Bahan Bacaan Peserta PPKJCH 2008

122
BAHAN BACAAN PESERTA Departemen Kesehatan RI 2008 PELATIHAN PETUGAS PEMERIKSA KESEHATAN JEMAAH CALON HAJI (TAHAP I & II)

Transcript of Bahan Bacaan Peserta PPKJCH 2008

  • BAHAN BACAAN PESERTA

    Departemen Kesehatan RI

    2008

    PELATIHAN PETUGAS PEMERIKSA KESEHATAN JEMAAH CALON HAJI

    (TAHAP I & II)

  • Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH i

    Daftar Isi

    Daftar Isi ......................................................................................... i Daftar Singkatan ............................................................................. iii Materi Inti 1. Standar Dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH ........................... 1

    Standar Pemeriksaan Kesehatan .................................................. 1 Standar Pemeriksa Kesehatan JCH ............................................ 10 Standar Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan JCH ............................ 13 Prosedur Umum Pemeriksaan Kesehatan JCH ............................. 14 Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH ....................................... 16 Daftar Pustaka ......................................................................... 19 Lampiran ................................................................................. 20

    Materi Inti 2. Penilaian Status Kesehatan JCH ..................................................... 46

    Pengertian Penilaian Status Kesehatan JCH ................................ 46 Tujuan Penilaian Status Kesehatan JCH ..................................... 46 Langkah Penilaian Status Kesehatan JCH ................................... 47 Penentuan Kategori Berdasarkan ............................................... 50 Hasil Pemeriksaan dan Penilaian JCH ......................................... 50 Daftar Pustaka ......................................................................... 53

    Materi Inti 3. Penulisan Kode Diagnosis dengan ICD-10 ....................................... 55

    Pengertian ICD-10 .................................................................... 55 Tatalaksana ICD-10 .................................................................. 60 Dalam Kesehatan Haji ............................................................... 60 LangkahLangkah Penggunaan ICD-10 ...................................... 63 Pengoperasian Pencarian Kode .................................................. 65 Dari Buku Digital ICD-10 ........................................................... 65 Penulisan Kode Diagnosis ICD-10 Pada Formulir ......................... 75 Daftar Pustaka ......................................................................... 76

  • ii Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    Materi Inti 4. Pencatatan dan Pelaporan Kesehatan Jemaah Haji .......................... 77

    Pengertian Pencatatan & Pelaporan Kesehatan Jemaah Haji ........ 77 Tujuan dan Manfaat Pencatatan Pelaporan ................................. 78 Prinsip dan Prosedur Pencatatan dan Pelaporan Kesehatan Jemaah Haji .............................................................................. 79 Panduan Pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji ........................ 79 Pengiriman Laporan .................................................................. 90 Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan ............................ 96 Fasilitas Aplikasi Pendataan ..................................................... 102 Daftar Pustaka ........................................................................ 104

    Marteri Inti 5. Pembinaan Kesehatan Jemaah Calon Haji .................................... 106

    Pengertian Pembinaan Kesehatan Jemaah Calon Haji ................ 105 Tujuan & Prinsip Pembinaan Kesehatan Jemaah Calon Haji ....... 105 Bentuk Pembinaan Kesehatan Jemaah Calon Haji ..................... 106 Pembinaan Kesehatan Sesuai Status Kesehatan JCH ................. 107 Daftar Pustaka ........................................................................ 110

  • Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH iii

    Daftar Singkatan

    BKJH Buku Kesehatan Jemaah HajiBPIH Biaya Perjalanan Ibadah HajiBPS Bank Penerima SetoranICV International Certificate of

    Vaccination IHR International Health Regulation JCH Jemaah Calon HajiKB Keluarga Berencana KKP Kantor Kesehatan PelabuhanPERDA Peraturan Daerah PUS Pasangan Usia SuburRS Rumah Sakit SISKOHAT Sistem Komputerisasi Haji

    TerpaduSKB Surat Keputusan BersamaWUS Wanita Usia SuburKIE Konsultasi, Informasi dan EdukasiLDL Low Density LipoproteinGDS Gula Darah Sewaktu SIP Surat Ijin PraktekSK Surat KeputusanMenkes Surat KeputusanKesos Kesejahteraan SosialKIPI Kejadian Ikutan Paska ImunisasiIM Intra MuscularDRGs Diagnostic Related Groups IDI Ikatan Dokter IndonesiaPORMIKI Persatuan Manajemen Informasi

    Kesehatan SISKOHATKES Sistem Komputerisasi Haji

    Terpadu Bidang Kesehatan KLB Kejadian Luar BiasaRisti Risiko Tinggi

  • iv Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    TPHI Tenaga Pendamping Haji Indonesia

    BSO Bentuk Sediaan ObatK3JH Kartu Kewaspadaan Kesehatan

    Jemaah Haji Puskesmas Pusat Kesehatan MasyarakatRPD Riwayat Penyakit Dahulu RPK Riwayat Penyakit KeluargaTKHI Tenaga Kesehatan Haji IndonesiaONH Ongkos Naik Haji

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 1

    MATERI INTI 1

    STANDAR DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN KESEHATAN JCH

    Standar Pemeriksaan Kesehatan

    Standar pemeriksaan adalah spesifikasi minimal yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan kesehatan agar dapat diperoleh manfaat pelayanan kesehatan secara maksimal.

    1. Standar Pemeriksaan Tahap Pertama a. Pemeriksaan Kesehatan dilakukan oleh Pemeriksa Kesehatan

    Tahap Pertama yang memenuhi kualifikasi/standar pemeriksa.

    b. Pemeriksaan Jemaah Calon Haji Wanita dilakukan oleh Dokter wanita, atau Dokter Pria dengan didampingi perawat wanita.

    c. Pemeriksaan Jemaah Calon Haji Pria dilakukan oleh Dokter Pria, atau Dokter Wanita dengan didampingi perawat Pria.

    d. Pemeriksaan kesehatan bagi Jemaah Calon Haji (JCH) dapat dikelompokkan menjadi pemeriksaan pokok, pemeriksaan lanjut dan pemeriksaan khusus. 1) Pemeriksaan Pokok adalah pemeriksaan yang harus

    dilakukan pada semua JCH. Data yang diperoleh meliputi identitas, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik (tanda vital, postur, syaraf kranial, toraks, abdomen), kesehatan jiwa dan laboratorium klinik.

    Pemeriksaan Pokok meliputi:

    a) Identitas, terdiri dari: i. Nama (Bin/Binti)

  • 2 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    ii. Tempat dan Tanggal Lahir iii. Alamat

    Tempat Tinggal Korespondensi

    iv. Pekerjaan v. Pendidikan Terakhir vi. Status Perkawinan

    b) Riwayat Kesehatan i. Riwayat Kesehatan Sekarang, meliputi:

    Penyakit menular tertentu. Penyakit/disabilitas.

    ii. Riwayat Penyakit Dahulu, meliputi penyakit yang pernah diderita (termasuk operasi yang pernah dijalani), ditulis secara kronologis.

    iii. Riwayat Penyakit Keluarga, meliputi jenis penyakit yang diderita anggota keluarga yang berhubungan secara genetik.

    c) Pemeriksaan Fisik, meliputi: i. Tanda vital:

    Tekanan Darah Nadi meliputi: frekuensi, volume, tegangan,

    ritme.

    Pernapasan meliputi: frekuensi, ritme. Suhu, diukur dengan termometer air raksa, di

    aksila.

    ii. Postur tubuh Tinggi badan (TB), Berat badan (BB) dan

    (IMT/BMI).

    Lingkar Pinggang, Lingkar Pinggul dan Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul (bila perlu).

    Kekuatan otot dan refleks

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 3

    iii. Kepala: Pemeriksaan saraf kranial (bila perlu) iv. Toraks/ Paru-paru

    Kelainan bentuk dada Retraksi otot pernapasan Fremitus Paru Pekak paru Bunyi napas normal/abnormal Pengembangan paru

    v. Kardiovaskuler Tekanan vena jugularis (Jugular Venous

    Pressure) Pergeseran impuls apikal Kuat angkat impuls apikal Bunyi jantung murni Bunyi jantung tambahan Murmur (bising) jantung Pembesaran jantung Konfigurasi jantung

    vi. Abdomen Venektasi Nyeri tekan epigastrium Hepatomegali Splenomegali Asites Massa intra abdominal abnormal Hernia Perabaan ginjal Nyeri ketok sudut kostovertebral

  • 4 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    vii. Kesehatan Jiwa (menggunakan instrumen pemeriksaan Barthel indeks bagian 3: Fungsi Perilaku)

    d) Laboratorium i. Darah, meliputi: Hemoglobin (Hb), Golongan

    Darah (A-B-0 dan Rhesus [bila perlu]), Laju Endap Darah (LED), Hitung jenis leukosit, Jumlah lekosit.

    ii. Urin Makro: warna, kejernihan, bau. Mikro: Sedimen (leukosit, eritrosit, sel epitel,

    kristal)

    Glukosa urin Protein urin

    2) Pemeriksaan Lanjut adalah pemeriksaan tambahan yang

    perlu dilakukan pada JCH Wanita Usia Subur-Pasangan Usia Subur (WUS-PUS), JCH berusia 40 tahun, JCH Lansia (usia 60 tahun) dan JCH yang bertugas sebagai pendamping.

    Pemeriksaan Lanjut meliputi:

    a) Calon haji Wanita Usia Subur (WUS) dilakukan pemeriksaan tes kehamilan, dengan reagen beta-HCG.

    i. Bagi yang tidak hamil: Diinformasikan ketentuan Surat Keputusan

    Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Kesehatan kepada setiap Jemaah Calon Haji Wanita Usia Subur (WUS).

    Dianjurkan mengikuti program Keluarga Berencana (KB) untuk mencegah kehamilan.

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 5

    Bagi Jemaah Calon Haji Wanita WUS yang khawatir terjadi kehamilan pada masa pemeriksaan tahap kedua, dapat menghendaki imunisasi Meningitis meningokokus secara dini.

    Imunisasi tersebut dapat diperoleh di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) tertentu.

    KKP menerbitkan International Certificate of Vaccination (ICV) yang resmi dikeluarkan sesuai ketentuan International Health Regulation (IHR).

    Biaya yang dibutuhkan untuk keperluan tersebut ditanggung sepenuhnya oleh Jemaah Calon Haji yang bersangkutan.

    ii. Bagi yang hamil, diberikan KIE (konsultasi, informasi dan edukasi) tentang ketentuan penyelenggaraan kesehatan haji, khususnya ketentuan tentang Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Kesehatan, serta diberikan alternatif solusi yang dapat diambil oleh calon jemaah bersangkutan. Salinan SKB terlampir.

    (Lampiran 2)

    iii. Setiap Jemaah Calon Haji WUS diharuskan menanda tangani surat pernyataan di atas meterai tentang kesediaan menunda/ membatalkan keberangkatannya untuk musim haji yang akan datang, bila di kemudian hari pada saat menjelang keberangkatannya ternyata hamil dengan usia kehamilan di luar ketentuan yang diperkenankan menurut SKB Menteri Agama dan Menteri Kesehatan. Formulir Surat Pernyataan terlampir (Lampiran 3).

  • 6 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    b) Untuk JCH berusia 40 tahun, dilakukan pemeriksaan radiologis toraks PA, GDS (Gula Darah Sewaktu), LDL (cholesterol) dan EKG (bila perlu dengan Masters Test).

    c) Untuk JCH lansia (usia 60 tahun), dilakukan pemeriksaan fungsional Barthel Indeks. Petunjuk pemeriksaan terlampir (Lampiran 4)

    d) Untuk JCH yang bertugas sebagai pendamping, dilakukan tes kebugaran. Pelaksanaannya mempertimbangkan kondisi kesehatan yang bersangkutan. Petunjuk pemeriksaan terlampir (Lampiran 5).

    3) Pemeriksaan Khusus adalah jenis pemeriksaan yang

    dilakukan atas dasar indikasi medis pada JCH yang menderita suatu penyakit, dimana penyakit tersebut belum dapat ditegakkan diagnosisnya dengan data pemeriksaan pokok dan lanjut.

    Pemeriksaan Khusus, meliputi:

    a) Bagi Jemaah Calon Haji yang membutuhkan penegakan diagnosis dan pembinaan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lain atas indikasi sesuai baku emas (golden standard) pemeriksaan untuk penyakit tersebut.

    b) Bagi Jemaah Calon Haji yang membutuhkan penegakan diagnosis dan pembinaan, dapat dilakukan rujukan ke dokter spesialis yang berkompeten.

    c) Dokter pemeriksa harus menuliskan diagnosis kerja sesuai dengan hasil pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji untuk keperluan pembinaan. Kode diagnosis ditulis sesuai dengan kode ICD 10.

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 7

    d) Kesimpulan hasil pemeriksaan dibuat dalam kategori Mandiri, Observasi, Pengawasan dan Tunda. Selengkapnya lihat modul 2.

    e) Hasil pemeriksaan kesehatan ditulis dengan lengkap dan benar dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji (sesuai petunjuk pengisian BKJH) dengan dilampirkan catatan medik. (Lihat modul 4)

    2. Standar Pemeriksaan Tahap Kedua a. Pemeriksaan Kesehatan dilakukan oleh Tim Pemeriksa

    Kesehatan Tahap Kedua yang memenuhi kualifikasi/standar pemeriksa.

    b. Pemeriksaan Jemaah Calon Haji Wanita dilakukan oleh dokter wanita, atau dokter pria dengan didampingi perawat wanita. Pemeriksaan Jemaah Calon Haji Pria dilakukan oleh dokter pria, atau dokter wanita dengan didampingi perawat pria.

    c. Dokter Pemeriksa melakukan pemeriksaan kelengkapan dan kesahihan data hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama dan pembinaan kesehatan melalui catatan medis JCH yang bersangkutan. Apabila terdapat kekurangan dalam hal kelengkapan dan kesahihan, maka Dokter berkewajiban melengkapinya dengan melakukan pemeriksaan ulang pada tahap pemeriksaan kedua.

    d. Kelengkapan data pemeriksaan meliputi hasil pemeriksaan kesehatan dalam kelompok pemeriksaan pokok, pemeriksaan lanjutan dan pemeriksaan khusus.

    e. Setiap JCH mendapatkan pemeriksaan ulang meliputi riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik (tanda vital, postur, syaraf kranial, toraks, abdomen), kesehatan jiwa dan laboratorium klinik. Selengkapnya dapat dilihat pada Standar Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama.

  • 8 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    f. Setiap JCH yang memenuhi syarat diberikan imunisasi Meningitis meningokokus ACW135Y. Penatalaksanaan terlampir. (Lampiran 6)

    g. Tes kebugaran dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi yang bersangkutan. Prosedur pelaksanaan tes (Lampiran 5)

    h. Bagi Jemaah Calon Haji yang terdiagnosis menderita penyakit menular pada pemeriksaan pertama diharuskan telah dinyatakan sembuh atau tidak menular pada akhir pemeriksaan kedua dengan menunjukkan surat keterangan dari dokter pemberi pelayanan pengobatan. (Lihat lampiran 7)

    1) Bagi Jemaah Calon Haji penderita TBC Paru (BTA positif) harus telah mendapatkan pengobatan dan dinyatakan tidak menular (BTA negatif) dengan menunjukkan surat keterangan dari dokter pemberi pelayanan pengobatan.

    2) Bagi Jemaah Calon Haji penderita kusta tipe multibasiler harus telah mendapatkan pengobatan dan dinyatakan tidak menular dengan menunjukkan surat keterangan dari dokter pemberi pelayanan pengobatan.

    i. Bagi Jemaah Calon Haji yang menderita penyakit kronis tidak menular diharuskan telah mendapatkan pengelolaan yang adekuat, pembinaan intensif dan dinyatakan dapat melakukan kegiatan pribadi sehari-hari secara mandiri. (Lihat lampiran 8)

    1) Pengelolaan adekuat dan pembinaan intensif dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Dokter pemberi layanan pengobatan.

    2) Kemampuan melakukan kegiatan sehari-hari dinilai dengan Indeks Barthel; Penilaian Fungsi Perawatan Diri, Penilaian Fungsi Kerumah-Tanggaan dalam Aktivitas Keseharian dan Penilaian Fungsi Perilaku.

    j. Setiap Jemaah Calon Haji WUS dilakukan pemeriksaan tes kehamilan, dengan reagen beta-HCG.

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 9

    1) Bagi yang tidak hamil: a) Diinformasikan kepada setiap Jemaah Calon Haji

    wanita usia subur (WUS) tentang ketentuan-ketentuan dalam SKB Menteri Agama dan Menteri Kesehatan.

    b) Dianjurkan untuk mengikuti program keluarga berencana (KB), untuk mencegah kehamilan sampai keberangkatan.

    2) Bagi yang hamil: a) Diberikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)

    tentang ketentuan penyelenggaraan kesehatan haji, khususnya ketentuan tentang SKB Menteri Agama dan Menteri Kesehatan, serta diberikan alternatif solusi yang dapat diambil oleh calon jemaah bersangkutan.

    b) Tidak dilakukan pemberian imunisasi meningitis meningokokus ACW135Y.

    3) Bagi Jemaah Calon Haji Wanita WUS yang telah diimunisasi Meningitis meningokokus di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diharuskan menunjukkan ICV resmi sesuai ketentuan IHR.

    k. Setiap Jemaah Calon Haji wanita WUS diharuskan menunjukkan surat pernyataan di atas meterai tentang kesediaan menunda/membatalkan keberangkatannya untuk musim haji yang akan datang, apabila di kemudian hari pada saat menjelang keberangkatannya ternyata hamil dan tidak memenuhi ketentuan menurut SKB Menteri Agama dan Menteri Kesehatan.

    l. Dokter Pemeriksa harus menuliskan diagnosis kerja sesuai dengan hasil pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji untuk keperluan pembinaan dan penetapan kelaikan.

  • 10 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    m. Untuk kepentingan pembinaan dan penilaian kelaikan kesehatan pada Jemaah Calon Haji dapat dilakukan pemeriksaan ulang sesuai keperluan.

    n. Tim Pemeriksa menetapkan kelaikan berdasarkan hasil pemeriksaan dan konsultasi ahli (spesialis berkompeten) sesuai dengan kualifikasi kelaikan yang ditetapkan.

    o. Hasil penetapan kelaikan beserta dasar pertimbangannya dilaporkan secara akumulatif kepada Departemen Kesehatan c.q. Subdit Kesehatan Haji melalui dinas kesehatan provinsi.

    HAJI

    Standar Pemeriksa Kesehatan JCH

    Standar pemeriksa adalah rumusan kriteria ketenagaan minimal yang harus tersedia untuk mencapai standar pemeriksaan yang ditetapkan.

    1. Standar Pemeriksa Kesehatan Tahap Pertama

    Pemeriksa Kesehatan tahap Pertama adalah Tim Pemeriksa Kesehatan JCH untuk menjalankan fungsi pemeriksaan tahap pertama yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi atas usulan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan pertimbangan sebagai berikut:

    a. Dokter yang ditunjuk melakukan pemeriksaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1) Mempunyai SIP. 2) Mendapatkan mandat berupa SK penunjukan sebagai Tim

    Pemeriksa Kesehatan.

    3) Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam pemeriksaan kesehatan dengan pendekatan manajemen risiko.

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 11

    b. Perawat yang ditunjuk membantu pemeriksaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1) Mempunyai SK jabatan fungsional sebagai perawat. 2) Mendapatkan mandat berupa SK penunjukan sebagai Tim

    Pemeriksa Kesehatan.

    3) Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam membantu pemeriksaan kesehatan dengan pendekatan manajemen risiko.

    c. Analis laboratorium kesehatan yang ditunjuk membantu pemeriksaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1) Mempunyai SK jabatan fungsional sebagai pranata laboratorium kesehatan.

    2) Mendapatkan mandat berupa SK penunjukan sebagai Tim Pemeriksa Kesehatan.

    3) Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam membantu pemeriksaan kesehatan dengan pendekatan manajemen risiko.

    4) Tim Pemeriksa yang dibentuk di tiap Puskesmas berjumlah sekurang-kurangnya empat orang, terdiri dari:

    a) satu orang dokter pria atau wanita, b) satu orang perawat wanita, c) satu orang perawat pria, dan d) satu orang analis laboratorium kesehatan.

    2. Standar Pemeriksa Tahap Kedua

    Pemeriksa Kesehatan tahap kedua adalah Tim Pemeriksa Kesehatan JCH untuk menjalankan fungsi pemeriksaan dengan pertimbangan sebagai berikut:

    a. Dokter yang berwenang melakukan pemeriksaan memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1) Mempunyai SIP.

  • 12 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    2) Mendapatkan mandat berupa SK penunjukan sebagai Tim Pemeriksa Kesehatan.

    3) Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam pemeriksaan kesehatan dengan pendekatan Manajemen Risiko.

    b. Tenaga konsultan ahli untuk rujukan ditetapkan oleh Direktur Sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk.

    c. Perawat yang ditunjuk membantu pemeriksaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1) Mempunyai SK jabatan fungsional sebagai perawat 2) Mendapatkan mandat berupa SK penunjukan sebagai Tim

    Pemeriksa Kesehatan.

    3) Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam membantu pemeriksaan kesehatan dengan pendekatan manajemen risiko.

    d. Analis Laboratorium Kesehatan yang ditunjuk membantu pemeriksaan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1) Mempunyai SK jabatan fungsional sebagai pranata laboratorium kesehatan.

    2) Mendapatkan mandat berupa SK penunjukan sebagai Tim Pemeriksa Kesehatan.

    3) Memiliki kemampuan (kompetensi) dalam membantu kesehatan dengan pendekatan manajemen risiko.

    e. Tim Pemeriksa Kesehatan tahap kedua yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan atau Bupati/Walikota usulan dinas kesehatan kabupaten/kota sekurang-kurangnya terdiri dari:

    1) satu orang dokter pria atau wanita, 2) satu orang perawat wanita. 3) satu orang perawat pria, 4) satu orang analis laboratorium kesehatan,

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 13

    5) tenaga ahli rujukan: a) Dokter Spesialis Penyakit Dalam b) Dokter Spesialis Bedah c) Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa d) Dokter Spesialis Obstetri-Ginekologi e) Ahli Gizi f) Dokter ahli lain yang dibutuhkan

    Standar Fasilitas Pemeriksaan Kesehatan JCH

    Standar fasilitas kesehatan adalah rumusan kriteria tempat dan fasilitas minimal yang harus tersedia untuk mencapai standar pemeriksaan yang ditetapkan.

    1. Standar Fasilitas Pemeriksaan Tahap Pertama

    Pemeriksaan kesehatan tahap pertama bertempat di puskesmas dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

    a. Memiliki staf fungsional dokter b. Memiliki staf fungsional perawat c. Memiliki fasilitas laboratorium sederhana

    2. Standar Fasilitas Pemeriksaan Tahap Kedua

    Pemeriksaan kesehatan tahap kedua bertempat di sarana pelayanan kesehatan minimal setingkat rumah sakit Tipe C yang ditunjuk oleh bupati/walikota dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

    a. Memiliki staf fungsional dokter.

  • 14 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    b. Memiliki staf fungsional dokter spesialis sekurang-kurangnya untuk bidang Ilmu Penyakit Dalam, Bedah, Ilmu Kesehatan Jiwa, dan Obstetri-Ginekologi.

    c. Memiliki staf fungsional perawat d. Memiliki staf fungsional gizi. e. Memiliki fasilitas pemeriksaan penunjang kedokteran ;

    1). laboratorium klinik 2). Radiologi 3). EKG

    Prosedur Umum Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Calon Haji

    Prosedur umum pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji adalah tata cara untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan tersebut dilakukan 2 (dua) tahap yaitu tahap I (pertama) dilakukan oleh puskesmas dan tahap II (kedua) dilakukan di kabupaten/kota.

    1. Prosedur Umum Pemeriksaan Tahap Pertama

    a. Jemaah Calon Haji mengajukan permintaan pemeriksaan kesehatan tahap pertama di tingkat Puskesmas yang ditunjuk.

    b. Jemaah Calon Haji mendapatkan pemeriksaan kesehatan di tingkat Puskesmas yang ditunjuk, sesuai dengan tempat tinggal/domisili Jemaah Calon Haji tersebut.

    c. Biaya pemeriksaan kesehatan ditanggung oleh Jemaah Calon Haji. Besarnya biaya pemeriksaan kesehatan mengikuti ketentuan Peraturan Daerah (PERDA) atau ketentuan yang berlaku di daerah.

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 15

    d. Pelaksanaan pemeriksaan Jemaah Calon Haji dilakukan selambat-lambatnya sebelum pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).

    e. Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama dikeluarkan sebagai persyaratan mendapatkan nomor porsi.

    1) Surat tersebut menerangkan kesimpulan penilaian hasil pemeriksaan kesehatan yang dilakukan di tingkat Puskesmas.

    2) Dokter pemeriksa membuat Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan Pertama yang akan diserahkan ke Bank Penerima Setoran (BPS). Surat Keterangan dilengkapi dengan data: nama Lengkap, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, alamat domisili, keterangan status kesehatan, pas foto sesuai rekomendasi Departemen Agama Republik Indonesia, nama dokter pemeriksa, NIP/NRPTT, tanda tangan asli, stempel asli puskesmas yang mengenai pas foto, tanggal surat keterangan dan nomor surat. (Lampiran 1)

    2. Prosedur Umum Pemeriksaan Tahap Kedua

    a. Dinas kesehatan kabupaten/kota membuat surat panggilan kepada Jemaah Calon Haji untuk mendapatkan pemeriksaan kedua, berkoordinasi dengan kandepag setempat.

    b. Penyelenggaraan pemeriksaan kedua dikoordinasi sepenuhnya oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

    c. Pelaksanaan pemeriksaan tahap kedua dilakukan di sarana pelayanan kesehatan minimal setingkat RS tipe C yang ditunjuk.

    d. Biaya pemeriksaan kesehatan ditanggung oleh Jemaah Calon Haji. Besarnya biaya pemeriksaan kesehatan mengikuti ketentuan Peraturan Daerah atau peraturan lain yang berlaku.

  • 16 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    e. Pelaksanaan pemeriksaan tahap kedua dilakukan selambat-lambatnya dua bulan sebelum tanggal keberangkatan kloter pertama daerah yang bersangkutan.

    f. Buku Kesehatan Jemaah Haji dikeluarkan sebagai persyaratan pemberangkatan JCH.

    g. Rekapitulasi hasil pemeriksaan kesehatan tahap kedua dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dengan menggunakan formulir yang disediakan untuk keperluan tersebut dan bagi dinas kesehatan yang telah tersambung dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) agar memasukkan data tersebut ke SISKOHAT Bidang Kesehatan.

    h. BKJH berisi data hasil penilaian pemeriksaan tahap pertama dan pembinaan di puskesmas, pemeriksaan tahap kedua dan saran dokter ahli/spesialis.

    i. Dokter pemeriksa mengisi BKJH sesuai petunjuk pengisian.

    Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Calon Haji

    Prosedur pemeriksaan Jemaah Calon Haji adalah tata cara pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi Jemaah Calon Haji bertempat di puskesmas (untuk pemeriksaan kesehatan tahap pertama) dan sarana pelayanan kesehatan setingkat RS tipe C (untuk pemeriksaan kesehatan tahap kedua).

    1. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Tahap Pertama a. Pendaftaran pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji di

    puskesmas.

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 17

    b. Pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji menggunakan protokol standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan sebagai berikut:

    1) Anamnesis 2) Pemeriksaan fisik 3) Tes fungsional 4) Pemeriksaan penunjang

    a) laboratorium klinik b) radiologi c) EKG d) Tes Kebugaran dengan metode Tes Harvard

    c. Hasil pemeriksaan dicatat dalam formulir bantu dan disimpan di puskesmas.

    d. Catatan medik JCH terbaru dalam formulir bantu dijadikan dasar pengisian BKJH. BKJH diisi setelah JCH mendapatkan bukti pelunasan BPIH atau terdaftar di SISKOHAT.

    e. BKJH disimpan di puskesmas sampai saat pemeriksaan tahap kedua untuk selanjutnya diserahkan kepada Tim Pemeriksa Kesehatan tahap kedua.

    f. JCH diberikan pembinaan kesehatan lebih lanjut. g. Untuk kepentingan pembinaan, pemeriksaan kesehatan dapat

    dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan.

    h. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas pelaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi Jemaah Calon Haji dan melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji ke dinas kesehatan kabupaten/kota. (Lihat Modul 4)

    2. Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Tahap kedua a. Pendaftaran ulang pemeriksaan kesehatan oleh dinas

    kesehatan kabupaten/kota.

  • 18 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    b. Pemeriksaan kesehatan Jemaah Calon Haji menggunakan protokol standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan sebagai berikut (daftar di bawah bukan urutan pemeriksaan):

    1) Anamnesis 2) Pemeriksaan fisik 3) Tes fungsional 4) Pemeriksaan penunjang

    a) laboratorium klinik b) radiologi c) EKG d) Imunisasi Meningitis Meningokokus e) Tes kebugaran dengan Tes Harvard

    c. Hasil pemeriksaan Dokter Pemeriksa dan saran pembinaan dari Dokter Ahli/Spesialis ditulis pada catatan medis yang dipakai sejak pemeriksaan kesehatan tahap pertama.

    d. Hasil pemeriksaan pada catatan medis menjadi dasar pengisian BKJH dan penetapan kelaikan.

    e. BKJH disimpan di dinas kesehatan kabupaten/kota dan diserahkan kepada masing-masing jemaah saat keberangkatan ke Embarkasi.

    f. JCH diberikan pembinaan kesehatan untuk keperluan kelaikan pemberangkatan.

    g. Untuk kepentingan pembinaan, pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan berulang sesuai dengan kebutuhan oleh Dokter Ahli/Spesialis yang ditunjuk.

    h. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertanggung jawab atas pelaksanaan Pemeriksaan dan Pembinaan kesehatan bagi Jemaah Calon Haji.

    HAJI

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 19

    Daftar Pustaka

    1. Pedoman Teknis Pemeriksaan Keseahtan Jemaah Calon Haji Indonesia.

    2. Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) Cetakan 2005.

    3. Modul Prosedur dan Standar Pemeriksaan Kesehatan JCH.

  • 20 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    Lampiran

    Lampiran 1

    KOP SURAT.. SURAT KETERANGAN

    PEMERIKSAAN KESEHATAN PERTAMA Golongan Darah

    Kode Diagnosis Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Jabatan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Mengingat sumpah/janji jabatan dan tugas sebagai dokter sesuai Surat Keputusan tentang Penunjukan Tim Pemeriksa Kesehatan Jemaah calon haji Kabupaten . . . . . . . . ., dengan ini menerangkan bahwa:

    Nama calon haji : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Bin/ binti : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Umur : . . . . . . . . Th Jenis Kelamin : Pria/Wanita Pekerjaan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . Telah diperiksa dengan teliti, dengan kesimpulan bahwa yang diperiksa:

    Memenuhi syarat kesehatan dengan baik Memenuhi syarat kesehatan dengan perhatian Memenuhi syarat kesehatan dengan catatan Tidak memenuhi syarat kesehatan.

    Surat Keterangan Pemeriksaan Kesehatan pertama ini dipergunakan sebagai persyaratan untuk mengikuti perjalanan ibadah haji tahun

    .. 20 Dokter Pemeriksa

    Dr. . NIP/NRPTT:

    Keterangan: *) Kode diagnosis ditulis menurut kode ICD-X Dibuat rangkap 3 untuk keperluan:

    1. Bank Penerima Setoran (BPS) BPIH 2. Jemaah calon haji yang bersangkutan 3. Puskesmas

    Pas Foto 4 x 6 cm

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 21

    Lampiran 2

    KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA DAN

    MENTERI KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR: 458 TAHUN 2000

    NOMOR: 1652.A/MENKES-KESOS/SKB/X1/2000

    TENTANG CALON HAJI WANITA HAMIL UNTUK MELAKSANAKAN IBADAH HAJI

    MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI KESEHATAN

    DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

    Menimbang: a. bahwa dalam rangka peningkatan pembinaan, pelayanan dan

    perlindungan terhadap jemaah haji, dipandang perlu memberi kesempatan untuk dapat melaksanakan ibadah haji bagi cajon haji wanita hamil;

    b. bahwa untuk merealisasikan maksud tersebut di atas, perlu dilakukan penentuan kriteria bagi calon haji wanita hamil sesuai dengan kemampuan kondisi kehamilannya agar dapat terlaksana dengan aman, tertib, lancar, dan sempurna;

    c. bahwa dengan sehubungan butir a dan b di atas, maka dipandang perlu meninjau kembali Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Kesehatan Nomo 135A Tahun 1995 dan Nomor 257/Menkes/SKB/II/1995 tentang Penundaan Calon Haji Wanita Hamil Untuk Melaksanakan Ibadah haji;

    Mengingat:

    1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah haji;

    2. Keputusan Presiden RI Nomor 136 tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen yang telah diubah dan disempurnakan dengan Keputusan Presiden RI Nomor 147 Tahun 1999;

    3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 321/Menkes/Per/X/1978

  • 22 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    tentang Pengamanan Kesehatan Perjalanan Haji; 4. Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1975 tentang Susunan

    Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama dengan segala perubahannya terakhir dengan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 75 Tahun 1984;

    5. Keputusan Menteri Agama RI dan Menteri Kesehatan RI Nomor 294 Tahun 1986 dan Nomor 788/Menkes/SKB/XI/1986 tentang Bimbingan Terpadu Program Kesehatan Melalui Jalur Agama;

    6. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1117/ Menkes/ SK/ XII/ 1992 tentang Pengamanan Kesehatan Jemaah Haji Indonesia;

    7. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan: KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA DAN

    MENTERI KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG CALON HAJI WANITA HAMIL UNTUK

    MELAKSANAKAN IBADAH HAJI

    Pasal 1 Yang dimaksud dengan calon haji wanita hamil adalah cajon haji wanita berdasarkan hasil meriksakan laboratorium menunjukkan test positif hamil.

    Pasal 2

    Calon haji wanita hamil yang diizinkan untuk menunaikan ibadah haji harus memenuhi persyaratan: telah mendapat suntikan vaksinasi meningitis paling lama 2 tahun sebelum keberangkatan haji dengan bukti International Certificate of Vaccination (ICV) yang sah. Pada saat berangkat dari embarkasi usia kehamilan mencapai sekurang-kurangnya 14 (empat belas) minggu dan sebanyak-banyaknya 26 (dua puluh enam) minggu. Tidak tergolong dalam kehamilan risiko tinggi, baik untuk ibu serta janinnya, yang dinyatakan dengan surat keterangan dari dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan yang memiliki surat izin praktik. menyerahkan surat Pernyataan tertulis di atas kertas bermeterai yang ditandatangani oleh yang bersangkutan dan diketahui oleh suaminya atau

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 23

    pihak keluarganya yang lain sebagaimana contoh Formulir terlampir.

    Pasal 3 . Apabila jemaah haji wanita hamil sebagaimana dimaksud dalam pasal2 melahirkan di perjalanan di Arab Saudi, maka ia harus menanggung biaya melahirkan dan tiket pesawat bayinya kembali ke tanah air.

    Pasal 4

    Dalam pelaksanaan kerjasama ini, Menteri Agama dan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, masing-masing bertanggungjawab sesuai tugas dari fungsinya masing-masing.

    Pasal 5

    yang terkait dalam pelaksanaan kerjasama ini adalah: a. Seluruh jajaran Departemen Agama Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/

    Kota dan Kecamatan. b. Seluruh jajaran instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang

    kesehatan di Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan

    Pasal 6 Dengan berlakunya keputusan bersama ini, maka Keputusan Bersama Nomor 135A Tahun 1995 dan Nomor 25/Menkes/SKB/I/11/1995 tentang Penundaan Calon Haji Wanita Hamil Untuk melaksanakan Ibadah Haji dinyatakan tidak berlaku.

    Pasal 7

    Keputusan Bersama ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan

  • 24 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    Materai Rp.

    6000,-

    Lampiran 3

    SURAT PERNYATAAN CALON HAJI WANITA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

    Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Calon Haji : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . Binti :. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . Umur : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . Pekerjaan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . Alamat : . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . Menyatakan bahwa:

    a. Telah diberikan penjelasan mengenai ketentuan tentang pemberangkatan jemaah calon haji wanita hamil yang diatur dalam SKB Menteri Agama RI dan Menteri Kesehatan RI Nomor: 458 Tahun 2000 dan Nomor: 1652.A/MENKES-KESOS/SKB/XI/2000.

    b. Telah mengerti dan memahami sepenuhnya mengenai ketentuan tersebut di atas.

    c. Akan mentaati ketentuan tersebut di atas dan bersedia menunda/membatalkan* keberangkatan untuk musim haji tahun M /H, apabila pada pemeriksaan kesehatan jemaah calon haji tahap kedua dinyatakan hamil dan tidak memenuhi ketentuan sesuai butir a.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa adanya paksaaan dari pihak manapun.

    . . . . . . . . . . . . . . 20. . . Yang membuat pernyataan

    . . . . . . . . . . . . . . Nama jelas

    Saksi-saksi: 1. Keluarga calon haji

    . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Nama jelas

    2. Petugas Puskesmas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Nama jelas NIP

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 25

    Lampiran 4

    BARTHEL INDEKS JEMAAH CALON HAJI Penilaian berikut diadaptasikan untuk menilai kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari. Hasil penilaian berupa kesanggupan untuk melakukan aktifitas yang dinilai dengan ukuran-ukuran berikut secara mandiri, perlu pendampingan/ pengawasan, perlu bantuan atau ketergantungan. Bagian 1: Penilaian fungsi Perawatan Diri Klien_______________________________ Tanggal menaksir____________________

    No FUNGSI SKOR KETERANGAN NILAI

    1. Pola Defekasi 0 Inkontinensia/tak teratur (perlu enema)1 Kadang inkontinensia (sekali seminggu)2 Teratur

    2. Pola Berkemih 0 Inkontinensia, atau pakai kateter & tak terkontrol 1 Kadang inkontinensia (maks. 1x24 jam)2 Teratur (untuk lebih dari 7 hari)

    3. Membersihkan Diri (melap muka, menyisir rambut, menyikat gigi)

    0 Butuh pertolongan orang lain

    1 Mandiri

    4. Penggunaan Toilet Pergi ke dan dari wc (melepas, memakai celana, menyeka, menyiram)

    0 Tergantung pertolongan orang lain

    2 Perlu pertolongan beberapa aktivitas tapi dapat mengerjakan sendiri beberapa aktivitas yang lain

    3 Mandiri. 5. Makan 0 Tidak mampu

    1 Perlu seseorang menolong memotong tahu/ tempe/ Daging menu sayur dll. 2 Mandiri.

    6. Berpindah tempat dari tidur ke ke duduk dan sebagainya.

    0 Tidak mampu1 Perlu bantuan untuk bisa duduk (2 org)2 Bantuan minimal (1 orang).

    7. Mobilitas / Berjalan 0 Tidak mampu (imobil)1 Bisa berjalan dengan kursi roda2 Berjalan dengan bantuan satu orang3 Mandiri

    8. Berpakaian (memakai baju)

    0 Tergantung orang lain1 Sebagian dibantu (misal mengancing baju)2 Mandiri.

    9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu1 Butuh pertolongan

  • 26 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    No FUNGSI SKOR KETERANGAN NILAI

    2 Mandiri (naik turun)10. Mandi 0 Tergantung orang lain

    1 Mandiri.

    Skor BAI 20 Mandiri12-19 Ketergantungan Ringan9-11 Ketergantungan Sedang5-8 Ketergantungan Berat0-4 Ketergantungan Total

    Bagian 2: Penilaian Fungsi Kerumah-tanggaan dalam Aktivitas keseharian Klien_______________________________ Tanggal menaksir__________________

    NO

    ITEM

    AN

    GK

    A

    TUGAS

    NIL

    AI

    (Pre

    stas

    i)

    1. Telepon 1. Tidak bisa menggunakan telepon sama sekali

    2. Dapat menjawab telepon tetapi tidak bisa memutar angka telepon

    3. Dapat memutar angka telepon beberapa angka-angka terkenal. Termasuk menggunakan tombol yang dapat mempercepat panggilan (tombol redial)

    4. Dapat menggunakan telepon atas prakarsa sendiri, mencari dan memutar angka telepon dan lain lain.

    2. Belanja (jangan meliputi pengangkutan disini - menilai pada item 6)

    1. Untuk berbelanja dengan sepenuhnya tidak mampu

    2. Perlu ditemani pada setiap berbelanja

    3. Dapat berbelanja sendiri untuk pembelian kecil

    4. Dapat berbelanja sendiri dengan bebas

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 27

    NO

    ITEM

    AN

    GK

    A

    TUGAS

    NIL

    AI

    (Pre

    stas

    i)

    3. Persiapan Makanan 1. Makanan Harus disiapkan dan dilayani 2. Dapat memanaskan dan menyiapkan

    makanan sendiri, atau dapat menyiapkan makanan sendiri tetapi menjaga kecukupan diet ( lihat catatan di bawah)

    3. Dapat menyiapkan makanan dengan cukup jika disediakan sesuai ramuan

    4. Dapat merencanakan, menyiapkan, menyediakan makanan cukup [dengan bebas

    4. Kerumah-Tanggaan 1. Tidak bisa mengerjakan tugas kerumah-tanggaan manapun

    2. Dapat melaksanakan beberapa tugas ringan sehari-hari tetapi tidak pada suatu tingkatan yang diperlukan untuk memelihara suatu standard kebersihan tertentu yang bisa diterima (lihat catatan di bawah)

    3. Dapat melaksanakan tugas ringan sehari-hari, misalnya yang membilas, membersihkan debu

    4. Dapat memelihara kebersihan rumah dengan bebas

    5. Binatu (tidak termasuk penyetrikaan)

    1. Semua binatu harus dilakukan oleh (orang) yang lain

    2. Dapat mencuci benda-benda kecil, membilas kaos kaki, stocking, dll

    3. Dapat melakukan binatu pribadi tetapi memerlukan bantuan dengan barang yang lebih berat seperti selimut dan handuk

    4. Dapat melakukan binatu sendiri dengan sepenuhnya

  • 28 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    NO

    ITEM

    AN

    GK

    A

    TUGAS

    NIL

    AI

    (Pre

    stas

    i)

    6. Pola Transportasi 1. Perlu bantuan secara manual dari 1 orang atau lebih atau tidak bepergian sama sekali

    2. Bepergian terbatas menggunakan taksi atau mobil dengan bantuan satu lain orang

    3. Dapat bepergian dengan angkutan umum bila ditemani atau dibantu oleh orang lain

    4. Dapat bepergian dengan bebas dengan pengangkutan umum atau dapat mengemudi mobil. Termasuk perjalanan dengan taksi, tetapi tidak termasuk dengan menggunakan angkutan publik.

    7. Kemampuan Pengobatan Mandiri

    1. Tidak mampu meracik/mengambil obat untuk diri sendiri

    2. Dapat diharapkan mampu melakukan pengobatan sendiri (minum obat) jika obat telah disiapkan dengan dosis terpisah

    3. Dapat diharapkan mampu mengambil obat dengan dosis benar dan pada waktu benar

    8. Kemampuan untuk menangani Keuangan

    1. Tidak mampu untuk menangani keuangan

    2. Dapat mengatur pembelanjaan sehari-hari, tetapi perlu bantuan perbankan, pembelian umum dll

    3. Dapat mengatur berbagai hal tentang keuangan dengan bebas (anggaran, menulis cek, membayar sewa, rekening/daftar, pergi ke bank), mengumpulkan dan menjejaki pendapatan

    Total score ( maksimal 30)

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 29

    Petunjuk Penilaian Umum 1. Nilai yang diperoleh adalah kemampuan orang sesungguhnya,

    yang pada umumnya lebih dari yang biasa dilakukan mereka sesungguhnya. Di dalam menaksir kemampuan, tidak hanya mempertimbangkan fungsi fisik tetapi juga pengamatan kemampuan berpikir (seperti permasalahan yang disebabkan oleh dementia atau suatu cacat intelektual) dan perilaku (seperti perilaku tertentu yang tak dapat diramalkan cenderung membahayakan). Klien yang mampu sepenuhnya mengerjakan tugas/fungsi yang terkait dengan kemampuan lisan, seharusnya tidak dinilai secara mandiri (dan oleh karena itu harus dinilai sebagai angka 2 atau 3).

    2. Di dalam menilai suatu yang sudah tidak relevan (sebagai contoh, orang tidak mempunyai telepon atau tidak ada toko di lingkungan sekitar, hampir atau tidak menggunakan pengobatan), tingkat nilai didasarkan pada kemampuan orang pada situasi lain yang benar-benar relevan dengan situasi mereka.

    3. Ketika menaksir hal yang berkaitan dengan diet/makanan, cukup dengan perangkat ini atau bisa juga dengan menggunakan standar lain yang bisa diterima dengan mempertimbangkan aspek sosial orang yang bersangkutan dan konteks budaya. Tingkat nilai didasarkan pada relevansinya atau konteks yang ada, bukan dengan memaksakan tingkat penilaian dengan menggunakan perangkat ini.

    Bagian 3: Penilaian Fungsi Perilaku Klien_____________________________ Tanggal menaksir_____________

    NO

    ITEM

    AN

    GK

    A

    Pendamping dan/atau Orang Yang Diperlukan Melayani N

    ILA

    I

    1. PERMASALAHAN MENGEMBARA (KELUYURAN) ATAU PERILAKU MENGGANGGUTerus Menerus 1 Perlu monitoring untuk kekambuhan dan

    pengawasan Sebentar-sebentar 2 Perlu monitoring untuk kekambuhan dan

    pengawasan sehari-hari yang tidak ketat

  • 30 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    NO

    ITEM

    AN

    GK

    A

    Pendamping dan/atau Orang Yang Diperlukan Melayani N

    ILA

    I

    Kadangkala 3 Perlu monitoring tetapi tidak perlu pengawasan secara teratur

    Tidak Ada 4 Tidak perlu monitoring (belum pernah berperilaku dimaksud di masa lalu)

    2. KEKACAUAN VERBAL ATAU GANGGUAN VERBAL Terus Menerus 1 Perlu monitoring untuk kekambuhan dan

    pengawasan Sebentar-sebentar 2 Perlu monitoring untuk kekambuhan dan

    pengawasan sehari-hari yang tidak ketat Kadangkala 3 Perlu monitoring tetapi tidak perlu

    pengawasan secara teratur Tidak Ada 4 Tidak perlu monitoring (belum pernah

    berperilaku dimaksud di masa lalu)

    3. AGRESIFITAS FISIKTerus Menerus 1 Perlu monitoring untuk kekambuhan dan

    pengawasan Sebentar-sebentar 2 Perlu monitoring untuk kekambuhan dan

    pengawasan sehari-hari yang tidak ketat Kadangkala 3 Perlu monitoring tetapi tidak perlu

    pengawasan secara teratur Tidak Ada 4 Tidak perlu monitoring (belum pernah

    berperilaku dimaksud di masa lalu) 4. KETERGANTUNGAN EMOSIONAL

    Terus Menerus 1 Perlu monitoring untuk kekambuhan dan pengawasan

    Sebentar-sebentar 2 Perlu monitoring untuk kekambuhan dan pengawasan sehari-hari yang tidak ketat

    Kadangkala 3 Perlu monitoring tetapi tidak perlu pengawasan secara teratur

    Tidak Ada 4 Tidak perlu monitoring (belum pernah berperilaku dimaksud di masa lalu)

    MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI ATAU ORANG LAIN Terus Menerus 1 Perlu monitoring untuk kekambuhan dan

    pengawasan Sebentar-sebentar 2 Perlu monitoring untuk kekambuhan dan

    pengawasan sehari-hari yang tidak ketat Kadangkala 3 Perlu monitoring tetapi tidak perlu

    pengawasan secara teratur Tidak Ada 4 Tidak perlu monitoring (belum pernah

    berperilaku dimaksud di masa lalu) Total score maksimal 20

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 31

    Instruksi Penilaian Umum 1. Pertimbangkan semua sumber informasi (diskusikan dengan klien

    dan pendamping, staf, dll seperti yang dapat Anda amati). 2. Jika Anda tidak mempunyai informasi yang cukup untuk membuat

    suatu penilaian/beban maksimum, nilailah dengan angka 4 'tidak ada.

    3. Tidak Ada berarti bahwa Anda tidak menemukan klien yang tidak mengalami keadaan tertentu di masa lalu.

    4. Monitoring berarti bahwa Anda menemukan klien telah terlibat dalam perilaku tertentu di masa lalu. Pemberi layanan kesehatan sekarang dan yang akan perlu melakukan pengamatan terhadap klien, mewaspadai kemungkinan munculnya keadaan serupa dan perlu mengambil tindakan pencegahan berupa intervensi yang sesuai untuk mencegah kekambuhan.

    5. Pengawasan berarti bahwa pemberi layanan kesehatan harus memastikan bahwa situasi spesifik atau pemicu yang mungkin memberi pengaruh kepada perilaku tertentu tidak terjadi, atau diatur dengan cara-cara yang dapat menekan seminimal mungkin.

    6. Sehari-hari berarti periode duapuluh empat jam. 7. Pertanyaan 1 meliputi keluyuran malam hari dan juga klien pergi

    dari rumah atau, sedang dalam pengembaraan, bertentangan dengan kebiasaan orang lain atau mereka sendiri.

    8. Pertanyaan 2 meliputi bahasa yang mengandung kutukan dan ancaman secara lisan yang mengarah pada keluarga, pendamping, tetangga atau orang lain dalam suatu organisasi. Juga meliputi perilaku yang menyebabkan kegaduhan yang cukup mengganggu orang lain. Kegaduhan tersebut mungkin kombinasi yang berkenaan dengan suara orang (teriakan), atau suara gaduh tidak berkenaan dengan teriakan seperti derik mebel atau benda lain.

    9. Pertanyaan 3 meliputi perilaku fisik dengan melakukan ancaman dan mempunyai potensi untuk merugikan anggota keluarga, pendamping, tetangga atau anggota lain dalam suatu organisasi. Termasuk di dalamnya, tetapi tidak terbatas pada, memukul, mendorong, menendang atau menggigit.

    10. Pertanyaan 4 terbatas pada perilaku berikut: (a) perlawanan aktif dan pasif selain dari agresifitas fisik (b) mencari-cari perhatian (c) perilaku manipulatif dan/atau (4) penarikan diri.

  • 32 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    11. Pertanyaan 5 hanya menunjuk pada perilaku high-risk. Meliputi perilaku yang menuntut pengawasan atau intervensi dan strategi untuk meminimalkan bahaya tersebut. Contoh seperti (itu) meliputi perilaku kebiasaan merokok tak aman, berjalan tanpa alat bantuan yang diperlukan, mengeluarkan diri melalui jendela, memotong bagian tubuh diri sendiri dan kecenderungan bunuh diri. Pertanyaan ini berkisar pada perilaku dan tidak dapat diterapkan/berlaku pada klien yang sedang mendapatkan perawatan medis yang dapat menyebabkan perlukaan, sebagai contoh, mengepas atau hilangnya kesadaran. Tidak dapat diterapkan/berlaku pada perilaku jangka panjang yang mungkin dapat merusak atau mengurangi kesehatan, seperti kebiasaan merokok atau tidak terpenuhinya unsur diet tertentu. Dapat diterapkan/berlaku pada kondisi yang mengandung ancaman merugikan.

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 33

    Lampiran 5 TES KERJA/KEBUGARAN

    Berikut ini tersedia dua metode tes, yakni tes kebugaran (Harvard Step Test) dan tes kerja (Masters Test). Keduanya memiliki tujuan yang hampir serupa dengan beberapa perbedaan. Tes Kebugaran ditujukan untuk mengetahui tingkat kebugaran, sedangkan Masters Test ditujukan untuk mengetahui/memastikan kelainan/penyakit jantung jemaah calon haji. Apabila ditemukan kelainan jantung, sebaiknya jangan lakukan tes kebugaran. Periksalah lebih lanjut dengan EKG dan bilamana perlu (kasus meragukan) lakukanlah Masters test (untuk memastikan, sesuai indikasi/kontra indikasi).

    Masters Test

    Deskripsi Hasil pemeriksaan EKG istirahat ditemukan normal pada 25 40% penderita angina. Tes kerja terbukti dapat menghasilkan keadaan ischemic miocard, sehingga dapat digunakan untuk meyakinkan hasil pembacaan EKG dengan gejala klinis pada penderita hal ini memudahkan evaluasi terapi/pemantauan.

    Indikasi Tes skrining (epidemiologis) untuk penyakit arteri koroner

    asimtomatis. Meyakinkan diagnosa penyakit arteri koroner, dengan EKG

    (istirahat) normal. Evaluasi pra-terapi dan pasca terapi (Contoh: bedah jantung

    koroner)

    Kontra Indikasi Penderita (tersangka) Akut Miokard Infark (AMI). Penderita Penyakit Jantung Organik (bawaan), dengan EKG

    istirahat normal. EKG istrirahat Abnormal. Penderita dengan terapi digitalis atau dalam keadaan hipokalemi.

  • 34 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    Alat Yang diperlukan ; Bangku Master (lihat gambar) Stopwacth Metronome EKG

    Tata Kerja: Lakukan pemeriksaan fisik pada orang percobaan termasuk reman

    EKG untuk menilai apakah terdapat kontra indikasi untuk melakukan uji kerja fisik atau tidak (termasuk EKG isitirahat)

    Bila orang percobaan boleh melakukan uji kerja fisik, tetapkan jumlah trip yang harus dilakukan untuk Masters test (lihat tabel)

    Suruh orang percobaan yang menyandang elektrode EKG pada anggota gerak yang siap untuk direkam berdiri menghadap bangku master sambil mendengarkan detakan metronome yang frekuensinya telah disesuaikan untuk orang percobaan.

    Suruh orang percobaan menempatkan salah satu kakinya di bangku tingkat pertama tepat pada suatu detakan metronome.

    Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainya dinaikkan ke bangku tingkat dua.

    Pada detakan ketiga kaki pada ad 4 ditempatkan pada bangku tingkat pertama sisi lainnya.

    Pada detakan keempat kaki pada ad 5 menginjak lantai sambil berputar ke salah satu arah kemudian segera menghadap bangku Master.

    Pada detakan kelima kaki pada ad 6 dibuat sejajar dengan kaki pada ad 7 di lantai.

    Orang percobaan mengulangi trip 4 s/d ad 8 dengan arah sebaliknya.

    Siklus tersebut diulang terus menerus sehingga diperoleh jumlah trip yang sesuai bagi orang percobaan dalam waktu 1,5 menit (pada single Masters test) atau 3 menit (pada double Masters step test)

    Segera setelah ad 10 (percobaan selesai) orang percobaan berbaring telentang dan segera lakukan rekaman EKG dengan urutan V6, V4, V2, I, II, III, aVR, aVL, VF, V1, V3, dan V5.

    Rekaman pada ad 11 diulang pada menit ke 2, 4, 6, 8 dan 10 fase pemulihan kerja.

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 35

    Hasil rekaman EKG segera dianalisis setelah diperoleh pencatatan pada tahap rekaman tersebut ad 11 dan 12. Bila pada menit ke 6 pada EKG masih terlihat kelainan, maka rekaman EKG diteruskan tiap 2 menit sampai terjadi pemulihan sempurna.

    Tulis hasil rekaman ad 13 sesuai dengan kriteria yang ditetapkan untuk intepretasi EKG kerja.

    Berikan catatan anjuran yang harus dilakukan oleh orang percobaaan.

    Tabel: Jumlah Trip Naik-Turun Pria/Males Wanita/Females

  • 36 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    Tabel Jumlah Trip Naik-Turun Masters test

    Sumber: 1. Coronary Artery Disease: Myocadial Ischemia (Chapter 10: Table

    10-1, Standar number of acent for males dan Table 10-2, Standar number of acent for females) hal 144, mengambil dari Master AM: Exercise tests. Am Heart J 10:497, 1935.

    2. Goldman, M.J: Clinical ECG, 8th ed Lange 1973.

    Pria/Males Berat Badan Usia Dalam Tahun

    (lb) kg 5-9

    10-1

    4

    15-1

    9

    20-2

    4

    25-2

    9

    30-3

    4

    35-3

    9

    40-4

    4

    45-4

    9

    50-5

    4

    55-5

    9

    60-6

    4

    65-6

    9

    40-49 35 36

    50-59 33 35 32

    60-69 31 33 31

    70-79 28 32 30

    80-89 26 30 29 29 29 28 27 27 26 25 25 24 23

    90-99 24 29 28 28 28 27 27 26 25 25 24 23 22

    100-109 22 27 27 28 28 27 26 25 25 24 23 22 22

    110-119 20 26 25 27 27 26 25 25 24 23 23 22 21

    120-129 18 24 24 26 27 26 25 24 23 23 22 21 20

    130-139 16 23 23 25 26 25 24 23 23 22 21 20 20

    140-149 21 22 24 25 24 24 23 22 21 20 20 19

    150-159 20 21 24 25 24 23 22 21 20 20 19 18

    160-169 18 20 23 24 23 22 22 21 20 19 18 18

    170-179 19 22 23 23 22 21 20 19 18 18 17

    180-189 18 21 23 22 21 20 19 19 18 17 16

    190-199 20 22 21 21 20 19 18 17 16 15

    200-209 19 21 21 20 19 18 17 16 16 15

    210-219 18 21 20 19 18 17 17 16 15 14

    220-229 17 20 20 19 18 17 16 15 14 13

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 37

    Wanita/Females

    Berat Badan Usia Dalam Tahun

    (lb) kg 5-9

    10-1

    4

    15-1

    9

    20-2

    4

    25-2

    9

    30-3

    4

    35-3

    9

    40-4

    4

    45-4

    9

    50-5

    4

    55-5

    9

    60-6

    4

    65-6

    9

    40-49 35 35 33

    50-59 33 33 32

    60-69 31 32 30

    70-79 28 30 29

    80-89 26 28 28 28 28 27 26 24 23 22 21 21 20

    90-99 24 27 26 27 26 25 24 23 22 22 21 20 19

    100-109 22 25 25 26 26 25 24 23 22 21 20 19 18

    110-119 20 23 23 25 25 24 23 22 21 20 19 18 18

    120-129 18 22 22 24 24 23 22 21 20 19 19 18 17

    130-139 16 20 20 23 23 22 21 20 19 19 18 17 16

    140-149 18 19 22 22 21 20 19 19 18 17 16 16

    150-159 17 17 21 20 20 19 19 18 17 16 16 15

    160-169 15 16 20 19 19 18 18 17 16 16 15 14

    170-179 13 14 19 18 18 17 17 16 16 15 14 13

    180-189 13 18 17 17 17 16 16 15 14 14 13

    190-199 12 17 16 16 16 15 15 14 13 13 12

    200-209 16 15 15 15 14 14 13 13 12 11

    210-219 15 14 14 14 13 13 13 12 11 11

    220-229 14 13 13 13 13 12 12 11 11 13

  • 38 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    Gambar Langkah-langkah kaki (step)

    Harvard Step Test Deskripsi Harvard Step Test adalah tes kebugaran (kesanggupan jasmani) dengan cara perlakuan naik turun bangku untuk mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang, dengan parameter penilaian frekuensi nadi. Tes ini bermanfaat bagi penilaian kemampuan fisik seorang jemaah calon haji untuk melakukan thawaf dan saI sebagai ritual/rukun ibadah haji. Indikasi Jemaah calon haji pendamping JCH risiko tinggi. Kontra Indikasi Memiliki kontra indikasi (memiliki penyakit jantung dan paru). Lihat kontra indikasi pada Masters test. Alat:

    Pengukur waktu ; arloji atau stopwatch Bangku Harvard setinggi 48,26 cm (19 inchi) Metronome (frekuensi 2 X ayunan per detik)

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 39

    Tata Kerja: Suruhlah JCH berdiri menghadap bangku Harvard setinggi 19 inchi

    dengan tenang serta penuh perhatian. Metronome (sebelumnya telah dicek ketelitiannya dan diatur untuk memberikan irama dengan kecepatan 120 kali per menit) mulai dijalankan.

    Suruhlah JCH menempatkan salah satu kakinya (yang kanan ataupun yang kiri) diatas bangku tepat pada suatu detikan metronome.

    Pada detikan kedua, kaki lainnya dinaikkan keatas bangku, sehingga JCH berdiri tegak diatasnya.

    Pada detikan ketiga, kaki yang pertama kali naik keatas bangku diturunkan.

    Pada detikan keempat kaki yang masih diatas bangku diturunkan pula, sehingga JCH berdiri tegak didepan bangku.

    Siklus tersebut diulangi terus menerus sampai JCH tidak kuat lagi, tetapi tidak lebih dari 5 menit.

    Segera sesudah itu, JCH disuruh duduk dan denyut nadinya dihitung selama 30 detik, 3 kali berturut-turut, masing-masing dari:

    1-130, dari 2-230 dan dari 3-30

    Lamanya percobaan yang dilakukan dihitung dengan menggunakan sebuah stopwatch.

    Cara menghitung indeks kesanggupan jasmani serta penilaiannya dapat dilakukan dengan 2 cara:

    Cara Lambat Rumus: Indeks Kesanggupan Jasmani = Lama naik-turun (detik) X 100___

    2X jml ketiga harga denyut nadi tiap 30

    Penilaiannya: Kurang dari 55 = kesanggupan kurang 55 64 = kesanggupan sedang 65 - 79 = kesanggupan cukup 80 89 = kesanggupan baik Lebih dari 90 = kesanggupan amat baik

  • 40 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    Cara Cepat Rumus: Indeks Kesanggupan Jasmani = Lama naik-turun (detik) X 100 _

    5.5 X harga denyut nadi selam 30 pertama

    Penilaiannya:

    Kurang dari 50 = kurang 50 80 = sedang Lebih dari 80 = baik

    Dengan Daftar Petunjuk: Carilah baris yang berhubungan dengan lamanya percobaan Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknya denyut nadi

    selama 30 pertama Indeks Kesanggupan Jasmani terdapat dipersilangan baris dan

    lajur

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 41

    Lampiran 6

    PENATALAKSANAAN IMUNISASI MENINGITIS MENINGOKOKUS

    1. Imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen pada jemaah calon

    haji diberikan minimal 10 hari sebelum keberangkatan ke Arab Saudi.

    2. Bila imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sejak keberangkatan ke Arab Saudi harus diberikan profilaksis dengan Ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal.

    3. Pelaksanaan imunisasi bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan II di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

    4. Komposisi Vaksin dan Kemasan. Vaksin mencevak ACW135Y adalah preparat polisacharida murni yang diambil dari bahan Neisseria meningitidis group ACW135Y. Terdapat dua kemasan yaitu: dosis tunggal dan multi dosis (10 dosis).

    5. Cara Penyimpanan Vaksin. a. Penyimpanan vaksin dalam lemari es pada suhu 2 - 8 C. b. Pelarut dapat disimpan dalam suhu kamar

    6. Cara Pelarutan dan Cara Imunisasi a. Ambil cairan pelarut, seluruh cairan pelarut disedot ke dalam

    semprit kemudian dimasukkan ke dalam botol vaksin, kocok perlahan-lahan sampai vaksin larut semua.

    b. Vaksin yang telah dilarutkan disimpan dalam termos es atau lemari es dengan suhu 2- 80 C.

    c. Vaksin diberikan dengan dosis 0,5 cc untuk umur 2 tahun keatas dan 0,3 cc untuk umur dibawah 2 tahun.

    d. Kulit di lengan kiri atas di desinfeksi dengan kapas alkohol kemudian dengan menggunakan semprit 1 cc vaksin disuntikkan secara subkutan dalam.

    e. Vaksin yang telah dilarutkan dan atau sisa vaksin yang telah dipakai tidak dapat digunakan lagi setelah delapan jam.

  • 42 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    7. Efikasi Vaksin, Daya Lindung dan Imunisasi Ulang (Revaksinasi) a. Efikasi vaksin: 95 % b. Daya lindung/ proteksi kekebalan: 2 tahun, antibodi terbentuk

    10 hari setelah imunisasi. c. Imunisasi ulang dilakukan setelah 2 tahun.

    8. Kontra Indikasi. Wanita hamil, panas tinggi serta bagi mereka yang peka atau alergi terhadap phenol.

    9. Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI) a. Hampir tidak ada, kadang-kadang timbul bercak kemerahan

    (skin rash) yang sangat ringan dan dapat terjadi syok anafilaksis (renjatan).

    b. Bila terjadi syok dapat diatasi dengan suntikan Adrenalin 1: 1000 dengan dosis 0,2 0,3 cc secara Intra Muscular (IM).

    c. Untuk tindakan pengamanan bagi jemaah calon haji setelah diimunisasi meningitis meningokokus tetravalen dianjurkan menunggu 30 menit.

    10. Pencatatan a. Setelah imunisasi meningitis meningokokus tetravalen

    kemudian dicatat pada kartu International Certificate of Vaccination (ICV): nama jemaah calon haji haji, nomor paspor, tanggal imunisasi, nama vaksin, nomor vaksin/batch number dan dosis.

    b. ICV ditanda tangani oleh dokter, baik dokter Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau dokter yang ditunjuk, dokter Kepala KKP Embarkasi/dokter yang ditunjuk dan distempel Port Health Authority (bukan stempel dinas kesehatan kabupaten/kota atau puskesmas).

    c. Bagi jemaah calon haji yang tidak mempunyai bukti imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen harus imunisasi di pelabuhan Embarkasi dan diberi kartu ICV serta minum Cyprofloxacin 500 mg dosis tunggal sebagai profilaksis.

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 43

    Lampiran 7

    SURAT KETERANGAN PENGOBATAN JEMAAH CALON HAJI HAJI

    Nomor: Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Dr. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Jabatan : Dokter Umum/Spesialis * Alamat : Instansi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Mengingat Sumpah Profesi dan Jabatan sebagai Dokter, dengan ini menerangkan bahwa Jemaah calon haji dengan identitas di bawah ini:

    Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . bin/binti . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Lahir : di . . . . , Tanggal: . . . . . . . . umur: . . Th Jenis Kelamin : Pria/Wanita Pekerjaan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Alamat : 1. KTP: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2.Domisili: . . . . . . . . Diagnosa : 1. . . . . . . . . . . . . . . . . Kode*: . . . . . . . .

    : 2. . . . . . . . . . . . . . . . . Kode*: : 3. . . . . . . . . . . . . . . . . Kode*: : 4. . . . . . . . . . . . . . . . . Kode*: : 5. . . . . . . . . . . . . . . . . Kode*:

    telah menjalani pengobatan yang sesuai selama . . . . . . . . . . . . . . . . dengan hasil pengobatan sampai dengan saat ini: (a) sembuh sempurna (b) sembuh dengan catatan . . . . . . . (c) belum sembuh, tidak lagi menular (bagi yang berpenyakit menular) (d) belum sembuh, terkontrol dengan Surat Keterangan Pengobatan ini digunakan sebagai syarat kelayakan Perjalanan Ibadah Haji.

    . . . . . . . . . . . . . . . . 20 Salam Sejawat,

    Dr. . NIP/SIP:

    Keterangan: *) Kode diagnosis ditulis menurut klasifikasi ICD-X Dibuat rangkap 2 untuk keperluan:

    1. Jemaah calon haji yang bersangkutan 2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

  • 44 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    Lampiran 8 SURAT KETERANGAN PEMBINAAN

    JEMAAH CALON HAJI HAJI Nomor:

    Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Dr. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Jabatan : Dokter Umum/Spesialis * Alamat : Instansi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Mengingat Sumpah Profesi dan Jabatan sebagai Dokter, dengan ini menerangkan bahwa Jemaah calon haji dengan identitas di bawah ini:

    Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . bin/binti . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    Lahir : di . . . . . . , Tanggal: . . . . . .umur: . . . .Th Jenis Kelamin : Pria/Wanita Pekerjaan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Alamat : 1. KTP : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

    2. Domisili: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Diagnosa : 1. . . . . . . . . . . . . . . . . Kode*:

    : 2. . . . . . . . . . . . . . . . . Kode*: : 3. . . . . . . . . . . . . . . . . Kode*: : 4. . . . . . . . . . . . . . . . . Kode*: : 5. . . . . . . . . . . . . . . . . Kode*:

    Telah dilakukan pembinaan atas penyakitnya dan dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan skor indeks Barthel: // Surat Keterangan Pembinaan ini digunakan sebagai syarat kelayakan Perjalanan Ibadah Haji.

    . . . . . . . . . . . . . . . . 20 Salam Sejawat,

    Dr. . NIP/NRPTT:

    Keterangan: *) Kode diagnosis ditulis menurut klasifikasi ICD-X Dibuat rangkap 2 untuk keperluan:

    1. Jemaah calon haji yang bersangkutan 2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

  • Modul 1: Standar dan Prosedur Pemeriksaan Kesehatan JCH 45

    Daftar Pustaka

    Kepmenkes No. 1394/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia

    Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah calon haji Indonesia

    Barbara, Pemeriksaan Fisik dan Diagnosis

    Pemeriksaan Laboratorium Klinik

  • 46 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    MATERI INTI 2

    PENILAIAN STATUS KESEHATAN JCH

    Pengertian Penilaian Status Kesehatan JCH

    1. Jemaah Calon Haji Mandiri adalah jemaah calon haji yang memiliki

    kemampuan diri sendiri mengikuti perjalanan ibadah haji tanpa tergantung kepada bantuan alat/obat dan orang lain.

    2. Jemaah Calon Haji Observasi adalah jemaah calon haji yang memiliki kemampuan diri sendiri mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat.

    3. Jemaah Calon Haji Pengawasan adalah jemaah calon haji yang memiliki kemampuan mengikuti perjalanan ibadah haji dengan bantuan alat/obat dan orang lain.

    4. Jemaah Calon Haji Tunda adalah jemaah calon haji yang kondisi kesehatannya tidak memenuhi syarat untuk mengikuti perjalanan ibadah haji pada pemeriksaan tahap I dan ke II.

    Tujuan Penilaian Status Kesehatan JCH

    1. Tujuan umum Terwujudnya pengkategorian yang tepat dari hasil pemeriksaan kesehatan Jemaah calon haji melalui pendekatan etika, moral, keilmuan dan profesional dengan menghasilkan kualifikasi data yang dapat dipercaya dan tepat, untuk penyelenggaraan pembinaan jemaah calon haji di tanah air dan pengelolaan kesehatan jemaah haji di Arab Saudi.

  • Modul 2: Penilaian Status Kesehatan JCH 47

    2. Tujuan khusus a. Terwujudnya identifikasi status kesehatan dan faktor risiko

    jemaah calon haji.

    b. Terwujudnya kesimpulan data yang dapat dipercaya dan tepat dalam penentuan status kelaikan jemaah calon haji.

    c. Menyimpulkan hasil dari catatan medis untuk memudahkan pembinaan dan tindak lanjut dalam pengobatan dan perawatan di perjalanan, embarkasi haji, selama di Arab Saudi dan 14 hari kembalinya dari Arab Saudi.

    Langkah Penilaian Status Kesehatan JCH

    1. Prosedur Umum a. Tim Pemeriksa Kesehatan tahap I menentukan kategori

    sebagai dasar pembinaan kesehatan JCH.

    b. Tim pemeriksa kesehatan kedua menyelenggarakan pertemuan khusus yang dibuat untuk keperluan tersebut segera setelah penyelenggaraan pemeriksaan tahap kedua dinyatakan selesai.

    c. Penyelenggaraan pertemuan dikoordinasi sepenuhnya oleh Kepala Dinas kesehatan Kabupaten/Kota.

    d. Waktu pelaksanaan pertemuan selambat-lambatnya dua minggu sebelum tanggal keberangkatan JCH.

    e. Hasil pertemuan berupa penentuan kelaikan merupakan dasar pengesahan Buku Kesehatan Jemaah Haji.

    2. Prosedur Penilaian

    Prosedur penilaian adalah tata cara pelaksanaan penilaian kelaikan/syarat kesehatan JCH untuk mengikuti perjalanan ibadah haji.

  • 48 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    a. Evaluasi BKJH yang memuat hasil pemeriksaan kesehatan tahap pertama, pembinaan, pemeriksaan kesehatan tahap kedua dan saran Dokter Spesialis berkompeten.

    b. Rekapitulasi hasil pemeriksaan JCH dengan urutan sebagai berikut:

    a. Pengecekan kelengkapan data. b. Penyusunan resume hasil kesehatan. c. Penilaian kelaikan/syarat kesehatan. d. Penentuan Kelaikan/syarat kesehatan.

    c. Hasil penentuan penilaian JCH yang memenuhi syarat dinyatakan dan disampaikan dalam bentuk rekomendasi.

    d. Rekomendasi disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan ditembuskan ke Departemen Kesehatan cq. Subdit Kesehatan Haji melalui Dinas Kesehatan Propinsi.

    e. Kepala Dinas Kesehatan mengesahkan dan menerbitkan BKJH bagi JCH yang dinyatakan memenuhi syarat kesehatan.

    f. Resume hasil pemeriksaan dikelompokkan sesuai kelompok regu, rombongan dan kloter yang disampaikan kepada pihak-pihak:

    a. Tim Pemeriksa Kesehatan Embarkasi b. Dokter Kloter

    3. Standar Kategori Penilaian Kesehatan Standar kategori penilaian kesehatan jemaah calon haji adalah rumusan kriteria JCH untuk memenuhi syarat kesehatan untuk mengikuti perjalanan ibadah haji secara mandiri, tidak membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain. Penetapan memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut:

  • Modul 2: Penilaian Status Kesehatan JCH 49

    a. Status Kesehatan. Status kesehatan dikategorikan menjadi 4 (empat) yaitu Mandiri, Observasi, Pengawasan dan Tunda.

    b. Peraturan Kesehatan Internasional dan Ketentuan Keselamatan Penerbangan. 1) Peraturan Kesehatan Internasional menyebutkan jenis-

    jenis penyakit menular tertentu sebagai alasan pelarangan kepada seseorang untuk keluar masuk antar negara, yaitu:

    a) Penyakit Karantina i. Pes (Plague) ii. Kolera (Cholera) iii. Demam Kuning (Yellow Fever) iv. Cacar (small pox) v. Tifus bercak wabahi-Typhus xanthomaticus

    infectiosa (louse borne typhus) vi. Demam balik-balik (Louse borne relapsing fever) vii. Penyakit Menular lain yang ditentukan kemudian

    b) Penyakit Menular, yang menjadi perhatian WHO i. TB Paru dengan BTA (+) ii. Kusta tipe Multi Basiler (MB) iii. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) iv. Avian Flu (AF) v. Penyakit Menular lain yang ditentukan kemudian.

    2) Ketentuan Keselamatan Penerbangan a) Penyakit tertentu yang berisiko kematian dikarenakan

    ketinggian. b) Usia kehamilan kurang dari 12 minggu dan lebih dari

    32 minggu. c) Imunisasi meningitis meningokokus ACW135Y,

    dibuktikan dengan kartu ICV (International Certificate of Vaccination).

  • 50 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    Penentuan Kategori Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Dan Penilaian Jemaah calon haji

    Penentuan kategori berdasarkan hasil pemeriksaan dan penilaian kesehatan JCH.

    1. Gangguan Kesehatan Adalah kondisi status kesehatan yang tidak optimal dari seorang JCH yang dapat mengganggu aktifitas pelaksanaan ibadah haji untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

    Gangguan kesehatan terdiri dari: a. Jenis gangguan kesehatan b. Koreksi gangguan kesehatan c. Dampak gangguan kesehatan

    2. Kebugaran Jasmani a. Harvard Step Test

    Harvard Step Test adalah tes kebugaran (kesanggupan jasmani) dengan cara perlakuan naik turun bangku untuk mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang, dengan parameter penilaian frekuensi nadi. Tes ini bermanfaat bagi penilaian kemampuan fisik seorang calon jemaah untuk melakukan thawaf dan saI sebagai ritual/rukun ibadah haji.

    Penilaian kebugaran jasmani dapat dilakukan dengan cara: Cara Lambat Rumus: Indeks Kesanggupan Jasmani = Lama naik-turun (detik) X 100___

    2X jml ketiga harga denyut nadi tiap 30

    Penilaiannya: Kurang dari 55 = kesanggupan kurang 55 64 = kesanggupan sedang 65 - 79 = kesanggupan cukup 80 89 = kesanggupan baik Lebih dari 90 = kesanggupan amat baik

  • Modul 2: Penilaian Status Kesehatan JCH 51

    Cara Cepat

    Rumus: Indeks Kesanggupan Jasmani = Lama naik-turun (detik) X 100 _

    5.5 X harga denyut nadi selam 30 pertama

    Penilaiannya:

    Kurang dari 50 = kurang 50 80 = sedang Lebih dari 80 = baik

    b. Masters test Apabila ditemukan kelainan jantung, sebaiknya jangan lakukan tes kebugaran. Periksalah lebih lanjut dengan EKG dan bilamana perlu (kasus meragukan) lakukanlah Masters test (untuk memastikan, sesuai indikasi/kontra indikasi). Penilaian ditentukan berdasarkan hasil rekaman EKG setelah dilakukan Masters Test.

    3. Kemandirian

    Penilaian kemandirian dilakukan dengan Barthel Indeks. Penilaian berikut diadaptasikan untuk menilai kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari. Hasil penilaian berupa kesanggupan untuk melakukan aktifitas yang dinilai dengan ukuran-ukuran berikut secara mandiri, perlu pendampingan/ pengawasan, perlu bantuan atau ketergantungan.

    Penilaian kemandirian ini terdiri dari:

    a. Penilaian fungsi perawatan diri b. Penilaian fungsi kerumahtanggaan dalam aktifitas keseharian c. Penilaian fungsi perilaku

  • 52 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    Penilaian fungsi perawatan diri dapat dilakukan berdasarkan Skor BAI, yaitu:

    1. Penilaian Fungsi Perawatan Diri

    20 Mandiri

    12-19 Ketergantungan Ringan

    9-11 Ketergantungan Sedang

    5-8 Ketergantungan Berat

    0-4 Ketergantungan Total

    2. Penilaian Fungsi Kerumahtanggaan dalam aktifitas keseharian

    3. Penilaian Fungsi Perilaku

    Keterangan: Penilaian fungsi kerumahtanggaan dalam aktifitas keseharian dan penilaian fungsi perilaku tidak bisa dinilai karena tidak ada skor yang baku yang dapat menentukan penilaian fungsi kerumahtanggaan dalam aktifitas keseharian dan penilaian fungsi perilaku tersebut. Usulan: Agar ditentukan batasan skor yang jelas dalam penilaian fungsi

    kerumahtanggaan dalam aktifitas keseharian dan penilaian fungsi perilaku sehingga dapat disimpulkan kategorinya atau penilaian fungsi ini tidak perlu dilakukan sesuai dengan format pada BKJH (halaman 44)

    Agar diberikan contoh-contoh soal kasus untuk penilaian kategori status JCH, sehingga peserta latih akan lebih mudah memahami isi modul tersebut.

  • Modul 2: Penilaian Status Kesehatan JCH 53

    Daftar Pustaka

    1. Pedoman Teknis Pemeriksaan Kesehatan Jemaah calon haji Indonesia.

    2. Modul Penilaian Kategori Status Kesehatan JCH

    3. Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji (Kepmenkes 1394/MENKES/2002).

    4. UU 17 Tahun 1999, ttg. Penyelenggaraan Haji.

  • Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH 54

    KATEGORI PENILAIAN KESEHATAN JEMAAH CALON HAJI INDONESIA

    NO ASPEK PENILAIAN MANDIRI OBSERVASI PENGAWASAN TUNDA

    1. Gangguan kesehatan TIDAK YA YA YA

    1.1 Jenis gangguan kesehatan TIDAK DISORDER, DISFUNGSI DISABILITAS PENYAKIT MENULAR

    1.2. Koreksi gangguan kesehatan TIDAK OBAT/ALAT ORANG LAIN OBAT/ALAT

    KARANTINA, ISOLASI, PENGOBATAN

    1.3 Dampak gangguan kesehatan

    TIDAK GANGGUAN AKTIFITAS

    GANGGUAN AKTIFITAS, ANCAMAN

    JIWA SENDIRI

    ANCAMAN JIWA SENDIRI, ANCAMAN JIWA ORANG LAIN

    2. Kebugaran Jasmani ISTIMEWA, BAIK CUKUP KURANG TIDAK DAPAT DIPERIKSA

    3. Kemandirian MANDIRI MANDIRI

    (perlu pantauan) MANDIRI

    (perlu bantuan orang) Tidak dapat Diperiksa

    4. Kesimpulan MEMENUHI

    SYARAT DENGAN BAIK

    MEMENUHI SYARAT DENGAN

    PERHATIAN

    MEMENUHI SYARAT DENGAN CATATAN

    TIDAK MEMENUHI SYARAT

  • Modul 3: Penulisan Kode Diagnosis Dengan ICD-10 55

    MATERI INTI 3

    PENULISAN KODE DIAGNOSIS DENGAN ICD-10

    Pengertian ICD-10

    1. Ruang Lingkup ICD-10 (International Classification of Diseases) adalah klasifikasi statistik penyakit yang digunakan secara internasional revisi ke-10.

    2. Manfaat Dan Tujuan Pengkodean ICD-10 a. Manfaat:

    1) Klasifikasi morbiditas dan mortalitas untuk tujuan statistik 2) Mengindeks jenis penyakit dan tindakan di sarana

    pelayanan kesehatan 3) Pelaporan diagnosis tenaga medis 4) Memudahkan penyimpanan dan pengambilan data 5) Sebagai dasar pengelompok DRGs (Diagnostic Related

    Groups) untuk pembayaran 6) Pelaporan nasional morbiditas dan mortalitas 7) Tabulasi data pelayanan kesehatan untuk evaluasi dan

    perencanaan pelayanan medik 8) Menentukan bentuk pelayanan 9) Analisis pembayaran pelayanan kesehatan 10) Untuk penelitian epidemiologi dan klinis

    b. Tujuan Penggunaan ICD-10 pada penyelenggaraan kesehatan haji akan sangat membantu dalam perencanaan, peningkatan kualitas pelayanan, monitoring evaluasi program, surveilans paska haji dan bahkan dapat dikembangkan meluas untuk pelayanan kesehatan lainnya.

  • 56 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    3. Struktur ICD-10

    ICD-10 terdiri atas 3 volume, volume 1 berisi klasifikasi utama disebut dengan Tabular lis, volume 2 petunjuk penggunaan, sedangkan volume 3 indeks alfabet. Volume 1 terdiri atas 21 bab yang disusun menurut sistem anatomi (body system) dan grup khusus. Pengkodean menggunakan alfa numerik A00-Z99 kecuali U belum digunakan yang dipersiapkan untuk kode diagnosis baru yang belum terkelompokkan. Masing-masing bab dimulai dengan huruf, empat belas bab menggunakan satu huruf, tiga bab bergabung dengan bab lain, dan bab yang lain lebih dari satu huruf (lihat lebih lanjut pada table 1).

    A00-09 A10-A19 A20-A29 Z80-Z99

    Bab I-XXIKarakter I

    A00 A01 Dst A09

    Blok

    A01.0 A01.1 Dst A01.4

    3 Karakter

    4 Karakter

    Gambar 1. Struktur ICD - 10

    A Z Kecuali U U

  • Modul 3: Penulisan Kode Diagnosis Dengan ICD-10 57

    Tabel 1. Rincian Bab ICD-10

    Bab ICD Kode Awal Farr"s

    I Penyakit parasistik dan infeksi tertentu A,B Epi

    II Neoplasma C,D Gen

    III Penyakit darah dan organ pembentuk darah D Gen

    IV Penyakit endokrin, nutrisi dan metabolik E Gen

    V Gangguan mental dan perilaku F Gen

    VI Penyakit sistem syaraf G BS

    VII Penyakit mata dan organ mata H BS

    VIII Penyakit telinga dan prosessus mastoideus H BS

    IX Penyakit sistem sirkulasi I BS

    X Penyakit sistem nafas J BS

    XI Penyakit sistem cerna K BS

    XII Penyakit kulit dan jaringan subkutan L BS

    XIII Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan penunjang M BS

    XIV Penyakit sistem kemih N BS

    XV Kehamilan, kelahiran, dan masa nifas O Gen

    XVI Kondisi tertentu yang bermula dari masa perinatal P Divl

    XVII Kelainan kongenital, deformitas, dan kelainan kromosom Q Divl

    XVIII Tanda, gejala, dan hasil pemeriksaan klinik & laboratorium yang tidak normal R Gen

    XIX Cedera dan keracunan S, T

    CADANGAN u

    XX Seluar kesakitan dan kematian V, W, X, Y Gen

    XXI Faktor yang mempengaruhi keadaan kesehatan dan kontak dengan pelayanan kesehatan Z Gen

  • 58 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    4. Penggunaan ICD-10

    Dalam menggunakan ICD-10 perlu diketahui bagaimana menggunakan ICD, dan peraturan morbiditas serta petunjuk dan peraturan kode mortalitas, yaitu:

    a. Peraturan Umum sistem Dagger dan Asterisk, serta delapan langkah dasar pedoman sederhana dalam menentukan kode.

    b. Peraturan Morbiditas

    Untuk pengkodean morbiditas sangat bergantung pada diagnosa yang ditetapkan oleh dokter yang merawat pasien atau yang bertanggungjawab menetapkan kondisi utama pasien yang kemudian diklasifikasi dalam kode penyakit. Hal yang dapat dijadikan tanda adalah gejala tanda, alasan kontak dengan pelayanan kesehatan, kondisi multiple.

    Hal yang perlu dicatat untuk pengkodean yang spesifik yaitu penyakit dengan squelae, akut dan kronis, neoplasma, cedera dan penyebab eksternal. Seperti contoh di bawah ini:

    1) Carsinoma lobuler lower outer quadrant of the left breast C 50.5, M8520/3

    2) Cerebral contusion due to fall from bed into floor S06.20 W06.04

    3) Tuberculosis meningitis (dengan dagger dan asterisk) A17.0 , G01*

    Pada keadaan dokter yang merawat atau bertanggungjawab bila tidak dapat menunjukkan atau menetapkan keadaan utama pasien atau tidak memungkinkan untuk mendapatkan penjelasan, maka penetapan kondisi utama melalui ketentuan/aturan (rules) yang dapat menjamin bahwa kondisi utama yang dipilih dan dikode menggambarkan kondisi yang dapat dipertanggungjawabkan dalam satu episode pelayanan. Coder harus terbiasa dengan ketentuan ini dan mampu menggunakannya yaitu ketentuan (rules) MB1-MB5.

  • Modul 3: Penulisan Kode Diagnosis Dengan ICD-10 59

    c. Peraturan Kode Mortalitas

    1) Ketentuan Umum

    Sertifikat kematian adalah sumber utama data mortalitas, informasi kematian biasa didapat dari praktisi kesehatan atau pada kasus kematian karena kecelakaan, kekerasan, dan penyakit jantung. Orang yang mengisi sertifikat kematian akan memasukkan urutan kejadian yang meyebabkan kematian pada sertifikat kematian sesuai dengan format internasional.

    Konsep sebab kematian hanya memberi satu sebab kematian yang memudahkan untuk pengisian sertifikat walaupun tercatat dua atau lebih kondisi morbiditas yang menyebabkan kematian. Sebab yang mendasari kematian merupakan pusat dari kode mortalitas.

    WHO mendefinisikan sebab kematian adalah semua penyakit, keadaan sakit atau cedera yang menyebabkan atau berperan terhadap terjadinya kematian. Oleh karenanya sebab yang mendasari kematian adalah keluhan atau kejadian atau keadaan yang jika tidak karena hal tersebut pasien tidak akan mati.

    2) Memilih sebab kematian

    WHO telah menetapkan prosedur yang harus diikuti untuk mengkode sebab yang mendasari kematian dengan urutan langkah-langkah logis sebagai berikut:

    a) Prinsip umum

    Apabila lebih dari satu penyakit atau keluhan ditulis pada sertifikat, Maka penyakit atau keadaan tunggal yang dicantumkan pada baris terakhir, hanya jika penyakit/keluhan tersebut menyebabkan terjadinya seluruh penyakit (keluhan yang tercantum diatasnya)

    Contoh: Abcess of lung, Lobar pneumonia

    Pilih Lobar pneumonia (J18.1), sebagai penyebab mendasar sebab abses paru.

  • 60 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    b) Aturan modifikasi

    Dalam beberapa kasus sebab yang mendasari kematian yang telah dipilih dengan menggunakan aturan diatas tidak terpakai, dalam hal ini ditetapkan cara modifikasi sesudah penggunaan prinsip umum atau aturan 1-3 tidak biasa dipakai maka digunakan aturan modifikasi A-F.

    Tatalaksana ICD-10 Dalam Kesehatan Haji

    1. Urutan Pemeriksaan Kesehatan JCH

    Pemeriksaan kesehatan jemaah calon haji menggunakan protokol standar profesi kedokteran meliputi pemeriksaan sbb: a. Anamnesis b. Pemeriksaan fisik c. Tes fungsional d. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, Radiologi thorax, EKG) e. Tes kebugaran f. Diagnosis kerja sesuai dengan hasil pemeriksaan jemaah calon

    haji yang ditulis sesuai dengan kode ICD-10 2. Pengkodean Diagnosis Berdasarkan ICD-10

    Setelah diagnosis ditegakkan kemudian dilakukan pencocokan dengan klasifikasi penyakit dalam ICD-10 sbb:

  • Modul 3: Penulisan Kode Diagnosis Dengan ICD-10 61

    Bab ICD Kode Awal

    I Penyakit parasistik dan infeksi tertentu A,B

    II Neoplasma C,D

    III Penyakit darah dan organ pembentuk darah D

    IV Penyakit endokrin, nutrisi dan metabolic E

    V Gangguan mental dan perilaku F

    VI Penyakit sistem syaraf G

    VII Penyakit mata dan organ mata H

    VIII Penyakit telinga dan prosessus mastoideus H

    IX Penyakit sistem sirkulasi I

    X Penyakit sistem nafas J

    XI Penyakit sistem cerna K

    XII Penyakit kulit dan jaringan subkutan L

    XIII Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan penunjang

    M

    XIV Penyakit sistem kemih N

    XV Kehamilan, kelahiran, dan masa nifas O

    XVI Kondisi tertentu yang bermula dari masa perinatal P

    XVII Kelainan kongenital, deformitas, dan kelainan kromosom

    Q

    XVIII Tanda, gejala, dan hasil pemeriksaan klinik & laboratorium yang tidak normal

    R

    XIX Cedera dan keracunan S, T

    CADANGAN U

    XX Sebab external kesakitan dan kematian V, W, X, Y

  • 62 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    a. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam koding:

    1) Standar dan etik

    Standar dan etik koding sudah dikembangkan oleh AHIMA, terdapat beberapa standar yang harus dipenuhi oleh seorang Professional Coder, antara lain: a) Akurat, lengkap dan konsisten untuk menghasilkan

    data yang berkualitas b) Koding harus mengacu pada ICD-CM c) Koding harus mengikuti sistem klasifikasi yang sedang

    berlaku dengan memilih koding diagnosis dan tindakan yang tepat

    d) Koding harus ditandai dengan laporan kode yang jelas dan konsisten pada dokumentasi dokter dalam record pasien

    e) Koding profesional harus berkonsultasi dengan dokter untuk klarifikasi dan kelengkapan pengisian

    f) Koding profesional tidak mengganti kode pada bill pembayaran

    g) Koding profesional harus sebagai anggota dari tim kesehatan, harus membantu dan mensosialisasikan kepada dokter dan tenaga kesehatan lain

    h) Harus mengembangkan kebijakan koding di institusinya

    i) Koding profesional harus secara rutin meningkatkan kemampuannya mengenai koding

    j) Koding professional berusaha untuk memberi kode yang paling sesuai untuk pembayaran.

    2) Elemen kualitas koding

    Audit harus dilakukan untuk mereview kode yang telah dipilih oleh petugas. Koding proses harus dimonitor untuk beberapa elemen sebagai berikut: a) Reliability (Konsisten bila dikode petugas berbeda kode

    tetap sama) b) Validity (Kode tepat sesuai diagnosis dan tindakan)

  • Modul 3: Penulisan Kode Diagnosis Dengan ICD-10 63

    c) Completeness (mencakup semua diagnosis dan tindakan yang ada di rekam medis)

    d) Timeliness (tepat waktu)

    3) Kebijakan dan prosedur koding

    Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat kebijakan dan prosedur koding sesuai dengan tenaga dan fasilitas yang dimilikinya. Kebijakan dan prosedur tersebut sehingga merupakan pedoman bagi tenaga koding agar dapat melaksanakan koding dengan konsisten. Kebijakan ditetapkan oleh organisasi seperti organisasi rumah sakit, IDI, Persatuan Manajemen Informasi Kesehatan (PORMIKI) dan organisasi lainnya.

    LangkahLangkah Penggunaan ICD-10

    Setelah hasil diagnosis ditegakkan, penulisan kode penyakit mengacu pada lampiran II Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 506/Menkes/SK/IV/2007, Tanggal 20 April 2007 sebagai berikut:

  • 64 Pelatihan Petugas Pemeriksa Kesehatan JCH

    KODE JENIS PENYAKITA39 Meningococcal infectionA39.0 Meningococcal meningitis

    A15 Respiratory tuberculosis, bacteriologically andhistologically confirmed A06 AmoebiasisA01 Typhoid and paratyphoid feversA01.0 Typhoid fever

    A09 Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infectious originA05 Other bacterial foodborn intoxications A30 Leprosy [Hansen's disease]B15 Acute Hepatitis AB16 Acute Hepatitis BB50 Plasmodium falciparum malariaB51 Plasmodium vivax malariaB52 Plasm