bagian hesty
-
Upload
agung-andayani -
Category
Documents
-
view
228 -
download
1
description
Transcript of bagian hesty
V. REGULASI / PERUNDANG-UNDANGAN
5.1 Registrasi Obat Jadi
Berdasarkan Permenkes Nomor 1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang Registrasi Obat
dan Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 tentang
Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat, maka tablet Loratadine termasuk registrasi
baru kategori 2 karena merupakan Obat Copy.
Prosedur registrasi obat jadi dibagi menjadi dua tahap, yaitu:
a. Pra-registrasi
Permohonan pra-registrasi obat dilakukan untuk penapisan registrasi obat,
penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi,
dan penentuan dokumen registrasi obat.
Paling lama dalam jangka waktu 40 (empat puluh) hari sejak diterimanya
permohonan, Kepala Badan memberikan surat Hasil Pra-Registrasi (HPR) kepada
pendaftar. HPR berlaku selama 1 (satu) tahun sejak tanggal dikeluarkan.
b. Registrasi
Registrasi obat dilakukan setelah tahap pra-registrasi. Registrasi diajukan oleh
Pendaftar secara tertulis kepada Kepala Badan POM, dilampirkan dengan dokumen
registrasi. Terhadap permohonan registrasi dikenakan biaya sebagai penerimaan
negara bukan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dokumen registrasi terdiri atas:
i. Bagian I: Dokumen Administratif, Informasi Produk, dan Penandaan
ii. Bagian II: Dokumen Mutu
iii. Bagian III: Dokumen Non-klinik
iv. Bagian IV: Dokumen Klinik
Jalur evaluasi untuk tablet Loratadine adalah 100 hari.
5.2 Penandaan sesuai Undang-Undang
Berdasarkan SK Menkes No.193/Kab/B.VII/71 tentang peraturan pembungkusan dan
penandaan obat maka:
1. Pada bungkus luar dan wadah jadi harus dicantumkan tanda atau etiket yang sesuai
dengan ketentuan pasal 3 ayat 2.
2. Disertai blosur yang sesuai dengan ketentui pasal 3 ayat 4 untuk penyerahan,
penjualan dan peredaran obat jadi kecuali pada penyerahan atas resep dokter.
3. Isi dari zat berkhasiat dinyatakan sebagai isi tiap dosis untuk 1 kali pemberian.
Kaplet Klaritromisin 500 mg termasuk ke dalam daftar obat keras (G = Gevaarlijk).
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 02396/A/SKA/VIII/1986
tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G dan Surat Edaran Dirjen POM No.
4266/AA/II/86 tanggal 26 Agustus 1986 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G,
maka penandaan pada wadah leaflet atau brosur untuk sediaan Kaplet klaritromisin 500
mg harus sama atau mendekati contoh tanda khusus di bawah ini:
Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna
hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi
Disertai dengan kalimat “Harus dengan resep dokter” sesuai dengan SK Menkes RI
No. 197/A/SK/77 tanggal 15 Maret 1977 untuk mengendalikan dan mengawasi
peredaran obat keras.
1. Nomor Registrasi
Nomor registrasi sediaan kaplet Klaritromisin 500 mg adalah:
D K L 15 273 002 10 A1
D : Obat dengan nama dagang
K : Golongan obat keras
L : Produksi dalam negeri (lokal)
15 : Tahun penandaan obat jadi (tahun 2015)
273 : Nomor urut pabrik di Indonesia
002 : Nomor urut obat jadi yang disetujui oleh pabrik
10 : Nomor urut sediaan (sediaan tablet)
A : Kekuatan obat jadi
1 : Kemasan utama untuk nama, kekuatan, dan bentuk sediaan
obat jadi.
Sediaan tablet Loratadine 10 mg dibuat oleh pabrik atau industri yang telah
memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
2. Nomor Batch
Nomor batch sediaan tablet kaplet Klaritromisin 500 mg adalah:
0615 10 01
0615 : bulan dan tahun produksi
10 : kode bentuk sediaan
01 : nomor urut pembuatan
5.3 Distribusi Obat Jadi
Dalam Pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) 2003 disebutkan bahwa
jaringan distribusi obat harus menjamin bahwa obat yang didistribusikan mempunyai
izin edar, dengan kondisi penyimpanan yang sesuai terjaga mutunya, dan selalu
dimonitor termasuk selama transportasi serta terhindar dari kontaminasi. Selain itu,
jaringan distribusi juga harus mempunyai sistem jaminan kualitas yang dapat menjamin
bahwa produk yang didistribusikan adalah benar ditujukan kepada penerima yang tepat.
Sistem penelusuran harus memungkinkan kemudahan penelusuran apabila terjadi suatu
kesalahan produk sehingga dapa ditarik dari peredaran secara cepat dan mudah.
Penyaluran obat keras dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh pabrik
obat, PBF, dan sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah. Penyaluran obat keras
ini hanya dapat dilakukan oleh:
1. Industri farmasi kepada PBF, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
2. PBF kepada PBF lainnya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah,
rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan.
3. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah kepada rumah sakit pemerintah,
puskesmas dan balai pengobatan pemerintah.
BAB VI
6.1 Pelayanan Informasi Obat
1. Apa itu Klaritromisin
Klaritromisin (clarithromycin) merupakan antibiotik yang termasuk kedalam
golongan makrolida yang fungsinya untuk melawan infeksi yang disebabkan bakteri.
Klaritromisin dapat dipakai untuk melawan beberapa infeksi oportunistik (IO) pada
Odha. Klaritromisin digunkan untuk terapi infeksi bakteri tertentu, seperti pneumonia
( infeksi paru), infeksi bronkritis dan infeksi telinga, sinusitis,kulita dan
tenggorokkan. Klaritromisin juga digunakan untuk terapi dan pencegahan penyebaran
infeksi Mycobacterium avium complex (MAC) yang merupakan tipen infeksi paru
yang sering ditimbulkan dari orang-orang yang terkena HIV (human
immunodeficiency virus). Klaritromisin biasa dikombinasikan dengan pengobatan
yang lain untuk mengeliminasi H. pylori (bakteri penyebab ulser) (Lacy et al, 2009).
.
2. Bagaimana seharusnya pengobatan ini dilakukan?
Klaritromisin biasanya tersedia dalam bentuk tablet, kaplet, tablet lepas lambat
(long acting) dan suspensi yang diberikan secara oral. Obat ini biasanya diberikan
tanpa makanan setiap 12 jam selama 7 sampai14 hari. Untuk tablet lepas lambat dapat
diberikan bersamaan dengan makanan setiap 24 jam selama 7-14 hari. Lamanya obat
di berikan tergantung pada kondisi pasien. Obat ini diusahakan diberikan pada waktu
yang sama tiap harinya, yang diikuti tercantum lngsung pada label obat yang
diresepkan dan tanyakan kepada dokter atau farmasis untuk menjelaskan setiap bagian
pada brosur atau etiket yang tidak dimengerti.gunakan klaritromisin yang diresepkan
dokter secara langsung dan harus dihabiskan, tidak diperbolehkan mengurangi atau
menambah jumalah atau dosis obat tanpa peresepan dari dokter. Kocok suspensi
sebelum digunakan untuk mencampur atau menghomogenkan larutan obat. Jika
sediaan berbentuk tablet atau kaplet diberikan dengan segelas air penuh, untuk tablet
lepas lambat sebaiknya langsung ditelan tidak diperbolehkan dikunyah, diemut
ataupun dihancurkan. Pasien akan mulai merasa lebih baik selama beberapa hari
pertama menjalani terapi dengan klaritromisin, jika gejalan tidak membaik ataupun
bertambah buruk maka diharuskan untuk langsung menghubungi dokter.
Untuk terapai klaritromisin ataupun antibiotik lain harus dihabiskan sesuai
jumlah dan dosis obat yang diberikan walaupun pasien merasa sudah sangat baik,
karena jika terapi dihentikan atau dilewatkan, infeksi yang diderita pasien tidak akan
secara komplit teraatsi dan bakteri kemungkinan akan menjadi resisten terhadap
antibiotik (American Pharmacist Association, 2009-2010)..
3. Penggunaan lain dari terapi obat dengaan Klaritromisin
Klaritromisin juga terkadang digunakan untuk terapi beberapa tipe infeksi lain
termasuk penyakit Lyme yang merupakan infeksi yang berkembang setelah seseoranh
tergigit oleh kutu , kriptrosporidiosis yang merupakan infeksi yang menyebabkan
diare. Penyakit cat scratch merupakan infeksi yang dimungkinkan berkembang
ketika sesorang terkena gigitan ataupun cakarang dari kucing, penyakit Legionnaire
(tipe infeksi dari paru-paru dan batuk pertusis pertussis , dapat juga digunakan sebagai
penjegahan terhadap pencegahan infeksi jantung pada pasien yang sedang melakukan
perawatan gigi. Pasien dianjurkan untuk bertanya pada dokter tentang kemungkinan
resiko pada penggunaan terapi obat klaritromisin (Lacy et al, 2009).
4. Tindakan pencegahan yang dpat dilakukan ketika menggunakan Klaritromisin
Sebelum menggunakan klaritromisin (Lacy et al, 2009):
a. tanyakan pada dokter atau farmasis jika pasien mempunyai riwayat alergi terhadap
klaritromisin, azitromisin, diritromisin, eritromisin, telitromisin, atau jenis yang lain
ataupun obat-obatan yang terkandung pada tablet atau suspensi klaritromisin,
tanyakan pada farmasisi untuk bahan-bahan ataupun campuran pada produk sediaan
obat yang diberikan.
b. Beritahu pada dokter jika pasien memiliki masalah dengan jantung dan hati seperti
aritmia atau memiliki penyakit atau pernah mengalami, karena dokter tidak akan
memberikan klaritromisin untuk pilihan terpai yang digunakan jika kondisi tersebut
dialami oleh pasien
c. Beritahu pada dokter tentang terapi yang sedang dilakukan sekarang baik terapi
dengan obat maupun bukan obat seperti penggunaan vitamin, suplemen makanan dan
produk herbal yang dikonsumsi atau berencana untuk mengkonsumsinya. Pastikan
menyebutkan beberapa golongan obat berikut yaitu antikoagulan seperti warfarin,
benzodiazepin tertentu sperti alprazolam, midazolam, triazolam, bromokriptin,
calcium channel blockers seperti amlodipin amlodipine, diltiazem and verapamil
karbamazepin beberapa anti HIV tertentu yaitu atazanavir, didanosin, efaviren,
nevirapin , nelfinavir , ritonavir , saquinavir , dan zidovudine, pengobatan tertentu
untuk penyakit jantung seperti amiodarone, disopyramide , dofetilide, procainamide ,
quinidine, dan sotalol. Peneobatan antikolesterol seperti golongan statin atorvastatin
dan pravastatin ; cilostazol, siklosporine, darifenasin, digoksin, erlotinib eszopiclone
fluconazole, insulin; itraconazole, methylprednisolon, omeprazole , pengobatan
diabetes oral dengan nateglinida, pioglitazon, repaglinida, dan rosiglitazone, fenitoin
ranitidine, rifabutin, rifampin, rifapentine, sildenafil, tacrolimus, teofilin , tadalafil
tolterodine , valproate, asam valproik, vardenafil dan vinblastine. Beberapa obat-
obatan tersebut kemungkinan akan berinteraksi dengan klaritromisin, sehingga dari
hal tersebut perlu untuk memberitahu dokter agar pengobatan dengan klaritromisin
dapat diganti atau dilakukan monitoring yang ketat untuk menghindari kemungkinan
efek samping yang dialami.
d. Beritahu dokter jika pasien mengalami kehamilan, berencana untuk hamil atau sedang
menyusui. Dan beritahu juga jika sedang menjalani perawatan gigi atau sejenisnya.
5. Apa yang harus dilakukan ketika lupa meminum obat antibiotik?
Jika lupa ataupun melewati jadwal minum antibiotik (klaritromisin), langsung
minum obat sesuai jadwal segera setelah ingat. Jika melupakan jadwal minum obat
sampai pada dosis selanjutnya, lewati dosis yang terlupa tersebut dan lanjutkan dosis
dan sesuaikan kembali jadwal meminum obat. Jangan menggandakan dosis ketika
dosis sebleumnya terlupa (Pike R., 2015).
6. Efek samping yang mungkin ditimbulkan
Klaritromisin kemungkinan menyebabkan beberapa efek samping, beritahu
dokter jika beberapa gejala berikut muncul, yaitu: diare, mual, muntah, nyeri perut,
dada terasa terbakar (hurtburn), gas, perubahan pada indra pengecap, sakit kepala .
beberapa efek samping yang ditimbulka kemungkinan berat atau serius. Jika beberapa
efek samping dibawah ini pernah dialami, maka segera hubungi dokter atau tenaga
medis lain, beberpa efek samping tersebut, yaitu gatal, timbul bintil merah, gatal,
bengkak pada wajah, tengorokkan, lidah, bibir, mata, tangan, kaki, pergelangan kaki,
susah bernafas ataupun menelan, kulit mengelupas/melepuh, demam, mata dan kulit
bewarna kuning, kelelahan yang ekstrim, memar ataupun pendarahan yang tidak
biasa, kekurangan energi, hilangnya nafsu makan, sakit dibagian atas sebelah kanan
perut, urin bewarna gelap, denyut jantung terasa lebih cepat, atau seperti dipukul
pukul, otot melemah jadi yang menyebabkan sulit untuk mengunyah makanan,
berbicara atau menjalani aktivitas sehari-hari dan penglihatan ganda (terasa kabur.
(American Pharmacist Association, 2009-2010).
.
7. Bagaimna penyimpanan yang seuai untuk Klaritromisin
Untuk penyimpanan obat-obatan antibioti sperti klaritromisin simpan dalam
tempat terjaga dan tertutup rapat, dan jauhkan dari anak-anak. Simpan tablet pada
suhu ruang dan jauhkan dari cahaya, panas yang berlebih atau kelembapan yang
tinggi. Buang atau jangan digunakan lagi untuk obat yang disimpan dalam jangka
waktu lama. Tidak menyimpan suspensi di lemari pendingin, simpan di suhu
ruangdan jauhkan dari kelebihan panas atau kelembapan yang tinggi. Buang suspensi
yang tidak terpakai setelah 14 hari. Hubungi farmasis untuk informasi lebih lengkap
(Pike R., 2015).
Daftar Pustaka
American Pharmacist Association. 2009-2010. Drug Information Handbook. 18th edition. Ohio: Lexi-Comp Inc.
BPOM RI. 2003. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.3.1950 Tahun 2003 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat. Jakarta: Ditjen Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 1986. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 02396/A/SK/VIII/86 Tahun 1986 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI, 2008, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1010/Menkes/Per/XI/2008 tentang Registrasi Obat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Suplemen I Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Lacy, C.F., Lora L. Amstrong, Morton P. Goldman, & Leonard L. Lance. 2009. Drug Information Handbook. 18th edition. USA: Lexi-Comp Inc.
Pike R., 2015. U.S. National Library of Medicine.Tersedia di :
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/druginfo/meds/a692005.html ( tanggal akses 26
november 2015)