Bagus Utuk Pembahasan
-
Upload
firdawenty-meses -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
Transcript of Bagus Utuk Pembahasan
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
1/40
A. PENDAHULUAN
Pengembangan Assesment Autentik pada Pembelajaran Matematika
Di Kelas VIII SMP Negeri 2 Bumijawa
1. Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan.
berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional, antara lain melalui berbagi macam cara guru dalam mengajar ,
adanya berbagai pelatihan daya keaktifan siswa, adanya buku dan alat-alat
tulis lainnya, adanya perbaikan sarana dan prasarana dan lain sebagainya.
Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan
peningkatan yang berarti bagi siswa.
Sebenarnya sebagai seorang guru, hanya perlu mencanangkan
suatu gerakan sadar matematika. Karena berjalan, makan, tidur dan apapun
aktifitas dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sadar menggunakan
matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai
jenjang pendidikan dasar. Matematika timbul karena olah pikir manusia
yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang disusun secarakonsisten dengan mempergunakan logika deduktif. Tujuan pendidikan
matematika di sekolah adalah untuk mempersiapkan anak didik agar
sanggup menghadapi perubahan-perubahan keadaan dalam kehidupan
dunia yang senantiasa berubah, melalui latihan bertindak atas dasar
pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, kreatif dan efisien.
Menurut Suharta (2001:1) dalam pembelajaran matematika selama
ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Siswa
mengalami kesulitan belajar matematika di kelas. Akibatnya, siswa kurang
menghayati atau memahami konsep-konsep matematika, dan siswa
mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan matematika dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran matematika di kelas ditekankan pada keterkaitan
antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari.
Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep matematika yang telah
1
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
2/40
dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau pada bidang lain sangat
penting dilakukan.
Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di
kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara
guru dengan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan materi
pembelajaran secara optimal kepada siswa. Oleh karena itu, diperlukan
kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara penyajian
materi pelajaran di sekolah. Kreatifitas yang dimaksud adalah kemampuan
seorang guru dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat
dalam penyajian materi pelajaran. Namun kenyataannya, masih banyak
guru yang menggunakan pendekatan tradisional dalam melakukan
pembelajaran matematika. Sehingga siswa belum mampu menangkap dan
belum terarahkan untuk memahami sendiri konsep-konsep matematika
yang sedang dipelajari karena pendekatan tradisional itu belum mampu
mengembangkan kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan
psikomotorik (keterampilan).
Dengan demikian siswa hanya cenderung menghafalkan konsep-
konsep matematika yang dipelajarinya tanpa memahami dengan benar.
Akibatnya penguasaan konsep-konsep matematika siswa menjadi sangat
kurang. Selain itu guru sebagai pemberi informasi cenderung
mendominasi kegiatan pembelajaran di kelas sehingga tidak terjadi
hubungan timbal balik antar guru dan siswa yang berimplikasi terhadap
kualitas pembelajaran dalam proses belajar mengajar matematika.
Pengajaran menurut Rohani (2004:4) merupakan perpaduan dari dua
aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Pengajaran
matematika akan bisa disebut berjalan dan berhasil dengan baik, manakala
ia mampu mengubah diri peserta didik selama ia terlibat di dalam proses
pengajaran itu, dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung.
Pemantapan proses belajar mengajar, guru mempunyai peranan
yang cukup penting, dimana hasil belajar anak didik bukan hanya
dipengaruhi oleh penguasaan guru terhadap materi pelajaran, tetapi juga
2
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
3/40
metode yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasaranya
menyukai ilmu itu adalah kodrat anak-anak. Hal ini dapat kita liat pada
anak SD betapa senangnya mereka ketika menghitung jumlah uang yang
dimiliki atau ketika mereka menghitung jumlah kelereng atau mainan lain
yang mereka kumpulkan, dari fakta ini memberi gambaran bahwa
matematika dapat dijadikan sebagai pelajaran favorit bagi siswa jika kita
menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran. Oleh karena itu
yang seharusnya dipikirkan oleh para pendidik atau calon pendidik
matematika adalah bagaimana cara atau metode menyajikan meteri
pelajaran metematika agar mudah dipahami siswa, sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan, salah satu komponen penunjang yang
berkenan dengan mutu pendidikan adalah proses belajar mengajar dan
teknik evaluasi yang digunakan. Evaluasi hasil merupakan bagian
terintegrasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Alat evaluasi berupa tes tertulis, masih mendominasi dalam
pelaksanaan evaluasi hasil belajar di SMP N 2 BUMIJAWA kabupaten
Tegal. Alat evaluasi ini sering digunakan dengan pertimbangan lebih
praktis, baik dalam penyusunan evaluasinya, cara penyelenggaraan
maupun koreksinya. Melalui tes tertulis, guru dapat menilai banyak hal,
tetapi tidak semua hasil proses belajar yang penting. Banyak situasi
penilaian kelas, guru membutuhkan non-tes tertulis untuk mendapatkan
informasi tentang kemampuan siswanya. Oleh karena itu penilaian tidak
hanya dilakukan pada akhir, tetapi dilakukan secara terintegrasi (tidak
dipisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Suatu alternatif teknik evaluasi hasil belajar yang dapat
memberikan peluang penghargaan lebih luas kemampuan subjek belajar,
ialah assesment autentik dalam pembelajaran autentik dilakukan evaluasi
sejauh mana siswa belajar dan sejauh mereka menerapkan hasilnya.
Assesment adalah peroses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa atau mahasiswa.
Assesment autentik merupakan assesment dimana siswa diminta
3
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
4/40
mendemostrasikan pengetahuan dan keterampilan mengerjakan tugas
masalah nyata atau masalah kontekstual.
Menurut hamzah,dkk (2012:1) Asesmen adalah suatu istilah umum
yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang belajar siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan
format penilaian kemajuan belajar. Selain itu, Popham mengemukakan
bahwa assesment dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya
formal pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel
penting pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh
guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Menurut Omalley
dan Pierce (Khaeruddin,2004:11) menyatakan bahwa asesmen autentikdigunakan untuk mendeskripsikan berbagai macam format asesmen yang
mencerminkan pembelajaran, hasil belajar, motivasi, dan sikap-sikap
siswa terhadap kegiatan-kegiatan kelas yang relevan dengan pengajaran.
Asesmen autentik menekankan pada proses pembelajaran. Jadi kemajuan
belajar siswa dinilai dari proses bukan hasil ulangan semata.
Dalam penelitian autentik (nyata), siswa dalam mempelajari
matematika dituntut bukan hanya memahami materi, melainkan juga
mampu merumuskan masalah, menemukan penyelesaian dan
menginterpretasikan hasil yang dicapai bahkan dengan penelitian autentik
ini siswa dituntut mampu melakukan tindakan nyata secara wujud dari
pemahamannya atas materi dalam pembelajaran.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas maka peneliti bermaksud
melakukan eksperimen dengan judul Pengembangan Assesment Autentik
Pada Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMP Negeri 2 Bumijawa.
2. Perumusan Masalah
a. Wilayah Kajian
Wilayah kajian peneliti yaitu tentang Evaluasi dan Assesment
mengenai Pengembangan Assesment Autentik Pada Pembelajaran
Matematika.
4
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
5/40
b. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang pendidikan
dimana berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan
peningkatan yang berarti bagi siswa.
2. Pembelajaran matematika selama ini, dunia nyata hanya dijadikan
tempat mengaplikasikan konsep sehingga siswa mengalami kesulitan
belajar matematika di kelas.
3. Alat evaluasi berupa tes tertulis, masih mendominasi dalam
pelaksanaan evaluasi hasil belajar, guru belum menentukan teknikalternatif untuk melakukan secara terintegrasi (tidak dipisahkan) dari
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Assesmen autentik.
4. Banyak guru yg belum melakukan penelitian autentik (nyata), karena
siswa dalam mempelajari matematika masih dituntut hanya memahami
materi saja.
5. Kemajuan belajar siswa dinilai dari proses bukan hasil ulangan semata.
c. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:
1. Suatu alternatif teknik evaluasi hasil belajar yang dapat memberikan
peluang penghargaan lebih luas kemampuan subjek belajar siswa, ialah
assesment autentik. Asesmen autentik meliputi asesmen kinerja,
proyek, produk, evaluasi diri, esai dan fortofolio.
Format Assesment Autentik bisa dilaksanakan berupa:
a. Tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli terhadap siswa.
b. Tugas ( Tugas keterampialn, essai dan tugas invertigasi sederhana)
c. Format rekaman kegiatan belajar siswa ( misalnya : portopolio,
wawancara, presentasi,menjawab pertanyaan dan debat )
2. Penelitian autentik (nyata), siswa dalam mempelajari
matematika dituntut bukan hanya memahami materi, melainkan juga
mampu merumuskan masalah, menemukan penyelesaian dan
menginterpretasikan hasil yang dicapai bahkan dengan penelitian
autentik ini siswa dituntut mampu melakukan tindakan nyata secara
5
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
6/40
wujud dari pemahamannya atas materi dalam pembelajaran.
d. Pertanyaan Masalah
Adapun pertanyaan pada penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana cara guru untuk mengembangkan pembelajaran
matematika dengan menilai siswa secara nyata ( assesment autentik)?
2. Bagaimana kualitas yang akan diperoleh siswa untuk memperoleh
hasil yang baik dalam pembelajaran matematika?
3. Apa produk yang dihasilkan dalam uji coba terhadap siswa dengan
assesment autentik?
e. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendorong siswa untuk sibuk dalam pemecahan masalah dan bekerja
secara bermakna dalam tugas kehidupan sehari-hari yang
kekomplekannya semakin meningkat.
2. Memberikan kesempatan pad asiswa untuk mendapatkan kejalasan
yang lebih tentang kewajibannya dan segala sesuatu yang diharapkan
untuk mereka kuasai.
3. Memungkinkan siswa memanfaatkan pengetahuan secara efektif dan
berusaha dengan disiplin untuk menemukan dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan kehidupan dan
masyarakatnya.
4. Meningkatkan kemampuan guru dalam memahami hasil penilaian
yang bermakna dan diperlukan untuk peningkatan pengajaran.
5. Mendorong guru untuk mengubah cara pandangnya tentangt
pengetahuan,pengajaran dan kesuksesan akademik.
6. Memperbaiki kemampuan guru dalam menggunakan berbagai sumber
bukti-bukti untuk menilai kinerja siswa.
6
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
7/40
f. Manfaat Penelitian
1. Untuk siswa :
a. Siswa dapat menunjukkan kemampuan komprehensif.
b. Siswa dapat memperkuat kompetensi dan kemampuan menerapkan
dan menghubungan: pembelajaran dengan pengalaman mereka,
dunia menereka dengan dunia real yang lebih luas.
c. Untuk meningkatkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi: analisis,
sintesis, identifikasi masalah, menemukan solusi, mengikuti alur
hubungan sebab-akibat.
2. Untuk guru:
- Penilaian autentik bisa menjadi tolak ukur yang komprehensif
mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif metode yang
diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Oleh karena itulah,
penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi hasil belajar
di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting untuk
diperhatikan agar siswa tidak hanya sekedar menjadi pembelajar
saja, namun pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti dengan
kemampuan mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya ke
dalam dunia nyata.
g. Spesifikasi Produk yang Diharapkan.
Asesmen autentik meliputi asesmen kinerja, proyek, produk, esai
dan fortofolio yang diterapkan dalam pembelajaran memiliki beberapa
fungsi.
1. Asesmen kinerja : Asesmen kinerja merupakan penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan
sesuatu. Asesmen ini tepat dilakukan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut siswa menunjukkan kinerjanya.
Pemantauan didasarkan pada kinerja yang ditunjukkan dalam
menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang diberikan.
7
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
8/40
2. Proyek : Tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena
dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer/sekunder,
evaluasi hasil, dan kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan
suatu sarana yang penting untuk menilai kemampuan umum dalam
semua bidang.
3. Produk : Produk atau hasil kerja adalah penilaian terhadap kemampuan
siswa membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan,
pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, pahatan), barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
4. Esai : menghendaki siswa untuk mengorganisasikan, merumuskan, dan
mengemukakan sendiri jawabannya. Ini berarti siswa tidak memilih
jawaban, akan tetapi memberikan jawaban dengan kata-katanya sendiri
secara bebas.
5. Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
berbagai informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
siswa dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta
didik tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik oleh siswanya, hasil tes(bukan nilai), piagam
penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
8
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
9/40
B. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengantar Landasan Teori
A. Pembelajaran Matematika
1. Belajar
Ngalim Purwanto (2007:85) mengatakan bahwa good dan
brophy dalam bukunya Education Psycholohy: A Realistic
Approach mengemukakan arti belajar dengan kata-kata singkat,
yaitu Learning is the development of new assosiations as a result
of experience.Beranjak dari definisi yang dikemukakan selanjutnya
menjelaskan bahwa belajar itu suatu proses yang benar-benar
bersifat internal (a purely internal event). Belajar merupakan suatu
proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata; proses itu terjadi
didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi belajar
disini bukan tingkah laku yang tampak, tetapi terutama adalah
prosesnya yang terjadi secara internal didalam diri individu dalam
usahanya memperoleh hubungtan-hubungan baru ( new
assosiations ).
Menurut Muhibbin Syah (1997:89), belajar adalah kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau
keluarganya sendiri.
Menurut Muhammad Ali (2004 : 14) pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, sikap dan sebagainya yang dimiliki seseorang tidak
dapat diidentifikasikan seeorang karena ini merupakan
kecenderungan perilaku saja. Hal ini dapat diidentifikasi bahkan
dapat diukur dari penampilan (behavioral performence).
Penampilan ini dapat berupa kemampuan menjelaskan,
menyebutkan sesuatu atau melakukan suatu perbuatan. Jadi, kitadapat mengidentifikasi hasil belajar melalui penampilan. Namun
9
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
10/40
demikian, individu dapat dikatakan telah menjalani proes belajar,
meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecenderungan
perilaku. ( De Cecco & Crawford,1977:178 )
Jadi dapat disimpulkan dari beberapa definisi tersebut
bahwa belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dari
siswa itu untuk bisa menggapai suatu yang telah dicita-citakan.
proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan kebiasaan
ataupun sikap yang diperoleh dari hasil pengalaman dan latihan.
2. MatematikaMatematika menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(2003:6) merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek
abstrak dan dibangun melalui melalui proses penalaran deduktif,
yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari
kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam
matematika bersifat sangat kuat dan jelas. Soehardjo (1992:12)
menyatakan bahwa obyek penelaahan matematika adalah
fakta, keterampilan (operasi matematika), konsep dan prinsip
atau aturan-aturan. Obyek penelaahan ini menggunakan simbol-
simbol sebagai sarana untuk melakukan penalaran.
Menurut pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
matematika adalah suatu ilmu yang dipelajari dengan ide-ide atau
konsep-konsep abstrak yang tersusun dengan benar dan
penalarannya deduktif.
B. Pengembangan Assesmen autentik
1. Assesmen
Menurut Tim pengembangan ilmu pendidikam FIP-UPI (2007:
200) Assesmen merupakan perangkat penilaian untuk mengukur
ketercapaian hasil belajar. Data yang diperoleh melalui assesmen
dapat digunakan sebagai bahan umpan balik terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan.
10
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
11/40
Proses assesmen melibatkan 4 komponen yaitu:
a. Manfaat data (use)
b. Informasi dari data yang terkumpul
c. Metode pengumpulan data
d. Pemakai data
Sebenarnya banyak kemampuan siswa yang dapat diukur, oleh
karena itu hendaknyan assesmen tidak hanya dibuat dan digunakan
hanya untuk mengukur kemamuan kognitif saja, namun dapat juga
dibuat untuk mengukur kemampuan lain seperti, sikap dan
psikomotor, dengan dimikian akan diperoleh informasi lengkap
tentang hasil belajar siswa.
Menurut Irwan(2008), Asesmen merupakan sebuah proses
pengumpulan informasi yang terus menerus berlangsung untuk
mengukur performansi murid dan proses pembelajaran. Asesmen
perkembangan dan belajar anak memiliki nilai penting. Tidak
hanya mengukur kemajuan anak-anak sebagai bentuk evaluasi
program, asesmen juga berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan pengembangan staf dan perencanaan pembelajaran di
masa yang akan datang
Asesmen yang tepat berguna untuk membantu anak-anak
berkembang secara optimal, baik fisik, sosial, emosional,
intelektual maupun spiritual. Asesmen yang tepat juga dapat
digunakan untuk mendeteksi keterlambatan-keterlambatanperkembangan atau kebutuhan-kebutuhan khusus yang mungkin
dimiliki anak-anak. Selain itu informasi yang akurat dari sebuah
asesmen bermanfaat untuk peningkatan pembelajaran sehingga
proses belajar anak-anak membaik dan sebagai informasi bagi para
orangtua tentang kemajuan dan hal-hal terkait dengan belajar anak-
anak mereka.
Asesmen yang tepat merupakan bagian penting dari program
evaluasi dan perbaikan terus menerus kualitas program pendidikan
11
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
12/40
yang sudah dirancang. Dalam program pendidikan yang
berkualitas, pihak-pihak terkait dengan pendidikan anak
menggunakan informasi dari berbagai macam sumber untuk
merencanakan dan membuat keputusan-keputusan tentang anak-
anak secara individual.
Prosedur-prosedur dan instrumen-instrumen (alat) asesmen
seperti test, observasi, portofolio, penilaian guru, penilaian
orangtua, dan lain sebagainyadikatakan efektif ketika mereka
memenuhi standar validitas (tepat dan akurat), reliabilitas
(keajegan), dan kepekaan terhadap isu-isu kultural. Instrument
asesmen yang tepat memungkinkan jawaban-jawaban yang khasdari anak-anak menurut kelompok usia, jenis kelamin, latar
belakang budaya, dan kondisi geografis. Anak-anak harus diukur
secara individual oleh orang-orang yang mengetahui mereka
dengan objektif dalam setting dan situasi-situasi yang
mencerminkan penampilan mereka yang sesungguhnya. Semakin
muda usia anak, maka akan semakin sulit untuk mendapatkan
asesmen yang valid. Perkembangan anak-anak usia dini
berlangsung sangat cepat dan sangat dipengaruhi oleh pengalaman.
Performansi mereka dalam tes dipengaruhi oleh kondisi-kondisi
emosional anak dan kondisi-kondisi saat asesmen dilakukan.
Satu hal yang pasti dalam melakukan asesmen adalah jangan
pernah menggunakan satu instrumen asesmen untuk membuat
keputusan-keputusan yang memiliki konsekuensi penting bagi
anak-anak. Setiap asesmen seharusnya dipilih untuk memenuhi
tujuan-tujuan yang spesifik. Asesmen seharusnya diselaraskan
dengan kurikulum dan proses pembelajaran di kelas.
C. Assesmen Autentik
Pengertian dan Ciri-ciri Assesment Autentik
Pengertian dan Ciri-Ciri Penilaian Autentik (Authentic
Assessment) menurut Gulikers, Bastiaens & Kirschner (2004) adalah
bahwa authentic assesment menuntut siswa untuk menggunakan
12
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
13/40
kompetensi yang sama atau mengkombinasikan pengetahuan,
kemampuan, dan sikap yang dapat mereka aplikasikan pada kriteria
situasi dalam kehidupan professional. Berikut ini beberapa macam
pengertian asesmen autentik dari berbagai sumber:
1. Asesmen autentik adalah suatu cara pengukuran penguasaan
peserta didik terhadap suatu mata pelajaran dengan cara yang lain
dibanding regugitasi sederhana dari pengetahuan. Asesmen
autentik harus mengukur proses pemahaman dan bukan sederhana
potongan-potongan informasi yang dihafal.
2. Suatu asesemen dikatakan autentik, jika asesmen itu
memeriksa/menguji secara langsung perbuatan atau prestasipeserta didik berkaitan dengan tugas intelektual yang layak
(Grant, 1990). Dalam hal ini asesmen autentik menutut peserta
didik untuk menjadi orang yang efektif yang memiliki
pengetahuan yang dibutuhkan.
3. Asesmen autentik adalah soal tes atau latihan yang sangat
mendekati hasil pendidikan sains yang diinginkan. Latihan
informasi dan penalaran ilmiah pada situasi semacam yang akan
dihadapi di luar kelas. (The National Science Education Standart,
1995, dalam Voss, tanpa tahun).
4. Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas
otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna (Hart, 1994).
Asesmen itu terlihat sebagai aktivitas pembelajaran yang
melibatkan keterampilan berpikir tinggi serta koordinasi tentang
pengetahuan yang luas.
5. Asesmen autentik menantang peserta didik untuk menerapkan
informasi maupun keterampilan akademik baru pada suatu situasi
riil untuk suatu maksud yang jelas. Asesmen autentik
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengeluarkan seluruh kemampuannya sembari memperlihatkan
apa yang telah dipelajarinya (Johnson, 2002).
13
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
14/40
Asesmen menjadi autentik bilamana pembelajaran yang
diukur oleh asesmen itu memiliki nilai di luar kelas serta bermakna
bagi peserta didik (Kerka, 1995). Asesmen autentik mengamanatkan
keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
tugas yang sesungguhnya.
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan
informasi dan keterampilan baru dalam situasi nyata untuk tujuan
tertentu. Penilaian ini merupakan alat bagi sekolah yang maju, yang
tahu dengan jelas apa yang diharapkan dari siswa dan tahu dengan
jelas bagaimana mereka mewujudkan kualitas tersebut (Sizer, 1992:
Johnson, 2009).
Bila performance assessment meminta anak didik untuk
mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan tertentu dalam situasi
testing. Authentic assessment membawa demonstrasi ini selangkah
lebih maju dan menekankan pentingnya penerapan keterampilan atau
kemampuan yang dimaksud dalam konteks situasi kehidupan nyata.
Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran
secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan
kerjasama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
Pengujian standar (ujian nasional, ulangan umum, dan lain-lain.) dan
penilaian dalam bentuk angka bersifat ekslusif dan sempit, sementara
penilaian autentik bersifat inklusif.
Ciri-ciri Penilaian Autentik
- Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
- Mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan.
- Penilaian terhadap produk atau kinerja.
- Tugas-tugas kontekstual dan relevan.
14
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
15/40
Manfaat dan Tujuan Penilaian Autentik
a. Manfaat penilaian autentik
Penggunaan penilaian autentik sebagai evaluasi hasil
pembelajaran siswa di sekolah merupakan suatu solusi yang bisa
ditawarkan untuk melihat sejauh mana pembelajaran yang
dilakukan berjalan dengan efektif. Di kedua sisi ini adalah sesuatu
yang menguntungkan baik bagi siswa itu sendiri maupun pihak
guru atau sekolah.
Manfaat bagi siswa adalah dapat mengungkapkan secara total
seberapa baik pemahaman materi akademik mereka,
mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka,
seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya,
menangani teknologi dan berfikir sistematis, menghubungkan
pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka
dan masyarakat luas, mempertajam keahlian berfikir dalam
tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan,dan mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi dan mengikuti
hubungan sebab akibat, menerima tanggung jawab dan membuat
pilihan, berhubungan dan kerja sama dengan orang lain dalam
membuat tugas, dan belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri
(Newmann & Wehlage, 1993; Jonshon, 2009).
Sedangkan bagi guru, penilaian autentik bisa menjadi tolak
ukur yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa
efektif metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Oleh
karena itulah, penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi
hasil belajar di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting
untuk diperhatikan agar siswa tidak hanya sekedar menjadi
pembelajar saja, namun pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti
dengan kemampuan mengaplikasikan kemampuan yang
dimilikinya ke dalam dunia nyata.
15
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
16/40
b. Tujuan penilaian autentik
1. Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa
dalam konteks dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar
bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya
ke dalam tugas-tugas yang autentik
2. Melalui penilaian autentik ini, diharapkan berbagai informasi
yang absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan
apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa
atau tentang kualitas program pendidikan.
Prinsip Penilaian Autentik
a. Penilaiaan harus meneerminkan masalah dunia nyata
b. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan
kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi
pengalaman belajar
c. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek
dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
Bentuk dan Strategi Penilaian Autentik
Bentuk-bentuk penerapan asesmen autentik yaitu sebagai berikut:
1. Pada umumnya pendidik mengenal 4 macam asesmen autentik,
yaitu portofolio, perbuatan atau kinerja, proyek, dan respon
tertulis secara luas (Johnson, 2002).
2. Asesmen autentik dapat mencakup aktivitas yang beragam
seperti wawancara lisan, tugas problem solving kelompok,
pembuatan portofolio (Hart, 1994). Dalam cara lain dinyatakan
pula bahwa cara-cara asesmen dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu observasi, contoh-contoh perbuatan, serta tes
dan prosedur serupa tes atau pengukuran prestasi peserta didik
pada suatu waktu maupun tempat tertentu.
16
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
17/40
3. Peserta didik untuk mengilustrasikan informasi akademik yang
telah dipelajarinya, misalnya dalam bidang sains, pendidikan,
kesehatan, matematika, dan bahasa inggris, dengan merancang
sebuah presentasi tentang emosi orang (Johnson, 2002).
4. Asesmen autentik memberikan kesatuan utuh tugas kepada
peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang
dijumpai dalam aktivitas pembelajaran yang paling baik, seperti
melakukan penelitian, menulis, merevisi, dan mendiskusikan
masalah. Asesmen autentik juga mengikuti apakah peserta didik
dapat terampil memberikan jawaban perbuatan atau produk
yang seksama dan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Asesmen autentik menjadi valid dan reliabel dengan cara
menekankan dan membakukan kriteria produk yang sesuai
(Grant, 1990).
Strategi Penilaian Autentik
Penilaian kinerja (Performance assessment) yangdikembangkan untuk menguji kemampuan siswa dalam
mendemonstrasikan pengetahuan pada berbagai situasi
nyata dan konteks tertentu.
Observasi sistematik atau investigasi jangka pendek
(System Observation-short investigation) yang bermanfaat
untuk menyajikan informasi tentang dampak aktivitas
pembelajaran terhadap sikap siswa.
Pertanyaan terbuka. Sama halnya observasi sistematik, ia
memberikan stimulus dan bertanya kepada siswa untuk
memberikan tanggapan. Tanggapan ini dapat berupa suatu
tulisan singkat atau jawaban lisan, suatu pemecahan
matematik, suatu gambar , suatu diagram, grafik.
Portofolio (Portfolio) adalah kumpulan dari berbagai
keterampilan, ide, minat dan keberhasilan/prestasi siswa
17
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
18/40
selama jangka waktu tertentu (Hart, 1994). Koleksi tersebut
memberikan gambaran perkembangan siswa setiap saat.
Penilaian portofolio merupakan salah satu bentuk asesmen
autentik. Hal ini karena tugas-tugas yang diberikan guru
menantang siswa agar dapat mengem- bangkan kemampuan
pada situasi yang bermakna. Adanya penilaian portofolio
memungkinkan siswa menunjukkan kemampuan belajar
sekaligus meningkatkan pengetahuan siswa.
Kajian/penilaian pribadi (self assessment). Siswa untuk
mengevaluasi partisipasi, proses dan produk mereka.
Pertanyaan evaluatif merupakan alat dasar dalam kajian
pribadi.
Jurnal (Journal) merupakan suatu proses refleksi dimana
siswa berpikir tentang proses belajar dan hasilnya,
kemudian menuliskan ide-ide, minat dan pengalamannya.
Dengan kata lain jurnal membantu siswa dalam
mengorgani-sasikan cara berpikirnya dan menuangkannya
secara eksplisit dalam bentuk gambar, tulisan dan bentuk
lainnya.
Penyekoran Asesmen Autentik
Menurut Hart (1994), penyekoran asesmen autentik yaitu sebagai
berikut:
1. Menekankan penyekoran berdasarkan suatu standar yang
digunakan bersama.
2. Mengungkap dan mengidentifikasi kekuatan siswa, bukan
menunjukkan kelemahan mereka.
3. Diskor berdasarkan standar kinerja yang jelas, bukan dengan
acuan norma.
4. Mengakses proses dan komptensi secara rutin.
18
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
19/40
5. Menggalakkan siswa untuk melakukan kebiasaan menilai diri
sendiri.
Alat yang dipakai untuk membantu guru melakukan
penyekoran adalah rubrik penyekoran. Rubrik penyekoran adalah
suatu set kriteria yang digunakan untuk menyekor atau
menempatkan posisi siswa pada tes, portofolio, atau kinerja.
Rubrik penyekoran mendeskripsikan tingkat kinerja yang
diharapkan dicapai siswa secara relatif. Jadi, deskripsi kinerja-
kinerja siswa dan bagaimana menempatkan kinerja tersebut dalam
suatu rentangan nilai yang telah ditetapkan sebelumnya.
(http://teti-sby.blogspot.com/2011/12/assesment-autentik.html)
2. Kerangka Berfikir
Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan
program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil
keputusan terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal
kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan
dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran dengan
mengubah strategi pembelajaran, dan memperbaiki program
pembelajarannya. Oleh karena itu, program yang telah dirancang,
strategi pembelajaran yang telah disiapkan, dan bahan yang telah
disiapkan perlu dievaluasi, direvisi, atau mungkin diganti apabila
ternyata tidak efektif membantu siswa dalam mencapai penguasaan
kompetensi. Perbaikan program tidak perlu menunggu sampai akhir
semester, karena bila dilakukan pada akhir semester bisa saja
perbaikan itu akan sangat terlambat.
Guru harus percaya bahwa setiap siswa dalam kelasnya mampu
mencapai kriteria ketuntasan setiap kompetensi, bila siswa mendapat
bantuan yang tepat. Misalnya, memberikan bantuan sesuai dengan
gaya belajar siswa pada waktu yang tepat sehingga kesulitan dan
19
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
20/40
20
kegagalan tidak menumpuk. Dengan demikian siswa tidak frustasi
dalam mencapai kompetensi yang harus dikuasainya.
Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar
di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama
antara guru dengan siswa. Guru dituntut untuk mampu menyajikan
materi pembelajaran secara optimal kepada siswa. Oleh karena itu,
diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan
cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Kreatifitas yang dimaksud
adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, pendekatan,
dan media yang tepat dalam penyajian materi pelajaran. Namun
kenyataannya, masih banyak guru yang menggunakan pendekatan
tradisional dalam melakukan pembelajaran matematika. Sehingga
siswa belum mampu menangkap dan belum terarahkan untuk
memahami sendiri konsep-konsep matematika yang sedang dipelajari
karena pendekatan tradisional itu belum mampu mengembangkan
kemampuan kognitif (penalaran), afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan).
Sedangkan bagi guru, penilaian autentik bisa menjadi tolak ukur
yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif
metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Oleh karena
itulah, penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi hasil
belajar di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting untuk
diperhatikan agar siswa tidak hanya sekedar menjadi pembelajar saja,
namun pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti dengan kemampuan
mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya ke dalam dunia nyata.
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
21/40
21
C. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Bumijawa,
terletak di Desa Gunung Agung, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten
Tegal.
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang diambil oleh peneliti yaitu tentang penelitian
pengembangan ( Research and Development ) . Menurut bidang yang
diteliti penelitian yang dilakukan termasuk di dalam jenis penelitian
pengembangan model pembelajaran. Adapun berdasarkan teknik
yang digunakan penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian
observasi dan tes, di mana peneliti melakukan perlakuan khusus
terhadap variable yang diteliti.
Menurut Sugiono (2003:407) metode penelitian dan pengembanganatau dalam bahasa Inggrisnya Research and Development adalah
metode penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji
keefektifan produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu
digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk
menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi
dimasyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji
keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat
longitudinal (bertahap bisa multy years).
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiono
(2003:408) yaitu :
1. Potensi dan Masalah
Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan
memiliki nilai tambah.
2. Mengumpulkan Informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
22/40
22
dan uptode, maka selanjutnya perlu dikumpulkan sebagai informasi
yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk
tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Disini
diperlukan metode penelitian sendiri. Metode apa yang digunakan
untuk penelitian tergantung permasalahan dan ketelitian tujuan
yang ingin dicapai.
3. Desain Produk
Produk yang dihasilkan dalam bidang pendidikan melalui
penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan
relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnyakurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu,
metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi
tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi,
penataan ruang kelas untuk model pembelajaran tertentu dan lain-
lain.
Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagann,
sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan
membuatnya. Pada contoh tentang produk pendidikan , hasil akhir
dari kegiatan yaitu berupa desain metode yaitu rancangan metode
pembelajaran baru. Desain metode ini masih bersifat hipotetik.
Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti, dan akan
dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian. Setiap desain
produk perlu ditunjukkan dalam gambar kerja, bagan atau uraian
ringkas, sehingga akan memudahkan siswa untuk memahaminya.
Efektivitas metode mengajar baru bisa diukur dari mudah
diimplementasikan, suasana belajar menjadi kondusif dan hasil
pembelajaran meningkat.
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai
apakah rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru
secara rasional akan lebih efektif dari lama atau tidak. Dikatakan
secara rasional, karena validasi disini masih bersifat penilaian
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
23/40
23
berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan
beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk
menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar diminta
untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui
kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan
dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan
proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut
keunggulannya.
5. Perbaikan Desain
Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi denganpakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui
kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk
dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang bertugas
memperbaiki desain adalah peneliti yang mau menghasilkan
produk tersebut.
6. Uji Coba Produk
Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti metode
mengajar baru dapat langsung diuji coba, setelah divalidasi dan
revisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan disimulasikan, maka
dapat diuji cobakan pada kelompok yang terbatas. Pengujian
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah
metode mengajar bar tersebut lebih efektif dan efesien
dibandingkan metode mengajar yang lama atau yang lain.
Untuk itu pengujian dapat dilakukan dengan eksperimen,
yaitu membandingkan efektivitas metode mengajar lama dengan
yang baru. Indikatornya efektivitas metode mengajar baru adalah
kecepatan pemahaman murid pada pelajaran lebih tinggi, murid
bertambah kreatif dan hasil belajar meningkat.
Eksperimen dapat dilakukan dengan cara membandingkan
dengan keadaan sebelum dan sesudah memakai metode mengajar
baru atau dengan membandingkan dengan kelompok yang tetap
menggunakan metode mengajar lama. Dalam hal ini ada kelompok
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
24/40
24
eksperimen dan kelompok kontrol.
c. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan sistem asesmen
otentik dalam pembelajaran Matematika di SMP Negeri 2 Bumijawa
kelas VIII A, VIII B, dan VIII c dengan melibatkan 117 orang siswa
yang tersebar seperti tampak pada tabel 01.
Tabel 01: Subjek Uji Coba Model Asesmen Otentik
Kelas Model
Pembelajaran
Jumlah Siswa
VIII A Inkuiri 40 orang
VIII B Pembelajaran
Berbasis Masalah
37 orang
VIII C Pendekatan Starter
Eksperimen
40 orang
Total Siswa 117 orang
Penelitian pengembangan ini menggunakan model IDI
(Instructional Development Institute). Model ini telah digunakan
secara luas di kalangan sekolah mulai dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi (Miarso, 1987:59). Pengembangan model IDI terdiri
dari tiga tahap utama, yaitu
(1) penentuan (define),
(2) pengembangan (development), dan
(3) evaluasi (evaluate).
Tahap penentuan terdiri dari tiga kegiatan, yakni:
a. mengidentifikasi masalah (identify problem) yang meliputi
kegiatan menilai kebutuhan, menentukan prioritas kebutuhan, dan
merumuskan masalah yang akan dipecahkan
b. menganalisis latar (analyze setting) dilakukan dengan
mengumpulkan data tentang karakteristik sasaran, kondisi di mana
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
25/40
25
kegiatan akan berlangsung, hambatan-hambatan yang ada, serta
mengumpulkan sumber-sumber yang relevan, dan
c. mengorganisasikan pengelolaan (organize management) yang
meliputi perumusan tugas, pembagian tugas atau tanggung jawab,
serta penentuan waktu dan tempat.
Tahap pengembangan terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu:
1. mengidentifikasi tujuan (identify objective), yaitu tujuan umum
(terminal objective) dan tujuan khusus (enabling objective),
2. menentukan metode (specify methods) yang mencakup penentuan
strategi belajar, metode, media/sarana yang diperlukan,
3. menyusun prototipe (construct prototype) yang meliputi unit
pembelajaran dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), pedoman tugas, pedoman penilaian kinerja siswa dalam
aktivitas laboratorium, pedoman penilaian sikap dalam mengikuti
pembelajaran, tes hasil belajar dengan rubrik penilaiannya,
pedoman pembuatan laporan praktikum, pedoman pembuatan
ringkasan, kuesioner penilaian diri siswa, dan kuesioner respon
siswa terhadap pembelajaran.
Tahap evaluasi meliputi kegiatan: (1) pengujian prototipe
(test prototipes) dengan kegiatan uji pakar dengan melibatkan 2
orang pakar dari dosen dan seorang praktisi dari sekolah, (2)
melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan rekomendasi dari
pakar, dan (3) melakukan implementasi di kelas melalui penelitian
tindakan kelas. Setelah kegiatan ini, dilakukan pengumpulan data-
data dan analisis data. Hasil analalisis dikaji melalui panel group
discussion. Bila hasilnya sudah dianggap baik, maka dapat
direkomendasikan untuk digunakan lebih lanjut.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Suharsimi
Arikunto, 2002:108). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
26/40
26
kesimpulannya (Sugiono, 2003:72). Penelitian ini menggunakan
populasi seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Bumijawa.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2003 : 73). Karena
keterbatasan waktu dan tenaga, maka tidak semua siswa kelas VIII
diteliti, sehingga diambil sampel untuk dijadikan obyek penelitian
dengan teknik random sampling. Penentuan ukuran sampel
menggunakan formula yang dikemukakan oleh Cohen (1977) dengan
asumsi bahwa penelitian bersifat korelasional dan populasi
berdistribusi normal dengan mempertimbangkan besarnya taraf
signifikasi (), power (1-), jumlah ubahan bebas (u), daneffect size
(f2). Adapun formula Cohen (1977: 439) adalah sebagai berikut :
N
Keterangan :
L u 1
f 2
N = ukuran sampel
L = parameter non sentralisasi
f2
= efek pengukuran
u = banyaknya prediktor
3. Variabel Penelitian
Dalam hal ini yang akan diteliti yang diambil dalam jenis
assesmen autentik yaitu tentang Assesmen Kinerja, proyek, produk,
essai dan portofolio. Ada 4 (empat) macam variabel yang dilibatkan
dalam penelitian ini yang terdiri atas tiga variabel bebas (independent
variable) dan 1 (satu) variabel terikat (dependent variable). Keempat
variabel tersebut adalah :
1. Variabel bebas (x), terdiri atas tiga variabel yaitu :
a. Model Pembelajaran Inkuiri (x1)
b. Pembelajaran Berbasis Masalah (x2)
c. Pendekatan Starter Eksperimen (x3).
2. Variabel terikat (y), yaitu Prestasi Belajar.
Pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat
digambarkan sebagai berikut :
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
27/40
27
Inkuiri ( x1)
Pembelajaran
Berbasis Masalah(x2)
Pendekatan Starter
Eksperimen ( x3)
Rx12y
Rx2y
Rx23y
Rx1y
Prestasi Belajar
( y )
Rx3y
Rx13y
Inkuiri ( x1)
Pembelajaran
Berbasis Masalah(x2)
Rx123y Prestasi Belajar
( y )
Pendekatan StarterEksperimen ( x3 )
Keterangan :
Rx1y = Regresi x1terhadap y
Rx2y = Regresi x2terhadap y
Rx3y = Regresi x3terhadap y
Rx12y = Regresi x1dan x2terhadap y
Rx23y = Regresi x2dan x3terhadap y
Rx13y = Regresi x1dan x3terhadap y
Rx123y= Regresi x1, x2dan x3terhadap y
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
28/40
28
4. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan variabel yang diteliti,
- Tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli terhadap siswa.
- Tugas ( Tugas keterampialn, essai dan tugas invertigasi
sederhana)
- Format rekaman kegiatan belajar siswa ( misalnya : portopolio,
wawancara, presentasi,menjawab pertanyaan dan debat )
5. Analisis Data
a. Analisis Regresi Tunggal
Analisis regresi tunggal ini dilakukan satu persatu antara variabel
o Model pembelajaran Inkuiri ( x1) terhadap prestasi belajar ( y )
o Pembelajaran Berbasis Masalah ( x2) terhadap prestasi belajar
(y )
o Pendekatan Starter Eksperimen ( x3 ) terhadap prestasi belajar
(y)
Model regresi yang diprediksi yaitu:
- y = a1+ b1x1(1)
- y = a2+ b2 x2(2)
- y = a3+ b3 x2(3)
b. Analisis Regresi Ganda
Pengujian secara simultan digunakan untuk menguji
signifkansi regresi ganda adalah analisis tentang pengaruh antara
dua variabel atau lebih variabel bebas (independent variable)
dengan satu variabel terikat (dependent variable). Analisis regresi
ganda bertujuan untuk meramalkan nilai pengaruh dua atau lebih
variabel bebas terhadap satu variabel terikat, yaitu :
- Model pembelajaran Inkuiri (x1) dan Pembelajaran Berbasis
Masalah (x2) terhadap prestasi belajar (y)
- Model pembelajaran Inkuiri (x1) dan Pendekatan Starter
Eksperimen (x3) terhadap prestasi belajar (y)
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
29/40
29
- Pembelajaran Berbasis Masalah (x2) dan Pendekatan Starter
Eksperimen (x3) terhadap prestasi belajar (y)
- Model pembelajaran Inkuiri (x1), Pembelajaran Berbasis
Masalah (x2) dan pemecahan masalah (x3) terhadap prestasi
belajar (y)
Model regresi yang diprediksi yaitu:
- y = a4+ b1x1+ b2x2........(4)
- y = a5+ b1x1 + b3x3...(5)
- y = a6+ b2x2 + b3x3...(6)
- y = a7+ b1x1+ b2x2 + b3x3........................(7)
Ketujuh model regresi tersebut diuji kebermaknaannya
pada table anovab
apabila diperoleh nilai sig < 0,05 berarti bahwa
ketujuh model regresi tersebut signifikan / ketiga variabel
independen baik secara terpisah maupun ganda mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen.
6. Hasil Penelitian dan Pembahasan
a) Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian di
Sekolah
Berdasarkan hasil pemberian kuesioner pada 117 orang siswa
yang tersebar pada 3 kelas dikelas VIII-A, VIII-B, dan VIII-C SMP N
2 Bumijawa.
Tabel 02 : Data Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian
No Aspek Persentase
Siswa (%)
1. Penilaian yang digunakan untuk menilai hasil belajar
siswa meliputi:
a. Kuis, ulangan akhir pokok bahasan, ulangan umum,
dan tugas rumah
b. Unjuk kerja
100
0
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
30/40
c. Penilaian diri 0
2. Alat penilaian hasilbelajar
a. Tes (Uraian, objektif)
b. Non-tes danlainnya
90
10
3. Sifat penilaian yang digunakan dalam menilai hasil
belajar
a. Terbuka (dengan beberapa alternatif jawaban benar)
b. Tertutup (dengan hanya satu jawaban benar)
28
72
4. Penilaian hasil belajar dilakukan secara
a. Berkala (periodik)
b. Terus menerus
97
35. Jumlah pemberian kuis/ulangan harian
a. 14 kali dalam satu semester
b. 58 kali
c. 9 - 12 kali
82
18
0
6. Pemberian tugas-tugas yang diberikan guru
a. Dilengkapi dengan penjelasan tugas yang jelas
b. Tidak dilengkapi dengan penjelasan tugas yang
jelas
c. Dikembalikan hasilnya dilengkapi dengan komentar
d. Tidak dikembalikanhasilnya
86
14
48
52
7. Setelah ulangan akhir pokok bahasan
a. Hasilnya dibahas
b. Hasilnya tidak dibahas
c. Bagi yang gagal tidak diremidi
d. Bagi yang gagal diremidi
97
3
0
100
8. Cara guru menentukan nilai akhir dalam Buku Raport
Siswa
a. Diberikan penjelasan pada awal pembelajaran (awal
memulai semester)
b. Tidak diberikan penjelasan pada awal pembelajaran
32
68
9. Jumlah kegiatan praktikum di laboratorium dalam satu
semester
a. 1 - 2 kali
b. 3 4 kali
c. 5 6 kali
d. 710 kali
86
14
0
0
30
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
31/40
10. Metode mengajar yang selama ini digunakan guru
a. Ceramah
b. Tanya jawab/diskusi
c. Latihan soal
d. Demonstrasi
e. Kerja kelompok
f. Kerja di laboratorium
g. Proyek (penelitian lapangan)
h. Persentasi
86
92
100
3
26
21
0
0
11. Dalam kegiatan praktikum di laboratorium
a. Dinilai oleh guru dan diberitahukan aspek
penilaiannya
b. Dinilai oleh guru dan tidak pernah diberitahukan
aspek penilaiannya
c. Tidak pernah dinilai
16
72
12
12. Dalam proses penilaian hasil belajar
a. Siswa pernah disuruh menilai sendiri dirinya
b. Siswa tidak pernah menilai sendiri dirinya
4
96
Hasil di atas memperlihatkan bahwa sistem asesmen yang
dikembangkan di sekolah ternyata belum sesuai dengan sistem
asesmen dalam kurikulum berbasis kompetensi. Kinerja siswa
maupun penilaian diri oleh siswa tidak pernah dilakukan oleh guru.
Pada hal, kurikulum berbasis kompetensi untuk mata pelajaran
Matematika menuntut agar penilaian kinerja (performance
asessessment) khususnya dalam aktivitas laboratorium wajib
dilaksanakan. Tanpa itu, sulit bagi guru untuk memberikan
nilai kompetensi dasar khususnya menyangkut penilaian
psikomotor dan afektif. Hal ini juga memperlihatkan bahwa metode
mengajar yang digunakan masih didominasi dengan metode ceramah,
tanya jawab, dan latihan soal- soal, sedangkan metode demonstrasi,
kerja di laboratorium (praktikum) mendapat porsi yang masih
minim. Hasil ini dijadikan rujukan untuk mengembangkan strategi
pembelajaran dan sistem asesmen otentik dalam pembelajaran
Matematika.
31
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
32/40
b) Hasil Pengembangan Perangkat Asesmen Otentik
Sesuai dengan tujuan penelitian ini adalah menghasilkan
perangkat asesmen otentik yang efektif untuk pembelajaran
Matematika di SMP, maka tahapan penelitian ini melalui beberapa
tahapan.
Tahap pertama, dilakukan identifikasi permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan asesmen dalam pembelajaran
Matematika SMP. Hasil penelusuran terhadap permasalahan dalam
melaksanakan penilaian (asesmen) tampak pada tabel 02 di atas.
Tahap kedua, dilakukan pengembangan perangkat asesmen,
meliputi: (1) Rencana Pembelajaran beserta Lembaran Kerja Siswa(Model Inkuiri Terbimbing, Model Pembelajaran Berbasis Masalah,
dan Pembelajaran Starter Eksperimen), (2) Tes Hasil Belajar beserta
rubrik penilaiannya, (3) Pedoman Penilaian Keterampilan Proses Sains
(psikomotor), (4) Pedoman Penilaian Sikap Siswa dalam Pembelajaran
(aspek afektif), (5) Pedoman Pembuatan Laporan Praktikum, (6)
Pedoman Membuat Ringkasan, (7) Penilaian Diri (Self Evaluation),
dan (8) Kuesioner Respon Siswa terhadap Pembelajaran. Seluruh
perangkat pembelajaran dikembangkan bersama-sama mahasiswa yang
menjadi payung penelitian ini dan selanjutnya draf hasil
pengembangan dikoreksi oleh dua orang pakar (dosen) dan satu orang
praktisi (guru SMP yang telah berpengalaman mengajar Matematika di
SMP). Setelah diberikan masukan-masukan dan dilakukan diskusi
secara intensif dan revisi, selanjutnya tim penilai memberikan
penilaian kelayakan terhadap perangkat yang dikembangkann. Setelah
memperoleh kualifikasi layak (skor minimal 70), perangkat asesmen
otentik yang dikembangkan siap diujicobakan secara empirik dalam
pembelajaran di kelas.
c) Hasil Uji Coba Perangkat Asesmen dalam Pembelajaran
Matematika
Untuk melihat keefektifan perangkat asesmen otentik yang
telah dikembangkan, dilakukan uji empirik melalui penelitian
tindakan kelas dengan menerapkannya pada tiga model pembelajaran,
32
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
33/40
yaitu: (1) Model Inkuiri Terbimbing, (2) Model Pembelajaran
Berbasis Masalah, dan (3) Model Pembelajaran Starter Eksperimen.
Hasil uji coba perangkat asesmen otentik dalam pembelajaran
Matematika di SMA dapat dilihat pada tabel 03, tabel 04, tabel 05,
dan tabel 06.
Tabel 03 : Hasil Uji Coba Perangkat Asesmen Otentik dalam
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Siklus Aspek
Kognitif
Aspek
Psikomotor
Aspek
Afektif
Rerata
Nilai
I 67,3 59,0 61,0 63,8II 70,5 71,7 70,3 70,8
Tabel 04 : Uji Coba Perangkat Asesmen Otentik dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah
Siklus Aspek
Kognitif
Aspek
Psikomotor
Aspek
Afektif
Rerata
Nilai
I 73,2 68,9 64,2 69,9
II 80,7 80,1 77,6 79,8
Tabel 05 : Hasil Uji Coba Perangkat Asesmen Otentik dalam
Pembelajaran Starter Eksperimen
Siklus Aspek Aspek Aspek Rerata
Kognitif Psikomotor Afektif Nilai
I 72,2 71,8 69,4 71,4
II 78,6 78,1 77,1 78,1
Tabel 06 : Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbantuan
Asesmen Otentik
33
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
34/40
No Model PembelajaranSkor Respon Siswa
Kualifikasi
1. Inkuiri Terbimbing 62,9 Sangat
Positif
2. Pembelajaran
Berbasis Masalah
65,0 Sangat
Positif
3. Pembelajaran Starter
Eksperimen
62,0 Sangat
Positif
d) Pembahasan
Hasil analisis kebutuhan terhadap pelaksanaan asesmen
otentik di SMP Negeri 2 Bumijawa dengan melibatkan 117 orang
siswa menunjukkan bahwa pelaksanaan asesmen otentik dalam
pembelajaran Matematika masih belum memadai. Hal ini dapat dilihat
dari temuan berikut ini. Penilaian hasil belajar Matematika siswa
masih difokuskan pada aspek kognitif yang oleh hampir seluruh siswa
(90%) dinyatakan dilakukan melalui paper and pencil test, baik dalam
bentuk tes objektif maupun tes esai/uraian. Non-tes yang semestinya
dapat digunakan untuk menilai kinerja maupun sikap siswa dalam
pembelajaran hampir tidak digunakan oleh guru. Hal ini akan
menyulitkan guru untuk menilai kompetensi siswa dalam aspek afektif
dan psikomotor. Tes yang selama ini digunakan dalam menilai hasil
belajar masih didominasi (78%) dengan tes yang menuntut jawaban
tertutup (satu jawaban benar). Penggunaan tes semacam ini tentu tidak
memberi peluang yang lebih luas pada pengembangan kreativitas
berpikir siswa.
Hal lain yang ditemukan dalam analisis kebutuhan adalah
intensitas pemberian kuis atau ulangan harian masih relatif kecil (1-4
kali) dalam satu semester. Pada hal, untuk melalukan penilaian kelas,
hal itu semestinya dilakukan secara terus-menerus atau kontinyu
selama proses belajar mengajar. Dampak dari penilaian yang tidak
kontinyu adalah guru akan mengalami kesulitan dalam pengambilan
keputusan pada akhir semester khususnya dalam pengisian nilai raportsiswa.
34
34
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
35/40
Metode mengajar yang selama ini dilakukan di SMP masih
didominasi oleh metode ceramah (86%), tanya jawab/diskusi (90%),
dan latihan soal (100%), sedangkan metode eksperimen (21%) dan
metode demonstrasi (3%). Begitu juga persentasi dan kinerja siswa
hampir tidak mendapat porsi dalam pembelajaran (0%). Kenyataan ini
tentu mengkhawatirkan terutama dalam pengembangan kompetensi
dasar Matematika siswa. Jika guru memahami betul hakikat
Matematika sebagai produk dan proses ilmiah, maka sudah tentu
lebih banyak mestinya memporsikan metode eksperimen daripada
metode ceramah. Jika memang demikian, wajarlah Matematika
dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, banyak rumus, tidakkontekstual, dan terkesan membosankan.
Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah diidentifikasi, disusun
perangkat pembelajaran seperti: rencana pembelajaran, LKS, pedoman
observasi kinerja siswa (keterampilan proses dalam praktikum),
pedoman observasi sikap dalam pembelajaran (afektif), tes hasil
belajar, pedoman tugas, dan penilaian diri siswa. Dengan berbagai
kajian dan masukan dari pakar dan praktisi, diperoleh perangkat
pembelajaran yang layak untuk diterapkan dalam pembelajaran. Untuk
melihat efektivitas dan konsistensi dari perangkat asesmen otentik
yang dikembangkan, dilakukan pengujian model asesmen otentik
melalui penelitian tindakan kelas. Hasil uji coba menunjukkan bahwa
secara konsisten model sistem asesmen otentik yang dikembangkan
dalam pembelajaran Matematika berdampak positif terhadap hasil
pembelajaran Matematika siswa. Hasil belajar dalam bentuk
kompetensi dasar Matematika secara konsisten melalui tiga model
yang dicobakan menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari
hasil analisis terhadap kompetensi dasar Matematika siswa, baik
melalui pembelajaran Matematika dengan model inkuiri terbimbing
(rerata skor pada siklus akhir sebesar 70,8 dengan kualifikasi baik),
model pembelajaran berbasis masalah (rerata skor pada siklus akhir
sebesar 79,8 dengan kualifikasi baik), maupun model pembelajaran
starter eksperimen (rerata skor pada siklus akhir sebesar 78,1 dengan
kualifikasi baik). Hasil lain yang mendukung, selain dilihat dari
35
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
36/40
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
37/40
orang) akan menyulitkan guru dalam memberikan penilaian
khususnya yang menyangkut observasi kinerja siswa. Namun,
kesulitan ini telah dapat diatasi dengan memfokuskan penilaian pada
beberapa kelompok saja (2 sampai 3 kelompok) pada dua jam
pembelajaran, sedangkan kelompok lainnya diobservasi pada
pertemuan berikutnya. Kendala lainnya adalah jumlah set alat yang
ada di masing-masing sekolah masih belum memadai. Standar
minimal peralatan laboratorium yang harus dimiliki oleh sekolah
adalah 10 set percobaan. Dengan demikian, satu percobaan akan
dikerjakan oleh 4 orang siswa sehingga penilaian akan dapat
dilakukan secara optimal.
37
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
38/40
1. Kesimpulan
D. PENUTUPAN
Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat ditarik beberapa simpulan
berikut ini. (1) Sistem asesmen otentik yang dilaksanakan selama ini di
SMP N 2 Bumijawa masih belum optimum. Penilaian paper and pencil test
masih mendominasi, sedangkan penilaian kinerja masih kurang mendapat
perhatian. (2) Pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru
masih didominasi dengan metode ceramah, diskusi/tanya jawab, danlatihan soal, sedangkan metode praktikum dan demonstrasi mendapat porsi
yang sangat minim. (3) Sistem asesmen otentik yang dikembangkan
melalui model pembelajaran inovatif (model inkuiri terbimbing,
pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajatan dengan pendekatan
starter eksperimen) cukup efektif dalam meningkatkan kompetensi dasar
Matematika siswa. (4) Respon siswa terhadap sistem asesmen otentik
melalui pembelajaran Matematika inovatif (model inkuiri terbimbing,
pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajatan dengan pendekatan
starter eksperimen) sangat positif.
Berdasarkan temuan dan simpulan penelitian ini, disarankan hal-
hal berikut ini. (1) Kepada guru-guru Matematika SMP disarankan untuk
menerapkan asesmen otentik dalam pembelajaran Matematika karena
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan sekaligus dapat
mengembangkan komptensi Matematika siswa. (2) Bila menerapkan
sistem asesmen otentik dalam pembelajaran Matematika, maka
kembangkanlah melalui berbagai pembelajaran inovatif seperti inkuiri
terbimbing, pembelajaran berbasis masalah, pendekatan starter
eksperimen, maupun pembelajaran inovatif lainnya. (3) Dalam
menerapkan asesmen otentik, usahakan kelompok siswa tidak melebihi 4
orang dan observasi kinerja maupun sikap siswa dilakukan secara bertahap
dengan memfokuskan pengamatan pada 2 atau 3 kelompok dalam satu sesi
pembelajaran. (4) Oleh karena penelitian ini baru pada tahap uji coba
model secara terbatas, disarankan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
38
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
39/40
menerapkannya dalam skup yang lebih luas dan pengujiannya dilakukan
dengan eksperimen semu (quasi experiment).
2. Saran
Pada penelitian ini saran yang dapat disampaikan adalah:
a. Bagi guru matematika, hasil penlitian ini dapat dijadikan sebagai
masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran Matematika.
b. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
melakukan penelitian yang sejenis.
c. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah melalui pelatihan tentang media pembelajaran, atau sekedar
penyegaran ingatan melalui pelatihan sederhana tentang media
pembelajaran.
d. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan
dalam proses pembelajaran, karena suasana pembelajaran
menyenangkan, dan semua siswa terlibat aktif dalam pembelajaran
berdasarkan masalah, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan
prestasi belajar siswa.
39
-
7/25/2019 Bagus Utuk Pembahasan
40/40
DAFTAR PUSTAKA
Suharta, I gusti Putu. 2001. Matematika Realistik: Apa dan
Bagaimana?.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Rohani, Ahmad.2004.Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
B.Uno,Hamzah, dkk. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta : Bumi
Aksara
Purwanto,Ngalim.2007. Psikologi Pendidikan.Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Syah, Muhibbin.1997. Psikologi Pendidikan, dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 1999.Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Penerbit Alfa
Beta.
Soehardjo.1992. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Surakarta: UNS
Press.
Ali, Muhammad. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Percetakan Sinar Baru Algensindo OffsetMenurut Tim pengembangan ilmu pendidikam FIP-UPI.2007.Ilmu dan
Aplikasi Pendidikan.Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Teti : http://teti-sby.blogspot.com/2011/12/assesment-autentik.html
Irwan Nuryana Kurniawan:
http://kurniawan.staff.uii.ac.id/2008/08/22/asesmen-perkembangan-dan-
belajar-siswa-mengapa-penting/
Jurnal: I Wayan Suastra, Pengembangan Sistem Assesmen Otentik.
Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha