyangkut tindakan sita eksekusi terhadap harta kekayaan termohon eksekusi yang dijalankan terhadap harta kekayaan termohon eksekusi yang dijalankan sebagaimana berlaku pada praktek peradilan berdasarkan HIR/RIB sebagaimana berlaku pada praktek peradilan berdasarkan HIR/RIB maupun RBG/RDS.maupun RBG/RDS.

Page 224: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 225

14. BIAYA ARBITRASE14. BIAYA ARBITRASE

Pasal 77Pasal 77 : :ayat (1) : Biaya arbitrase dibebankan ayat (1) : Biaya arbitrase dibebankan kepada pihak yang kalah.kepada pihak yang kalah.ayat (2) : Dalam hal tuntutan hanya ayat (2) : Dalam hal tuntutan hanya dikabul kan sebagian, biaya arbitrase dikabul kan sebagian, biaya arbitrase dibebankan kepada para pihak secara dibebankan kepada para pihak secara seimbang.seimbang.

Page 225: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 226

14. BIAYA ARBITRASE14. BIAYA ARBITRASE ► Pasal 76Pasal 76

ayat (1) : Arbiter menentukan biaya arbitrase.ayat (1) : Arbiter menentukan biaya arbitrase.ayat (2) : Biaya sbagaimana dimaksud dalam ayat (2) : Biaya sbagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : ayat (1) meliputi : aa. honorarium arbiter, . honorarium arbiter, bb. biaya perjalanan dan biaya lainnya yang . biaya perjalanan dan biaya lainnya yang dikeluarkan oleh arbiter, dikeluarkan oleh arbiter, cc. biaya saksi dan saksi ahli yang diperlukan . biaya saksi dan saksi ahli yang diperlukan dalam pemeriksaan sengketa, dan dalam pemeriksaan sengketa, dan d.d. biaya administrasi. biaya administrasi.

Page 226: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 227

CATATAN MENGENAI CATATAN MENGENAI BIAYA ARBITRASE (Ps 76 & BIAYA ARBITRASE (Ps 76 &

77)77)► Konsekuesi biaya berkenaan dengan penyelesaian Konsekuesi biaya berkenaan dengan penyelesaian

sengketa melalui arbitrase, yang menyangkut honorarium sengketa melalui arbitrase, yang menyangkut honorarium arbitrator, biaya perjalanan dan yang lainnya yang arbitrator, biaya perjalanan dan yang lainnya yang dikeluarkan oleh arbitrator (misal : akomodasi, lumpsum, dikeluarkan oleh arbitrator (misal : akomodasi, lumpsum, telekomunikasi dll) maupun biaya saksi dan saksi ahli telekomunikasi dll) maupun biaya saksi dan saksi ahli (honorarium, transportasi, akomodasi, lumpsum, (honorarium, transportasi, akomodasi, lumpsum, telekomunikasi, dll), biaya adiministrasi dibebankan telekomunikasi, dll), biaya adiministrasi dibebankan kepada pihak yang berperkara (Vide Ps.77). kepada pihak yang berperkara (Vide Ps.77).

► Berlainan dengan proses di Pengadilan, hakim justru Berlainan dengan proses di Pengadilan, hakim justru dilarang mendapatkan honorarium, biaya perjalanan dilarang mendapatkan honorarium, biaya perjalanan maupun lainnya dari pihak berperkara, karena semua maupun lainnya dari pihak berperkara, karena semua dibebankan kepada Negara. Para pihak hanya diwajibkan dibebankan kepada Negara. Para pihak hanya diwajibkan membayar biaya adimistrasi/perkara. Adapun membayar biaya adimistrasi/perkara. Adapun menyangkut saksi atau saksi ahli, maka pihak berperkara menyangkut saksi atau saksi ahli, maka pihak berperkara yang wajib menanggungnya (Vide Pasal 49 ayat 2). yang wajib menanggungnya (Vide Pasal 49 ayat 2).

Page 227: BAHAN KULIAH ARBITRASE SEPT 07

BRW/FHUA/2007 228

AKHIRNYA…………..AKHIRNYA…………..►Thank U,Thank U,►Dank U,Dank U,►Kamsiah,Kamsiah,►Arigato Gozaimazu,Arigato Gozaimazu,►Terima kasih,Terima kasih,►Matur Nuwun, atas segala perhatian, Matur Nuwun, atas segala perhatian,

pertanyaan, kritik, dan saran2nya. pertanyaan, kritik, dan saran2nya.