BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri...

53
BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakan Oleh : Ir. Setiyono, M.Si.

Transcript of BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri...

Page 1: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

BAGIAN 5

Teknologi Pengelolaan

Limbah Industri Percetakan

Oleh :

Ir. Setiyono, M.Si.

Page 2: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

297

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Abstraksi

imbah cair dan padat industri percetakan sebagian termasuk dalam kategori

limbah yang berbahaya dan beracun, karena limbah dari industri ini ada yang

mempunyai sifat mudah terbakar dan mengandung berbagai logam berat

yang dapat bersifat racun. Oleh karena itu maka limbah industri percetakan yang

termasuk dalam kategori limbah B3 harus dikelola sesuai dengan tata cara dan

teknik pengelolaan limbah B3. Karena limbah B3 dari usaha ini jumlahnya sedikit

maka perlu kerjasama dengan pihak lain dalam pengelolaannya.

Limbah padat yang masih dapat dimanfaatkan seperti kertas dan plastik perlu

dilakukan daur ulang atau recycle, sementara limbah padat yang tidak dapat didaur

ulang dan telah terkontaminasi B3 perlu dilakukan pembakaran (insenerasi) atau

penanganan lainnya yang dapat menjamin keamanan dari kontaminannya.

Sementara limbah cair yang banyak mengandung logam berat atau mudah

terbakar dapat dikirim ke perusahaan pengolahan limbah B3 cair. Di pusat

pengolahan ini, limbah cair B3 akan diolah sesuai dengan karakteristiknya. Limbah

yang mengandung logam berat diproses secara elektrolisis, kemudian cairan yang

telah bebas dari logam dibakar dengan insenerator pada temperatur destruksinya

dan dilanjutkan dengan scrubber.

L

Page 3: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

298

1.2. Latar Belakang

Berbagai jenis limbah yang tidak memenuhi standar baku mutu yang dibuang

ke lingkungan merupakan sumber pencemaran dan kerusakan lingkungan yang

utama. Lingkungan yang telah tercemar dan rusak, akan meningkatkan biaya

eksternalitas yang harus ditanggung oleh masyarakat. Kondisi demikian, rawan

sekali terhadap resiko timbulnya konflik sosial, yang pada akhirnya akan

mengancam kelangsungan dari industri tersebut.

Salah satu sektor industri penghasil limbah adalah industri percetakan.

Meskipun industri ini tidak menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, namun

karena sifat limbahnya yang berbahaya dan berarun maka dampak yang ditimbulkan

harus diwaspadai. Masuknya limbah B3 ke lingkungan dalam jumlah kecil saja dapat

menimbulkan resiko kerusakan yang sangat berarti dan memerlukan biaya

pemulihan yang sangat mahal.

Dalam proses produksinya industri percetakan banyak menggunakan bahan

baku dan bahan penolong yang mengandung bahan berbahaya, seperti pelarut dan

tinta. Selama proses cetak menggunakan bahan tersebut, akan menghasilkan limbah

dari berbagai pelarut dan tinta yang digunakan, sehingga limbahnya juga mempunyai

sifat berbahaya dan beracun. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan

karena sifat limbah tersebut, maka diperlukan pengelolaan yang sesuai dengan

karakteristik limbahnya.

Page 4: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

299

1.3. Sejarah Cetak Mencetak

1.3.1. Penemuan Teknik Mencetak

Mencetak adalah kemungkinan membuat salinanan dalam jumlah banyak

atau lebih banyak dari original yang sama. Metode cetak mencetak ditemukan oleh

Johannes Gutenberg di Mainz, Jerman pada tahun 1440. penemuan ini sampai

sekarang merupakan salah satu hasil karya terbesar dalam sejarah. Lewat barang-

barang cetakan jiwa manusia terbuka bagi semua orang. Dengan bantuan cetakan

pengetahuan dapat disimpan di atas kertas setiap saat, untuk kapan saja, dan dapat

disampaikan kepada setiap orang dari semua generasi. Di Asia, terutama di Cina

dan Korea, cetak mencetak sudah dikenal sekitar 1.000 tahun yang lalu.

Teks dan gambar diukirkan pada sekeping papan, tanah liat atau logam,

kemudian acuan/stempel itu ditintai, ditumpangi selembar kertas (papyrus) yang

kemudian ditekan sehingga tinta dari stempel pindah ke permukaan kertas. Di Eropa

percetakan yang tertua menggunakan metode ini sekitar 600 tahun yang lalu.

Sebelum penemuan teknik cetak, seluruh buku harus ditulis tangan yang

biasanya dikerjakan oleh para biarawan di biara-biara. Sebuah buku dengan begitu

menjadi barang yang sangat berharga dan hanya orang yang sungguh kaya dapat

memilikinya. Membaca dan menulis hanya terbatas pada segelintir orang

berpendidikan.

Gagasan Gutenberg adalah menggunakan huruf tunggal yang diukirkan pada

kayu, yang kemudian berkembang menjadi ukiran pada bahan logam. Penemuan

untuk menuang huruf-huruf tunggal merupahan hal yang pokok dari pada kerja

Gutenberg. Setiap huruf dan tanda-tanda, mula-mula harus diukir pada sebatang

besi secara terbalik, yang sebelah kiri sebuah matris menjadi sebelah kanan.

Stempel besi ini menjadi alat penakik yang diketukan pada selembar lempengan

tembaga yang akan menjadi acuan/matris. Matris ini kemudian ditempatkan pada

alat pengecoran (dikerjakan dengan tangan). Konstruksi alat pengecoran ini

Page 5: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

300

sederhana, namun praktis sekali. Bahan metal yang dipakai untuk dicor adalah timah

putih, antimony dan timah hitam. Huruf-huruf hasil cor ini cukup cermat dipakai untuk

menyusun. Huruf-huruf ini sudah mempunyai bentuk yang sama seperti yang kita

gunakan sekarang ini.

Huruf tunggal ini dapat disusun menjadi kata atau kalimat yang setelah

dipakai untuk mencetak dapat diuraikan dan disimpan kembali dalam kotak masing-

masing untuk kelak dipakai lagi. Batang-batang penyusun, nampan tempat susunan

huruf-huruf yang sudah disusun dan malahan mesin cetak merupakan penemuan

kelanjutan dari Gutenberg.

Mesin cetak yang pertama dibentuk berdasarkan alat pemeras buah-buahan.

Bahan pencetaknya ditintai dengan menggunakan tampon (sekarang rol penintaan),

lembaran kertas kemudian diletakkan ke atas alat cetak yang sudah ditintai itu.

Dengan menekan rata kertas itu maka diperoleh hasil cetak.

Keahlian Gutenberg dapat memecahkan semua masalah itu dan menciptakan

apa yang kemudian menjadi mesin cetak yang berhasil. Alat-alat dan mesin-mesin

penemuannya tetap sama bentuknya untuk jangka waktu berabad-abad. Gutenberg

sadar bahwa penemuannya hanya akan berhasil kalau ia dapat mempertahankan

mutu artistik buku-buku yang ditulis tangan.

Hidup sehari-hari Gutenberg sebagai tukang emas dan mengenal baik seni

penulisan dan pelukisan buku. Dia yang harus lebih banyak memecahkan masalah

teknis, menciptakan buku dengan nilai artistik tinggi. Bentuk-bentuk hurufnya seperti

juga barang-barang cetakkannya memperlihatkan penguasaan yang pantas dipuji.

Page 6: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

301

1.3.2. Penyebaran Teknik Mencetak

Pada tahun 1462 kota asal Gutenberg hancur karena perang, sehingga

tukang-tukang cetaknya menyebar ke seluruh Eropa. Dengan demikian terbukalah

rahasia cetak mencetak yang sejak awal mula dijaga dengan baik. Gutenberg sendiri

tinggal di Mainz dan memulai usaha percetakan kecil-kecil kembali namun tanpa

suatu karya besar. Gutenberg meninggal pada tanggal 3 Februari 1468.

Mulai tahun 1462 tersebut teknik dan usaha mencetak menyebar luas ke

seluruh Eropa. Pada tahun 1500 terdapat lebih dari 1.000 perusahaan percetakan.

Diduga sekitar 40.000 buku dan pekerjaan cetak lainnya dikerjakan selama periode

ini. Cetakan pertama dinamakan “inkunabulas” dan karena keindahannya menjadi

barang-barang berharga di museum-museum seluruh dunia.

Gutenberg hanya menggunkan huruf-huruf Gotik, tetapi di Eropa bagian

selatan sudah sejak sekitar tahun 1.500 diukir dan dituang jenis huruf Antiqua yang

pertama. Dari abad ke 15 sampai awal abad 19 perusahaan percetakan telah

didirikan hampir di semua kota besar di Eropa. Percetakan-percetakan terkenal

seperti Claude Garamond di Perancis, John Baskerville di Inggris dan Giambattista

Bodoni di Italia, menciptakan jenis-jenis huruf yang terkenal dan juga merupakan

asal macam-macam tipografi pada zamannya.

Abad ke 19 adalah permulaan dari zaman industrialisasi di Eropa. Segera

perusahaan-perusahaan percetakan mengambil bagian teknik baru ini. Friendrich

K�nig menciptakan mesin cetak kecepatan tinggi (highspeed press) pada tahun

1812. Mesin penyusun (composing machine) dibuat tahun 1846. sejak saat itu tidak

terhitung lagi penyempurnaan-penyempurnaan atas peralatan cetak-mencetak

dikerjakan, teknik baru diciptakan dan dikembangkan dengan cepatnya. Dewasa ini

peralatan mencetak dan mutu cetakan mencapai tingkatan sedemikian tingginya

sehingga sulit sekali untuk dilakukan lagi penyempurnaan.

Page 7: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

302

Latihan-latihan yang terus menerus di segala bidang adalah perlu untuk

menciptakan pengertian, kemauan dan kecintaan kepada perniagaan cetak

mencetak. Percetakan masa sekarang ini tetap bias menjadi sebuah seni, seperti

pernah dicapai selama lebih dari 500 tahun dalam sejarah.

Di Indonesai teks dan keseluruhan ceritera diukirkan pada batu atau dituliskan

di atas papyrus (daun lontar). Situasinya sama seperti di Eropa. Karena kurangnya

pengetahuan cara memperbanyak dan menyimpan, maka hanya beberapa orang

terpelajar saja yang mampu menulis dan membaca.

Pada tahun 1596 pedagang-pedagang Belanda yang pertama mendarat di

Jawa Barat, selanjutnya membentuk “Verenigde Oost Indische Compagnie” (VOC)

pada tahun 1602. Diduga sekitar waktu itu pengetahuan cetak mencetak secara

teknis dibawa ke Indonesia.

Page 8: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

303

BAB 2

PROSES CETAK

2.1. Proses Cetak

roses cetak berarti suatu pekerjaan untuk memproduksi atau menyalin suatu

original dengan menggunakan alat atau mesin yang secara umum disebut

pekerjaan “mencetak”. Yang disebut mencetak disini adalah mencetak teks

atau gambar. Proses cetak umumnya dibagi menjadi empat proses yang bekerja

menurut prinsip-prinsip yang berbeda. Keempat proses tersebut adalah sebagai

berikut:

2.1.1. Cetak Tinggi

Pada proses cetak tinggi, huruf-huruf teks dan gambar lebih tinggi dari pada

unsur-unsur yang tidak dicetak. Rol-rol tinta hanya menyentuh bagian-bagian yang

tinggi dan menyalurkan tintanya. Huruf atau gambar yang dicetak langsung tercetak

ke atas kertas atau ke atas bahan lain dengan tekanan yang kuat. Prinsip tekanan

cetak pada cetak tinggi secara teknis dikerjakan dengan tiga jalan yaitu : mesin cetak

tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, mesin cetak cepat dan mesin

cetak rotasi.

A. Mesin-Mesin Cetak Tangan Horisontal Dan Vertikal

Mesin ini mencetak datar atas datar, berupa kerjasama antara papan besi

penekan (back pressure) dan acuan cetak (teks dan gambar-gambar). Pada cetak

tangan horisontal penekan dan acuan cetak terletak dalam posisi horisontal,

sedangkan pada cetak tangan vertikal posisi penekan dan acuan cetak vertikal.

Karena besi penekan mengepres acuan dengan tekanan paralel, maka perlu

tekanan cetak yang sangat tinggi.

P

Page 9: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

304

Pada cetak tangan vertikal papan penekan bergerak kembali setelah setiap

pengepresan. Pada saat yang bersamaan “acuan” ditintai dan lembaran yang telah

dicetak diganti dengan yang belum dicetak (sistem boston). Sistem ini dipakai untuk

pekerjaan-pekerjaan kecil (jobbing work) dan dimaksudkan untuk pencetakan yang

mengutamakan mutu.

Gambar 2.1. Skema Mesin Cetak Tangan Horisontal dan Vertikal

B. Mesin Cetak Cepat

Sistem ini menggunakan sebuah silinder yang membawa kertas waktu

berputar ke atas acuan cetak yang datar. Karena pengepresan yang menyinggung

saja, maka keseluruhan tekanan yang dibutuhkan dapat dikatakan lebih kecil. Acuan

cetak bergerak ke depan ketika lembaran dengan silinder itu berputar. Sebelum

acuan cetak mengenai lembaran kertas (yang hendak dicetak), rol-rol tinta menintai

acuan ini lebih dahulu. Kertas yang sudah tercetak kemudian terlepas dari gripper an

lewat suatu pita pengeluaran (delivery tape) dihantarkan ke meja pengeluaran

(delivery table).

Page 10: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

305

Gambar 2.2. Skema Proses Cetak Cepat

Mesin cetak cepat adalah mesin cetak tinggi yang paling penting. Pencetakan

buku yang biasa, pekerjaan-pekerjaan yang perlu mutu yang tinggi dan perforasi dan

perlubangan dapat dikerjakan oleh mesin ini.

C. Mesin Cetak Rotasi.

Untuk mesin ini acuan cetak harus bulat yang dibalutkan pada sekeliling

silinder. Silinder acuan cetak dan silinder penekan bergulung satu dengan yang lain,

dan diantara kedua silinder ini dilintaskan kertas. Mesin ini membutuhkan rol-rol

kertas.

Gambar 2.3. Skema Proses Cetak Rotasi

Page 11: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

306

Sistem cetak rotasi adalah sistem untuk pencetakan dalam jumlah besar dan

kurang pas untuk pencetakan yang berkualitas. Biasanya surat kabar harian dan

majalah-majalah dicetak dengan mesin ini. Sistem cetak ini dimungkinkan setelah

penemuan matris kertas. Kapada matris kertas inilah kemudian dilakukan penuangan

timah untuk menghasilkan acuan cetak yang melengkung (berbentuk silinder).

2.1.2. Cetak Anilin (Flexographic Printing)

Proses ini termasuk proses cetak tinggi, karena bagian-bagian cetaknya lebih

tinggi. Perbedaannya ialah mengenai tinta yang dipergunakan. Tinta analin adalah

cairan dan tidak membutuhkan distribusi. Semua mesin analin adalah mesin-mesin

bersilinder dan mempergunakan penyalur kertas.

Acuan cetaknya pada umumnya berupa blok-blok karet seperti stempel karet,

yang dibungkuskan pada silinder. Silinder cetak ini berputar mengenai silinder

penekan. Diantara kedua silinder dilintaskan kertas yang akan dicetak. Mesin-mesin

analin dipakai untuk mencetak bahan-bahan pembungkus, seperti kertas-kertas

sampul, kantongan kertas, kotak karton dan bungkus bahan makanan. Pekerjaan

cetakan yang menghendaki mutu tinggi tidak dapat dicetak pada mesin-mesin anilin.

Gambar 2.4. Skema Proses Cetak Alnilin

Page 12: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

307

2.1.3. Cetak Litografi

Penemu litografi adalah Alois Senefelder, pada tahun 1797. Kata “litografi”

berasal dari dua kata Yunani, lithos (batu) dan graphein (menulis). Litografi adalah

sistem pencetakan secara langsung, maka gambar-gambar dan teks harus dituliskan

secara terbalik (dari belakang ke muka). Gambar, teks atau bentuk lain yang akan

dicetak dapat dipindah-pindahkan ke permukaan batu dengan tangan memakai

kapur litografi, seperti kalau kita menulis atau menggambar. (Teks, blok-blok dicetak

dengan tinta khusus kemudian dipindahkan ke permukaan batu itu).

Kromolitografi dipakai untuk mencetak original-original yang berwarna.

Senimannya memindahkan kontur (garis batasnya/outline) ke atas berupa batu

sesuai dengan berapa banyak warna yang akan dipergunakan untuk pencetakan.

Kemudian seniman itu membuat pemisahan warna seturut selera seni dan

pengetahuannya tentang warna.

Gambar 2.5. Skema Proses Cetak Litografi

Page 13: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

308

2.1.4. Cetak Offset

Oleh karena cetak offset berdasarkan pada proses kimia (saling tolak antara

lemak dan air), cetak offset menggunakan plat-plat logam. Bila dibandingkan dengan

batu (sebagai acuan cetak pada litografi) yang berat, jauh lebih mudah ditangani.

Perbedaan pokok dengan litografi adalah penggunaan plat logam sebagai ganti

penggunaan batu dan pemakaian tambahan silinder untuk lembaran karet (rubber

blanket).

Cetak offset adalah proses cetak tidak langsung. Cetakan mula-mula terjadi

dengan pemindahan bahan cetak dari plat acuan acuan cetak ke sekeliling silinder

yang berselimut lembaran karet. Dari silinder yang berlembaran karet, bahan cetak

itu dipindahkan lagi atau “offset” ke atas kertas.

Sebelum setiap cetakan plat acuan cetak harus diairi dan baru kemudian

diberi tinta masing-masing oleh unit pemberi air dan pemberi tinta yang terdiri dati

rol-rol yang menggulung ke atas plat itu. Penggunaan lembaran karet itu

memungkinkan untuk mencetak dalam jumlah yang sangat banyak dari selembar

plat (tanpa merusaknya) dan mencetak ke atas segala macam kertas baik yang

mempunyai permukaan halus maupun kasar (linen atau kulit jeruk).

Gambar 2.6. Skema Proses Cetak Offset

Page 14: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

309

Disamping mesin cetak offset yang mencetak lembaran-lembaran kertas

terdapat juga mesin cetak offset rotasi (offset rotary press) yang menggunakan

gulungan kertas. Mesin cetak offset dikelompokkan menjadi tujuh, yaitu :

• duplikator kontur

• mesin cetak offset ukuran kecil

• mesin cetak offset ukuran medium

• mesin cetak offset ukuran besar

• mesin cetak multi warna

• mesin perfektor untuk warna tunggal/multi warna

• mesin cetak offset rotasi (satu warna atau multi warna)

Gambar 2.7. Mesin Offset Kecil

Page 15: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

310

Gambar 2.8. Mesin Offset Besar

2.1.5. Cetak Collotype (Cetak Dengan Sinar)

Cetak collotype adalah suatu proses cetak secara foto mekanis yang dipakai

untuk memproduksi foto-foto dan lukisan-lukisan. Sistem ini tidak menggunakan

raster untuk membuat nada lengkap, tetapi menggunakan nada lengkap yang

sesungguhnya, sehingga diperoleh mutu reproduksi yang jauh lebih tinggi bila

dibandingkan dengan proses cetak yang lain.

Semua gambar (baik foto maupun lukisan) harus difoto pada film dan

kemudian dicopy pada selembar plat kaca yang telah dilapisi dengan obat-obatan

yang peka cahaya. Penyinaran yang dibuat lewat selembar negatif akan merubah

lapisan (emulsi) itu sedemikian rupa sehingga menimbulkan butiran-butiran (grain)

yang akan mengeras sendiri. Dari plat kaca ini hanya dapat dicetak jumlah yang

terbatas saja (sekitar 1.000 lembar).

Page 16: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

311

Sistem ini juga tidak menggunakan unit pembasah, tetapi membutuhkan tinta

khusus. Dan semua mesin collotype dikerjakan dengan tangan, dengan jumlah

putaran 600 lembar sehari.

2.1.6. Cetak Fotogravur (Cetak Dalam)

Cetak fotogravur adalah proses cetak dengan pahatan plat tembaga, etsa plat

tembaga dan pahatan plat baja. Semua bagian pencetak, gambar dan teks dietsa

atau dipahat. Setelah itu plat tersebut diberi tinta ke bagian dalamnya. Kemudian plat

tersebut dibersihkan dengan selembar lap atau pada cetak fotogravur dengan

semacam pisau yang disebut “doctor blade”. Tintanya kini hanya tinggal di bagian

dalam (yang lekuk) dan akan dipindahkan ke atas kertas ketika dilakukan

pencetakan.

Bagian-bagian yang dietsa atau dipahat dalam menyimpan tinta dan karena

itu memberi lebih banyak tinta pada permukaan kertas sama dengan bagian-bagian

yang gelap. Bagian-bagian yang kurang dalam (dangkal) hanya menyimpan sedikit

tinta oleh karena itu hanya memberi sedikit tinta kepada permukaan kertas sama

dengan bagian-bagian yang lebih terang.

Kelebihan yang ada pada sistem cetak ini adalah kemungkinan untuk

memproduksi terutama foto-foto dan gambar-gambar dengan banyak tingkatan

warna. Sistem ini digunakan untuk melaksanakan pekerjaan cetak yang punya

banyak foto/lukisan seperti katalog-katalog bergambar dan majalah berilustrasi

dalam jumlah cetakan yang sedang atau besar.

Page 17: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

312

Gambar 2.9. Skema Proses Cetak Fotografur

2.1.7. Cetak Saring / Sablon (Screen Printing)

Cetak ini dikerjakan dengan menggunakan selembar layar saringan (stensil).

Saringan tersebut berupa sejenis kasa terbuat dari bahan nylon atau polyester.

Perbedaan dengan cetak mencetak sistem lain, seperti offset, latterpress, pada cetak

saring ini mempunyai kesederhanaan dalam peralatan, juga biaya cetaknya relatif

murah, tetapi mempunyai beberapa kelebihan, antara lain bisa mencetak pada

bahan plastik, kayu, kulit, kain, kaos, aluminium, kaca dan jenis lainnya.

Gambar 2.10. Proses Cetak Sablon

Page 18: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

313

Cetak saring ini dapat dikerjakan dengan menggunakan tangan, tetapi

sekarang juga sudah dikembangakan mesin setengah otomatis dan mesin otomatis

penuh. Peralatan cetak saring dengan menggunkan tangan terdiri dari:

• sebuah meja dan dilengkapi dengan bingkai cetak (yang mudah diganti)

• sebuah bingkai cetak untuk memegang layar saringan, yang terbuat dari sutra

nylon atau perlon

• peralatan tinta

• tinta cetak saring

Terbentuknya gambar melalui cetak sablon ini ialah karena cat yang

disaputkan pada saringan (sreen), sebagian akan tertahan disebabkan adanya motif

screen yang tertutup, dan sebagian lagi menembus motif terbuka lalu menempel di

atas media yang disablon. Maka terbentuklah gambar yang diinginkan.

Motif screen atau gambar terbuka tertutup pada cetakan kain kasa (screen)

terbentuk melalui tiga cara, yaitu cara afdruk, cara menempelkan lapisan berlubang,

dan cara menggambar langsung pada screen.

2.1.8. Cetak Bromida

Cetak bromida bukan merupakan cara cetak biasa. Cara ini dilakukan dengan

mengkopi dan mengembangkan gambar-gambar fotografi (gambar-gambar poscard)

secara mekanis.

Page 19: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

314

2.2. Ragam Cetakan Yang Umum

Berkembangnya teknik cetak telah banyak membuka usaha percetakan yang

dikelola perongan maupun skala industri. Berbagai jenis kartu, buku, poster dan

barang cetakan lainnya sekarang juga telah banyak dihasilkan. Pada umumnya jenis

barang cetakan yang dikerjakan di percetakan perorangan berbeda dengan barang

cetakan yang dikerjakan di perusahaan percetakan.

Aneka barang cetakan perorangan tersebut antara lain: kartu nama, kartu

berita kelahiran, kartu selamat tahun baru, kartu berita perkawinan/undangan, kartu

berita duka dan kepala surat. Sedangkan aneka barang cetakan yang dikerjakan di

perusahaan percetakan antara lain: kartu usaha, kepala surat, faktur (invoice),

sampul surat, barang-barang periklanan (leaflet, folder, propektus progama/

lembaran acara), poster, surat ijazah, akte (sertifikat), buku dan lain-lain.

Page 20: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

315

BAB 3

BAHAN BAKU PERCETAKAN

3.1. Kertas

ahan baku dalam proses cetak adalah kertas dan tinta cetak. Nama kertas

dalam bahasa Yunani “papyrus”, yaitu suatu tanaman air yang telah

digunakan oleh orang-orang Mesir kuno sebagai bahan untuk tulis menulis.

Dari kata “papyrus” ini diturunkan kata “paper” (bahasa Inggris), dan “papier”

(bahasa Belanda).

Kertas terbuat dari serat-serat (selulosa) batang pohon. Dimana batang pohon

yang terdiri dari selulosa dan lignin dihancurkan dengan suatu alat pengggerus.

Kemudian lignin dipisahkan dari selulosanya. Pada selulosa ditambahkan bahan-

bahan perekat dan pengisi, lalu dicetak dengan alat cetak sehingga menghasilkan

lembaran-lembaran kertas. Lembaran kertas yang masih basah dikeringkan dengan

menggunakan panas matahari.

Pabrik pembuat kertas pertama dibangun di Eropa pada pertengahan abad ke

15. kemudian pada tahun 1799, Louis Robert dari Perancis memperoleh gagasan

untuk membuat sebuah mesin kertas kontinyu (yang dapat menghasilkan kertas

yang tak putus-putus), maka dibuatlah lembaran kertas yang tak putus-putus di atas

jaringan halus kawat yang tak berkeputusan pula. Setelah itu lembaran kertas

tersebut digilas diantara rol-rol dan digulung dalam keadaan basah, kemudian

gulungan kertas diuraikan kembali, dipotong menjadi lembaran-lembaran dan

dikeringkan di loteng.

Pada tahun 1821 untuk pertama kali dipakai sebuah mesin yang dapat dipakai

mengeringkan gulungan kertas (tanpa dipotong-potong dahulu) dengan cara

melewatkannya di antara silinder-silinder yang dipanasi dengan uap. Teknik ini tetap

dipakai sampai sekarang.

B

Page 21: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

316

Berkembanganya teknik pembuatan kertas dan proses finishingnya teah

mengahasilkan bermacam-macam kertas yang biasa dipakai pada industri

percetakan. Macam-macam kertas tersebut antara lain: machine finished printing

paper (MF paper), Kertas licin (calendered paper), kertas berlapis (coated paper) dan

kertas karton.

3.2. Tinta

Tinta cetak pertama kali digunakan oleh orang China yang menemukan kertas

pada tahun 100 – 200 M. Unsur-unsur dasar adalah serbuk karbon yang dilarutkan

dalam lem dan minyak, dipakai dengan sebatang tabung bamboo dan kemudian hari

dengan kuas. Tinta Gutenberg (1440) sedikit berbeda dalam unsur utamanya, terdiri

dari minyak biji rami (70%), vernis lithografi, karbon dari minyak, serbuk tulang dan

unsur tumbuh-tumbuhan (30%).

Tinta cetak modern yang unsur-unsurnya terdiri dari zat warna (pigment),

bahan pengikat (vehicle), bahan pencair (thinner), bahan pengering (drier) dan

pengubah (modifier).

A. Zat Warna (Pigment),

Zat warna adalah unsur dalam tinta yang dapat dilihat sebagai warna, hitam,

putih atau kelabu. Zat warna tertentu adalah unsur an-organik dan organik. Zat

warna an-organik adalah zat warna yang diperoleh secara alami. Karena sulitnya

dikerjakan, dewasa ini sedikit sekali dipakai zat warna alami.

Wiliam Perking (1856), seorang mahasiswa jurusan kimia, menemukan bahan

pewarna sintetis yang pertama. Zat warna an-organik ini diperkenalkan dan kini

banyak dipakai secara meluas dalam pabrik-pabrik tinta cetak. Zat warna ini

kebanyakan dihasilkan dari bahan-bahan kimia ekstrak dari cairan kental batubara,

hasil samping dalam pabrik kokas dan gas bakar dari batubara. Kebanyakan warna

dari spektrum yang dapat dilihat, dapat ditiru dengan zat warna ini.

Page 22: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

317

B. Bahan Pengikat (Vehicle),

Bahan pengikat adalah minyak biji rami yang dikerjakan dalam keadaan

panas dan membentuk ujud “jenang” tinta. Bahan ini memuat zat warna dan

mengikatnya dengan bahan-bahan cetak. Bahan pengikat ini biasanya menentukan

penyediaan, penyebaran, pemindahan dan daya penutupan daripada tinta, juga

merupakan penentu cara /kecepatan pengeringan. Pada tahun-tahun terakhir ini

damar sintetis telah menggantikan minyak pengering.

Untuk fotogravur dipakai suatu bahan pengikat khusus, yaitu menggunakan

alkohol atau aseton, yang menyebabkan tinta mengering dengan cara sebagian

karena penyerapan dan sebagian karena penguapan. Tinta fotogravur cepat

menguap, namun kilaunya kurang dan lagi berbahaya bagi kesehatan serta

merupakan uap yang mudah menimbulkan bahaya kebakaran. Uap obat pelarut

harus disalurkan ke tabung penampungan.

C. Bahan Pencair (Thinner),

Bahan ini membantu kerja pada mesin. Pencair ini biasanya dipisahkan dari

bahan pengikatnya dan mempengaruhi ketahanan, peresapan, penggilapan,

pengeringan dan pelekatan tinta.

D. Bahan Pengering (Drier),

Bahan pengering ini ditambahkan pada tinta cetak untuk membantu

pengeringan secara oksidasi. Kebanyakan bahan pengering berunsur cobalt (bahan

keputih-putihan terdapat pada besi dan nikel), mangan dan timah yang dapat larut ke

dalam berbagai bahan pengikat.

Bahan pengering mengikat kerjanya sejajar dengan peningkatan suhu, maka

dengan begitu tinta lebih cepat mengering pada suhu yang dingin. Kelembaban pada

tingkat tertentu mempengaruhi waktu pengeringan daripada zat warna cetak. Suatu

kelembaban yang cukup tinggi akan meningkatkan kesulian pengeringan.

Page 23: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

318

E. Pengubah (Modifier).

Pengubah, seperti malam dan minyak, mengontrol pengeringan, kekenyalan,

ketahanan, kekilapan dan kemampuan bertahan terhadap gesekan. Kalau bahan

pembungkus mentega, daging, buah, sayur-sayuran dan sebagainya dicetak, maka

bahan pengubah inilah yang digunakan untuk mengatur bau dari tinta.

Gambar 3.1. Berbagai Bahan Untuk Proses Cetak

3.3. Pencampuran Warna

Pencampuran warna pada tinta berarti mencampur beberapa jenis/warna tinta

untuk mendapatkan warna yang lain, atau untuk memperoleh suatu tingkatan warna

yang lebih muda atau yang lebih tua dari pada warna yang telah tersedia. Pada

umumnya warna yang lebih kuat/tua dituangkan sedikit demi sedikit kepada warna

yang lebih muda/lemah, kemudian diaduk supaya merata sampai dicapai tingkatan

warna yang diinginkan.

Page 24: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

319

BAB 4

PROSES PRODUKSI DAN

LIMBAH YANG DIHASILKAN

4.1. Proses Produksi

ecara garis besar proses produksi diawali dengan adanya order/pemesanan

dalam bentuk gambar atau tulisan yang akan dicetak, kemudian dilakukan

proses disain terlebih dahulu. Agar kegiatan sesuai dengan jadwal yang

direncanakan dan dapat mencapai effektivitas dan effisiensi pada proses produksi

yang dimaksud berlangsung tahap demi tahap sebagai berikut:

• Proses disain. Proses disain berlangsung setelah adanya pesanan (order), baik

dalam bentuk gambar atau tulisan. Setelah ada order dilakukan perencanaan

yang lebih teliti.

• Proses setting/ lay out/ penataan huruf. Proses ini dilakukan untuk penataan

huruf dan gambar agar sesuai dengan desain /perencanaan yang telah disusun

sebelumnya.

• Proses reproduksi film. Dalam tahap ini dilakukan pemotretan untuk gambar

dan tulisan yang sudah ditata, selanjutnya diproses dengan menggunakan film

processor sebagai film dan positif. Pada saat proses produksi film ini

mengeluarkan limbah cair.

• Pelat processor. Ini adalah proses pembuatan pelat offset, dimana film yang

sudah jadi dicopy di atas lembaran pelat aluminium dengan menggunakan pelat

processor yang menggunaan campuran bahan kimia dengan tujuan untuk

memperjelas gambar. Pada saat proses pembuatan pelat ini juga menghasilkan

limbah cair.

S

Page 25: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

320

• Proses cetak lembaran dan cetak gulungan. Dalam tahap ini pelat offset

dipotong pada mesin cetak sheet untuk mencetak pada kertas lembaran dengan

menggunakan mesin web untuk mencetak kertas gulungan.

• Proses finishing. Pada proses penyelesaian akhir cetakan dilakukan di atas

lembaran rol-rol kertas tersebut dan dipotong sesuai dengan bentuk pesanan.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan, baru diteruskan dengan penjilidan. Pada

proses finishing ini menghasilkan limbah padat dari potongan kertas.

Secara detail diagram alir proses produksi percetakan dapat sebagi berikut:

Gambar 4.1. Bagan Alir Proses Produksi

ORDER

DESAIN

SETTING/ LAY OUT/ PENATAAN HURUF

REPRODUKSI FILM

PELAT PROCESSOR

WEB (KORAN)

SETTING/ LAY OUT

EKSPEDISI

SHEET (MAJALAH)

Limbah Cair

Limbah Cair

Limbah Cair

Limbah Cair Limbah Cair

Page 26: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

321

Gambar 4.2. Proses Produksi Industri Percetakan

4.2. Limbah Percetakan

Limbah yang dihasilkan industri percetakan berupa limbah cair dan limbah

padat. Limbah padat percetakan terdiri dari :

• kertas potongan penjilidan

• kertas dari kesalahan cetak atau hasil pencetakan yang tidak lolos quality

control

Page 27: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

322

• kain lap mesin cetak yang pada umumnya telah terkontaminasi dengan tinta

atau bahan pelarut/pembersih lainnya

• plastik, dan lain-lain.

Sedangkan limbah cair industri percetakan terdiri dari :

• tinta yang rusak

• bahan pelarut

• bahan pencair

• bahan pengering

Limbah cair ini banyak mengandung bahan kimia berbahaya seperti alkohol

atau aseton dan esternya dan juga mengandung logam berat seperti krom, cobalt

(bahan keputih-putihan terdapat pada besi dan nikel), mangan dan timah yang dapat

larut ke dalam berbagai bahan pengikat.

4.3. Dampak Limbah Industri Percetakan

Sebagian limbah padat industri percetakan seperti kain lap yang terkontaminasi

dengan berbagai pelarut dan tinta mengandung bahan beracun, namun kalau limbah

ini dikelola dengan benar akan aman terhadap lingkungan dan manusia. Sedangkan

limbah kertas dan plastik tidak menimbulkan dampak negatif yang berarti.

Adanya limbah cair yang mengandung berbagai pelarut dan bahan kimia (logam

berat) harus diwaspadai, sebab limbah cair ini dapat bersifat berbahaya dan beracun

bagi manusia maupun lingkungan sekitarnya karena sifat toksiknya. Ada beberapa

dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh berbagai bahan pelarut maupun logam

berat antara lain :

Page 28: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

323

4.3.1. Dampak Atau Efek Pelarut Organik Terhadap Kesehatan

Pelarut organik terdiri dari berbagai jenis zat organik seperti hidrokarbon

aromatik (misalnya benzena), hidrokarbon alifatik (misalnya n-heksan), hidrokarbon

alifatik berklor (misalnya kloroform, CCl4), alkohol, atau glokol dan eternya. Zat-zat

ini digunakan secara luas dalam cat, tinta, tiner, bahan perekat, farmasi, kosmetik dll

sebagai bahan pengikat maupun pengering. Beberapa pelarut terutama digunakan

untuk dry cleaning dan menghilangkan oli pada perlengkapan mesin.

Pembuatan dan penggunaan pelarut yang kurang memperhatikan faktor-

faktor kesehatan dan keselamatan kerja dapat membahayakan kesehatan para

pekerjanya. Selain itu, beberapa diantaranya merupakan komponen barang-barang

rumah tangga, sehingga dapat merupakan bahaya bagi kesehatan para konsumen.

Akhirnya seperti dicatat di atas, masyarakat umum dapat terpejan melalui lingkungan

yang tercemar zat-zat kimia ini.

A. Efek Umum

Kebanyakan pelarut memberikan efek nonspesifik tertentu, antara lain iritasi di

tempat kontak dan depresi SSP.

� Iritasi. Pada suhu kamar pelarut dalam bentuk cair. Bila zat ini bersentuhan

dengan kulit, iritasi mungkin terjadi. Karena pelarut mudah menguap,

penghirupan uapnya dapat menyebabkan iritasi pada saluran napas, dan dapat

pula menyebabkan iritasi mata.

� Depresi SSP. Pada tingkat pajanan yang cukup tinggi, pelarut merupakan

depresan SSP. Manifestasi klinis dimulai dengan disorientasi, perasaan pusing,

dan euforia. Efek yang disebut belakangan menyebabkan penyalah gunaan

beberapa zat kimia ini. Sindroma dapat berkembang menjadi paralisis, ketidak

sadaran dan kejang-kejang. Kematian dapat terjadi.

Page 29: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

324

� Interaksi. Sebagian besar pelarut dapat menjalani biotransformasi dan dapat

meningkatkan aktifitas isozim sitokrom P-450. Karena pelarut sering berada

dalam campuran, interaksi antara zat-zat kimia itu mungkin terjadi. Contoh,

pelarut benzen dapat meningkatkan efek toksik zat lain dengan meningkatkan

bioaktivasinya. Di lain pihak, toksisitas dapat juga berkurang pada campuran

tertentu. Contoh, toulena dapat mengurangi toksisitas dengan cara bersaing

dengan benzen menghambat sistem enzim bioaktivasi (Andrews dan Snyder,

1986). Selain itu, 3-metilkolentran menurunkan efek toksik zat lain dengan

meningkatkan jalur-jalur biotransformasi pengganti, sehingga menurunkan bagian

yang tersedia untuk bioaktivasi.

B. Efek khusus

Selain efek umum yang diuraikan di atas, berbagai jenis efek khusus dapat

muncul akibat pejanan pelarut. Keanekaragaman efek ini jelaslah merupakan akibat

dibentuknya berbagai metabolit reaktif yang berbeda-beda. Beberpa efek khusus

tersebut diuraikan dibawah ini.

� Hati. Etanol dapat merupakan penyebab perlemahan hati dan sirosis hati. Efek ini

tampaknya timbul akibat toksisitas langsung ditambah keadaan kurang gizi yang

biasanya terdapat di antara pecandu alkohol. Berbagai hidrokarbon berklorin

dapat menyebabkan berbagai jenis kerusakan hati, antara lain pelemahan hati

disamping nekrosis hati, sirosis hati, dan kanker hati. Lesi pada hati diinduksi oleh

metabolit reaktif dari pelarut ini. Contoh, metabolit karbon tetraklorida yang paling

mungkin terbentuk adalah radikal triklorometil (Recknagel dan Glene, 1973),

metabolit kloroform adalah fosgen (Pohl, 1979), dan metabolit bromobenzen

adalah epoksidnya (Reid dan Krishna, 1973). Tetapi, sitoksisitas yang berulang

dan regenerasi jaringan kronis dapat menyebabkan karsinogenisitas (Dietz dkk,

1982).

� Ginjal. Hidrokarbon berklorin tertentu, misalnya kloroform dan karbon tetraklorida,

bersifat nefrotoksik selain hepatotoksik. Pada tingkat pajanan yang lebih rendah,

efek ginjal berkaitan dengan fungsi tubnulus, misalnya glokosuria, aminoasiduria,

dan poliuria. Pada tingkat lebih tinggi, mungkin ada kematian sel serta

Page 30: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

325

peningkatan BUN dan anuria. Pada manusia CCl4 terutama mempengaruhi ginjal

bila jalur pajanan adalah lewat penghirupan, sementara hati merupakan organ

sasaran utama bila zat kimia itu dimakan (kluwe, 1981). Etilen glikol juga bersifat

nefrotoksik karena sitotoksitas langsungnya disamping karena penyumbatan

tubulus proksikal oleh kristal dari metabolitnya, kalsium oksalat.

� Susunan syaraf. Terlepas dari pengaruhnya terhadap SSP, hidrokarbon alifatik

dan keton tertentu misalnya, n-heksan dan metil n-butil keton juga mempengaruhi

susunan syaraf perifer. Manifestasi klinis dari polineuropati ini dimulai dengan

rasa baal dan parestesia, disamping kelemahan motorik pada tangan dan kaki.

Secara patologi ini ditandai oleh aksonopati distal. Metabolit reaktif dari dua

pelarut ini adalah 2, 5-heksandion (Di Vincenzo dkk, 1980)

� Sistem Hematopoietik. Benzen merupakan contoh terkemuka pelarut yang

mempengaruhi sistem ini. Zat ini menekan sumsum tulang pada hewan dan

manusia dan menurunkan jumlah eritrosit, leukosit, serta trombosit yang beredar.

Pada manusia yang terpajan benzen, telah terjadi leukimia dan pansitopenia

(Snyder dan Kocsis, 1975). Leukimia belum pernah diamati pada hewan coba di

laboratorium. Tetapi benzen dapat menyebabkan tumor padat pada hewan yang

diberi zat ini (Maltoni dkk 1989).

� Karsinogenesis. Beberapa hidrokarbon berklorin diketahui dapat menimbulkan

tumor hati, dan benzen bersifat karsinogenik pada hewan dan minimbulkan

leukemia pada manusia. Selain itu, dioksan juga merupakan karsinogen hati dan

dapat menimbulkan kanker nasofaring.

� Dietilen glikol menginduksi tumor kandung kemih pada tikus yang diberi pelarut

dalam dosis besar. Pada semua tikus yang mempunyai tumor, ditemukan batu

kandung kemih yang terdiri atas kalsium oksalat, suatu metabolit dari zat kimia

ini. Diantara tikus yang tidak mempunyai batu kandung kemih, tidak ada yang

mempunyai tumor kandung kemih (Fitzhugh dan Nelson, 1946). Karena itu, pelrut

ini juga diduga merupakan karsinogen sekunder.

Page 31: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

326

C. Efek lain.

Degenerasi testis dan cacat kardiovaskuler (CV) pernah terlihat pada hewan

yang terpajan monoetil eter etilen glikol. Metanol dapat merusak retina lewat

metabolitnya dan terutama mempengaruhi bagian yang bertanggung jawab terhadap

penglihatan sentral. Metilen klorida menyebabkan depresi SSP dan iritasi pada mata

dan kulit seperti halnya banyak pelarut lain. Tetapi, zat ini juga menginduksi

karboksiheglobinea karena CO dibentuk dalam biotransformasinya (WHO, 1984).

Kloroform apat menginduksi aritmia jantung, mungkin akibat sensitisasi otot jantung

terhadap epinefrin. Inilah salah satu alasan mengapa kloroform kini tidak lagi dipakai

sebagai anestetik umum.

Ada juga pelarut tertentu yang hampir tidak beracun. Contoh, propilen glikol

mempunyai toksisitas yang rendah, dengan nilai LD50 masing-masing sebesar 32

dan 18 ml/kg pada tikus dan kelinci. Tikus yang diberi pelarut ini pada dosis 1,8 ml/kg

selama 2 tahun tidak menunjukan efek buruk, karenanya zat kimia ini digunakan

sebagai zat tambahan makanan (WHO, 1964). Tetapi, bila zat ini digunakan sebagai

wahana untuk obat, zat ini dapat meningkatkan efek digitalitas dan menginduksi

aritmia jantung (Van Stee, 1982).

4.3.2. Dampak Logam Berat

Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Secara alami logam

ditemukan dan menetap dalam alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat

pengaruh fisikokimia, biologis, atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat

berubah drastis bila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi

manusia karena penggunaannya di bidang industri, pertanian atau kedokteran.

Sebagian logam merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi

biokimia/faali. Di lain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan masysrakat bila

bila terdapat dalam makanan, air, atau udara, dan dapat berbahaya bagi para

pekerja tambang, pekerja peleburan logam dan berbagai jenis industri.

Page 32: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

327

Logam dapat mempengaruhi enzim dan organel subseluler di dalam tubuh

manusia. Kerja utama logam adalah menghambat enzim. Efek ini biasanya timbul

akibat interaksi antara logam dengan gugus SH pada enzim itu. Suatu enzim dapat

juga dihambat oleh logam toksik melalui penggusuran kofaktor logam yang penting

dari enzim. Contoh, timbal dapat menggantikan zink dalam enzim yang bergantung

pada adanya zink, misalnya asam δ-aminolevulinat hidratase (ALAD). Logam juga

dapat menghambat kerja sintesis dari enzim.

Efek toksik logam di dalam organel sub seluler umumnya akibat dari reaksi

antar logam dengan intrasel. Untuk dapat menimbulkan efek toksiknya pada suatu

sel, logam harus memasuki sel. Proses masuknya melintasi membran akan lebih

mudah kalau logam ini bersifat lipofilik, misalnya metil merkuri. Bila logam ini terikat

pada suatu protein, zat ini diserap dengan endositosis. Difusi pasif merupakan cara

masuk yang lain bagi logam. Setelah masuk ke dalam sel, logam dapat

mempengaruhi berbagai organel. Contoh, retikulum endoplasma mengandung

berbagai jenis enzim. Enzim mikrosom ini dihambat oleh banyak logam, misalnya

kobalt, timah, methil merkuri, dan kadmium.

Faktor-faktor yang mempengaruhi toksisitas logam di dalam tubuh antara lain:

• tingkat dan lamanya pajanan

• bentuk kimia logam

• kompleks protein-logam

• faktor pejamu dan

• indikator biologis

Timbal (Pb)

Di alam timbal lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya.

Kadarnya dalam lingkungan meningkat karena penambangan, peleburan,

pembersihan dan berbagai penggunaanya dalam industri. Penggunaan utama dalam

industri misalnya sebagai zat tambahan bahan bakar, pigmen timbal dalam cat dan

tinta, yang merupakan penyebab utama meningkatnya kadar Pb di lingkungan. Air

Page 33: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

328

minum dapat tercemar Pb karena penggunaan pipa berlapis timbal dan pipa PVC.

Peralatan makan berglasur juga merupakan sumber Pb.

Sistem hematopoietik sangat peka terhadap efek Pb. Komponen utama

hemaglobin adalah hem. Hem disentesis dari glisin dan suksinal koenzim A (Ko A),

dengan piridoksal fosfat sebagai kafaktor. Setelah beberapa langkah, zat ini akhirnya

bergabung dengan besi untuk membentuk hem. Langkah awal dan akhir terjadi

dalam mitokondria, sedangkan langkah antara terjadi di sitoplasma. Di antara enzim-

enzim yang terlibat dalam langkah-langkah ini, ada lima yang rentan terhadap efek

penghambatan Pb. Asam δ-aminolevulinat dehidratase (ALAD) dan hem sintetase

(HS) adalah yang paling rentan, sementara asam δ-aminolevulinat sintetase (ALAS),

uroporfirinogen dekarboksilase (UROD), dan koproporfirinogen oksidase (COPROD)

tidak begitu peka terhadap penghambatan Pb. Hanya ada dua enzim yang tidak

dipengaruhi yaitu porfobilinogen daeminase dan uroporfirinogen kosintetase.

Susunan syaraf juga merupakan organ sasaran utama Pb. Setelah tingkat

pajanan tinggi, dengan kadar Pb darah di atas 80 µg/dl, dapat terjadi ensefalopati.

Terjadi kerusakan pada arteriol dan kapiler yang mengakibatkan edema otak,

meningkatnya tekanan cairan serebrospinal, degenerasi neuron, dan perkembang

biakan sel glia. Secara klinis keadaan ini disertai dengan munculnya otaksia, strupor,

koma, dan kejang-kejang. Pada anak-anak sidroma klinis dapat terjadi pada kadar

Pb darah sebesar 70 µg/dl.

Sifat karsinogenik Pb juga telah ditunjukkan pada hewan pengerat, tetapi data

pada manusia dalam hal ini sedikit (IARC, 1980). Pb juga mengganggu fungsi

reproduksi, terutama melalui gametotoksisitas pada hewan betina yang mengakibat-

kan kemandulan, aborsi dan kematian neonatal. Anak-anak kecil mungkin terpajan

pada kadar Pb yang lebih tinggi, seperti diterangkan di atas. Selain itu, anak kecil

dan janin yang belum lahir juga lebih peka terhadap toksisitas logam ini.

Senyawa timbal organik, misalnya tetraetil timbal dan tetrametil timbal dengan

mudah diserap setelah penghirupan dan pajanan kulit dan segera memasuki SSP

dan menyebabkan ensefalopati.

Page 34: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

329

Kromium (Cr)

Logam ini digunakan untuk membuat baja anti karat, berbagai aloi dan pigmen

(pewarna). Kromium bersifat karsinogen terhadap manusia, yang menginduksi

kanker paru-paru diantara pekerja yang terpajan logam ini. Karsinogenisitas kromium

biasanya disebabkan oleh Cr heksavalen (Cr6+ ) yang bersifat korosif dan tidak larut

dalam air. Diduga Cr6+ yang lebih mudah diambil oleh sel, berubah menjadi Cr3+

dalam sel. Ion Cr trivalen yang secara biologis lebih aktif, mengikat asam nukleat dan

melalui proses karsinogenesis. Cr6+ bersifat korosif dan menyebabkan ulkus pada

saluran hidung dan kulit. Zat ini juga menginduksi reaksi hipersensitivitas pada kulit.

Secara akut, Cr6+ menginduksi nekrosis tubulus ginjal.

Kobalt (Co), Tembaga (Cu), dan Besi (Fe)

Kobalt (Co), tembaga (Cu), dan besi (Fe) semuanya merupakan unsur logam

esensial yang dibutuhkan agar eritrosit dapat berkembang secara tepat. Besi

merupakan suatu komponen hemaglobin, dan Cu mempermudah penggunaan Fe

dalam sintesis hemaglobin. Karena itu kekurangan logam-logam ini akan

menyebabkan anemia hipokromik mikrositik. Kobalt merupakan komponen vitamin

B12 yang dibutuhkan dalam perkembangan eritrosit. Kekurangan vitamin ini akan

menyebabkan anemia pernisiosa.

Asupan Co yang terlalu banyak menyebabkan polisitemia, produksi eritrosit

yang berlebihan dan kardiomiopati. Penyimpanan Cu yang berlebihan dalam tubuh

bukan merupakan akibat kelebihan pajanan Cu, tetapi merupakan penyakit genetik

(penyakit Wilson). Tembaga terkumpul dalam otak, hati, ginjal dan kornea. Karena

itu, manifestasi klinisnya berkaitan dengan kelainan pada organ-organ ini. Kelebihan

pajanan Fe dapat disebabkan oleh asupan Fe yang terlalu banyak atau seringnya

transfusi darah. Kelebihan Fe diendapkan sebagai hemosiderin terutama dalam hati,

dan menyebabkan gangguan fungsi hati. Pajanan Co di tempat kerja menyebabkan

iritasi pernapasan dan reaksi hipersensitivitas kulit.

Page 35: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

330

Mangan (Mn)

Mangan (Mn) dan molibdenum merupakan kofaktor dalam beberapa sistem

enzim, misalnya fosforilase, xantin oksidase dan aldehid oksidase. Tetapi logam ini

demikian banyak terdapat dalam diet manusia, sehingga tidak pernah dilaporkan

adanya kasus sindroma defisiensi. Logam ini dipergunakan untuk berbagai jenis

penggunaan industri, terutama untuk membuat aloi baja tahan suhu tinggi.pajanan

Mn di tempat kerja secara akut menyebabkan pneumonitis dan secara kronis

ensefalopati. Pada hewan pajanan berlebihan terhadap Mn secara oral

menyebabkan gangguan saluran cerna diikuti dengan degenerasi lemak pada hati

dan ginjal.

Page 36: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

331

BAB 5

PENGELOLAAN LIMBAH PERCETAKAN

5.1. Limbah B3

ang dimaksud dengan limbah B3 disini adalah “setiap limbah yang

mengandung bahan berbahaya dan /atau beracun yang karena sifat

dan /atau konsentrasinya dan /atau jumlahnya, baik secara langsung

maupun tidak langsung dapat merusak dan /atau mencemarkan lingkungan

hidup dan /atau membahayakan.”

5.2. Bagaimana Menentukan Limbah Masuk Dalam Kategori

Limbah B3 ?

Untuk menentukan suatu limbah masuk dalam kategori limbah B3, jika dapat

dilakukan dengan melihat daftar limbah B3 atau dengan suatu analisis kimia dan

biologis. Jika jenis dari limbah sudah diketahui, maka dapat dilakukan dengan

mencocokan jenis limbah dengan daftar lampiran PP. No. 18 jo PP No. 85 tahun

1999 tentang “Pengelolaan Limbah Berbahaya”.

Jika sifat limbah dikatahui maka dapat dilakukan dengan malihat apakah

limbah tersebut masuk dalam salah satu kategori dari limbah B3. Jika limbah tidak

termasuk dalam keduanya tersebut, maka limbah tersebut bukan limbah B3. Secara

sistematis tahapan pengklasifikasian limbah tersebut sebagai berikut :

a. identifikasi jenis limbah yang dihasilkan,

b. mencocokkan jenis limbah dengan daftar jenis limbah B3, apabila termasuk

dalam daftar maka limbah tersebut termasuk dalam kelompok limbah B3,

Y

Page 37: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

332

c. apabila jenis limbah tidak termasuk dalam daftar jenis limbah B3, maka

pemerikasaan dilanjutkan apakah masuk dalam karakteristik: mudah meledak,

mudah terbakar, beracun, bersifat reaktif, menyebabkan infeksi atau bersifat

korosif.

d. apabila tidak termasuk dalam daftar jenis limbah B3 dan tidak memiliki

karasteristik sebagaimana tersebut huruf c, maka dilakukan uji toksikologi.

Diagram alir cara mengklasifikasikan limbah B3 dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab 4, bahwa limbah yang dihasilkan oleh

industri percetakan banyak mengandung logam berat (Co, Cr, Mn, Pb, Fe) dan

berbagai pelarut organik yang banyak digunakan pada bahan baku dan bahan

pembantu industri percetakan. Berbagai pelarut dan logam berat tersebut dapat

mengakibatkan berbagai dampak negatif yang membahayakan bagi lingkungan dan

kesehatan manusia seperti yang telah dijelaskan pada bab 4 di depan.

Berdasarkan klasifikasi yang ada dan sesuai dengan PP No. 18 jo PP No. 85

tahun 1999, maka limbah industri percetakan termasuk dalam daftar lampiran limbah

B3. Disamping itu limbah industri percetakan juga mempunyai sifat mudah terbakar

dan bersifat tosik. Dengan kedua kriteria tersebut maka limbah industri percetakan

termasuk dalam klasifikasi limbah B3, sehingga harus dikelola secara khusus sesuai

dengan peraturan perundangan yang telah ditetapkan oleh Kemetrian Lingkungan

Hidup dan Kepala Bapedal (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan).

Page 38: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

333

Gambar 5.1. Cara Pengklasifikasian Limbah B3

Page 39: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

334

5.3. Pengelolaan Limbah B3

Pengawasan limbah B3 adalah suatu upaya yang meliputi pemantauan

pentaatan persyaratan serta ketentuan teknis dan administratif oleh penghasil,

pemanfaat, pengumpul, pengolah termasuk penimbun limbah B3. Sedangkan yang

dimaksud pemantauan di sini adalah kegiatan pengecekan persyaratan-persyaratan

teknis-administratif oleh penghasil, pengumpul, pemanfaat, pengolah termasuk

penimbun limbah B3.

Sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan

Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata

Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di

Daerah, maka pengawasan dalam pelaksanaan pengelolaan limbah B3 dapat

dikelompokkan kedalam tiga kewenangan, yaitu kewenangan Pemerintah Daerah

Tingkat II, kewenangan Pemerintah Daerah Tingkat I dan kewenangan Bapedal.

5.3.1. Pengelolaan Limbah B3 Oleh Pemda Tingkat II

Pengawasan dalam pelaksanaan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Tingkat II meliputi:

a. Memasyarakatkan peraturan tentang pengelolaan limbah B3;

b. Melakukan inventarisasi Badan Usaha yang menghasilkan limbah B3;

c. Inventarisasi Badan Usaha yang memanfaatkan limbah B3;

d. Inventarisasi Badan Usaha yang melakukan pengolahan dan penimbunan limbah

B3;

e. Membantu BAPEDAL dalam pemantauan terhadap Badan Usaha yang diberikan

ijin pengelolaan limbah B3 oleh BAPEDAL;

f. Memberikan teguran peringatan pertama terhadap kegiatan/usaha yang tidak

mentaati ketentuan dalam pengelolaan limbah B3 dan teguran berikutnya serta

penerapan sanksi oleh BAPEDAL;

g. Melaporkan kepada BAPEDAL cq. Direktorat Pengelolaan Limbah B3, mengenai

lokasi penimbunan dan pembuangan limbah B3 di daerah yang tidak memenuhi

ketentuan.

Page 40: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

335

Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah B3 yang telah

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah ini harus dilaporkan ke BAPEDAL cq.

Direktorat Pengelolaan Limbah B3, untuk tujuan pengelolaan limbah B3 secara

terpadu di Indonesia.

5.3.2. Pengelolaan Limbah B3 Oleh Pemda Tingkat I

Pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Tingkat I meliputi:

a. Penghasil limbah B3 yang berpotensi mengakibatkan pencemaran yang melintasi

lintas batas Tingkat II, pengawasannya menjadi tugas dan tanggung jawab

Pemda Tingkat I.

b. Mengkoordinasikan pemasyarakatan peraturan tentang pengelolaan limbah B3

kepada Dinas Lingkungan Hidup Tingkat II (Bapedalda Tingkat II) di wilayah yang

bersangkutan.

c. Penghasil limbah B3 yang berpotensi mengakibatkan pencemaran yang melintasi

lintas batas Tingkat I, pengawasannya menjadi tugas dan tanggung jawab

Bapedal Wilayah.

5.3.3. Pengelolaan Limbah B3 Oleh BAPEDAL

Pengawasan pelaksanaan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh

BAPEDAL / Bapedal Wilayah meliputi:

a. Mengkoordinasikan pemasyarakatan peraturan tentang pengelolaan limbah B3;

b. Mengkoordinasikan pemberian bimbingan teknis, laboratorium dan penjelasan

pedoman-pedoman pengelolaan limbah B3;

c. Mengkoordinasikan pemberian bimbingan teknis dan penjelasan pengisian

formulir tata cara permohonan ijin pengelolaan limbah B3 kepada Pemerintah

Daerah;

d. Atas permintaan Direktorat Pengelolaan Limbah B3, membantu Direktorat

Pengelolaan Limbah B3 dalam upaya pemantauan pelaksanaan perizinan

pengelolaan limbah B3 bersama-sama Direktorat Pengelolaan Limbah B3;

Page 41: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

336

e. Membantu Direktorat Pengelolaan Limbah B3 dalam upaya pemantauan

terhadap masuknya limbah B3 di pelabuhan setempat atas permintaan Direktorat

Bea dan Cukai.

5.3.4. Pengelolaan Limbah B3 Secara Terpadu

Pengelolaan limbah B3 secara terpadu dan menyeluruh harus dilaksanakan

bersama-sama antara Bapedal, Pemda dan Badan Usaha yang dapat diwujudkan

dalam suatu ”Program Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah B3” yang selanjutnya

disingkat dengan program KENDALI B3. Tujuan dari program KENDALI B3 adalah :

a. Terkendalinya pencemaran lingkungan;

b. Terkendalinya pembuangan limbah B3 ke lingkungan tanpa pengolahan;

c. Mendorong pelaksanaan upaya minimalisasi limbah B3 melalui kegiatan

pengurangan limbah pada sumbernya, penggunaan kembali, daur ulang dan

pemanfaatan kembali;

d. Tercapainya kualitas lingkungan yang baik;

e. Ditaatinya ketentuan-ketentuan pengelolaan limbah B3.

Sedangkan sasaran dari program KENDALI B3 adalah:

a. Terciptanya sistem pengelolaan limbah B3 yang berdaya guna dan berhasil guna;

b. Meningkatkan kemampuan aparat pemerintah baik di daerah maupun pusat

dalam pengawasan pengelolaan limbah B3.

Ada tiga anggota dalam pelaksanaan program KENDALI B3, yaitu Pemda,

Bapedal dan Badan Usaha. Badan Usaha mana yang harus/wajib ikut dalam

program ini harus mempunyai kriteria yang jelas atau dalam proses penentuannya

jelas. Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk menetapkan Badan Usaha

mana yang wajib ikut dalam program KENDALI B3, yaitu:

Page 42: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

337

a. Identifikasi, yaitu identifikasi Badan Usaha yang berpotensi menghasilkan

limbah B3,

b. Daftar Pertanyaan, kepada Badan Usaha yang berpotensi menghasilkan

limbah B3 dikirimkan daftar pertanyaan tentang pengelolaan limbah B3 oleh

Bapedalwil atau Pemda.

c. Peninjauan Lapangan, untuk memastikan kondisi pengelolaan limbah B3,

maka dilakukan kunjungan pemantauan awal oleh Bapedal bersama dengan

Pemerintah Daerah.

d. Penetapan, dari evaluasi daftar pertanyaan dan hasil kunjungan ditetapkan

Badan Usaha prioritas sebagai peserta program KENDALI B3 oleh Bapedal

berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Setelah suatu Badan Usaha ditetapkan sebagai peserta program KENDALI

B3, maka perlu dibuat suatu kesepakatan bersama untuk melakukan pengelolaan

limbah B3 yang ada. Bapedal atau Bapedalwil akan melakukan pembinaan teknis

kepada Badan Usaha peserta program Kendali B3, sedangkan pemantauannya

dilakukan bersama-sama antara Bapedal dan Pemda setempat guna memantau

pelaksanaan pengelolaan limbah B3 yang telah dilaksanakan oleh Badan Usaha

peserta Program Kendali B3.

Dari hasil pemantauan dilakukan evaluasi terhadap pengelolaan limbah B3

yang telah dilaksanakan oleh Badan Usaha peserta program. Bagi Badan Usaha

yang telah melakukan penataan diberikan penghargaan berupa sertifikat

pengelolaan limbah B3 sesuai dengan peringkatnya. Bagi Badan Usaha yang masih

dalam tahap penyempurnaan pengelolaan limbah B3 terus diberikan pembinaan, dan

bagi Badan Usaha yang tidak melakukan pengelolaan limbah B3 diberikan sanksi

sesuai dengan aturan yang ada dan berlaku. Untuk lebih jelasnya penentuan badan

usaha yang wajib ikut dalam program KENDALI B3 dapat dilihat pada skema berikut:

Page 43: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

338

Penetapan Badan Usaha Yang Wajib Ikut Dalam Program Kendali B3

Gambar 5.2. Diagram Alir Proses Penentuan Badan Usaha Yang Wajib Ikut

Dalam Program KENDALI B3

Page 44: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

339

5.4. Teknologi Pengolahan Limbah Industri Percetakan

Jika limbah yang masuk dalam kategiri limbah B3 dibuang langsung ke

lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia

serta makhluk hidup lainnya. Bahaya yang ditimbulkan dari limbah ini dapat

berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama. Mengingat resiko yang

ditimbulkan tersebut maka perlu diupayakan agar limbah industri percetakan dapat

dikelola dan diolah sesuai dengan sifat dan karakteristiknya sehingga

keberadaannya tidak akan menimbulkan dampak negatif yang merugikan.

Tujuan dari pengolahan limbah industri percetakan, adalah untuk mengubah

jenis, jumlah dan karakteristik limbah supaya menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak

beracun atau jika memungkinkan agar limbah percetakan dapat dimanfaatkan

kembali (daur ulang). Penerapan sistem pengolahan limbah percetakan harus

disesuaikan dengan jenis dan karakteristik dari limbah yang akan diolah. Pemilihan

proses pengolahan, teknologi dan penerapannya juga didasarkan atas evaluasi

kriteria yang menyangkut kinerja, keluwesan, kehandalan, keamanan operasi dari

teknologi yang digunakan, dan pertimbangan lingkungan juga bertujuan agar biaya

pengolahannya dapat efisien dan hasil olahannya dapat memenuhi kriteria yang

diinginkan.

Ada beberapa teknik pengolahan limbah percetakan yang direkomendasikan,

antara lain dengan proses kimia, pembakaran suhu tinggi (insenerasi), elektro

plating, destilasi dan destruksi suhu tinggi, yang mana penerapannya harus

disesuaikan dengan karakteristik dari limbah yang diolah.

5.4.1. Proses Kimia (Oksidasi-Reduksi)

Oksidasi adalah reaksi kimia yang akan meningkatkan bilangan valensi materi

yang bereaksi dengan melepaskan elektron. Reaksi oksidasi selalu diikuti dengan

reaksi reduksi. Reduksi adalah reaksi kimia yang akan menurunkan bilangan valensi

materi yang bereaksi dengan menerima elektron dari luar. Reaksi kimia yang

Page 45: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

340

melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi ini dikenal dengan reaksi redok. Reaksi redok

dapat merubah bahan pencemar yang bersifat racun menjadi tidak berbahaya atau

menurunkan tingkat/daya racunnya.

5.4.2. Insenerator

Insenerator adalah alat untuk membakar sampah padat. Insenerator sering

digunakan untuk mengolah limbah B3 yang memerlukan persyaratan teknis

pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Supaya dapat menghilangkan sifat

bahaya dan sifat racun bahan yang dibakar, insenerator harus dioperasikan pada

kondisi di atas temperatur destruksi dari bahan yang dibakar.

Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3

yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. Ukuran,

disaint dan spesifikasi insenerator yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik

dan jumlah limbah yang akan diolah. Insenerator dilengkapi dengan alat pencegah

pencemar udara untuk memenuhi standar emisi.

Abu dan asap dari insenerator harus aman untuk dibuang ke lingkungan.

Kualitas hasil buangan (asap dan abu) banyak dipengaruhi oleh jenis dan

karakteristik bahan yang dibakar serta kinerja dari insenerator yang digunakan.

Untuk mencapai kondisi yang diinginkan, (dapat mendestruksi limbah menjadi CO2,

H2O dan Abu) diperlukan suatu insenerator yang dapat bekerja dengan baik yang

dilengkapi dengan suatu sistem kontrol pengendalian proses pembakaran agar dapat

dipastikan bahwa semua bahan dapat terbakar pada titik optimum pembakarannya

dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian teknologi

insenerator yang akan digunakan harus dapat mengatasi semua permasalahan

dalam pembuangan dan pemusnahan limbah B3.

Page 46: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

341

5.4.3. Elektrolisis

Prinsip dasar pengolahan limbah ini sama seperti pada prinsip pelapisan

logam secara listrik, yaitu dengan penempatan ion logam yang ditambah elektron

pada logam yang dilapisi, yang mana ion-ion logam tersebut didapat dari anoda dan

eletrolit yang digunakan. Pada pengolahan limbah ini, limbah yang mengandung

logam terlarut bertindak sebagai elektrolit. Logam-logam terlarut yang telah

bermuatan listrik akan tertarik oleh katoda dan menggumpal sehingga terpisahkan

dari cairannya. Cairan yang telah bebas logam terlarut selanjutnya diproses dengan

teknologi lain untuk menghilangkan sifat racunnya.

Secara eletro kimia, prinsip prosesnya dapat dilihat pada diagram sebagai

berikut :

Mn+ + n e- ���� Mo

Gambar 5.3. Skema Proses Elektro Kimia

5.5. Pengolahan Limbah Padat Industri Percetakan

Industri percetakan juga banyak menghasilkan limbah padat. Limbah padat

yang dihasilkan antara lain kertas, kain lap yang sudah terkontaminasi (tinta, pelarut,

pelumas dll). Limbah kertas pada umumnya dapat dimanfaatkan kembali atau didaur

ulang sebagai bahan baku produksi kertas tisu atau untuk kertas kerajinan.

Page 47: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

342

Limbah padat kain yang telah terkontaminasi dapat menimbulkan pencemaran

terhadap lingkungan, sebab bahan kontaminan yang ada pada umumnya masuk

dalam kategori bahan berbahaya. Untuk menghindari terjadinya pencemaran akibat

limbah padat ini, maka kain lap bekas dari industri percetakan harus dikelola dengan

baik. Pengelolaan dapat dilakukan bersama-sama dengan kegiatan yang

menghasilkan limbah yang sejenis. Limbah padat ini ditempatkan pada suatu wadah

dan dihindari terjadinya kontak dengan udara terbuka maupun air hujan.

Jika terjadi kontak dengan udara secara langsung, maka kontaminan bahan

pelarut pada kain lap bekas dapat menguap ke udara bebas dan menimbulkan

pencemaran udara. Jika terjadi kontak dengan air hujan, maka bahan kontaminan

yang menempel pada kain lap dapat larut dan terbawa oleh aliran air sehingga akan

mencemari lingkungan sekitarnya.

Pewadahan harus tertutup dan dalam selang waktu tertentu diangkut untuk

dibakar dengan insenerator. Limbah jenis ini, biasanya dihasilkan dalam jumlah yang

relatif kecil, sehingga jika setiap industri percetakan akan melakukan pembakaran

dengan insenerator sendiri akan memerlukan biaya investasi maupun operasional

yang lebih mahal. Untuk mengatasi hal ini, maka pembakaran dapat dilakukan

bersama dengan para penghasil limbah yang sejenis dan yang telah memiliki fasilitas

insenerasi, seperti rumah sakit.

Gambar 5.4. Foto Insenerator

Page 48: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

343

Dalam paradigma baru sampah dapat dilihat sebagai sumber daya. Konsep

pengelolaan sampah paradigma baru itu ialah dengan konsep 3R (reduce, reuse,

dan recycle). Termasuk juga kertas, yang tadinya hanya dianggap sebagai sampah

kini telah mulai dilihat sebagai salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan,

sehingga pemilihan dan penggunaannya pun harus dilakukan secara bijak. Kegiatan

mengurangi (reduce) pemakaian kertas dapat berupa sikap menghindari pemakaian

kertas yang boros. Sedangkan untuk guna ulang (reuse), misalnya, kertas atau box

karton yang telah kita pakai bisa dipakai kembali untuk keperluan lain. Untuk daur

ulang (recycle) sampah kertas bisa dijadikan art paper atau untuk bahan baku pulp

kualitas rendah.

Sementara itu, agar sampah kertas dapat dimanfaatkan secara optimal proses

pemilahan sampah kertas sebaiknya dilakukan langsung di sumbernya. Tanpa

terpilah terlebih dahulu sampah kertas akan bercampur dengan sampah jenis lainnya

sehingga akan mudah terdekomposisi atau hancur. Akibatnya sampah kertas

tersebut tidak dapat dimanfaatkan atau didaur ulang lagi. Pemilahan sampah kertas

di sumbernya perlu dioptimalkan entah itu di rumah tangga, pertokoan, perkantoran

atau industri yang memakai kertas. Peran aktif masyarakat merupakan kunci utama

dalam proses pemilahan. Penyebaran informasi tentang pentingnya pemilahan

sampah kertas dapat dilakukan dalam bentuk penyuluhan, brosur, dsb. Kegiatan

penyebaran informasi sebaiknya dilakukan oleh pemerintah.

Tindak lanjut setelah terpilahnya sampah kertas adalah menjualnya langsung

ke lapak atau memanfaatkannya menjadi kertas daur ulang atau art paper. Daur

ulang kertas sebaiknya juga terintegrasi dengan kegiatan pemanfaatan jenis sampah

yang lain seperti plastik, logam, sampah organik yang terintegrasi dalam bentuk

industri kecil daur ulang (IKDU) sampah. Dalam IKDU, keterlibatan aktor-aktor pelaku

pengelolaan sampah sangat penting. Aktor-aktor pelaku tersebut antara lain

pemerintah, masyarakat umum, LSM, pengusaha daur ulang, dan pemulung. Aktor-

aktor pelaku tersebut harus mempunyai peranan yang seimbang dalam mendukung

pengelolaan sampah.

Page 49: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

344

5.6. Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

Limbah cair dari kegiatan cuci cetak foto banyak mengandung krom. Krom

valensi enam (krom heksavalen) merupakan bahan kimia yang sangat beracun,

sehingga keberadaannya di dalam limbah harus ditangani dengan sangat hati-hati.

Untuk menurunkan tingkat racun dari krom heksavalen ini dapat dilakukan dengan

mengadakan reaksi redok. Krom heksavalen dapat direduksi menggunakan sulfur

dioksida (SO2) menjadi krom trivalen yang mempunyai tingkat/daya racun jauh lebih

rendah dari pada krom heksavalen. Krom trivalen lebih aman dari pada krom

heksavalen sehingga lebih dapat diterima di lingkungan. Reaksi dasar dari krom ini

adalah sebagai berikut:

SO2 + H2O � H2SO3

2 CrO3 + 3 H2SO3 � Cr2(SO4)3 + 3 H2O

Cr2(SO4)3 + 3 Ca(OH)2 � 2 Cr(OH)3 + CaSO4

Limbah yang berbentuk cair mudah masuk ke dalam tanah maupun periran

umum. Mobilisasi limbah ini sangat cepat dengan jangkauan yang luas karena

limbah cair mudah sekali terbawa oleh aliran alir yang ada. Dengan adanya sifat

yang demikian ini maka pengawasan limbah cair lebih sulit untuk dilakukan dari pada

yang berbentuk padat. Mobilisasi limbah yang cepat dan luas ini juga

mengakibatkan limbah ini akan mudah sekali masuk ke dalam jarring-jaring rantai

makanan, yang pada akhirnya akan masuk ke dalam tubuh manusia.

Limbah cair industri percetakan harus ditampung dengan menggunakan alat

penampungan khusus dan terhindar dari kotoran lainnya, sebab adanya bahan

pengotor lain dapat mennganggu dalam proses elektrolisis sehingga dapat

meningkatkan biaya pengolahannya. Alat penampungan limbah cair harus dibuat

dari bahan yang tahan terhadap karat dan tertutup rapat, bersih dan diberi label

‘LIMBAH BERACUN” serta dipasang label yang menunjukkan bahwa isi dalam

kemasan merupakan bahan yang beracun.

Page 50: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

345

Bahan kemasan dapat terbuat dari jerigen plastik yang kuat, sementara label

dapat terbuat dari kertas yang disablon sehingga warnanya tidak luntur atau di cat

langsung ke kemasan. Jauhkan kemasan dari jangkauan anak-anak dan binatang

peliharaan serta nyala api. Dalam jangka waktu tertentu limbah ini dapat dikirim ke

perusahaan pengolahan limbah cair B3 secara langsung atau lewat perusahaan

pengumpul limbah B3.

Gambar 5.6. Label Kemasan Limbah Beracun

Pengolahan limbah cair yang mengandung logam dapat dilakukan dengan

teknik elektrolisis guna mengambil kembali kandungan logam yang ada. Logam hasil

pemisahan ini dapat dimanfaatkan kembali atau untuk membuat produk lain yang

bermanfaat. Cairan hasil pemisahan logam dipanaskan di dalam boiler kemudian

dipekatkan dengan evaporator. Sludge hasil pemekatan dari evaporator dikeringkan

dalam drum dryer kemudian disimpan dan dikirim ke landfill /unit penimbunan limbah

B3. Uap dari evaporator sebelum dibuang discrubber terlebih dahulu untuk

melarutkan bahan berbahaya yang kemungkinan masih terikut di dalam uap

tersebut. Uap yang telah discrubber kemudian di bakar dengan menggunakan

insenerator, baru kemudian dibuang ke lingkungan. Diagram alir teknik pengolahan

limbah B3 cair tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Page 51: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

346

Gambar 5.7. Diagram Alir Teknik Pengolahan Limbah Cair B3

Page 52: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Ir. Setiyono, M.Si.

347

BAB 6

PENUTUP

uku panduan ini disusun untuk memberikan gambaran kepada para pemilik

industri percetakan agar dapat melakukan pengelolaan lingkungan kerjanya

sehingga dapat mewujudkan suatu industri yang bersih dan dapat

membantu upaya pelestarian lingkungan dengan melakukan kegiatan yang

berwawasan lingkungan. Upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang dimuat dalam

buku ini disusun berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, sedangkan

contoh-contoh yang ada dibuat sederhana dengan tujuan agar para pengusaha

dapat melakukan pengelolaan limbahnya dengan mudah.

Meskipun disini hanya disajikan contoh-contoh pengelolaan lingkungan yang

sederhana, tetapi kami mengharapkan dari waktu ke waktu para pengusaha dapat

menigkatkan upaya pengelolaan limbahnya dengan teknologi yang lebih baik untuk

menghadapi era globalisasi nanti.

Untuk industri percetakan yang berskala besar dan mencakup berbagai

kegiatan untuk mendukung usahanya sehingga menghasilkan limbah dalam jumlah

yang besar, maka dia dapat bertindak sebagai koordinator atau pihak penyedia jasa

pengolahan limbah bagi industri-industri percetakan yang kecil. Dengan adanya

pihak-pihak yang peduli terhadap pengelolaan limbah percetakan, maka pencemaran

lingkungan akibat limbah B3 dapat ditekan sehingga beban lingkungan akan lebih

ringan untuk melakukan purifikasi akibat pencemaran.

Demikian dari penulis, kami mengucapkan terimakasih kepada Pemda

Samarinda, Direktur P3TL BPP Teknologi dan semua pihak yang telah membantu

dalam penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini

masih banyak kekurangannya, oleh karena itu segala kritik dan saran dari para

pembaca saya terima agar penyusunan berikutnya dapat menjadi lebih baik.

B

Page 53: BAGIAN 5 Teknologi Pengelolaan Limbah Industri Percetakankelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuLimbahCairIndustri/05cetak.pdf · tangan horizontal dan mesin cetak tangan vertical, ... dan

Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri Percetakan

348

DAFTAR PUSTAKA

1. “Perihal Cetak Mencetak”, Scheder Georg, Kanisius, 1997.

2. “Pengelolaan Sampah Kertas di Indonesia”, Wahyono, Jurnal Tekonologi

Lingkungan, Vol. 2 edisi 3, BPP Teknologi, 2001.

3. “Petunjuk Umum tentang Penanggulangan Pencemaran Industri Percetakan”,

Dinas Perindusrian DKI Jakarta, Jakarta 1995.

4. ”Sistem Pengelolaan Limbah B3 di Indonesia”, Setiyono, Pusat Pengkajian dan

Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL), Deputi Bidang TIEML, BPP Teknologi,

2002

5. “Teknik Membuat Klise Sablon”, Karman S. Drs. Effhar & Dahara Prize.

.