Bagian Pertama_nurdiana Hajar

198
 1 GAMBARAN PELAYANAN GIZI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM MENTENG MITRA AFIA CIKINI JAKARTA PUSAT TAHUN 2009 LAPORAN MAGANG OLEH : NURDIANA HAJAR NIM : 105101003290 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M

Transcript of Bagian Pertama_nurdiana Hajar

  • 1

    GAMBARAN PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

    DI RUMAH SAKIT UMUM MENTENG MITRA AFIA

    CIKINI JAKARTA PUSAT

    TAHUN 2009

    LAPORAN MAGANG

    OLEH :

    NURDIANA HAJAR

    NIM : 105101003290

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1430 H/ 2009 M

  • 2

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    GIZI KESEHATAN MASYARAKAT

    Magang, Mei 2009

    Nurdiana Hajar, NIM : 105101003290

    Gambaran Pelayanan Gizi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Menteng Mitra

    Afia Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009

    xv + 170 halaman, 9 tabel, 18 gambar, 11 lampiran.

    ABSTRAK

    Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) di RSU Menteng Mitra Afia merupakan

    bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa

    kegiatan, antara lain asuhan gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan.

    Pelayanan gizi rumah sakit berperan dalam mempercepat penyembuhan dan menjaga

    agar kondisi tubuh pasien tetap sehat. Dengan gizi yang baik, daya tahan tubuh akan

    meningkat sehingga dapat mempercepat penyembuhan penyakit dan menghindari

    komplikasi penyakit lainnya serta dapat membantu mencegah kambuhnya penyakit.

    Kegiatan magang di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia berlangsung mulai

    tanggal 11 Februari sampai dengan 19 Maret 2009, dengan mengikuti kegiatan asuhan

    gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan yang berlangsung di Instalasi Gizi.

    Asuhan Gizi pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia

    meliputi pengkajian status gizi (pengukuran antropometri, pemeriksaan fisik,

    pemeriksaan laboratorium, dan riwayat gizi), penentuan diet, konseling gizi, dan

    pemantauan (meliputi pemantauan diet, konsumsi makanan, dan status gizi). Tim

    Asuhan Gizi di RSU Menteng Mitra Afia terdiri dari dokter, analis, ahli gizi dan

    perawat.

    Pengukuran antropometri kadang tidak dilakukan pada pasien yang masuk ruang

    rawat inap. Penetapan ukuran antropometri pasien, sering menggunakan data lama

    pasien yang tertulis pada data status pasien yang tersimpan pada rekam medik. Bukan

    data antropometri yang diperoleh dari pengukuran langsung pada saat pasien masuk.

    Selain itu, pengukuran antropometri yang dilakukan juga masih kurang tepat dalam

    pelaksanaannya yaitu pengukuran hanya dilakukan kepada pasien yang berkeadaan

    khusus saja. Sebaiknya pengukuran antropometri dilakukan secara langsung pada setiap

    pasien yang baru masuk dan tidak hanya pada pasien yang berkeadaan khusus untuk

    menunjang ketepatan terhadap penentuan status gizi pasien yang terkait dengan

    penentuan angka kebutuhan gizi serta penetapan jenis diet yang dijalani yang

    berpengaruh pada peningkatan kesembuhan pasien. Selain itu pemantauan status gizi

    perlu dilakukan secara baik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien agar dapat

    dilakukan evaluasi terhadap status gizi untuk mengetahui perbandingan status gizi awal

    pasien dengan status gizi setelah dilakukan pelayanan gizi untuk mengetahui tingkat

    kesembuhan pasien dilihat dari status gizinya.

    i

  • 3

    RSU Menteng Mitra Afia menggunakan bentuk penyelenggaraan makanan

    dengan sistem swakelola. Perencanaan anggaran belanja makanan dilakukan pertahun

    dan dibuat berdasarkan laporan penggunaan anggaran bahan makanan tahun sebelumnya

    dengan mempertimbangkan fluktuasi harga dan fluktuasi pasien. Sedangkan untuk

    perencanaan menu dibuat berdasarkan standar menu dengan siklus 10 hari plus 1.

    Perencanaan menu dinilai kurang sesuai dengan syarat perencanaan menu dikarenakan

    ketiadaan standar resep dan standar porsi secara tertulis. Sebaiknya ahli gizi membuat

    dan menentukan standar resep dan standar porsi dalam perencanaan menu agar dapat

    diciptakan mutu dan kualitas makanan yang relatif sama cita rasanya untuk setiap

    penghidangan serta diketahuinya kandungan zat gizi makanan. Selanjutnya, dalam

    penghitungan kebutuhan bahan makanan, ahli gizi melakukannya secara

    taksiran/perkiraan. Perkiraan tersebut berdasarkan jumlah pasien dan lama hari rawat.

    Untuk pembelian bahan makanan dilakukan setiap hari secara langsung ke

    penjualnya/pasar tanpa melalui rekanan. Kegiatan penerimaan bahan makanan dilakukan

    secara konvensional langsung oleh pegawai pada saat melakukan pembelian.

    Penyimpanan bahan makanan dilakukan dengan cara FIFO (First In First Out), bahan

    makanan yang diterima lebih dulu digunakan terlebih dahulu. Pada tahap persiapan

    bahan makanan sudah memperhatikan hygiene dan sanitasi makanan. Dalam proses

    pengolahan telah dibedakan cara pengolahan makanan untuk pasien biasa dengan pasien

    diet khusus. Distribusi dengan sistem sentralisasi membuat pengawasan dapat dilakukan

    dengan mudah dan teliti, lebih hemat, dan pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat.

    Untuk pelaksanaan sanitasi makanan tenaga penjamah makanan yang bekerja di

    ruang Instalasi gizi selalu menerapkan hygiene dan sanitasi dalam penyelenggaraan

    makanan. Sedangkan untuk pelaksanaan keselamatan kerja di Instalasi Gizi RSU

    Menteng Mitra Afia sudah cukup baik, terlihat dari tersedianya fasilitas peralatan

    pelindung dan pertolongan pertama seperti tersedianya obat-obatan P3K dan alat

    pelindung diri.

    Daftar Bacaan : 16 (1990-2006)

    ii

  • 4

    PERNYATAAN PERSETUJUAN

    Judul Magang

    GAMBARAN PELAYANAN GIZI RAWAT INAP

    DI RUMAH SAKIT UMUM MENTENG MITRA AFIA

    CIKINI JAKARTA PUSAT

    TAHUN 2009

    Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang Program

    Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jakarta, 12 Juni 2009

    Mengetahui

    Catur Rosidati, SKM, MKM

    Pembimbing Fakultas

    Rohani Dolok Saribu, AMG

    Pembimbing Lapangan

    iii

  • 5

    PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    Jakarta, 12 Juni 2009

    iv

    Penguji I,

    Penguji II,

    Catur Rosidati, SKM, MKM

    Febrianti, M.Si

  • 6

    CURRICULUM VITAE

    PERSONAL DATA

    Nama : Nurdiana Hajar

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Tempat Tanggal Lahir : Indramayu, 10 Februari 1987

    Umur : 22 Tahun

    Status Menikah : Belum Menikah

    Agama : Islam

    Alamat : Jln. Cendrawasih 14 Blok F. no. 216 RT 004/RW

    013. Kel. Pejuang Jaya, Kec. Medan Satria Kota

    Bekasi 17131

    Nomor HP : 0813 1000 4853

    PENDIDIKAN FORMAL

    1991-1993 : TK Islam Gema Nurani

    1993-1999 : SD Negeri Pejuang VII Bekasi

    1999-2002 : SLTP Negeri 19 Bekasi

    2002-2005 : SMU Negeri 2 Bekasi

    2005-Sekarang : Peminatan Gizi

    Program Studi Kesehatan Masyarakat

    FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    PENDIDIKAN NON FORMAL

    1993-1998 : Sekolah Madrasah Diniyah Al-Mujaddid

    2002-2005 : IEC

    2002-2005 : Sony Sugema College (SSC) dan Primagama

    v

  • 7

    PENGALAMAN ORGANISASI

    Anggota Remaja Masjid Al-Mujahidin Pejuang Jaya

    Anggota Pramuka Regu Inti SD Negeri Pejuang VII Bekasi

    Anggota Paskibra Regu Inti SLTP Negeri 19 Bekasi

    Anggota Ikatan Remaja Masjid SMU Negeri 2 Bekasi (IKREMA)

    PENGALAMAN KERJA

    Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)-I, Identifikasi Masalah di Puskesmas

    Pakuhaji Tangerang Banten pada tanggal 27 November s.d. 7 Desember tahun

    2007.

    Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)-II, Program Intervensi Bersama

    Memberantas TBC, Bersama Menuju Desa Siaga di Desa Kiarapayung

    Kecamatan Pakuhaji Tangerang Banten tahun 2008.

    Guru Private untuk pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam anak SMP

    Guru ngaji Iqro Anak Sekolah Dasar (SD)

    Guru Private untuk pelajaran Matematika dan bahasa Inggris anak Sekolah Dasar

    (SD).

    vi

  • 8

    Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

    yang telah memberikan nikmat yang berlimpah bagi penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan laporan magang yang berjudul Gambaran Pelayanan Gizi Rawat Inap

    Di Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009, tepat

    pada waktunya. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad

    SAW, semoga kita semua mendapatkan syafaat dan pertolongannya nanti di yaumil

    qiyamah. Amiin.

    Laporan magang ini penulis buat untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

    salah satu mata kuliah di semester delapan (8) yaitu mata kuliah magang yang dilakukan

    untuk mengetahui Pelayanan Gizi Rawat Inap yang dilakukan di RSU Menteng Mitra

    Afia.

    Penulis harap hasil laporan magang ini dapat dijadikan masukan dalam

    pengelolaan pelayanan gizi rumah sakit yang lebih baik dan bermutu.

    Dalam menyelesaikan laporan magang ini, penulis telah banyak memperoleh

    pengarahan, bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

    dengan segala kerendahan hati, tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. (Hc) dr. M. K Tadjudin, Sp. And, Dekan Fakultas Kedokteran

    Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, MARS, Ketua Program Studi Kesehatan

    Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, Sekretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, selaku dosen pembimbing fakultas yang telah

    banyak membantu penulis dari awal sampai akhir penulisan laporan magang ini.

    5. Direktur Utama RSU Menteng Mitra Afia, Dr. A. Hardiman, Sp KJ yang telah

    mengijinkan penulis untuk melakukan kegiatan magang di Instalasi Gizi RSU

    Menteng Mitra Afia.

    6. Dr. Soleh Assegaf, Sp B, selaku Wakil Direktur Medis dan Penunjang Medis

    RSU Menteng Mitra Afia yang telah memberikan kesempatan yang seluas-

    KATA PENGANTAR

    vii

  • 9

    luasnya bagi penulis untuk melaksanakan kegiatan magang di RSU Menteng

    Mitra Afia serta tak pernah bosan memberikan pelajaran dan ilmu-ilmu yang

    berharga bagi penulis untuk menjadi manusia yang bermanfaat.

    7. Dr. M. Henalsyah, selaku Kepala Pelayanan Medik RSU Menteng Mitra Afia

    yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, nasihat yang begitu bijak

    dan hangat serta bimbingan yang sangat berarti bagi penulis untuk terus

    memberikan yang terbaik bagi rumah sakit.

    8. Mamah dan Bapa tersayang beserta kakak dan adik-adikku tercinta yang telah

    memberikan dukungan moril dan materil, kasih sayang yang tak ternilai,

    dorongan semangat serta senantiasa memanjatkan doanya bagi penulis sehingga

    penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini tepat pada waktunya.

    9. Ibu Rohani Dolok Saribu, AMG sebagai pembimbing lapangan di RSU Menteng

    Mitra Afia yang telah banyak membantu penulis dari awal sampai akhir magang.

    10. Ibu Hartini, Pak Mohammad, Pak Ali, dan Ibu Hanidar yang telah banyak

    memberikan bantuan dan nasehat serta motivasi untuk memberikan yang terbaik

    bagi RSU Menteng Mitra Afia.

    11. Rekan-rekan di RSU Menteng Mitra Afia: Mba Diah, Mba Ani, Mba Lastri, Mba

    Laras, Galih, Kak Irma, Marit, Kak Hermanto, Mas Arif, dll, yang tidak pernah

    lelah berbagi ilmu dan pengalaman yang berharga dengan penulis.

    12. Seluruh teman-teman di Prodi Kesehatan Masyarakat 2005 dan sahabat-sahabat

    setiaku seperjuangan yang telah membuat hidupku lebih berwarna dan selalu

    berpikiran positif. Thanks for All, Semoga kita tetap menjadi sahabat yang sejati.

    Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

    laporan, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, sehingga diharapkan

    saran dan masukan yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan ini

    dapat bermanfaat bagi semua pihak.

    Ciputat, Mei 2009

    Penulis

    viii

  • 10

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ...................................................................................................... i

    LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

    CURRICULUM VITAE ................................................................................ v

    KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

    1.2 Tujuan ....................................................................................................... 6

    1.2.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 6

    1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 6

    1.3 Manfaat Magang ...................................................................................... 6

    1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ................................................................... 6

    1.3.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat ......................... 7

    1.3.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit ................................................................ 7

    1.4 Ruang Lingkup .......................................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit .................................................................... 9

    2.2 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit ................................................ 9

    2.3 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Di Ruang Rawat Inap .................................. 14

    2.3.1 Pengkajian Status Gizi ........................................................................... 16

    2.3.1.1 Antropometri ................................................................................. 16

    2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 16

    2.3.1.3 Laboratorium ................................................................................. 16

    2.3.2 Riwayat Gizi........................................................................................... 17

    2.3.3 Penentuan Kebutuhan Gizi ..................................................................... 17

    ix

  • 11

    2.3.4 Penentuan Macam Dan Jenis Diet.......................................................... 17

    2.3.5 Konseling Dan Penyuluhan Gizi ............................................................ 18

    2.3.6 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut .............................................. 18

    2.4 Ketenagaan Instalasi Gizi .......................................................................... 19

    2.4.1 Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit ................................................. 22

    2.4.1.1 Kepala Unit Pelayanan Gizi ....................................................... 22

    2.4.1.2 Koordinator Unit-Unit ................................................................ 23

    2.4.1.3 Supervisor .................................................................................. 24

    2.4.1.4 Pelaksana .................................................................................... 25

    2.4.2 Tugas Dan Tangung Jawab.................................................................. 27

    2.4.2.1 Ahli Gizi ................................................................................... 27

    2.4.2.2 Tenaga Menengah Gizi ............................................................. 28

    2.4.2.3 Pemasak .................................................................................... 29

    2.4.2.4 Pelaksana Gizi Ruangan ........................................................... 29

    2.5 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan di Unit Pelayanan Gizi .................... 30

    2.5.1 Ruang Penyelenggaraan Makanan ..................................................... 30

    2.5.1.1 Perencanaan Bangunan, Peralatan Dan Perlengkapan ............. 30

    2.5.1.2 Fasilitas Ruang yang Dibutuhkan............................................. 31

    2.5.1.3 Sarana Fisik .............................................................................. 33

    2.5.1.4 Arus Kerja ................................................................................ 35

    2.5.1.5 Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelenggaraan

    Makanan ................................................................................... 36

    2.5.2 Ruang Perkantoran.............................................................................. 36

    2.6 Penyelenggaraan Makanan......................................................................... 37

    2.6.1 Perencanaan Anggaran Belanja Makanan .......................................... 39

    2.6.2 Perencanaan Menu ............................................................................. 40

    2.6.3 Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan ........................................... 44

    2.6.4 Pemesanan Dan Pembelian Bahan Makanan ..................................... 45

    2.6.5 Penerimaan, Penyimpanan Dan Penyaluran Bahan Makanan ............ 47

    2.6.6 Pengolahan Bahan Makanan .............................................................. 52

    x

  • 12

    2.6.7 Pendistribusian Makanan ................................................................... 54

    2.6.8 Pelaporan dan Evaluasi ...................................................................... 56

    2.7 Sanitasi Makanan Dan Keselamatan Kerja ............................................... 56

    2.7.1 Sanitasi Makanan ................................................................................ 56

    2.7.2 Keselamatan Kerja .............................................................................. 59

    BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN

    3.1 Alur Kegiatan ............................................................................................ 61

    3.2 Jadwal Kegiatan Magang .......................................................................... 63

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum (RSU) Menteng Mitra Afia ....... 71

    4.1.1 Struktur Organisasi RSU Menteng Mitra Afia.................................. 74

    4.1.2 Sarana dan Prasarana RSU Menteng Mitra Afia .............................. 76

    4.1.3 Ketenagaan RSU Menteng Mitra Afia .............................................. 80

    4.1.4 Kinerja Kegiatan RSU Menteng Mitra Afia ..................................... 83

    4.2 Gambaran Umum Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ...................... 85

    4.2.1 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............ 86

    4.2.2 Ketenagaan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ......................... 87

    4.2.2.1 Jenis dan Jumlah Tenaga .......................................................... 87

    4.2.2.2 Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit ...................................... 89

    4.2.2.3 Tugas dan Tanggung Jawab Tenaga Instalasi Gizi RSU

    Menteng Mitra Afia .................................................................. 94

    4.2.3 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan Instalasi Gizi RSU Menteng

    Mitra Afia .......................................................................................... 96

    4.2.3.1 Ruang Instalasi Gizi ................................................................ 96

    4.2.3.2 Ruang Perkantoran .................................................................. 111

    4.2.4 Denah Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............................... 111

    4.3 Pelayanan Gizi Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia ............................. 117

    4.3.1 Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap ......................................................... 117

    4.3.1.1 Tim Asuhan Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............................ 117

    4.3.1.2 Alur Pelayanan Gizi Rawat Inap RSU Menteng Mitra Afia .... 118

    xi

  • 13

    4.3.1.3 Pengkajian Status Gizi Pada Pelayanan Gizi Rawat Inap ........ 122

    4.3.1.4 Penentuan Diet ......................................................................... 126

    4.3.1.5 Konseling Gizi .......................................................................... 127

    4.3.1.6 Pemantauan ............................................................................. 129

    4.3.2 Penyelenggaraan Makanan ................................................................ 131

    4.3.2.1 Perencanaan Anggaran Belanja Makanan ................................ 132

    4.3.2.2 Perencanaan Menu ................................................................... 134

    4.3.2.3 Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan ................................. 137

    4.3.2.4 Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan ............................ 138

    4.3.2.5 Penerimaan, Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Makanan .. 141

    4.3.2.6 Persiapan Bahan Makanan ....................................................... 145

    4.3.2.7 Pengolahan Bahan Makanan .................................................... 147

    4.3.2.8 Pendistribusian Makanan ......................................................... 150

    4.3.2.9 Pelaporan Dan Evaluasi Penyelenggaraan Makanan .............. 154

    4.3.2.10 Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan ................................... 155

    4.4 Sanitasi Makanan dan Keselamatan Kerja .............................................. 159

    4.4.1 Sanitasi Makanan ................................................................................ 159

    4.4.2 Keselamatan Kerja .............................................................................. 160

    BAB V PENUTUP

    5.1 Simpulan ................................................................................................. 162

    5.2 Saran ........................................................................................................ 166

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 169

    xii

  • 14

    DAFTAR TABEL

    Nomor Tabel Halaman

    Tabel 2.1 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap ............................ 15

    Tabel 2.2 Kebutuhan Tenaga Menurut Kelas Rumah Sakit ........................... 20

    Tabel 2.3 Kebutuhan Tenaga Untuk Penyelenggaraan Makanan .................. 21

    Tabel 2.4 Kebutuhan Tenaga Untuk Asuhan Gizi Rawat Inap ...................... 22

    Tabel 2.5 Suhu Dan Lama Penyimpanan Bahan Makanan Mentah/Segar .... 51

    Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang ............................................................... 64

    Tabel 4.1 Ketenagaan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum (RSU) Menteng

    Mitra Afia Tahun 2009................................................................... 87

    Tabel 4.2 Peralatan Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia......................... 109

    Tabel 4.3 Menu Pasien Sehari RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta

    Pusat Tahun 2009 .......................................................................... 135

    xiii

  • 15

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Gambar Halaman

    Gambar 2.1 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit .................................. 11

    Gambar 2.2 Arus Kerja Penyelenggaran Makanan ........................................ 35

    Gambar 3.1 Alur Kegiatan Magang ............................................................... 61

    Gambar 4.1 Struktur Organisasi RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008 ...... 74

    Gambar 4.2 Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia

    Tahun 2009 ................................................................................ 86

    Gambar 4.3 Refrigerator Besar ...................................................................... 101

    Gambar 4.4 Refrigerator Kecil ...................................................................... 101

    Gambar 4.5 Tempat Penyimpanan Bahan Makanan Kering .......................... 101

    Gambar 4.6 Lynen .......................................................................................... 102

    Gambar 4.7 Blower yang Berada Diatas Kompor/Tungku Masak ............... 103

    Gambar 4.8 Tempat Pencucian Bahan Makanan, Peralatan Makan, dan

    Tempat Perendaman Air Panas yang Terpisah ......................... 104

    Gambar 4.9 Tempat Penyimpanan Peralatan Makan ..................................... 105

    Gambar 4.10 Tempat Penyimpanan Peralatan Memasak ............................... 105

    Gambar 4.11 Ventilasi dilengkapi dengan Exhaust Fan ................................. 108

    Gambar 4.12 Penerangan Lampu di Ruang Instalasi Gizi .............................. 108

    Gambar 4.13 Denah Ruang Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia ............. 112

    Gambar 4.14 Alur Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap RSU Menteng

    Mitra Afia .................................................................................. 119

    Gambar 4.15 Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan Di RSU Menteng

    Mitra Afia .................................................................................. 158

    xiv

  • 16

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Izin Permohonan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

    Lampiran 2 Surat Pemberitahuan Magang dari RSU Menteng Mitra Afia

    Lampiran 3 Surat Izin Penyelenggaraan RSU Menteng Mitra Afia

    Lampiran 4 Daftar Nama Karyawan dan Karyawati RSU Menteng

    Mitra Afia

    Lampiran 5 Tabel Rekapitulasi Pasien Rawat Jalan Dan Rawat Inap

    Tahun 2007 & 2008

    Lampiran 6 Standar Menu Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia

    Tahun 2009

    Lampiran 7 Form Standar Resep Makanan

    Lampiran 8 Form Kandungan Zat Gizi Masakan

    Lampiran 9 Daftar Rekapitulasi Menu Diet Pasien Rawat Inap RSU Menteng Mitra

    Afia

    Lampiran 10 Angket Pasien RSU Menteng Mitra Afia

    Lampiran 11 Formulir Riwayat Gizi Antropometri

  • 17

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 menyatakan

    bahwa sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

    setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Terwujudnya keadaan sehat

    adalah kehendak semua pihak. Tidak hanya orang per orang tetapi juga oleh keluarga,

    kelompok dan bahkan masyarakat. Untuk mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak

    hal yang perlu dilakukan. Salah satu diantaranya yang di nilai mempunyai peranan yang

    cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Blum, 1974).

    Adapun yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang

    diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

    memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

    memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat

    (Levey and Loomba, 1973).

    Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting

    dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna, dan berhasil guna dengan

    mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan

    terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

    (Departemen Kesehatan RI, 2007).

    1

  • 18

    Pelayanan rumah sakit yang baik dan bermutu pada hakekatnya adalah untuk

    memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan (health needs

    and demands), yang apabila berhasil dipenuhi akan dapat menimbulkan rasa puas (client

    satisfaction) terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Dengan demikian

    mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan

    kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sernpurna

    kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).

    Salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah Pelayanan Gizi Rumah

    Sakit (PGRS). Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.

    134/Menkes/SK/IV/1978, pelayanan gizi ditetapkan sebagai pelayanan penunjang medis

    didalam struktur organisasi rumah sakit dan dikelola oleh instalasi gizi yang berada

    dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit. Dalam melaksanakan

    kegiatannya, PGRS harus diintegrasikan dengan pelayanan kesehatan lainnya yang

    berada di rumah sakit.

    Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) merupakan bagian integral dari pelayanan

    kesehatan paripurna rumah sakit dengan beberapa kegiatan, antara lain asuhan gizi

    pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, serta

    penelitian dan pengembangan gizi (Departemen Kesehatan RI, 2006). Pelayanan gizi

    rumah sakit berperan dalam mempercepat penyembuhan pasien dan menjaga agar

    kondisi tubuh tetap sehat. Dengan gizi yang baik, daya tahan tubuh akan meningkat

    sehingga dapat mempercepat penyembuhan penyakit dan menghindari komplikasi

    penyakit lainnya serta dapat membantu mencegah kambuhnya penyakit.

  • 19

    Dalam penyelenggaraan pelayanan gizi, biaya untuk makanan mengambil bagian

    terbesar dari biaya pengelolaan rumah sakit. Dari data yang dikumpulkan 20-40% dari

    belanja barang di rumah sakit adalah untuk bahan makanan (Departemen Kesehatan RI,

    1991). Biaya tersebut tidak sedikit jumlahnya sehingga diharapkan dapat digunakan

    semaksimal mungkin untuk kepentingan pelayanan gizi demi tercapainya kepuasan

    pasien.

    Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai

    apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara individu.

    Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara langsung ataupun

    tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus diperhatikan secara

    individual. Adanya kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait dengan gizi,

    nutrition related disease pada semua kelompok rentan dari ibu hamil, bayi, anak,

    remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya penanganan khusus. Semua

    ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mempertahankan status gizi yang

    optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan untuk mempercepat penyembuhan

    (Departemen Kesehatan RI, 2006).

    Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan

    tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh

    untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring

    dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain

    pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan

    klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan.

    Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar

  • 20

    rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga

    yang bergerak di bidang gizi. Jadi peran tim pelayanan gizi rumah sakit dibutuhkan

    untuk menentukan alternatif pemecahan masalah, karena mereka memegang peranan

    penting dalam kesembuhan pasien yang berkaitan dengan asuhan medik, keperawatan

    dan asuhan gizi yang diberikan oleh rumah sakit. (Departemen Kesehatan RI, 2006).

    Berdasarkan data yang diolah Dit. Bina Gizi Masyarakat dari questioner yang

    diberikan pada 171 rumah sakit pemerintah dalam berbagai kelas rumah sakit, empat

    puluh persen (40%) menyatakan bahwa makanan yang disediakan tidak memenuhi

    kecukupan gizi pasien. Dari jumlah tersebut, 30-35% berasal dari pasien yang menjalani

    diet khusus (Depatemen Kesehatan RI, 1990).

    Rumah Sakit Umum Menteng Mitra Afia (MMA) merupakan rumah sakit yang

    bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan. Awalnya rumah sakit ini concern pada

    penanganan penyakit khusus neurologi dan psikiatri sejak tahun 1997. Seiring dengan

    perkembangan dan kemajuan pelayanan kesehatan yang tersedia serta respon positif dari

    masyarakat yang dicapai rumah sakit ini, akhirnya pada tahun 1999 rumah sakit ini

    berubah status menjadi Rumah Sakit Umum. RSU Menteng Mitra Afia menyediakan

    pelayanan rawat jalan diantaranya UGD 24 jam, spesialisasi penyakit dalam, spesialisasi

    kebidanan, spesialisasi psikiatri, spesialisasi THT, spesialisasi neurologi, dan lain-lain.

    Sedangkan untuk pelayanan rawat inap, RSU Menteng Mitra Afia menyediakan

    kapasitas 59 tempat tidur dengan fasilitas pelayanan penunjang medis yang cukup

    lengkap seperti pelayanan laboratorium, Radiologi, Farmasi, Akupuntur, Fisiotherapy,

    dan lain-lain (Profile RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008). Pasien rawat inap

    terbanyak pada RSU Menteng Mitra Afia adalah penduduk sekitar Cikini. RSU Menteng

  • 21

    Mitra Afia yang telah beroperasi selama 12 tahun terus berusahan meningkatkan kualitas

    pelayanan rumah sakit. Saat ini konsumen RSU Menteng Mitra Afia terus mengalami

    peningkatan. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan rawat inap dan rawat jalan tahun

    2007 sebesar 10949 pasien dan meningkat 29% menjadi 14121 pasien pada tahun 2008

    (Laporan Tahunan RSU Menteng Mitra Afia Tahun 2008).

    Untuk pelayanan gizi, RSU Menteng Mitra Afia memiliki pelayanan penunjang

    medis didalam struktur organisasi rumah sakit yang dikelola oleh instalasi gizi dan

    dikepalai oleh seorang kepala gizi medis yang bertanggung jawab langsung kepada

    wakil direktur medis dan penunjang medis. Pelayanan gizi rumah sakit (PGRS)

    merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan paripurna RSU Menteng Mitra Afia

    yang terfokus pada asuhan gizi pasien rawat inap dan penyelenggaraan makanan.

    Pelayanan gizi yang baik dan bermutu di rumah sakit merupakan hak setiap orang.

    Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses

    penyembuhan pasien, menghindari komplikasi penyakit, dan membantu mencegah

    kambuhnya penyakit, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat

    menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka

    dapat segera kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya.

    Melalui proses magang ini penulis tertarik untuk melihat dan mengetahui sejauh

    mana kegiatan pelayanan gizi rumah sakit di RSU Menteng Mitra Afia. Selain itu,

    penulis mengharapkan dengan adanya kegiatan magang ini dapat memberikan

    pengalaman praktis dan mendapatkan gambaran tentang kenyataan yang terjadi di dunia

    kerja.

  • 22

    1.2 Tujuan

    1.2.1 Tujuan Umum

    Mengetahui Gambaran Pelayanan Gizi Rawat Inap di RSU Menteng Mitra Afia

    Cikini Jakarta Pusat Tahun 2009.

    1.2.2 Tujuan Khusus

    1. Diketahuinya gambaran umum RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat

    tahun 2009.

    2. Diketahuinya gambaran umum Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra Afia Cikini

    Jakarta Pusat tahun 2009.

    3. Diketahuinya asuhan gizi pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra

    Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009.

    4. Diketahuinya penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSU Menteng Mitra

    Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009.

    5. Diketahuinya sanitasi makanan dan keselamatan kerja di Instalasi Gizi RSU

    Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat tahun 2009.

    1.3 Manfaat Magang

    1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

    1. Mengerti dan memahami masalah kesehatan secara nyata di RSU Menteng

    Mitra Afia sebagai bagian dari kesiapan mahasiswa dalam memasuki dunia

    kerja.

    2. Mampu mengaplikasikan teori yang didapatkan selama kuliah.

    3. Mampu mengembangkan kompetensi diri serta adaptasi di dunia kerja.

  • 23

    4. Mendapatkan pengalaman kerja dalam tim (team work) untuk memecahkan

    masalah kesehatan sesuai bidang.

    1.3.2 Manfaat Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

    1. Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan Tri Dharma,

    yaitu akademik, penelitian, pengabdian masyarakat dengan mengaplikasi nilai-

    nilai Islam.

    2. Terbinanya suatu jaringan kerja sama yang berkelanjutan dengan institusi

    magang dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara

    substansi akademik dengan kompetensi sumber daya manusia yang kompetitif

    dan dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.

    3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga

    terampil dari lapangan dalam kegiatan magang.

    1.3.3 Manfaat Bagi Rumah Sakit

    1. Membantu kegiatan di rumah sakit, khususnya dalam mencari solusi masalah

    kesehatan masyarakat yang ada di rumah sakit.

    2. Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan

    pelayanan gizi rumah sakit berupa peningkatan kualitas baik asuhan gizi

    maupun dalam praktik penyelenggaraan makanan di rumah sakit.

    1.4 Ruang Lingkup

    Kegiatan magang ini dilaksanakan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

    Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berlokasi di RSU Menteng

    Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat. Tujuan dilakukan magang adalah untuk mengetahui

  • 24

    penerapan Pelayanan Gizi Rawat Inap di RSU Menteng Mitra Afia Cikini Jakarta Pusat

    Tahun 2009. Waktu magang dilakukan selama 1 bulan, pada tanggal 11 Februari sampai

    19 Maret 2009. Kegiatan magang dilaksanakan mulai hari senin hingga hari sabtu

    dengan kegiatan pengamatan, pembacaan data dokumen, wawancara, dan ikut serta pada

    kegiatan asuhan gizi rawat inap dan penyelenggaraan makanan pasien.

  • 25

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit

    Menurut Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen Kesehatan

    RI, 2006), Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah kegiatan pelayanan gizi di

    rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap

    maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan,

    maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif,

    rehabilitatif, dan promotif.

    2.2 Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit

    PGRS merupakan pelayanan penunjang medis yang bertujuan untuk

    meningkatkan kualitas kesehatan melalui upaya yang berdaya guna dan berhasil guna

    serta terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lainnya yang ada di rumah sakit. Dalam

    pelaksanaannya, PGRS mempunyai empat kegiatan pokok yang saling menunjang dan

    terkait satu dengan lainnya, yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien

    rawat inap, penyelenggaraan makanan, dan penelitian dan pengembangan gizi.

    Asuhan gizi rawat inap adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang

    berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet pasien di

    ruang rawat inap. Sedangkan asuhan gizi rawat jalan adalah serangkaian proses kegiatan

    pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan

    konseling diet hingga evaluasi rencana diet kepada klien/pasien rawat jalan.

    Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari

    9

  • 26

    perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam

    rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat.

    Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi. Penelitian dan

    pengembangan gizi merupakan pendukung kegiatan PGRS, yang dilaksanakan secara

    terencana dan terus-menerus dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan gizi rumah

    sakit. Kegiatan PGRS dapat dilaksanakan berdasarkan mekanisme berikut ini :

  • 27

    Sumber : Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI, Tahun 2006

    Pasien Masuk RS

    Rawat Jalan Ruang Rawat Inap

    Pasien Beresiko

    Masalah Gizi

    Dirawat ?

    Terapi

    Diet

    Pengkajian Diet

    Perencanaan

    Makanan Khusus

    Perencanaan

    Makanan Biasa

    Pengolahan Makanan Biasa dan

    Makanan Khusus

    Penyajian Makanan Biasa dan

    Makanan Khusus

    Pemantauan

    Asupan Makanan Pemantauan

    Asupan Makanan

    Masalah

    Gizi ? Penyesuaian

    diet ?

    Penyuluhan

    Gizi Umum

    Konseling Gizi

    ( Klinik Gizi )

    Kunjungan

    Rumah

    Tindak

    Lanjut

    STOP

    Ya

    Ya

    Tidak

    Tahap

    Pengkajian

    Dukungan Gizi

    Ya Ya

    Tahap

    Money

    Tidak

    Ya

    Tidak

    Tidak

    Tidak Ya

    Tahap Intervensi/

    Implementasi

    Tidak

    Tahap

    Penapisan

    Gambar 2.1

    Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit

    Konseling Gizi

    bagi Pasien Pulang

    Ya

  • 28

    Penjelasan gambar 2.1 tentang mekanisme pelayanan gizi rumah sakit, sebagai berikut:

    Klien/pasien rumah sakit dibedakan dalam 2 (dua) kategori yaitu:

    1. Pasien Rawat Inap

    Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaaan fisik,

    antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan apakah

    pasien memerlukan terapi, diet atau tidak.

    Pada tahap intervensi/implementasi :

    a. Bila tidak memerlukan terapi diet :

    1) Pasien dipesankan makanan biasa ke tempat pengolahan makanan.

    2) Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang

    perawatan makanan disajikan ke pasien.

    3) Selama dirawat, pasien yang berminat, mendapatkan penyuluhan mengenai gizi

    umum tentang makanan seimbang untuk mempertahankan dan meningkatkan

    kesehatan dan lingkungannya.

    4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain-

    lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan

    makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan bahwa ia

    memerlukan penyesuaian diet atau tidak.

    5) Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang.

    6) Bila memerlukan terapi diit, prosesnya sama dengan bila ia dari semula

    memerlukan terapi diet.

  • 29

    b. Bila memerlukan terapi diet :

    1) Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/diet, yang sesuai dengan

    keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan nafsu makan.

    2) Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi agar

    diperoleh persesuaian paham tentang dietnya, dan pasien dapat menerima serta

    menjalankan diet.

    3) Makanan khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur). Dari tempat

    pengolahan makanan diet didistribusikan ke ruang perawatan. Di ruang

    perawatan makanan khusus disajikan ke pasien.

    4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan lain-

    lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan

    makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan apakah ia

    memerlukan penyesuaian diet atau tidak.

    5) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan makanan biasa, proses selanjutnya

    sama dengan butir a.

    6) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus, proses selanjutnya lihat

    pada butir b.

    7) Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet, maka saat akan pulang

    pasien memperoleh penyuluhan/ konseling gizi tentang penerapan diet di rumah.

    8) Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan gizi

    rawat jalan.

    9) Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirujuk ke

    Puskesmas atau institusi kesehatan lain untuk pembinaan selanjutnya.

  • 30

    2. Pasien Rawat Jalan

    Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan dokter

    lainnya, kemudian dokter menentukan apakah pasien perlu terapi diet.

    a. Bila tidak memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan gizi

    umum dan makanan sehat untuk diri dan keluarganya, dalam upaya

    mempertahankan dan meningkatkan keadaan kesehatan dirinya dan

    lingkungannya.

    b. Bila memerlukan terapi diet, pasien akan dikirim ke klinik gizi untuk memperoleh

    penyuluhan/konseling tentang diet/terapi yang ditetapkan dokter. Proses

    selanjutnya mengikuti prosedur dari klinik tersebut.

    2.3 Prosedur Kerja Asuhan Gizi Di Ruang Rawat Inap

    Berikut ini tabel tentang prosedur kerja asuhan gizi di ruang rawat inap:

    No. Kegiatan Mekanisme Unsur Terkait Pen. Jawab

    Tabel 2.1

    Prosedur Kerja Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap

    Sumber: Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI, Tahun 2006

  • 31

    1. Penentuan Status

    Gizi

    a. Klinis

    b. Deteksi

    c. Antropometri di ukur BB dan

    TB/PB

    d. Laboratorium

    e. Anamnesis Riwayat Gizi

    Dilakukan untuk setiap

    pasien baru dan

    dimonitor setiap hari.

    Dilakukan pada saat

    pasien baru masuk

    Penimbangan

    dilakukan seminggu

    sekali.

    Glukosa darah, Hb,

    urine lengkap, feces.

    Wawancara

    Dokter

    Dokter

    Perawat/ Ahli

    Gizi

    Dokter/ Analis

    Ahli Gizi

    Dokter

    Dokter &

    Kepala

    Ruangan

    Kepala

    Ruangan

    Dokter/Analis

    Ahli Gizi

    2. Intervensi

    a. Klinis

    b. Diet

    Mengatasi Semua

    Gejala Penyakit

    (Hipoglikemia,

    Hipotermia, Dehidrasi,

    Infeksi, Dll)

    Menentukan Diet

    Pemantauan

    Konsumsi Makanan

    Status Gizi

    Penyuluhan Gizi

    Pemberian Diet

    Persiapan Pulang

    Pencatatan Gizi

    Dokter/Perawat

    Dokter/ Ahli

    Gizi/ Perawat

    Dokter

    Ahli Gizi/

    Perawat

    3. Pelaporan

    Berdasarkan rekam

    medik

    Ruang rawat jalan

    Ruang rawat inap

    Dokter/ Ahli

    Gizi/ Perawat

    Dokter/Ahli

    Gizi/ Kepala

    ruangan

  • 32

    Pelayanan Gizi pasien rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama

    perawatan yang meliputi (Departemen Kesehatan RI, 2006):

    2.3.1 Pengkajian Status Gizi

    2.3.1.1 Antropometri : Setiap pasien akan diukur data antropometri, berupa Tinggi

    Badan (TB), Panjang Badan (PB), Berat Badan (BB), Tinggi lutut, tebal lemak

    bawah kulit (skin fold technic), Lingkar Lengan Atas (LiLA), dan lain lain sesuai

    dengan kebutuhan.

    2.3.1.2 Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi,

    jaringan lemak subkutan, trofi otot dan defisiensi zat gizi lainnya. Pemeriksaan

    fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan

    dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab akibat antara

    status gizi dengan kesehatan, serta menentukan terapi obat dan diet. Pemeriksaan

    fisik meliputi : tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus, pucat atau bengkak)

    atau gizi lebih (gemuk atau sangat gemuk/ obesitas); system kardiovaskuler;

    system pernafasan, system gastrointestinal; system metabolik/ endokrin dan

    system neurologik/ psikiatrik.

    2.3.1.3 Laboratorium : Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya

    kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta

    menegakkan masalah gizi pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk

    menentukan intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi. Data

    pemeriksaan laboratorium yang berhubungan dengan status gizi dan penyakit

    misalnya kadar Hb, albumin darah, glukosa, profil lipid, creatinin, kolesterol

    total, HDL, LDL, gula darah, ureum, creatine, asam urat, trigliserida, dan Feces.

  • 33

    2.3.2 Riwayat Gizi : Setiap pasien rawat inap akan dianalisis mengenai kebiasaan

    makan sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan

    frekuensi makan, serta pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dengan

    menggunakan model makanan (food model) dan selanjutnya dianalisis zat

    gizinya dengan menggunakan daftar analisa bahan makanan atau daftar bahan

    makanan penukar. Kajian data gizi dapat juga dilakukan melalui penggunaan

    perangkat lunak (software), contohnya "NutriClin" yang dapat memberi

    informasi tentang status gizi, hasil anamnesis dibandingkan dengan angka

    kecukupan gizi (AKG), dan saran diet sesuai dengan kondisi pada saat

    melakukan konseling. NutriClin dirancang dan dikembangkan oleh Direktorat

    Gizi Masyarakat Depkes dalam rangka meningkatkan kinerja konseling gizi di

    Unit Pelayanan Gizi Rumah Sakit atau di Poliklinik Gizi, sehingga diharapkan

    proses lebih cepat dengan hasil kajian yang lebih akurat.

    2.3.3 Penentuan Kebutuhan Gizi : Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada

    pasien atas dasar status gizi, pemeriksaan klinis, dan data laboratorium. Selain itu

    perlu juga memperhatikan kebutuhan untuk penggantian zat gizi (replacement),

    kebutuhan harian, kebutuhan tambahan karena kehilangan (loss) serta tambahan

    untuk pemulihan jaringan atau organ yang sedang sakit. Penghitungan ini dapat

    menggunakan software seperti NutriClin.

    2.3.4 Penentuan Macam Dan Jenis Diet : Setelah dokter menentukan diet pasien

    tersebut, dietesien akan mempelajari, menyusun rencana diet dan bila sudah

    sesuai selanjutnya akan menterjemahkan ke dalam menu dan porsi makanan serta

    frekuensi makan yang akan diberikan. Makanan diberikan dalam berbagai

  • 34

    bentuk/konsistensi, (biasa, lunak, cair dsb) sesuai dengan kebutuhan dengan

    memperhatikan zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan

    makanan yang digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut diperlukan

    penyesuaian, maka dietesien akan mengkonsultasikannya kepada dokter.

    2.3.5 Konseling dan Penyuluhan Gizi : Sebelum melaksanakan kegiatan konseling

    gizi, terlebih dahulu dibuat rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan,

    sasaran, strategi, materi, metode, penilaian, dan tindak lanjut. Tujuan dari

    konseling gizi adalah membuat perubahan perilaku makan pada pasien. Hal ini

    akan terwujud melalui penjelasan diet yang perlu dijalankan oleh pasien, yang

    diperlukan untuk proses penyembuhan; kepatuhan pasien untuk melaksanakan

    diet yang telah ditentukan; pemecahan masalah yang timbul dalam melaksanakan

    diet tersebut. Untuk meningkatkan efisiensi, pelaksanaan konseling terutama

    pada saat anamnesis dan penentuan diet, dapat dilakukan dengan memanfaatkan

    software tertentu seperti Food Processor (FP2), WorldFood, EbisPro, atau

    NutriClin. Penyuluhan dan konsultasi gizi dapat diberikan secara perorangan

    maupun secara kelompok, berdasarkan kesamaan terapi diet pasien.

    2.3.6 Pemantauan, Evaluasi dan Tindak Lanjut : Aktivitas utama dari proses

    evaluasi pelayanan gizi pasien adalah memantau pemberian makanan secara

    berkesinambungan untuk menilai proses penyembuhan dan status gizi pasien.

    Pemantauan tersebut mencakup antara lain perubahan diet, bentuk makanan,

    asupan makanan, toleransi terhadap makanan yang diberikan, mual, muntah,

    keadaan klinis difekasi, hasil laboratorium dan lain-lain. Tindak lanjut yang

    dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil evaluasi pelayanan gizi

  • 35

    antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan mengubah preskripsi diet

    sesuai kondisi pasien. Pemantauan berat badan dan status gizi perlu dilakukan

    secara rutin, sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya. Pada pasien anak

    pemantauan berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari.

    2.4 Ketenagaan Instalasi Gizi

    Menurut Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen Kesehatan

    RI, 2006) untuk kebutuhan tenaga sampai saat ini formulasi untuk menghitung

    kebutuhan tenaga gizi di rumah sakit masih dalam proses penyusunan. Kebutuhan

    tenaga gizi dapat dihitung dengan menggunakan formulasi beban kerja. Angka

    kebutuhan tenaga gizi ini dapat dihitung oleh masing-masing unit pelayanan gizi rumah

    sakit. Namun demikian, berdasarkan pengalaman para ahli gizi rumah sakit, terdapat

    beberapa kategori tenaga untuk tiap kelas rumah sakit kelas C seperti terlihat pada tabel

    dibawah ini.

  • 36

    Tabel 2.2

    Kebutuhan Tenaga Menurut Kelas Rumah Sakit

    *) Dengan memperhatikan/ mempertimbangkan sistem shift pegawai

    Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI

    Tahun 2006

    Kategori Tenaga*) Kelas Rumah Sakit

    C/Pratama

    S2-Gizi/kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi -

    SKM dengan pendidikan dasar D3-Gizi

    D4-Gizi klinik

    D3-Gizi

    D3-Perhotelan

    D1-Gizi

    Pranata Komputer

    SMK-administrasi

    SMU + Kursus Administrasi

    SMK-Tata Boga

    SMU/SLTP + Kursus Tataboga

  • 37

    Tabel 2.3

    Kebutuhan Tenaga Untuk Penyelenggaraan Makanan

    Kategori Tenaga

    Tugas Pokok

    Rumah Sakit Kelas C

    Magister bidang

    Gizi/kesehatan

    - Perencanaan menu

    - Perencanaan anggaran, SDM,

    Pelatihan

    - Perhitungan kebutuhan bahan

    makanan

    _

    Sarjana, Bidang

    gizi/Kesehatan

    - Pemilihan dan Pembelian

    bahan makanan

    - Penerimaan, penyimpanan

    dan penyaluran bahan

    makanan

    _

    D3-Gizi/D3-TataBoga/

    D3-Perhotelan

    Persiapan, pengolahan dan

    pendistribusian makanan

    SMK-Tata Boga Pemasak

    SMU + kursus Tata Boga Asisten Pemasak

    Pranata Komputer Administrasi

    SLTP-Sederajat Penyelenggara makanan

    Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI Tahun

    2006.

  • 38

    Tabel 2.4

    Kebutuhan Tenaga Untuk Asuhan Gizi Rawat Inap

    Kategori Tenaga Tugas Pokok Rumah Sakit

    Kelas C

    Dokter Spesialis Menegakkan

    diagnosa/ Preskripsi Diet -

    S2 Gizi/Kesehatan dengan

    pendidikan dasar D3-Gizi

    - Rencana diet

    - Anamnesa

    - Pengkajian status gizi

    - Pemantau dan Evaluasi

    -

    S 1-Gizi/Kesehatan dengan

    pendidikan dasar D3-Gizi

    - Perencanaan kebutuhan gizi

    dan jenis diet

    D4-Gizi - Konseling Gizi

    SMK-Tata Boga Penyaji Masak

    SLTP-sederajat Pekarya

    2.4.1 Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit

    2.4.1.1 Kepala Unit Pelayanan Gizi

    Menurut Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen Ksehatan RI,

    2006) Kepala Unit Pelayanan Gizi adalah penanggungjawab umum organisasi unit

    pelayanan gizi di sebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit

    dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Kepala unit

    pelayanan gizi rumah sakit bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan gizi di

    rumah sakit, yang pada umumnya bertanggungjawab kepada Direktur Bidang Penunjang

    Medis.

    Sumber : Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan RI Tahun 2006

  • 39

    Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka seorang kepala unit pelayanan

    gizi rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut :

    1) Rumah Sakit kelas A: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau Sl-Gizi/Kesehatan dengan

    pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi dengan

    pengalaman kerja tertentu.

    2) Rumah Sakit kelas B: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau Sl-Gizi/Kesehatan dengan

    pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi.

    3) Rumah Sakit kelas C: Lulusan Sl-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi

    atau lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi dengan pengalaman

    kerja tertentu.

    2.4.1.2 Koordinator Unit-Unit

    Koordinator unit-unit melaksanakan tugas mengkoordinasikan :

    1) Perencanaan dan evaluasi pelayanan gizi.

    2) Pengawasan dan Pengendalian dalam penyelenggaraan pelayanan gizi.

    3) Pemantauan proses pelayanan.

    4) Pengkajian data kasus

    5) Penelitian dan pengembangan

    Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut diatas maka klasifikasi

    pendidikan tenaga Koordinator Unit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut:

    1) Rumah Sakit kelas A: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau S1- Gizi/Kesehatan dengan

    pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi.

    2) Rumah Sakit kelas B: Lulusan S2-Gizi/Kesehatan atau S1- Gizi/Kesehatan dengan

    pendidikan dasar D3-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D4-Gizi.

  • 40

    3) Rumah Sakit kelas C: Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi,

    atau lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3-Gizi.

    2.4.1.3 Supervisor

    Supervisor bertugas mengawasi dan mengendalikan proses penyelenggaraan

    pelayanan gizi rumah sakit mulai dari perencanaan sampai dengan pendistribusian dan

    pelayanan pasca rawat dan rujukan. Bidang tugas yang diawasi mencakup aspek dietetik

    dan non-dietetik.

    Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas tersebut diatas maka diperlukan tenaga-

    tenaga supervisor/pengawas dengan klasifikasi pendidikan yang memenuhi kriteria

    tertentu sebagai berikut :

    a). Rumah Sakit kelas A :

    1) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi,

    2) Lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi

    3) Lulusan D3-Perhotelan

    b). Rumah Sakit kelas B :

    1) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi,

    2) Lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi

    3) Lulusan D3-perhotelan

    c). Rumah Sakit kelas C :

    1) Lulusan S1-Gizi/Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-Gizi.

    2) Lulusan D4-Gizi, atau serendah-rendahnya lulusan D3 Gizi

    3) Lulusan D3-perhotelan, atau serendah-rendahnya lulusan SMK-Tataboga +

    pengalaman dibidang penyelenggaraan makanan minimal selama 3 tahun.

  • 41

    2.4.1.4 Pelaksana

    1. Juru Masak

    Juru masak yaitu tenaga pengolah bahan makanan yang bertugas mulai dari

    persiapan bahan makanan hingga pendistribusian.

    Pendidikan :

    1) Rumah Sakit kelas A : SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak

    2) Rumah Sakit kelas B : SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak

    3) Rumah Sakit kelas C : SMU/SLTP + Kursus Masak

    2. Urusan Gudang/Perbekalan

    Tenaga urusan gudang atau perbekalan bertugas pada unit penyimpanan

    bahan makanan untuk menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan makanan sesuai

    dengan pesanan harian, serta kondisi fisik bahan makanan yang bermutu sesuai

    dengan standar yang ditetapkan.

    Pendidikan :

    1) Rumah Sakit kelas A: D3-Gizi, D1-Gizi, atau SMU

    2) Rumah Sakit kelas B: D3-Gizi, D1-Gizi, atau SMU

    3) Rumah Sakit kelas C: D1-Gizi, SMU, atau yang sederajat

    3. Operator Komputer

    Operator komputer bertugas terutama pada unit perencanaan dan evaluasi

    untuk mendukung formulasi dan akurasi perencanaan anggaran serta kebutuhan

    bahan makanan. Selain itu juga diperlukan dalam pengorganisasian data untuk

    mendukung efektifitas pelaporan. Pendidikan dasar tenaga untuk operator

  • 42

    komputer, baik rumah sakit kelas A, kelas B, maupun kelas C adalah SMU atau

    D3-Gizi + kursus komputer.

    4. Tata Usaha

    Tugas-tugas ketatausahaan meliputi registrasi pesanan, pembukuan

    keuangan, penyiapan laporan berkala, penyiapan laporan khusus, serta pengaturan

    hal-hal yang berkaitan dengan kepegawaian. Pendidikan yang diperlukan untuk

    setiap kelas rumah sakit adalah :

    1) D3-Gizi

    2) D1-Gizi

    3) SMU + kursus administrasi ketatausahaan

    4) SMK-administrasi

    5. Jurumasak Ruangan

    Yaitu pelaksana kegiatan penyajian makanan di ruang rawat inap, mulai

    dari penataan di dapur ruangan sampai menyajikan ke pasien.

    Pendidikan :

    1) Rumah Sakit kelas A: SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak

    2) Rumah Sakit kelas B: SMK-Tataboga atau SMU + Kursus Masak

    3) Rumah Sakit kelas C: SMU/SLTP + Kursus Masak

    6. Pekarya

    Yaitu pelaksana yang membantu pelaksanaan tugas-tugas operasional di

    dapur penyelenggaraan makanan dan dapur ruangan rawat inap.

  • 43

    2.4.2 Tugas Dan Tangung Jawab

    Menurut Buku Pedoman Manajemen Pelayanan Gizi Kelompok (Departemen

    Kesehatan RI, 1991), tugas dan tanggung jawab tenaga gizi yang bekerja di Instalasi gizi

    adalah sebagai berikut:

    2.4.2.1 Ahli Gizi

    Seorang ahli gizi (sarjana atau sarjana muda gizi) harus mampu menerapkan

    pengetahuan gizi dalam mengelola makanan sekelompok orang. Secara umum, maka

    tugas dan tanggung jawab seorang ahli gizi dalam penyelenggaraan makanan banyak

    adalah :

    1) Merencanakan, mengembangkan, membina, mengawasi dan menilai

    penyelenggaraan makanan dengan data yang tersedia berdasarkan prinsip gizi dalam

    usaha menunjang pelayanan rumah sakit terhadap pasien.

    2) Mencapai standar kualitas penyelenggaraan makanan yang tinggi, dengan

    menggunakan tenaga dan bahan makanan secara efisien dan efektif.

    3) Merencanakan menu makanan biasa dan makanan khusus sesuai dengan pola menu

    yang ditetapkan.

    4) Membuat standarisasi resep dan makanan khusus sesuai dengan pola menu yang

    ditetapkan.

    5) Membuat standarisasi resep dan mengawasi penggunaannya.

    6) Membantu melaksanakan pelaporan manajemen keuangan untuk pengawasan dan

    perencanaan instalasi gizi.

    7) Membantu melaksanaan pelaporan manajemen keuangan.

  • 44

    8) Menjaga dan mengawasi sanitasi penyelenggaraan makanan, dan keselamatan kerja

    pegawai.

    9) Merencanakan, mengembangkan, membina, menilaikan kegiatan Pelayanan Gizi

    Ruang Rawat Inap, Penyuluhan dan Rujukan Gizi, kegiatan Penelitian dan

    Pengembangan Gizi Terapan.

    10) Mengatur pembagian tugas yang sesuai dengan spesifikasi tugas seseorang.

    11) Menelaah seluruh kegiatan instalasi gizi termasuk perencanaan dan koordinasi

    pelayanan gizi.

    12) Memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap calon

    sarjana muda Gizi, tenaga menengah Gizi, pegawai kesehatan atau pegawai lain

    yang mengikuti latihan/ kursus di instalasi Gizi.

    2.4.2.2 Tenaga Menengah Gizi

    Tugas dan tanggung jawab seorang pengatur gizi atau pembantu ahli gizi

    meliputi:

    1) Berkonsultasi dengan sarjana/ sarjana muda gizi dalam melaksanakan kegiatan

    pengadaan/ penyediaan makanan, kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap,

    penyuluhan/ konsultasi dan rujukan gizi, serta penelitian dan pengembangan gizi

    terapan.

    2) Mengawasi dan menilai pegawai di instalasi gizi dan pegawai baru.

    3) Memberi pengarahan pada pegawai dalam menggunakan dan memelihara peralatan.

    4) Memberi pengarahan pada pegawai dalam menyelenggarakan makanan.

    5) Mempersiapkan jadwal waktu dan kerja bagi seluruh pegawai dapur.

  • 45

    6) Mengawasi pelaksanaan dan memelihara sanitasi dan kebersihan seluruh instalasi

    gizi serta pegawainya.

    7) Membantu dalam melaksanakan usaha-usaha keselamatan kerja sesuai dengan yang

    telah ditetapkan.

    2.4.2.3 Pemasak

    Tugas dan tanggung jawab pemasak makanan adalah:

    1) Merencanakan cara/ kerja, memasak, waktu agar sesuai dengan menu dan jadwal

    pembagian makanan yang ditentukan.

    2) Mengkonsultasikan cara pemasakan bahan makanan sebelum mulai memasak

    dengan kepala pemasak ataupun pembantu ahli gizi.

    3) Membantu dalam mengawasi, melatih pemasak baru.

    4) Mempersiapkan contoh masakan yang dimasak.

    5) Membersihkan peralatan, melaporkan kegiatan yang telah dilakukan kepada kepala

    pemasak.

    6) Melakukan penilaian terhadap resep baru serta melaporkannya kepada kepala

    pemasak.

    7) Mengembangkan buku resep untuk dikembangkan.

    2.4.2.4 Pelaksana Gizi Ruangan

    Tugas pelaksana gizi ruangan yaitu:

    1) Mengambil makanan dari dapur untuk dibawa ke ruangan

    2) Membuat daftar permintaan ruangan

    3) Membagi makanan untuk pasien dan karyawan

    4) Membersihkan peralatan dan dapur ruangan

  • 46

    5) Melaporkan pasien masuk dan pulang kepada pembantu ahli gizi/ sarjana muda gizi

    yang bertanggungjawab.

    6) Melaporkan hal-hal penting.

    7) Bekerjasama dengan tenaga di ruangan secara baik.

    2.5 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan Di Unit Pelayanan Gizi

    Berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Departemen

    Kesehatan RI, 2006) agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan

    optimal, maka perlu didukung dengan sarana, peralatan dan perlengkapan yang memadai

    baik untuk rawat inap maupun ruang di unit pelayanan gizi.

    Konstruksi sarana fisik, peralatan dan perlengkapan, sangat mempengaruhi

    kerja, berdasarkan hal tersebut maka fasilitas fisik dan sarana harus tersedia, efisien,

    bersih dan aman (Departemen Kesehatan RI, 1991).

    2.5.1 Ruang Penyelenggaraan Makanan

    2.5.1.1 Perencanaan Bangunan, Peralatan Dan Perlengkapan

    Agar perencanaan makanan dapat berjalan dengan optimal, maka ruangan,

    peralatan dan perlengkapannya perlu direncanakan dengan baik dan benar. Dalam

    merencanakan sarana fisik/bangunan untuk unit pelayanan gizi rumah sakit, maka

    diperlukan kesatuan pemikiran antara perencana dan pihak manajemen yang terkait.

    Oleh karena itu, diperlukan satu tim yang memiliki keahlian yang berbeda, yang secara

    langsung akan memanfaatkan hasil perencanaannya, yang terdiri dari arsitek, konsultan

    manajemen, insinyur bangunan/sipil, listrik, disainer bagian dalam gedung, instalator,

    ahli gizi serta unsur lain di rumah sakit yang terkait langsung seperti pemilik rumah

  • 47

    sakit, direktur rumah sakit serta instalasi prasarana rumah sakit (Departemen Kesehatan

    RI, 2006).

    2.5.1.2 Fasilitas Ruang Yang Dibutuhkan

    Ruang/tempat yang diperlukan di Unit Pelayanan Gizi terdiri dari :

    1) Tempat Penerimaan Bahan Makanan

    Tempat penerimaan bahan makanan ini digunakan untuk penerimaan bahan

    makanan dan mengecek kualitas serta kuantitas bahan makanan. Letak ruangan ini

    sebaiknya mudah dicapai kendaraan, dekat dengan ruang penyimpanan serta persiapan

    bahan makanan. Luas ruangan tergantung dari jumlah bahan makanan yang akan

    diterima (Departemen Kesehatan RI, 2006).

    2) Tempat/Ruang Penyimpanan Bahan Makanan

    Ada dua jenis tempat penyimpanan bahan makanan segar (ruang pendingin) dan

    tempat penyimpanan bahan makanan kering. Luas tempat pendingin ataupun gudang

    bahan makanan tergantung pada jumlah bahan makanan yang akan disimpan, cara

    pembelian bahan makanan, dan frekuensi pemesanan bahan (Departemen Kesehatan RI,

    2006).

    3) Tempat Persiapan Bahan Makanan

    Tempat persiapan bahan makanan adalah tempat untuk mempersiapkan bahan

    makanan dan bumbu. Meliputi kegiatan membersihkan, mencuci, mengupas,

    menumbuk, menggiling, memotong, mengiris, dan lain-lain sebelum bahan makanan

    dimasak (Departemen Kesehatan RI, 2006).

  • 48

    4) Tempat Pemasakan Dan Distribusi Makanan

    Tempat pemasakan makanan ini dilengkapi dengan cerobong asap di atas

    kompor. Biasanya makanan dikelompokkan menurut kelompok bahan makanan yang

    dimasak. Misalnya makanan biasa dan makanan khusus. Kemudian makanan biasa

    dibagi lagi menjadi kelompok nasi, sayuran, lauk pauk, dan makanan selingan serta

    buah. Tempat pembagian makanan juga dilengkapi dengan alat pemanas (Departemen

    Kesehatan RI, 2006).

    5) Tempat Pencucian dan Penyimpanan Alat

    Tempat pencucian peralatan tersebut hendaknya (Departemen Kesehatan RI, 2006) :

    a). Menyediakan fasilitas pengering/rak dan penyimpanan sementara yang bersih

    b). Dilengkapi alat untuk mengatasi sumbatan dan vector.

    c). Dilengkapi air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan + 15 psi (1,2

    Kg/cm3).

    d). Disediakan sabun dan lap pengering yang bersih.

    e). Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan.

    Sedangkan pencucian alat makan disyaratkan sebagai berikut :

    a). Terletak terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan dan peralatan

    b). Tersedia air mengalir dalam jumlah cukup dengan tekanan +15 psi (1.2 kg/cm3)

    c). Tersedia air panas dan alat pembersih seperti sabun, deterjen, sikat.

    6) Tempat Pembuangan Sampah

    Diperlukan tempat pembuangan sampah yang cukup untuk menampung

    sampah yang dihasilkan dan harus segera dikosongkan begitu sampah terkumpul

    (Departemen Kesehatan RI, 2006).

  • 49

    7) Ruang Fasilitas Pegawai

    Ruang ini adalah ruangan-ruangan yang dibuat untuk tempat ganti pakaian

    pegawai, istirahat, kantin, kamar mandi dan kamar kecil. Ruangan ini dapat terpisah

    dari tempat kerja, tetapi perlu dipertimbangkan agar dengan tempat kerja tidak perlu

    jauh letaknya (Departemen Kesehatan RI, 2006).

    8) Ruang Pengawas

    Diperlukan ruang untuk pengawas melakukan kegiatannya. Hendaknya

    ruang ini terletak cukup baik, sehingga pengawas dapat mengawasi semua kegiatan

    di dapur (Departemen Kesehatan RI, 2006).

    2.5.1.3 Sarana fisik

    1) Letak Tempat Penyelenggaraan Makanan

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai letak tempat penyelenggaraan

    makanan suatu rumah sakit, antara lain (Departemen Kesehatan RI, 2006) :

    a). Mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar pelayanan dapat diberikan dengan

    baik dan merata untuk semua pasien.

    b). Kebisingan dan keributan di pengolahan tidak mengganggu ruangan lain

    disekitarnya.

    c). Mudah dicapai kendaraan dari luar, untuk memudahkan pengiriman bahan makanan

    sehingga perlu mempunyai jalan langsung dari luar.

    d). Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci

    (laundry) dan lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan.

    e). Mendapat udara dan sinar yang cukup.

  • 50

    2) Bangunan

    Belum ada standar yang tetap untuk sebuah tempat pengolahan makanan, akan

    tetapi disarankan luas bangunan adalah 1-2 m per tempat tidur. Dalam merencanakan

    luas bangunan pengolahan makanan harus dipertimbangkan kebutuhan bangunan pada

    saat ini, serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan kesehatan dimasa mendatang.

    Setelah menentukan besar atau luas ruangan kemudian direncanakan susunan ruangan

    dan peralatan yang akan digunakan, sesuai dengan arus kerja dan macam pelayanan

    yang akan diberikan (Departemen Kesehatan RI, 2006).

    3) Konstruksi

    Beberapa persyaratan mengenai konstruksi tempat pengolahan makanan

    (Departemen Kesehatan RI, 2006) :

    a). Lantai : harus kuat, mudah dibersihkan, tidak membahayakan/tidak licin, tidak

    menyerap air dan tahan terhadap asam dan tidak menimbulkan suara keras.

    b). Dinding : harus halus, mudah dibersihkan, dapat memantulkan cahaya yang

    cukup bagi ruangan, dan tahan terhadap cairan.

    c). Langit-langit : harus tertutup, dilengkapi dengan bahan peredam suara untuk

    bagian tertentu dan disediakan cerobong asap. Langit-langit dapat diberi warna

    agar serasi dengan warna dinding. Jarak antara lantai dengan langit-langit harus

    tinggi agar udara panas dapat bersikulasi dengan baik.

    d). Penerangan dan ventilasi : harus cukup, baik penerangan langsung, maupun

    penerangan listrik, sebaiknya berkekuatan minimal 200 lux. Ventilasi harus

    cukup sehingga dapat mengeluarkan asap, bau makanan, bau uap lemak, bau air,

    dan panas. Untuk itu dapat digunakan exhaust fan pada tempat-tempat tertentu.

  • 51

    2.5.1.4 Arus Kerja

    Arus kerja adalah urutan-urutan kegiatan kerja dalam memproses bahan

    makanan menjadi hidangan. Hal ini meliputi penerimaan bahan makanan, persiapan,

    pemasakan, pembagian/distribusi makanan. Yang perlu dperhatikan adalah pekerjaan

    sedapat mungkin dilakukan searah atau satu jurusan, pekerjaan dapat lancar sehingga

    energi dan waktu dapat dihemat, bahan tidak dibiarkan lama sebelum diproses, jarak

    yang ditempuh pekerja sependek mungkin, tidak bolak-balik, ruang dan alat dapat

    dipakai seefektif mungkin, ongkos produksi dapat ditekan (Departemen Kesehatan

    RI, 2006).

    Gambar 2.2

    Arus Kerja Penyelenggaraan Makanan

    Penyimpanan Bahan

    Makanan Segar Dingin

    Persiapan

    Pemasakan

    Pembagian

    Pencucian

    Penyimpanan Bahan Makanan Kering

    Pembuangan

    Sampah Sementara

    Pembuangan

    Sampah Akhir (diluar dapur)

    Fasilitas

    Pegawai

    Penerimaan

    Sumber : Buku Pedoman PGRS Departemen Kesehatan RI, Depkes Tahun 2006

  • 52

    2.5.1.5 Peralatan dan Perlengkapan di Ruang Penyelengaraan Makanan

    Berdasarkan arus kerja maka macam peralatan yang dibutuhkan adalah :

    1) Ruangan penerimaan: Timbangan 100-300 kg, rak bahan makanan beroda, kereta

    angkut, alat-alat kecil seperti pembuka botol, penusuk beras, pisau dan sebagainya.

    2) Ruang penyimpanan bahan makanan kering dan segar: Timbangan 20-100 kg, rak

    bahan makanan, lemari es, freezer. Tempat bahan makanan dari plastik atau stainless

    steel.

    3) Ruangan persiapan bahan makanan: Meja kerja, meja daging, mesin sayuran, mesin

    pemarut kelapa, mesin pemotong dan penggiling daging, mixer, blender, timbangan

    meja, talenan, bangku kerja, penggiling dari batu, bak cuci.

    4) Ruang masak: Ketel uap 10-250 lt, tungku masak, oven, penggorengan, mixer,

    blender, lemari es, meja pemanas, pemanggang sate, toaster, meja kerja, bak cuci,

    kereta dorong, rak alat, bangku, meja pembagi.

    5) Ruang pencuci dan penyimpanan alat: Bak cuci, rak alat, tempat sampah, lemari.

    6) Dapur Susu: Meja kerja, meja pembagi, sterilisator, tempat sampah, pencuci botol,

    mixer, blender, lemari es, tungku, meja pemanas.

    7) Ruang pegawai: Kamar mandi, locker, meja kursi, tempat sampah, WC, tempat

    sholat dan tempat tidur.

    8) Ruang perkantoran: Meja kursi, filling cabinet, lemari buku, lemari es, alat peraga,

    alat tulis menulis, komputer, printer, lemari kaca, mesin ketik, AC, dan sebagainya.

    2.5.2 Ruang Perkantoran

    Ruang perkantoran Unit Pelayanan Gizi rumah sakit sebaiknya terdiri dari :

    1) Ruang Kepala Instalasi/Unit Pelayanan Gizi dan Staf

  • 53

    2) Ruang administrasi penyelenggaraan makanan

    3) Ruang rapat dan perpustakaan

    4) Ruang penyuluhan gizi

    5) Locker, kamar mandi, dan WC

    Untuk dapat bekerja dengan baik, setiap orang memerlukan ruang kerja seluas 2m2.

    2.6 Penyelenggaraan Makanan

    Menurut Departemen Kesehatan RI tahun (2006), penyelenggaraan makanan

    rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai

    dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status

    kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam hal ini termasuk

    kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit

    dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan

    jumlah yang sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau

    konsumen yang membutuhkannya. Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit

    adalah konsumen/pasien maupun karyawan. Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat

    juga dilakukan penyelenggaraan makanan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau

    keluarga pasien).

    Proses kegiatan ini meliputi perencanaan anggaran belanja makanan;

    perencanaan menu; perhitungan kebutuhan bahan makanan; pemesanan dan pembelian

    bahan makanan; penerimaan, penyimpanan dan penyaluran bahan makanan; persiapan

    bahan makanan; pengolahan bahan makanan; dan pendistribusian makanan.

  • 54

    Bentuk penyelenggaraan makanan di rumah sakit dibedakan menjadi dua

    macam, yaitu :

    1) Penyelenggaraan Makanan Sistem Swakelola

    Pada penyelenggaraan makanan ini, unit pelayanan gizi rumah sakit bertanggung

    jawab untuk melaksanakan semua kegiatan penyelenggaraan makanan, mulai dari

    perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

    2) Penyelenggaraan makanan Sistem Out-Sourcing

    Yaitu penyelenggaraan makanan dengan memanfaatkan perusahaan jasaboga atau

    catering. Sistem out-sourcing dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu semi out-

    sourcing dan full out-sourcing. Pada sistem semi out-sourcing, pengusaha jasaboga

    selaku penyelenggara makanan menggunakan sarana dan prasarana milik rumah

    sakit, sedangkan pada sistem full out-sourcing pengusaha jasaboga tidak

    menggunakan sarana dan prasarana milik rumah sakit melainkan milik

    perusahaannya sendiri. Dalam penyelenggaraan makanan dengan sistem semi out-

    sourcing maupun full out-sourcing, fungsi ahli gizi rumah sakit adalah sebagai

    perencana menu, penentu standar porsi dan pemesanan makanan. Selain itu, pada

    sistem ini ahli gizi berkewajiban untuk mengawasi kualitas dan kuantitas makanan

    yang dipesan sesuai dengan spesifikasi standar hidangan yang telah ditetapkan dalam

    kontrak.

  • 55

    2.6.1 Perencanaan Anggaran Belanja Makanan

    Penyusunan anggaran belanja adalah suatu kegiatan penyusunan anggaran biaya

    yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani.

    Penyusunan anggaran belanja makanan disusun untuk memenuhi kebutuhan macam dan

    jumlah bahan makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani sesuai dengan standar

    kecukupan gizi (Departemen Kesehatan RI, 2006).

    Anggaran belanja untuk menyelenggarakan makanan institusi sebaiknya

    direncanakan setahun sebelumnya, dan dibuat atas dasar pengalaman tahun-tahun

    sebelumnya. Anggaran tersebut meliputi bahan makanan, peralatan, pemeliharaan dan

    perawatan alat, buruh dan kebutuhan lain yang direncanakan. Apabila harga pasaran

    cukup stabil, maka petunjuk harga tahun sebelumnya dijadikan patokan. (Departemen

    Kesehatan RI, 1991).

    Dalam menyelenggarakan anggaran belanja untuk peralatan, seyogyanya sudah

    termasuk pula perbaikan, pemeliharaan serta penggantiannya. Apabila ada

    penggolongan atau klasifikasi konsumen, maka dalam pencatatan dan pelaporan biaya

    dipisah menurut golongan sehingga bila diperlukan perhitungan unit cost untuk berbagai

    macam konsumen, dapat dilakukan secara mudah (Departemen Kesehatan RI, 1991).

    Prasyarat dalam perencanaan anggaran belanja makanan adalah adanya

    kebijakan rumah sakit, tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit,

    tersedianya data standar makanan untuk pasien, tersedianya data standar harga bahan

    makanan, tersedianya data rata-rata jumlah konsumen/pasien yang dilayani, tersedia

    siklus menu, tersedianya anggaran makanan yang terpisah dari biaya perawatan

    (Departemen Kesehatan RI, 2006).

  • 56

    Langkah perencanaan anggaran belanja makanan adalah kumpulkan data tentang

    macam dan jumlah konsumen tahun sebelumnya, tetapkan macam dan jumlah

    konsumen/pasien, kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan

    melakukan survei pasar, kemudian tentukan harga rata-rata bahan makanan, buat standar

    kecukupan gizi (standar porsi) ke dalam berat kotor, hitung indeks harga makanan

    perorang perhari sesuai dengan konsumen yang mendapat makan, hitung anggaran

    belanja makanan setahun untuk masing-masing konsumen/pasien (termasuk pegawai),

    hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil keputusan untuk meminta

    perbaikan, rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administratif.

    2.6.2 Perencanaan Menu

    Menu berarti hidangan makanan yang disajikan dalam suatu acara makan, baik

    makan siang maupun malam. Namun, menu dapat juga disusun untuk lebih dari satu kali

    makan, misalnya untuk satu hari yang terdiri menu makan pagi, makan siang, dan makan

    malam, serta makanan selingan jika ada. Dalam penyelenggaraan makanan institusi,

    menu dapat disusun untuk jangka waktu yang cukup lama, misalnya untuk tujuh atau

    sepuluh hari. Menu yang disusun seperti itu disebut menu induk (master menu). Menu

    induk digunakan sebagai patokan dalam penyelenggaraan makanan (Moehyi, 1992).

    Keberhasilan dan kegagalan suatu penyelenggaraan makanan ditentukan oleh

    menu yang disusun dan hidangan yang disajikan. Menu yang terencana dengan baik,

    dengan penyajian hidangan dalam variasi yang menyegarkan akan membawa

    keuntungan bagi penyelenggaraan makanan di suatu institusi (Departemen Kesehatan

    RI, 1991).

  • 57

    Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah

    untuk memenuhi selera konsumen/pasien, dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi

    prinsip gizi seimbang. (Departemen Kesehatan RI, 2006).

    Perencanaan menu yang baik memepunyai beberapa fungsi diantaranya (Mukrie

    et al, 1990):

    1) Memudahkan pelaksana dalam menjalankan tugasnya sehari-hari.

    2) Dapat disusun hidangan yang mengandung zat-zat gizi esensial yang dibutuhkan

    tubuh.

    3) Variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur.

    4) Menu dapat disusun sesuai dengan biaya yang tersedia.

    5) Waktu dan tenaga yang tersedia dapat digunakan sehemat mungkin.

    Sarat-syarat perencanaan menu, yaitu (Departemen Kesehatan RI, 2006).

    1) Peraturan pemberian makan rumah sakit

    2) Standar porsi dan standar resep

    3) Standar bumbu

    Menurut Mukrie et al (1990), langkah-langkah dalam perencanaan menu yang

    harus diperhatikan adalah, menentukan menu yang diinginkan, baik standar atau menu

    pilihan; menetapkan siklus menu yang akan direncanakan, siklus 5 hari, 7 hari, atau 10

    hari atau lebih (jangka waktu/ siklus menu yang lebih lama akan lebih baik, karena

    mencegah terjadinya pengulangan menu yang terlalu dekat); menentukan waktu siklus

    yang digunakan (3 bulan, 8 bulan, atau 12 bulan); menetapkan jenis bahan makanan

    yang akan digunakan dalam suatu siklus menu dan menentukan frekuensi pemakaian

    tiap jenis bahan makanan, bahan makanan sumber hidrat arang, protein nabati, sayuran,

  • 58

    buah, dan makanan selingan; menyusun menu yang meliputi pembuatan format menu,

    mencantumkan bahan makanan/lauk hewani dan memeriksa kembali menu yang telah

    disusun.

    Dalam perencanaan menu perlu diperhatikan beberapa hal seperti berikut :

    1) Kebutuhan Gizi

    Kebutuhan gizi orang yang dilayani harus dipertimbangkan dalam menyusun dan

    menetapkan standar porsi hidangan. Kebutuhan gizi orang yang dilayani dapat

    diperkirakan dengan memakai daftar kecukupan gizi untuk orang Indonesia yang

    dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI tahun 2004. Untuk

    menghitung kebutuhan gizi orang sakit dapat digunakan pedoman yang dianjurkan

    Departemen Kesehatan RI, yaitu buku Penuntun Diet oleh bagian Gizi RSCM dan

    Persatuan Ahli Gizi Indonesia, seri Dietik.

    2) Peraturan dan macam rumah sakit

    Peraturan ini biasanya menyangkut kebijakan dan anggaran belanja bahan makanan,

    prosedur, pembelian bahan makanan, penggunaan atau pemakaian bahan makanan.

    3) Kebiasaan Makan

    Menu sedapat mungkin disesuaikan dengan kebiasaan makan bagian terbesar

    masyarakat yang dilayani.

    4) Macam dan Jumlah Orang yang Dilayani

    Semakin banyak macam dan jumlah orang dilayani, semakin banyak pula variasi

    dalam menu yang akan disajikan.

    5) Peralatan dan Perlengkapan Dapur yang Tesedia

  • 59

    Macam dan jumlah peralatan serta perlengkapan dapur yang tersedia juga perlu

    dipertimbangkan dalam merencanakan/menyusun menu.

    6) Macam dan Jumlah Pegawai

    Hal ini perlu diperhitungkan agar penyelenggaraan makanan dapat diselesaikan tepat

    pada waktunya.

    7) Macam Pelayanan yang Diberikan

    a. Dalam suatu penyelenggaraan makanan kadang-kadang ada juga dibedakan jenis

    hidangan atau harga hidangan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

    kesempatan memilih pada pasien, sehingga keinginannya dapat dipenuhi untuk

    memberikan kesempatan memilih pada pasien, sehingga keinginanya dapat

    dipenuhi.

    b. Kadang-kadang ada perbedaan dalam cara pemberian pelayanan, seperti

    penyediaan fasilitas makan, pemenuhan kebutuhan pemenuhan pasien, ataupun

    pemberian pelayanan khusus. Untuk hal ini adakalanya diperlukan menu yang

    khusus pula.

    8) Musim/ lklim dan Keadaan Pasar

    Keadaan udara dapat mempengaruhi selera dan kebutuhan tubuh. Penyusunan menu

    harus memperhatikan iklim dan musim karena ada jenis-jenis bahan makanan yang

    hanya mudah di dapat pada musim atau iklim tertentu. Tersedia atau tidak bahan

    makanan tertentu akan sangat mempengaruhi harga pasar (Moehyi, 1992).

    9) Keuangan yang tersedia

    Merencanakan menu,