BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi,...

51
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710 Kotak Pos : 4390, Jakarta 12043 Telepon : (021) 5251109 ; Faksimili : (021) 5251110

Transcript of BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi,...

Page 1: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONALJl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710

Kotak Pos : 4390, Jakarta 12043Telepon : (021) 5251109 ; Faksimili : (021) 5251110

Page 2: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

i

Kebutuhan tenaga listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan iniseiring dengan laju pembangunan ekonomi, laju pertumbuhan penduduk dan pesatnyapembangunan di sektor industri. Untuk memenuhi kebutuhan pasokan tenaga listrik,akan menjadi lebih sulit jika hanya bergantung pada sumber daya energi yang ada,yang saat ini ketersediaannya makin terbatas. Karena itu menjadi sangat penting untukmengambil langkah-langkah dalam mencari sumber daya energi lain sebagai alternatif.Namun, pemilihan sumber daya energi alternatif perlu mempertimbangkan berbagaiaspek, yang meliputi aspek ketersediaan energi, aspek teknologi, aspek keselamatan,aspek sosial, aspek ekonomi dan lingkungan, serta aplikasi program alih teknologidan partisipasi industri nasional di Indonesia dalam abad ke-21. Oleh karena itu,diharapkan bahwa pemenuhan kebutuhan tenaga listrik akan memasuki era bauranenergi yang optimum (optimum energy mix), dengan mempertimbangkanketerbatasan dari masing-masing sumber daya energi yang dipilih, kendala lingkungan,dan kebijakan nasional dalam diversifikasi sumber daya energi. Berdasarkan faktabahwa Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) secara teknis aman, selamat, handal, bersihdan berwawasan lingkungan, ekonomis, serta didukung oleh kesiapan sumber dayamanusia dan infrastruktur, termasuk hasil studi kelayakan pembangunan PLTN danpengkajian komprehensif terhadap berbagai sumber daya energi bagi pembangkitanlistrik di Indonesia maka pemanfaatan energi nuklir menjadi solusi yang paling tepat.

Agar pemanfaatan Sistem Energi Nuklir (SEN) dapat menjadi bagian dari sistempasokan energi nasional yang simbiotik dan sinergistik dengan energi baru danterbarukan serta yang tak terbarukan, maka SEN perlu diterapkan dan dikembangkanberdasarkan pada desain teruji yang terkini dan desain maju (desain evolusioner dan/atau inovatif dengan penyempurnaan pada aspek keselamatan dan teknologi) agarmendapatkan penerimaan dari seluruh lapisan masyarakat, kinerja dan keekonomianyang lebih baik serta perlindungan yang memadai bagi masyarakat dan investordengan prinsip dasar dan persyaratan utamanya dituangkan dalam bentuk dokumen.

Dokumen ini diterbitkan sebagai pedoman yang mengandung beberaparekomendasi yang ditujukan untuk membantu para pemangku kepentingan(stakeholders) guna memenuhi persyaratan legal dan teknis dalam menerapkan danmengembangkan SEN secara berkelanjutan sebagai bagian pasokan energi yangberkelanjutan guna mendukung pembangunan nasional berkesinambungan.

PRAKATA

Jakarta, Oktober 2006Badan Tenaga Nuklir Nasional

Prof. Soedyartomo Soentono, MSc, PhDKepala

Page 3: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

ii

PRAKATA ...............................................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I DEFINISI ...............................................................................................

BAB II TUJUAN DAN RUANG LINGKUP .......................................................

BAB III PENDAHULUAN ..................................................................................3.1 Perlunya Energi Nuklir ................................................................3.2 Hirarki Hukum Nasional ..............................................................3.3 Perjanjian Nuklir Internasional ....................................................

BAB IV SISTEM ENERGI NUKLIR DAN KONSEP KEBERLANJUTAN ........4.1 Energi dan Pembangunan Berkelanjutan ..................................4.2 Dimensi Keberlanjutan ................................................................4.3 Sistem Energi Nuklir dan Konsep Umum Keberlanjutan ..........

BAB V PRINSIP DASAR DAN PERSYARATAN ............................................5.1 Ekonomi .......................................................................................5.2 Keselamatan Instalasi Nuklir ......................................................5.3 Lingkungan dan Kondisi Tapak ..................................................5.4 Pengelolaan Limbah ...................................................................5.5 Resistensi Proliferasi ..................................................................5.6 Infrastruktur ..................................................................................

DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

KONTRIBUTOR .....................................................................................................

DAFTAR ISI

i

ii

1

2

3344

6678

99

1129313841

45

47

48

Page 4: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

1

BAB IDEFINISI

Sistem Energi Nuklir (SEN) mencakup spektrum lengkap dari fasilitas nuklir danketentuan institusional terkait.

Fasilitas nuklir meliputi fasilitas untuk: penambangan dan pengolahan bijih, prosesdan pengkayaan uranium dan/atau thorium, konversi, fabrikasi bahan bakar nuklir,produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi),pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan daur bahan bakar tertutup),dan fasilitas untuk kegiatan pengelolaan bahan terkait, meliputi penyimpanan,pengangkutan dan pengelolaan limbah.

Ketentuan institusional terdiri dari persetujuan, traktat, konvensi, kerangka hukumnasional dan internasional sebagai bagian dari infrastruktur nasional daninternasional yang diperlukan dalam memanfaatkan dan melaksanakan programnuklir.

Desain maju adalah rancangan yang dikembangkan dengan tujuan untuk perbaikandan penyempurnaan terhadap status desain saat ini. Desain maju selanjutnyadikategorikan ke dalam desain evolusioner dan desain inovatif.

Desain evolusioner adalah desain maju yang merupakan perbaikan terhadap statusdesain yang ada melalui modifikasi sederhana, dengan lebih berfokus untukmenjaga keterbuktian desain dalam meminimalkan risiko teknologi.

Desain inovatif adalah desain maju yang bertumpu pada perubahan konseptualsecara radikal baik pendekatan desainnya ataupun konfigurasinya dibandingkandengan praktik yang telah ada.

Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhangenerasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untukmemenuhi kebutuhannya.

Energi Berkelanjutan adalah produksi dan penggunaan energi yang mendukungpembangunan bagi umat manusia dalam jangka panjang dan mencakup dimensisosial, ekonomi, lingkungan dan institusional.

Keamanan Pasokan Energi adalah ketersediaan energi sepanjang waktu dalamberbagai bentuk, dalam kuantitas yang memadai, dan pada harga yang terjangkau.

Resistensi Proliferasi didefinisikan sebagai karakteristika SEN dalam mencegahpenyimpangan atau produksi bahan nuklir yang tidak dilaporkan ataupenyalahgunaan teknologi, oleh negara yang bermaksud mengembangkan senjatanuklir atau alat peledak lainnya.

Fitur Resistensi Proliferasi Intrinsik adalah fitur yang dihasilkan dari desain teknisSEN, termasuk fitur yang memudahkan implementasi tindak ekstrinsik.

Fitur Resistensi Proliferasi Ekstrinsik adalah fitur yang dihasilkan dari kebijakandan tindakan negara terkait dengan pemanfaatan dan pengembangan SEN.

Page 5: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

2

Tujuan utama Dokumen ini adalah sebagai pedoman bagi penerapan danpengembangan Sistem Energi Nuklir (SEN) yang berkelanjutan sebagai bagianpasokan energi berkelanjutan guna mendukung pembangunan berkesinambungan.Pedoman ini berisi seperangkat prinsip dasar dan persyaratan dalam bidang ekonomi,lingkungan, keselamatan, pengelolaan limbah, resistensi proliferasi dan infrastrukur.Dokumen ini dimaksudkan untuk :1. Menetapkan aturan dasar bagi SEN yang meliputi masalah penerbitan izin dan

dasar-dasar kecelakaan terparah yang dipersyaratkan oleh badan pengawas sertajaminan perolehan izin (lisensibilitas),

2. Menyiapkan persyaratan desain instalasi/fasilitas standar yang tercermin dalamSEN dan desain pemasok instalasi/fasilitas yang telah disertifikasi serta,

3. Menyajikan prinsip dasar dan persyaratan yang digunakan dalam penyusunan paketpenawaran investor SEN untuk desain rinci final, perizinan dan konstruksi, danmenyajikan suatu pertimbangan penting guna memberi keyakinan yang kuat bagiinvestor bahwa risiko yang terkait dengan investasi awal untuk menyelesaikan danmengoperasikan SEN pertama adalah minimal.

Ruang lingkup dokumen ini secara umum mencakup desain SEN yang telah ada,desain secara evolusi maupun desain secara inovatif.

Berikut ini tinjauan singkat terhadap kandungan bab-bab dalam dokumen. Bab Imenjelaskan definisi yang digunakan dalam dokumen, Bab II menerangkan tujuan danruang lingkup dokumen, Bab III menjelaskan perlunya energi nuklir; hirarki hukumnasional; dan traktat Internasional, kewajiban hukum dan konvensi bidang energi nuklir,Bab IV menjelaskan perkembangan historis konsep pembangunan berkelanjutan. Babini membahas peranan pasokan energi termasuk SEN untuk mencapai sasaranpembangunan berkelanjutan, Bab V sebagai bagian utama dokumen mendefinisikanprinsip dasar dan persyaratan.

BAB IITUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Page 6: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

3

BAB IIIPENDAHULUAN

3.1. Perlunya Energi Nuklir

Dalam rencana pembangunan jangka panjang, kebutuhan energi diproyeksikanmeningkat sangat cepat. Guna memenuhi peningkatan kebutuhan energi dalam negeriyang pesat, akan mengalami kesulitan apabila hanya menggantungkan sepenuhnyapada salah satu sumber daya energi yang ada dengan ketersediaan yang semakinterbatas. Pemilihan sumber daya energi alternatif harus dipertimbangkan dalamberbagai aspek termasuk aspek ketersediaan energi dan keamanan, teknologi,keselamatan, sosial ekonomi dan lingkungan.

Untuk memberikan dasar pertimbangan yang kuat dalam introduksi PLTN kedalam sistem kelistrikan nasional, suatu studi kelayakan yang komprehensif danmendalam telah dilaksanakan sejak 1991 dan selesai pada 1996. Pada tahun 2000-2002, studi ini diperbarui khususnya pada kebutuhan dan pasokan energi nasionaltermasuk pengkajian lingkungan melalui ‘the Comprehensive Assessment of DifferentEnergy Sources for Electricity Generation in Indonesia (CADES)’ dan hasilnyamenunjukkan bahwa penggunaan PLTN pada 2016 memberikan solusi yang optimal.Memasuki tahun 2025 peranan energi nuklir dalam sistem listrik Jawa-Madura-Balidapat mencapai 4% dari kapasitas terpasang.

Untuk mendukung pembangunan nasional suatu pendekatan telah dilakukan yangdidasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar sumber daya energi Indonesiaadalah tidak-terbarukan dan cadangannya terbatas. Karena itu, telah diambil tigalangkah kebijakan yaitu diversifikasi diiringi dengan intensifikasi dan penghematan.Pengenalan PLTN di Indonesia tidak hanya untuk mencapai suatu bauran energi yangoptimal (untuk jaringan listrik Jawa-Madura-Bali) yang didasarkan pada biaya danpelestarian lingkungan, tapi juga untuk membebaskan diri dari tekanan yang timbulkarena meningkatnya kebutuhan minyak dan gas dalam negeri serta untuk mendukungpembangunan nasional yang berkelanjutan.

Energi memainkan peran penting dalam keempat dimensi pembangunanberkelanjutan: aspek ekonomi, sosial, lingkungan dan institusional (kelembagaan).Untuk memenuhi kebutuhan energi pada abad ke-21 secara berkelanjutan (pasokanenergi berkelanjutan) akan memerlukan penggunaan sumber daya energi dalam skala-besar termasuk energi nuklir. Sebagai pedoman dalam pengelolaan energi nasionalberkelanjutan, telah ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 TentangKebijakan Energi Nasional yang antara lain menetapkan bahwa peranan energi barudan terbarukan terhadap konsumsi energi khususnya: biomasa, nuklir, hidro, mataharidan angin dalam bauran energi nasional mencapai lebih besar dari 5% pada tahun2025.

Energi nuklir memiliki potensi menyediakan pasokan energi dengan biaya efektif,handal dan aman, baik langsung maupun tidak langsung. Perlu diingat bahwadibutuhkan banyak waktu untuk membawa sebuah gagasan dari tahap konsep keimplementasi pada tingkatan yang mampu memberikan dampak signifikan secaraglobal, regional serta lokal pasokan energi berkelanjutan. Dalam hal ini, perlu dicatatbahwa energi nuklir adalah suatu jenis teknologi energi yang secara praktis

Page 7: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

4

menawarkan sumber energi tak terbatas serta dalam penggunaannya dapatmengurangi polusi lingkungan dan volume kegiatan pengelolaan limbah, termasuk jugaemisi gas rumah kaca.

3.2. Hirarki Hukum Nasional

Norma hukum pengaturan tenaga nuklir merupakan bagian dari sistem hukumnasional Republik Indonesia dan Undang-Undang Ketenaganukliran serta peraturanbidang nuklir masuk di dalam hirarki hukum nasional. Hirarki ini terdiri dari beberapatingkat. Tingkat pertama (constitutional) adalah Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia 1945. Tingkat kedua perundang-undangan (statutory) adalahUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.Tingkat ketiga (regulatory) merupakan pengaturan; yaitu, aturan yang lebih rinci danbahkan lebih teknis untuk mengawasi atau mengatur kegiatan yang disebutkan dalamtingkat perundang-undangan. Tingkat keempat (guidance instrument) berupa pedomanyang berisikan rekomendasi untuk membantu para pemangku kepentingan dalammemenuhi persyaratan legal. Dalam hal ini, berdasarkan Keputusan Presiden RepublikIndonesia Nomor 103 Tahun 2001 jo Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 tentangKedudukan, Tugas, Fungsi, Hak, Struktur Organisasi, dan Prosedur Kerja LembagaPemerintah Non-Departemen menetapkan bahwa BATAN berwenang danbertanggungjawab menetapkan pedoman penerapan dan pengembangan sistemenergi nuklir. Oleh karena itu, dokumen ini disusun untuk digunakan oleh penggunasebagai panduan dalam melaksanakan dan mengembangkan Sistem Energi Nuklir(SEN) yang berkelanjutan sebagai bagian pasokan energi berkelanjutan gunamendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.

3.3. Perjanjian Nuklir Internasional

Beberapa prasyarat tertentu pada lingkup nasional yang menyangkut kepatuhanpada perjanjian bidang ketenaganukliran internasional sebagai landasan hukum bagipenggunaan energi nuklir tujuan damai telah dipenuhi, adalah: 1. Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapon (NPT), ditandatangani pada

2 Maret 1970 dan diratifikasi dengan Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1978pada 19 Desember 1978.

2. Convention on the Physical Protection of Nuclear Materials, ditandatangani pada3 Juli 1986 dan diratifikasi dengan Keputusan Presiden RI Nomor 49 Tahun 1986pada 5 November 1986.

3. Convention on Early Notification of a Nuclear Accident, ditandatangani pada26 September 1986 dan diratifikasi dengan Keputusan Presiden RI Nomor 81Tahun 1993 pada 1 September 1993.

4. Convention on Assistance in the Case of Nuclear Accident or RadiologicalEmergency, ditandatangani pada 26 September 1986 dan diratifikasi denganKeputusan Presiden RI Nomor 82 Tahun 1993 pada 1 September 1993.

5. Treaty on the Southeast Asia Nuclear Free Zone, ditandatangani pada15 Desember 1995 dan diratifikasi dengan Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun1997 pada 2 April 1997.

6. Convention on Nuclear Safety, ditandatangani pada 20 September 1994 dandiratifikasi dengan Keputusan Presiden RI Nomor 106 Tahun 2001 pada4 Oktober 2001.

Page 8: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

5

7. Convention on Supplementary Compensation for Nuclear Damage,ditandatangani pada 6 Oktober 1997.

8. Joint Convention on the Safety of Spent Fuel Management and on the Safety ofRadioactive Waste Management, ditandatangani pada 6 Oktober 1997.

9. Protocol to Amend Vienna Convention, ditandatangani pada 6 Oktober 1997.10. Agreement between the Republic of Indonesia and the International Atomic Energy

Agency on the Application of Safeguards in Connection with the Treaty on theNon-Proliferation of Nuclear Weapons, ditandatangani di Wina pada 14 Juli 1980(INFCIRC/283), dan

11. Protocol Additional to the Agreement between the Republic of Indonesia and theInternational Atomic Energy Agency for the Application of Safeguards inConnection with the Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons,ditandatangani di Wina pada 29 September 1999.

Page 9: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

6

BAB IVSISTEM ENERGI NUKLIR DAN KONSEP KEBERLANJUTAN

4.1. Energi dan Pembangunan Berkelanjutan

Dalam Laporan Brundtland 1987, Our Common Future, memperingatkan duniaterhadap perlunya segera melakukan langkah maju ke arah pembangunan ekonomiyang berkelanjutan tanpa menghabiskan sumber daya alam atau membahayakanlingkungan. Berdasarkan laporan yang ditulis oleh kelompok politisi, pegawai sipildan para ahli internasional tentang lingkungan, laporan tersebut mendefinisikanpembangunan berkelanjutan sebagai berikut: Pembangunan untuk memenuhikebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatanguntuk memenuhi kebutuhannya.

Laporan Brundtland menyebutkan bahwa untuk menjamin keadilan globaldiperlukan pertumbuhan ekonomi dan berargumentasi bahwa pertumbuhan dimaksudhanya dapat berkelanjutan jika dicapai secara simultan dengan melindungi lingkungandan menghemat cadangan sumber daya alam tak terbarukan. Laporan tersebut jugamenyebutkan bahwa pencapaian terhadap keadilan global dan pertumbuhan yangberkelanjutan mensyaratkan perubahan teknologi dan sosial, misalnya negaraberkembang seperti Indonesia selain harus diberi kesempatan untuk memenuhikebutuhan dasar mereka terhadap lapangan kerja, pangan, energi, air dan sanitasitetapi lingkungan dan cadangan sumber daya alam dunia harus juga dihemat denganmengubah secara bertahap pengembangan dan penggunaan teknologinya.

Laporan Kajian Energi Dunia, dengan sub-judul “Energy and the challenge ofsustainability”, menganalisis isu sosial, ekonomi, lingkungan dan keamanan yangterkait dengan pasokan dan penggunaan energi, dan mengkaji opsi keberlanjutandalam setiap bidang. Laporan tersebut menekankan peran sentral energi dalammencapai tujuan-tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan yang saling berkaitan dalampengembangan manusia berkelanjutan. Laporan kajian tersebut mempertegaskemungkinan untuk menciptakan sistem energi yang mengarah pada suatu duniadengan perekonomian yang tangguh, berwawasan lingkungan dan lebih adil.

Pada Sidang Kesembilan Komisi Pembangunan Berkelanjutan (SKPB-9) yangdiselenggarakan di New York, AS, energi merupakan tema utama dan padakesempatan tersebut juga dipresentasikan hasil awal tentang indikator energi yangdilaksanakan oleh IAEA bekerja sama dengan IEA, UNDESA dan organisasi nasionaldan internasional lainnya. Tujuan kerja sama ini adalah untuk menghasilkan seperangkatindikator inti bagi pembangunan energi yang berkelanjutan yang mencakup tigapilar keberlanjutan: sosial, lingkungan dan ekonomi. Indikator inti pembangunan energiyang berkelanjutan mencakup isu yang merefleksikan keputusan yang diambil olehSKPB-9 dan meliputi identifikasi isu kunci tentang energi seperti aksesibilitas, efisiensienergi, teknologi bahan bakar fosil maju, energi terbarukan, teknologi energi nuklir,energi pedesaan dan transportasi.

Energi, dalam konteks pembangunan berkelanjutan, disempurnakan pada KTTBumi tentang Pembangunan Berkelanjutan di Johannesburg pada 2002. Masyarakatinternasional mendeklarasikan bahwa akses kepada energi sangat penting dalammembantu pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium dalam menurunkan separuh

Page 10: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

7

jumlah penduduk miskin pada 2025. Disepakati bahwa untuk membantu danmempermudah akses mendapatkan energi bagi penduduk miskin di negara-negaraberkembang dengan mengingat peran penting pengembangan kebijakan nasional dibidang energi untuk pembangunan berkelanjutan. Handbook ISED diharapkan dapatberguna dalam mengkaji kecenderungan dan kebijakan energi saat ini sertamenyediakan informasi dalam format yang memudahkan usaha pembuatan keputusanpada tingkat nasional.

Dokumen penting lain yang berkaitan dengan isu keberlanjutan adalah ‘the KyotoProtocol to the United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC)’,disahkan pada tahun 1997. Protokol Kyoto mengharuskan emisi gas rumah kaca (GRK)dapat diturunkan dari tingkat 1990 pada kurun waktu 2008-2012. Analisis komprehensifemisi GRK dari berbagai jenis pembangkit listrik menunjukkan bahwa PLTN merupakansalah satu teknologi pembangkit yang paling sedikit intensitas emisi karbonnya.Dengan demikian, pembangunan PLTN akan menyumbang secara berarti dalammemenuhi sasaran Protokol Kyoto pada negara-negara yang memilih untuk terusdengan opsi nuklir sebagai sumber pasokan energi domestik.

4.2. Dimensi Keberlanjutan

Secara umum, tujuan pembangunan berkelanjutan adalah untuk mencapaikeadilan di dalam negara, antar negara dan antar generasi, dengan mengintegrasikanpertumbuhan, perlindungan lingkungan dan kesejahteraan sosial. Dengan demikian,keberlanjutan dapat dipandang dari empat sudut atau dimensi berbeda yang salingberkaitan: ekonomi, lingkungan, sosial dan institusional. Tantangan utamapembangunan energi berkelanjutan adalah untuk menangani keempat dimensi tersebutsecara berimbang, dengan mengambil manfaat dari interaksi dan saling melengkapidari keempat dimensi tersebut apabila diperlukan.

Dimensi ekonomi mencakup persyaratan bagi pertumbuhan ekonomi yang sehat,seperti menjaga stabilitas keuangan dan laju inflasi yang rendah serta stabil. Isu utamauntuk pasokan energi berkelanjutan adalah: kinerja ekonomi, konsumsi energi,intensitas energi dan efisiensi distribusi dan penggunaan energi.

Dimensi lingkungan mensyaratkan eliminasi eksternalitas negatif yangmenyebabkan terkurasnya sumber daya alam dan degradasi lingkungan. Topik yangterkait dengan dimensi lingkungan adalah perubahan iklim, pencemaran udara,pencemaran air, limbah padat dan limbah radioaktif, sumber daya energi, tata gunatanah dan perusakan hutan.

Keberlanjutan sosial menekankan pentingnya keadilan di antara berbagaikelompok masyarakat, kemampuan adaptasi terhadap perubahan demografi, stabilitasdalam sistem sosial dan budaya, pengambilan keputusan secara demokratis, danlain-lain. Topik utama yang menjadi perhatian dalam dimensi sosial adalahketerjangkauan harga energi, aksesibilitas dan disparitas, penciptaan lapangan kerja,partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, jaminan pasokan energi,ancaman proliferasi dan keselamatan sistem energi.

Dimensi keempat keberlanjutan adalah pembangunan infrastruktur institusional,sehubungan dengan diperlukannya peraturan dan kebijakan untuk mendorong danmelaksanakan pembangunan berkelanjutan. Dimensi institusional meliputi topik

Page 11: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

8

berikut: strategi energi nasional berkelanjutan, kerja sama internasional dalam bidangenergi, perundangan energi dan kerangka kerja pengaturannya, iptek tentang energi,langkah kesiap-siagaan dan tanggap darurat pada kecelakaan energi.

4.3. Sistem Energi Nuklir dan Konsep Umum Keberlanjutan

Sebagaimana dinyatakan dalam Bab II, tujuan utama dokumen ini adalah sebagaipedoman bagi penerapan dan pengembangan SEN yang berkelanjutan sebagaibagian dari sistem pasokan energi berkesinambungan guna mendukung pembangunanberkelanjutan.

Dengan demikian, panduan ini sangat menekankan perhatian terhadap kontribusiSEN pada pembangunan berkelanjutan dan khususnya pada penyediaan pasokanenergi berkesinambungan. Untuk menjawab isu spesifik yang berkaitan denganpembangunan dan pemanfaatan SEN untuk mewujudkan pembangunan energiberkesinambungan, dalam kerangka umum empat dimensi keberlanjutan, panduanini menyediakan seperangkat prinsip dasar dan persyaratan dalam bidang ekonomi,keselamatan instalasi nuklir, lingkungan dan kondisi tapak, pengelolaanlimbah, resistensi proliferasi dan infrastrukur.

Page 12: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

9

5.1. Ekonomi

5.1.1. Prinsip Dasar:

PDE.1. Energi dan produk terkait serta layanan dari SEN harus selalu terjangkaudan tersedia.

PDE.2. Dalam aplikasi dan pengembangan SEN, program partisipasi nasional harusdiimplementasikan dengan baik dan secara bertahap meningkatkan kualitasindustri nasional.

5.1.2. Persyaratan :

PE.1.1. Biaya energi dari SEN, termasuk semua biaya dan kredit yang terkaitdalam perhitungan harus kompetitif dengan sumber energi alternatif.

Sasaran ekonomi dapat dinyatakan sebagai: Biaya teraras pembangkitanlistrik dari PLTN harus kompetitif terhadap sumber energi alternatifberdasarkan pada peraturan nasional yang berlaku. Faktor ekonomi yangmempunyai pengaruh dominan yaitu: biaya modal (capital costs), lamapembangunan (construction time), faktor kapasitas (capacity factor), danbiaya operasi dan perawatan (O&M costs), serta bahan bakar (fuel cost)harus dikelola dengan baik untuk mencapai sasaran ekonomi. SEN didesainagar mempunyai keuntungan ekonomi yang signifikan terhadap sumberenergi alternatif lain untuk jangka pendek dan selama masa bakti.

Evaluasi ekonomi dari suatu usulan untuk introduksi SEN ditentukan dengan2 faktor dasar sebagai berikut:

total nilai terkini dari proyek yang diusulkan dihitung dengan metode alirankas terdiskonto, danbiaya pembangkitan neto per kWh yang diestimasi (menggunakan metodeteraras) dengan biaya pengembalian modal, biaya bahan bakar, sertabiaya operasi dan perawatan. Adapun biaya penggantian komponen utama(yang diperkirakan selama masa operasi pembangkit), pengelolaan limbahradioaktif dan bahan bakar bekas, maupun dekomisioning sudah termasukdalam perhitungan.

PE.1.2. Total investasi yang dibutuhkan untuk desain, konstruksi, dan komisioningSEN, termasuk bunga selama konstruksi, harus dapat terdanai.

Pemasok harus mengajukan perkiraan biaya modal (investasi total), biayaoperasi dan perawatan serta biaya bahan bakar. Selanjutnya pemasok harusmenyatakan kesepakatannya untuk menjamin tercapainya masa operasipembangkit yang lebih lama, desain mantap dan teruji serta jadwal konstruksisehingga investasi yang diperlukan dapat terdanai.

PE.1.3. Risiko investasi dalam SEN harus dapat diterima investor denganmemperhitungkan terhadap risiko investasi dalam proyek energi lainnya.

BAB VPRINSIP DASAR DAN PERSYARATAN

Page 13: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

10

Pemasok harus selalu membantu pengguna dengan memberikan informasipenting untuk mendapatkan izin dari Badan Pengawas.

Upaya harus dilakukan untuk mengembangkan teknik dan prosedur yangtidak hanya memperpendek jadwal konstruksi namun juga mencegahpenundaan pembangunan yang telah dimulai. Selain itu, sejak awal rencanadekomisioning harus dipertimbangkan dalam desain untuk mengoptimalkankemampuan dekomisioning pembangkit dan meminimalkan biaya terkait.Pemasok SEN yang potensial harus mencari kemungkinan untuk meng-gunakan tiga pola pendanaan berikut: proyek sepenuhnya dibiayai melaluijaminan pemerintah, proyek sepenuhnya dibiayai oleh perusahaan listrikswasta, dan proyek dibiayai melalui model pendanaan proyek.

Untuk pembangunan PLTN pertama, kontrak putar-kunci telah diper-timbangkan sebagai cara terbaik, sebagaimana dinyatakan dengan jelasdalam laporan studi kelayakan. Dalam kebijakan pendanaan, pemerintahharus mendorong perusahaan swasta dan koperasi untuk mendanaipembangunan pembangkit listrik dalam rangka memenuhi peningkatankebutuhan listrik.

Masalah spesifik independent power producer (IPP) nuklir perlu mendapatkandorongan pemerintah seperti informasi dan edukasi masyarakat,pertanggungjawaban pihak ketiga, ujung belakang daur bahan bakar,dekomisioning, dan pengelolaan limbah jangka panjang. Kebutuhan untukberbagi risiko pada sisi investor asing dapat memerlukan partisipasipemerintah dalam bentuk ekuitas parsial.

PE.2.1. SEN harus serasi dengan persyaratan lokal untuk mendorong partisipasinasional dalam program industri nuklir.

Partisipasi nasional sebenarnya banyak diperlukan sebagai sarana untukmendorong kemampuan dalam operasi dan perawatan SEN, mengurangiporsi asing dalam pendanaan, meningkatkan efektivitas pendayagunaantenaga kerja lokal, dan secara bertahap meningkatkan kualitas industrinasional. Seiring dengan pengembangan SEN melalui tahapan, kemampuaninisiasi desain dan rekayasa, fabrikasi, konstruksi, instalasi, komisioning,operasi & perawatan SEN diharapkan berkembang.

Dalam fase pertama SEN, porsi partisipasi nasional diharapkan dapatmencapai 25%. Porsi ini harus ditingkatkan secara bertahap sesuai denganpengembangan program partisipasi nasional, agar alih teknologi nuklir danpemeliharaan industri nuklir di Indonesia yang berhasil dapat dicapai.

Untuk keberhasilan alih teknologi nuklir dan pemeliharaan industri nuklir diIndonesia, kondisi berikut harus dipenuhi:

Konsensus nasional terhadap pemilihan SEN sebagai salah satu sumberdaya yang sangat penting untuk mendukung kesejahteraan danpertumbuhan ekonomi IndonesiaKomitmen oleh Pemerintah Indonesia untuk mengarahkan dan mendukungprogram SEN di Indonesia

Page 14: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

11

Stabilitas dan kemapanan pertumbuhan ekonomi IndonesiaIndustri nasional harus diklasifikasikan dan dikelompokkan sesuai kegiatanutamanya

5.2. Keselamatan Instalasi Nuklir

5.2.1. Prinsip Dasar :

PDK.1. Instalasi SEN harus menerapkan strategi pertahanan berlapis yang selaludisempurnakan sebagai bagian dari pendekatan keselamatan funda-mentalnya dan menjamin bahwa tingkatan proteksi di dalam pertahananberlapis harus tidak saling gayut.

PDK.2. Instalasi SEN harus unggul dalam keselamatan dan keandalan denganmenerapkan ke dalam desainnya, bilamana memungkinkan, penekanan yanglebih besar pada karakteristik keselamatan melekat dan sistem pasifsebagai bagian dari pendekatan keselamatan fundamentalnya.

PDK.3. Penerapan SEN harus menjamin bahwa risiko dari paparan radiasi terhadappekerja, masyarakat dan lingkungan selama konstruksi/komisioning, operasi,dan dekomisioning sebanding dengan risiko dari fasilitas industri lain yangdipergunakan untuk maksud serupa.

PDK.4. Penerapan dan pengembangan SEN harus mencakup kegiatan penelitian,pengembangan dan demonstrasi yang berkaitan untuk mengungkapkanpengetahuan tentang karakteristika instalasi dan kemampuan metoda analitisyang dipergunakan untuk pengkajian keselamatan desain.

PDK.5. Sebagai bagian sistem manajemen keselamatan, sistem manajemen mutuSEN harus ditetapkan berdasarkan standar yang diakui dan digunakanselama masa bakti SEN, misalnya selama desain, pengadaan dan instalasi,serta untuk kendali prosedur yang digunakan dalam pengujian, komisioning,operasi dan perawatan SEN.

5.2.2. Persyaratan

PK.1.1. Instalasi SEN harus tangguh dalam desain berkenaan dengan kegagalansistem dan komponen serta dalam pengoperasian.

Cara yang utama dalam mencapai ketangguhan desain adalah menjaminkualitas tinggi dalam desain, konstruksi dan operasi termasuk kinerjamanusia. Untuk desain SEN frekuensi kegagalan pemicu atau gangguanyang mungkin terjadi harus dikurangi serendah mungkin dalam batas yangmasih dapat dilaksanakan. Pengurangan ini dapat dicapai denganmempergunakan misalnya: bahan terbaik, desain yang disederhanakan untukmeminimalkan kegagalan dan kesalahan, penyempurnaan batas desainyang tahan terhadap tekanan berlebih dan kelelahan bahan, batas peng-operasian lebih meningkat, redundansi sistem yang lebih meningkat,pengurangan dampak akibat intervensi yang tidak benar dari manusia(mesin seharusnya toleran terhadap kesalahan), inspeksi yang lebih efektifdan efisien, pemantauan kontinyu terhadap kondisi kesehatan instalasi danlain-lain.

Page 15: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

12

Contoh konsep reaktor yang ditingkatkan ketangguhannya dalammenghadapi potensi bahaya tertentu adalah desain yang menghindaritekanan sistem yang tinggi, menghindari ekskursi daya yang besar,pembatasan temperatur dalam transien reaktivitas, mempunyai potensikeandalan yang lebih tinggi, menghindari deviasi dari operasi normal,menghindari kebakaran dan menggunakan karakteristik keselamatanmelekat dan lain-lain.

Desain yang selamat/aman adalah ramah terhadap operator (operatorfriendly) dan ditujukan untuk dapat mengakomodasi kesalahan manusia.Penghalang fisik atau administratif dipergunakan untuk mencegah kesalahanmanusia atau membatasi dampaknya. Pada tingkat antarmuka pengguna,operator seharusnya disajikan informasi dengan cara yang dapat dikelola,waktu yang memadai untuk mengambil keputusan dan tindakan. Desain yangselamat juga ditujukan untuk meningkatkan tindakan operator yang tepatdengan memperhatikan waktu yang tersedia, tuntutan psikologis situasi danlingkungan fisik. Perlunya intervensi operator dalam jangka pendek harusdiminimalkan. Jika tindakan segera diperlukan, hendaknya dipicu secaraotomatis. Jika operasi instalasi secara manual diperlukan, peralatan harusdalam posisi yang mudah dijangkau, dengan memperhatikan semua kondisilingkungan yang terantisipasi.

Waktu tenggang (grace period), yaitu waktu sebelum tindakan manusiadiperlukan dalam kasus kegagalan atau permulaan operasi abnormal, harustersedia secara memadai. Nilai yang memadai dari “waktu tenggang”tergantung pada tipe fasilitas nuklir, mudah-tidaknya diagnosa kegagalan,dan kerumitan tindakan manusia yang harus diambil, kegagalan ringan dantindakan mudah dilakukan memerlukan waktu tenggang yang lebih singkat.Oleh karena itu, desain harus sedemikian rupa sehingga semua tindakanyang berada dalam waktu tenggang tersebut diotomatisasikan. Sebagaicontoh, untuk fasilitas/instalasi SEN setelah kehilangan air umpan utamayang diikuti dengan keberhasilan pemindahan secara otomatis ke sistemredundansi, waktu tenggang sekitar satu hari adalah cukup.

Sistem yang terkait dengan inspeksi seharusnya mensyaratkan danmemungkinkan inspeksi yang lebih efisien dan cerdas, tidak hanya sekedarinspeksi yang sering. Ini berarti bahwa suatu program inspeksi harusdipersiapkan dan digerakkan oleh pemahaman yang baik atas mekanismekegagalan sehingga lokasi yang benar diinspeksi pada waktu yang tepat.

Untuk menghindari konsekuensi yang dapat menunda start ulang dan kembalike operasi normal, instalasi SEN hendaknya mempunyai kemampuan untukmenanggulangi kejadian operasional yang terantisipasi. Contoh tipikal yangterkait dengan kelembaman adalah tidak terjadinya aliran material keluardari sistem primer setelah kehilangan transien beban (dalam PWR), makatindakan desain yang sesuai adalah dengan penentuan ukuran pressurizeryang memadai. Contoh lain untuk reaktor nuklir adalah kelembaman termalbahan bakar (kenaikan temperatur secara perlahan) yang akan terjadisetelah transien seperti kehilangan aliran (kegagalan pompa pendinginutama) dalam sistem primer.

Page 16: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

13

Batas pengoperasian yang dinaikkan akan mengurangi kejadian kondisiinstalasi yang tidak normal yang mengarah pada pemadaman reaktor(pancung). Contohnya adalah tingkat daya yang memicu pancung reaktor(trip tingkat daya); terkadang tingkat daya ini bergantung kepada daya reaktoritu sendiri. Sebelum mencapai tingkat ini sistem kendali operasi mungkinmampu mengurangi kenaikan daya. Maka tingkat trip daya dapat diatur padatingkat daya yang lebih tinggi sehingga batas pengoperasian (dalam hal inilewat-batas) dapat ditingkatkan. Secara lebih umum, perbedaan antaratingkat daya operasi dengan tingkat daya pancung untuk semua pancungotomatis (misal aliran rendah, tekanan rendah dan sebagainya) merupakansebuah indikator batas yang ditingkatkan. Perlu diperhatikan bahwa batasyang ditingkatkan ini dapat menghasilkan keluaran yang lebih rendah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa desain harus menjamin bahwaSEN sesuai untuk operasi yang handal, stabil dan mudah dikelola. Tujuanutamanya adalah pencegahan terjadinya kecelakaan.

PK.1.2. SEN harus dapat mendeteksi dan mengintervensi penyimpangan terhadapkondisi operasi normal dalam rangka mencegah kejadian operasionalterantisipasi (KOT) yang dapat meningkat menjadi kondisi kecelakaan.

Harus tersedia beberapa cara untuk dapat menjamin adanya kemampuanpemadaman (shutdown) SEN dalam kondisi operasi dan kecelakaan dasardesain, dan kondisi pemadaman tersebut dapat dipertahankan untuk kondisiyang paling reaktif sekalipun.

Pendekatan keselamatan harus menyediakan cara yang memadai: untukmenjaga SEN dalam kondisi operasi normal; untuk menjamin respons jangkapendek yang tepat segera setelah terjadi kejadian awal yang dipostulasikan(KAD); dan untuk memfasilitasi pengelolaan instalasi pada saat dan setelahkecelakaan dasar desain (KDD) serta dalam kondisi kecelakaan melebihiKDD.

Prioritas harus diberikan kepada sistem instrumentasi dan kendali maju(I&K), dan memperbaiki keandalan sistem, sehingga mengurangi pemakaianredundansi dan keberagaman peralatan yang mahal.

Fungsi I&K keselamatan yang disediakan pada SEN dapat dijelaskan daridua sudut pandang berikut:

Dari sudut pandang berdasar kejadian, menunjukkan bahwa I&Kkeselamatan memicu tindakan proteksi yang diperlukan sebagai responsterhadap KAD dan kejadian KDD, danDari sudut pandang tujuan keselamatan, menunjukkan bahwa fungsikeselamatan diimplementasikan untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan utama sistem I&K untuk KOT adalah untuk mendeteksi kejadiantersebut dan mengembalikan instalasi ke operasi normal tanpa akibat,sehingga tidak memerlukan inspeksi atau laporan kejadian kepada badanpengawas. Pada SEN, karakteristik melekat dan/atau sistem atau komponenpasif dapat membantu atau bahkan menggantikan sebagian kemampuan

Page 17: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

14

sistem I&K. Dengan demikian, optimasi sistem pasif dan aktif diperlukanuntuk menjamin pengembalian segera kepada operasi normal.

Sebuah model instalasi yang dinamik harus ada yang mensimulasikanvariabel sistem pengendalian, pembatasan dan proteksi, parameter trip,serta perilaku operasi sistem keselamatan dan sistem bantu. Agar sistemI&K dapat diterima, hasil analisis harus menunjukkan bahwa semua batasandan batas keselamatan dipatuhi dalam kasus penyimpangan dari operasinormal yang diasumsikan.

Probabilistic Safety Assessment (PSA) lengkap dengan analisisketidakpastian untuk bagian yang terkait dengan keselamatan dari sistemI&K harus dilakukan. Analisis tersebut harus berkualitas tinggi danmenghasilkan hitungan ketidak-tersediaan (un-availabilities) yang rendah,misalnya untuk pemadaman (shutdown).

PK.1.3. Frekuensi terjadinya kecelakaan harus dikurangi sehingga konsistendengan tujuan keselamatan secara menyeluruh. Jika terjadi kecelakaan,sistem keselamatan teknis (engineered safety features) harus mampumengembalikan SEN ke keadaan terkendali dan selanjutnya (apabilarelevan) ke kondisi padam yang aman, dan menjamin pengungkunganmaterial radioaktif. Kebergantungan kepada intervensi manusia harusseminimal mungkin dan diperlukan hanya setelah waktu tenggang tertentu.

Untuk reaktor berpendingin air yang sudah ada, kecelakaan dasar desainberkisar dari kondisi transien operasional tanpa terjadinya kehilanganpendingin sampai dengan kecelakaan kehilangan pendingin ukuran sedangdan besar. Berdasarkan pengalaman pengoperasian (lebih dari sepuluh ributahun reaktor operasi) dan kajian analitik mengenai korelasi antara frekuensikejadian dengan variabel konsekuensi (misal tingkat kerusakan atau dosis)diperoleh bahwa konsekuensi meningkat dengan menurunnya frekuensikejadian. Frekuensi terjadinya kecelakaan yang diharapkan dapat terjadipada reaktor tipe light water reactor (LWR) yaitu batas penerimaan untukloss of coolant accident (LOCA) ukuran kecil adalah <10-2 per reaktor-tahun,dan untuk LOCA ukuran besar adalah 10-4 per reaktor tahun. Waktu tenggangbagi operator untuk melakukan suatu intervensi sekurang-kurangnya 30 menitsetelah kecelakaan terjadi.

Pengertian ‘keadaan terkendali’ adalah suatu situasi di mana sistemkeselamatan teknis mampu mengkompensasi hilangnya fungsi akibatterjadinya kecelakaan. Keandalan sistem keselamatan teknis dapatditingkatkan dengan desain pasif, walaupun metode lain dapat jugaditerapkan.

Desain sistem keselamatan teknis harus secara deterministik menjamin tetapterjaganya integritas, sekurang-kurangnya pada satu penghalang(mengungkung material radioaktif) setelah suatu kecelakaan dasar desain.Strategi pertahanan berlapis (PB) ada dua lapis: pertama, untuk mencegahkecelakaan dan, kedua, jika pencegahan gagal, untuk membatasikonsekuensi yang potensial dan mencegah perkembangan ke kondisi yanglebih serius. Seandainya tindakan pencegahan gagal, tindakan mitigasi,

Page 18: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

15

khususnya penggunaan fungsi sungkup /pengungkung yang terdesain denganbaik dapat memberikan proteksi tambahan yang penting bagi masyarakatdan lingkungan.

Setelah terjadinya suatu kecelakaan baik reaktor nuklir (shutdown depth)maupun fasilitas daur bahan bakar, “batas sub kritikalitas” harus ada. Hal iniuntuk mencegah kecelakaan kekritisan.

Oleh karena pengendalian kecelakaan memiliki arti yang sangat pentingtingkat selanjutnya adalah kemungkinan terjadinya degradasi teras yangparah maka waktu tenggang bagi para operator dalam tingkat PB ini haruslebih panjang daripada kejadian abnormal. Salah satu indikasinya mungkinadalah pergantian operator setiap 8 jam, karena petugas operasi yang baruakan mengambil alih tanggung jawab dan mungkin mampu berfikir lebih jernihdalam mendiagnosis kecelakaan. Waktu tenggang yang lebih panjang inimenghasilkan persyaratan desain yang lebih luas dibandingkan dengankejadian abnormal itu, terutama respons yang lebih panjang dari sistem yangterotomatisasi secara penuh (misalnya catu daya darurat, pembuang panassisa, daya baterai untuk I&K dan lain sebagainya)

Waktu untuk mengatasi kehilangan total catu daya listrik (station black-out)untuk pendinginan teras harus minimum 8 jam, namun untuk SEN pasif waktuyang diperlukan tak dipastikan. Batasan untuk kondisi tanpa proteksi terasdalam SEN pasif harus lebih dari 72 jam, dengan asumsi bahwa tidakdiperlukan tindakan operator pada kejadian dasar desain yang masuk dalamdaftar perizinan, termasuk kehilangan total catu daya.

Catatan : Kejadian eksternal dasar desain harus ditentukan berdasarkaninformasi data tapak. Pemasok potensial harus mengirimkandata dukung termasuk asumsi yang digunakan untuk menentukankondisi desain yang diusulkan.

PK.1.4. Frekuensi penglepasan radioaktivitas yang besar ke dalam sungkup/pengungkung dari sebuah SEN akibat dari kejadian internal harusdikurangi. Jika penglepasan terjadi, konsekuensi harus termitigasi.

Teras yang amat terdegradasi dan penglepasan produk fisi yang volatil dariteras akan terjadi jika sistem keselamatan tidak mampu mempertahankanatau memulihkan teras ke keadaan aman. Biasanya, produk fisi yang volatilakan dilepaskan ke dalam lingkungan sungkup / pengungkung. Bergantungpada desainnya, material teras cair atau padat mungkin masuk ke sungkup/pengungkung setelah kerusakan (kegagalan) bejana tekan reaktor (reactorpressure vessel, RPV); integritas sungkup / pengungkung mungkin terancam,misalnya untuk LWR oleh interaksi beton / teras.

Sistem keselamatan pada desain harus dapat mencegah degradasi terasdengan tetap menjaga teras selalu terendam air dan menjamin bahwaproduksi panas dalam teras tidak melewati kemampuan pendinginan, danharus dapat mencegah adanya kejadian pemicu yang menyebabkankerusakan teras dan kerusakan teras yang parah. Manajemen kecelakaanmeningkatkan sistem keselamatan pada desain untuk mencegah degradasi

Page 19: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

16

kecelakaan berkembang menjadi kondisi kecelakaan parah, dan untukmemitigasi kecelakaan jika terjadi.

Ketahanan terhadap kecelakaan mensyaratkan bahwa sistem keselamatanpada desain miminimalkan frekuensi kejadian dan tingkat keparahankejadian pemicu, seperti:

Batas termal bahan bakar sama atau lebih tinggi dari 15%,Respons instalasi yang lebih lambat terhadap kondisi yang mengganggumelalui fitur seperti kenaikan inventori pendingin, danMenggunakan material terbaik yang tersedia.

Untuk instalasi SEN, keandalan sistem dalam pengendalian urutankecelakaan yang komplek harus ditingkatkan, termasuk sistem instrumentasi,kendali dan diagnosis. Dengan demikian frekuensi lepasan radioaktivitasdalam jumlah besar ke sungkup mungkin terkurangi. Lepasan ke sungkupdapat dikendalikan atau dimitigasi dengan misalnya sistem penyemprot,sehingga mengurangi potensi lepasan dalam jumlah besar keluar darisungkup.

Jika instalasi mencapai keadaan teras sangat terdegradasi, maka prosesteknis aktif maupun pasif atau proses alami harus tersedia untuk mengurangibeban pada sungkup dan untuk mengurangi dan/atau mengendalikanaktivitas di dalam sungkup.

Dalam mencegah kerusakan teras, desain harus menjamin bahwa kejadianpemicu tidak berkembang ke arah kerusakan teras. Melalui kajiankeselamatan probabilistik frekuensi kerusakan teras harus ditunjukkankurang dari 1 x 10-5 kejadian per reaktor-tahun. Selama LOCA akibatpecahnya pipa ukuran kecil, pelelehan bahan bakar tidak boleh terjadi. Dalamkasus pelelehan bahan bakar, lelehan material bahan-bakar dan teras harustetap tertahan di dalam bejana tekan.

Pada kejadian kecelakaan terparah di dalam instalasi, tindakan manajemenharus memberikan cara pada operator untuk mencegah lepasan lebih lanjutke sungkup/pengungkung dan atau untuk mengurangi konsentrasiradionuklida. Selain penggunaan sistem keselamatan yang telah ditetapkan,instalasi dapat menggunakan sistem lain untuk mencoba mengendalikankembali fasilitas. Dalam beberapa kasus komponen dari sistem seperti ituharus diperbaiki atau dimodifikasi (misalnya rentang instrumentasi) untukdapat digunakan dalam situasi kecelakaan. Perbaikan tersebut harus telahdilakukan sebelum digunakan.

PK.1.5. Lepasan radioaktivitas dalam jumlah besar dari SEN harus dicegah,sehingga instalasi SEN tidak membutuhkan tindakan relokasi dan evakuasidi luar tapak instalasi, terpisah dari tindakan kedaruratan biasa yangdikembangkan bagi fasilitas industri yang dipergunakan untuk maksudserupa.

Sistem keselamatan teknis pada instalasi SEN harus mampu mengendalikanskenario kecelakaan terparah (kecelakaan di luar dasar desain) dan

Page 20: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

17

memitigasi konsekuensinya, untuk mencegah kegagalan sungkup. Kendalidan mitigasi harus ditujukan pada semua ancaman (internal dan eksternal).

Untuk kecelakaan terparah yang dimaksud dalam desain, sungkup harusmampu memenuhi tujuan keselamatan dan radiologis. Hal ini termasukpemeliharaan fungsi integritas sungkup dan ketahanan bocor sungkup.Desain sungkup harus mampu untuk menjaga keutuhan sungkup dankebocoran yang kecil selama kecelakaan terparah, dan tahan terhadapbeban mekanik dan termal yang muncul dari kecelakaan internal. Jadi, desainSEN harus menunjukkan bahwa:

Kemungkinan sebuah lepasan yang berjumlah besar adalah sangat kecil(< 10-6 per unit -tahun) sehingga tindakan kedaruratan di luar tapak tidakmenyebabkan pengurangan risiko secara berarti, meskipun tindakantersebut mungkin mengurangi konsekuensinya; atauLepasan berjumlah besar dapat ditiadakan melalui desain, misalnyadengan penggunaan karakteristik keselamatan melekat (inherent safety).

Konsekuensinya, untuk SEN tidak diperlukan rencana kedaruratan luar tapak,suatu hal yang berbeda dari rencana untuk fasilitas industri yang digunakanuntuk maksud serupa.

Fenomena kecelakaan terparah dan tantangan yang harus dipertimbangkandan ditangani (dicegah dan dimitigasi) di dalam desain reaktor berpendinginair adalah:

Pengeluaran lelehan bertekanan tinggi dan pemanasan sungkup secaralangsung,Produksi dan pembakaran hidrogen di dalam bejana tekan reaktor dansungkup,Ledakan uap di dalam bejana tekan reaktor dan sungkup,Interaksi teras-beton di dalam sungkup, danJalur pintas lewat sungkup dan kehilangan kemampuan pembuanganpanas dalam jangka panjang.

Di dalam reaktor berpendingin gas yang harus dipertimbangkan danditangani:

masuknya (ingress) air ke dalam teras,kecelakaan masuknya udara ke dalam pipa utama, dankecelakaan pipa (stand pipe) pecah.

Bergantung pada desain, fenomena terkait dengan proses tersebut sepertitransien reaktivitas, kejadian kekritisan-ulang, atau terjadinya benda terbang(missile generation) juga harus dipertimbangkan.

Ketentuan untuk memitigasi kecelakaan semacam itu harus ditetapkanselaras dengan persyaratan terbaru operasi instalasi di negara asalpemasok. Manual manajemen kecelakaan harus disediakan sebagai bagiandari dokumentasi instalasi.

Page 21: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

18

Frekuensi kerusakan teras tahunan rata-rata dari instalasi, dievaluasimenggunakan PSA, harus kurang dari 1 x 10-5 kejadian/reaktor-tahun. Dosisseluruh tubuh pada batas tapak harus kurang dari 0.25 Sv untuk lepasanpada kecelakaan parah, frekuensi kumulatif kurang dari 1 x 10-6 /reaktor-tahun. Sistem sungkup harus didesain agar batasan paparan di atas dapatterpenuhi.

PK.1.6. Untuk SEN, kajian harus dilakukan untuk membuktikan bahwa tingkatanpertahanan berlapis dipenuhi dan tidak saling gayut satu sama lainnya.

Rentang tingkatan PB adalah dari keadaan operasi instalasi sampaikeadaan kecelakaan instalasi. Tingkatan tersebut disusun berdasarkanderajat keparahan, mulai dari keadaan operasi (tingkat 1) sampai mitigasikonsekuensi radiologis lepasan dalam jumlah besar material radioaktif(tingkat 5). Kajian keselamatan mengenai tidak saling gayut tingkat yangberbeda pada PB harus dilakukan menggunakan kombinasi pendekatandeterministik dan probabilistik yang sesuai, atau analisis bahaya.

PSA, jika dikerjakan secara seksama, akan menghasilkan nilai tidak salinggayut tingkatan PB (atau lebih umum akan memberikan titik berat di manatingkatan tersebut tidak berdiri sendiri)

PSA meliputi:Identifikasi hubungan silang yang mencakup tidak saling gayut tingkatanPB;Dibutuhkan untuk tindakan manusia (untuk SEN rentang waktu tenggangdari 30 menit untuk tingkat 2 sampai sekurang-kurangnya 8 jam untuktingkat 3 dan 4; karakteristik keselamatan melekat akan meniadakanperlunya tindakan manusia). Perlu diperhatikan bahwa tindakan manusiadapat berkontribusi pada meningkatnya ketangguhan instalasi(peningkatan tingkat PB) atau sebaliknya (diagnosis kecelakaan yangtidak tepat). Waktu tenggang yang lebih panjang memungkinkanpeningkatan ketangguhan PB daripada ketidaktepatan dalam diagnosiskecelakaan; danKeandalan sistem keselamatan pasif dan karakteristik keselamatanmelekat relatif terhadap keandalan sistem keselamatan aktif - redundansidan keberagaman.

Hasil dari PSA adalah rentang frekuensi terkait tingkatan PB yang berbeda;sasaran untuk SEN adalah nilai frekuensi lebih kecil (lebih baik) daripadafrekuensi pada instalasi yang ada atau daripada nilai yang direkomendasikan(misal IAEA). PSA dapat dilengkapi dengan teknik non kuantitatifmenggunakan pakar, seperti telaah formal desain.

Kajian keselamatan komprehensif dan verifikasi oleh pihak lain harusdilakukan untuk mengkomfirmasikan bahwa desain akan memenuhi tujuandan persyaratan keselamatan sebelum organisasi pengoperasimenyelesaikan pengajuan aspek teknis ke badan pengawas.

Catatan : Tanggungjawab untuk menjamin bahwa keselamatan desaindapat diterima merupakan tanggungjawab organisasi

Page 22: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

19

pengoperasi. Tugas menghasilkan desain yang aman merupakantanggungjawab organisasi pendesain. Kelompok yangbertanggung-jawab pada kajian keselamatan, terpisah dari yangmembuat desain, perlu menyediakan verifikasi pihak lain bahwasemua persyaratan keselamatan dan tujuan keselamatan telahdipenuhi. Organisasi pengoperasi bertanggungjawab untukmemastikan bahwa ketentuan yang dibuat adalah efektif. Selainitu, organisasi pengoperasi harus memastikan adanya hubunganbaik dengan kelompok pendesain dalam rangka menjaminbahwa desain memenuhi persyaratan dari staf pengoperasi dankonsisten dengan prosedur pengoperasian terantisipasi.

PK.1.7. Operasi yang aman dari sebuah SEN harus didukung oleh AntarmukaManusia Mesin yang dikembangkan dengan baik berdasarkan penerapansecara sistematis persyaratan faktor manusia ke dalam desain, konstruksi,pengoperasian dan dekomisioning.

Pertimbangan sistematik antarmuka manusia-mesin dan faktor manusiaharus dimasukkan ke dalam seluruh tahap desain dan dalam pengembanganterkait dengan persyaratan operasional.

Pendesain SEN harus semakin menitikberatkan faktor manusia untukmeminimalkan kemungkinan kesalahan manusia (misalnya operator ataupelaksana perawatan). Pengalaman dari pengoperasian instalasi nuklir danpraktik terbaik dari industri lainnya seperti industri penerbangan dan industrikimia harus dipertimbangkan dalam proses ini.

Terdapat dua pandangan mengenai faktor manusia: sisi pertama, stafpengoperasi dilihat sebagai sumber daya yang memainkan peran pentingdalam operasi instalasi, pengujian, pemeliharaan dan inspeksi instalasi, dankadangkala mengatasi kekurangan dalam sistem otomatis. Pada sisi lain,intervensi manusia juga dilihat sebagai faktor pengganggu dan yangmembatasi keandalan yang pengaruhnya harus diperhitungkan dalam desainseluruh sistem dan fungsi instalasi untuk menjamin tingkat keselamatan yangmemadai dan ketersediaan instalasi. Terdapat tiga kontribusi yang mungkindari intervensi manusia dalam analisis bahaya kecelakaan:

Kesalahan dalam operasi instalasi, pengujian atau perawatan yangberkontribusi pada kegagalan sistem atau pada ketersediaannya;Kesalahan dalam operasi instalasi, pengujian atau perawatan yangmengarah kepada kejadian pemicu; danIntervensi dalam situasi insiden atau situasi kecelakaan yang dapatmempengaruhi urutan kejadian yang pada satu sisi menunjukkankemampuan menangani situasi yang tidak terduga, namun pada sisi laintindakan tersebut hanya memiliki keandalan yang terbatas.

Sebagai prinsip umum, harus dapat dipastikan bahwa:Fungsi-fungsi yang telah ditetapkan untuk staf operasi, meliputi tugas yangkonsisten dan sesuai dengan kemampuan dan kekuatan staf operasi(derajat otomatisasi yang cocok, jumlah tugas yang sesuai, pembagianyang tepat antar tindakan operasi terpusat dan lokal); dan

Page 23: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

20

Antarmuka manusia-mesin (ruang kendali, peralatan kendali konvensionaldan berbasis layar tampilan, pemrosesan informasi yang akandisampaikan kepada operator) secara optimal mendukung tugas operatordan meminimalkan kesalahan manusia.

Diharapkan bahwa kemampuan untuk memprediksi respons manusiaterhadap situasi normal dan abnormal akan meningkat secara dramatisdalam rentang 50 tahun ke depan dan akan memberikan dampak besar padadesain dan operasi instalasi.

Begitupun teknologi simulator akan membaik yang memungkinkanditirukannya kejadian secara lebih realistik, termasuk kecelakaan terparah,dan menghasilkan perbaikan respons operator (lewat pelatihan). Bandingkansituasinya dengan bidang penerbangan.

Catatan : Desain juga perlu memperhitungkan kemampuan kinerja personelpengoperasian dan perawatan. Perhatian terhadap faktormanusia akan menjamin bahwa instalasi toleran terhadapkesalahan manusia. Di antara elemen yang sesuai dalammeminimalkan kesalahan manusia adalah aplikasi prinsipergonomika secara sistematik.

PK.2.1. SEN harus diupayakan menghilangkan atau meminimalkan beberapabahaya yang terkait dengan instalasi yang ada dengan menerapkankarakteristik keselamatan melekat dan atau sistem pasif bilamanadiperlukan.

Analisis karakteristik keselamatan melekat adalah sangat sulit tapidimungkinkan melalui pemodelan matematis yang memadai dan, dalambeberapa kasus dilakukan melalui pengujian secara eksperimen. Sebagianbesar karakteristik keselamatan melekat untuk instalasi SEN diharapkanbersifat parsial, artinya karakteristik tersebut membatasi bahaya tetapi tidakmenghilangkan bahaya tersebut.

Persyaratan tingkat satu bagi pengguna: adalah pembatasan fundamentaldalam tipe reaktor daya atau operasi pada rentang daya, yang menjagakarakteristika keselamatan melekat secara absolut (misalnya reaktor dayamemerlukan reaktivitas positif yang cukup untuk mengkompensasi racunxenon).

Desain SEN harus dibuat sedemikian rupa sehingga bahaya dapatditiadakan (jika mungkin) atau diminimalkan (misalnya dengan membatasigas eksplosif pada jumlah yang diperlukan saja atau dengan menggunakanfitur keselamatan melekat dalam desain teras dan operasi untuk membatasireaktivitas lebih). Jika bahaya tidak dapat ditiadakan, sistem proteksi yangtepat harus tersedia. Selain itu, tindakan administratif harus ada untukmenghindari kesalahan manusia sejauh mungkin (misalnya denganpembatasan pemindahan material yang berbahaya ke dalam sungkup/pengungkung selama periode pemadaman).

Kajian bahaya dan konsekuensinya harus dilakukan dengan pendekatandeterministik dan probabilistik. Untuk penilaian keteknikan dalam pendekatan

Page 24: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

21

deterministik, pengalaman operasi dan pertukaran informasi yangberkelanjutan dengan bidang yang sama adalah diwajibkan. Untukpendekatan probabilistik, metode harus divalidasi (juga untuk sistem pasif)dan data yang digunakan harus andal.

Semua kajian harus meliputi seluruh keadaan operasi termasuk pemadaman,perawatan dan perbaikan antar waktu.

PK.3.1. Instalasi SEN harus menjamin suatu penerapan konsep optimasi proteksiradiasi yang efisien melalui penggunaan otomatisasi, perawatan jarak jauh,dan pengalaman operasional dari desain yang ada.

Untuk operasi normal, persyaratan ini mengikuti prinsip optimasi dosis yangtelah diterima secara internasional untuk pekerja di instalasi nuklir (ALARA).Dosis dari fasilitas pengoperasian sedemikian rendah, walaupun demikian,dosis ini tidak keluar dari prinsip optimasi, maka tidak diperlukanpengurangan dosis lebih lanjut untuk maksud tertentu.

Pengalaman di reaktor yang ada, inspeksi saat operasi, pengujian periodikdan perbaikan (termasuk penggantian) merupakan penyumbang terbesarterhadap dosis yang diterima pekerja.

SEN dapat memanfaatkan konsep desain inovatif untuk mengurangi dosispekerja tanpa biaya melalui misalnya inspeksi dan perawatan otomatis.Desain inovatif harus mudah dirawat melalui tata-ruang yang seksama,peralatan yang andal, dan ketersediaan prosedur perawatan secaraelektronik saat bekerja untuk memandu para pekerja perawatan.

Instalasi harus didesain dan dikonstruksi agar paparan radiasi yang diterimapekerja kurang dari 1 orang-Sv/reaktor-tahun. Tujuannya adalah untukmengoptimalkan lebih lanjut dosis radiasi kolektif untuk personil instalasidan meminimalkan lepasan radioaktif dan kimia di bawah pedoman IAEABasic Safety Standard (BSS) 115 selama operasi maupun kondisikecelakaan. Tujuan tersebut mengarah kepada penerapan teknologi proteksiradiasi yang lebih baik, material maju dan peningkatan kepatuhan personilterhadap aturan keselamatan radiasi. Hasil dari instalasi acuan dan tindakanuntuk mencapai tujuan ini harus disediakan.

PK.3.2. Dosis individual masyarakat dari instalasi SEN selama operasi normalharus merefleksikan penerapan konsep optimasi yang efisien, dan dosistersebut mungkin dapat dikurangi di bawah tingkatan dari fasilitas yangada untuk meningkatkan fleksibilitas penentuan tapak.

Persyaratan ini menerapkan prinsip yang sama untuk optimasi dosismasyarakat tetapi bukan pengurangan untuk maksud tertentu. Instalasipembangkitan yang ada mempunyai risiko yang sangat rendah (dibandingindustri lainnya) akibat paparan radiasi dalam operasi normal dan tidak adaperubahan dramatis diperlukan dalam instalasi SEN.

Apabila instalasi SEN ditempatkan dekat dengan daerah permukiman yangpadat (misal instalasi pemanasan kawasan lokal), maka pengurangan dosis

Page 25: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

22

mungkin diperlukan, misal dengan daur-ulang aliran limbah, konsisten denganpraktik pada industri lain.

Kebijakan bertetangga secara baik. Instalasi harus didesain untuk menjaditetangga yang baik terhadap lingkungan dan populasi di sekitarnya denganmeminimalkan lepasan radioaktif dan kimia sampai tingkatan yang dapatditerima. Laju lepasan untuk operasi normal dan insiden, “sasaran danbatasan utilitas” harus sesuai dengan persyaratan nasional dan internasionaldan merupakan bagian penerapan konsep ALARA. Target lepasan untukkecelakaan terparah digunakan sebagai “batas lepasan”. Nilai batas lepasandiarahkan sedemikian rendah sehingga konsekuensi sosial sebagai hasildari efek kesehatan masyarakat dan kontaminasi tanah serta air akanmenjadi terbatasi. Realisasi sasaran ini berimplikasi :

Tidak ada tindakan proteksi kedaruratan di luar 1 km dari reaktor selamapelepasan dini dari sungkup,Tidak ada perpindahan orang sementara pada setiap saat sekitar 3 kmdi luar dari reaktor, danTidak ada tindakan jangka panjang, termasuk pemindahan penduduksecara permanen (lebih lama dari 1 tahun), pada suatu jarak 1 km di luarreaktor.

Dasar teknis untuk penyederhanaan rencana kedaruratan di luar tapak harustersedia. Pada dasarnya tidak ada evakuasi di luar radius 1 km (untuk SEN)yang diperlukan. Sebagai tambahan, selain itu dituntut bahwa pembatasanpada konsumsi bahan makanan dan hasil pertanian harus dibatasiberdasarkan skala waktu dan luasan bidang tanah.

Proteksi menghadapi sabotase. Instalasi SEN harus didesain mempunyaiproteksi yang baik terhadap sabotase dengan menggunakan prinsip proteksifisik yang mempertimbangkan pengaruh kebakaran, ledakan kimia,tumbukan kapal terbang dan rudal. Gedung dan tata ruang tapak harusmenjamin isolasi lingkungan dengan akses yang terkendali ketat, sertapengawasan dari penjaga terhadap orang dan barang yang tidak berizin.

PK.4.1. Basis keselamatan instalasi SEN harus ditetapkan secara meyakinkanlebih dahulu sebelum dikembangkan secara komersil.

Terminologi “basis keselamatan” dipahami sebagai persyaratan keselamatanyang terdokumentasi dan kajian keselamatan desain instalasi sebeluminstalasi tersebut dikonstruksi dan dioperasikan.

Basis keselamatan meliputi konsep yang ditetapkan secara baik untukpencapaian keselamatan dengan proses yang logis dan dapat diaudit untukmenentukan dan mendokumentasikan semua persyaratan desain dankeselamatan untuk fasilitas. Iterasi antara desain, RD & D dan analisiskeselamatan merupakan sebuah bagian yang penting dari proses ini. Sekalipersyaratan telah ditetapkan, hal itu harus ditunjukkan dan didokumentasikanbahwa persyaratan tersebut terpenuhi.

Teknologi yang dipadukan dalam desain harus terbukti atau terkualifikasiberdasarkan pengalaman atau pengujian atau kedua-duanya.

Page 26: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

23

PK.4.2. Penelitian, pengembangan dan demonstrasi pada keandalan komponendan sistem, termasuk karakteristik keselamatan melekat, harus dilakukanuntuk mencapai pemahaman yang menyeluruh semua fenomena fisik danketeknikan yang diperlukan untuk mendukung kajian keselamatan.

Praktik yang umum untuk mengkaji prilaku sistem atau komponen berdasarpada perhitungan kode komputer, pengalaman operasi dan praktikketeknikan yang diterima secara umum. Pengembangan desain SENmungkin menggunakan material teras baru, menggunakan fluida dalam rejimtermohidraulika yang baru, dan menggunakan pendingin dan bahan bakaryang berbeda secara radikal. Pengembangan kode komputer untukmemodelkan desain seperti itu harus dilakukan paralel. Kode komputerseperti itu harus secara formal diverifikasi dan divalidasi di daerahkeberlakuannya, menggunakan teknik terkini yang ditetapkan dalam standarinternasional (matrik yang syah, kuantifikasi ketidaktentuan, pembuktianmampu diskala, alat verifikasi yang terotomatisasi, laporan kualifikasi kode,dan lain sebagainya) dan harus dijelaskan dengan baik (spesifikasipersyaratan perangkat lunak, manual teori, manual pengguna, diagram alir,dan sebagainya).

Sekurang-kurangnya persyaratan berikut harus dipenuhi:Semua fenomena penting, yang mempengaruhi keselamatan, sertadimasukan dalam desain dan operasi instalasi daya nuklir atau instalasidaur bahan bakar harus dipahami, dimodelkan dan disimulasikan(termasuk pengetahuan ketidaktentuan, dan pengaruh penskalaan danlingkungan); danPerilaku komponen atau sistem terkait keselamatan harus dimodelkandengan keakuratan yang dapat diterima, yang melibatkan pengetahuandari semua parameter dan fenomena yang berkaitan dengan keselamatan,dan divalidasi dengan menggunakan basis data yang andal.

PK.4.3. Instalasi skala pilot atau fasilitas demonstrasi berskala besar harus dibuatuntuk reaktor dan atau pemroses daur bahan bakar, yang menggambarkankebiasaan utama dan pengalaman pengoperasian yang ada.

Demonstrasi teknologi baru biasanya berasal dari eksperimen skala meja,ke pengujian skala kecil industri, ke pengujian skala besar, sampai (kalaumungkin) instalasi pilot skala kecil, instalasi demonstrasi skala besar, sampaike komersialisasi penuh. Kebutuhan untuk instalasi pilot atau instalasidemonstrasi akan tergantung pada derajat kebaruan proses dan risikopotensial yang terkait terhadap pemilik dan masyarakat.

Diketahui bahwa instalasi pilot kecil hanya dapat dipergunakan untukmendemonstrasikan fitur keselamatan yang memadai untuk kejadian sesuaitingkat 1 dan 2 dari konsep pertahanan berlapis (kegagalan dan operasiabnormal). Perilaku yang aman dari SEN selama kecelakaan (denganpotensial lepasan radioaktif) tidak dapat dipelajari dengan instalasi pilot dandidemonstrasikan seperti didefinisikan di persyaratan PK.4.2 di atas,penggunaan kode komputer atau analisis tervalidasi dengan misalnya ujiefek ganda terintegrasi. Metode ini dicakup dalam persyaratan PK.4.4.

Page 27: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

24

Namun instalasi pilot harus mampu mendemonstrasikan kemampuanmengatasi pemicu kecelakaan yang potensial.

Penting bahwa fasilitas instalasi pilot adalah dengan skala yang memadai,sehingga hasil dan pengalaman yang diperoleh dari fasilitas seperti itu dapatdiekstrapolasikan dengan derajat ketelitian yang layak pada instalasi skalapenuh, misalnya untuk instalasi konversi dan pabrikasi akan dikonstruksiuntuk memproses 100 ton bahan bakar nuklir setiap tahun, hal itu mungkincocok untuk mempunyai sebuah instalasi percobaan yang dapat memproses1-10 ton per tahun, bukannya fasilitas yang hanya memproses beberapa kg.

PK.4.4. Untuk analisis keselamatan, metode deterministik dan probabilistik harusdipergunakan, bilamana layak, untuk menjamin pengkajian keselamatanyang mendalam dan memadai dibuat. Bila teknologi sudah matang, makapendekatan “estimasi terbaik” (plus analisis ketidakpastian) berguna untukmenentukan bahaya yang sesungguhnya, khususnya untuk membatasikecelakaan terparah.

Analisis keselamatan harus dilakukan dengan menggunakan kombinasievaluasi deterministik dan probabilistik yang cocok. Analisis harus mencakupsemua mode operasi instalasi untuk memperoleh kajian lengkap mengenaikesesuaian dengan pertahanan berlapis. Untuk instalasi yang sederhana,terutama terkait dengan daur bahan bakar, mungkin hanya diperlukan analisisdeterministik, sepanjang skenario dipilih untuk mendemonstrasikan cakupanseluruh tingkatan pertahanan berlapis.

Jangkauan penggunaan tiap metode harus konsisten dengan kepercayaanterhadap metode untuk aplikasi tertentu, dalam lingkup keterbatasan datakeandalan, mode kegagalan dan fenomena fisik. Dalam beberapa sisteminovatif, penerapan metode probabilistik lebih terbatas dibandingkan denganmetode probabilistik untuk tipe reaktor yang ada, sebagai akibat perubahanteknologi dan keterbatasan data.

Derajat konservatisme dalam analisis keselamatan deterministik harusdalam proporsi yang tepat dengan ketidakpastian teknologi yang dievaluasi;bilamana fenomena diketahui dengan baik dan kode tervalidasi, hipotesisyang realistik (perkiraan terbaik) dapat dipertimbangkan dalam analisis.Analisis perkiraan terbaik harus diikuti dengan perhitungan ketidakpastiandari eksperimen, model dan instalasi yang mempengaruhi hasil. Bilateknologi itu sendiri tidak pasti, pendekatan yang lebih tradisional harusdilakukan, sebagai contoh, bila metal cair berbeda dengan yang diper-gunakan dalam reaktor saat ini, kode komputer yang ada tidak mampumensimulasikan semua fenomena. Sampai perangkat tersebut tersedia danterbukti cukup akurat, maka batas keselamatan dan konservatisme harusditerapkan dalam simulasi yang runtut.

Selain kajian kerentanan instalasi terhadap kecelakaan terparah dan lepasandalam jumlah besar, analisis keselamatan probabilistik harus digunakanmulai dari tahap desain untuk:

Menentukan kondisi dan beban yang lebih realistik untuk sistem mitigasitermasuk sungkup;

Page 28: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

25

Mengkaji keseimbangan desain dan kelemahan yang mungkin;Mengintegrasikan faktor manusia ke dalam analisis keselamatan;Mengidentifikasi batas keselamatan;Membantu mendefinisikan persyaratan keselamatan operasional; danMengidentifikasi sensitivitas dan ketidakpastian.

PK.5.1. Sistem manajemen mutu harus memenuhi persyaratan terbaru standarInternational, standar Nasional Indonesia dan standar keselamatan mutuIAEA.

Organisasi yang terlibat dalam proyek SEN harus menetapkan persyaratansistim manajemen mutu melalui lima tahapan mencakup:

Sistem Manajemen MutuTanggung Jawab ManajemenManajemen Sumber DayaRealisasi ProdukPengukuran, Analisis dan Perbaikan

5.2.3 Beberapa Pertimbangan untuk Keselamatan Fasilitas Daur BahanBakar Nuklir (FDBBN)

a. Umum

1. Bahaya terhadap keselamatan yang khas dalam FDBBN antara lainmeliputi lepasan radioaktivitas, kontaminasi dan paparan terhadappekerja, kekritisan, dan lepasan bahan kimia dan energi tersimpan (misal:pemanasan dari peluruhan radioaktif, reaksi kimia termasuk kebakaran,dan kegagalan sistem bertekanan). Teknik dan metode yang mirip denganyang digunakan dalam FDBBN yang ada saat ini harus digunakan dalamFDBBN - SEN untuk membatasi bahaya tersebut, dan FDBBN harusmemanfaatkan dari desain teknis yang teruji. Keunggulan dari cirikeselamatan melekat harus dimanfaatkan, dan sistem keselamatan pasifharus digunakan semaksimal mungkin. Otomatisasi pada tingkat yanglebih maju dari fasilitas fabrikasi bahan bakar lebih disukai dalam kurunwaktu 50 tahun ke depan. Sementara waktu, pengoperasian secaramanual tidak bisa dihilangkan seluruhnya sehingga masih lebihditekankan pada prosedur administratif, termasuk kejelasan tanggung-jawab dan pelatihan yang memadai untuk kendali operasi.

2. Terdapat pengertian bersama bahwa strategi PB juga harus digunakandalam FDBBN, tetapi dalam penerapannya harus mempertimbangkanadanya perbedaan mendasar antara FDBBN dengan reaktor, antara lain:

Rapat daya di FDBBN jauh lebih kecil dibandingkan rapat daya di terasreaktor;Total energi tersimpan dalam struktur padatan dan entalphi dari fluidaatau gas selama operasi FDBBN lebih rendah bila dibandingkandengan yang ada pada reaktor;

Page 29: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

26

Dibanding reaktor, material radioaktif di FDBBN sering dalam keadaanlebih mudah terdispersi, aliran masuk-keluar material radioaktif (volumedan masa) dari FDBBN lebih tinggi, dan penghalang (barrier) terhadaplingkungan lebih sedikit karena konsentrasi material radioaktif yangditangani lebih rendah khususnya pada fasilitas ujung depan DBBN;Beberapa FDBBN menggunakan banyak bahan reaktif atau bahankimia mudah terbakar/meledak, seperti hidrazine, asam nitrat,hidrogen, dll.

3. Perbedaan tersebut menghasilkan beberapa konsekuensi berikut :Risiko pekerjaan dalam FDBBN perlu mendapat perhatian khusussebab kedekatan operator dengan material yang diproses;Lepasan rutin material berbahaya dari FDBBN seperti pada tambanguranium mungkin lebih besar akibat proses mekanik atau kimia;Kebolehjadian lepasan energi kimia (seperti kebakaran, ledakan)dalam FDBBN adalah lebih besar;Potensi dampak kecelakaan kekritisan dalam FDBBN jauh lebih kecildibandingkan dengan kecelakaan kekritisan di reaktor karena energiyang terlepas jauh lebih rendah.

4. Perbedaan tersebut menyebabkan perlunya modifikasi pendekatanterhadap keselamatan. Seperti disebutkan di atas, penekanan padaFDBBN yang ada saat ini adalah pada kendali operasi denganmenggunakan kendali administratif dan operator untuk menjaminkeselamatan, berbeda dengan sistem keselamatan teknis (engineeredsafety features) yang digunakan di reaktor. Penekanan yang lebih ditujukanpada pencegahan kekritisan mengingat mobilitas (distribusi danpemindahan) bahan fisil di FDBBN jauh lebih besar.

5. Oleh karena kedekatan antara operator dengan bahan nuklir dalamproses, yang mungkin meliputi penanganan dan pemindahan bahan nuklirsecara terbuka dalam proses rutin, perhatian khusus harus ditujukan bagikeselamatan pekerja. Potensi masuknya material radioaktif ke dalamtubuh mensyaratkan pengendalian untuk mencegah dan meminimalkankontaminasi dan menjamin selalu tetap berada dalam batas dosisoperational. Selain itu, lepasan material radioaktif ke dalam daerah kerjafasilitas, baik melalui lintasan yang termonitor maupun tidak, akanmenyebabkan paparan meningkat secara signifikan, terutama dari isotopradiotoksis berumur panjang.

6. Jumlah penghalang fisik dalam fasilitas nuklir yang diperlukan untukmelindungi lingkungan dan masyarakat tergantung pada potensi bahayainternal dan eksternal, dan potensi konsekuensi kegagalannya; olehkarena itu, jumlah dan kekuatan penghalang untuk berbagai jenis reaktor(misal: teras daya rendah dengan teras daya tinggi) dan untuk FDBBNberbeda. Sebagai contoh, untuk ujung depan daur bahan bakar uraniumalam, keselamatan difokuskan pada pencegahan penyebarankontaminasi material radioaktif tingkat-rendah. Pada penambanganuranium, fokus utamanya adalah mencegah kontaminasi pada air tanah

Page 30: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

27

dan air permukaan akibat lepasan atau buangan sisa penambangan(mining tails). Produk samping uranium dan bahan kimia adalah bahayayang potensial dari pengoperasian fasilitas konversi. Pada fasilitasfabrikasi bahan bakar, keselamatan difokuskan pada pencegahankekritisan disamping penyebaran kontaminasi material radioaktif tingkat-rendah.

7. Penerapan lima (5) tingkat PB pada FDBBN mungkin tidak sama persisseperti pada instalasi reaktor. Akan tetapi, strategi dasarnya adalahsama, yaitu bahwa semua tingkatan proteksi harus diterapkan. Selainitu, mengandalkan aksi manusia dalam penjaminan tak saling gayut padatingkatan yang berbeda PB harus dikurangi.

b. Fasilitas Fabrikasi Bahan Bakar Uranium Pengayaan Rendah(FFBBU)

1. Fungsi keselamatan FFBBU, yaitu fungsi yang mencegah kegagalandengan konsekuensi/dampak radiologik atau kimia terhadap pekerja danlingkungan, meliputi: (i) pencegahan kekritisan, (ii) pengungkunganpaparan internal dan bahaya kimia, dan (iii) proteksi terhadap penyinaran/iradiasi eksternal.

2. Pendekatan kontingensi ganda dipilih untuk mencegah kekritisan melaluidesain. Pendekatan ini mensyaratkan bahwa sebelum kekritisan terjadiharus diawali oleh sekurang-kurangnya ada dua kejadian, tak saling gayutdan perubahan secara bersamaan dalam proses. Sistem harus selaludalam batas sub-kritis selama operasi normal, dan selama kejadianoperasional terantisipasi, dan pada kondisi kecelakaan dasar desain.

3. Pengungkung bahaya kimia harus meliputi pengendalian terhadap setiaplintasan ke daerah kerja dan lingkungan. Pengungkungan harus menjadidasar utama proteksi terhadap penyebaran debu yang terkontaminasi,misalnya pada area/ruangan dimana ditangani serbuk uranium ataubahan berbahaya berupa gas dalam jumlah yang signifikan. Apabila dapatdilaksanakan dan dalam rangka meningkatkan efektifitas pengungkungstatis, pengungkung dinamis harus digunakan untuk membuat aliran udarake arah peralatan/area yang memiliki potensi kontaminasi lebih besar.Cara ini, pengurangan tekanan absolut dapat ditetapkan antara kondisilingkungan di luar dengan tempat bahan berbahaya di dalam gedung.

4. Dosis eksternal dapat dikendalikan melalui kombinasi jarak, waktu danperisai. Oleh karena bahan uranium memiliki aktivitas jenis relatif rendah,perisai yang sudah tersedia di FFBBU seperti dinding bejana/peralatandan dinding pipa sudah cukup untuk mengendalikan dosis. Pemasanganperisai harus dipertimbangkan pada area yang menyimpan uranium dalambentuk curah (bulk). Apabila bahan yang diproses adalah uranium selainuranium alam, atau uranium diperkaya, perisai mungkin diperlukan untukmelindungi pekerja akibat meningkatnya laju paparan radiasi gamma.

5. Kecelakaan spesifik berikut harus dipertimbangkan sebagai kecelakaandasar desain (KDD) bila melaksanakan analisis keselamatan instalasi(FFBBU):

Page 31: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

28

Kecelakaan kritikalitas nuklir, misal: dalam area proses basah;Lepasan uranium, misal: meledaknya tangki pereaksi dalam proseskonversi;Lepasan UF6 dari tangki panas yang robek/pecah;Lepasan HF dari tangki penyimpan yang robek/pecah.

Tiga kecelakaan yang pertama akan menimbulkan konsekuensiradiologik pada pekerja di tapak dan juga menimbulkan dampak seriusdi luar tapak dan lingkungan. Sedangkan satu kecelakaan yang terakhirakan membawa dampak kimia, baik di dalam tapak maupun di luar tapak.

6. Kebolehjadian suatu KDD harus diminimalkan, dan konsekuensinyaharus dikendalikan melalui penggunaan struktur, sistem dan komponen.

7. Penyebaran tak terkendali bahan radioaktif ke lingkungan akibatkecelakaan dapat terjadi apabila barier pengungkung rusak. Bariermeliputi antara lain peralatan proses sendiri, atau ruangan atau strukturbangunan. Selain itu, ventilasi dari sistem pengungkung, sistem yangmelepaskan gas buang melewati proses pembersihan gas seperti filter,sebelum dibuang ke lingkungan melalui cerobong pada kondisi operasinormal mengurangi lepasan material radioaktif ke lingkungan hinggajumlahnya sangat rendah. Dalam hal ini, sistem ventilasi juga dapatdipertimbangkan sebagai barier pengungkung.

8. Untuk memfasilitasi dekontaminasi dan dekomisioning nantinya,dinding, lantai dan langit-langit ruangan FFBBU dimana mungkinterdapat kontaminasi harus menggunakan bahan tak berpori dan mudahdidekontaminasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pelapiskhusus pada permukaannya dan menghindari adanya area yang sulitdijangkau. Selain itu, setiap permukaan yang berpotensi terkontaminasiharus mudah diakses untuk dekontaminasi periodik dan pada kondisitertentu.

9. FFBBU seperti halnya fasilitas industri lainnya harus didesain dapatmengendalikan bahaya kebakaran dan bahaya ledakan untuk melindungipekerja dan masyarakat. Kebakaran dan ledakan dapat menimbulkanpenyebaran bahan radioaktif atau bahan beracun lainnya melaluiperusakan barier pengungkung, atau menyebabkan kecelakaankritikalitas akibat berubahnya kondisi selamat (geometri, sistem kontrolmoderasi). Pencegahan yang tepat harus dilakukan untuk meyakinkanbahwa kebolehjadian kebakaran dan ledakan diminimalkan. Bahayakebakaran dan ledakan harus dipertimbangkan karena banyak ditemuidi FFBBU bahan seperti amoniak anhydrous (mudah meledak danterbakar), asam sulfat atau asam nitrat (pemantik bila di dalam bahanorganik), zirkonium (bahan logam mudah terbakar khususnya dalambentuk serbuk), hidrogen harus dipertimbangkan.

10. Banjir internal di FFBBU dapat menyebabkan penyebaran bahanradioaktif dan perubahan kondisi moderasi. Dalam instalasi dimanaterdapat bejana/tanki atau pipa berisi air, analisis kekritisan harus

Page 32: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

29

mempertimbangkan jumlah maksimum volume air terbesar di dalamruang yang ditinjau begitu pula ruang lain yang berhubungan.

11. Kebocoran pada komponen seperti pompa, katup dan pipa dapatmenyebabkan penyebaran bahan radioaktif (misalnya larutan uranilnitrat) maupun bahan kimia toksik (misalnya F2 dan HF). Bocoran fluidaberhidrogen (misalnya air, oli, dll) dapat mengubah moderasi dalambahan fisil dan mengurangi keselamatan kritikalitas. Bocoran gas (H2,gas alam, propan) atau cairan mudah terbakar dapat menimbulkanledakan dan atau kebakaran. Dalam kasus tersebut, sistem deteksikebocoran harus digunakan.

12. Struktur, sistem dan komponen harus mampu melakukan fungsikeselamatannya dalam kondisi kehilangan daya listrik normal, atau itemtersebut harus mencapai konfigurasi gagal selamat berdasarkan desain.Sebagai contoh, penyedia daya darurat harus diperuntukkan bagi:

Sistem peringatan kecelakaan kritikalitas;Kipas ventilasi bila diperlukan untuk pengungkungan bahan fisil;Komponen yang digunakan untuk menjaga proses agar tetapterkendali (misal : elemen pemanas dan katup)

13. Kejadian pemicu dari luar, seperti gempa bumi, banjir, kebakaran,kondisi cuaca, dll., harus dipertimbangkan juga dalam desain FFBBU.

5.3 Lingkungan dan Kondisi Tapak

5.3.1 Prinsip Dasar:

PDLT.1. Dampak negatif yang diperkirakan (estimasi terbaik) dari SEN terhadaplingkungan harus masih berada di dalam batasan kinerja SEN terkini yangmenghasilkan produk energi yang serupa.

PDLT.2. SEN harus mampu memberikan kontribusi dalam memenuhi kebutuhanenergi nasional pada abad ke-21, sejalan dengan penggunaan sumber dayatak terbarukan seefisien mungkin.

PDLT.3. SEN harus dirancang dan dioptimalkan dengan memperhitungkan data utamatapak dan lingkungan.

5.3.2 Persyaratan

PLT.1.1. Pemicu dampak lingkungan dari tiap bagian SEN selama siklus hidupnyaharus dapat dikendalikan ke tingkat setara atau lebih baik dari standaryang berlaku saat ini.

Semua sistem energi pasti mengakibatkan pemicu dampak lingkungan,seperti radionuklida atau bahan-bahan kimia nonradioaktif dan penggunaansumber daya, yang berpotensi memberikan dampak negatif pada lingkungandalam skala lokal, regional, atau global. Operator fasilitas nuklir bertanggungjawab dalam mengendalikan pemicu dampak lingkungan ini. Fungsi desainSEN yang inovatif, seperti kriteria desain, adalah menyediakan pengendalian

Page 33: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

30

untuk semua pemicu dampak lingkungan pada SEN. Semua pemicu dampaklingkungan harus dikendalikan ke tingkat setara, lebih baik dari standar yangberlaku atau standar yang diberlakukan pada saat desain SEN tersebut dikaji.Tiap standar dapat bersifat setara, kurang atau lebih ketat daripadapersyaratan standar yang berlaku saat ini, tergantung pemahaman ilmiahterhadap dampak lingkungan dan persepsi pihak pemangku kepentinganterkait.

PLT.1.2. Dampak buruk terhadap lingkungan akibat SEN harus serendah mungkinsesuai praktik yang masuk akal, dengan mempertimbangkan faktor sosialdan ekonomi.

SEN harus dibangun berdasarkan standar lingkungan yang lebih baik dariyang ada saat ini. Namun demikian perlu diketahui bahwa pada beberapakasus tertentu peningkatan unjuk lingkungan dari fasilitas atau proses tertentumungkin menyebabkan dampak yang lebih parah pada bagian lain di sistemenergi tersebut. Karena itu, persyaratan ini (i) menerapkan falsafahpencapaian kinerja terbaik yang dapat dipraktikkan terhadap keseluruhanSEN, (ii) memperluas penerapan filosofi itu terhadap semua dampaklingkungan yang merugikan, bukan hanya dampak radiologis terhadapmanusia, dan (iii) tetap menyadari bahwa biaya yang ditanggung untukmeningkatkan unjuk lingkungan harus sebanding dengan manfaatnya.

Falsafah dasar adalah bahwa SEN harus dirancang menurut prinsip rekayasamoderen. Kemudian, desain harus dievaluasi untuk verifikasi bahwa risikoterhadap lingkungan seminimal mungkin (ALARP=As Low As ReasonablyPracticable) dengan mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi. AnalisisALARP meliputi evaluasi kerugian dan keuntungan dalam mengurangi tingkatpemicu dampak lingkungan yang signifikan. Evaluasi ini akan mengarahkanpada pelaksanaan metode reduksi atau penolakan terhadap reduksi ketingkat terendah karena biaya reduksi secara signifikan jauh lebih tinggiketimbang manfaatnya.

PLT.2.1. SEN harus dapat memberikan kontribusi dalam pemenuhan kebutuhanenergi nasional pada abad ke-21 tanpa mengalami pengurasan materialfisil/fertil dan material lain yang tak-terbarukan, dengan memper-timbangkan prakiraan pemakaian material tersebut di luar penggunaanuntuk SEN. Di samping itu, SEN harus dapat mendukung pemakaiansumber daya tak-terbarukan secara efisien.

SEN memerlukan sumberdaya (listrik atau lainnya) untuk operasi, konstruksifasilitas, dan sebagainya. Daya yang tersedia pada suatu saat untukdigunakan oleh SEN dari semua sumber, internal dan eksternal, pada setiapsaat dalam siklus hidupnya harus sama dengan atau melampaui daya yangdibutuhkan SEN pada waktu tertentu. Pada awal siklus hidup SEN, semuadaya harus tersedia dari sumber eksternal, selanjutnya pada saat tertentu,sebagian besar atau keseluruhan sumber daya untuk operasi sistem dan/atau peningkatan kebutuhannya dapat dipenuhi secara internal oleh SEN.

Dalam penerapan dan pengembangan SEN, harus dipertimbangkan aspekpengurasan sumberdaya oleh industri lain dan kepentingannya.

Page 34: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

31

PLT.2.2. Luaran energi SEN harus melebihi energi yang diperlukan untukmelaksanakan dan mengoperasikan SEN dalam jangka waktu pendekyang dapat diterima.

Luaran energi neto dari SEN adalah energi dapat pakai yang dihasilkanoleh sistem melebihi dan di atas jumlah energi yang dibutuhkan untukmewujudkan dan mengoperasikan sistem tersebut selama siklus hidupnya.Kesetimbangan luaran energi neto harus menjadi positif dalam waktu pendekyang dapat diterima, semakin pendek semakin baik. Konsensus pemangkukepentingan harus menentukan target jangka waktu (dalam batas yang dapatditerima) sehingga kesetimbangan energi menjadi positif.

PLT.3.1. SEN harus dibangun pada tapak yang dipilih yang memiliki karakteristikteknis sesuai persyaratan teknis IAEA mengenai tapak PLTN yangtercantum di dalam dokumen teknis mengenai pemilihan tapak.

Pemilihan tapak harus mempertimbangkan fitur terkait yang mungkinmempengaruhi keselamatan SEN, atau sebaliknya, serta kelayakanpelaksanaan rencana kedaruratan. Semua aspek harus dievaluasi untukmasa bakti SEN yang diproyeksikan dan bila diperlukan dievaluasi ulanguntuk memastikan penerimaan yang kontinyu terhadap keselamatan faktor-faktor tapak terkait.

Tapak potensial perlu dilakukan evaluasi terhadap akibat faktor alam danulah-manusia; khususnya untuk faktor alam seperti gempa, geologi, geofisikdan geoteknik, vulkanologi, oseanografi, geofisik lepas-pantai, dan banjirpantai, hidrologi dan hidrogeologi, yang dapat memberikan dampak negatifterhadap keselamatan SEN. Pengaruh SEN terhadap penduduk danlingkungan sekitar harus dievaluasi, misalnya topografi, geografi, demografi,ekologi, meteorologi, aspek sosial-ekonomi dan sosial-budaya, kajian dosis,tata guna tanah dan kelautan, rencana kedaruratan dan studi perbandinganharus juga dievaluasi. Faktor terkait tapak yang relevan harus diperhitungkandalam desain SEN dan kecukupan dalam desain perlu didemonstrasikansebelum penerimaan tapak dapat dikonfirmasikan. Evaluasi dari seluruhfaktor terkait tapak harus dibuat oleh organisasi pengelola sebagai bagiandari pengajuan perizinan dan ditinjau ulang oleh badan pengawas. Kepadatandan distribusi penduduk selama masa bakti SEN adalah bagian penting danperlu evaluasi berkala untuk memastikan kelayakan berkelanjutan darirencana kedaruratan.

5.4. Pengelolaan Limbah

5.4.1. Prinsip Dasar

PDL.1. Produksi limbah radioaktif di dalam SEN harus diupayakan serendah yangdapat dilakukan.

PDL.2. Limbah radioaktif di dalam SEN harus dikelola sedemikian rupa sehinggamenjamin tingkat perlindungan yang dapat diterima (akseptabel) baik untukkesehatan manusia maupun lingkungan, terlepas waktu atau tempat dimanadampak tersebut mungkin timbul.

Page 35: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

32

PDL.3. Limbah radioaktif di dalam SEN harus dikelola sedemikian rupa sehinggatidak membebani generasi yang akan datang.

PDL.4. Interaksi dan hubungan antar semua limbah yang timbul dan tahapanpengelolaan harus diperhitungkan di dalam desain SEN, sedemikiansehingga seluruh operasi dan keselamatan jangka panjang dapatdioptimalkan.

5.4.2. Persyaratan

PL.1.1. SEN harus didesain untuk meminimalkan timbulnya limbah pada semuatahapan, dengan penekanan pada limbah yang mengandung unsurberacun berumur panjang yang kemungkinan dapat menyebar (mobile)di lingkungan repositori.

Tahapan desain memberi peluang tertinggi untuk minimalisasi limbah karenatahap ini mempunyai fleksibilitas maksimum dalam mengatur sifat sistemuntuk tujuan tersebut. Minimalisasi limbah melalui desain secara melekatlebih aman daripada bergantung pada tahap operasional. Adalah sangatpenting untuk mengurangi unsur-unsur limbah yang beracun dan berumurpanjang dan yang mudah bergerak di lingkungan repositori. Metode untukmengurangi limbah radio-aktif meliputi:

Pemisahan aliran limbah untuk menghindari kontaminasi silang, serta untukmeningkatkan proporsi limbah yang sesuai untuk dikendalikan atau dilepaske lingkungan, serta untuk menurunkan volume limbah yang berbahayadalam jangka panjang;Daur ulang dan pemanfaatan ulang material yang jika tidak dilakukan akanmenjadi limbah radioaktif;Optimalisasi desain untuk memudahkan dekomisioning dan pem-bongkaran (dismantling) fasilitas yang ada;Ekstraksi hasil peluruhan berumur panjang di dalam operasi penambangandan pengolahan bijih (mining and milling); danReduksi limbah sekunder dari sistem pengelolaan limbah.

Pilihan teknologi yang patut dipertimbangkan untuk pengembangan lebihlanjut meliputi:

Aplikasi bahan maju, seperti baja tanpa-kobalt, untuk mengurangi aktivasi;Meningkatkan efisiensi daur bahan-bakar;Meningkatkan efisiensi proses konversi energi pada reaktor; danMeningkatkan teknologi dekontaminasi.

PL.2.1. Paparan radiasi dan kimia terhadap manusia yang berasal dari sistempengelolaan limbah SEN harus di bawah ambang yang dapat diterimaterkini dan proteksi kesehatan manusia dari paparan radiasi dan bahankimia beracun harus dioptimalkan.

SEN harus didesain dengan pertimbangan bahwa efek radiologik yangditimbulkan akan di bawah tingkat yang dapat diterima terkini. Walaupunkemungkinan bahwa radiasi tingkat rendah lebih tidak berbahaya terhadap

Page 36: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

33

manusia dibandingkan yang dituangkan dalam kebijakan peraturan terkini,prinsip pencegahan menetapkan bahwa desain proteksi radiologik haruslebih mengutamakan aspek keselamatan.

Optimasi desain sistem pengelolaan limbah harus dipandang dalam kontekskajian SEN secara holistik dan optimasi tiap komponen tunggal bersifatsekunder. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan meliputi:

Radiotoksisitas limbah yang dihasilkan sebagai fungsi waktu;Kemampuan formasi/bentuk limbah (waste form) untuk menahanradionuklida pada kondisi normal dan kecelakaan;Mobilitas unsur toksik dalam jalur lingkungan;Jangka waktu limbah yang mengandung radionuklida berumur panjangberada di tempat penyimpanan sementara;Derajat keselamatan bahwa limbah dapat disimpan secara pasif; danPaparan radiasi pekerja (occupational exposure) dalam fasilitaspengelolaan limbah.

PL.2.2. Penglepasan kumulatif radionuklida dan racun kimia dari komponenpengelolaan limbah SEN harus diminimalkan.

Penglepasan kumulatif terhadap waktu dan ruang, tanpa memperhatikanbatas negara, harus dipertimbangkan. Penglepasan non-radioaktif daripengelolaan limbah radiokatif juga harus diperhitungkan. Sebagai prioritaspertama adalah meminimalkan timbulnya limbah melalui desain. Prioritasselanjutnya adalah menyempurnakan proses dalam sistem pengelolaanlimbah. Strategi pengelolaan limbah untuk meminimalkan bahaya dari limbahradioaktif harus diimplementasikan pada setiap bagian SEN meliputi:metode penambangan dan pengolahan bijih uranium, konversi dan fabrikasibahan bakar, reaktor, daur bahan bakar maju serta pengolahan limbah.

Metode penambangan dan pengolahan bijih . Penambangan danpengolahan bijih disertai dengan penglepasan beberapa induk radioaktifke lingkungan dan inilah yang menimbulkan risiko bahaya radiologik jangkapanjang dari sisa proses pengolahan (tailing). Metode separasi kimiaradionuklida umur panjang seperti 230Th, 226Ra harus dipertimbangkan dalammendesain proses penambangan dan pengolahan bijih untuk SEN.

Metode konversi dan fabrikasi bahan bakar. Fasilitas konversi dan fabrikasielemen bahan nuklir dapat membahayakan keselamatan secara khususkarena menimbulkan banyak efluen atau berpotensi besar menimbulkanlimbah amat berbahaya ke lingkungan. Timbulnya efluen dalam bentukaktivitas dan volume harus dipertahankan pada tingkat minimum yang dapatdicapai dalam praktik oleh tindakan desain dan operasi yang tepat.Penanganan efluen dan penyimpanan sementara harus dikendalikan secaraketat konsisten dengan persyaratan untuk pembuangan limbah akhir yangselamat. Efluen dalam bentuk cair dan gas yang ditimbulkan oleh fasilitaskonversi dan fabrikasi harus diproses untuk mereduksi dampak padakesehatan dan lingkungan akibat penglepasannya. Sistem untuk memprosesefluen dapat mencakup sistem ventilasi dilengkapi dengan sistem filter untuk

Page 37: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

34

mencegah dispersi zat-zat aerosol yang tidak diinginkan di dalam instalasi,atau untuk mengendalikan penglepasan zat-zat berbahaya keluar. Untukmemulihkan cairan dan mendaur ulang produk-produk terpilih dengan suatusistem penyaringan yang tepat terpasang dapat disatukan dalam desainfasilitas konversi dan fabrikasi sehingga timbulnya material limbah dapatdibuat minim. Instalasi Konversi dan Fabrikasi Bahan Bakar harusdioperasikan demikian rupa sehingga sehingga mengendalikan danmembuat seminim mungkin, sejauh masuk akal dalam praktik, produksisegala macam efluen, untuk menjamin agar penglepasan efluen kelingkungan serendah ayng masuk akal dapat dicapai, dan guna mem-permudah penanganan dan pembuangan efluen.

Daur Bahan bakar maju. Daur bahan bakar nuklir maju yang mampumengurangi munculnya limbah aktivitas tinggi, serta mengurangi limbahpenambangan dan pengolahan bijih, sekaligus memiliki sifat resistenterhadap proliferasi yang lebih baik serta mengikuti prinsip safeguardsbahan nuklir harus dipertimbangkan.

Reaktor. Semua aspek desain dan operasi reaktor harus ditelaah dalamrangka identifikasi kemungkinan mengurangi volume limbah. Peningkatanefisiensi dalam proses konversi energi dapat mengurangi timbulnya limbahper unit energi bagi pemakai-akhir energi. Peningkatan pemanfaatan U danTh hasil tambang oleh reaktor dapat mengurangi dampak penambangandan pengolahan bijih. Dekontaminasi dengan metode lebih baik harus lebihsering digunakan. Sebagai contoh, logam teraktivasi dapat didekontaminasisebagian dengan pelelehan, hal ini memanfaatkan beda sifat leleh antaraproduk fisi (PF) dan aktinida. Pemisahan aliran limbah yang datang dariberbagai tempat di reaktor harus digunakan untuk mencegah kontaminasi-silang limbah.

Pengolahan limbah. Tahapan pengelolaan limbah pra-disposal harusmenjamin bahwa kemasan limbah memenuhi kriteria penerimaan limbah(waste acceptance criteria) daripada keadaan final yang selamat secarapermanen. Limbah sekunder dan emisi gas atau cair dari fasilitas pengolahanlimbah harus dipertimbangkan pada saat mengevaluasi metode penyiapankondisi limbah. Pendekatan terbaik dalam pengurangan limbah adalahdengan melakukan pengurangan di sumber timbulnya limbah; walaupundemikian ada keterbatasan seberapa besar reduksi dapat diperoleh padasumbernya, sementara operasi tetap harus berjalan secara efektif danekonomis. Limbah yang ditimbulkan dapat diolah untuk mengurangi volumepembuangan. Teknik reduksi ini sudah diterapkan pada berbagai fasilitasdengan menggunakan teknologi terkini yang meliputi:

Kompaksi, super kompaksi, insinerasi, sintering dan pelelehan (untuklimbah padat);

Presipitasi kimia, evaporasi, pertukaran ion dan separasi membran (untuklimbah cair); danSolidifikasi konsentrat cair (sementasi, bituminisasi, vitrifikasi,pengeringan).

Page 38: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

35

Teknologi baru untuk pengurangan volume juga dalam penyelidikan seperti:Cold crucible melting dan plasma melting; danTeknologi tanpa-nyala seperti steam reforming, berkas elektron, foto-oksidasi UV dan oksidasi limbah superkritis.

PL.3.1. Keadaan akhir (final state)/pembuangan yang dapat dicapai harusdispesif ikasikan untuk setiap jenis l imbah, dan dapat memberikeselamatan yang permanen tanpa melakukan modifikasi lanjut. SENyang direncanakan sedemikian rupa sehingga limbah yang timbul diproseske keadaan akhir sesegera mungkin sejauh yang dapat dilakukan.Keadaan akhir mesti sedemikian rupa sehingga setiap pelepasan bahanberbahaya ke lingkungan akan lebih rendah daripada yang saat inidibolehkan.

Formasi dan kemasan limbah. Idealnya, bentuk dan kemasan limbah harusdidesain mampu menahan zat radioaktif hingga meluruh ke tingkat yangmemenuhi persyaratan untuk dilepaskan/dibuang ke lingkungan. Bila hal initidak dapat direalisasikan, sistem pengelolaan limbah harus mengandalkancara lain. Sesuai tidaknya bentuk dan kemasan limbah harus dibuktikanterhadap kondisi lingkungan yang bakal dialaminya di dalam skemapengelolaan limbah.

Tempat penyimpanan akhir yang berisi limbah terkemas. Pada akhirnya,komponen limbah yang berumur panjang harus diwujudkan dalam bentuklimbah akhir yang dikemas dan kemasan ini diletakkan di suatu tempatpenyimpanan akhir. Sistem yang terintegrasi harus dibuktikan selamat secarapermanen menurut standar peraturan terkini. Upaya terbesar saat ini dalamprogram di tingkat nasional bertumpu pada tempat penyimpanan akhir bawahtanah. Desain dan operasi fasilitas ini beragam, sebagai contoh padakedalaman kemasan diletakkan, pemilihan media lapisan geologi, danperiode pemantauan sebelum penutupan tempat penyimpanan akhir tersebut.

Safety case didefinisikan sebagai jumlah total semua bukti baik kuantitatifmaupun kualitatif, yang menunjang penetapan bahwa sistem pengelolaanlimbah selamat dalam tingkatan yang dapat diterima (acceptable).Persyaratan minimumnya adalah peraturan perundangan yang terkaitterpenuhi. Kondisi akhir yang ditetapkan harus selamat secara permanendalam artian bahwa generasi mendatang tidak akan terpapar dengan risikoyang saat ini tidak dapat diterima. Safety case perlu meliputi analisis semuarisiko yang berkaitan dengan kegagalan kontrol institusional. Diharapkansafety case ini dapat dibuat lebih mudah untuk kondisi akhir yang didasarkanpada keselamatan pasif, yaitu kontrol keselamatan institusional jangkapanjang tidak perlu. Jika kontrol keselamatan institusional jangka panjangdiperlukan, seperti dalam hal penyimpanan (storage) abadi maka risiko yangterkait dengan potensi kegagalan kontrol ini harus diperhitungkan dalamsafety case. Safety case harus bersandar pada analisis teoritis yang dapatditerima secara umum, digabungkan dengan fakta unjuk kerja komponensejauh mungkin dari operasi masa kini fasilitas yang relevan. Sebagai contoh,bentuk limbah yang memenuhi kriteria penerimaan limbah dari fasilitasdisposal terkini akan menjadi dapat diterima.

Page 39: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

36

PL.3.2. Biaya untuk pengelolaan seluruh limbah di dalam siklus SEN harusdiperhitungkan ke dalam perkiraan biaya energi, sedemikian rupa sehinggameliputi semua akumulasi tanggung jawab pada setiap tahapan dari siklus.

Tanggung jawab untuk menyediakan sumber daya, termasuk dana danteknologi terbukti, dibebankan pada pihak penghasil limbah yangmemperoleh keuntungan, dan biaya ini harus diperhitungkan dalam estimasibiaya energi. Internalisasi semua biaya merupakan persyaratan mendasardari manajemen lingkungan yang baik.

Aset yang terakumulasi untuk mengelola limbah harus mencakup seluruhpertanggungjawaban (liability). Hal ini bertentangan dengan praktik umum,yaitu “under-funding” pada pertanggungjawaban saat ini dan perencanaannilai uang mendatang untuk kompensasi. Praktik semacam itu gagal dalammenginternalisasi dengan baik biaya yang terkait dengan timbulnya limbah.Hal yang lebih penting lagi, praktik ini menyediakan insentif built-in untukmenunda pemrosesan dan pembuangan limbah yang selamat. Suatupenilaian awam rasional harus digunakan untuk mendapatkan periode yanglayak sesudah pengoperasian SEN yang ada. Hal ini berguna untukmengimbangi aset dan pertanggungjawaban, karena, jika tidak, pertang-gungjawaban yang terkait dengan pembentukan limbah yang pertama dalamjumlah sedikit akan terlampau besar pembiayaannya. Biaya kontrolinstitusional jangka panjang apa pun yang terkait dengan pengelolaan limbahharus disertakan dalam estimasi biaya SEN.

PL.4.1. Limbah radioaktif yang ditimbulkan SEN harus diklasifikasi untukmemudahkan pengelolaan limbah pada semua bagian SEN.

Proses pengelolaan limbah berkenaan dengan keseluruhan operasional dankeselamatan jangka panjang akan memerlukan skema klasifikasi limbahyang mempermudah pengelolaan optimal berbagai jenis limbah di dalamSEN.

Klasifikasi limbah radioaktif memberikan suatu keterkaitan antara sifat limbahdengan persyaratan keselamatan pengelolaan limbah di dalam SEN. Semualimbah di setiap kategori pada skema klasifikasi harus mempunyai kondisiakhir yang sama, dan skema ini harus bisa diterapkan terhadap seluruh daurbahan bakar.

PL.4.2. Langkah-langkah pra-disposal antara timbulnya limbah sampai keadaanakhir harus diambil sedini mungkin sesuai praktik yang masuk akal. Desaindari langkah tersebut harus memastikan bahwa semua hal teknis yangpenting (misalnya pembuangan panas, kontrol kritikalitas, pengungkunganbahan radioaktif) telah ditangani. Proses ini harus tidak menghambat ataumenyulitkan pencapaian keadaan akhir.

Rasional. Prinsip dasar ke-empat adalah mengenai langkah-langkahpengelolaan limbah pra-disposal. Sesuai definisi, suatu keadaan limbah yangmampu memberikan keselamatan permanen tanpa modifikasi lanjut disebutsebagai kondisi akhir. Kondisi lain yang timbul selama operasi disebutkondisi pra-disposal yang mengarah ke keadaan akhir. Selanjutnya, limbah

Page 40: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

37

harus secara bertahap dibawa ke kondisi akhir. Membiarkan langkah ini untukdilakukan oleh generasi mendatang tanpa suatu pembenaran kompensasiadalah tindakan yang melanggar prinsip dasar di mana limbah radioaktifharus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak menjadi beban generasi yangakan datang. Langkah tersebut harus tidak membuat rumit tercapainyakondisi akhir. Hal yang perlu diperhatikan dalam tiap langkah pengelolaanlimbah adalah tidak menjadikan limbah ke dalam bentuk yang tidak selarasdengan langkah berikutnya yang direncanakan. Di samping itu, dihindaribentuk limbah yang justru nantinya akan menambah kesulitan dalam mencapaikondisi akhir limbah yang direncanakan. Keselamatan tiap tahapan danaktivitasnya (termasuk transportasi), baik dalam kondisi normal maupunkecelakaan harus dipertimbangkan dan seluruh aspek teknis yang terkaitdengan keselamatan (misalnya, pembuangan panas dari sistem, penyim-panan dalam kondisi sub-kritis, pengungkungan bahan radioaktif secaratepat) harus ditangani.

Waktu untuk mencapai kondisi akhir. Faktor yang saling bersaingmempengaruhi seberapa cepat l imbah dibawa ke kondisi akhir.Pemrosesan dini dapat mengabaikan penggunaan teknologi yang lebihmaju di masa depan. Penundaan proses dan pengaturan akhir dapatmenghasilkan penghematan biaya jangka menengah yang besar namunharus diberikan bobot yang jauh lebih tinggi terhadap pengurangan faktorketidakpastian dan peningkatkan keselamatan sebagai akibat daripencapaian dini kondisi akhir yang tepat. Pengalaman masa lalu, yaitumenyimpan limbah radioaktif cair aktivitas tinggi di beberapa lokasi, adalahtidak layak dalam jangka panjang. Hal ini meninggalkan warisan limbahdemikian dalam jumlah besar. Limbah tersebut sekarang harus menjadisubyek remediasi dengan biaya besar yang ditanggung generasi sekarang,dan berisiko terjadinya penglepasan ke lingkungan, seperti pernah beberapakali terjadi di masa lalu. Dengan makin meningkatnya pemanfaatan energinuklir, maka sangat mendesak bahwa limbah sesegera mungkin dibawa kekondisi akhir yang sesuai lebih awal. Membiarkan limbah dalam bentuk dankondisi yang tidak selamat secara permanen menimbulkan risiko bahwalimbah tersebut tidak akan mencapai kondisi akhir. Resep berbunyi “as earlyas reasonably practicable” (sedini mungkin sesuai praktik yang masuk akal)menekankan untuk menghindari penundaan yang tidak perlu.

Pemrosesan yang diperlukan untuk membawa limbah ke bentuk akhir.Kegiatan pemrosesan merupakan bagian dari daur bahan bakar nuklir secarakeseluruhan, dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan lingkungan perludipertimbangkan serta dibenarkan berdasarkan keuntungan bersih yangakan dicapai dalam tiap tahap pemrosesan tersebut. Kemampuanmenghasilkan bentuk limbah serta kemasannya pada skala industri harusnyata, baik melalui peragaan atau konsep desain yang pasti, sebelum SENdilaksanakan. Hal ini akan memberikan keyakinan bahwa daur bahan bakarnuklir inovatif tidak akan menimbulkan limbah yang tidak layak untukmencapai kondisi akhir.

Keselamatan proses dan kegiatan. Seluruh persoalan teknis untukkeselamatan dari semua proses dan kegiatan pada kondisi normal dankecelakaan harus diperhitungkan dan ditangani dengan tepat. Persoalan

Page 41: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

38

semacam itu sangat bergantung pada teknologi dan dapat berubah dari satustrategi pengelolaan limbah ke yang lain. Untuk beberapa proses,pembuangan panas peluruhan mungkin diperlukan, pada yang lainpencegahan kritikalitas bisa jadi merupakan persoalan utama, atau, dalampengangkutan limbah radioaktif di antara dua proses berbeda, mungkindiperlukan desain wadah (cask) khusus. Faktor penting dalam mencapaikeselamatan dan persyaratan pengelolaan limbah pra-disposal lain meliputi:

Kuantitas dan potensi bahaya limbah;Derajat isolasi limbah yang diperlukan;Kemampuan dispersi dan mobilitas bentuk limbah yang ada;Pengalaman dan kematangan teknologi yang digunakan, serta potensiuntuk kemajuan di masa mendatang;Kehandalan peralatan dan fungsinya terkait keselamatan;Kerumitan dan derajat standardisasi kegiatan;Kebaruan dan kematangan kegiatan; danBesarnya organisasi, jumlah dan kerumitan antarmuka dan budayakeselamatan.

Kompatibilitas proses. Bentuk limbah radioaktif pada akhir suatu langkahproses harus kompatibel dengan langkah berikutnya, maka upaya harusdibuat untuk menjamin hal ini dalam sistem yang besar dan rumit. Desainsistem pengelolaan limbah sepanjang SEN dan sepanjang umur setiapkomponennya, harus dilihat sebagai suatu kesatuan yang utuh. Tidak adayang merintangi atau menyulitkan pencapaian kodisi akhir.

Fasilitas pengelolaan limbah terpusat harus dibangun dan dioperasikansesuai dengan peraturan perundangan, dan harus diinspeksi secara rutinoleh badan pengawas. Kegiatan operasi fasilitas pengelolaan limbahterpusat meliputi:

Kegiatan penyimpanan;Pengolahan dan pemeliharaan kondisi;Penyimpanan sementara limbah terkondisi.

Bahan bakar bekas perlu disimpan secara temporer “di reaktor” (DR)sebelum dipindahkan ke “fasilitas yang jauh dari reaktor” (FJDR). Teknologipenyimpanan basah dan kering perlu dipertimbangkan.

5.5. Resistensi Proliferasi

5.5.1. Prinsip Dasar:

PDR.1. Fitur dan tindakan resistensi proliferasi wajib dilaksanakan pada keseluruhandaur hidup SEN untuk menjamin agar SEN secara kontinyu tidak menariksebagai sarana memperoleh bahan fisil bagi program senjata nuklir.

PDR.2. Fitur intrinsik dan tindakan ekstrinsik kedua-duanya perlu namun apabilahanya salah satu daripadanya maka harus dipandang tidak cukup.

Page 42: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

39

5.5.2. Persyaratan

PR.1.1 Komitmen, kewajiban dan kebijaksanaan negara tentang non-proliferasiharus memadai.

Contoh komitmen, kewajiban dan kebijakan yang relevan, antara lain:Persetujuan seifgard sebagai pelaksanaan Non Proliferation Treaty(NPT);Kebijakan kendali ekspor;Konvensi internasional yang relevan;Pengaturan komersial, legal atau kelembagaan yang mengendalikanakses pada bahan nuklir dan SEN;Pengaturan bilateral yang mengatur pasokan dan pengembalian bahanbakar nuklir;Perjanjian bilateral yang mengatur ekspor kembali komponen SEN;Kepemilikan multi-nasional, manajemen atau pengawasan SEN;Kegiatan verifikasi;Sistem nasional atau regional untuk akunting dan pengawasan;Pendekatan seifgard untuk SEN, yang mampu mendeteksi penye-lewengan bahan atau produksi yang tidak dideklarasikan; danSuatu mekanisme respons internasional yang efektif terhadappelanggaran.

PR.1.2 Daya tarik bahan nuklir dalam SEN untuk program senjata nuklir harusserendah mungkin, termasuk daya tarik bahan nuklir tidak dideklarasikanyang diyakini dapat dihasilkan atau diproses.

Daya tarik bahan nuklir dalam suatu SEN harus serendah mungkin yangdiperkirakan dapat dicapai. Dalam mengevaluasi persyaratan ini, harusdisadari bahwa SEN dapat mengandung bahan nuklir dengan banyak ragamdan bahwa kualitas setiap bahan dapat berbeda. Dalam penentuanbagaimana menyajikan atau memadukan nilai kualitas bagi bahan yangberbeda, harus dilakukan secara seksama.

Beberapa skema pengelompokan bahan nuklir dapat digunakan sebagaidasar pertama untuk mengevaluasi daya tarik bahan. Satu contoh ialahmemakai pengelompokan seifgard IAEA seperti diuraikan di dalamSafeguards Glossary, dengan memperhitungkan beberapa langkah prosesyang diperlukan untuk mendapatkan bahan guna senjata.

Untuk mengevaluasi daya tarik bahan mungkin memerlukan pemeriksaansifat bahan seperti berikut ini:

Kandungan isotop;Bentuk kimiawi;Medan radiasi;Panas yang dibangkitkan; danLaju pembangkitan neutron spontan.

Page 43: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

40

PR.1.3 Penyelewengan bahan nuklir harus cukup sulit dan dapat terdeteksi.Penyelewengan termasuk penggunaan fasilitas SEN untuk introduksi,produksi atau pengolahan ulang bahan nuklir yang tidak dideklarasikan.

Hambatan utama proliferasi adalah kesulitan penyelewengan dan risikoterdeteksi. Hal terakhir ini mencakup pencegahan dan kesempatan untukmendeteksi serta mengambil tindakan terhadap kegiatan proliferasi.

Item berikut ini mungkin berguna untuk mengevaluasi persyaratan diatas:Kandungan isotop setiap target bahan nuklir;Bentuk kimiawi setiap target bahan nuklir;Medan radiasi setiap target bahan nuklir;Panas yang dibangkitkan setiap target bahan nuklir;Laju pembangkitan neutron spontan setiap target bahan nuklir;Kerumitan dan waktu yang diperlukan untuk modifikasi dalam memakaiSEN sipil untuk fasilitas produksi senjata;Massa dan banyaknya setiap target bahan nuklir;Ketrampilan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan untukmenyalahgunakan atau menghasilkan bahan nuklir dan mengubahnyamenjadi bahan yang dapat digunakan untuk senjata;Waktu yang diperlukan untuk menyalahgunakan atau menghasilkan bahannuklir dan mengubahnya menjadi bahan yang dapat digunakan untuksenjata;Fitur desain yang membatasi akses pada bahan nuklir; danTimbunan dan aliran bahan.

PR.2.1. SEN harus memiliki fitur dan tindakan berganda yang resisten terhadapproliferasi.

SEN harus dilengkapi dengan seperangkat hambatan yang tangguh menutupijalur pengambil alihan. Untuk menembus hambatan yang tangguh memerlukanwaktu dan upaya yang signifikan, dan karena itu meningkatkan kemungkinandeteksi.

Dalam mengevaluasi ketangguhan seperangkat hambatan yang menutupijalur pengambil alihan, maka penting untuk memperhitungkan saling gayutanantara berbagai hambatan yang tersedia dalam fitur intrinsik. Dalambeberapa kasus, tindakan yang diperlukan untuk mengatasi satu hambatanakan mengatasi hambatan ganda. Misalnya, medan radiasi tinggi, bentukkimiawi, massa dan volume dapat diperkirakan sebagai hambatan yangmencegah pemisahan plutonium (Pu) dari bahan bakar bekas, tetapi pelarutanbahan bakar bekas yang berhasil dapat sekaligus mengatasi ataumengurangi semua hambatan tersebut. Jadi, evaluasi persyaratan inimemerlukan pemeriksaan yang seksama atas semua hambatan dalamkonteks jalur-jalur pengambilalihan.

PR.2.2. Kombinasi fitur intrinsik dan tindakan ekstrinsik yang serasi denganpertimbangan desain lain, harus dioptimasi (dalam tahap desain/

Page 44: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

41

keteknikan) supaya menghasilkan resistensi proliferasi yang efisien darisegi biaya.

Tergantung kerjasama internasional dan sumberdaya yang cukup, setiap SENdapat diseifgard dengan layak tetapi upaya yang diperlukan untukpelaksanaan tindakan verifikasi bervariasi. Persyaratan ini mengenal adanyaimbal balik biaya antara fitur intrinsik dan tindakan ekstrinsik. Persyaratanini lebih jauh lagi mengenal bahwa fitur dan tindakan harus serasi dan tidakbertentangan dengan pertimbangan desain lain seperti keselamatan danekonomi, dan bahwa biaya verifikasi harus masuk akal.

Pada persyaratan ini, istilah “dioptimasi” mengacu pada proses optimasidan yang bukan hasil optimal secara matematika. Selama pengembanganSEN, fitur desain intrinsik yang dapat mengurangi biaya tindakan ekstrinsik,khususnya verifikasi, harus dipertimbangkan. Fitur intrinsik yang ditujukanuntuk meningkatkan Resistensi Proliferasi (RP) dari SEN harus dimasukkanke dalam desain yang serasi dengan pertimbangan desain yang lain, dan dimana penghematan yang diperkirakan diperoleh dalam penerapan tindakanekstrinsik selama masa manfaat SEN lebih tinggi daripada biaya pemaduanfitur intrinsik.

Indikator untuk mengkaji persyaratan ini dapat berupa biaya untukmemadukan fitur-intrinsik dan tindakan ekstrinsik, yang diperlukan untukmenyediakan resistensi proliferasi. Beberapa fitur teknis yang menyediakanRP dapat dipadukan dalam desain SEN dengan tujuan utama lain sepertikeselamatan atau fungsinya. Dalam mengevaluasi indikator ini amat pentinguntuk hanya memasukkan tambahan biaya dalam melakukan pemilihan teknisuntuk menyediakan RP. Bila ada dua pilihan, dan yang lebih tinggi biayanyaterpilih, karena menyediakan resistensi proliferasi lebih tinggi, maka selisihbiaya antara kedua pilihan harus diakui sebagai biaya untuk memadukanfitur intrinsik.

Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengkaji persyaratan ini adalahbahwa SEN harus memiliki pendekatan verifikasi dengan suatu tingkattindakan ekstrinsik yang disepakati antara otoritas verifikasi dan Negara.Indikator ini menetapkan batas yang luwes terhadap upaya verifikasimaksimal bagi SEN, batas yang ditetapkan oleh otoritas verifikasi selamapengembangannya dengan pendekatan verifikasi melalui konsultasi denganNegara.

5.6. Infrastruktur

5.6.1. Prinsip Dasar

PDI.1. Pengaturan terkait harus menyediakan opsi yang memungkinkanpemanfaatan SEN untuk pasokan energi dan produk terkait dengan tanpamengusahakan investasi yang berlebihan dalam infrastruktur nasional.

5.6.2. Persyaratan

PI.1.1. Sebelum digunakannya instalasi SEN, harus dibuat sebuah kerangka kerjahukum nasional mencakup pertanggungjawaban nuklir, keselamatan dan

Page 45: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

42

proteksi radiasi, pengendalian operasi dan keamanan dan resistensiproliferasi.

Peraturan Nasional. Peraturan perundang-undangan tertinggi di bidang nukliradalah Undang-Undang No. 10 Tahun 1997 mengenai Ketenaganukliran,yang dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah tentang Perizinan ReaktorNuklir, Keputusan Presiden dan peraturan yang lebih rinci dalam bentukKeputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Peraturanini mencakup izin tapak, izin konstruksi, izin komisioning dan izin operasi,dan juga kepastian tentang dekomisioning instalasi.

Indonesia mengutamakan penerapan aturan dan peraturan perundang-undangan nasionalnya sendiri. Dalam hal tidak adanya sesuatu peraturanyang khas, yang diterapkan adalah pedoman dan dokumen teknis IAEA yangrelevan dan juga aturan yang berkenaan dengan kode dan standard darinegara asal pemasok.

Persyaratan Perizinan. SEN harus mendapat izin dari BAPETEN sebelumdidirikan dan diaplikasikan di Indonesia. Guna memenuhi persyaratan ini,calon pemegang izin harus mengajukan permohonan izin kepada BAPETEN.Izin diberikan setelah Badan Pelaksana, Badan Usaha Milik Negara,Koperasi, dan/atau Badan Swasta memenuhi persyaratan administrasi danteknis, seperti yang dipersyaratkan pada Peraturan Pemerintah tentangPerizinan Reaktor Nuklir. Peraturan Pemerintah ini bertujuan untuk mengaturperizinan pembangunan, pengoperasian dan dekomisioning reaktor dalamrangka menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja dan masyarakat sertaperlindungan terhadap lingkungan hidup, dan keamanan SEN serta bahannuklir.

Sertifikasi desain dan izin operasi gabungan. Khusus untuk reaktor nuklirdesain modular yang telah mendapatkan sertifikasi desain dari BadanPengawas negara pemasok, pemohon dapat mengajukan permohonan izinoperasi gabungan setelah memperoleh izin tapak. Sesuai dengan PeraturanPemerintah tentang Perizinan Reaktor Nuklir yang dimaksud izin operasigabungan adalah merupakan gabungan dari izin konstruksi, izin komisioningdan izin operasi.

Pedoman dan dokumen teknik internasional. Sebagai bahan dasar untukpenyusunan peraturan kebijakan dan prosedur nasional, Pedomankeselamatan IAEA dan dokumen teknik terkait dapat digunakan. Dengandemikian SEN yang direncanakan harus di-desain dan dioperasikan sesuaidengan dokumen IAEA.

Dukungan perizinan. Pemasok SEN harus menyediakan dokumen informasiyang diperlukan mengenai desain, prestasi kerja dan keselamatan perangkatkeras dan perangkat lunak yang dipasoknya sebagai dukungan kepadapengguna dalam permohonan perizinan dan proses evaluasi serta untukkeperluan informasi dan edukasi masyarakat.

PI.1.2. Infrastruktur industri dan ekonomi harus memadai untuk mendukung proyekselama konstruksi, operasi dan dekomisioning.

Page 46: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

43

Infrastruktur dan partisipasi nasional. Penggunaan secara maksimal bahanyang tersedia dalam negeri, kemampuan manufaktur dan produk mudahdibuat, demikian pula sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk buruh,pekerja trampil dan pelayanan pengawasan, dianjurkan untuk digunakandalam pekerjaan konstruksi, operasi, perawatan dan dekomisioning, sejauhmemenuhi kualitas yang ditetapkan. Pengerahan buruh lokal lebihdiutamakan kepada penduduk terdekat dengan lokasi tapak proyek.

Produk lokal berarti segala macam barang yang dibuat atau dihasilkan olehperusahaan industri lokal. Dalam proses menciptakan barang ataumelaksanakan jasa, dapat pula menggunakan masukan atau elemen impor.

Kontraktor lokal yang dijadikan sub-kontraktor (oleh pemasok utama) harusperusahaan yang berstatus perusahaan Indonesia. Dalam kelompok initermasuk:

perusahaan industri yang berstatus penanaman modal asing menurutperundangan yang berlaku dan sudah menanam modal di Indonesia(mendirikan pabrik di Indonesia), danperusahaan jasa (seperti konsultan) berupa perusahaan patungan denganperusahaan jasa Indonesia dan menggunakan sebanyak mungkin SDMIndonesia.

Alih teknologi. Para pemasok yang potensial harus menyatakan di dalampenawarannya rencana untuk melaksanakan alih teknologi melalui anekakegiatan: misalnya pelatihan, pelatihan di tempat kerja, partisipasi desain,melibatkan perusahaan lokal dalam kegiatan konstruksi dan instalasisebagai sub-kontrator, supervisi, inspeksi jaminan dan kendali mutu, sertafabrikasi komponen.

PI.1.3. Diperlukan langkah yang tepat untuk memperoleh proses pengambilankeputusan yang efektif dalam program SEN dengan melibatkan parapemangku kepentingan.

Dalam penyebaran informasi kepada masyarakat, fakta bahwa programnuklir itu sangat diperlukan dan bermanfaat bagi pertumbuhan ekonomi danpelestarian lingkungan, harus disampaikan secara jelas. Informasi yangdiberikan harus terbuka, sesuai kenyataan, dan disajikan dalam kerangkaseluruh sumber daya energi.

Melalui pertimbangan yang seksama agar dicapai upaya yang berhasil-guna,sasaran informasi dan edukasi masyarakat harus dipelajari dandisempurnakan melalui pengalaman secara bertahap. Substansi informasiyang disebarkan harus bervariasi agar memenuhi berbagai harapanmasyarakat dan harus di dalam bahasa yang sesuai dengan parapendengarnya.

Kegiatan informasi dan edukasi masyarakat harus lebih sering dilakukan dikawasan dekat tapak, dan juga di daerah tertentu yang dihadiri oleh parapengambil keputusan, seperti Dewan Perwakilan Rakyat dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah, Pemerintah Pusat dan Daerah.

Page 47: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

44

PI.1.4. Sumberdaya manusia harus memungkinkan sebuah organisasi operasimampu mempertahankan budaya keselamatan untuk mencapai operasiyang selamat pada instalasi SEN. Organisasi operasi harus memilikipengetahuan yang memadai atas instalasinya agar menjadi penggunayang cerdas dan harus melakukan pembinaan kader staf terlatih.

Pengembangan SDM pada tahap desain, konstruksi dan pengoperasianSEN secara aman dan selamat harus menjadi bagian tak terpisahkan daripaket pengadaan. Pendidikan dan pelatihan harus diberikan kepadasejumlah personil yang cukup sampai mencapai kualifikasi yang dibutuhkan.Mereka harus memiliki spesialisasi dalam aspek keselamatan operasi danpengaturan, rekayasa proyek dan manajemen, manajemen operasi danperawatan SEN.

Hanya personil berkualifikasi yang dipercaya untuk tugas penting sepertipengawasan keselamatan, operasi dan perawatan SEN. Untuk setiapkategori personil, perlu adanya persyaratan untuk pengembangan danpembinaan kompetensi yang sesuai melalui pendidikan, pengalaman danpelatihan formal.

Tujuan utama suatu program pengembangan SDM yang berdayaguna danberhasilguna adalah:

Mengembangkan sejumlah personil terkualifikasi memadai yangdiperlukan untuk program SEN.Memastikan tersedianya tenaga kerja pada waktunya.Memastikan waktu yang cukup untuk pelatihan yang layak.Menggunakan teknik seleksi yang memastikan keseimbangan tenagakerja menyeluruh dalam hal usia, kematangan, inisiatif, pengambilankeputusan, dll.Memastikan bahwa program yang dilaksanakan mendorong perbaikandalam infrastruktur nasional keseluruhan untuk pendidikan, teknologi danindustri.Memanfaatkan secara berdayaguna dan berhasilguna semua kesempatanpelatihan nasional yang tersedia.Memastikan retensi tenaga kerja.

Program pelatihan, harus dilaksanakan berdasarkan kebutuhan organisasidan karyawan dengan tujuan untuk pengembangan dan pemeliharaanpengetahuan teknis dan ketrampilan semua karyawan. Suatu pendekatansistematis terhadap pelatihan harus digunakan agar memungkinkan programpelatihan karyawan SEN dapat disiapkan, dianalisis, didesain, dikem-bangkan dan dilaksanakan berdasarkan analisis tanggung-jawab dan tugaspekerjaan.

Page 48: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

45

ALARP As Low As Reasonably Practicable

BSS Basic Safety Standard

CADES Comprehensive Assessment of Different Energy Sources

DBBN Daur Bahan Bakar Nuklr

DR Di Reaktor

FDBBN Fasilitas Daur Bahan Bakar Uranium

FFBBU Fasiltas Fabrikasi Bahan Bakar Uranium

FJDR Fasilitas Jauh Dari Reaktor

GRK Gas Rumah Kaca

IAEA International Atomic Energy Agency

IEA International Energy Agency (OECD)

I&K Instrumentasi dan Kendali

IPP Independent Power Producer

ISED Indicator for Sustainable Energy Development (IAEA)

KAD Kejadian Awal Dipostulasikan

KDD Kecelakaan Dasar Desain

KOT Kejadian Operasi Terantisipasi

KTT Konferensi Tingkat Tinggi

kWh kilo Watt-hour

LOCA Loss Of Coolant Accident

LWR Light Water Reactor

NPT Non-Proliferation Treaty

PB Pertahanan Berlapis

PDE Prinsip Dasar Ekonomi

PDI Prinsip Dasar Infrastruktur

PDK Prinsip Dasar Keselamatan

PDL Prinsip Dasar Limbah

DAFTAR SINGKATAN

Page 49: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

46

PDLT Prinsip Dasar Lingkungan dan Tapak

PDR Prinsip Dasar Resistensi

PE Persyaratan Ekonomi

PF Produk Fisi

PI Persyaratan Infrastruktur

PK Persyaratan Keselamatan

PL Persyaratan Limbah

PLT Persyaratan Lingkungan dan Tapak

PLTN Pusat Listrik Tenaga Nuklir

PR Persyaratan Resistensi

PSA Probabilistic Safety Assessment

Pu Plutonium

PWR Pressurized Water Reactor

RD&D Research, Development and Demonstration

RP Resistensi Proliferasi

RPV Reactor Pressure Vessel

SDM Sumber Daya Manusia

SEN Sistem Energi Nuklir

SKPB Sidang Komisi Pembangunan Berkelanjutan

Th Thorium

U Uranium

UNDESA United Nations Department of Economics and Social Affairs

UV Ultra Violet

Page 50: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

47

1. Undang-Undang Nomor 10 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 3676).

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 jo PeraturanPresiden Nomor 64 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.

3. IAEA-TECDOC 1167, “Guidance for Preparing User Requirements Documents forSmall and Medium Reactors and their application” IAEA, Vienna, 2000.

4. IAEA-TECDOC 1434, “Methodology for the Assessment of Innovative NuclearReactors and Fuel Cycles”, Vienna, December 2004.

5. IAEA-Safety Series No. 110, “The Safety of Nuclear Installations”, Vienna, 1993.

6. IAEA- NS-R-1,:”Safety of Nuclear Power Plants : Design”, Vienna, 2000.

7. IAEA-75-INSAG-3,” Basic Safety Principles for Nuclear Power Plants”, Vienna, 1988

8. Agenda Riset Nasional 2006-2009, Dewan Riset Nasional, 2006.

DAFTAR PUSTAKA

Page 51: BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL - batan.go.id · produksi (listrik atau produk yang terkait energi, seperti uap, hidrogen, desalinasi), pengolahan ulang bahan bakar nuklir (jika digunakan

Rev. 0

48

1. Adiwardojo 22. Karyono H.S.

2. Anhar Antariksawan 23. Karsono

3. Arnold Y Soetrisnanto 24. Mauritz L. Tobing

4. Bambang Galung Susanto 25. Menik Rahmawati

5. Bambang Herutomo 26. M. Dhandhang Purwadi

6. Bambang Suprawoto 27. Moh. Hadid Subki

7. Bambang Triwahyuadi 28. Moh. Nasrullah

8. Bandi Parapak 29. Mulyanto S. SE

9. Budiarto 30. Puradwi Ismu Wahyono

10. Budi Briyatmoko 31. Ruslan

11. Budi Sudarsono 32. Sudarmadi

12. Dimas Irawan 33. Sudi Ariyanto

13. Djarot S. Wisnubroto 34. Sulistiono

14. Eko Madi P. 35. Suryantoro

15. Endiah Puji Astuti 36. Syahrir

16. Erawan Effendi 37. Syarif

17. Estopet M.D. Sormin 38. Syahrudin

18. Ferhat Aziz 39. Taswanda Taryo

19. Ferly Hermana 40. Widjaksana

20. Haris Sutarta 41. Yaziz Hasan

21. Hendriyanto 42. Yohanes Sarjono

KONTRIBUTOR