Bag 01 - Kota Ekologis

download Bag 01 - Kota Ekologis

of 59

Transcript of Bag 01 - Kota Ekologis

BAGIAN 1BAGAIMANA MEWUJUDKAN KOTA EKOLOGIS

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Konsepsi dan Prinsip Kota Ekologis Tata Ruang Jaringan Air Bersih dan Sanitasi Ruang Terbuka Hijau Penanganan Sampah Perkotaan Transportasi Penataan Kawasan Historis dan Bersejarah Pencegahan dan Mitigasi Bencana

1. Konsepsi dan Prinsip Kota Ekologis

1.1 PengertianKota ekologis adalah satu pendekatan pembangunan kota yang didasarkan atas prinsip-prinsip ekologis. Pendekatan ini dipilih sebagai jawaban atas semakin memburuknya kondisi lingkungan kota karena pendekatan pembangunan yang lebih berorientasi pada kepentingan ekonomi jangka pendek. Kota Ekologis mempunyai kesamaan dengan konsepsi kota yang berkelanjutan, yang menekankan pentingnya menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam pembangunan kota. Kota Ekologis juga mempunyai pandangan jauh ke depan, bahwa Pembangunan kota harus mempertimbangkan keberlanjutan atau masa depan kota. Kota yang berkelanjutan adalah kota yang bertumpu pada komunitas yang adil, sehat dan produktif, didukung oleh lingkungan yang kondusif Kota Ekologis adalah kota yang efisien dalam penggunaan sumber daya kota. Hal ini dapat dilakukan dengan menekan penggunaan sumberdaya, meminimalkan jumlah limbah dan mengurangi air, udara, tumbuhan, fauna, pantai ataupun danau) dengan komponen buatan (jalan, bangunan, jembatan, dan jaringan sarana-prasarana kota), bangunan, jembatan, dan jaringan sarana-prasarana kota). Pada tataran praktisnya, konsep kota ekologis tadi diterjemahkan dalam prinsip-prinsip kota ekologis yakni: Mengintegrasikan komponen alam dan buatan Efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya kota Minimalisasi dan pendaur ulangan limbah Mengurangi ketergantungan terhadap daerah hinterlandnya

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

4

energi matahari

udara yang berubahudaraumpan balik

limbah padat dan cair

air yang berubah

umpan balikbahan bakar dan tenaga nuklirair

makanan panas

hiburan, cita-cita informasi, pendidikan teknologi

bunyi panas bunyi material barang-barang manusia pelayanan manusia

Gambar 1. 1 Masukan dan keluaran sebuah kota

1.2 Komponen/Dimensi Kota EkologisDalam penjabarannya, kota ekologis dapat dirinci menjadi komponen-komponen yang membentuk lingkungan fisik kota. Sebagaimana diagram berikut ini, terdapat paling tidak 8 (delapan) komponen pembentuk kota ekologis yakni: Tanah - tata guna tanah Transportasi Bangunan Ruang terbuka Jaringan prarasana dan limbah Sistem energi Hidrologi Udara, sinar matahari

Gambar 1. 2 Komponen Kota Ekologis

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

5

Ke delapan komponen kota ekologis tersebut di atas saling terkait dan secara sinergis membentuk lingkungan fisik kota. Lingkungan fisik kota ini yang memungkinkan manusia kota tinggal, Sebaliknya, apabila kualitas lingkungan fisik kota ini buruk, maka akan buruk pula kualitas kehidupan manusia yang tinggal di kota tersebut.

1.3 Indikator Kota EkologisIndikator didefinisikan sebagai representasi dari satu realitas. Indikator tidak menjelaskan seluruh realitas yang kompleks, melainkan hanya alat bantu dan alat ukur untuk memahami satu realitas. Sebagai alat bantu dan alat ukur, maka indikator harus selektip dan merupakan faktor-faktor penting yang membentuk realitas. Indikator juga merefleksikan nilai-nilai yang dianggap penting oleh masyarakat dalam satuan ruang dan waktu tertentu Indikator-indikator kota berkelanjutan adalah unit-unit informasi yang secara bersama dapat menggambarkan keberadaan suatu kota, berlanjut atau tidak. Indikator kota keberlanjutan memberikan umpan balik tentang kesejahteraan masyarakat kota secara menyeluruh, seperti kalau temperatur badan dan tekanan darah menginformasikan kesehatan seseorang. Dari informasi tersebut akan dapat ditentukan tindakan lebih lanjut. Indikator sangat diperlukan oleh karena dapat menterjemahkan prinsip-prinsip umum pembangunan kota yang berkelanjutan menjadi tolok ukur yang lebih rinci dan aplikatif. Indikator mempunyai kegunaan praktis karena dapat dipakai oleh pengelolan kota dan masyarakat kota untuk mengukur apakah pembangunan kota yang bersangkutan mengarah pada keberlanjutan atau tidak. Indikator juga diperlukan untuk menyusun prioritas pembangunan kota. Kajian oleh Djunaedi (2000: 13) menyarankan bahwa aplikasi indikator dapat dilakukan dengan tiga kemungkinan yaitu: indikator untuk membandingkan dengan kota-kota lain (perbandingan horisontal) indikator untuk melihat perkembangan kota dari waktu ke waktu (perbandingan llongitudinal) pembandingan yang bernilai relatif

Apa indikator kota ekologis? Mengukur kinerja kebijakan/program Mengkaji trend/kecenderungan Memberi informasi pada pembuat keputusan Meningkatkan perhatian masyarakat Menetapkan target Menetapkan sasaran perencanaan Membandingkan kondisi antar tempat Memberi peringatan dini.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

6

Bagaimana mengembangkan indikator kota ekologis yang baikPertama, relevan (cocok, sesuai dengan kepentingan tertentu). Kedua, mencerminkan nilai-nilai masyarakat. Ketiga, menarik bagi media lokal. Keempat, dapat diukur melalui metoda statistik. Kelima, ada logika didalamnya atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan. Keenam, terpercaya (reliable). Informasi yang ditunjukkan dalam indikator tersebut harus dapat meyakinkan orang. Ketujuh, mengarah kepada tindakan nyata. Indikator seharusnya dapat mengarah pada tindakan yang nyata. Kedelapan, relevan bagi penentuan kebijaksanaan. Indikator kota ekologis, dengan demikian, merupakan representasi dari satu realitas kota ekologis. Indikator Kota Ekologis dapat dikembangkan berdasar ke delapan komponen lingkungan pembentuk kota.

Bagaimana memanfaatkan indikator?Aplikasi dapat dilakukan secara bervariasi, seperti contoh di bawah ini: Media lokal Melalui media lokal dapat disebarluaskan kecenderungan keberlanjutan setiap tahun sehingga masyarakat luas dapat mengetahui bidang-bidang yang perlu mendapatkan perhatian. Kebijaksanaan publik Penentu kebijakan dan para politisi diharapkan dapat selalu memperdebatkan masalah keberlanjutan kota. Mereka dapat memanfaatkan indikator-indikator sebagai pedoman dalam memfokuskan perdebatan sehingga dapat diperoleh keputusan yang jelas dan spesifik. Pengembangan bisnis dan ekonomi Pelaku bisnis dapat mengarahkan kegiatan bisnisnya dengan memanfaatkan indikator-indikator yang sesuai dengan aktifitas mereka. Pendidikan Indikator dapat mengarahkan pelaksana pendidikan kepada hal-hal yang perlu dilakukan di bidang pendidikan seperti pengurangan jumlah buta huruf, peningkatan lulusan sekolah menengah dan pendidikan usia lanjut. Indikator juga dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan arti keberlanjutan bagi kepada para siswa. Masyarakat Masyarakat dapat memperbaiki lingkungan hidupnya dengan memanfaatkan indikator-indikator. Organisasi-organisasi non-formal yang banyak terdapat di lingkungan masyarakat akan dapat menjadi motor penggerak dalam mengajak anggota masyarakat untuk berpartisipasi. Gaya hidup Indikator dapat mengarahkan gaya hidup seseorang menuju gaya hidup yang berkelanjutan. Gaya hidup yang berlebihan seyogyanya dapat dikurangi dengan mempertimbangkan berbagai indikator yang ada.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

7

Tabel 1. 1 Contoh indikator kota ekologis yang dapat dibuat

No Komponen/variabel1 Tata guna tanah

indikatorProsentase built up area Prosentase RTH Prosentase rumah kumuh Prosentase pengguna transportasi umum Prosentase pengguna kendaraan tidak bermotor Luasan/panjang pedestrian Kepadatan bangunan Jumlah bangunan bersejarah yang terawat Jumlah bangunan kumuh Prosentase ruang terbuka kota Prosentase ruang terbuka yang mempu menyerap air Prosentase ruang terbuka hijau kota Jumlah sampah terngkut Jumlah/luasan genangan air di musim hujan Luasan dan frekuensi banjir Prosentase jaringan sanitasi kota Besaran konsumsi air per orang Besaran konsumsi bensin per orang Prosentase pelayanan air minum oleh PDAM Luasan genangan air di musim hujan Kualitas air sungai di kota Kualitas air sumur di kota Kualitas udara kota Iklim mikro

Tolok ukur

2

Transportasi

3

Bangunan

4

Ruang terbuka

5

Jaringan prasaran

6 7

Energi Hidrologi

8

Udara, sinar matahari

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

8

2. Tata Ruang

2.1 PengertianPenataan ruang kota adalah menata 'wadah' bagi berbagai kegiatan masyarakat kota agar berbagai kegiatan tersebut dapat berlangsung dengan baik dan tidak saling menganggu. Wujud penataan ruang kota biasanya berbentuk land use atau tata guna lahan kota, yakni alokasi pemanfaatan lahan kota (atau zonasi/zoning) serta sistem jaringan sarana-prasarana yang mendukung seluruh kehidupan kota. Aspek lain yang ditata meliputi intensitas pemanfaatan ruang kota yang diatur dengan kepadatan bangunan (Koefisien Dasar Bangunan/KDB) dan jumlah lantai dan luasan bangunan (Koefisien Lantai Bangunan/KLB). Penataan ruang kota terdiri dari tiga tahapan kegiatan yakni: (1) penyusunan rencana ruang kota; (2) pemanfaatan rencana ruang kota; dan (3) pengendalian rencana ruang kota. Penyusunan rencana ruang kota menghasilkan dokumen-dokumen rencana ruang kota yang dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan rencana yakni: (1) rencana umum ruang kota; (2) rencana detail ruang kota; dan (3) rencana rinci/teknik ruang kota. Pemanfaatan rencana ruang kota adalah mengimplementasikan rencana-rencana tersebut dalam pembangunan kota, baik dengan melakukan pembangunan sarana-prasarana kota dengan dana publik maupun berbagai bentuk kemitraan dengan pihak swsata dan masyarakat. Pengendalian rencana ruang kota adalah mengontrol proses-proses pembangunan kota melalui berbagai perijinan, kontrol langsung di lapangan, maupun melalui pengaduan oleh masyarakat kota.

2.2 Tujuan Penataan Ruang Kota Efisiensi ruang kota dalam pengertian pemanfaatan ruang seoptimal mungkin Mengurangi kemungkinan konflik atau benturan kegiatan yang saling merugikan(misalnya antara kegiatan industri yang bising dengan perumahan yang tenang) Menata keindahan dan kebersihan ruang kota (misalnya menentukan taman-taman kota, menempatkan lokasi pembuangan limbah yang tepat) Menjaga ruang publik kota (taman, ruang bermain, hutan kota, pedestrian) Melestarikan lansekap kota (taman, hutan kota, tepian pantai, tepian sungai, pandangan ke gunung dll.) Menjaga kawasan dan bangunan-bangunan bernilai pusaka (misalnya kraton, rumah tradisonal)

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

9

Kotak 2.1 Permasalahan lingkungan tata guna lahan Masalah lingkungan akibat kurang baiknya tata guna lanah Pemakaian lahan yang sangat luas untuk kebutuhan sirkulasi lalu lintas (jalan) telah mengakibatkan masalah-masalah yang berkaitan dengan drainase, aliran air dan banjir, begitu juga kemacetan lalu lintas, polusi, kecelakaan dan kebisingan. Kerusakan lingkungan tanah-tanah labil, seperti daerah tangkapan air hujan, daerah pantai, daerah aliran sungai, hutan Dipakainya tanah-tanah yang berbahaya untuk tempat tinggal seperti tanah terjal, daerah aliran sungai, tanah kosong dekat dengan industri berpolusi tinggi dan area pembuangan limbah Berkurang atau hilangnya ruang terbuka publik, ruang terbuka hijau dan tanah pertanian akibat adanya alih fungsi lahan Berkurang atau hilangnya sumberdaya budaya, seperti kawasan arkeologi dan paleontologi, kawasan dan bangunan atau monumen bersejarah serta hilangnya ruangruang terbuka akibat adanya alih fungsi lahan.

2.3 Upaya Penataan Ruang Kota1. Intensifikasi pemanfaatan ruang kota 2. Mendorong pembangunanbangunan dan rumah vertikal 3. Mengembangkan kota yang lebih kompak dan mengurangi urban sprawl 4. Mengembangkan tata guna lahan campuran (mixed land use) 5. Mengintegrasikan sistem transportasi kota dengan tata guna tanahnya 6. Mengintegrasikan tata guna lahan dan infrastruktur 7. Pemakaian lahan untuk kegiatan skala kecil 8. Peremajaan/Revitalisasi Kawasan 9. Konservasi bangunan-bangunan bersejarah/bernilai pusaka Intensifikasi pemanfaatan ruang kota Intesifikasi pemanfaatan ruang adalah mengoptimalkan manfaat setiap jengkal ruang kota untuk mengurangi ekspansi ruang kota ke derah pinggiran yang merupakan kawasan-kawasan produktif pertanian atau kawasan-kawasan konservasi. Intensifikasi ruang kota dapat dilakukan dengan beberapa cara yakni: Memanfaatkan ruang-ruang kosong dalam kota Pengaturan pemanfaatan ruang kota untuk lebih dari satu kegiatan (misalnya: siang untuk ruang parkir, malamnya untuk pasar kaki-lima) Pengaturan batas maksimal luasan kapling-kapling perumahan

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

10

Mendorong pembangunan bangunan dan rumah vertikal Bangunan dan rumah vertikal adalah bangunan berlantai dua lebih agar lebih menghemat ruang/tanah kota. Bangunan vertikal, khususnya untuk perumahan, tidak harus berlantai banyak seperti Apartemen di Singapura atau Hongkong, tapi bisa hanya 2-4 lantai, tanpa lift/escalator ini sudah akan banyak menghemat penggunaan tanah kota. Apartemen mungkin lebih pas di kota-kota besar seperti jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Semarang, dan Ujung pandang. Mendorong pembangunan rumah vertikal harus tetap mempertimbangkan ruang terbuka kota, khususnya ruang terbuka yang memungkinkan kegunaannya untuk publik dan resapan air. Mengembangkan kota yang lebih kompak dan mengurangi urban sprawl Urban sprawl adalah fenomena pertumbuhan kota yang tak terencana, berserak-serak, loncatloncat di wilayah pinggiran kota yang umumnya merupakan kawasan pertanian. Urban sprawl disebabkan karena pembangunan yang tidak berdasar rencana mengembangkan kota yang lebih kompak dan mengurangi urban sprawl Urban sprawl disebabkan karena pembangunan yang tidak berdasar rencana ruang kota dan lebih didasarkan atas motip mencari tanah yang murah dan segera bisa dibangun saja. Urban sprawl memungkinkan beberapa dampak negatif, antara lain: konversi tanah produktip pertanian yang tidak terkontrol; spekulasi tanah; tanah-tanah kosong yang terlantar; In-efisiensi prasarana; travel cost atau biaya perjalanan dari rumah ke kota yang tinggi; polusi udara dan kemacetan lalu- lintas dari wilayah pinggiran ke pusat kota. Mengembangkan kota yang lebih kompak berarti mengurangi ekspansi perkembangan kota ke daerah pinggiran yang tidak teratur dan mengoptimalkan ruang kota yang ada. Upaya mempunyai kota dengan bentuk kompak bertujuan untuk menghambat pemekaran kota yang banyak mengkonversi lahan-lahan produktif di luar kota. Lahan terbangun di dalam kota masih dapat diintensifkan pemakaiannya, dengan misalnya, pemanfaatan bangunan-bangunan lama untuk fungsi baru, pembangunan perumahan berlantai lebih dari satu, dan memanfaatkan lahan-lahan kosong. Bentuk kota yang kompak juga akan menghemat biaya dalam pemakaian infrastruktur, yang berupa jaringan jalan, pemipaan, listrik, dan sebagainya. Selain itu kota lebih efisien dalam transportasi dan mengurangi jumlah polusi udara. Mengembangkan tata guna lahan campuran (mixed land use) Konsep pengembangan tata guna lahan campuran adalah terkonsentrasinya berbagai macam kegiatan penduduk perkotaan di suatu area yang saling berintegrasi, dengan rancangan konfigurasi fisik dan sirkulasi internal yang baik, dan mempunyai pencapaian eksternal. Berbagai macam kegiatan yang berada dalam satu kawasan tersebut dapat berupa permukiman penduduk, area pertokoan, pasar, perkantoran, hotel, area rekreasi, olah raga, parkir, dan sebagainya. Jarak antar area tersebut cukup dekat, sehingga dapat dicapai dengan mudah dan cepat dengan berjalan kaki, bersepeda,dan kendaran bermotor. Penduduk yang tinggal di daerah ini tidak

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

11

perlu pergi terlalu jauh untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, sehingga menghemat kebutuhan bensin untuk kendaraannya, menghemat waktu dan tenaga. Keuntungan penerapan tata guna lahan campuran adalah: - mensinergikan berbagai kegiatan - menghemat kebutuhan lahan mengurangi jumlah polusi udara - menghemat biaya dalam pemakaian infrastruktur (jaringan jalan, pemipaan, listrik , dll) - mengurangi frekuensi perjalanan - lebih efisien dalam transportasi (menghemat bahan bakar) - mengurangi pembangunan bangunan-bangunan baru, karena dapat memanfatkan bangunan yang sudah ada di daerah tersebut untuk dialih fungsikan. Tata guna tanah campuran harus dirancang sedemikian rupa agar berbagai kegiatan pada satu kawasan tersebut tidak saling menganggu. Mengintegrasikan sistem transportasi kota dengan tata guna lahannya Integrasi sistem transportasi kota dengan tata guna lahan berarti menata agar setiap kawasan atau area dengan guna lahan tertentu didukung oleh jaringan transportasi yang pas supayaterjadi kelancaran kegiatan dan dukungan aliran barang dan manusia. Apabila satu kawasan intensitas kegiatannya tinggi, misalnya pusat kota, harus dijamin bahwa dukungan sistem transportasi ke kawasan tersebut juga lancar. Agar kawasan-kawasan dimana konsentrasi kegiatannya tinggi didukung oleh sistem aliran barang dan manusia yang lancar, maka kawasan-kawasan tersebut harus merupakan titik-titik simpul jaringan transportasi kota. Mengintegrasikan tata guna lahan dan infrastruktur Perencanaan tata guna lahan dan infrastruktur (jalan, sanitasi dan drainase, listrik, telepon, air bersih, dan sebagainya) tidak dapat dilakukan secara terpisah. Ketiadaan integrasi antara keduanya sering menimbulkan masalah, seperti pemakaian lahan kota yang tidak efisien dan kebutuhan biaya besar dalam pemasangan infrastruktur. Oleh karena itu, adanya integrasi antara perencanaan tata guna lahan dan infrastruktur akan memberi keuntungan dalam efisiensi pemakaian lahan, efisiensi biaya dalam pengadaan dan pemasangan infrastruktur. Pemakaian lahan untuk kegiatan skala kecil Bentuk-bentuk kegiatan kota dalam skala kecil merupakan bentuk kegiatan yang paling sesuai untuk kota yang berwawasan lingkungan. Di kota besar, pusat kota yang terdiri dari bangunanbangunan tinggi yang tertutup dengan jaringan jalan raya akan berkesan angkuh, tidak manusiawi disamping tidak hemat energi dan sumberdaya. Berbeda dengan pusat kota dengan tata guna lahan campuran, dengan pertokoan-pertokoan kecil (retail), fisik bangunan yang lebih memperhatikan lingkungan, banyak ruang terbuka, dengan jalan yang lebih sempit, akan menghadirkan kota dengan suasana hidup dan manusiawi.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

12

Lebih banyak disediakan ruang terbuka Upaya lain yang dapat dilakukan untuk memiliki eko-urban adalah penyediaan banyak ruang terbuka, khususnya untuk publik. Ruang terbuka sangat penting bagi kota, apapun bentuk dan jenisnya. Ruang terbuka dapat berupa taman kota, tempat bermain, plaza, taman-taman di perumahan, atau jalur pejalan kaki, lahan kosong di pinggir sungai dan rel kereta api, dan sebagainya. Ruang-ruang terbuka tersebut dapat memberi manfaat khususnya untuk penghijauan kota dan kegiatan sosial penduduk, disamping untuk keindahan kota. Peremajaan/revitalisasi kawasan Peremajaan kawasan adalah memperbaiki kawasan-kawasan lama, umumnya di pusat kota, supaya dapat digunakan lagi secara lebih optimal. Dalam istilah asing peremajaan ini juga dikenal dengan istilah urban revitalization, urban renewal, atau urban re-development project. Manfaat peremajaan kawasan kota adalah untuk mendaya-gunakan kembali ruang dan sumber daya kota yang ada sehingga mengurangi ekspansi ruang kota ke daerah-daerah pinggiran Konservasi bangunan-bangunan bersejarah Konservasi bangunan bersejarah dan bernilai pusaka adalah mempertahankan, memperbaiki, dan mengembangkan bangunan-bangunan lama untuk fungsi baru. Manfaat konservasi bangunan lama adalah untuk mendaya gunakan bangunan lama, sehingga mengurangi kebutuhan untuk membangun bangunan baru.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

13

3. Jaringan Air Bersih dan Sanitasi

3.1 PengertianSistem hidrologi kota adalah siklus air dalam satu seting lingkungan tertentu, meliputi baik kejadian air, distribusi/turunnya air dalam bentuk hujan, penerimaan di muka bumi, penyerapan dalam tanah, aliran di permukaan tanah, dan proses penguapannya kembali. Siklus hidrologi dalam satu kota sangatlah penting karena akan menjamin pasokan air dalam kota dan kemungkinan limpahan air yang tidak terkendali dalam bentuk banjir. Siklus hidrologi satu kota tidak hanya menyangkut aspek kuantitas semata, tapi juga kualitas airnya. Ini menyangkut kualitas air anah dan air permukaan. Air memegang peran penting dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Penyediaan air minum yang bersih serta sistem pembuangan limbah yang memadai merupakan dua hal penting bagi kehidupan kota. Sumber air bersih di perkotaan umumnya air tanah atau air permukaan (sungai, danau). Jaringan air bersih, air kotor dan air hujan sangat berperan dalam mewujudkan kota ekologis oleh karena dua hal: pertama, pengembangan jaringan-jaringan tersebut secara baik berarti memberikan pelayanan kebutuhan dasar kehidupan penduduk kota, khususnya berkaitan dengan masalah kesehatan penduduk. Kedua, pembangunan jaringan air bersih dan sanitasi yang benar berarti membantu berlangsungnya sistem hidrologi kota. Dengan demikian, pembangunan jaringan air bersih dan sanitasi kota dapat dikatakan merupakan prasyarat perwujudan kota ekologis.

Permasalahan air bersih perkotaanMeningkatnya jumlah penduduk perkotaan, berkembangnya kegiatan industri, semakin banyaknya penutupan permukaan tanah dengan perkerasan, serta semakin tingginya standard hidup, seperti penggunaan mesin cuci, pencucian mobil dan sebagainya, telah meningkatkan jumlah kebutuhan air. Sebagai akibatnya sistem hidrologi kota berubah, produksi limbah cair juga meningkat, yang selanjutnya diikuti dengan adanya polusi air. Pemompaan air tanah yang terus menerus, selain mengakibatkan penurunan muka air tanah juga telah menurunkan permukaan tanah, dimana pemompaan tersebut dilakukan, meningkatkan biaya pemompaan, serta masuknya air laut ke dalam tanah. Sedangkan penurunan permukaan tanah dapat merusak bangunan, jalan, rel kereta api dan jaringan pemipaan, yang

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

14

perbaikannya memerlukan biaya banyak. Intrusi air laut, yang dapat terjadi apabila muka air tanah lebih rendah dari muka air laut, telah banyak dialami kota-kota dekat pantai di Indonesia. Masalah banjir juga sering dihadapi kota-kota besar. Pembangunan kota pada umumnya telah mengubah permukaan tanah dan vegetasi menjadi permukaan tertutup, seperti perkerasan semen, aspal, batu bata, dan berbagai material keras lainnya, sehingga menghambat dan mengurangi pengaliran air hujan atau luapan air sungai kedalam tanah. Akibatnya air hujan atau luapan air sungai yang ada di permukaan mengalir semakin cepat. Drainase kota terpaksa menampung aliran air tersebut, dan karena kapasistasnya terlalu kecil atau kondisinya yang buruk, maka aliran air tersebut menjadi tak terkontrol dan berubah menjadi banjir. Masalah lain yang dihadapi kota adalah polusi air. Polusi air dapat mempengaruhi fungsi ekosistem air, kesehatan manusia, industri, transportasi, estetika, serta nilai kebutuhan dari sumber air. Banyak sungai yang mengalir melalui area perkotaan mengandung berbagai polutan dari industri, termasuk minyak, senyawa phenol, sianida, arsen, logam berat, chlorinated hydrocarbon, nitrat dan sulfat. Sangat sulit untuk mengetahui semua jenis dan jumlah polutan yang dikandung. Begitu juga dengan polusi tanah yang terjadi di daerah perkotaan, kontaminasi air tanah merupakan bencana, sebab sekali terkontaminasi, sangat sulit dan mungkin tidak dapat dibersihkan seluruhnya. Disamping itu polutan yang berasal dari limbah domestik manusia, seperti air bekas cucian, mandi, masak, sampah, serta kotoran manusia yang dibuang ke sungai, sering sebagai penyebab utama polusi air sungai yang mengalir melalui daerah perkotaan. Polusi air merupakan sumber dari berbagai penyakit, dan apabila air sungai tercemar limbah industri secara berat, air dapat menjadi racun yang mematikan organisme air dan bahkan manusia. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri (misalnya gastroenteritis, tipus, kolera), virus (misalnya disentri amuba) dapat terjadi apabila air terkontaminasi oleh kotoran manusia dan hewan.

Kotak 3.1 Faktor-faktor utama penyebab penurunan kualitas air di perkotaan(baik air tanah maupun air permukaan): Erosi tanah selama konstruksi bangunan Limbah industri Luapan air kotor dari tangki septik Banjir Kontaminasi air hujan di permukaan tanah atau jalanan Tumpahan minyak dan bahan-bahan kimia Kontaminasi air akibat kegiatan pertambangan

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

15

Gambar 3. 1 Masalah hidrologi perkotaan

3.2 Tujuan Pengelolaan Sistem Hidrologi KotaSistem hidrologi kota dijaga agar seimbang sehingga pasokan air untuk kota mencukupi serta tidak menimbulkan limpahan air yang tidak terkontrol dalam bentuk banjir. Pembangunan jaringan air bersih dan sanitasi yang baik dan benar akan meningkatkan kualitas kehidupan kota yang bersangkutan, sekaligus meningkatkan kemampuan kota tersebut untuk berkembang. Singkatnya, diperlukan pengembangan jaringan air bersih dan sanitasi yang memenuhi kaidah-kaidah kota ekologi.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

16

3.3 Apakah Prinsip Pengembangan Jaringan Air Bersih, Sanitasi dan Drainase Perkotaan?Prinsip utama pengembangan jaringan air bersih, air kotor dan drainase (saluran air hujan) yang benar adalah bagaimana kita dapat memahami bekerjanya siklus hidrologi kota. Dengan memahami sistem hidrologi kota, pembangunan jaringan air bersih dan sanitasi kota dapat direncanakan dan dirancang untuk menghindari munculnya masalah-masalah polusi air dan berkurangnya jumlah air tanah. Gambar 3.2 memperlihatkan secara skematik siklus hidrologi alamiah, yang mana air hujan dari atmosfir langsung menuju permukaan bumi dan diserap oleh tanah secara langsung, dan sebagian menuju ke laut dengan melalui jaringan air alamiah (sungai). Penguapan air laut dan air permukaan lainnya akan kembali ke atmosfir.

Gambar 3. 2 Siklus hidrologi alamiah

Berbeda dengan siklus hidrologi kota yang ditunjukkan oleh Gambar 3.3, air hujan yang jatuh kepermukaan tanah tidak langsung mengalami perputaran seperti pada siklus hidrologi alamiah. Sebagian besar air dimanfaatkan oleh penduduk kota untuk kehidupannya seperti untuk mandi, memasak, mencuci, menyiram tanaman, dan sebagainya. Kegiatan tersebut akan menghasilkan limbah cair atau air kotor yang kembali ke dalam tanah melalui tangki septik, sumur peresapan, atau air kotor tersebut langsung masuk ke dalam tanah. Begitu juga dengan kegiatan penduduk menutup permukaan tanah dengan perkerasan akan mengurangi jumlah air yang dapat meresap ke dalam tanah. Akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan penduduk kota yang memakai banyak air dan menutup tanah tersebut adalah polusi air dan berkurangnya jumlah air tanah.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

17

Gambar 3. 3 Siklus hidrologi perkotaan

3.4 Strategi Pengembangan Jaringan Air Bersih dan Sanitasi yang Memperhatikan Prinsip-prinsip Lingkungan Meningkatkan kapasitas penyediaan air bersih melalui jaringan air pipa (PAM). Pemakaian air pipa lebih terkontrol dalam hal jumlah dan kebersihan, sedangkan pemakaian air sumur atau air tanah dangkal mempunyai resiko air terpolusi, dan tidak terkontrolnya pengambilan air tanah dalam dengan sumur bor, yang dapat menurunkan muka air tanah. Begitu juga dengan pemakaian air sungai secara langsung dapat berbahaya bagi kesehatan akibat banyaknya polutan di dalam air tersebut. Adanya kontrol dari pemerintah terhadap penggunaan air tanah oleh penduduk, misalnya setiap pembuatan sumur bor perlu mendapat ijin dari pemerintah; adanya pajak air tanah; adanya kontrol secara langsung terhadap kondisi air sumur. Jaringan air bersih, limbah padat dan air kotor, serta drainase (air hujan) yang mempunyai kualitas baik, seperti kualitas pipa dan bak penampung, dan kualitas tangki septik yang dipakai penduduk. Adanya keterpaduan antara perencanaan dan pembangunan jaringan air dan sanitasi dengan jaringan jalan dan tata hijau kota.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

18

Pemakaian teknologi lebih maju dalam sistem pembuangan air kotor, seperti yang telah banyak dilakukan di negara maju. Misalnya pemakaian kakus (WC) yang hemat air; pemakaian kakus yang memisahkan antara urin dan kotoran; sistem pembuangan yang memungkinkan air kotor dipakai untuk kegiatan lain; pengolahan air kotor yang memungkinkan air dapat dikategorikan sebagai air bersih kembali; pengolahan kotoran manusia menjadi biogas yang bermanfaat untuk bahan bakar. Mempertahankan kawasan-kawasan terbuka yang mampu menyerap air dengan misalnya memperbanyak ruang terbuka hijau kota; mempertahankan kondisi ekosistem sempadan kanan-kiri sungai; membuat/mempertahankan embung-embung di dalam kawasan kota. Perlunya kontrol pembangunan, sehingga area resapan air tidak terganggu dan tidak terjadi banjir. Perlunya digalakkan program sungai bersih. Perlunya dikenalkan kepada masyarakat prinsip reduce (mengurangi pemakaian air), reuse (pemakaian kembali air kotor), dan recycle (pendaur ulangan air).

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

19

4. Ruang Terbuka Hijau

4.1 PengertianRuang terbuka hijau (green open space) dapat diartikan sebagai ruang atau area terbuka di dalam kota yang ditumbuhi tanaman hijau, baik berupa pohon besar, semak, perdu, maupun rumput. Penghijauan kota di kota-kota di Indonesia masih cenderung mengutamakan nilai estetika saja, sehingga yang terbentuk adalah taman-taman kota dengan tanaman perdu dan rumput yang tertata rapi dan teratur, serta bersih, dalam arti tidak banyak pohon besar yang dapat mengganggu penampilan rancangan taman tersebut. Penghijauan kota seharusnya lebih mementingkan fungsinya untuk penyeimbang lingkungan, daripada sekedar untuk keindahan. Keberadaan tanaman, khususnya pohon besar sangat diperlukan oleh suatu kota. Dengan banyaknya fungsi tanaman untuk berlangsungnya kehidupan kota, maka penyediaan ruang untuk pohon dan jenis tanaman lainnya sangat perlu dilakukan. Ruang Terbuka Hijau/RTH adalah area yang secara khusus diperuntukkan untuk berbagai jenis tanaman di kota. RTH dapat terdiri dari: taman-taman kota hutan kota lapangan olah raga jalur hijau di sepanjang jalan jalur hijau di sepanjang sungai, pantai atau tepian danau halaman-halaman gedung umum halaman-halaman rumah warga kota

4.2 Fungsi Ruang Terbuka HijauKeberadaan tanaman, khususnya pohon besar sangat diperlukan oleh suatu kota. Dengan banyaknya fungsi tanaman untuk berlangsungnya kehidupan kota, maka penyediaan ruang untuk pohon dan jenis tanaman lainnya sangat perlu dilakukan.

1. Fungsi ekologisa. Pengontrol air hujan

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

20

Pada waktu turun hujan tanaman menyerap dan memperlambat turunnya air hujan ke permukaan tanah, sehingga akan meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah dan menghindarkan adanya banjir

Gambar 4. 1 Tanaman sebagai pengontrol air hujan b. Menurunkan suhu/iklim mikro Penghijauan akan menurunkan temperatur lingkungan dengan mengontrol radiasi matahari33C

28C

27C

25C 24C 21C

Gambar 4. 2 Tanaman sebagai pengontrol iklim dan suhu c. Pengontrol Erosi Tanah karena menyerap sebagian air hujan dan mengurangi kecepatan air yang jatuh ke tanah dan menahan tanah dengan akarnya menjadi lebih dingin

Akar tanaman menyerap dan menyimpan air hujan

Gambar 4. 3 Tanaman sebagai pengontrol erosi tanah

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

21

g. Mengurangi Polusi Udara Jenis tanaman yang paling efektif untuk mereduksi kebisingan adalah tanaman yang mempunyai banyak daun tebal dan fleshy. Juga tanaman harus ditanam berkelompok atau berjajar yang lebat, karena apabila hanya satu pohon berdiri sendiri tidak akan efektif dalam menyerap suara.

Gambar 4. 4 Tanaman Mengurangi Polusi Udara h. Tanaman mencegah kebisingan dari jalan

keras pelan

Gambar 4. 5 Tanaman mencegah kebisingan di area permukiman Ada beberapa rekomendasi untuk penanaman tanaman dalam perancangan urban yang dapat efektif mereduksi suara, yaitu: Reduksi suara lalu lintas di daerah urban dapat dilakukan dengan penanaman sederet pohon atau semak setebal 6-16m dengan jarak dari pusat suara 5-16m. Semak atau pohon kecil setinggi 2-2,5 m yang ditanam dipinggir jalan raya sebaiknya diikuti dengan penanaman jajaran pohon dibelakangnya setinggi 4,5-10 m. Jalan raya yang dekat dengan daerah perumahan sebaiknya diberi penghalang deretan tanaman semak dan deretan pohon tinggi dibelakangnya, dengan total lebar keduanya sekitar 6 meter. Penanaman harus cukup rapat dan menerus. Jika mungkin, gunakan pohon tinggi yang bervariasi yang mempunyai daun lebat dan relatif dengan ketinggian sama. Apabila penanaman pohon tinggi tidak dimungkinkan, dapat dipakai pohon pendek, menjalar, atau semak dan rumput atau tanaman penutup tanah yang lain, Area di bawah pohon dapat sebagai tempat bermain anak-anak, tempat untuk bersosialisasi, dan beristirahat baik fisik maupun mental. Keberadaan pohon juga dapat memberikan memori atau kenangan bagi seseorang. Kota perlu memiliki taman kota atau hutan kota, baik di tengah kota maupun di pinggiran kota yang dapat dimanfaatkan untukkegiatan sosial penduduknya

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

22

2. Fungsi Sosial a. Tempat untuk kontak sosial dan rekreasi Area di bawah pohon dapat sebagai tempat bermain anak-anak, tempat untuk bersosialisasi, dan beristirahat baik fisik maupun mental. Keberadaan pohon juga dapat memberikan memori atau kenangan bagi seseorang. Kota perlu memiliki taman kota atau hutan kota, baik di tengah kota maupun di pinggiran kota yang dapat dimanfaatkan untukkegiatan sosial penduduknya b. Tempat untuk berteduh bagi warga kota Penanaman pohon-pohon besar di dalam kota akan memberi keteduhan bagi orang yang berada di bawahnya. Keteduhan pohon akan memberikan efek psikologis bagi manusia, misalnya perasaan nyaman berjalan atau berlari pagi di bawah pohon. Pohon-pohon rindang berbentuk kanopi dipinggir jalan, hutan kota, pohon-pohon di kawasan perumahan sangat dibutuhkan keberadaannya c. Menunjukkan identitas suatu kota Suatu taman kota atau deretan pohon-pohon besar di sepanjang jalan utama kota dapat memberikan citra atau image kota tersebut, yang selanjutnya akan membentuk identitas kota.

3. Fungsi Ekonomi a. Meningkatkan nilai jual kota Keberadaan ruang hijau akan lebih menarik banayak pihak untuk datang dan melakukan kegiatan di kota tersebut b. Meningkatkan pasokan makanan di kota (urban farming) Lahan di perkotaan yang terbengkelai dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian kota yang mampu membantu ekonomi penduduk dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarga c. Sebagai media layanan Kota Ruang-ruang terbuka kota dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk beriklan, pengadaan bazar atau pasar malam yang dapat menghasilkan uang. d. Mengurangi biaya kesehatan Banyaknya pohon besar di kota akan mengurangi polusi udara, sehingga meningkatkan kualitas kesehatan kota

4.3 Lokasi PenghijauanLokasi penghijauan kota dapat dilihat dari kepemilikan tanahnya, yaitu tanah milik pemerintah untuk publik, tanah milik swasta, tanah yang menjadi tanggungjawab pemerintah dan swasta, dan tanah penduduk/pribadi. Tanah pemerintah untuk publik bisa terdiri dari taman kota, tanah disepanjang tepi jalan dan rel kereta api, tanah disekitar bangunan publik, tanah disepanjang tepi sungai dan tepi danau, dan sebagainya. Tanah milik swasta meliputi tanah-tanah di area permukiman penduduk, area komersial, dan area industri. Sedangkan tanah milik pribadi umumnya berupa halaman rumah.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

23

Taman kota Taman kota sangat bervariasi, mulai dari hanya sepetak kecil tanah di pusat kota yang ditumbuhi pepohonan sampai yang cukup luas di tempat-tempat tertentu atau di pinggiran kota. Taman bisa pula berbentuk hutan kota. Kota perlu memiliki taman yang ditumbuhi pohon-pohon besar, berfungsi sebagai paru-paru kota dan tempat rekreasi warga. Penanaman pohon-pohon besar di taman kota perlu dilakukan. Taman kota dengan hanya tanaman-tanaman hias berbentuk perdu dan rerumputan, kurang banyak manfaatnya untuk membantu keseimbangan lingkungan.

Gambar 4. 6 Taman kota Lahan di sepanjang tepi jalan Di tepi kanan kiri jalan lingkungan atau jalan raya, serta dilahan pembagi jalan (ditengah-tengah dua jalur jalan) biasanya masih tersisa lahan memanjang yang bisa dimanfaatkan untuk trotoar dan tumbuhnya pepohonan. Daerah perdagangan di pusat kota merupakan area yang paling sukar untuk ditanami pohon. Ada hambatan spasial dan kegiatan manusia di daerah tersebut yang tidak memungkinkan tumbuhnya banyak pohon. Namun demikian, keberadaan pohon di pusat perdagangan akan mempengaruhi, terutama kenyamanan visual. Pohon dapat menyatukan elemen-elemen arsitektural, melembutkan kesan keras bangunan, menambah warna dan karakter lingkungan. Jenis-jenis pohon yang mempunyai batang lurus dengan ranting dan daun cenderung keatas merupakan jenis pohon yang sesuai untuk tepi jalan, khususnya dengan luas tanah terbatas.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

24

Gambar 4. 7 Pohon-pohon perindang di sepanjang tepi jalan Lahan di sepanjang rel kereta api Umumnya di kiri kanan rel kereta api yang melintasi tengah kota disisakan tanah kosong, yang fungsinya antara lain untuk ruang pengamanan. Tanah-tanah tersebut banyak yang kurang dimanfaatkan, sehingga sering hanya ditumbuhi tanaman liar, sebagai tempat pembuangan sampah, atau untuk rumah-rumah liar. Tanah di sepanjang rel kereta api dapat dimanfaatkan untuk penghijauan kota, dengan ditanami pepohonan atau perdu yang bermanfaat.

Gambar 4. 8 pepohonan di sepanjang rel kereta api Lahan di sekitar bangunan publik Penghijauan dapat dilakukan di halaman-halaman sekolah, gereja, rumah sakit, auditorium, museum, kantor pemerintah, dan bangunan umum lainnya. Penanaman berbagai jenis pohon yang dipelihara dengan baik perlu dilakukan.

Gambar 4. 9 penghijauan pada fasilitas publik: sekolah dan masjid

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

25

Lahan di sepanjang tepi sungai, pantai, danau Banyak lahan di sekitar sungai kurang tertata dan kurang mendapat perhatian, sehingga area ini banyak dipakai sebagai tempat pembuangan sampah atau dibangun rumah-rumah kumuh. Bahkan banyak juga yang dibiarkan kosong. Lahan tepi sungai, pantai, atau danau ini dapat dimanfaatkan sebagai area penghijauan kota.

Gambar 4. 10 Penghijauan di sepanjang tepi sungai di tengah kota Lapangan olah raga Biasanya suatu kota memiliki lapangan olah raga atau stadion. Di banyak kawasan permukiman juga dijumpai lapangan olah raga. Tempat ini dapat dihijaukan dengan penanaman banyak pohon di pinggir lapangan dan lahan-lahan tersisa di sekitarnya.

Gambar 4. 11 Penghijauan di lapangan olah raga Makam/kuburan Lahan untuk makam sangat potensial untuk ditumbuhi banyak pohon, semak dan rerumputan, sehingga area makam dapat dianggap sebagai salah satu area penghijauan kota

Gambar 4. 12 suasana makam yang rindang oleh pepohonan

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

26

4.4 VegetasiBerbagai hal dalam pemilihan tanaman penghijauan kota perlu diperhatikan, seperti bentuk dan jenis pohon. Pemilihan jenis pohon yang tidak tepat akan mengakibatkan tujuan untuk mendapatkan volume penghijauan yang tinggi tidak tercapai. Bentuk pohon merupakan elemen penting dalam perancangan lansekap kota dan benar-benar harus diperhatikan ketika akan menanam pohon untuk penghijauan kota. Bentuk dasar pohon ada dua, yaitu: pohon bentuk kanopi dan pohon bukan bentuk kanopi. Pohon bentuk kanopi pada umumnya dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, sedangkan pohon bukan bentuk kanopi lebih untuk tujuan estetika, pembatas atau pengarah. Pohon bentuk kanopi dapat dibagi lagi menjadi lima bentuk, yaitu tak beraturan, menyebar keatas, oval, bundar dan menjuntai.

Ada tujuh karakter bentuk dasar pohon, yaitu:

Tak beraturan

Menyebar

Oval

Bundar

Menjuntai

Sedangkan bentuk bukan kanopi dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu bentuk piramida, cambuk dan palem.

Gambar ... Bentuk dasar pohonPiramida Cambuk Palem

Untuk kebutuhan pohon di sepanjang tepi jalan, bentuk pohon kanopi dengan dahan dan ranting menyebar di atas paling sesuai, karena dahan tidak mengganggu kegiatan yang ada di bawahnya dan dapat memberikan keteduhan. Bentuk cambuk apabila ditanam berdekatan, paling sesuai untuk tujuan menutup (screening) dan memperlembut aksen garis tegas dari bangunan tinggi. Bentuk ini tidak dapat memberikan keteduhan.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

27

Bentuk piramida, misalnya cemara, tidak sesuai apabila ditanam di sepanjang tepi jalan, karena tidak dapat memberi keteduhan. Pohon bentuk piramida dapat ditanam di antara pohon-pohon rindang lainnya untuk menyerap debu dan suara, atau ditanam di area yang cukup luas . Pohon juga dibagi menjadi tiga berdasarkan ketinggian yang dapat dicapai apabila pohon tersebut dewasa, yaitu: Pohon kecil, ketinggian kurang dari 9 meter Pohon sedang, ketinggian mencapai 9 meter Pohon besar, ketinggian mencapai 18 meter Berbagai hal dalam pemilihan tanaman penghijauan kota perlu diperhatikan, seperti bentuk dan jenis pohon. Pemilihan jenis pohon yang tidak tepat akan mengakibatkan tujuan untuk mendapatkan volume penghijauan yang tinggi tidak tercapai Bentuk pohon merupakan elemen penting dalam perancangan lansekap kota dan benar-benar harus diperhatikan ketika akan menanam pohon untuk penghijauan kota. Pohon sedang, ketinggian mencapai 9 meter Pohon besar, ketinggian mencapai 18 meter

Faktor-faktor dalam pemilihan pohon untuk penghijauan kota: bentuk dan ketinggian pohon, kecepatan tumbuh pohon, ketahanan terhadap penyakit dan polusi, kesesuaian dengan jenis tanah dan kemudahan pemeliharaannya.

Kotak 4.1Kriteria umum pemilihan jenis vegetasi untuk taman kota dan jalur hijau berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan.

Karakteristik tanaman: tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat sampai rapat. Jenis ketinggian pohon bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang. Kecepatan tumbuh sedang Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya Jenis tanaman tahunan atau musiman, dan Jarak tanaman setengah rapat, 90% dari luas areal yang harus dihijaukan.

Persyaratan untuk pohon penahan angin: jenis tanaman memiliki dahan yang kuat daunnya tidak mudah gugur memiliki kerapatan yang cukup akarnya menghujam masuk ke dalam tanah

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

28

Peryaratan pohon penahan debu dan suara: Pohon yang dapat digunakan untuk menyaring debu dan suara adalah teh-tehan (Durants repens) dan tanaman dolar (Ficus pumila)

Jenis tanaman tropis untuk penghijauan kota1.Tanaman pohon besar bentuk kanopi a. Kenari (Canarium vulgare) b Mahoni (Swietenia mahagoni) c Angsana (Pterocarpus indicus) d Kecrutan (Spathodea campanulata) e Bungur (Lagestroemia londonii) f Saga (Adenanthera povonina) g Asam (Tamarindus indica) h Beringin (Ficus benjamina) i Trembesi (Samanea samans) j Flamboyan (Delonix regia) k Albizia (Albizia lebbeck) 2. Tanaman pohon besar bentuk bukan kanopi a. Palm Raja (Oreodoxa regia) b. Norflok (Araucaria exelsa) c. CemaraSumatra(Casuarina sumatrana) e. Damar (Agathis alba) f. Cemara angin (Cuppressus sp.) 3. Tanaman pohon sedang bentuk kanopi a. Kupu-kupu (Bauchinia blakeana) b. Cassia (Cassia multijuga ) c. Biola cantik (Fiscus lyrata) d. Kiara payung (Filicium decipiens) e. Bunga saputangan(Manitoa grandi flora) f. Kayu manis cina (Cinnamomum iners) g. Sawo kecik (Manilkarakauki) i. Mlinjo (Gnetum gnemon ) j. Mangga ( Mangifera indica) 4. Tanaman pohon sedang bukan bentuk kanopi a. Glodogan biasa (Polyathia longifolia ) b. Bambu jepang (Bambusa sp.) c. Cemara kipas (Thuja occidentalis ) d. Pinus (Pinus merkusii ) e. Klapagading (Cococs capitata) 5. Tanaman pohon kecil bentuk kanopi a. Asam londo (Keranji )

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

29

b. Dadap merah ( Erythrina cristagalli ) c. Kamboja ( Adenium obsesum ) d. Jati hias ( Cordia sebestena ) e. Galinggem ( Bixa orellana ) 6. Tanaman pohon kecil bentuk bukan kanopi a. Cicas ( Cycas revoluta) b. Palem merah ( Cryrtostachys kakka ) c. Palem botol ( Mascarena lagenicaulis ) d. Phoenix ( Phoenix rupicola ) e. Palem jepang f. Palem kuning g. Palem anggur h. Palem segitiga ( Heodypsis decaryl ) i. Palem putri ( Vitsia merini )

Beberapa contoh jenis tanaman untuk penghijauan kota beserta fungsinya:a. Penyerap partikel debu Damar (Agathis alba) Mahoni daun lebar (Swietenia macrophilla) Jamuju ( Podocartus imbricatus) Asam landi (Phitecelebium dulce) Johar ( Cassie siamea Glodogan(Polialthea longifolia) Keben (Baringtonia aisatica) Tanjung (Mimosrops elengi) b. Penyerap CO2 dan penghasil O2 Damar (Agathis alba) Kupu-kupu (Bauhinea purpure)

Lamtoro gung (Leucena leucochepala Beringin (Ficus benjamina)c. Penyerap/penepis bau Cempaka (Michelia champaka) Fikus (Ficus elastica) Manggis ( Garcinia mangostana) Kelapa (Cocos nucifera) d. Pengamanan pantai dari abrasi Mangrove Nipah Bruguiera

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

30

4.5 Kiat-kiat Pengelolaan/Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kota1) Dokumentasi, inventarisasi dan registrasi RTH dan pohon-pohon yang ada Dokumentasi dan inventarisasi ruang terbuka hijau yang ada di kota, meliputi jenis, fungsi atau penggunaan, lokasi, kondisi, pemilikan, dan pengelolaannya. Selanjutnya dilakukan registrasi atau pendaftaran bagi ruang terbuka hijau dan pohon-pohon yang ada, agar memiliki legalisasi secara hukum, untuk menghindari adanya penebangan pohon, penyerobotan lahan atau pengalih fungsian ruang terbuka oleh pihak lain. 2) Pembuatan Rencana Induk RTH Suatu kota perlu memiliki rencana induk (master plan) untuk ruang terbuka dan ruang terbuka hijau. Dengan rencana induk tersebut, program-program untuk ruang terbuka dan tata hijau kota dapat dilakukan secara terarah dan terencana. Rencana induk dibuat untuk jangka waktu pendek, menengah, maupun panjang. Perencanaan untuk ruang terbuka kota dapat berupa: penyengkeran, penambahan, pengalokasian, pengembangan, penataan, dan kemungkinan penggunaan untuk multi fungsi. Semua penentuan bentuk rencana tersebut perlu memeperhatikan khususnya aspek lingkungan dan sosial masyarakat. 3) Pelestarian RTH yang sudah ada RTH yang sudah ada di kota harus dijaga, dipelihara dan dilestarikan. Pemerintah perlu memiliki kemampuan dan kemauan untuk melestarikan RTH, sehingga RTH yang sudah ada tidak rusak, beralih fungsi, maupun kurang optimal dalam pemanfaatannya. 4) Kemitraan Untuk pengembangan ruang trebuka hijau kota diperlukan kemitraan antara pemerintah kota, masyarakat dan pihak swasta. Dalam semua pembuatan rencana dan pelaksanaannya, pemerintah perlu melibatkan masyarakat dan swasta. Pemerintah perlu mendengar aspirasi masyarakat tentang ruang terbuka. 5) Pengalokasian dana publik yang cukup untuk RTH Pemerintah perlu mengalokasikan dana untuk kepentingan publik yang berkaitan dengan ruang terbuka dan ruang terbuka hijau. Dana untuk program-program RTH perlu diprioritaskan, sehingga dapat dilaksanakan sesuai rencana. 6) Pemanfaatan RTH Ruang-ruang terbuka publik yang ada perlu terus dimanfaatkan, misalnya untuk kegiatan festival, bazaar, kegiatan-kegiatan sosial dan komersial. Jangan sampai terjadi privatisasi ruang terbuka publik atau pemanfaatan yang kurang optimal. 7) Peningkatan kemampuan instansi yang mengurusi RTH Pemerintah perlu meningkatkan kapasitasnya untuk melakukan pemeliharaan, kontrol dan monitoring penggunaan ruang terbuka publik. Peningkatan dapat berupa peningkatan sumberdaya manusia serta sarana dan prasarana untuk mengurusi RTH. 8) Pembuatan program dan mekanisme untuk RTH

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

31

Program-program untuk RTH perlu dibuat, yang melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat. Contoh program: program penanaman sejuta pohon di kota; program adopsi pohon dan taman; program penanaman pohon-pohon lokal yang khas; program penghijauan kampung; program penghijauan kawasan perdagangan. 9) Penumbuhan kesadaran publik Penyadaran masyarakat akan pentingnya RTH perlu dilakukan melalui kampanye. Kampanye untuk menjaga dan memelihara ruang terbuka dan penghijauan kota dapat dilakukan oleh pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan pihak swasta terkait, baik secara langsung berhadapan, melalui media elektronik (radio, TV), media cetak (koran, majalah, poster), maupun melalui media lain, seperti iklan di bis kota, tulisan di bak sampah dan kotak pos. Kesadaran publik juga perlu diberikan kepada anak-anak di sekolah melalui pelajaran-pelajaran lingkungan, maupun praktek penanaman tanaman dan pemeliharaannya. Untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat, pemerintah dapat menerapkan mekanisme insentif-disinsentif dalam penanaman pohon. Bagi yang menanam pohon sampai tumbuh besar, aka diberikan insentif, sementara bagi yang menebang pohon tanpa ijin akan diberikan disinsentif.

4.6 Alternatif Penghijauan Kota1. Pertanian kotaKota merupakan area yang sangat potensial untuk kegiatan pertanian yang produktif. Pertanian kota dapat dilakukan dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan keluarga, atau bahkan skala besar untuk meningkatkan perekonomian kota. Kegiatan ini dapat memanfaatkan halaman rumah, atap, pinggir jalan-jalan lingkungan, lahan-lahan marjinal di sepanjang tepi sungai, rel kereta api, di bawah jembatan, pada lereng-lereng bukit, di bawah jalur/jaringan listrik, pekarangan rumah, lahan-lahan kosong, dan sebagainya untuk ditanami sayuran yang dibutuhkan untuk bahan makan sehari-hari dan tanaman obat keluarga (TOGA) yang banyak jenisnya, pohon buah-buahan, serta memelihara ikan dan ternak. Singkatnya, pertanian kota merupakan satu alternatif optimalisasi lahan-lahan kota yang semakin langka, dan apabila dikembangkan secara terpadu merupakan alternatif penting dalam mewujudkan pembangunan kota yang berkelanjutan. Kegiatan pertanian kota dapat digalakkan melalui pendidikan bagi anak-anak sekolah, penyuluhan, kerja bakti kampung, dan sebagainya. Pendidikan dan penyuluhan dapat berupa manfaat bercocok tanam, cara penanaman dan pemeliharaan, sampai pemasaran hasil apabila hasil pertanian akan dijual. Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pertanian dapat menyediakan benih atau bibit tanaman unggul yang murah dan mudah didapat oleh penduduk.

Kiat-kiat pengembangan kegiatan pertanian kota yang berwawasan lingkungan Perlunya ditingkatkan pengetahuan masyarakat dan pemerintah kota tentang pentingnya perhatian pada pertanian di perkotaan. Mengembangkan kebijakan yang mendukung pertanian kota.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

32

Mengembangkan organisasi para petani kota. Mengembangkan penelitian dan pelatihan dibidang pertanian kota. Meningkatkan akses ke sumberdaya, masukan, dan pelayanan kegiatan pertanian kota. Meningkatkan praktek-praktek pertanian kota yang berwawasan lingkungan. Mengintegrasikan pengembangan pertanian kota pada perencanaan dan pengelolaan kota secara lebih komprehensif.

2. Hutan kotaDisebut hutan kota karena jenis tanaman yang ditanam berupa pohon-pohon besar, yang ditanam secara berkelompok menyerupai hutan. Hutan kota sangat fleksibel dalam luas dan bentuknya. Satu hal yang dianggap sebagai kendala dalam pengadaan hutan kota adalah tidak tersedianya lahan yang cukup luas di kota. Padahal sebenarnya hutan kota tidak memerlukan lahan khusus, karena dapat diadakan dimana saja, bahkan di lahan yang sempit pun dapat dipakai sebagai hutan kota. Bentuk hutan kota terutama ditentukan oleh luas lahan yang ada, sedangkan karakteristik vegetasi yang ditanam tergantung dari lokasi hutan dan luas lahan.

Tabel 4. 1 Bentuk hutan kota pada berbagai penggunaan lahan Lokasi Kawasan permukiman Kawasan industri Kawasan perkantoran Kawasan sekolah/kampus Kawasan perdagangan Kawasan jalur tepi jalan, sungai, pantai Tempat rekreasi, taman kota, lapangan Kebun raya, padang golf Hutan pinggir kota Bentuk hutan Berderet, lajur memanjang Kompak berupa tegakan pohon Berderet atau tegakan hutan kompak Tegakan hutan kompak Berderet, berlajur Berderet, lajur memanjang Tegakan hutan kompak Lahan Sempit Sesuai ketersediaan ruang terbuka Sempit hingga luas Luas Sempit Sempit memanjang Karakteristik vegetasi Pohon berukuran rendah Pohon perindang Pohon perindang dan pohon hias Arboretum (kumpulan pohon berbagai jenis) Pohon hias Green belt memanjang jenis pohon campuran Tegakan, arboretum atau kebun plasma nutfah Tegakan hutan campuran Tegakan hutan campuran

Sedang hingga luas

Berupa blok Berupa blok

Luas Luas

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

33

Luas hutan kotaBerapakah sebaiknya luas hutan yang harus dimiliki oleh suatu kota? Tentunya semakin luas hutan yang ada akan semakin baik bagi suatu kota, mengingat banyaknya manfaat yang dimiliki oleh hutan kota. Secara ideal luas hutan kota dapat ditentukan berdasarkan beberapa faktor dominan, yaitu tingkat cemaran, kenyamanan, dan upaya konservasi jenis flora endemik. Dengan asumsi bahwa setiap orang dalam kegiatannya mengeluarkan Carbon dan di supply oksigen oleh satu pohon, maka setiap kota perlu memiliki jumlah pohon sebanyak jumlah penduduknya. Dengan asumsi ini maka perhitungan untuk luas hutan kota adalah:

Tabel 4. 2 Perhitungan luas hutan kota berdasar emisi Oksigen dan absorbsi Carbon Kota No. Hutan Kota Berdasar O2 Kelompok KotaMetropolitan Besar Sedang Kecil

Penduduk (Jiwa)10 juta 5 juta 1 juta 0,5 juta

Produksi Carbon (ton/tahun)325,8 162,9 32,6 16,3

Jumlah Pohon10 juta 5 juta 1 juta 0,5 juta

Luas (Ha)5.000 2.500 500 250

Berdasar Carbon (Ha)2.692 1.346 269 134

Rerata (Ha)3.846 1.923 384,5 192

1 2 3 4

Catatan: Perhitungan didasarkan DKI jakarta dengan 10 juta penduduk, emisi Carbon di udara 325 ton/tahun.

Perhitungan jumlah pohon dan luas hutan kota dapat dilakukan dengan asumsi setiap rumah minimal harus memiliki satu atau dua pohon besar untuk tujan kenyamanan suhu udara.

Tabel 4. 3 Luas hutan berdasar suhu yang nyaman No.1 2 3 4

KotaMetropolitan Besar Sedang Kecil

Jumlah Jiwa10 juta 5 juta 1 juta 0,5 juta

Jumlah Bangunan Rumah2 juta 1 juta 200.000 100.000

Hutan Kota Jumlah Pohon2 juta 1 juta 200.000 100.000

Luas (Ha)10.000 5.000 1.000 500

Catatan: asumsi 1 Ha = 200 pohon

Luas hutan kota dapat pula diperhitungkan dari banyaknya jenis flora endemik. Pengadaan hutan kota dapat dipakai sebagai upaya konservasi jenis flora endemik. Banyak jenis pohon dan tanaman lainnya yang dapat ditanam pada hutan kota. Semakin banyak jumlah dan jenis flora yang ditanam, tentunya semakin luas pula kebutuhan lahan untuk hutan kota.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

34

Pemilihan jenis pohon untuk hutan kotaJenis pohon yang sesuai untuk hutan kota di daerah beriklim panas-lembab: pohon besar, bercabang banyak dan berakar tunggang, berbatang kayu keras, tidak mudah patah, berdaun lebat, membentuk payung atau kanopi, berumur panjang, berbuah atau tidak berbuah

Beberapa contoh pohon yang dapat dipakai untuk hutan kota adalah: mahoni, kenari, trembesi, dan asam jawa. Pohon-pohon ini mempunyai masa pertumbuhan yang relatif lama, sehingga sambil menunggu besarnya pohon-pohon tersebut, pada penanamannya dapat diseling dengan pohon jenis lain yang cepat tumbuhnya, seperti angsana atau sengon.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

35

5. Penanganan Sampah Perkotaan

5.1 PengertianSampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktifitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Bila sampah ini masuk ke dalam lingkungan (ke air, ke udara dan ke tanah) maka kualitas lingkungan akan menurun. Secara umum jenis sampah dibagi menjadi 3 yaitu:1) sampah organik : sampah yang dapat terdegradasi (berasal dari makhluk hidup); 2) sampah nonorganik; sampah yang tidak dapat terdegradasi ( misal plastik, kaleng, dll); 3)sampah berbahaya ( beterai, jarum suntik, dll). Tetapi pada umumnya sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia adalah jenis sampah organik (sampah basah), yaitu mencakup 60-70 % dari total volume sampah.

Kotak 5.1 Masalah sampah kotaMasalah sampah kota secara langsung menyangkut kesehatan lingkungan. Masalah sampah menyangkut tidak saja masalah-masalah teknik semata, melainkan juga masalah-masalah sosial dan budaya.

Kotak 5.2 Berbagai permasalahan sampah kota- berkembangnya jumlah dan ragam sampah kota - terbatasnya kapasitas pemerintah kota untuk mengelola sampah - kesulitan mendapatkan tempat bagi pembuangan akhir sampah - terbatasnya alternatif teknologi baru yang tepat dan terjangkau oleh pemerintah kota - perilaku masyarakat perkotaan yang belum sepenuhnya memahami tentang kompleksitas persoalan sampah kota

5.2 Tujuan PengelolaanDalam konteks perwujudan kota ekologi, penanganan masalah sampah harus mendapatkan perhatian yang sangat serius. Banyak cara dan pendekatan harus terus dikembangkan untuk mencari alternatif-alternatif pengelolaan sampah yang tidak saja secara teknis, secara ekonomis

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

36

dan sosial dapat diterima, akan tetapi juga secara lingkungan tidak merusak dan bahkan turut menjaga keseimbangan lingkungan.

Pengelolan sampah yang pada umumnya dilakukan saat ini banyak bertumpu pada proses pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Hal ini mengakibatkan tingginya biaya pengelolaan, disamping ketergantungan pada pelayanan pengangkutan sampah. Paradigma lama penanganan sampah secara konvensional ini perlu diubah dengan mengedepankan proses pengurangan dan pemanfaatan sampah (minimalisasi sampah). Minimalisasi sampah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi dengan reduksi dari sumber dan/ atau pemanfaatan limbah. Keuntungan yang diperoleh dari minimasi sampah adalah: a. Mengurangi ketergantungan terhadap TPA (Tempat Pembuangan Akhir) b. Meningkatkan efisiensi pengolahan sampah perkotaan c. Teciptanya peluang usaha bagi masyarakat Minimalisasi (pengurangan) sampah mencakup tiga usaha dasar yang dikenal dengan 3R, yaitu reduce, reuse, dan recycle. Tiga prinsip (3R) sebagai upaya penanggulangan sampah: 1. Reduce (mengurangi): sebisa mungkin mengurangi barang dan material yang dipakai seharihari. 2. Reuse (memakai kembali): memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Menghindari pemakaian barang yang disposable (sekali pakai). 3. Recycle (mendaur ulang): sedapat mungkin mendaur ulang barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi menjadi bentuk dan fungsi lain, meski tidak semua barang bisa didaur ulang.

5.3 Beberapa Sistem Pengolahan Sampah1. Daur ulang Adalah salah satu strategi pengolahan sampah padat yang terdiri atas pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan pembuatan material bekas pakai 2. Pembakaran (insenerator) Pembakaran sampah dengan insinerator dianggap efektif. Teknologi ini mengurangi volume sampah hingga 10 persen dan dapat menghasilkan energi panas. Insinerator menghasilkan dua macam limbah, yaitu debu dan sampah yang tidak habis terbakar. Sisa sampah yang tidak habis terbakar didaur ulang dan digunakan kembali. 3. Pengomposan Merupakan penguraian dan pemanfaatan bahan-bahan organik secara biologis dalam suhu tinggi dengan hasil akhir berupa bahan yang dapat diaplikasikan ke tanah. Teknologi pengomposan sampah cukup beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan tambahan yang biasa digunakan misalnya cacing dan mikroorganisma.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

37

4. Sanitary landfill Adalah salah satu cara penanganan limbah sampah dengan sistem urug. Sampah yang dibuang ke lubang pembuangan akan dtutupi tanah sehingga membentuk lapisan sampahtanah-sampah-tanah, dst sampai lubang penuh.

Kotak 5.3 PengomposanTeknologi pengomposan menjadi salah satu pilihan yang paling tepat dalam menanggulangi masalah sampah, karena: Bahan organik dalam jumlah besar dapat dipergunakan untuk memperbaiki produktivitas tanah terutama di daerah tropis dan subtropis Pengomposan sampah organik akan menghasilkan bahan mudah hancur, mudah diklola, mengurangi resiko penyakit bila dibenamkan ke dalam tanah Sampah organik yang masih utuh sangat disukai binatang jenis serangga yang dapat menggangu lingkungan. Bila dikomposkan, bahan-bahan tersebut tidak menarik bagi binatang.

Macam bahanKompos yang berkualitas baik mengandung banyak bahan organik dan sedikit bahan anorganik. Oleh karena itu harus ada pemilahan antara sampah yang dikomposkan, sulit dikomposkan dan sampah beracun. Suplay hara Pengomposan sangat bergantung pada kegiatan mikroorganisma yang umumnya memerlukan karbon sebagai sumber energi. Kelembaban kelembababan optimum berkisar antara 50-60 % Aerasi merupakan salah satu kunci penting yang mempengaruhi proses pengomposan. Aerasi ini meliputi penyediaan oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme dalam merombak limbah organik.

Model pengomposana. Metode sederhana Bahan organik ditumpuk begitu saja tanpa memperhatikan macam limbah. Selain waktunya lama, kompos yang dihasilkan juga bermutu rendah b. Metode indore Bahan yang akan dikomposkan merupakan campuran bahan organik selulosa (2 bagian) dan bahan organik kaya nitrogen (1 bagian). Bahan ditumpuk dengan ukuran panjang 2,4 m, lebar 2,2 m dan tinggi 1,5 m. Setelah 2-3 hari dicapai temperatur thermofilik, hari ke 4 dibalik. Dan seterusnya pembalikan dilakukan pada hari ke 7 dan ke 10. Kelebihan metode ini adalah prosesnya cepat dan kompos diperoleh dalam waktu singkat. c. Vermicomposting Adalah pengomposan bahan organik menggunaan cacing tanah. Dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah pengadaan cacing tanah, kedua perbanyakan cacing tanah, ketiga pengomposan. Selain kompos, juga menghasilkan biomasa sebagai sumber protein hewani.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

38

Persyaratan tempat pembuangan akhir (TPA): Jarak terhadap sungai dan danau lebih dari 150 meter. jika berada di sekitar pantai, jarak TPA dari garis pantai tidak boleh kurang dari 500 meter serta tidak boleh berada pada daerah pasang surut. TPA tidak boleh berada pada kawasan lindung, daerah sawah irigasi, kawasan wisata TPA harus dekat dengan lahan penyedia tanah lempung sebagai penutup (jika memakai sistem sanitary landfill ) kemiringan lereng TPA yang paling baik adalah 0 - 5

Kotak 5.4 Upaya mengurangi sampahUpaya mengurangi atau meminimalisasi sampah dapat dimulai sejak sistem pengumpulan, pengangkutan dan sistem pembuangan sampah. Pemilahan sampah minimal dilakukan dengan memilahnya menjadi 2 jenis yaitu sampah organik dan sampah anorganik.

5.4 Kiat-kiat Pengelolaan Sampah KotaPenanganan masalah sampah perkotaan harus didekati baik dari sisi sumber-sumber sampah serta pengatasannya. Dari sisi sumber, upaya-upaya yang dilakukan diarahkan untuk meminimalkan jumlah produksi sampah, terutama melalui usaha-usaha pengurangan pemakaian (reduce) dan pemakaian kembali (reuse). Dari aspek pengatasan, upaya-upaya yang dilakukan diarahkan pada usaha-usaha pendaur ulangan (recycle) serta alternatif-alternatif baru pengolahan sampah, termasuk antara lain penggunaan teknik insenerator serta usaha-usaha membuat kompos. Kegiatan 3R dalam pengelolaan sampah sendiri dapat dilakukan mulai dari rumah tangga. Terdapat paling tidak empat strategi yang dapat dikembangkan untuk pengelolaan sampah kota, yaitu: 1) minimalisasi limbah, 2) maksimalisasi daur ulang dan model kompos yang ramah lingkungan, 3) peningkatan pelayanan umum, 4) promosi pembuangan dan pengolahan limbah yang akrab lingkungan. Secara lebih detil beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan dari empat strategi di atas antara lain: 1) Minimalisasi limbah: Melembagakan sistim retribusi sampah, Meningkatkan fasilitas sanitasi bagi masyarakat perkotaan Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang sampah Mempromosikan pemisahan-pemisahan jenis sampah sejak dini, Mempromosikan penggunaan ulang barang-barang bekas, Meningkatkan usaha-usaha produksi bersih, Meningkatkan penggunaan treatment plant, khususnya bagi industri-industri yang mengeluarkan sampah. Maksimalisasi daur ulang dan kompos yang ramah lingkungan: Mengembangkan program daur ulang sebagai kerangka dasar pengelolaan limbah, Memperkenalkan model-model kompos untuk pengelolaan limbah, Membentuk inkubator-inkubator bagi produk-produk daur ulang,

2)

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

39

3)

Peningkatan pelayanan umum: Mengembangkan sistem-sistem pengelolaan sampah secara komunal, Membantu kelompok-kelompok masyarakat yang terlibat di dalam pengelolaan sampah, Meningkatkan kemampuan kapasitas aparat kota dalam pengelolaan sampah, Pelibatan sektor swasta dan masyarakat dalam pengelolaan sampah, Mengembangkan instrumen-instrumen ekonomi untuk pengelolaan sampah.

4) Promosi pembuangan dan pengolahan limbah yang akrab lingkungan: Menyusun baku mutu limbah, Mengembangkan prosedur dan sistim pembuangan sampah yang ramah lingkungan, Melakukan penerangan dan pendidikan umum tentang pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, Melakukan pendekatan terhadap kelompok swasta, khususnya industri yang banyak menghasilkan sampah.

5.5 Tahapan Pengelolaan Sampah Ramah LingkunganPada pengelolaan sampah ramah lingkungan, prinsipnya adalah memilah sampah sebelum sampai ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA) menjadi sampah organik, anorganik, dan sampahsampah yang sudah sulit untuk di daur ulang, sehingga volume sampah yang diangkut dan dibuang ke TPA menjadi berkurang. Sampah organik dan anorganik hasil pemilahan tersebut selanjutnya dapat didaur ulang.

Gambar 5. 1 Tahapan pengelolaan sampah kota Keuntungan kegiatan pengelolaan sampah ramah lingkungan: Mengurangi volume sampah yang akan masuk ke TPA, sehingga dapat memperpanjang umur tempat pembuangan akhir (TPA); meningkatkan efisiensi biaya pengangkutan sampah; meningkatkan kondisi sanitasi di sekitar TPA.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

40

Mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kebersihan lingkungan. Membantu melestarikan sumberaya alam, terutama kompos yang dipakai untuk pupuk tanaman. Menghasilkan sumberdaya baru dari sampah, misalnya pupuk tanaman. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah dan meningkatkan pendapatan keluarga.

5.6 Program Sosialisasi Pengelolaan Sampah Ramah LingkunganTerselenggaranya pengelolaan sampah ramah lingkungan dengan sukses perlu diawali dari kesadaran semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah, akan pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Beberapa upaya dapat dilakukan utuk mensosialisasikan pentingnya kegiatan ini, seperti terlihat dalam diagram.

Gambar 5. 2 Program sosialisasi pengelolaan sampah dengan daur ulang Jenis kegiatan sosialisasi dapat berupa: Penyuluhan tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan, pengelolaan dan pemanfaatan sampah. Penyebaran informasi di media-media cetak dan elektronik tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah secara ramah lingkungan. Penggalangan kerjasama dalam pengelolaan sampah antara pemerintah dan masyarakat, pemerintah dan swasta, serta swasta dan masyarakat, atau antar ketiga pihak tersebut. Pembentukan jaringan komunitas yang peduli kebersihan dan kesehatan lingkungan, serta jaringan komunitas yang peduli terhadap pengelolaan sampah ramah lingkungan. Pelaksanaan aksi-aksi lingkungan, seperti mengadakan pekan daur ulang sampah; lomba pembuatan barang dari daur ulang sampah.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

41

Sosialisasi dapat dilakukan oleh pihak swasta, perguruan tinggi atau pemerintah, dan diberikan kepada RT/RW, warga sekolah, swasta, perguruan tinggi, pemerintah dan pihak-pihak lainnya.

5.7 Upaya 3R di Perumahan, Perkantoran dan Daerah KomersialUpaya 3R di perumahan3R Reduce Jenis kegiatan Hindari pemakaian/pemberlian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar Gunakan produk yang dapat diisi ulang Kurangi penggunaan bahan sekali pakai Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada pihak yang memerlukan Gumakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau lainnya Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang Gunakan barang yang dapat diperbaiki dan/atau memiliki masa pakai yang lama Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai Lakukan penanganan sampah organik menjadi kompos dengan berbagai cara yang telah ada atau memanfaatkan sesuai dengan ketentuan Lakukan penanganan sampah anorganik menjadi barang yang bermanfaat.

Reuse

Recycle

Upaya 3R di daerah perkantoran3R Jenis kegiatan Gunakan kedua sisi lertas untuk penulisan dan fotocopy Gunakan alat tulis yang dapat diisi kembali Sediakan jaringan informasi dengan komputer (tanpa kertas) Gunakan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali Khusus untuk rumah sakit, gunakan insinerator untuk sampah medis Gunakan produk yang dapat diisi ulang Kurangi bahan sekali pakai Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang Gunakan peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis kembali Gunakan sampah kertas menjadi kertas kembali Olah sampah organik menjadi kompos

Reduce

Reuse

Recycle

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

42

Upaya 3R di daerah komersial (pasar, pertokoan, restoran, hotel)3R Reduce Reuse Recycle Jenis kegiatan Berikan insentif oleh produsen bagi pembeli yang mengembalikan kemasan/bungkus yang dapat digunakan kembali Berikan tambahan biaya bagi pembeli yang meminta kemasan untuk produk yang dibelinya Memakai kemasan hanya untuk produk yang benar-benar memerlukannya Sediakan produk yang kemasannya tidak menghasilkan sampa dalam jumlah besar Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada yang memerlukannya. Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk produk lain, seperti pakan ternak Berikan insentif kepada konsumen yang membawa wadah sendiri Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk isi ulang (minyak, sabun cuci cair, kecap, dll). Jual produk-produk daur ulang sampah dengan lebih menarik Berilah insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil daur ulang sampah Olah kembali buangan dari proses yang dilakukan sehingga bermanfaat bagi proses lainnya Lakukan penanganan sampah organik menjadi kompos atau memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan Laukan penanganan sampah anorganik.

Contoh penerapan 3R pada rumah tanggaPrinsip 3R dapat langsung diterapkan pada rumah tangga. Tiap rumah tangga melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik dengan jalan memiliki 2 jenis tempat sampah yaitu tempat sampah organik dan anorganik. Tempat sampah organik hanya dipakai untuk membuang sampah sisa makanan dan sisa memasak, sedangkan tempat sampah anorganik dapat dipakai untuk membuang sampah kertas, botol, kaleng, dan sebagainya. Bahkan akan lebih ideal apabila sampah kertas dan botol/kaleng dipisahkan.

Reduce: Membeli barang kebutuhan rumah tangga dalam jumlah banyak sekaligus Memilih kemasan isi ulang daripada botol sekali pakai (minyak, sabun, sampo, obat pembersih lantai dan kaca) Gunakan baterai yang dapat diisi kembali Membawa kantong belanja sendiri saat berbelanja Mematikan kran air saat menggosok gigi Menggunakan kembali botol plastik bekas air mineral untuk wadah tanaman hias Handuk bekas layak pakai dapat digunakan untuk kain pembersih lantai atau sarung tangn dapur

Reuse:

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

43

Kertas daur ulang atau daun pisang dapat digunakan sebagai pembungkus daripada steoroform Memakai kembali sisi kertas yang kosong sebagai kertas memo/catatan Memakai kembali air bekas cucian beras untuk menyiram tanaman Mengganti kantong plastik dengan kantong kertas

Recycle: Mengumpulkan barang bekas: plastik, kertas, kaca, kaleng, logam dan bahan-bahan lainnya yang dapat di daur ulang, untuk diberikan kepada pemulung atau dijual kepada yang membutuhkan.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

44

6. Transportasi

6.1 PengertianTransportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan kota. Sistem transportasi kota yang dipakai akan mempengaruhi kualitas kota, karena transportasi berkaitan dengan pemakaian ruang, waktu dan energi. Saat ini, lebih banyak orang melakukan perjalanan jarak jauh dengan kendaraan dari pada masa lalu, sehingga kebutuhan akan bahan bakar dan sarana transportasi juga meningkat. Meningkatnya jumlah penduduk kota serta berubahnya gaya hidup masyarakat mengakibatkan meningkatnya jumlah kendaraan di jalan, khususnya kendaraan pribadi. Transportasi telah menjadi salah satu isyu pembangunan kota, khususnya di negara berkembang, karena umumnya kondisi transportasi di kota-kota tersebut tidak memadai dan mempengaruhi banyak orang. Transportasi di dalam kota mengkonsumsi sejumlah besar ruang atau lahan untuk jalan dan rel kereta api, serta sejumlah besar infrastruktur dan energi. Banyak kota mengalami kendala ekonomi dalam pembangunan jaringan jalan, sedang jalan yang sudah ada banyak mengalami kerusakan karena tidak adanya pemeliharaan yang baik. Bahkan di banyak kota sering terjadi konflik tata guna lahan antara sektor transport (untuk pembangunan jalan) dan sektor-sektor lain, seperti perumahan dan pertanian. Pembakaran bensin kendaraan bermotor akan menghasilkan karbon dioksida, karbon monoksida, hidrokarbon, oksida-oksida nitrogen, partikel-partikel dan senyawa-senyawa lain. Mobil, sepeda motor, bis dan truk merupakan jenis kendaraan bermotor yang banyak menghasilkan polutan udara yang membahayakan kesehatan. Oksida-oksida nitrogen dan hidrokarbon yang berinteraksi dengan sinar matahari akan memproduksi asap oksidan, yang membuat iritasi mata dan paruparu, serta merusak tanaman disekitarnya. Kemacetan lalu lintas di kota-kota besar, merupakan kejadian yang biasa dialami penduduk sehari-hari. Penyebab utama kondisi ini adalah cepatnya pertumbuhan yang disebabkan tingginya pemakaian kendaraan pribadi; pengembangan jaringan jalan yang buruk; kurangnya investasi untuk sistem transportasi umum; lemahnya perencanaan dan keputusan-keputusan pemerintah. Pembangunan banyak jalan baru dengan biaya besar yang dilakukan untuk tujuan mengurangi kemacetan kendaraan sebenarnya tidak menyelesaikan masalah, tetapi justru akan menambah terjadinya kemacetan di bagian-bagian lain dari jaringan jalan. Bahkan pembangunan jalan-jalan baru di dalam kota dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan bangunan bersejarah, hilangnya habitat atau spesies tanaman, kerusakan lansekap kota, serta tumbuhnya kegiatan baru yang tidak sesuai dengan kegiatan yang direncanakan.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

45

Sebaliknya pengembangan jaringan jalan, terutama di kota besar di Indonesia masih terkesan ambisius, sementara penanganan angkutan umumnya masih minim, sehingga diperlukan investasi besar. Padahal jalan-jalan tersebut akhirnya hanya dipakai oleh kendaraan pribadi yang jumlahnya semakin banyak, sehingga menimbulkan kemacetan. Adanya kecenderungan pertumbuhan kota yang menyebar ke daerah-daerah pinggiran, khususnya untuk perumahan kelas menengah keatas, dan belum adanya transportasi umum yang memadai, membuat penduduk tergantung pada kendaraan pribadi untuk mencapai pusat kota. Keadaan ini menyebabkan konsumsi bensin menjadi berlebih dan tidak ada penghematan bahan bakar.

Tujuan sistem transportasi yang baik: Melancarkan aliran barang dan manusia di kota Mendukung kegiatan ekonomi kota Mendukung kontak sosial masyarakat kota Efisiensi bahan bakar transportasi

Kotak 6.1 Masalah yang ditimbulkan oleh transportasi Mengkonsumsi sejumlah besar infrastruktur dan energi Sering menyebabkan konflik tata guna lahan Menyebabkan polusi udara dan suara Penyumbang utama gas rumah kaca Menyebabkan kemacetan dan kecelakaan lalu lintas hilangnya habitat atau spesies tanaman hilang/terganggunya bangunan bersejarah kerusakan lansekap kota tumbuhnya kegiatan baru yang tidak sesuai dengan kegiatan yang direncanakan

Kotak 6.2 Dampak negatif pembangunan jalan-jalan baru di dalam kota menyebabkan kerusakan lingkungan dan bangunan bersejarah hilangnya habitat atau spesies tanaman kerusakan lansekap kota tumbuhnya kegiatan baru yang tidak sesuai dengan kegiatan yang direncanakan

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

46

6.2 Strategi Berkelanjutan

untuk

Mencapai

Sistem

Transportasi

Untuk kota-kota di Indonesia, maka kondisi transportasi khususnya transportasi darat, perlu diarahkan agar tercipta transportasi yang berwawasan lingkungan, dalam rangka menuju kepada pembangunan transportasi yang berkelanjutan. Strategi yang diperlukan adalah: 1. Strategi di bidang ekonomi. Merupakan pemberian insentif bagi fasilitas transport dalam pemeliharan aset-aset transportasi (jalan, kendaraan, bangunan pelengkap, rambu dan marka, dan sistem informasi). Tarif angkutan umum yang memadai, yang mampu menjaga kualitas layanan yang memadai. Efisiensi investasi transportasi, dengan pengembangan jaringan jalan yang sesuai kebutuhan. 2. Strategi untuk pengurangan polusi dan pemakaian bahan bakar ramah lingkungan Pengendalian emisi gas buang dan suara bising dari kendaraan bermotor. Berapa hal perlu dilakukan oleh pemerintah untuk uji emisi, antara lain: Menyiapkan bengkel perawatan kendaraan Menyediakan atau melengkapi peralatan untuk uji emisi kendaraan Peningkatan sumberdaya manusia Menyiapkan segera perangkat hukum yang berisi petunjuk teknis pelaksanaan penindakan pelanggaran emisi gas buang kendaraan bermotor di jalan.

Perlunya memiliki transportasi dengan bahan bakar yang ramah lingkungan. - Pemakaian bahan bakar bensin tanpa timbal - Pemakaian bahan bakar gas (BBG), dari jenis CNG (Compressed Natural Gas), LPG (Liquid Petrolium Gas), dan metanol. Ketiga jenis bahan bakar gas tersebut mempunyai emisi gas buang yang rendah. - Pemakaian bahan bakar sinar matahari (tenaga surya) Perlunya mendorong transportasi nir-energi dan nir-polusi, yaitu kendaran yang tidak bermotor dan tidak menimbulkan polusi sebagai alternatif transportasi jarak pendek. Contohnya becak, sepeda, dan dokar.

Kotak 6.3 Aturan pengendalian emisi gas buang dari kendaraan bermotor Keputusan Menteri Perhubungan No. 71/1993 tentang Uji Tipe Kendaraan Bermotor, Keputusan Menteri Perhubungan No. 63/1971 tentang Persyaratan Ambang Batas Laik jalan Kendaraan Bermotor. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 35/MENHL/10/1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

47

3. Manajemen lalu lintas a. Upaya untuk perbaikan manajemen lalu lintas dapat dilakukan dalam bentuk penerapan kebijakan secara langsung maupun studi-studi yang dapat membantu mengatasi permasalahan lalu lintas. Penerapan manajemen lalu lintas yang baik dan sesuai dengan kondisi setempat diharapkan dapat: Meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang jalan, Memberi prioritas bagi angkutan umum, Mendorong pengalihan penggunaan angkutan pribadi ke angkutan umum, Mendorong penggunaan kendaraan secara lebih efisien, Mendorong penggunaan kendaraan tidak bermotor, seperti becak, sepeda, andong/delman Beberapa upaya yang dapat diterapkan di beberapa kota antara lain: Pembatasan lalu lintas pada jalur-jalur jalan tertentu, dengan penerapan sistem satu arah, pembatasan jenis moda transportasi, penerapan lajur khusus bus (bus line), pengembangan jalan khusus bus (bus way), Penerapan sistem traffic calming di beberapa jalan di kawasan pusat kota dan permukiman. Pada sistem ini kendaraan diperlambat jalannya sehingga tidak membahayakan Pembatasan kecepatan arus lalu lintas, dengan pengembangan Area Traffic Control System (ATCS) b. Perlu adanya keterpaduan antara kebijakan pemerintah (transportasi) dan kebijakan tata guna lahan Kehadiran fungsi-fungsi baru di kota, seperti pusat perdagangan, merupakan penggerak perjalanan (trip generator) yang otomatis akan memberi dampak sangat besar terhadap jaringan jalan kota yang sudah jenuh dalam bentuk kemacetan lalu lintas. Untuk mengurangi terjadinya dampak tersebut, dalam pengajuan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) pemerintah perlu mewajibkan dilakukannya Analisis Dampak Lalu Lintas bagi pembangunan fasilitas atau kawasan pusat kegiatan baru, sebagai kelengkapan dalam Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL). Hendaknya rencana kota perlu diarahkan pada pengurangan ketergantungan terhadap kendaraan. Pembangunan perumahan atau fasilitas baru di pinggiran kota yang jauh dari pusat kota dan akan menambah ketergantungan terhadap kendaraan pribadi perlu diperhatikan. Penerapan sIstem transit-oriented development. Pada sistem ini kegiatan pendududk terkonsentrasi di satu area. Tempat-tempat umum seperti bank, pasar, toko, kantor saling berintegrasi mudah dicapai dengan berjalan kaki atau transportasi umum Menghindari pemakaian lahan untuk tranportasi di daerah pinggiran kota dengan nilai konservasi, budaya dan lansekap tinggi c. Angkutan massal Membangun dan menyediakan sarana dan prasarana transportasi publik/ masal yang efisien dan representatif (termasuk mass rapid transportation). Jenis angkutan umum massal antara lain: Bis kota KRL (kereta listrik) Kereta monorail Kereta bawah tanah (subway)

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

48

d. Pengendalian transportasi Mengaktifkan jalur sepeda/ pejalan kaki yang nyaman dan aman pembatasan jumlah kendaraan (traffic restraints) di kota melalui jumlah parkir resmi (terdaftar), pelarangan parkir di kota dan menaikkan harga parkir pada kawasan tertentu sistem daerah lisensi, dengan memberlakukan tarif pada jalan dan waktu tertentu sistem genap-ganjil dari nomor akhir plat kendaraan. Artinya, mobil-mobil pribadi diatur hak jalannya di dalam kota berdasar pada nomor akhir plat kendaraannya semakin mahal, untuk menebus polusi yang diakibatkan karena bertambah banyak jumlah dan usia dari mobil-mobil yang dimiliki. pemberlakuan zona bebas mobil/ kendaraan (car free zone). pemberlakuan hari tanpa berkendaraan (car free day). uji coba berbagi/ bermobil patungan (car sharing).

Kotak 6.4 Keuntungan pemakaian angkutan umum massal: Mengurangi ketergantungan pemakaian kendaraan pribadi. Mengurangi kemacetan lalu lintas. Efisien dalam hal waktu. Lebih murah.

3. Keberlanjutan dan strategi di bidang sosial Aksesibilitas masyarakat miskin terhadap layanan transportasi. Perencanaan sistem transportasi harus memberi perhatian kepada layanan bagi golongan marginal. Keselamatan berlalu lintas. - sistem angkutan umum dengan keamanan terjamin, misalnya: tidak berdesakdesakan, sopir tertib dalam menjalankan kendaraan, kendaraan berhenti di tempat yang ditentukan. - Meminimalkan pelanggaran yang dilakukan masyarakat, seperti pelanggaran ramburambu lalu lintas, pejalan kaki berjalan di badan jalan yang cukup membahayakan. - Meminimalkan terjadinya kemacetan lalu lintas.

Kotak 6.5 Beberapa tip untuk membuat sistem pedestrian yang baik dan aman harus menghubungkan titik-titik lokasi yang penting dalam kota harus cukup lebar (paling tidak 2 m) agar nyaman dan aman untuk berjalan kaki harus rata, dengan perkerasan yang baik harus teduh dan terlindung dari kemungkinan hujan maupun panas matahari harus dilengkapi dengan street furniture antara lain: pot bunga, bak sampah, tanda penunjuk jalan, iklan-iklan

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

49

7. Penataan Kawasan Historis dan Bersejarah

7.1 PengertianPusaka atau warisan budayaPusaka atau warisan budaya (heritage) merupakan komponen yang mempunyai hubungan dengan masa lalu yang bernilai dan merupakan sumber daya bagi masyarakat masa kini maupun mendatang. Pada awalnya, konotasi pusaka budaya cenderung pada benda-benda tunggal seperti monumen dan candi. Namun, dengan perkembangan jaman, kini pengertian pusaka berubah tidak hanya pada benda-benda bersejarah yang indah dan megah, namun juga kelompok bangunan, kawasan, desa, kota, bahkan kegiatan sosial dan budaya yang memiliki kekentalan lokal dan kesejarahan, termasuk misalnya seni kampung, makanan tradisional, suasana yang khas, dll. Secara ringkas komponen pusaka budaya terdiri atas abiotik (kota, bangunan, gunung, danau, dll), biotik (flora, fauna), dan sosial (tari, musik, seni rupa, festival, upacara, makanan tradisional, bahasa, dll).

Pelestarian kawasan pusaka budayaPelestarian (konservasi) kawasan pusaka budaya suatu kota adalah suatu pengelolaan kawasan di dalam kota yang memiliki nilai kesejarahan dan budaya agar terus berkesinambungan dalam menerima perubahan dan pembangunan, antara pemeliharaan aset lama dan pemenuhan kebutuhan hidup masa kini dan mendatang.

Tujuan pelestarian kawasan pusaka budayaTujuan Pelestarian kawasan budaya adalah untuk menjaga dan mengembangkan nilai-nilai budaya dari kawasan , yang dapat ditentukan dari nilai-nilai arsitektural, sejarah, dan sosialnya Pelestarian merupakan upaya penyelamatan dan pembangunan berbagai komponen budaya, baik yang berada dalam lingkungan statis, misalnya bangunan tunggal maupun lingkungan dinamis, misalnya kelompok bangunan, kawasan, desa, kota, serta merupakan upaya untuk menciptakan warisan budaya masa mendatang.

Panduan Praktis Untuk Mewujudkan Kota, Komunitas, dan Rumah Ramah Lingkungan

Kota Ekologis

50

Pelestarian kawasan pusaka budaya bukanlah upaya romantisme masa lalu, tetapi pelestarian perlu melihat berbagai aspek kehidupan yang berdasar pada program partisipasi, analisis ekonomi, proyeksi masa datang, serta meningkatkan daya tarik bisnis lokal dan mengembangkan kegiatan sosial budaya di lingkungan tersebut. Pelestarian merupakan suatu upaya pembangunan yang terkait erat dengan perencanaan ekonomi masyarakat yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat beserta lingkungannya. Masyarakat perlu memperoleh keuntungan dari upaya pelstarian, baik secara moril maupun materiil.

Apa permasalahan pelestarian?Kehidupan modern yang tumbuh sangat cepat, serta perubahan gaya hidup yang menuntut pemenuhan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan baru telah memacu banyaknya kepunahan, kerusakan, pengrusakan, dan pemusnahan pusaka budaya. Secara alamiah, pusaka budaya yang berada dalam lingkungan yang dinamis pa