Bahan Karya Tulis Ilmiah

65
BAB VIII KARYA TULIS AKADEMIK A. Pendahuluan Dewasa ini, teknologi berkembang semakin pesat. Kemajuan teknologi berpengaruh terhadap kelancaran berkomunikasi. Melalui hasil teknologi, kita dapat berhubungan dengan siapa saja dengan cukup mudah walaupun dalam jarak yang sangat jauh. Bila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berada di luar negeri pun, misalnya, kita cukup mengangkat gagang telepon, memijit atau memutar nomor bersangkutan, dan komunikasi berlangsung. Dengan kemajuan teknologi, jarak antara bangsa di negara satu dengan bangsa di negara lain terasa semakin dekat. Kemajuan teknologi tidak mengurangi peranan tulisan, bahkan sebaliknya. Melalui tulisan, kita dapat melestarikan, menciptakan, dan mengomunikasikan sesuatu kepada orang lain. Kita dapat membayangkan, bagaimana jadinya kehidupan ini apabila kita tidak mengenal tulisan? Tulisan merupakan salah satu alat komunikasi. Tulisan adalah hasil kegiatan menulis. Menulis termasuk salah satu bentuk kegiatan berbahasa, di samping bentuk kegiatan berbahasa lainnya, yakni menyimak, berbicara, dan membaca. Dengan demikian, tulisan merupakan salah

description

bahan penulisan karya tulis ilmiah untuk segala jenis tingkatan

Transcript of Bahan Karya Tulis Ilmiah

Page 1: Bahan Karya Tulis Ilmiah

BAB VIII

KARYA TULIS AKADEMIK

A. Pendahuluan

Dewasa ini, teknologi berkembang semakin pesat. Kemajuan teknologi

berpengaruh terhadap kelancaran berkomunikasi. Melalui hasil teknologi, kita

dapat berhubungan dengan siapa saja dengan cukup mudah walaupun dalam jarak

yang sangat jauh. Bila kita ingin berkomunikasi dengan seseorang yang berada di

luar negeri pun, misalnya, kita cukup mengangkat gagang telepon, memijit atau

memutar nomor bersangkutan, dan komunikasi berlangsung. Dengan kemajuan

teknologi, jarak antara bangsa di negara satu dengan bangsa di negara lain terasa

semakin dekat.

Kemajuan teknologi tidak mengurangi peranan tulisan, bahkan sebaliknya.

Melalui tulisan, kita dapat melestarikan, menciptakan, dan mengomunikasikan

sesuatu kepada orang lain. Kita dapat membayangkan, bagaimana jadinya

kehidupan ini apabila kita tidak mengenal tulisan?

Tulisan merupakan salah satu alat komunikasi. Tulisan adalah hasil kegiatan

menulis. Menulis termasuk salah satu bentuk kegiatan berbahasa, di samping

bentuk kegiatan berbahasa lainnya, yakni menyimak, berbicara, dan membaca.

Dengan demikian, tulisan merupakan salah satu alat berkomunikasi dengan

menggunakan media bahasa tulis.

Walaupun saling berkaitan dengan kegiatan berbahasa lainnya, kegiatan

menulis dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya. Pertama, menulis bersifat

tidak langsung, sebab penulis tidak dapat berhadapan langsung dengan para

pembaca dalam menyampaikan gagasannya.

Penulis menyampaikan sesuatu yang dikemukakannya melalui sebuah media,

yaitu tulisannya. Kedua, menulis bersifat ekspresif. Maksudnya, melalui tulisannya,

penulis dapat mengekspresikan sesuatu, seperti: gagasan, perasaan, maksud,

pendapat, dan keinginannya. Ketiga, menulis bersifat produktif, maksudnya

Page 2: Bahan Karya Tulis Ilmiah

menghasilkan karya tulis sebagai salah satu kegiatan berbahasa. Terakhir, menulis

bersifat aktif, artinya menulis merupakan sebuah kegiatan berbahasa secara aktif

memberikan informasi dalam sebuah komunikasi. Karena komunikasi melalui

tulisan itu bersifat tidak langsung, maka penulis tidak dapat menjelaskan sesuatu

yang diekspresikannya dengan unsur-unsur pembantu lainnya, seperti mimik,

gerak anggota tubuh lain, dan sebagainya. Ketidaktangsungan hubungan penulis

dengan pembaca menuntut kemampuan yang tinggi pada penulis untuk

memunculkan pemahaman serupa pada benak pembaca hanya dengan

menggunakan sistem lambang dan tanda, atau permainan angka dan kata tertulis.

Kemampuan menulis kita, siapa pun dan apa pun profesinya, akan meningkat

apabila kita memiliki pengetahuan yang memadai tentang tulis-menulis, di

samping rajin berlatih. Karena menulis merupakan sebuah keterampilan, maka

kemampuan menulis akan meningkat apabila sering dilatih.

B. Konsep Menulis

Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk

bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, menghibur. Hasil

dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah tulisan atau karangan Kedua

istilah tersebut mengacu pada hasil yang sama meskipun ada pendapat mengata-

kan kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. lstilah menulis sering

dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara, istilah mengarang

sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis nonilmiah.

Menulis dan mengarang sebenarnya dua kegiatan yang sama karena menulis

berarti mengarang (baca: menyusun atau merangkai, bukan menghayal) kata

menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf, menyusun paragraf menjadi

tulisan kompleks yang mengusung pokok persoalan.

Pokok persoalan di dalam tulisan disebut gagasan atau pikiran. Gagasan

tersebut menjadi dasar bagi berkembangnya tulisan tersebut. Gagasan pada

sebuah tulisan bisa bermacam-macam, bergantung pada keinginan penulis.

Melalui tulisannya, penulis bisa mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan,

Page 3: Bahan Karya Tulis Ilmiah

pendapat, kehendak, dan pengalaman. Singkatnya, menulis sebagai keterampilan

adalah kemampuan. Seseorang dalam mengemukakan gagasan-pikirannya kepada

orang atau pihak lain dengan menggunakan media tulisan. Setiap penulis pasti

memiliki tujuan dengan tulisannya antara lain mengajak, menginformasikan,

meyakinkan, alau menghibur pembaca.

1. Jenis-jenis Tulisan

Penjenisan tulisan dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain berdasarkan

keobjektifan masalah dan berdasarkan isi dan sifatnya. Berdasarkan keobjektifan

masalahnya tulisan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yakni: (1) tulisan ilmiah, (2)

tulisan populer, dan (3) tulisan fiktif.

Permasalahan yang disajikan melalui tulisan yang bersifat ilmiah betul-betul

objektif, sebab permasalahan tersebut sudah diteliti dengan seksama, baik melalui

penelitian di lapangan, di laboratorium, maupun dengan cara mengkaji buku-buku

yang relevan dengan permasalahan tersebut. Selain itu, tulisan ilmiah disajikan

secara sitematis, logis, dan bahasanya lugas. Contoh tulisan ilmiah itu adalah

skripsi, tugas akhir, makalah, laporan praktikum, tesis, buku teks, artikel, dan

disertasi. Seperti halnya tulisan ilmiah, tulisan populer pun disajikan secara

sistematis, dengan bahasa yang lugas, tetapi kelogisannya masih dapat

dipertanyakan. Kelogisan karangan semi-ilmiah populer masih dapat

dipertanyakan, karena tulisan semacam ini dibuat penulisnya tanpa penelitian

yang seksama. Data yang dikemukakannya cenderung diwarnai oleh pendapatnya

sendiri, walaupun mungkin saja apa yang dikemukakannya itu dapat dibuktikan

kebenarannya.

Pada tulisan fiktif, cerita dan fakta yang disajikan betul-betul sangat diwarnai

oleh subjektivitas dan imajinasi pengarangnya, sehingga penafsiran pembaca

terhadap masalah tersebut dapat beraneka ragam. Hal tersebut lebih diperkuat

dengan bahasa yang dipergunakannya. Karangan fiktif cenderung mempergunakan

bahasa yang bersifat konotatif. Contoh tulisan fiktif sering berupa puisi, cerpen,

novel, dan drama.

Page 4: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Berdasarkan isi dan sifatnya, tulisan terdiri atas: (1) naratif, (2) deskriptif, (3)

ekspositorik, (4) persuasif, dan (5) argumentatif. Sebuah tulisan dibentuk oleh

serangkaian alinea, maka penjenisan tulisan berdasarkan hal tersebut dapat

ditinjau dari alineanya. Jika semua atau sebagian besar tulisan dibentuk oleh alinea

naratif, maka tulisan itu merupakan tulisan naratif. Begitu iuga bentuk tulisan

lainnya. Tulisan naratif merupakan sebuah tulisan yang sebagian besar berisi

cerita. Meskipun di dalamnya terdapat gambaran-gambaran untuk melengkapi

cerita tersebut, namun secara utuh tulisan tersebut bersifat cerita.

Tulisan deskriptif berisi gambaran tentang suatu objek atau keadaan tertentu

yang dijelaskan seolah-olah objek tersebut terlihat. Tulisan Ekspositorik adalah

tulisan yang berisi sebuah pembahasan tentang suatu persoalan beserta

penjelasan-penjelasannya secara terperinci supaya pembaca dapat memahami

persoalan tersebut.

Tulisan persuasif adalah sebuah tulisan yang berusaha menonjolkan fakta-fakta

mengenai suatu persoalan yang kemudian fakta-fakta itu dijadikan dasar untuk

mempengaruhi pembaca. Tulisan argumentatif adalah tulisan yang berisi pendapat

tentang suatu persoalan yang didukung dengan sejumlah argumentasi dengan

maksud untuk meyakinkan pembaca atas pendapat yang dikemukakannya.

Contoh:

Bagaimanapun tinggi ilmunya, selama tingkah laku dan hidupnya masih

mengikuti nafsu duniawi, energi yang dipancarkan tidak akan mencerminkan

energi ilahi yang murni. Alasannya sederhana, Tuhan adalah Mahasuci. Sesuatu

yang suci akan sulit bercampur dengan sesuatu yang kotor. Energi yang suci

tidak akan mengalir deras dalam tubuh yang kotor. Oleh karena itu, setiap

murid perlu mengusahakan agar dirinya menjadi bersih dan murni meskipun

kondisi sulit untuk mencapainya.

2. Fungsi Tulisan

Seperti sudah dikemukakan sebelumnya bahwa penulis pasti memiliki tujuan

tertentu dengan tulisannya. Dengan mengacu pada tujuan yang hendak

Page 5: Bahan Karya Tulis Ilmiah

dikemukakan penulis melalui tulisannya, fungsi tulisan dapat diidentifikasi antara

lain sebagai alat untuk: (1) menginformasikan sesuatu kepada pembaca, (2)

meyakinkan pembaca, (3) mengajak pembaca, (4) menghibur pembaca, (5)

melarang atau memerintah pembaca, (6) mendukung pendapat orang lain, dan (7)

menolak atau menyanggah pendapat orang lain.

3. Langkah-langkah Menulis

Bila dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya, yaitu

menyimak, membaca, dan berbicara, keterampilan menulis dapat dikatakan

keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Dalam hal ini, Hastuti dkk. (1986:6)

menyatakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan yang

mempunyai hubungan dengan proses berpikir dan keterampilan ekspresi dalam

bentuk tertulis. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks.

Kompleksitas tulisan itu disebabkan oleh faktor-faktor yang mesti terwujud di

dalam tulisan, yakni: sistematika tulisannya, ejaan, diksi, dan lain-lain, bahkan

kemampuan menulis atau mengarang itu dapat merangkum ketiga keterampilan

berbahasa lainnya. Hastuti dkk. (1985:7). Tidak jarang seorang pengamat merasa

puas setelah menelaah sebuah karya tulis seseorang untuk mengetahui

kemampuan intelektual atau kemampuan berbahasa sang penulisnya. Karena

kompleksitas permasalahan dalam menulis, maka seperti sudah dikemukakan,

para penulis perlu mengetahui pengetahuan teoritisnya di samping harus biasa

berlatih mempergunakannya. Untuk itu, pada bagian berikut akan disajikan

pengetahuan teoritis tentang salah satu aspek menulis, yakni sistematika tulisan

beserta aplikasinya.

Suatu tulisan atau karangan dapat dikatakan terbentuk secara sistematis

antara lain apabila:

1. terdapat relevansi yang' baik antara judul dengan bagian pendahuluan,

bagian isi, dan bagian penutup tulisan;

2. terdapat relevansi yang baik antara bagian awal pendahuluan dengan

bagian isi dengan bagian akhir/ penutup tulisan, atau sebaliknya;

Page 6: Bahan Karya Tulis Ilmiah

3. terdapat relevansi antara kalimat klausa yang satu dengan kalimat klausa

yang lain dalam tiap alinea; dan

4. terdapat relevansi antara isi tulisan dengan tujuannya.

C. Jenis Karya Tulis Akademik

Karya tulis akademik (selanjutnya disingkat dengan KTA) yang dimaksud di sini

adalah karya tulis yang biasa disusun oleh masyarakat akademik atau sebagai

tugas-tugas yang bertalian dengan kegiatan akademik pada suatu jenjang

pendidikan tinggi. Karena itu karya tulis akademik dapgt berupa karya tulis mulai

yang sederhana sampai dengan karya tulis yang kompleks.

Jenis KTA meliputi: makalah, artikel, laporan penelitian, laporan praktikum,

laporan buku yang merupakan tugas-tugas yang diberikan seiring dengan

proses/kegiatan akademik. Laporan buku biasanya berupa penugasan dari dosen.

Selain itu ada KTA yang merupakan prasyarat penyelesaian suatu jeniang

pendidikan tinggi. Misalnya, jenjang Diploma III, Diploma IV, dengan namanya yang

bervariasi: Tugas Akhir, Proyek Akhir, dan ada juga yang menggunakan istilah KTI

(Karya Tulis llmiah); Sedangkan untuk Program/Jenjang Strata I, II, dan II namanya

hampir seragam skripsi (untuk menyelesaikan program/jenjang S-1, gelar Sarjana),

tesis (untuk menyelesaikan jenjang/program S-2, bergelar Master atau Magister),

dan disertasi (untuk jenjang S-3, untuk meraih gelar Doktor).

D. Bagian-bagian Karya Tulis Akademik

Secara umum, bagian-bagian karya tulis akademik dapat dikelompokkan

menjadi tiga bagian yakni: bagian depan, bagian tengah, dan bagian belakang.

Kelengkapan dan urutan untuk setiap bagian KTA (Skripsi, Tugas Akhir, Proyek

Akhir, dan Karya Tulis Ilmiah) di samping ada keseragaman juga terdapat

keberagaman. Keberagaman ini ditandai dengan adanya aturan setempat-

selingkungan yang berlaku khusus pada suatu lembaga pendidikan. Apa yang

menjadi ketentuan di Poltekes bisa ada perbedaan dengan apa yang beralaku di

Polban, misalnya: Berikut ini adalah rincian bagian-bagian KTA yang akan dijelaskan

serba singkat satu per satu.

Page 7: Bahan Karya Tulis Ilmiah

1. Bagian depan: sampul depan, halaman sampul, daftar isi, kata pengantar,

halaman persembahan, halaman persetujuan, halaman pengesahan,

halaman daftar tabel, daftar gambar/ grafik, dan daftar lampiran serta

abstrak.

2. Bagian tengah meliputi seluruh isi karya tulis mulai bab I, pendahuluan

sampai dengan bab terakhir, misalnya, bab V, yang berisi simpulan dan saran.

3. Bagian belakang meliputi: lembar daftar pustaka, biodata penulis, lampiran-

lampiran, dan sampul belakang.

Berikut ini akan dijelaskan serba ringkas mengenai ketentuan pembuatan

bagian-bagian KTA mulai dari sampul depan sampai dengan lampiran, dan sampul

belakang.

1. Bagian Depan

a. Lembar Sampul

Bagian paling depan sebuah KTA adalah lembar sampul. Lembar sampul dapat

dibedakan atas lembar sampul luar dan lembar sampul dalam. Pada dasarnya, isi

lembar sampul, baik luar maupun dalam sama saja, lazimnya berisi hal-hal sebagai

berikut:

1. judul tulisan yang ditulis dengan huruf kapital semuanya;

2. pernyataan tentang bentuk atau nama tulisan (KTA) yang dibuat, misalnya

Skripsi, Tugas Akhir, Tesis ditulis dengan huruf kapital semuanya;

3. pernyataan tentang maksud-tujuan pembuatan tulisan (KTA), ditulis dengan

huruf kecil, kecuali huruf awal kata tulisan judul dan yang dianggap perlu;

4. logo atau lambang PT;

5. identitas penulis, meliputi nama dan NIM;

6. lembaga-lembaga (fakultas, jurusan, Prodi), ditulis dengan huruf awal kapital;

7. identitas-nama lembaga Perguruan Tinggi, ditulis dengan huruf kapital

semua;

8. nama kota tempat lembaga berada, ditulis dengan huruf kapital semua; dan

9. angka tahun pembuatan KTA, ditulis pada baris paling bawah.

Page 8: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Penulisan lembar sampul dapat dibedakan atas dua macam, yakni sistem

lurus dan sistem simetris. Pada lembar sampul yang ditulis dengan sistem lurus,

semua pernyataan ditulis lurus dari margin sebelah kiri; sedangkan yang

menggunakan sistem simetris bertolak pada tengah halaman, kemudian atur

panjang ke kiri juga ke kanan. Penulisan dengan sistem lurus terasa kurang indah.

Hanya untuk tulisan ilmiah yang disusun sebagai syarat akademik segi keindahan

diabaikan, sebab dikonsumsi oleh pembaca yang sangat terbatas, tidak

dipublikasikan secara meluas. Agar lebih dipahami, berikut ini disajikan contoh

penulisan lembar sampul, baik yang ditulis dengan sistem lurus maupun sistem

simetris.

b. Kata Pengantar

Kata pengantar berfungsi mengantarkan pembaca kepada isi tulisan. Oleh

sebab itu, kata pengantar hendaknya berisi pernyataan-pernyataan yang dapat

menggambarkan isi tulisan tersebut. Kata pengantar pada umumnya berisi:

1. ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.

2. gambaran umum materi yang diuraikan;

3. gambaran umum tentang cara memahami materi yang diuraikan;

4. mendorong membangkitkan minat orang untuk membaca tuntas;

5. ucapan terima kasih, apresiasi kepada pihak-pihak yang membantu;

6. harapan akan manfaat dari materi yang disajikan baik bagi penulis,

pembaca, atau pihak lain yang relevan;

7. harapan penulis akan adanya kritik membangun dari pembaca.

Adapun ketentuan-ketentuan pembuatan kata pengantar adalah sebagai

berikut:

1. Kata pengantar harus dibuat pada halaman yang utuh, jangan bersambung

dari halaman sebelumnya.

2. Perkataan “KATA PENGANTAR” harus ditulis dengan huruf kapital

semuanya.

Page 9: Bahan Karya Tulis Ilmiah

3. Perkataan “kata pengantar” harus ditulis di tengah-tengah halaman, jika

lembar sampul dituliskan dengan sistem simetris atau dituliskan di margin

kiri bIla ditulis dengan sistem lurus.

4. Tuliskan nama kota, tanggal, bulan, dan tahun penulisan, serta perkataan

Penulis atau Penyusun di sebelah kanan bawah setelah isi Kata Pengantar

selesai dituliskan.

5. Halaman kata pengantar dinomori dengan angka Romawi kecil di bagian

bawah tengah.

c. Daftar Isi

Di dalam tulisan ilmiah, daftar isi memiliki peranan yang cukup penting,

terutama bagi pihak pembaca. Dengan membaca daftar isi, pembaca akan

mengetahui gambaran permasalahan yang dikemukakan penulis dengan agak

terinci. Hal ini sangat membantu pembaca dalam hal mencari bagian-bagian tulisan

yang diperlukan. Selain itu, pembaca pun akan terbantu dalam memahami isi

tulisan. Permasalahan yang luas akan cukup mudah dipahami, apabila dibagi atas

bagian-bagian yang lebih atau khusus. Ketentuan penulisan daftar isi adalah

sebagai berikut:

1. Daftar lsi harus ditulis pada halaman yang utuh, halaman baru.

2. Perkataan DAFTAR ISI harus ditulis dengan huruf kapital semuanya.

3. Perkataan Daftar lsi harus ditulis di bagian tengah atas halaman atau di

sebelah kiri atas bergantung pada sistem penulisan lembar sampul.

4. Pada sebelah kanan atas, di bawah perkataan daftar isi tuliskan kata

“halaman” dengan huruf kecil semuanya.

5. Tuliskanlah semua judul beserta subjudulnya secara berurutan, tanpa nomor

urut

6. Hubungkan judul/subjudul dengan nomor halamannya dengan tanda titik-

titik

7. Nomor halaman Daftar isi dengan angka Romawi kecil di bagian bawah

tengah halaman.

Page 10: Bahan Karya Tulis Ilmiah

d. Daftar Tabel/ Bagan/ Grafik

Jika di dalam tulisan yang kita susun terdapat banyak tabel/bagan/grafik

hendaknya kita buat daftarnya, agar memudahkan pembaca untuk mengecek

tabel/bagan/grafik yang dibutuhkannya. Ketentuan pembuatan daftar tabel/

bagan/grafik adalah sebagai berikut:

1. Daftar tabel/bagan/grafik harus ditulis pada halaman yang utuh.

2. Perkataan DAFTAR TABEL BAGAN/GRAFIK ditulis dengan huruf kapital.

3. Perkataan “daftar tabel/bagan/grafik” ditulis di tengah atas halaman atau di

margin kiri atas, bergantung pada sistem penulisan lembar sampul.

4. Di bawah-kanan perkataan “daftar tabel/bagan/grafik” ditulis kata

“halaman” dengan huruf kecil semuanya.

5. Setiap tabel/bagan/grafik yang terdapat di dalam tulisan ditulis secara

berurut, mulai dari nomor tabel/ bagan/ grafik terkecil hingga terbesar.

6. Hubungkan setiap judul tabel/bagan/grafik dengan nomor halamannya

dengan titik-titik.

7. daftar tabel/bagan/grafik dinompri halaman dengan angka Romawi kecil di

bagian tengah bawah.

e. Daftar Lampiran

Bila di akhir tulisan kita melampirkan banyak hal, maka harus pula kita buat

daftarnya dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Halaman “daftar lampiran” dibuat pada halaman yang utuh.

2. Tuliskanlah perkataan “daftar lampiran” dengan huruf kapital secara

simetris atau dimulai dari margin sebelah kiri.

3. Di sudut sebelah kanan halaman di bawah perkataan “daftar lampiran”

tuliskanlah halaman dengan huruf kecil.

4. Tuliskanlah semua lampiran yang ada secara berurut, tanpa diberi nomor

urut.

5. Hubungkanlah setiap judul lampiran dengan halamannya dengan tanda

titik.

Page 11: Bahan Karya Tulis Ilmiah

6. Halaman “daftar lampiran” diberi nomor halaman dengan angka Arab di

bagian bawah tengah halaman.

f. Lembar Abstrak Tulisan

Di dalam KTA, abstrak dapat diartikan ringkasan atau ikhtisar tulisan. Abstrak

dibuat untuk lebih memudahkan pembaca mengetahui hal-hal penting yang

terdapat pada KTA itu. Pembuatan abstrak atau ada juga yang menggunakan istilah

ekstraks biasanya hanya dilakukan pada KTA yang disusun sebagai prasyarat

akademik dengan permalahan yang cukup luas/kompleks, misalnya: skripsi, proyek

akhir, tesis, dan disertasi. Lembar abstrak atau ekstrak dibuat dengan ketentuan-

ketentuan berikut:

1. Perkataan abstrak/ekstrak ditulis pada halaman utuh.

2. Perkataan abstrak/ekstrak ditulis dengan huruf kapital di bagian atas tengah

halaman atau dimulai pada margin sebelah kiri, bergantung pada sistem

penulisan lembar sampul.

3. Penulisan abstrak/ekstrak tidak melebihi dua halaman.

4. Penomoran lembar abstrak dengan angka Romawi kecil di bagian bawah

tengah halaman.

2. Bagian Tengah KTA

Bagian tengah tulisan dalam hal ini memuat keseluruhan isi KTA. Isi tulisan bisa

beragam, bergantung pada keluasan permasalahan yang dikemukakan dalam KTA.

Bila permasalahannya cukup luas, misalnya, permasalahan di dalam

skripsi/tesis/tugas akhir, bagian tengah KTA biasanya terdiri dari beberapa bab.

Setiap bab, berisi hal-hal sebagai berikut. Misalnya, Bab I, Pendahuluan, Bab II,

Landasan Teoritis, Bab III, Analisis Data, Bab IV, Simpulan dan Saran.

Setiap bab tersebut terdiri atas sub-subbab. Tetapi, bila permasalahannya tidak

terlalu luas, misalnya, permasalahan dalam sebuah makalah, maka bagian tengah

KTA hanya meliputi: bagian permasalahan (sebagai pendahuluan), bagian data,

bagian pemecahan masalah, dan bagian penutup. Ada empat hal penting yang

Page 12: Bahan Karya Tulis Ilmiah

harus diperhatikan dalam penulisan bagian tengah-isi KTA adalah penomoran

halaman, pengutipan, penyajian data, sistematika penulisan judul bab dan

subjudulnya.

a. Penomoran Halaman

Semua bagian tengah halaman KTA, mulai dari bab I (pendahuluan) sampai

dengan bab terakhir yang lazimnya berupa bab simpulan dan saran, dinomori

dengan angka Arab, yakni angka: 1, 2, 3, 4, dst. di sudut kanan atas halaman.

Sedangkan halaman yang berjudul bab, maksudnya halaman yang ada judul bab,

maka nomor halaman dituliskan di tengah bawah halaman. Halaman lanjutannya

bernomor halaman di sebelah kanan atas. Penomoran halaman berlaku mulai dari

halaman pertama Bab I sampai dengan halaman akhir lampiran.

b. Pengutipan

Pengutipan dalam penulisan Karya Tulis Akademik (KTA) merupakan sesuatu

yang lumrah, bahkan bisa dikatakan sebuah keharusan. Pengutipan biasa

dibedakan menjadi dua, yaitu dari segi cara dan kuantitasnya. Dari segi caranya:

ada kutipan langsung dan tidak langsung; kedua, dari s,egi kuantitasnya, kita kenal

ada kutipan pendek dan kutipan panjang.

Kutipan langsung artinya, si penulis mengutip suatu pendapat, teori, data, atau

definisi secara langsung apa adanya, seperti tercetak pada sumber kutipan, tanpa

perubahan sedikit pun. Sedangkan kutipan tidak langsung, maksudnya, adalah si

penulis hanya mengutip intisari gagasan, pokok pikiran seorang pakar, misalnya,

sedangkan redaksinya merupakan redaksi-kalimat si penulis. Kutipan panjang

adalah kutipan yang panjangnya terdiri dari lima baris atau lebih. Sedangkan

kutipan pendek adalah kutipan yang panjangnya hanya terdiri dari empat baris

atau kurang.

Perlu dipahami, ada perbedaan dalam cara menuliskan kutipan panjang dan

pendek. Kutipan pendek, panjang kutipan empat baris atau kurang; kutipan diketik

dengan spasi ganda/dua spasi, sama dengan jarak ketikan KTA, kutipan diapit oleh

tanda kutip; dan kutipan diserangkaikan dengan kalimat penulis. Sedangkan

Page 13: Bahan Karya Tulis Ilmiah

kutipan panjang, pajang kutipan terdiri dari lima baris atau lebih; kutipan dlketik

dengan spasi rapat satu spasi; kutipan, ditempatkan pada alinea tersendiri, dan

kutipan tidak diapit tanda kutip.

Contoh kutipan pendek:

Observasi

Penulis melakukan observasi di Dapur Hotel Enhai untuk mendapatkan gambaran objektif tentang pengaturan tata letak peralatan dapur, khusus peralatan pengolahan roti dan kue. Observasi menurut Kartono (1986:22) adalah ‘Studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan”.

Karya tulis akademik umumnya diketik dengan spasi rangkap atau dua spasi

atau satu setengah spasi. Sedangkan kutipan panjang diketik dengan spasi rapail

satu spasi, tanpa tanda kutip.

c. Penyajian Data

Data baik berupa angka maupun fakta biasanya disajikan dalam bentuk tabel,

grafik, atau diagram. Bila data disajikan dalam tabel, maka harus diperhatikan

empat hal, yaitu: nomor tabel, judul tabel, sajian data, dan sumber data.

d. Sistematika Penulisan Judul dan Subjudul

1. Judul setiap bab ditulis dengan huruf kapital, bernomor bab, dituliskan di

tengah atas halaman atau di margin sebelah kiri.

2. Judul bab baru ditulis pada halaman yang utuh, bernomor halaman di

tengah bawah.

3. Subjudul ditulis dengan huruf awalnya berhuruf kapital, kecuali kata

hubung, kemudian digarisbawahi kata per kata.

4. Sub dari subjudul ditulis dengan huruf awal kapital tidak digarisbawahi

melainkan dicetak tebal.

3. Bagian Belakang KTA

Page 14: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Bagian belakang KTA, lazimnya terdiri atas Daftar Pustaka, Riwayat Hidup

Penulis, dan Lampiran-lampiran. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu secara

ringkas-lengkap.

a. Daftar Pustaka

Bagian akhir yang merupakan unsur-bagian penting suatu KTA adalah Daftar

Pustaka atau bibliogarfi. Ada beraneka ragamnya cara penulisan Daftar Pustaka,

terutama disebabkan oleh perbedaan pengetahuan-keberpihakan pembimbing

KTA, maka Anda sebaiknya mendalami betul aturan setempat yang berlaku di

lembaga pendidikan Anda. Sekedar salah satu contoh penulisan Daftar Pustaka,

penjelasan berikut ini dan Daftar Pustaka yang terdapat pada bagian akhir buku ini

kiranya, lebih dari cukup memadai untuk diikuti.

1) Ketentuan-ketentuan penulisan “daftar pustaka” diatur sebagai berikut:

a. Halaman Daftar Pustaka dibuat pada halaman yang utuh-baru;

b. Perkataan DAFTAR PUSTAKA ditulis dengan huruf kapital semua secara

simetris atau dimulai pada margin sebelah kiri, bila sampul KTA ditulis

dengan sistem lurus;

c. Pernyataan nama penulis di dalam Daftar Pustaka ditulis tanpa gelar

akademik;

d. Unsur daftar pustaka tidak diberi nomor atau alfabet untuk mengurutkan;

e. bila nama terdiri atas dua unsur atau lebih, susunannya dibalik, dan

setelah unsur semua nama dibalik, kemudian disusun secara alfabetik;

f. Halaman Daftar Pustaka dinomori dengan angka Arab di bagian tengah

bawah, dan halaman lanjutannya ditempatkan di sudut kanan atas.

2) Cara Penyusunan Daftar Pustaka

Susunan penulisan Daftar Pustaka diatur sebagai berikut:

a) Sumber dari buku

(1 ) nama penulis,

(2) tahun penerbitan/terbit,

Page 15: Bahan Karya Tulis Ilmiah

(3) judul tulisan/nama-judul buku (dicetak miring)

(4) edisi/cetakan buku (bila ada)

(5) kota tempat penerbit buku (titik dua (:))

(6) nama penerbit

Contoh.

Suryadi, Kirana. 2008. Manusia dan Kebutuhannya. Cetakan 1. Bandung: CV

Pancakarya Utama.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Kamus Besar Bahasa lndonesia.

Edisi Empat. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Beberapa ketentuan:

Jika nama pengarang terdiri atas dua unsur atau lebih, pindahkan unsur nama

yang paling belakang ke depan, ikuti dengan koma, kemudian ikuti dengan unsur-

unsur nama lainnya, dan ikuti pula dengan tanda titik.

Contoh:

Ir. Daeng Feisal Akbari, M.Sc. menjadi Akbari, Daeng Feisal.

Kinarya Surya Efendi, S.Pd. menjadi Efendi, Kinarya Surya.

Rahima Pascautami, M.M. meniadi Pascautami, Rahima.

Drs. H.Usep Komarudin Soleh menjadi Soleh, Usep Komarudin.

Dr. Bachrudin Musthafa, M.A. menjadi Musthafa, Bachrudin

Catatan:

Nama gelar akademik tidak perlu dicantumkan

Jika pengarang terdiri atas dua orang, tuliskanlah keduanya, unsur nama

pengarang yang pertama dibalik, nama kedua ditulis tetap, tambahkan kata dan

kemudian diikuti dengan tanda titik.

Contoh:

Suryana Suryadi, S.Pd.

Riana Arimbi, S.H. menjadi Suryadi, Suryana dan Riana Arimbi

Muhamad Feisal, M.Kom. dengan Akri Wijanarko,S.S.

menjadi:

Page 16: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Feisal, Muhamad dan Akri Wijarnako

Jika pengarang ada tiga orang atau lebih, tuliskan-balikkan nama pengarang yang

pertama saja, nama kedua dan kedua tidak dituliskan, diganti dengan dkk.

Contoh:

Dr. Lyra Vetayati, S.Kom.

Muhammad Feisal Akbari, S.l.Kom.

Rahima Pascautami, M.M.

Hasna Rasyidah, S.Pd.

Warta Sumirat, M. Pd.

Dra. Erma Permatati

Dra. Risda Resmiyati

menjadi:

Velayati, Lyra dkk.

Jika nama pengarang terdiri atas dua unsur atau lebih tetapi unsur yang terakhir

berupa singkatan, ketentuan penulisan-nya seperti berikut:

Contoh:

Yusuf S.

menjadi:

Yusuf S. (tidak perlu dibalik)

Kirana Surya E. menjadi Surya E., Kirana

Jika tulisan yang kita jadikan acuan itu tidak mencantumkan nama pengarang,

maka tuliskanrah terlebih dahulu nama lembaga yang menerbitkan tulisan

tersebut.

Contoh:

Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional

Departemen Kebudayaan dan Kepariwisataan

Jika ada dua buah tulisan atau tebih yang diambil dari pengarang yang sama,

maka nama pengarang cukup ditulis sekali.

Page 17: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Untuk judul tulisan/buku kedua, ketiga, dst. Nama pengarang (yang sama itu)

diganti dengan tanda hubung (-) sebanyak delapan buah yang diketik dari margin

sebelah kiri, kemudian diakhiri dengan titik.

Contoh:

Kamilawati, Suryajaya. 1997

--------. 1998

Jika tulisan yang kita acu disusun oleh editor, maka di belakang penyusun tersebut

tuliskan kata (editor) atau (Ed) di dalam kurung.

Contoh:

Surya, Muhamdiat (Ed). 2008.

Sundayana, Wahyu (Ed). 2004.

Jika ada dua tulisan atau lebih diambil dari pengarang yang sama penulisnya tahun

penerbitannya didahulukan yang lebih awal.

Contoh:

Suryadi, Darma Adi. 1999

--------. 2000

--------. 2001

Jika ada dua buah tulisan atau lebih dari pengarang yang sama dan diterbitkan

pada tahun yang sama, maka jadikanlah huruf awal judul tulisan sebagai patokan

awal penulisannya. Kemudian di belakang tahun penerbitan diberikan abjad secara

alfabetis.

Contoh:

Suryana, Kirana. 2008a. Bahasa Indonesia yang Baik, Benar, dan Bernalar.

2008b. Cara Praktis Menulis Surat Bisnis.

Jika tulisan yang dijadikan bahan acuan tidak bertahun, maka setelah nama

pengarang dituliskan pernyataan “tanpa tahun” diikuti tanda titik.

Contoh:

Page 18: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Suryadi, Patriana, tanpa tahun.

Setelah penulisan tahun penerbitan, maka tuliskanlah judul tulisan (buku atau

artikel). Setiap huruf awal kata judul buku atau artikel ditulis dengan huruf kapital,

kecuali konjungsi (kata sambung) dan preposisi (kata depan). Untuk buku-buku

yang dipublikasikan, setiap kata dalam judul itu dicetak miring. Bila tuiisan itu

berupa artikel dari majalah atau surat kabar maka judul tulisan itu harus diapit

dengan tanda kutip/ petik (“..........”).

Contoh:

Suryawan, Kirana. 2009. Manusia dan Perilaku Aslinya.

Setiawan, Budiman. 2008. “Perkembangan Pariwisata Aceh Pasca-Tsunami”.

Di belakang judul tulisan (buku), setelah tanda titik tuliskan kata Edisi/ cetakan

buku itu (bila ada), kemudian tuliskan kota tempat penerbitan buku, diikuti dengan

titik dua.

Contoh:

Suryawan, Kirana. 2009. Manusia dan Perilaku Aslinya. Cetakan 1. Bandung:

Setelah itu, tuliskan nama penerbit buku itu atau nama lembaga yang menerbitkan

buku tersebut, tetapi bila nama lembaga telah dituliskan (mengganti nama

pengarang) tidak perlu dituliskan kembali.

Contoh:

Suryawan, Kirana. 2009. Manusia dan Perilaku Aslinya. Cetakan 1. Bandung: CV Pancasona

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Kamus Besar Bahasa lndonesia. Edisi Empat. Jakarta: PN Balai Pustaka.

b) Sumber dari majalah

(1) nama pengarang

(2) tahun penerbitan/terbit

(3) judul tulisan/artikel (diberi tanda kutip)

(4) nama majalah (dicetak miring, awali kata Dalam...)

(5) bulan penerbitan

(6) tahun kesekian majalah tersebut terbit

Page 19: Bahan Karya Tulis Ilmiah

(7) nomor penerbitan majalah

(8) kota tempat mafalah terbit

Ketentuan:

Tuliskan nama pengarang (ikuti tanda titik), tahun penerbitan (ikuti tanda titik),

judul tulisan/ artikel (apit tanda petik, ikuti tanda titik), nama majalah dicetak

miring (awali kata “dalam” ikuti nama majalah, ikuti tanda titik), bulan, nomor, dan

tahun penerbitan (di dalam tanda kurung, ikuti tanda titik), nomor majalah (ikuti

tanda titik), dan tuliskan nama kota tempat majalah tersebut diterbitkan (ikuti

tanda titik).

Contoh:

Fald, Christine . 2007. “Kembangkan Kemahmu”. Dalam Nebula. (No. 12/Tahun III/ November). Jakarta.

Supriyadi, Cecep. 2007. “Manusia dan Kepribadiannya”. Dalam Majalah Gatra (Juni, Nomor 120. Tahun XI). Jakarta.

c) Sumber dari surat kabar

(1) nama penulis/ pengarang

(2) tahun penerbitan

(3) judul tulisan/ artikel (diberi tanda kutip)

(4) nama surat kabar (dicetak miring, awali kata Dalam...)

(5) tanggal dan bulan penerbitan

(6) kota tempat terbit surat kabar

Ketentuan:

Tuliskan nama penulis (ikuti tanda titik) tahun penerbitan (ikuti tanda titik), judul

tulisan/ artikel (diapit tanda kutip), tuliskan nama urat kabar (dicetak miring, akhiri

titik, atau garis bawahi bila dalam tulisan tangan atau menggunakan ketikan

manual), ikuti tanda titik, waktu/ tanggal bulan penerbitan (ikuti titik), dan kota

tempat surat kabar terbit (ikuti tanda titik).

Contoh:

Page 20: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Baihaki, Eki. 2008. “Menjadi Polisi yang Dipercaya”. Dalam Pikiran Rakyat. 2 Juli. Bandung.

Suryana, Kelana. 2009. “Makna Peristiwa dan Musibah”. Dalam Kedaulatan Jaya. 17 Juli. Jakarta.

d) Dari Antologi

(1) nama pengarang

(2) tahun penerbit

(3) judul tulisan

(4) nama editor

(5) judul antologi

(6) kota dan penerbit

Ketentuan:

Tuliskan nama penulisnya (ikuti tanda titik), tahun penerbitan (ikuti tanda titik),

judul tulisan (dia antara tanda petik, ikuti tanda titik), judul buku dicetak miring

bila dicetak komputer atau digarisbawahi bila dengan tulisan tangan/ ketikan

manual, (ikuti tanda titik), kota tempat buku tersebut diterbitkan tanda titik dua,

dan nama penerbit (akhiri dengan tanda titik).

Contoh:

Suryani, Dadan. 1989. “Perilaku Anak-anak ABG”. Dalam Nanang lrawan (editor). Manusia dan Peilakunya. Bandung: PT Pancakarsa.

e) Dari internet

(1) nama pengarang

(2) tahun pembuatan

(3) judul tulisan

(4) alamat web

(5) waktu akses

Perhatikanlah apakah informasi yang kita kutip itu karya perseorangan, karya

kolektif, atau berupa artikel jurnal, artikel dari majalah/ surat kabar atau kiriman e-

mail.

Beberapa ketentuan:

Page 21: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Bila Karya perseorangan, penulisannya sebagai berikut:

Penulis/penyunting. (Tahun). Judul tulisan (dicetak miring). Edisi, jenis media,

Tersedia alamat di internet. [anggal diakses].

Contoh:

Thomson, A. (1998). The Adult and the Curiculum [online]. Tersedia: http://www.ed.uiuc.edu./ EPS/ PES-Yearbook/ 1998/ thomson. html [30 Maret 2000].

Bila artikel surat kabar, cara penulisannya sebagai berikut.

Nama penulis. (tahun, tanggal, bulan). Judul artikel. Nama Surat kabar ffenis

media], nomor halaman,Tersedia alamat di internet [Tanggal diakses]

Contoh:

Cipto, B. (2001 , 27 April). “Akibat Perombakan Kabiner Berulang, Fondasi Reformasi Bisa Runtuh”. Pikiran Rakyat. [Online], halaman 8. Tersedia http://www.pikiran- rakyat.com. [9 Mei 2001].

Bila info-pesan dari e-mail, cara penyusuunannya sebagai berikut: nama pengirim

(alamat e-mail pengirim). (Tahun, tanggal, bulan).judul pesan. E-mail kepada

penerima (alamat e-mail

penerima).

Contoh:

Nurjamal, Daeng. ([email protected]). (2009, 1 2 Desember). Artikel Hari lbu. E-mail kepada Sarnapi. ([email protected]).

3) Jarak Spasi Pengetikan Daftar Pustaka

Bila jarak pengetikan KTA dua spasi, maka pengetikan isi DAFTAR PUSTAKA pun

berjarak dua spasi. Tetapi, bila suatu isi “daftar pustaka” itu bersambung, lebih dari

satu baris, maka berilah jarak satu spasi, dan pengetikan baris kedua sambungan

itu dilakukan setetah satu tabulasi/tujuh sampai sepuluh ketuk dari margin sebelah

kiri.

Contoh:

Page 22: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Suryani, Dedeh. 1999. “Internet dan Perilaku Anak-anak ABG”. Dalam Nanang Irawan (editor). Manusia dan Perthkunya. Bandung: PT Pancakarsa.

Suryantono, Dahlan. 1999. Manusia dan Hak Asasinya. Bandung: PT Pancawati.

Wahyudin, Ujang. 2007. Kehidupan Manusia Setelah Mati. Cetakan l. Bandung: PT Bulan Bintang.

b. Pembuatan Lampiran

Bila akan menyusun lampiran, harus kita perhatikan hal-hal berikut:

1. Kata lampiran ditulis di bagian atas tengah lampiran.

2. Kata LAMPIRAN ditulis dengan huruf kapital semua, sedangkan nomor

lampiran ditulis dengan angka Arab. Misalnya, LAMPIRAN 7.

3. Judul lampiran ditulis di bawah nomor lampiran dengan huruf kapital semua.

4. Setiap lampiran dinomori dengan angka Arab di sudut kanan atas halaman.

5. Nomor halaman merupakan nomor urut kelanjutan dari nomor halaman

sebelumnya.

c. Riwayat Hidup Penulis

Riwayat hidup penulis dapat dituliskan dengan dua cara.

Pertama, ditulis secara narasi; kedua, dituliskan dengan cara pointer atau garis

besar. Berikut contoh karya akademik dalam bentuk proposal penelitian dan

Artikel Imilah.

1. Contoh Karya Akademik dalam Bentuk Artikel:

MANTRA BERCOCOK TANAM JAGUNG MASYARAKAT KABAWO BESERTA RELEVANSINYA TERHADAP

PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

Page 23: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Harmin

Sekolah Pascasarjana Program Studi Pendidikan Bahasa IndonesiaUniversitas Pendidikan Indonesia

[email protected]

Abstrak: Sastra merupakan bagian intergral dalam dunia pendidikan yang diajarkan di tiap jenjang pendidikan di Indonesia. Karya sastra dianggap sebagai sarana untuk memehami keadaan jiwa pengarang atau sebaliknya. Apresiasi sastra merupakan interpretasi yang benar terhadap karya sastra. Karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan nyata sebagai hasil renungan dari realita kehidupan yang dilihat. Sastra mengandung eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan. Mantra sebagai salah satu jenis sastra (puisi lama) merupakan salah satu sastra daerah yang terancam punah. Oleh karena itu, pengenalan sastra daerah kepada peserta didik sangat perlu. Hal tersebut dilakukan karena banyak generasi muda saat ini tidak mengenal lagi sastra daerahnya. Pemilihan sastra daerah sebagai materi pembelajaran sastra (mantra) di sekolah jenjang SMA dimana lingkungan siswa berada sangat dibutuhkan kekreatifitasan seorang guru bahasa Indonesia dan sastra. Hal tersebut sangat perlu mengingat bahwa di dalam sastra daerah banyak terdapat nilai-nilai kehidupan yang dikandungnya.

Kata Kunci: mantra, relevansi, pembelajaran sastra

Abstract: Literature is an integral part in the education that is taught at every level of education in Indonesia. Literary works are considered as a means for understanding the state of the soul author or otherwise. Appreciation of literature is the correct interpretation of the literature. Literary works are a reflection of real life as a result of reflections of the reality of life is seen. Literature contains exploration of the human truths. Spells as one type of literature (poetry long) is one of the endangered regional literature. Therefore, the introduction of regional literature to students is necessary. This is done because many young people today do not know anymore literary territory. Selection of regional literature as the literature of learning materials (spell) in schools where the students are high school level are urgently needed creativity an Indonesian language and literature teacher. It is necessary to remember that in the literature there are many areas of life values they contain.Keywords: spells, relevance, learning literature

A. Pendahuluan

Page 24: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Sejak manusia mengenal peradaban, usaha untuk mengadakan perubahan

telah ada baik dalam mengubah pola hidup maupun lingkungan. Bentuk

perubahan tersebut menpunyai tujuan dalam menentukan jati diri maupun

kepentingan lain yang merupakan suatu kebutuhan. Perubahan perilaku manusia

yang saling berinteraksi dalam masyarakat misalnya pada saat pelaksanaan

upacara-upacara adat dan kegiatan ritus lainnya. Dalam pelaksanaan upacara-

upacara tersebut tidak terlepas dari kehadiran mantra sebagai salah satu sastra

daerah yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Sastra daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional, perlu terus dipelihara

agar mampu menjadi ungkapan budaya masyarakat yang mendukung

kebhinnekaan budaya, unsur kreativitas, dan sumber kekuatan bangsa.

Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka sastra daerah dirasa perlu dikaji dan

diteliti.

Mantra sebagai salah satu bentuk puisi lama (Badudu dalam Udu, 2009: 51)

merupakan salah satu sastra daerah yang terancam punah. Kaitannya dengan

objek penulisan ini, dalam masyarakat masyarakat Kabawo selain mengenal

mantra dalam bercocok tanam juga mengenal bhatata. Bhatata tidak diberikan

atau diajarkan kepada sembarang orang begitu juga halnya dengan mantra. Orang

yang ingin mempelajari atau memiliki mantra dan bhatata tersebut wajib

memenuhi persyaratan tertentu dan tidak semua orang mampu memenuhinya.

Waluyo (1987: 6) mengemukakan bahwa mantra terdapat di dalam

kesusastraan daerah di seluruh Indonesia. Mantra berhubungan dengan sikap

religius manusia. Untuk memohon sesuatu dari Tuhan diperlukan kata-kata pilihan

yang berkekuatan gaib, yang oleh penciptanya dipandang mempermudah kontak

dengan Tuhan. Dengan cara demikian, apa yang diminta (dimohon) oleh pengucap

mantra dapat dipenuhi oleh Tuhan. Dalam hal ini mantra berhubungan dengan

kepercayaan masyarakat terhadap Tuhan atau juga Dewa, dan arwah leluhur.

Mantra bercocok tanam jagung dalam masyarakat Muna khususnya di

Kecamatan Kabawo perlu perhatian dengan serius. Hal tersebut mengingat

Page 25: Bahan Karya Tulis Ilmiah

peranan kebudayaan daerah merupakan salah satu unsur kekayaan bangsa dalam

rangka mengikuti perkembangan pembangunan dan perkembangan zaman. Oleh

karena itu, penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan tentang perhatian dan

penelitian tentang mantra, khususnya tujuan dan fungsi mantra bercocok tanam

jagung.

Masyarakat Muna menggunakan mantra bercocok tanam jagung pada saat

pramenanam sampai tiba masa panen. Adapun sistematis pembacaan mantra

dalam proses bercocok tanam jagung tersebut meliputi kaago-ago, menanam,

penanggulangan penyakit, pemeliharaan, dan pemanenan. Pembacaan mantra-

mantra tahap tersebut digunakan dengan harapan agar jagung yang ditanam

tumbuh dengan subur dan bebas dari gangguan penyakit, sehingga hasil

pertaniannya melimpah ruah.

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, maka dirasa perlu menyelami

untuk mengetahui mantra bercocok tanam jagung masyarakat Muna perlu dikaji

dalam bentuk penelitian.

Selain sebagai salah satu bentuk pelestarian sastra klasik, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengajaran terutama

perkembangan sastra daerah dalam pemenuhan materi muatan lokal di sekolah-

sekolah. Di dalam pengajaran secara umum disebutkan bahwa tujuan pengajaran

harus dapat mencapai berbagai aspek. Sesuai dengan penelitian ini yang menjadi

aspek yang terpenting adalah aspek sosial.

B. Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, pengggunaan ini

bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat dengan

menggunakan kata-kata atau kalimat. Semuanya diuraikan sesuai dengan

kenyataan yang ditemukan di lapangan penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan. Dikatakan demikian karena

peneliti terjun langsung ke lapangan penelitian untuk mendapatkan data yang

representatif untuk menjawab permasalahan dalam penelitian.

Page 26: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Data adalah mantra-mantra yang digunakan dalam bercocok tanam jagung

mulai dari pramenanam sampai panen oleh masyarakat Muna di Kecamatan

Kabawo. Sumber data adalah informan/parika yang telah dipercayai oleh

masyarakat dan mengetahui tentang mantra bercocok tanam jagung yang

berdomisili di Kecamatan Kabawo, Kabupaten Muna yang berjumlah empat orang

yang namanya terlampir dalam hasil penelitian ini. Dalam pemilihan informan

menggunakan kriteria sebagai berikut:

1) dukun/pawang yang sangat berperan atau dipercayai oleh masyarakat,

2) tidak mengalami gangguan kejiwaan,

3) memiliki cukup waktu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan,

4) bersifat terbuka dan tidak kaku dalam memberikan informasi yang

dibutuhkan.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik wawancara

dan teknik catat. Teknik wawancara digunakan untuk menanyakan langsung

kepada informan tentang mantra dalam bercocok tanam jagung. Teknik catat

digunakan untuk mencatat mantra-mantra yang digunakan dalam bercocok tanam

jagung mulai dari kaago-ago, penanaman, penanggulangan penyakit,

pemeliharaan dan pemanenan.

Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskripitif kualitatif. Data

dideskripsikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat yakni menguraikan makna,

fungsi, dan tujuan mantra bercocok tanam jagung mulai dari kaago-ago sampai

pada pemanenanan dalam masyarakat muna di Kecamatan Kabawo.

Analisis data menggunakan pendekatan struktural yaitu pendekatan yang

memandang karya sastra terdiri atas seperangkat struktur yang berhubungan satu

sama lainnya dan bersifat otonom dan kemudian dengan menggunakan prosedur

sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan data.

Page 27: Bahan Karya Tulis Ilmiah

2. Penyajian data yaitu menyajikan data penelitian bedasarkan klasifikasi yang

sudah diambil dari informan yang telah menuturkan mantra bercocok

tanam jagung.

C. Pembahasan

1. Sistem Pertanian Masyarakat Kabawo

Dari dahulu sampai sekarang, masyarakat Kabawo sebagian besar adalah

petani tradisional. Mereka melakasanakan pertanian sebagian besar adalah

bercocok tanam jagung. Jagung merupakan makanan yang pokok sehingga tidaklah

mengherankan sebagian besar masyarakatnya bercocok tanam jagung. Apalagi

didukung dengan keadaan lahan yang luas sehingga mengandalkan sektor

pertanian.

Sistem pertanian yang diterapkan oleh masyarakat Kabawo adalah dengan

sistem berpindah-pindah. Salah satu alasan petani di Kecamatan Kabawo ini

dikarenakan produktifitas lahan pertanian mereka menurun sehingga mereka

meninggalkannya untuk beberapa lama dengan mencari dan mengolah lahan

mereka di tempat yang lain secara berkelompok yang dianggap subur dibanding

dengan yang ditinggalkan.

Pola bertani masyarakat Kabawo secara umum bersifat tradisional. Pola

berpindah-pindah masih diyakini bahwa lahan-lahan pertanian yang ditinggalkan

dalam jangka waktu yang lama dapat mengurangi perkembangan tanaman-

tanaman pengganggu dan mencegah menurunnya tingkat kesuburan tanah. Dalam

masyarakat Kabawo, tradisi dengan mengandalkan kekuatan alam dan bertani

dengan sistem berpindah-pindah mencari lahan yang subur masih dianggap

sesuatu yang utuh dan mengikat dalam kehidupan mereka. Keadaan tanah di

lokasi mereka menanam pada umumnya telah dipilh tanah yang baik dalam arti

tidak berbatu-batu, rata, dan tidak mengandung kapur.

Suatu ciri yang paling menonjol bagi petani masyarakat Kabawo adalah

ketergantungannya pada keadaan alam dan iklim. Kegiatan penanaman jagung

dilakukan dengan perhitungan bulan di langit untuk menentukan waktu tanam

Page 28: Bahan Karya Tulis Ilmiah

yang tepat. Sebagian besar petani melakukan dua kali penanaman jagung dalam

satu tahun dengan waktu tanam yang disebut kalangkari (musim tanam timur)

dan waktu tanam bhara (musim tanam barat). Musim tanam kalangkari

dilakukakan sekitar bulan Maret dan April menjelang musim kemarau, sedangkan

musim tanam bhara dilakukan sekitar November dan Desember menjelang musim

hujan.

Usaha pertanian masyarakat Kabawo dilakukan secara tradisional. Hal tersebut

ditandai dengan tidak mengenal pupuk sebagai suatu teknologi dalam peningkatan

produksi pertanian serta masing-masing petani memiliki lebih dari satu lahan

pertanian yang tersebar pada beberapa tempat untuk cadangan bercocok tanam

apabila produksi pada salah satu lahan pertanian mereka menurun, maka mereka

mulai membuka lahan baru yang bisa digunakan sebagai lahan pertanian.

Petani masyarakat Kabawo tidak menggunakan jenis pupuk tertentu untuk

pertanian, mereka masih mengandalkan sistem bertani dengan berpindah-pindah.

Cara tersebut dianggap paling mudah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi

berupa pangan. Melaksanakan sistem pertanian dengan cara menetap pada suatu

tempat menurut persepsi sebagian masyarakat Kabawo kurang ekonomis, di

samping memerlukan cara kerja yang rumit juga memakan waktu yang lama.

Selain itu, keahlian mereka kurang menunjang untuk menerapkan pola sistem

bertani dengan cara menetap. Justru bertani dengan cara berpindah-pindah relatif

memberi keuntungan. Menurut mereka, lahan baru yang dibuka relatif tingkat

tanahnya menjanjikan harapan yang baik untuk memberikan hasil pertanian dalam

rangka memenuhi kebutuhan ekonomi berupa pangan.

1.1 Kaago-ago

Kaago-ago adalah salah satu acara ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat

Kabawo sebelum akan memulai menanam pada lahan baru yang siap ditanami

jagung atau tanaman holtikultural lainnya. Dalam penyelenggaraan upacara kaago-

ago, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan upacara

tersebut. Penyelenggaraannya harus didahului dengan musyawarah yang

Page 29: Bahan Karya Tulis Ilmiah

dilakukakan oleh seluruh petani yang akan melaksanakan kaago-ago beserta

parika yang bertujuan untuk menentukan hari yang baik dan tempat yang strategis

bagi penyelenggaraan acara yang dimaksud. Biasanya penentuan tempat untuk

berlangsungnya upacara kaago-ago adalah petani yang dituakan pada suatu area

tersebut.

Dalam melaksanakan upacara tradisional kaago-ago, yang bertindak sebagai

pemimpin upacara adalah parika (dukun kebun). Penetapan dukun kebun tidak

berdasarkan pemilihan atas dasar tradisi. Kepemimpinan dukun kebun tidak hanya

pada saat upacara kaago-ago berlangsung melainkan sampai masa panen selasai.

Oleh karena itu, parika (dukun kebun) harus memiliki kemampuan untuk menjaga

berbagai pantangan, kekuatan batin sehingga dapat menyampaikan hajat para

petani yang dipimpinnya.

Selain itu, parika juga harus mampu menjaga sikap dan tutur katanya dalam

kehidupan sehari-hari sehingga tetap suci.

Adapun alat dan perlengkapan dalam acara kaago-ago berupa alat dan

perlengkapan pertanian, diantaranya sebagai berikut: parang, pacul, tembilang,

sabit, kampak, bahan-bahan pelaksanaan seperti satu butir telur ayam kampung

yang sudah direbus, air, kameko, kayu yang sudah diruncingkan, bendera (tombi)

empat lembar, bambu, nasi, bunga pinang, tembakau, daun sirih, pinang, dan

kapur.

Waktu pelaksanaan upacara kaago-ago harus memperhitungkan hari, bulan

dan tahun yang baik. Dalam konsepsi kepercayaan masyarakat Kabawo, waktu

pelaksanaan upacara kaago-ago tidaklah semua hari dalam seminggu itu dianggap

baik. Untuk menentukan hari yang baik, perlulah mereka melakukan pengamatan

terhadap gejala-gejala alam serta perhitungan yang tepat terhadap bintang di

langit.

Penentuan hari yang baik tersebut didasarkan pada penilaian-penilaian yang

sifatnya magis bahwa hari yang dipilih tersebut jika dilaksanakan upacara kaago-

ago akan terhindar dari gangguan-gangguan (nahas). Selain itu, dalam satu minggu

Page 30: Bahan Karya Tulis Ilmiah

terdapat tujuh hari dan satu hari terdiri dari 12 jam (siang dan malam). Untuk

mengetahui hari yang baik dalam waktu 12 jam tersebut, masyarakat Kabawo

menggunakan sebuah alat yang disebut kutika seperti yang terlampir pada

lampiran hasil penelitian ini. Dengan menggunakan hari yang baik pada saat

pelaksanaan upacara, maka upacara menurut versinya masyarakat Kabawo akan

berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan yang diharapkan.

Tempat atau lokasi pelaksanaan upacara kaago-ago tidak ditetapkan atau

ditentukan secara resmi, akan tetapi lokasi atau tempat yang dipilih adalah

ditengah-tengah kebun para petani dalam satu tombu (area). Selain itu juga,

biasanya tempat atau lokasi pelaksanaannya adalah pada pemilik kebun yang

dituakan pada area pertanian mereka. Berdasarkan pernyataan dari informan

tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa lokasi atau tempat pelaksanaan upacara

kaago-ago tidak terikat pada salah satu tempat saja.Kaago-ago yang mempunyai

kekuatan simbolis sekaligus sebagai wujud dari ekspresi jiwa masyarakat

Kecamatan Kabawo dalam menjalin hubungan dengan penghuni dunia gaib. Dalam

upacara kaago-ago tersebut tidak terlepas dari kehadiran bhatata yang dibacakan

oleh parika dengan suara yang keras. Berikut mantra yang yang dimaksud:

Fotingkeemu kosibharihaeKodasaghono ainiKoteaghono ainiKolongkowaghono aini

Tutumuturano lonso ainiTumbu-tumbuno longkowa ainiAini aetaganakoomo Dhini ngkadae, dhini ngkapute, dhini ngkakuni

Aniaemo dawuamu afontantangkoemuMai fumaamu, mai mesosomu, mai foroghuumuBhalihano sumempa sikadhiomu negaluku ini, Sokumaempa-empamu ne galuku ini

Naegabu-ghabu, naeghefi-ghefi, naorepu, naosoka, Fatofulu rofa sokangkahano bhe galulku iniaFitu paku phalihano hari kiama pana manusau,Poo…

1.2 Proses Penanaman Jagung

Page 31: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Proses penananaman jagung pada lahan pertanian merupakan salah satu

rangkaian kegiatan dalam kaago-ago lahan pertanian. Penanaman jagung

dilakukan bila lahan yang diolah telah siap untuk ditanami. Penanaman lahan

pertanian bagi masyarakat Kabawo dilakukan apabila musim hujan tiba. Hal

tersebut dilakukan karena bidang pertanian yang digeluti oleh masyarakat Kabawo

hanya mengaharapkan air hujan sebagai satu-satunya sebagai sumber

pengairannya.

Menanam jagung (detisa kahitela) merupakan kegiatan petani menebarkan

bibit jagung pada lubang-lubang yang telah disiapkan dengan jarak tertentu pada

lahan yang telah tersedia untuk mengharapkan hasil produksi yang memuaskan.

Hal yang pertama dilakakukan oleh petani sebelum mulai menanam jagung adalah

memanggil parika untuk memulai penanaman. Penanaman dapat dilakukan pada

lahan yang baru dan lahan lama.

1.2.1 Penanaman pada Lahan Baru

Penanaman pada lahan baru adalah kegiatan menebarkan benih pada lahan

yang baru dibuka yang telah lama ditinggalkan oleh petani. Sebelum melakukan

kegiatan penanaman pada lahan yang baru terlebih dahalu harus dilaksanakan

acara kaago-ago dengan alasan bahwa pada lahan yang baru dibuka tersebut

banyak makhluk yang halus yang masih mendiami lahan tersebut. Untuk

memindahkan mereka ke tempat yang lain agar tidak mengganggu aktivitas petani

dilaksanakanlah kaago-ago.

1.2.2 Penanaman pada Lahan Lama

Kegiatan penanaman pada lahan yang lama biasanya dilaksanakan menjelang

musim kemarau, yaitu pada bulan April dan Mei. Kegiatan penanaman tersebut

tidak dilakukan acara kaago-ago. Petani percaya bahwa makhluk yang halus tidak

akan mengganggu mereka karena telah dilaksankan kaago-ago pada awal mereka

membuka lahan.

Page 32: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Dalam masyarakat Kabawo, kegiatan yang dilakukan parika (dukun kebun)

untuk memulai menanam jagung disebut fematai. Parika dibantu oleh petani

menyiapkan bahan dan segala sesuatunya untuk upacara penanaman, diantaranya

adalah benih dan tugal. Setelah benih dan tugal tersedia pada tempat yang telah

ditentukan oleh pemilik kebun/petani, mulailah parika mengambil satu genggam

benih jagung untuk dimantrai. Hal yang pertama yang dilakukakan parika setelah

memantrai benih jagung adalah menugal sebanyak lima lubang, dimulai dari

tengah sebagai pusatnya, kemudian diikuti empat tugalan pada bagian utara,

selatan, barat dan timur dari tugalan yang pertama.Baik penanaman pada lahan

yang baru maupun yang lama mempunyai mantra yang sama. Berikut mantra yang

dimaksud:

Saghumoroe radhakiku iniaNahumende sameompugho nebarangkaMinano wite namoni nahumendepie ampa bhola-bholano, Minano lani nasumampu ampa we para-parakano, Bissimillah

1.3 Penangkalan Hama dan Penyakit

Setelah selesai proses menanam jagung, masyarakat Kecamatan Kabawo,

langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah penangkalan terhadap hama dan

penyakit yang akan mengancam keselamatan tanaman mereka. Adapun hama

yang sering mengancam keselamatan jagung dari awal tanam sampai panen adalah

babi hutan, sedangkan penyakit yang sering membuat kekhawtiran petani jagung

di daerah tersebut adalah lakapute, lakadea, lakakuni, lambatipa, bhale ngkowala,

mbana-mbana, latuake, wangkabu, radhabu, dan wandoke. Untuk mengantisipasi

kemungkinan serangan berbagai jenis penyakit tersebut, para petani

mempercayakannya kepada parika. Pengantisiapasian terhadap berbagai jenis

penyakit dilakukan ketika jagung berumur tujuh hari.

Penangkalan yang dilakukan oleh parika adalah dengan cara meniupkan

mantra penanggal penyakit jagung berdasarkan jenis penyakit yang kemungkinan

menyerang tanaman jagung yang ditanam tersebut pada sebuah botol yang

berisikan air, kemudian ditebarkan pada seluruh kebun menjelang pagi dan sore

Page 33: Bahan Karya Tulis Ilmiah

sebanyak tiga hari berturut-turut dan sisanya disimpan pada tengah kebun tempat

semula pada waktu melakukan kafematai (permulaan menanam). Namun,

kadangkala penangkalan dilakukan ketika benih jagung masih direndam. Cara

melakukannya adalah air yang sudah ditiup dengan mantra dicampurkan ke dalam

air perendam benih jagung yang akan ditanam dengan membacakan mantra

berikut:

Wabusiku balaisi sitani iblisiKasumpuno lakakuniKasumpuno lakadeaKasumpuno lambatipa

Kasumpuno bhale ngkowalaKasumpuno mbana-mbanaKasumpuno wangkabuKasumpuno radhabu

Kasumpuno latuakeKasumpuno lakaputeKasumpuno wandokeKasumpuno sakimodainoBissimillah

1.4 Pemeliharaan Tanaman Jagung

Setelah petani melakukan penangkalan terhadap berbagai jenis penyakit yang

kemungkinan akan menyerang tanaman jagung mereka, langkah selanjutnya yang

harus dilakukan adalah pembersihan terhadap gulma yang mengganggu tanaman.

Kegiatan pembersihan terhadap gulma tersebut dilakukan setelah jagung berumur

sekitar satu bulan dengan alasan bahwa pada saat jagung umur tersebut, gulma

mulai mengganggu. Setelah tanaman bebas dari gulma, dirangkaikan dengan

kapaliki (mengelilingi kebun dari arah kanan ke kiri). Acara kapaliki dilakukan

paling cepat ketika jagung berumur 35 hari dengan alasan bahwa pada umur

tersebut, akar jagung sudah mulai ditancapkan sebagai pertahanan terhadap gejala

alam.

Masyarakat Kabawo percaya bahwa ketika waktunya jagung mulai

menurunkan akarnya, harus ada mantra yang mengantarnya yang disebut mantra

kapaliki. Berikut mantra yang dimaksud:

Page 34: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Foili ghaghe mbari, fofosada mparakamuKoemo mempali-mpalia, Mpali ngkema, mpali saunaKapo ne kahiteku ini

Hende polali-lali, pologo-logoLali maghinduluno, lali mburumainoFohende polopano, fohende tomualonoKorkoko-koko…

1.5 Pantangan dalam Bercocok Tanam Jagung

Setiap kegiatan tanam-menanan mempunyai pantangan yang tidak boleh

dilakukan baik oleh parika, petani atau penghuni lokasi pertanian. Pantangn

tersebut mulai berlaku sejak akan dibukanya lokasi pertanian sampai pada

kegiatan yang dinanti-nantikan oleh para petani yaitu pemanenan. Begitu juga

halnya dengan bercocok tanam jagung masyarakat Kecamatan Kabawo dalam

bercocok tanam jagung memiliki sejumlah pantangan.

Adapun pantangan yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:

a) tidak boleh bicara antara orang yang ada dalam kebun dengan orang

yang ada di luar kebun,

b) jika ingin mengambil kayu di luar kebun, tidak boleh membungnya

langsung ke dalam kebun,

c) tidak boleh menyanyi ketika berada di dalam kebun,

d) ketika pemenenan harus pada saat yang telah ditentukan (hari H-nya),

e) tidak boleh melakukan perbuatan maksiat,

f) tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang kotor, kasar, bersikap

sombong, dan angkuh karena dapat mendatangkan bahaya bagi diri

sendiri, petani yang ada pada area tersebut serta tanaman jagung

tercancam gagal panen.

Apabila melanggar pantangan tersebut, maka bencana akan mengancam

keselamatan tanaman jagung yang ditanam terutama dari serangan babi hutan,

monyet dan berbaga jenis penyakit jagung.

Page 35: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Melanggar pantangan, maka bencana akan siap mengancam keselamatan

tanaman jagung yang ditanam terutama dari serangan babi hutan pada malam hari

bahkan pad siang harinya. Setiap malam babi hutan datang dari berbagai penjuru

kebun berusaha masuk ke dalam kebun sehingga petani tidak dapat tidur pada

malam hari. Keadaan kebun yang demikian oleh masyarakat Kabawo dinamakan

galu motantawu (kebun yang rawan terhadap serangan hama).

Kebun yang rawan terhadap serangan hama disebabkan karena ulah manusia

sendiri. Untuk menanggkal keadaan kebun yang demikian, parika memantrai air

pada sebuah botol yang kemudian pada saat menjelang magrib memandikan pagar

kebun keempat penjurunya.

1.6 Proses Pemanenan Jagung

Musim panen jagung adalah hal yang dinanti-nantikan oleh para petani. Pada

masa panen, petani akan memetik hasil jerih payahnya yang telah dilakukan dari

proses yang panjang mulai pembukaan lahan, menanam, menjaga, dan

memelihara yang ditanamnya. Dalam pesta panen, petani kembali mamanggil

parika untuk memulai memanen pada tempat yang telah ditentukan, yakni tempat

awal upacara penanaman dilaksanakan yang disebut kafematai, kemudian

berkeliling sambil memulai memanen pada empat sudut kebun yang dimulai dari

arah kanan ke kiri. Setelah parika selesai memanen keempat sudut kebun,

mulailah menyimpannya pada tempat yang telah disediakan.

Kegiatan pemanenan jagung dalam masyarakat Muna, khususnya masyarakat

Kecamatan Kabawo mengenal dua siklus, yaitu pemanenan pada saat jagung

menguning (ketika jagung berumur 60 hari) dan pemanenan pada saat jagung

ketika sudah dinyatakan tua yaitu ketika berumur sekitar 85 hari sejak waktu

tanam. Kegiatan memanen, baik memanen jagung menguning (ketika jagung

berumur 60 hari) maupun pemanenan pada saat tua (pada umur 85 hari sejak

waktu tanam) harus dimulai pada hari yang baik menurut versi masyarakat

Kabawo. Penntuan hari yang baik menurut versi masyarakat Kabawo sebagaimana

terlampir dalam penelitian ini.

Page 36: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Pada umur 35 hari terhitung sejak hari tanam, tanaman jagung mulai muncul

buahnya. Pada umur tersebut, petani mulai mengambil anak jagung yang muncul

untuk berbagai keperluan, salah satu yang paling utama adalah sebagai sayur.

Ketika hendak akan mengambil anak jagung tersebut, tidak boleh langsung

mengambilnya begitu saja, melainkan ada bahasa tersendiri yang harus dipakai.

Pemanenan awal anak jagung tersebut dalam masyarakat Kabawo disebut

kabhelaiha pasele. dan bahasa yang dipakai untuk untuk memulai memanennya

disebut mantra, berikut mantra yang dimaksud:

Abhelaikomo hintumu mbusangoBhahi totisele, bhahi totikendamaka tokampile-mpileimaka okampunda-punda,

Konekakala tonuanaomu, Laloomu mpali kema mpali suanaKapo ne kahitelaku iniMpali sauna mpali kemaKapo nekahitelaku ini.

Setelah selesai pemenanan (kabhelai pasele), langkah selanjutnya adalah anak

jagung yang telah dipanen, direbus dan setelah masak disimpan pada tempat yang

tidak terlalu tinggi bersamaan dengan air untuk yang mempunyai area tempat

berkebun. Acara ini dalam masyarakat Kabawo disebut kafongkora-ngkora.

1.6.1 Pemanenan Jagung ketika Menguning

Pada umur 60 terhitung sejak hari tanam, tanaman jagung sudah mulai

menguning dan siap untuk dipanen. Untuk memanaen jagung yang menguning

tersebut biasanya dilakakukan oleh ibu atau anak perempuan yang sudah dewasa

dari petani yang bersangkutan yang dianggap mampu untuk melakukannya dengan

menggunakan parang atau pisau untuk memotong batang jagung yang

dipanennya. Jagung yang sudah dipanen dari batangnya disimpan pada keranjang

yang diikat pada punggung, diikat dengan menggunakan tali (biasanya tali dari kulit

pohon waru yang dibuang kulit luarnya). Ketika pertama kali hendak memyimpan

Page 37: Bahan Karya Tulis Ilmiah

jagung yang dipanen di dalam keranjang, ada mantra yang harus dibacakan sebagai

tradisi yang tidak bisa dilupakan.

Mina alamuMina watuiliAla minano witeBissimillah

Menurut keyakinan masyarakat Kabawo bahwa tanah adalah asal mula

manusia diciptakan dan manusia itu sendiri yang dijadikan Allah Swt. dari tanah,

sedangkan mengenai fungsinya adalah jika sifat tanah dan manusia sudah

menyatu, maka suatu saat nanti manusia tiba hari akhir, tanah dapat menerima

manusia sebagai bagian dari dirinya, dan selain itu pula sebagai wujud pengabdian

manusia kepada Allah Swt.

Ketika akan mengakhiri pemanenan jagung, salah satu yang harus dilakukan

oleh orang yang memanen jagung adalah menutupnya dengan mantra sebagai

tanda dan kunci bahwa penanenan jagung pada saat itu akan selesai.

Palihara kunsiKunsi adha,

Kunsi bahatiadha

Setelah pemanenan selesai, langkah selanjutnya adalah merebusnya sampai

masak, namun ketika masak tidak boleh dimakan oleh siapa pun sebelum

melakukan pembacaan mantara yang akan dilakukan oleh oleh parika. Acara yang

dilakukan tersebut dalam masyarakat Muna khususnya masyarakat Kabawo

dikenal dengan nama kafongkora-ngkora atau kafoampe-ampe.

Amampeangkomo bhakeno hintumuKodasano, koteano, kolongkono ainiTutraino lonso aini, tutungguno longkowa ainiKomelilimu padamo afoampeangkomuFumaomu aitu ,dhaganiemu, ghondofaanemuKonarowe, konoangkafio.

1.6.2 Proses Pemanenan Jagung Ketika berumur 85 Hari

Page 38: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Pemanenan tanaman jagung pada tahap ini dilakukan setelah tanaman jagung

tersebut membuahkan hasil yang sudah siap disimpan sebagai cadangan

pergantian musim tanam. Kegiatan pemanenanan biasanya dilakukan paling cepat

pada saat jagung berumur 85 hari terhitung sejak waktu tanam. Pada saat jagung

berumur 85 hari tersebut, petani harus mempersiapkan tempat untuk menyimpan

jagunng yang akan dipanen. Jagung yang dipanen biasanya disimpan dikolong

pondok yang sengaja dibuat pondok yang tinggi sesuai dengan perkiraan bahwa

jagung yang disimpan akan memuatnya dan aman dari air hujan.

Pemanenan yang dilakukan pada tahap tersebut merupakan pemanenan

tahap yang ketiga. Pada langkah ini, jagung yang dipanen adalah yang sudah tua

yang bercirikan kulitnya sudah mengering yang mempunyai tujuan sebagai

persiapan hidup sampai pada musim menanam berikutnya.

Dalam masyarakat Kecamatan Kabawo mengenal tiga kali panen jagung dalam

setiap musim tanam. Pemanenan pada tahap ini merupakan rangkaian

pemanenan tahap yang pertama dan kedua yang tidak terlepas dari kehadiran

mantra seperti halnya pada langkah memanen ketika jagung berumur 35 hari dan

60 hari sejak waktu tanam. Perbedaan kedua hal tersebut adalah hanya terletak

pada mantra dan nama proses memanennya. Pada acara ini dikenal dengan nama

kasaraka.

Dalam acara kasaraka, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebagai

syarat dan perlengkapan dalam melakukannya. Pemilihan perlengkapan dalam

kegiatan kasaraka tidaklah sembarang benda. Adapun benda-benda yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

a) Sio dan daunnya

b) Batu kecil yang keras satu biji

c) Tulangkani

d) Roono dadara

e) Kariwu-riwu

Page 39: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Kelima perlengkapan dalam acara kasaraka tersebut mempunyai makna

tersendiri bagi masyarakat Kabawo yang tidak bisa digantikan dengan benda yang

lainnya. Berikut penjelasannya:

a) Sio dan daunnya yaitu suatu jenis pohon yang cepat kering airnya jika

dipotong.

Masyarakat Kabawo beranggapan bahwa jagung yang digantung pada

batang kayu seperti sio tersebut dalam melaksanakan kasaraka akan cepat

kering sehingga jagung yang dipanen nanti akan cepat mengering.

b) Batu kecil yang keras.

Batu kecil yang keras mempunyai tujuan agar jagung yang dipanen cepat

mengeras sehinnga kebal terhadap serangga.

c) Tulangkani suatu jenis tumbuhan yang hidup di hutan dengan cara

merambat di tanah.

Tulangkani digunakan sebagai pengikat kasaraka yang dianggap paling

kuat dan tahan diantara tali lain yang berasal dari alam.

d) Roono dadara adalah sejenis pohon yang batang, daun dan buahnya

berduri. Roono dadara menandakan bahwa jagung yang dikumpul dan

disimpankan dengan roono dadara akan ditakuti oleh jin jahat sehinnga jin

jahat tersebut tidak berani mengganggu jagung yang disimpan.

e) Kariwu-riwu yaitu suatu jenis tumbuhan yang batangnya kecil tetapi

bunganya banyak. Kariwu-riwu melambangkan bahwa jagung yang

dikumpul nanti dapat membawakan hasil yang banyak seperti halnya

bunga tumbuhan kariwu-riwu.

Setelah semua bahan tersebut tersedia, parika mulai mengambil jagung yang

di tanamnya. ketika mulai penanaman (kafetatai bagian tengah) dengan menyabut

batangnya yang kemudian disimpan di tengah-tengah pada tempat yang telah di

sediakan sebagai tempat penyimpanan jagung. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan parika dalam proses kasaraka adalah sebagai berikut:

Page 40: Bahan Karya Tulis Ilmiah

a. parika mengambil jagung sebanyak empat buah kemudian kulitnya

masing-masing satu lapis bagian luar dirobek

b. setelah dirobek, masing-masing diikat dan dipasang-pasangkan

c. Kariwu-riwu, dan rokok dibungkus dengan roono dadara, kemudian

dimasukan pada batang sio yang sudah dibagi menjadi empat bagian

ujungnya, menyusul jagung yang telah dikat dan terakhir menyusul batu

kecil yang keras.

d. setelah semuanya sudah dimasukan, jagung yang empat buah

menggantung diikat dengan tulangkani.

e. disimpan pada tempat yang telah disediakan dan bagian bawahnya

disimpankan alas dari daun sio.

Tahapan demi tahapan pada kegiatan tersebut diakhiri dengan pembacaan

mantra sebagai berikut:

Amoghonukomo ihintumu radhakikuKoemo nekala-kala tonuanaomuKoghulumu nesigahanoGhulumu kaawu ne lambuku

Aghondofaane totono lalumuAdhumaganie tonuanaomuNakumala nasewuaNabholosie fitu wua radhakiku iniaBissimillah.

1.7 Pemisahan Hasi Panen antara yang Besar dengan yang Kecil

Setelah hasi panen sudah terkumpul semuanya pada pondok yang telah di

sediakan (di bawah kolong pondok), langkah selanjutnya yang harus dilakukan oleh

petani adalah pemotongan tulang-tulang jagung yang panjang. Pemotongan tulang

jagung tersebut bertujuan untuk memperindah bentuk buah jagung.

Dalam masyarakat Muna khususnya masyarakat Kecamatan Kabawo, jagung

yang kecil disebut kantotowi. Selain itu pula, dalam pemisahan jagung yang besar

dengan yang kecil ini, ada yang disebut bhoka yaitu buah jagung yang isinya

tersembul dari kulitnya. Jagung tersebut merupakan jagung yang harus dipakai

Page 41: Bahan Karya Tulis Ilmiah

terlebih dahulu dibanding jagung kantotowi karena rawan terhadap serangan

serangga pemakan jagung. Adapun mantra yang digunakan adalah sebagai berikut:

Allahumma wabariklana Ginadhai binara paramai radhakiBissimillah

1.8 Pembelajaran Sastra di Sekolah

Pembinaan apresiasi sastra adalah pembinaan minat intelektual. Hal ini tidak

dapat dipisahkan dari mata pelajaran yang lain. Pembelajaran apresiasi sastra

adalah pembelajaran kesenian. Para siswa dapat diajak bergaul dalam karya sastra

dan dapat menciptakan karya sastra.

Pembelajaran apresiasi sastra pada dasarnya adalah suatu proses panjang

dalam rangka melatih dan meningkatkan keterampilan. Keterampilan sastra lebih

banyak dikaitkan dengan pengalaman lingkungan siswa sesuai jenjang tingkatan

usia dan pengalaman sehari-hari.

Karya sastra yang baik dapat membekali siswa dengan sesuatu yang

bermanfaat bagi kehidupan kita. Karya sastra dapat menarik karenanya diperoleh

kenikmatan dan pemahaman. Pemahaman inilah yang perlu bagi siswa. Kalau ingin

memahami karya sastra yang ingin digali kita terdahulu tertarik padanya, dan

memahaminya sehingga kita akan jadi paham dam menikmatinya.

Pembelajaran siswa tertuju pada kecakapan mengapresiasi. Usaha apresiasi

jelas harus diiringi dengan penyediaan karya sastra untuk dibaca. Buku sastra yang

dipilih untuk sekolah harus berupa karya puisi, fiksi dan drama.

Pembelajaran sastra di sekolah pada prinsipnya bertujuan mengembangkan

potensi siswa sesuai dengan kemampuannya. Sehubungan dengan

kemampuannya, kecerdasanya, kejujurannya, keterampilan, pengenalan

kemampuan dan batas kemampuanya serta mengenali dan mempertahankan

dirinya. Selain itu, pembelajaran sastra di sekolah dimaksudkan untuk

mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai hakiki, nilai

efektif, nilai sosial, atau gabungan dari keseluruhan.

Page 42: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Kenyataan sebelumnya menunjukan bahwa pembelajaran sastra dewasa

ini di sekolah (SMP dan SMA) bukanlah sekedar menelaah unsur-unsur instrinsik

karya sastra, tetapi membawa misi yang luas, yaitu dapat mempertajam perasaan,

penalaran, daya khayal, dan mempunyai kepekaan terhadap masyarakat dan

lingkungan budaya. Dengan demikian, siswa diharapkan menjadi manusia yang

arif, peduli pada lingkungan, berbudaya, dan memiliki kepribadian yang luhur.

1.8.1 Pembelajaran Puisi di SMA Kelas XII Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan

Pembelajaran apresiasi sastra pada dasarnya adalah suatu proses panjang

dalam rangka melatih dan meningkatkan keterampilan, pembelajaran sastra lebih

banyak dikaitkan dengan pengalaman lingkungan siswa sesuai jenjang tingkatan

usia dan pengalaman sehari-hari.

Karya sastra yang baik dapat membekali siswa dengan sesuatu yang

bermanfaat bagi kehidupan kita. Karya sastra dapat menarik karenanya diperoleh

kenikmatan dan pemahaman, pemahaman inilah yang perlu bagi siswa. Kalau ingin

memahami karya sastra yang ingin digali kita terlebih dahulu tertarik padanya dan

memahami kita akan jadi paham dan menikmatinya. Hal inilah yang perlu

dijelaskan oleh siswa karena tanpa minat kita tidak akan menikmati karya sastra

yang disediakan.

Pembelajaran siswa khusunya puisi di Sekolah Menengah Atas pada

prinsipnya bertujuan mengembangkan potensi siswa sesuai kemampuannya.

Sehubungan dengan kemampuannya, kecerdasannya, kejujurannya, keterampilan,

pengenalan kemampuan dan batas kemampuan serta mengenali dan

mempertahankan dirinya. Selain itu, pembelajaran di sekolah dimaksudkan untuk

mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai hakiki, nilai

efektif, nilai sosial, atau gabungan dari keseluruhan.

Pembelajaran puisi di SMA kelas XII berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) memuat kompetensi dasar mengenali ciri-ciri umum puisi dari

Page 43: Bahan Karya Tulis Ilmiah

buku antologi puisi dengan indikator siswa mampu mengenali dan mendata hal-hal

yang bersifat khusus dari puisi-puisi dalam antologi.

Kaitanya dengan penulisan mantra bercocok tanam jagung pada masyarakat

Kabawo, maka dalam pembelajaran sastra, siswa harus mengenali hal-hal yang

bersifat khusus dari mantra yang merupakan puisi lama di nusantara.

1.8.2 Relevansi Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah

Pembelajaran sastra di sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemamuan

siswa mengapresiasikan karya sastra. Hal ini dikaitkan dengan aktifitas

meningkatkan kepekaan perasaan terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam karya

sastra itu sendiri. Para siswa dapat diajak untuk bergaul dengan karya sastra

sehingga mampu menciptakan karya sastra.

Pengajaran sastra adalah sebuah sistem yang keberhasilaanya ditentukan oleh

banyak faktor seperti kurikulum, guru, buku sumber pembelajaran serta sarana

dan prasarana yang terlibat di dalamnya. Pembelajaran sastra di sekolah pada

dasarnya bertujuan agar siswa memiliki rasa peka terhadap karya sastra, sehingga

mereka terdorong dan tertarik untuk mengetahui isi, bentuk, makna, tujuan dan

fungsi karya itu sendiri. Pengajaran sastra dapat mendekatkan anak didik pada rasa

peka dan rasa cinta pada karya sastra sebagai cipta rasa seni. Dengan membaca

karya sastra, diharapkan para siswa dapat memperoleh pengertian yang baik pada

manusia dan kemanusiaan dan mengenal nilai-nilai dan ide-ide.

Pembelajaran sastra di sekolah mempunyai tujuan agar siswa dapat

menghargai kesastraan bangsa sendiri dan sastra daerah khususnya serta dapat

mengenal, memahami dan mengayati nilai-nilai yang terkandung dalam karya itu

sendiri. Dalam karya sastra ini para siswa diharapkan dapat menemukan nilai-nilai

luhur bangsa dan daerahnya sehingga dapat meningkatkan rasa cinta tanah air

dan bangsanya.

Pembelajaran puisi lama di SMA Negeri 1 Kabawo pada kelas XII semester 2

memuat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan standar kompetensi

mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan puisi lama dalam kompetensi

Page 44: Bahan Karya Tulis Ilmiah

dasar membahas ciri-ciri dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan

hai ini, karya sastra seperti puisi lama dapat digunakan untuk pembelajaran

membaca, berbicara, dan mendengarkan dengan maksud untuk melatih

kemampun siswa dalam menyampaikan ide dan gagasan yang didapatkan setelah

membaca karya sastra yang berupa puisi dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Seperti halnya mantra bercocok tanam jagung dalam masyarakat Kabawo ini dapat

memberikan nilai instrinsik terhadap peserta didik yaitu:

a) peserta didik memaknai kehidupan dalam hubungannya manusia dengan

Tuhannya, manusia dengan sesamanya serta manusia dengan lingkungan

di sekitarnya.

b) dapat memberikan peranan penting terhadap pemahaman dan penilaian

tentang warisan budaya.

D. Simpulan

Berdasarkan pada uraian pembahasan dapat disimpulan sebagai bahwa

sistem upacara adat dalam hal bercocok tanam jagung masyarakat Kabawo dalam

membuka lahan baru ditemukan beberapa kebiasaan yang meliputi (a) kaago-ago,

(b) penanaman, (c) penanggulangan hama dan penyakit, (d) pemeliharaan, dan (e)

pesta panen. Setiap kegiatan mulai dari kaago-ago sampai pada pemanenan

tanaman jagung dalam masyarakat Kabawo selalu dimulai dengan mantra dan

bhatata. Tujuan pembacaan mantra dan bhatata tersebut adalah agar jagung yang

ditanam tumbuh dengan subur dan terhindar dari berbagai jenis hama dan

penyakit serta manusia tenang dalam setiap dalam aktivitasnya. Pembacaan

mantra dan bhatata dalam bercocok tanam jagung oleh masyarakat Kabawo tahap

demi tahapan adalah agar petani, orang-orang di sekitar serta tanaman yang

ditanam bebas dari gangguan makhluk halus, hama dan penyakit, sehingga hasil

pertanian yang dilakukan dapat melimpah sesuai dengan yang diharapkan petani.

Daftar RujukanAminuddin, 1990. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: Sinar Baru.Anonim. 2005. Kandai. Kendari: Kantor Bahasa Sultra.

Page 45: Bahan Karya Tulis Ilmiah

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.

Udu, Sumiman. 2009. Perempuan dalam Kabanti: Tinjauan Sosiofeminisme Yogyakarta: Diandra.

Sukatman. 2009. Butir-butir Tradisi Lisan Indonesia Pengantar Teori dan Pembelajarannya. Yogyakarta: LaksBang Pressindo.

Waluyo, J. Herman. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.Wellek, Rene dan Austian Werren, 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 1992. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.Ambari, Abdullah. 1979. Penuntun Belajar Bahasa Indonesia. Bandung: Djatnika.Dinar, Sri Suryana. 2001. Wacana Bahasa Indonesia. Kendari: Unhalu.Muliono, Anton M.. 1985. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta:

Djambatan.Oka. I.G.N. dan Suparno. Linguistik Umum. Jakarta: Depdikbud.