Bagus Utuk Pembahasan

download Bagus Utuk Pembahasan

of 40

Transcript of Bagus Utuk Pembahasan

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    1/40

    A. PENDAHULUAN

    Pengembangan Assesment Autentik pada Pembelajaran Matematika

    Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Bumijawa

    1. Latar Belakang Masalah

    Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia

    adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan.

    berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

    nasional, antara lain melalui berbagi macam cara guru dalam mengajar ,

    adanya berbagai pelatihan daya keaktifan siswa, adanya buku dan alat-alat

    tulis lainnya, adanya perbaikan sarana dan prasarana dan lain sebagainya.

    Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan

    peningkatan yang berarti bagi siswa.

    Sebenarnya sebagai seorang guru, hanya perlu mencanangkan

    suatu gerakan sadar matematika. Karena berjalan, makan, tidur dan apapun

    aktifitas dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sadar menggunakan

    matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai

    jenjang pendidikan dasar. Matematika timbul karena olah pikir manusia

    yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang disusun secarakonsisten dengan mempergunakan logika deduktif. Tujuan pendidikan

    matematika di sekolah adalah untuk mempersiapkan anak didik agar

    sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan dalam kehidupan

    dunia yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar

    pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, kreatif dan efisien.

    Menurut Suharta (2001:1) dalam pembelajaran matematika selama

    ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa

    mengalami kesulitan belajar matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang

    menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa

    mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan

    sehari-hari. Pembelajaran matematika di kelas ditekankan pada keterkaitan

    antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari.

    Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang telah

    1

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    2/40

    dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat

    penting dilakukan.

    Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di

    kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara

    guru dengan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi

    pembelajaran secara optimal kepada siswa. Oleh karena itu, diperlukan

    kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian

    materi pelajaran di sekolah. Kreatifitas yang dimaksud adalah kemampuan

    seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat

    dalam penyajian materi pelajaran. Namun kenyataannya, masih banyak

    guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam melakukan

    pembelajaran matematika. Sehingga siswa belum mampu menangkap dan

    belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika

    yang sedang dipelajari karena pendekatan tradisional itu belum mampu

    mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan

    psikomotorik (keterampilan).

    Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-

    konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar.

    Akibatnya penguasaan konsep-konsep matematika siswa menjadi sangat

    kurang. Selain itu guru sebagai pemberi informasi cenderung

    mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi

    hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi terhadap

    kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika.

    Pengajaran menurut Rohani (2004:4) merupakan perpaduan dari dua

    aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Pengajaran

    matematika akan bisa disebut berjalan dan berhasil dengan baik, manakala

    ia mampu mengubah diri peserta didik selama ia terlibat di dalam proses

    pengajaran itu, dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung.

    Pemantapan proses belajar mengajar, guru mempunyai peranan

    yang cukup penting, dimana hasil belajar anak didik bukan hanya

    dipengaruhi oleh penguasaan guru terhadap materi pelajaran, tetapi juga

    2

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    3/40

    metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasaranya

    menyukai ilmu itu adalah kodrat anak-anak. Hal ini dapat kita liat pada

    anak SD betapa senangnya mereka ketika menghitung jumlah uang yang

    dimiliki atau ketika mereka menghitung jumlah kelereng atau mainan lain

    yang mereka kumpulkan, dari fakta ini memberi gambaran bahwa

    matematika dapat dijadikan sebagai pelajaran favorit bagi siswa jika kita

    menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran. Oleh karena itu

    yang seharusnya dipikirkan oleh para pendidik atau calon pendidik

    matematika adalah bagaimana cara atau metode menyajikan meteri

    pelajaran metematika agar mudah dipahami siswa, sehingga dapat

    meningkatkan mutu pendidikan, salah satu komponen penunjang yang

    berkenan dengan mutu pendidikan adalah proses belajar mengajar dan

    teknik evaluasi yang digunakan. Evaluasi hasil merupakan bagian

    terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar.

    Alat evaluasi berupa tes tertulis, masih mendominasi dalam

    pelaksanaan evaluasi hasil belajar di SMP N 2 BUMIJAWA kabupaten

    Tegal. Alat evaluasi ini sering digunakan dengan pertimbangan lebih

    praktis, baik dalam penyusunan evaluasinya, cara penyelenggaraan

    maupun koreksinya. Melalui tes tertulis, guru dapat menilai banyak hal,

    tetapi tidak semua hasil proses belajar yang penting. Banyak situasi

    penilaian kelas, guru membutuhkan non-tes tertulis untuk mendapatkan

    informasi tentang kemampuan siswanya. Oleh karena itu penilaian tidak

    hanya dilakukan pada akhir, tetapi dilakukan secara terintegrasi (tidak

    dipisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

    Suatu alternatif teknik evaluasi hasil belajar yang dapat

    memberikan peluang penghargaan lebih luas kemampuan subjek belajar,

    ialah assesment autentik dalam pembelajaran autentik dilakukan evaluasi

    sejauh mana siswa belajar dan sejauh mereka menerapkan hasilnya.

    Assesment adalah peroses pengumpulan berbagai data yang bisa

    memberikan gambaran perkembangan belajar siswa atau mahasiswa.

    Assesment autentik merupakan assesment dimana siswa diminta

    3

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    4/40

    mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan mengerjakan tugas

    masalah nyata atau masalah kontekstual.

    Menurut hamzah,dkk (2012:1) Asesmen adalah suatu istilah umum

    yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi

    tentang belajar siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan

    format penilaian kemajuan belajar. Selain itu, Popham mengemukakan

    bahwa assesment dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya

    formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel

    penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh

    guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Menurut Omalley

    dan Pierce (Khaeruddin,2004:11) menyatakan bahwa asesmen autentikdigunakan untuk mendeskripsikan berbagai macam format asesmen yang

    mencerminkan pembelajaran, hasil belajar, motivasi, dan sikap-sikap

    siswa terhadap kegiatan-kegiatan kelas yang relevan dengan pengajaran.

    Asesmen autentik menekankan pada proses pembelajaran. Jadi kemajuan

    belajar siswa dinilai dari proses bukan hasil ulangan semata.

    Dalam penelitian autentik (nyata), siswa dalam mempelajari

    matematika dituntut bukan hanya memahami materi, melainkan juga

    mampu merumuskan masalah, menemukan penyelesaian dan

    menginterpretasikan hasil yang dicapai bahkan dengan penelitian autentik

    ini siswa dituntut mampu melakukan tindakan nyata secara wujud dari

    pemahamannya atas materi dalam pembelajaran.

    Berdasarkan kenyataan tersebut di atas maka peneliti bermaksud

    melakukan eksperimen dengan judul Pengembangan Assesment Autentik

    Pada Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMP Negeri 2 Bumijawa.

    2. Perumusan Masalah

    a. Wilayah Kajian

    Wilayah kajian peneliti yaitu tentang Evaluasi dan Assesment

    mengenai Pengembangan Assesment Autentik Pada Pembelajaran

    Matematika.

    4

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    5/40

    b. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat

    diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

    1. Rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan

    dimana berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan

    peningkatan yang berarti bagi siswa.

    2. Pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan

    tempat mengaplikasikan konsep sehingga siswa mengalami kesulitan

    belajar matematika di kelas.

    3. Alat evaluasi berupa tes tertulis, masih mendominasi dalam

    pelaksanaan evaluasi hasil belajar, guru belum menentukan teknikalternatif untuk melakukan secara terintegrasi (tidak dipisahkan) dari

    kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Assesmen autentik.

    4. Banyak guru yg belum melakukan penelitian autentik (nyata), karena

    siswa dalam mempelajari matematika masih dituntut hanya memahami

    materi saja.

    5. Kemajuan belajar siswa dinilai dari proses bukan hasil ulangan semata.

    c. Pembatasan Masalah

    Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:

    1. Suatu alternatif teknik evaluasi hasil belajar yang dapat memberikan

    peluang penghargaan lebih luas kemampuan subjek belajar siswa, ialah

    assesment autentik. Asesmen autentik meliputi asesmen kinerja,

    proyek, produk, evaluasi diri, esai dan fortofolio.

    Format Assesment Autentik bisa dilaksanakan berupa:

    a. Tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli terhadap siswa.

    b. Tugas ( Tugas keterampialn, essai dan tugas invertigasi sederhana)

    c. Format rekaman kegiatan belajar siswa ( misalnya : portopolio,

    wawancara, presentasi,menjawab pertanyaan dan debat )

    2. Penelitian autentik (nyata), siswa dalam mempelajari

    matematika dituntut bukan hanya memahami materi, melainkan juga

    mampu merumuskan masalah, menemukan penyelesaian dan

    menginterpretasikan hasil yang dicapai bahkan dengan penelitian

    autentik ini siswa dituntut mampu melakukan tindakan nyata secara

    5

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    6/40

    wujud dari pemahamannya atas materi dalam pembelajaran.

    d. Pertanyaan Masalah

    Adapun pertanyaan pada penelitian ini yaitu:

    1. Bagaimana cara guru untuk mengembangkan pembelajaran

    matematika dengan menilai siswa secara nyata ( assesment autentik)?

    2. Bagaimana kualitas yang akan diperoleh siswa untuk memperoleh

    hasil yang baik dalam pembelajaran matematika?

    3. Apa produk yang dihasilkan dalam uji coba terhadap siswa dengan

    assesment autentik?

    e. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Mendorong siswa untuk sibuk dalam pemecahan masalah dan bekerja

    secara bermakna dalam tugas kehidupan sehari-hari yang

    kekomplekannya semakin meningkat.

    2. Memberikan kesempatan pad asiswa untuk mendapatkan kejalasan

    yang lebih tentang kewajibannya dan segala sesuatu yang diharapkan

    untuk mereka kuasai.

    3. Memungkinkan siswa memanfaatkan pengetahuan secara efektif dan

    berusaha dengan disiplin untuk menemukan dan menjawab

    pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan kehidupan dan

    masyarakatnya.

    4. Meningkatkan kemampuan guru dalam memahami hasil penilaian

    yang bermakna dan diperlukan untuk peningkatan pengajaran.

    5. Mendorong guru untuk mengubah cara pandangnya tentangt

    pengetahuan,pengajaran dan kesuksesan akademik.

    6. Memperbaiki kemampuan guru dalam menggunakan berbagai sumber

    bukti-bukti untuk menilai kinerja siswa.

    6

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    7/40

    f. Manfaat Penelitian

    1. Untuk siswa :

    a. Siswa dapat menunjukkan kemampuan komprehensif.

    b. Siswa dapat memperkuat kompetensi dan kemampuan menerapkan

    dan menghubungan: pembelajaran dengan pengalaman mereka,

    dunia menereka dengan dunia real yang lebih luas.

    c. Untuk meningkatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi: analisis,

    sintesis, identifikasi masalah, menemukan solusi, mengikuti alur

    hubungan sebab-akibat.

    2. Untuk guru:

    - Penilaian autentik bisa menjadi tolak ukur yang komprehensif

    mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif metode yang

    diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Oleh karena itulah,

    penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi hasil belajar

    di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting untuk

    diperhatikan agar siswa tidak hanya sekedar menjadi pembelajar

    saja, namun pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti dengan

    kemampuan mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya ke

    dalam dunia nyata.

    g. Spesifikasi Produk yang Diharapkan.

    Asesmen autentik meliputi asesmen kinerja, proyek, produk, esai

    dan fortofolio yang diterapkan dalam pembelajaran memiliki beberapa

    fungsi.

    1. Asesmen kinerja : Asesmen kinerja merupakan penilaian yang

    dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan

    sesuatu. Asesmen ini tepat dilakukan untuk menilai ketercapaian

    kompetensi yang menuntut siswa menunjukkan kinerjanya.

    Pemantauan didasarkan pada kinerja yang ditunjukkan dalam

    menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan.

    7

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    8/40

    2. Proyek : Tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.

    Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan,

    pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena

    dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer/sekunder,

    evaluasi hasil, dan kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan

    suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum dalam

    semua bidang.

    3. Produk : Produk atau hasil kerja adalah penilaian terhadap kemampuan

    siswa membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan,

    pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, pahatan), barang-barang

    terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.

    4. Esai : menghendaki siswa untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan

    mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti siswa tidak memilih

    jawaban, akan tetapi memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri

    secara bebas.

    5. Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada

    berbagai informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan

    siswa dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta

    didik tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang

    dianggap terbaik oleh siswanya, hasil tes(bukan nilai), piagam

    penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan

    kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.

    8

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    9/40

    B. KAJIAN PUSTAKA

    1. Pengantar Landasan Teori

    A. Pembelajaran Matematika

    1. Belajar

    Ngalim Purwanto (2007:85) mengatakan bahwa good dan

    brophy dalam bukunya Education Psycholohy: A Realistic

    Approach mengemukakan arti belajar dengan kata-kata singkat,

    yaitu Learning is the development of new assosiations as a result

    of experience.Beranjak dari definisi yang dikemukakan selanjutnya

    menjelaskan bahwa belajar itu suatu proses yang benar-benar

    bersifat internal (a purely internal event). Belajar merupakan suatu

    proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata; proses itu terjadi

    didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi belajar

    disini bukan tingkah laku yang tampak, tetapi terutama adalah

    prosesnya yang terjadi secara internal didalam diri individu dalam

    usahanya memperoleh hubungtan-hubungan baru ( new

    assosiations ).

    Menurut Muhibbin Syah (1997:89), belajar adalah kegiatan

    yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental

    dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini

    berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

    pendidikan itu berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau

    keluarganya sendiri.

    Menurut Muhammad Ali (2004 : 14) pengetahuan, pemahaman,

    keterampilan, sikap dan sebagainya yang dimiliki seseorang tidak

    dapat diidentifikasikan seeorang karena ini merupakan

    kecenderungan perilaku saja. Hal ini dapat diidentifikasi bahkan

    dapat diukur dari penampilan (behavioral performence).

    Penampilan ini dapat berupa kemampuan menjelaskan,

    menyebutkan sesuatu atau melakukan suatu perbuatan. Jadi, kitadapat mengidentifikasi hasil belajar melalui penampilan. Namun

    9

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    10/40

    demikian, individu dapat dikatakan telah menjalani proes belajar,

    meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecenderungan

    perilaku. ( De Cecco & Crawford,1977:178 )

    Jadi dapat disimpulkan dari beberapa definisi tersebut

    bahwa belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dari

    siswa itu untuk bisa menggapai suatu yang telah dicita-citakan.

    proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan

    perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan kebiasaan

    ataupun sikap yang diperoleh dari hasil pengalaman dan latihan.

    2. MatematikaMatematika menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

    (2003:6) merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek

    abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif,

    yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari

    kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam

    matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Soehardjo (1992:12)

    menyatakan bahwa obyek penelaahan matematika adalah

    fakta, keterampilan (operasi matematika), konsep dan prinsip

    atau aturan-aturan. Obyek penelaahan ini menggunakan simbol-

    simbol sebagai sarana untuk melakukan penalaran.

    Menurut pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

    matematika adalah suatu ilmu yang dipelajari dengan ide-ide atau

    konsep-konsep abstrak yang tersusun dengan benar dan

    penalarannya deduktif.

    B. Pengembangan Assesmen autentik

    1. Assesmen

    Menurut Tim pengembangan ilmu pendidikam FIP-UPI (2007:

    200) Assesmen merupakan perangkat penilaian untuk mengukur

    ketercapaian hasil belajar. Data yang diperoleh melalui assesmen

    dapat digunakan sebagai bahan umpan balik terhadap pembelajaran

    yang telah dilakukan.

    10

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    11/40

    Proses assesmen melibatkan 4 komponen yaitu:

    a. Manfaat data (use)

    b. Informasi dari data yang terkumpul

    c. Metode pengumpulan data

    d. Pemakai data

    Sebenarnya banyak kemampuan siswa yang dapat diukur, oleh

    karena itu hendaknyan assesmen tidak hanya dibuat dan digunakan

    hanya untuk mengukur kemamuan kognitif saja, namun dapat juga

    dibuat untuk mengukur kemampuan lain seperti, sikap dan

    psikomotor, dengan dimikian akan diperoleh informasi lengkap

    tentang hasil belajar siswa.

    Menurut Irwan(2008), Asesmen merupakan sebuah proses

    pengumpulan informasi yang terus menerus berlangsung untuk

    mengukur performansi murid dan proses pembelajaran. Asesmen

    perkembangan dan belajar anak memiliki nilai penting. Tidak

    hanya mengukur kemajuan anak-anak sebagai bentuk evaluasi

    program, asesmen juga berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan-

    kebutuhan pengembangan staf dan perencanaan pembelajaran di

    masa yang akan datang

    Asesmen yang tepat berguna untuk membantu anak-anak

    berkembang secara optimal, baik fisik, sosial, emosional,

    intelektual maupun spiritual. Asesmen yang tepat juga dapat

    digunakan untuk mendeteksi keterlambatan-keterlambatanperkembangan atau kebutuhan-kebutuhan khusus yang mungkin

    dimiliki anak-anak. Selain itu informasi yang akurat dari sebuah

    asesmen bermanfaat untuk peningkatan pembelajaran sehingga

    proses belajar anak-anak membaik dan sebagai informasi bagi para

    orangtua tentang kemajuan dan hal-hal terkait dengan belajar anak-

    anak mereka.

    Asesmen yang tepat merupakan bagian penting dari program

    evaluasi dan perbaikan terus menerus kualitas program pendidikan

    11

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    12/40

    yang sudah dirancang. Dalam program pendidikan yang

    berkualitas, pihak-pihak terkait dengan pendidikan anak

    menggunakan informasi dari berbagai macam sumber untuk

    merencanakan dan membuat keputusan-keputusan tentang anak-

    anak secara individual.

    Prosedur-prosedur dan instrumen-instrumen (alat) asesmen

    seperti test, observasi, portofolio, penilaian guru, penilaian

    orangtua, dan lain sebagainyadikatakan efektif ketika mereka

    memenuhi standar validitas (tepat dan akurat), reliabilitas

    (keajegan), dan kepekaan terhadap isu-isu kultural. Instrument

    asesmen yang tepat memungkinkan jawaban-jawaban yang khasdari anak-anak menurut kelompok usia, jenis kelamin, latar

    belakang budaya, dan kondisi geografis. Anak-anak harus diukur

    secara individual oleh orang-orang yang mengetahui mereka

    dengan objektif dalam setting dan situasi-situasi yang

    mencerminkan penampilan mereka yang sesungguhnya. Semakin

    muda usia anak, maka akan semakin sulit untuk mendapatkan

    asesmen yang valid. Perkembangan anak-anak usia dini

    berlangsung sangat cepat dan sangat dipengaruhi oleh pengalaman.

    Performansi mereka dalam tes dipengaruhi oleh kondisi-kondisi

    emosional anak dan kondisi-kondisi saat asesmen dilakukan.

    Satu hal yang pasti dalam melakukan asesmen adalah jangan

    pernah menggunakan satu instrumen asesmen untuk membuat

    keputusan-keputusan yang memiliki konsekuensi penting bagi

    anak-anak. Setiap asesmen seharusnya dipilih untuk memenuhi

    tujuan-tujuan yang spesifik. Asesmen seharusnya diselaraskan

    dengan kurikulum dan proses pembelajaran di kelas.

    C. Assesmen Autentik

    Pengertian dan Ciri-ciri Assesment Autentik

    Pengertian dan Ciri-Ciri Penilaian Autentik (Authentic

    Assessment) menurut Gulikers, Bastiaens & Kirschner (2004) adalah

    bahwa authentic assesment menuntut siswa untuk menggunakan

    12

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    13/40

    kompetensi yang sama atau mengkombinasikan pengetahuan,

    kemampuan, dan sikap yang dapat mereka aplikasikan pada kriteria

    situasi dalam kehidupan professional. Berikut ini beberapa macam

    pengertian asesmen autentik dari berbagai sumber:

    1. Asesmen autentik adalah suatu cara pengukuran penguasaan

    peserta didik terhadap suatu mata pelajaran dengan cara yang lain

    dibanding regugitasi sederhana dari pengetahuan. Asesmen

    autentik harus mengukur proses pemahaman dan bukan sederhana

    potongan-potongan informasi yang dihafal.

    2. Suatu asesemen dikatakan autentik, jika asesmen itu

    memeriksa/menguji secara langsung perbuatan atau prestasipeserta didik berkaitan dengan tugas intelektual yang layak

    (Grant, 1990). Dalam hal ini asesmen autentik menutut peserta

    didik untuk menjadi orang yang efektif yang memiliki

    pengetahuan yang dibutuhkan.

    3. Asesmen autentik adalah soal tes atau latihan yang sangat

    mendekati hasil pendidikan sains yang diinginkan. Latihan

    informasi dan penalaran ilmiah pada situasi semacam yang akan

    dihadapi di luar kelas. (The National Science Education Standart,

    1995, dalam Voss, tanpa tahun).

    4. Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas

    otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna (Hart, 1994).

    Asesmen itu terlihat sebagai aktivitas pembelajaran yang

    melibatkan keterampilan berpikir tinggi serta koordinasi tentang

    pengetahuan yang luas.

    5. Asesmen autentik menantang peserta didik untuk menerapkan

    informasi maupun keterampilan akademik baru pada suatu situasi

    riil untuk suatu maksud yang jelas. Asesmen autentik

    memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

    mengeluarkan seluruh kemampuannya sembari memperlihatkan

    apa yang telah dipelajarinya (Johnson, 2002).

    13

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    14/40

    Asesmen menjadi autentik bilamana pembelajaran yang

    diukur oleh asesmen itu memiliki nilai di luar kelas serta bermakna

    bagi peserta didik (Kerka, 1995). Asesmen autentik mengamanatkan

    keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan

    tugas yang sesungguhnya.

    Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan

    informasi dan keterampilan baru dalam situasi nyata untuk tujuan

    tertentu. Penilaian ini merupakan alat bagi sekolah yang maju, yang

    tahu dengan jelas apa yang diharapkan dari siswa dan tahu dengan

    jelas bagaimana mereka mewujudkan kualitas tersebut (Sizer, 1992:

    Johnson, 2009).

    Bila performance assessment meminta anak didik untuk

    mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan tertentu dalam situasi

    testing. Authentic assessment membawa demonstrasi ini selangkah

    lebih maju dan menekankan pentingnya penerapan keterampilan atau

    kemampuan yang dimaksud dalam konteks situasi kehidupan nyata.

    Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran

    secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan

    kerjasama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi.

    Pengujian standar (ujian nasional, ulangan umum, dan lain-lain.) dan

    penilaian dalam bentuk angka bersifat ekslusif dan sempit, sementara

    penilaian autentik bersifat inklusif.

    Ciri-ciri Penilaian Autentik

    - Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.

    - Mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan.

    - Penilaian terhadap produk atau kinerja.

    - Tugas-tugas kontekstual dan relevan.

    14

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    15/40

    Manfaat dan Tujuan Penilaian Autentik

    a. Manfaat penilaian autentik

    Penggunaan penilaian autentik sebagai evaluasi hasil

    pembelajaran siswa di sekolah merupakan suatu solusi yang bisa

    ditawarkan untuk melihat sejauh mana pembelajaran yang

    dilakukan berjalan dengan efektif. Di kedua sisi ini adalah sesuatu

    yang menguntungkan baik bagi siswa itu sendiri maupun pihak

    guru atau sekolah.

    Manfaat bagi siswa adalah dapat mengungkapkan secara total

    seberapa baik pemahaman materi akademik mereka,

    mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka,

    seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya,

    menangani teknologi dan berfikir sistematis, menghubungkan

    pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka

    dan masyarakat luas, mempertajam keahlian berfikir dalam

    tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan,dan mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi dan mengikuti

    hubungan sebab akibat, menerima tanggung jawab dan membuat

    pilihan, berhubungan dan kerja sama dengan orang lain dalam

    membuat tugas, dan belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri

    (Newmann & Wehlage, 1993; Jonshon, 2009).

    Sedangkan bagi guru, penilaian autentik bisa menjadi tolak

    ukur yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa

    efektif metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Oleh

    karena itulah, penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi

    hasil belajar di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting

    untuk diperhatikan agar siswa tidak hanya sekedar menjadi

    pembelajar saja, namun pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti

    dengan kemampuan mengaplikasikan kemampuan yang

    dimilikinya ke dalam dunia nyata.

    15

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    16/40

    b. Tujuan penilaian autentik

    1. Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa

    dalam konteks dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar

    bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya

    ke dalam tugas-tugas yang autentik

    2. Melalui penilaian autentik ini, diharapkan berbagai informasi

    yang absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan

    apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa

    atau tentang kualitas program pendidikan.

    Prinsip Penilaian Autentik

    a. Penilaiaan harus meneerminkan masalah dunia nyata

    b. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan

    kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi

    pengalaman belajar

    c. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek

    dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik)

    Bentuk dan Strategi Penilaian Autentik

    Bentuk-bentuk penerapan asesmen autentik yaitu sebagai berikut:

    1. Pada umumnya pendidik mengenal 4 macam asesmen autentik,

    yaitu portofolio, perbuatan atau kinerja, proyek, dan respon

    tertulis secara luas (Johnson, 2002).

    2. Asesmen autentik dapat mencakup aktivitas yang beragam

    seperti wawancara lisan, tugas problem solving kelompok,

    pembuatan portofolio (Hart, 1994). Dalam cara lain dinyatakan

    pula bahwa cara-cara asesmen dikelompokkan menjadi tiga

    kategori, yaitu observasi, contoh-contoh perbuatan, serta tes

    dan prosedur serupa tes atau pengukuran prestasi peserta didik

    pada suatu waktu maupun tempat tertentu.

    16

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    17/40

    3. Peserta didik untuk mengilustrasikan informasi akademik yang

    telah dipelajarinya, misalnya dalam bidang sains, pendidikan,

    kesehatan, matematika, dan bahasa inggris, dengan merancang

    sebuah presentasi tentang emosi orang (Johnson, 2002).

    4. Asesmen autentik memberikan kesatuan utuh tugas kepada

    peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang

    dijumpai dalam aktivitas pembelajaran yang paling baik, seperti

    melakukan penelitian, menulis, merevisi, dan mendiskusikan

    masalah. Asesmen autentik juga mengikuti apakah peserta didik

    dapat terampil memberikan jawaban perbuatan atau produk

    yang seksama dan yang dapat dipertanggungjawabkan.

    Asesmen autentik menjadi valid dan reliabel dengan cara

    menekankan dan membakukan kriteria produk yang sesuai

    (Grant, 1990).

    Strategi Penilaian Autentik

    Penilaian kinerja (Performance assessment) yangdikembangkan untuk menguji kemampuan siswa dalam

    mendemonstrasikan pengetahuan pada berbagai situasi

    nyata dan konteks tertentu.

    Observasi sistematik atau investigasi jangka pendek

    (System Observation-short investigation) yang bermanfaat

    untuk menyajikan informasi tentang dampak aktivitas

    pembelajaran terhadap sikap siswa.

    Pertanyaan terbuka. Sama halnya observasi sistematik, ia

    memberikan stimulus dan bertanya kepada siswa untuk

    memberikan tanggapan. Tanggapan ini dapat berupa suatu

    tulisan singkat atau jawaban lisan, suatu pemecahan

    matematik, suatu gambar , suatu diagram, grafik.

    Portofolio (Portfolio) adalah kumpulan dari berbagai

    keterampilan, ide, minat dan keberhasilan/prestasi siswa

    17

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    18/40

    selama jangka waktu tertentu (Hart, 1994). Koleksi tersebut

    memberikan gambaran perkembangan siswa setiap saat.

    Penilaian portofolio merupakan salah satu bentuk asesmen

    autentik. Hal ini karena tugas-tugas yang diberikan guru

    menantang siswa agar dapat mengem- bangkan kemampuan

    pada situasi yang bermakna. Adanya penilaian portofolio

    memungkinkan siswa menunjukkan kemampuan belajar

    sekaligus meningkatkan pengetahuan siswa.

    Kajian/penilaian pribadi (self assessment). Siswa untuk

    mengevaluasi partisipasi, proses dan produk mereka.

    Pertanyaan evaluatif merupakan alat dasar dalam kajian

    pribadi.

    Jurnal (Journal) merupakan suatu proses refleksi dimana

    siswa berpikir tentang proses belajar dan hasilnya,

    kemudian menuliskan ide-ide, minat dan pengalamannya.

    Dengan kata lain jurnal membantu siswa dalam

    mengorgani-sasikan cara berpikirnya dan menuangkannya

    secara eksplisit dalam bentuk gambar, tulisan dan bentuk

    lainnya.

    Penyekoran Asesmen Autentik

    Menurut Hart (1994), penyekoran asesmen autentik yaitu sebagai

    berikut:

    1. Menekankan penyekoran berdasarkan suatu standar yang

    digunakan bersama.

    2. Mengungkap dan mengidentifikasi kekuatan siswa, bukan

    menunjukkan kelemahan mereka.

    3. Diskor berdasarkan standar kinerja yang jelas, bukan dengan

    acuan norma.

    4. Mengakses proses dan komptensi secara rutin.

    18

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    19/40

    5. Menggalakkan siswa untuk melakukan kebiasaan menilai diri

    sendiri.

    Alat yang dipakai untuk membantu guru melakukan

    penyekoran adalah rubrik penyekoran. Rubrik penyekoran adalah

    suatu set kriteria yang digunakan untuk menyekor atau

    menempatkan posisi siswa pada tes, portofolio, atau kinerja.

    Rubrik penyekoran mendeskripsikan tingkat kinerja yang

    diharapkan dicapai siswa secara relatif. Jadi, deskripsi kinerja-

    kinerja siswa dan bagaimana menempatkan kinerja tersebut dalam

    suatu rentangan nilai yang telah ditetapkan sebelumnya.

    (http://teti-sby.blogspot.com/2011/12/assesment-autentik.html)

    2. Kerangka Berfikir

    Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan

    program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil

    keputusan terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal

    kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan

    dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran dengan

    mengubah strategi pembelajaran, dan memperbaiki program

    pembelajarannya. Oleh karena itu, program yang telah dirancang,

    strategi pembelajaran yang telah disiapkan, dan bahan yang telah

    disiapkan perlu dievaluasi, direvisi, atau mungkin diganti apabila

    ternyata tidak efektif membantu siswa dalam mencapai penguasaan

    kompetensi. Perbaikan program tidak perlu menunggu sampai akhir

    semester, karena bila dilakukan pada akhir semester bisa saja

    perbaikan itu akan sangat terlambat.

    Guru harus percaya bahwa setiap siswa dalam kelasnya mampu

    mencapai kriteria ketuntasan setiap kompetensi, bila siswa mendapat

    bantuan yang tepat. Misalnya, memberikan bantuan sesuai dengan

    gaya belajar siswa pada waktu yang tepat sehingga kesulitan dan

    19

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    20/40

    20

    kegagalan tidak menumpuk. Dengan demikian siswa tidak frustasi

    dalam mencapai kompetensi yang harus dikuasainya.

    Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar

    di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama

    antara guru dengan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan

    materi pembelajaran secara optimal kepada siswa. Oleh karena itu,

    diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan

    cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreatifitas yang dimaksud

    adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan,

    dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran. Namun

    kenyataannya, masih banyak guru yang menggunakan pendekatan

    tradisional dalam melakukan pembelajaran matematika. Sehingga

    siswa belum mampu menangkap dan belum terarahkan untuk

    memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari

    karena pendekatan tradisional itu belum mampu mengembangkan

    kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik

    (keterampilan).

    Sedangkan bagi guru, penilaian autentik bisa menjadi tolak ukur

    yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif

    metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Oleh karena

    itulah, penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi hasil

    belajar di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting untuk

    diperhatikan agar siswa tidak hanya sekedar menjadi pembelajar saja,

    namun pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti dengan kemampuan

    mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya ke dalam dunia nyata.

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    21/40

    21

    C. METODOLOGI PENELITIAN

    1. Metode Penelitian

    a. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Bumijawa,

    terletak di Desa Gunung Agung, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten

    Tegal.

    b. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang diambil oleh peneliti yaitu tentang penelitian

    pengembangan ( Research and Development ) . Menurut bidang yang

    diteliti penelitian yang dilakukan termasuk di dalam jenis penelitian

    pengembangan model pembelajaran. Adapun berdasarkan teknik

    yang digunakan penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian

    observasi dan tes, di mana peneliti melakukan perlakuan khusus

    terhadap variable yang diteliti.

    Menurut Sugiono (2003:407) metode penelitian dan pengembanganatau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah

    metode penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji

    keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu

    digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk

    menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi

    dimasyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji

    keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat

    longitudinal (bertahap bisa multy years).

    Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiono

    (2003:408) yaitu :

    1. Potensi dan Masalah

    Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan

    memiliki nilai tambah.

    2. Mengumpulkan Informasi

    Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    22/40

    22

    dan uptode, maka selanjutnya perlu dikumpulkan sebagai informasi

    yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk

    tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Disini

    diperlukan metode penelitian sendiri. Metode apa yang digunakan

    untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan

    yang ingin dicapai.

    3. Desain Produk

    Produk yang dihasilkan dalam bidang pendidikan melalui

    penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

    pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan

    relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnyakurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu,

    metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi

    tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi,

    penataan ruang kelas untuk model pembelajaran tertentu dan lain-

    lain.

    Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagann,

    sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan

    membuatnya. Pada contoh tentang produk pendidikan , hasil akhir

    dari kegiatan yaitu berupa desain metode yaitu rancangan metode

    pembelajaran baru. Desain metode ini masih bersifat hipotetik.

    Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti, dan akan

    dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian. Setiap desain

    produk perlu ditunjukkan dalam gambar kerja, bagan atau uraian

    ringkas, sehingga akan memudahkan siswa untuk memahaminya.

    Efektivitas metode mengajar baru bisa diukur dari mudah

    diimplementasikan, suasana belajar menjadi kondusif dan hasil

    pembelajaran meningkat.

    4. Validasi Desain

    Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai

    apakah rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru

    secara rasional akan lebih efektif dari lama atau tidak. Dikatakan

    secara rasional, karena validasi disini masih bersifat penilaian

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    23/40

    23

    berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.

    Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan

    beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk

    menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta

    untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui

    kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan

    dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan

    proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut

    keunggulannya.

    5. Perbaikan Desain

    Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi denganpakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui

    kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk

    dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas

    memperbaiki desain adalah peneliti yang mau menghasilkan

    produk tersebut.

    6. Uji Coba Produk

    Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti metode

    mengajar baru dapat langsung diuji coba, setelah divalidasi dan

    revisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan disimulasikan, maka

    dapat diuji cobakan pada kelompok yang terbatas. Pengujian

    dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah

    metode mengajar bar tersebut lebih efektif dan efesien

    dibandingkan metode mengajar yang lama atau yang lain.

    Untuk itu pengujian dapat dilakukan dengan eksperimen,

    yaitu membandingkan efektivitas metode mengajar lama dengan

    yang baru. Indikatornya efektivitas metode mengajar baru adalah

    kecepatan pemahaman murid pada pelajaran lebih tinggi, murid

    bertambah kreatif dan hasil belajar meningkat.

    Eksperimen dapat dilakukan dengan cara membandingkan

    dengan keadaan sebelum dan sesudah memakai metode mengajar

    baru atau dengan membandingkan dengan kelompok yang tetap

    menggunakan metode mengajar lama. Dalam hal ini ada kelompok

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    24/40

    24

    eksperimen dan kelompok kontrol.

    c. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan sistem asesmen

    otentik dalam pembelajaran Matematika di SMP Negeri 2 Bumijawa

    kelas VIII A, VIII B, dan VIII c dengan melibatkan 117 orang siswa

    yang tersebar seperti tampak pada tabel 01.

    Tabel 01: Subjek Uji Coba Model Asesmen Otentik

    Kelas Model

    Pembelajaran

    Jumlah Siswa

    VIII A Inkuiri 40 orang

    VIII B Pembelajaran

    Berbasis Masalah

    37 orang

    VIII C Pendekatan Starter

    Eksperimen

    40 orang

    Total Siswa 117 orang

    Penelitian pengembangan ini menggunakan model IDI

    (Instructional Development Institute). Model ini telah digunakan

    secara luas di kalangan sekolah mulai dari sekolah dasar hingga

    perguruan tinggi (Miarso, 1987:59). Pengembangan model IDI terdiri

    dari tiga tahap utama, yaitu

    (1) penentuan (define),

    (2) pengembangan (development), dan

    (3) evaluasi (evaluate).

    Tahap penentuan terdiri dari tiga kegiatan, yakni:

    a. mengidentifikasi masalah (identify problem) yang meliputi

    kegiatan menilai kebutuhan, menentukan prioritas kebutuhan, dan

    merumuskan masalah yang akan dipecahkan

    b. menganalisis latar (analyze setting) dilakukan dengan

    mengumpulkan data tentang karakteristik sasaran, kondisi di mana

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    25/40

    25

    kegiatan akan berlangsung, hambatan-hambatan yang ada, serta

    mengumpulkan sumber-sumber yang relevan, dan

    c. mengorganisasikan pengelolaan (organize management) yang

    meliputi perumusan tugas, pembagian tugas atau tanggung jawab,

    serta penentuan waktu dan tempat.

    Tahap pengembangan terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu:

    1. mengidentifikasi tujuan (identify objective), yaitu tujuan umum

    (terminal objective) dan tujuan khusus (enabling objective),

    2. menentukan metode (specify methods) yang mencakup penentuan

    strategi belajar, metode, media/sarana yang diperlukan,

    3. menyusun prototipe (construct prototype) yang meliputi unit

    pembelajaran dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran

    (RPP), pedoman tugas, pedoman penilaian kinerja siswa dalam

    aktivitas laboratorium, pedoman penilaian sikap dalam mengikuti

    pembelajaran, tes hasil belajar dengan rubrik penilaiannya,

    pedoman pembuatan laporan praktikum, pedoman pembuatan

    ringkasan, kuesioner penilaian diri siswa, dan kuesioner respon

    siswa terhadap pembelajaran.

    Tahap evaluasi meliputi kegiatan: (1) pengujian prototipe

    (test prototipes) dengan kegiatan uji pakar dengan melibatkan 2

    orang pakar dari dosen dan seorang praktisi dari sekolah, (2)

    melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan rekomendasi dari

    pakar, dan (3) melakukan implementasi di kelas melalui penelitian

    tindakan kelas. Setelah kegiatan ini, dilakukan pengumpulan data-

    data dan analisis data. Hasil analalisis dikaji melalui panel group

    discussion. Bila hasilnya sudah dianggap baik, maka dapat

    direkomendasikan untuk digunakan lebih lanjut.

    2. Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Suharsimi

    Arikunto, 2002:108). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

    atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

    yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    26/40

    26

    kesimpulannya (Sugiono, 2003:72). Penelitian ini menggunakan

    populasi seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bumijawa.

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

    dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2003 : 73). Karena

    keterbatasan waktu dan tenaga, maka tidak semua siswa kelas VIII

    diteliti, sehingga diambil sampel untuk dijadikan obyek penelitian

    dengan teknik random sampling. Penentuan ukuran sampel

    menggunakan formula yang dikemukakan oleh Cohen (1977) dengan

    asumsi bahwa penelitian bersifat korelasional dan populasi

    berdistribusi normal dengan mempertimbangkan besarnya taraf

    signifikasi (), power (1-), jumlah ubahan bebas (u), daneffect size

    (f2). Adapun formula Cohen (1977: 439) adalah sebagai berikut :

    N

    Keterangan :

    L u 1

    f 2

    N = ukuran sampel

    L = parameter non sentralisasi

    f2

    = efek pengukuran

    u = banyaknya prediktor

    3. Variabel Penelitian

    Dalam hal ini yang akan diteliti yang diambil dalam jenis

    assesmen autentik yaitu tentang Assesmen Kinerja, proyek, produk,

    essai dan portofolio. Ada 4 (empat) macam variabel yang dilibatkan

    dalam penelitian ini yang terdiri atas tiga variabel bebas (independent

    variable) dan 1 (satu) variabel terikat (dependent variable). Keempat

    variabel tersebut adalah :

    1. Variabel bebas (x), terdiri atas tiga variabel yaitu :

    a. Model Pembelajaran Inkuiri (x1)

    b. Pembelajaran Berbasis Masalah (x2)

    c. Pendekatan Starter Eksperimen (x3).

    2. Variabel terikat (y), yaitu Prestasi Belajar.

    Pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat

    digambarkan sebagai berikut :

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    27/40

    27

    Inkuiri ( x1)

    Pembelajaran

    Berbasis Masalah(x2)

    Pendekatan Starter

    Eksperimen ( x3)

    Rx12y

    Rx2y

    Rx23y

    Rx1y

    Prestasi Belajar

    ( y )

    Rx3y

    Rx13y

    Inkuiri ( x1)

    Pembelajaran

    Berbasis Masalah(x2)

    Rx123y Prestasi Belajar

    ( y )

    Pendekatan StarterEksperimen ( x3 )

    Keterangan :

    Rx1y = Regresi x1terhadap y

    Rx2y = Regresi x2terhadap y

    Rx3y = Regresi x3terhadap y

    Rx12y = Regresi x1dan x2terhadap y

    Rx23y = Regresi x2dan x3terhadap y

    Rx13y = Regresi x1dan x3terhadap y

    Rx123y= Regresi x1, x2dan x3terhadap y

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    28/40

    28

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Sesuai dengan variabel yang diteliti,

    - Tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli terhadap siswa.

    - Tugas ( Tugas keterampialn, essai dan tugas invertigasi

    sederhana)

    - Format rekaman kegiatan belajar siswa ( misalnya : portopolio,

    wawancara, presentasi,menjawab pertanyaan dan debat )

    5. Analisis Data

    a. Analisis Regresi Tunggal

    Analisis regresi tunggal ini dilakukan satu persatu antara variabel

    o Model pembelajaran Inkuiri ( x1) terhadap prestasi belajar ( y )

    o Pembelajaran Berbasis Masalah ( x2) terhadap prestasi belajar

    (y )

    o Pendekatan Starter Eksperimen ( x3 ) terhadap prestasi belajar

    (y)

    Model regresi yang diprediksi yaitu:

    - y = a1+ b1x1(1)

    - y = a2+ b2 x2(2)

    - y = a3+ b3 x2(3)

    b. Analisis Regresi Ganda

    Pengujian secara simultan digunakan untuk menguji

    signifkansi regresi ganda adalah analisis tentang pengaruh antara

    dua variabel atau lebih variabel bebas (independent variable)

    dengan satu variabel terikat (dependent variable). Analisis regresi

    ganda bertujuan untuk meramalkan nilai pengaruh dua atau lebih

    variabel bebas terhadap satu variabel terikat, yaitu :

    - Model pembelajaran Inkuiri (x1) dan Pembelajaran Berbasis

    Masalah (x2) terhadap prestasi belajar (y)

    - Model pembelajaran Inkuiri (x1) dan Pendekatan Starter

    Eksperimen (x3) terhadap prestasi belajar (y)

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    29/40

    29

    - Pembelajaran Berbasis Masalah (x2) dan Pendekatan Starter

    Eksperimen (x3) terhadap prestasi belajar (y)

    - Model pembelajaran Inkuiri (x1), Pembelajaran Berbasis

    Masalah (x2) dan pemecahan masalah (x3) terhadap prestasi

    belajar (y)

    Model regresi yang diprediksi yaitu:

    - y = a4+ b1x1+ b2x2........(4)

    - y = a5+ b1x1 + b3x3...(5)

    - y = a6+ b2x2 + b3x3...(6)

    - y = a7+ b1x1+ b2x2 + b3x3........................(7)

    Ketujuh model regresi tersebut diuji kebermaknaannya

    pada table anovab

    apabila diperoleh nilai sig < 0,05 berarti bahwa

    ketujuh model regresi tersebut signifikan / ketiga variabel

    independen baik secara terpisah maupun ganda mempunyai

    pengaruh terhadap variabel dependen.

    6. Hasil Penelitian dan Pembahasan

    a) Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian di

    Sekolah

    Berdasarkan hasil pemberian kuesioner pada 117 orang siswa

    yang tersebar pada 3 kelas dikelas VIII-A, VIII-B, dan VIII-C SMP N

    2 Bumijawa.

    Tabel 02 : Data Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian

    No Aspek Persentase

    Siswa (%)

    1. Penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar

    siswa meliputi:

    a. Kuis, ulangan akhir pokok bahasan, ulangan umum,

    dan tugas rumah

    b. Unjuk kerja

    100

    0

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    30/40

    c. Penilaian diri 0

    2. Alat penilaian hasilbelajar

    a. Tes (Uraian, objektif)

    b. Non-tes danlainnya

    90

    10

    3. Sifat penilaian yang digunakan dalam menilai hasil

    belajar

    a. Terbuka (dengan beberapa alternatif jawaban benar)

    b. Tertutup (dengan hanya satu jawaban benar)

    28

    72

    4. Penilaian hasil belajar dilakukan secara

    a. Berkala (periodik)

    b. Terus menerus

    97

    35. Jumlah pemberian kuis/ulangan harian

    a. 14 kali dalam satu semester

    b. 58 kali

    c. 9 - 12 kali

    82

    18

    0

    6. Pemberian tugas-tugas yang diberikan guru

    a. Dilengkapi dengan penjelasan tugas yang jelas

    b. Tidak dilengkapi dengan penjelasan tugas yang

    jelas

    c. Dikembalikan hasilnya dilengkapi dengan komentar

    d. Tidak dikembalikanhasilnya

    86

    14

    48

    52

    7. Setelah ulangan akhir pokok bahasan

    a. Hasilnya dibahas

    b. Hasilnya tidak dibahas

    c. Bagi yang gagal tidak diremidi

    d. Bagi yang gagal diremidi

    97

    3

    0

    100

    8. Cara guru menentukan nilai akhir dalam Buku Raport

    Siswa

    a. Diberikan penjelasan pada awal pembelajaran (awal

    memulai semester)

    b. Tidak diberikan penjelasan pada awal pembelajaran

    32

    68

    9. Jumlah kegiatan praktikum di laboratorium dalam satu

    semester

    a. 1 - 2 kali

    b. 3 4 kali

    c. 5 6 kali

    d. 710 kali

    86

    14

    0

    0

    30

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    31/40

    10. Metode mengajar yang selama ini digunakan guru

    a. Ceramah

    b. Tanya jawab/diskusi

    c. Latihan soal

    d. Demonstrasi

    e. Kerja kelompok

    f. Kerja di laboratorium

    g. Proyek (penelitian lapangan)

    h. Persentasi

    86

    92

    100

    3

    26

    21

    0

    0

    11. Dalam kegiatan praktikum di laboratorium

    a. Dinilai oleh guru dan diberitahukan aspek

    penilaiannya

    b. Dinilai oleh guru dan tidak pernah diberitahukan

    aspek penilaiannya

    c. Tidak pernah dinilai

    16

    72

    12

    12. Dalam proses penilaian hasil belajar

    a. Siswa pernah disuruh menilai sendiri dirinya

    b. Siswa tidak pernah menilai sendiri dirinya

    4

    96

    Hasil di atas memperlihatkan bahwa sistem asesmen yang

    dikembangkan di sekolah ternyata belum sesuai dengan sistem

    asesmen dalam kurikulum berbasis kompetensi. Kinerja siswa

    maupun penilaian diri oleh siswa tidak pernah dilakukan oleh guru.

    Pada hal, kurikulum berbasis kompetensi untuk mata pelajaran

    Matematika menuntut agar penilaian kinerja (performance

    asessessment) khususnya dalam aktivitas laboratorium wajib

    dilaksanakan. Tanpa itu, sulit bagi guru untuk memberikan

    nilai kompetensi dasar khususnya menyangkut penilaian

    psikomotor dan afektif. Hal ini juga memperlihatkan bahwa metode

    mengajar yang digunakan masih didominasi dengan metode ceramah,

    tanya jawab, dan latihan soal- soal, sedangkan metode demonstrasi,

    kerja di laboratorium (praktikum) mendapat porsi yang masih

    minim. Hasil ini dijadikan rujukan untuk mengembangkan strategi

    pembelajaran dan sistem asesmen otentik dalam pembelajaran

    Matematika.

    31

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    32/40

    b) Hasil Pengembangan Perangkat Asesmen Otentik

    Sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah menghasilkan

    perangkat asesmen otentik yang efektif untuk pembelajaran

    Matematika di SMP, maka tahapan penelitian ini melalui beberapa

    tahapan.

    Tahap pertama, dilakukan identifikasi permasalahan-

    permasalahan yang berkaitan dengan asesmen dalam pembelajaran

    Matematika SMP. Hasil penelusuran terhadap permasalahan dalam

    melaksanakan penilaian (asesmen) tampak pada tabel 02 di atas.

    Tahap kedua, dilakukan pengembangan perangkat asesmen,

    meliputi: (1) Rencana Pembelajaran beserta Lembaran Kerja Siswa(Model Inkuiri Terbimbing, Model Pembelajaran Berbasis Masalah,

    dan Pembelajaran Starter Eksperimen), (2) Tes Hasil Belajar beserta

    rubrik penilaiannya, (3) Pedoman Penilaian Keterampilan Proses Sains

    (psikomotor), (4) Pedoman Penilaian Sikap Siswa dalam Pembelajaran

    (aspek afektif), (5) Pedoman Pembuatan Laporan Praktikum, (6)

    Pedoman Membuat Ringkasan, (7) Penilaian Diri (Self Evaluation),

    dan (8) Kuesioner Respon Siswa terhadap Pembelajaran. Seluruh

    perangkat pembelajaran dikembangkan bersama-sama mahasiswa yang

    menjadi payung penelitian ini dan selanjutnya draf hasil

    pengembangan dikoreksi oleh dua orang pakar (dosen) dan satu orang

    praktisi (guru SMP yang telah berpengalaman mengajar Matematika di

    SMP). Setelah diberikan masukan-masukan dan dilakukan diskusi

    secara intensif dan revisi, selanjutnya tim penilai memberikan

    penilaian kelayakan terhadap perangkat yang dikembangkann. Setelah

    memperoleh kualifikasi layak (skor minimal 70), perangkat asesmen

    otentik yang dikembangkan siap diujicobakan secara empirik dalam

    pembelajaran di kelas.

    c) Hasil Uji Coba Perangkat Asesmen dalam Pembelajaran

    Matematika

    Untuk melihat keefektifan perangkat asesmen otentik yang

    telah dikembangkan, dilakukan uji empirik melalui penelitian

    tindakan kelas dengan menerapkannya pada tiga model pembelajaran,

    32

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    33/40

    yaitu: (1) Model Inkuiri Terbimbing, (2) Model Pembelajaran

    Berbasis Masalah, dan (3) Model Pembelajaran Starter Eksperimen.

    Hasil uji coba perangkat asesmen otentik dalam pembelajaran

    Matematika di SMA dapat dilihat pada tabel 03, tabel 04, tabel 05,

    dan tabel 06.

    Tabel 03 : Hasil Uji Coba Perangkat Asesmen Otentik dalam

    Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

    Siklus Aspek

    Kognitif

    Aspek

    Psikomotor

    Aspek

    Afektif

    Rerata

    Nilai

    I 67,3 59,0 61,0 63,8II 70,5 71,7 70,3 70,8

    Tabel 04 : Uji Coba Perangkat Asesmen Otentik dalam Pembelajaran

    Berbasis Masalah

    Siklus Aspek

    Kognitif

    Aspek

    Psikomotor

    Aspek

    Afektif

    Rerata

    Nilai

    I 73,2 68,9 64,2 69,9

    II 80,7 80,1 77,6 79,8

    Tabel 05 : Hasil Uji Coba Perangkat Asesmen Otentik dalam

    Pembelajaran Starter Eksperimen

    Siklus Aspek Aspek Aspek Rerata

    Kognitif Psikomotor Afektif Nilai

    I 72,2 71,8 69,4 71,4

    II 78,6 78,1 77,1 78,1

    Tabel 06 : Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbantuan

    Asesmen Otentik

    33

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    34/40

    No Model PembelajaranSkor Respon Siswa

    Kualifikasi

    1. Inkuiri Terbimbing 62,9 Sangat

    Positif

    2. Pembelajaran

    Berbasis Masalah

    65,0 Sangat

    Positif

    3. Pembelajaran Starter

    Eksperimen

    62,0 Sangat

    Positif

    d) Pembahasan

    Hasil analisis kebutuhan terhadap pelaksanaan asesmen

    otentik di SMP Negeri 2 Bumijawa dengan melibatkan 117 orang

    siswa menunjukkan bahwa pelaksanaan asesmen otentik dalam

    pembelajaran Matematika masih belum memadai. Hal ini dapat dilihat

    dari temuan berikut ini. Penilaian hasil belajar Matematika siswa

    masih difokuskan pada aspek kognitif yang oleh hampir seluruh siswa

    (90%) dinyatakan dilakukan melalui paper and pencil test, baik dalam

    bentuk tes objektif maupun tes esai/uraian. Non-tes yang semestinya

    dapat digunakan untuk menilai kinerja maupun sikap siswa dalam

    pembelajaran hampir tidak digunakan oleh guru. Hal ini akan

    menyulitkan guru untuk menilai kompetensi siswa dalam aspek afektif

    dan psikomotor. Tes yang selama ini digunakan dalam menilai hasil

    belajar masih didominasi (78%) dengan tes yang menuntut jawaban

    tertutup (satu jawaban benar). Penggunaan tes semacam ini tentu tidak

    memberi peluang yang lebih luas pada pengembangan kreativitas

    berpikir siswa.

    Hal lain yang ditemukan dalam analisis kebutuhan adalah

    intensitas pemberian kuis atau ulangan harian masih relatif kecil (1-4

    kali) dalam satu semester. Pada hal, untuk melalukan penilaian kelas,

    hal itu semestinya dilakukan secara terus-menerus atau kontinyu

    selama proses belajar mengajar. Dampak dari penilaian yang tidak

    kontinyu adalah guru akan mengalami kesulitan dalam pengambilan

    keputusan pada akhir semester khususnya dalam pengisian nilai raportsiswa.

    34

    34

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    35/40

    Metode mengajar yang selama ini dilakukan di SMP masih

    didominasi oleh metode ceramah (86%), tanya jawab/diskusi (90%),

    dan latihan soal (100%), sedangkan metode eksperimen (21%) dan

    metode demonstrasi (3%). Begitu juga persentasi dan kinerja siswa

    hampir tidak mendapat porsi dalam pembelajaran (0%). Kenyataan ini

    tentu mengkhawatirkan terutama dalam pengembangan kompetensi

    dasar Matematika siswa. Jika guru memahami betul hakikat

    Matematika sebagai produk dan proses ilmiah, maka sudah tentu

    lebih banyak mestinya memporsikan metode eksperimen daripada

    metode ceramah. Jika memang demikian, wajarlah Matematika

    dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, banyak rumus, tidakkontekstual, dan terkesan membosankan.

    Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah diidentifikasi, disusun

    perangkat pembelajaran seperti: rencana pembelajaran, LKS, pedoman

    observasi kinerja siswa (keterampilan proses dalam praktikum),

    pedoman observasi sikap dalam pembelajaran (afektif), tes hasil

    belajar, pedoman tugas, dan penilaian diri siswa. Dengan berbagai

    kajian dan masukan dari pakar dan praktisi, diperoleh perangkat

    pembelajaran yang layak untuk diterapkan dalam pembelajaran. Untuk

    melihat efektivitas dan konsistensi dari perangkat asesmen otentik

    yang dikembangkan, dilakukan pengujian model asesmen otentik

    melalui penelitian tindakan kelas. Hasil uji coba menunjukkan bahwa

    secara konsisten model sistem asesmen otentik yang dikembangkan

    dalam pembelajaran Matematika berdampak positif terhadap hasil

    pembelajaran Matematika siswa. Hasil belajar dalam bentuk

    kompetensi dasar Matematika secara konsisten melalui tiga model

    yang dicobakan menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari

    hasil analisis terhadap kompetensi dasar Matematika siswa, baik

    melalui pembelajaran Matematika dengan model inkuiri terbimbing

    (rerata skor pada siklus akhir sebesar 70,8 dengan kualifikasi baik),

    model pembelajaran berbasis masalah (rerata skor pada siklus akhir

    sebesar 79,8 dengan kualifikasi baik), maupun model pembelajaran

    starter eksperimen (rerata skor pada siklus akhir sebesar 78,1 dengan

    kualifikasi baik). Hasil lain yang mendukung, selain dilihat dari

    35

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    36/40

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    37/40

    orang) akan menyulitkan guru dalam memberikan penilaian

    khususnya yang menyangkut observasi kinerja siswa. Namun,

    kesulitan ini telah dapat diatasi dengan memfokuskan penilaian pada

    beberapa kelompok saja (2 sampai 3 kelompok) pada dua jam

    pembelajaran, sedangkan kelompok lainnya diobservasi pada

    pertemuan berikutnya. Kendala lainnya adalah jumlah set alat yang

    ada di masing-masing sekolah masih belum memadai. Standar

    minimal peralatan laboratorium yang harus dimiliki oleh sekolah

    adalah 10 set percobaan. Dengan demikian, satu percobaan akan

    dikerjakan oleh 4 orang siswa sehingga penilaian akan dapat

    dilakukan secara optimal.

    37

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    38/40

    1. Kesimpulan

    D. PENUTUPAN

    Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat ditarik beberapa simpulan

    berikut ini. (1) Sistem asesmen otentik yang dilaksanakan selama ini di

    SMP N 2 Bumijawa masih belum optimum. Penilaian paper and pencil test

    masih mendominasi, sedangkan penilaian kinerja masih kurang mendapat

    perhatian. (2) Pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru

    masih didominasi dengan metode ceramah, diskusi/tanya jawab, danlatihan soal, sedangkan metode praktikum dan demonstrasi mendapat porsi

    yang sangat minim. (3) Sistem asesmen otentik yang dikembangkan

    melalui model pembelajaran inovatif (model inkuiri terbimbing,

    pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajatan dengan pendekatan

    starter eksperimen) cukup efektif dalam meningkatkan kompetensi dasar

    Matematika siswa. (4) Respon siswa terhadap sistem asesmen otentik

    melalui pembelajaran Matematika inovatif (model inkuiri terbimbing,

    pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajatan dengan pendekatan

    starter eksperimen) sangat positif.

    Berdasarkan temuan dan simpulan penelitian ini, disarankan hal-

    hal berikut ini. (1) Kepada guru-guru Matematika SMP disarankan untuk

    menerapkan asesmen otentik dalam pembelajaran Matematika karena

    dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan sekaligus dapat

    mengembangkan komptensi Matematika siswa. (2) Bila menerapkan

    sistem asesmen otentik dalam pembelajaran Matematika, maka

    kembangkanlah melalui berbagai pembelajaran inovatif seperti inkuiri

    terbimbing, pembelajaran berbasis masalah, pendekatan starter

    eksperimen, maupun pembelajaran inovatif lainnya. (3) Dalam

    menerapkan asesmen otentik, usahakan kelompok siswa tidak melebihi 4

    orang dan observasi kinerja maupun sikap siswa dilakukan secara bertahap

    dengan memfokuskan pengamatan pada 2 atau 3 kelompok dalam satu sesi

    pembelajaran. (4) Oleh karena penelitian ini baru pada tahap uji coba

    model secara terbatas, disarankan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan

    38

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    39/40

    menerapkannya dalam skup yang lebih luas dan pengujiannya dilakukan

    dengan eksperimen semu (quasi experiment).

    2. Saran

    Pada penelitian ini saran yang dapat disampaikan adalah:

    a. Bagi guru matematika, hasil penlitian ini dapat dijadikan sebagai

    masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran Matematika.

    b. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam

    melakukan penelitian yang sejenis.

    c. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam

    membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran di

    sekolah melalui pelatihan tentang media pembelajaran, atau sekedar

    penyegaran ingatan melalui pelatihan sederhana tentang media

    pembelajaran.

    d. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan

    dalam proses pembelajaran, karena suasana pembelajaran

    menyenangkan, dan semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran

    berdasarkan masalah, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan

    prestasi belajar siswa.

    39

  • 7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan

    40/40

    DAFTAR PUSTAKA

    Suharta, I gusti Putu. 2001. Matematika Realistik: Apa dan

    Bagaimana?.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

    Rohani, Ahmad.2004.Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

    B.Uno,Hamzah, dkk. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta : Bumi

    Aksara

    Purwanto,Ngalim.2007. Psikologi Pendidikan.Bandung: PT. Remaja

    Rosdakarya

    Syah, Muhibbin.1997. Psikologi Pendidikan, dengan Pendekatan Baru.

    Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

    Sugiyono. 1999.Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Penerbit Alfa

    Beta.

    Soehardjo.1992. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Surakarta: UNS

    Press.

    Ali, Muhammad. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung :

    Percetakan Sinar Baru Algensindo OffsetMenurut Tim pengembangan ilmu pendidikam FIP-UPI.2007.Ilmu dan

    Aplikasi Pendidikan.Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

    Teti : http://teti-sby.blogspot.com/2011/12/assesment-autentik.html

    Irwan Nuryana Kurniawan:

    http://kurniawan.staff.uii.ac.id/2008/08/22/asesmen-perkembangan-dan-

    belajar-siswa-mengapa-penting/

    Jurnal: I Wayan Suastra, Pengembangan Sistem Assesmen Otentik.

    Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha