BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor …
Transcript of BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) Jl. Raya Jakarta-Bogor …
BADAN INFORMASIGEOSPASIAL
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL(BIG)
Jl. Raya Jakarta-Bogor KM. 46. Cibinong 16911Telepon. (021) 875 2062-2063. Faksimile. (021) 875 2064 PO. Bcf 46 CBI
http://www.big.go.id
KEPUTUSANKEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
NOMOR 30 TAHUN2017
TENTANG
CETAK BIRU TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMU^IKASIBADAN INFORMASI GEOSPASIAL TAHUN 2017-2021
KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,
Menimbang
Mengingat
bahwa untuk melaksanakan Pasal 22 ayat (2) Peiraturan BadanInformasi Geospasial Nomor 8 Tahun 2017 tentanq Tata KelolaTeknologi Informasi dan Komunikasi, perlu menetapkan KeputusanKepala Badan Informasi Geospasial tentang Cetak Binu Tata KelolaTeknologi Informasi dan Komunikasi Badan Informasi Geospasial Tahun2017-2021;
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Tjelekomunikasi(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 154;Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Norror3881);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi danTransaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Repuplik IndonesiaNomor 4843);
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang KeterbukaanInformasi Publik (Lembaran Negara Republik Indoneste Tahun 2008Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4846);
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentanjg InformasiGeospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5214);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentangPenyelenggaraan Telekomunikasi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 3980);
Keputusan Kepala BIGNomor 30 Tahun 2017
1 dari 3
6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 TahunPenyelenggaraan Sistem dan Transaksi ElektroiNegara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 1Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5348);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2014 tentanUndang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 (Lembaran NIndonesia Tahun 2014 Nomor 31, Tambahan LerrRepublik Indonesia Nomor 5502);
8. Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011 tentang BGeospasial (Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 144), sebagaimana telah diubah dengan PerNomor 127 Tahun 2015 tentang Perubahan APresiden Nomor 94 Tahun 2011 tentang BaGeospasial (Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 255);
12 tentangk (Lembaran), Tambahan
Pelaksanaangara Republikaran Negara
dan InformasiTahun 2011
uran Presidenas Peraturanan InformasiTahun 2015
9. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2014 tenInformasi Geospasial Nasional (Lembaran NegIndonesia Tahun 2014 Nomor 78);
10. Keputusan Presiden Nomor 20 Tahun 2006Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional;
te
11. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentangStrategi Nasional Pengembangan E-Government;
12. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No2007 tentang Panduan Umum Tata Kelola TeknologKomunikasi Nasional;
13. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nofaor2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja BaGeospasial sebagaimana telah diubah beberapsdengan Peraturan Kepala Badan Informasi GeospTahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas PerBadan Informasi Geospasial Nomor 3 TahunOrganisasi dan Tata Kerja Badan Informasi Geospasi
14. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial2012 tentang Balai Pendidikan dan Pelatihasebagaimana telah diubah dengan PeraturanInformasi Geospasial Nomor 4 Tahun 2013 tentaPeraturan Kepala Badan Informasi Geospasial N2012 tentang Balai Pendidikan dan Pelatihan Geospa
15. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial2012 tentang Balai Layanan Jasa dan Produsebagaimana telah diubah dengan PeraturanInformasi Geospasial Nomor 5 Tahun 2013 tentaPeraturan Kepala Badan Informasi Geospasial N2012 tentang Balai Layanan Jasa dan Produk Geospj
<J Keputusan Kepala BIGNomor 30 Tahun 2017
ing Jaringanra Republik
tang Dewan
ebijakan dan
or 41 Tahunnformasi dan
3 Tahunan Informasi
kali terakhirsial Nomor 2turan Kepala012 tentang
Nofrior 4 TahunGeospasial
Kepala Badang Perubahan
oifnor 4 Tahunal;
Nortnor 5 TahunGeospasial
;pala BadanPerubahan
nor 5 Tahuniial;
2 dari 3
Menetapkan
KESATU
MEMUTUSKAN:
KEPUTUSAN KERALA BADAN INFORMASI GEOSPASCETAK BIRU TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASIKOMUNIKASI BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TAHU
Menetapkan Cetak Biru Tata Kelola Teknologi InformasiBadan Informasi Geospasial Tahun 2017-2021, yang selCetak Biru TIK, sebagaimana tercantum dalam Lampterpisahkan dari Keputusan ini.
an Komunikasinjutnya disebutran yang tidak
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
Cetak Biru TIK digunakan sebagai acuan penyelenggateknologi informasi dan komunikasi dalam penyiapan su|mberpenyusunan anggaran.
aan tata keloladaya dan
Cetak Biru TIK dibuat untuk jangka waktu 5 (lima) tajhunditinjau ulang setiap 1 (satu) tahun sekali sesuai dengankebijakan dan/atau perkembangan teknologi.
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Cibinong
pada tanggal, 11 Des
KEPALABADAN INFORMASI G
/HASANUDDIN Z. ABID
Tembusan:1. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya; dan2. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratamadi lingkungan BIG
e* Keputusan Kepala BIGNomor 30 Tahun 2017
IAL TENTANGDAN
2017-2021.
dan dapatperubahan
ember 2017
EOSPASIAL,
3 dari 3
VIII
Lampiran
Keputusan Kepala
Badan Informasi Geospasial
Nomor 30 Tahun 2017
CETAK BIRU TATA KELOLA TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL
TAHUN 2017-2021
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL 2017
IX
Daftar Isi
Disclaimer and Confidentiality ............................................................................................. iii
Publication Details ............................................................................................................... iv
Daftar Isi .............................................................................................................................. ix
Daftar Gambar ..................................................................................................................... xi
Daftar Tabel ....................................................................................................................... xiv
Bab 1. Analisis Kondisi Saat Ini ..................................................................................... 1
1.1. Pendahuluan ...................................................................................................... 1
1.2. Proses Organisasidan Sistem Informasi ............................................................... 1
1.2.1. Metode Value Chain............................................................................... 1
1.2.2. Gambaran Value Chain........................................................................... 1
1.2.3. Pemetaan Value Chain Terhadap Unit Organisasi di BIG ......................... 4
1.2.4. Aktivitas Value Chain.............................................................................. 7
1.2.5. Dukungan SI terhadap Proses Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar8
1.2.6. Dukungan SI terhadap Proses Deputi Bidang Informasi Geospasial
Tematik ............................................................................................................ 18
1.2.7. Dukungan SI terhadap Proses Deputi Bidang Infrastruktur Informasi
Geospasial ........................................................................................................ 27
1.2.8. Dukungan SI terhadap Proses Sekretariat Utama ................................. 36
1.2.9. Dukungan SI terhadap Proses Inspektorat ............................................ 53
1.3. Teknologi Informasi .......................................................................................... 57
1.3.1. Analisis Kondisi Infrastruktur TI Saat ini ................................................ 57
1.3.2. Identifikasi kebutuhan Peningkatan Kapasitas ...................................... 63
1.4. Tata Kelola TI .................................................................................................... 64
1.4.1. Analisis Struktur Organisasi SI/TI Saat Ini .............................................. 64
1.4.2. Kebijakan dan Proses TIK Saat Ini ......................................................... 67
1.4.3. Mekanisme Relasional ......................................................................... 75
X
Bab 2. Analisis Strategi SI/TI Masa Depan .................................................................. 81
2.1. Arahan Strategis ............................................................................................. 811
2.1.1. Visi dan Rencana Strategis Organisasi................................................... 81
2.1.2. Analisis Kebutuhan Kompetensi TI........................................................ 86
2.2. Analisis Karakteristik Proses.............................................................................. 96
2.2.1. Karakteristik Proses Geospasial ............................................................ 96
2.2.2. Karakteristik Proses Non Geospasial ................................................... 103
2.3. Kebutuhan Kompetensi TI............................................................................... 108
Bab 3. Blueprint Sistem Informasi............................................................................. 112
3.1. Pendahuluan .................................................................................................. 112
3.2. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi...................................................................... 112
3.3. Arsitektur Sistem Informasi ............................................................................ 114
3.3.1. Arsitektur IG Terpadu ......................................................................... 114
3.3.2. Arsitektur Penghubung Simpul Jaringan ............................................. 118
3.3.3. Arsitektur Sistem Informasi BIG.......................................................... 120
3.3.4. Arsitektur E-Government (E-Gov) ....................................................... 122
3.4. Portofolio Sistem Informasi ............................................................................ 126
3.4.1. Sistem Informasi pada IG Terpadu ...................................................... 126
3.4.2. Sistem Informasi Pendukung Sekretariat Utama ............................... 1288
3.5. Pertukaran Data Geospasial ............................................................................ 143
3.5.1. Koordinasi Pertukaran Data Internal BIG ............................................ 143
3.5.2. Koordinasi Pertukaran Data BIG dan Simpul Jaringan ......................... 144
Bab 4. Blueprint Teknologi Informasi ........................................................................ 147
4.1. Pendahuluan .................................................................................................. 147
4.2. Prinsip-Prinsip Infrastruktur TI ........................................................................ 147
4.3. Portofolio Infrastruktur TI ............................................................................... 149
4.4. Teknologi Infrastruktur TI ............................................................................... 158
4.4.1. Layanan Integrasi ............................................................................... 158
4.4.2. Layanan Pengelolaan Data ................................................................. 160
4.4.3. Layanan Client ................................................................................... 161
XI
4.4.4. Layanan Distribusi .............................................................................. 161
4.4.5. Layanan Komunikasi........................................................................... 162
4.4.6. Layanan Server .................................................................................. 163
4.4.7. Layanan Multimedia .......................................................................... 164
4.4.8. Layanan Management Systems .......................................................... 165
4.4.9. Layanan Storage................................................................................. 166
4.4.10. Layanan Security .............................................................................. 167
4.4.11. Layanan Network ............................................................................. 168
4.4.12. Infrastruktur Fisik ............................................................................. 169
4.5. Arsitektur Infrastruktur TI ............................................................................... 170
4.5.1. Topologi Jaringan ............................................................................... 170
4.5.2. Arsitektur Keamanan ......................................................................... 172
4.5.3. Data Center........................................................................................ 174
4.5.4. Disaster Recovery Center ................................................................... 176
Bab 5. Blueprint Tata Kelola TI .................................................................................. 180
5.1. Pendahuluan .................................................................................................. 181
5.2. Prinsip-Prinsip Tata Kelola TI ........................................................................... 181
5.3. Struktur Organisasi Pengelola TI ..................................................................... 181
5.3.1. Manajemen Senior ............................................................................. 183
5.3.2. Struktur Fungsional TI sesuai Standard dan Best Practice ................... 183
5.4. Proses dan Kebijakan Tata Kelola TI ................................................................ 186
5.4.1. Kebutuhan Manajemen dan Pengelolaan TI ....................................... 186
5.4.2. Portofolio Pengelolaan TI ................................................................... 188
5.4.3. Kebutuhan Sertifikasi ......................................................................... 199
5.5. Mekanisme Relasional .................................................................................... 200
5.5.1. Kebutuhan Metode Pengambilan Keputusan Layanan TI BIG .............. 201
XII
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Aktivitas Utama dan Aktivitas Pendukung BIG (Value Chain) ............................... 3
Gambar 1.2 Pemetaan Unit BIG ke dalam Aktivitas Value Chain ............................................ 6
Gambar 1.3 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Utama PJKGG .......................... 10
Gambar 1.4 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Utama PPRT ............................ 13
Gambar 1.5 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Utama PPKLP .......................... 15
Gambar 1.6 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Utama PPBW........................... 17
Gambar 1.7 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Utama PPIT ............................. 21
Gambar 1.8 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama PTRA ................................... 24
Gambar 1.9 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama PPIG .................................... 29
Gambar 1.10 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama PSKIG ................................ 34
Gambar 1.11 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Bagian Perencanaan .............. 38
Gambar 1.12 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Bagian Kepegawaian dan
Organisasi ........................................................................................................................... 40
Gambar 1.13 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Bagian Hukum ....................... 42
Gambar 1.14 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Bagian Umum........................ 45
Gambar 1.15 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Bagian Keuangan ................... 47
Gambar 1.16 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Pusat Promosi dan Kerjasama 49
Gambar 1.17 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama Balai Pendidikan dan Pelatihan
Geospasial ........................................................................................................................... 51
Gambar 1.18 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama Pelayanan Jasa dan Produk
Geospasial ........................................................................................................................... 52
Gambar 1.19 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama Inspektorat ....................... 55
XIII
Gambar 1.20 Struktur Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial ........... 64
Gambar 1.21 Evaluasi Layanan dan Proses TI di BIG berdasarkan Cobit 4.1 .......................... 74
Gambar 2.1 Strategi Organisasi BIG ..................................................................................... 85
Gambar 2.2 Realisasi Sasaran Strategis Organisasi BIG......................................................... 85
Gambar 3.1 Arsitektur IG Terpadu ..................................................................................... 117
Gambar 3.2 Arsitektur Penghubung Simpul Jaringan ......................................................... 119
Gambar 3.3 Arsitektur SI BIG ............................................................................................ 121
Gambar 3.4 Arsitektur E-Government ............................................................................... 125
Gambar 3.5 Pertukaran Data Internal BIG .......................................................................... 143
Gambar 3.6 Pertukaran Data BIG dan K/L Lainnya ............................................................. 145
Gambar 4.1 Arsitektur Infrastruktur TI BIG ........................................................................ 158
Gambar 4.2 Topologi Jaringan BIG ..................................................................................... 171
Gambar 4.3 Topologi LAN BIG ........................................................................................... 171
Gambar 4.4 Arsitektur Keamanan ...................................................................................... 172
Gambar 4.5 Arsitektur DRC ................................................................................................ 179
Gambar 5.1 Rekomendasi Struktur Organisasi Pengelola TI ............................................... 185
Gambar 5.2 Arsitektur Tata Kelola TI ................................................................................. 189
XIV
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Pemetaan Aktivitas Value Chain dan Unit yang Terlibat .......................................... 4
Tabel 1.2 Kebutuhan dari PJKGG dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial ...... 10
Tabel 1.3 Kebutuhan dari PPRT dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial ........ 13
Tabel 1.4 Kebutuhan dari PPKLP dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial....... 16
Tabel 1.5 Kebutuhan dari PPBW dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial ....... 17
Tabel 1.6 Kebutuhan dari PPIT dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial ......... 21
Tabel 1.7 Kebutuhan dari PTRA dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial ........ 25
Tabel 1.8 Kebutuhan dari PPIG dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial ......... 29
Tabel 1.9 Kebutuhan dari PSKIG .......................................................................................... 35
Tabel 1.10 Kebutuhan dari Bagian Perencanaan .................................................................. 39
Tabel 1.11 Kebutuhan Bagian Kepegawaian dan Organisasi ................................................. 41
Tabel 1.12 Kebutuhan dari Bagian Hukum ........................................................................... 43
Tabel 1.13 Kebutuhan dari Bagian Umum ............................................................................ 45
Tabel 1.14 Kebutuhan dari Bagian Keuangan ....................................................................... 47
Tabel 1.15 Kebutuhan dari Pusat Promosi dan Kerjasama .................................................... 49
Tabel 1.16 Kebutuhan dari Balai Pendidikan dan Pelatihan Geospasial ................................ 51
Tabel 1.17 Kebutuhan dari Balai Pelayanan Jasa dan Produk Geospasial .............................. 53
Tabel 1.18 Kebutuhan dari Inspektorat ................................................................................ 55
Tabel 1.19 Analisis Kondisi Infrastruktur TI Saat Ini .............................................................. 57
Tabel 1.20 Kebijakan dan Prosedur yang Diterapkan BIG ..................................................... 67
Tabel 1.21 Evaluasi Proses dan Kebutuhan Artefak Pendukung Tata Kelola TI ...................... 69
XV
Tabel 1.22 Metode Pengambilan Keputusan SI/TI BIG Saat Ini ............................................. 80
Tabel 2.1 Identifikasi Sasaran Strategis TI ............................................................................ 86
Tabel 2.2 Identifikasi Sasaran Strategis TI (Lanjutan) ............................................................ 89
Tabel 2.3 Identifikasi Sasaran Strategis TI (Lanjutan) ............................................................ 91
Tabel 2.4 Identifikasi Kebutuhan Kompetensi TI .................................................................. 93
Tabel 2.5 Identifikasi Kebutuhan Kompetensi TI .................................................................. 97
Tabel 2.6 Pemetaan Kebutuhan Kompetensi TI .................................................................. 105
Tabel 2.7 Hasil Evaluasi Kebutuhan Kompetensi TI............................................................. 108
Tabel 3.1 Prinsip-Prinsip Pengadaan SI .............................................................................. 113
Tabel 3.2Penjelasan Dataflow Arsitektur E-Government .................................................... 122
Tabel 3.3 Ringkasan Portfolio Aplikasi................................................................................ 134
Tabel 4.1 Portofolio Infrastruktur TI .................................................................................. 149
Tabel 4.2 Prinsip Layanan Integrasi .................................................................................... 159
Tabel 4.3 Prinsip Layanan Pengelolaan Data ...................................................................... 160
Tabel 4.4 Prinsip Layanan Client ........................................................................................ 161
Tabel 4.5 Prinsip Layanan Distribusi ................................................................................... 161
Tabel 4.6 Prinsip Layanan Komunikasi ............................................................................... 162
Tabel 4.7 Prinsip Layanan Server ....................................................................................... 164
Tabel 4.8 Prinsip Layanan Multimedia ............................................................................... 165
Tabel 4.9 Prinsip Layanan Management Systems ............................................................... 165
Tabel 4.10 Prinsip Layanan Storage ................................................................................... 166
Tabel 4.11 Prinsip Layanan Pengamanan ........................................................................... 167
Tabel 4.12 Prinsip Layanan Network .................................................................................. 168
XVI
Tabel 4.13 Prinsip Infrastruktur Fisik .................................................................................. 169
Tabel 4.14 Layanan Keamanan .......................................................................................... 173
Tabel 5.1 Pemetaan Proses TI, Artefak TI, Cobit Process, dan Urgensi Implementasi .......... 186
1
Section 1: Assessment
Berisikan infomasi mengenai:
1. Analisis Kondisi Saat Ini
a. Proses Organisasi dan Sistem
Informasi
b. Teknologi Informasi
c. Tata Kelola TI
2. Analisis Strategi SI/TI Masa Depan
a. Arahan Strategis
b. Analsis Karakteristik Proses
c. Kebutuhan Kompetensi SI/TI
1
Bab 1. Analisis Kondisi Saat Ini
1.1. Pendahuluan
Bab ini menjabarkan proses-proses bisnis di lingkungan BIG. Selain memotret kondisi proses bisnis
saat ini, pada bagian ini juga menjelaskan permasalahan yang dihadapi oleh BIG dalam menjalankan
proses bisnisnya, beserta keinginan serta harapan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang
ada di lingkungan BIG. Hasil evaluasi ini disusun berdasarkan informasi yang didapatkan dari dokumen
Rencana Strategis BIG, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial, Peraturan
Presiden No 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta, Peraturan Kepala
(Perka BIG No. 3/2012 mengenai Organisasi dan Tata Kerja), dan hasil wawancara yang sudah
dilakukan dengan unit-unit BIG. Berdasarkan sumber tersebut akan diterjemahkan ke dalam strategi
penerapan teknologi informasi (TI) secara umum. Rumusan strategi dukungan TI kepada organisasi
inilah yang akan mendorong kinerja proses bisnis di seluruh fungsi organisasi. Pada akhirnya,
diharapkan proses bisnis yang ada di seluruh fungsi organisasi dapat lebih optimal melalui dukungan
teknologi informasi.
1
1.2. Proses Organisasi dan Sistem Informasi
1.2.1. Metode Value Chain
Dalam mengidentifikasi proses bisnis BIG, digunakan metode Value Chain yang dikembangkan oleh
Michael Porter. Value Chain merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menganalisis
keterkaitan nilai yang dihasilkan oleh aktivitas-aktivitas dalam sebuah organisasi dalam menghasilkan
produk atau memberikan layanan. Porter membagi aktivitas-aktivitas dalam organsasi menjadi dua
kategori, yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Aktivitas utama merupakan alur proses
prioritas dalam menghasilkan produk atau layanan, sedangkan aktivitas pendukung berisikan aktivitas
yang mendukung keberhasilan aktivitas utama.
Value Chain pada Bab ini menjelaskan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi aktivitas utama
dan aktivitas pendukung di organisasi BIG. Tujuan identifikasi aktivitas-aktivitas ini adalah untuk
mengetahui nilai yang dihasilkan aktivitas, keterkaitan/alur proses antar aktivitas, dan perpindahan
informasi antar aktivitas. Melalui pengidentifikasian ketiga faktor tersebut, maka dapat teridentifikasi
pula kelemahan, kerawanan, dan alur aktivitas yang belum efektif. Pengelolaan aktivitas dan
perencanaan nilai yang dihasilkan dapat membantu BIG untuk mencapai visinya yaitu menjadi
integrator penyelenggaraan informasi geospasial sebagai landasan pembangunan Indonesia.
1.2.2. Gambaran Value Chain
Bagian ini berisikan pengidentifikasian aktivitas yang ada di BIG, baik dalam penyelenggaraan
informasi geospasial maupun kegiatan operasional yang ada di BIG. Aktivitas yang memberikan
dampak positif dan langsung terhadap penyelenggaraan informasi geospasial akan ditempatkan pada
aktivitas utama secara berurutan (sekuensial). Sementara itu, aktivitas yang mendukung kegiatan
operasional BIG, serta aktivitas yang memberikan dampak tidak langsung terhadap penyelenggaraan
informasi geospasial, akan ditempatkan sebagai aktivitas pendukung. Tujuan dari pengidentifikasian
aktivitas ini adalah untuk menentukan aktivitas-aktivitas BIG dalam penyelenggaraan informasi
geospasial sebagai landasan pembangunan Indonesia. Detail dari pemetaan aktivitas ini dapat dilihat
pada Gambar 1.1.
Berdasarkan PP No. 9 tahun 2014 maka diketahui Aktivitas utama dalam penyelenggaraan informasi
geospasial yang dilakukan secara berurutan/sekuensial. Proses penyelenggaraan informasi geospasial
terdiri dari pengumpulan data geospasial, pengolahan data geospasial dan informasi geospasial dasar,
penyimpanan data geospasial dan informasi geospasial, pengamanan data geospasial dan informasi
2
geospasial, penyebarluasan data geospasial dan informasi geospasial, dan penggunaan informasi
geospasial.
Aktivitas pendukung yang telah teridentifikasi terdiri dari 11 aktivitas. Aktivitas pendukung ini
bertujuan untuk mendukung kesuksesan pelaksanaan aktivitas utama. terdiri dari perencanaan dan
anggaran; kepegawaian dan organisasi; hukum; umum; keuangan; pendidikan dan pelatihan;
pelayanan jasa dan produk geospasial; penelitian, promosi dan kerja sama; pengawasan internal; serta
teknologi informasi, dan standardisasi.
Aktivitas-aktivitas ini selanjutnya akan dievaluasi dari tiga sisi, yaitu aliran aktivitas, informasi yang
dihasilkan, dan sistem informasi yang telah digunakan. Selain itu, proses evaluasi juga meliputi
pengidentifikasian biro yang melakukan aktivitas, kendala, dan harapan. Kendala dan permasalahan
yang teridentifikasi, yang kemudian akan dijadikan dasar penentuan kebutuhan IT akan datang.
3
Gambar 1.1 Aktivitas Utama dan Aktivitas Pendukung BIG (Value Chain)
Men
jadi In
tegrator P
enyelen
ggaraan In
form
asi
Geo
spasial Seb
agai Land
asan P
emb
angu
nan
Ind
on
esia
Pengumpulan Data Geospasial
Penyimpanan dan Pengamanan Data dan Informasi Geospasial
Pengolahan Data dan Informasi Geospasial
Akt
ivit
as
Uta
ma
Akt
ivit
as
Pe
nd
uku
ng
Perencanaan dan Anggaran
Kepegawaian dan Organisasi
Hukum
Umum
Keuangan
Pendidikan dan Pelatihan
Pelayanan Jasa dan Produk Geospasial
Penelitian, Promosi dan Kerja Sama
Pengawasan Internal (Monitoring dan Evaluasi)
Teknologi Informasi
Penggunaan Informasi Geospasial
Standardisasi
Penyebarluasan Data dan Informasi Geospasial
4
1.2.3. Pemetaan Value Chain Terhadap Unit Organisasi di BIG
Pada bagian ini dilakukan pemetaan antara aktivitas value chain yang telah teridentifikasi dengan unit
organisasi di BIG. Tujuan dari pemetaan ini adalah untuk mengidentifikasi unit yang terlibat dalam
menjalankan dan aktivitas tertentu dan mensukseskan penyelenggaraan informasi geospasial di BIG.
Pemetaan unit disesuaikan dengan Perpres No. 9 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan
Kebijakan Satu Peta (KSP), Perpres No. 94 Tahun 2011 tentang Badan Informasi Geospasial, dan
Perpres No. 27 Tahun 2014 tentang Jaringan Informasi Geospasial. Detail dari pemetaan aktivitas dan
unit dapat dilihat pada Tabel 1.1 .
Tabel 1.1 Pemetaan Aktivitas Value Chain dan Unit yang Terlibat
No Aktivitas Value Chain Status Aktivitas Unit yang Terlibat
1 Pengumpulan Data Geospasial
Aktivitas Utama Deputi bidang Informasi
Geospasial Dasar (IGD), Deputi
bidang Informasi Geospasial
Tematik (IGT)
2 Pengolahan Data Geospasial
dan Informasi Geospasial
Aktivitas Utama Deputi bidang IGD, Deputi bidang
IGT
3 Penyimpanan dan Pengamanan Data Geospasial dan Informasi Geospasial
Aktivitas Utama Deputi bidang IGD, Deputi bidang
IGT, Deputi bidang Infrastruktur
Informasi Geospasial (IIG)
5 Penyebarluasan Data Geospasial dan Informasi Geospasial
Aktivitas Utama Deputi bidang IIG
6 Penggunaan Informasi Geospasial Dasar dan Tematik
Aktivitas Utama Deputi bidang IGD, Deputi bidang
IGT, Deputi bidang IIG
7 Perencanaan dan Anggaran
Aktivitas Pendukung Deputi bidang IGD, Deputi bidang
IGT, Deputi bidang IIG
8 Kepegawaian dan Organisasi
Aktivitas Pendukung Bagian Kepegawaian
9 Hukum
Aktivitas Pendukung Bagian Hukum
5
No Aktivitas Value Chain Status Aktivitas Unit yang Terlibat
10 Umum
Aktivitas Pendukung Bagian Umum
11 Keuangan
Aktivitas Pendukung Bagian Keuangan
12 Pendidikan dan Pelatihan
Aktivitas Pendukung Balai DIklat
13 Pelayanan Jasa dan Produk Geospasial
Aktivitas Pendukung Balai Yanjasduk
14 Penelitian, Promosi dan Kerja Sama
Aktivitas Pendukung Balai Penelitian, Promosi dan Kerja
Sama
15 Pengawasan Internal (Monitoring dan Evaluasi)
Aktivitas Pendukung Inspektorat
16 Teknologi Informasi
Aktivitas Utama Pusat Pengelolaan dan
Penyebarluasan Informasi
Geospasial (PPIG)
17 Standardisasi
Aktivitas Pendukung Pusat Standardisasi dan
Kelembagaan dan Informasi
Geospasial (PSKIG)
6
Men
jadi In
tegrator P
enyelen
ggaraan In
form
asi G
eosp
asial Sebagai Lan
dasan
Pem
ban
gun
an
Ind
on
esia
Pengumpulan Data Geospasial
Penyimpanan dan Pengamanan Data dan Informasi Geospasial
Pengolahan Data dan Informasi Geospasial
Penggunaan Informasi Geospasial
Penyebarluasan Data dan Informasi Geospasial
Akt
ivit
as
Uta
ma
Akt
ivit
as
Pe
nd
uku
ng
Perencanaan dan Anggaran
Kepegawaian dan Organisasi
Hukum
Umum
Keuangan
Pendidikan dan Pelatihan
Pelayanan Jasa dan Produk Geospasial
Penelitian, Promosi dan Kerja Sama
Pengawasan Internal (Monitoring dan Evaluasi)
Teknologi Informasi
PER IGD IGT
PEG
HUK
UM
KEU
DIK
YAS
PPKS
INSP
PPIG
IGD IGT IGD IGT
Standardisasi
Gambar 1.2 Pemetaan Unit BIG ke dalam Aktivitas Value Chain
PSKIG
IGD IGT IIG IIG IGD IGT IIG
Legenda
IGT
IIG
PER
PEG
HUK
UM
KEU
DIK
YAS
PPKS
INSP
PPIG
PSKIG
: Dep. Bid. IG Dasar
: Dep. Bid. IG Tematik
: Dep. Bid. Infrastruktur IG
: Bag. Perencanaan
: Bag. Kepegawaian
: Bag. Hukum
: Bag. Umum
: Bag. Keuangan
: Bal. Pendidikan
dan Pelatihan
: Bal. Yanjasduk
: Inspektorat
: Pus. Pengelolaan
dan Penyebarluasan IG
: Pus. Standardisasi,dan
Kelembagaan IG
: Pus. Penelitian, Promosi
dan Kerjasama
IIG
IGD
7
Hasil dari pemetaan antara aktivitas value chain dan unit yang terlibat dapat dilihat pada Gambar 1.2
. Gambar tersebut menunjukan bahwa aktivitas-aktivitas value chain telah ditambahkan informasi
unit-unit yang terlibat pada aktivitas tersebut. Dengan menimbang efisiensi penamaan unit, maka
penamaan biro ditambahkan dalam bentuk nama inisial per-unit.
1.2.4. Aktivitas Value Chain
A. Aktivitas Utama
Penyelenggaraan informasi geospasial terpadu merupakan aktivitas utama dari pusat teknis, yaitu
Deputi Bidang IGD, Deputi Bidang IGT, Deputi Bidang IIG dan juga simpul jaringan, yang kemudian juga
didukung oleh unit pendukung lainya. Pada bagian ini akan diuraikan secara singkat mengenai masing-
masing alur proses (workflow) dari penyelenggaraan Informasi Geospasial Terpadu BIG yang meliputi
proses dari pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan pengamanan, penyebarluasan, dan
penggunaan data dan informasi geospasial.
1. Pengumpulan Data Geospasial
Pengumpulan dilakukan oleh masing-masing pusat teknis sesuai dengan DG yang menjadi tupoksi
masing-masing. Pengumpulan data geospasial terdiri atas data geospasial dasar dan data geospasial
tematik. Pengumpulan data geospasial tematik dilakukan dengan survei dengan menggunakan
instrumen ukur dan/atau rekam, yang dilakukan di darat, pada wahana air, pada wahana udara,
dan/atau pada wahana angkasa.
Pengumpulan data geospasial dapat dilakukan dengan kerjasama antar penyelenggara informasi
geospasial. Data geospasial yang dihasilkan melalui kerjasama dalam pengumpulan data geospasial
dimasukkan dalam katalog informasi geospasial nasional.
2. Pengolahan Data dan Informasi Geospasial
Pengolahan data geospasial dan informasi geospasial merupakan proses atau cara mengolah data
geospasial dan informasi geospasial. Pengolahan tersebut harus dilakukan di dalam negeri. Dalam hal
tertentu, pengolahan data geospasial dan informasi geospasial dapat dilakukan di luar negeri apabila
sumber daya manusia dan/atau peralatan yang dibutuhkan belum tersedia di dalam negeri.
8
3. Penyimpanan dan Pengamanan Data dan Informasi Geospasial
Penyimpanan dan pengamanan merupakan cara menempatkan data geospasial dan informasi
geospasial pada tempat yang aman dan tidak rusak atau hilang untuk menjamin ketersediaan IG.
Penyimpanan dan pengamanan data geospasial dan informasi geospasial dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Penyebarluasan Data dan Informasi Geospasial
Penyebarluasan data geospasial dan informasi geospasial merupakan kegiatan pemberian akses,
pendistribusian, dan pertukaran data geospasial dan informasi geospasial yang dapat dilakukan
dengan media elektronik dan media cetak.
5. Penggunaan Informasi Geospasial
Penggunaan informasi geospasial merupakan kegiatan untuk memperoleh manfaat baik langsung
maupun tidak langsung. Penggunaan informasi geospasial dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Alur proses penggunaan IG menggambarkan lalu lintas informasi yang digunakan oleh masing-masing
pusat teknis baik informasi geospasial (IG) dari pusat itu sendiri atau yang bersumber dari pusat yang
lain. Informasi geospasial yang digunakan oleh pusat bersangkutan dan merupakan informasi
geospasial hasil dari pengolahan pusat bersangkutan dapat diakses melalui direct connection ke
database production. Untuk yang berbasis file, langsung diberikan hak akses ke storage BIG.
B. Aktivitas Pendukung
Dalam penyelenggaraan informasi geospasial terpadu, BIG dibantu oleh beberapa fungsi pendukung
yang dinaungi oleh Sekretariat Utama dan Inspektorat. Sekretariat Utama mempunyai tugas
mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap program, administrasi, dan
sumber daya di lingkungan BIG. Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan internal di
lingkungan BIG.
1.2.5. Dukungan SI terhadap Proses Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar
Sesuai dengan Perka No. 3 tahun 2012 mengenai Organisasi dan Tata Kerja, Deputi Bidang Informasi
Geospasial Dasar mempunyai tugas merumuskan, melaksanakan, dan mengendalikan kebijakan teknis
di bidang informasi geospasial dasar. Berdasarkan hasil pendefinisian value chain BIG, proses bisnis
utama dari Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar adalah melakukan pengumpulan, pengolahan,
9
penyimpanan, pemutakhiran, dan penggunaan informasi geospasial dasar. Informasi geospasial dasar
yang dimaksud meliputi IGD jaring kontrol geodesi dan geodinamika, pemetaan rupabumi dan
toponim, pemetaan kelautan dan lingkungan pantai, serta pemetaan batas wilayah. Berdasarkan
fungsi utama tersebut, Kedeputian Bidang IG Dasar ini dibagi menjadi empat pusat, yaitu Pusat Jaring
Kontrol Geodesi dan Geodinamika, Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai, Pusat Pemetaan
Rupabumi dan Toponim, dan Pusat Pemetaan Batas Wilayah.
A. Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika
Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika (JKGG) memiliki fungsi bisnis utama dalam hal
pengumpulan, pengolahan, pengelolaan, penyebarluasan dan penggunaan IGD jaring kontrol geodesi
dan geodinamika. Dalam menjalankan fungsi bisnisnya pusat ini terdiri dari tiga bidang, yaitu:
1. Bidang Jaring Kontrol Vertikal dan Horisontal
2. Bidang Jaring Kontrol Gaya Berat dan Pasang Surut
3. Bidang Geodinamika
Dimana masing-masing bidang tersebut menjalankan fungsi bisnisnya sesuai dengan bidangnya.
Informasi geospasial dasar yang ada pada pusat ini meliputi hasil survei yang berisi informasi kerangka
jaring kontrol vertikal, informasi kerangka jaring kontrol horisontal, informasi pasang surut, informasi
medan gaya berat, dan informasi geodinamika.
PJKGG memiliki fungsi untuk menyediakan referensi berupa titik-titik kontrol bagi pusat teknis lainnya.
Pusat ini mengelola data-data CORS, ASCII, dan lainnya yang dikumpulkan dengan menggunakan
aplikasi GNSS Spider. Hasil olahan dari data tersebut berupa baseline, time series koordinat, velocity,
konstanta harmonik, prediksi pasut, dan datum pasut. Selanjutnya, penggunaan dan penyebarluasan
dari informasi geospasial dari PJKGG dilakukan dengan memanfaatkan database PDPJKGG untuk
internal BIG dan juga melalui web service (SRGI, TIDES, INACORS, PASUTINFO) untuk eksternal BIG.
Beberapa data yang diolah di PJKGG yaitu data GNSS dengan pengolahan datanya menggunakan
software GAMIT, Grafnav, GrafNet, Leica Infinity, TEQC, dan GMT. Selanjutnya adalah data pasang
surut dengan pengolahan datanya menggunakan software TOGA dan Calendar. Berikutnya adalah
data gaya berat dengan pengolahan datanya menggunakan software Gravsoft dan NCTU.
Ilustrasi dukungan teknologi informasi dalam aktivitas utama PJKGG dijelaskan pada Gambar 1.3 .
10
Berdasarkan hasil evaluasi aktivitas penyelenggaran informasi geospasial, diketahui terdapat
beberapa kebutuhan dari Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika (PJKGG) ini. Beberapa
kebutuhan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.2 .
Tabel 1.2 Kebutuhan dari PJKGG dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pengumpulan Aplikasi PDPJKGG versi mobile untuk dapat
meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses
pengumpulan data.
Mempermudah akses aplikasi
PDPJKGG dengan perangkat
mobile sehingga mempercepat
proses pembuatan IGD yang
dilakukan oleh PJKGG.
Pengolahan Sistem yang dapat membantu PJKGG untuk
melakukan quality control dan quality
assurance dari data dan informasi geospasial
yang diharapkan.
Kualitas data dan informasi
yang dihasilkan belum dapat
terjamin kualitasnya.
Penyimpanan Standar pengelolaan data dan informasi yang
mengacu pada standar Katalog Unsur
Geografi Indonesia (KUGI).
Kurang efektif dan efisien
dalam proses pengelolaan
(penyimpanan, pembaharuan,
dan integrasi data dan
informasi.
Pengumpulan Penyimpanan dan pengamanan
Pengolahan
Penggunaan
Penyebarluasan
Database & Web service,
File Sharing
GNSS Spider,
Sensor Pasang Surut,
PDPJKGG,
MGPSDB
GNSS Spider, Software
pengolah data GNSS, Pasang
Surut, dan Gayaberat
GNSS Spider,
MGPSDB,
PDPJKGG,
Basisdata Gayaberat,
GIS desktop
File Sharing
Web Service: SRGI, GNSS Spider, Tides & Pasut Info,
File Sharing
Gambar 1.3 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Utama PJKGG
11
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Penyebarluasan Adanya kebutuhan akan sistem informasi
untuk mengelola dan mempublikasikan data
pergerakan lempeng tektonik di Indonesia.
Mempermudah publikasi data
terkait pergerakan lempeng
tektonik di Indonesia.
Penyebarluasan Dibutuhkan pengintegrasian sistem yang
sudah dimiliki oleh PJKGG dengan sistem
penyebarluasan yang ada di PPIG.
Mempermudah dan
mempercepat proses
penyebarluasan IG.
Penyimpanan Dibutuhkan pengembangan metadata untuk
PJKGG dimana PJKGG menggunakan standar
internasional.
Kualitas IG yang dihasilkan
akan meningkat.
B. Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim
Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PRT) memiliki fungsi bisnis utama dalam hal pengumpulan,
pengolahan, pengelolaan, penyebarluasan dan penggunaan IGD bidang pemetaan rupabumi skala
kecil dan menengah, pemetaan rupabumi skala besar, dan toponim. Dalam menjalankan fungsi
bisnisnya pusat ini terdiri dari tiga bidang, yaitu:
1. Bidang Pemetaan Rupabumi Skala Kecil dan Menengah,
2. Bidang Pemetaan Rupabumi Skala Besar,
3. Bidang Toponim.
Dimana masing-masing bidang tersebut menjalankan fungsi bisnisnya sesuai dengan bidangnya.
Informasi geospasial dasar yang ada pada pusat ini meliputi peta rupabumi Indonesia, foto udara, citra
satelit yang sudah ditegakkan.
PPRT memiliki fungsi untuk menyediakan referensi berupa nama-nama rupabumi dan toponomi bagi
pusat teknis lainnya. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survei kelengkapan lapangan (SKL)
dan melakukan verifikasi nama rupabumi dari peta-peta ke local people. Proses survei pengumpulan
data dibantu oleh aplikasi Excel untuk selanjutnya dilakukan verifikasi dan validasi. Selain itu, proses
validasi dan verifikasi juga dilakukan dengan bantuan panitia pembakuan nama rupabumi (PPNR).
Dalam melakukan proses pengumpulan data, PPRT dibantu oleh pihak ketiga, baik untuk pemetaan
skala menegah besar maupun skala kecil. Selanjutnya, data yang diperoleh diolah dengan
12
menggunakan sistem informasi manajemen produksi (salah satunya GIS Desktop). Data yang ada di
PPRT disimpan dengan menggunakan mekanisme folder sharing. Aplikasi lain yang digunakan untuk
mendukung aktivitas PPRT diantaranya Aplikasi Tera Solid, Aplikasi PF (Pixel Factory), aplikasi Inpho,
aplikasi Global Mapper, macromedia freehand, aplikasi Metadata (belum diterapkan).
Proses pembaharuan data geospasial yang dikumpulkan dilakukan setahun sekali sesuai dengan
standar KUGI, sedangkan untuk skema KUGI itu sendri akan diperbarui 2 tahun sekali. Ilustrasi
dukungan teknologi informasi dalam aktivitas utama PPRT dijelaskan pada Gambar 1.4 .
13
Berdasarkan hasil evaluasi aktivitas penyelenggaran informasi geospasial, diketahui terdapat
beberapa kebutuhan dari Pusat Pemetaan Rupabumi dan Toponim (PPRT). Beberapa
kebutuhantersebut dapat dilihat pada Tabel 1.3 .
Tabel 1.3 Kebutuhan dari PPRT dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pengumpulan Diperlukan penyederhanaan verifikasi
yang berlapis dari kabupaten ke kota
dan provinsi yang pada akhirnya
berujung ke BIG (PPRT).
Mempercepat proses pengumpulan
data tanpa mengurangi kualitas
data yang dikumpulkan
Pengolahan dan
pengumpulan
Penyeragaman standar yang digunakan
oleh PPRT dalam penyelenggaraan
informasi geospasial mengacu pada
KUGI.
Interoperabilitas dan Kualitas data
dan informasi yang dihasilkan dapat
terjamin.
Penggunaan DIbutuhkan sistem informasi yang dapat
mendukung fungsi berbagi pakai untuk
internal PPRT maupun dengan pusat
lainnya.
Mempercepat sharing file antar
pusat teknis dalam proses
pemetaan.
Lain-lain Dibutuhkan sistem informasi untuk
mengelola beban kerja staf PPRT.
Adanya tupoksi yang jelas terkait
siapa yang bertanggungjawab dalam
pengelolaan TI di PPRT.
Meningkatkan kemampuan
operasional dari PPRT.
Pengumpulan Penyimpanan
Penggunaan
RS, GIS, GPS Software
SI Sakti
File Sharing RS, GIS, GPS
Software
File Sharing
SI Kartografi
GIS Software
File Sharing
Gambar 1.4 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Utama PPRT
14
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Dibutuhkan sistem informasi yang
dapat mendukung fungsi user
management untuk mengelola
permintaan dan hak akses user ke
sistem berbagi pakaisehingga proses
untuk memperoleh hak akses GIS
Desktop tidak memakan waktu lama.
DIbutuhkan sistem informasi yang
dapat mendukung aktivitas surat-
menyurat di PPRT.
Kebutuhan penanganan kendala
teknis server untuk aplikasi kartografi
sehingga aplikasi tersebut dapat
diimplementasikan.
Diperlukan tambahan beberapa
infrastruktur pendukung seperti
kabel dan port Wifi untuk
mendukung kegiatan operasional di
PPRT.
C. Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai
Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai (PKLP) memiliki fungsi bisnis utama dalam hal
pengumpulan, pengolahan, pengelolaan, penyebarluasan dan penggunaan IGD bidang pemetaan
kelautan dan lingkungan pantai. Dalam menjalankan fungsi bisnisnya pusat ini terdiri dari dua bidang,
yaitu:
1. Bidang Pemetaan Kelautan, dimana IG dari bidang ini adalah Peta Lingkungan Laut Nasional
(LLN).
2. Bidang Pemetaan Lingkungan Pantai, dimana IG dari bidang ini adalah Peta Lingkungan Pantai
Indonesia (LPI).
Dimana masing-masing bidang tersebut menjalankan fungsi bisnisnya sesuai dengan bidangnya.
Informasi geospasial dasar yang ada pada pusat ini meliputi data hasil survei hidrografi, citra satelit,
dan peta analog.
15
Dalam melaksanakan tugas pemetaan lingkungan pantai, PPKLP bekerja sama dengan berbagai pihak
yang melakukan pemetaan pada lokus (titik atau posisi) yang berbeda. Untuk itu diperlukan suatu
mekanisme agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan pemetaan diantara beragam pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan tugas tersebut. Hal ini dilakukan dengan membuat suatu repository data kegiatan
pemetaan agar posisi pemetaan data yang telah dilakukan terdata melalui sistem yang dinamakan
Batimetri yang menjadi suatu sarana untuk melakukan sharing data dimana masing-masing data
dibagi tanpa menghilangkan kepemilikan data. Dengan pendekatan ini seluruh data di Indonesia dapat
tergambar. Selain mekanisme diatas, diperlukan juga adanya mekanisme standardisasi data pemetaan
agar hasil kegiatan agar peta dapat dimanfaatkan oleh stakeholder lainnya.
Saat ini koordinasi untuk sinkronisasi data pemetaan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
konfirmasi secara adhoc, dengan hubungan yang sejajar diantara pihak yang terlibat baik itu PKLP
dengan instansi lain seperti angkatan laut, P3GL, LIPI, BPPT, Bappenas maupun instansi lainnya. Untuk
saat ini, belum ada mekanisme formal untuk melakukan koordinasi secara hirarkis, sehingga masing-
masing pihak dianggap sudah saling mengetahui kebutuhan masing-masing secara tupoksi. Selain itu,
konfirmasi dilakukan jika ada standar yang belum dipenuhi oleh masing-masing pihak. Mekanisme ini
menjadi pendekatan yang paling memungkinkan mengingat masing-masing instansi memiliki rantai
perintah yang berbeda satu sama lainnya.
Dari perspektif internal BIG, data yang dimiliki oleh PPKLP di-share ke unit lainnya di BIG dengan
menggunakan sharing folder agar dapat diakses oleh pusat-pusat lainnya. selanjutnya data hasil
pemetaan akan ditaruh kedalam sharing folder untuk dikonsumsi oleh pihak-pihak di lingkungan
internal BIG, termasuk untuk keperluan quality control dan quality assurance. Proses QC dan QA
dilakukan dengan menggunakan aplikasi GIS Desktop sebelum dimasukkan kedalam database
terpusat. Kegiatan Quality assurance dan evaluasi ini dilakukan bersama dengan tim PPIG. Ilustrasi
dukungan teknologi informasi dalam aktivitas utama PPKLP dijelaskan pada Gambar 1.5 .
Gambar 1.5 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Utama PPKLP
Pengumpulan Penyimpanan
Pengolahan
Penggunaan
File Sharing RS, GIS, GPS Software
File Sharing
GIS Software
File Sharing
RS, GIS, GPS Software
16
Berdasarkan hasil evaluasi aktivitas penyelenggaran informasi geospasial, diketahui terdapat
beberapa kebutuhan dari Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai (PPKLP). Beberapa
kebutuhantersebut dapat dilihat pada Tabel 1.4 .
Tabel 1.4 Kebutuhan dari PPKLP dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pengolahan dan
Penyimpanan
Penghapusan duplikasi data maupun
overlapping berkaitan dengan
penyediaan data pemetaan maupun
batimetri.
Dibutuhkan sistem yang dapat
membantu PPKLP untuk melakukan
quality control dan quality
assurance.
Kualitas data dan informasi yang
dihasilkan dapat terjamin
kualitasnya.
Lain-lain Adanya proses migrasi data yang
berkaitan dengan data Batimetri
dan berdampak pada belum
optimalnya penggunaan aplikasi
Batimetri tersebut.
Diperlukan pranata komputer yang
ditugaskan di PKLP dan memiliki
kompetensi terkait standardisasi
data dan proses administrasi.
Pemanfaatan kembali portal
batimetri nasional dengan
sinkronisasi dan update data-data
yang dimiliki oleh masing-masing
K/L.
Mempermudah operasional dan
proses pemetaan yang dilakukan
oleh PKLP.
D. Pusat Pemetaan Batas Wilayah
Pusat Pemetaan Batas Wilayah (PBW) memiliki fungsi bisnis utama dalam hal pengumpulan,
pengolahan, pengelolaan, penyebarluasan, dan penggunaan IGD bidang pemetaan batas wilayah.
Dalam menjalankan fungsi bisnisnya pusat ini terdiri dari dua bidang, yaitu:
17
1. Bidang Pemetaan Batas Negara.
2. Bidang Pemetaan Batas Wilayah Administrasi.
Dimana masing-masing bidang tersebut menjalankan fungsi bisnisnya sesuai dengan bidangnya.
Informasi geospasial dasar yang ada pada pusat ini meliputi data hasil pengukuran batas wilayah,
batas negara, dan juga data pendukung lainnya.
Proses pengumpulan di pusat pemetaan batas wilayah dilakukan melalui (1) kajian dokumen yang
memuat data peta spasial dan non-spasial, (2) survei koordinat GPS terkait batas wilayah administratif
dan negara. Selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan menggunakan aplikasi scientific untuk
menghasilkan nilai yang akurat. Selain itu, dalam pembuatan peta geospasial batas wilayah dan
plotting titik-titik GPS pada peta menggunakan aplikasi GIS Desktop. Data yang diolah kemudian
disimpan dalam bentuk file geodatabase yang nantinya akan dilakukan pemutahkiran data dalam
jangka waktu tertentu. Data dan informasi geospasial yang dihasilkan kemudian disebarluaskan dan
digunakan baik oleh pusat teknis lainnya, maupun pihak eksternal (kementerian dan lembaga lainnya).
Bidang Pemetaan Batas Wilayah Administrasi bekerja sama dengan Kemendagri, beserta kabupaten,
kota, dan provinsi untuk melaksanakan aktivitas penelitian dokumen, pelacakan batas wilayah,
pengukuran dan penentuan posisi batas, dan pembuatan peta batas. Akan tetapi, dalam hal ini, BIG
hanya dilibatkan dalam proses pembuatan peta batas wilayah saja, sedangkan aktivitas teknis lainnya
dilaksanakan oleh Kemendagri. Di lain pihak, aktivitas yang dilakukan oleh Bidang Pemetaan Batas
Negara lebih kepada pemasangan pilar batas wilayah dan melakukan mapping titik-titik batas wilayah.
Dalam melakukan pemetaan batas wilayah, PPBW juga mengacu pada garis pantai yang diberikan oleh
PPKLP (Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai).Ilustrasi dukungan teknologi informasi
dalam aktivitas utama PPBW dijelaskan padaGambar 1.6 .
Berdasarkan hasil evaluasi aktivitas penyelenggaran informasi geospasial, diketahui terdapat
beberapa kebutuhan dari Pusat Pemetaan Batas Wilayah (PPBW). Beberapa kebutuhan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1.5 .
Tabel 1.5 Kebutuhan dari PPBW dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial
Pengumpulan Penyimpanan
Pengolahan
Penggunaan
File Sharing
GIS Desktop, Autocad, Starnet
& File Sharing
GIS Desktop, Autocad, Starnet
& File Sharing RS, GIS, GPS Software
Gambar 1.6 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Utama PPBW
18
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pengumpulan PPBW membutuhkan sistem informasi yang
dapat membantu proses pengumpulan data
terkait penegasan batas wilayah. Hal ini
dikarenakan data dan informasi yang
dipertukarkan antar-personel atau antar tim
seringkali tidak akurat.
Meningkatkan akurasi pertukaran
data dan informasi pada proses
penegasan batas wilayah.
Pengolahan PPBW membutuhkan sistem informasi yang
dapat membantu proses pengolahan dan
pembuatan peta daerah otonom baru.
Mempercepat pembuatan peta
daerah otonom baru untuk
keperluan pemekaran daerah.
Penyimpanan PPBW membutuhkan sistem informasi yang
dapat mengelola tema batas wilayah (akan
dikembangkan di tahun 2017)
Mempermudah pengelolaan tema
batas wilayah.
Lain-lain Terkait daerah otonom baru, diperlukan
peraturan untuk pembuatan peta daerah
otonom baru (di ranah internal BIG). Hal ini
sesuai dengan UU No. 23 tahun 2014
bahwa syarat pemekaran daerah harus
terdapat peta daerah otonom baru.
Dibutuhkan tambahan kapasitas server dan
tempat penyimpanan (storage) mengingat
kapasitas keduanya saat ini telah penuh
untuk menyimpan data-data untuk PPBW.
Sebagai payung hukum dan
mempermudah operasional dari
PPBW.
1.2.6. Dukungan SI terhadap Proses Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik
Sesuai dengan Perka BIG No. 3/2012, Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik mempunyai tugas
merumuskan, melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang informasi
geospasial tematik. Berdasarkan hasil pendefinisian value chain BIG, proses organisasi utama dari
Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik adalah melakukan pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan, pengintegrasian, dan penggunaan informasi geospasial tematik. Dalam melaksanakan
tugasnya, Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik terbagi menjadi 2 pusat, yaitu:
1. Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik; dan
19
2. Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas.
Berbeda dengan Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar yang menyelenggarakan informasi
geospasial dasar, Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik tidak menyelenggarakan informasi
geospasial tematik kecuali jika informasi tersebut belum dimiliki oleh K/L lain. Kedeputian ini lebih
banyak bertugas dalam mengolah dan mengkompilasi informasi spasial, baik dari BIG maupun K/L
lainnya untuk menghasilkan suatu peta dengan tema tertentu.
A. Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik
Berdasarkan Perka BIG No. 3/2012, Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik (PPIT) mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan rencana dan program, perumusan dan pengendalian kebijakan
teknis, pengintegrasian informasi geospasial tematik, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan
penggunaan informasi geospasial tematik yang belum diselenggarakan selain BIG, serta penyiapan
pelaksanaan penelitian dan pengembangan, dan pelaksanaan kerja sama teknis di bidang pemetaan
dan integrasi tematik, dan pengelolaan Laboratorium Geospasial Sumber Daya Pesisir. Kegiatan pada
Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik meliputi pengumpulan, pengolahan, penyimpanan,
pengintegrasian, pemutakhiran, dan penggunaan. Dalam melaksanakan tugasnya pusat ini terbagi
menjadi 3 bidang, yaitu:
1. Bidang Pemetaan dan Integrasi Tematik Darat;
2. Bidang Pemetaan dan Integrasi Tematik Laut;
3. Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim.
Masing-masing bidang tersebut menjalankan fungsi organisasinya sesuai dengan bidangnya. PPIT
memiliki fungsi umum mengintegrasikan informasi geospasial tematik yang diselenggarakan oleh K/L
terkait tematik darat, tematik laut maupun terkait kebencanaan dan perubahan iklim. Data-data yang
dihasilkan oleh K/L terkait geospasial akan diubah menjadi informasi yang berarti dan di verifikasi
dengan peta dasarnya. Hasil dari pekerjaan yang dilakukan pada Pusat Pemetaan dan Integrasi
Tematik adalah peta penutup lahan, peta sistem lahan, peta rawan bencana, peta neraca SDA darat,
peta neraca SDA laut, peta habitat laut dangkal, peta terumbu karang, dan peta pulau-pulau kecil.
Adapun detail dari proses organisasi pada Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik adalah sebagai
berikut:
Kegiatan pada PPIT dimulai dengan pengumpulan. Kegiatan pengumpulan data umumnya dilakukan
dengan mengumpulkan data sekunder dari pusat dan/atau K/L lain berupa data mentah dan data citra
berdasarkan tema yang akan dikerjakan. namun jika ada suatu data geospasial yang tidak dibuat oleh
K/L lain maka dilakukan juga pengumpulan data mentah dengan survei GPS dan pengumpulan data
20
citra melalui satelit. Aplikasi lainnya yang digunakan dalam kegiatan ini adalah aplikasi GIS Desktop
untuk membantu pengaturan dan pemantauan alur kerja operasional GIS. Selain itu terdapat juga
portal onemap untuk pengumpulan dan verifikasi.
Kegiatan selanjutnya adalah pengolahan. Data-data yang telah dikumpulkan dari pusat dan/atau K/L
lain kemudian dilakukan pengolahan dengan melakukan sinkronisasi, verifikasi dari data yang ada dan
melakukan overlay atas semua data yang dikumpulkan tersebut lalu di-reinterpretasi dengan
menggunakan aplikasi remote-sensing. Kegiatan reinterpretasi ini dapat berulang hingga dicapai suatu
kesepakatan oleh semua kelompok kerja dari tematik tersebut. Aplikasi lainnya yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah aplikasi GIS Desktop untuk membantu pengaturan dan pemantauan alur kerja
operasional GIS.
Kegiatan selanjutnya adalah penyimpanan. Hasil dari dari reinterpretasi akhir, data reinterpretasi
awal, data hasil uji lapangan, hasil analisis, dan arsip data lapangan kemudian akan disimpan baik
dalam bentuk geodatabase maupun file-base. Penyimpanan tersebut menggunakan storage yang
memiliki log sehingga mengetahui siapa saja yang melakukan penyimpanan dan saat ini storage
tersebut dikelola oleh Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial (PPIG). Aplikasi
yang digunakan dalam kegiatan ini adalah aplikasi GIS Desktop untuk membantu pengaturan dan
pemantauan alur kerja operasional GIS. Setelah dilakukan penyimpanan, selanjutnya adalah
pengintegrasian. Data hasil akhir dari reinterpretasi yang telah disetujui oleh semua kelompok kerja
dari tematik tersebut kemudian diintegrasikan pada data-data spasial dasar (seperti RBI, tata ruang,
batas wilayah, dsb) dan tematik lainnya yang dianggap perlu untuk diintegrasikan. Setelah dilakukan
pengintegrasian, selanjutnya adalah pemutakhiran. Pemutakhiran dilakukan khusus pada IG tematik
yang belum diselenggarakan oleh lembaga lain selain BIG. Kegiatan ini mencakup pengumpulan,
pengolahan, dan penyimpanan. Aplikasi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah aplikasi GIS
Desktop untuk membantu pengaturan dan pemantauan alur kerja operasional GIS.
Kegiatan selanjutnya adalah penggunaan. Kegiatan penggunaan IG merupakan kegiatan untuk
memperoleh manfaat baik langsung maupun tidak langsung. Terdapat portal onemap, SI Desa, dan
dashboard kebencanaan dalam penggunaan IG di pusat ini.
Berikut adalah ilustrasi dari dukungan sistem informasi pada aktivitas utama dari Pusat Pemetaan dan
Integrasi Tematik yang dijelaskan pada Gambar 1.7
Pengumpulan Penyimpanan
Pengolahan
GIS Software
File Sharing
Penggunaan
Portal Onemap
SI Desa
Dashboard Kebencanaan
File Sharing
RS, GIS, GPS Software
Portal Onemap
RS, GIS, GPS Software
File Sharing
21
Berdasarkan hasil assessment mengenai alur kegiatan di PPIT saat ini, diketahui beberapa
kebutuhanuntuk kegiatan selanjutnya ditampilkan pada Tabel 1.6.
Tabel 1.6 Kebutuhan dari PPIT dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pengolahan Dibutuhkan akses online atas file geospasial
langsung dari database produksi dengan
meningkatkan kualitas koneksi infrastruktur
sehingga tidak lagi dilaksanakan secara model
disconnect dengan manual melalui hard disk
eksternal.
Mempercepat proses
pembuatan peta tematik dan
mencegah adanya data yang
corrupt saat proses pemindahan
data menggunakan hard disk.
Pengolahan Diperlukan adopsi standar KUGI yang terkait
dengan peta pembuatan peta tematik sesuai
dengan kebutuhan.
Peta maupun informasi tematik
yang dihasilkan dapat
memenuhi kualitas yang
dibutuhkan.
Pengolahan Kedepannya File Sharing akan diganti dengan
SI Berbagi Pakai.
Lebih mudah dalam melakukan
pengaturan access privilege dan
lebih mudah dalam melihat log
nya sehingga dapat
mengidentifikasi apa saja
perubahan yang dilakukan dan
siapa yang melakukannya.
Penggunaan Website kebijakan satu peta (Portal Onemap)
bisa lebih powerfull. Saat ini website tersebut
hanya bisa view saja. Perlu ada pembicaraan
Mempermudah PPIT dalam
menganalisis maupun
Gambar 1.7 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Utama PPIT
22
Kegiatan Kebutuhan Dampak
mengenai proses organisasi maupun
metodenya. Salah satu fitur yang diperlukan
adalah fitur analytical. Diharapkan juga bisa
diproyeksikan sampai ke tahap
integrasi/sinkronisasi.
mengintegrasikan data tematik
dari K/L lain.
Penggunaan Aplikasi SI Desa terdapat fitur analytical. Mempermudah dalam
menganalisis data-data tematik
menjadi sebuah informasi.
Penggunaan Terdapat aplikasi RDA (Recommended
Development Analysis) untuk area
pengembangan.
Mempermudah analisis untuk
area pengembangan.
B. Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas
Berdasarkan Perka BIG No. 3/2012, Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas (PTRA) mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan rencana dan program, perumusan dan pengendalian
kebijakan teknis, pengintegrasian informasi geospasial tematik, pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan, dan penggunaan informasi geospasial tematik yang belum diselenggarakan
selain BIG, serta penyiapan pelaksanaan penelitian dan pengembangan, dan pelaksanaan
kerja sama teknis di bidang pemetaan tata ruang dan atlas. Kegiatan pada Pusat Pemetaan Tata
Ruang dan Atlas meliputi pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, pengintegrasian, pemutakhiran,
penggunaan. Dalam melaksanakan tugasnya pusat ini terbagi menjadi 3 bidang, yaitu:
1. Bidang Pemetaan Tata Ruang;
2. Bidang Atlas dan Pemetaan Sosial; dan
3. Bidang Pemetaan Dinamika Sumberdaya.
Masing-masing bidang tersebut menjalankan fungsi organisasinya sesuai dengan bidangnya. PTRA
mempunyai fungsi umum melakukan pengintegrasian informasi geospasial tematik di bidang tata
ruang, atlas dan pemetaan sosial serta dinamika sumberdaya. Hasil dari pekerjaan yang dilakukan
pada Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas adalah atlas bentang lahan, atlas sumberdaya, atlas
23
geografi statistik, atlas batik Indonesia. Adapun detail dari proses organisasi pada Pusat Pemetaan
Tata Ruang dan Atlas adalah sebagai berikut:
Kegiatan pada PTRA dimulai dengan pengumpulan. Kegiatan pengumpulan data umumnya dilakukan
dengan mengumpulkan data sekunder dari pusat dan/atau K/L lain di bidang tata ruang, atlas dan
pemetaan sosial serta dinamika sumberdaya. PTRA membuat badan adhoc untuk mengumpulkan peta
dari BIG, pemda dan konsultan.
Kegiatan selanjutnya adalah pengolahan. Data-data yang telah dikumpulkan dari pusat dan/atau K/L
lain kemudian dilakukan pengolahan dengan melakukan sinkronisasi, verifikasi dari data yang ada dan
melakukan overlay atas semua data yang dikumpulkan tersebut lalu direinterpretasi yang bisa
dilakukan berulang hingga dicapai suatu kesepakatan oleh semua kelompok kerja dari tematik
tersebut. Terdapat juga kegiatan pertukaran data antara BIG dengan K/L lain dan pertukaran data
tersebut dilakukan dengan telpon atau datang ke K/L terkait.
Kegiatan selanjutnya adalah penyimpanan. Hasil dari reinterpretasi awal maupun hasil reinterpretasi
akhir akan disimpan baik dalam bentuk geodatabase maupun file-base. Setelah dilakukan
penyimpanan, kegiatan selanjutnya adalah pengintegrasian. Data hasil akhir dari reinterpretasi yang
telah disetujui oleh semua kelompok kerja dari tematik tersebut kemudian diintegrasikan pada data-
data spasial dasar dan tematik lainnya yang dianggap perlu untuk diintegrasikan.
Kegiatan selanjutnya adalah pemutakhiran. Pemutakhiran dilakukan khusus pada IG tematik yang
belum diselenggarakan oleh lembaga lain selain BIG. Kegiatan ini mencakup pengumpulan,
pengolahan, dan penyimpanan. Aplikasi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah aplikasi GIS
Desktop untuk membantu pengaturan dan pemantauan alur kerja operasional GIS. Khususnya pada
Bidang Pemetaan Tata Ruang, terdapat pula kegiatan asistensi dan supervisi pembinaan kepada K/L
maupun Pemda atas keempat kegiatan diatas.
Kegiatan selanjutnya adalah penggunaan. Kegiatan penggunaan IG merupakan kegiatan untuk
memperoleh manfaat baik langsung maupun tidak langsung. Terdapat SI Atlas Transportasi Pulau Jawa
yang berguna untuk menampilkan hasil pekerjaan pemetaan transportasi pulau Jawa dan untuk
memberikan layanan kepada masyarakat umum terkait informasi transportasi.
24
Berikut adalah ilustrasi dari dukungan sistem informasi pada aktivitas utama dari Pusat Pemetaan Tata
Ruang dan Atlas yang dijelaskan pada Gambar 1.8 .
Pengumpulan Penyimpanan
Pengolahan
GIS Desktop
File Sharing
Penggunaan
Atlas Transportasi Pulau Jawa
File Sharing
RS, GIS, GPS Software
RS, GIS, GPS Software
Sharing FIle
SI Spasial Dinamis
Vicon Tarung
Gambar 1.8 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama PTRA
25
Berdasarkan hasil assessment mengenai alur kegiatan di PTRA saat ini, diketahui kebutuhan untuk kegiatan selanjutnya ditampilkan pada Tabel 1.7 .
Tabel 1.7 Kebutuhan dari PTRA dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Penyimpanan Untuk Bidang Tata Ruang, dibutuhkan penyediaan Space
storage secara terpusat.Dibutuhkan juga sharing folder
khusus untuk data yang tidak sesuai dengan format KUGI.
Penyimpanan file-file yang tidak sesuai dengan KUGI dapat tersimpan
dengan baik tanpa mempengaruhi kualitas data-data lain yang sudah sesuai
dengan KUGI.
Penyimpanan Perlu ada kebijakan untuk menetapkan apakah sharing
folder dapat digunakan untuk menyimpan data yang tidak
sesuai dengan standar KUGI.
Bisa dilakukan penyimpanan di sharing folder yang tersedia sehingga
mengurangi risiko kehilangan data jika data tersebut disimpan di tempat
yang kurang pengelolaannya.
Pengolahan Dibutuhkan sosialisasi untuk penerapan standar KUGI
sehingga pemda sadar dan mau mengadopsi KUGI dalam
proses pembuatan peta tematik.
Peta maupun informasi tematik yang dihasilkan dapat memenuhi kualitas
yang dibutuhkan.
Penyimpanan Terdapat SI database asistensi dan supervisi tata ruang
untuk penyimpanan asistensi dan statusnya, dan capaian
untuk kegiatan-kegiatan. Outputnya dalam bentuk peta
GIS. Harapannya kedepannya juga bisa bisa dilihat oleh
Pemda. Lalu ada pula monitoring activity yang baru mau
digunakan.
Mempermudah asistensi dan supervisi terhadap proses pembuatan peta
oleh Pemda sehingga dapat meningkatkan kualitas peta yang dibuat oleh
Pemda.
Pengolahan Kedepannya fitur video call akan dilakukan pembesaran
upload speed dan share screen yang disebarkan.
Video call menjadi lebih baik sehingga mempermudah dalam melakukan
QC.
26
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pengolahan Jaringan BIG sulit untuk menjalankan aplikasi Vicon
Tarung. Perlu audit jaringan untuk proses Vicon.
Aplikasi Vicon Tarung jarang digunakan sehingga kesulitan dalam
melakukan QC untuk data-data yang ada.
Penyimpanan Ada Kebutuhan time-series untuk penyimpanan data. Mempermudah untuk melihat perubahan data berdasarkan time-series.
Penyebarluasan Dibutuhkan E-Atlas untuk memayungi beberapa Web GIS
yang ada:
a. Tipe Web GIS: Memunculkan layer-layer yang ada.
b. Tipe story-based yang terdapat narasinya. c. Digital Atlas yang mirip dalam bentuk ebook.
Selain itu diharapkan E-Atlas bisa diintegrasikan dengan portal simpul jaringan BIG.
Mempermudah proses pembuatan atlas bagi BIG maupun K/L terkait.
Pengumpulan Dibutuhkan standar untuk atlas. Kualitas data atlas seperti yang dibutuhkan.
Pengolahan Kebutuhan untuk SI Pengembangan Tata Ruang. Mempermudah pengembangan tata ruang.
27
1.2.7. Dukungan SI terhadap Proses Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial
Sesuai dengan Perka BIG No. 3/2012, Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial mempunyai
tugasmerumuskan, melaksanakan, dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
infrastruktur informasi geospasial.Proses organisasi utama dari Deputi Bidang Infrastruktur Informasi
Geospasial adalah melakukan penyiapan dan pengaplikasian TIK, pengelolaan IG, penjaminan kualitas
IG, penyebarluasan IG, pemantauan & pemberian bimbingan kegiatan pengelolaan dan
penyebarluasan IG, pengembangan kelembagaan dan simpul jaringan IG, penetapan akreditasi IG.
Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial terbagi menjadi 2
pusat, yaitu:
1. Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial; dan
2. Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial.
Secara garis besar, fungsi utama dari Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial adalah sebagai
pengatur kebijakan dan standardisasi pengelolaan infrastruktur informasi geospasial serta pengatur
kebijakan dan standardisasi pengelolaan kelembagaan informasi geospasial.
A. Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial
Berdasarkan Perka BIG No. 3/2012, Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial
(PPIG) mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan rencana dan program, perumusan dan
pengendalian kebijakan teknis, penyimpanan, pengamanan, penyebarluasan, dan penggunaan data
dan informasi geospasial, serta penyiapan pelaksanaan penelitian dan pengembangan, dan
pelaksanaan kerja sama teknis di bidang pengelolaan dan penyebarluasan informasi geospasial.
Kegiatan pada Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial meliputi penyiapan dan
pengaplikasian TIK, pengelolaan IG, penjaminan kualitas IG, penyebarluasan IG, penggunaan IG,
pemantauan & pemberian bimbingan teknis kegiatan pengelolaan dan penyebarluasan IG. Dalam
melaksanakan tugasnya pusat ini terbagi menjadi 3 bidang, yaitu:
1. Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Geospasial;
2. Bidang Pengelolaan Data dan Informasi Geospasial; dan
3. Bidang Penyebarluasan Informasi Geospasial.
Masing-masing bidang tersebut menjalankan fungsi organisasinya sesuai dengan bidangnya. PPIG
memiliki fungsi umum memberikan dukungan teknis baik berupa dukungan infrastruktur, aplikasi,
database dan dukungan teknis lainnya dalam penyelenggaraan IG. Selain itu, PPIG juga sebagai wali
data dari BIG yang memastikan kualitas data spasial yang dihasilkan BIG.
28
Adapun detail dari proses organisasi pada Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi
Geospasial adalah sebagai berikut:
Kegiatan penyiapan dan pengaplikasian TIK. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan fasilitas
dukungan TIK untuk membantu dalam melaksanakan aktivitas pengumpulan IG, penyimpanan IG,
pengamanan IG dan penyebarluasan IG. Dalam melakukan pengadaan TIK, saat ini menggunakan
sistem desentralisasi dimana masing-masing unit dimungkinkan melakukan pengembangan dan
pengadaan TIK.
Kegiatan pengelolaan IG. Dalam kegiatan ini peran PPIG adalah menyediakan mekanisme tata kelola
penyimpanan dan pengamanan IGD maupun IGT.
Kegiatan penjaminan kualitas IG. Dalam kegiatan ini PPIG menyediakan mekanisme penjaminan mutu
IGD dan IGT. Selain itu, PPIG juga melakukan kegiatan penjaminan mutu (Quality assurance) dengan
melihat hasil kegiatan dari pusat teknis (Pusat-pusat yang berada di kedeputian IGD dan IGT) dan
memeriksa kesesuaiannya dengan standar KUGI.
Kegiatan penyebarluasan IG. Dalam kegiatan ini PPIG menyediakan mekanisme tata kelola
penyebarluasan IGD maupun IGT. Lalu untuk setiap data yang dihasilkan oleh pusat teknis dan telah
memenuhi kualitas terkait kesesuaiannya dengan standar KUGI, maka PPIG melakukan
penyebarluasan IG baik secara manual melalui permintaan pelayanan IG dari PPKS maupun secara
online melalui InaGeoportal.
Kegiatan penggunaan IG. Dalam kegiatan ini peran PPIG adalah menyediakan mekanisme tata kelola
penggunaan IGD dan IGT.
Kegiatan pemantauan & pemberian bimbingan teknis kegiatan pengelolaan dan penyebarluasan IG.
Kegiatan ini dimaksudkan agar instansi pemerintah lainnya dapat melakukan pengelolaan IG dengan
mengikuti standar yang disepakati bersama. Berikut Penjelasan dukungan sistem informasi pada
aktivitas utama dari Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial yang dijelaskan pada
Gambar 1.9 D.
29
Berdasarkan hasil assessment mengenai alur kegiatan di PPIG saat ini, diketahui kebutuhan untuk kegiatan selanjutnya ditampilkan pada Tabel 1.8 .
Tabel 1.8 Kebutuhan dari PPIG dalam Aktivitas Penyelenggaran Informasi Geospasial
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Penyiapan dan
Pengaplikasian TIK
Kedepannya diperlukan Komite TI untuk mengarahkan
dan memutuskan hal-hal terkait TI. CIO adalah Deputi
IIG.
Arahan terkait TI menjadi lebih jelas. Karena arahannya jelas maka
inisiatif TI merupakan turunan dari arahan pimpinan dan seluruh
inisiatif TI yang ada dapat diketahui dan disetujui oleh pimpinan-
pimpinan BIG.
Penyiapan dan
Pengaplikasian TIK
Implementasi sistem E-Ticketing untuk membantu
operasional Helpdesk.
Mempermudah helpdesk dalam melakukan proses incident
management (pencatatan, prioritisasi, pendelegasian, pengawasan,
sampai ke penutupan incident) terkait TI. Hal tersebut akan
meningkatkan respon dalam penanganan incident terkait TI.
Penyiapan dan Pengaplikasian TIK
Penjaminan Kualitas IG
Pengelolaan IG
Penggunaan IG
Penyebarluasan IG
Manual Manual Manual GIS Software
InaGeoportal
File Sharing
Pemantauan & Pemberian Bimbingan Teknis Kegiatan Pengelolaan dan Penyebarluasan IG
Manual
SI Administrasi PPIG
Gambar 1.9 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama PPIG
30
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Penyiapan dan
Pengaplikasian TIK
Penyusunan SLA dari layanan-layanan TI. Meningkatkan pelayanan TI yang diberikan.
Penyiapan dan
Pengaplikasian TIK
Dibutuhkan pengembangan tata kelola TI termasuk
kebijakan dan prosedur.
Mengoptimalkan penggunaan TIK.
Penyiapan dan
Pengaplikasian TIK
Dibutuhkan pengintegrasian antar sistem yang lintas
fungsi.
Meningkatkan kinerja proses lintas fungsi.
Penyiapan dan
Pengaplikasian TIK
Dibutuhkan pembelian hardware untuk menggantikan
hardware yang sudah rusak atau lama.
Meningkatkan availability dan performa dari layanan TI.
Penyiapan dan
Pengaplikasian TIK
Dibutuhkan Data Center Infrastructure Management. Mempermudah pengelolaan infrastruktur.
Penyiapan dan
Pengaplikasian TIK
Dibutuhkan pengembangan Wifi free di BIG. Meningkatkan pelayanan WIFI di BIG.
Penjaminan Kualitas
IG
Dibutuhkan pengembangan SI QC & QA Management
untuk membantu proses quality assurrance (QA) oleh
PPIG dan proses quality control (QC) oleh pusat-pusat
teknis.
Meningkatkan kualitas IG yang dihasilkan oleh BIG.
Pengelolaan IG Dibutuhkan pengembangan SI Metadata yang masih
dalam tahap penyempurnaan yang berguna untuk
Data geospasial menjadi lebih jelas metadata dan history nya.
31
Kegiatan Kebutuhan Dampak
keterangan dari sebuah data geospasial beserta history
nya.
Pengelolaan IG Terdapat SI Berbagi Pakai yang masih dalam tahap
penyempurnaan yang berguna untuk berbagi file data
geospasial antar pusat teknis dalam pembuatan peta.
Memudahkan pusat-pusat teknis berbagi dan mengambil file yang
dibutuhkan dalam proses pembuatan peta.
Penjaminan Kualitas
IG
Dibutuhkan SI QC & QA Management untuk membantu
PPIG melakukan QA dan juga membantu pusat-pusat
teknis dalam melakukan QC.
Memudahkan QA yang dilakukan oleh PPIG dan QC yang dilakukan
oleh pusat-pusat teknis sehingga dapat membantu meningkatkan
kualitas IG yang dihasilkan.
Pengelolaan IG Dibutuhkan SI Katalog Data IG Terpadu dan IG Strategis
untuk menampilkan katalog dari data-data yang ada di
IG terpadu maupun IG strategis.
Memudahkan identifikasi data-data di IG terpadu maupun IG
strategis.
Pengelolaan IG Dibutuhkan Basis Data Metadata dan Format KUGI
untuk mempermudah proses migrasi semua data IG di
BIG dan comply dengan standar KUGI dan dilengkapi
metadata dengan standar country profile Indonesia.
Kedepannya berupa Repository Metadata IG
Mempermudah proses migrasi data IGT dalam basis data produksi.
Penggunaan IG Dibutuhkan pengembangan SI Layanan DG IG untuk
membantu PPIG dalam memberikan pelayanan DG dan
IG.
Mempermudah pelayanan DG dan IG yang diberikan oleh PPIG.
32
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Penyiapan dan
Pengaplikasian TIK
Dibutuhkan ketersediaan perangkat lunak, performa
dan caching untuk meningkatkan akses terhadap
data/basis data.
Performa belum sesuai yang diharapkan.
Penyiapan dan
Pengaplikasian TIK
Pengembangan aplikasi diharapkan mengarah kepada
open source.
Tidak diperlukan pembelian lisensi yang menghabiskan dana besar
dalam pengembangan aplikasi
Penyiapan dan
Pengaplikasian TIK
Dibutuhkan SI Identifikasi dan Inventarisasi Aplikasi
yang berguna untuk pencatatan maupun inventarisasi
dari aplikasi-aplikasi yang terdapat di BIG.
Seluruh aplikasi di BIG akan terinventarisasi dengan baik dan dapat
memudahkan proses pengelolaannya.
33
B. Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial
Berdasarkan Perka BIG No. 3/2012, Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi
Geospasial (PSKIG) mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan rencana dan
program, perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, standardisasi,
pengembangan kelembagaan dan simpul jaringan, akreditasi kepada lembaga
sertifikasi geospasial, serta penyiapan pelaksanaan penelitian dan pengembangan,
dan pelaksanaan kerja sama teknis di bidang standardisasi dan kelembagaan informasi
geospasial. Kegiatan pada Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial
meliputi penetapan standardisasi data dan pengelolaan IG, pengembangan kelembagaan dan
simpul jaringan IG, penetapan akreditasi IG. Dalam melaksanakan tugasnya pusat ini terbagi
menjadi 3 bidang, yaitu:
1. Bidang Standardisasi Penyelenggaraan Informasi Geospasial;
2. Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Simpul Jaringan Informasi Geospasial; dan
3. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Industri Informasi Geospasial.
Masing-masing bidang tersebut menjalankan fungsi organisasinya sesuai dengan
bidangnya. Terdapat lima pilar untuk menunjang penyelenggaraan IG yaitu kebijakan,
kelembagaan, SDM, standar, dan teknologi. Pada lima pilar tersebut PSKIG secara umum
melakukan pengelolaan kebijakan, kelembagaan, SDM, dan standar. Sedangkan untuk
pengelolaan teknologi dilakukan oleh PPIG.
Adapun detail dari proses organisasi pada Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi
Geospasial adalah sebagai berikut:
Kegiatan penetapan standardisasi data dan pengelolaan IG. Kegiatan ini meliputi penetapan
standardisasi yang terkait spesifikasi data geospasial dan standardisasi mekanisme
pengelolaan informasi geospasial baik berupa standar penyimpanan IG, standar pengamanan
IG, dan standar penyebarluasan IG. Dengan adanya standardisasi, maka komunikasi baik
antara pihak BIG dan pihak eksternal BIG maupun antar pusat teknis BIG dapat memiliki
pengalaman yang sama dalam berkomunikasi dan melakukan pertukaran informasi geospasial
dengan lebih efektif dan efisien. Dalam mendukung proses ini, saat ini terdapat SI SNI yang
berupa SI alur/ prosedur SNI terkait bidang IG dan terpasang di web big.go.id yang terbatas
pada daftar SNI.
34
Kegiatan pengembangan kelembagaan dan simpul jaringan IG. Kegiatan ini merupakan
pengembangan SDM dan industri bidang IG. Pengembangan SDM dilakukan di K/L yang
merupakan simpul jaringan dan terkait dengan jaringan informasi geospasial nasional (JIGN)
sehingga diharapkan adanya pemerataan kualitas SDM di bidang IG yang mampu
meningkatkan kualitas IG yang dihasilkan di masing-masing simpul jaringan. Dalam melakukan
pengembangan SDM, BIG bekerjasama dengan Diknas, Dikti, dll.
Kegiatan penetapan akreditasi IG. Kegiatan ini merupakan kegiatan mengevaluasi lembaga
pemberi sertifikasi untuk para pejabat fungsional surveyor pemetaan geospasial maupun
untuk para profesional di bidang IG contohnya seperti konsultan IG.
Pada operasional dari ketiga kegiatan tersebut, PSKIG juga didukung oleh Sistem
Pendokumentasian Administrasi Kegiatan PSKIG yang saat ini terpasang secara intranet dan
berbasis web. SI tersebut digunakan untuk membuat basis data mengenai dokumen
administrasi kegiatan di PSKIG. Beberapa berkas yang disimpan meliputi:
- Perjalanan dinas (Seluruh berkas terkait pertanggungjawaban).
- Rapat/ FGD (Seluruh berkas terkait pertanggungjawaban).
- Anggaran (Dokumen pengajuan, rencana dan realisasi anggaran).
- Log kegiatan (Basis data kegiatan personil harian).
- Laporan kegiatan (Laporan triwulan, laporan akhir, laporan kegiatan, TOR, KAK, dll).
- BMN (Serah terima/ pinjam kembali BMN, status BMN).
Berikut adalah ilustrasi dari dukungan sistem informasi pada aktivitas utama dari Pusat
Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial yang dijelaskan pada Gambar 1.10 .
Penetapan Standardisasi Data dan Pengelolaan IG
Penetapan Akreditasi IG
Pengembangan Kelembagaan dan Simpul Jaringan
SI SNI Manual Manual
Sistem Pendokumentasian Administrasi Kegiatan PSKIG
Gambar 1.10 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama PSKIG
35
Berdasarkan hasil assessment mengenai alur kegiatan di PSKIG saat ini, diketahui kebutuhan
untuk kegiatan selanjutnya ditampilkan pada Tabel 1.9
Tabel 1.9 Kebutuhan dari PSKIG
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Penetapan
Akreditasi IG
Dibutuhkan SI untuk sertifikasi dan
akreditasi lembaga IG secara online
dengan cakupan nasional. Pada tahun
2016 ini SI tersebut sedang proses
pengembangan namun dengan fitur yang
terbatas karena keterbatasan anggaran.
Selanjutnya akan dikembangkan lagi pada
tahun anggaran 2017 untuk penambahan
fitur-fiturnya.
Mempermudah dan
mempercepat proses
sertifikasi dan akreditasi
lembaga IG.
Pengembangan
Kelembagaan
dan Simpul
Jaringan IG
Dibutuhkan SI untuk ASEAN surveying
education dimana cakupannya adalah
internasional dan bekerjasama dengan
universitas dan negara-negara ASEAN.
Saat ini SI tersebut sudah terpasang di
aseansurveyingedu.big.go.id namun
kedepannya akan dikembangkan lebih
lanjut.
Mempermudah
kerjasama terkait
surveying education di
bidang IG dengan negara
ASEAN sehingga mampu
meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia
pada bidang IG.
Pengembangan
Kelembagaan
dan Simpul
Jaringan IG
Dibutuhkan SI untuk pengelolaan SDM
dan Industri IG di Indonesia dimana
cakupannya adalah nasional yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai SDM dan industri IG di
Indonesia. Rencananya akan dilaksanakan
pada TA 2017.
Dengan mengetahui
kondisi persebaran SDM
dan industri IG maka BIG
bisa memutuskan daerah
mana saja yang perlu
ditingkatkan SDM dan
industri IG nya sehingga
penyebarannya lebih
36
Kegiatan Kebutuhan Dampak
merata yang dapat
mengakibatkan efisiensi
dan kemudahan bagi BIG
dalam pembuatan peta.
Pengembangan
Kelembagaan
dan Simpul
Jaringan IG
Dibutuhkan SI Kepuasan Pengguna IG
untuk mendapatkan basis data mengenai
kepuasan pengguna IG.
Saat mengetahui tingkat
kepuasan pengguna IG
dapat mempermudah
BIG dalam membuat
strategi yang tepat untuk
meningkatkan tingkat
kepuasan maupun
tingkat layanannya.
Pengembangan
Kelembagaan
dan Simpul
Jaringan IG
Dibutuhkan SI Pemantauan Kondisi
Simpul Jaringan yang mampu
menampilkan status masing-masing
simpul jaringan beserta informasi
pemanfaatannya.
Mempermudah BIG
dalam melakukan
pemantauan kondisi
simpul jaringan maupun
pemanfaatan IG yang
dilakukan oleh simpul
jaringan.
1.2.8. Dukungan SI terhadap Proses Sekretariat Utama
Sesuai dengan Perka No. 3 tahun 2012 mengenai Organisasi dan Tata Kerja, Sekretariat Utama
mempunyai tugas untuk mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, dan pengendalian
terhadap program, adminsitrasi dan sumber daya di lingkungan BIG. Dalam melaksanakan
tugas-tugasnya yang telah diatur, Sekretariat Utama memiliki beberapa kewenangan dalam
sejumlah fungsi. Pertama, Sekretariat Utama dapat melaksanakan koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi di lingkungan BIG. Selain itu, Sekretariat Utama juga berwenang untuk
melaksanakan koordinasi perencanaan, pelaporan, penyusunan peraturan perundang-
37
undangan dan bantuan hukum. Ketiga, Sekretariat utama memiliki fungsi untuk melakukan
pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana,
kepegawaian, keuangan, keprotokolan, kehumasan, kerja sama, hubungan antar lembaga,
kearsipan, persandian, barang milik negara, perlengkapan, dan rumah tangga BIG. Selain
fungsi yang telah disebutkan sebelumnya, Sekretariat Utama juga berfungsi untuk
melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala BIG. Terdapat dua biro utama di
Sekretariat Utama, yaitu Biro Perencanaan, Kepegawaian, dan Hukum; dan Biro Umum dan
Keuangan.
A. Biro Perencanaan, Kepegawaian, dan Hukum
Biro Perencanaan, Kepegawaian, dan Hukum mempunyai tugas untuk melaksanakan
penyiapan koordinasi perencanaan, penyusunan rencana program dan anggaran, evaluasi dan
penyusunan pelaporan, pelayanan administrasi dan pengembangan kepegawaian, organisasi
dan tata laksana, penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan hukum, dan
pengoordinasian jabatan fungsional. Biro ini secara khusus memiliki sebelas macam fungsi
sebagai berikut: (1) penyiapan bahan koordinasi perencanaan; (2) penyusunan rencana
program dan anggaran; (3) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan; (4) pelayanan administrasi
kepegawaian; (5) penyusunan rencana pengembangan pegawai; (6) pelayanan administrasi
organisasi dan tata laksana; (7) penyusunan rencana pengembangan organisasi dan tata
laksana; (8) pelaksanaan administrasi jabatan fungsional; (9) penyusunan rencana
pengembangan jabatan fungsional; (10) penyusunan peraturan perundang-undangan; dan
(11) pelaksanaan bantuan hukum.
Biro Perencanaan, Kepagawaian, dan Hukum sendiri terdiri dari tiga bagian utama dan
beberapa jabatan fungsional. Bagian yang ada di biro ini adalah Bagian Perencanaan, Bagian
Kepagawaian dan Organisasi, dan Bagian Hukum. Ketiganya memiiliki tugas dan kewenangan
fungsinya masing-masing seperti yang dijelaskan pada bagian selanjutnya.
1. Bagian Perencanaan
Bagian Perencanaan mempunyai tugas untuk melaksanakan penyusunan rencana,
pelaksanaan evaluasi serta melakukan pelaporan atas program dan anggaran. Secara lebih
detail bagian ini memiliki empat macam fungsi, mulai dari menyelenggarakan (1) penyusunan
konsep rencana program dan anggaran, (2) penyusunan petunjuk pelaksanaan perencanaan
38
program dan anggaran, (3) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan program dan anggaran; dan
(4) penyusunan bahan koordinasi pelaporan pelaksanaan tugas di bidang informasi geospasial.
Keempat fungsi tersebut didukung oleh dua sub-bagian Perencanaan yaitu (1) Sub bagian
Penyusunan Rencana Program dan Anggaran, yang mempunyai tugas menyiapkan bahan
konsep rencana program dan anggaran, serta petunjuk pelaksanaan perencanaan program
dan anggaran; dan (2) Sub bagian Evaluasi dan Pelaporan, yang mempunyai tugas menyiapkan
bahan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan program dan anggaran, serta penyusunan bahan
koordinasi pelaporan pelaksanaan tugas di bidang informasi geospasial. Fungsi dan aktivitas
dari bagian Perencanaan beserta sistem informasi pendukungnya diilustrasikan pada Gambar
1.11 .
Dalam menjalankan tugasnya, Bagian Perencanaan menggunakan beberapa aplikasi-aplikasi
utama. Sub-bagian Penyusunan Rencana Program dan Anggaran menggunakan aplikasi Renja
K/L, RKA K/L, dan aplikasi ADIK dalam melakukan penyusunan rencana kerja. Di sisi lain, Sub-
bagian Evaluasi dan Pelaporan memiliki aplikasi SIMONIK BSC yang digunakan untuk
melakukan monitoring dengan menggunakan Balanced Score Card. Ke depannya Bagian
Perencanaan membutuhkan beberapa hal terkait dengan SI/TI.
Berdasarkan hasil evaluasi aktivitas penyelenggaraan informasi geospasial, diketahui terdapat
beberapa kebutuhan Bagian Perencanaan. Beberapa kebutuhan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 1.10
Penyusunan Rencana Program dan Anggaran
Evaluasi dan Pelaporan
SI Renja K/L
SI RKA K/L
SI ADIK
SIMONIK BSC
SI Revisi Anggaran
Gambar 1.11 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Bagian Perencanaan
39
Tabel 1.10 Kebutuhan dari Bagian Perencanaan
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Perencanaan,
Evaluasi dan
Pelaporan
Adanya kebutuhan Sistem Informasi
Perencanaan dan Anggaran (SIMPAN)
yang dapat mengakomodasi seluruh
kegiatan perencanaan dan anggaran di
BIG.
Mempermudah proses
penyusunan perencanaan
dan evaluasi kegiatan
beserta anggarannya.
Perencanaan,
Evaluasi dan
Pelaporan
Adanya kebutuhan aplikasi sebagai
repository dokumen-dokumen yang
dibutuhkan oleh Bagian Perencanaan
seperti renstra, renja sampai dokumen
Lakip.
Mempermudah dalam
pengelolaan arsip
dokumen-dokumen yang
dibutuhkan oleh Bagian
Perencanaan.
Perencanaan,
Evaluasi dan
Pelaporan
Adanya kebutuhan sistem informasi
Monitoring Geospasial untuk
mendukung proses perencanaan
maupun monitoring kegiatan-kegiatan
terkait geospasial.
Meningkatkan
perencanaan dan
pengawasan kegiatan-
kegiatan terkait
geospasial.
Evaluasi Adanya kebutuhan integrasi antara
SIMONIK BSC dengan aplikasi
kepegawaian.
Mempermudah proses
monitoring kinerja
pegawai berdasarkan BSC.
Evaluasi Adanya kebutuhan penambahan hak
akses terhadap aplikasi SIRA di Bagian
Keuangan untuk kebutuhan pengisian
data di SI Revisi Anggaran yang
membutuhkan data real time dari data
keuangan.
Meningkatkan akurasi dari
proses monitoring
anggaran.
40
2. Bagian Kepegawaian dan Organisasi
Mengacu pada Peraturan Kepala BIG No. 3 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Informasi Geospasial, Bagian Kepegawaian dan Organisasi bertugas untuk
melaksanakan pelayanan administrasi dan menyiapkan bahan rencana pengembangan
pegawai, organisasi dan tata laksana, dan jabatan fungsional. Bagian ini memiliki tujuh fungsi
utama yaitu melakukan (1) pelayanan administrasi kepegawaian; (2) penyiapan bahan
rencana pengembangan pegawai; (3) pengembangan sistem informasi kepegawaian; (4)
pelayanan administrasi keorganisasian dan tata laksana; (5) penyiapan bahan rencana
pengembangan organisasi dan tata laksana; (6) pelayanan administrasi jabatan fungsional;
dan (7) penyiapan bahan rencana pengembangan jabatan fungsional. Ketujuh fungsi tersebut
didukung oleh tiga sub-bagian Kepegawaian dan Organisasi, yaitu: (1) Sub bagian
Kepegawaian yang bertugas untuk melakukan pelayanan administrasi dan menyiapkan bahan
rencana pengembangan pegawai, serta pengembangan sistem informasi di bidang
kepegawaian; (2) Sub bagian Organisasi dan Tata Laksana yang bertugas untuk melakukan
pelayanan administrasi dan menyiapkan bahan rencana pengembangan di bidang organisasi
dan tata laksana; dan (3) Sub bagian Administrasi Jabatan Fungsional yang bertugas untuk
melakukan pelayanan administrasi dan menyiapkan bahan rencana pengembangan di bidang
jabatan fungsional. Fungsi dan aktivitas dari bagian Perencanaan beserta sistem informasi
pendukungnya diilustrasikan pada Gambar 1.12 . Berdasarkan hasil evaluasi terhadap bagian
Kepegawaian diketahui bahwa hampir semua proses kepegawaian telah difasilitasi TI. Fokus
utama penerapan TI adalah untuk efisiensi proses pengelolaan SDM.
Berdasarkan hasil evaluasi aktivitas penyelenggaraan informasi geospasial, diketahui terdapat
beberapa kebutuhan Bagian Kepegawaian dan Organisasi ini. Beberapa kebutuhan tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1.11
Pelayanan administrasi
Penyiapan bahan rencana pengembangan pegawai, serta pengembangan sistem informasi di bidang kepegawaian
Penyiapan bahan rencana pengembangan di bidang organisasi dan tata laksana
Penyiapan bahan rencana pengembangan di bidang jabatan fungsional.
SI Agenda Online, SI Rekrutmen CPNS, SI SIAP, SKP, SI Manajemen Jabatan, SI Presensi, SI Pelayanan Kepegawaian, SI FPAK, SI Manajemen Talenta, SI ABK, E-Surta, SI GRP 2013,
Sistem Ruangan Pelayanan Kepegawaian, SIPEG, SI Absensi, SI Dossier, SI Lelang Jabatan, SI MonevKO
Gambar 1.12 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Bagian Kepegawaian dan Organisasi
41
Tabel 1.11 Kebutuhan Bagian Kepegawaian dan Organisasi
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Kepegawaian dan
Organisasi
Adanya kebutuhan tambahan modul
pada aplikasi kepegawaian dan integrasi
semua modul internal dari aplikasi
kepegawaian termasuk dengan aplikasi
dari kementerian serta lembaga terkait.
Penambahan modul berupa: modul
monitoring beban kerja/penugasan,
modul perekrutan, diklat,
pengembangan karir, mutasi, promosi
hingga pensiun, dan modul pertukaran
data dengan aplikasi SAPK.
Adanya kebutuhan Standard Operating
Procedure (SOP) yang selaras dan
regulasi yang jelas terkait pengukuran
standar kerja.
Adanya kebutuhan Quality Control data
pegawai secara menyeluruh.
Meningkatkan kegiatan
operasional kepegawaian ,
memperjelas proses
pengukuran standar kerja,
dan meningkatkan kuaitas
data pegawai.
3. Bagian Hukum
Mengacu pada Peraturan Kepala BIG No. 3 Tahun 2012 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Badan Informasi Geospasial, Bagian Hukum bertugas untuk melaksanakan penyusunan
peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan bantuan hukum. Bagian ini memiliki lima
fungsi utama yaitu menyelenggarakan: (1) koordinasi penyusunan rancangan peraturan
perundang-undangan di bidang informasi geospasial; (2) koordinasi penyusunan dokumen
hukum yang diantaranya adalah surat keputusan dan nota kesepahaman dan/atau perjanjian
dengan instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat di bidang informasi geospasial; (3)
pengembangan sistem informasi dan jaringan dokumentasi hukum; (4) koordinasi sosialisasi
peraturan perundang-undangan di bidang informasi geospasial; dan (5) pemberian bantuan
42
hukum. Kelima fungsi tersebut didukung oleh dua sub-bagian yaitu: (1) Sub bagian Peraturan
Perundang-undangan yang bertugas untuk menyiapkan bahan koordinasi penyusunan
rancangan peraturan perundang-undangan, dokumen hukum yang diantaranya adalah surat
keputusan dan nota kesepahaman atau perjanjian, dan sosialisasi peraturan perundang-
undangan di bidang informasi geospasial; dan (2) Sub bagian Bantuan Hukum yang bertugas
untuk mengembangkan sistem informasi dan jaringan dokumentasi hukum dan memberikan
bantuan hukum. Fungsi dan aktivitas dari bagian Hukum beserta sistem informasi
pendukungnya diilustrasikan padaGambar 1.13 .
Untuk melaksanakan fungsi-fungsinya, Bidang Hukum memiliki beberapa aplikasi-aplikasi
yang sudah dan sedang digunakan hingga saat ini, seperti: (1) JDIH dan (2) E-drafting. E-
drafting digunakan sebagai alat yang cukup membantu untuk pembuatan draft SK saja dan
belum mengakomodasi fungsi automatic approval. Sedangkan, untuk Jaringan Dokumentasi
dan Informasi Hukum digunakan untuk menjalankan fungsi dokumentasi hukum atau
penginventarisasian peraturan-peraturan yang berhubungan dengan BIG. Aplikasi ini
digunakan juga sebagai media publikasi selain sebagai media pengarsipan dokumen-dokumen
hukum.
Berdasarkan hasil evaluasi aktivitas penyelenggaraan informasi geospasial, diketahui terdapat
beberapa kebutuhan Bagian Hukum. Beberapa kebutuhan tersebut dapat dilihat pada Tabel
1.12 .
Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan
Pelaksanaan bantuan hukum
JDIH dan E-Drafting
Gambar 1.13 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Bagian Hukum
43
Tabel 1.12 Kebutuhan dari Bagian Hukum
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Penyusunan
rancangan
peraturan
perundang-
undangan
Adanya kebutuhan untuk mengautomasi
proses persetujuan pembuatan draft
peraturan, yakni dengan menggunakan
tanda tangan elektronik. Akan tetapi,
kebutuhan tersebut masih terkendala oleh
persetujuan manajemen terkait tanda
tangan elektronik terhadap pembuatan
draft peraturan maupun SK.
Persetujuan dengan
tanda tangan elektronik
akan mempercepat
proses persetujuan
tersebut dan bisa
dilakukan dimana saja.
Penyusunan
rancangan
peraturan
perundang-
undangan
Adanya kebutuhan pembatasan hak akes
sehingga produk JDIH yang dipublikasikan
hanya dapat diakses oleh yang
bersangkutan.
Mencegah informasi
yang bersifat rahasia di
akses oleh orang yang
tidak berhak.
Penyusunan
rancangan
peraturan
perundang-
undangan
Adanya kebutuhan integrasi antara E-
Drafting dengan JDIH maupun persuratan.
Draft peraturan
maupun SK yang telah
disetujui bisa langsung
berada di JDIH untuk
publikasi tanpa harus
entry ulang.
B. Biro Umum dan Keuangan
Biro Umum dan Keuangan memiliki tugas untuk terkait dengan pelayanan administrasi
ketatausahaan, kearsipan, perlengkapan dan kerumahtanggaan, keprotokolan, serta
keuangan dan pengelolaan barang milik negara. Secara khusus, biro ini memiliki empat fungsi
utama, yaitu sebagai berikut: (1) pelayanan administrasi ketatausahaan, persuratan, dan
kearsipan; (2) pelaksanaan urusan perlengkapan; (3) pelaksanaan urusan kerumahtanggaan
dan keprotokolan; dan (4) pelaksanaan urusan keuangan dan pengelolaan barang milik
44
negara. Biro Umum dan Keuangan terdiri dari dua bagian utama dan beberapa jabatan
fungsional. Bagian yang ada di biro ini adalah Bagian Umum dan Bagian Keuangan. Keduanya
memiiliki tugas dan kewenangan fungsinya masing-masing seperti yang dijelaskan pada
bagian selanjutnya.
1. Bagian Umum
Bagian Umum mempunyai tugas untuk melaksanakan pelayanan administrasi ketatausahaan,
persuratan, kearsipan, persandian, perlengkapan, kerumahtanggaan, dan keprotokolan.
Secara lebih detail, bagian ini memilik empat fungsi utama yaitu melakukan (1) pelayanan
administrasi ketatausahaan; (2) pelaksanaan urusan persuratan, kearsipan, dan persandian;
(3) pelaksanaan urusan perlengkapan; dan (4) pelaksanaan urusan kerumahtanggaan dan
keprotokolan. Bagian Umum memiliki delapan sub-bagian yaitu (1) Subbagian Persuratan dan
Kearsipan mempunyai tugas melaksanakan urusan persuratan, kearsipan, dan persandian; (2)
Subbagian Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan urusan perlengkapan dan
pemeliharaan; (3) Subbagian Rumah Tangga dan Protokol mempunyai tugas melaksanakan
urusan kerumahtanggaan, keamanan, dan keprotokolan, (4) Subbagian Tata Usaha Kepala
mempunyai tugas melaksanakan urusan persuratan, kearsipan, penyusunan agenda kegiatan,
dan penyusunan risalah rapat Kepala; (5) Subbagian Tata Usaha Sekretaris Utama mempunyai
tugas melaksanakan urusan persuratan, kearsipan, penyusunan agenda kegiatan, dan
penyusunan risalah rapat Sekretaris Utama; (6) Subbagian Tata Usaha Deputi Bidang Informasi
Geospasial Dasar mempunyai tugas melaksanakan urusan persuratan, kearsipan, penyusunan
agenda kegiatan, dan penyusunan risalah rapat Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar; (7)
Subbagian Tata Usaha Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik mempunyai tugas
melaksanakan urusan persuratan, kearsipan, penyusunan agenda kegiatan, dan penyusunan
risalah rapat Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik; (8) Subbagian Tata Usaha Deputi
Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial mempunyai tugas melaksanakan urusan
persuratan, kearsipan, penyusunan agenda kegiatan, dan penyusunan risalah rapat Deputi
Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial.Fungsi dan aktivitas dari bagian Umum beserta
sistem informasi pendukungnya diilustrasikan padaGambar 1.14 .
45
Untuk melaksanakan fungsi-fungsinya, bagian Umum telah memiliki beberapa aplikasi-aplikasi
yang sudah digunakan hingga saat ini. Dalam hal pelayanan administrasi ketatausahaan,
bagian ini ini sudah memiliki beberapa aplikasi sistem informasi, yaitu agenda online. Sistem
ini digunakan untuk mendukung penjadwalan kegiatan-kegiatan pimpinan. Lebih dari itu,
pada bagian ini juga sudah menggunakan beberapa sistem informasi untuk melakukan
manajemen persuratan (SIM Persuratan), kerasipan (SIM Kearsipan), manajemen asset (Aset
Manajemen Kendaraan), pelayanan perkantoran (SIM Pelayanan Perkantoran), dan lain
sebagainya. Untuk persandian, sudah ada sistem informasi tersendiri yang diperoleh dari
Lembaga Sandi Negara. Selain itu, bagian ini juga menggunakan aplikasi dari luar seperti dari
ANRI untuk Arsip, MENPAN, Lembaga Sandi Negara, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil evaluasi aktivitas penyelenggaraan informasi geospasial, diketahui terdapat
beberapa kebutuhan Bagian Umum. Beberapa kebutuhan tersebut dapat dilihat pada Tabel
1.13 .
Tabel 1.13 Kebutuhan dari Bagian Umum
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pengelolaan
perlengkapan
Adanya kebutuhan sistem informasi
yang terintegrasi terkait dengan
aktivitas pengelolaan perlengkapan.
Mempermudah aktivitas
pengelolaan
perlengkapan.
Pengelolaan surat dan kearsipan
Pengelolaan perlengkapan
Pengelolaan urusan rumah tangga dan protokol
Tata Usaha Kepala, Sekretariat Utama, Deputi IGD, Deputi IGT, dan Deputi IIG
SI Agenda Online
SIM Persuratan SI Kearsipan
SIM Aset SI Pelayanan Perkantoran
SI Sandi Negara
Gambar 1.14 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Bagian Umum
46
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pengelolaan
urusan
kerumahtanggaan
dan keprotokolan
Adanya kebutuhan sistem informasi
yang dapat mengelola urusan
perkantoran misalnya pengelolaan
petugas keamanan (satpam).
Mempermudah
pengelolaan administrasi
petugas keamanan.
Tata Usaha Adanya kebutuhan pengembangan
lebih lanjut dari sistem informasi
penjadwalan yang dapat
mengakomodasi akses dari pihak
luar, sehingga pihak luar tahu
tentang agenda-agenda tertentu.
Adanya kebutuhan sistem informasi
yang mampu mengakomodasi
keluhan, pengaduan, kritik, dan
saran untuk bagian umum.
Adanya kebutuhan pengembangan
lebih lanjut dari sistem informasi
persuratan yang dapat
mengakomodasi proses pembuatan
dan pengelolaan surat secara
otomatis.
Mempermudah kegiatan
operasional dari kegiatan
di Bagian Umum.
2. Bagian Keuangan
Bagian Keuangan merupakan salah satu bagian di Biro Umum dan Keuangan yang memiliki
tugas utama untuk melaksanakan urusan keuangan dan pengelolaan barang milik negara.
Secara spesifik, bagian ini berkewajiban untuk melaksanakan tujuh macam fungsi, yaitu:
menyelenggarakan (1) pelaksanaan penatausahaan keuangan; (2) pelaksanaan verifikasi
keuangan; (3) penyusunan laporan keuangan; (4) pengembangan sistem informasi keuangan;
(5) pelaksanaan perbendaharaan; (6) pelaksanaan pengelolaan barang milik negara; dan (6)
penyusunan petunjuk operasional verifikasi dan perbendaharaan. Untuk menjalankan fungsi
tersebut, bagian keuangan dibantu oleh dua sub-bagian yaitu (1) Subbagian Verifikasi dan
47
Penatausahaan Keuangan; dan (2) Subbagian Perbendaharaan. Subbagian Verifikasi dan
Penatausahaan Keuangan bertugas untuk melakukan urusan penatausahaan keuangan dan
verifikasi keuangan, menyiapkan bahan laporan keuangan, serta mengembangkan sistem
informasi keuangan. Sedangkan, Subbagian Perbendaharaan memiliki tugas untuk mengurus
perbendaharaan dan pengelolaan barang milik negara.Fungsi dan aktivitas dari bagian
Keuanganbeserta sistem informasi pendukungnya diilustrasikan padaTabel 1.14Gambar 1.15
.
Berdasarkan hasil evaluasi aktivitas penyelenggaraan informasi geospasial, diketahui terdapat
beberapa kebutuhan Bagian Keuangan. Beberapa harapan tersebut dapat dilihat pada Tabel
1.14.
Tabel 1.14 Kebutuhan dari Bagian Keuangan
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Verifikasi dan
penatausahaan
keuangan, serta
pelaksanaan
perbendaharaan
Adanya kebutuhan pengembangan
sistem SIRA sehingga dapat
mengakomodir laporan-laporan terkait
keuangan yang perlu untuk dilaporkan
ke negara melalui aplikasi yang
disediakan oleh Kementerian
Keuangan.
Mempercepat proses
pelaporan dari laporan
keuangan BIG kepada
negara melalui
Kementerian Keuangan.
Adanya kebutuhan training dan
sosialisasi bagi karyawan untuk dapat
memahami sistem infromasi yang
Karyawan memiliki
keterampilan yang cukup
dalam menggunakan
Verifikasi dan penatausahaan keuangan
Pelaksanaan perbendaharaan
SIRA; SAIBA; SAS; SIMAN; SIMPONI; SPM; SI Persediaan; SI Penggajian; Sistem LPSE; SILOK BMN; SI kepegawaian;
aplikasi RK BMN; SPP;SILABI;SAKPA; SBM; SBK;SIP;SI UKP4;SI BAPPENAS; Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara;
Sistem Akuntansi Tingkat Instansi
Gambar 1.15 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Bagian Keuangan
48
Kegiatan Kebutuhan Dampak
diberikan oleh instansi lain yang begitu
cepat perubahannya.
sistem informasi yang
baru.
Adanya kebutuhan untuk mengurangi
repetisi dalam penginputan data untuk
sistem informasi yang berbeda.
Menghambat efisiensi dari
pekerjaan yang
dilaksanakan.
Adanya kebutuhan untuk
meningkatkan integritas data, misalnya
terkait data absensi.
Data absensi menjadi tidak
valid dan berpengaruh
terhadap besarnya
tunjangan yang diterima.
Adanya kebutuhan sistem informasi
untuk membuat kodifikasi BMN seperti
barcoding.
Mempermudah dalam
pengelolaan aset negara.
C. Dukungan SI terhadap Proses Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama
Sesuai dengan Perka No. 3 tahun 2012 mengenai Organisasi dan Tata Kerja,Pusat Penelitian,
Promosi dan Kerjasama mempunyai tugas untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi-
fungsi BIG. Tugas utama dari Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama adalah melaksanakan
promosi, kerja sama, hubungan masyarakat, dan hubungan antar-lembaga. Secara spesifik
Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama memiliki tujuh tugas utama, yaitu
menyelenggararakan (1) penyusunan rencana kegiatan promosi; (2) pelaksanaan publikasi
produk dan jasa informasi geospasial; (3) pengelolaan situs jaringan internet (web-site) BIG;
(4) pelaksanaan urusan hubungan masyarakat; (5) pelaksanaan administrasi kerja sama dalam
dan luar negeri; (6) monitoring dan evaluasi kerja sama; dan (7) koordinasi pelaksanaan
hubungan antar instansi/lembaga.
Untuk menjalankan tugas tersebut, Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama didukung oleh
dua balai yaitu Balai Pedidikan dan Pelatihan Geospasial juga Balai Pelayanan Jasa dan Produk
Geospasial. Pada Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama juga terdapat dua bidang yaitu (1)
Bidang Promosi dan Kerjasama yang memiliki tugas melaksanakan penyusunan rencana
49
kegiatan promosi, publikasi produk dan jasa informasi geospasial, pengelolaan situs jaringan
internet (web-site) BIG, dan urusan hubungan masyarakat maupun melaksanakan penyiapan,
pengoordinasian pembentukan, administrasi, monitoring, dan evaluasi kerja sama, serta
koordinasi pelaksanaan hubungan antar instansi/lembaga (2) Bidang Penelitian yang bertugas
untuk melaksanakan kerjasama penelitian-penelitian terkait dengan penelitian bidang
geospasial.Fungsi dan aktivitas dari Pusat Penelitian, Promosi dan Kerjasama beserta sistem
informasi pendukungnya diilustrasikan padaGambar 1.16 .
Saat ini, Pusat Promosi dan Kerjasama telah menggunakan sistem informasi untuk mendukung
tugas utama mereka. Sistem informasi yang digunakan diantaranya sistem informasi
kerjasama untuk mengumpulkan data kerjasama, Web BIG sebagai media utama untuk
melakukan promosi dari Badan Informasi Geospasial, PPID sebagai saran layanan online bagi
pemohon informasi publik dan E-Jurnal untuk publish tulisan dari peneliti.
Berdasarkan hasil evaluasi aktivitas penyelenggaraan informasi geospasial, diketahui terdapat
beberapa kebutuhandan kendala Pusat Promosi dan Kerjasama. Beberapa kebutuhandan
kendala tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.15 .
Tabel 1.15 Kebutuhan dari Pusat Promosi dan Kerjasama
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pelaksanaan
Kegiatan Promosi
dan Kerjasama
Adanya kebutuhan portal yang
mengakomodasi pelayanan terpadu
informasi geospasial sehingga
memungkinkan terjadi layanan satu
pintu.
Menghasilkan pelayanan
BIG satu pintu sehingga
proses pengelolaan
pelayanan BIG akan lebih
terakomodir.
Pelaksanaan kegiatan promosi dan Kerjasama
Pelaksanaan Kegiatan Kerjasama
Web BIG
SI Kerjasama
PPID
E-Jurnal
Gambar 1.16 Dukungan Teknologi Informasi Dalam Aktivitas Pusat Promosi dan Kerjasama
50
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pelaksanaan
Kegiatan Promosi
dan Kerjasama
Adanya kebutuhan sistem informasi
pengelolaan MoU.
Mempermudah
pengelolaan MoU beserta
repository nya.
Pelaksanaan
aktivitas promosi
dan kerjasama
Pusat Penelitian, Promosi dan
Kerjasama membutuhkan integrasi
antar-aplikasi dan/atau sistem
informasi yang ada.
Repetisi dalam input data
dan integrasi data
D. Balai Pendidikan dan Pelatihan Geospasial
Berdasarakan Peraturan Kepala BIG No. 4/2012 Tentang Balai Pendidikan dan Pelatihan
Geospasial, Balai Pendidikan dan Pelatihan Geospasial bertugas sebagai pelaksana teknis
dalam seluruh kegiatan pendidikan dan pelatihan geospasial.
Proses organisasi yang terdapat pada Balai Pendidikan dan Pelatihan Geospasial adalah proses
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan.Dimana pada proses tersebut diantaranya
berupa aktivitas penyusunan rencana dan program pendidikan dan pelatihan, aktivitas
pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan, aktivitas pengelolaan sarana pendidikan dan
pelatihan serta perpustakaan, aktivitas pelaksanaan kerjasama pendidikan dan pelatihan, dan
aktivitas pelaksanaan urusan tata usaha balai. Pada proses ini, baru aktivitas perpustakaan
yang telah didukung sistem informasi yaitu E-Library. Balai ini tidak hanya mengemban tugas
membina dan mengembangkan sumber daya secara internal BIG, tetapi juga membina semua
sumber daya manusia IG baik di tingkat pusat maupun daerah.
Berikut adalah ilustrasi dari dukungan sistem informasi pada aktivitas utama dari Balai
Pendidikan dan Pelatihan Geospasial yang dijelaskan pada Gambar 1.17 .
51
Gambar xx
Berdasarkan hasil assessment mengenai alur kegiatan di Balai Pendidikan dan Pelatihan
Geospasial saat ini, diketahui kebutuhan untuk kegiatan selanjutnya ditampilkan pada Tabel
1.16 .
Tabel 1.16 Kebutuhan dari Balai Pendidikan dan Pelatihan Geospasial
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pelaksanaan
Kegiatan
Pendidikan dan
Pelatihan
Adanya kebutuhan SI untuk
mengakomodasi kegiatan diklat mulai
dari perencanaan, pelaksanaan sampai ke
laporan pelaksanaannya (saat ini
statusnya sedang dikembangkan).
Mempermudah
penyelenggaraan
pendidikan dan
pelatihan.
Pelaksanaan
Kegiatan
Pendidikan dan
Pelatihan
Adanya kebutuhan pembuatan domain
resmi diklat.big.go.id karena saat ini web
diklat masih menggunakan domain yang
tidak resmi.
Memastikan bahwa
orang akan mengakses
web resmi dari web
diklat dan tidak
mengakses web yang
berbeda-beda.
Pelaksanaan
Kegiatan
Pendidikan dan
Pelatihan
Adanya kebutuhan untuk meningkatkan
akses jaringan ke gedung E.
Kesulitan dalam
mengakses jurnal
maupun e-book.
Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan
E-Library
Gambar 1.17 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama Balai Pendidikan dan Pelatihan Geospasial
52
E. Balai Pelayanan Jasa dan Produk Geospasial
Berdasarakan Peraturan Kepala BIG No. 5/2012 Tentang Balai Pelayanan Jasa dan Produk
Geospasial, Balai ini memiliki tuagas utama yaitu sebagai pelaksana teknis dalam memberikan
pelayanan jasa dan produk geospasial.
Proses organisasi yang terdapat pada Balai Pelayanan Jasa dan Produk Geospasial adalah
proses pelaksanaan pelayanan jasa dan produk geospasial.Dimana pada proses tersebut
diantaranya berupa aktivitas penyusunan rencana dan program di bidang pelaksanaan
pelayanan jasa dan produk geospasial, aktivitas koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan
tugas di bidang pelayanan jasa dan produk, aktivitas pelaksanaan pelayana jasa dan produk
geospasial, aktivitas pelaksanaan penyimpanan dan pelayanan produk geospasial, dan
aktivitas pengelolaan gudang penyimpanan produk geospasial. Dalam mendukung aktivitas-
aktivitas tersebut, balai ini telah memiliki SI pelayanan peta (desktop based) untuk mengelola
inventory peta di gudang, namun masih belum terintegrasi dengan sistem lainnya. Selain itu,
balai ini juga sudah memiliki SI Gudang Peta.
Secara garis besar, pelayanan yang diberikan oleh balai ini adalah pelayanan berupa jasa dan
berupa produk. Contoh pelayanan jasa yang diberikan adalah kerjasama penyusunan batas
daerah, atau tata letak untuk pembuatan kesepakatan batas yang ada di pemerintah daerah.
Sedangkan contoh pelayanan produk adalah terkait penjualan peta cetak, peta digital, peta
tematik, dan atlas.
Berikut adalah ilustrasi dari dukungan sistem informasi pada aktivitas utama dari Balai
Pelayanan Jasa dan Produk Geospasial yang dijelaskan pada Gambar 1.18 .
Pelaksanaan Pelayanan Jasa dan Produk Geospasial
SI Pelayanan Peta
SI Gudang Peta
Gambar 1.18 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama Pelayanan Jasa dan Produk Geospasial
53
Berdasarkan hasil assessment mengenai alur kegiatan di Balai Pelayanan Jasa dan Produk
Geospasial saat ini, diketahui kebutuhan untuk kegiatan selanjutnya ditampilkan pada Tabel
1.17
Tabel 1.17 Kebutuhan dari Balai Pelayanan Jasa dan Produk Geospasial
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pelaksanaan
Pelayanan Jasa
dan Produk
Geospasial
Adanya kebutuhan untuk
meningkatkan penggunaan dan
fungsionalitas layanan e-Commerce.
Saat ini, sudah terdapat aplikasi E-
Commerce untuk membantu penjualan
produk peta BIG namun tidak
digunakan. Hal tersebut karena fitur
payment gateway tidak bisa digunakan
karena kendala dari peraturan dimana
penerima pendapatan harus melalui
rekening PNBP dan jumlah pembayaran
harus sama persis, sedangkan jika
menggunakan payment gateway akan
terkena charge tambahan.
Pemesanan dan
pembayaran produk masih
manual dengan datang ke
BIG.
1.2.9. Dukungan SI terhadap Proses Inspektorat
Berdasarkan Perka BIG No. 3/2012, Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
intern di lingkungan BIG. Kegiatan pada Inspektorat meliputi perumusan dan penyusunan
rencana pengawasan fungsional, pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan, pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat, penyusunan
laporan hasil pengawasan. Secara umum, fungsi Inspektorat adalah melakukan pengawasan
maupun audit internal BIG dan juga melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas
temuan dari pihak eksternal (BPK). Pada Inspektorat terdapat Subbagian Tata Usaha dalam
54
pelaksanaan urusan administasi Inspektorat.Adapun detail dari proses organisasi pada
Inspektorat adalah sebagai berikut:
Kegiatan perumusan dan penyusunan rencana pengawasan fungsional. Kegiatan ini berupa
penyusunan kebijakan pengawasan sebagai acuan bagi Inspektorat dalam melakukan
pengawasan internal.
Kegiatan pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan. Kegiatan ini meliputi pengawasan non program kerja maupun pengawasan
program kerja tahunan. Kegiatan yang dilakukan Inspektorat dalam hal pengawasan internal
adalah audit (audit yang dilakukan berupa audit operasional) dan masih dilakukan dengan
manual menggunakan excel, berikutnya adalah review, evaluasi, pemantauan dan
pengawasan lainnya. Untuk mendapatkan akses terhadap hal-hal yang diperlukan untuk
keperluan audit maupun review yaitu dengan dibuat surat tugas audit. Selain melakukan
pengawasan internal, Inspektorat juga melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut dari
hasil temuan dari pihak eksternal. Terdapat aplikasi Whistle Blowing System (WBS) yang dapat
digunakan baik oleh internal BIG maupun masyarakat untuk melaporkan penyimpangan
maupun keluhan lainnya tentang BIG dan merahasiakan identitas pelapornya. Selain itu ada
juga sistem lapor dari KSP.
Kegiatan pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat. Kegiatan ini berupa penyusunan surat
tugas audit dan dilakukan oleh Subbagian Tata Usaha Inspektorat.
Kegiatan penyusunan laporan hasil pengawasan. Setelah Inspektorat melakukan pelaksanaan
pengawasan internal, maka selanjutnya dilakukan penyusunan laporan dari hasil pengawasan
tersebut. Kegiatan ini juga meliputi penggadaan dan distribusi laporan, entri data laporan hasil
audit, dan update data di SIM HP (SI untuk hasil pemeriksaan baik internal maupun eksternal).
Laporan yang dibuat oleh Inspektorat meliputi:
- Laporan Hasil Audit (LHA).
- Laporan hasil review.
- Laporan hasil Pemantauan.
- Laporan Pelaksanaan Pengembangan Hasil Informasi.
Berikut adalah ilustrasi dari dukungan sistem informasi pada aktivitas utama dari Inspektorat
yang dijelaskan pada Gambar 1.19 .
55
Berdasarkan hasil assessment mengenai alur kegiatan di Inspektorat saat ini, diketahui
kebutuhan untuk kegiatan selanjutnya ditampilkan pada Tabel 1.18 .
Tabel 1.18 Kebutuhan dari Inspektorat
Kegiatan Kebutuhan Dampak
Pelaksanaan
Pengawasan
Fungsional
Adanya kebutuhan SI untuk membantu
pengumpulan dokumen untuk di audit.
Saat ini masing-masing PPK
memberikan manual yaitu dengan
datang langsung ke inspektorat atau
sebaliknya..
Dengan akses ke SI
Kearsipan dan keadaan
dimana SI Kearsipan yang
sudah lengkap diisi oleh
masing-masing PPK akan
mempermudah dan
mempercepat proses
pengumpulan dokumen
untuk di audit.
Pelaksanaan
Pengawasan
Fungsional
Adanya kebutuhan SIM Hasil
Pemeriksaan (SIM HP) baik untuk
pengawasan internal maupun untuk
menyimpan hasil pemeriksaan di BIG
yang dilakukan oleh pihak eksternal
(BPK dan lainnya). Saat ini SIM HP yang
SIM HP akan
mempermudah dan
mempercepat kerja
Inspektorat dalam
melakuan pengawasan
internal dan dalam
Perumusan dan Penyusunan Rencana Pengawasan Fungsional
Pelaksanaan Urusan Administrasi Inspektorat
Pelaksanaan Pengawasan Fungsional
Pengolahan
Manual
WBS Sistem Lapor Manual
Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan
Manual
Gambar 1.19 Dukungan Sistem Informasi dalam aktivias utama Inspektorat
56
Kegiatan Kebutuhan Dampak
sedang dikembangkan baru bisa
menginput dari inputan excel dan
belum bisa modul lainnya. Pada akhir
tahun 2016 diharapkan pengembangan
modul tindak lanjut, vendor, pelaporan,
monitoring, dan modul manajemen
hasil pemeriksaan sudah bisa selesai
dikembangkan untuk menyempurnakan
SIM HP. Saat ini dalam melakukan
pengawasan tindak lanjut dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak
eksternal (BPK dan lainnya), Inspektorat
masih menggunakan excel.
mengawasi tindak lanjut
yang dilakukan oleh pusat-
pusat terkait dengan hasil
pemeriksaan atau temuan
dari pihak eksternal. Hal ini
sangat berguna karena
targetnya adalah dalam 60
hari semua temuan harus
selesai semua di tindak
lanjut.
Pelaksanaan
Pengawasan
Fungsional
Adanya kebutuhan E-PMPRB untuk
upload dokumen fisik penilaian
birokrasi.
Mempermudah media
penyimpanan terkait
dokumen fisik penilaian
birokrasi.
57
1.3. Teknologi Informasi
1.3.1. Analisis Kondisi Infrastruktur TI Saat ini
Untuk merancang infrastruktur TI, maka dibutuhkan analisis kondisi infrastruktur TI saat ini.
Berikut adalah analisis kondisi infrastruktur TI berdasarkan hasil assessment dan
dipresentasikan berdasarkan jenis layanan TI. Jenis layanan infrastruktur didasarkan pada
Cetak Biru TIK BIG tahun 2013-2017. Hasil analisis disampaikan dalam bentuk deskriptif yang
dipresentasikan pada Tabel 1.19. Analisis kondisi infrastruktur yang lebih spesifik dan
mendalam disampaikan pada Dokumen Roadmap Pengembangan Data Center BIG.
Tabel 1.19 Analisis Kondisi Infrastruktur TI Saat Ini
Jenis Layanan Infrastruktur TI Hasil Analisis
Layanan Integrasi BIG sudah menerapkan integrasi untuk beberapa
layanannya namun belum optimal. Untuk mendukung
sasaran strategis BIG sebagai integrator simpul jaringan,
maka BIG perlu menerapkan infrastruktur integrasi
dengan pendekatan service-oriented sehingga bisa
menghubungkan informasi dengan K/L lain dengan
mudah dan aman. Salah satu pendekatan yang sesuai
dengan kondisi BIG adalah dengan menggunakan web
service. Saat ini BIG telah menggunakan ArcGIS Server
sebagai bentuk penerapan web service untuk integrasi
data geografis. Namun perlu dilakukan peningkatan
untuk kebutuhan integrasi lainnya.
Untuk integrasi internal, BIG bisa menerapkan Data
Level EAI ataupun SOA (dengan web service) dengan ESB
sebagai infrastrukturnya. BIG sedang mengembangkan
ESB menggunakan Oracle SOA Suite untuk Inageoportal.
Saat ini BIG telah memiliki infrastruktur Data Level_EAI
namun belum digunakan untuk integrasi. Untuk
58
Jenis Layanan Infrastruktur TI Hasil Analisis
meningkatkan optimalisasi integrasi, perlu dilakukan
standardisasi data dan mekanisme integrasi. Selain itu
perlu didukung langkah non-teknis untuk melakukan
enforcement pelaksanaan integrasi.
Layanan Pengelolaan Data BIG sudah memiliki layanan pengelolaan data yang
didukung infrastruktur DBMS, data extraction, data
transformation dan data loading (ETL). Infrastruktur
untuk platform data menggunakan Oracle Enterprise
Edition 11g R2 yang mendukung DBMS PostgreSQL dan
MySQL.
Proses ETL digunakan dalam kebutuhan konversi data
geografis, yaitu peta, untuk mengubah data peta dalam
standar awal menjadi data peta dalam standar baru
yang disepakati (KUGI). Sudah disediadakan aplikasi
khusus untuk mapping data untuk mendukung proses
transformasi data. Namun proses ini terkendala dalam
pelaksanaannya karena faktor non-teknis. ETL
diperlukan untuk mendukung BIG mencapai sasaran
strategis-nya menjadi simpul jaringan. Data Dictionary
dibutuhkan untuk mendukung integrasi data dan
informasi secara internal dan eksternal.
BIG saat ini belum memiliki Data Warehouse dan OLAP
untuk mendukung proses analisis data untuk membantu
mengambil keputusan. Untuk kedepannya, BIG
membutuhkan infrastruktur High Performance
Computing dan infrastruktur untuk mengelola Big Data.
Layanan Client Saat ini BIG telah memberikan layanan client dengan
menyediakan perangkat komputer client dan software
59
Jenis Layanan Infrastruktur TI Hasil Analisis
pendukungnya. Yang perlu ditingkatkan dalam layanan
client adalah pengelolaan seperti pencatatan perangkat,
maintenance, dan standardisasi perangkat.
Saat ini pengadaan hardware dan software (OS)
diserahkan ke masing-masing pusat dan belum
didefinisikan spesifikasi perangkat yang perlu dipenuhi.
Untuk memudahkan pengelolaan perangkat, maka perlu
dilakukan standardisasi perangkat. Selain itu dibutuhkan
active directory untuk memudahkan dalam akses data,
sharing data, dan penyimpanan data.
Layanan Distribusi BIG menyediakan file server, print server, web server
untuk mendukung layanan distribusi. BIG sudah memiliki
workflow manager namun belum diterapkan. Untuk
kedepannya perlu ditingkatkan job scheduling untuk
membantu proses operasional layanan TI seperti proses
backup maupun proses lainnya. Saat ini job scheduling
dilakukan dengan pendekatan HPC dan Cloud
Computing. Selain itu perlu juga diterapkan active
directory untuk seluruh BIG untuk mendukung
kemudahan akses dan sharing data.
Layanan Komunikasi Layanan komunikasi yang disediakan BIG saat ini antara
lain email dan video conference (Cisco Telepresence).
Untuk layanan email, perlu dilakukan kajian mengenai
peningkatan kapasitas dan performa email server. Saat
layanan email sudah dilengkapi SPAM management
dengan menggunakan Cisco Iron Port. Selain itu, untuk
mendukung komunikasi internal BIG, maka bisa
digunakan instant messaging sehingga bisa membantu
proses komunikasi interaktif. Saat ini sudah digunakan
60
Jenis Layanan Infrastruktur TI Hasil Analisis
fasilitas instant messaging yang ada di webmail zimbra
(ZxChat).
Layanan Server Saat ini terdapat kurang lebih 200 server (virtual) yang
aktif digunakan. Perlu dilakukan perbaikan dalam
pengelolaan virtualisasi server dan standardisasi
perangkat dan platform server yang digunakan.
Layanan Multimedia Salah satu pusat di BIG memiliki tugas untuk
memberikan penyuluhan informasi dalam berbagai
media (Pusat Promosi dan Kerjasama). Kebutuhan ini
perlu didukung oleh layanan Multimedia dari PPIG BIG.
Layanan multimedia ini terdiri dari multimedia content
production dan multimedia content management. Selain
itu dibutuhkan penerapan Digital Right Management
untuk mencegah terjadinya penggunaan informasi
digital milik BIG yang tidak diinginkan. Saat ini sedang
dalam tahap pengembangan untuk layanan
watermarking untuk asset digital.
Layanan Sistem Manajemen Layanan sistem manajemen yang perlu diterapkan
antara lain untuk jaringan, wireless, keamanan dan
server.
Layanan Storage BIG telah menerapkan NAS/SAN untuk layanan
penyimpanan datanya sehingga memberikan
keuntungan skalabilitas. Yang perlu diperbaiki adalah
desain NAS untuk mampu menampung dan
mengakomodasi penyimpanan data BIG dengan
karakteristik produksi data-nya yang memiliki banyak
jenis data dalam ukuran besar. Selain itu perlu
disediakan SOP dan optimalisasi Quota Management
61
Jenis Layanan Infrastruktur TI Hasil Analisis
untuk kontrol pemakaian storage. BIG menggunakan
thin provisioning dalam penerapan Quota Management
untuk storage. Saat ini semua data berusaha
diakomodasi disimpan di storage termasuk data yang
belum final, sehingga kapasitas storage tidak mampu
memenuhi dengan baik untuk kebutuhan lainnya.
Beberapa trigger pemicu kebutuhan storage yang perlu
diperhatikan antara lain kebutuhan storage untuk
migrasi data, untuk master data, untuk historical data
(Data Warehouse), untuk backup, dan untuk sistem
informasi BIG.
Layanan Keamanan BIG telah menerapkan beberapa infrastruktur keamanan
seperti firewall, antivirus, monitoring systems, IPS/IDS,
enkripsi dan sistem autentikasi. Beberapa hal yang perlu
ditingkatkan adalah penerapan sistem logging (log
management systems) secara terpusat untuk
penanganan masalah keamanan dan akses sistem,
penerapan log management untuk akses Data Center,
dan perancangan SOP terkait akses NOC oleh pihak luar.
Selain itu perlu diterapkan patch/upgrade management
untuk mengurasi risiko adanya lubang keamanan.
Layanan Jaringan Besar bandwidth internet adalah 400Mbps untuk LAN
dan 1GB untuk server. Untuk meningkatkan kualitas
layanan jaringan, maka perlu dilakukan review kembali
pada topologi jaringan saat ini untuk mencari
kemungkinan permasalahan seperti bottleneck, SPOF
dan lain sebagainya. Terdapat beberapa segmen
jaringan di atas firewall dan tidak tercakup oleh
monitoring systems. Selain itu perlu dilakukan
62
Jenis Layanan Infrastruktur TI Hasil Analisis
revitalisasi LAN dan peremajaan perangkat jaringan
seperti perangkat access point. Masalah non-teknis yang
dihadapi adalah belum adanya SOP terkait dengan
pengembangan gedung dan instalasi jaringan.
Infrastruktur Fisik Layanan fisik yang diidentifikasi antara lain Data Center,
Disaster Recovery Center, Helpdesk, dan Call Center.
Untuk Data Center, perlu dilakukan assessment secara
menyeluruh dan detil menggunakan standar Data
Center yang dipilih. Salah satu komponen yang perlu
direview adalah penerapan kelistrikan Data Center.
Selain itu perlu direview dan dilakukan peningkatan
sistem pendingin di power room Data Center. Untuk
Disaster Recovery Center, perlu dilakukan peningkatan
DRC karena saat ini DRC belum bisa mencakup semua
kebutuhan backup yang diidentifikasi. Langkah pertama
dalam peningkatan DRC adalah membuat DRP sesuai
dengan kebutuhan organisasi. ke helpdesk namun
belum ada sistem informasi untuk Peningkatan pada
Helpdesk bisa dilakukan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan e-ticketing systems dalam proses
penanganan masalah TI di BIG. Saat ini masih digunakan
email dalam penyampaian keluhan mengelola keluhan
dan penanganan keluhan tersebut. Untuk Call Center,
bisa diterapkan IVR (Interactive Voice Response) untuk
membantu meningkatkan kualitas layanan public BIG.
63
1.3.2. Identifikasi kebutuhan Peningkatan Kapasitas
Pada bagian ini dijelaskan mengenai peningkatan kapasitas untuk layanan infrastruktur
storage, server dan jaringan. Perencanaan peningkatan kapasitas (capacity management
planning) diperlukan untuk menyiapkan infrasttuktur BIG dari peningkatan kebutuhan. Dari
hasil assessment didapatkan bahwa BIG membutuhkan layanan penyimpanan untuk data
geografis yang setiap tahunnya selalu bertambah. Sementara itu, dari layanan jaringan, tidak
didapatkan kebutuhan penambahan yang signifikan karena tingkat utilitas bandwidth saat ini
masih di bawah kapasitas yang ada dan tidak ada kecenderungan kenaikan penggunaan
bandwidth. Untuk layanan server peningkatan kebutuhan didasarkan pada kebutuhan
pengembangan sistem informasi BIG. Kebutuhan peningkatan storage didasarkan pada
pemicu berikut:
- Kebutuhan pengembangan Data Warehouse
- Kebutuhan storage untuk penyimpanan data geografis
- Kebutuhan storage untuk penyimpanan data operasional
- Kebutuhan storage untuk migrasi data
- Kebutuhan storage untuk Backup
Dari input kebutuhan peningkatan data berdasarkan tipe data yang dibutuhkan oleh beberapa
pusat di BIG, diperkirakan peningkatan pertumbuhan data adalah 20% per tahun. Namun
perlu diketahui bahwa belum semua jenis data dicakup dalam analisis tersebut. Sementara
itu, berdasarkan analisis peningkatan penggunaan storage dari Desember 2015 sampai
November 2016, didapatkan bahwa pertumbuhan datanya sebesar 80%. Namun perlu
diketahui juga bahwa peningkatan ini mungkin bersifat event-based karena memang pada dua
tahun ini BIG sedang mengalami transformasi dan peningkatan data yang disimpan semakin
besar. Kedepannya peningkatan data bisa berbeda dari peningkatan data dalam satu tahun
terakhir ini. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk menentukan kebutuhan peningkatan
storage yang lebih akurat.
64
1.4. Tata Kelola TI
1.4.1. Analisis Struktur Organisasi SI/TI Saat Ini
Struktur organisasi pengelola SI/TI di BIG berada di bawah Kedeputian Bidang
Infrastruktur dan Informasi Geospasial. Deputi ini terdiri dari dua Pusat yaitu Pusat
Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial dan Pusat Pengelolaan dan
Penyebarluasan Informasi Geospasial (PPIG). Fungsi pengelolaan TI di organisasi ini berada di
PPIG. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial No. 3 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Informasi Geospasial, Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan
Informasi Geospasial terdiri dari memiliki tugas; melaksanakan penyiapan penyusunan
rencana dan program, perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, penyimpanan,
pengamanan, penyebarluasan, dan penggunaan data dan informasi geospasial, serta
penyiapan pelaksanaan penelitian dan pengembangan, dan pelaksanaan kerja sama teknis di
bidang pengelolaan dan penyebarluasan informasi geospasial. PPIG terdiri atas Bidang
Teknologi Informasi dan Komunikasi Geospasial, Bidang Pengelolaan Data dan Informasi
Geospasial dan Bidang Penyebarluasan Informasi Geospasial. Struktur dari PPIG dapat dilihat
padaGambar 1.20.
Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Geospasial berdasarkan Perka No.3 Tahun 2012
bertugas untuk melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program,
perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, penyusunan norma, pedoman, prosedur,
standar, dan spesifikasi, pengaplikasian teknologi informasi dan komunikasi untuk
Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi
Geospasial
Bidang Pengelolaan Data dan Informasi Geospasial
Bidang Penyebarluasan Informasi Geospasial
Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial
Gambar 1.20 Struktur Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi Geospasial
65
pengelolaan, dan penyebarluasan informasi geospasial, serta pelaksanaan kerja sama teknis
dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar
negeri di bidang teknologi informasi dan komunikasi geospasial. Pada praktik sehari-hari
bidang ini memiliki tugas yang berkaitan dengan pengembangan dan pelayanan teknologi
informasi di Badan Informasi Geospasial.
Bidang Pengelolaan Data dan Informasi Geospasial berdasarkan Perka No. 3 Tahun 2012
memiliki tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program,
perumusan dan pengendalian kebijakan teknis, penyusunan norma, pedoman, prosedur,
standar, dan spesifikasi, penyiapan basis data untuk penyimpanan dan pengamanan data dan
informasi geospasial, serta pelaksanaan kerja sama teknis dengan badan atau lembaga
pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam dan/atau luar negeri di bidang pengelolaan
data dan informasi geospasial. Pada praktik sehari-hari bidang ini memiliki tugas yang
berkaitan dengan pengelolaan data dan informasi geospasial dan non geospasial di Badan
Informasi Geospasial.
Bidang Penyebarluasan Informasi Geospasial berdasarkan Perka No.3 Tahun 2012 memiliki
tugas untuk melaksanakan penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, perumusan
dan pengendalian kebijakan teknis, penyusunan norma, pedoman, prosedur, standar, dan
spesifikasi, penyebarluasan dan penggunaan data dan informasi geospasial, serta pelaksanaan
kerja sama teknis dengan badan atau lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat di dalam
dan/atau luar negeri di bidang penyebarluasan informasi geospasial. Pada praktik sehari-hari
bidang ini memiliki tugas yang berkaitan dengan pengembangan dan pelayanan sistem
informasi atau aplikasi yang digunakan di Badan Informasi Geospasial.
Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumen yang terkait dengan tugas dan fungsi
bidang-bidang dalam PPIG maka didapatkan beberapa kondisi struktur TIK di BIG pada saat
ini.
a. Tugas dan fungsi yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemeliharaan teknologi
informasi berupa infastruktur dan perangkat keras yang digunakan untuk mendukung
sistem informasi dan pengelolaan data di pegang oleh Bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi Geospasial.
66
b. Tugas dan fungsi yang berkaitan dengan pengelolaan, penyimpanan dan pemeliharaan
data dan informasi yang digunakan pada sistem informasi dan aplikasi yang ada di
lingkungan BIG dipegang oleh Bidang Pengelolaan Data dan Informasi Geospasial.
c. Tugas dan fungsi yang berkaitan dengan pengembangan dan pemeliharaan sistem
informasi yang digunakan di lingkungan BIG dipegang oleh Bidang Penyebarluasan
Informasi Geospasial bekerja sama dengan bidang atau deputi yang membutuhkan sistem
informasi tersebut.
d. Perencanaan dan penganggaran kebutuhan sistem informasi dan teknologi informasi
masih bersifat desentralisasi. Setiap bidang atau deputi memiliki perencaaan dan
penganggaran masing-masing untuk memenuhi kebutuhan dan dikomunikasikan dengan
PPIG.
e. Data dan informasi geospasial dikumpulkan dan diolah di masing-masing pusat dengan
menggunakan standar yang digunakan di masing-masing pusat. Data yang sudah
memenuhi standar dikirimkan ke PPIG untuk disimpan dan disebarluaskan.
f. Data dan informasi geospasial yang dikirimkan dari masing-masing pusat disimpan dan
disebarluaskan oleh PPIG yang sebelumnya sudah dievaluasi kualitasnya dengan
menggunakan standar KUGI (Katalog Unsur Geografi Indonesia).
g. Penanganan komplain terkait teknologi informasi, data/informasi dan sistem informasi
dilakukan oleh PPIG dengan menugaskan salah satu staff yang akan menerima komplain
dan meneruskan komplain tersebut kepada pihak terkait. Saat ini, belum ada tugas dan
fungsi tertulis terkait penanganan komplain tersebut.
Beberapa tugas yang dilaksanakan oleh PPIG tidak secara eksplisit dan detail diatur dalam
peraturan yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Badan Informasi Geospasial namun secara
adhoc dilakukan oleh PPIG untuk mendukung jalannya fungsi pengelola SI/TI di lingkungan
BIG. Seperti fungsi penanganan komplain, monitoring, manajemen proyek SI/TI, manajemen
resiko, manajemen keamanan, perencanaan anggaran dan kinerja TI.
1.4.2. Kebijakan dan Proses TIK Saat Ini
67
A. Analisis Proses dan Kebijakan Tata Kelola TI saat ini
Kematangan layanan TI di sebuah organisasi dapat dilihat dari pengimplementasian proses TI
yang mendukung aktivitas organisasi. Proses TI di sebuah organisasi dapat dilihat dari
ketersediaan kebijakan dan prosedur TI. Berdasarkan hasil assessment dan pengecekan
dokumen, saat ini BIG telah didukung beragam kebijakan dan prosedur yang mengelola
layanan TI BIG. Kebijakan dan prosedur akan menjadi dasar untuk menilai
pengimplementasian proses dan aktivitas TI di BIG. Pengukuran proses menggunakan
kerangka kerja Cobit 4.1.
Kebijakan TI yang telah diterapkan di BIG terbagi menjadi lima kategori utama, yaitu kebijakan
tata kelola aplikasi, kebijakan infrastruktur, kebijakan perubahan, kebijakan logic access,
kebijakan reaksi terhadap insiden, kebijakan pemakaian perangkat, dan pengimplementasian
Strategi TI. Setiap kebijakan memiliki detail teknis yang dituangkan ke dalam prosedur.
Batasan dalam Pengukuran tingkat kematangan proses dalam dokumen blueprint, hanya
sebatas pengecekan ketersediaan dokumen kebijakan dan prosedur. Daftar kebijakan dan
prosedur yang telah dipetakan ke dalam proses Cobit 4.1. dapat dilihat pada Tabel 1.20.
Tabel 1.20 Kebijakan dan Prosedur yang Diterapkan BIG
No Kebijakan Prosedur Relevansi Proses Cobit
1 Kebijakan Tata Kelola Aplikasi
Perencanaan Aplikasi EDM02, APO03, APO05, BAI01, BAI02, BAI03
2 Pengembangan Aplikasi - In House
3 Pengembangan Aplikasi – Outsource
4 Uji Coba Aplikasi
5 Implementasi Aplikasi
6 Kebijakan Infrastruktur
Permohonan Update Item Konfigurasi
BAI10
7 Pengaturan Parameter Perangkat
DSS01
8 Inventarisasi dan Update Konfigurasi
BAI09
68
No Kebijakan Prosedur Relevansi Proses Cobit
9 Pengendalian Harian Lingkungan Data Center
DSS02
10 Pemeliharaan Bulanan Data Center
DSS02
11 Pemeliharaan dan Perbaikan Data Center
DSS02, DSS03
12 Pengaturan Akses Jaringan Komunikasi Data
APO13
13 Kebijakan Perubahan
Permintaan Perubahan BAI06, BAI07
14 Perubahan Sistem
15 Migrasi Data
16 Kebijakan Logic Access
Pembuatan Akun Baru EDM03, APO12, APO13
17 Perubahan Akses Akun
18 Pengaturan Akses Aplikasi
19 Penghapusan Akun
20 Pengendalian Akses Logic
21 Kebijakan Reaksi terhadap Insiden
Manajemen Insiden APO12, APO13, DSS05
22 Manajemen Problem
23 Kehilangan Perangkat
24 Penyelesaian dan Pelaporan
25 Penanganan Insiden Keamanan Informasi
26 Kebijakan Pemakaian Perangkat
Peminjaman Insidental Perangkat
APO12
27 Permintaan Penggunaan Perangkat
28 Penarikan Perangkat
69
No Kebijakan Prosedur Relevansi Proses Cobit
29 Penggantian Perangkat
30 Pengimplementasian Strategi TI
Pengimplementasian ITMP APO02, APO04, BAI09
31 Pengimplementasian Enterprise Architecture
B. Pengukuran Kematangan Proses
Pengukuran kematangan proses TI BIG dilakukan dengan mengevaluasi ketersediaan artefak
yang dibutuhkan pada proses TI CObit 4.1. Artefak yang digunakan untuk pengukuran Cobit
4.1. terdiri dari kebijakan, prosedur, dan dokumen pendukung. Penilaian kematangan proses
didasarkan pada tingkat persentase ketersediaan artefak.
Hasil penilaian akan dibagi menjadi tiga kategori yaitu rendah (0-25%), sedang (50-70%), dan
terpenuhi (100%). Diharapkan setelah diperoleh nilai kemapanan dari setiap proses, dapat
diketahui proses mana saja yang butuh diterapkan maupun ditingkatkan. Setelah diketahui
proses yang perlu ditingkatkan, maka selanjutnya diidentifikasi kebutuhan artefak pendukung.
Detail dari evaluasi proses dan kebutuhan artefak dapat dilihat pada Tabel 1.21.
Tabel 1.21 Evaluasi Proses dan Kebutuhan Artefak Pendukung Tata Kelola TI
Kode Proses
Cobit Proses Artefak Pendukun
g (Evidence)
Maturity (%)
Kebutuhan Artefak
Plan and Organize
PO1 Define a strategic IT plan.
IT Strategic Planning (2013 – 2017)
100
PO2 Define the information architecture.
Enterprise Architecture
100
PO3 Determine technological direction.
IT Strategic Planning (2013 – 2017)
100
70
Kode Proses
Cobit Proses Artefak Pendukun
g (Evidence)
Maturity (%)
Kebutuhan Artefak
PO4 Define the IT processes, organisation and relationships.
Kebijakan dan SOP TI, layanan TI, Struktur Organisasi BIG
50 Kebijakan dan SOP TI, Layanan TI, Vendor Management, dan mekanisme relasional
PO5 Manage the IT investment.
- 0 IT Steering Committee, Portofolio Aplikasi, IT Budget/Investment
PO6 Communicate management aims and direction.
Balance Scorecard untuk level organisasi
100
PO7 Manage IT human resources.
Tupoksi SDM TI
50 Portofolio Kompetensi TI SDM, Pelatihan dan sertifikasi SDM TI
PO8 Manage quality. Standar pengembangan dan akuisisi SI/TI
50 Standar kualitas Pengelolaan SI/TI
PO9 Assess and manage IT risks.
Manajemen Insiden Manajemen Problem
70 Risk Assessment
PO10 Manage projects. IS Project Management
70 Business Case, Portofolio SI/TI, Kebijakan dan SOP Manajemen Proyek
Acquire and Implement
AI1 Identify automated solutions.
IT Strategic Planning, Enterprise Architecture, Kebijakan Tata Kelola Aplikasi
100
71
Kode Proses
Cobit Proses Artefak Pendukun
g (Evidence)
Maturity (%)
Kebutuhan Artefak
AI2 Acquire and maintain application software.
Kebijakan Tata Kelola Aplikasi
100
AI3 Acquire and maintain technology infrastructure.
Kebijakan Infrastruktur
100
AI4 Enable operation and use.
Kebijakan Pemakaian Perangkat
50 User Manual, Maintenance Manual, Metode pelatihan
AI5 Procure IT resources. Kebijakan Pengadaan Perangkat
50 Vendor Management, Portofolio Aplikasi, dan Standar Pengadaan SI/TI
AI6 Manage changes. Kebijakan Perubahan
100
AI7 Install and accredit solutions and changes.
Kebijakan Perubahan
100
Deliver and Support
DS1 Define and manage service levels.
- 0 SLA/OLA Layanan TI, Realisasi kinerja proses, portofolio layanan SI/TI
DS2 Manage third-party services.
- 0 Vendor Management, Manajemen kontrak, katalog barang pengadaan
DS3 Manage performance and capacity.
- 0 SLA, Capacity Planning, KPI untuk layanan TI
DS4 Ensure continuous service.
Incident Management; Backup Planning;
0 BCP, SLA, DRP, DRC
DS5 Ensure systems security. Kebijakan Logic Access
25 Information Security: IS, IT, dan Data
72
Kode Proses
Cobit Proses Artefak Pendukun
g (Evidence)
Maturity (%)
Kebutuhan Artefak
DS6 Identify and allocate costs.
- 0 IT Investment, Portofolio Aplikasi, IT Steering Committee, KPI untuk layanan TI
DS7 Educate and train users. - 0 Portofolio Kompetensi TI SDM, Kebutuhan Pelatihan TI
DS8 Manage service desk and incidents.
IS Helpdesk
70 Dukungan E-Ticketing, Optimization SLA
DS9 Manage the configuration.
Kebijakan infrastruktur
50 Prosedur konfigurasi SI dan TI
DS10 Manage problems. Kebijakan Reaksi terhadap Insiden
100
DS11 Manage data. Kebijakan Logic Access
25 QA/QC Procedure, Data Security, Data Governance
DS12 Manage the physical environment.
Kebijakan Logic Access, Kebijakan aplikasi, Kebijakan Infrastruktur
25 Physical Security
DS13 Manage operations. - 0 Penetapan SLA, Prosedur Pelayanan PPIG, Dukungan E-Ticketing, KPI untuk Layanan TI
Monitor and Evaluate
ME1 Monitor and evaluate IT performance.
IT BSC 0 Penetapan SLA,
ME2 Monitor and evaluate internal control.
- 0 Risk Assessment, BCP, KPI untuk layanan TI
ME3 Ensure compliance with external requirements.
- 0 Risk Assessment, BCP, KPI untuk layanan TI
73
Kode Proses
Cobit Proses Artefak Pendukun
g (Evidence)
Maturity (%)
Kebutuhan Artefak
ME4 Provide IT governance. Tupoksi organisasi TI
50 Kebijakan dan prosedur penetapan keputusan, pengelolaan TI,
C. Ringkasan Hasil Evaluasi Tata Kelola TI
Dari hasil evaluasi proses yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh informasi proses
yang telah optimal ada 10 proses, proses yang perlu ditingkatkan ada 10 proses, dan proses
yang perlu diterapkan ada 14 proses. Proses yang tidak optimal dan rentan di BIG terdapat
pada domain Deliver and Support dan Monitor and Evaluate. Proses yang perlu ditingkatkan
lebih banyak pada domain Plan and Organize. Proses yang cukup mapan di BIG terdapat pada
domain Acquire and Implement.
Gambar hasil evaluasi dari proses BIG dengan pendekatan Cobit dapat dilihat pada Gambar
1.21. Dari hasil evaluasi proses TI tersebut, maka diidentifikasi beberapa proses TI yang perlu
diterapkan dan ditingkatkan. Proses-proses TI tersebut dapat dirangkum ke dalam tujuh
Kebijakan TI, yaitu:
1. Manajemen Layanan TI
Saat ini layanan TI di BIG tidak memiliki prosedur yang mengatur ketersediaan layanan TI
dan menjamin kualitasnya. Selain itu layanan TI juga belum didukungan prosedur layanan
service desk serta daftar layanan TI.
2. Peningkatan Pengelolaan Aplikasi dan Infrastruktur
Saat ini BIG sudah didukung oleh kebijakan dan prosedur aplikasi dan infrastruktur. Hanya
saja, pengelolaan aplikasi dan infrastruktur perlu ditingkatkan. Beberapa proses yang
perlu ditingkatkan antara lain perencanaan aplikasi, prosedur penggunaan aplikasi,
prosedur pelatihan, dan prosedur konfigurasi SI/TI.
74
Gambar 1.21 Evaluasi Layanan dan Proses TI di BIG berdasarkan Cobit 4.1
3. Tata Kelola Data
Saat ini pengelolaan data di BIG telah menerapkan standar data spasial dan menjamin
kualitas data spasial. Kondisi tersebut menunjukan BIG telah memperhatikan pentingnya
kualitas data. Meskipun begitu, penjaminan kualitas data tersebut belum mencakup data
dan informasi untuk keseluruhan BIG.
4. Manajemen Pengetahuan
BIG telah memiliki SI dan infrastruktur TI yang cukup mapan untuk mendukung
kebutuhan layanan TI. Dalam penyediaan SI/TI tersebut menyebabkan banyak
pengetahuan yang dihasilkan, sebagai contoh adalah Kebijakan dan SOP terkait TI,
konfigurasi TI, user manual, portofolio SI, portofolio TI, dan portofolio layanan TI.
Pengetahuan tersebut harus dikelola dengan baik, agar memudahkan pengguna
mengakses pengetahuan lebih cepat.
75
5. Manajemen Keamanan informasi
Berdasarkan hasil evaluasi proses TI, ditemukan bahwa perhatian untuk keamanan
informasi di BIG cukup rendah. Keamanan informasi dibutuhkan untuk menjaga kualitas
data, kerahasiaan data, integrasi data, dan keakuratan data. manajemen keamanan
informasi perlu diperhatikan dalam tiga layer TI, yaitu Sistem Informasi, Teknologi
Informasi, dan Data.
6. Manajemen Investasi TI
Saat ini BIG belum memiliki manajemen investasi TI secara mapan. Beberapa kendala
terkait manajemen investasi TI BIG adalah belum memiliki peran komite untuk
pengambilan keputusan, pengelolaan anggaran, pengelolaan kerja sama dengan pihak
ketiga.
7. Manajemen Kompetensi SDM TI
Untuk meningkatkan kualitas layanan TI, perlu dikaji kebutuhan terkait peningkatan
kompetensi SDM TI. Dalam upaya peningkatan kompetensi SDM TI, BIG perlu melakukan
beberapa penyesuaian, seperti restrukturisasi organisasi TI secara fungsional,
penyesuaian daftar kompetensi SDM TI, serta pelatihan dan sertifikasi SDM TI.
8. Manajemen Bencana
BIG perlu merancang Business Continuous Plan (BCP) serta Disaster Recovery Plan (DRP)
untuk mitigasi risiko akibat gangguan dan bencana yang mempengaruhi proses dan
aktivitas BIG. Adanya BCP dan DRP dapat menjaga keberlangsungan proses organisasi
BIG, sehingga komunikasi data tetap berjalan baik di proses internal, maupun dalam
menghubungkan simpul jaringan.
1.4.3. Mekanisme Relasional
Mekanisme relasional mengatur interaksi antar pihak yang berkepentingan dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan SI/TI. Pada bagian ini dijelaskan mekanisme
relasional yang terjadi di BIG pada saat ini yang dipetakan berdasarkan jenis bidang
pengambilan keputusan yang didefinisikan oleh Weil dan Ross. Setelah itu, dibahas mengenai
isu yang terjadi. Selanjutnya dibahas mengenai kebutuhan mekanisme relasional yang akan
diimplementasikan di BIG berdasarkan pada struktur organisasi yang diajukan pada bagian
struktur organisasi dan untuk meningkatkan kondisi mekanisme relasional pada saat ini.
76
A. Analisis Metode Pengambilan Keputusan SI/TI BIG Saat Ini
Berdasarkan best practice, Tata kelola SI/TI memiliki beberapa pola/archetype pengambilan
keputusan. Pola/archectypeuntuk menggambarkan kombinasi pihak-pihak yang hak
melakukan pengambilandan pemberi masukan untuk pengambilan 5 keputusan TI. Berikut ini
adalah Pola/archetypes Tata Kelola TI (IT Governance Archetype):
a. Business monarchy
Pengambilan keputusan dilakukan oleh beberapa orang dari pihak eksekutif bisnis
atau eksekutif individual (CEO misalnya). Termasuk dewan direksi, tidak termasuk
eksekutif TI. Dalam konteks BIG, pola ini berlaku jika pengambil keputusan atau
pemberi masukan terkait keputusan TI adalah selevel kepala BIG, deputi dan pusat-
pusat.
b. IT monarchy
Pengambil keputusan dilakukan oleh individu atau sekelompok eksekutif TI. Dalam
konteks BIG, pola ini berlaku jika pengambil keputusan atau pemberi masukan terkait
keputusan TI adalah selevel Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan Informasi
Geospasial.
c. Feudal
Pengambilan keputusan dilakukan oleh pemimipin unit bisnis, pemilik proses bisnis,
atau delegasinya. Dalam konteks BIG, pola ini berlaku jika pengambil keputusan atau
pemberi masukan terkait keputusan TI adalah selevel kepala pusat atau pihak yang
mendapat delegasi dari kepala pusat.
d. Federal
Pengambilan keputusan dilakukan oleh pimpinan eksekutif dan bisnis (misalnya CEO),
bisa juga termasuk eksekutif TI (misalnya CIO) sebagai partisipan tambahan. Dalam
konteks BIG, pola ini berlaku jika pengambil keputusan atau pemberi masukan terkait
keputusan TI adalah selevel Kepala BIG atau Deputi, bisa juga termasuk pihak dari
PPIG sebagai partisipan tambahan (tidak wajib ada).
e. IT Duopoly
Pengambilan keputusan dilakukan oleh eksekutif TI dan satu pimpinan lainnya
(misalnya CIO dengan CEO). Dalam konteks BIG, pola ini berlaku jika pengambil
77
keputusan atau pemberi masukan terkait keputusan TI adalah selevel kepala PPIG
dengan salah satu deputi.
f. Anarchy
Pengambilan keputusan dilakukan oleh setiap pihak individu. Dalam konteks BIG, pola
ini berlaku jika pengambil keputusan atau pemberi masukan terkait keputusan TI
adalah adalah masing-masing pimpinan atau perwakilan pusat tanpa adanya suatu
koordinasi.
Pola pengambilan keputusan diatas dilakukan untuk memutuskan 5 bidang keputusan TI yang
terdiri atas Prinsip-prinsip TI/IT Principles, Arsitektur TI/IT Architecture, Infrastruktur TI/IT
Infrastructure, Kebutuhan aplikasi/Application Needs, dan prioritasi serta investasi/IT
Investment and Prioritization. Penjelasan dari masing-masing keputusan diatas dan analisis
keberadaan pelaksanaan beserta pola pengembilan keputusan yang berlaku Di BIG adalah
sebagai berikut :
1. IT Principles Decision, yaitu pengambilan keputusan terhadap prinsip penggunaan
teknologi informasi. Prinsip TI adalah sekumpulan pernyataan yang bersifat high-level
mengenai penggunaan dan peran teknologi informasi dalam organisasi. Prinsip TI ini
menjadi acuan dan dasar untuk pengambilan keputusan di bidang lain. Beberapa
keputusan yang diambil di bidang ini adalah keputusan peran TI dalam mendukung model
operasi kegiatan organisasi dan pendaaan TI di lingkungan organisasi.
Pengambilan keputusan yang terkait dengan prinsip TI di lingkungan BIG belum tersedia. Hal
ini diakibatkan oleh belum adanya keputusangan mengenai prinsip-prinsip SI/TI di lingkungan
BIG. Peran SI/TI belum ditentukan secara formal dalam kegiatan di organisasi.
2. IT Architecture Decision, yaitu pengambilan keputusan TI yang terkait dengan pengelolaan
logis untuk data, aplikasi, dan infrastruktur yang tertulis dalam suatu kebijakan,
hubungan, dan peraturan teknis untuk mencapai standar dan integrasi teknis dan bisnis
yang diharapkan. Pertanyaan-pertanyaan kunci berikut berikut setidaknya terjawab
dalam pengambilan keputusan ini:
a. Apa proses bisnis inti di dalam BIG dan bagaimana mereka saling terkait?
b. Apa saja informasi yang menentukan proses bisnis inti tersebut? Bagaimana
informasi tersebut seharusnya saling terintegrasi?
78
c. Apa saja kapabilitas teknis yang seharusnya distandardisasi di seluruh BIG untuk
mendukung efisiensi implementasi TI dan memfasilitasi standardisasi proses serta
integrasinya?
d. Apa saja aktivitas yang harus distandardisasi di seluruh BIG untuk mendukung
integrasi data?
e. Teknologi apa yang dipilih yang akan digunakan dalam implementasi TI?
Pengambilan keputusan yang terkait dengan arsitektur TI di lingkungan BIG adalah
bersifat feudal. Dalam pengambilan keputusan mengenai arsitektur sistem informasi,
setiap pusat memutuskan sendiri terkait arsitektur sistem informasi yang dikembangkan
pada setiap pusat tersebut.
3. IT Infrastructure Decision, yaitu pengembilan keputusan yang terkait layanan TI yang
menjadi fondasi kapabilitas TI di Organisasi. Pertanyaan-pertanyaan kunci berikut berikut
setidaknya terjawab dalam pengambilan keputusan ini:
a. Layanan infrastruktur apa saja yang paling penting untuk mencapai tujuan BIG?
b. Untuk setiap kelompok kapabilitas, layanan infrastruktur apa yang seharusnya
diimplementasikan di BIG dan bagaimana kebutuhan service-level untuk setiap
layanan itu?
c. Apa rencananya untuk menjaga agar teknologi inti yang digunakan tetap dalam
versi terbaru?
d. Apa saja layanan infrastruktur yang harus di-outsource?
Pengambilan keputusan yang terkait dengan infrastruktur TI di lingkungan BIG adalah IT
Monarchy. Unit pengelola TI yaitu PPIG memutuskan keputusan yang berkaitan dengan
infrasturktur TI yang digunakan di lingkungan BIG.
4. Applications Needs Decision, yaitu pengambilan keputusan yang terkait dengan penentuan
kebutuhan organisasi BIG untuk pengembangan aplikasi sendiri atau pembelian aplikasi
dari pihak luar BIG. Pertanyaan-pertanyaan kunci berikut berikut setidaknya terjawab
dalam pengambilan keputusan ini:
a. Apa saja peluang yang ada untuk mengimplementasikan aplikasi yang baru?
b. Bagaimana kebutuhan organisasi dapat ditentukan dalam standar arsitektur?
Kapan kebutuhan bisnis perlu diberikan pengecualian terhadap suatu standar?
79
c. Siapa yang akan memiliki hasil dari setiap proyek dan perubahan yang
diimplementasikan untuk memastikan nilai yang didapat tepat sasaran?
Pengambilan keputusan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan orgniasasi di
lingkungan BIG bersifat feudal. Setiap pusat memutuskan sendiri terkait kebutuhan sistem
informasi atau aplikasi yang dikembangkan pada setiap pusat tersebut.
5. IT Investment and Prioritization Decision, yaitu keputusan yang berkaitan dengan berapa
banyak dan di mana saja investasi TI akan diberikan, termasuk persetujuan proyek dan
justifikasi yang layak. Pertanyaan-pertanyaan kunci berikut berikut setidaknya terjawab
dalam pengambilan keputusan ini:
a. Perubahan proses atau pengembangan apa yang secara strategis paling penting
untuk BIG?
b. Bagaimana distribusi di dalam protofolio TI saat ini? Apakah portofolio itu
konsisten terhadap sasaran strategis BIG?
c. Manakah yang lebih penting, investasi di setiap biro atau investasi untuk BIG
secara keseluruhan? Apakah investasi yang sebenarnya mencerminkan
kepentingannya?
Pengambilan keputusan yang terkait dengan investasi dan prioritasi TI di lingkungan BIG
bersifat feudal. Setiap pusat memutuskan sendiri terkait investasi yang mereka lakukan
dalam proyek TI pada setiap pusat tersebut. Namun, Unit Pengelola TI dapat memberikan
masukan dalam penentuan keputusan ini.
Berdasarkan analisis pelaksanaan tata kelola TI diatas, gambaran secara ringkas
pelaksanaan 5 keputusan TI dan pola pengambilan keputusan yang berlaku di BIG saat ini
dapat dilihat pada Tabel 1.22.
80
Tabel 1.22 Metode Pengambilan Keputusan SI/TI BIG Saat Ini
Decision
Architype
IT Principle IT Architecture IT Infrastructure Application Needs IT Investation and Prioritazaion
Input Decision Input Decision Input Decision Input Decision Input Decision
Business Monarchy
IT Monarchy PPIG PPIG
Feudal Deputi/ Pusat
Deputi/ Pusat
Deputi/ Pusat
Deputi/ Pusat
Deputi/ Pusat
Federal
IT Duopoly Kepala Pusat / PPIG
Kepala Pusat / PPIG
Anarchy
Tidak tersedia Belum tersedia
Belum tersedia
81
Bab 2. Analisis Strategi SI/TI Masa
Depan
Untuk memastikan agar analisa kebutuhan diperoleh secara komprehensif, maka tahapan ini
dilaksanakan dengan mengkombinasikan analisis yang bersifat top down dan analisa yang
bersifat bottom-up. Analisis kebutuhan yang bersifat top-down adalah analisis kebutuhan TI
yang dilakukan melalui analisis terhadap arahan high-level ataupun arahan strategis BIG.
Arahan strategis ini bisa berupa evaluasi implikasi kebutuhan TI sebagai konsekuensi dari
usaha realisasi visi organisasi dan rencana strategis organisasi. Analisasi kebutuhan secara top
down juga dilakukan sebagai bagian dari implikasi penerapan kepatuhan terhadap regulasi
sebagai berikut.
2.1. Arahan Strategis
2.1.1. Visi dan Rencana Strategis Organisasi
Mengacu pada dokumen renstra BIG, visi Badan Informasi Geospasial tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
MENJADI INTEGRATOR PENYELENGGARAAN INFORMASI GEOSPASIAL SEBAGAI LANDASAN
PEMBANGUNAN INDONESIA
Dalam dokumen tersebut dijelaskan bahwa arti BIG sebagai “integrator penyelenggaraan
informasi geospasial” adalah BIG harus mampu menjadi institusi penggerak utama (prime
mover) dalam penyelenggaraan informasi geospasial.
Penggerak utama sendiri, bermakna bahwa BIG dalam pelaksanaan penyediaan layanan
Informasi geospasial secara umum harus berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pengguna
82
dan melakukan terobosan kreatif. Selain itu arti penggerak utama berarti, BIG juga dituntut
mampu menyediakan layanan yang bersifat konsultasi dan dukungan teknis menjadi
konsultan bagi kementerian/lembaga/pemerintah daerah dalam bidang informasi geospasial.
Adapun makna “penyelenggaraan informasi geospasial sebagai landasan pembangunan
Indonesia” adalah informasi geospasial yang dihasilkan BIG harus dapat digunakan sebagai
dasar dan fondasi untuk pembangunan nasional. Perlu diperhatikan disini bahwa penekanan
utamanya terletak pada kemanfaatan ataupun kontribusi bagi pembangunan nasional dari
informasi geospasial dan konsultasi yang disediakan BIG bagi kementerian/lembaga
/pemerintah daerah.
Penjabaran visi dan misi BIG dijelaskan secara lebih spesifik dalam tujuan jangka panjang dari
dari renstra BIG sebagai berikut:
1. Terselenggaranya IG yang berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) melalui
kolaborasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.
2. Tersedianya akses terhadap IG melalui satu pintu, kapanpun dan dimanapun
3. Termanfaatkannya IG dalam pemerintahan dan aspek kehidupan masyarakat
Tujuan ini jelas memberikan gambaran umum mengenai kapabilitas utama yang harus dimiliki
oleh BIG terutama didalam penyedian layanan yang bersifat geospasial. Kapabilitas ini
merupakan suatu kumpulan kompetensi yang memungkinkan BIG memanfaatkan dan
mengkombinasikan seluruh sumber daya yang dimiliki secara holistik agar memiliki
karakteristik sesuai dengan tujuan tersebut. Adapun penjabaran dari masing-masing tujuan
adalah sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan IG yang berdaya guna efisien. Yang berarti pemrosesan data
geospasial dilakukan dengan menghemat sumber daya. Sumber daya yang dimaksud
adalah sumber daya administratif prosedural, sumber daya infrastruktur TI yakni
sumber daya berupa jaringan, perangkat server maupun storage dan efisiensi SDM
dimana idealnya dari pelaksanaan SDM dapat dapat dilakukan dengan sdm.
2. Berhasil guna/efektif. Maksud dari kriteria ini adalah agar data geospasial yang
dihasilkan oleh masing-masing pusat di BIG harus dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan sehingga diperoleh informasi geospasial yang dapat memberikan
tingkat kemanfaatan yang lebih tinggi bagi kegiatan pembangunan.
83
3. Melalui kolaborasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi, adalah pentingnya kejelasan
mekanisme koordinasi dalam penyelenggaran informasi geospasial. Baik itu dilakukan
dalam pengembilan keputusan-keputusan TI utama, maupun kegiatan pengelolaan
kebijakan pengelolaan data kualitas data baik data yang dihasilkan internal maupun
data dalam kerjasama dengan pihak eksternal.
4. Akses melalui satu pintu kapan-pun dan dimanapun, pada dasarnya kapabilitas ini
merupakan kapabilitas yang dicapai dengan melakukan optimalisasi dari realisasi
tujuan no 1, 2, dan 3.
5. Termanfaatkannya IG dalam pemerintahan, merupakan hasil yang akhir dari
pelaksanaan tujuan no 1, 2, 3 dan 4.
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dalam renstra, BIG telah mendefinisikan enam strategi
yang digunakan untuk merealisasikan tujuan diatas. Strategi merupakan suatu rencana yang
didesain untuk mencapai tujuan jangka panjang sebagai berikut:
1. Optimalisasi penyelenggaraan informasi geospasial nasional, yang akan direalisasikan
dengan terwujudnya layanan prima informasi geospasial satu pintu. Pelaksanaan ini
dicapai dengan melakukan optimalisasi kegiatan pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan, penyebarluasan dan pengamanan data geospasial dan informasi
geospasial
a. Penguatan fungsi koordinasi penyelenggaraan informasi geospasial nasional.
Ini dilakukan dengan meningkatkan dan mengoptimalkan koordinasi internal
dan eksternal dengan K/L/P dalam rangka perencanaan, penyediaan dan
pemutakhiran informasi geospasial satu pintu. Membangun kerjasama
strategis dengan perguruan tinggi dalam rangka pengembangan lembaga
pelatihan dan pembinaan IG di daerah.
b. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas infrastruktur informasi geospasial
untuk mengantisipasi perkembangan kebutuhan penyelenggaraan informasi
geospasial. Ini dicapai dengan menyusun kebijakan, kelembagaan dan standar
informasi geospasial yang efektif dan efisien, memperbesar kapasitas dan
kapabilitas teknologi dan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan.
c. Mendorong penelitian yang mendukung pencapaian visi BIG.
Mengembangkan rencana induk penelitian yang selaras dengan renstra BIG
84
sehingga kegiatan penelitian yang dilakukan sejalan dengan arah
pengembangan BIG selama 5 tahun kedepan. Rencana induk penelitian ini
akan menjadi referensi yang membantu meningkatkan kesadaran peneliti
tentang tema penelitian yang mendukung pencapaian visi BIG melalui
sosialisasi secara komprehensif, sehingga topik penelitian yang dipilih peneliti
relevan dengan visi, misi maupun arah kebijakan dan strategi BI.
2. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas BIG melalui optimalisasi pelaksanaan
reformasi birokrasi gelombang III.
a. Mendorong akselerasi pelaksanaan program reformasi birokrasi di lingkungan
BIG. Strategi ini dicapai dengan melakukan penyempurnaan proses organisasi
penyelenggaran informasi geospasial BIG. Mengharmonisasikan tugas dan
fungsi K/L untuk menentukan posisi penyelenggaran informasi geospasial
skala nasional. Mengoptimalkan pengelolaan SDM berdasarkan kompetensi
dan prinsip sistem merit serta menerapkan manajemen perubahan dan
peningkatan hubungan kerja pegawai.
b. Penguatan fungsi Inspektorat. Ini dilakukan dengan mendefinisikan dan
menerapkan rencana aksi revitalisasi peran inspektorat dalam memperkuat
pengawasan internal.
Secara ringkat prioritas dari arah strategi BIG dapat digambarkan dalam rumah strategi BIG.
Strategi yang menjadi fondasi menunjukkan prioritas utama, prioritas kedua adalah strategi
yang menjadi pilar dari rumah, prioritas ketiga adalah kelompok strategi yang menjadi langit-
langit yang menjadi awal dari terealisasikannya visi BIG. Gambar dari strategi BIG disajikan
pada Gambar 2.1.
85
Gambar 2.1 Strategi Organisasi BIG
Jika rumah strategi pada Gambar 2.1 diatas disusun pentahapannya sesuai periode
tahunannya maka realisasi dari sasarannya dapat dilihat pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Realisasi Sasaran Strategis Organisasi BIG
Mengacu pada gambar diatas dapat dilihat bahwa bahwa proses penerapan strategi BIG
dilakukan berdasarkan prinsip perbaikan berkelanjutan. Perbaikan dimulai dari strategi-
strategi yang menjadi fondasi strategi kemudian dilanjutkan pada strategi BIG yang menjadi
pilar dan terakhir strategi di langit-langit yang menjadi awal untuk mencapai visi BIG.
2.1.2. Analisis Kebutuhan Kompetensi TI
86
Agar BIG dapat merealisasikan visi, misi, tujuan dan strategi yang telah dibahas diatas
tentunya diperlukan serangkaian kompetensi organisasi, termasuk didalamnya kompetensi
organisasiTI. Definisi kompetensi disini adalah penerapan sumber daya TI sehingga tujuan
maupun sasaran strategis TI organisasi dapat terwujud.
Yang dimaksud sumber daya adalah kumpulan dari faktor yang tersedia yang dimiliki dan
dikendalikan oleh organisasi. Sumber daya ini bisa berupa faktor yang bersifat tangible seperti
data, aplikasi, infrastruktur TI atau bersifat intangible seperti skill, pengalaman, informasi dan
pengetahuan SDM. Namun untuk dapat mengidentifikasi kompetensi TI tersebut, perlu
dipastikan bahwa kompetensi tersebut selaras dengan sasaran strategis BIG. Oleh karena itu
sebelum mengidentifikasi kompetensi TI tersebut terlebih dahulu di-identifikasi sasaran
strategis TI yang menjadi dasar bagi penentuan kebutuhan kompetensi TI BIG.
Untuk menentukan sasaran strategis TI, dilakukan dengan dua pendekatan, yakni pendekatan
dengan menggunakan best practice berdasarkan kerangka kerja Cobit. Sedangkan pendekatan
yang kedua adalah pendekatan dengan menganalisasi lebih lanjut turunan kerangka balanced
scorecard pada unit kerja yang melakukan pengelolaan TI di BIG.
Pendekatan dengan menggunakan evaluasi berdasarkan Cobit di dasari pertimbangan bahwa
didalam kerangka kerja Cobit terdapat best practice yang memberikan referensi penurunan
antara sasaran strategi (dikenal dengan enterprise goal) dengan sasaran strategis TI (dikenal
dengan IT related goal). Untuk bisa memanfaatkan pendekatan tersebut terlebih dahulu
dikontekstulisasikan sasaran strategis yang ada di BIG dengan enterprise goal yang ada dalam
kerangka kerja cobit. Selanjutnya berdasarkan enterprise goal tersebut ditentukan IT related
goal yang relevan, kemudian ditentukan dan dikontekstualisasikan sasaran strategis TI BIG
yang sesuai.
Berdasarkan pendekatan tersebut selanjutnya diperoleh penurunan sasaran strategis BIG
seperti yang terlihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Identifikasi Sasaran Strategis TI
87
No Perspektif Sasaran Strategis Sasaran Strategis TI
1. Stakeholder: apa yang
harus BIG
kontribusikan?
Meningkatnya pemanfaatan
IG dalam pelaksanaan
agenda prioritas nasional
berbasis kewilayahan (Nawa
Cita)
1. Kemampuan menunjukkan
hubungan positif antara
penerapan TI dengan
pemanfaatan layanan IG dalam
rangka mendukung kebijakan
satu peta
2. Customer : citra apa
yang dikembangkan
BIG dalam
hubungannya dengan
stakeholder/kustomer
1. Terwujudnya integrasi IG
dalam pemenuhan
kebutuhan pembangunan
nasional
2. Meningkatnya kepuasan
pengguna produk dan
layanan BIG.
1. Meningkatnya kualitas
Layanan simpul Jaringan dan
Layanan umum berbasis TI
3. Internal : Apa proses
organisasi yang harus
dikuasai?
1. Tersedianya kebijakan
yang relevan dengan
kebutuhan penyelenggaraan
IG yang sesuai dengan
agenda prioritas nasional.
2. Terwujudnya satu IGD
sebagai referensi nasional
yang menjadi acuan
penyelenggaraan IG.
3. Terwujudnya satu
database geospasial yang
1. Tersedianya data dan
informasi IGD dan IGT berbasis TI
yang handal dengan
kemanfaatan berkelanjutan
2. Tersedianya Infrastruktur dan
sistem informasi secara handal
dan adaptif
3. Amannya informasi, aplikasi
dan infrastruktur TI
88
No Perspektif Sasaran Strategis Sasaran Strategis TI
menjadi acuan
penyelenggaraan IG.
4. Terwujudnya satu
geoportal yang menjadi
acuan penyelenggaraan IG.
5. Dimanfaatkannya inovasi,
teknologi, metode, dan
metodologi dalam
mempercepat
penyelenggaraan IG.
6. Meningkatnya kepatuhan
penyelenggaraan IG sesuai
standar penyelenggaraan IG.
4. Learn & Growth:
bagaimana
mengembangkan
organisasi
1. Terselenggaranya
Reformasi Birokrasi Badan
Informasi Geospasial (BIG)
sesuai roadmap Reformasi
Birokrasi Nasional (RBN)
2015 - 2019
1. Meningkatnya pengetahuan,
keahlian, kompetensi dan
motivasi SDM TI BIG
Pendekatan dengan menggunakan evaluasi turunan balanced scorecard untuk unit kerja
pengelola TI didasarkan pada pertimbangan bahwa, sasaran strategis organisasi BIG pada
dasarnya adalah sasaran pada balanced scorecard yang melekat di level kepala BIG.
Sedangkan sasaran strategis TI pada dasarnya merupakan sasaran yang melekat pada unit-
unit kerja yang melaksanakan fungsi pengelolaan TI di BIG. Yang dimaksud unit kerja ini adalah
DBIIG (Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial) dan Pusat yang ada dibawahnya
yakni Pusat Pengelolaan dan Penyebaran Informasi Geospasial. Kedua sasaran strategis dari
89
kedua unit tersebut akan dikombinasikan sehingga akan diperoleh sasaran strategis yang lebih
general. Berdasarkan pertimbangan tersebut selanjutnya dapat diperolah pemetaan sasaran
strategis sebagaimana yang disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Identifikasi Sasaran Strategis TI (Lanjutan)
No Perspektif Sasaran Strategi Sasaran Strategis TI
1. Stakeholder : Apa yang
harus BIG kontribusikan ?
Meningkatnya kontribusi
BIG dalam menyukseskan
agenda prioritas nasional
(RPJMN)
1. Meningkatnya
pemanfaatan TIK dalam
pengelolaan dan
penyebarluasan IG untuk
pelaksanaan agenda
prioritas nasional berbasis
kewilayahan (Nawa Cita)
2. Customer : citra apa yang
dikembangkan BIG dalam
hubungannya dengan
stakeholder/customer
1. Tersedianya IG sesuai
kebutuhan bagi
pembangunan dan kebijakan
publik
2. Meningkatnya kepuasan
pengguna produk BIG
1. Meningkatnya kualitas
IG yang siap pakai
2. Meningkatnya kepuasan
pengguna produk dan
layanan TI
3. Internal : Apa proses
organisasi yang harus
dikuasai?
1. Tersedianya kebijakan
yang relevan dengan
kebutuhan penyelenggaraan
IG
2. Terselenggaranya
Informasi Geospasial (IG)
Kementerian / Lembaga /
Pemda sesuai standar
3. Terkendalinya Kebijakan
Penyelenggaraan IG
1. Tersedianya kebijakan
bidang IIG yang relevan
dengan kebutuhan
penyelenggaraan IIG
sesuai program prioritas
nasional
2. Terwujudnya satu
database geospasial yang
menjadi acuan
penyelenggaraan IG
90
No Perspektif Sasaran Strategi Sasaran Strategis TI
Kementerian / Lembaga /
Pemda
3. Terwujudnya satu
geoportal yang menjadi
acuan penyelenggaraan IG
4. Terbangunnya JIGN
5. Meningkatnya
kepatuhan
penyelenggaraan IG sesuai
standar penyelenggaraan
IG
4. Learn & Growth : bagaimana
mengembangkan organisasi
1. Terselenggaranya
Reformasi Birokrasi Badan
Informasi Geospasial (BIG)
sesuai road map Reformasi
Birokrasi Nasional (RBN)
gelombang II
1. Terselenggaranya
Reformasi Birokrasi Deputi
Bidang Infrastruktur IG
sesuai road map Reformasi
Birokrasi BIG 2016-2019
Setelah diperoleh sasaran strategis TI yang diperoleh berdasarkan kedua pendekatan
tersebut langkah selanjutnya adalah melakukan komparasi dan kombinasi diantara sasaran
strategis TI yang diperoleh dari pendekatan berdasarkan best practice maupun berdasar
balanced scorecard. Aturan yang digunakan dalam melakukan komparasi dan kombinasi
adalah sebagai berikut. sasaran strategis yang lebih general akan mensubstitusi sasaran
strategis yang lebih spesifik, sedangkan sasaran strategis yang setara dikombinasikan. hasil
dari komparasi dan kombinasi tersebut selanjutnya diperoleh pendekatan IT strategic plan
sebagaimana yang disajikan pada Tabel 2.3.
91
Tabel 2.3 Identifikasi Sasaran Strategis TI (Lanjutan)
No Perspektif Sasaran Strategi Sasaran Strategis TI
1. Stakeholder : apa yang
harus BIG kontribusikan
?
Meningkatnya kontribusi BIG
dalam menyukseskan agenda
prioritas nasional (RPJMN)
1. Meningkatnya
pemanfaatan TIK dalam
pengelolaan dan
penyebarluasan IG untuk
pelaksanaan agenda
prioritas nasional berbasis
kewilayahan (Nawa Cita)
2. Customer : citra apa
yang dikembangkan
BIG dalam
hubungannya dengan
stakeholder/kustomer
1. Tersedianya IG sesuai
kebutuhan bagi pembangunan
dan kebijakan publik
2. Meningkatnya kepuasan
pengguna produk BIG
1. Meningkatnya kualitas IG
yang siap pakai
2. Meningkatnya kualitas
Layanan simpul Jaringan dan
Layanan umum berbasis TI
3. Internal : Apa proses
organisasi yang harus
dikuasai?
1. Tersedianya kebijakan yang
relevan dengan kebutuhan
penyelenggaraan IG
2. Terselenggaranya Informasi
Geospasial (IG) Kementerian /
Lembaga / Pemda sesuai
standar
3. Terkendalinya Kebijakan
Penyelenggaraan IG
Kementerian / Lembaga /
Pemda
1. Tersedianya kebijakan
bidang IIG yang relevan
dengan kebutuhan
penyelenggaraan IIG sesuai
program prioritas nasional
2. Terwujudnya satu
database geospasial yang
menjadi acuan
penyelenggaraan IG
3. Terwujudnya satu
geoportal yang menjadi
acuan penyelenggaraan IG
4. Terbangunnya JIGN
92
No Perspektif Sasaran Strategi Sasaran Strategis TI
5. Meningkatnya kepatuhan
penyelenggaraan IG sesuai
standar penyelenggaraan IG
4. Learn & Growth:
bagaimana
mengembangkan
organisasi
1. Terselenggaranya Reformasi
Birokrasi Badan Informasi
Geospasial (BIG) sesuai road
map Reformasi Birokrasi
Nasional (RBN) gelombang II
1. Terselenggaranya
Reformasi Birokrasi Deputi
Bidang Infrastruktur IG
sesuai road map Reformasi
Birokrasi BIG 2016-2019
Setelah diperoleh serangkaian sasaran strategis TI BIG selanjutnya ditentukan serangkaian
kompetensi TI yang diperlukan untuk merealisasikan sasaran strategis tersebut. Kompetensi
pada dasarnya adalah kemampuan untuk menerapkan sumber daya TI organisasi untuk
melaksanakan serangkaian tugas tertentu. Namun penentuan kompetensi TI tidak selalu
diturunkan secara top-down berdasarkan sasaran strategis TI ataupun regulasi. Kompetensi TI
juga dapat ditentukan sebagai secara bottom-up berdasarkan evaluasi kebutuhan
peningkatan perbaikan yang dilakukan oleh masing-masing unit/pusat di lingkungan BIG.
Kebutuhan kompetensi ini dapat berulang dalam arti menjadi kebutuhan pemenuhan sasaran
strategis TI di dalam perspektif balanced scorecard yang berbeda.
Berdasarkan orientasinya dengan kedekatan sumber daya yang dihasilkan, dapat disusun
kompetensi tersebut dapat dikelompokkan dalam empat kelompok utama yakni:
1. Kompetensi berkaitan dengan data.
2. Kompetensi berkaitan dengan aplikasi.
3. Kompetensi berkaitan dengan infrastruktur TI.
4. Kompetensi berkaitan dengan proses manajemen, kebijakan dan SDM TI.
93
Berdasarkan pemahaman atas definisi atas kompetensi TI, selanjutnya disusun analisis
kebutuhan kompetensi TI untuk merealisasikan sasaran strategis TI yang telah didefinisikan
sebelumnya yang disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Identifikasi Kebutuhan Kompetensi TI
No Perspektif Sasaran Strategis TI Kebutuhan Kompetensi TI
1. Stakeholder: apa yang
harus TI kontribusikan?
Meningkatnya
pemanfaatan TIK dalam
pengelolaan dan
penyebarluasan IG
untuk pelaksanaan
agenda prioritas
nasional berbasis
kewilayahan (Nawa Cita)
Seluruh kompetensi pada dimensi
data, aplikasi, infrastruktur dan tata
kelola TI.
2. Customer: citra apa yang
dikembangkan fungsi TI
dalam hubungannya
dengan
stakeholder/kustomer
1. Meningkatnya
kualitas IG yang siap
pakai
2. Meningkatnya
kualitas Layanan simpul
Jaringan dan Layanan
umum berbasis TI
1. [Standar Data] dikembangkannya
dan diterapkannya satu standar, satu
referensi IG yang digunakan dalam
kegiatan pengembangan dan
pengelolaan data geospasial secara
memadai.
2. [Aplikasi dan infrastruktur]
menyediakan layanan TI secara
handal, aman, adaptif dan mudah
dalam pemeliharaannya serta
berorientasi kepada pemenuhan
kebutuhan pengguna.
3. Internal : Apa
kemampuan internal TI
yang harus dikuasai?
1. Tersedianya kebijakan
bidang IIG yang relevan
dengan kebutuhan
1. [Standar Data] dikembangkannya
dan diterapkannya satu standar, satu
referensi IG yang digunakan dalam
94
No Perspektif Sasaran Strategis TI Kebutuhan Kompetensi TI
penyelenggaraan IIG
sesuai program prioritas
nasional
2. Terwujudnya satu
database geospasial
yang menjadi acuan
penyelenggaraan IG
3. Terwujudnya satu
geoportal yang menjadi
acuan penyelenggaraan
IG
4. Terbangunnya JIGN
5. Meningkatnya
kepatuhan
penyelenggaraan IG
sesuai standar
penyelenggaraan IG
kegiatan pengembangan dan
pengelolaan data geospasial secara
memadai
2. [Tata Kelola Data] Terdefinisinya
kebijakan yang mengatur peran dan
tanggung jawab untuk memastikan
dilaksanakannnya penyusunan dan
penerapan standar IG melalui
mekanisme QA dan QC diantar pusat
selaku produsen IG dan distributor IG
dengan memperhatikan dampaknya
bagi kualitas penyelenggaraan IG
secara keseluruhan.
3. [Tata Kelola Data] Terdefinisinya
kebijakan yang mengatur peran dan
tanggung jawab dalam memastikan
disusun dan diterapkannya standar
IG diantara simpul jaringan
(BIG/K/L/P) melalui mekanisme QA
dan QC yang disepakati diantara
simpul jaringan dengan
memperhatikan dampaknya bagi
kualitas penyelenggaraan IG secara
keseluruhan.
4. [Aplikasi] Penerapan dan
pengembangan sistem informasi
dalam mengembangkan layanan
95
No Perspektif Sasaran Strategis TI Kebutuhan Kompetensi TI
Informasi geospasial secara
terintegrasi dan terpadu.
5. [infrastruktur, aplikasi dan data]
penetapan arsitektur penghubung
simpul jaringan sebagai referensi
bagi pengembangan IG bagi K/L dan
pemda dan JIGN
6. [Tata Kelola TI] Kemampuan
mengelola siklus hidup aplikasi dan
infrastrukktur secara optimal dari sisi
manfaat, risiko, biaya
4. Learn & Growth :
Bagaimana
mengembangkan fungsi
pengelola TI
1. Terselenggaranya
Reformasi Birokrasi
Deputi Bidang
Infrastruktur IG sesuai
road map Reformasi
Birokrasi BIG 2016-2019
1. [Tata Kelola TI] mengoptimalkan
manfaat, risiko dan biaya dari
mekanisme koordinasi dan
pelaksanaan fungsi pengelola TI
BIG
2. [Tata Kelola TI] Mengembangkan
Kompetensi dan skill TI yang
diperlukan untuk menjalankan
kegiatan pengelolaan TI sesuai
dengan kebutuhan posisi dan
peran TI di lingkungan BIG
Kompetensi diatas adalah kompetensi yang identifikasi dengan pendekatan top-down. Untuk
memastikan kelengkapan dari kompetensi tersebut diperlukan analisa lebih lanjut kompetensi
TI yang diperlukan berdasarkan pendekatan bottom up sesuai dengan disusun berdasarkan
dengan mekanisme tata kelola TI organisasi.
96
2.2. Analisis Karakteristik Proses
Analisis karakteristik proses pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi kebutuhan kompetensi TI yang didasarkan pada kebutuhan proses organisasi
untuk melakukan perbaikan berkelanjutan/continual improvement terhadap proses
geospasial maupun proses non geospasial organisasi BIG. Dengan kata lain proses ini
mengidentifikasi pola kendala dan kebutuhan umum dari masing-masing proses sehingga
diperoleh kebutuhan kompetensi TI BIG. secara garis besar evaluasi karakteristik proses dibagi
menjadi dua proses.
Pertama adalah proses geospasial yakni seluruh aktifitas yang berhubungan dengan
pengumpulan, pengolahan, pengelolaan, penyebarluasan dan pemanfaatan informasi
geospasial. Kedua adalah proses non geospasial merupakan keseluruhan proses dan aktifitas
yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan geospasial.
2.2.1. Karakteristik Proses Geospasial
Berdasarkan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada deputi-deputi yang
berhubungan dengan kegiatan IG meliputi Deputi IGD, IGT dan Deputi IIG, pada dasarnya
proses-proses geospasial dapat dikelompokkan sebagai lima proses utama yakni proses
Pengumpulan DG dan IG, Pengolahan DG dan IG, Pengelolaan DG dan IG, Penyebarluasan DG
dan IG, dan pemanfaatan IG.
Penentuan karakteristik dari proses geospasial pada dasarnya disusun mengacu pada hasil
analisis value chain dari masing-masing proses tersebut diatas. Secara umum evaluasi
karakteristik proses Geospasial/IG disusun berdasarkan perspektif karakteristik sumber daya
yang menyusunnya sebagai berikut :
[Karakteristik Data] Kondisi data/informasi yang dipertukarkan : bagaimana
kondisi data saat ini, dan bagaimana proses standardisasi dan aturan validasi data
diterapkan.
[Karakteristik Ketergantungan data] Keterkaitan diantara data dalam tahapan-
tahapan pengembangan IG : mengevaluasi tingkat ketergantungan, dan dampak
97
dari informasi yang dihasilkan suatu proses geospasial terhadap proses geospasial
lainnya.
[Karakteristik Sistem TI] Kondisi sistem TI yang mendukung pelaksanaan
penyusunan IG: bagaimana hubungan antara aplikasi dimasing-masing tahapan
dan dampaknya bagi pelaksanaan informasi geospasial.
[Karakteristik Ketergantungan TI] Peranan TI dalam proses-proses penyusunan IG
: bagaimana tingkat ketergantungan proses terhadap teknologi informasi.
Berdasarkan evaluasi atas karakteristik tersebut selanjutnya disusun implikasi-implikasi dari
karakteristik tersebut yang menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan kompetensi TI BIG
seperti yang disajikan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5 Identifikasi Kebutuhan Kompetensi TI
No Perspektif Kondisi Implikasi /Kebutuhan
Kompetensi
1. Karakteristik
Standardisasi
data
1. Standardisasi data geospasial
didefinisikan secara otonom oleh
masing-masing pusat sebagai
pelaksana IG terutama pada
tahapan proses pengumpulan raw
data geospasial, dan pengolahan
data.
2. Seiring dengan pemusatan
infrastruktur TI dan penyebaran
IG, terdapat standardisasi yang
berlaku secara lintas pusat/deputi
melalui KUGI, terutama dalam
pembentukan data IG berbasis
database geospasial.
3. Terdapat perbedaan kemampuan
dan tingkat kepentingan/urgensi
[Standar Data]
dikembangkannya
dan diterapkannya
satu standar, satu
referensi IG yang
digunakan dalam
kegiatan
pengembangan dan
pengelolaan data
geospasial secara
memadai
[Tata Kelola Data]
Terdefinisinya
kebijakan yang
mengatur peran dan
tanggung jawab
98
No Perspektif Kondisi Implikasi /Kebutuhan
Kompetensi
adopsi standar geospasial (KUGI)
dimasing-masing pusat. Pusat yang
berkaitan dengan penyediaan IGD
memiliki kemampuan dan
kebutuhan/urgensi menerapkan
standar KUGI yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang
berkaitan dengan penyediaan IGT.
4. Proses koordinasi dalam
pelaksanaan QA dan QC telah
berlangsung diantara pusat yang
melakukan produksi data IG
dengan pusat yang melakukan
penyebarluasan. Namun
Koordinasi ini masih perlu
ditingkatkan karena terkadang
belum jelas siapa yang paling
bertanggung-jawab memutukan
kualitas data IG layak di-
didstribusikan atau tidak.
untuk memastikan
dilaksanakannnya
penyusunan dan
penerapan standar
IG melalui
mekanisme QA dan
QC diantar pusat
selaku produsen IG
dan distributor IG
dengan
memperhatikan
dampaknya bagi
kualitas
penyelenggaran IG
secara keseluruhan.
2. Karakteristik
Ketergantun
gan data
1. Proses-proses geospasial di
hilir merupakan acuan
terhadap proses-proses
geospasial yang ada di hulu.
Dengan demikian kualitas
data-Data IGD berdampak
pada kualitas data secara
1. [Tata Kelola Data]
Perlu ada penentuan
target tingkat
kepatuhan terhadap
standar IG diantara
dimasing-masing
pusat dan
99
No Perspektif Kondisi Implikasi /Kebutuhan
Kompetensi
keseluruhan. Dimana data-
data IGD menjadi acuan
referensi data-data yang ada
diatasnya. sehingga kualitas
dan integritas data IG secara
keseluruhan sangat
ditentukan oleh data-data
IGD.
perencanaan strategi
pencapaiannya serta
evaluasi implikasi
kepatuhannya .
3. Karakteristik
Sistem TI
1. Penyediaan layanan TI di BIG
secara garis besar
dikelompokkan kedalam dua
layanan. Layanan sistem
informasi dan layanan
infrastruktur TI.
2. Layanan infrastruktural
seperti penyediaan server,
jaringan dan storage secara
umum sudah disediakan
secara terpusat oleh PPIG.
Pengelolaan secara terpusat
ini memudahkan kegiatan
pengelolaan dan
mengefisienkan anggaran
penyediaan infrastruktur
layanan. Kendala utama
dalam penyediaan
infrastruktur TI adalah
masalah pengelolaan
1. [Aplikasi dan infrastruktur]
menyediakan layanan TI
secara handal, aman, adaptif
dan mudah dalam
pemeliharaannya serta
berorientasi kepada
pemenuhan kebutuhan
pengguna.
2. [Aplikasi] Penerapan dan
pengembangan sistem
informasi dalam
mengembangkan layanan
Informasi geospasial secara
terintegrasi dan terpadu.
3. [Tata Kelola TI]
Kemampuan mengelola
siklus hidup aplikasi dan
100
No Perspektif Kondisi Implikasi /Kebutuhan
Kompetensi
capacity yang memenuhi
kebutuhan beragam
pengguna dan masalah
pengolaan lisensi software
3. Sistem informasi/Aplikasi
yang digunakan di-
lingkungan BIG
dikelompokkan dalam dua
kelompok yakni
aplikasi/sistem informasi
untuk layanan hulu dan
sistem informasi untuk
layanan hilir. Selain itu
adalah masalah penyediaan
akses terhadap file-file data
geospasial yang dihasilkan
oleh masing-masing pusat.
4. Sistem informasi untuk
layanan hulu berkaitan
dengan pengumpulan dan
pengolahan data IG
dikembangkan oleh masing-
masing pusat secara otonom
sementara pemeliharaannya
dikelola oleh PPIG. Persoalan
dari penyediaan layanan
aplikasi disini adalah tingkat
kemanfaatan dari aplikasi
infrastrukktur secara optimal
dari sisi manfaat, risiko,
biaya
101
No Perspektif Kondisi Implikasi /Kebutuhan
Kompetensi
yang dikembangkan masih
belum optimal.
5. Sistem informasi untuk
layanan hilir berkaitan
dengan kegiatan pengolahan
(penyimpanan dan
pengamanan file data
geospasial ke dalam
database geospasial) dan
penyebaran data geospasial.
Saat ini BIG sudah memiliki
aplikasi standar untuk
aplikasi pengolahan ini
namun permasalahnnya
adalah tingkat
pemanfaatannya yang
rendah, dimana tidak semua
pusat menggunakan karena
masalah standar data
maupun keterbatasan
resource.
3. Karakteristik
Ketergantun
gan TI
1. Seluruh proses IG
merupakan proses yang
pelaksanaannya
memerlukan dukungan TI
tanpa pengganti karena
1. [Tata Kelola Data]
Terdefinisinya kebijakan
yang mengatur peran dan
tanggung jawab dalam
memastikan disusun dan
102
No Perspektif Kondisi Implikasi /Kebutuhan
Kompetensi
proses tersebut tidak dapat
dilakukan secara manual.
2. Tingkat kebutuhan
standardisasi TI bervariasi
diantara tahapan-tahapan
pengelolaan IG sebagian
standar ditetapkan secara
otonom oleh masing-masing
pusat terutama pada
tahapan awal pengumpulan
dan pengelolahan yang
berorientasi pada
penyediaan file data
geospasial, file IG. Dengan
kata lain dalam tahapan
proses ini ketergantungan
terhadap TI tinggi namun
tingkat kendali standar
sistem informasi dan
kinerjanya berlangsung
secara terdistribusi di
masing-masing pusat (Pola IT
sebagai Backbone)
3. Standardisasi TI secara
terpusat dilakukan pada saat
kegiatan IG berfokus pada
konversi file IG kedalam
diterapkannya standar IG
diantara simpul jaringan
(BIG/K/L/P) melalui
mekanisme QA dan QC yang
disepakati diantara simpul
jaringan dengan
memperhatikan dampaknya
bagi kualitas
penyelenggaraan IG secara
keseluruhan
2. [Aplikasi dan infrastruktur]
menyediakan layanan TI
secara handal, aman, adaptif
dan mudah dalam
pemeliharaannya serta
berorientasi kepada
pemenuhan kebutuhan
pengguna.
3. [Aplikasi] Penerapan dan
pengembangan sistem
informasi dalam
mengembangkan layanan
Informasi geospasial secara
terintegrasi dan terpadu.
4. [Tata Kelola TI]
Kemampuan mengelola
siklus hidup aplikasi dan
infrastrukktur secara optimal
103
No Perspektif Kondisi Implikasi /Kebutuhan
Kompetensi
database geospasial sampai
dengan distribusinya. Disini
peran SI/TI menjadi
kompleks dimana
ketergantungan terhadap
SI/TI tinggi dan kebutuhan
standardisasi SI/TI dan
kinerjanya menjadi semakin
terpusat.
dari sisi manfaat, risiko,
biaya
2.2.2. Karakteristik Proses Non Geospasial
Proses non Geospasial pada dasarnya adalah seluruh fungsi-fungsi yang menjalankan aktifitas
pendukung di dalam value chain. Fungsi ini juga dikenal sebagai fungsi settama, karena
sebagaian besar unit kerja yang melaksanakannya berada dibawah koordinasi settama. Fungsi
yang dijalankan dalam proses non geospasial meliputi:
1. fungsi perencanaan dan anggaran dijalankan oleh bagian perencanaan
2. fungsi kepegawaian dan organisasi dijalankan oleh bagian kepegawaian
3. fungsi Hukum dijalankan oleh bagian hokum
4. fungsi Umum dijalankan oleh bagian umum
5. fungsi Keuangan dijalankan oleh bagian keuangan
6. fungsi pendidikan dan pelatihan dijalankan oleh balai yasjanduk
7. fungsi pelayanan promosi dan kerjasama dijalankan oleh aktifitas pendukung
8. fungsi pengawasan internal aktifitas pendukung dijalankan oleh inspektorat
9. fungsi Teknologi informasi dijalankan oleh PIIG
Fungsi non geospasial, merupakan fungsi yang memberikan penyediaan layanan ke beragam
stakeholder, sehingga dapat dikelompokkan berdasar stakeholder yang dilayani yakni:
104
1. Government to citizens (G2C). Penyediaan layanan dan fasilitas komunikasi antara
pemerintah dengan publik.
2. Government to business enterprise (G2B). Penyediaan layanan dan fasilitas
komunikasi antara pemerintah dengan sektor bisnis.
3. Government to government (G2G). Penyediaan layanan dan fasilitas komunikasi
antara pemerintah dengan pemerintah.
Evaluasi karakteristik proses-proses non geospasial, disusun berdasarkan hasil asessmen atas
kondisi proses-proses geospasial yang mengacu pada kriteria pada evaluasi karakteristik
proses pada proses non geospasial berdasarkan perspektif karakteristik sumber daya yang
menyusunnya. Penjelasan karakteristik sumber daya tersebut adalah sebagai berikut:
1. [Karakteristik Data] Kondisi data/informasi yang dipertukarkan: bagaimana kondisi
data non geospasial saat ini, dan bagaimana proses standardisasi dan aturan validasi
data diterapkan.
2. [Karakteristik Ketergantungan data] Keterkaitan diantara data dalam tahapan-
tahapan dalam siklus pengelolaan aktifitas non geospasial : mengevaluasi tingkat
ketergantungan, dan dampak dari informasi yang dihasilkan suatu proses non
geospasial terhadap proses non geospasial lainnya.
3. [Karakteristik Sistem TI] Kondisi sistem TI yang mendukung pelaksanaan proses non
geospasial bagaimana hubungan antara aplikasi dimasing-masing siklus non
geospasial dan dampaknya bagi pelaksanaan informasi non geospasial secara
keseluruhan.
4. [Karakteristik Ketergantungan TI] Peranan TI dalam proses-proses penyusunan non
geospasial.
Berdasarkan evaluasi atas karakteristik tersebut selanjutnya disusun implikasi-implikasi dari
karakteristik tersebut yang menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan kompetensi TI BIG
berkaitan dengan proses non geospasial. Hasil dari analisa karakteristik tersebut disajikan
pada Tabel 2.6.
105
Tabel 2.6 Pemetaan Kebutuhan Kompetensi TI
No Perspektif Kondisi Implikasi /Kebutuhan
Kompetensi
1. Karakteristik
Standardisasi
data
1. Saat ini inisiatif belum ada
standardisasi data-data untuk
proses non geospasial di lingkunga
BIG.
2. Standardisasi data ditentukan
secara otonom secara internal oleh
masing-masing pusat dan juga
mengacu pada kebutuhan data
geospasial yang di-drive oleh
kebutuhan pelaporan kepada
lembaga pemerintah lainnya
berkaitan dengan layanan non
geospasial yang bersifat G2G
1. [Standar Data dan
aplikasi]
dikembangkannya
dan diterapkannya
standardisasi atau
arsitektur data dan
aplikasi untuk
proses-proses non-
geospasial internal
BIG yang relatif
independen dari
kebutuhan
pelaporan kepada
pihak eksternal (K/L)
2. Karakteristik
Ketergantunga
n data
1. Saat ini siklus proses non geospasial
yang ada disusun berdasarkan
tupoksi struktural organisasi.
2. Pendekatan ini optimal untuk
pemrosesan data yang tidak
bersifat lintas fungsi, dan melekat
tunggal pada masing-masing
bagian. Namun jika pendekatan ini
diterapkan pada data non-
geospasial yang bersifat lintas
fungsi akan berakibat pada adanya
duplikasi pemrosesan data non
1. [Standar Data dan
Aplikasi]
dikembangkan dan
diterapkannya
standardisasi
maupun arsitektur
data dan aplikasi
untuk proses-proses
non-geospasial
internal BIG yang
relatif independen
dari kebutuhan
106
No Perspektif Kondisi Implikasi /Kebutuhan
Kompetensi
geospasial oleh aplikasi suatu pusat
dengan pusat lainnya. Sebagai
contoh proses realisasi anggaran
mengalami duplikasi pemrosesan
yang pertama oleh aplikasi
anggaran dan aplikasi realisasi
anggaran yang spesifik
dikembangkan oleh SDM.
pelaporan kepada
pihak eksternal (K/L)
3. Karakteristik
Sistem TI
1. Sistem non spasial yang ada saat ini
dikembangkan berdasarkan
kebutuhan untuk mengotomasi
proses-proses non-geospasial yang
berlangsung masing-masing pusat.
2. Ini mengakibatkan aplikasi yang
dikembangkan oleh setiap pusat
menjadi silo-silo aplikasi yang tidak
saling terhubung satu sama lain.
1. [Aplikasi dan
infrastruktur]
menyediakan layanan TI
secara handal, aman,
adaptif dan mudah
dalam pemeliharaannya
serta berorientasi
kepada pemenuhan
kebutuhan pengguna.
2. [Aplikasi] Penerapan dan
pengembangan sistem
informasi dalam
mengembangkan
layanan non-geospasial
secara terintegrasi dan
terpadu sejauh
memungkinkan.
3. [Tata Kelola TI]
Kemampuan mengelola
siklus hidup aplikasi dan
107
No Perspektif Kondisi Implikasi /Kebutuhan
Kompetensi
infrastrukktur secara
optimal dari sisi
manfaat, risiko, biaya
4. Karakteristik
Ketergantunga
n SI/TI
1. Untuk proses non geospasial
tingkat ketergantungan
terhadap SI/TI masih belum
tinggi. Proses masih banyak
berjalan secara manual
(aplikasi office) dan dilakukan
entry ulang antar aplikasi
terhadap aplikasi eksternal.
2. Peran sistem informasi
sebagian besar masih
digunakan untuk melakukan
diseminasi data dan otomasi
siklus proses non geospasial
dimasing-masing pusat.
Penekanan utama penerapan
SI/TI pada proses non
geospasial adalah melakukan
efisiensi proses. Ini bisa
dipahami karena kebanyakan
proses non-geospasial di-drive
oleh kepatuhan dengan
lembaga pemerintah lainnya
sehingga terlalu berisiko untuk
memutuskan menerapkan
standardisasi data tersebut.
1. [Aplikasi dan
infrastruktur]
menyediakan layanan TI
secara handal, aman,
adaptif dan mudah dalam
pemeliharaannya serta
berorientasi kepada
pemenuhan kebutuhan
pengguna.
2. [Aplikasi] Penerapan dan
pengembangan sistem
informasi dalam
mengembangkan layanan
non-geospasial secara
terintegrasi dan terpadu
sejauh memungkinkan.
3. [Tata Kelola TI]
Kemampuan mengelola
siklus hidup aplikasi dan
infrastrukktur secara
optimal dari sisi manfaat,
risiko, biaya
108
No Perspektif Kondisi Implikasi /Kebutuhan
Kompetensi
selain itu ada banyak aplikasi-
aplikasi yang merupakan
aplikasi yang disediakan oleh
K/L yang perencanaannya
kedepannya sehingga sulit di-
sinkronkan dengan inisiatif
yang ada saat ini.
2.3. Kebutuhan Kompetensi TI
Berdasarkan hasil evaluasi karakteristik proses secara top-down dan bottom-up telah di-
identifikasi serangkaian kebutuhan kompetensi yang selanjutnya digunakan untuk menjadi
acuan dalam menyusun blueprint SI/TI. Pada beberapa kompetensi terdapat kompetensi yang
sulit dipisahkan berdasarkan perpektif kompetensi. Kompetensi tersebut selanjutnya akan
ditulis berulang pada kompetensi yang sesuai seperti yang disajikan pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7 Hasil Evaluasi Kebutuhan Kompetensi TI
No Perspektif
Kompetensi
Kompetensi
1. Data 1. dikembangkannya dan diterapkannya standardisasi atau
arsitektur data untuk proses-proses non-geospasial
internal BIG yang relatif independen dari kebutuhan
pelaporan kepada pihak eksternal (K/L)
2. dikembangkannya dan diterapkannya satu standar, satu
referensi IG yang digunakan dalam kegiatan
109
No Perspektif
Kompetensi
Kompetensi
pengembangan dan pengelolaan data geospasial secara
memadai
2. Sistem
Informasi/Aplikasi
1. Penerapan dan pengembangan sistem informasi dalam
mengembangkan layanan non-geospasial secara
terintegrasi sejauh memungkinkan.
2. dikembangkannya dan diterapkannya standardisasi atau
arsitektur aplikasi untuk proses-proses non-geospasial
internal BIG yang relatif independen dari kebutuhan
pelaporan kepada pihak eksternal (K/L)
3. Penerapan dan pengembangan sistem informasi dalam
mengembangkan layanan Informasi geospasial secara
terintegrasi dan terpadu.
4. Tersedianya layanan aplikasi TI secara handal, aman,
adaptif dan mudah dalam pemeliharaannya serta
berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pengguna.
3. Infrastruktur TI 1. menyediakan layanan infrastruktur TI secara handal,
aman, adaptif dan mudah dalam pemeliharaannya serta
berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan pengguna.
4. Tata Kelola dan
Manajemen TI
1. Kemampuan mengelola siklus hidup aplikasi dan
infrastrukktur secara optimal dari sisi manfaat, risiko,
biaya
2. Adanya penentuan target tingkat kepatuhan terhadap
standar data IG diantara dimasing-masing pusat dan
perencanaan strategi pencapaiannya serta evaluasi
implikasi kepatuhannya.
3. Terdefinisinya kebijakan yang mengatur peran dan
tanggung jawab dalam memastikan disusun dan
110
No Perspektif
Kompetensi
Kompetensi
diterapkannya standar IG diantara simpul jaringan
(BIG/K/L/P) melalui mekanisme QA dan QC yang
disepakati diantara simpul jaringan dengan
memperhatikan dampaknya bagi kualitas
penyelenggaraan IG secara keseluruhan
111
Section 2: Blueprint
Berisikan infomasi mengenai:
1. Blueprint Sistem Informasi
a. Prinsip SI
b. Arsitektur SI
c. Portofolio SI
d. Pertukaran Data Geospasial
2. Blueprint Infrastruktur TI
a. Prinsip TI
b. Portofolio TI
c. Teknologi TI
d. Arsitektur TI
3. Blueprint Tata Kelola TI
a. Prinsip TI
b. Struktur Organisasi TI
c. Proses dan Kebijakan Tata Kelola
TI
d. Mekanisme Relasional
112
Bab 3. Blueprint Sistem Informasi
3.1. Pendahuluan
Pada Bab ini berisikan informasi terkait perencanaan sistem informasi akan datang.
Perencanaan SI akan datang diidentifikasi berdasarkan kebutuhan sistem informasi dari hasil
assessment. Terdapat empat faktor utama yang menjadi tolok ukur dari penentuan inisiatif TI,
yaitu visi organisasi, rencana strategi organsiasi, kebutuhan SI organisasi, dan prinsip
pengembangan SI. Sistem Informasi yang diusulkan diformulasikan agar sesuai dengan lingkup
dan kondisi BIG.
Cakupan dari perencanaan SI pada bab ini memberikan inisiatif-inisiatif SI yang dibutuhkan
oleh BIG. Inisiatif-inisiatif yang telah teridentifikasi akan disesuaikan lagi untuk kebutuhan
kurun waktu 5 tahun. Bab ini juga membahas kebutuhan SI yang akan datang dalam bentuk
portofolio. Pada Bab ini belum dibahas mengenai prioritisasi SI dan timeline pengerjaan SI
akan datang.
3.2. Prinsip-Prinsip Sistem Informasi
Dalam perancangan arsitektur SI dibutuhkan prinsip-prinsip dalam pengembangan dan
implementasi TI yang sesuai dengan kondisi organisasinya. Prinsip-prinsip Ti berisikan
kebijakan-kebijakan yang menjadi acuan dalam mengambil keputusan saat pengembangan
dan implementasi TI. Harapannya dengan adanya Prinsip TI dapat mengembangkan SI yang
ideal dan tepat sasaran sesuai karakteristik organisasi. Prinsip-prinsip yang telah diidentifikasi
untuk kebutuhan pengembangan SI dapat dilihat pada Tabel 3.1.
113
Tabel 3.1 Prinsip-Prinsip Pengadaan SI
No Prinsip Pengadaan SI Penjelasan
1 Kemudahan aplikasi untuk
digunakan (Easy-to-use
applications)
Aplikasi yang dikembangkan harus mudah untuk
digunakan oleh pengguna, terutama untuk bagian
tampilan dan pemrosesannya. Sebagai contoh adalah
menggunakan gambar atau icon yang sudah familiar
bagi pengguna dan penerapan single-sign-on
2 Dapat diakses kapanpun
dan dimanapun
(Anytime/Anywhere Access)
Aplikasi seharusnya dapat diakses kapan saja dimana
saja oleh seluruh pegawai dan stakeholder sesuai hak
akses
3 Melakukan Rekayasa
Terlebih Dahulu
(Reengineering First)
Sebisa mungkin prosedur atau aturan bisnis yang akan
didukung oleh sistem informasi sudah jelas dan
disepakati oleh seluruh stakeholder yang terlibat
dalam penggunaan aplikasi. Di satu sisi arsitektur
sistem informasi yang akan diterapkan harus tanggap
(adaptif) terhadap kebutuhan bisnis yang dinamis
4 Penggunaan teknologi yang
tidak bergantung pada
vendor tertentu
(Technological
Independence)
Pemilihan teknologi yang mendukung aplikasi harus
memenuhi beberapa kriteria berikut, yaitu
ketersediaan di pasaran (commercial off-the-shelf),
telah menjadi standar di organisasi umumnya
(industry standards), dan kemudahan untuk
dikustomisasi (open architecture).
5 Mengurangi konfigurasi
platform (Minimize
Platform Configurations)
Platform teknologi yang digunakan seharusnya
terstandardisasi sehingga memudahkan perbaikan,
updating, dan pemeliharaan
6 Pengintegrasian
(Integration)
Modul aplikasi yang ada seharusnya dapat saling
berinteraksi sesuai kebutuhan bisnis.
114
No Prinsip Pengadaan SI Penjelasan
7 Mengurangi kompleksitas
integrasi (Reduce
Integration Complexity)
Proses Integrasi dan pemeliharaannya seharusnya
dilakukan melalui pola-pola yang standar sesuai
dengan best practice dan mempertimbangkan
kapabilitas organisasi TI perusahaan.
8 Penggunaan ulang sebelum
membeli, membeli sebelum
membangun (Reuse before
buy, Buy before Build)
Pemanfaatan lebih lanjut dari aset aplikasi yang telah
ada sebelum dilakukan pengembangan aplikasi baru.
Apabila reuse tidak memenuhi kebutuhan bisnis maka
sebaiknya dilakukan pembelian produk jadi daripada
membangun aplikasi dari awal.
9 Keamanan Informasi
(Information Security)
Dalam pengembangan dan implementasi aplikasi
harus menerapkan keamanan informasi, baik dari sisi
aplikasi maupun jaringan.
3.3. Arsitektur Sistem Informasi
3.3.1. Arsitektur IG Terpadu
Arsitektur logical dari sistem Penyelenggaraan IG Terpadu ditunjukkan pada Gambar 3.1 .
Arsitektur tersebut mengakomodasi lima fungsi dan proses bisnis utama dari Badan Informasi
Geospasial, yang terdiri dari proses pengumpulan, pengolahan, pengelolaan, penyebarluasan,
dan penggunaan data dan informasi geospasial yang kelimanya saling berkaitan satu sama
lain. Data dan informasi yang ada pada sistem Penyelenggaraan IG Terpadu ini akan terkait
dengan penyelenggaran Jaringan Informasi Geospasial yang dilakukan oleh simpul jaringan.
Dalam hal ini simpul jaringan juga bertanggung jawab dalam melakukan aktivitas
pengumpulan, pemeliharaan, pemutakhiran, pertukaran, dan penyebarluasan informasi dan
data geospasial. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, arsitektur logical dari sistem
Penyelenggaraan IG Terpadu dapat dibagi menjadi lima layer aplikasi, yaitu layer aplikasi
115
pengumpulan IG, layer aplikasi pengolahan IG, layer aplikasi pengelolaan IG, layer aplikasi
penyebarluasan IG, dan layer aplikasi penggunaan IG.
Layer pertama (layer aplikasi pengumpulan IG) membungkus semua aplikasi yang digunakan
oleh unit-unit teknis BIG dan juga simpul jaringan dalam aktivitas pengumpulan data dan
informasi geospasial. Beberapa contoh aplikasi yang termasuk layer ini adalah aplikasi
Bathimetri, Sakti, dan aplikasi PDJKGG. Data yang dikumpulkan pada layer ini akan diolah
dengan menggunakan aplikasi di layer berikutnya.
Selanjutnya, di layer kedua terdapat layer aplikasi pengolahan IG. Semua data yang telah
dikumpulkan melalui aplikasi di layer sebelumnya akan melalui proses quality control untuk
kemudian dilakukan aktivitas pengolahan. Quality control yang dimaksud bertujuan untuk
memastikan data yang akan diolah memenuhi persyaratan mutu sesuai standar yang telah
ditentukan. Dalam hal ini, skema data yang digunakan harus mengacu pada standar KUGI
(Katalog Unsur Geografi Indonesia). Kualitas dari sebuah data nantinya akan dipantau secara
internal oleh pusat teknis melalui aplikasi QC Management Systems. Data yang telah melalui
quality control dan memenuhi standar minimum kualitas akan masuk ke database
development untuk selanjutnya diolah oleh pusat-pusat teknis dengan menggunakan aplikasi
pengolahan data spasial.
Layer aplikasi pengelolaan meliputi semua aplikasi yang digunakan untuk melakukan kegiatan
penyimpanan, pemutakhiran, pengintegrasian, dan pengamanan informasi geospasial.
Kegiatan pengelolaan ini dilakukan oleh pusat-pusat teknis dengan dibantu oleh Pusat
Pengelolaan dan Penyebarluasan IG. Layer pengelolaan data dan informasi geospasial
melibatkan fungsi komponen sistem: Data Maintenance, Security Management, dan
Geodatabase Management. Sistem Data Maintenance mengontrol dan memantau aktivitas
pembaharuan dan pengintegrasian data geospasial ke dalam geodatabase sebagai hasil dari
aktivitas pengumpulan data, pemrosesan data, dan juga analisa data. Pengaksesan dan
manupulasi data oleh pengguna dengan menggunakan aplikasi pengelolaan ini akan diatur
oleh sistem Security Management. Dilain pihak, aktivitas pemutakhiran dan pengintegrasian
data geospasial itu sendiri akan dibantu oleh sistem geodatabase. Dalam aktivitas pengelolaan
data dan informasi geospasial, Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan IG melakukan
penjaminan kualitas data dan informasi geospasial sebelum masuk ke dalam server database
production yang akan dikelola oleh masing-masing pusat. Penjaminan kualitas kualitas data
116
dan informasi geospasial tersebut dibantu oleh sistem QA (Quality Assurance) Management
untuk melihat sejauh mana proses quality control dari data dan informasi geospasial dilakukan
ditahap sebelumnya. Selain itu, dalam tahap ini Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan IG
memberikan penilaian terhadap kualitas data dan informasi geospasial yang akan di
publikasikan. Jika kualitas data dan informasi geospasial yang dihasilkan pusat teknis dinilai
masih kurang, maka pusat teknis dapat melakukan proses pengolahan maupun pemutakhiran
data kembali.
Tahapan penyebarluasan IG ditangani oleh komponen sistem penyebarluasan data dan
informasi geospasial. Data dan informasi geospasial yang dipublikasikan akan diambil dari
database publishing. Database publishing ini berisi semua data yang telah dijamin kualitasnya
oleh Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan IG. Lebih lanjut, aktivitas penyebarluasan data
dan informasi geospasial ini dapat berupa penyebarluasan dengan menggunakan peta cetak
atau web services. Penyebarluasan dengan mekanisme web service akan dibantu oleh sistem
web service management yang diantaranya menangani layanan map services, image services,
mobile services, dan lain sebagainya. Sedangkan, untuk produksi data dan peta cetak dibantu
dengan Cartographic Map Management.
Layer terakhir mengakomodasi aktivitas penggunaaan DG dan IG untuk berbagai keperluan
baik untuk internal maupun eksternal BIG. Melalui layer sistem informasi penggunaan DG dan
IG, pengguna dapat menggunakan berbagai macam media atau sistem untuk mengakses IG,
diantaranya web services, portal, mobile device atau penggunaan media peta cetak. Dari
proses penggunaan ini dapat dihasilkan beberapa macam produk turunan informasi
geospasial yang dapat berupa web service atau geoprocessing dan dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan lain yang berhubungan dengan informasi geospasial. Beberapa produk
dari sistem informasi penggunaan data spasial ini diantaranya sistem informasi bencana dan
sistem informasi desa.
Seluruh proses utama yang ada pada sistem Penyelenggaraan IG Terpadu akan dikontrol oleh
workflow management systems yang menaungi fungsi controlling, monitoring, optimizing dan
supporting proses bisnis utama BIG. Dengan adanya workflow management system ini
diharapkan semua proses bisnis utama dapat terpantau dalam suatu aliran proses yang jelas
dan juga memastikan bahwa suatu aktivitas telah dieksekusi oleh orang atau role yang tepat
di waktu yang tepat.
117
Gambar 3.1 Arsitektur IG Terpadu
118
3.3.2. Arsitektur Penghubung Simpul Jaringan
BIG sebagai penghubung simpul jaringan perlu merancang arsitektur SI/TI yang dapat
memfasilitasi komunikasi dan pertukaran data spasial antar simpul-jaringan. Harapan dari
terbangunnya komunikasi dan pertukaran data adalah antar simpul jaringan adalah dapat
mendukung kebijakan satu peta, yang dilandaskan pada satu portal, satu database, dan satu
standar (data, skema, dan metadata). Rancangan yang dibutuhkan dalam menunjang
Infrastruktur Penghubung SImpul Jaringan dapat dijelaskan dalam beberapa prosedur berikut:
1. BIG dapat membangun sebuah standar prosedur dan standar data yang dapat disebarkan
dan diimplementasikan dalam berbagai simpul jaringan. Dilatarbelakangin dengan
berbedanya kapabilitas pengadaan TI, maka BIG cukup membuat standar prosedur. BIG
tidak perlu membangun standar teknologi yang diperlukan.
2. Simpul jaringan perlu mengadopsi prosedur dan standar yang digunakan pada IG
Terpadu. Simpul jaringan dapat mengadopsi prosedur pengumpulan data, pengolahan
data, dan penyebarluasan data. Hal penting yang juga perlu diadopsi adalah teknik untuk
quality control dan quality assurance yang telah distandardisasi oleh BIG. Standardisasi
tersebut berisikan standar skema data, skala, dan kualitas data.
3. BIG juga perlu menyediakan sebuah database yang digunakan sebagai media
penyimpanan data bagi simpul jaringan yang ingin menitipkan datanya. Selain itu, BIG
juga bertanggung jawab dalam penyediaan geoportal nasional yang dapat digunakan
untuk diseminasi peta digital. Pendekatan pengembangan geoportal adalah membangun
webservice untuk menyalurkan data spasial. Webservice yang digunakan sebagai kanal
penyebarluasan perlu didukung oleh metadata dan katalog layanan penyediaan data
spasial.
Agar rancangan arsitektur Penghubung Simpul Jaringan ini dapat diterapkan, maka BIG perlu
mendapatkan kekuatan hukum atau kewenangan yang didukung oleh kebijakan nasional atau
Keputusan Presiden. Gambar detail dari aliran komunikasi antar simpul jaringan dapat dilihat
pada Gambar 3.2.
119
Gambar 3.2 Arsitektur Penghubung Simpul Jaringan
120
3.3.3. Arsitektur Sistem Informasi BIG
BIG merupakan salah satu badan pemerintah yang memberikan layanan dalam penyediaan
data spasial dalam bentuk peta ataupun atlas. Sebagai salah satu instansi pemerintah, BIG
juga melakukan beberapa kegiatan yang bersifat administratif, yang akan dilaporkan ke
negara. Dalam penyediaan data administrasi ini, BIG telah membangun beberapa aplikasi
pendukung dan beberapa aplikasi yang disediakan oleh negara. Untuk mengoptimalkan
pengelolaan SI/TI, BIG perlu merancangan e-government yang sesuai dengan karakteristik
BIG.
Gambar 3.3 menunjukan rancangan arsitektur SI BIGyang didasarkan pada kebutuhan BIG.
Pada gambar tersebut SI terbagi menjadi enam domain SI, yang terdiri dari Access Channel,
Administration Systems, Common Systems, Core System, Centralized Repository, dan Executive
Information Systems. Penjelasan detail dari setiap domain SI akan dijelaskan lebih lanjut pada
Sub Bab selanjutnya.
121
Gambar 3.3 Arsitektur SI BIG
122
3.3.4. Arsitektur E-Government (E-Gov)
Arsitektur E-Government merupakan arsitektur yang dirancang untuk membantu BIG
mengintegrasikan berbagai sistem informasi administrasi dan perkantoran. Tujuan dari
pengintegrasian ini adalah agar setiap SI dapat bertukar data lebih efektif dan efisien,
kemudahan untuk menelusuri data, dan ketersediaan data dan informasi yang akurat. Untuk
merealisasikan E-Government perlu dikembangkan dua solusi TI, yaitu pengadaan
Government Resource Planning(GRP) dan Master Data Management(MDM). GRP
dikembangkan untuk memfasiltiasi keterkaitan SI, sedangkan MDM dibangun agar BIG
memiliki data yang standar, berkualitas, akurat, dan terintegrasi.
GRP sudah dikembangkan sejak tahun 2014 hingga saat ini. Hanya saja, dalam pengembangan
GRP belum memiliki gambaran besar (helicopter view) yang memetakan keterkaitan antar SI
yang mendukung kegiatan Administrasi dan Perkantoran. Adapun gambaran besar tersebut
dibutuhkan untuk memperoleh aliran data dan informasi yang terkait, hingga akhirnya dapat
dipetakan nilai strategis yang akan dicapai oleh BIG. Untuk mengakomodasi kebutuhan
tersebut, maka IT Master Plan BIG 2016-2021 juga membahas mengenai rancangan arsitektur
E-Government. Arsitektur E-Government yang berisikan aliran data antar SI dapat dilihat pada
Gambar 3.4 . Penjelasan aliran data dan informasi berdasarkan pada rancangan arsitektur E-
Government dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2Penjelasan Dataflow Arsitektur E-Government
No SI Sumber Data SI Penerima Data Aliran data dan Karakteristiknya
1 SIM Kepatuhan Persandian
Enterprise Content Management (ECM)
Penerapan kepatuhan persandian dalam pertukaran data yang terkonsolidasi dengan ECM. Tujuannya agar menjaga keamanan dalam pertukaran data.
2 Enterprise Content Management (ECM)
Knowledge Management (KM)
ECM dan KM saling terhubung dalam penyediaan data, informasi, dan dokumen sebagai pendukung pengetahuan organisasi dan publikasi.
3 SIM Persuratan Document Management System
Data dan Informasi Persuratan dapat disimpan ke dalam Document Management System. Perlu ditetapkan kebijakan pengarsipan surat, terutama
123
No SI Sumber Data SI Penerima Data Aliran data dan Karakteristiknya
syarat surat yang akan dikelola dan disimpan.
4 Document Management System (DMS)
Knowledge Management (KM)
DMS dan KM terhubung untuk pertukaran dokumen yang memiliki kriteria sebagai sumber pengetahuan BIG. DMS akan mendukung ketersediaan dokumen pengetahuan, yang kemudian akan diolah dan dikategorikan pengetahuannya dalam KM.
5 Knowledge Management dan SIM Kepegawaian
SIM Diklat KM dapat digunakan juga sebagai media pegolahan diklat yang diakses oleh pegawai.
6 Knowledge Management(KM)
SIM Kepegawaian KM berinteraksi dengan SIM Kepegawaian dalam penyediaan pengetahuan dan hak akses dalam penggunaan KM.
7 Agenda Online SIM Kepegawaian Agenda Online akan mengolah data agenda atau rapat untuk acara tertentu. Agenda Online juga memudahkan untuk memberikan notifikasi kepada pegawai yang terkait.
8 Agenda Online Manajemen Proyek Agenda Online juga perlu diintegrasikan dengan manajemen proyek untuk menetapkan agenda-agenda terkait proyek.
9 SIM Kepegawaian dan SIM Kepatuhan Kepegawaian
SIM Penelitian dan Kerjasama
SIM Penelitian dan Kerja Sama perlu terhubung dengan SIM Kepegawaian terkait dengan pegawai yang terlibat dalam kerja sama dan penelitian.
10 SIM Penelitian dan Kerjasama
Manajemen Proyek SIM Penelitian dan Kerja Sama perlu terhubung dengan manajemen proyek untuk pertukaran informasi terkait proyek, seperti status proyek, KAK, legalisasi proyek, dan perjanjian lainnya.
11 SIM Layanan Hukum SIM Penelitian dan Kerjasama
SIM Penelitian dan Kerjasama terhubung dengan SIM Layanan Hukum untuk mengolah legalisasi hukum terkait kerja sama dan penelitian.
12 SIM Perencanaan SIM Penelitian dan Kerjasama
SIM Perencanaan terhubung dengan SIM Penelitian dan Kerjasama bertujuan
124
No SI Sumber Data SI Penerima Data Aliran data dan Karakteristiknya
untuk menjaga keselarasan antara perencanaan BIG dengan realisasi kerja sama atau penelitian.
13 SIM Perencanaan SIM Keuangan, Kepatuhan Pengadaan, SIM Aset, dan SIM Layanan Produk dan Jasa
SIM Perencanaan terhubung dengan SIM Keuangan, Aset, dan Layanan Produk dan Jasa untuk dapat menyelaraskan realisasi perencanaan dan aktivitas yang dilakukan BIG.
14 SIM Keuangan SIM Perencanaan, Kepatuhan Pengadaan, SIM Aset, dan SIM Layanan Produk dan Jasa
SIM Keuangan terhubung dengan SIM Perencanaan, Kepatuhan Pengadaan, Aset, dan Layanan Produk dan Jasa untuk dapat menyelaraskan realisasi perencanaan dan aktivitas yang dilakukan BIG.
15 SIM Kepatuhan Pengadaan
SIM Perencanaan, Keuangan, SIM Aset, dan SIM Layanan Produk dan Jasa
SIM Kepatuhan terhubung dengan SIM Perencanaan, Keuangan, Aset, dan Layanan Produk dan Jasa untuk dapat menyelaraskan realisasi perencanaan dan aktivitas yang dilakukan BIG.
16 SIM Aset SIM Perencanaan, Keuangan, SIM Kepatuhan Pengadaan, dan SIM Layanan Produk dan Jasa
SIM Aset terhubung dengan SIM Perencanaan, Keuangan, Aset, Kepatuahan Pengadaan, dan Layanan Produk dan Jasa untuk dapat menyelaraskan realisasi perencanaan dan aktivitas yang dilakukan BIG.
17 SIM Layanan Produk dan Jasa
SIM Perencanaan, Keuangan, SIM Kepatuhan Pengadaan, dan SIM Aset
SIM Layanan Produk dan Jasa terhubung dengan SIM Perencanaan, Keuangan, Aset, Kepatuahan Pengadaan, dan Aset untuk dapat menyelaraskan realisasi perencanaan dan aktivitas yang dilakukan BIG.
Agar Arsitektur E-Government dapat diimplementasikan dan berjalan sesuai dengan
kebutuhan BIG, maka perlu dilakukan kajian teknis lebih dalam, terutama mengenai
rancangan standar data atau master data, standar teknologi, keterhubungan SI, dan teknik
integrasi data. Kajian teknis perlu dikaji dan didokumentasikan ke dalam rancangan Enterprise
Architecture(EA).
125
Gambar 3.4 Arsitektur E-Government
126
3.4. Portofolio Sistem Informasi
3.4.1. Sistem Informasi pada IG Terpadu
Dari kebutuhan yang telah diidentifikasi dari hasil assessment, dapat dicari solusi teknis
berikut usulan teknologi yang dapat mengakomodasi kebutuhan terkait penyelenggaran
informasi geospasial terpadu. Berikut ini dijelaskan 8 sistem informasi manajemen yang
dibutuhkan untuk penyelenggaraan informasi geospasial terpadu tersebut.
A. Sistem Informasi Manajemen Pengumpulan Data Geospasial
Sistem informasi ini dibutuhkan oleh BIG untuk mendukung salah satu dari 5 aktivitas utama
BIG dalam penyelengggaraan informasi geospasial, yaitu terkait dengan aktivitas
pengumpulan data. Lebih lanjut, sistem informasi manajemen ini berperan sebagai
pengintegrasi aplikasi-aplikasi yang digunakan oleh pusat-pusat teknis dan juga simpul
jaringan dalam mengumpulkan data geospasial. Hal tersebut mengingat saat ini masing-
masing pusat teknis dan simpul jaringan menggunakan aplikasi yang berbeda-beda untuk
melakukan pengumpulan data. Fungsionalitas yang diharapkan dari sistem informasi ini
diantaranya sistem dapat menangkap (capture) data mentah dari semua pusat teknis yang
mengumpulkan data geospasial dan nantinya sistem dapat melakukan klasifikikasi terhadap
data tersebut, misalnya klasifikasi terhadap tipe data atau data owner.
B. Sistem Informasi Quality Control Management
Sistem informasi ini dibutuhkan oleh pusat teknis BIG untuk memastikan data geospasial yang
telah dikumpulkan telah memenuhi standar yang ditentukan sebelum diolah lebih lanjut.
Dengan adanya sistem informasi ini diharapkan pusat teknis BIG dapat melakukan kontrol
terhadap kualitas data geospasial.
C. Sistem Informasi Manajemen Pengolahan Data Geospasial
Seperti halnya dengan Sistem Informasi Manajemen Pengumpulan, SIM Pengumpulan juga
dibutuhkan oleh BIG untuk mendukung salah satu dari 5 aktivitas utama BIG dalam
penyelengggaraan informasi geospasial, yaitu terkait dengan aktivitas pengolahan data. Lebih
lanjut, sistem informasi manajemen ini berperan sebagai pengintegrasi aplikasi-aplikasi yang
127
digunakan oleh pusat-pusat teknis dan juga simpul jaringan dalam mengolah data geospasial.
Hal tersebut mengingat saat ini masing-masing pusat teknis dan simpul jaringan menggunakan
aplikasi yang berbeda-beda untuk melakukan pengolahan data. Fungsionalitas utama yang
diharapkan dari sistem informasi ini diantaranya sistem dapat mengolah data mentah dari
semua pusat teknis dengan berbagai format data yang sudah sesuai dengan standar KUGI.
D. Sistem Informasi Quality Assurance Management
Dalam aktivitas pengelolaan data dan informasi geospasial, Pusat Pengelolaan dan
Penyebarluasan IG melakukan penjaminan kualitas data dan informasi geospasial sebelum
masuk ke dalam server database production yang akan dikelola oleh masing-masing pusat.
Penjaminan kualitas kualitas data dan informasi geospasial tersebut dibantu oleh sistem QA
(Quality Assurance) Management untuk melihat sejauh mana proses quality control dari data
dan informasi geospasial dilakukan ditahap sebelumnya. Selain itu, dalam tahap ini Pusat
Pengelolaan dan Penyebarluasan IG memberikan penilaian terhadap kualitas data dan
informasi geospasial yang akan di publikasikan. Jika kualitas data dan informasi geospasial
yang dihasilkan pusat teknis dinilai masih kurang, maka pusat teknis dapat melakukan proses
pengolahan maupun pemutakhiran data kembali.
E. Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan Data Geospasial
Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan data spasial mengelola semua aplikasi yang
digunakan untuk melakukan kegiatan penyimpanan, pemutakhiran, pengintegrasian, dan
pengamanan informasi geospasial. Sistem informasi ini akan digunakan oleh pusat-pusat
teknis dan juga Pusat Pengelolaan dan Penyebarluasan IG. Sistem informasi ini mengelola
aplikasi atau layanan terkait Data Maintenance, Security Management, dan Geodatabase
Management. Sistem Data Maintenance mengontrol dan memantau aktivitas pembaharuan
dan pengintegrasian data geospasial ke dalam geodatabase sebagai hasil dari aktivitas
pengumpulan data, pemrosesan data, dan juga analisa data. Pengaksesan dan manipulasi data
oleh pengguna dengan menggunakan aplikasi pengelolaan ini akan diatur oleh sistem Security
Management. Dilain pihak, aktivitas pemutakhiran dan pengintegrasian data geospasial itu
sendiri akan dibantu oleh sistem geodatabase.
F. Sistem Informasi Manajemen Penyebarluasan Data Geospasial
128
Sistem Informasi Manajemen Penyebarluasan data geospasial menggunakan mekanisme web
service dan akan dibantu oleh sistem web service management yang diantaranya menangani
layanan map services, image services, mobile services, dan lain sebagainya. Sedangkan, untuk
produksi data dan peta cetak dibantu dengan Cartographic Map Management Systems.
G. Sistem Informasi Manajemen Penggunaan Data Geospasial
Sistem informasi ini mengakomodasi aktivitas penggunaaan DG dan IG untuk berbagai
keperluan baik untuk internal maupun eksternal BIG. Melalui sistem informasi ini, pengguna
dapat menggunakan berbagai macam media atau sistem untuk mengakses IG, diantaranya
web services, portal, mobile device atau penggunaan media peta cetak. Dari proses
penggunaan ini dapat dihasilkan beberapa macam produk turunan informasi geospasial yang
dapat berupa web service atau geoprocessing dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan lain yang berhubungan dengan informasi geospasial. Beberapa produk dari sistem
informasi penggunaan data spasial ini diantaranya sistem informasi bencana dan sistem
informasi desa.
H. Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan Standar dan Simpul Jaringan
Merupakan kumpulan sistem informasi untuk membantu proses pengelolaan standar dan
simpul jaringan. Lebih banyak digunakan oleh Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi
Geospasial. Melalui sistem informasi manajemen ini pengguna dapat melihat standar-standar
IG yang ada di BIG, melihat kepuasan pengguna dan dapat memantau kondisi di simpul
jaringan.
3.4.2. Sistem Informasi Pendukung Sekretariat Utama
A. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
Merupakan kumpulan sistem informasi untuk membantu pengelolaan kepegawaian. Sistem
informasi manajemen ini lebih banyak digunakan oleh Bagian Kepegawaian sebagai unit yang
menangani kepegawaian. Sistem informasi manajemen ini mencakup pengelolaan
kepegawaian dari saat perekrutan, pengangkatan, absensi, data gaji dan tunjangan, sampai ke
penghentian hubungan kerja baik karena pensiun, meninggal, mengundurkan diri dan lainnya.
B. Sistem Informasi Manajemen Kepatuhan Kepegawaian
129
Merupakan kumpulan SI yang dimiliki oleh K/L lain yang digunakan BIG sebagai kepatuhan
terhadap pengelolaan kepegawaian di instansi pemerintahan. Sistem informasi manajemen
ini lebih banyak digunakan oleh Bagian Kepegawaian sebagai unit yang menangani kepatuhan
kepegawaian. Sistem informasi manajemen ini mencakup pengelolaan kepegawaian terkait
formasi CPNS, pelayanan kepegawaian, dan pengelolaan kepegawaian terkait peneliti-
peneliti.
C. Sistem Informasi Manajemen Perencanaan
Merupakan kumpulan sistem informasi yang dimiliki oleh BIG untuk membantu proses
perencanaan. Sistem informasi manajemen ini lebih banyak digunakan oleh Bagian
perencanaan sebagai unit yang menangani perencanaan. Sistem informasi manajemen ini
mencakup pembuatan rencana kerja dan anggaran beserta indikator kinerjanya baik untuk
kegiatan penyelenggaraan informasi geospasial maupun kegiatan operasional. Selain itu,
cakupannya adalah terkait monitoring maupun evaluasi realisasi dari rencana kerja maupun
anggaran yang telah disusun.
D. Sistem Informasi Manajemen Keuangan
Merupakan kumpulan sistem informasi yang dimiliki oleh BIG untuk membantu pengelolaan
keuangan. Sistem informasi manajemen ini lebih banyak digunakan oleh Bagian Keuangan
sebagai unit yang menangani keuangan. Sistem informasi manajemen ini mencakup
pengawasan penyerapan anggaran, persediaan, dan pembayaran gaji pegawai pusat.
E. Sistem Informasi Manajemen Kepatuhan Keuangan
Merupakan kumpulan SI yang dimiliki oleh K/L lain yang digunakan BIG sebagai kepatuhan
terhadap pengelolaan keuangan di instansi pemerintahan. Sistem informasi manajemen ini
lebih banyak digunakan oleh Bagian Keuangan sebagai unit yang menangani kepatuhan
keuangan. Sistem informasi manajemen ini mencakup keseluruhan proses pengelolaan
keuangan instansi pemerintahan mulai dari perencanaan anggaran pada RKA K/L, sistem
pembayaran, perbendaharaan, akuntansi sampai ke pelaporan laporan keuangan instansi
pemerintahan.
F. Sistem Informasi Manajemen Aset
130
Merupakan kumpulan sistem informasi yang dimiliki oleh BIG untuk membantu pengelolaan
aset. Sistem informasi manajemen ini lebih banyak digunakan oleh Bagian Umum sebagai unit
yang menangani aset. Sistem informasi manajemen ini mencakup pelayanan perkantoran
sehingga seluruh unit BIG dapat menyampaikan keluhan terkait kondisi aset di kantor atau
gedungnya. Selain itu, cakupannya adalah terkait pengelolaan aset kendaraan dan kodifikasi
aset-aset negara yang dikelola BIG dimana kedepannya aset-aset tersebut dapat dikodifikasi
dengan menggunakan barcode.
G. Sistem Informasi Manajemen Kepatuhan Aset
Merupakan kumpulan sistem informasi yang dimiliki oleh K/L lain yang digunakan BIG sebagai
kepatuhan terhadap pengelolaan aset negara di instansi pemerintahan. Sistem informasi
manajemen ini lebih banyak digunakan oleh Bagian Keuangan sebagai unit yang menangani
kepatuhan aset. Sistem informasi manajemen ini mencakup keseluruhan proses pengelolaan
aset instansi pemerintahan mulai dari perencanaan aset, pengelolaan, pengalokasian,
persediaan, sampai ke dismantle aset.
H. Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Internal
Merupakan kumpulan sistem informasi untuk membantu proses pengawasan internal. Sistem
informasi manajemen ini lebih banyak digunakan oleh Inspektorat sebagai unit yang
menangani pengawasan internal. Sistem informasi manajemen ini mencakup pengawasan
internal, pengelolaan PMPRB, pengelolaan whistle blowing system, dan pengelolaan tindak
lanjut hasil pemeriksaan dari pihak eksternal (BPK dan lainnya).
I. Sistem Informasi Manajemen Persuratan
Merupakan kumpulan sistem informasi untuk membantu surat-menyurat. Sistem informasi
manajemen ini lebih banyak digunakan oleh Bagian Umum sebagai unit yang menangani
persuratan. Sistem informasi manajemen ini mencakup pengelolaan surat masuk maupun
surat keluar, surat dinas, dan surat tugas yang dibutuhkan sebagai administratif dari kegiatan-
kegiatan di BIG.
J. Sistem Informasi Manajemen Layanan Produk dan Jasa
131
Merupakan kumpulan SI untuk membantu layanan produk & jasa. Sistem informasi
manajemen ini lebih banyak digunakan oleh Balai Pelayanan Jasa dan Produk Geospasial
sebagai unit yang menangani layanan produk dan jasa. Sistem informasi manajemen ini
mencakup pelayanan peta dan web BIG dalam melakukan layanan produk dan jasa.
K. Sistem Informasi Manajemen Layanan Hukum
SI Manajemen Layanan Hukum terdiri dari beragam SI yang digunakan untuk mendukung
penyediaan informasi dan dokumen yang terkait dengan hukum yang diterapkan di BIG.SI ini
terdiri dari dua SI, yaitu JDIH dan e-drafting. SIM Layanan Hukum perlu memiliki fitur portal
penyedia dokumen dan informasi hukum, kemudahan untuk pencarian dokumen,
pengkategorian dokumen pengetahuan, dan pengelolaan hak akses untuk beragam
pengguna.
L. Sistem Informasi ManajemenPenelitian dan Kerja sama
SI Manajemen Penelitian dan Kerja Sama merupakan kumpulan SI untuk membantu
pengelolaan penelitian dan kerjasama dengan berbagai pihak. SI ini terdiri dari SI Kerja Sama,
MoU, PPID, dan Penelitian. SI Kerja Sama yang dikembangkan perlu memiliki beberapa fitur
seperti kemudahan untuk penyimpanan dokumen kontrak dan kerja sama; pencarian surat
kerja sama; pengkategorian dokumen kerja sama.
M. Sistem Informasi Manajemen Diklat
SI Manajemen DIklat merupakan kumpulan SI untuk membantu proses pendidikan dan
pelatihan. SI ini terbagi menjadi tiga aplikasi, yaitu SI Diklat, dan E-Library. SI Diklat yang
dikembangkan perlu memiliki beberapa fitur seperti pengadaan event pendidikan dan
pelatihan; memonitor progress pendidikan dan pelatihan; pendataan pendidikan dan
pelatihan yang dibutuhkan dan pernah dijalankan; Pelaporan hasil pendidikan dan pelatihan;
Penyediaan data yang dapat dianalisis lebih lanjut dengan business intelligence.
N. Sistem Informasi ManajemenKepatuhan Pengadaan
SI Manajemen Kepatuhan Pengadaanmerupakan kumpulan SI yang membantu proses
pengadaan aset dan barang yang berguna untuk mendukung aktivitas BIG. SI ini terbagi
menjadi tiga aplikasi, yaitu SIRUP, e-Catalogue, dan LPSE. SI Diklat yang dikembangkan perlu
132
memiliki beberapa fitur seperti katalog barang; pencatatan pengadaan aset (procurement);
status pengiriman barang; dan penyimpanan riwayat pengadaan barang.
O. Document Management System
Document Management System merupakan SI untuk membantu pengelolaan dokumen dan
pengarsipan. Kondisi Document Management System di BIG masih terpisah-pisah antar unit.
Harapannya kondisi pengelolaan dokumen dapat dipusatkan dalam satu Document
Managemen System Enterprise. Oleh karena fungsinya sebagai pengelolaan aset dokumen,
SIM ini dapat diintegrasikan dengan Knowledge Management System. Beberapa fitur yang
perlu ditambahkan adalah penyimpanan dokumen, pengelolaan dokumen, pencarian
dokumen, serta kontrol untuk document retention.
P. Sistem Informasi ManajemenKepatuhan Persandian
SIM Persandian terdiri dari SI Persandian yang merupakan SI yang dikembangkan oleh
Lembaga Sandi Negara, yang diterapkan oleh BIG sebagai kontrol untuk mengurangi
penyalahgunaan informasi. Aplikasi ini digunakan sebagai media komunikasi yang digunakan
oleh instansi pemerintahan untuk bertukar data dan informasi yang rahasia dalam lingkup
kenegaraan.
Q. Sistem Informasi ManajemenPengelolaan Lembaga Informasi Geospasial
Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses pengelolaan lembaga IG. Sistem informasi
manajemen ini lebih banyak digunakan oleh Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi
Geospasial sebagai unit yang menangani pengelolaan lembaga IG. Sistem informasi
manajemen ini mencakup sertifikasi dan akreditasi lembaga IG, survei pendidikan ASEAN
terkait IG, dan pengelolaan SDM dan industri IG.
R. Sistem Informasi ManajemenPelayanan Terpadu Informasi Geospasial
SIM Pelayanan Terpadu Informasi Geospasial merupakan kumpulan Sebuah website yang
merupakan kumpulan SIM terkait layanan-layanan yang terdapat di BIG sehingga tercipta
pelayanan satu pintu. Beberapa SIM yang perlu diintegrasikan dalam SIM Pelayanan Terpadu
Informasi Geospasial adalah SIM Persuratan, SIM Layanan Produk dan Jasa, SIM Layanan
133
Hukum, SIM Kerja-sama, dan SIM Diklat. Pengintegrasian ini bertujuan untuk memudahkan
dan mempercepat proses penyebaran informasi geospasial dengan satu pintu.
S. Common System
Common System merupakan kumpulan SI yang dapat diterapkan di beberapa unit sekaligus,
meskipun memiliki perbedaan karakteristik data dan informasi. Beberapa SI yang termasuk ke
dalam Common System adalah Administrative Workflow Management, Knowledge
Management, Enterprise Content Management, Internet Collaboration Tools, SI Manajemen
Proyek, serta Access Management.
T. Ringkasan Portofolio Sistem Informasi
Tabel 3.2 merupakan hasil ringkasan dari portofolio sistem informasi baik yang telah dimiliki
ataupun yang akan dikembangkan oleh BIG dalam lima tahun ke depan (2017 – 2021).
134
Tabel 3.3 Ringkasan Portfolio Aplikasi
Kategori Solusi SI Solusi SI Kebutuhan Organisasi
Spasial
GIS Desktop Untuk pengaturan dan pemantauan alur kerja operasional GIS dari mulai pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan pemutakhiran data.
Database Spasial Untuk basis data terkait data geospasial
Repository Metadata IG Untuk basis data terkait metadata dan format KUGI
Master Data Spasial Keberadaan master data spasial akan mempermudah proses integrasi antar sistem geospasial yang ada karena sebagai standar data yang umum yang dapat digunakan di beberapa sistem, aplikasi dan proses.
Data Warehouse Spasial Data warehouse spasial sebagai fasilitas penyimpanan data historis dari semua informasi geospasial yang nanti dapat dianalisis untuk business intelligent sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan, termasuk reporting dan analisis.
SIM Pengumpulan Data Geopasial GNSS Spider Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses pengumpulan data geospasial
SI Sakti
PDPJKGG
SI Batimetri Nasional
SI Vicon Tarung
135
Kategori Solusi SI Solusi SI Kebutuhan Organisasi
SI Pasang Surut
MGPSDB
SIM Pengolahan Data Geopasial SI Penegasan Batas Wilayah Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses pengolahan data geospasial
Remote Sensing
SI Spasial Dinamis
File Sharing
SI Berbagi Pakai
SI RDA (Recommended Development Analysis)
SI Kartografi
Scientific Software (GAMIT, Starnet, dll)
SI Gaya Berat
SI Peta Daerah Otonom Baru
SI Pengolah data GNSS
SIM Pengelolaan Data Geospasial SI Database Asistensi dan Supervisi Tata Ruang
Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses pengelolaan data geospasial SI Katalog DEM
SI Katalog KUGI
Mobile Toponim Management
SI Tema Batas Wilayah
SI Metadata
SI Katalog Data IG Terpadu dan IG Strategis
E-Catalog Data Analog
136
Kategori Solusi SI Solusi SI Kebutuhan Organisasi
Basis Data Raw, Basis Data Vektor, Basis Data Raster, Basis Data Analog, Basis Data Grid
SIM QC dan QA management SI QC & QA Management Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses QC dan QA data geospasial
SIM Penyebarluasan Data Geospasial InaGeoportal Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses penyebarluasan data geospasial
Portal Simpul Jaringan BIG
Portal Integrasi Sistem Penyebarluasan
Pasut Info
TIDES
Inacors
SRGI
SIM Penggunaan Data Geopasial Portal Onemap Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses penggunaan data geospasial
SI Desa
Dashboard Kebencanaan
Atlas Transportasi Pulau Jawa
SI Pergerakan Lempeng Tektonik
E-Atlas
SI Layanan DG IG
SI Inventarisasi Aplikasi BIG
ILMDIS
SI SNI
137
Kategori Solusi SI Solusi SI Kebutuhan Organisasi
SIM Pengelolaan standar dan Simpul Jaringan
SI pengelolaan standar dan simpul jaringan yang terdapat beberapa modul yaitu: Modul Pemantauan Kondisi Simpul Jaringan dan Modul Kepuasan Pengguna IG
Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses pengelolaan standar dan simpul jaringan
Non Spasial
SSO Untuk mengizinkan pengguna jaringan atau aplikasi agar dapat mengakses sumber daya dalam jaringan hanya dengan menggunakan satu akun saja
EIS/DSS Untuk menampilkan informasi bagi pimpinan terkait kondisi dan perkembangan dari seluruh kegiatan yang dilakukan oleh BIG yang dapat memudahkan pimpinan dalam mengambil keputusan
Database Administrasi basis data terkait data administrasi
SI Agenda Online Untuk penjadwalan kegiatan-kegiatan pimpinan.
Knowledge Management System Untuk arsip dari pengetahuan perusahaan.
Project Management System Untuk mempermudah pengelolaan proyek.
Master Data Keberadaan master data akan mempermudah proses integrasi antar sistem administratif yang ada karena sebagai standar data yang umum yang
138
Kategori Solusi SI Solusi SI Kebutuhan Organisasi
dapat digunakan di beberapa sistem, aplikasi dan proses.
Data Warehouse Untuk penyimpanan data transaksi historical yang sudah dilakukan cleansing data.
SIM Kepegawaian SI Rekrutmen CPNS Merupakan kumpulan SI untuk membantu pengelolaan kepegawaian SI SIAP (Sistem Administrasi Pegawai)
SKP
SI Manajemen Jabatan
SI Presensi
SI Pelayanan Kepegawaian
SI FPAK (Fungsional Penilaian Angka Kredit)
SI Manajemen Talenta
SI ABK
E-Surta
SI GRP 2013
Sistem Ruangan Pelayanan Kepegawaian (SILayanan)
SIPEG
SI Absensi
SI Dossier
SI Lelang Jabatan
SI MonevKO
139
Kategori Solusi SI Solusi SI Kebutuhan Organisasi
SI Diklat Kepegawaian
SIM Kepatuhan Kepegawaian E-Formasi Merupakan kumpulan SI yang dimiliki oleh K/L lain yang digunakan BIG sebagai kepatuhan terhadap pengelolaan kepegawaian di instansi pemerintahan
SAPK (Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian)
E-Peneliti
SIM Perencanaan SI Renja K/L Merupakan kumpulan SI yang dimiliki oleh BIG untuk membantu proses perencanaan maupun evaluasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya
SI ADIK (Arsitektur dan Informasi Kinerja)
SI SIMONIK BSC
SI Revisi Anggaran
SI Repository Perencanaan
SI Monitoring Geospasial
SIMPAN (Sistem Informasi Perencanaan dan Anggaran)
SIM Keuangan SIRA (Sistem Informasi Realisasi Anggaran)
Merupakan kumpulan SI yang dimiliki oleh BIG untuk membantu pengelolaan keuangan
SIM Kepatuhan Keuangan SAS (Sistem Akuntansi Satker) Merupakan kumpulan SI yang dimiliki oleh K/L lain yang digunakan BIG sebagai kepatuhan terhadap pengelolaan keuangan di instansi pemerintahan
SIMAN
SPM
SPP
SILABI
SAKPA
SIMPONI (Sistem Informasi Penerimaan Negara Online)
140
Kategori Solusi SI Solusi SI Kebutuhan Organisasi
SI RKA K/L
SBM
SBK
SIP
SI UKP 4
SI Bappenas
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
Sistem Akuntansi Tingkat Instansi
SI Persediaan
SI Penggajian (GPP)
SIM Aset SI Aset Manajemen Kendaraan Merupakan kumpulan SI yang dimiliki oleh BIG untuk membantu pengelolaan aset
SI Pelayanan Perkantoran
SI Kodifikasi BMN
SIM Kepatuhan Aset SILOK BMN Merupakan kumpulan SI yang dimiliki oleh K/L lain yang digunakan BIG sebagai kepatuhan terhadap pengelolaan aset negara di instansi pemerintahan
SIMAK BMN
Persediaan BMN
SIM Pengawasan Internal WBS (Whistle Blowing System) Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses pengawasan internal SI Pengawasan Internal
SIM HP (Hasil Pemeriksaan)
E-PMPRB
SIM Persuratan SI SMS (Sistem Manajemen Persuratan) Merupakan kumpulan SI untuk membantu surat-menyurat Sistem Informasi Tata Naskah Dinas
Elektronik (TNDE)
141
Kategori Solusi SI Solusi SI Kebutuhan Organisasi
SIM Layanan Produk & Jasa SI Gudang Peta Merupakan kumpulan SI untuk membantu layanan produk & jasa Web BIG
SI Pelayanan Peta
E-Commerce
SIM Layanan Hukum JDIH Merupakan kumpulan SI untuk membantu layanan hukum E-Drafting
SIM Penelitian dan Kerjasama SI Kerjasama Merupakan kumpulan SI untuk membantu pengelolaan kerjasama dengan berbagai pihak
PPID
SI Penelitian
E-Jurnal
SI Manajemen MoU
SIM Diklat SI Diklat Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses pendidikan dan pelatihan
E-Library
SIM Kepatuhan Pengadaan LPSE Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses pengadaan SIRUP
E-Catalogue
Document Management System SI Kearsipan Merupakan kumpulan SI untuk membantu pengelolaan dokumen arsip SI Administrasi PPIG
SI Pendokumentasian Administrasi Kegiatan PSKIG
SIM Kepatuhan Persandian SI Persandian Merupakan kumpulan SI yang dimiliki oleh K/L lain yang digunakan BIG sebagai kepatuhan dalam melakukan komunikasi dari informasi yang sangat rahasia
142
Kategori Solusi SI Solusi SI Kebutuhan Organisasi
SIM Pengelolaan Lembaga IG SI Sertifikasi dan Akreditasi Lembaga IG Merupakan kumpulan SI untuk membantu proses pengelolaan lembaga IG
SI Asean Surveying Education
SI SDM dan Industri IG
SI Palapa
SIM Pelayanan Terpadu Infromasi Geospasial
SIM Persuratan Sebuah website yang merupakan kumpulan SIM terkait layanan-layanan yang terdapat di BIG sehingga tercipta pelayanan satu pintu
SIM Layanan Produk & Jasa
SIM Layanan Hukum
SIM Kerjasama
SIM Diklat
Common System Knowledge Management Merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan SI yang umum/ sering digunakan oleh seluruh unit di BIG
Enterprise Content Management
SI Manajemen Proyek
Document Management System
143
3.5. Pertukaran Data Geospasial
Mekanisme pertukaran data geospasial merupakan salah satu kajian penting untuk
mendukung program kebijakan satu peta dan layanan data satu pintu. Mekanisme pertukaran
data geospasial perlu dirancang secara efektif dan efisien, sehingga layanan data dapat lebih
cepat, tepat, dan sesuai tingkat layanan yang diharapkan. Hal yang paling utama dari
pendefinisian mekanisme pertukaran data geospasial adalah tersedianya kebijakan dan
prosedur yang mendukungnya.
3.5.1. Koordinasi Pertukaran Data Internal BIG
Pertukaran data internal BIG dirancang untuk memudahkan pertukaran data geospasial antar
pusat teknis dan PPIG. Pertukaran data geospasial di internal BIG cukup signifikan dan butuh
pengelolaan yang lebih efektif. Sebagai contoh pertukaran data geospasial terjadi antara
pusat penyedia peta tematik yang membutuhkan peta geospasial dasar. Dalam pertukaran
data ini melibatkan koordinasi antara pusat teknis dan PPIG. Pusat teknis yang menjadi data
owner dan PPIG sebagai data custodian. Gambaran aliran aktivitas pertukaran data internal
BIG dapat dilihar pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Pertukaran Data Internal BIG
144
Aliran aktivitas dari pertukaran data internal BIG dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pusat Teknis mengajukan permintaan atau order terhadap data/informasi geospasial
yang ditujukan kepada PPIG. Dalam aktivitas ini pusat teknis mengirimkan
permintaannya melalui E-Ticketing.
2. Permintaan yang telah masuk ke dalam E-Ticketing diterima dan diakomodasi lebih
lanjut oleh PPIG yang bertanggung-jawab untuk menyediakan informasi geospasial.
3. Tim PPIG akan mencari data yang telah siap pakai dari database production, sesuai
dengan kebutuhan/permintaan dan menaruhnya di SI berbagi pakai.
4. Tim PPIG akan memberikan akses kepada pusat teknis yang membutuhkan data
tersebut melalui SI Berbagi Pakai dengan hak akses read only.
5. Tim teknis akan mengambil data yang dibutuhkan melalui SI Berbagi Pakai sesuai
dengan akses yang diberikan oleh PPIG.
3.5.2. Koordinasi Pertukaran Data BIG dan Simpul Jaringan
Pertukaran data eksternal BIG dirancang untuk memudahkan pertukaran data geospasial
antar simpul jaringan (Kementrian/Lembaga serta Pemda) dan BIG. Pertukaran data eksternal
perlu dirancang karena didorong oleh kebutuhan penerapan kebijakan satu peta. Dalam
penerapan kebijakan satu peta, BIG bertindak sebagai penghubung simpul jaringan. Dalam
peranannya ini, BIG menyediakan peta dasar dan standar yang dijadikan acuan bagi simpul-
jaringan lainnya. Dalam pertukaran data geospasial ini melibatkan koordinasi antara simpul
jaringan dan BIG sebagai penghubung simpul jaringan. Gambaran aliran aktivitas pertukaran
data eksternal BIG dapat dilihat pada Gambar 3.6.
145
Gambar 3.6 Pertukaran Data BIG dan K/L Lainnya
Aliran aktivitas dari pertukaran data internal BIG dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Simpul jaringan mengirimkan permintaan peta, terutama peta dasar, melalui aplikasi
portal permintaan peta. Permintaan peta kemudian akan mencatat dan menampung
permintaan dan pencatatan permintaan simpul jaringan, serta mengukur tingkat
kinerja layanan Penyediaan Peta oleh BIG. Dua unit yang terlibat aktif dalam
penyediaan data adalah PPKS dan PPIG. PPKS bertugas sebagai pintu untuk
permintaan peta. PPIG bertugas sebagai Penyedia data geospasial, sebagaimana
permintaan simpul jaringan.
2. PPKS kemudian dapat mencari data geospasial dari beberapa pendekatan
pendekatan. Cara pertama, PPKS mencari data geospasial dari web services
146
management atau Ina-Geoportal. Apabila data belum tersedia, PPKS dapat
menghubungi PPIG yang berperan sebagai data steward, untuk menyediakan data.
3. Apabila data telah diperoleh, PPKS dapat diseminasi data melalui web-services yang
langsung terhubung dengan Ina-Geoportal atau portal permintaan peta. Apabila web-
services tidak tersedia, PPKS dapat diseminasi data geospasial dengan menggunakan
perangkat penyimpanan tertentu, sebagai contoh harddisk eskternal.
147
Bab 4. Blueprint Teknologi Informasi
4.1. Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai cetak biru infrastruktur teknologi informasi BIG yang mencakup
semua layanan TI yang diberikan seperti layanan API, layanan client, layanan server dan
storage, layanan keamanan, layanan pengelolaan data, layanan jaringan, layanan komunikasi,
layanan jaringan, dan layanan infrastruktur fisik. Hasil assessmen ditampilkan dalam
portofolio TI dan ringkasan permasalahan yang diidentifikasi. Kemudian dari hasil assessmen
disusun cetak biru infrastruktur TI yang mencakup prinsip-prinsip infrastruktur TI yang perlu
dicapai dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk pengembangan infrastruktur.
Pada dokumen infrastruktur TI ini, difokuskan pada perencanaan peningkatan kapasitas
kedepan. Terkait dengan arsitektur jaringan dan Data Center tidak menjadi fokus analisis.
4.2. Prinsip-Prinsip Infrastruktur TI
Untuk memandu dalam pengembangan layanan TI BIG dengan baik dan mampu menghadapi
dinamika perubahan kebutuhan maka dipilih prinsip-prinsip umum layanan TI yang diambil
dari best practice di bidang manajemen layanan TI. Prinsip-prinsip infrastruktur TI untuk BIG
juga disesuaikan dengan IT Master Plan BIG yang sudah dikembangkan sebelumnya:
1. Scalable (mudah dikembangkan dan adaptif) merupakan kemampuan infrastruktur TI
BIG untuk menangani pertumbuhan beban kerja dengan lancar. Data, proses, dan
pengguna seiring berjalannya waktu akan semakin bertambah besar dan kompleks
sehingga menuntut infrastruktur TI untuk beradaptasi akan tuntutan bisnis tersebut.
Sebagai contoh kapasitas harddisk terbesar saat ini adalah 4 TB. Seiring berjalannya
waktu harddisk tersebut akan penuh. Sebelum mencapai masa kritis, harddisk pada
server tersebut harus ditambah untuk meningkatkan kapasitas.
2. Secure (aman) merupakan kemampuan infrastruktur TI BIG untuk melindungi data
dan sistem dalam aspek kerahasiaan dan integritas. Faktor keamanan tidak hanya
148
berkaitan pencegahan orang mengakses data atau sistem yang tidak sesuai dengan
haknya, tetapi juga kemampuan untuk menjaga data yang dikirim melalui
infrastruktur TI terjaga integritasnya. Sebagai contoh otentikasi dan otorisasi kepada
seluruh pengguna sebelum pengguna mengakses sistem untuk memastikan pengguna
yang akses adalah pengguna sebenarnya dan memiliki hak akses terhadap fungsi-
fungsi yang akan digunakan. Menjaga integritas data dapat menggunakan digital
signature untuk memastikan pengirim data adalah memang benar dan data tidak
mengalami perubahan selama proses pengiriman/transfer.
3. Available (ketersediaan) merupakan kemampuan infrastruktur TI BIG beroperasi pada
interval waktu tertentu. Ketersediaan infrastruktur TI BIG untuk tetap beroperasi
sesuai dengan Service Level Agreement (SLA). Pencegahan terhadap kegagalan,
komponen infrastruktur TI dapat memanfaatkan redundancy. Redundancy
merupakan mekanisme penduplikasian komponen kritis pada infrastruktur TI,
sehingga ketika komponen utama mengalami kegagalan fungsinya dapat digantikan
oleh komponen cadangan. Prinsip ini juga mencakup kebutuhan untuk handal yaitu
Reliable (handal) dan kebutuhan performance. Reliabilitymerupakan kemampuan
infrastruktur TI untuk memberikan kinerja layanan (performance) yang handal yaitu
layanan yang mampu berfungsi dengan baik dalam sesuai waktu yang diinginkan.
Salah satu ukuran dalam reliability adalah MTBF (Mean Time Between Failure) yang
mendefinisikan waktu total sebuah infrastruktur TI berjalan dengan baik
dibandingkan dengan total jumlah sistem mengalami failure. Sementara pengukuran
performance terkait dengan optimalisasi kinerja layanan TI yaitu dengan ukuran
kepuasan dari penggunaan layanan TI.
4. Manageable (kemudahan dalam pengelolaan) merupakan kemampuan infrastruktur
TI BIG untuk dikelola dengan mudah. Kemudahan tidak hanya berkaitan dengan
tersedianya management tools terhadap infrastruktur TI tetapi juga kemudahan
dalam mempelajari infrastruktur tersebut. Contoh kemudahan dalam pengelolaan
adalah IP Address, memanfaatkan DHCP (Domain Host Control Protocol)
memudahkan sistem administrator untuk mengalokasikan IP Address komputer
pengguna dalam jumlah besar.
5. Serviceable (kemudahan dalam perbaikan) merupakan kemampuan infrastruktur TI
BIG dalam kemudahan perbaikan infrastruktur sesuai dengan persyaratan yang telah
149
ditentukan. SLA terkadang mencantumkan persyaratan downtime dari sebuah
komponen infrastruktur TI, sehingga kemudahan dalam perbaikan sangat diperlukan
untuk mempertahankan SLA tersebut. Kemudahan dalam perbaikan dapat diperoleh
dengan memilih teknologi yang sudah teruji di industri dan memiliki dukungan teknis
vendor dapat diandalkan.
4.3. Portofolio Infrastruktur TI
Untuk mendukung proses organisasi BIG dan sistem informasi BIG, diidentifikasi beberapa
kebutuhan layanan infrastruktut TI. Berikut adalah portofolio infrastruktur BIG yang
dibutuhkan untuk mendukung proses binis dan sistem informasi BIG. Infrastruktur TI ini
dikelompokkan dalam kelompok layanan infrastruktur berdasarkan best practice seperti yang
disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Portofolio Infrastruktur TI
No Komponen
Infrastruktur
Deskripsi
Layanan Integrasi
1. Data Level-EAI Fasilitas terintegrasi yang terdiri atas sekumpulan teknologi dan
layanan yang akan membentuk sebuah middleware yang
memungkinkan sistem dan aplikasi saling berinteraksi antar platform
dalam level data.
2. Web Services Mekanisme integrasi melalui internet berbasiskan web dengan standar
pertukaran data yang didefinisikan sesuai dengan bentuk data
organisasi.
3. ESB (Enterprise
Service Bus)
Sebuah platform yang dijadikan penghubung antar komponen/aplikasi,
sehingga sistem dapat dibuat lebih modular.
Layanan Pengelolaan Data
4. DBMS Fasilitas yang membantu dalam pengumpulan data yang terintegrasi ke
dalam sebuah database dan digunakan bersama-sama.
150
5. OLAP Sebuah alat yang digunakan untuk mengolah data di database sehingga
dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
6. Data Dictionary Suatu daftar elemen data yang terorganisir dengan definisi yang tetap
dan sesuai dengan sistem, sehingga user dan analisis sistem
mempunyai pengertian yang sama tentang input, output, dan
komponen data store.
7. Extraction
Transformation
Loading Services
(ETL)
Alat yang digunakan untuk mengambil data secara otomatis dari suatu
database atau file.
Alat yang digunakan untuk mengubah format data disesuaikan dengan
format pada database yang baru.
Alat yang digunakan untuk mengunggah data ke datamart atau data
warehouse yang telah melalui proses cleansing dan transformation.
8. Data Cleansing Alat untuk mendeteksi kerusakan/error pada data hasil ekstraksi untuk
dilakukan proses penggantian, modifikasi, atau penghapusan terhadap
data tersebut.
9. Archival and
Retrieval
Fasilitas pengarsipan dokumen bisnis dengan kemampuan temu-
kembali sehingga meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam
pengelolaan dokumen bisnis dalam jumlah besar.
10. Data Warehouse Fasilitas penyimpanan data historis yang nanti dapat dianalisis untuk
business intelligent sehingga dapat membantu dalam pengambilan
keputusan.
11. High Performance
Computing
Pendekatan agregasi perangkat komputasi (mis server dan storage)
untuk memberikan layanan komputasi tingkat tinggi yang mampu
menjalankan pemrosesan data atau informasi yang banyak/rumit.
12. BIG Data Platform Platform untuk memproses BIG Data yaitu data dalam jumlah besar
dengan struktur dan jenis bermacam-macam.
Layanan Storage
151
13. Server Storage Memudahkan pengelolaan data/dokumen yang tersimpan dalam
server dan meningkatkan keamanan dengan menerapkan hak akses.
14. Client Storage Perangkat penyimpanan data (hard disks dan tape library).
15. Network Storage Mempermudah pengelolaan storage yaitu admin dapat dengan mudah
menambah storage baru ketika storage yang ada sudah tidak memadai.
Meningkatkan utilisasi storage dengan cara pengaturan alokasi storage
secara dinamis sesuai kebutuhan.
Menjaga ketersediaan data dengan melakukan backup.
16. Storage Resource
Management
Storage Resource Management (SRM) mampu mengelola,
mengalokasikan, mengoptimasi, dan meningkatkan efisiensi
penggunaan storage. SRM mencakup fungsi Quota Management
dengan fungsi lebih canggih yaitu mampu mengidentifikasi resources
dengan utilisasi rendah, mengidentifikasi data lama atau data non-
critical yang bisa dipindahkan ke storage lain, dan mampu membantu
memprediksi kebutuhan kapasitas mendatang.
Layanan Server
17. Server OS Fasilitas berupa sistem operasi yang wajib ada sebelum menggunakan
server.
18. Server HW Fasilitas / perangkat keras pada server agar server dapat berjalan
secara optimal dan dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan
penggunaan.
19. Virtual Server Fasilitas berupa penyediaan server dalam pendekatan virtualisasi
20. Cloud Computing Pendekatan penggunaan infrastruktur dalam cloud environment.
Terdapat beberapa jenis pendekatan, yaitu IaaS, SaaS, dan PaaS
Layanan Client
21. Client OS Fasilitas yang wajib ada sebelum menggunakan komputer.
152
22. Client HW Fasilitas / perangkat keras pada komputer client yang memungkinkan
komputer client dapat berjalan optimal sesuai kebutuhan.
23. Browser Fasilitas untuk mengakses aplikasi berbasiskan web.
24. Wireless Client Media untuk koneksi ke jaringan wireless sehingga karyawan dapat
bekerja tanpa terganggu oleh kabel jaringan.
25. Mail Client Fasilitas untuk mengakses email sehingga komunikasi dengan rekan
kerja dapat terjaga.
26. Productivity Tools Aplikasi yang digunakan sehari-hari untuk mendukung kerja karyawan.
27. Remote Access Fasilitas yang memungkinkan user mengontrol komputer secara jarak
jauh. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi karena user tidak perlu
mendatangi komputer yang jauh jaraknya.
28. Mobile Devices Fasilitas yang dapat digunakan oleh karyawan untuk pengembangan
aplikasi yang mobile friendly atau bekerja secara mobile (mobile
worker).
29. Anti-virus Agent Aplikasi yang diinstal di client untuk mengamankan komputer dari
serangan virus.
30. Personal Firewall Aplikasi yang diinstal di client untuk mengamankan komputer dari
akses oleh orang lain.
31. Anti Spy-Ware Agent Aplikasi yang diinstal di client untuk mengamankan komputer dari
program jahat yang dapat mencuri informasi rahasia/sensifitif.
32. Application Clients Aplikasi yang dibuat untuk tujuan khusus dan di-install di client untuk
membantu kerja user.
Layanan Distribusi
33. File Server Fasilitas repositori file untuk diakses oleh banyak user melalui jaringan
lokal.
153
34. Print Server Fasilitas pemakaian bersama printer yang dapat diakses melalui
jaringan lokal.
35. Web Server Fasilitas yang membantu penyampaian konten yang dapat diakses
melalui Internet.
36. Workflow Engine Fasilitas yang mengelola dan mengeksekusi proses pemodelan pada
komputer yang berupa diagram alur kerja (workflow).
37. Middleware Server Fasilitas yang menyediakan layanan middleware, seperti: caching
(koneksi, hasil query, dan lainnya), load balancing, pencatatan log,
pengauditan, dan lainnya.
38. Job Scheduling Fasilitas untuk melakukan pekerjaan terjadual secara otomatis.
39. Directory Services Perangkat lunak yang menyimpan, mengelola, dan menyediakan akses
untuk sebuah informasi pada suatu directory.Layanan direktori
merupakan network management terpusat dan terstandardisasi untuk
user data, keamanan, distributed resources, dan memungkinkan
interoperability dengan direktori lain. Contoh produknya adalah Active
Directory dari Microsoft.
Layanan Multimedia
40. MCP (Multimedia
Content Production)
Layanan untuk memproduksi konten multimedia (audio, video,
animasi).
41. MVR (Multimedia
Vehicle and
Repository)
Fasilitas penyimpanan dan pengelolaan content multimedia.
42. Digital Right
Management (DRM)
Fasilitas pertukaran data digital dan penggunaan alat digital secara
aman.
Layanan Management Systems
154
43. Update Server Fasilitas terpusat untuk mengelola (men – download dan menyediakan
repositori)patches dan service packs untuk Microsoft Windows.
44. Configuration
Manager
Fasilitas untuk mengelola sistem atau produk agar bekerja sesuai
dengan kebutuhan, desain, dan informasi operasional sepanjang daur
hidup sistem atau produk tersebut.
45. Security Manager Fasilitas yang digunakan untuk pengelolaan keamanan infrastruktur.
46. Wireless Access
Manager
Fasilitas yang mengatur hak akses jaringan wireless untuk
meningkatkan keamanan jaringan.
47. Log Manager Fasilitas yang menangani semua log
Layanan Komunikasi
48. IMAP/POP3 Fasilitas pengelola email untuk diakses oleh komputer user.
49. SMTP Server Fasilitas pengiriman dan penerimaan email ke / dari server di luar
domain.
50. Instant Messaging Fasilitas komunikasi dalam bentuk percakapan. Salah satu media
alternatif komunikasi.
51. Video Conference Fasilitas komunikasi interaktif yang memungkinkan terjadinya interaksi
dua arah melalui video dan audio pada dua lokasi atau lebih secara
simultan.
52. SPAM Management Alat yang dapat melindungi pengguna dari email sampah.
Layanan Security
53. Application Security Penerapan keamanan di level aplikasi. Application Security terdiri dari
- Application firewall
Fasilitas untuk mengontrol lalu – lintas data dengan memfilter
paket – paket data yang diterapkanpada level aplikasi.
- Encryption
Fasilitas untuk melakukan enkripsi data.
155
- Authentication (SSO)
Fasilitas untuk memeriksa keabsahan identitas dari pengguna.
Authentication juga menerapkan Role Based Action Control
(RBAC). Penerapan Authentication yang menjadi tren
teknologi saat ini adalah pendekatan Single Sign On.
54. Network Security Penerapan keamanan di level jaringan. Network Security terdiri dari:
- Network firewall
Fasilitas untuk mengontrol lalu – lintas data dengan memfilter
paket – paket data sesuai dengan aturan pengamanan akses
jaringan.
- IPS
Fasilitas untuk mempelajari serangan berupa akses ilegal
(intrusion) melalui jaringan dan kemudian membuat
mekanisme pertahanan yang sesuai.Authentication (SSO)
- IDS
Fasilitas untuk mendeteksi dan menangani serangan berupa
akses ilegal (intrusion) melalui jaringan.
- Network Monitoring Systems
Fasilitas untuk melakukan pengawasan dan monitoring
aktivitas yang terjadi di jaringan sehingga bisa mengetahui jika
ada anomali aktivitas atau serangan di layer jaringan.
55. Systems Security Penerapan keamanan di level jaringan. Systems Security terdiri dari:
- Antivirus-server
Fasilitas untuk melindungi jaringan dan server dari serangan
virus, trojan, dan lainnya, serta melakukan peng-update-an
antivirus definition pada komputer client secara otomatis.
- Patches dan Upgrade Management
Fasilitas untuk membantu mengontrol patch dan upgrade
pada setiap layanan TI sehingga mampu menghindari lubang
keamanan.
- Systems Monitoring Systems
156
Fasilitas untuk melakukan pengawasan dan monitoring
aktivitas yang terjadi di jaringan sehingga bisa mengetahui jika
ada anomali aktivitas atau serangan di layersystems.
56. Physical Security
Infrastructure
Fasilitas keamanan fisik seperti yang terdiri dari:
- Video Surveillance (CCTV)
Fasiltas/perangkat untuk memonitor aktivitas fisik
berbasiskan video.
- Access Control/Access Lock
Perangkat/fasiltas untuk membatasi akses secara fisik.
Contohnya fingerprint access, door lock, dan lain sebagainya.
- Access Log
Pencatatan akses fisik ke ruangan atau perangkat infrastruktur
TI. Misal access log ke Data Center, ke NOC dan access log
untuk perangkat jaringan.
Layanan Network
57. WAN Perangkat jaringan: router, switces, dan hubs.
untuk kebutuhan WAN
58. LAN Perangkat jaringan: router, switces, dan hubs.
Perkabelan baik UTP maupun fiber optic untuk kebutuhan LAN
59. VPN Gateway Fasilitas pengontrolan akses dengan enkripsi data untuk memberikan
saluran komunikasi data private secara virtual melalui jaringan publik.
60. Wireless Access
Point
Fasilitas yang memungkinkan komputer yang memiliki wireless client
untuk terkoneksi dengan jaringan BIG.
61. Internet Fasilitas koneksi Internet
62. Proxy Server Fasilitas untuk mengkonsentrasikan akses web ke server di luar domain
yang dilengkapi dengan fasilitas caching untuk meminimasi duplikasi
akses ke data yang sama dari serverweb luar.
157
Berdasarkan tabel portofolio di atas, digambarkan arsitektur infrastruktur TI BIG. Gambar 4.1
adalah gambaran arsitektur infrastruktur BIG yang disusun berdasarkan acuan artifak TOGAF.
63. DHCP Server Fasilitas untuk mengalokasikan alamat host (IP number) secara
otomatis pada komputer yang bergabung dengan jaringan.
64. DNS (Domain Name
System) Server
Fasilitas pemetaan antara nama host(komputer, server, dsb) dengan
alamat jaringan (IP number).
65. VLAN Penerapan Virtual LAN untuk jaringan LAN internal BIG
66. SDN (Software
Defined Network)
SDN merupakan pendekatan pada computer networking yang
memungkinkan network administrator untuk mengelola layanan
network melalui abstraksi pada lower-level functionality
67. CDN (Content
Delivery Network)
CDN merupakan pendekatan penggunaan multiple proxy server yang
terdistribusi pada jaringan secara global untuk memberikan layanan
akses dengan high availability dan high performance.
Infrastruktur Fisik
68. Data Center Fasilitas terpusat yang menyimpan server dan storage sebagai pusat
penyimpanan data dan layanan.
69. Call Center Fasilitas untuk menjadi pusat akses komunikasi antara BIG dengan
masyarakat / public.
70. Helpdesk Fasilitas untuk internal BIG untuk menangani keluhan dan penyelesaian
masalah terkait dengan layanan TI.
71. Disaster Recovery
Center
Fasilitas yang menyimpan backup data dan layanan yang berada di
tempat terpisah secara fisik dari Data Center sebagai mekanisme
penanganan apabila terjadi insiden
158
Gambar 4.1 Arsitektur Infrastruktur TI BIG
4.4. Teknologi Infrastruktur TI
Pada bagian ini dibahas mengenai best practiceteknologi infrastruktur TI yang dipetakan dari
prinsip-prinsip TI yang sudah dipilih sebelumnya.Best practice ini disesuaikan dengan kondisi
BIG sehingga relevan terhadap permasalahan yang dihadapi.Best practice tersebut mencakup
jenis teknologi, pendekatan, dan standar yang perlu di. Teknologi yang dibahas pada bagian
ini terdiri beberapa jenis, dan dijelaskan pada subbab berikut.
4.4.1. Layanan Integrasi
Teknologi integrasi dibutuhkan bagi BIG untuk berkomunikasi antar sistem internal
maupun eksternal. Integrasi memungkinkan BIG untuk adaptif terhadap kebutuhan informasi
dan aman daman pertukaran informasi. Teknologi integrasi yang sesuai dengan kondisi BIG
antara lain:
159
Web Services
Web Services merupakan pendekatan pertukaran informasi menggunakan
protokol dan standar web. Web Services mampu menunjang interoperabilitas
data yang saat ini dibutuhkan oleh BIG dalam tujuannya untuk menjadi simpul
jaringan. Penerapan web services melibatkan database, aplikasi dan server yang
secara bersama-sama menjadi komponen untuk menghubungkan antar sistem
melalui web. Aplikasi yang dibuat di BIG harus dikembangkan dalam pendekatan
layanan (service oriented) yang mampu menyediakan dan mengkonsumsi web
service dalam standar yang disepakati. Untuk membuat web service, maka perlu
dibuat standar mengenai data yang akan dipertukarkan.
Data Level EAI
Data Level EAI adalah pendekatan integrasi pada level data. Penerapan Data Level
EAI melibatkan perangkat lunak dan server untuk mengakses, mengambil,
mengubah, dan/atau mendistribusikan data ke sistem yang membutuhkan. Saat
ini sudah diterapkan pendekatan Data Level EAI dalam menyamakan bentuk data
peta di BIG.
ESB
Enterprise Service Bus (ESB) merupakan teknologi integrasi yang terdiri dari
server, aplikasi, dan standar untuk menghubungkan antar sistem dalam
pendekatan service-oriented architecture. ESB memungkinkan untuk komunikasi
antar sistem internal di BIG dengan kondisi sistem informasi BIG yang heterogen.
Tabel 4.2 Prinsip Layanan Integrasi
Prinsip Penerapan
Scalable Menerapkan teknologi integrasi berbasiskan services menggunakan web
services dan ESB untuk pertukaran data internal dan eksternal sehingga
mampu mangakomodasi skalabilitas sistem.
160
Secure Menggunakan teknologi integrasi dengan mekanisme keamanan seperti
security key, enkripsi dan authentication untuk menjaga keamanan data dan
informasi.
Available Menggunakan server integrasi yang memiliki kemampuan yang mencukupi dan
sesuai dengan kebutuhan load pertukaran data. Menerapkan redundansi pada
perangkat integrasi yang digunakan.
Manageable Menerapkan standardisasi pada data dan layanan untuk memudahkan dalam
pengelolaan dan meningkatkan integritas data.
Serviceable Menerapkan teknologi integrasi terkini yang memiliki dukungan teknis
(support) penuh dari vendor, principal, atau komunitas.
4.4.2. Layanan Pengelolaan Data
Layanan pengelolaan data adalah layanan yang digunakan untuk mengolah, menyimpan,
menganalisis dan memproses data. BIG mengolah data terkait dengan pemetaan dan data
geografis lainnya. Dalam proses bisnisnya, BIG membutuhkan layanan untuk mengambil data
peta dari sumber lain, mengubah data sesuai format tertentu, kemudian menyimpannya
dalam repository tujuan. Selain itu BIG juga membutuhkan layanan untuk mengelola data
sistem informasi operasional dan layanan untuk menyimpan data historis.
Tabel 4.3 Prinsip Layanan Pengelolaan Data
Prinsip Penerapan
Scalable • Menggunakan ETL untuk memudahkan perpindahan antar sumber sehingga
mampu menangani skalabiltas • Menggunakan pendekatan storage yang scalable untuk penerapan Data
Warehouse
Secure • Menggunakan DBMS yang mampu menjaga keamanan data
Available • Menggunakan perangkat server untuk pengelolaan data yang diredundansi
Manageable • Merancang Data Dictionary untuk memudahkan dalam pengelolaan data
161
Prinsip Penerapan
Serviceable Menerapkan teknologi yang masih mendapatkan dukungan teknis (support) penuh
dari vendor yang memiliki rekomendasi dari principal (perusahaan pembuatnya).
4.4.3. Layanan Client
Layanan Client mencakup perangkat keras dan perangkat lunak yang berada pada client
side dan digunakan untuk menunjang kinerja staff. Perangkat yang mendukung layanan client
secara umum adalah computer client dan mobile devices yang dilengkapi dengan operating
systems dan software pendukung lainnya.
Tabel 4.4 Prinsip Layanan Client
Prinsip Penerapan
Scalable • Menggunakan perangkat komputer client dengan teknologi yang upgradable
Secure • Menggunakan software keamanan seperti personal firewall, antivirus, dan
antispyware. • Menggunakan autentikasi untuk akses masuk ke komputer client
Available • Menggunakan perangkat client dengan spesifikasi yang mumpuni • Tersedia repository untuk installer aplikasi yang digunakan untuk menunjang
kinerja staf BIG
Manageable • Merancang Data Dictionary untuk memudahkan dalam pengelolaan data
Serviceable • Menggunakan teknologi yang memiliki banyak support • Menjalin kontrak dengan vendor penyedia perangkat client terkait dengan
garansi perangkat client
4.4.4. Layanan Distribusi
Layanan distribusi membantu organisasi untuk berbagi resource secara bersama dan
untuk membantu proses pembagian tugas ke layanan infrastruktur lain.
Tabel 4.5 Prinsip Layanan Distribusi
Prinsip Penerapan
Scalable • Menggunakan file server dengan storageberbasiskan cloud (pendekatan virtualisasi)
• Menerapkan workflowengine dengan kemampuan yang mampu ditingkatkan
162
Prinsip Penerapan
Secure • Menggunakan pembatasan kontrol terhadap resources menggunakan autentikasi dan role based action control untuk menghindari akses informasi yang tidak berhak.
Available • Terdapat redundansi untuk perangkat layanan distribusi yang memiliki peran penting
Manageable • Melakukan clustering pada perangkat layanan distribusi sesuai fungsi dan kegunaanya
Serviceable • Menggunakan teknologi yang memiliki banyak support • Menjalin kontrak dengan vendor penyedia perangkat client terkait dengan
garansi perangkat client
4.4.5. Layanan Komunikasi
Layanan komunikasi mencakup segala jenis infrastruktur untuk bertukar pesan dalam
berbagai bentuk seperti suara, gambar, video, maupun teks. Saat ini teknologi layanan
komunikasi berbasis TI yang menjadi kebutuhan umum organisasi antara lain layanan email,
instant messaging, dan video conference.
Tabel 4.6 Prinsip Layanan Komunikasi
Prinsip Penerapan
Scalable • Menggunakan perangkat komunikasi dengan kemampuan yang mampu memenuhi peningkatan kebutuhan. Misal perangkat video conference yang mampu dihubungkan dengan jenis teknologi komunikasi lain sehingga mampu scalable dalam aspek jangkauan komunikasi.
• Memanfaatkan cluster pada server komunikasi • Perangkat email server dengan storage yang upgradable
Secure • Server untuk komunikasi diletakan di belakang firewall untuk meningkatkan keamanan dari segi jaringan.
• Menggunakan otentikasi untuk memastikan user memiliki hak untuk menggunakan layanan tersebut.
• Menggunakan enkripsi untuk pertukaran data yang confidential • Menggunakan spam filter untuk layanan email
Available • Dukungan teknis kepada user untuk membantu dalam penanganan masalah, konfigurasi, dll.
• Penggunaan redundancy dan Storage Area Network (SAN) • Redundansi pada perangkat email server.
163
Prinsip Penerapan
• Menggunakan dedicated bandwidth (minimal 1 Mbps) untuk Video Conference
• Menerapakn QoS untuk Video Conference
Manageable • Teknologi yang digunakan harus memiliki dashboard untuk memudahkan manajemen user dan kuota.
Serviceable Menerapkan teknologi yang masih mendapatkan dukungan teknis (support) penuh
dari vendor yang memiliki rekomendasi dari principal (perusahaan pembuatnya).
4.4.6. Layanan Server
Tren teknologi yang berkembang di dunia server adalah semakin beragamnya kemampuan
baru yang dimiliki server, seperti: hot swap, hot plugging, dan virtualisasi.
Hot Swap merupakan kemampuan penggantian komponen tanpa mengganggu jalannya
sistem (mematikan sistem). Kemampuan ini berkaitan dengan prinsip serviceable dari
suatu infrastruktur.
Hot Plugging merupakan kemampuan penambahan komponen baru tanpa mengganggu
jalannya sistem (mematikan sistem). Kemampuan ini berkaitan dengan prinsip scaleable
dari suatu infrastruktur TI.
Virtualisasi merupakan proses menciptakan abstraksi logis dari sesuatu yang fisik dalam
rangka menutupi kompleksitas dalam lingkungan TI. Virtualisasi diharapkan dapat
menurunkan biaya, memudahkan dalam pengelolaan, mengurangi kebutuhan listrik dan
pendinginan, dan membuat lingkungan TI lebih mudah beradaptasi. Manfaat yang
diperoleh oleh organisasi dengan memanfaatkan virtualisasi server adalah:
1. Konsolidasi. Agar availability terjaga, terutama pada waktu puncak, umumnya
kapasitas dari setiap server fisik dilebihkan sehingga utilisasi dari server-server
tersebut rendah. Melakukan virtualisasi dengan beberapa server fisik dapat
meningkatkan utilisasi secara keseluruhan server-server tersebut dengan cara
menyatukan dan berbagi pakai kelebihan kapasitas secara dinamis antar virtual
server sesuai dengan kebutuhan.
164
2. Mudah dalam pengelolaan. Kemudahan pengelolaan berbanding terbalik dengan
jumlah server fisik yang dioperasikan oleh suatu organisasi. Semakin mudah dalam
pengelolaan, maka jumlah personel yang diperlukan juga semakin kurang.
3. Menurunkan biaya. Total cost of ownership (TCO) semakin rendah karena
mengurangi overhead pada perangkat keras, energi, dan manajemen.
4. Lingkungan yang adaptif. Lingkungan yang tervitualisasi membuat infrastruktur TI
lebih dinamis sesuai dengan kebutuhan bisnis. Contoh, server virtual baru dapat
dibuat dan di-deploy dengan cepat untuk menyediakan kapasitas yang lebih ketika
dibutuhkan.
5. Disaster recovery yang lebih baik. Virtualisasi server berdampak sangat besar pada
proses disaster recovery dengan cara mengurangi jumlah server fisik yang harus
dipantau dan dilindungi. Kelebihan dari server virtual yaitu mudah dalam migrasi dan
mengatasi kegagalan.
Tabel 4.7 Prinsip Layanan Server
Prinsip Penjelasan
Scalable Menerapkan virtualisasi server untuk dapat memanfaatkan server cluster (sekelompok server) secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan.
Secure Ditempatkan di lokasi yang tertutup dengan akses secara fisik (dengan access key) maupun logis (dengan pembatasan userid yang dapat log-on di server) yang terkontrol.
Available Menggunakan server cadangan, baik di data center ataupun di lokasi lain (Disaster Recovery Center).
Manageable Menerapkan virtualisasi untuk memudahkan pengelolaan konfigurasi, pemantauan dan diagnosa gangguan pada server-server secara terpusat.
Serviceable • Menerapkan teknologi server yang masih mendapatkan dukungan teknis (support) penuh dari vendor yang memiliki rekomendasi dari principal (perusahaan pembuatnya).
• Menjalin kontrak pemeliharaan dengan vendor yang melakukan pemeliharaan rutin, minimal berupa check-up bulanan.
• Menggunakan server dengan fitur hot swap&hot plugging untuk memudahkan dalam perbaikan atau upgrade.
4.4.7. Layanan Multimedia
165
Layanan multimedia diperlukan di BIG untuk mendukung kebutuhan penyebaran
informasi ke publik yang disampaikan dalam bentuk video, gambar, dan media lainnya.
Layanan multimedia terdiri dari dua komponen utama yaitu untuk produksi multimedia dan
untuk penyimpanan.
Tabel 4.8 Prinsip Layanan Multimedia
Prinsip Penerapan
Scalable • Menggunakan repository untuk penyimpanan audio yang bisa ditingkatkan dan dikustomiisasi besar kapasitas sesuai perubahan kebutuhan
Secure • Menggunakan pembatasan akses untuk multimedia respository • Melakukan segmentasi pada environment area server dan storage untuk
produksi dan penympangan multimedia. • Menerapkan Digital Right Management untuk konten multimedia yang perlu
dikontrol kepemilikannya
Available • Penyediaan perangkat keras dan lunak untuk produksi multimedia yang mampu digunakan sesuai dengan inteval waktu availability yang ditentukan
Manageable • Membuat SOP untuk penyimpanan dan prosus produksi multimedia terkait dengan penggunakan infrastruktur TI
Serviceable • Menggunakan teknologi yang memiliki support dari vendor maupun produsen perangkat tersebut.
4.4.8. Layanan Management Systems
Layanan management systems digunakan untuk memudahkan pengelolaan dan kofigruasi
infrastruktur TI di BIG. Layanan Management systems terdiri dari configuration manager,
update server, security manager, dan wireless access manager.
Tabel 4.9 Prinsip Layanan Management Systems
166
Prinsip Penerapan
Scalable • Menggunakan perangkat yang mampu mendukung kebutuhan perubahan kapasitas layanan
Secure • Diterapkan mekanisme authentication dan kontrol akses untuk sistem konfigurasi, keamanan, dan wireless access.
Available • Diterapkan redundansi untuk perangkat
Manageable • Membuat SOP untuk penyimpanan dan prosus produksi multimedia terkait dengan penggunakan infrastruktur TI
Serviceable • Menggunakan teknologi yang memiliki support dari vendor maupun produsen perangkat tersebut.
4.4.9. Layanan Storage
File storage dan network storage dapat dimanfaatkan sebagai media penyimpanan, baik
berupa file atau database. Keuntungan memanfaatkan media terpusat sebagai media
penyimpanan adalah:
Memudahkan dalam pengelolaan storage (backup, quota management, access
control, sharing, maintenance, dll).
Skalabilitas dari storage dapat ditinggkatkan dengan memanfaatkan cluster.
Keamanan lebih terjaga karena dapat mengatur access control.
Storage network dapat berupa NAS (Network-attached Storage) atau SAN (Storage Area
Network). NAS merupakan media penyimpanan yang memanfaatkan file-based protocol
sehingga cocok untuk menyimpan dokumen/file kerja. SAN merupakan media penyimpanan
berbasiskan block-based dapat dengan mudah ditingkatkan kapasitasnya dengan
memanfaatkan storage virtualization, sehingga SAN dapat dimanfaatkan untuk media
penyimpanan database, mail storage, dll.
Tabel 4.10 Prinsip Layanan Storage
167
Prinsip Penjelasan
Scalable Menerapkan virtualisasi storage (perangkat penyimpanan data) untuk dapat
memanfaatkan sekelompok hard disks secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan.
Secure • Ditempatkan di lokasi yang tertutup dengan akses secara fisik (dengan access key).
• Memiliki jadual dan prosedur backup data yang baku, serta dijalankan secara rutin dan tercatat.
Available • Menggunakan Storage Network (SAN/NAS) yang menghubungkan beberapa perangkat penyimpanan data.
• Perangkat storage harus mendukung RAID 1,5,6,10 untuk mendukung penerapan mirroring dan menjamin ketersediaan data
Manageable • Menerapkan virtualisasi storage untuk memudahkan pengelolaan konfigurasi dan pemantauan kapasitas.
• Menerapkan Storage Resource Management untuk memudahkan dalam alokasi dan optimalisasi penggunaan storage
Serviceable Menerapkan teknologi penyimpanan data yang masih mendapatkan dukungan
teknis (support) penuh dari vendor yang memiliki rekomendasi dari principal
(perusahaan pembuatnya).
4.4.10. Layanan Security
Layanan pengamanan terdiri atas beberapa layer yaitu layer aplikasi, layer infrastruktur,
dan layer tata kelola. Pada penjelasan berikut, fokus deskripsi layanan pengamanan ada pada
layer infrastruktur.
Tabel 4.11 Prinsip Layanan Pengamanan
Prinsip Penerapan
Scalable • Menggunakan teknologi keamanan dan konfirgurasi keamanan yang bisa ditingkatkan sesuai kebutuhan
Secure • Perangkat keamanan disimpan di lokasi yang aman • Akses ke perangkat keamanan dibatasi dan dikontrol
Available • Diterapkan redundansi untuk firewall jaringan, IDS, dan IPS
Manageable • Membuat SOP terkait dengan konfigurasi perangkat keamanan
168
Prinsip Penerapan
• Menerapkan security manager untuk membantu pengelolaan keamanan
Serviceable • Menggunakan teknologi yang memiliki support dari vendor maupun produsen perangkat tersebut.
• Menjalin kontrak maintenance dengan vendor penyedia perangkat
4.4.11. Layanan Network
Jaringan yang mengadopsi trend arsitektur dan trend teknologi saat ini
Topologi jaringan yang terstruktur, modular dan hirarkis yang diharapkan dapat
memiliki jaringan yang deterministik, demarkasi yang jelas, memfasilitasi perubahan
dan penyesuaian serta dapat mempermudah dalam menentukan permasalahan.
Infrastruktrur jaringan memiliki kemampuan untuk mencegah, mempersiapkan dan
memperbaiki permasalahan gangguan keamanan jaringan.
Penerapan sistem berbasis identitas dalam melakukan authentikasi, authorisasi dan
akunting pengaksesan layanan jaringan wired dan wireless.
Penerapan teknologi pendukung jaringan yang resilient dan memiliki availability yang
tinggi.
Penerapan sistem manajemen jaringan yang mencakup pengelolaan perangkat,
pengelolaan jaringan dan pengelolaan layanan (Element, Network and Services).
Tabel 4.12 Prinsip Layanan Network
Prinsip Penjelasan
Scalable • Merencanakan topologi jaringan untuk meminimalkan pemusatan lalu lintas data pada suatu simpul jaringan.
• Menggunakan perangkat load balancing untuk meratakan beban lalu lintas jaringan melalui beberapa rute alternatif.
Secure • Menggunakan firewall untuk menutup akses oleh umum dari Internet ke jaringan lokal.
• Menyediakan saluran akses virtual (Virtual Private Network) untuk mengakses layanan oleh pengguna di jaringan publik, atau untuk akses jarak jauh ke sistem oleh administrator.
• Menggunakan perangkat IDS (Intrusion Detection System) dan IPS (Intrusion Prevention System).
169
Prinsip Penjelasan
• Menggunakan mekanisme sertifikasi identitas server, minimal dengan menjalankan Certifate Authority (CA) service sendiri.
Available Menerapkan konfigurasi jaringan dengan alternate routing untuk menghindari
ketergantungan pada satu rute aliran data.
Manageable • Menggunakan teknologi network management system untuk memudahkan pengelolaan konfigurasi, pemantauan dan diagnosa gangguan pada jaringan secara terpusat.
• Sedapat mungkin menggunakan perangkat jaringan (network devices) dari satu vendor/ merk untuk memaksimalkan interoperabilitas antar perangkat.
• Menggunakan teknologi DHCP untuk pengalokasian IP address dan konfigurasi network interface di tiap komputer pengguna secara dinamis.
• VLAN untuk memudahkan pengelolaan LAN
Serviceable • Menerapkan teknologi hardware (devices) jaringan yang mendapatkan dukungan teknis (support) penuh dari vendor yang memiliki rekomendasi dari principal (perusahaan pembuatnya).
• Menjalin kontrak dukungan teknis dengan vendor.
4.4.12. Infrastruktur Fisik
Infrastruktur fisik yang diidentifikasi sesuai dengan kebutuhan BIG antara lain Data Center,
Disaster Recovery Center, Call Center, Helpdesk.
Tabel 4.13 Prinsip Infrastruktur Fisik
Prinsip Penjelasan
Scalable • Mengacu ke standar ANSI TIA 942 terkait dengan penerapan skalabilitas DC • Merancang DRP untuk menentukan besar kapasitas DRC yang diperlukan • Secara reguler melakukan evaluasi, merancang ulang DRP dan meningkatkan
kapasitas DRC untuk memenuhi peningkatan kebutuhan.
Secure • Mengacu ke standar ANSI TIA 942 terkait dengan penerapan keamanan DC • Pembatasan akses ke DRC • Penerapan sistem call center yang mampu mencatat log interaksi
Available • Mengacu ke standar ANSI TIA 942 terkait dengan penerapan ketersediaan DC • Menggunakan e-ticketing systems untuk mendukung layanan Helpdesk • Menggunakan sistem call center untuk mendukung layanan pengaduan dan
informasi
170
Prinsip Penjelasan
Manageable • Mengacu ke standar ANSI TIA 942 terkait dengan penerapan menajemen DC • Membuat SOP untuk layanan Call Center dan Helpdesk • Membuat DRP untuk membantu penanganan dan pengelolaan sumber daya
apabila terjadi bencana.
Serviceable • Mengacu ke standar ANSI TIA 942 terkait dengan penerapan maintenance DC • Menggunakan perangkat dan sistem untuk Helpdesk dan Call Center yang
memiliki support baik dari vendor, komunitas, maupun produsen
4.5. Arsitektur Infrastruktur TI
Pada bagian ini dijelaskan mengenai arsitektur teknologi informasi komunikasi yang perlu
diterapkan BIG. Rancangan arsitektur dan topologi Arsitekur Infrastruktur TI ini adalah hasil
dari dokumen hasil assessment infrastruktur TI yang dilakukan oleh PT. CARAKA.
4.5.1. Topologi Jaringan
Gambar 4.2adalah gambaran logis topologi jaringan BIG yang menggambarkan jaringan
internal dan eksternal yang terkait dengan BIG.
171
Gambar 4.2 Topologi Jaringan BIG
Berikut adalah penjelasan topologi jaringan BIG.
- Akses ke core switch dilindungi dengan menggunakan firewall. Setiap firewall
dilakukan redundansi. Perlu diterapkan redundansi di link jaringan dan ISP internet.
- Internal network terdiri dari LAN dan WLAN.
- Eksternal Network untuk menghubungkan dengan K/L lain seperti Lapan dan
Bappenas melalui VPN.
- Data Center BIG dan DRC dihubungkan menggunakan VPN.
Berikut adalah arsitektur logis untuk LAN BIG. BIG melakukan pengelolaan LAN dengan
pendekatan desentralisasi. PPIG hanya bertanggung jawab terhadap jaringan LAN ke Gedung
dan antar Gedung. Sementara jaringan LAN gedung tersebut menjadi tanggung jawab pusat
yang mengelola gedung tersebut.
Gambar 4.3 Topologi LAN BIG
PadaGambar 4.3Topologi LAN BIG diatas dirancang sebuah bentuk umum jaringan LAN untuk
setiap gedung BIG. Topologi ini menjadi acuan untuk setiap pusat dalam merancang LAN
gedung masing-masing. Berikut adalah penjelasan dari topologi LAN:
Redundansi pada link
dan perangkat
172
- Setiap link dilakukan redundansi, artinya terdapat dua kabel fisik yang
menghubungkan antar nodes. Secara logis link tersebut diredundansi dengan
membuat koneksi antar router dalam satu level (antar gedung dan antar lantai dalam
sebuah gedung) sehingga apabila terjadi kerusakan pada link lain, maka terdapat
alternative route untuk mencapai semua nodes yang ada.
- Untuk memastikan dan mengontrol jaringan sehingga mencapai prinsip high
availability, maka harus diterapkan Network Monitoring Systems hingga pada level
perangkat dan mencakup ke semua nodes.
LAN dikonfigurasi dengan melakukan segmentasi untuk meningkatkan keamanan
jaringan. Diterapkan VLAN berdasarkan gedung untuk memudahkan pengelolaan
jaringan.
4.5.2. Arsitektur Keamanan
Arsitektur keamananpada Gambar 4.4dibuatberdasarkan layering. Arsitektur keamanan ini
menggambarkan komponen infrastruktur keamanan yang sudah dijelaskan di Portfolio
Infrastruktur TI secara lebih detil.
Gambar 4.4 Arsitektur Keamanan
Tabel 4.14adalah penjelasan setiap komponen dari arsitektur keamanan yang juga sudah
dijelaskan di bagian Portfolio infrastruktur TI.
173
Tabel 4.14 Layanan Keamanan
Layanan Keamanan
Application Security Penerapan keamanan di level aplikasi. Application Security terdiri dari
- Application firewall
Fasilitas untuk mengontrol lalu – lintas data dengan memfilter
paket – paket data yang diterapkanpada level aplikasi.
- Encryption
Fasilitas untuk melakukan enkripsi data.
- Authentication (SSO)
Fasilitas untuk memeriksa keabsahan identitas dari pengguna.
Authentication juga menerapkan Role Based Action Control
(RBAC). Penerapan Authentication yang menjadi tren
teknologi saat ini adalah pendekatan Single Sign On.
Network Security Penerapan keamanan di level jaringan. Network Security terdiri dari:
- Network firewall
Fasilitas untuk mengontrol lalu – lintas data dengan memfilter
paket – paket data sesuai dengan aturan pengamanan akses
jaringan.
- IPS
Fasilitas untuk mempelajari serangan berupa akses ilegal
(intrusion) melalui jaringan dan kemudian membuat
mekanisme pertahanan yang sesuai.Authentication (SSO)
- IDS
Fasilitas untuk mendeteksi dan menangani serangan berupa
akses ilegal (intrusion) melalui jaringan.
- Network Monitoring Systems
Fasilitas untuk melakukan pengawasan dan monitoring
aktivitas yang terjadi di jaringan sehingga bisa mengetahui jika
ada anomali aktivitas atau serangan di layer jaringan.
Systems Security Penerapan keamanan di level jaringan. Systems Security terdiri dari:
- Antivirus-server
174
4.5.3. Data Center
Arsitektur Data Center secara lebih spesifik akan dijelaskan pada dokumen Roadmap
pengembangan Data Center. Pada bagian hanya menjelaskan komponen umum di Data
Center yang perlu diperhatikan berdasarkan standar ANSI/TIA 942. Data Center merupakan
sebuah repository terpusat, secara fisik dan virtual, untuk menyimpan, mengelola, dan
diseminasi data dan informasi. Data Center menjadi tempat pusat penyimpanan server dan
storage yang digunakan organisasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengelola dan
mengatur Data Center sehingga aman dan mampu beroperasi sesuai kebutuhan organisasi.
Fasilitas untuk melindungi jaringan dan server dari serangan
virus, trojan, dan lainnya, serta melakukan peng-update-an
antivirus definition pada komputer client secara otomatis.
- Patches dan Upgrade Management
Fasilitas untuk membantu mengontrol patch dan upgrade
pada setiap layanan TI sehingga mampu menghindari lubang
keamanan.
- Systems Monitoring Systems
Fasilitas untuk melakukan pengawasan dan monitoring
aktivitas yang terjadi di jaringan sehingga bisa mengetahui jika
ada anomali aktivitas atau serangan di layersystems.
Physical Security
Infrastructure
Fasilitas keamanan fisik seperti yang terdiri dari:
- Video Surveillance (CCTV)
Fasiltas/perangkat untuk memonitor aktivitas fisik
berbasiskan video.
- Access Control/Access Lock
Perangkat/fasiltas untuk membatasi akses secara fisik.
Contohnya fingerprint access, door lock, dan lain sebagainya.
- Access Log
Pencatatan akses fisik ke ruangan atau perangkat infrastruktur
TI. Misal access log ke Data Center, ke NOC dan access log
untuk perangkat jaringan.
175
Secara umum, komponen Data Center terdiri dari (1) Building shell; (2) IT Equipment; (3)
Electrical Infrastructure; dan (4) Mechanical Infrastructure.
- Building Shell
Building shell adalah komponen fisik yang terkait dengan Data Center seperti
bangunan tempat data center, lokasi data center, dan konstruksi bangunan data
center. Pemilihan lokasi bangunan menjadi hal yang harus diperhatikan. Lokasi yang
dipilih sebaiknya yang memiliki sedikit resiko baik dari ancaman bencana alam (jalur
gempa, daerah rawan banjir, dll) maupun dari ancaman teroris dan vandalisme. Data
Center sebaiknya dibangun terpisah dari kantor pusat, namun apabila memang baru
bisa ditempatkan di kantor pusat, maka faktor-faktor seperti keamanan dan risiko
bencana perlu diperhatikan dengan seksama.
- IT Equipment
Perangkat TI merupakan komponen utama data center. Perangkat tersebut yang
bertugas untuk menyimpan, mengolah, dan mendistribusikan data organisasi. Secara
garis besar komponen perangkat TI di Data Center dapat dibagi menjadi tiga hal yaitu
Server, perangkat komunikasi/jaringan, dan Storage.
- Electrical Infrastructure
Infrastruktur kelistrikan bertugas untuk memberikan suplai daya ke perangkat TI dan
perangkat elektronik lainnya di Data Center. Infrastruktur kelistrikan berperan sangat
penting karena tanpa ada komponen ini maka perangkat TI seperti server dan storage
tidak bisa berfungsi. Salah satu prinsip yang harus dipenuhi perangkat kelistrikan
adalah kemampuan untuk memberikan sumber listrik setiap saat. Oleh karena itu,
redundansi perangkat menjadi salah satu best practice di Data Center. Komponen
umum perangkat kelistrikan antara lain Uninterrupted Power Supply (UPS), Power
Distribution Unit (PDU), Backup Generators, Cooling Equipment, dan Automatic
Transfer Switch.
- Mechaninal Infrastructure
Mechanical infrastructure di Data Center mencakup fasilitas infrastruktur untuk
kebutuhan pengaturan suhu, pengaturan udara, pengaturan kelembapan, dan
penanggulan bencana.
176
Penjelasan tersebut mendeskripsikan gambaran umum komponen Data Center yang perlu
dipenuhi. Secara detil dan spesifik, arsitektur Data Center BIG akan digambarkan dan
dijelaskan pada dokumen Roadmap. Arsitektur Data Center dirancang menggunakan standar
ANSI/TIA 942.
4.5.4. Disaster Recovery Center
A. Disaster Recovery Plan
Terdapat dua aktivitas yang terkait dengan penanganan bencana yaitu Replikasi Data dan
Disaster Recovery Planning. Replikasi data merupakan sebuah proses yang menyalin isi data
ke suatu lokasi remote baik yang berlangsung secara berkesinambungan ataupun pada
interval tertentu. Replikasi data akan menyediakan salinan data yang lengkap untuk tujuan
Disaster Recovery. Teknologi replikasi data memiliki fungsi yang rumit karena harus secara
cerdas menyalin data ke lokasi yang remote. Pada tahap pertama, data secara lengkap harus
direplikasi ke tempat Disaster Recovery. Tahap kedua dan selanjutnya, secara rutin hanya data
yang berubah yang akan direplikasi, sehingga akan menghemat kebutuhan bandwith.
Disaster recovery plan merupakan program yang tertulis dan telah disetujui,
diimplementasikan, serta dievaluasi secara periodik, yang menfokuskan pada semua aksi yang
perlu dilakukan sebelum, ketika, dan setelah bencana. Rencana ini disusun berdasarkan
review secara menyeluruh terhadap bencana – bencana yang potensial, yang mencakup
lingkup fasilitas, lokasi geografis, atau industri. Rencana ini juga merupakan pernyataan dari
tanggapan yang tepat untuk proses pemulihan yang bersifat efektif terhadap biaya. Oleh
karena itu, rencana yang dibuat haruslah mengidentifikasi di mana, yang mana, dan
bagaimana record – record dapat diperoleh.
Secara umum, informasi yang terdapat pada disaster recovery plan harus mencakup hal-hal
berikut:
Mengidentifikasi dan memberi perlindungan yang cukup terhadap record – record penting
organisasi atau program utama organisasi.
177
Mengurangi risiko bencana yang diakibatkan oleh kesalahan manusia dan kegagalan
peralatan atau gedung dengan mengadakan program pelatihan, pemeliharaan, dan
keamanan.
Memastikan kemampuan organisasi untuk beroperasi secara efektif setelah bencana
dengan menerapkan kebijakan manajemen, prosedur, dan sumber daya yang diaktivasi
pada situasi bencana.
Memastikan kemampuan organisasi untuk merekonstruksi informasi dan record-record
yang rusak dengan cepat.
Lebih spesifik lagi, elemen utama penyusun DRP dapat dikelompokan menjadi tiga kategori,
yaitu:
1. Elemen – elemen yang bersifat umum bagi semua aspek rencana
Elemen – elemen tersebut sebagai berikut:
Pernyataan kebijakan yang jelas (clear policy statement), mencakup tujuan dan
sasaran pemulihan
Wewenang aktivasi (activation authority), yaitu siapa yang berhak memimpin tim
rencana pemulihan
Struktur tugas (task organization), mencakup tugas dan fungsi tiap tim atau
anggota tim pemulihan
Tim pemulihan setelah bencana (disaster recovery team), yaitu anggota tim yang
bertugas menjalankan disaster recovery plan
Layout organisasi (facility floor plan or layout), yaitu tata letak tiap tempat dalam
suatu oraganisasi atau perusahaan
Prosedur distribusi informasi (information distribution procedure), merupakan
metode spesifik untuk mengontak anggota tim pemulihan, vendor, agen
pendukung, supplier, dan semua pihak yang terkait
Pemantauan kondisi yang berbahaya (monitoring of destructive area)
Traning pekerja (provision for training of employee), merupakan kegiatan untuk
melatih para pekerja mengenai prosedur pemulihan
Hal – hal lain seiring dengan jalannnya proses pemulihan (provision for on going
review and revision).
2. Elemen – elemen ketika operasi bisnis dijalankan lagi
178
Terdapat tiga elemen utama yang perlu dipertimbangkan dalam manajemen krisis yang
merupakan bagian dari proses perencanaan terhadap bahaya yang terjadi :
Kesinambungan pimpinan (continuity of authority), memastikan bahwa terdapat
kepengurusan yang berkelajutan setelah terjadinya bahaya.
Perjanjian pemilihan tim manajemen terhadap bencana yang terjadi
(appointment of a select disaster management team) untuk mengidentifikasi,
mengisolasi, dan menanggapi krisis yang terjadi.
Perjanjian mengenai orang yang harus berbicara kepada publik untuk memberi penjelasan
mengenai kondisi organisasi akibat bencana (appointment of an organization
spokesperson).
3. Elemen – elemen ketika operasi penyelamatan dan pemulihan dilakukan
Elemen utama yang harus dipertimbangkan di dalam mengembangkan tahap rekonstruksi dan
penyelamatan dari disaster recovery plan adalah :
Tim pemulihan setelah bencana yang telah mendapat pelatihan dan disetujui oleh
level manajemen (trained disaster recovery team).
Inventori record seluruh departemen atau organisasi, termasuk record – record
penting (inventory of all department records).
Tujuan lokasi operasi alternatif (designation of alternative operating location).
Daftar prioritas pemulihan fungsi-fungsi penting (priority list for restoration of
essential functions).
Kontrak dan perjanjian dengan agen-agen yang khusus menangani bencana
(contracts and agreements with disaster support).
Daftar sumber potensial yang hendak dipulihkan (list of other potential recovery
resources).
Daftar perlengkapan dan peralatan organisasi (list of organization salvage
equipment and supplies).
Cetak biru atau informasi bangunan, seperti:
o switch catu daya.
o sistem pengaturan air dengan valve.
B. Disaster Recovery Center
179
Disaster Recovery Center (DRC) harus diletakkan di lokasi yang aman dan terpisah dari Data
Center. DRC harus mampu menangani semua tugas sehingga kontinuitas proses bisnis dapat
terus berjalan. Kebutuhan Infrastruktur untuk mendukung Disaster Recovery sebagai berikut:
Hardware dan Software. Hardware dan Software yang disediakan harus dapat
memenuhi kebutuhan minimal untuk beroperasinya bisnis.
Teknologi Komunikasi Data. Peralatan Komunikasi Data yang harus disediakan ada
dua sisi, satu sisi adalah berhubungan dengan DataCenter Utama untuk
melakukan sinkronisasi data dan sisi lain adalah sisi yang berhubungan dengan
jaringan Internet melalui ISP (Internet Service Provider). Juga, di DRC tersedia juga
jaringan Office LAN (Local Area Network) untuk operator yang berdinas di DRC.
Gambar 4.5berikut memperlihatkan arsitektur jaringan DRC secara umum.
Gambar 4.5 Arsitektur DRC
180
Bab 5. Blueprint Tata Kelola TI
5.1. Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang manajemen dan organisasi TIK BIG pada masa yang akan datang.
Lingkup yang dibahas dalam bagian ini adalah proses TIK, struktur fungsi organisasi TIK,
mekanisme pengelolaan TIK yang dibutuhkan di BIG. Dalam menyusun kebutuhan terkait
organisasi dan manajemen TIK pada masa yang akan datang, terdapat hal-hal yang menjadi
landasan pertimbangan, antara lain:
Dokumen assessment
Arahan strategis (strategy map) TIK BIG
Solusi TIK pada layer sistem informasi dan infrastruktur TI
Guiding principles TIK BIG
Framework tata kelola dan manajemen TIK yang berlaku internasional.
5.2. Prinsip-Prinsip Tata Kelola TI
Bab ini menjelaskan mengenai desain organisasi dan manajemen teknologi informasi TIKBIG
di masa depan. Penyusunan desain ini disusun berdasarkan kepada beberapa poin-poin
penting yang sesuai dengan best practice mengenai tata kelola dan manajemen TI yang baik.
Agar tata kelola TIK BIG dapat tercipta dengan baik, sebaiknya penerapan tata kelola TIK BIG
mengacu pada prinsip-prinsip tata kelola TIK sebagai berikut:
Penyelarasan strategik: Merupakan kemampuan BIG untuk memastikan bahwa
strategi TIK berjalan selaras dengan strategi bisnis.
Pengelolaan nilai: Merupakan kemampuan BIG untuk memastikan bahwa investasi TIK
yang telah dilakukan bermanfaatbagi strategi dan sasaran bisnis.
Pengelolaan sumberdaya: Merupakan kemampuan BIG untuk mengelola dan
memanfaatkan sumberdaya terkait TIK agar dapat memenuhi sasaran dan strategi TIK
yang ditetapkan secara optimal.
181
Pengelolaan risiko: Merupakan kemampuan BIG untuk mengelola risiko-risiko terkait
TIK yang merupakan bagian dari pengelolaan risiko bisnis secara keseluruhan.
Pengelolaan risiko TIK termasuk pengelolaan strategi dan kontrol yang
diimplementasikan untuk mengatasi risiko tersebut ke dalam tingkat risiko yang dapat
diterima.
Pengelolaan kinerja: Memastikan adanya perbaikan yang berkesinambungan
berdasarkan hasil pengukuran dan evaluasi kinerja dari setiap proses pengelolaan TIK
di tingkat tertinggi hingga tingkat teknis. Hal ini dilakukan untuk memastikan sasaran
dan strategi TIK dapat tercapai dengan optimal.
5.3. Struktur Organisasi Pengelola TI
Struktur tata kelola TI menjelaskan mengenai peran dan tanggung jawab dalam
pengambilan keputusan serta pengelolaan SI/TI di organisasi. Bagian ini dibagi menjadi
beberapa bagian yang menjelaskan struktur pengelola SI/TI di Badan Informasi Geospasial
pada saat ini. Selanjutnya dijelaskan mengenai struktur organisasi pengelola SI/TI yang
digunakan sebagai standar minimal atau best practice dalam organisasi pada umumnya.
Setelah itu, pembahasan mengenai kebutuhan peningkatan struktur organisasi pengelola SI/TI
dijelasakan berdasarkan pada pembahasan di dua topik sebelumnya.
5.3.1. Manajemen Senior
A. IT Steering Committee
IT Steering Committee merupakan komite yang bertanggung jawab dalam mengarahkan
langkah strategis TI dan keselarasan obyektif TI terhadap obyektif organisasi. BIG perlu
merancang IT Steering Committee yang terdiri dari perwakilan manajerial unit teknis,
administrasi, operasional, dan TI. IT Steering Committee yang terdiri dari beragam struktural
bertujuan agar pengambilan keputusan dalam solusi TI dapat memayungi beragam kebutuhan
dalam skala organisasi dan mengelola investasi TI yang tepat sasaran. Beberapa peran dan
tanggung jawab IT Steering Committee yang dibutuhkan oleh BIG adalah sebagai berikut:
a. Memutuskan struktur organisasi TI yang sesuai untuk diterapkan di BIG
b. Memutuskan arahan dan program TI yang akan diterapkan di BIG
c. Memutuskan inisaitif TI dan proyek TI yang akan dikembangkan dan diterapkan di BIG
182
d. Mengawasi dan mengelola investasi TI sesuai dengan kebutuhan dan tepat sasaran
e. Mengawasi dan menjamin keselarasan obyektif Ti dengan obyektif BIG
Dalam penerapan IT Steering Committee yang sesuai dengan kondisi BIG perlu diperhatikan
susunan dari deputi atau pusat yang akan terlibat dalam komite tersebut. Struktur IT Steering
Committee perlu disusun dari berbagai unit pada eselon 1. Kedepannya anggota IT Steering
Committee akan terlibat aktif dalam memutuskan investasi TI, yang selaras dengan dengan
tujuan BIG. Untuk kasus-kasus tertentu yang membutuhkan penilaian dan penaksiran para
ahli, BIG dapat menyewa seorang pakar eksternal untuk memberikan arahan dan
rekomendasi.
B. Chief Information Officer (CIO)
Chief Information Officer (CIO) merupakan manajemen senior yang memiliki tanggung jawab
untuk mengelola unit TI di sebuah organisasi. BIG perlu merancang struktur CIO agar memiliki
eksekutif senior yang bertanggung jawab dalam mengarahkan dan meningkatkan kompetensi
TI. Beberapa peran dan tanggung jawab CIO yang dibutuhkan oleh BIG adalah sebagai berikut:
a. Mengarahkan pengembangan TI dalam jangka panjang dan jangka pendek
b. Bertanggung jawab atas keselarasan strategi TI dengan strategi organisasi
c. Bertanggung jawab dalam ketersediaan kebijakan, procedure, dan standar yang
mendukung layanan TI
d. Membangun prioritisasi pengembangan TI dan analisis investasi TI yang akan
didiskusikan dengan IT Steering Committee
e. Bertanggung jawab atas kesesuaian dan implementasi arsitektur SI, arsitektur TI, dan
arsitektur keamanan TI
f. Bertanggung jawab dalam peningkatan layanan TI dan peningkatan kapabilitas TI
g. Menganalisis dan mengakomodasi kebutuhan TI yang kritikal, yang diperoleh dari
pengguna, Tim TI Internal, dan pihak ketiga
h. Menjamin mekanisme relasional yang baik dalam internal TI
i. Menjamin peningkatan kemampuan dan keahlian SDM TI melalui pelatihan,
sertifikasi, pengelolaan pengetahuan, dan pembuatan manual.
Peran CIO sangat penting dalam mendukung perencanaan, pengembangan, dan operasional
layanan TI. Peran CIO perlu diserahkan kepada orang yang memiliki pengetahuan TI sekaligus
183
kemampuan manajerial dalam pengelolaan aset TI. Kedua kriteria tersebut mengarahkan
penetapan CIO untuk dapat ditempati oleh kepala PPIG.
5.3.2. Struktur Fungsional TI sesuai Standard dan Best Practice
a. Fungsi- fungsi dalam organisasi Pengelola TI
Berdasarkan best practice COBIT 5.0, fungsi pengelolaan TI pada dasarnya dapat
dikelompokkan dalam empat fungsi area pengelolaan utama yakni area perencanaan/plan,
area pengembangan/build, area operasiona/run dan area monitoring/monitor. Prinsip ini
selanjutnya dapat menjadi dasar dalam pengembangan struktur organisasi pengelola TI
bahwa untuk dapat menjalankan proses pengelolaan TI secara optimal maka struktur
organisasi TI perlu memiliki bidang pengelolaan TI yang merepresentasikan ke-empat fungsi
tersebut.
Penjelasan atas deskripsi fungsi dari masing-masing area pengelolaan TI tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Perencanaan anggaran dan kinerja: Menyusun rencana strategis TI, anggaran dan
indikator kinerja serta memonitor pencapaian kinerja.
b. Kebijakan Pengembangan: Menyusun kebijakan pengembangan sistem informasi,
infrastruktur dan jaringan.
c. Kebijakan Layanan: Menyusun kebijakan layanan teknologi informasi yang akan
diberikan kepada pemangku kepentinganterkait.
d. Kebijakan Keamanan: Menyusun kebijakan keamanan teknologi informasi yang
diterapkan di lingkungan organisasi
e. Kebijakan Kualitas Data Geospasial: Menyusun kebijakan kualitas data geospasial
yang dikumpulkan dari pusat-pusat BIG.
f. Manajemen Investasi dan Portofolio TI : Melakukan prioritasi pelaksanaan program
dan proyek sesuai dengan rencana strategis organisasi.
2. Pengembangan
184
a. Pengembangan Sistem Informasi : melakukan kegiatan Systems Development Life
Cycle (SDLC) pengembangan sistem informasi mulai analisis requirement& spesifikasi
kebutuhan, perancangan dan pengembangan(termasuk pengadaan), uji coba dan
implementasi yang dilakukan secara outsource maupun inhouse.
b. Pengembangan Infrastruktur dan Jaringan : melakukan kegiatan pengembangan
infrastruktur dan jaringan mulai analisis requirement& spesifikasi kebutuhan,
perancangan dan pengembangan(termasuk pengadaan), uji coba dan implementasi
yang dilakukan secara outsource maupun inhouse.
c. Pengembangan arsitektur dan integrasi: menyusun dan menentukan standar
arsitektur data, sistem informasi, infrastruktur, jaringan dan mekanisme integrasi
diantara komponen arsitektur tersebut.
3. Operasional
a. Helpdesk: Memberikan layanan informasi dan bantuan atas kendala sistem,
infrastruktur dan jaringan yang dialami pengguna
b. Technical Support : Melakukan pengelolaan atas kendala layanan SI/TI baik yang
bersifat teknis maupuan gangguan keamanan.
c. System Administration: Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan sistem informasi
termasuk didalamnya adalah pengelolaan access role.
d. Database Administration: Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan data.
e. Pemeliharaan Infrastruktur dan Jaringan : Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan
layanan beserta komponennya yang terkait dengan infrastruktur dan jaringan.
f. Pemeliharaan Disaster Recovery Center : Melakukan pengelolaan dan pemeliharaan
Disaster Recovery Center.
4. Pengawasan
a. Kepatuhan Pengembangan :Melakukan fungsi pengawasan atas kepatuhan terhadap
pelaksanaan standar/kebijakan pengembangan sistem informasi, infrastruktur dan
jaringan
185
b. Kepatuhan Layanan : Melakukan fungsi pengawasan atas kepatuhan terhadap
standar/kebijakan layanan yang diberikan pada pemangku kepentingan yang terkait.
c. Kepatuhan Keamanan:Melakukan fungsi pengawasan atas kepatuhan terhadap
pelaksanaan standar/kebijakan keamanan teknologi informasi
d. Pegawasan proyek dan program: Melakukan pengawasan atas pelaksanaan proyek
dan program terhadap hasil analisis dan standar dalam pengelolaan investasi dan
portofolio TI.
Gambar 5.1 Rekomendasi Struktur Organisasi Pengelola TI
e. Geospatial Data Quality Assurance: Melaksanakan penjaminan mutu dari data
geospasial yang dihasilkan dari pusat-pusat BIG agar sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan oleh PPIG.
Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan Infrastruktur dan Jaringan
Pengembangan Arsitekstur dan Integrasi
Helpdesk
Technical Support
System Administration
Database Administration
Pemeliharaan Infrastruktur dan Jaringan
Pemeliharaan Disaster Recovery Center (DRC)
IT Steering Committee (ITSC) Chief Information Officer (CIO)
Pengembangan Pengawasan
Kepatuhan Pengembangan
Pengawasan Proyek dan Program
Geospatial Data Quality Assurance
Kepatuhan Layanan
Kepatuhan Keamanan
Operasional Perencanaan
Anggaran dan Kinerja
Kebijakan Pengembangan
Kebijakan Kualitas Data Geospasial
Manajemen Investasi dan Portofolio TI
Kebijakan Layanan
Kebijakan Keamanan
186
Penjelasan mengenai tata kelola diatas dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan
usulan struktur pengelolaan TI BIG. Salah satu gambaran struktur organisasi pengelola TI
mengacu pada prinsip-prinsip di atas disajikan pada
Gambar 5.1.
5.4. Proses dan Kebijakan Tata Kelola TI
5.4.1. Kebutuhan Manajemen dan Pengelolaan TI
Berdasarkan pada hasil evaluasi proses tata kelola dan manajemen TI di BIG, maka didapatkan
beberapa kebijakan TI yang perlu ditingkatkan serta artefak-artefak TI pendukung. Dari setiap
artefak tersebut kemudian diukur tingkat urgensinya untuk diterapkan di BIG. Urgensi
pengadaan artefak akan menjadi salah satu faktor pendukung penyusunan implementasi
strategi TI (roadmap). Detail dari urgensi artefak serta kaitannya dengan proses cobit dapat
dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Pemetaan Proses TI, Artefak TI, Cobit Process, dan Urgensi Implementasi
No Kebijakan Artefak Cobit Process Tingkat Dampak
1 Manajemen Layanan TI
Kebijakan dan Prosedur Layanan TI
PO4, ME4 Tinggi
2 Portofolio Layanan TI PO4, DS1, ME1 Tinggi
3 Penetapan SLA Layanan TI PO8, DS1, DS4, DS8, DS13, ME1
Tinggi
4 Penetapan KPI Layanan TI PO8, DS1, DS6, DS13, ME1, ME2, ME3
Tinggi
5 Penetapan OLA Layanan TI DS1, DS13, ME1 Tinggi
6 Prosedur Service Desk DS8, DS13 Tinggi
7 Manajemen Bencana
Perancangan BCP DS4, ME2, ME3 Sedang
8 Perancangan DRP DS4 Sedang
9 Perancangan DRC DS4 Sedang
187
No Kebijakan Artefak Cobit Process Tingkat Dampak
10 Kompetensi SDM Penyesuaian Struktur Organisasi TI
ME4 Tinggi
11 Portofolio Kompetensi SDM TI
PO7, DS7 Tinggi
12 Pelatihan dan sertifikasi SDM TI
PO7, DS7 Tinggi
13 Manajemen Investasi
Mekanisme Penetapan Keputusan/mekanisme relasional
PO4, ME4 Tinggi
14 IT Steering Committee PO5, DS6 Tinggi
15 IT Budget/Investment PO5, DS6 Tinggi
16 Vendor Management PO4, AI5, DS2 Tinggi
17 Manajemen Kontrak DS2 Tinggi
18 Kebijakan dan SOP Manajemen Proyek
PO10 Tinggi
19 Tata Kelola SI/TI Business Case PO10 Tinggi
20 Katalog Pengadaan Perangkat
DS2 Tinggi
21 Portofolio Aplikasi PO5, PO10, AI5, DS6
Tinggi
22 Portofolio TI PO10 Tinggi
23 User Manual AI4 Tinggi
24 Maintenance Manual AI4 Tinggi
25 Metode pelatihan AI4 Tinggi
26 Prosedur Konfigurasi SI/TI DS9 Tinggi
27 Tata Kelola Data Data Governance DS11 Tinggi
28 Prosedur Penetapan Kualitas Data
DS11 Tinggi
188
No Kebijakan Artefak Cobit Process Tingkat Dampak
29 Keamanan Informasi
Prosedur Assessment Risiko PO9, DS13, ME2, ME3
Tinggi
30 Perancangan Keamanan Informasi (SI, TI, dan Data)
DS5, DS11 Tinggi
31 Penentuan keamanan fisik (Physical Security)
DS12 Tinggi
5.4.2. Portofolio Pengelolaan TI
Berdasarkan hasil assessment terhadap proses layanan TI yang diterapkan di BIG, maka
didapatkan beberapa kebutuhan untuk peningkatan proses yang mencakup, kebijakan,
prosedur, dan artefak pendukung. Arsitektur Pengelolaan TI yang dibutuhkan BIG dapat dilihat
pada Gambar 5.2.
189
Gambar 5.2 Arsitektur Tata Kelola TI
A. Manajemen Layanan TI
1. Tujuan dan Arahan Kebijakan
BIG saat ini telah memiliki aset teknologi informasi yang cukup mapan, baik dari segi SI
maupun TI. Tentunya untuk mengelola ketersediaan dan kinerja SI/TI yang mendukung proses
organisasi, maka dirancang layanan TI yang sesuai kebutuhan. Tata Kelola layanan TI
190
mencakup perancangan kebijakan dan prosedur layanan TI, serta penanggung-jawab. Tujuan
dari perancangan kebijakan layanan TI adalah:
1. Menyediakan layanan TI yang berbasis level kinerja layanan (service level)
2. Memastikan SI/TI yang kritikal dapat bekerja secara optimal dan handal
3. Mempercepat penyelesaian permasalahan dan insiden
4. Meningkatkan kesiapan terhadap perubahan yang mempengaruhi lingkungan
operasional TI
Kebijakan dan prosedur layanan TI akan mempengaruhi kegiatan dari pegawai TI
Operasional/service desk, pihak ketiga yang terlibat (vendor), dan pengguna internal maupun
eksternal.
2. Prosedur
Beberapa prosedur yang diperlukan dalam manajemen layanan TI adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pengadaan layanan TI
2. Prosedur pengelolaan problem
3. Prosedur pengelolaan insiden
4. Prosedur pengaturan konfigurasi
5. Prosedur pengelolaan perubahan
6. Prosedur implementasi TI
7. Prosedur pengawasan kinerja dan kualitas layanan TI
8. Prosedur backup dan recovery
3. Artefak
Beberapa artefak yang dibutuhkan dalam pengimplementasian layanan TI adalah sebagai
berikut:
1. Penetapan SLA Layanan TI
2. Penetapan OLA Layanan TI
3. Penyediaan portofolio layanan TI
4. Pengelolaan kontrak dan kerja sama
5. Laporan capaian kinerja proses
191
B. Tata Kelola SI
1. Tujuan dan Arahan Kebijakan
BIG telah didukung kebijakan dan prosedur terkait tata kelola SI. Hanya saja untuk penyediaan
SI yang lebih teratur, mapan, dan dapat diadapatasi, maka BIG perlu meningkatkan kebijakan
dan prosedur tata kelola SI. Tata kelola SI mencakup perancangan kebijakan, prosedur, serta
penanggung-jawabnya pengelolaan SI. Tujuan dari perancangan kebijakan tata kelola SI
adalah:
1. Menyediakan prosedur yang membantu penyediaan hingga implementasi SI yang
menerapkan System Development Life Cycle (SDLC) yang sesuai.
2. Menyediakan standar teknologi untuk mendukung pengadaan SI
3. Mendukung perancangan arsitektur SI yang lebih adaptif
4. Menyediakan sosialisasi dan pelatihan bagi pengguna
Kebijakan dan prosedur tata kelola SI akan mempengaruhi kegiatan dari Tim Pengembangan
SI, Penyedia Infratruktur TI, pihak ketiga yang terlibat, dan Pengguna internal maupun
eksternal.
2. Prosedur
Beberapa prosedur yang diperlukan dalam tata kelola SI adalah sebagai berikut:
1. Prosedur penetapan pengembangan aplikasi
2. Prosedur perencanaan aplikasi
3. Prosedur pengembangan aplikasi
4. Prosedur uji coba aplikasi
5. Prosedur pemeliharaan aplikasi
6. Prosedur implementasi aplikasi
7. Prosedur sosialisasi aplikasi
3. Artefak
Beberapa artefak yang dibutuhkan dalam implementasi tata kelola SI adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan dan pengimplementasian business case dalam perencanaan SI
2. Penyediaan arsitektur SI yang handal
192
3. Penyediaan user manual yang membantu penggunaan SI
4. Prosedur sosialisasi dan pelatihan penerapan SI
C. Tata Kelola TI
1. Tujuan dan Arahan Kebijakan
BIG telah didukung kebijakan dan prosedur terkait tata kelola TI. Hanya saja untuk penyediaan
TI yang lebih adaptif, aman, handal, dan dapat diadapatasi, maka BIG perlu meningkatkan
kebijakan dan prosedur tata kelola TI. Tata kelola TI mencakup perancangan kebijakan,
prosedur, serta penanggung-jawabnya pengelolaan TI. Tujuan dari perancangan kebijakan
tata kelola TI adalah:
1. Menyediakan prosedur yang membantu penyediaan hingga implementasi TI dan
infrastruktur berdasarkan kerangka kerja tertentu
2. Menyediakan standar teknologi yang menjadi acuan infrastruktur TI
3. Mendukung perancangan arsitektur TI dan topologi yang lebih adaptif dan handal
4. Mendukung penggunaan perangkat bagi pengguna
Kebijakan dan prosedur tata kelola infrastruktur TI akan mempengaruhi kegiatan dari
Penyedia Infratruktur TI, pihak ketiga yang terlibat, dan Pengguna internal maupun eksternal.
2. Prosedur
Beberapa prosedur yang diperlukan dalam tata kelola TI adalah sebagai berikut:
1. Prosedur penetapan standar teknologi
2. Prosedur pengelolaan data center
3. Prosedur pengelolaan jaringan
4. Prosedur pengelolaan server
5. Prosedur pengelolaan storage
3. Artefak
Beberapa artefak yang dibutuhkan dalam implementasi tata kelola SI adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan katalog pengadaan perangkat
2. Penyediaan arsitektur TI dan topologi jaringan
3. Penyediaan maintenance manual dan konfigurasi TI
193
D. Tata Kelola Data
1. Tujuan dan Arahan Kebijakan
Data merupakan salah satu aset penting bagi BIG, sehingga perlu dikelola secara baik. Saat ini
BIG belum didukung sebuah standar pengelolaan data, baik untuk data geospasial maupun
data administrasi. Agar meningkatkan kualitas data yang dihasilkan, maka BIG perlu
merancang sebuah kebijakan terkait pengelolaan data. Tata Kelola data perlu menetapkan
kebijakan dan prosedur pengelolaan data serta pembagian wali data. Tujuan dari perancangan
kebijakan tata kelola data adalah:
1. Menyediakan prosedur yang membantu penyediaan hingga implementasi TI dan
infrastruktur berdasarkan kerangka kerja tertentu
2. Menyediakan standar teknologi yang menjadi acuan infrastruktur TI
3. Penerapan layanan data satu pintu
4. Mendukung perancangan arsitektur TI dan topologi yang lebih adaptif dan handal
5. Mendukung penggunaan perangkat bagi pengguna
Kebijakan dan prosedur tata kelola data akan mempengaruhi kegiatan dari data owner, data
steward, data custodian/DB Administrator, Keamanan informasi, dan pengguna data internal
maupun eksternal.
2. Prosedur
Beberapa prosedur yang diperlukan dalam tata kelola data adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pengelolaan data
2. Prosedur penetapan standar data
3. Prosedur penetapan kualitas data
4. Prosedur pertukaran data
3. Artefak
Beberapa artefak yang dibutuhkan dalam implementasi tata kelola data adalah sebagai
berikut:
1. Standar Skema Data
2. Master Data
3. Arsitektur Data
194
E. Manajemen Pengetahuan
1. Tujuan dan Arahan Kebijakan
Selain data dan informasi, Pengetahuan juga merupakan salah satu aset berharga di BIG.
Semakin pengetahuan dikelola dengan baik, maka kinerja proses organisasi dapat lebih mudah
ditingkatkan dan dikembangkan. Pengetahuan juga dapat menunjukan bagaimana budaya
kerja dan aktivitas yang berjalan di BIG. Agar menyediakan pengetahuan yang memadai, maka
BIG perlu merancang kebijakan terkait manajemen pengetahuan. Manajemen pengetahuan
akan mencakup kebijakan dan prosedur manajemen pengetahuan, serta penanggung-
jawabnya. Tujuan dari perancangan kebijakan manajemen pengetahuan adalah:
1. Menginvetarisasi pengetahuan yang penting bagi BIG
2. Meningkatkan standar pengetahuan BIG secara digital
3. Menyediakan perangkat dan prosedur yang memudahkan manajemen pengetahuan
4. Mengelola pengetahuan yang terpusat
5. Menetapkan wali data, data custodian, dan data stewards
Kebijakan dan prosedur manajemen pengetahuan akan mempengaruhi kegiatan dari
pengelola pengetahuan, pegawai TI operasional, pegawai infrastruktur TI, dan penyedia SI
manajemen pengetahuan, dan pengakses pengetahuan.
2. Prosedur
Beberapa prosedur yang diperlukan dalam manajemen pengetahuan adalah sebagai berikut:
1. Prosedur inventarisasi pengetahuan
2. Prosedur pengelolaan kebijakan dan SOP
3. Prosedur pengelolaan manajemen kontrak
4. Prosedur penyediaan pengetahuan
3. Artefak
Beberapa artefak yang dibutuhkan dalam implementasi manajemen pengetahuan adalah
sebagai berikut:
1. Portofolio SI
195
2. Portofolio TI
3. Portofolio Layanan TI
4. Inventarisasi pengetahuan
F. Manajemen Keamanan Informasi
1. Tujuan dan Arahan Kebijakan
Keamanan Informasi yang handal dan aman mencakup kedalam tiga lapisan, yaitu lapisan SI,
lapisan TI, dan lapisan Data. Saat ini keamanan informasi sudah diterapkan oleh BIG secara
terpisah dan sebagian besar pada lapisan TI. Hanya saja, BIG belum memiliki standar
keamanan yang mengatur ketiga lapisan tersebut. Untuk meningkatkan keamanan data
sebagai aset organisasi, BIG perlu merancang manajemen keamanan informasi. Manajemen
keamanan informasi mencakup kebijakan dan prosedur pengamanan data, dan penanggung
jawab keamanan data dan informasi. Tujuan dari perancangan manajemen pengetahuan
adalah:
1. Menetapkan standar keamanan
2. Mengelola keamanan data dan informasi yang handal, aman, dan dapat dipercaya
3. Mengidentifikasi risiko dan kontrol yang diperlukan untuk keamanan data
Kebijakan dan prosedur manajemen keamanan informasi akan mempengaruhi kegiatan dari
penyedia infrastruktur TI, penyedia SI, data custodian, penanggung-jawab keamanan, dan
pengguna data dan informasi.
2. Prosedur
Beberapa prosedur yang diperlukan dalam manajemen keamanan informasi adalah sebagai
berikut:
1. Prosedur penetapan standar keamanan informasi
2. Prosedur pengukuran risiko
3. Prosedur pengimplementasian keamanan informasi
4. Prosedur penetapan pengamanan fisik
3. Artefak
196
Beberapa artefak yang dibutuhkan dalam implementasi manajemen keamanan informasi
adalah sebagai berikut:
1. Standar keamanan informasi
2. Portofolio risiko dan kontrol yang dibutuhkan
G. Manajemen Investasi
1. Tujuan dan Arahan Kebijakan
Investasi TI diperlukan agar biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan TI sesuai dengan
manfaat yang diperoleh BIG. Investasi TI perlu dikelola sehingga dapat ditelusuri keselarasan
dan capaian manfaat yang telah diberikan oleh TI. Beberapa metode yang biasanya digunakan
adalah dengan menghitung ROI, NPV, BEP, ataupun metode lainnya. Saat ini BIG belum
menetapkan standar tertentu dalam pengukuran nilai balik investasi TI. Agar dapat menelusuri
capaian manfaat investasi TI, BIG perlu menyusun manajemen investasi TI yang sesuai.
Manajemen investasi TI mencakup kebijakan dan prosedur penetapan investasi TI, dan
penanggung-jawab investasi TI. Tujuan dari perancangan manajemen investasi TI adalah:
1. Menetapkan standar pengukuran manfaat dan biaya untuk investasi TI
2. Menetapkan penanggung-jawab untuk penentuan investasi TI
3. Menetapkan metode pengawasan capaian investasi
Kebijakan dan prosedur investasi TI akan mempengaruhi kegiatan dari Pengambil Keputusan
Investasi TI, Pengembang SI, Penyedia Infrastruktur, Pegawai Operasional TI, dan Pihak Ketiga
yang terlibat.
2. Prosedur
Beberapa prosedur yang diperlukan dalam manajemen investasi TI adalah sebagai berikut:
1. Prosedur penggunaan standar investasi TI
2. Prosedur pengawasan capaian investasi TI
3. Prosedur pendataan aset Informasi
3. Artefak
197
Beberapa artefak yang dibutuhkan dalam implementasi manajemen investasi TI adalah
sebagai berikut:
1. Standar pengukuran manfaat dan biaya TI
2. Portofolio aset yang dapat dipisahkan menjadi portofolio SI, portofolio TI, dan
portofolio SDM
3. Standar pelaporan realisasi anggaran
H. Manajemen Kompetensi SDM TI
1. Tujuan dan Arahan Kebijakan
Untuk menyediakan layanan TI yang handal, salah satu faktor yang perlu ditingkatkan adalah
kompetensi SDM TI. Kompetensi SDM TI terkait juga dengan penyediaan struktur fungsional
yang dibutuhkan BIG. Kompetensi SDM TI dapat ditingkatkan melalui pengalaman, pelatihan,
pendidikan, dan sertifikasi. Saat ini BIG telah memiliki portofolio SDM TI yang memetakan
SDM TI, kebutuhan fungsional, dan kebutuhan penguasaan terhadap domain TI tertentu. Dari
pendekatan yang sudah ada, BIG perlu meningkatkan manajemen Kompetensi SDM TI.
Manajemen kompetensi SDM TI mencakup kebijakan dan prosedur pengelolaan kompetensi
SDM TI, serta penanggung-jawab peningkatan kompetensi SDM TI. Tujuan dari perancangan
manajemen kompetensi SDM TI adalah:
1. Menetapkan kebutuhan kompetensi SDM TI
2. Merancang pelatihan dan sertifikasi TI yang sesuai kebutuhan
3. Menetapkan struktur fungsional dan kesesuaian kinerjanya
Kebijakan dan prosedur pengelolaan kompetensi SDM TI akan mempengaruhi kegiatan dari
keseluruhan pegawai TI yang dimiliki BIG, baik dari sisi manajerial, teknis, maupun
operasional.
2. Prosedur
Beberapa prosedur yang diperlukan dalam manajemen kompetensi SDM TI adalah sebagai
berikut:
1. Prosedur pengelolaan kompetensi SDM TI
2. Prosedur penetapan struktur fungsional dan pemisahan tugas
3. Prosedur pengadaan pelatihan SDM TI
198
4. Prosedur penyediaan sertifikasi SDM TI
3. Artefak
Beberapa artefak yang dibutuhkan dalam implementasi manajemen kompetensi SDM TI
adalah sebagai berikut:
1. Portofolio Kompetensi SDM TI
2. Struktur fungsional organisasi
I. Manajemen Bencana
1. Tujuan dan Arahan Kebijakan
Layanan TI yang selalu tersedia, aman, dan handal merupakan kebutuhan dari setiap
organisasi yang tergantung pada TI. Untuk mendukung layanan TI yang kritikal, perlu adanya
perencanaan untuk keberlangsungan aktivitas organisasi. Keberlangsungan aktivtas organisasi
biasanya didukung Business Continuity Planning (BCP) dan Disaster Recovery Planning (DRP).
Saat ini BIG belum memiliki DRP yang berfungsi untuk menjaga keberlangsungan infrastruktur
TI dan kegiatan organisasi. Pengadaan DRP dan DRC untuk BIG sejauh ini belum terlalu penting
dan kritikal. Manajemen bencana akan menjadi penting pada saat penerapan satu peta telah
diimplementasikan dan matang. Manajemen bencana yang akan dirancang di BIG mencakup
kebijakan dan prosedur penanganan bencana, serta penanggung-jawab penanganan bencana.
Tujuan dari perancangan penanganan bencana adalah:
1. Menyiapkan kajian dan perencanaan untuk menghadapi bencana
2. Memitigasi dampak dari kehilangan aset yang berharga pada saat bencana
berlangsung
3. Menyiapkan dan melatih personil melakukan prosedur penanganan bencana
Kebijakan dan prosedur manajemen bencana SDM TI akan mempengaruhi kegiatan dari
pegawai BIG yang terlibat dalam penanggulangan bencana. Pegawai perlu mendapatkan
penyuluhan dan pelatihan dalam menjalankan prosedur penanganan bencana.
2. Prosedur
Beberapa prosedur yang diperlukan dalam manajemen bencana adalah sebagai berikut:
199
1. Prosedur Perancangan BCP dan DRP
2. Prosedur penanggulangan bencana
3. Prosedur pengujian kesiapan infrastruktur dan aset di offsite/DRC
4. Prosedur pengadaan pelatihan pegawai
3. Artefak
Beberapa artefak yang dibutuhkan dalam implementasi manajemen bencana adalah sebagai
berikut:
1. Business Continuity Planning (BCP)
2. Disaster Recovery Planning (DRP)
3. Prosedur penanggulangan bencana
4. Struktur tim penanggulangan bencana dan mekanisme relasional
5.4.3. Kebutuhan Sertifikasi
Saat ini sertifikasi menjadi salah satu upaya untuk peningkatan mutu proses di sebuah
organisasi. Peningkatan mutu proses juga diterapkan pada domain TI. Dengan kapabilitas TI
yang terus meningkat dan matang, BIG perlu mengadopsi standar-standar ISO dan mengukur
kemapanannya melalui sertifikasi. Terdapat dua sertifikasi yang dapat diterapkan di BIG dalam
waktu dekat, yaitu sertifikasi keamanan informasi dan sertifikasi manajemen layanan TI. Detail
dari setiap ISO dijelaskan lebih lanjut.
1. ISO/IEC 27001 – Information Security Management
ISO/IEC 27001 perlu diadopsi di BIG untuk meningkatkan pengelolaan standar, proses, dan
teknis dalam menjamin keamanan informasi. Keamanan informasi telah menjadi kajian
penting bagi BIG dalam upaya untuk mengamankan aset TI, sehingga membantu menyediakan
data dan informasi yang akurat, aman, integritas, dan dapat dipercaya. Untuk mengukur
tingkat keamanan informasi, BIG perlu mengikuti sertifikasi keamanan informasi dengan
ISO/IEC 27001. Beberapa kebijakan standar yang perlu disiapkan untuk mengikuti sertifikasi
keamanan informasi adalah sebagai berikut:
a. Tata Kelola SI
b. Tata Kelola Infrastruktur TI
c. Tata Kelola Data
200
d. Manajemen Kemanan Informasi
e. Manajemen Investasi
2. ISO/IEC 20000 – Information Technology Service Management
ISO/IEC 20000 perlu diadopsi oleh BIG untuk meningkatkan manajemen layanan TI yang sesuai
dengan level layanan. Layanan TI juga menjadi salah satu kajian penting bagi BIG agar layanan
TI dapat berjalan sesuai SLA, peningkatan KPI dari layanan TI, penyediaan dukungan service
desk untuk menyelesaikan insiden. Untuk mengukur tingkat kemapanan layanan dan
mendapatkan rekomendasi lebih lanjut, BIG perlu mengikuti sertifikasi layanan TI dengan
ISO/IEC 20000. Beberapa kebijakan standar yang perlu disiapkan untuk mengikuti sertifikasi
layanan TI adalah sebagai berikut:
a. Manajemen Layanan TI
b. Tata Kelola SI/TI dan Data
c. Manajemen Keamanan Informasi
d. Manajemen Investasi Ti
e. Manajemen SDM TI
f. Manajemen Bencana
5.5. Mekanisme Relasional
Mekanisme relasional mengatur interaksi antar pihak yang berkepentingan dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan SI/TI. Pada bagian ini dijelaskan mekanisme
relasional yang terjadi di BIG pada saat ini yang dipetakan berdasarkan jenis bidang
pengambilan keputusan yang didefinisikan oleh Weil dan Ross. Setelah itu, dibahas mengenai
isu yang terjadi. Selanjutnya dibahas mengenai kebutuhan mekanisme relasional yang akan
diimplementasikan di BIG berdasarkan pada struktur organisasi yang diajukan pada bagian
struktur organisasi dan untuk meningkatkan kondisi mekanisme relasional pada saat ini.
5.5.1. Kebutuhan Metode Pengambilan Keputusan Layanan TI BIG
Berdasarkan best practice dalam pengelolaan SI/TI berikut ini adalah rekomendasi mekanisme
relasional terkait pengambilan keputusan TI di BIG.
Pengambilan keputusan dapat dibagi menjadi beberapa bidang yaitu:
201
1. IT Principles Decision, yaitu pengambilan keputusan terhadap prinsip penggunaan
teknologi informasi. Prinsip TI adalah sekumpulan pernyataan yang bersifat high-level
mengenai penggunaan dan peran teknologi informasi dalam organisasi. Prinsip TI ini
menjadi acuan dan dasar untuk pengambilan keputusan di bidang lain. Beberapa
keputusan yang diambil di bidang ini adalah keputusan peran TI dalam mendukung model
operasi kegiatan organisasi dan pendaaan TI di lingkungan organisasi.
Pengambilan keputusan yang terkait dengan prinsip TI bersifat IT Duopoly. Informasi dan
data dalam perancangan prinsip TI dipegang oleh PPIG. Pengambilan keputusan mengenai
prinsip penggunaan TI di organisasi ditetapkan oleh Kepala Bagian PPIG (CIO).
2. IT Architecture Decision, yaitu pengambilan keputusan TI yang terkait dengan pengelolaan
logis untuk data, aplikasi, dan infrastruktur yang tertulis dalam suatu kebijakan,
hubungan, dan peraturan teknis untuk mencapai standar dan integrasi teknis dan bisnis
yang diharapkan. Pertanyaan-pertanyaan kunci berikut berikut setidaknya terjawab
dalam pengambilan keputusan ini:
a. Apa proses bisnis inti di dalam BIG dan bagaimana mereka saling terkait?
b. Apa saja informasi yang menentukan proses bisnis inti tersebut? Bagaimana
informasi tersebut seharusnya saling terintegrasi?
c. Apa saja kapabilitas teknis yang seharusnya distandardisasi di seluruh BIG untuk
mendukung efisiensi implementasi TI dan memfasilitasi standardisasi proses serta
integrasinya?
d. Apa saja aktivitas yang harus distandardisasi di seluruh BIG untuk mendukung
integrasi data?
e. Teknologi apa yang dipilih yang akan digunakan dalam implementasi TI?
Pengambilan keputusan yang terkait dengan arsitektur TI di lingkungan BIG bersifat IT
monarchy. Perancangan arsitektur TI dipegang oleh PPIG, yang akan disahkan oleh
Kepala Pusat PPIG (CIO). Dalam pengambilan keputusan mengenai arsitektur sistem
informasi dan teknologi informasi, PPIG memiliki wewenang dan setiap unit lain wajib
mematuhi keputusan tersebut.
202
3. IT Infrastructure Decision, yaitu pengembilan keputusan yang terkait layanan TI yang
menjadi fondasi kapabilitas TI di Organisasi. Pertanyaan-pertanyaan kunci berikut berikut
setidaknya terjawab dalam pengambilan keputusan ini:
a. Layanan infrastruktur apa saja yang paling penting untuk mencapai tujuan BIG?
b. Untuk setiap kelompok kapabilitas, layanan infrastruktur apa yang seharusnya
diimplementasikan di BIG dan bagaimana kebutuhan service-level untuk setiap
layanan itu?
c. Apa rencananya untuk menjaga agar teknologi inti yang digunakan tetap dalam
versi terbaru?
d. Apa saja layanan infrastruktur yang harus di-outsource?
Pengambilan keputusan yang terkait dengan infrastruktur TI di lingkungan BIG adalah IT
Monarchy. Perancangan infrastruktur TI dipegang oleh PPIG, yang akan disahkan oleh
Kepala BagianPPIG (CIO). Unit pengelola TI yaitu PPIG memutuskan keputusan yang
berkaitan dengan infrastruktur TI yang digunakan di lingkungan BIG.
4. Applications Needs Decision, yaitu pengambilan keputusan yang terkait dengan penentuan
kebutuhan orgnisasi BIG untuk pengembangan aplikasi sendiri atau pembelian aplikasi dari
pihak luar BIG. Pertanyaan-pertanyaan kunci berikut berikut setidaknya terjawab dalam
pengambilan keputusan ini:
a. Apa saja peluang yang ada untuk mengimplementasikan aplikasi yang baru?
b. Bagaimana kebutuhan organisasi dapat ditentukan dalam standar arsitekturil?
Kapan kebutuhan bisnis perlu diberikan pengecualian terhadap suatu standar?
c. Siapa yang akan memiliki hasil dari setiap proyek dan perubahan yang
diimplementasikan untuk memastikan nilai yang didapat tepat sasaran?
Pengambilan keputusan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan organisasi di
lingkungan BIG bersifat federal. Setiap pusat bersama dengan PPIG akan memutuskan
kebutuhan sistem informasi atau aplikasi pada setiap pusat tersebut. Sementara itu, yang
memutuskan untuk pengembangan aplikasi adalah IT Steering Committee.
5. IT Investment and Prioritization Decision, yaitu keputusan yang berkaitan dengan berapa
banyak dan di mana saja investasi TI akan diberikan, termasuk persetujuan proyek dan
justifikasi yang layak. Pertanyaan-pertanyaan kunci berikut berikut setidaknya terjawab
dalam pengambilan keputusan ini:
203
a. Perubahan proses atau pengembangan apa yang secara strategis paling penting
untuk BIG?
b. Bagaimana distribusi di dalam protofolio TI saat ini? Apakah portofolio itu
konsisten terhadap sasaran strategis BIG?
c. Manakah yang lebih penting, investasi di setiap biro atau investasi untuk BIG
secara keseluruhan? Apakah investasi yang sebenarnya mencerminkan
kepentingannya?
Pengambilan keputusan yang terkait dengan investasi dan prioritasi TI di lingkungan BIG
bersifat IT Duopoly. Pengambilan keputusan mengenai investasi dan prioritasi proyek SI/TI
diorganisasi dilaksanakan oleh IT Steering Committee.
204
Tabel 5.1 Mekanisme Pengambilan Keputusan yang Akan Datang
Decision
Architype
IT Principle IT Architecture IT Infrastructure Application Needs IT Investation and Prioritazaion
Input Decision Input Decision Input Decision Input Decision Input Decision
Business Monarchy
IT Monarchy PPIG Kepala Pusat PPIG (CIO)
PPIG Kepala Pusat PPIG (CIO)
Feudal
Federal Deputi/ Pusat
IT Steering Committee
IT Duopoly PPIG IT Steering Committee
Kepala Pusat PPIG (CIO)/ PPIG/ Pusat
IT Steering Committee
205
Decision
Architype
IT Principle IT Architecture IT Infrastructure Application Needs IT Investation and Prioritazaion
Input Decision Input Decision Input Decision Input Decision Input Decision
Anarchy
Tidak tersedia
KEPALA
BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,
HASANUDDIN Z. ABIDIN
HASANUDDIN Z. ABIDIN
206