Bagian Ilmu Kesehatan Anak

34
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN PKMRS UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA AGUSTUS 2014 BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) Disusun Oleh : Amalia Dwi Ananda K. Sanrang 1102100099 Pembimbing : dr. Syamsul Nur dr. Zaidatul Amalia Konsulen : dr. Syatirah Jalaluddin, M.Kes, Sp.A

Transcript of Bagian Ilmu Kesehatan Anak

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERANPKMRSUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA AGUSTUS 2014

BAYI BERAT LAHIR RENDAH(BBLR)

Disusun Oleh :Amalia Dwi Ananda K. Sanrang1102100099

Pembimbing :dr. Syamsul Nurdr. Zaidatul Amalia

Konsulen :dr. Syatirah Jalaluddin, M.Kes, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKPADA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAMAKASSAR 2014

HALAMAN PENGESAHAN Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :Nama :Amalia Dwi Ananda K. SanrangStambuk : 1102100099Judul : Bayi Berat lahir Rendah (BBLR)Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.Makassar, Agustus 2014Pembimbing I Pembimbing II Penyusun

Dr. Syamsul Nur dr. Zaidatul Amalia Amalia Dwi Ananda

Supervisor Pembacaan

Dr. Hj. A. Tenrisanna, Sp.A

HALAMAN PENGESAHAN Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :Nama :Amalia Dwi Ananda K. SanrangStambuk : 1102100099Judul : Bayi Berat lahir Rendah (BBLR)Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.Makassar, Agustus 2014Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Syamsul Nur dr. Zaidatul Amalia

Supervisor Pembimbing

dr. Syatirah Jalaluddin, M.Kes, Sp.A,

DAFTAR ISIHalaman Judul........................................................................................................iLembar Pengesahan..............................................................................................iiKata Pengantar.....................................................................................................iiiDaftar Isi................................................................................................................ivI. Pendahuluan...............................................................................................1II. Epidemiologi...............................................................................................2III. Etiologi........................................................................................................2IV. Patogenesis..................................................................................................4V. Manifestasi Klinis.......................................................................................6VI. Penatalaksanaan.........................................................................................8VII. Komplikasi................................................................................................13VIII. Prognosis...................................................................................................15IX. Pencegahan...16Daftar Pustaka.....................................................................................................17

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan penyusunan tulisan ini dapat terlaksana. Tak lupa pula penulis haturkan salawat dan salam yang tercurah pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari alam kegelapan menuju ke alam yang terang benderang.PKMRS ini berjudul Bayi Berat Lahir Rendah yang dibuat dan disusun sebagai tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Anak Universitas Muslim Indonesia.Berbagai kesulitan dan hambatan penulis temui, namun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya tulisan ini dapat terselesaikan.

Makassar, Agustus 2014

Penulis

iv

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)I. PENDAHULUANBayi berat lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagai berat saat lahir kurang dari 2.500 gram (5,5 pon). Berdasarkan epidemiologi bahwa bayi dengan berat kurang dari 2.500 gram sekitar 20 kali lebih beresiko meninggal dibandingkan bayi berat normal. Hal ini lebih sering terjadi di negara berkembang dibandingkan di negara maju. Bayi berat lahir di bawah 2.500 gram berpotensi menimbulkan berbagai masalah kesehatan. BBLR dapat disebabkan oleh kelahiran prematur (usia gestasi < 37 minggu) atau pertumbuhan janin terhambat (PJT). Hal ini sangat erat kaitannya dengan morbiditas dan mortalitas neonatal, gangguan pertumbuhan dan perkembangan kognitif, serta penyakit kronis di kemudian hari. Banyak faktor yang mempengaruhi durasi kehamilan dan pertumbuhan janin, hal ini berhubungan dengan bayi, ibu, atau lingkungan fisik yang memainkan peran penting dalam menentukan berat lahir dan masa depan kesehatan bayi.1Dengan pengertian di atas, BBLR dapat dibagi menjadi dua, yaitu : prematuritas murni dan dismaturitas2. Prematuritas atau bayi dengan kelahiran prematur diartikan berdasarkan masa gestasinya. Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut bayi kurang bulan-sesuai masa kehamilan (BKB-SMK). Dismaturitas atau adanya pertumbuhan janin terhambat diartikan sebagai bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan.2 II. EPIDEMIOLOGIPrevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,338%. BBLR lebih sering terjadi di negara-negara berkembang dan sosial ekonomi rendah. Angka statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR terjadi di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang berat lahirnya diatas 2500 gram. Kematian bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Angka kejadian BBLR di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain yaitu berkisar antara 930% dan hasil studi di 7 daerah multicenter didapatkan angka BBLR berkisar 2,117,2%. Secara nasional berdasarkan SDKI angka BBLR sekitar 7,5%. Hasil Riskesdas 2010 masih dijumpai 11,1% bayi lahir dengan berat badan < 2500 gram (Kemenkes RI, 2010). Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia sehat 2010 sebesar 7%.3III. ETIOLOGIFaktor resiko BBLR termasuk usia ibu yang muda saat hamil atau melahirkan, riwayat persalinan dengan BBLR, terpapar lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan seperti asap rokok atau konsumsi alkohol, nutrisi yang buruk, indeks massa tubuh yang rendah, latar belakang sosio-ekonomi orang tua yang rendah serta adanya riwayat fertilisasi in vitro.4Sampai sekarang pengetahuan mengenai etiologi prematuritas belum cukup memuaskan. Penyebab kelahiran bayi prematur dapat dibagi :

a. Faktor ibu1. PenyakitPenyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lainnya adalah nefritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.2,42. UsiaAngka kejadian prematuritas tertinggi ialah usia ibu dibawah 20 tahun dan multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia ibu antara 26-35 tahun.2,43. Keadaan sosio-ekonomiKeadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.2,4b. Faktor janinHidroamnion, kehamilan ganda umumnya akan mengakibatkan lahirnya bayi berat lahir rendah.2 Hal kedua yang membuat seorang bayi dapat terlahir dengan berat lahir rendah adalah adanya dismaturitas atau pertumbuhan janin terhambat. Setiap keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin dapat menjadi penyebab dismaturitas. Dismaturitas ini dikaitkan dengan kondisi medik yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi dan efisiensi plasenta, pertumbuhan dan perkembangan janin, serta kondisi kesehatan dan nutrisi ibu secara umum.2,7 IV. PATOGENESISBBLR yang disebabkan oleh prematuritas dikaitkan dengan kondisi medik yang ditandai dengan ketidakmampuan uterus untuk mempertahankan janinnya, gangguan selama kehamilan, ruptur dini dari membran amnion atau pelepasan dini dari plasenta, kehamilan ganda serta adanya sebuah stimulus yang tidak dikehendaki yang dapat merangsang kontraksi uterus sebelum waktunya.5 Dismaturitas atau adanya pertumbuhan janin terhambat yang membuat bayi dapat terlahir dengan berat lahir rendah dikaitkan dengan kondisi medis yang berhubungan dengan gangguan sirkulasi dan efisiensi plasenta. Gangguan sirkulasi menghambat asupan nutrisi bagi bayi selama di dalam uterus. Secara umum banyak faktor yang berperan dalam terjadinya insiden prematuritas dan bayi berat lahir rendah disertai pertumbuhan janin terhambat.5 Pertumbuhan janin terhambat sendiri atau dismaturitas juga dapat disebabkan menurunnya produksi insulin atau aktivitas insulin pada reseptornya. Bayi dengan defek insulin like growth factor (IGF), hipoplasia pankreas, atau transient neonatal diabetes dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan janin, berujung pada bayi berat lahir rendah.5

V. MANIFESTASI KLINISBBLR memiliki gejala klinis yang bervariasi. Jika berat yang rendah itu disebabkan oleh prematuritas maka karateristik klinis yang dapat ditemukan berupa berat badan < 2500 gram, panjang badan 45 cm, lingkaran dada 30 cm, lingkaran kepala < 33 cm dan masa gestasi < 37 minggu2. Pemeriksaan fisis luar sangat bergantung pada maturitas atau lamanya masa gestasi itu. Kepala relatif lebih besar daripada badannya,. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genitalia imatur. Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia majora. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus pun dapat terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu-persatu. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mammae belum sempurna, demikian pula puting susu belum terbentuk dengan baik.2 BBLR lebih banyak tidur daripada bangun, tangisan lemah, pernapasan belum teratur dan sering mendapat serangan apneu. Otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai abduksi, sendi lutut dan sendi kaki fleksi dan kepala menghadap ke satu arah. Tonic neck reflex biasanya lemah, reflex moro dapat positif. Reflex menghisap dan menelan belum sempurna, demikian pula reflex batuk. Bila dalam waktu 3 hari tanda kelaparan ini tidak ditemukan, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial.2 Jika BBLR tersebut diakibatkan oleh pertumbuhan janin terhambat atau dismaturitas maka akan memberikan gejala yang bervariasi. Pada bayi prematur disertai dismaturitas maka akan terlihat penampakan fisis bayi prematur ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan wasting. Pada bayi cukup bulan disertai dismaturitas, gejala yang menonjol adalah wasting, demikian pula pada bayi post-term dengan dismaturitas.2 Bayi dismatur dengan tanda wasting atau insufisiensi plasenta dapat dibagi dalam 3 stadium menurut berat ringannya wasting tersebut yaitu :21. Stadium pertamaBayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti perkamen tetapi belum terdapat noda mekonium.2. Stadium keduaDidapatkan tanda stadium pertama ditambah dengan warna kehijauan pada kulit, plasenta dan umbilikus. Hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterin. 3. Stadium ketigaDitemukan tanda stadium kedua ditambah dengan kulit yang berwarna kuning, demikian pula kuku dan tali pusat. Ditemukan juga tanda anoksia intrauterin yang lama.VI. PENATALAKSANAANPada saat lahir, cara-cara yang dilakukan pada bayi yang berat lahir normal sama dengan penanganan BBLR, yaitu membersihkan jalan napas, merawat tali pusat dan mata, dan memberi vitamin K. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana BBLR antara lain :1. SuhuBayi kecil mudah mengalami hipotermia. Bayi lebih mudah kehilangan panas karena mereka memiliki area permukaan besar dan lemak subkutan yang kurang. Bayi yang berat lahir rendah juga kekurangan "brown fat", yang biasanya ada pada bayi aterm yang dapat dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan panas. Untuk mencegah hipotermia, bayi harus berada dalam suhu lingkungan yang konstan. Kehilangan panas karena radiasi dapat diminimalkan dengan menempatkan bayi dalam inkubator. Bahaya hipotermia dapat dikurangi dengan melakukan resusitasi di bawah heat lamp. Jika inkubator tidak tersedia, keadaan umum pengendalian suhu dan kelembaban dapat dicapai dengan menggunakan pemancar radian, selimut, lampu pemanas, bantalan pemanas dan botol air panas serta mengendalikan sehu dan kelembaban kamar. Selain itu juga dapat digunakan perawatan metode kanguru untuk mempertahankan suhu alami bayi.5,6Perawatan metode kanguru (PMK) adalah perawatan untuk BBLR dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact). Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan BBLR.7Kangaroo position (posisi)Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke dada ibu. posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Tepi pengikat tepat berada di bawah kuping bayi. Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Hindari posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai bayi haruslah dalam posisi kodok; tangan harus dalam posisi fleksi. 7Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak tergelincir. Pastikan juga bahwa ikatan yang kuat dari kain berada di setinggi dada bayi. Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan perut. Napas ibu akan merangsang bayi. Berikut adalah cara memasukkan dan mengeluarkan bayi dari baju kanguru: 7a. Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher sampai punggung bayi. b. Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya agar kepala bayi tidak tertekuk dan tak menutupi saluran napas ketika bayi berada pada posisi tegak; c. Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi. Ketika ibu harus meninggalkan bayinya, bayi tersebut dapat dibungkus dengan baik dan ditempatkan di tempat yang hangat jauh dari hembusan angin, diselimuti dengan selimut hangat atau jika tersedia ditempatkan dalam alat penghangat. Selama perpisahan antara ibu dan bayi, anggota keluarga (ayah atau suami, nenek, dll), atau teman dekat dapat juga menolong melakukan kontak kulit langsung ibu dengan bayi dalam posisi kanguru. 72. Pemberian oksigenPemberian oksigen mengurangi resiko terjadinya hipoksia dan kegagalan sirkulasi, tetapi hal ini perlu diperhatikan juga resiko terjadinya hiperoksia yang berdampak buruk bagi mata dan paru-paru. Oksigen dapat diberikan dengan nasal kanul, ventilasi tekanan positif atau intubasi untuk menjamin kestabilan konsentrasi oksigen yang dihirup oleh bayi.5 3. Kebutuhan cairanKebutuhan cairan bergantung pada usia kehamilan, kondisi lingkungan dan derajat penyakit yang menyertai. Kebutuhan cairan pada bayi yang cukup bulan biasanya dimulai 60-70 ml/kgBB pada hari 1 dan meningkat hingga 100-120ml/kgBB pada hari kedua dan ketiga. Untuk bayi-bayi yang prematur dapat dimulai dengan pemberian cairan 70-80ml/kgBB pada hari pertama, kemudian ditingkatkan secara bertahap hingga 150ml/KgBB/hari. Observasi klinis dan pemeriksaan fisis merupakan indikator yang buruk untuk menentukan keadaan hidrasi dari bayi yang prematur.5

4. Nutrisi parenteralSebelum pemberian nutrisi secara enteral dilakukan atau adanya kondisi yang membuat nutrisi enteral tidak memungkinkan untuk diberikan dalam jangka waktu lama, maka nutrisi secara parenteral harus memenuhi semua kebutuhan nutrisi khususnya untuk bayi prematur. Nutrisi parenteral harus mengandung 2,5-3,5 g/dl asam amino sintetik dan biasanya 10-15 g/dl glukosa. Jika menggunakan vena perifer maka dianjurkan agar kadar glukosa tetap dibawah 12,5 g/dl. Selanjutnya untuk pemberian emulsi lemak dapat dimulai dengan kadar 0,5 g/kgBB/hari dan ditingkatkan hingga 3 g/kgBB/hari.5 5. Pemberian suplemen besiPada BBLR dan bayi prematur, anemia fisiologis akibat supresi eritropoesis yang diperburuk oleh rendahnya cadangan besi fetus dan ekspansi volume darah yang besar akibat adanya pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan bayi cukup bulan. suplemen besi dengan kadar 3 mg/kg/hari kemudian harus diberikan.56. Pencegahan infeksiBayi berat lahir rendah mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatif belum sanggup untuk membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik. Mencuci tangan sebelum dan setelah menyentuh setiap bayi, mencuci tangan dengan sabun ataupun larutan desinfektan, menggunakan handscoen sekali pakai saat mengganti popok bayi untuk mencegah infeksi silang, serta idealnya setiap bayi yang terinfeksi harus dirawat di ruangan yang berbeda.5,6Pemberian nutrisi dalam waktu dua jam setelah lahir, mencegah hipoglikemia dan mengurangi konsentrasi bilirubin plasma. Hipoglikemia tanpa gejala dapat dideteksi secara dini dengan melakukan pengukuran glukosa darah rutin menggunakan glucometer pada semua bayi berat badan lahir rendah di 24 jam pertama. Jika bayi menyusu dengan baik dan tingkat glukosa darah secara konsisten di atas 2,6 cth, tes dihentikan setelah 24 jam. Dari minggu kedua dan seterusnya suplemen vitamin ditambahkan sehingga bayi menerima dosis tambahan 400 unit vitamin D dan 50 mg vitamin C setiap hari. Vitamin persiapan biasanya mengandung sejumlah kecil vitamin B kompleks dan vitamin A. Vitamin suplemen harus diberikan sampai usia dua tahun dan suplemen zat besi tambahan sampai usia enam bulan.6VII. KOMPLIKASIPada bayi berat lahir rendah dengan kelahiran prematur terdapat berbagai macam komplikasi yang dapat terjadi. Berikut beberapa penyakit yang ada hubungannya dengan prematuritas :21. Sindrom gangguan pernafasan idiopatikDisebut juga penyakit membran hialin (HMD) karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveolus paru. 2. Pneumonia aspirasiSering ditemukan pada prematur, karena refleks menelan dan batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan yang baik. 3. Perdarahan intraventikulerPerdarahan spontan di ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh karena anoksia otak. Biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru, namun sering tidak mungkin membedakan dipsneu yang disebabkan oleh perdarahan otak ini dengan yang disebabkan oleh sindrom gangguan pernafasan idiopatik. Kelainan ini biasanya hanya ditemukan pada otopsi. 4. Fibroplasia retrolentalPenyakit ini terutama ditemukan pada bayi prematur dan disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen dalam konsentrasi tinggi, akan terjadi vasokontriksi pembuluh darah retina. 5. HiperbilirubinemiaBayi prematur lebih sering mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna. Pada BBLR yang termasuk kategori hambatan pertumbuhan intrauterine atau dismaturitas memiliki komplikasi yang berbeda pula dengan BBLR dengan kelahiran prematur. Pada dismaturitas ditemukan sindrom aspirasi mekonium, hipoglikemia simtomatik, asfiksia neonatorum, penyakit membranhialin dan hiperbilirubinemia.

VIII. PROGNOSISBayi yang lahir dengan berat 1500-2500 gram memiliki kesempatan hidup dan bertahan sekitar 95%, tetapi tidak menutup kemungkinan akan resiko mortalitas. Perawatan intensif diperlukan untuk mencegah meningkatnya angka mortalitas pada bayi dengan BBLR akibat komplikasi prematuritasnya, seperti bronchopulmonary dysplasia, necrotizing enterocollitis dan infeksi nosokomial. Angka mortalitas pada bayi berat lahir rendah lebih tinggi pada usia 1-2 tahun pertama masa kehidupan dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan. Angka kematian yang tinggi tersebut kebanyakan disebabkan oleh kausa infeksi seperti virus, tetapi tentu saja secara teoritis masih dapat dicegah. Keadaan yang buruk ini dikaitkan dengan buruknya regulasi kardiopulmonar akibat imaturitas atau komplikasi akibat penyakit yang menyertai dan keadaan sosial yang dihubungkan dengan kemiskinan juga berkontribusi terhadap tingginya mortalitas dan morbiditas bayi berat lahir rendah.5IX. PENCEGAHANPada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dilakukan :5a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun waktu kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Pada ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan rendah lemak. Kalori yang cukup, vitamin, dan mineral termasuk 400 mikrogram vitamin B asam folat setiap hari. Penambahan berat badan yang sehat selama kehamilan sekitar 12,5-15 kg. Selain itu ibu hamil perlu menghindari merokok atau asap rokok dan konsumsi alkohol.b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga keehatannya dan janin dikandungnya c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun).d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu, status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

DAFTAR PUSTAKA1. UNICEF. Low birth weight country, regional and global estimates2. Husein A, Hassan R. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI; 2007.3. Taskiah, Misna. Epidemiological Determinants Low Birth Weight in Malaria Endemic Areas Banjar District. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. 4. OECD. Infant health : low birth weight. Health at a glance. 2011.5. Carlo WA. Prematurity and intrauterine growth restriction. In: Kliegman RM, Stanton BF, III JWSg, Schor NF, Behrman RE, editors. Nelson textbook of pediatrics. 19th ed. United State of America: Elsevier; 2011.6. Valman, H. B. ABC Of The First Year Fifth edition. United Kingdom: BMJ; 20027. Suradi, Rulina. Dkk. Perawatan bayi berat lahir rendah (bblr) dengan metode kanguru. DEPKES RI. 2008: Jakarta

1