Bahan Kelompok AUDIT

16
PERENCANAAN AUDIT I. KOMUNIKASI DENGAN AUDITOR TERDAHULU (SEBELUM PENUNJUKAN) Perubahan Auditor Auditor harus tidak menerima suatu perikatan sampai komunikasi sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 07 s.d. 10 dievaluasi. Namun, auditor dapat membuat proposal untuk perikatan audit sebelum melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu. Auditor dapat memberitahu calon kliennya (sebagai contoh, dalam proposal) bahwa penerimaan perikatan belum bersifat final sampai komunikasi dengan auditor pendahulu dievaluasi. Komunikasi lain antara auditor pengganti dengan auditor pendahulu, yang dijelaskan dalam paragraf 11, adalah dianjurkan untuk membantu auditor pengganti dalam merencanakan perikatan. Namun, waktu komunikasi lain ini lebih fleksibel. Auditor pengganti dapat berinisiatif melakukan komunikasi lain ini, sebelum menerima perikatan. atau sesudahnya Bila terdapat lebih dari satu auditor yang mempertimbangkan untuk menerima suatu perikatan, auditor pendahulu harus tidak diharapkan menanggapi permintaan keterangan sampai dengan auditor pengganti telah dipilih oleh calon klien dan telah menerima perikatan yang memerukan evaluasi komunikasi dengan auditor pendahulu sebagaimana diatur dalam paragraf 07 s.d 10 Seksi ini. Inisiatif untuk mengadakan komunikasi terletak di tangan auditor pengganti. Komunikasi dapat tertulis atau lisan. Baik auditor pendahulu maupun auditor pengganti harus menjaga

description

Auditor harus tidak menerima suatu perikatan sampai komunikasi sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 07 s.d. 10 dievaluasi. Namun, auditor dapat membuat proposal untuk perikatan audit sebelum melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu. Auditor dapat memberitahu calon kliennya (sebagai contoh, dalam proposal) bahwa penerimaan perikatan belum bersifat final sampai komunikasi dengan auditor pendahulu dievaluasi.

Transcript of Bahan Kelompok AUDIT

Page 1: Bahan Kelompok AUDIT

PERENCANAAN AUDIT

I. KOMUNIKASI DENGAN AUDITOR TERDAHULU (SEBELUM

PENUNJUKAN)

Perubahan Auditor

Auditor harus tidak menerima suatu perikatan sampai komunikasi sebagaimana

dijelaskan dalam paragraf 07 s.d. 10 dievaluasi. Namun, auditor dapat membuat proposal

untuk perikatan audit sebelum melakukan komunikasi dengan auditor pendahulu. Auditor

dapat memberitahu calon kliennya (sebagai contoh, dalam proposal) bahwa penerimaan

perikatan belum bersifat final sampai komunikasi dengan auditor pendahulu dievaluasi.

Komunikasi lain antara auditor pengganti dengan auditor pendahulu, yang dijelaskan

dalam paragraf 11, adalah dianjurkan untuk membantu auditor pengganti dalam

merencanakan perikatan. Namun, waktu komunikasi lain ini lebih fleksibel. Auditor

pengganti dapat berinisiatif melakukan komunikasi lain ini, sebelum menerima perikatan.

atau sesudahnya

Bila terdapat lebih dari satu auditor yang mempertimbangkan untuk menerima suatu

perikatan, auditor pendahulu harus tidak diharapkan menanggapi permintaan keterangan

sampai dengan auditor pengganti telah dipilih oleh calon klien dan telah menerima perikatan

yang memerukan evaluasi komunikasi dengan auditor pendahulu sebagaimana diatur dalam

paragraf 07 s.d 10 Seksi ini.

Inisiatif untuk mengadakan komunikasi terletak di tangan auditor pengganti.

Komunikasi dapat tertulis atau lisan. Baik auditor pendahulu maupun auditor pengganti harus

menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh satu sama lain. Kewajiban ini tetap berlaku

tanpa memperhatikan apakah auditor pengganti akan menerima perikatan atau tidak.

Komunikasi Sebelum Auditor Pengganti Menerima Perikatan

Permintaan keterangan kepada auditor pendahulu merupakan suatu prosedur yang

perlu dilaksanakan, karena mungkin auditor pendahulu dapat memberikan informasi yang

bermanfaat kepada auditor pengganti dalam mempertimbangkan penerimaan atau penolakan

perikatan. Auditor pengganti harus selalu memperhatikan antara lain, bahwa auditor

pendahulu dan klien mungkin berbeda pendapat tentang penerapan prinsip akuntansi,

prosedur audit, atau hal-hal signifikan yang serupa.

Page 2: Bahan Kelompok AUDIT

Auditor pengganti harus meminta izin dari calon klien untuk meminta keterangan dari

auditor pendahulu sebelum penerimaan final perikatan tersebut. Kecuali sebagaimana yang

diperkenankan oleh Kode Etik Akuntan Indonesia, seorang auditor dilarang untuk

mengungkapkan informasi rahasia yang diperolehnya dalam menjalankan audit tanpa secara

khusus memperoleh persetujuan dari klien. Oleh karena itu, auditor pengganti harus meminta

persetujuan calon klien agar mengizinkan auditor pendahulu untuk memberikan jawaban

penuh atas permintaan keterangan dari auditor pengganti. Apabila calon klien menolak

memberikan izin kepada auditor pendahulu untuk memberikan jawaban atau membatasi

jawaban yang boleh diberikan, maka auditor pengganti harus menyelidiki alasan-alasan dan

mempertimbangkan pengaruh penolakan atau pembatasan tersebut dalam memutuskan

penerimaan atau penolakan perikatan dari calon klien tersebut.

Auditor pengganti harus meminta keterangan yang spesifik dan masuk akal kepada

auditor pendahulu mengenai masalah-masalah yang menurut keyakinan auditor pengganti

akan membantu dalam memutuskan penerimaan atau penolakan perikatan. Hal-hal yang

dimintakan keterangan harus mencakup:

a. Informasi yang kemungkinan berkaitan dengan integritas manajemen

b. Ketidaksepakatan dengan manajemen mengenai penerapan prinsip akuntansi,

prosedur audit, atau soal-soal signifikan yang serupa

c. Komunikasi dengan komite audit' atau pihak lain dengan kewenangan dan tanggung

jawab setara tentang kecurangan, unsur pelanggaran hukum oleh klien, dan masalah-

masalah yang berkaitan dengan pengendalian intern

d. Pemahaman auditor pendahulu tentang alasan penggantian auditor.

Auditor pengganti dapat mempertimbangkan permintaan keterangan layak yang lain.

Auditor pendahulu harus memberikan jawaban dengan segera dan lengkap atas pertanyaan

yang masuk akal dari auditor pengganti, atas dasar fakta-fakta yang diketahuinya. Namun,

jika ia harus memutuskan untuk tidak memberikan jawaban yang lengkap, karena keadaan

yang luar biasa, misalnya perkara pengadilan di masa yang akan datang, ia harus

menunjukkan bahwa jawabannya adalah terbatas. Apabila auditor pengganti menerima suatu

jawaban yang terbatas, maka ia harus mempertimbangkan pengaruhnya dalam memutuskan

apakah ia menerima perikatan atau menolaknya

Page 3: Bahan Kelompok AUDIT

.

Komunikasi Lain

Auditor pengganti harus meminta klien agar memberikan izin kepada auditor

pendahulu untuk memperbolehkan auditor pengganti melakukan review atas kertas kerja

auditor pendahulu. Auditor pendahulu dapat meminta izin dan surat pengakuan dari klien

untuk mendokumentasikan izin yang diberikan oleh klien tersebut dalam usaha untuk

mengurangi salah pengertian tentang lingkup komunikasi yang diizinkan.3 Biasanya dalam

keadaan seperti itu auditor pendahulu menyediakan diri bagi auditor pengganti daft

menyediakan kertas kerjanya untuk di review oleh auditor pengganti. Auditor pendahulu

harus menentukan kertas kerja yang mana yang disediakan untuk di-review dan mana yang

dapat di-copy oleh auditor pengganti. Biasanya auditor pendahulu harus mengizinkan auditor

pengganti untuk melakukan review atas kertas kerja, termasuk dokumentasi perencanaan,

pengendalian intern, hasil audit, dan hal-hal signifikan di bidang akuntansi dan auditing

seperti kertas kerja analisis akun neraca, dan yang berkaitan dengan kontinjensi. Auditor

pendahulu juga harus mencapai kesepakatan dengan auditor pengganti tentang penggunaan

kertas kerja.4 Luasnya izin akses ke kertas kerja yang diberikan oleh auditor pendahulu, jika

ada, merupakan masalah pertimbangan auditor pendahulu.

Penggunaan Komunikasi Auditor Pengganti

Auditor pengganti harus memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk memberikan

basis memadai guna menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang menjadi objek

perikatan auditnya, termasuk penilaian konsistensi penerapan prinsip akuntansi. Bukti audit

yang digunakan untuk menganalisis dampak saldo awal atas laporan keuangan tahun berjalan

dan konsistensi prinsip akuntansi merupakan masalah pertimbangan profesional. Bukti audit

tersebut dapat mencakup laporan keuangan auditan yang dilaporkan oleh audi-tor pendahulu

dalam laporannya. Auditor pengganti dapat juga menerapkan prosedur audit yang semestinya

atas saldo akun pada awal periode yang diaudit dan terhadap transaksi periode sebelumnya.

Review yang dilakukan oleh auditor pengganti terhadap kertas kerja auditor

pendahulu dapat berpengaruh terhadap sifat, saat, dan luasnya prosedur auditor pengganti

yang berkaitan dengan saldo awal dan konsistensi prinsip akuntansi. Namun, sifat, saat, dan

luasnya pekerjaan audit yang dilaksanakan dan kesimpulan yang dicapai semata-mata

merupakan tanggung jawab auditor pengganti. Dalam melaporkan audit tersebut, auditor

pengganti harus tidak mengacu ke laporan atau pekerjaan auditor pendahulu sebagai basis,

sebagian atau seluruhnya, bagi pendapat yang dibuat oleh auditor pengganti.

Page 4: Bahan Kelompok AUDIT

II. PEMBUATAN SURAT PERIKATAN (ENGAGEMENT LETTER)

Surat Perikatan Audit

Baik klien maupun auditor berkepentingan untuk mengirim surat perikatan, lebih baik

sebelum dimulainya suatu perikatan, untuk menghindari salah paham berkenaan dengan

perikatan tersebut. Surat perikatan dapat pula mendokumentasikan dan menegaskan

penerimaan auditor atas penunjukan perikatan, tujuan dan lingkup audit, dan luasnya

tanggung jawab auditor kepada klien dan bentuk laporan.

Isi Pokok

Bentuk dan isi surat perikatan audit dapat bervariasi di antara klien, namun surat

tersebut umumnya berisi:

a. Tujuan audit atas laporan keuangan.

b. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan

c. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan dari

badan profesional yang harus dianut oleh auditor.

d. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk

menyampaikan hasil perikatan.

e. Fakta bahwa karena sifat pengujian dan keterbatasan bawaan lain suatu audit, dan

dengan keterbatasan bawaan pengendalian intern, terdapat risiko yang tidak dapat

dihindari tentang kemungkinan beberapa salah saji material tidak dapat terdeteksi.

f. Akses yang tidak dibatasi terhadap catatan, dokumentasi, dan informasi lain apa pun

yang diminta oleh auditor dalam hubungannya dengan audit.

g. Pembatasan atas tanggung jawab auditor.

h. Komunikasi melalui e-mail.

Auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat perikatan auditnya:

a. Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya.

b. Harapan untuk menerima konfirmasi tertulis dari manajemen tentang representasi

yang dibuat dalam hubungannya dengan audit.

c. Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-syarat perikatan telah

sesuai dengan membuat tanda penerimaan surat perikatan audit.

d. Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh auditor untuk diterbitkan

bagi kliennya.

Page 5: Bahan Kelompok AUDIT

e. Basis perhitungan fee dan pengaturan penagihannya.

Jika relevan, butir-butir berikut ini dapat pula dimasukkan dalam surat perikatan

audit:

a. Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor lain dan/atau tenaga ahli dalam beberapa

aspek audit.

b. Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor intern dan staf klien yang lain.

c. Pengaturan, jika ada, yang harus dibuat dengan auditor pendahulu, dalam hal audit

tahun pertama.

d. Pembatasan atas kewajiban auditor jika kemungkinan ini ada.

e. pengacuan ke perjanjian lebih lanjut antara auditor dengan kliennya.

III. PERSIAPAN PELAKSANAAN AUDIT

1. Persiapan Awal

Ruang lingkup dan tujuan audit harus dipahami dengan baik oleh auditor dan auditee.

Informasi mengenai target area dikumpulkan melalui dokumentasi dan diskusi dengan

auditee management.

2. Perencanaan Rinci

Langkah 1 Pastikan persyaratan yang relevan untuk area sasaran telah lengkap.

Langkah 2 Tentukan bagaimana hubungan persyaratan tersebut dengan aktivitas yang

dijalankan oleh unit kerja yang diaudit. Langkah 3 Pastikan apa yang harus ditetapkan auditor

dan dipenuhi oleh auditee. Langkah 4 Pastikan checklist telah lengkap dan akurat. Langkah 5

Putuskan rencana tindakan.

3. Melakukan Visitasi

Audit harus dilakukan secara profesional (memiliki kompetensi sebagai auditor,

memiliki karakteristik positif sebagai auditor, mampu bekerja sama dalam tim) dan daftar

periksa harus diisi sesuai yang dibutuhkan Audit  yang profesional yaitu tidak membuat

kesimpulan sebelum bukti-bukti diuji, menjaga kerahasiaan, tidak menginformasikan temuan

Program Studi laindan tidak mengadili.

Page 6: Bahan Kelompok AUDIT

4. Wawancara

Faktor keberhasilan kritis dapat didapat dengan wawancara orang yang tepat,

persiapan dengan baik, usahakan yang diwawancarai dalam keadaan santai, sesuaikan gaya

wawancara.

5. Mencatat Hasil Audit

Yang harus dicatat adalah contoh-contoh ketidaksesuaian terhadap standar, contoh-

contoh ketidaksesuaian terhadap dokumen, aspek dari operasi yang cenderung mengarah

kepada ketidaksesuaian, apa yang ditemukan, dimana ditemukan, mengapa dianggap sebagai

ketidaksesuaian, dan siapa yang hadir atau ada pada saat ditemukan.

IV. PENETAPAN STRATEGI MENYELURUH

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan

lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi dengan ukuran

dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis

entitas. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:

a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat

entitas tersebut.

b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.

c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi

yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah

informasi akuntansi pokok perusahaan.

d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.

f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment)

g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,

seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar

pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan

auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan

ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak

perjanjian)

Page 7: Bahan Kelompok AUDIT

Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasannya dengan

baik:

a. Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang mencukupi dalam situasi saat itu. 

b. Untuk membantu menekan biaya audit agar dapat bersaing dengan yang lain.

c. Untuk menghindari salah pengertian dengan klien.

V. PEMBUATAN RENCANA AUDIT

Hal yang harus di pertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan audit adalah :

a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri dimana

satuan usaha tsb beroperasi di dalamnya.

b. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tsb.

c. Metode yang di gunakan oleh satuan usaha tsb dalam mengolah informasi akuntansi.

d. Penetapan tingkat resiko pengendalian yang di rencanakan.

e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas umtuk tujuan audit.

f. Pos laporan keuangan yang mungin memerlukan penyesuaian.

g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit.

h. Sifat laporan audit yang di harapkan akan di serahkan kepada pemberi tugas.

VI. PEMBUATAN PROGRAM AUDIT

Tahap penilaian yang dilakukan oleh auditor dalam program audit ialah:

a. Penelaahan awal.

b. Penelaahan/pengujian ketaatan/pengendalian (test of controls) terhadap general

controls, serta penelaahan/pengujian ketaatan pengendalian aplikasi (application

controls) pada unit pengembang sistem (developer)

c. Penelaahan/pengujian ketaatan pengendalian aplikasi pada pemakai (user).

d. Tahap evaluasi hasil penelaahan dan pengujian ketaatan pengendalian.

e. Tahap perancangan pengujian subtantif (subtantive test).

f. Tahap pelaporan hasil audit.

VII. PENENTUAN WAKTU PELAKSANAAN PROSEDUR AUDIT

Page 8: Bahan Kelompok AUDIT

Auditor menetapkan alokasi waktu audit yang sangat ketat, tetapi akibatnya memiliki

efek samping yang merugikan publik, yaitu memunculkan perilaku yang mengancam kualitas

audit, antara lain penurunan tingkat pendeteksian dan penyelidikan aspek kualitatif salah saji,

gagal meneliti prinsip akuntansi, melakukan review dokumen secara dangkal, menerima

penjelasan klien secara lemah dan mengurangi pekerjaan pada salah satu langkah audit di

bawah tingkat yang diterima Kelley dan Margheim dalam (Cohn 2001).

Di bawah tekanan-tekanan waktu, perhatian akan lebih terfokus pada tugas yang

dominan seperti tugas pengumpulan bukti berkaitan dengan frekuensi dan jumlah salah saji

dan mengorbankan perhatian yang diberikan pada tugas tambahan seperti tugas yang

memberikan aspek kualitatif atas terjadinya salah saji yang menunjukkan potensial

kecurangan pelaporan keuangan.

Dalam Ventura (2001:73), disebutkan bahwa penetapan batasan waktu tidak realistis

pada tugas audit khusus akan berdampak kurang efektifnya pelaksanaan audit atau auditor

pelaksana cenderung mempercepat pelaksanaan tes. Sebaliknya bila penetapan batasan waktu

terlalu lama hal ini akan berdampak negatif pada biaya dan efektivitas pelaksanaan audit.

Jadi penetapan waktu untuk auditor dalam melaksanakan tugasnya harus tepat waktu,

sehingga hal-hal seperti disebutkan pada uraian diatas dapat dihindari. Hal ini juga akan dapat

mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas auditor.

Hal ini diperkuat dengan pernyataan Hendriksen dalam (Balance 2004:43) bahwa

informasi mengenai kondisi dan posisi perusahaan harus secara cepat dan tepat waktu sampai

ke pemakai laporan keuangan.

Ketepatan waktu mengimplikasikan bahwa laporan keuangan seharusnya disajikan

pada suatu interval waktu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang mungkin

mempengaruhi pemakai informasi dalam membuat prediksi dan keputusan.

Menurut Ventura Vol 4 (2001:77), hasil penelitian tentang aplikasi hukum Yerdes-Dodson

membuktikan bahwa keputusan optimal dicapai pada kondisi batasan waktu moderat,

dibandingkan batasan waktu yang longgar dan ketat.

.Teori ini mengemukakan jika waktu aktual yang diberikan tidak cukup, maka auditor

dalam melaksanakan tugas tersebut dengan tergesa-gesa sesuai dengan kemampuannya atau

mengerjakan hanya sebagian tugasnya. Sebaliknya bila batasan waktu terlalu longgar, maka

fokus perhatian auditor akan berkurang pada pekerjaannya sehingga akan cenderung gagal

mendeteksi bukti audit yang signifikan.

Page 9: Bahan Kelompok AUDIT

Eksperimen yang dilakukan oleh Waggoner dan Cashell dalam (Ventura Vol 4.

2001:78) menunjukkan bahwa semakin banyak waktu yang diberikan, semakin banyak

transaksi yang dapat dites oleh auditor.

Alokasi waktu penugasan waktu audit biasanya ditentukan diawal penugasan. Auditor

bisa menerima penugasan audit beberapa kali. Dalam hal ini pimpinan Kantor Akuntan

Publik menetapkan alokasi waktu audit yang sama untuk penugasan pertama maupun

penugasan kedua. Saat melakukan audit pertama kali, auditor dapat dikatakan mengalami

batasan waktu audit, karena auditor harus mempelajari terlebih dahulu karakteristik

perusahaan klien, bagaimana sistem pengendaliannya. Sedangkan saat melakukan penugasan

audit untuk yang kedua, dan seterusnya, auditor tidak perlu lagi mempelajari karakteristik

perusahaan klien, karena auditor telah mempelajari perusahaan klien saat dia melakukan

penugasan pertama kali.

Page 10: Bahan Kelompok AUDIT

PERENCANAAN AUDIT

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

Anggota:

FENNY RAHMAWATY

LISA

NURUL HILAL

TIA YULIATI

PPAkUNIVERSITAS SYIAH KUALADARUSSALAM, BANDA ACEH

2015