BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN...

57

Transcript of BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN...

Page 1: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan
Page 2: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PEDOMAN TEKNIS

PENYELENGGARAAN SPIP

SUB UNSUR

PENEGAKAN INTEGRITAS DAN

NILAI ETIKA

(1.1)

NOMOR : PER-1326/K/LB/2009

TANGGAL : 7 DESEMBER 2009

Page 3: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan
Page 4: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika i

KATA PENGANTAR

Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) merupakan tanggung jawab Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP), sesuai dengan pasal 59

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah. Pembinaan ini merupakan salah

satu cara untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem

pengendalian intern, yang menjadi tanggung jawab

menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota, sebagai

penyelenggara sistem pengendalian intern di lingkungan masing-

masing.

Pembinaan penyelenggaraan SPIP yang menjadi tugas dan

tanggung jawab BPKP tersebut meliputi:

1. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;

2. sosialisasi SPIP;

3. pendidikan dan pelatihan SPIP;

4. pembimbingan dan konsultansi SPIP; dan

5. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern

pemerintah.

Kelima kegiatan dimaksud diarahkan dalam rangka penerapan

unsur-unsur SPIP, yaitu:

1. lingkungan pengendalian;

2. penilaian risiko;

3. kegiatan pengendalian;

4. informasi dan komunikasi; dan

5. pemantauan pengendalian intern.

Page 5: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika ii

Untuk memenuhi kebutuhan pedoman penyelenggaraan SPIP,

BPKP telah menyusun Pedoman Teknis Umum Penyelenggaraan

SPIP. Pedoman tersebut merupakan acuan langkah-langkah saja

yang perlu dibangun dan dilaksanakan dalam rangka

penyelenggaraan SPIP. Selanjutnya, pedoman tersebut dijabarkan

ke dalam pedoman teknis penyelenggaraan masing-masing sub

unsur pengendalian. Pedoman teknis sub unsur ini merupakan

acuan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam

penyelenggaraan sub unsur SPIP.

Buku ini dimaksudkan untuk dijadikan Pedoman Teknis

Penyelenggaraan SPIP Sub Unsur Penegakan Integritas dan Nilai

Etika pada unsur Lingkungan Pengendalian dengan tujuan agar

tersedia standar acuan yang memberikan arah bagi instansi

pemerintah pusat dan daerah dalam menyelenggarakan sistem

pengendalian intern pada sub unsur penegakan integritas dan nilai

etika. Pedoman teknis ini juga dimaksudkan sebagai acuan bagi

instansi pemerintah untuk menciptakan atau membangun

infrastruktur yang harus ada dalam penerapan sub unsur dimaksud.

Dalam penerapannya, pedoman ini hendaknya disesuaikan dengan

karakteristik masing-masing instansi, yang meliputi fungsi, sifat,

tujuan, dan kompleksitas instansi tersebut.

Page 6: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika iii

Pedoman ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

masukan dan saran perbaikan dari pengguna pedoman ini, sangat

diharapkan sebagai bahan penyempurnaan.

Jakarta, Desember 2009

Plt. Kepala,

Kuswono Soeseno

NIP 19500910 197511 1 001

Page 7: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................... 1

B. Sistematika Pedoman ............................................... 3

BAB II GAMBARAN UMUM PENEGAKAN INTEGRITAS

DAN NILAI ETIKA

A. Pengertian ................................................................. 5

B. Tujuan dan Manfaat .................................................. 8

C. Peraturan Perundang-undangan Terkait .................. 10

D. Parameter Penerapan Penyelenggaraan .................. 13

BAB III LANGKAH PENERAPAN PENEGAKAN INTEGRITAS

DAN NILAI ETIKA

A. Tahap Persiapan ....................................................... 16

B. Tahap Pelaksanaan .................................................. 24

C. Tahap Pelaporan ...................................................... 43

BAB IV PENUTUP

Page 8: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008

tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pada pasal 4

diatur tentang lingkungan pengendalian. Disebutkan pada

pasal 4 tersebut bahwa pimpinan instansi pemerintah wajib

menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang

menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dalam lingkungan

kerjanya, diantaranya dilaksanakan melalui penegakan integritas

dan nilai etika.

Penegakan integritas dan nilai etika adalah salah satu sub

unsur yang akan membangun lingkungan pengendalian karena

memengaruhi rancangan, administrasi, dan pemantauan atas

unsur pengendalian lainnya. Selanjutnya, pasal 6 Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 mengatur penegakan

integritas dan nilai etika sebagaimana dimaksud dalam pasal 4

huruf a, sekurang-kurangnya dilakukan dengan:

1. menyusun dan menerapkan aturan perilaku;

2. memberikan keteladanan pelaksanaan aturan perilaku pada

setiap tingkat pimpinan instansi pemerintah;

3. menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan

terhadap kebijakan dan prosedur, atau pelanggaran terhadap

aturan perilaku;

Page 9: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 2

4. menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya

intervensi atau pengabaian pengendalian intern; dan

5. menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat

mendorong perilaku tidak etis.

Terlihat jelas bahwa penegakan integritas dan nilai-nilai

etika suatu organisasi dicapai dengan menerjemahkan ke dalam

suatu standar perilaku yang disebut kode etik atau aturan

perilaku. Kode etik atau aturan perilaku ini menjadi standar

perilaku organisasi dan individu, sebagai upaya dan cara

mencapai tujuan organisasi. Melalui penerapan kode etik atau

aturan perilaku, tujuan organisasi harus tercapai lebih dari

sekedar ketaatan terhadap hukum dan peraturan, tetapi juga

mempertimbangkan nilai-nilai yang menjadi prioritas organisasi.

Hal ini akan bisa tercapai melalui penegakan disiplin dan

keteladanan pimpinan.

Tegaknya integritas dan nilai etika orang-orang yang

melaksanakan SPIP merupakan kunci efektivitas pengendalian

instansi pemerintah. Oleh karena itu, tanpa penegakan integritas

dan nilai etika, efektivitas SPIP akan sulit ditingkatkan. Pada

kenyataannya, pelaksanaan integritas dan nilai etika bukan hal

yang sederhana dan mudah dilaksanakan, sehingga diperlukan

suatu pedoman teknis penyelenggaraan sub unsur penegakan

integritas dan nilai etika yang diharapkan akan dapat menjadi

panduan bagi instansi pemerintah dalam menerapkannya.

Pedoman Teknis Sub Unsur Penegakan Integritas dan

Nilai Etika ini merupakan penjabaran lebih lanjut dari Pedoman

Teknis Umum Penyelenggaraan SPIP, yang menjelaskan

bagaimana sub unsur penegakan integritas diimplementasikan

oleh instansi pemerintah. Pedoman sub unsur ini menjadi

Page 10: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 3

langkah awal instansi pemerintah dalam membangun integritas

dan nilai etika, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik

masing-masing instansi pemerintah. Pedoman ini tidak terlepas

dari butir-butir yang ada dalam daftar uji SPIP.

Tujuan pedoman teknis menjelaskan tahapan penerapan

penegakan integritas dan nilai etika sebagai salah satu sub

unsur lingkungan pengendalian. Pedoman ini akan menjadi

acuan bagi instansi pemerintah pusat dan daerah dalam

membangun dan mengembangkan penegakan integritas dalam

rangka penerapan SPIP.

B. Sistematika Pedoman

Sistematika penyajian Pedoman Teknis Sub Unsur

Penegakan Integritas dan Nilai Etika ini sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang perlunya pedoman,

tujuan, dan ruang lingkup, serta sistematika pedoman.

Bab II Gambaran Umum Penegakan Integritas dan Nilai

Etika

Bab ini menguraikan pengertian, maksud, tujuan,

parameter penerapan, serta keterkaitannya dengan

peraturan yang berlaku.

Bab III Langkah-Langkah Penerapan Penegakan Integritas

dan Nilai Etika

Bab ini menguraikan langkah-langkah yang perlu

dilaksanakan dalam menyelenggarakan sub unsur

Penegakan Integritas dan Nilai Etika, yang terdiri dari

tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan

Page 11: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 4

Bab IV Penutup

Bab ini merupakan penutup, yang berisi hal-hal penting

yang perlu diperhatikan dan penjelasan atas

penggunaan pedoman ini.

Page 12: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 5

BAB II

GAMBARAN UMUM

PENEGAKAN INTEGRITAS DAN NILAI ETIKA

A. Pengertian

Integritas adalah konsistensi antara nilai dan tindakan.

Orang yang berintegritas akan bertindak konsisten sejalan

dengan nilai-nilai, kode etik, serta kebijakan organisasi dan/atau

profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk

melakukannya. Integritas didefinisikan pula sebagai suatu

kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani, bijaksana,

dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna

memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal. Bila

dikaitkan dengan kode etik, integritas didefinisikan sebagai

tindakan yang konsisten, sesuai dengan kebijakan dan kode etik

organisasi. Perbuatan yang konsisten tersebut adalah perbuatan

yang baik dan benar, yang merupakan petunjuk dari keutuhan

pribadi dan sikap yang konsisten yang juga harus transparan,

akuntabel, bertanggung jawab, dan independen.

Istilah ”etika” berasal dari bahasa Yunani kuno ethos, yang

berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang

adat kebiasaan. Kata yang cukup dekat dengan ”etika” adalah

”moral” yang berasal dari bahasa Latin “mos” yang berarti juga

kebiasaan, adat. Jadi etimologi kata ”etika” sama dengan

etimologi kata ”moral”.

Page 13: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 6

Dengan demikian, etika merupakan salah satu hal penting

yang menjaga keseimbangan (checks and balances) terhadap

penggunaan kewenangan dan kebebasan yang diberikan publik.

Etika merupakan faktor penting dalam menciptakan dan

memelihara kepercayaan publik terhadap pemerintah dan

institusinya. Etika juga memberikan dasar untuk menguji praktik,

aturan, dan pelaksanaan secara umum bagi publik untuk

membandingkan bahwa kepentingannya telah dilayani dan

pelaksanaannya dapat diamati. Etika juga merupakan faktor

kunci dalam kualitas governance.

Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005)

diartikan sebagai ilmu mengenai ‘etik’, yaitu mengenai apa yang

baik dan apa yang buruk, serta tentang hak dan kewajiban moral

(akhlak) manusia. Pengertian etik itu sendiri mengandung dua

arti, yaitu: kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan

akhlak; dan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu

golongan atau masyarakat. Oleh karena itu, nilai etika adalah

suatu perangkat disiplin yang berhubungan dengan hal-hal yang

yang baik dan buruk, benar atau salah dengan menggunakan

ukuran norma atau nilai-nilai (values), atau disebut juga ‘moral

philosophy’. Root (1998) berargumentasi dalam batasan hukum,

hampir semua tindakan benar dan salah bergantung pada

perspektif individu.

Dalam kondisi tertentu, pilihan itu tidak secara jelas pilihan

antara benar dan salah, tetapi terdapat situasi di mana orang

harus memiliki diantara dua hal yang benar. Disinilah akan

muncul situasi dilematis yang sangat membutuhkan

pertimbangan etika atau nilai yang menjadi prioritas individu atau

Page 14: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 7

organisasi. Sebagai contoh, suatu instansi pemerintah

dihadapkan pada pilihan melaksanakan banyak program dengan

tujuan yang semuanya untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat, namun ketika dihadapkan pada pendanaan, instansi

harus memilih program yang paling prioritas dengan manfaat

utama untuk masyarakat.

Penegakan Integritas dan Nilai Etika

Secara konseptual, integritas dan nilai etika sangat jelas

memberikan pengaruh posisif pada organisasi dan individu. Hal

yang lebih penting adalah bagaimana integritas dan nilai etika

dapat diwujudkan dan ditegakkan. Penegakan integritas dan nilai

etika adalah menerjemahkan integritas dan nilai etika ke dalam

suatu kode etik atau aturan perilaku, serta menerapkannya

secara konsisten dalam kegiatan sehari-hari.

Kode etik merupakan terjemahan bahasa Inggris, code of

ethic. Code berasal dari bahasa Latin codex. Codex adalah

sekumpulan dokumen yang berisi peraturan atau undang-

undang. Kode etik atau aturan perilaku merupakan serangkaian

pernyataan nilai dan perilaku yang diharapkan dari individu

anggota organisasi pada saat mereka bekerja yang akan menjadi

sarana dalam penegakan integritas dan nilai etika. Kode etik atau

aturan perilaku merupakan muara dari nilai etika, suatu proses

dan upaya memilih antara pilihan yang benar dan salah, yang

adil dan tidak adil, patut dan tidak patut, pilihan antara tujuan

dengan cara mencapainya, pilihan antara kepentingan pribadi

dengan perusahaan, atau pilihan antara beberapa kepentingan.

Page 15: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 8

Ruang lingkup dan area yang perlu diatur dalam upaya

penegakan integritas dan nilai etika adalah:

1. Pengaturan hubungan antara pihak terkait dalam penyusunan/

pembahasan kebijakan dan prosedur, khususnya dengan pihak

swasta/sponsor;

2. Pengaturan hubungan pejabat berwenang dalam anggaran

(pemda) dengan pihak ketiga (swasta);

3. Pemberian reward and punishment;

4. Pengaturan hubungan antara pejabat yang berwenang dalam

penerimaan pegawai dengan calon pegawai, penyelenggara

ujian, dan pimpinan unit pengguna;

5. Pengaturan hubungan antara pihak terkait (bagian

kepegawaian, Baperjakat, pegawai bersangkutan, dan lain-lain)

dalam penempatan, mutasi, rotasi, dan promosi pegawai;

6. Pengaturan transparansi kebijakan dalam penerimaan pegawai

dan proses penempatan, mutasi, rotasi, dan promosi pegawai;

7. Pengaturan hubungan antara pejabat berwenang dalam

pengadaan barang/jasa dengan pihak ketiga;

8. Pengaturan tanggung jawab evaluator/auditor terhadap fasilitas

yang diberikan oleh pihak yang dievaluasi.

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan akhir dari penegakan integritas dan nilai etika

adalah terimplementasikannya integritas dan nilai etika dalam

perilaku seluruh pejabat dan pegawai instansi pemerintah yang

dilaksanakan dengan keteladanan pimpinan, penegakan disiplin

yang konsisten, transparansi, serta terciptanya suasana kerja

yang sehat, yang pada akhirnya akan menimbulkan suatu etos

kerja dengan perilaku positif dan kondusif.

Page 16: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 9

Manfaat penegakan integritas dan nilai etika adalah:

1. Menekan tingkat korupsi karena sebagian besar faktor

penyebab korupsi terkait dengan masalah moral dan etika.

Dengan terwujudnya moral dan etika yang baik dan benar

akan menekan tingkat korupsi di pemerintahan.

2. Meningkatkan kebersamaan yang dapat menyuburkan

semangat kerja sama dan saling menolong dalam kebaikan

di antara para anggota organisasi pada saat menjalankan

tugas-tugasnya.

3. Membantu pimpinan instansi pemerintah dalam upaya

membangkitkan komitmen kepada kejujuran dan kewajaran;

pengakuan dan kepatuhan pada hukum dan kebijakan-

kebijakan; rasa hormat kepada organisasi; kepemimpinan

dengan memberi contoh; komitmen untuk berbuat yang

terbaik; menghargai kewenangan; menghargai hak-hak

pegawai; dan kesesuaian dengan standar-standar profesi.

4. Membantu pimpinan instansi pemerintah dalam memutuskan

bagaimana merespon tuntutan berbagai stakeholders

organisasi yang berbeda.

5. Membantu dan menuntun pimpinan instansi pemerintah

dalam memutuskan apa yang harus dilakukan pada berbagai

situasi yang berbeda, serta membantu anggota organisasi

dalam menentukan respon moral terhadap suatu situasi atau

arah tindakan yang diperdebatkan.

6. Menjadi landasan yang baik bagi para anggota organisasi

dalam membuat dan menetapkan kebijakan-kebijakan publik.

Aturan etika menjadi alat untuk memelihara integritas para

anggota organisasi dan politisi.

Page 17: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 10

7. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa pemerintah

dijalankan oleh orang-orang yang berperilaku baik dan

pantas untuk melayani publik sebagaimana yang dibutuhkan,

diinginkan, dan diharapkan masyarakat.

8. Memelihara stabilitas, integritas, dan menciptakan suatu

identitas bersama (karakter) bagi para anggota instansi

pemerintah, yang pada gilirannya akan ikut membangun

komitmen bersama pada instansi pemerintah untuk

penerapan SPIP.

9. Menjadi pembentuk perilaku organisasi yang membantu para

anggota untuk mengenali mana yang baik dan mana yang

buruk, yang pada gilirannya dapat mengoordinasikan

berbagai kegiatan menjadi suatu keseluruhan tindakan yang

lebih efektif dan efisien.

10. Membina karakter/watak, memelihara rasa persatuan dan

kesatuan secara kekeluargaan guna mewujudkan kerja sama

dan semangat pengabdian kepada masyarakat, serta

kemampuan, dan keteladanan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

11. Mendorong etos kerja PNS untuk mewujudkan PNS yang

bermutu tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai

unsur aparatur negara dan abdi masyarakat.

12. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran, dan

wawasan kebangsaan PNS sehingga dapat menjaga

persatuan dan kesatuan bangsa NKRI.

C. Peraturan Perundang-undangan Terkait

Peraturan tentang kode etik PNS diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa

Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.

Page 18: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 11

Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS dimaksudkan

untuk meningkatkan perjuangan, pengabdian, kesetiaan, dan

ketaatan PNS kepada negara kesatuan dan pemerintah RI

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004

mengatur nilai-nilai dasar PNS, yang meliputi:

1. Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;

2. Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945;

3. Semangat nasionalisme;

4. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan

pribadi atau golongan;

5. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-

undangan;

6. Penghormatan terhadap hak asasi manusia;

7. Tidak diskriminatif;

8. Profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi;

9. Semangat jiwa korps.

Selain itu, juga diatur Kode Etik PNS yang meliputi:

1. Etika dalam bernegara;

2. Etika dalam berorganisasi;

3. Etika dalam bermasyarakat;

4. Etika terhadap diri sendiri;

5. Etika terhadap sesama pegawai negeri sipil.

Cakupan materi kode etik atau aturan perilaku pada praktik

terbaik di beberapa instansi pemerintah menyangkut perilaku

dalam hal-hal yang antara lain mengatur:

Page 19: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 12

1. Aktivitas politik;

2. Penyuapan, pembayaran illegal, dan kickbacks;

3. Amal/donasi;

4. Perjalanan dinas kantor;

5. Pekerjaan sampingan;

6. Hadiah pemberian dan keuntungan lain;

7. Gratifikasi;

8. Jamuan;

9. Biaya kemudahan (uang pelicin);

10. Menjadi pemasok dan penyedia jasa lain;

11. Anggota keluarga;

12. Menghindari potensi benturan kepentingan;

13. Tanggung jawab profesi;

14. Tanggung jawab pribadi;

15. Perilaku berkaitan dengan stakeholders;

16. Penggunaan informasi;

17. Larangan manipulasi dan penyampaian;

18. Informasi yang tidak benar;

19. Pemeliharaan dan penggunaan aset;

20. Penggunaan informasi internal;

21. Penggunaan fasilitas kantor: telepon dan sebagainya;

22. Catatan dan pembukuan;

23. Kesempatan kerja yang sama;

24. Etika lingkungan kerja;

25. Narkoba dan perjudian;

26. Pengguna jasa.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 juga

mengakui bahwa kebutuhan kode etik instansi dan profesi

didasarkan oleh karakteristik masing-masing instansi dan

organisasi profesi, oleh karena itu pasal 13 mengatur:

Page 20: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 13

1. Pejabat pembina kepegawaian masing-masing instansi

menetapkan kode etik instansi;

2. Organisasi profesi di lingkungan PNS menetapkan kode

etiknya masing-masing.

Kode etik yang ditetapkan instansi/organisasi profesi tidak boleh

bertentangan dengan kode etik yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 42 tahun 2004.

D. Parameter Penerapan Penyelenggaraan

Parameter penerapan Penegakan Integritas dan Nilai Etika

adalah sebagai berikut:

1. Instansi Pemerintah telah menyusun dan menerapkan aturan

perilaku serta kebijakan lain yang berisi tentang standar

perilaku etis, praktik yang dapat diterima, dan praktik yang

tidak dapat diterima termasuk benturan kepentingan.

2. Suasana etis dibangun pada setiap tingkat pimpinan instansi

pemerintah dan dikomunikasikan di lingkungan instansi

pemerintah yang bersangkutan.

3. Pekerjaan yang terkait dengan masyarakat, anggota badan

legislatif, pegawai, rekanan, auditor, dan pihak lainnya

dilaksanakan dengan tingkat etika yang tinggi.

4. Tindakan disiplin yang tepat dilakukan terhadap

penyimpangan atas kebijakan dan prosedur atas pelanggaran

aturan perilaku.

5. Pimpinan instansi pemerintah menjelaskan dan

mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau

pengabaian atas pengendalian intern.

6. Pimpinan instansi pemerintah menghapus kebijakan atau

penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis.

Page 21: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 14

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

2008, indikator keberhasilan penerapan sub unsur penegakan

integritas dan nilai etika adalah sebagai berikut:

1. Tersusun, tersosialisasi, dan terterapkannya aturan perilaku

yang komprehensif dan langsung mengatur hal-hal yang

krusial.

2. Setiap tingkatan pimpinan telah memberikan keteladanan

penerapan aturan perilaku dalam tutur kata maupun tindakan

nyata.

3. Telah terlaksanakannya penegakan disiplin penerapan aturan

etika secara konsisten, adil, dan transparan.

4. Terterapkannya sistem yang transparan dalam hal terdapat

intervensi, waiver (pengabaian), ataupun pengecualian

implementasi SPI.

5. Terciptanya suasana kerja yang sehat untuk mendukung

tumbuhnya perilaku etis, sebaliknya tidak terdapat suasana

yang mendorong perilaku tidak etis.

Page 22: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 15

BAB III

LANGKAH PENERAPAN PENEGAKAN INTEGRITAS

DAN NILAI ETIKA

Penerapan sub unsur penegakan integritas dan nilai etika

pada dasarnya ditandai dengan adanya suatu aturan perilaku yang

dikomunikasikan kepada seluruh individu organisasi dan

dilaksanakan penegakannya. Dalam pelaksanaannya, tahap dan

langkah-langkah penyelenggaraan sub unsur penegakan integritas

dan nilai etika dapat dilakukan bersamaan dengan unsur/sub unsur

lainnya.

Dalam bab ini, penerapan tersebut dikelompokkan dalam tiga

tahap utama, yaitu:

1. Tahap Persiapan, merupakan tahap awal implementasi, yang

bertujuan untuk memberikan pemahaman atau kesadaran yang

lebih baik, serta pemetaan kebutuhan penerapan.

2. Tahap Pelaksanaan, merupakan langkah tindak lanjut atas

pemetaan, yang meliputi pembangunan infrastruktur,

internalisasi, dan pengembangan berkelanjutan.

3. Tahap Pelaporan, merupakan tahap melaporkan kegiatan.

Setiap tahapan implementasi dan beberapa contoh akan diuraikan

di bab ini.

Page 23: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 16

A. Tahap Persiapan

1. Penyiapan Peraturan, SDM, dan Rencana

Penyelenggaraan

Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan peraturan

pelaksanaan penyelenggaraan SPIP di setiap kementerian,

lembaga, dan pemerintah daerah. Berdasarkan peraturan

penyelenggaraan SPIP, selanjutnya instansi pemerintah

membuat rencana penyelenggaraan, yang antara lain

memuat:

a. jadwal pelaksanaan kegiatan;

b. waktu yang dibutuhkan;

c. dana yang dibutuhkan; dan

d. pihak-pihak yang terlibat.

Berdasarkan peraturan tersebut, perlu ditetapkan Tim

Satuan Tugas Penyelenggaraan (Tim Satgas) SPIP yang

ditugaskan mengawal pelaksanaan penerapan penegakan

integritas dan nilai etika ditetapkan. Tim Satgas tersebut

terlebih dulu diberi pelatihan tentang SPIP, khususnya sub

unsur terkait agar dapat menyelenggarakan sub unsur dalam

unsur SPIP.

2. Pemahaman (Knowing)

Tahap pemahaman merupakan langkah awal dalam

menciptakan suasana etis. Tahap ini bertujuan untuk

membangun kesadaran (awareness building), yang meliputi

segala usaha untuk membangun kesadaran dan keyakinan

terhadap arti penting integritas dan nilai etika, memperkuat

komitmen, serta dukungan semua lapisan pejabat dan seluruh

pegawai instansi pemerintah.

Page 24: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 17

Tahap pemahaman sebagai langkah pengomunikasian

pentingnya nilai etika dan aturan perilaku dalam membentuk

integritas yang akan membangun lingkungan pengendalian

yang kuat. Pengomunikasian dapat dilakukan secara terpisah

atau bersamaan dengan sosialisasi SPIP.

SPIP juga mensyaratkan instansi pemerintah untuk

meyakinkan bahwa suatu suasana etis telah dibangun pada

setiap tingkatan pimpinan instansi pemerintah dan telah

dikomunikasikan di lingkungan instansi pemerintah yang

bersangkutan.

Beberapa studi tentang etika menemukan pemicu

terjadinya kecurangan atau bahkan korupsi adalah suasana

ketidakpedulian. Ketidakpedulian dalam lingkungan kerja

ditandai dengan kondisi dimana orang-orang di dalam

organisasi tidak tahu bahwa apa yang mereka lakukan adalah

salah. Mereka bahkan berpikir bahwa mereka melakukan hal

yang baik menurut versi mereka. Oleh karena itu, tidak hanya

nilai etis yang harus dikomunikasikan, namun juga petunjuk

yang jelas harus diberikan berkaitan dengan apa yang benar

dan apa yang salah. Untuk mendapatkan pemahaman yang

sama atas sistem nilai, setiap organisasi harus

mengembangkan suatu aturan perilaku organisasi yang

mencerminkan kejujuran dan etika. Aturan perilaku ini harus

dikomunikasikan secara tertulis dan menjadi pegangan bagi

seluruh pegawai di unit organisasi tertentu.

Aturan perilaku harus senantiasa menjadi agenda dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari. Komunikasi menjadi langkah

awal untuk mencapai pemahaman yang sama. Komunikasi

merupakan seni dalam menyampaikan informasi, baik secara

Page 25: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 18

verbal maupun nonverbal. Keduanya harus dimanfaatkan

untuk tahap pemahaman ini agar semua pejabat dan pegawai

terinformasikan dengan baik. Hal tersebut sejalan dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 yang

menyatakan bahwa ”pimpinan instansi pemerintah membina

serta mendorong terciptanya budaya yang menekankan

pentingnya nilai-nilai integritas dan etis. Hal ini bisa dicapai

melalui komunikasi lisan dalam rapat, diskusi, dan melalui

keteladanan dalam kegiatan sehari-hari.”

Untuk memenuhi hal tersebut, instansi dapat

memberikan pemahaman dengan menggunakan beberapa

pendekatan kegiatan antara lain:

a. Sosialisasi pentingnya integritas dan nilai etika dengan

media komunikasi, yaitu ceramah, diskusi, seminar, rapat

kerja, dan fokus grup.

b. Website, media ini memiliki cakupan yang lebih luas,

dengan tujuan transparansi kepada pemangku

kepentingan. Pemuatan kode etik atau aturan perilaku

dalam website instansi pemerintah merupakan

penyampaian atas perilaku yang diharapkan.

c. Multimedia, media ini bersifat lebih interaktif, yang

bermanfaat memperoleh sebaran yang lebih luas.

d. Majalah, merupakan komunikasi secara reguler dalam

bentuk media cetak yang diterbitkan yang berisi pesan-

pesan etika secara runtut dan menggunakan bahasa yang

sederhana dan contoh konkret.

Misalnya, diciptakan maskot etika dalam bentuk kartun

untuk memberi contoh konkret penerapan etika.

Page 26: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 19

e. Saluran mikrofon. Komunikasi kode etik atau aturan

perilaku dapat dengan kata-kata penting yang

diperdengarkan setiap pagi melalui mikrofon, pengeras

suara, atau saluran kominikasi lain di kantor.

f. Akses ke jaringan. Komunikasi aturan perilaku dapat juga

diperluas dengan menempatkan pertanyaan tentang kode

etik atau aturan perilaku ke dalam rancangan akses

ke jaringan. Misalnya, sebelum dapat masuk ke dalam

jaringan, ditanyakan hal yang berkaitan dengan aturan

perilaku yang berlaku pada instansi tersebut yang menjadi

bagian dari password yang harus dijawab dengan benar

oleh pegawai.

Selain hal tersebut di atas, komunikasi nonverbal yang

efektif yang sangat penting adalah penerapan aturan perilaku

melalui keteladanan yang ditunjukkan oleh pimpinan.

Tahap pemahaman juga merupakan proses untuk

membangun kesadaran bahwa penegakan integritas dan nilai

etika juga dipengaruhi oleh dorongan sejawat (peer pressure).

Kesadaran ditunjukkan dengan adanya kepedulian para

pegawai atas perilaku sejawatnya untuk menerapkan sikap

perilaku moral dan etis yang baik. Kita akan sulit menjadikan

integritas sebagai karakter bila lingkungan sangat kondusif

terhadap perilaku yang tidak etis. Dorongan sejawat berupa

komitmen secara bersama untuk menerapkan dan

menegakkan kode etik, peduli pada yang melanggar dengan

menegur atau melaporkan adanya pelanggaran kode etik atau

aturan perilaku akan mendorong ditegakkannya integritas dan

nilai etika. Hal yang penting tentunya adalah hukuman bagi

Page 27: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 20

pelanggar aturan perilaku, mekanisme yang mendorong

terhadap karyawan melaporkan pelanggaran, tindakan disiplin

karyawan yang tidak melaporkan pelanggaran. Tindakan

penegakan ini harus menjadi budaya integritas.

Sosialisasi, dorongan sejawat, dan komunikasi secara

berkelanjutan, akan memberikan pemahaman yang utuh dan

kuat bahwa para pegawai memperlihatkan bahwa yang

bersangkutan mengetahui perilaku yang dapat diterima dan

tidak dapat diterima, hukuman yang akan dikenakan terhadap

perilaku yang tidak dapat diterima, dan tindakan yang harus

dilakukan jika yang bersangkutan mengetahui adanya sikap

perilaku yang tidak dapat diterima.

3. Pemetaan (Mapping)

Setelah dilakukan sosialisasi, diperlukan suatu

pemetaan terhadap pemahaman yang diterima dan

dipersepsikan oleh pimpinan dan seluruh pegawai dan

pemetaan terhadap keberadaan infrastruktur untuk

menegakkan integritas dan nilai etika. Keberadaan

infrastruktur dalam penegakan integritas dan nilai etika

diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan prosedur. Penegakan

integritas dan nilai etika pada instansi pemerintah telah

terbentuk dalam format yang berbeda-beda, sehingga perlu

dilakukan pemetaan sejauh mana penerapan yang telah

dilakukan selama ini.

Instansi pemerintah perlu melakukan pemetaan atas

penerapan penegakan integritas dan nilai etika di lingkungan

kerjanya, untuk mendapatkan informasi antara lain:

Page 28: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 21

1) kebijakan dan prosedur yang melandasi penegakan integritas

dan nilai etika telah dimiliki oleh instansi pemerintah;

2) peraturan/kebijakan yang ada tersebut, telah sesuai

dengan peraturan/kebijakan yang lebih tinggi;

3) instansi pemerintah memiliki prosedur operasi baku atau

standard operating procedure (SOP) untuk mejalankan

peraturan/kebijakan dimaksud;

4) SOP atau pedoman dimaksud, telah sesuai dengan

peraturan yang ada, dan atau yang akan dibangun;

5) SOP atau pedoman tersebut telah dipraktikkan dan

didokumentasikan dengan baik.

Dalam proses pemetaan, dilakukan identifikasi dan

analisis nilai dan norma/aturan yang ada, yang dibutuhkan dan

nilai yang diharapkan dalam organisasi untuk menunjukkan

ciri/karakteristik organisasi. Pemetaan dilakukan untuk

memeroleh data sebanyak-banyaknya tentang:

a. Hal-hal yang harus diatur menjadi aturan perilaku

Pemetaan ini untuk mengidentifikasi nilai yang diperlukan

sesuai dengan hukum dan perundangan terkait dengan

tugas dan profesi. Kode etik PNS harus mengacu pada nilai

etika yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42

Tahun 2004. Nilai ini menjadi dasar perilaku organisasi dan

pegawai dalam memberi panduan dan memastikan bahwa

entitas tidak melanggar aturan.

Selain itu, juga perlu mempertimbangkan kode etik profesi.

Misalnya, lembaga pengawas sebagai profesional

mengikuti kode etik auditor internal yang harus bekerja

secara obyektif dan due dilligence. Nilai ini harus menjadi

dasar dalam aturan perilaku.

Page 29: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 22

b. Hal yang belum jelas atau sering disebut area abu abu

(grey area) yang dapat menimbulkan suasana dilematis

Identifikasi nilai diperlukan untuk mengatasi situasi

dilematis yang ada dalam lingkungan kerja. Nilai ini

diperlukan untuk memberikan kejelasan perilaku atau

menumbuhkan perilaku yang diunggulkan bila menghadapi

suatu masalah. Para pejabat dan pegawai seringkali

dihadapkan pada kondisi yang dilematis, baik dalam

tindakan maupun pengambilan keputusan. Kondisi ini harus

dicermati dalam pembentukan kode etik atau aturan

perilaku. Ketidakjelasan perilaku atas dilema yang dijumpai

dalam pelaksanaan tugas akan memberi peluang terjadinya

pelanggaran atau perbuatan yang tidak etis.

Kondisi dilematis, yaitu tindakan yang harus dipilih

seseorang untuk kepentingan yang berbeda, tetapi tidak

tahu tindakan apa yang paling tepat, sulit untuk

mempertimbangkan mana yang benar, dan kondisi dimana

dorongan untuk melakukan pilihan yang salah sangat kuat.

Masalah dilematis antara lain: masalah menerima atau

tidak pemberian suap atau uang pelicin, menyetujui atau

tidak usulan target yang tidak masuk akal, pengaduan

(wistle blowing), yaitu pilihan apakah mengadukan kepada

atasan atau mendiamkan.

c. Kondisi dilematis setiap instansi pemerintah akan berbeda-

beda

Misalnya, kondisi dilematis pegawai Ditjen Pajak akan

berbeda dengan Departemen Kehakiman, atau departemen

lainnya. Perbedaan kondisi dilematis inilah yang akan

membuat kode etik atau aturan perilaku akan berbeda antar

instansi pemerintah, karena perilaku yang diharapkan juga

berbeda.

Page 30: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 23

Pertimbangkan nilai etis yang dihormati oleh pemangku

kepentingan. Nilai yang diinginkan oleh pemangku

kepentingan merupakan hal penting yang akan membawa

citra positif. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun

2008 disebutkan bahwa pekerjaan yang terkait dengan

masyarakat, anggota badan legislatif, pegawai, rekanan,

auditor, serta pihak lainnya dilaksanakan dengan tingkat

etika yang tinggi.

Misalnya: pegawai instansi yang memberi jasa layanan

publik memiliki kesan arogan, mempersulit proses dan

berbelit-belit. Aturan perilaku harus diarahkan untuk

menghilangkan citra tidak baik tersebut.

d. Identifikasi nilai-nilai dan norma yang menghambat

pelaksanaan tugas pokok

Penerapan nilai etika adalah mengedepankan

pertimbangan moral dalam pengambilan keputusan

sehingga ada kemungkinan terjadi pengabaian, tetapi untuk

kepentingan yang bernilai lebih tinggi. Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 disebutkan bahwa

terdapat pedoman yang mengatur situasi, frekuensi, dan

tingkat pimpinan yang diperkenankan melakukan intervensi

terhadap SPI yang telah dikembangkan dan pengabaian.

Pengabaian manajemen (management discretion) harus

didasarkan pada nilai etis yang tinggi terhadap "citizen

value", yaitu bagaimana sumber daya menghasilkan nilai

yang bemanfaat bagi masyarakat secara umum

(meaningful value for the average citizen), baik nilai

manfaat ekonomis dan sosial suatu program atau kegiatan

kepada publik.

Page 31: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 24

Hasil pemetaan atas nilai-nilai yang menjadi prioritas

instansi pemerintah akan menjadi dasar dalam

menyusun/merumuskan kode etik atau aturan perilaku.

e. Pemetaan juga diharapkan memberi masukan atas rencana

tindak yang paling tepat untuk internalisasi kode etik atau

aturan perilaku.

B. Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan proses terdiri atas

pembangunan infrastruktur, internalisasi, dan pengembangan

berkelanjutan.

1. Membangun Infrastruktur (Norming)

Pembangunan infrastruktur dilakukan setelah tahap

pemetaan. Pembangunan infrastruktur dilaksanakan melalui

penyusunan kebijakan dan prosedur, yang bertujuan

menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang

menimbulkan perilaku postif dan kondusif untuk penerapan

sistem pengendalian intern. Perilaku positif dan kondusif yang

dimaksud dalam sub unsur ini adalah penegakan integritas

dan nilai etika.

Kebijakan dan prosedur yang diperlukan adalah sebagai

berikut:

a. Penyusunan Kode etik atau Aturan Perilaku

Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun

2004, instansi pemerintah menyusun kode etik atau aturan

perilaku, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik

masing-masing instansi. Dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 60 Tahun 2008 disebutkan bahwa aturan perilaku

Page 32: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 25

tersebut sifatnya menyeluruh dan langsung berkenaan

dengan hal-hal seperti pembayaran yang tidak wajar,

kelayakan penggunaan sumber daya, benturan

kepentingan, kegiatan politik pegawai, gratifikasi, dan

penerapan kecermatan profesional.

Penyusunan kode etik atau aturan perilaku seyogyanya

bersifat partisipatif dari individu instansi pemerintah

sehingga dapat lebih akurat mencerminkan kebutuhan

kode etik atau perilaku instansi pemerintah, baik dalam

urusan kedinasan maupun kemasyarakatan.

Pimpinan instansi pemerintah menyusun aturan perilaku

dengan tahapan sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi nilai-nilai yang diperoleh dari hasil

pemetaan, yang selanjutnya dikembangkan ke dalam aturan

perilaku dengan menggali lebih banyak masukan melalui:

a) Wawancara, dilaksanakan dengan mewawancarai

pegawai-pegawai tertentu yang memegang peranan

untuk mengumpulkan keterangan atas isu

permasalahan utama di tempat kerja.

b) Mengumpulkan keterangan atas perilaku yang

menimbulkan permasalahan tersebut. mempertimbangkan

permasalahan mana yang berhubungan dengan etika.

2) Mengidentifikasi nilai-nilai yang dapat dipertimbangkan

sebagai nilai etika, misalnya kreatif atau independen.

3) Mengidentifikasi perilaku utama yang dibutuhkan, sesuai

dengan nilai etika yang dibutuhkan atau telah ditetapkan

dalam kode etik.

Page 33: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 26

4) Menyusun kode etik atau aturan perilaku dengan kalimat

yang tegas, yang mengindikasikan seluruh pegawai

diharapkan berperilaku sesuai dengan aturan perilaku.

5) Mengikutsertakan para pejabat dan pegawai sehingga

ada tumbuh komitmen dan rasa memiliki atas kode etik

atau aturan perilaku.

b. Kebijakan Penegakan Aturan Perilaku

Guna menerapkan kode etik atau aturan perilaku, pimpinan

instansi pemerintah menetapkan kebijakan pendukung

untuk penegakan aturan perilaku melalui penandatanganan

komitmen penerapan aturan perilaku, yang diperbarui tiap

tahun oleh setiap pegawai. Contoh bentuk pernyataan:

KOMITMEN UNTUK MEMATUHI PEDOMANPERILAKU

Sebagai pegawai............, saya memberikan pernyataan sebagaikomitmen pribadi untuk mematuhi Pedoman Perilaku:

Nama : ............................................................................

Unit Kerja : ............................................................................

Jabatan : ............................................................................

Menyatakan bahwa:

1. Telah menerima Buku Pedoman Perilaku;

2. Telah memahami isi dari Buku Pedoman Perilaku;

3. Bersedia mematuhi apa yang telah menjadi komitmen perilaku danakan menerapkannya dalam pelaksanaan tugas sehari-hari;

4. Siap menerima konsekuensi bila melakukan pelanggaran ataskomitmen perilaku yang telah ditetapkan dalam Pedoman Perilaku;

5. Akan memegang komitmen perilaku untuk mendukungpengembangan reputasi organisasi melalui integritas yang tinggi danperilaku terpuji.

..................., .............................

(Nama Lengkap dan Tanda Tangan)

Page 34: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 27

c. Kebijakan Sistem Reward and Punishment

Sistem reward and punisment harus ditetapkan pimpinan

instansi pemerintah untuk menjamin penerapan kode etik

atau aturan perilaku. Atas tindakan tidak disiplin, baik

pegawai maupun pejabat, pimpinan instansi pemerintah

harus menindak tegas dan menerapkan secara konsisten.

Pimpinan instansi pemerintah mempertimbangkannya

dengan Majelis Kode Etik agar hukuman disiplin yang

diberikan tepat terhadap penyimpangan atau atas

pelanggaran aturan perilaku.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut:

1) Pimpinan instansi pemerintah mengambil tindakan atas

pelanggaran kebijakan, prosedur, atau aturan perilaku

dengan tegas tanpa membeda-bedakan.

2) Kebijakan penghargaan dan pemberian sanksi ini

dikomunikasikan secara berkala, termasuk jenis sanksi

dikomunikasikan kepada seluruh pegawai di lingkungan instansi

pemerintah sehingga pegawai mengetahui konsekuensi

dari penyimpangan dan pelanggaran yang dilakukan.

3) Instansi pemerintah memiliki mekanisme penanganan

tuntutan dan kepentingan pegawai secara cepat dan tepat.

4) Adanya suatu sanksi atas pelanggaran perilaku akan

menjadi pelajaran bagi anggota instansi pemerintah lain

yang tidak melakukan pelanggaran.

d. Kebijakan Penanganan Konflik Kepentingan

Konflik kepentingan adalah pertentangan kepentingan

antara kesetiaan dan konsistensi sebagai seorang

profesional dan kepentingan yang ada di luar itu, yang

dapat disebabkan karena kepentingan pribadi, golongan

Page 35: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 28

kelompok, dan lainnya. Pimpinan instansi pemerintah

menetapkan kebijakan untuk mekanisme menangani

adanya potensi konflik kepentingan, misalnya dalam proses

pengadaan atau pengambilan keputusan strategis. Selain

itu, pimpinan instansi pemerintah juga memperbarui

kebijakan dan prosedur untuk mencegah terjadinya

pelanggaran etika dan menghasilkan perilaku yang

dikehendaki dalam aturan perilaku, misalnya uraian

jabatan, laporan pelaksanaan anggaran, dan instrumen

pengendalian lainnya untuk meyakinkan kepatuhan

terhadap aturan perilaku.

e. Kebijakan tentang Pengabaian Manajemen

Pengabaian manajemen (management discretion) mungkin

terjadi dalam pelaksanaan kegiatan instansi pemerintah.

Namun demikian, pengabaian harus didasarkan pada nilai

etis yang tinggi terhadap "citizen value", yaitu bagaimana

sumber daya menghasilkan nilai yang bermanfaat bagi

masyarakat secara umum, baik nilai manfaat ekonomis

maupun sosial suatu program atau kegiatan kepada publik.

Kesalahan prosedur atau terjadinya pengabaian sangat

mudah dideteksi, yang harus menjadi komitmen adalah

kesalahan prosedur tidak ditujukan untuk kepentingan dan

keuntungan pribadi.

Pimpinan instansi pemerintah menyusun pedoman yang

mengatur situasi, frekuensi, dan tingkat pimpinan yang

diperkenankan melakukan intervensi dan pengabaian.

Pedoman harus mengatur dengan jelas sekurang-

kurangnya:

Page 36: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 29

1) Situasi yang memungkinkan pengabaian, misalnya

urgensi yang menjadi pendorong pengabaian, adanya

kebutuhan masyarakat yang mendesak.

2) Siapa yang dapat melakukan pengabaian. Hal ini harus

secara jelas diatur, sebab pengabaian pengendalian

intern tidak boleh dilakukan oleh pimpinan instansi

pemerintah tingkat bawah, kecuali dalam keadaan

darurat. Hal ini penting karena pengabaian manajemen

harus merupakan keputusan yang sangat strategis bagi

suatu instansi pemerintah.

3) Dokumentasi secara lengkap, termasuk alasan dan

tindakan khusus yang diambil bila terjadi pengabaian

manajemen.

4) Pelaporan. Setiap kejadian pengabaian manajemen

harus segera dilaporkan kepada pimpinan instansi

pemerintah yang lebih tinggi.

f. Pembentukan Majelis Kode Etik

Pimpinan instansi pemerintah menetapkan suatu Majelis

Kode Etik atau unit ad hoc yang bertanggung jawab untuk

memonitor penerapan etika dan bertanggung jawab atas

manajemen etika. Komite ini bertanggung jawab merespon

dengan cepat dan menindaklanjuti setiap pengaduan dan

pelanggaran sehingga pimpinan instansi pemerintah dapat

melakukan tindakan yang cepat dan tepat segera setelah

ada gejala timbulnya masalah. Hal ini sejalan dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 yang

menyebutkan bahwa instansi pemerintah memiliki

prosedur/mekanisme penanganan tuntutan dan

kepentingan pegawai secara cepat dan tepat.

Page 37: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 30

Selain itu, tugas Majelis Kode Etik adalah menyusun

konsep kebijakan dan program berkaitan dengan

pelaksanaan kode etik atau aturan perilaku, memberi

nasihat kepada pimpinan mengenai isu-isu kode etik atau

perilaku, masalah yang dihadapi instansi pemerintah

mengenai pelaksanaan dan pelanggaran kode etik. Dalam

beberapa kasus, Komite ini juga bertugas menangani

pelanggaran kode etik dengan memanggil karyawan yang

melanggar kode etik, memeriksa kasusnya, dan

memberikan sanksi kepada karyawan yang melanggar.

2. Internalisasi (Forming)

Tahap internalisasi adalah suatu proses untuk

menjadikan infrastruktur menjadi bagian dari kegiatan

operasional sehari-hari, yang akan tercermin dalam

bagaimana menyelesaikan pekerjaan dan pengambilan

keputusan dalam instansi pemerintah.

Internalisasi bertujuan untuk membangun kesadaran

pimpinan instansi pemerintah untuk menegakkan integritas

dan nilai etika, dan membangun kesadaran para pegawai

untuk mengimplementasikan integritas dan nilai etika dalam

kegiatan operasional sehari-hari. Langkah-langkah

internalisasi yang perlu dilakukan sebagai berikut:

a. Keteladanan Pimpinan Instansi Pemerintah

Pimpinan instansi pemerintah memberikan keteladanan

berkaitan dengan kepatuhan terhadap nilai etika dalam

pelaksanaan kegiatan sehari-hari, antara lain:

Page 38: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 31

1) Perilaku tidak menerima uang pelicin, kick back, atau

suap;

2) Komitmen ketepatan waktu kehadiran;

3) Tidak membuat SPPD fiktif.

b. Diskusi dan Pertemuan

Pimpinan instansi pemerintah dan pegawai melakukan

diskusi yang intensif untuk membahas dan mencari

rencana tindak atas perilaku tidak etis dalam kegiatan

Coffee Morning, Rapat Bulanan, pelatihan di kantor sendiri

(PKS), atau kegiatan keagamaan seperti doa bersama.

Diskusi membahas perilaku tidak etis, misalnya penyuapan

untuk memenangkan tender, menerima kick-back atas

jasa, menekan upah buruh, eksploitasi lingkungan, iklan

yang menyesatkan, membocorkan rahasia, praktik

melanggar hak cipta, pemalsuan dokumen, mengabaikan

kepentingan karyawan, menyisihkan pesaing dengan cara

curang, atau memanfaatkan posisi dominan untuk

mengambil manfaat pribadi.

c. Pernyataan Kesanggupan Untuk Memiliki Integritas dan

Mematuhi Nilai Etika

Pimpinan instansi pemerintah dan seluruh pegawai

menyatakan kesanggupannya secara berkala (setiap tahun

atau periode lain) untuk berperilaku integritas dan

mematuhi nilai etika. Pada beberapa instansi pemerintah,

pernyataan ini disebut pakta integritas.

Page 39: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 32

d. Dorongan Sejawat (peer pressure)

Perilaku integritas dan kepatuhan terhadap nilai etika juga

dipengaruhi oleh dorongan sejawat (peer pressure).

Kesadaran ditunjukkan dengan adanya kepedulian para

pegawai atas perilaku sejawatnya untuk menerapkan sikap

perilaku moral dan etis yang baik. Tekanan dari teman

sepergaulan begitu besar bagaimana integritas dan nilai

etika ditegakkan, kita akan sulit menjadikan integritas

sebagai karakter bila lingkungan sangat kondusif terhadap

perilaku yang tidak etis. Dorongan sejawat berupa

komitmen secara bersama untuk menerapkan dan

menegakkan kode etik, peduli pada yang melanggar

dengan menegur atau melaporkan adanya pelanggaran

kode etik atau aturan perilaku. Perlunya diciptakan

mekanisme yang mendorong karyawan melaporkan

pelanggaran, serta sanksi terhadap karyawan yang tidak

melaporkan pelanggaran.

e. Program Rekrutmen dan Pengenalan Pegawai Baru

Pembentukan sistem nilai dan budaya dimulai dari

manusia, bukan dari instansi pemerintah. Perilaku dibentuk

mulai dari manusia yang diseleksi, ditempatkan, dan

dihargai dengan baik. Pegawai baru instansi pemerintah

diseleksi, ditempatkan, dan dibina untuk memperoleh

kesenangan dan kenyamanan dalam bekerja karena

menyenangi pekerjaannya. Program penempatan antara

lain:

Page 40: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 33

1) Rekrut calon pegawai yang terbaik. Rekrut orang

terbaik, yaitu orang yang bagus kemampuan

intelektualnya, dapat bekerja dalam tim, mencintai

pekerjaan, berorientasi ke depan, berkarakter kuat, dan

punya keterampilan berkomunikasi yang baik. Standar

yang baik harus diberikan sejak awal melalui sebuah

proses orientasi dengan memperkenalkan atasan dan

rekan kerja, serta hal-hal yang boleh dan tidak boleh

dilakukan di tempat kerja.

2) Pegawai yang diangkat segera mengikuti proses

pembekalan (induction program), yaitu pelatihan yang

ditujukan untuk membekali pegawai baru kebijakan

penting tentang perilaku. Tujuan program ini untuk

menegaskan hal-hal penting dalam rangka memelihara

nilai-nilai positif yang telah digariskan.

Pelatihan, termasuk memberikan ritual-ritual instansi

pemerintah seperti team work, budaya kerja, tindakan

disiplin, kepindahan, kedatangan, kenaikan pangkat,

atau pensiun. Ritual sedapat mungkin membuat pegawai

memiliki rasa kebersamaan dan loyalitas.

f. Penempatan

Pimpinan instansi pemerintah menempatkan orang pada

posisi yang tepat. Orang-orang yang tepat (right man right

place) akan berkontribusi positif dan akan menghargai

budaya instansi pemerintah apabila mereka ditempatkan

di tempat yang tepat.

Page 41: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 34

g. Komitmen atas Standar Layanan Publik

Pimpinan instansi pemerintah menetapkan dan

menerapkan standar pelayanan minimal bagi publik,

termasuk standar perilaku dalam memberikan pelayanan,

yang secara konsisten diterapkan. Standar dan perilaku

minimal dalam layanan publik ini harus mampu

menghilangkan kesan negatif tentang PNS, antara lain:

berbelit-belit, arogan, mudah dibuat susah, ujung-ujungnya

duit, atau susah melihat orang senang.

h. Pengomunikasian Hubungan Tindak Lanjut Temuan

Auditor dengan Aturan Perilaku

APIP juga berperan dalam penegakan integritas dan nilai

etika melalui pelaksanaan audit dan evaluasi yang

dilaksanakan. Dalam melakukan audit, APIP juga harus

mengevaluasi bagaimana pelaksanaan kode etik atau

aturan perilaku, serta keterhubungan dengan

permasalahan (temuan) audit yang ada.

Atas suatu permasalahan, harus diidentifikasi perilaku yang

menyebabkan dan disampaikan kepada pimpinan instansi.

Pimpinan instansi pemerintah mengungkapkan masalah

dalam instansi pemerintah yang bersangkutan, serta

menerima komentar dan rekomendasi pada saat auditor

dan evaluator melakukan tugasnya.

i. Integrasi Kode Etik dalam Budaya Instansi Pemerintah

Integrasi kode etik atau aturan perilaku dalam budaya

instansi pemerintah dapat dilakukan dengan pendekatan

role model atau kelompok pemenang (champion group).

Model atau kelompok merupakan orang yang dipilih

Page 42: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 35

instansi pemerintah karena dapat dijadikan contoh dan

teladan. Mereka secara aktif mendapat tugas untuk

memberikan cerita atau contoh kejadian tentang

penerapan aturan perilaku dalam keseharian tugas.

Terintegrasinya nilai dalam budaya dan perilaku secara

tidak sadar akan menjadi pembentuk karakter instansi.

Misalnya, role model adalah pimpinan unit kerja keuangan,

yang bertugas melakukan pembayaran pada pihak ketiga.

Nilai yang dimodelkan di unit tersebut adalah kejujuran dan

pelayanan dengan ketepatan (akurasi). Dengan

terintegrasinya kode etik/aturan perilaku ke dalam perilaku

pegawai, maka perilaku etis yang terbentuk adalah

kemampuan menekan moral hazard sehingga kejujuran

dan ketepatan yang diutamakan. Contoh, “atas kekurangan

tagihan dari rekanan atau kelebihan pembayaran dari

pengguna jasa segera dilakukan perbaikan.” Pegawai serta

merta akan melakukan hal yang benar bila mengetahui

kesalahan dan tidak memanfaatkan kesempatan.

j. Penghargaan dan Remunerasi

Kebijakan reward and punisment harus diterapkan secara

konsisten tidak hanya memfokuskan pada punishment saja,

tapi juga upaya untuk memberikan penghargaan pada

pegawai atas prestasi berkaitan dengan integritas dan nilai

etika. Pimpinan instansi pemerintah, sesuai dengan

kewenangannya memberikan penghargaan untuk

meningkatkan penegakan integritas dan kepatuhan

terhadap nilai-nilai etika.

Page 43: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 36

Pimpinan instansi pemerintah juga harus menerapkan

penghargaan atau remunerasi atas prestasi kerja

(performance based reward) dengan tepat dan konsisten.

k. Pelatihan Etika (Ethic Training)

Semua instansi pemerintah yang mempunyai kode etik atau

aturan perilaku dan akan melaksanakannya dengan baik

harus memiliki program pelatihan kode etik perilaku untuk

para pejabat dan pegawainya. Tujuan pelatihan etika

adalah pelatihan mengenai bagaimana aturan perilaku

harus dilakukan dan bagaimana peran masing-masing

pegawai. Pelatihan etika dapat diberikan pada pegawai

baru pada masa orientasi maupun pegawai lama. Selain

itu, pelatihan dapat memberi masukan tentang program

pengelolaan etika berdasarkan pengalaman yang didapat

dari pelatihan etika dan praktik pemecahan dilema etika

yang rumit, terutama yang benar-benar terjadi dalam

instansi.

Pelatihan etika sebaiknya dilakukan dalam suasana yang

menyenangkan. Pendekatan yang efektif bisa dilakukan

dengan cara: emotional spritual quotient (ESQ), outbound,

experiental learning, dan team building dengan

memasukkan tema-tema yang berkaitan dengan integritas

dan nilai etika ke dalam pelatihan tersebut.

Outbond, experiental learning, dan team building adalah

kegiatan pembelajaran melalui pengalaman yang didesain

untuk menstimulasi kelompok. Hal ini dapat dilakukan

di dalam ruangan atau di alam bebas dalam suasana yang

menyenangkan, sehingga akan mendorong orang-orang

Page 44: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 37

menghayati makna nilai-nilai tim bagi dirinya. Nilai-nilai

dasar yang dipupuk dalam tim dan diterima dengan

suasana menyenangkan akan membantu percepatan

proses pembentukan nilai-nilai baru. Mereka

mendiskusikan saran-saran, cara mengatasi konflik, proses

pengambilan keputusan, komunikasi, kreativitas, dan

kepemimpinan.

l. Saluran Pengaduan (Ethic hotline)

Instansi pemerintah harus mempunyai saluran pengaduan,

hotline, atau jalur komunikasi khusus yang tersedia kapan

saja untuk mendengarkan keluhan dan aduan dari para

pegawai/pejabat ataupun pihak luar instansi yang

mengadukan suatu tindakan apa pun yang menyangkut

kecurangan atau penyalahgunaan data, informasi, aset,

wewenang, otorisasi, dan sebagainya. Pengaduan dan

perlindungan sering disebut kebijakan whistle blower.

Whistle blower umumnya diterapkan karena banyak orang

enggan melaporkan dan mereka berada dalam posisi

sebagai pihak yang lemah. Demikian pula ada pihak yang

terdiskriminasi yang telah lama mengetahui terjadinya

pelanggaran, namun tidak mempunyai keberanian untuk

melaporkannya.

m. Menghilangkan kebijakan tidak etis

Kebijakan tidak etis adalah kebijakan yang tidak secara

nyata melanggar aturan, namun kebijakan tersebut

membuka peluang terjadinya perilaku tidak etis atau tidak

kondusif. Hal ini terutama terlihat apabila dikaitkan dengan

dampak kegiatan tersebut seperti efisiensi dan efektivitas

suatu aktivitas dan kegiatan.

Page 45: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 38

1) Tujuan Tidak Realisitis

Pimpinan instansi pemerintah harus menghapus

kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong

perilaku tidak etis. Salah satu dorongan yang membuat

perilaku tidak etis adalah menetapkan tujuan yang tidak

realistis dan menekan pegawai untuk mencapai tujuan

tersebut. Kewajaran atas kegiatan yang diusulkan

sebagai target kinerja harus menjadi suatu upaya untuk

meningkatkan efisiensi instansi pemerintah.

Untuk mencegah hal tersebut pimpinan instansi

pemerintah harus:

a) Menciptakan mekanisme penilaian kinerja yang tepat

sehingga target yang diusulkan realistis.

b) Mengidentifikasi sasaran kinerja dan risiko yang

terkait (selengkapnya diuraikan di pedoman teknis

penilaian risiko).

c) Melakukan pemantauan atas pelaksanaan kegiatan.

Banyak kejadian, kegiatan direalisasikan di akhir

tahun anggaran untuk menghabiskan anggaran,

tetapi tujuan tidak jelas.

d) Menghindari penggunaan biaya perjalanan dinas

ke tempat atau tujuan yang tidak akan mewujudkan

hasil untuk mendukung tujuan organisasi, tidak

produktif, dan tidak akan menghasilkan prestasi.

e) Upaya efisiensi, misalnya melalui standarisasi

fasilitas pejabat, standar hotel, kerja sama hotel, atau

kerja sama penerbangan.

Page 46: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 39

2) Aturan Perilaku sebagai Pertimbangan dalam Prasyarat

Jabatan dan Promosi

Pimpinan instansi pemerintah menghapus kebijakan

atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak

etis. Salah satu perilaku tidak etis adalah kenaikan

jabatan dan promosi tidak didasarkan pada prestasi dan

kompetensi, tetapi unsur subyektivitas atau like and

dislike. Selain itu, praktik yang banyak berjalan kenaikan

jabatan/pangkat menjadi sesuatu yang reguler dan tidak

memiliki hubungan dengan kepatuhan pada aturan

perilaku. Pegawai yang melanggar tetap diproses

kenaikan pangkatnya. Hal ini tidak saja akan

menimbukan etos kerja yang tidak kondusif bagi kinerja

instansi pemerintah, tetapi juga bagi penegakan

integritas dan nilai etika.

Pimpinan instansi harus membuat kebijakan yang jelas

tentang kompensasi dan kenaikan jabatan atau promosi

didasarkan pada prestasi dan kinerja, serta kepatuhan

pada aturan perilaku. Misal, seorang pegawai yang terbukti

pernah terkena hukuman dan teguran karena pelanggaran

aturan perilaku berarti memiliki poin negatif untuk dapat

dinaikkan pangkatnya atau dipromosikan.

n. Komitmen atas pelaporan keuangan pemerintah

Integritas dan nilai etika yang telah terinternalisasikan akan

menjadi budaya yang kuat guna mendukung

profesionalisme. Salah satu wujud profesionalisme adalah

tersajikannya laporan keuangan pemerintah sesuai dengan

standar akuntansi pemerintah yang berlaku dan laporan

kinerja.

Page 47: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 40

Laporan sebagai akuntabilitas sehingga laporan keuangan,

anggaran, dan pelaksanaan program yang disampaikan

kepada badan legislatif, instansi pemerintah, dan pihak

yang berkepentingan disajikan dengan wajar dan akurat.

Biro keuangan di setiap departemen dan lembaga harus

secara serius mempersiapkan dan memberdayakan peran

APIP untuk menjadi quality assurance sehingga laporan

dapat disajikan dengan lebih baik.

3. Pengembangan Berkelanjutan (Performing)

Pengembangan berkelanjutan merupakan langkah agar

aturan perilaku terpantau pelaksanaannya secara kontinu,

sehingga setiap kelemahan dapat dirumuskan rencana tindak

yang tepat.

a. Pemantauan

Penerapan aturan perilaku masing-masing individu/pegawai

untuk menjadi sebuah kesadaran diri yang melekat dan

teraplikasi dalam kegiatan sehari-hari di kantor tidaklah

selalu berjalan lancar, mudah, dan serta merta berhasil,

melainkan berproses dan dipengaruhi oleh berbagai situasi

lingkungan pengendalian. Agar penerapan aturan perilaku

terkondisi dalam disiplin dan konsisten pemberlakuannya,

maka perlu secara terus menerus dipantau, dievaluasi, dan

dilaporkan pelaksanaannya.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi atas penerapan aturan

perilaku dapat dilakukan oleh setiap level pimpinan

di masing-masing bagian/bidang dengan pendekatan setiap

permasalahan atau penyimpangan aturan perilaku secara

Page 48: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 41

cepat dan tepat diketahui dan diambil tindakan

perbaikannya. Penyimpangan atas aturan perilaku

seyogyanya segera dikomunikasikan oleh Majelis Kode Etik

dan diproses untuk disampaikan kepada pihak yang

melanggar aturan agar yang bersangkutan paham bahwa

tindakannya salah atau di luar ketentuan.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilakukan juga oleh

Komite Etika atau tim yang ditunjuk untuk menangani

penegakan aturan perilaku.

b. Kontrol Sosial

Selain adanya pemantauan dan evaluasi terhadap aturan

perilaku dari masing-masing level pimpinan atau dari Tim

yang ditunjuk khusus untuk memantau penerapan aturan

perilaku, juga perlu ditingkatkan peranan kontrol sosial.

Kontrol sosial melalui penyebaran adanya komitmen aturan

perilaku kepada masyarakat dan stakeholders lainnya.

Dengan sosialisasi ke pihak eksternal yang lebih luas,

maka akan terbentuk suatu kontrol sosial. Adanya

keterlibatan pegawai atau masyarakat yang apabila

mengetahui adanya pelanggaran terhadap aturan perilaku,

segera melaporkan atau menyampaikan pengaduan, baik

lisan atau tertulis. Diharapkan dalam pengaduan tersebut

disampaikan secara jelas identitas pelaku, pelanggaran

yang dilakukan, dan tanggal kejadian. Apabila informasi

pengaduan tidak lengkap, pengaduan tetap dapat menjadi

sumber informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Page 49: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 42

c. Pembaruan Aturan Perilaku

Perkembangan sosial ekonomi dan adanya berbagai

perubahan peraturan, kebijakan pemerintah, serta

perkembangan teknologi informasi yang memengaruhi

tupoksi instansi pemerintah, akan memengaruhi perubahan

kebutuhan aturan perilaku. Oleh sebab itu, kode etik atau

aturan perilaku perlu terus dilakukan peninjauan kembali

dan pembaruan atas aturan perilaku yang ada. Pembaruan

terhadap aturan perilaku tetap berada dalam koridor

pembinaan pegawai dan untuk menciptakan pegawai yang

berkualitas, berdaya guna, dan berhasil guna, utamanya

pegawai yang mampu memberikan pelayanan yang terbaik,

adil, dan merata bagi masyarakat.

d. Aturan Perilaku sebagai Target Kinerja

Aturan perilaku, yang merupakan pedoman sikap, tingkah

laku, dan perbuatan pegawai di dalam melaksanakan tugas

dan pergaulan hidup sehari-hari, apabila secara terus-

menerus dipedomani dalam tugas sehari-hari, maka akan

tumbuh menjadi kebiasaan yang melekat dan menyatu

dalam kesadaran diri. Kebiasaan masing-masing individu

yang telah terbangun dengan kesadaran yang tinggi dan

dikelola oleh pimpinan/leadership yang memiliki komitmen

tinggi menimbulkan kepuasan dan semangat kerja kolektif

dari semua pegawai, yang pada gilirannya dapat

menumbuhkan komitmen instansi pemerintah. Selanjutnya,

apabila komitmen instansi pemerintah telah tercipta, maka

peningkatan kinerja adalah sebuah akibat nyata yang akan

mengikutinya.

Page 50: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 43

Untuk mewujudkan penegakan integritas dan nilai etika

secara berkelanjutan, kepatuhan kepada aturan perilaku

dan kode etik dapat ditetapkan sebagai target kinerja setiap

unit kerja.

Misalnya, dalam penetapan kinerja unit kerja, setiap unit

harus menargetkan tidak ada pelanggaran atau terjadi

penurunan pelanggaran. Dengan menjadikan aturan kinerja

sebagai target, maka unit kerja akan terdorong untuk

menerapkan sebaik mungkin agar terhindar dari

pelanggaran, yang berarti kinerja tidak tercapai.

e. Audit Etika

Audit Etika adalah audit mengenai pelaksanaan kode etik

atau aturan perilaku oleh setiap unit instansi pemerintah

yang dilakukan apabila ada pengaduan dan indikasi

pelanggaran.

C. Tahap Pelaporan

Setelah tahap pelaksanaan selesai, seluruh kegiatan

penyelenggaraan sub unsur penegakan integritas dan nilai etika

perlu didokumentasikan. Pendokumentasian ini merupakan satu

kesatuan (bagian yang tidak terpisahkan) dari kegiatan pelaporan

berkala dan tahunan penyelenggaraan SPIP. Pendokumentasian

dimaksud meliputi:

1. Pelaksanaan kegiatan, yang terdiri dari:

a. Kegiatan pemahaman, yang antara lain terdiri atas:

1) Kegiatan sosialisasi (ceramah, diskusi, seminar, rapat

kerja, dan fokus grup) mengenai pentingnya integritas

dan nilai etika;

Page 51: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 44

2) Kegiatan penyampaian pemahaman melalui website,

multimedia, literatur, dan media lainnya.

b. Kegiatan pemetaan keberadaan dan penerapan

infrastruktur, yang antara lain berisi:

1) Hasil pemetaan pemahaman pentingnya etika menurut

persepsi pegawai dan bagaimana penerapannya;

2) Hasil pemetaan mengenai persiapan penyusunan aturan

perilaku;

3) Masukan atas rencana tindak yang tepat untuk

internalisasi kode etik atau aturan perilaku.

c. Kegiatan pembangunan infrastruktur, yang antara lain berisi

penyusunan:

1) Kode etik atau aturan perilaku;

2) Kebijakan penegakan aturan perilaku;

3) Kebijakan sistem reward and punishment;

4) Kebijakan penanganan konflik kepentingan;

5) Kebijakan tentang intervensi dan pengabaian

manajemen; dan

6) Kegiatan pembentukan majelis kode etik.

d. Kegiatan internalisasi, yang antara lain berisi:

1) Kegiatan pengomunikasian kode etik atau aturan

perilaku secara berkelanjutan;

2) Kegiatan pembaruan pernyataan kepatuhan pada aturan

perilaku;

3) Kegiatan dorongan sejawat;

4) Kegiatan program rekrutmen dan pengenalan pegawai

baru;

5) Komitmen atas standar layanan publik;

6) Kegiatan diskusi dan pertemuan;

Page 52: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 45

7) Kegiatan pengomunikasian hubungan tindak lanjut

temuan auditor dengan aturan perilaku;

8) Kegiatan integrasi kode etik dalam budaya instansi

pemerintah;

9) Kegiatan pemberian penghargaan dan remunerasi;

10)Kegiatan pelatihan etika;

11)Kegiatan pembuatan saluran pengaduan;

12)Laporan kegiatan menghilangkan kebijakan tidak etis;

13)Dokumentasi komitmen atas pelaporan keuangan

pemerintah.

e. Kegiatan pengembangan berkelanjutan, yang antara lain

berisi:

1) Kegiatan pemantauan;

2) Dokumentasi kontrol sosial;

3) kegiatan pembaruan aturan perilaku;

4) kegiatan penyusunan aturan perilaku sebagai target

kinerja; dan

5) kegiatan audit etika.

2. Hambatan kegiatan

Apabila ditemukan hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

kegiatan yang menyebabkan tidak tercapainya target/tujuan

kegiatan tersebut, agar dijelaskan penyebab terjadinya

hambatan tersebut.

3. Saran

Saran diberikan berkaitan dengan adanya hambatan

pelaksanaan kegiatan dan dicarikan saran pemecahan

masalah untuk tidak berulangnya kejadian serupa dan guna

peningkatan pencapaian tujuan. Saran yang diberikan agar

yang realistis dan benar-benar dapat dilaksanakan.

Page 53: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 46

4. Tindak lanjut atas saran periode sebelumnya

Bagian ini mengungkapkan tindak lanjut yang telah dilakukan

atas saran yang telah diberikan pada kegiatan periode

sebelumnya.

Dokumentasi ini merupakan bahan dukungan bagi

penyusunan laporan berkala dan tahunan (penjelasan

penyusunan laporan dapat dilihat pada buku Pedoman Teknis

Umum Penyelenggaraan SPIP). Kegiatan pendokumentasian

menjadi tanggung jawab pelaksana kegiatan yang hasilnya

disampaikan kepada pimpinan instansi pemerintah sebagai

bentuk akuntabilitas, melalui satuan tugas penyelenggaraan

SPIP (Satgas SPIP) di instansi pemerintah yang bersangkutan.

Page 54: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 47

BAB IV

PENUTUP

Penegakan integritas dan nilai etika secara berkelanjutan oleh

instansi pemerintah dan penyelenggara negara secara memadai

adalah salah satu jaminan terbaik untuk mencapai pondasi bagi

lingkungan pengendalian dalam SPIP. Kuatnya integritas dan nilai

etika juga secara langsung akan memperbaiki peningkatan

pelayanan publik dan kinerja, yang pada gilirannya mendukung

tercapainya good governance.

Penegakan integritas dan nilai etika diawali dengan

pemahaman bersama melalui langkah sosialisasi dengan media

yang ada, yang selanjutnya dilaksanakan pemetaan. Pembangunan

infrastruktur untuk pelaksanaan dan penerapannya harus menjadi

komitmen bersama instansi pemerintah dan dilaksanakan secara

konsisten. Sementara pengembangan berkelanjutan merupakan

langkah agar secara kontinu aturan perilaku termonitor

pelaksanaannya sehingga setiap kelemahan dapat dirumuskan

rencana tindak yang tepat.

Disadari sepenuhnya bahwa proses penegakan integritas dan

nilai etika tidaklah mudah. Kata bijak mengatakan bahwa

penegakan integritas tidak semudah membalik telapak tangan.

Faktor penting keberhasilan antara lain:

1. Leadership yang kuat, pemimpin yang berpengaruh kuat pada

tercapainya integritas dan nilai etika, baik melalui upaya yang

diciptakannya maupun teladan yang dijalankannya.

Page 55: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 48

2. Dukungan seluruh pegawai, pemimpin yang kuat tidak ada

artinya bila tidak didukung segenap anggota instansi pemerintah

untuk secara sadar bersama-sama mendukung tegaknya

integritas dan nilai etika.

3. Konsistensi pelaksanaan penegakan, konsistensi dalam

penerapan dan penegakan sangat diperlukan sehingga tidak ada

persepsi standar ganda oleh individu anggota instansi

pemerintah. Setiap tindakan penegakan harus memunculkan

komitmen baru untuk penegakan kode etik atau aturan perilaku.

Komitmen ketiga hal di atas akan membentuk komitmen kuat

karena diperoleh dari pemimpin dan segenap anggota instansi

pemerintah. Konsistensi pelaksanaan penegakan oleh pimpinan

instansi pemerintah akan menjadi teladan bagi semua pegawai

dengan perilaku yang sama antara nilai yang disepakati dengan

perilaku yang diterapkan pada setiap kondisi. Konsistensi juga

menyangkut penegakan, yaitu perlakuan sama bagi semua orang

tanpa terkecuali atas terjadinya pelanggaran aturan

Keberhasilan penegakan integritas dan nilai etika secara

bersama dengan sub unsur lingkungan pengendalian lainnya akan

memperkuat sistem pengendalian intern di lingkungan instansi

pemerintah.

Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan praktis

bagi pimpinan instansi pemerintah dalam menciptakan dan

melaksanakan sistem pengendalian intern, khususnya pada unsur

lingkungan pengendalian dengan sub unsur ”Penegakan Integritas

dan Nilai Etika” di lingkungan instansi yang dipimpinnya.

Page 56: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan

1.1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika 49

Hal-hal yang dicakup dalam pedoman teknis ini adalah acuan

mendasar yang berlaku secara umum bagi seluruh instansi

pemerintah, yang minimal harus dipenuhi dalam penegakan

integritas dan nilai etika, serta tidak mengatur secara spesifik bagi

instansi tertentu. Instansi pemerintah hendaknya dapat

mengembangkan lebih jauh langkah-langkah yang perlu diambil

sesuai dengan kebutuhan organisasi, dengan tetap mengacu dan

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Sesuai dengan perkembangan teori dan praktik-praktik sistem

pengendalian intern, pedoman ini dapat disesuaikan di kemudian

hari.

Page 57: BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN …sutiknosh.blog.ugm.ac.id/...Peningkatan-Integritas-dan-Nilai-Etika.pdf · Pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern ... sesuai dengan kebijakan