Bagian Pertama_nurdiana Hajar
-
Upload
elisabeth-zzmick-gt -
Category
Documents
-
view
91 -
download
6
Transcript of Bagian Pertama_nurdiana Hajar
-
1
GAMBARAN PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT UMUM MENTENG MITRA AFIA
CIKINI JAKARTA PUSAT
TAHUN 2009
LAPORAN MAGANG
OLEH :
NURDIANA HAJAR
NIM : 105101003290
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/ 2009 M
-
2
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
GIZI KESEHATAN MASYARAKAT
Magang, Mei 2009
Nurdiana Hajar, NIM : 105101003290
Gambaran Pelayanan Gizi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Menteng Mitra
Afia Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009
xv + 170 halaman, 9 tabel, 18 gambar, 11 lampiran.
ABSTRAK
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) di RSU Menteng Mitra Afia merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa
kegiatan, antara lain asuhan gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan.
Pelayanan gizi rumah sakit berperan dalam mempercepat penyembuhan dan menjaga
agar kondisi tubuh pasien tetap sehat. Dengan gizi yang baik, daya tahan tubuh akan
meningkat sehingga dapat mempercepat penyembuhan penyakit dan menghindari
komplikasi penyakit lainnya serta dapat membantu mencegah kambuhnya penyakit.
Kegiatan magang di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia berlangsung mulai
tanggal 11 Februari sampai dengan 19 Maret 2009, dengan mengikuti kegiatan asuhan
gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan yang berlangsung di Instalasi Gizi.
Asuhan Gizi pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
meliputi pengkajian status gizi (pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan riwayat gizi), penentuan diet, konseling gizi, dan
pemantauan (meliputi pemantauan diet, konsumsi makanan, dan status gizi). Tim
Asuhan Gizi di RSU Menteng Mitra Afia terdiri dari dokter, analis, ahli gizi dan
perawat.
Pengukuran antropometri kadang tidak dilakukan pada pasien yang masuk ruang
rawat inap. Penetapan ukuran antropometri pasien, sering menggunakan data lama
pasien yang tertulis pada data status pasien yang tersimpan pada rekam medik. Bukan
data antropometri yang diperoleh dari pengukuran langsung pada saat pasien masuk.
Selain itu, pengukuran antropometri yang dilakukan juga masih kurang tepat dalam
pelaksanaannya yaitu pengukuran hanya dilakukan kepada pasien yang berkeadaan
khusus saja. Sebaiknya pengukuran antropometri dilakukan secara langsung pada setiap
pasien yang baru masuk dan tidak hanya pada pasien yang berkeadaan khusus untuk
menunjang ketepatan terhadap penentuan status gizi pasien yang terkait dengan
penentuan angka kebutuhan gizi serta penetapan jenis diet yang dijalani yang
berpengaruh pada peningkatan kesembuhan pasien. Selain itu pemantauan status gizi
perlu dilakukan secara baik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien agar dapat
dilakukan evaluasi terhadap status gizi untuk mengetahui perbandingan status gizi awal
pasien dengan status gizi setelah dilakukan pelayanan gizi untuk mengetahui tingkat
kesembuhan pasien dilihat dari status gizinya.
i
-
3
RSU Menteng Mitra Afia menggunakan bentuk penyelenggaraan makanan
dengan sistem swakelola. Perencanaan anggaran belanja makanan dilakukan pertahun
dan dibuat berdasarkan laporan penggunaan anggaran bahan makanan tahun sebelumnya
dengan mempertimbangkan fluktuasi harga dan fluktuasi pasien. Sedangkan untuk
perencanaan menu dibuat berdasarkan standar menu dengan siklus 10 hari plus 1.
Perencanaan menu dinilai kurang sesuai dengan syarat perencanaan menu dikarenakan
ketiadaan standar resep dan standar porsi secara tertulis. Sebaiknya ahli gizi membuat
dan menentukan standar resep dan standar porsi dalam perencanaan menu agar dapat
diciptakan mutu dan kualitas makanan yang relatif sama cita rasanya untuk setiap
penghidangan serta diketahuinya kandungan zat gizi makanan. Selanjutnya, dalam
penghitungan kebutuhan bahan makanan, ahli gizi melakukannya secara
taksiran/perkiraan. Perkiraan tersebut berdasarkan jumlah pasien dan lama hari rawat.
Untuk pembelian bahan makanan dilakukan setiap hari secara langsung ke
penjualnya/pasar tanpa melalui rekanan. Kegiatan penerimaan bahan makanan dilakukan
secara konvensional langsung oleh pegawai pada saat melakukan pembelian.
Penyimpanan bahan makanan dilakukan dengan cara FIFO (First In First Out), bahan
makanan yang diterima lebih dulu digunakan terlebih dahulu. Pada tahap persiapan
bahan makanan sudah memperhatikan hygiene dan sanitasi makanan. Dalam proses
pengolahan telah dibedakan cara pengolahan makanan untuk pasien biasa dengan pasien
diet khusus. Distribusi dengan sistem sentralisasi membuat pengawasan dapat dilakukan
dengan mudah dan teliti, lebih hemat, dan pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat.
Untuk pelaksanaan sanitasi makanan tenaga penjamah makanan yang bekerja di
ruang Instalasi gizi selalu menerapkan hygiene dan sanitasi dalam penyelenggaraan
makanan. Sedangkan untuk pelaksanaan keselamatan kerja di Instalasi Gizi RSU
Menteng Mitra Afia sudah cukup baik, terlihat dari tersedianya fasilitas peralatan
pelindung dan pertolongan pertama seperti tersedianya obat-obatan P3K dan alat
pelindung diri.
Daftar Bacaan : 16 (1990-2006)
ii
-
4
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Magang
GAMBARAN PELAYANAN GIZI RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT UMUM MENTENG MITRA AFIA
CIKINI JAKARTA PUSAT
TAHUN 2009
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang Program
Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 12 Juni 2009
Mengetahui
Catur Rosidati, SKM, MKM
Pembimbing Fakultas
Rohani Dolok Saribu, AMG
Pembimbing Lapangan
iii
-
5
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 12 Juni 2009
iv
Penguji I,
Penguji II,
Catur Rosidati, SKM, MKM
Febrianti, M.Si
-
6
CURRICULUM VITAE
PERSONAL DATA
Nama : Nurdiana Hajar
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 10 Februari 1987
Umur : 22 Tahun
Status Menikah : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jln. Cendrawasih 14 Blok F. no. 216 RT 004/RW
013. Kel. Pejuang Jaya, Kec. Medan Satria Kota
Bekasi 17131
Nomor HP : 0813 1000 4853
PENDIDIKAN FORMAL
1991-1993 : TK Islam Gema Nurani
1993-1999 : SD Negeri Pejuang VII Bekasi
1999-2002 : SLTP Negeri 19 Bekasi
2002-2005 : SMU Negeri 2 Bekasi
2005-Sekarang : Peminatan Gizi
Program Studi Kesehatan Masyarakat
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL
1993-1998 : Sekolah Madrasah Diniyah Al-Mujaddid
2002-2005 : IEC
2002-2005 : Sony Sugema College (SSC) dan Primagama
v
-
7
PENGALAMAN ORGANISASI
Anggota Remaja Masjid Al-Mujahidin Pejuang Jaya
Anggota Pramuka Regu Inti SD Negeri Pejuang VII Bekasi
Anggota Paskibra Regu Inti SLTP Negeri 19 Bekasi
Anggota Ikatan Remaja Masjid SMU Negeri 2 Bekasi (IKREMA)
PENGALAMAN KERJA
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)-I, Identifikasi Masalah di Puskesmas
Pakuhaji Tangerang Banten pada tanggal 27 November s.d. 7 Desember tahun
2007.
Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)-II, Program Intervensi Bersama
Memberantas TBC, Bersama Menuju Desa Siaga di Desa Kiarapayung
Kecamatan Pakuhaji Tangerang Banten tahun 2008.
Guru Private untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam anak SMP
Guru ngaji Iqro Anak Sekolah Dasar (SD)
Guru Private untuk pelajaran Matematika dan bahasa Inggris anak Sekolah Dasar
(SD).
vi
-
8
Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan nikmat yang berlimpah bagi penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan magang yang berjudul Gambaran Pelayanan Gizi Rawat Inap
Di Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009, tepat
pada waktunya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaat dan pertolongannya nanti di yaumil
qiyamah. Amiin.
Laporan magang ini penulis buat untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan
salah satu mata kuliah di semester delapan (8) yaitu mata kuliah magang yang dilakukan
untuk mengetahui Pelayanan Gizi Rawat Inap yang dilakukan di RSU Menteng Mitra
Afia.
Penulis harap hasil laporan magang ini dapat dijadikan masukan dalam
pengelolaan pelayanan gizi rumah sakit yang lebih baik dan bermutu.
Dalam menyelesaikan laporan magang ini, penulis telah banyak memperoleh
pengarahan, bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. (Hc) dr. M. K Tadjudin, Sp. And, Dekan Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, MARS, Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, Sekretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, selaku dosen pembimbing fakultas yang telah
banyak membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan laporan magang ini.
5. Direktur Utama RSU Menteng Mitra Afia, Dr. A. Hardiman, Sp KJ yang telah
mengijinkan penulis untuk melakukan kegiatan magang di Instalasi Gizi RSU
Menteng Mitra Afia.
6. Dr. Soleh Assegaf, Sp B, selaku Wakil Direktur Medis dan Penunjang Medis
RSU Menteng Mitra Afia yang telah memberikan kesempatan yang seluas-
KATA PENGANTAR
vii
-
9
luasnya bagi penulis untuk melaksanakan kegiatan magang di RSU Menteng
Mitra Afia serta tak pernah bosan memberikan pelajaran dan ilmu-ilmu yang
berharga bagi penulis untuk menjadi manusia yang bermanfaat.
7. Dr. M. Henalsyah, selaku Kepala Pelayanan Medik RSU Menteng Mitra Afia
yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, nasihat yang begitu bijak
dan hangat serta bimbingan yang sangat berarti bagi penulis untuk terus
memberikan yang terbaik bagi rumah sakit.
8. Mamah dan Bapa tersayang beserta kakak dan adik-adikku tercinta yang telah
memberikan dukungan moril dan materil, kasih sayang yang tak ternilai,
dorongan semangat serta senantiasa memanjatkan doanya bagi penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini tepat pada waktunya.
9. Ibu Rohani Dolok Saribu, AMG sebagai pembimbing lapangan di RSU Menteng
Mitra Afia yang telah banyak membantu penulis dari awal sampai akhir magang.
10. Ibu Hartini, Pak Mohammad, Pak Ali, dan Ibu Hanidar yang telah banyak
memberikan bantuan dan nasehat serta motivasi untuk memberikan yang terbaik
bagi RSU Menteng Mitra Afia.
11. Rekan-rekan di RSU Menteng Mitra Afia: Mba Diah, Mba Ani, Mba Lastri, Mba
Laras, Galih, Kak Irma, Marit, Kak Hermanto, Mas Arif, dll, yang tidak pernah
lelah berbagi ilmu dan pengalaman yang berharga dengan penulis.
12. Seluruh teman-teman di Prodi Kesehatan Masyarakat 2005 dan sahabat-sahabat
setiaku seperjuangan yang telah membuat hidupku lebih berwarna dan selalu
berpikiran positif. Thanks for All, Semoga kita tetap menjadi sahabat yang sejati.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
laporan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, sehingga diharapkan
saran dan masukan yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Ciputat, Mei 2009
Penulis
viii
-
10
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
CURRICULUM VITAE ................................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 6
1.2.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 6
1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 6
1.3 Manfaat Magang ...................................................................................... 6
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ................................................................... 6
1.3.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ......................... 7
1.3.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit ................................................................ 7
1.4 Ruang Lingkup .......................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit .................................................................... 9
2.2 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit ................................................ 9
2.3 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Di Ruang Rawat Inap .................................. 14
2.3.1 Pengkajian Status Gizi ........................................................................... 16
2.3.1.1 Antropometri ................................................................................. 16
2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 16
2.3.1.3 Laboratorium ................................................................................. 16
2.3.2 Riwayat Gizi........................................................................................... 17
2.3.3 Penentuan Kebutuhan Gizi ..................................................................... 17
ix
-
11
2.3.4 Penentuan Macam Dan Jenis Diet.......................................................... 17
2.3.5 Konseling Dan Penyuluhan Gizi ............................................................ 18
2.3.6 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut .............................................. 18
2.4 Ketenagaan Instalasi Gizi .......................................................................... 19
2.4.1 Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit ................................................. 22
2.4.1.1 Kepala Unit Pelayanan Gizi ....................................................... 22
2.4.1.2 Koordinator Unit-Unit ................................................................ 23
2.4.1.3 Supervisor .................................................................................. 24
2.4.1.4 Pelaksana .................................................................................... 25
2.4.2 Tugas Dan Tangung Jawab.................................................................. 27
2.4.2.1 Ahli Gizi ................................................................................... 27
2.4.2.2 Tenaga Menengah Gizi ............................................................. 28
2.4.2.3 Pemasak .................................................................................... 29
2.4.2.4 Pelaksana Gizi Ruangan ........................................................... 29
2.5 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Unit Pelayanan Gizi .................... 30
2.5.1 Ruang Penyelenggaraan Makanan ..................................................... 30
2.5.1.1 Perencanaan Bangunan, Peralatan Dan Perlengkapan ............. 30
2.5.1.2 Fasilitas Ruang yang Dibutuhkan............................................. 31
2.5.1.3 Sarana Fisik .............................................................................. 33
2.5.1.4 Arus Kerja ................................................................................ 35
2.5.1.5 Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelenggaraan
Makanan ................................................................................... 36
2.5.2 Ruang Perkantoran.............................................................................. 36
2.6 Penyelenggaraan Makanan......................................................................... 37
2.6.1 Perencanaan Anggaran Belanja Makanan .......................................... 39
2.6.2 Perencanaan Menu ............................................................................. 40
2.6.3 Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan ........................................... 44
2.6.4 Pemesanan Dan Pembelian Bahan Makanan ..................................... 45
2.6.5 Penerimaan, Penyimpanan Dan Penyaluran Bahan Makanan ............ 47
2.6.6 Pengolahan Bahan Makanan .............................................................. 52
x
-
12
2.6.7 Pendistribusian Makanan ................................................................... 54
2.6.8 Pelaporan dan Evaluasi ...................................................................... 56
2.7 Sanitasi Makanan Dan Keselamatan Kerja ............................................... 56
2.7.1 Sanitasi Makanan ................................................................................ 56
2.7.2 Keselamatan Kerja .............................................................................. 59
BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN
3.1 Alur Kegiatan ............................................................................................ 61
3.2 Jadwal Kegiatan Magang .......................................................................... 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum (RSU) Menteng Mitra Afia ....... 71
4.1.1 Struktur Organisasi RSU Menteng Mitra Afia.................................. 74
4.1.2 Sarana dan Prasarana RSU Menteng Mitra Afia .............................. 76
4.1.3 Ketenagaan RSU Menteng Mitra Afia .............................................. 80
4.1.4 Kinerja Kegiatan RSU Menteng Mitra Afia ..................................... 83
4.2 Gambaran Umum Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ...................... 85
4.2.1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............ 86
4.2.2 Ketenagaan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ......................... 87
4.2.2.1 Jenis dan Jumlah Tenaga .......................................................... 87
4.2.2.2 Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit ...................................... 89
4.2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Instalasi Gizi RSU
Menteng Mitra Afia .................................................................. 94
4.2.3 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan Instalasi Gizi RSU Menteng
Mitra Afia .......................................................................................... 96
4.2.3.1 Ruang Instalasi Gizi ................................................................ 96
4.2.3.2 Ruang Perkantoran .................................................................. 111
4.2.4 Denah Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............................... 111
4.3 Pelayanan Gizi Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia ............................. 117
4.3.1 Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap ......................................................... 117
4.3.1.1 Tim Asuhan Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............................ 117
4.3.1.2 Alur Pelayanan Gizi Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia .... 118
xi
-
13
4.3.1.3 Pengkajian Status Gizi Pada Pelayanan Gizi Rawat Inap ........ 122
4.3.1.4 Penentuan Diet ......................................................................... 126
4.3.1.5 Konseling Gizi .......................................................................... 127
4.3.1.6 Pemantauan ............................................................................. 129
4.3.2 Penyelenggaraan Makanan ................................................................ 131
4.3.2.1 Perencanaan Anggaran Belanja Makanan ................................ 132
4.3.2.2 Perencanaan Menu ................................................................... 134
4.3.2.3 Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan ................................. 137
4.3.2.4 Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan ............................ 138
4.3.2.5 Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan .. 141
4.3.2.6 Persiapan Bahan Makanan ....................................................... 145
4.3.2.7 Pengolahan Bahan Makanan .................................................... 147
4.3.2.8 Pendistribusian Makanan ......................................................... 150
4.3.2.9 Pelaporan Dan Evaluasi Penyelenggaraan Makanan .............. 154
4.3.2.10 Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan ................................... 155
4.4 Sanitasi Makanan dan Keselamatan Kerja .............................................. 159
4.4.1 Sanitasi Makanan ................................................................................ 159
4.4.2 Keselamatan Kerja .............................................................................. 160
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................. 162
5.2 Saran ........................................................................................................ 166
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 169
xii
-
14
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap ............................ 15
Tabel 2.2 Kebutuhan Tenaga Menurut Kelas Rumah Sakit ........................... 20
Tabel 2.3 Kebutuhan Tenaga Untuk Penyelenggaraan Makanan .................. 21
Tabel 2.4 Kebutuhan Tenaga Untuk Asuhan Gizi Rawat Inap ...................... 22
Tabel 2.5 Suhu Dan Lama Penyimpanan Bahan Makanan Mentah/Segar .... 51
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang ............................................................... 64
Tabel 4.1 Ketenagaan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum (RSU) Menteng
Mitra Afia Tahun 2009................................................................... 87
Tabel 4.2 Peralatan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia......................... 109
Tabel 4.3 Menu Pasien Sehari RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta
Pusat Tahun 2009 .......................................................................... 135
xiii
-
15
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
Gambar 2.1 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit .................................. 11
Gambar 2.2 Arus Kerja Penyelenggaran Makanan ........................................ 35
Gambar 3.1 Alur Kegiatan Magang ............................................................... 61
Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008 ...... 74
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
Tahun 2009 ................................................................................ 86
Gambar 4.3 Refrigerator Besar ...................................................................... 101
Gambar 4.4 Refrigerator Kecil ...................................................................... 101
Gambar 4.5 Tempat Penyimpanan Bahan Makanan Kering .......................... 101
Gambar 4.6 Lynen .......................................................................................... 102
Gambar 4.7 Blower yang Berada Diatas Kompor/Tungku Masak ............... 103
Gambar 4.8 Tempat Pencucian Bahan Makanan, Peralatan Makan, dan
Tempat Perendaman Air Panas yang Terpisah ......................... 104
Gambar 4.9 Tempat Penyimpanan Peralatan Makan ..................................... 105
Gambar 4.10 Tempat Penyimpanan Peralatan Memasak ............................... 105
Gambar 4.11 Ventilasi dilengkapi dengan Exhaust Fan ................................. 108
Gambar 4.12 Penerangan Lampu di Ruang Instalasi Gizi .............................. 108
Gambar 4.13 Denah Ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............. 112
Gambar 4.14 Alur Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap RSU Menteng
Mitra Afia .................................................................................. 119
Gambar 4.15 Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan Di RSU Menteng
Mitra Afia .................................................................................. 158
xiv
-
16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Permohonan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
Lampiran 2 Surat Pemberitahuan Magang dari RSU Menteng Mitra Afia
Lampiran 3 Surat Izin Penyelenggaraan RSU Menteng Mitra Afia
Lampiran 4 Daftar Nama Karyawan dan Karyawati RSU Menteng
Mitra Afia
Lampiran 5 Tabel Rekapitulasi Pasien Rawat Jalan Dan Rawat Inap
Tahun 2007 & 2008
Lampiran 6 Standar Menu Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia
Tahun 2009
Lampiran 7 Form Standar Resep Makanan
Lampiran 8 Form Kandungan Zat Gizi Masakan
Lampiran 9 Daftar Rekapitulasi Menu Diet Pasien Rawat Inap RSU Menteng Mitra
Afia
Lampiran 10 Angket Pasien RSU Menteng Mitra Afia
Lampiran 11 Formulir Riwayat Gizi Antropometri
-
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 menyatakan
bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Terwujudnya keadaan sehat
adalah kehendak semua pihak. Tidak hanya orang per orang tetapi juga oleh keluarga,
kelompok dan bahkan masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak
hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya yang di nilai mempunyai peranan yang
cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Blum, 1974).
Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang
diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat
(Levey and Loomba, 1973).
Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting
dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna, dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
(Departemen Kesehatan RI, 2007).
1
-
18
Pelayanan rumah sakit yang baik dan bermutu pada hakekatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan (health needs
and demands), yang apabila berhasil dipenuhi akan dapat menimbulkan rasa puas (client
satisfaction) terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Dengan demikian
mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sernpurna
kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).
Salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah Pelayanan Gizi Rumah
Sakit (PGRS). Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
134/Menkes/SK/IV/1978, pelayanan gizi ditetapkan sebagai pelayanan penunjang medis
didalam struktur organisasi rumah sakit dan dikelola oleh instalasi gizi yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit. Dalam melaksanakan
kegiatannya, PGRS harus diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan lainnya yang
berada di rumah sakit.
Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan, antara lain asuhan gizi
pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, serta
penelitian dan pengembangan gizi (Departemen Kesehatan RI, 2006). Pelayanan gizi
rumah sakit berperan dalam mempercepat penyembuhan pasien dan menjaga agar
kondisi tubuh tetap sehat. Dengan gizi yang baik, daya tahan tubuh akan meningkat
sehingga dapat mempercepat penyembuhan penyakit dan menghindari komplikasi
penyakit lainnya serta dapat membantu mencegah kambuhnya penyakit.
-
19
Dalam penyelenggaraan pelayanan gizi, biaya untuk makanan mengambil bagian
terbesar dari biaya pengelolaan rumah sakit. Dari data yang dikumpulkan 20-40% dari
belanja barang di rumah sakit adalah untuk bahan makanan (Departemen Kesehatan RI,
1991). Biaya tersebut tidak sedikit jumlahnya sehingga diharapkan dapat digunakan
semaksimal mungkin untuk kepentingan pelayanan gizi demi tercapainya kepuasan
pasien.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai
apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu.
Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun
tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan secara
individual. Adanya kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan gizi,
nutrition related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak,
remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua
ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang
optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan
tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh
untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring
dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain
pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan
klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar
-
20
rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga
yang bergerak di bidang gizi. Jadi peran tim pelayanan gizi rumah sakit dibutuhkan
untuk menentukan alternatif pemecahan masalah, karena mereka memegang peranan
penting dalam kesembuhan pasien yang berkaitan dengan asuhan medik, keperawatan
dan asuhan gizi yang diberikan oleh rumah sakit. (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Berdasarkan data yang diolah Dit. Bina Gizi Masyarakat dari questioner yang
diberikan pada 171 rumah sakit pemerintah dalam berbagai kelas rumah sakit, empat
puluh persen (40%) menyatakan bahwa makanan yang disediakan tidak memenuhi
kecukupan gizi pasien. Dari jumlah tersebut, 30-35% berasal dari pasien yang menjalani
diet khusus (Depatemen Kesehatan RI, 1990).
Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia (MMA) merupakan rumah sakit yang
bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan. Awalnya rumah sakit ini concern pada
penanganan penyakit khusus neurologi dan psikiatri sejak tahun 1997. Seiring dengan
perkembangan dan kemajuan pelayanan kesehatan yang tersedia serta respon positif dari
masyarakat yang dicapai rumah sakit ini, akhirnya pada tahun 1999 rumah sakit ini
berubah status menjadi Rumah Sakit Umum. RSU Menteng Mitra Afia menyediakan
pelayanan rawat jalan diantaranya UGD 24 jam, spesialisasi penyakit dalam, spesialisasi
kebidanan, spesialisasi psikiatri, spesialisasi THT, spesialisasi neurologi, dan lain-lain.
Sedangkan untuk pelayanan rawat inap, RSU Menteng Mitra Afia menyediakan
kapasitas 59 tempat tidur dengan fasilitas pelayanan penunjang medis yang cukup
lengkap seperti pelayanan laboratorium, Radiologi, Farmasi, Akupuntur, Fisiotherapy,
dan lain-lain (Profile RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008). Pasien rawat inap
terbanyak pada RSU Menteng Mitra Afia adalah penduduk sekitar Cikini. RSU Menteng
-
21
Mitra Afia yang telah beroperasi selama 12 tahun terus berusahan meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit. Saat ini konsumen RSU Menteng Mitra Afia terus mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan rawat inap dan rawat jalan tahun
2007 sebesar 10949 pasien dan meningkat 29% menjadi 14121 pasien pada tahun 2008
(Laporan Tahunan RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008).
Untuk pelayanan gizi, RSU Menteng Mitra Afia memiliki pelayanan penunjang
medis didalam struktur organisasi rumah sakit yang dikelola oleh instalasi gizi dan
dikepalai oleh seorang kepala gizi medis yang bertanggung jawab langsung kepada
wakil direktur medis dan penunjang medis. Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS)
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna RSU Menteng Mitra Afia
yang terfokus pada asuhan gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan.
Pelayanan gizi yang baik dan bermutu di rumah sakit merupakan hak setiap orang.
Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses
penyembuhan pasien, menghindari komplikasi penyakit, dan membantu mencegah
kambuhnya penyakit, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat
menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka
dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya.
Melalui proses magang ini penulis tertarik untuk melihat dan mengetahui sejauh
mana kegiatan pelayanan gizi rumah sakit di RSU Menteng Mitra Afia. Selain itu,
penulis mengharapkan dengan adanya kegiatan magang ini dapat memberikan
pengalaman praktis dan mendapatkan gambaran tentang kenyataan yang terjadi di dunia
kerja.
-
22
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pelayanan Gizi Rawat Inap di RSU Menteng Mitra Afia
Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran umum RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat
tahun 2009.
2. Diketahuinya gambaran umum Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Cikini
Jakarta Pusat tahun 2009.
3. Diketahuinya asuhan gizi pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra
Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009.
4. Diketahuinya penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra
Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009.
5. Diketahuinya sanitasi makanan dan keselamatan kerja di Instalasi Gizi RSU
Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009.
1.3 Manfaat Magang
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
1. Mengerti dan memahami masalah kesehatan secara nyata di RSU Menteng
Mitra Afia sebagai bagian dari kesiapan mahasiswa dalam memasuki dunia
kerja.
2. Mampu mengaplikasikan teori yang didapatkan selama kuliah.
3. Mampu mengembangkan kompetensi diri serta adaptasi di dunia kerja.
-
23
4. Mendapatkan pengalaman kerja dalam tim (team work) untuk memecahkan
masalah kesehatan sesuai bidang.
1.3.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
1. Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan Tri Dharma,
yaitu akademik, penelitian, pengabdian masyarakat dengan mengaplikasi nilai-
nilai Islam.
2. Terbinanya suatu jaringan kerja sama yang berkelanjutan dengan institusi
magang dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara
substansi akademik dengan kompetensi sumber daya manusia yang kompetitif
dan dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga
terampil dari lapangan dalam kegiatan magang.
1.3.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit
1. Membantu kegiatan di rumah sakit, khususnya dalam mencari solusi masalah
kesehatan masyarakat yang ada di rumah sakit.
2. Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan
pelayanan gizi rumah sakit berupa peningkatan kualitas baik asuhan gizi
maupun dalam praktik penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
1.4 Ruang Lingkup
Kegiatan magang ini dilaksanakan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan
Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berlokasi di RSU Menteng
Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat. Tujuan dilakukan magang adalah untuk mengetahui
-
24
penerapan Pelayanan Gizi Rawat Inap di RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat
Tahun 2009. Waktu magang dilakukan selama 1 bulan, pada tanggal 11 Februari sampai
19 Maret 2009. Kegiatan magang dilaksanakan mulai hari senin hingga hari sabtu
dengan kegiatan pengamatan, pembacaan data dokumen, wawancara, dan ikut serta pada
kegiatan asuhan gizi rawat inap dan penyelenggaraan makanan pasien.
-
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Menurut Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen Kesehatan
RI, 2006), Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah kegiatan pelayanan gizi di
rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap
maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan,
maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan promotif.
2.2 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit
PGRS merupakan pelayanan penunjang medis yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas kesehatan melalui upaya yang berdaya guna dan berhasil guna
serta terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lainnya yang ada di rumah sakit. Dalam
pelaksanaannya, PGRS mempunyai empat kegiatan pokok yang saling menunjang dan
terkait satu dengan lainnya, yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien
rawat inap, penyelenggaraan makanan, dan penelitian dan pengembangan gizi.
Asuhan gizi rawat inap adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang
berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien di
ruang rawat inap. Sedangkan asuhan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan
pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan
konseling diet hingga evaluasi rencana diet kepada klien/pasien rawat jalan.
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
9
-
26
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam
rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat.
Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi. Penelitian dan
pengembangan gizi merupakan pendukung kegiatan PGRS, yang dilaksanakan secara
terencana dan terus-menerus dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan gizi rumah
sakit. Kegiatan PGRS dapat dilaksanakan berdasarkan mekanisme berikut ini :
-
27
Sumber : Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI, Tahun 2006
Pasien Masuk RS
Rawat Jalan Ruang Rawat Inap
Pasien Beresiko
Masalah Gizi
Dirawat ?
Terapi
Diet
Pengkajian Diet
Perencanaan
Makanan Khusus
Perencanaan
Makanan Biasa
Pengolahan Makanan Biasa dan
Makanan Khusus
Penyajian Makanan Biasa dan
Makanan Khusus
Pemantauan
Asupan Makanan Pemantauan
Asupan Makanan
Masalah
Gizi ? Penyesuaian
diet ?
Penyuluhan
Gizi Umum
Konseling Gizi
( Klinik Gizi )
Kunjungan
Rumah
Tindak
Lanjut
STOP
Ya
Ya
Tidak
Tahap
Pengkajian
Dukungan Gizi
Ya Ya
Tahap
Money
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak Ya
Tahap Intervensi/
Implementasi
Tidak
Tahap
Penapisan
Gambar 2.1
Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Konseling Gizi
bagi Pasien Pulang
Ya
-
28
Penjelasan gambar 2.1 tentang mekanisme pelayanan gizi rumah sakit, sebagai berikut:
Klien/pasien rumah sakit dibedakan dalam 2 (dua) kategori yaitu:
1. Pasien Rawat Inap
Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaaan fisik,
antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan apakah
pasien memerlukan terapi, diet atau tidak.
Pada tahap intervensi/implementasi :
a. Bila tidak memerlukan terapi diet :
1) Pasien dipesankan makanan biasa ke tempat pengolahan makanan.
2) Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang
perawatan makanan disajikan ke pasien.
3) Selama dirawat, pasien yang berminat, mendapatkan penyuluhan mengenai gizi
umum tentang makanan seimbang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan dan lingkungannya.
4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain-
lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan bahwa ia
memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
5) Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang.
6) Bila memerlukan terapi diit, prosesnya sama dengan bila ia dari semula
memerlukan terapi diet.
-
29
b. Bila memerlukan terapi diet :
1) Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/diet, yang sesuai dengan
keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan nafsu makan.
2) Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi agar
diperoleh persesuaian paham tentang dietnya, dan pasien dapat menerima serta
menjalankan diet.
3) Makanan khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur). Dari tempat
pengolahan makanan diet didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang
perawatan makanan khusus disajikan ke pasien.
4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain-
lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan apakah ia
memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
5) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan makanan biasa, proses selanjutnya
sama dengan butir a.
6) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus, proses selanjutnya lihat
pada butir b.
7) Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet, maka saat akan pulang
pasien memperoleh penyuluhan/ konseling gizi tentang penerapan diet di rumah.
8) Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan gizi
rawat jalan.
9) Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirujuk ke
Puskesmas atau institusi kesehatan lain untuk pembinaan selanjutnya.
-
30
2. Pasien Rawat Jalan
Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan dokter
lainnya, kemudian dokter menentukan apakah pasien perlu terapi diet.
a. Bila tidak memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan gizi
umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya, dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan dirinya dan
lingkungannya.
b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dikirim ke klinik gizi untuk memperoleh
penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan dokter. Proses
selanjutnya mengikuti prosedur dari klinik tersebut.
2.3 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Di Ruang Rawat Inap
Berikut ini tabel tentang prosedur kerja asuhan gizi di ruang rawat inap:
No. Kegiatan Mekanisme Unsur Terkait Pen. Jawab
Tabel 2.1
Prosedur Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap
Sumber: Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI, Tahun 2006
-
31
1. Penentuan Status
Gizi
a. Klinis
b. Deteksi
c. Antropometri di ukur BB dan
TB/PB
d. Laboratorium
e. Anamnesis Riwayat Gizi
Dilakukan untuk setiap
pasien baru dan
dimonitor setiap hari.
Dilakukan pada saat
pasien baru masuk
Penimbangan
dilakukan seminggu
sekali.
Glukosa darah, Hb,
urine lengkap, feces.
Wawancara
Dokter
Dokter
Perawat/ Ahli
Gizi
Dokter/ Analis
Ahli Gizi
Dokter
Dokter &
Kepala
Ruangan
Kepala
Ruangan
Dokter/Analis
Ahli Gizi
2. Intervensi
a. Klinis
b. Diet
Mengatasi Semua
Gejala Penyakit
(Hipoglikemia,
Hipotermia, Dehidrasi,
Infeksi, Dll)
Menentukan Diet
Pemantauan
Konsumsi Makanan
Status Gizi
Penyuluhan Gizi
Pemberian Diet
Persiapan Pulang
Pencatatan Gizi
Dokter/Perawat
Dokter/ Ahli
Gizi/ Perawat
Dokter
Ahli Gizi/
Perawat
3. Pelaporan
Berdasarkan rekam
medik
Ruang rawat jalan
Ruang rawat inap
Dokter/ Ahli
Gizi/ Perawat
Dokter/Ahli
Gizi/ Kepala
ruangan
-
32
Pelayanan Gizi pasien rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama
perawatan yang meliputi (Departemen Kesehatan RI, 2006):
2.3.1 Pengkajian Status Gizi
2.3.1.1 Antropometri : Setiap pasien akan diukur data antropometri, berupa Tinggi
Badan (TB), Panjang Badan (PB), Berat Badan (BB), Tinggi lutut, tebal lemak
bawah kulit (skin fold technic), Lingkar Lengan Atas (LiLA), dan lain lain sesuai
dengan kebutuhan.
2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi,
jaringan lemak subkutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lainnya. Pemeriksaan
fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan
dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab akibat antara
status gizi dengan kesehatan, serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan
fisik meliputi : tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus, pucat atau bengkak)
atau gizi lebih (gemuk atau sangat gemuk/ obesitas); system kardiovaskuler;
system pernafasan, system gastrointestinal; system metabolik/ endokrin dan
system neurologik/ psikiatrik.
2.3.1.3 Laboratorium : Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta
menegakkan masalah gizi pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk
menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Data
pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi dan penyakit
misalnya kadar Hb, albumin darah, glukosa, profil lipid, creatinin, kolesterol
total, HDL, LDL, gula darah, ureum, creatine, asam urat, trigliserida, dan Feces.
-
33
2.3.2 Riwayat Gizi : Setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan
makan sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan
frekuensi makan, serta pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dengan
menggunakan model makanan (food model) dan selanjutnya dianalisis zat
gizinya dengan menggunakan daftar analisa bahan makanan atau daftar bahan
makanan penukar. Kajian data gizi dapat juga dilakukan melalui penggunaan
perangkat lunak (software), contohnya "NutriClin" yang dapat memberi
informasi tentang status gizi, hasil anamnesis dibandingkan dengan angka
kecukupan gizi (AKG), dan saran diet sesuai dengan kondisi pada saat
melakukan konseling. NutriClin dirancang dan dikembangkan oleh Direktorat
Gizi Masyarakat Depkes dalam rangka meningkatkan kinerja konseling gizi di
Unit Pelayanan Gizi Rumah Sakit atau di Poliklinik Gizi, sehingga diharapkan
proses lebih cepat dengan hasil kajian yang lebih akurat.
2.3.3 Penentuan Kebutuhan Gizi : Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada
pasien atas dasar status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu
perlu juga memperhatikan kebutuhan untuk penggantian zat gizi (replacement),
kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena kehilangan (loss) serta tambahan
untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit. Penghitungan ini dapat
menggunakan software seperti NutriClin.
2.3.4 Penentuan Macam Dan Jenis Diet : Setelah dokter menentukan diet pasien
tersebut, dietesien akan mempelajari, menyusun rencana diet dan bila sudah
sesuai selanjutnya akan menterjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta
frekuensi makan yang akan diberikan. Makanan diberikan dalam berbagai
-
34
bentuk/konsistensi, (biasa, lunak, cair dsb) sesuai dengan kebutuhan dengan
memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan
makanan yang digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut diperlukan
penyesuaian, maka dietesien akan mengkonsultasikannya kepada dokter.
2.3.5 Konseling dan Penyuluhan Gizi : Sebelum melaksanakan kegiatan konseling
gizi, terlebih dahulu dibuat rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan,
sasaran, strategi, materi, metode, penilaian, dan tindak lanjut. Tujuan dari
konseling gizi adalah membuat perubahan perilaku makan pada pasien. Hal ini
akan terwujud melalui penjelasan diet yang perlu dijalankan oleh pasien, yang
diperlukan untuk proses penyembuhan; kepatuhan pasien untuk melaksanakan
diet yang telah ditentukan; pemecahan masalah yang timbul dalam melaksanakan
diet tersebut. Untuk meningkatkan efisiensi, pelaksanaan konseling terutama
pada saat anamnesis dan penentuan diet, dapat dilakukan dengan memanfaatkan
software tertentu seperti Food Processor (FP2), WorldFood, EbisPro, atau
NutriClin. Penyuluhan dan konsultasi gizi dapat diberikan secara perorangan
maupun secara kelompok, berdasarkan kesamaan terapi diet pasien.
2.3.6 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut : Aktivitas utama dari proses
evaluasi pelayanan gizi pasien adalah memantau pemberian makanan secara
berkesinambungan untuk menilai proses penyembuhan dan status gizi pasien.
Pemantauan tersebut mencakup antara lain perubahan diet, bentuk makanan,
asupan makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah,
keadaan klinis difekasi, hasil laboratorium dan lain-lain. Tindak lanjut yang
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi pelayanan gizi
-
35
antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan mengubah preskripsi diet
sesuai kondisi pasien. Pemantauan berat badan dan status gizi perlu dilakukan
secara rutin, sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya. Pada pasien anak
pemantauan berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari.
2.4 Ketenagaan Instalasi Gizi
Menurut Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen Kesehatan
RI, 2006) untuk kebutuhan tenaga sampai saat ini formulasi untuk menghitung
kebutuhan tenaga gizi di rumah sakit masih dalam proses penyusunan. Kebutuhan
tenaga gizi dapat dihitung dengan menggunakan formulasi beban kerja. Angka
kebutuhan tenaga gizi ini dapat dihitung oleh masing-masing unit pelayanan gizi rumah
sakit. Namun demikian, berdasarkan pengalaman para ahli gizi rumah sakit, terdapat
beberapa kategori tenaga untuk tiap kelas rumah sakit kelas C seperti terlihat pada tabel
dibawah ini.
-
36
Tabel 2.2
Kebutuhan Tenaga Menurut Kelas Rumah Sakit
*) Dengan memperhatikan/ mempertimbangkan sistem shift pegawai
Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI
Tahun 2006
Kategori Tenaga*) Kelas Rumah Sakit
C/Pratama
S2-Gizi/kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi -
SKM dengan pendidikan dasar D3-Gizi
D4-Gizi klinik
D3-Gizi
D3-Perhotelan
D1-Gizi
Pranata Komputer
SMK-administrasi
SMU + Kursus Administrasi
SMK-Tata Boga
SMU/SLTP + Kursus Tataboga
-
37
Tabel 2.3
Kebutuhan Tenaga Untuk Penyelenggaraan Makanan
Kategori Tenaga
Tugas Pokok
Rumah Sakit Kelas C
Magister bidang
Gizi/kesehatan
- Perencanaan menu
- Perencanaan anggaran, SDM,
Pelatihan
- Perhitungan kebutuhan bahan
makanan
_
Sarjana, Bidang
gizi/Kesehatan
- Pemilihan dan Pembelian
bahan makanan
- Penerimaan, penyimpanan
dan penyaluran bahan
makanan
_
D3-Gizi/D3-TataBoga/
D3-Perhotelan
Persiapan, pengolahan dan
pendistribusian makanan
SMK-Tata Boga Pemasak
SMU + kursus Tata Boga Asisten Pemasak
Pranata Komputer Administrasi
SLTP-Sederajat Penyelenggara makanan
Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI Tahun
2006.
-
38
Tabel 2.4
Kebutuhan Tenaga Untuk Asuhan Gizi Rawat Inap
Kategori Tenaga Tugas Pokok Rumah Sakit
Kelas C
Dokter Spesialis Menegakkan
diagnosa/ Preskripsi Diet -
S2 Gizi/Kesehatan dengan
pendidikan dasar D3-Gizi
- Rencana diet
- Anamnesa
- Pengkajian status gizi
- Pemantau dan Evaluasi
-
S 1-Gizi/Kesehatan dengan
pendidikan dasar D3-Gizi
- Perencanaan kebutuhan gizi
dan jenis diet
D4-Gizi - Konseling Gizi
SMK-Tata Boga Penyaji Masak
SLTP-sederajat Pekarya
2.4.1 Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit
2.4.1.1 Kepala Unit Pelayanan Gizi
Menurut Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen Ksehatan RI,
2006) Kepala Unit Pelayanan Gizi adalah penanggungjawab umum organisasi unit
pelayanan gizi di sebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit
dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala unit
pelayanan gizi rumah sakit bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi di
rumah sakit, yang pada umumnya bertanggungjawab kepada Direktur Bidang Penunjang
Medis.
Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI Tahun 2006
-
39
Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka seorang kepala unit pelayanan
gizi rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut :
1) Rumah Sakit kelas A: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau Sl-Gizi/Kesehatan dengan
pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi dengan
pengalaman kerja tertentu.
2) Rumah Sakit kelas B: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau Sl-Gizi/Kesehatan dengan
pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi.
3) Rumah Sakit kelas C: Lulusan Sl-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi
atau lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi dengan pengalaman
kerja tertentu.
2.4.1.2 Koordinator Unit-Unit
Koordinator unit-unit melaksanakan tugas mengkoordinasikan :
1) Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi.
2) Pengawasan dan Pengendalian dalam penyelenggaraan pelayanan gizi.
3) Pemantauan proses pelayanan.
4) Pengkajian data kasus
5) Penelitian dan pengembangan
Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut diatas maka klasifikasi
pendidikan tenaga Koordinator Unit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut:
1) Rumah Sakit kelas A: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau S1- Gizi/Kesehatan dengan
pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi.
2) Rumah Sakit kelas B: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau S1- Gizi/Kesehatan dengan
pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi.
-
40
3) Rumah Sakit kelas C: Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi,
atau lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi.
2.4.1.3 Supervisor
Supervisor bertugas mengawasi dan mengendalikan proses penyelenggaraan
pelayanan gizi rumah sakit mulai dari perencanaan sampai dengan pendistribusian dan
pelayanan pasca rawat dan rujukan. Bidang tugas yang diawasi mencakup aspek dietetik
dan non-dietetik.
Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut diatas maka diperlukan tenaga-
tenaga supervisor/pengawas dengan klasifikasi pendidikan yang memenuhi kriteria
tertentu sebagai berikut :
a). Rumah Sakit kelas A :
1) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi,
2) Lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi
3) Lulusan D3-Perhotelan
b). Rumah Sakit kelas B :
1) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi,
2) Lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi
3) Lulusan D3-perhotelan
c). Rumah Sakit kelas C :
1) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi.
2) Lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi
3) Lulusan D3-perhotelan, atau serendah-rendahnya lulusan SMK-Tataboga +
pengalaman dibidang penyelenggaraan makanan minimal selama 3 tahun.
-
41
2.4.1.4 Pelaksana
1. Juru Masak
Juru masak yaitu tenaga pengolah bahan makanan yang bertugas mulai dari
persiapan bahan makanan hingga pendistribusian.
Pendidikan :
1) Rumah Sakit kelas A : SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak
2) Rumah Sakit kelas B : SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak
3) Rumah Sakit kelas C : SMU/SLTP + Kursus Masak
2. Urusan Gudang/Perbekalan
Tenaga urusan gudang atau perbekalan bertugas pada unit penyimpanan
bahan makanan untuk menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan makanan sesuai
dengan pesanan harian, serta kondisi fisik bahan makanan yang bermutu sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
Pendidikan :
1) Rumah Sakit kelas A: D3-Gizi, D1-Gizi, atau SMU
2) Rumah Sakit kelas B: D3-Gizi, D1-Gizi, atau SMU
3) Rumah Sakit kelas C: D1-Gizi, SMU, atau yang sederajat
3. Operator Komputer
Operator komputer bertugas terutama pada unit perencanaan dan evaluasi
untuk mendukung formulasi dan akurasi perencanaan anggaran serta kebutuhan
bahan makanan. Selain itu juga diperlukan dalam pengorganisasian data untuk
mendukung efektifitas pelaporan. Pendidikan dasar tenaga untuk operator
-
42
komputer, baik rumah sakit kelas A, kelas B, maupun kelas C adalah SMU atau
D3-Gizi + kursus komputer.
4. Tata Usaha
Tugas-tugas ketatausahaan meliputi registrasi pesanan, pembukuan
keuangan, penyiapan laporan berkala, penyiapan laporan khusus, serta pengaturan
hal-hal yang berkaitan dengan kepegawaian. Pendidikan yang diperlukan untuk
setiap kelas rumah sakit adalah :
1) D3-Gizi
2) D1-Gizi
3) SMU + kursus administrasi ketatausahaan
4) SMK-administrasi
5. Jurumasak Ruangan
Yaitu pelaksana kegiatan penyajian makanan di ruang rawat inap, mulai
dari penataan di dapur ruangan sampai menyajikan ke pasien.
Pendidikan :
1) Rumah Sakit kelas A: SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak
2) Rumah Sakit kelas B: SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak
3) Rumah Sakit kelas C: SMU/SLTP + Kursus Masak
6. Pekarya
Yaitu pelaksana yang membantu pelaksanaan tugas-tugas operasional di
dapur penyelenggaraan makanan dan dapur ruangan rawat inap.
-
43
2.4.2 Tugas Dan Tangung Jawab
Menurut Buku Pedoman Manajemen Pelayanan Gizi Kelompok (Departemen
Kesehatan RI, 1991), tugas dan tanggung jawab tenaga gizi yang bekerja di Instalasi gizi
adalah sebagai berikut:
2.4.2.1 Ahli Gizi
Seorang ahli gizi (sarjana atau sarjana muda gizi) harus mampu menerapkan
pengetahuan gizi dalam mengelola makanan sekelompok orang. Secara umum, maka
tugas dan tanggung jawab seorang ahli gizi dalam penyelenggaraan makanan banyak
adalah :
1) Merencanakan, mengembangkan, membina, mengawasi dan menilai
penyelenggaraan makanan dengan data yang tersedia berdasarkan prinsip gizi dalam
usaha menunjang pelayanan rumah sakit terhadap pasien.
2) Mencapai standar kualitas penyelenggaraan makanan yang tinggi, dengan
menggunakan tenaga dan bahan makanan secara efisien dan efektif.
3) Merencanakan menu makanan biasa dan makanan khusus sesuai dengan pola menu
yang ditetapkan.
4) Membuat standarisasi resep dan makanan khusus sesuai dengan pola menu yang
ditetapkan.
5) Membuat standarisasi resep dan mengawasi penggunaannya.
6) Membantu melaksanakan pelaporan manajemen keuangan untuk pengawasan dan
perencanaan instalasi gizi.
7) Membantu melaksanaan pelaporan manajemen keuangan.
-
44
8) Menjaga dan mengawasi sanitasi penyelenggaraan makanan, dan keselamatan kerja
pegawai.
9) Merencanakan, mengembangkan, membina, menilaikan kegiatan Pelayanan Gizi
Ruang Rawat Inap, Penyuluhan dan Rujukan Gizi, kegiatan Penelitian dan
Pengembangan Gizi Terapan.
10) Mengatur pembagian tugas yang sesuai dengan spesifikasi tugas seseorang.
11) Menelaah seluruh kegiatan instalasi gizi termasuk perencanaan dan koordinasi
pelayanan gizi.
12) Memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap calon
sarjana muda Gizi, tenaga menengah Gizi, pegawai kesehatan atau pegawai lain
yang mengikuti latihan/ kursus di instalasi Gizi.
2.4.2.2 Tenaga Menengah Gizi
Tugas dan tanggung jawab seorang pengatur gizi atau pembantu ahli gizi
meliputi:
1) Berkonsultasi dengan sarjana/ sarjana muda gizi dalam melaksanakan kegiatan
pengadaan/ penyediaan makanan, kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap,
penyuluhan/ konsultasi dan rujukan gizi, serta penelitian dan pengembangan gizi
terapan.
2) Mengawasi dan menilai pegawai di instalasi gizi dan pegawai baru.
3) Memberi pengarahan pada pegawai dalam menggunakan dan memelihara peralatan.
4) Memberi pengarahan pada pegawai dalam menyelenggarakan makanan.
5) Mempersiapkan jadwal waktu dan kerja bagi seluruh pegawai dapur.
-
45
6) Mengawasi pelaksanaan dan memelihara sanitasi dan kebersihan seluruh instalasi
gizi serta pegawainya.
7) Membantu dalam melaksanakan usaha-usaha keselamatan kerja sesuai dengan yang
telah ditetapkan.
2.4.2.3 Pemasak
Tugas dan tanggung jawab pemasak makanan adalah:
1) Merencanakan cara/ kerja, memasak, waktu agar sesuai dengan menu dan jadwal
pembagian makanan yang ditentukan.
2) Mengkonsultasikan cara pemasakan bahan makanan sebelum mulai memasak
dengan kepala pemasak ataupun pembantu ahli gizi.
3) Membantu dalam mengawasi, melatih pemasak baru.
4) Mempersiapkan contoh masakan yang dimasak.
5) Membersihkan peralatan, melaporkan kegiatan yang telah dilakukan kepada kepala
pemasak.
6) Melakukan penilaian terhadap resep baru serta melaporkannya kepada kepala
pemasak.
7) Mengembangkan buku resep untuk dikembangkan.
2.4.2.4 Pelaksana Gizi Ruangan
Tugas pelaksana gizi ruangan yaitu:
1) Mengambil makanan dari dapur untuk dibawa ke ruangan
2) Membuat daftar permintaan ruangan
3) Membagi makanan untuk pasien dan karyawan
4) Membersihkan peralatan dan dapur ruangan
-
46
5) Melaporkan pasien masuk dan pulang kepada pembantu ahli gizi/ sarjana muda gizi
yang bertanggungjawab.
6) Melaporkan hal-hal penting.
7) Bekerjasama dengan tenaga di ruangan secara baik.
2.5 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan Di Unit Pelayanan Gizi
Berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen
Kesehatan RI, 2006) agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan
optimal, maka perlu didukung dengan sarana, peralatan dan perlengkapan yang memadai
baik untuk rawat inap maupun ruang di unit pelayanan gizi.
Konstruksi sarana fisik, peralatan dan perlengkapan, sangat mempengaruhi
kerja, berdasarkan hal tersebut maka fasilitas fisik dan sarana harus tersedia, efisien,
bersih dan aman (Departemen Kesehatan RI, 1991).
2.5.1 Ruang Penyelenggaraan Makanan
2.5.1.1 Perencanaan Bangunan, Peralatan Dan Perlengkapan
Agar perencanaan makanan dapat berjalan dengan optimal, maka ruangan,
peralatan dan perlengkapannya perlu direncanakan dengan baik dan benar. Dalam
merencanakan sarana fisik/bangunan untuk unit pelayanan gizi rumah sakit, maka
diperlukan kesatuan pemikiran antara perencana dan pihak manajemen yang terkait.
Oleh karena itu, diperlukan satu tim yang memiliki keahlian yang berbeda, yang secara
langsung akan memanfaatkan hasil perencanaannya, yang terdiri dari arsitek, konsultan
manajemen, insinyur bangunan/sipil, listrik, disainer bagian dalam gedung, instalator,
ahli gizi serta unsur lain di rumah sakit yang terkait langsung seperti pemilik rumah
-
47
sakit, direktur rumah sakit serta instalasi prasarana rumah sakit (Departemen Kesehatan
RI, 2006).
2.5.1.2 Fasilitas Ruang Yang Dibutuhkan
Ruang/tempat yang diperlukan di Unit Pelayanan Gizi terdiri dari :
1) Tempat Penerimaan Bahan Makanan
Tempat penerimaan bahan makanan ini digunakan untuk penerimaan bahan
makanan dan mengecek kualitas serta kuantitas bahan makanan. Letak ruangan ini
sebaiknya mudah dicapai kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan serta persiapan
bahan makanan. Luas ruangan tergantung dari jumlah bahan makanan yang akan
diterima (Departemen Kesehatan RI, 2006).
2) Tempat/Ruang Penyimpanan Bahan Makanan
Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan segar (ruang pendingin) dan
tempat penyimpanan bahan makanan kering. Luas tempat pendingin ataupun gudang
bahan makanan tergantung pada jumlah bahan makanan yang akan disimpan, cara
pembelian bahan makanan, dan frekuensi pemesanan bahan (Departemen Kesehatan RI,
2006).
3) Tempat Persiapan Bahan Makanan
Tempat persiapan bahan makanan adalah tempat untuk mempersiapkan bahan
makanan dan bumbu. Meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas,
menumbuk, menggiling, memotong, mengiris, dan lain-lain sebelum bahan makanan
dimasak (Departemen Kesehatan RI, 2006).
-
48
4) Tempat Pemasakan Dan Distribusi Makanan
Tempat pemasakan makanan ini dilengkapi dengan cerobong asap di atas
kompor. Biasanya makanan dikelompokkan menurut kelompok bahan makanan yang
dimasak. Misalnya makanan biasa dan makanan khusus. Kemudian makanan biasa
dibagi lagi menjadi kelompok nasi, sayuran, lauk pauk, dan makanan selingan serta
buah. Tempat pembagian makanan juga dilengkapi dengan alat pemanas (Departemen
Kesehatan RI, 2006).
5) Tempat Pencucian dan Penyimpanan Alat
Tempat pencucian peralatan tersebut hendaknya (Departemen Kesehatan RI, 2006) :
a). Menyediakan fasilitas pengering/rak dan penyimpanan sementara yang bersih
b). Dilengkapi alat untuk mengatasi sumbatan dan vector.
c). Dilengkapi air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan + 15 psi (1,2
Kg/cm3).
d). Disediakan sabun dan lap pengering yang bersih.
e). Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan.
Sedangkan pencucian alat makan disyaratkan sebagai berikut :
a). Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan dan peralatan
b). Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi (1.2 kg/cm3)
c). Tersedia air panas dan alat pembersih seperti sabun, deterjen, sikat.
6) Tempat Pembuangan Sampah
Diperlukan tempat pembuangan sampah yang cukup untuk menampung
sampah yang dihasilkan dan harus segera dikosongkan begitu sampah terkumpul
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
-
49
7) Ruang Fasilitas Pegawai
Ruang ini adalah ruangan-ruangan yang dibuat untuk tempat ganti pakaian
pegawai, istirahat, kantin, kamar mandi dan kamar kecil. Ruangan ini dapat terpisah
dari tempat kerja, tetapi perlu dipertimbangkan agar dengan tempat kerja tidak perlu
jauh letaknya (Departemen Kesehatan RI, 2006).
8) Ruang Pengawas
Diperlukan ruang untuk pengawas melakukan kegiatannya. Hendaknya
ruang ini terletak cukup baik, sehingga pengawas dapat mengawasi semua kegiatan
di dapur (Departemen Kesehatan RI, 2006).
2.5.1.3 Sarana fisik
1) Letak Tempat Penyelenggaraan Makanan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai letak tempat penyelenggaraan
makanan suatu rumah sakit, antara lain (Departemen Kesehatan RI, 2006) :
a). Mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar pelayanan dapat diberikan dengan
baik dan merata untuk semua pasien.
b). Kebisingan dan keributan di pengolahan tidak mengganggu ruangan lain
disekitarnya.
c). Mudah dicapai kendaraan dari luar, untuk memudahkan pengiriman bahan makanan
sehingga perlu mempunyai jalan langsung dari luar.
d). Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci
(laundry) dan lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan.
e). Mendapat udara dan sinar yang cukup.
-
50
2) Bangunan
Belum ada standar yang tetap untuk sebuah tempat pengolahan makanan, akan
tetapi disarankan luas bangunan adalah 1-2 m per tempat tidur. Dalam merencanakan
luas bangunan pengolahan makanan harus dipertimbangkan kebutuhan bangunan pada
saat ini, serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan kesehatan dimasa mendatang.
Setelah menentukan besar atau luas ruangan kemudian direncanakan susunan ruangan
dan peralatan yang akan digunakan, sesuai dengan arus kerja dan macam pelayanan
yang akan diberikan (Departemen Kesehatan RI, 2006).
3) Konstruksi
Beberapa persyaratan mengenai konstruksi tempat pengolahan makanan
(Departemen Kesehatan RI, 2006) :
a). Lantai : harus kuat, mudah dibersihkan, tidak membahayakan/tidak licin, tidak
menyerap air dan tahan terhadap asam dan tidak menimbulkan suara keras.
b). Dinding : harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan cahaya yang
cukup bagi ruangan, dan tahan terhadap cairan.
c). Langit-langit : harus tertutup, dilengkapi dengan bahan peredam suara untuk
bagian tertentu dan disediakan cerobong asap. Langit-langit dapat diberi warna
agar serasi dengan warna dinding. Jarak antara lantai dengan langit-langit harus
tinggi agar udara panas dapat bersikulasi dengan baik.
d). Penerangan dan ventilasi : harus cukup, baik penerangan langsung, maupun
penerangan listrik, sebaiknya berkekuatan minimal 200 lux. Ventilasi harus
cukup sehingga dapat mengeluarkan asap, bau makanan, bau uap lemak, bau air,
dan panas. Untuk itu dapat digunakan exhaust fan pada tempat-tempat tertentu.
-
51
2.5.1.4 Arus Kerja
Arus kerja adalah urutan-urutan kegiatan kerja dalam memproses bahan
makanan menjadi hidangan. Hal ini meliputi penerimaan bahan makanan, persiapan,
pemasakan, pembagian/distribusi makanan. Yang perlu dperhatikan adalah pekerjaan
sedapat mungkin dilakukan searah atau satu jurusan, pekerjaan dapat lancar sehingga
energi dan waktu dapat dihemat, bahan tidak dibiarkan lama sebelum diproses, jarak
yang ditempuh pekerja sependek mungkin, tidak bolak-balik, ruang dan alat dapat
dipakai seefektif mungkin, ongkos produksi dapat ditekan (Departemen Kesehatan
RI, 2006).
Gambar 2.2
Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan
Penyimpanan Bahan
Makanan Segar Dingin
Persiapan
Pemasakan
Pembagian
Pencucian
Penyimpanan Bahan Makanan Kering
Pembuangan
Sampah Sementara
Pembuangan
Sampah Akhir (diluar dapur)
Fasilitas
Pegawai
Penerimaan
Sumber : Buku Pedoman PGRS Departemen Kesehatan RI, Depkes Tahun 2006
-
52
2.5.1.5 Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelengaraan Makanan
Berdasarkan arus kerja maka macam peralatan yang dibutuhkan adalah :
1) Ruangan penerimaan: Timbangan 100-300 kg, rak bahan makanan beroda, kereta
angkut, alat-alat kecil seperti pembuka botol, penusuk beras, pisau dan sebagainya.
2) Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar: Timbangan 20-100 kg, rak
bahan makanan, lemari es, freezer. Tempat bahan makanan dari plastik atau stainless
steel.
3) Ruangan persiapan bahan makanan: Meja kerja, meja daging, mesin sayuran, mesin
pemarut kelapa, mesin pemotong dan penggiling daging, mixer, blender, timbangan
meja, talenan, bangku kerja, penggiling dari batu, bak cuci.
4) Ruang masak: Ketel uap 10-250 lt, tungku masak, oven, penggorengan, mixer,
blender, lemari es, meja pemanas, pemanggang sate, toaster, meja kerja, bak cuci,
kereta dorong, rak alat, bangku, meja pembagi.
5) Ruang pencuci dan penyimpanan alat: Bak cuci, rak alat, tempat sampah, lemari.
6) Dapur Susu: Meja kerja, meja pembagi, sterilisator, tempat sampah, pencuci botol,
mixer, blender, lemari es, tungku, meja pemanas.
7) Ruang pegawai: Kamar mandi, locker, meja kursi, tempat sampah, WC, tempat
sholat dan tempat tidur.
8) Ruang perkantoran: Meja kursi, filling cabinet, lemari buku, lemari es, alat peraga,
alat tulis menulis, komputer, printer, lemari kaca, mesin ketik, AC, dan sebagainya.
2.5.2 Ruang Perkantoran
Ruang perkantoran Unit Pelayanan Gizi rumah sakit sebaiknya terdiri dari :
1) Ruang Kepala Instalasi/Unit Pelayanan Gizi dan Staf
-
53
2) Ruang administrasi penyelenggaraan makanan
3) Ruang rapat dan perpustakaan
4) Ruang penyuluhan gizi
5) Locker, kamar mandi, dan WC
Untuk dapat bekerja dengan baik, setiap orang memerlukan ruang kerja seluas 2m2.
2.6 Penyelenggaraan Makanan
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun (2006), penyelenggaraan makanan
rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai
dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status
kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk
kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit
dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan
jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau
konsumen yang membutuhkannya. Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit
adalah konsumen/pasien maupun karyawan. Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat
juga dilakukan penyelenggaraan makanan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau
keluarga pasien).
Proses kegiatan ini meliputi perencanaan anggaran belanja makanan;
perencanaan menu; perhitungan kebutuhan bahan makanan; pemesanan dan pembelian
bahan makanan; penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan; persiapan
bahan makanan; pengolahan bahan makanan; dan pendistribusian makanan.
-
54
Bentuk penyelenggaraan makanan di rumah sakit dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
1) Penyelenggaraan Makanan Sistem Swakelola
Pada penyelenggaraan makanan ini, unit pelayanan gizi rumah sakit bertanggung
jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
2) Penyelenggaraan makanan Sistem Out-Sourcing
Yaitu penyelenggaraan makanan dengan memanfaatkan perusahaan jasaboga atau
catering. Sistem out-sourcing dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu semi out-
sourcing dan full out-sourcing. Pada sistem semi out-sourcing, pengusaha jasaboga
selaku penyelenggara makanan menggunakan sarana dan prasarana milik rumah
sakit, sedangkan pada sistem full out-sourcing pengusaha jasaboga tidak
menggunakan sarana dan prasarana milik rumah sakit melainkan milik
perusahaannya sendiri. Dalam penyelenggaraan makanan dengan sistem semi out-
sourcing maupun full out-sourcing, fungsi ahli gizi rumah sakit adalah sebagai
perencana menu, penentu standar porsi dan pemesanan makanan. Selain itu, pada
sistem ini ahli gizi berkewajiban untuk mengawasi kualitas dan kuantitas makanan
yang dipesan sesuai dengan spesifikasi standar hidangan yang telah ditetapkan dalam
kontrak.
-
55
2.6.1 Perencanaan Anggaran Belanja Makanan
Penyusunan anggaran belanja adalah suatu kegiatan penyusunan anggaran biaya
yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani.
Penyusunan anggaran belanja makanan disusun untuk memenuhi kebutuhan macam dan
jumlah bahan makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani sesuai dengan standar
kecukupan gizi (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Anggaran belanja untuk menyelenggarakan makanan institusi sebaiknya
direncanakan setahun sebelumnya, dan dibuat atas dasar pengalaman tahun-tahun
sebelumnya. Anggaran tersebut meliputi bahan makanan, peralatan, pemeliharaan dan
perawatan alat, buruh dan kebutuhan lain yang direncanakan. Apabila harga pasaran
cukup stabil, maka petunjuk harga tahun sebelumnya dijadikan patokan. (Departemen
Kesehatan RI, 1991).
Dalam menyelenggarakan anggaran belanja untuk peralatan, seyogyanya sudah
termasuk pula perbaikan, pemeliharaan serta penggantiannya. Apabila ada
penggolongan atau klasifikasi konsumen, maka dalam pencatatan dan pelaporan biaya
dipisah menurut golongan sehingga bila diperlukan perhitungan unit cost untuk berbagai
macam konsumen, dapat dilakukan secara mudah (Departemen Kesehatan RI, 1991).
Prasyarat dalam perencanaan anggaran belanja makanan adalah adanya
kebijakan rumah sakit, tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit,
tersedianya data standar makanan untuk pasien, tersedianya data standar harga bahan
makanan, tersedianya data rata-rata jumlah konsumen/pasien yang dilayani, tersedia
siklus menu, tersedianya anggaran makanan yang terpisah dari biaya perawatan
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
-
56
Langkah perencanaan anggaran belanja makanan adalah kumpulkan data tentang
macam dan jumlah konsumen tahun sebelumnya, tetapkan macam dan jumlah
konsumen/pasien, kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan
melakukan survei pasar, kemudian tentukan harga rata-rata bahan makanan, buat standar
kecukupan gizi (standar porsi) ke dalam berat kotor, hitung indeks harga makanan
perorang perhari sesuai dengan konsumen yang mendapat makan, hitung anggaran
belanja makanan setahun untuk masing-masing konsumen/pasien (termasuk pegawai),
hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil keputusan untuk meminta
perbaikan, rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administratif.
2.6.2 Perencanaan Menu
Menu berarti hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara makan, baik
makan siang maupun malam. Namun, menu dapat juga disusun untuk lebih dari satu kali
makan, misalnya untuk satu hari yang terdiri menu makan pagi, makan siang, dan makan
malam, serta makanan selingan jika ada. Dalam penyelenggaraan makanan institusi,
menu dapat disusun untuk jangka waktu yang cukup lama, misalnya untuk tujuh atau
sepuluh hari. Menu yang disusun seperti itu disebut menu induk (master menu). Menu
induk digunakan sebagai patokan dalam penyelenggaraan makanan (Moehyi, 1992).
Keberhasilan dan kegagalan suatu penyelenggaraan makanan ditentukan oleh
menu yang disusun dan hidangan yang disajikan. Menu yang terencana dengan baik,
dengan penyajian hidangan dalam variasi yang menyegarkan akan membawa
keuntungan bagi penyelenggaraan makanan di suatu institusi (Departemen Kesehatan
RI, 1991).
-
57
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah
untuk memenuhi selera konsumen/pasien, dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi
prinsip gizi seimbang. (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Perencanaan menu yang baik memepunyai beberapa fungsi diantaranya (Mukrie
et al, 1990):
1) Memudahkan pelaksana dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.
2) Dapat disusun hidangan yang mengandung zat-zat gizi esensial yang dibutuhkan
tubuh.
3) Variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur.
4) Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia.
5) Waktu dan tenaga yang tersedia dapat digunakan sehemat mungkin.
Sarat-syarat perencanaan menu, yaitu (Departemen Kesehatan RI, 2006).
1) Peraturan pemberian makan rumah sakit
2) Standar porsi dan standar resep
3) Standar bumbu
Menurut Mukrie et al (1990), langkah-langkah dalam perencanaan menu yang
harus diperhatikan adalah, menentukan menu yang diinginkan, baik standar atau menu
pilihan; menetapkan siklus menu yang akan direncanakan, siklus 5 hari, 7 hari, atau 10
hari atau lebih (jangka waktu/ siklus menu yang lebih lama akan lebih baik, karena
mencegah terjadinya pengulangan menu yang terlalu dekat); menentukan waktu siklus
yang digunakan (3 bulan, 8 bulan, atau 12 bulan); menetapkan jenis bahan makanan
yang akan digunakan dalam suatu siklus menu dan menentukan frekuensi pemakaian
tiap jenis bahan makanan, bahan makanan sumber hidrat arang, protein nabati, sayuran,
-
58
buah, dan makanan selingan; menyusun menu yang meliputi pembuatan format menu,
mencantumkan bahan makanan/lauk hewani dan memeriksa kembali menu yang telah
disusun.
Dalam perencanaan menu perlu diperhatikan beberapa hal seperti berikut :
1) Kebutuhan Gizi
Kebutuhan gizi orang yang dilayani harus dipertimbangkan dalam menyusun dan
menetapkan standar porsi hidangan. Kebutuhan gizi orang yang dilayani dapat
diperkirakan dengan memakai daftar kecukupan gizi untuk orang Indonesia yang
dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI tahun 2004. Untuk
menghitung kebutuhan gizi orang sakit dapat digunakan pedoman yang dianjurkan
Departemen Kesehatan RI, yaitu buku Penuntun Diet oleh bagian Gizi RSCM dan
Persatuan Ahli Gizi Indonesia, seri Dietik.
2) Peraturan dan macam rumah sakit
Peraturan ini biasanya menyangkut kebijakan dan anggaran belanja bahan makanan,
prosedur, pembelian bahan makanan, penggunaan atau pemakaian bahan makanan.
3) Kebiasaan Makan
Menu sedapat mungkin disesuaikan dengan kebiasaan makan bagian terbesar
masyarakat yang dilayani.
4) Macam dan Jumlah Orang yang Dilayani
Semakin banyak macam dan jumlah orang dilayani, semakin banyak pula variasi
dalam menu yang akan disajikan.
5) Peralatan dan Perlengkapan Dapur yang Tesedia
-
59
Macam dan jumlah peralatan serta perlengkapan dapur yang tersedia juga perlu
dipertimbangkan dalam merencanakan/menyusun menu.
6) Macam dan Jumlah Pegawai
Hal ini perlu diperhitungkan agar penyelenggaraan makanan dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
7) Macam Pelayanan yang Diberikan
a. Dalam suatu penyelenggaraan makanan kadang-kadang ada juga dibedakan jenis
hidangan atau harga hidangan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan memilih pada pasien, sehingga keinginannya dapat dipenuhi untuk
memberikan kesempatan memilih pada pasien, sehingga keinginanya dapat
dipenuhi.
b. Kadang-kadang ada perbedaan dalam cara pemberian pelayanan, seperti
penyediaan fasilitas makan, pemenuhan kebutuhan pemenuhan pasien, ataupun
pemberian pelayanan khusus. Untuk hal ini adakalanya diperlukan menu yang
khusus pula.
8) Musim/ lklim dan Keadaan Pasar
Keadaan udara dapat mempengaruhi selera dan kebutuhan tubuh. Penyusunan menu
harus memperhatikan iklim dan musim karena ada jenis-jenis bahan makanan yang
hanya mudah di dapat pada musim atau iklim tertentu. Tersedia atau tidak bahan
makanan tertentu akan sangat mempengaruhi harga pasar (Moehyi, 1992).
9) Keuangan yang tersedia
Merencanakan menu,