bahan

4
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll (Anonim, 2009). Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma). Hemolisis adalah keadaan pecahnya membrane sel eritrosit sehingga hemoglobin bebas dalam medium sekelilingnya, dikarenakan larutan hipotonis terhadap darah, penurunan tegangan permukaan membrane sel, zat atau unsure kimia tertentu, pemanasan, pendinginan, rapuh karena ketuaan di dalam sirkulasi darah. Percobaan ini, ditujukan untuk mengatahui hemolisis oleh larutan hipotonis. Sebagai control, digunakan larutan NaCl 0.9 % (mirip larutan plasma darah) diperoleh hasil darah berwarna merah cerah dengan bentuk sel bulat agak renggang dan ukuran selnya kecil. Keadaan ini diasumsikan sebagai keadaan darah merah (eritrosit) dalam plasma darah. Pengamatan dilakukan pada dua perlakuan sebagai pembanding, perlakuan pertama dengan pemberian larutan NaCl 0.65% menunjukan

description

blablabla

Transcript of bahan

Page 1: bahan

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll (Anonim, 2009). Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara          menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).

Hemolisis adalah keadaan pecahnya membrane sel eritrosit sehingga hemoglobin bebas dalam medium sekelilingnya, dikarenakan larutan hipotonis terhadap darah, penurunan tegangan permukaan membrane sel, zat atau unsure kimia tertentu, pemanasan, pendinginan, rapuh karena ketuaan di dalam sirkulasi darah. Percobaan ini, ditujukan untuk mengatahui hemolisis oleh larutan hipotonis. Sebagai control, digunakan larutan NaCl 0.9 % (mirip larutan plasma darah) diperoleh hasil darah berwarna merah cerah dengan bentuk sel bulat agak renggang dan ukuran selnya kecil. Keadaan ini diasumsikan sebagai keadaan darah merah (eritrosit) dalam plasma darah. Pengamatan dilakukan pada dua perlakuan sebagai pembanding, perlakuan pertama dengan pemberian larutan NaCl 0.65% menunjukan darah berwarna merah cerah dengan bentuk sel agak kotak dan berukuran kecil serta didapat derajat hemolisisnya 75%. Sedangkan pada perlakuan kedua diberikan larutan NaCl 0.45%, diperoleh warna darah merah cerah, berbentuk bulat dengan ukuran kecil, sel terlihat berenang mengikuti cairan NaCl, dan diperoleh derajat hemolisisnya 75%. Sehingga bisa disimpulkan dari hasil pengamatan factor hemolisis, bahwa larutan yang hipotonis terhadap eritrosit mengakibatkan lisisnya hemoglobin dan keluar dari membrane sel yang membawa pigmen heme (warna merah) menyebabkan warna darah menjadi lebih merah.

Laju endap darah (LED) merupakan salah satu pemeriksaan terhadap darah dengan prinsip sedimentasi (pengendapan) yang diukur dengan memasukkan darah ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi laju endap darah (LED)-nya.

Hasil percobaan laju endap darah didapatkan lajuendap darah pada darah kelinci 0,1 mm/jam. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju endap darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan laju endap darah (LED) cepat.

Page 2: bahan

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, disimpulkan bahwa sedian natif darah tidak berbentuk reouleaux tetapi mengalami krenasi dengan bentuk kecil dan mengerut. Waktu beku darah kelinci sehat sekitar 2,5 – 3,5 menit. Derajat hemolisis terbesar ditentukan oleh pengaruh kondisi larutan hipotonis dengan menurunkan tegangan permukaannya. Laju endap dipengaruhi oleh faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Hemolisis dan Fragilitas Eritrosit [terhubung berkala] http://task-list.blogspot.com/2008/04/hemolisis-dan-fragilitas-eritrosit.html (30 Oktober 2011).

Indah. 2008. Sistem yang Sempurna : Pembekuan Darah [terhubung berkala] http://indahmi4.wordpress.com/2008/06/30/sistem-yang-sempurna-pembekuan-darah/ (30 Oktober 2011).

Wibowo, Fredi. 2009. Proses Penggumpalan Darah [terhubung berkala] http://www.blogcatalog.com/blogs/moslemblog/7 (30 Oktober 2011).

 

Page 3: bahan