BackpackerBorneo Flores
-
Upload
indra-setiawan -
Category
Documents
-
view
396 -
download
0
Transcript of BackpackerBorneo Flores
rFoto and Text by Indra Setiawan
FLORESKindly
SALAM RANSEL..
Akhirnya ebook edisi kedua ini akhirnya dapat saya selesaikan juga diantara sibuknya pekerjaan, kali ini kita akan bercerita tentang perjalanan solo backpacking saya menyusuri keunikan pulau Flores di Nusa Tenggara Tengah, total 40 hari dalam rangkaian perjalanan ini dimulai dari Pulau Jawa, Flores, Sumbawa, Lombok dan Bali.
Pulau ini memberikan pelajaran banyak bagi saya tentang kebaikan dan kesehajaan. Penampilan tidak selalu mencerminkan kepribadian seseorang, hal ini terbukti dengan “sangarnya” orang-orang Flores namun kebaikan hati mereka bukan main.
Kembali feedback dari para pembaca yang budiman sangat saya harapkan demi perbaikan ebook “Backpacker Borneo” kedepannya.
Terima Kasih.
Salam,Indra [email protected]
PrakataPrakata
Contact :Contact :Facebook:
Backpacker Borneo
Naraituh
Blog:
www.backpackerborneo.com
Email:
5
11
17
25
41
Ini merupakan pengalaman terlama kota Malang sebelum pendakian Gunung datang di merokok di tempat umum.
Semeru kemaren, setelah ngobrol dengan Setiap penumpang di kapal ini bagiku dengan menggunakan kapal laut,
seorang bapak dari kota Solo akhirnya saya mendapat jatah makan 3 kali sehari, ketika menaiki KM. Awu selama 3 hari 3 malam menggelar matras di dekatnya di dek bagian waktu makan tiba kru kapal mengumumkannya dengan tujuan kota Ende di pulau Flores dari belakang kapal di lantai 3. Sleeping bag yang di pengeras suara lalu berbondong-bondonglah kota Surabaya menjadi titik awal perjalananku saya gunakan menolong saya dari dinginnya para penumbang untuk menuju tempat dalam lberkelana di Pulau Flores.angin malam di atas laut, dan sayapun pengambilan ransum makanan, panjangya Sedatangnya dari Malang setelah langsung tertidur lelap. antrian para penumpang yang hendak pendakian Gunung Semeru bersama team
Saya terbangun di pagi hari karena mengambil makan hingga mengelilingi ruang ElKaPe Indonesia selama 4 hari, dari Stasiun mendengar azan subuh dari Mosholla kapal makan sampai ke sebelah kapal, walaupun Gubeng di Surabaya saya segera menuju Kantor yang tepat di belakan saya, walaupun sang sudah tiga bari namun tetap saja karena PT. Pelni untuk membeli tiket kapal laut. mentari belum muncul namun di ufuk timur banyaknya penumpang kita harus menunggu Ternyata jamnya berubah dari yang terlihat semburat warna merah yang indah hingga setengah jam lebih, seperti di penjara sebelumnya pukul 13.00 menjadi pukul 19.00, sekali, kemudian cahaya merah tersebut saja kata bapak yang juga mengantri di sehingga saya masih punya waktu untuk perlahan-lahan hilang berganti dengan belakangku.bersantai di kota Surabaya.munculnya benda bulat berwarna merah Ternyata menu makannyapun ala Pukul setengah enam sore saya menuju seperti kue Untuk-untuk (Kue dari Kalimantan), kadarnya, di pagi hari menunya adalah nasi Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dengan perlahan-lahan seperti keluar dari garis horizon yang agak keras di tambah dengan telur dadar diantarkan oleh kekasih tercinta, ternyata di samudra, sungguh pagi yang indah. yang sudah di potong entah menjadi berapa pelabuhan sangat penuh oleh manusia, hingga
Di atas kapal ini tidak banyak yang bisa bagian, di tambah sedikit sambal yang tidak banyak yang menggelar tikar di depan dilakukan selain jalan-jalan keliling kapal, tidur pedas menurut saya. pelabuhan, saya berharap di kapal tidak dan ngobrol-ngobrol dengan penumpang lain, Sungguh menu yang sangat tidak sepenuh itu, namun ternyata begitu memasuki ternyata kebanyakan penumpang di dek sekitar menggiurkan, apalagi menu makan siang dan KM. Awu ternyata tidak ada lagi tempat kosong saya adalah orang-orang dari Jawa yang ingin malam tambah parah, hanya ikan yang rasanya di dalam kabi. memcari kerja di NTT, namun saya juga sempat hampir busuk di tambah dengan dua potong Saya berkeliling mencari tempat hingga ngobrol dengan soerang pemuda asal terong yang dimasak seperti sejenis kareh.semua ruangan saya masuki namun tetap saya Maumere bernama Bangka (hehe.. kebetulan Setiap hari para awak kapal semua sudah ada orang yang mengisinya, waktu nulis ini di lewat dan nyolek saya). membersihkan kapal, namun membuat kita akhirnya saya duduk di samping kapal untuk
Dibalik penampilannya yang sangar terkejut ketika sampahnya berterbangan di makan dan baru setelah itu mencari tempat seperti preman dengan rambut gondrongnya samping kita, selidik punya selitik ternyata untuk menggelar matras. Ternyata kapalnya ternyata dia teman ngobrol yang baik. Dia mereka membuang langsung sampahnya ke sudah sandar dari pukul 15.00 jadi mereka berkerja di singapura sebagai operator alat laut dari samping kapal, sampah plastik, yang sudah menunggu berhari-hari di berat di Bandar, di bercerita tentang disiplinnya sherefoam, dan bekas makanan segera pelabuhan langsung menguasai bagian dalam orang di sana tentang kebersihan, diapun berhamburan di atas laut. kapal.pernah di kurung karena waktu pertama kali Untung saja saya membeli matras di
www.backpackerborneo.com 2
Terombang-ambing di LautanBersama KM. Awu
Terombang ambing di laut wisatawan yang sedang bernarsisria di
pulau bali. membuat saya lapar, walau saya tahu
Kapal merapat di beberapa harga di atas kapal pastilah mahal namun pelabuhan di atas tadi tidak sebentar, saya ingin mencobanya, saya memesan hingga saya memanfaatkannya untuk segelas Popmie di cafetaria, ternyata sekedar menjejakan kaki di darat, seperti harganya Rp, 7.000,-. Namun baru dua di pelabuhan Tanjung Benoa Bali saya
suapan saya menikmatinya sudah ada sempat melihat-lihat di sekitar
panggilan untuk mengambil jatah makan pelabuhan, di sini banyak kapal-kapal
siang, akhirnya saya memutuskan untuk mewah untuk melayani turis-turis yang
mengambil nasi kemudian sedang sandar seperti kapal Phinisi dan
mencampurnya dengan Popmie tadi agar kapal pesiar Quicksilver yang sering
nasinya lebih berasa. dipakai untuk syuting FTV. Perjalanan dengan kapal menjadi Di sini saya juga menyempatkan
makin lama karena kita tidak berjalan diri untuk mandi di ruang tunggu, karena lurus, namun mengelilingi beberapa saya malas mandi di kapal, selain bau dan pulau yang kita lewati, kita berhenti di banjir juga harus menunggu lama, namun beberapa kota untuk menurunkan dan sayangnya colokan tidak ada yang kosong menaikan penumpang, seperti di hingga saya tidak bisa mengisi ulang Pelabuhan Benoa (Bali), Pelabuhan baterai HP saya.Lembar (Lombok), Pelabuhan Bima (NTB),
Pelabuhan Waingapu (Pulau Sumba).
Ketika mengelilingi selatan
pulau Bali menjadi pengalaman yang
berbeda bagi saya, di iringi oleh Lumba-
lumba yang berloncatan saya bisa
melihat Pura Uluwatu dari sisi yang
berbeda dan tidak bisa dinikmati oleh
wisatawan biasa, dari kapal terlihat
kilatan-kilatan flash dari camera
Begitu juga di pelabuhan lain Sebenarnya rute yang dilalui
kapal ini masih panjang hingga ke pasti saya sempatkan untuk turun,
Kupang dan Alor, namun karena tujuan sekedat melepas kebosanan karena saya di Nusa Tenggara Barat ini adalah berhari-hari di atas kapal maupun untuk kota Ende jadi saya harus meninggalkan membeli makan untuk mengganti menu kapal ini dengan berat hati (haha..). di atas kapal yang membuat eneg.
Kapal merapat di Pelabuhan Sekalian menjejakan kaki di
Ende di malam yang gelap sekitar pukul pulau yang belum sempat saya explore,
2 pagi, namun di pelabuhan sudah seperti di pulau Sumba yang terkenal
banyak orang yang menunggu untuk dengan kuda dan upacara Pasolanya,
naik kapal ini.kalau di tanya pernahkah ke pulau
Di sini saya harus berpisah Sumba?paling tidak saya bisa menjawab dengan teman-teman baru saya selama “Ya” dengan yakin, walau hanya di perjalanan, mereka menuju kota pelabuhannya saja..:-) Maumure sedangkan saya hanya sampai
Kota Ende.
3 www.backpackerborneo.com
www.backpackerborneo.com 65 www.backpackerborneo.com
Tiba di suatu tempat yang tidak kita
kenal memang kadang membuat bingung,
apalagi datangnya pukul 2 dini hari seperti yang
saya alami ketika pertama kali menjejakan kaki
di pulau Folres atau tepatnya di kota Ende.
Akhirnya saya coba tanya-tanya ke
dalam ruang tunggu penumpang apakah
diperbolehkan untuk tidur di situ, akhirnya saya
juga diperbolehkan karena juga ada penumpang
KM. Awu juga yang sedang beristirahat di sana.
Namun pukul 3 pagi saya dibangunkan
oleh bapak kepala pelabuhan karena katanya
tempat ini akan di kunci dan sayapun diusir
secara halus, mata yang masih ngantuk
membuat saya males berpikir akhirnya matras
saya seret dan saya gelas di beranda pelabuhan
dan melanjutkan tidur lagi.
Pagi harinya saya terbangun oleh
kokokan ayam dan suara-suara orang yang entah
mau pergi atau datang melaut, setelah hari agak
terang saya segera beranjak, namun masih
belum meninggalkan pelabuhan karena saya
ingin menggali informasi terlebih dahulu kepada
penduduk sekitar, ternyata bapak yang saya ajak
ngobrol juga punya anak yang sedang bekerja di kalimantan, bahkan bapak yang satunya
juga pernah ke Banjarmasin.
Barulah saya bisa melihat gunung Meja yang tadi malam ketika saya datang
hanyalah keliatan siluetnya, gunung ini dinamakan Gunung Meja karena atasnya yang
datar sehingga keliatan seperti meja. Di sekitar pelabuhan banyak kapal nelayang yang
sedang sandar di sepanjang pantai yang pasirnya agak hitam.
Terlihat banyak sekali sampah
berhamburan bekas keramaian tadi malam,
beberapa anak-anak mengumpulkan botol-botol
yang berserakan, ketika saya tanyakan apakah
mereka tidak sekolah, eh tenyata itu hari
minggu. Maklum kalau gak kuliah jadi sering
lupa hari..:-)
Angkot ke pelabuhan katanya agak siang
baru ada, dan ketika saya tanyakan berapa jarak
ke pusat kota ternyata ada seorang bapak yang
menjawab tidak jauh, bisa kok jalan kaki
katanya.
Akhirnya saya memutuskan untuk
berjalan kaki, ternyata tak jauh dari pelabuhan
ini ada sebuah mesjid, sayapun mampir di sana
sekedar untuk mencuci muka dan gosok gigi,
kalau tau dari tadi malam mendingan tidur di
sini deh.
Di jalan saya sempat mampir ke sebuah
warung yang hanya menjual nasi bungkus,
ternyata hanya nasi kuning dengan lauk tempe
hanyalah Rp. 2.000.
Tujuan awal saya adalah ke desa Moni,
sebuah desa yang menjadi persinggahan ketika
ingin melihat Danau Kelimutu yang terkenal itu,
namun mumpung masih di Ende dan masih pagi
akhirnya saya memutuskan untuk mengunjungi
bekas rumah pengasingan mantan Presiden
pertama kita yaitu bapak Soekarno.
Saya yang buta arah dan tak tau jalan
memanfaatkan peta yang lebih akurat yaitu
bertanya, sesuai pepetah “Malu bertanya sesat
di jalan”, sebenarnya bnyak juga yang menyarankan untuk naik ojek, namun saya
ingin menikmati kota Ende dan sekalian berolah raga mumpung masih pagi,
namun yang paling membuat saya deg-degan ketika bertanya dengan seorang
bapak, badannya besar dan sebilah parang di tangannya,
ENDEKota tempat lahirnyaPancasila
kertas dari block note saya dan saya
berikan kepada bapaknya, dan ternyata di “Permisi pak, maaf ganggu,arah ke membuat peta menuju ke Jl. Perwira, lalu Jalan Perwira ke mana ya?dijelaskanlah panjang lebar oleh beliau, “Kamu dari mana??”(masih dengan tapi saya masih kurang mengerti namun tanpa senyum)berlagak mengerti saja.“Dari Kalimantan pak”
Huft ternyata gak sesangar “Kalimantan mana”penampilannya, dan orannganya baik Duh, ko jadi saya yang ditanya-tanya hati, di sini lah saya mulai merasakan gini, mana muka bapaknya seram lagi..kehangatan dari orang-orang Flores.“Kalimantan tengah pak...knpa ya
Setelah sekali lagi bertanya kepada pak?'orang lain untuk memastikan jalan “Tidak apa-apa, sapunya kelurga akhirnya saya yakin dengan jalan yang juga kerja di kalimantan, dia orang sudah saya lalui, di Jl. A. Yani saya berpapasan lama di sana”dengan orang-orang Ende yang banyak “ooooh..”berpakainya adat mereka lengkap dengan “Mau apa ke jalan Perwira”kain Sonket serta yang laki-laki pakai baju “Mau ke bekas rumah pengasingan resmi, setelah dekat dengan sebuah Bung Karno pak..”gereja yang besar barulah saya sadar “Punya Kertas??”kalau itu hari Minggu, mereka baru saja Langsung saya robek selembar pulang dari beribadah di Gereja.
Akhirnya saya bertemu juga dengan
plang jalan yang bertuliskan Jl. Perwira, kurang
lebih 50 meter tampaklah sebuah bangunan
biasa seperti rumah-rumah di sekitarnya
namun ada tulisan “Situs Bekas Rumah
Pengasingan Bung Karno di Ende”, namun
pagarnya tertutup rapat.
Saya bertanya kepada seorang ibu yang
punya kios di sebelahnya ternyata katanya yang
pegang kunci baru saja pergi, biasanya sih bisa
di panggil namun bayarin ojek untuk
menjemputnya sebesar Rp. 20.000, sayapun
mikir (Maklum backpacker kere.
Akhirnya sayapun duduk saja di situ
sambil bertanya-tanya tentang rumah itu,
ternyata ibu An ini adalah keturunan pemilih
rumah itu, katanya dulu sewaktu datang ke
Ende bung karno tidak ingin turun dari kapal,
beliau mau turun asal dicarikan rumah seorang
haji yang mengadap ke Barat. Setelah dicarikan
oleh belanda dan dapatlah rumah itu.
Di rumah inilah Bung Karno tinggal
selama masa pengasingan selama 4 tahun dari
tahun 1934 sampai tahun 1938 di kota Ende ini,
kota Ende yang dipagari oleh bukit-bukit yang
seakan-akan menjadi pelindung dari laut yang
tenang.
Saya juga sempat ngobrol-ngobrol
dengan bapak-bapak yang ada di seberang
rumah itu, mereka juga bercerita bahwa di
Flores di Kota Endelah yang banyak muslimnya,
sedangkan yang lainnya, mayoritas kristen,
namun bagi saya hal itu tidak masalah, karena
saya tidak memandang agama, yang penting
mereka masih satu dibawah naungan Merah
Putih.
Karena yang bawa kunci tenyata
sedang ada acara pernikahan lalu saya dibawa
untuk masuk ke dalam pagar melewati bagian
belakan rumah melewati depan rumah orang.
www.backpackerborneo.com 8
ditemani oleh Manto saya menjelajahi sekitar rumah tersebut, di bagian belakan
ada ruang semedi yang katanya tidak boleh sembarang orang masuk ke sana, juga
terdapat sebuah sumur tua yang airnya sangat jernih, saya coba menimba air dan mencuci
muka di sana ternyata airnya sangat segar.
Di bagian samping rumah ada bale-bale yang bisa digunakan untuk beistirahat
oleh para pengunjung rumah ini. Karena tak dapat masuk jadinga saya hanya foto-foto di
sekitar rumah dan juga di bagian depan rumah.
Di Kota Ende terdapat dua buah terminal, yang pertama terminal Ndao dan
kedua terminal Rawareke, karena tujuan saya selanjutnya adalah desa Moni maka saya
harus ke terminal Rawareke, dari rumah pengasingan tadi saya diantarkan oleh Manto,
namun sebelum ke terminal kami mampir ke sebuah taman yang ada patung Bung Karno
sedang berdiri.
Di sana terdapat sebuah lapangan bola yang luas dan di samping lapangan
tersebut ada puhun sukun yang sering digunakan oleh Bung karno untuk berteduh dan
merenung, di sinilah beliau memikirkan kemungkina dasar negara Republik Indonesia yang
kemudian disebut dengan pancasili, sesuai dengan daun sukun yang bergerigi lima buah.
Sebenanrnya pohon tersebut telah tumbang terkena angin namun kemudian ditanam
kembali pada tanggal 17 Agustus 1981 tepat pukul 9 pagi, penanaman pohon bersejarah
tersebut dilaksanakan dengan upacara singkat yang juga dihadiri oleh teman Bung Karno
selama di Ende.
Di terminal rupanya kita harus menunggu di pingggir jalan di depan terminal,
untuk ke Moni kita bisa naik angkot atau Bus kecil jurusan Maumere atau Larantuka,
namun ada juga bus Damri yang sampai pasar Moni. Dan beruntungnya ada seorang anak
muda yang bersekolah di Ende dan ternyata berasal dari Moni dan akan pulang kampung,
akhirnya saya berangkat bareng dia.
9 www.backpackerborneo.com
Backpacker Borneo Juga menjual Ransel dan Tas Deuter Asli bikinan Jerman, yang tertarik silahkan klik www.backpackerborneo.com
Desa MoniBukan Sekedar Tempat Transit
bermesraan, inilah salah satu sensasi
jalan dengan angkutan umum.
Karena tak tau saya hanya
mengikuti teman tadi, ketika mobil
berhenti di seebuah desa di tikungan
yang ternyata ini adalah desa Moni,
sayapun turun. Dengan sabarnya di
membantu saya mencari penginapan, di
penginapan pertama ternyata harganya
Rp. 10.000, dan sudah ada bule yang
sedang menginap di sini. Dari Ende ditempuh dengan Karena masih terlalu mahal bagi perjalanan sekitar 2 jam, melalui jalan
kantong Backpacker seperti saya kita yang berliku-liku di kanan-kiri jurang
kembali melanjutkan pencarian, namun yang dalam, namun untungnya jalannya
di sebuah warung yang bernama Nusa cukup baik, sebagian masih dilakukan
Bunga kita berhenti karena itu punya perbaikan jalan seperti pelebaran jalan
keluarganya dan bertanya di situ dengan mengeruk di sebelah tebing, tentang penginapan yang murah, saya tidak ingin memejamkan mata ternyata di sana mereka juga punya untuk menikmati perjalanan. Homestay, setelah ditanyakan ternyata
Bus yang saya tumpangi melaju harganya Rp. 50.000 lalu saya coba pelan, semakin lama penumpangnya untuk menawar dan harganya tidak bisa
semakin penuh, bahkan sampai teman turun lagi.
Sambil menunggu kamarnya kecil saya tadi di atas atas, di samping
dibersihkan saya ngobrol dengan anak saya bapak yang badannya besar
yang punya Homestay yang bernama membuat tempat duduk yang Wahyu, di bercerita bahwa ternyata tersisa makin sedikit, di kebanyakan yang punya penginapan di samping kanan saya sini adalah Bule, namun dikelola oleh tampak pasangan yang orang lokal.
tak malu-malu untuk
Salah satu kendala yang dihadapi hmm..mahal ternyata.
Homestay Nusa Bunga lumayan penduduk sana adalah mahalnya harga
jauh dari restorannya, saya diantarkan bensin yang mencapai Rp. 10.000 karena oleh Wahyo dengan motor ke sana, tidak adanya SPBU yang dekat, jadi wajar tempatnya cukup luas dan hanya ada saja kalau ojek naik ke Danau Kelimutu dua buah kamar, ketika saya masuki menjadi lumayan mahal.kamar yang sebelah kanan ternyata Saya baru sadar kalau saya belum kamar mandinya rusak, lalu masuk ke makan, lalu sayapun memesan makan kamar yang satunya ternyata memang dengan menu ayam goreng. Ternyata yang ini kamar yang telah disiapkan setelah keluar ayamnya berteman sebelumnya, air untuk mandipun sudah dengan mie rebus sebagai kuahnya, disiapkan. Karena belum mandi waktu saya membayar saya agak terkejut beberapa hari (he..he..) ternyata harganya Rp. 17.000,
sayapun segera segera mandi, mereka.
Tak lama saya duduk datang tapi ternyata airnya sangat dingin dingin
seorang pemuda mengampiri saya, dan walaupun waktu itu masih siang sekitar bertanya saya dari mana dan daripada pukul 3.saya berdiam diri saja sayapun Sayapun membaringkan diri mengikuti ajakannya untuk ke tempat menikmati nikmatnya kasur, karena 4 party yang dia bilang. malam sebelumnya tidur hanya
Namun sebelunya di telah beralaskan matras. menjelaskan tentang adat kebiasaan Tapi kerena tidak juga bisa tidur mereka yaitu ketika disuguhi Moke kita akhirnya saya duduk di depan sebagai tamu wajib untuk menerima Homestay, di beberapa tempat walaupun sedikit sebagai wujud tampaknya sedang ada acara, hal ini penghormatan kita dapat dilihat dari adanya keramaian di terhadap adat-istiadat tenda-tenda yang terbuat dari terpal mereka.serta musik yang keras dari speaker
www.backpackerborneo.com 1211 www.backpackerborneo.com
jauh-jauh dari kota untuk yang ternyata berkerja menjadi guide di
memenuhi undangan. Labuan Bajo, dan dia pulang karena
Biasanya mereka berpesta dirumahnya sedang diadakan acara
dari siang hari sampai dini sambut baru tadi.
hari. Atau istilahnya sampai Selesai makan saya kembali
puas dan teler..hee lagi ke tempat pesta tadi, yang mereka
Suasana laukan selain minum-minum moke
kekaluargaan langsung terasa adalah berjoget diiringi musik yang
begitu saya datang, setelah alirannya kadang-kadang berubah-ubah
memasukan amplop ke dalam dari dangdut sampai pop dan melayu,
kotak yang ada saya segera sambil ngobrol-ngobrol Babi menjadi
bergabung dengan penduduk seperti cemilan bagi mereka, diletakan
yang ada di situ, warga yang di atas piring di ditaroh di atas kursi di
ada menyambut saya dengan tengah lingkaran kita duduk.
hangat dan saya pun Saya diajak oleh Sifrianus
memperkenalkan diri saya, untuk ke acara Sambut Baru yang
dan tak lupa pula suguhan lainnya, sama seperti sebelumnya
Moke dari mereka yang saya sayapun segera disuguhi makan,
terima dan hanya saya cicipi walaupun pada awalnya saya menolak
sedikit untuk menghormati karena memang sudah kenyang namun
mereka. mereka tetap memaksa ”Di sana ya di
Moke adalah sana, yang di sini orang yang
minuman fermentasi khas mengundang beda lagi”, akhirnya saya
dari Flores yang terbuat dari makan lagi walaupun dengan nasi yang
uap dari pemasakan sari dari sangat sedikit.
pohon aren ataupun lontar, Di sini saya juga mencoba
dan ini sedikit lebih keras dari untuk ikut berjoget walaupun
tuak di kalimantan yang sebenarnya saya tidak bisa berjoget,
terbuat beras. namun sayapun cuek bebek dan ikut
Saya juga langsung berbaur bersama mereka hingga Karena penasaran saya segera berangkat, dan ternyata sedang diadakan
di suruh masuk ke rumah mereka yang musinya terhenti karena sound acara “Sambut Baru”. Acara ini seperti juga ketika sedang acara perkawinan, dan
berdindingkan bambu untuk menyantap sistemnya bermasalah. Ketika duduk anak yang sedang merayakan sambut baru duduk di kursi dengan dandanan jas
hidangan, saya hanya menyambil lauk yang saya melihat sesuatu yang menarik yang rapi bagi laki-laki dan baju yang bagus bagi perempuan.
dari sayuran dan kacang-kacangan karena seperti rumah adat dan minta diri untuk Di dalam agama katolik dikenal yang namanya Sekramen Ekaristi, dan
takut termakan babi yang juga menjadi meninggalkan pesta untuk melihat-lihat anak-anak SD menerima hosti yang pertama kali dan ini dinamakan Komuni
santapan mereka, namun ternyata sebentar.pertama, nah komuni pertama inilah yang di rayakan ketika anak tersebut duduk di
merekapun paham akan hal tersebut dan Ternyata itu adalah sebuah kelas lima SD, ketika saya datang ada 8 orang yang sedang merayakan Sambut
tetap menghormati saya yang beragama bangunan tradisional yang sering Baru, hingga seluruh desa menjadi rame karena sediap sudut ada yang sedang
muslim. digunakan untuk upacara adat berpesta. Bukan hanya warga sekitar desa yang datang tapi juga ada yang datang
Saya makan ditemani oleh Tony masyarakat di sana,
www.backpackerborneo.com 1413 www.backpackerborneo.com
Saya juga diajak mampir ke
homestay baru punya Sipri, namun
masih belum disewakan karena masih
menunggu kasur dan lemari yang dia
pesan, bahkan saya juga diajak untuk
menginap di sana, seandanya saja saya
belum checkin di homestay saya..huhu..
Sebenarnya saya di ajak lagi
untuk ke tempat acara sambut baru bangunan ini tidak berdinding,
yang lain namun sudah ada lagi uang namun atapnya yang terbuat dari jerami
kecil dan ketika ingin menukar di warung sangat tinggi dan yang membuatnya
ternyata tidak ada lagi, akhirnya unik adalah di dalamnya ada dua buah
memutuskan untuk kembali ke kotak yang berisi tengkorak leluluhur
Homestay karena sudah mulai gelap dan mereka.
dinginnya makin menusuk. Di depan bangunan ada seperti
Ternyata di kamar saya sebuah lingkaran yang dikelilingi oleh
lampunya tidak menyala, entah rusak batu-batu, sedangkan di bagian tengah
atau memang tidak bisa karena tadi ada seperti sebuah tugu yang terbuat
siang saya tidak mencobanya, sayapun dari batu juga, katanya ketika sedang
coba untuk melihat kamar yang satunya berlangsung upacara adat masyarakat
dan menyala, akhirnya saya pun moni menari di dalam lingkaran tadi.
memutuskan untuk tidur di kamar Saya juga tertarik dengan
sebelah daripada repot-repot compain beberapa nenek yang sedang menguyah
dengan tuan rumah, serasa lebih sirih dan pinan di dekat bangunan adat
menewa cottage karena satu rumah tersebut, mereka mengguna kain
saya miliki. tenunan khas Flores yaitu kain songket,
Malamnya saya hanya berjalan ketika saya raba kain ini bertekstur keras
ke warung di depan sebentar dan segera dan tebal, memang cocok untuk
beristirahat karena saya tak sabar untuk masyarakat yang tinggal di daerah
kembali merasakan tidur di atas kasur pegunungan yang dingin seperti di
dan mempersiapkan diri untuk trakking Moni.
ke danau tiga warna yang terkenal, yaitu Hari makin sore dan dingin mulai
Danau Kelimutu. menusuk kulit saya yang cuma
menggunakan baju pendek, tampak
beberapa pemuda yang sedang mabuk
karena kebanyakan minum moke
menari-nari di tengan jalan hingga
menyulitkan pengguna jalan yang
sedang lewat, untungnya yang lain
segera menariknya ke pinggir sehingga
orang-orang segera bisa lewat.
15 www.backpackerborneo.com
Waktu asik-asiknya tidur ada yang dia tidak datang juga saya akan berangkan oleh yang jaga namun kita tetap terus, bibir kawah untuk melihat airnya.
dengan mencari ojek yang lain, namun membuat saya yang di belakang menjadi Danau yang pertama kita temui mengetuk pintu, ternyata itu adalah ojek
ternyata pukul 6 kurang sedikit dia datang. deg-degan. adalah yang berwarna biru muda, bernama yang akan mengantar saya besok dia, dia Kita langsung berangkat menembus Dia bilang “Kalau diaorang ambil Tiwu Ata Polo atau menurut kepercayaan datang untuk memastikan dan
dinginnya pagi menuju rumah para arwah kita punya uang, nanti sapunya bapak yang masyarakat sekitar merupakan tempat membicarakan masalah harga. itu, medan yang harus dilalui adalah ambil kembali” dengan logat timurnya yang bersemayamnya arwah orang yang telah Setelah saling nego akhirnya kita punggungan bukit yang teris menanjak dan khas, ternyata ayahnya adalah salah satu meninggaldan selama hidupnya melakukan
sepakat dengan harga Rp. 60.000 untuk ke berkelok-kelok, jaket saya yang tebalpun tetua adat yang berpengaruh di sana. kejahatan atau tenung, tampak ada
Danau Kelimutu sekalian dengan ke tetap tertembus oleh dinginnya pagi, di Tak lama kita sampai juga di beberapa bule yang sedang duduk-duduk
pemandian air panas dan air terjun serta beberapa tempat kami melalui kabut tebat parkiran, di sini terlihat sepi, hanya ada satu beristirahat dan tampaknya mereka
dia memastikan bebas biaya masuk dan hingga jarak pandang hanya beberapa orang yang sedang duduk di atas motor, rombongan keluarga dari Francis.
biaya camera,hehe. Namun harga tersebut meter kedepan, diapun bercerita kenapa mungin ojek yang sedang menunggu Ketika saya datang sekitar danau ini
sebenarnya masih bisa dinego hingga Rp. dia datang agak lambat karena percuma tamunya. Selain itu hanya ada dua buah masih berkabut lalu saya memutuskan 40.000-50.000 tergantung kesepakatan. untuk naik pagi-pagi kita juga tidak akan mobil yang sedang terparkir. untuk menuju puncak terlebih dahulu
Kita berjanji untuk berangkat pukul bertemu sunrise karena tertutup kabut Tanpa membuang waktu kita kemudian kembali lagi ke sini.setengah 5 pagi, namun ketika saya bangun tebal seperti sekarang. segera jalan mengikuti jalur yang telah Jalan untuk menuju punjak sudah sampai pukul 5 pagi dia masihhjuga belum Kurang lebih 45 menit kami disemen, di beberapa tempat ada tempat lumayah bagus, terdapan dua jalur jalan datang, mana saya lupa untuk minta nomor akhirnya kita sampai di pintu masuk, namun sampah yang tersedia. Sekitar sekitar 15 yang sudah di semen sebelum kita mendaki Hp nya. dia tetap terus dan tidak berhenti untuk menit berjalan akhirnya kita sampai juga di menggunakan tangga sampai di puncak.
Saya berpikir kalau sampai pukul 6 membeli karcis masuk hingga kita diteriaki Danau Kalimutu, namun kita harus naik ke
www.backpackerborneo.com 1817 www.backpackerborneo.com
Tempat Bersemayamnya Para Arwah
Danau Kelimutu
www.backpackerborneo.com 20
Di tengan ada sebuah papan yang bertuliskan perubahan warna danau, akan tetapi juga karena
cuaca. Tidak aneh jika tempat yang keramat ini menjadi “Danau Tiwu Nuamuri Koofai” dan merupakan
legenda yang sejak lama berlangsung turun temurun. petunjuk tentang keberadaan danaunya yang berwarna Masyarakat setempat percaya bahwa tempat ini sakral. hijau di kejauhan.Hormatilah tempat khusus ini dengan tidak merusak Terus melangkahkan kaki menuju punjak atau mengotori dan tetaplah di jalan setapak yang akhirnya tugu triangulasi dapat kita capai, di sini Cuma ditentukan.ada seorang penjual kopi yang berselimutkan kain khas
Dari puncak ini kita juga bisa melihat danau Flores yang tebal. atau kawahnya yang berwarna itam ketika saya datang Akhirnya bisa juga mengapai punjak gunung kesana, masyarakat juga percaya bahwa di dalam setelah sebelumnya gagal untuk menapakan kaki di kawah yang bernama “Tiwu ata Mbupu” inilah Mahameru, puncak tertinggi di Pulau Jawa. bersemayam atau berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua Puncak Gunung Kelimutu ini sudah dikelola
sedemikian rupa oleh pemerintah, di sini
dibangun sebuah tugu yang dikelilingi oleh
undakan-undakan yang bisa digunakan
untuk duduk sambil menunggu sunrise di
sini, untuk keamanan tempat ini juga
dikelilingi pagar yang terbuat yang terbuat
dari besi. Dan ada sebuah prasasti yang
berjudulkan “Perubahan Alam, Kepercayaan
abadi”.
Dan di dalamnya berisi tulisan
“Masyarakat percaya bahwa jiwa/arwah
akan datang ke Kelimutu setelah seseorang
meninggal dunia, jiwanya meniggalkan
kampungnya dan tinggal di Kelimutu untuk
selama-lamanya.
Sebelum masuk ke dalam salah satu
danau atau kawah, para arwah tersebut yang telah meninggal. Danau ini terlihat cantik dengan
terlebih dahulu menghadap Konde Ratu selaku penjaga dinding tebingnya yang curam yang berwarna putih
pintu masuk di Perekonde. serta pohon-pohon cemara yang berwarna hijau
Arwah tersebut masuk ke salah satu sungguh kontras dengan airnya yang berwarna hitam.
danau/kawah yang ada tergantung usia dan Di puncak ini saya duduk menikmati keindahan
perbuatannya. Ketiga danau atau kawah seolah-olah Danau tiga warna yang ada dalam uang kertas kita
bagaikan dicat berwarna. Warna airnya berubah-ubah dahulu sambil berbincang-bincang dengan teman
tanpa tanda alami sebelumnya. sekaligus ojek dan guide saya, ternyata dia sudah lulus
Mineral yang terlarut dalam air menyebebkan SMA dan juga ingin melanjutkan kuliah dengan jurusan
warna air tidak dapat diduga sebelumnya. Suasana Olahraga. Sambil ditemani oleh kopi Flores untuk
Kelimutu berfarisai, tidak hanya perbedaan dan membantu menghangatkan badan.
gigi yang rendah sehingga motor berjalan lambat meter, di sampingnya ada tempat untuk mengganti
walaupun suaranya kurang enak didengar. pakaian.
Di pertengahan jalan kita berhenti di sebuah Air panasnya tampak mengalir dari sebuah
desa, dan di situ Cuma ada sebuah gapura sederhana pancuran yang ketika saya coba untuk menyentuhnya
“Welcome to WISATA AE PETU, Liesembe, Moni” dan ternyata panas juga, sebenernya sanagat menggoda
Cuma ini satu satunya penunjuk jalan untuk menuju untuk berendam di air yang hangat pada suasana yang
Pemandian air panas ini, kita turun melalui samping dingin seperti ini, namun saya hanya merendam kaki
rumah warga yang kebanyakannya berdinding bambu, saya saja ke dalam kolam.
jalannya tampak di halangi dengan kayu sehingga kita
harus sedikit memutar, mungkin kalau musim rame Awal mulanya daerah ini diketemukan oleh
akan dipungut biaya masuk.orang lio Van Such Telen, warga negara Bapak Belanda
Ternyata pemandian air panas ini hanyalah dua Mama Lio, tahun 1915. Keindahannya dikenal luas buah kolam dari keramik dengan diameter sekitar lima setelah Y. Bouman melukiskan dalam tulisannya tahun
1929. Sejak saat itu wisatawan asing mulai datang
menikmati danau yang dikenal angker bagi masyarakat
setempat. Mereka yang datang bukan hanya pencinta
keindahan, tetapi juga peneliti yang ingin tahu kejadian
alam yang amat langka itu.Kawasan Kelimutu telah
ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Alam Nasional
sejak 26 Februari 1992.
Tak lupa saya juga untuk berfoto sebagai
kenang-kenangan, namun karena cuma membawa
lensa fix saya tidak bisa mengabadikan kebeluruhan
danau, namun saya mengakalinya dengan membuat
foto fanorama kemudian saya berencana untuk
menggabungnya setelah tiba kembali di rumah.
Setelah puas saja kembali turun untuk kembali
ke danau yang pertama tadi, namun ternyata masih Tampak beberapa anak kecil yang sedang saja ada kabut yang menghalangi. Akhirnya saya lihat-
mandi dan bermain bahkan mereka juga sangat lihat sebentar kemudian kembali turun untuk antusias ketika saya ajak untuk foto-foto.melanjutkan perjalanan ke tujuan berikutnya yaitu
Selesai dari pemandian air panas kita kembali pemandian air panas dan air terjun yang akan kita lalui melanjutkan perjalanan pulang, di sepanjang jalan dalam perjalanan pulang.banyak yang bisa kita nikmati, dari hamparan sawah Menuruni gunung pun butuh tekhnik khusus, yang menghijau, tampak beberapa pemujaan di bawah bagi motor yang masih prima dan remnya masih pohon, sampai desa moni dari ketinggian hingga mencengkram dengan kuat sebenarnya mesin bisa kadang-kadang saya mengajaknya untuk berhenti dimatikan untuk menghemat bensin, namun kerena sekedar menikmati keagungan ciptaan tuhan maupun motor yang kami gunakan sudah butut jadi kita tetap diselingi dengan sedikit jepret-jepret.menghidupkan motor tapi porsneling tetap berada di
Tujuan kita selanjutnya adalah air Koanara ini, Air terjun dengan nama atas anda tentu paham kenapa judulnya
Matundaoh ini mempunyai tinggi sekitar 15 “Danau Kelimutu, Negeri para Arwah”, terjun, namun air terjun ini tidak jauh dari
meter, tepat di depan air terjun ada seperti judul tersebut lebih kepada legenda desa moni, bahkan sudah masuk daerah tembok atau untuk membendung air tentang danau tersebut, namun walaupun Koanara. Namun sayangnya air terjun yang namun telah roboh sebaginnya. begitu danau ini sangat mistis bagi lumayan ini tidak ada sama sekali petunjuk
Lewat air terjun ini pulalah warga masyarakat setempat, mereka tidak berani atau tulisan bahwa di situ ada air terjun desa yang berada diseberang sungai untuk untuk datang sendiri ke sana, karena
yang bisa dinikmati. menuju Pasar Moni, mereka meniti katanya pendangan kita bisa dikaburkan
Namun Cafe Rainbow yang ada tepat jembatan kecil yang terbuat dari bambu oleh orang yang tinggal di tempat tersebut,
diseberang jalannya bisa untuk dijadikan yang dibentangkan di atas sungai. katanya juga tidak boleh menyentuh air
patokan. Cafe ini berwarna kuning dengan Dan kebetulan ketika saya mau danau tersebut karena dulu pernah seorang
dinding artistik yang tebuat dari bambu, meninggalkan tempat ini ada beberapa peneliti Belanda yang hilang di danau
sedangkan nama cafenya tepat berada di warga yang lewat sambil membawa barang tersebut waktu mau meneliti kenapa airnya seberang di jalan masuk untuk menuju air belanjaan di atas kepalanya. yang berubah-ubah. Waulahualaam terjun. Setelah kembali ke penginapan saya bissawab, hanya tuhan yang tahu, tapi
Sebenarnya dari jalan pun kita sudah segera packing karena kalau terlalu sore walau bagaimanapun kita sebagai bisa melihat Air Terjun ini, namun karena maka tak ada lagi angkutan umum yang masyarakat yang berbudaya ada baiknya tertutup oleh rimbunnya semak belukar akan saya gunakan menuju tujuan saya menghormati masyarakat setempat, seperti jadi tertutup, jalan menurun harus kita lalui selanjutnya, yaitu Kota Bajawa. pribahasa yang sangat kita kenal, “Dimana untuk menuju Air terjun di desa Moni- Nah, setelah membaca cerita saya di bumi dipijak di situ langit dijunjung”.
www.backpackerborneo.com 2423 www.backpackerborneo.com
MAU ?Klik
www.backpackerborneo.com
Setelah packing saya segera menuju Kali ini saya duduk di depan dan bisa
lebih menikmati perjalanan tidak seperti restoran Nusa Bunga untuk membayar
ketika berangkat dulu, namun kadang saya biaya penginapan dan menyerahkan kunci dibuat deg-degan karena jalurnya yang (Yang belakangan ternyata lupa saya ekstrim di kiri kanan jurang yang dalam, serahkan..:-). kalau supirnya tidak hati-hati maka selamat Di sana ternyata saya disambut dan tinggallah dunia.
di ajak kebelakang rumah dan berbincang-Ternyata Bus Damri ini hanya sampai
bincang dengan Mama Sicilia yang terminal Rawareke, sedangkan bus yang
mempunyai rumah ini, beliau begitu baik menuju Bajawa biasanya berada di terminal
dan bercerita kalau salah satu anaknya juga Ndao, jadi saya harus naik angkot atau naik
sedang berada dikalimantan untuk bekerja.ojek ke sana.
Sebenarnya saya ingin segera Saya diturunkan oleh bus di tengah
mencari Bus, namun dipaksa untuk minum-jalan bersama seorang bapak dan saya
minum. Dan akhirnya saya menunggu di bertanya bagaimana untuk menuju terminal
luar sambil membantu cucunya Mega Ndao, dan kebetulan ada angkot yang lewat
membalaskan surat dari teman kecilnya lalu saya segera naik angkot itu.
dari Belanda. Angkot ini ternyata berputar-putar
Tak lama keluarlah Kopi dan Roti isi terlebih dahulu, bahkan ke rumah sakit
mentega, lumayan untuk mengisi perut menjemput rombongan kemudian
yang memang sudah mulai keroncongan mengantarkan mereka ke rumah mereka
karena memang belum terisi sejak pagi, yang jauh masuk ke gang-gang kecil.
apalagi gratis membuat Branch kali ini Lumayanlah bisa sekalian melihat-lihat kota
terasa nikmat.Ende karena kemaren belum sempat
Karena sudah agak siang maka berkeliling.
sedikit susah untuk mencari bus yang lewat Tapi ternyata kemudian saya dioper
menuju Bajawa, walaupun sebenarnya ke angkot yang lain yang akan melewati
banyak travel yang lewat namun saya terminal Ndao, untungnya saya tidak
indahkan, karena dengan travel sedikit lebih diminta ongkos tambahan, namun di angkot
mahal dari Bus.yang satunya ini sangat penuh, bahkan
Untuk menuju Bajawa kita bisa beberapa pelajar sampai bergelantungan di
menuju Ende terlebih dahulu kemudian pintu, dan lagi-lagi saya roaming tak
naik Bus yang menuju Bajawa atau Ruteng mengerti satupun apa yang mereka
atau Labuan Bajo, selain itu bisa juga bicarakan.
langsung dari Moni mencegat bus yang dari Karena tau saya akan ke Bajawa supir
Maumere yang menuju kota kota tersebut.angkotnya menurunkan saya di depan SPBU
Hingga pukul 2 belum ada juga bus lewat dari terminal sehingga memudahkan
yang lewat, namun ada sebuah bus Damri untuk mencegat bus. Begitu turun saya
yang datang dari Ende dan segera kembali langsung bertanya tidak kepada orang-
ke Ende, saya bergegas untuk naik Bus itu orang yang ada di situ, namun mereka -
untuk menuju Ende.
Menikmati
Dinginnya Bajawa,Uniknya Desa Bena,
Dan Hangatnya Soa
tidak yakin masih ada bus yang akan
menuju Bajawa karena sudah siang seperti
sekarang ini, mereka menyarankan untuk naik
travel yang mempunyai selisih harga cukup tinggi.
Normalnya naik Bus hanya sekitar Rp.
45.000 sedangkan dengan travel Rp. 80.000.
sehingga backpacker kere seperti saya sangat
menghindari untuk naik travel yang masih banyak
berkeliaran tersebut.
Namun kemudian ada travel yang datang
dan menawarkan saya untuk ikut, saya bersikeras
untuk menunggu bus dan bilang bahwa saya tidak
punya cukup uang untuk naik travel. Setelah tawar-
menawar yang cukup alot entah karena kasian atau
memang murah hati akhirnya dia setuju hanya
dengan Rp. 50.000 bisa naik dengan tujuan Bawaja..horee
Mobil Avanza yang saya naiki melaju perlahan, hanya sebentar meninggalkan
kota Ende handphone saya sudah kehilangan sinyalnya, namun pemandangan di sebelah
kiri lautan yang luas membuat saya menjadi terhibur, di sepanjang jalan juga terlihat
penduduk yang mengumpulkan batu-batu yang berwarna hijau yang cukup unik, katanya
dijual untuk bahan bangunan. Kemudian medan berubah dari yang sebelumnya kita
masih di sekitar pesisir kemudian masuk ke daurah pegunungan dengan rute yang meliuk-
liuk di atas perbukitan.
Semakin sore terasa semakin dingin, walau matahari masih bersinar namun
hawa dinginnya pegunungan masih terasa. Di depan saya malah tampaknya tidak perduli
dengan dingin dengan baju kaos tanpa tangan di membiarkan jendela terbuka dengan
lebar. Jalan menuju Bajawa sebagian masih dalam perbaikan, terlihat banyak alat berat
yang sedang bekerja untuk memudahkan transportasi masyarakat Flores.
Mendekati kota Bajawa saya masih belum tau akan turun dimana, atau tepatnya
masih belum ada tujuan. Bahkan ketika sudah masuk kota ketika supir menanyakan saya
turun dimana saya sempat bingung untuk menjawabnya. Akhirnya saya putuskan untuk
diturunkan di mesjid kemudian baru berfikir sesudahnya. Dan ternyata hanya ada satu
mesjid di kota ini, muslim memang menjadi minoritas di beberapa kota di NTT. Bahkan
mesjid ini masih dalam proses pemugaran, ketika saya datang waktu itu sedang mati
lampu sehingga keadaan menjadi gelap.
Selesai sholat Magrib saya melihat beberapa bapak-bapak yang sedang ngumpul
di pojok mesjid, sayapun mendekat dan bertanya kepada mereka apakah memungkinkan
untuk menginap di Mesjid ini.
Mereka menyarankan untuk bertanya kepada dua orang pengurus mesjid yang
sedang mengaji di depan, karena takut menganggu saya menuggu beberapa saat tapi
salah satu bapak itu mendahului untuk
menanyakan kepada imam tersebut, akhirnya saya
diijinkan bahkan diberitahu untuk ikut menginap
di tempat marbot yang ada di samping mesjid.
Ternyata bapak-bapak ini adalah orang-
prang yang sedang melaksanakan manasik haji di
kota Bajawa dan kebetulan mereka berasal dari
Kecamatan Riung yang sebelumnya saya
rencanakan untuk dikunjungi sebelumnya.
Dan sayapun mencari informasi dengan
dengan mereka, dan ternyata untuk menuju Riung
17 pulau yang ada di sana harus menyewa perahu
dengan harga sekitar Rp. 300.000, harga yang
berat untuk saya, apalagi saya sendiri dan tidak
ada teman untuk sharing cost.
Sebenarnya saya ingin tetap nekad
berangkat ke sana, kali aja bisa ikut nebeng dengan nelayan atau penduduk sana, namun
setelah saya pikir-pikir saya lebih baik saya skip saja tempat ini kemudian ke tempat lain
yang lebih pasti.
Di sini saya tidur di tempat marbot mesjidnya yang bernama Tarmizi, orangnya
masih muda dan berasal dari pulau Lombok, dengannya saya bertanya lebih banyak
informasi tentang apa saja yang bisa dilihat di kota ini. Dan akhirnya saya memutuskan
untuk ke desa adat Bena dan pemandian air panas Soa keesokan harinya.
Perut yang belum terisi nasi sejak pagi kini terasa pedih, akhirnya saya keluar
untuk mencari makan, namun ternyata jam 8 kota ini sudah sepi, suhunya yang dingin
memang lebih enak untuk berselimut di kamar. Setelah makan saya segera beristirahat
dan mempersiapkan fisik untuk keesokan harinya, sleeping bag yang selalu saya bawa
sangat membantu untuk menghangatkan tubuh saya di tambah jaket tebal yang saya
pakai cukup hangat untuk malam ini.
Kumandang azan Subuh membangunkan saya, ketika berwudhu airnya terasa
sangat dingin bagai air yang baru keluar dari kulkas, tampaknya di sini kulsas bakal tak
terpakai karena untuk mencari air dingin tidak perlu susah-susah. Seperti yang saya
rencanakan sebelumnnya hari ini saya ingin mengunjungi desa adat Bena dan pemandian
air panas di Soa.
Sebelum berangkat saya terlebih dahulu mencari sarapan, namun tampaknya
yang banyak di sini hanyalah Warung Padang yang harganya lumayan, akhirnya terpaksa
saya makan di sana, namun walau kali ini agak murah namun yang menjual tidak ramah,
hingga saya tidak berencana untuk makan yang kedua kalinya disini.
Sambil smsn dengan Rizal yang sudah pernah ke Bajawa jadi tau informasi lebih
banyak tentang bagaiman menuju Bena, saya berjalan menuju pasar Bajawa atau ada juga
yang menyebutnya pasar Inpres.
mendengarkan penjelasan beliau dan perempuan dari desa tersebut
tangan sayapun sibuk untuk menikah maka mereka harus tinggal di
mencatat seperti mesin ketik. Dan rumah keluarga perempuan, untuk
lagi-lagi separti orang flores lainnya membedakan antara rumah keluarga laki-
bapak yang bernama Joseph ini laki dan perempuan kita bisa melihat dari
bercerita kalau dia punya teman boneka yang ada di atas atap, di keluarga
akrab di kalimantan, di nitip salam laki-laki bonekanya memegang tombak
sama temannya itu. Duh, disangka sedangkan keluarga perempuan di atas
Pulau Kalimantan kecil kali ya..:-) atapnya ada sebuah miniatur rumah kecil.
Yang mendiami desa Bena ini Di depan rumah tampak terlihat tengkorak
ternyata ada sembilan suku yang kerbau dan tulang seperti iga dan rahang
berbeda yaitu suku Bena, Suku hasil upacara adat yang telah dilakukan,
Kopa, Suku Ngadha, Suku Ago, Suku semakin banyak tengkorak kerbau berarti
Dizi Azi, Suku Solo Mai, Suku Laiu semakin sering pemilik rumah tersebut
Lewa, Suku Wato dan Suku Dizi Kae. melakukan upacara.
Menurut pak Joseph dulunya Yang membuat saya betah di
kampung ini adalah sebuah Kapal Kampung Bena adalah keramahan
dengan ukuran 350m X 80m yang warganya, mereka selalu tersenyum dan
kemudian terdampar karena tidak mengucapkan selamat pagi kepada setiap
bisa melanjutkan perjalanan lagi orang yang ada di sana. Tak lupa saya Dari sinilah saya akan mencari ojek juga banyak melalui jalan turunan dan karena terhalang oleh gunung berintraksi dengan mereka, dua orang
mendaki karena desa Bena terletak di untuk menuju Desa adat Bena dan setelah Inerie. nenek yang sedang duduk di depan rumah lereng Gunung Inerie. Masyarakat Bena menganut sistem sangat bersahabat ketika saya ajak tawar menawar dengan seorang tukan
Kurang lebih 30 menit akhirnya kita matrirkat, yaitu posisi perempuan lebih ngobrol, sayangnya mereka juga tidak tahu ojek akhirnya dapatlah harga Rp. 20.000 tiba juga di Desa Bena, saya langsung tinggi dari laki-laki. Ketika seorang laki-laki arti dari ukiran yang ada di teras depan untuk mengantarkan saya ke desa megalit menuju pos penjagaan untuk mengisi rumahnya ketika saya tanyakan, katanya itu. Sebenarnya selain dengan ojek bisa buku tamu. Di sini kita tidak dipungut itu sudah tradisi turun temurun.juga dengan naik angkot yang terbuat dari biaya masuk hanya donasi sukarela saja
truk yang telah dimodifikasi dibuat tempat yang bisa kita masukan kedalam sebuah
duduk dibagian belakangnya, tarifnya kotak yang sudah disediakan, di dinding
hanya Rp. 5.000. Namun angkotnya hanya tampak sebuah kertas yang berisi jadwal
sewaktu-waktu alias sangat jarang. penjagaan oleh beberapa suku yang
Untuk menuju Desa Bena kita mendiami desa bena.
melalui jalan utama kemudian di sebuah Begitu memasuki desa Bena saya
pertiaang di dekat gereja kita belok kiri langsung merasa terlempar kembali
menuju ke arah Desa Luarekeo, namun kemasa lalu saat masih jaman batu,
ternyata jalannya ditutup karena sedang tampak banyak berserakan alat-alat yang
ada acara sehingga kita harus memutar terbuat dari batu. Di depan rumah yang
lebih jauh lagi. Menuju desa yang masih pertama tampak seorang bapak duduk,
tradisional ini kita disungguhi oleh suasana lalu sayapun menghampiri beliau dan
yang sangat damai dan tenang, banyak ternyata beliau sangat mengetahui
kebun kopi penduduk yang kita lalui, kita tentang sejarah Desa ini, sambil
www.backpackerborneo.com 3029 www.backpackerborneo.com
Ada beberapa rumah yang pemandangan Gunung Inerie yang tampak
berdiri gagah dan seluruh desa juga terlihat tampaknya masih baru, baru sekitar dua
dari sini, di tempat ini sudah dibuat tempat bulan lalu dibangunnya, namun tetap untuk beristirahat. Fasilitas seperti toilet dalam bentuk seperti rumah tradisional juga sudah ada di sediakan bagi para seperti yang ada di kampung Bena yang pengunjung. Di bagian tengah kampung lainnya. yang berundak tampak batu-batu yang
sayapun tak lupa untuk sekedar berbentuk aneh-aneh seperti dari jaman
melihat seperti apa bentuk dalam rumah dahulu. Mirip seperti desa di Galia yang ada
mereka, setelah minta izin dari sorang di komik “Asterix dan Obelix”. Puas
penduduk yang juga pengurus koperasi di berkeliling di Bena saya kembali ke kota
sana sayapun masuk ke dalam, hanya ada Bajawa untuk melanjutkan pertualangan
dua ruangan di dalam rumah, yang pertama saya.digunakan untuk beristirahat dan menerima Setelah pulang dari “Desa Asterik” tamu sedangkan ruangan yang kedua saya kembali ke Bajawa dan minta Tarsi digunakan sebagai dapur, dan tentunya untuk menurunkan saya di Pasar Inpres,
dapur yang tradisoinal juga dengan bahan saya pun berkeliling untuk melihat-lihat
bakar dari kayu, tampak juga alat masak pasar ini, seperti pasar tradisional lainnya
pasar ini banyak menjual bahan pokok seperti kuali yang digunakan untuk
sehari-hari, dari baju hingga ikan dan memasak.sayuran. Tujuan saya selanjutnya dalah Mayoritas penduduk bekerja pemandian air panas Mengeruda di Soa, sebagai petani, sedangkan kaum namun kali ini saya tidak naik ojek dan saya perempuan mengisi waktu dengan memilih naik angkot karena kata Mas menenun di depan rumah, ada juga yang tarmizi ada banyak angkot yang menuju Soa menjual biji vanili dan oleh-olah khas flores sehingga tidak perlu naik ojek lagi. Di seperti kain tenun ikan hasil buatan mereka persimpangan saya menunggu angkot yang sendiri, ada yang berbentuk kain yang bertuliskan “Soa” di samping belakangnya, harganya sekitar Rp. 300.000 sampai syal akhirnya ada yang lewat dan hanya saya yang berharga Rp. 75.000. dan semuanya sendiri yang menjadi penumpangnya. “hand made”.
Di ujung desa kita bisa menikmati
mendapatkan penumpang dan dia mau
mengantar asal dibayar Rp. 20.000. Sebelum ke Soa saya terlebih Akhirnya sayapun turun di situ dan dahulu dibawa mampir ke sebuah bengkel mencari ojek atau angkot yang menuju untuk menemui bosnya dan saya disuruh pemandian air panasnya.menunggu, setelah itu barulah kita
Sekian lama saya menunggu tidak melanjutkan perjalanan, seperti jalan-
ada juga angkot yang lewat, demikian juga jalan lainnya di Flores jalan menuju Soa
ojek karena tak tampak seorangpun yang pun jarang ada yang lurusnya, naik turun
ada disekitar saya yang bisa dijadikan kemudan balok kiri kanan. Tampak di
tempat untuk bertanya. Akhirnya ada sepanjang jalan banyak masyarakat yang
seorang bapak yang lewat dan kemudian menambang batu di tebing yang rawan saya panggil apakah mau mengantarkan longsong, sopir memberitahu saya untuk saya ke dalam, namun dia minta Rp. menahan napas karena didepan akan ada 10.000 dan itu bukanlah tarif yang wajar bau tak sedap seperti bau kentut karena sehingga saya minta Rp.5.000 namun dia
bau belerang. menolak kemudian dia pergi. Sayapun
Bagi yang tak tahan bau kembali menunggu di bawah pohon
mangga yang melindungi dari panasnya disarankan untuk membawa masker
supaya tidak mabok darat karena
mencium baunya.
Angkot di Folres menurut
pengamatan saya pada umumnya kursi
untuk penumpang di belakan dibuat
sangat tinggi, seperti di Ende hingga di
Bajawa yang saya naiki sekarang.
Ternyata kursi sengaja ditinggikan
untuk menaroh speaker di bawah sana,
menaiki angkot di sini selalu full musik,
dari dangdut, pop sampai lagu daerah. sengatan matahari.
sehingga tampaknya kalau tidak full musik Ternyata tak lama bapak ini
dan aksesoris mobil angkot menjadi kembali dan kemudian akhirnya mau
kurang keren. mengantarkan saya (Alhamdulillah),
Saya punya firasat buruk karena menuju pemandian air panas tampak
sejak tadi hanya saya sendiri yang menjadi lebih gersang dan pepohonan menjadi
penumpangnya, dan betul saja ketika jarang, kita juga melalui sebuah bandara
sampai di persimpangan saya diturunkan kecil yang dimiliki oleh kabupaten Ngada.
dan ditagih Rp. 10.000 dari yang biasanya Saya diantar sampai kedepan pintu masuk
Cuma Rp. 5.000. pemandian air panas ini, di parkiran hanya
Ketika saya tanyakan kenapa tidak tampak dua buah mobil dan beberapa
sampai ke dalam katanya di dalam kalau motor, saya menebak bahwa sangat
sudah jam siang seperti ini akan susah sedikit orang didalam.
Pemandian Air Panas Soa, Mengeruda
www.backpackerborneo.com 3231www.backpackerborneo.com
Untuk masuk ke pemandian air berkeliling di Pulau Flores setelah datang gereja, ini melambangkan tingginya
dari Danau Kelimutu dan Taman Nasional tenggang rasa diantara penduduk kota panas Mengeruda ini kita dikenai tarif
Komodo. Selain itu kurangnya kesadaran Bajawa. Berjalan sekitar 500 meter ada sebesar Rp. 3.000, sedangkan untuk masyarakat sekitar untuk menjaga fasilitas sebuah lapangan bola atau mungkin bisa WNA dikenakan tarif masuk Rp.5.000. yang ada, hal ini terbukti dari banyaknya disebut alun-alun karena dibagian Yang menjaga pintu masuk dan tulisan-tulisan di dinding dan bangunan ujungnya ada taman dan seperti panggung, penjualan karcis ternyata adalah anak-yang ada. Vandalisme memang selalu ada di sebelah lapangan ini juga ada sebuah
anak SMK yang lagi magang, ketika di setiap objek wisata yang saya kunjungi gereja yang besar dengan arsitektur khas
mendengar saya sendiri dan dari dari selama ini, budaya narsis masyarakat yang belanda, memang masih banyak rumah-
Kalimantan merekapun bertanya “kok salah diekpresikan menjadikan tempat rumah peninggalan belanda dulu yang
berani?”, sayapun menjawab apa yang indah menjadi kotor. Sebenarnya cukup
ditakutkan, karena selama masih ada dengan foto kita sudah bisa menunjukan
ada orang Indonesia saya tidak takut, bahwa “I have been There” tanpa harus karena kita semua bersaudara. menulis-nulis nama kita di batu atau
Begitu masuk ke dalam saya dinding bangunan.sudah disambut dengan rusaknya Keluar dari Pemandian Air Panas bangunan, lantainya jebol sangat Mengeruda ini saya harus kembali besar, begitu juga dengan atapnya, memikirkan cara untuk pulang, karena saya masuk ke dalam dan ketika hari biasa seperti ini tidak ada angkot mencari kamar mandi untuk ganti baju yang datang ke sini, sayapun ikut ngobrol-saya ditunjukan bahwa kamar mandi ngobrol di loket masuk walau kadang ada di bagian belakang, sebenarnya saya tidak mengerti apa yang mereka
bambu dan berbentuk seperti restoran, di juga ada di tengah namun keadaannya bicarakan, untuk mencari ojek saya pintu tampak hiasan-hiasan yang terbuat sangat menggenaskan, setelah ganti celana disarankan untuk berjalan keluar, namun dari bambu seperti gambar komodo, saya berencana untuk berendam di air ada seorang pemuda yang sedang rumah adat, serta bnetuk-bentuk lain yang panas itu, namun setelah melihat kolamnya menunggu temannya yang pada awalnya saya tidak mengerti, di atas pintu terdapat yang kering dan tak terawat membuat saya keberatan setelah diajak ngobrol akhirnya tulisan “Maromay” yang katanya berarti mengurungkat niat, saya hanya duduk saja, mau mengantarkan saya ke depan untuk Selamat Datang, setelah saya masuk ke ketika ingin mencari tempat untuk menunggu angkot.bagian dalam ternyata ada yang ditangkap beristirahatpun sangat susah karena Untungnya tidak lama menunggu olah perjaga warung di sungai. Ada sungai walaupun banyak pepohonan tapi ada angkot yang lewat, angkot ini kembali yang mengalir deras di pemandian air bangunannya banyak yang rusak dan kotor. harus berhenti agak lama untuk mengambil panas ini, airnyapun berasa hangat, tampak Sumber air panas berada di bagian peralatan musik bekas acara kemudian beberapa bule yang sedang berendam di tengah, sudah dikelilingi oleh semen dan di diletakan di atas atap, tidak seperti sungai, waktu itu hanya ada saya dan bawah pohon yang rindang, ketika saya berangkat tadi kali ini saya langsung beberapa orang bule yang menjadi berdiri di tepi kolam terasa uap panas yang menyerahkan uang Rp. 5.000 tanpa pengunjung tempat ini.keluar dari panasnya air. Ada dua buah bertanya karena memang segitu tarif
Sayang sekali tempat seperti ini warung yang memjual makanan kecil serta angkot biasanya.kurang terawat, begitulah aset wisata yang masih bertahan di kota Bajawa ini yang bir di sini, yang pertama seperti kios kecil Setelah mampir sebentar ke mesjid dikelola oleh pemerintah. Padahal tempat katanya dulunya berasal dari pemukiman di bagian tengah sedangkan yang kedua saya kembali jalan-jalan di sekitar Bajawa, ini bisa menjadi salah satu tempat belanda kemudian berkembang hingga berada di bangunan yang terbuat dari ternyata di seberang mesjid ini ada sebuah alternatif bagi wisatawan yang sedang seperti sekarang ini.
www.backpackerborneo.com 3433 www.backpackerborneo.com
memiliki sertifikat selam.
Mas Tarmizi yang sedang
menikmati selimut tebalnya saya
bangunkan untuk berpamitan, berterima
kasih atas segala kebaikannya selama saya
berada di kota yang dingin ini, Bajawa.
Dan sesuai petunjuk masyarakat
di sana bahwa bus yang akan menuju
Labuan Bajo hanya ada satu, dan berangkat
pukul 7 pagi, akan melewati perempatan di
pasar Bajawa.
Namun setelah ke perempatan
hanya ada beberapa ibu-ibu yang sedang
berjualan dan mereka menyarankan untuk
menuju Terminal karena walaupun biasanya
Bus yang bernama Gemini ini akan
melewati tempat ini namun lebih baik
menunggu di terminal karena tidak
mungkin ketinggalan bus.
Kota Bajawa tidak terlalu luas, Akhirnya ada ojek yang lewat dan
sayapun minta antarkan ke terminal, di namun lokasinya yang dikelilingi oleh bukit
perjalanan gerimis mulai turun dan pagi dan berada di ketinggian diatas 1000 meter yang dingin semakin dingin saja. di atas permukaan laut membuatnya selalu
Ternyata kata bapak ojeknya saya sejuk, tempaknya inilah kota idaman bagi tidak harus ke terminal untuk menunggu orang-orang yang tinggal di kota besar, bus ini, lebih baik di pertigaan arah ke
segar dan bebas polusi serta jauh dari Ruteng, karena di situlah busnya akan
kebisingan.menunggu.
Besok pagi saya harus bangun Saya menunggu di depan sebuah
pagi-pagi untuk mengejar bus yang menuju warung yang masih tutup, dan ketika sudah
Labuhan Bajo, kota terakhir yang menjadi buka ibu yang punya tetap mempersilahkan
tujuan saya di Pulau Flores ini. saya untuk menunggu di sana, sekali lagi
Kota yang menjadi pion kebaikan warga Flores saya terima. Bus yang
pemberangkatan menuju Taman Nasional di tunggu tak kunjung datang juga, namun
Komodo yang terkenal karena satu-satunya ketika ada yang datang dan menunggu Bus
hewan purba yang masih sanggup bertahan Gemini juga saya akhirnya tenang karena at
hingga kini. Jadi tak sabar untuk melihatnya, least saya tidak sendiri.
selain itu bawahlautnya juga terkenal indah Ketika saya liat sekeliling tidak
hingga saya berencana ke sana tidak hanya ada warung makan yang menjual nasi, di
untuk bertemu mas Komo, tapi juga untuk warung tempat saya berteduhpun tidak ada
menikmati bawah lautnya, walau hanya menjual roti atau sesuatu yang bisa untuk
dengan snorkeling karena masih belum mengganjal perut.
35 www.backpackerborneo.com
Menyusuri jalan yang meninggalkan Bermacam-macam barang masuk ke
Bajawa sama seperti sebelumnya, naik turun dalam Bus, bahkan di suatu desa sebelum
gunung berkelok-kelok. Ruteng kita singgah agak lama karena ada
Kabupaten Ngada memang terkenal penumpang yang membawa Babi baik, dan Bus yang ditunggu-tunggu akhirnya
dengan Bambunya yang besar-besar, di butuh waktu untuk menaikan babi ke atas muncul, kamipun segera masuk, namun sepanjang jalan dari sebelum masuk kota atap Bus, untungnya tidak dimasukan ke karena masih kosong Busnya nongkrong lagi Bajawa dari arah Ende sampai ke arah dalam..:-)di pertigaan untuk menunggu penumpang. Ruteng banyak terlihat rumpun-rumpun Ketika tengah hari Bus berhenti di Karena masih belum berangkat sayapun bambu yang besar, maka tak heran banyak sebuah warung padang di kota Mborong
pergunakan kesempatan ini untuk berjalan- rumah yang seluruh bagiannya terbuat dari untuk makan siang. Ah lagi-lagi warung
jalan mencari sarapan, namun saya hanya bambu, dari atap, dinding sampai pintu dan Padang, saya punya firasat yang kurang baik
jendelanya. tentang harga. bertemu warung kecil yang menjual roti, dan
Jadi tampaknya jangan takut jadi tuna Namun tidak adanya warung makan sayapun membeli roti untuk sarapan pagi ini, wisma di Ngada karena tidak harus tinggal di lain di sekitar dan hanya ada warung Bakso terlihat pisang goreng yang di jual oleh rumah kardus karena bahan bangunan untuk akhirnya saya masuk juga, hanya memesan ibunya membuat saya memutuskan untuk membuat rumah dari bambu tersedia ikan yang dibakar saya harus membayarnya makan pisang goreng terlebih dahulu dan dengan gratis dan melimpah. dengan uang Rp. 15.000, firasat seorang
Penumpang cukup penuh ketika bus backpacker gembel ternyata terbukti Komodo belakangan.sudah berangkat, bahkan ada juga Bule dari masalah murah dan mahal.
Setelah Ruteng pemandangan mulai jerman yang ingin kembali ke Labuan Bajo, Hal menarik lain yang saya perhatikan berubah, banyak sawah-sawah yang sedang saya juga sempat berbincang-bincang adalah kernet bus, seperti kenek pada menghijau, begitu juga di kecamatan Cancar dengannya dan di sudah ke Pulau Komodo umumnya tugasnya adalah berterika-teriak ketika bapak di samping saya turun. sebelumnya, yang membuat saya heran untuk memberitahukan tujuan atau
Dan yang lebih banyak lagi sawah adalah tasnya yang lebih kecil dari saya dan mengajak penumpang untuk naik, yang unik terhampar ketika memasuki daerah Lembor, belakangan saya tau dia punya ransel sekitar adalah dia logat dan liriknya, dia tidak disepanjang jalan banyak sawah-sawah milik 70 liter lagi yang diletakan di atas atap Bus. berteriak Labuan Bajo Labuan Bajo..,tapi penduduk. Nampaknya daerah NTT yang Di samping saya adalah seorang bapak bajobajobajo..e..., Cuma nama Bajo tanpa sering terlihat kelaparan dan miskin bukan di yang menuju kecamatan Cancar, walau Labuan di depannya, dan ada akhirnya 'e” roti untuk bekal di dalam Bus.daerah sini, dengan sawah mereka yang kecamatan Cancar hanya lewat sedikit dari yang panjang yang membuatnya unik, Akhirnya sekitar pukul 8 bus pun segitu banyak mereka pasti bisa memasok kota Ruteng bapak ini lebih memilih untuk tentunya dengan logat Flores yang khas. berangkat, namun kebali ke kota terlebih untuk daerah Flores.naik bus langsung tujuan Labuan Bajo jadi Kadang-kadang Bajo-nya sampai 4/5 kali tapi dahulu untuk mengambil penumpang dan
Ternyata pedagang asongan tidak tidak perlu repot-repot berganti bus di ada juga 1 atau 2 kali ketika mereka capek yang lebih parah harus mutar-mutar karena hanya ada di pulau Jawa, di sini juga ada Ruteng. berteriak, ada dua kenek yang ikut bus ini.alamatnya tidak jelas.ketika bus sedang mampir di sebuah Ketika saya tanyakan tentang sawah Ketika melalui kota Ruteng yang Sampai sopirnyapun ngomel-ngomel pertigaan yang ada sebuah baliho tentang yang berbentuk laba-laba ternyata itu dekat ternyata sama dinginnya dengan Bajawa, ada kenapa tidak ke terminal saja untuk Kampung Waerebo, salah satu kampung dengan rumahnya, bahkan bapak yang yang mengatakan Ruteng lebih dingin ada menunggu bus, tapi yang namanya bus lebih tradisional yang ada di flores yang juga membawa ayam ini menawarkan saya untuk juga yang mengatakan Bajawa lebih dingin, butuh duit untuk setoran ya jadinya tidak sering jadi tujuan wisata, namun harus singgah dirumahnya kalau saya ingin melihat namun bagi saya tak ada bedanya, sama-seperti di Jawa dan Kalimantan yang selama berjalan kaki untuk mencapainya, itulah yang sawah yang unik pembagiannya tersebut, sama dingin. ini pengalaman saya bus hanya menunggu di membuat saya melewatkannya sebagai namun karena sudah memutuskan untuk Ternyata Ruteng berarti Pohon terminal saja tidak menjemput penumpang tujuan saya karena tidak puas kalau hanya langsung menuju Labuan Bajo akhirnya Beringin dalam bahasa setempat, ini saya yang harus menunggu di terminal atau di sehari di sana. kesempatan emas ini saya lewatkan. diberi tahu oleh Abang Pedi di Pulau pinggir jalan.
www.backpackerborneo.com 3837 www.backpackerborneo.com
Labuan BajoRoad To
Ketika bus berhenti langsung dikerubungi oleh ibu-ibu yang menjajakan barang
yang kebanyakannya buah-buahan.
Namun ketika memasuki kabupaten Manggarai Barat mulai terlihat sawah-
sawah yang sudah mengering, di suatu tempat saya lihat banyak orang yang berkumpul
dengan Jirigen, entah untuk air atau minyak saya kurang jelas. Jalanan berbukit-bukit
kembali dijalani begitu mendekati Labuan Bajo.
Ketika matahari mulai terbenam laut sudah terlihat di kejauhan, namun kami
belum sampai juga, saya sudah tidak sabar untuk sampai di Kota Labuan Bajo untuk
melihat-lihat dan melepaskan penas karena seharian duduk di dalam Bus.
Dan akhirnya ketika mulai gelap kita mulai memasuki kota, namun kita terlebih
dahulu mengantar penumpang ke rumahnya masing-masing, baru di sini saya melihat
bus yang seperti travel mengantar jemput penumpang ke tempatnya
masing-masing. Bule jerman teman seperjalanan dari Bajawa pun di antar
langsung ke hotelnya, sedangkan saya masih belum tau mau kemana, ketika saya
tanyakan kepada kenek apakah terminal dekat dengan pelabuhan ternyata mereka
nginap di pelabuhan, karena pelabuhan fery lah yang menjadi patokan saya untuk
mencari penginapan murah yang banyak di sekitar situ
39 www.backpackerborneo.com
Sesampainya di pelabuhan saya Trinity dalam Naked Traveler.
Karena sudah terlalu lelah untuk pun turun setelah membayar biaya
mencari sayapun akhirnya menginap di perjalanan dari Bajawa menuju Labuan sini dan memikirkan penginapan baru Bajo sebesar Rp. 100.000. Sesuai keesokan harinya.petunjuk dari Blog yang saya baca ada
Sayapun ingin menyegarkan diri penginapan murah yang bernama dengan mandi, namun ternyata airnya
Homestay 21, tempat warga pulau berasa payau sehingga bagaimanapun
komodo biasa menginap. saya mandi tetap saja masih terasa
Terus berjalan ke arah kanan lengket. Akhirnya sayapun bisa
pelabuhan saya tidak juga melihat merebahkan diri untuk sekedar
Homestay 21 yang dimaksud hingga meluruskan badan di atas kasur. Dan
sampai di ujung keramaian melewati segera memulai pertualangan di salah banyak hotel mewah dan dive centre satu kota pariwisata di Indonesia yang yang berjejer di pinggir jalan. Akhirnya mulai bekembang.ketika melihat ada yang menjual soto Karena belum ngantuk akhirnya
ayam sayapun memutuskan untuk makan saya memutuskan untuk jalan-jalan
terlebih dahulu kemudian bertanya barang sebentar. Malam di Labuan Bajo
tak seramai kota wisata lainnya seperti kepada yang jual dimana letak
Bali ataupun Jogja, di jalan ... yang hanya penginapan tersebut. satu arah tak tampak banyak kendaraan Ternyata saya memang yang lewat, walaupun masih baru sekitar melewatkannya, dan di sana memang pukul 8 malam, sayapun hanya berjalan rata-rata penginapan murah bertarif Rp. sebentar kemudian balik lagi dan duduk 30.000 per harinya. Dan malangnya 4 di atas trotoar disamping seorang bapak penginapan yang saya singgahi semuanya yang sedang asyik berbicara di telpon.penuh, begitu juga dengan homestay 21
Ternyata bapak ini juga baru yang ternyata masuk ke dalam gang datang dari arah timur, dia sedang sempit dan tidak ada papan namanya menjemput tamu di Labuan Bajo yang juga penuh. akan berkeliling di Flores. Sayapun kembali melanjutkan
Kalau tau mendingan ikut saya, berjalan ke arah pelabuhan Fery tadi dan lumayan ada teman buat ngobrol di jalan. sebelum mesjid ada lagi penginapan yang Katanya...yah bapak, coba kita kenal lebih bernama Hotel Bahagia dan untungnya dulu lumayan kan gratis ke Labuan masih ada kamar kosong, bahkan masih Bajo...heebanyak kamar kosong.
Pak Leo juga bercerita kalau Namun ternyata keadaannya sebenarnya Labuan Bajo masih belum tidak seperti namanya alias”tidak siap sebagai kota wisata, dari segi membahagiakan” ketika saya ditunjukan infrastruktur jalannya masih banyak yang kamar di lantai 2, dinding kamar bolong-rusak dan yang paling susah adalah air. bolong dan sangat seadanya, mungkin ini
yang dimaksud hotel Bahagia oleh Mbak
www.backpackerborneo.com 42
Penantian Indah di
Labuan Bajo
Di pasar saya sambil mencari tau tentang public
boat yang akan menuju Pulau Komodo, namun masih
belum bisa mendapatkannya. Mungkin masih kurang pagi
sehingga besok harinya saya berencana untuk kembali ke
pasar ini lebih pagi.
Setelah itu saya pun kembali menyusuri jalan
namun dengan arah sebaliknya, di sebelah kiri jalan
tampak hotel-hotel sedangkan di sebelah kanan banyak
berjejer dive centre yang siap mengantarkan wisatawan
yang ingin Diving, Snorkling, Trekking di Pulau Komodo
sampai Overland trip di Flores.
Saya pun mencari seseorang yang dimaksud pak
Leo tadi namun sayangnya dia sore hari baru ada di
tempat, di dive centre lain saya coba-coba tanya harga
ternyata paling murah sekitar Rp. 500.000 itupun Cuma
satu hari dan harus mencari teman untuk sharing cost
kecuali mampu untuk menyewa kapal sendiri, sedangkan
yang satu malam atau dua malam harganya lebih mahal
lagi lebih dari satu juta. Kayaknya Pulau Komodo semakin
jauh bagi backpacker kere seperti saya.
Sayapun melanjutkan perjalanan dan kayaknya
dari jalan yang di atas pemandangan yang bisa dilihat
lebih bagus, maka sayapun terus berjalan dan ketika
melihat ada orang yang keluar dari jalan kecil saya berpikir
Rata-rata air dirumah penduduk masih berasa jalan ke pelabuhan Fery, dari sini saya bisa melihat bahwa itu pasti jalan tembus, sayapun mencobanya dan
banyaknya kapal-kapal yang sedang berlabuh di teluk, di memang betul itu jalan ke atas namun melalui rumah-payau, begitu juga dengan air di penginapan, entah
ujung saya juga bisa memperhatikan kesibukan di rumah penduduk sehingga saya harus sering bertanya bagaimana dengan hotel-hotel mewah di sana karena dermaga pasar termpat para nelayan membawa hasil supaya tidak tersesat.belum pernah juga nginap di hotel yang harganya mahal tangkapannya. Setelah itu saya melanjutkan perjalanan ke tersebut. arah barat ternyata di bagian ujung jalan di depan pasar Pak Leo pun memilih menginap di penginapan ada seperti gazebo yang bisa dipakai untuk beristirahat
karena cuma pengen mandi sampai puas, kadang kalau sambil menikmati pemandangan laut biru dengan
cuma tidur di mobil beliau bawa air galon buat mandi, berbagai macam kapal yang ada.
mahal banget kan..Setelah itu sayapun menuju pasar ikan untuk
Tak terasa mata sudah mulai ngantuk, sebelum melihat-lihat kehidupan masyarakan sana, dan saya
berpisah beliau menyarankan untuk mencari seseorang di bertemu dengan dua orang yang sedang asik foto-foto
Pusat Informasi kali aja bisa bantu untuk ke Pulau Komodo dan ternyata mereka sudah beberapa hari di Labuan Bajo
yang harganya tak murah itu. Untungnya saya selalu dan belum ke Pulau komodo karena uangnya belum
membawa losion anti nyamuk sehingga bisa tidur dengan cukup, saya pun mengajak mereka bareng sambil mencari
bijak malam itu.tambahan orang biar biaya sewa kapal lebih murah,
Pagi harinya setelah sarapan dengan membeli nasi namun sayangnya mereka besok sudah harus
bungkus yang di jual seorang ibu yang lewat saya berjalan-meninggalkan Labuan Bajo karena tiket sudah terbeli.
www.backpackerborneo.com 4443 www.backpackerborneo.com
www.backpackerborneo.com 4645 www.backpackerborneo.com
Akhirnya saya sampai di jalan yang melihat tampang saya kere akhirnya saya dibangun untuk menikmati sunset, banyak papan agak jarang, sehingga kita bisa
diajak untuk ikut dengan dia namun harus warung-warung yang bermunculan yang melihat orang di sebelah kamar.berdebu, dan ikut beristirahat sebentar
menunggu 3 hari lagi. menjual gorengan dan makan seperti Di sekitar Pelabuhan memang banyak depan sorang bapak yang berasal dari Jawa, Alhamdulillah akhirnya saya bertemu gorengan sehingga masyarakan bisa penginapan murah dengan Tarif sekitar Rp. ternyata untuk menuju tempat yang bisa
satu lagi orang Flores yang baik hati menjadi bersantai menikmati matahari terbenam 25.000 sampai Rp. 50.000, ternyata ini memandang semuanya saya harus menuju dewa penolong saya. Tidak hanya itu, orang sambil menyeruput teh panas dan pisang adalah penginapan yang biasanya tempat yang bernama puncak Waringin, yang saya panggil kaka Pedi ini juga goreng. digunakan oleh para penduduk Flores yang
dari sini saya bisa melihat pemandangan mengajak saya bersantai sambil menunggu Padahal saya sudah berencana untuk sedang menunggu kapal, baik itu kapal Fery
keseluruhan pelabuhan Labuan Bajo dengan tamunya pulang. pindah dari penginapan tempat saya yang menyebrang ke Sape ataupun Kapal
latar belakan laut biru yang dihiasi oleh Kita bersantai di salah satu cafe di menginap, tapi karena kemaren tidak Pelni yang melayani pelayaran dari Sulawesi
kapal besar dan kecil yang tengan berlabuh, sana, saya juga ikut main bilyar namun sempat jadi satu malam lagi saya harus dan Jawa.
seandanya ada kursi pasti saya dikalahkan tidak “Bahagia”, pagi harinya setelah Dan biasanya mereka menginap di
langsung membe li sarapan di sini sampai kapal yang di tunggu datang,
pasa
r dika saya mencari penginapan lain, jadi jangan heran kalau kapal belum datang
lahkan 3 set, sesuai petunjuk dari Rizal bahwa di dekat jadi penginpan akan banyak yang penuh.menghabiskan waktu lebih banyak di sini, maklum lama tidak megang stik..:- Bank NTT ada juga penginapan murah yang Belum sempat saya mengambil sayangnya saya hanya berdiri di pinggir )#(Alasan) lumayan. ransel di penginapan yang lama ada sebuah
Setelah mengantar ke Bandara saya jalan. Masuk di Jalan Cumi-Cumi ternyata telepon yang masih, nomornya masih baru kita ke kantor Dinas kehutanan yang Saya lebih memilih pulang dengan ada sebuah hotel di pinggir lapangan bola dan menanyakan mau ngapain saya hari ini, mengurus Taman Nasional Komodo, di sini naik Angkot, tarifnya jauh dekat hanya Rp. yang bernama Hotel Pelangi, dilihat dari dan saya jawab belum tau dan dia langsung saya mendengar bahwa tak lama 2.000. Dan saya putuskan untuk turun di luar bangunannya memang bagus, terbuat mengajak saya jalan. Tak lama menunggu sebelumnya ada seorang Ranger yang digigit gazebo yang menghadap kelaut dan foto- dari beton dan ada ruang yang berAC, ternyata dia adalah Abang Icang, temannya oleh komodo, dan langsung di bawa ke Bali foto di sana, ada dua orang di salah satu namun ternyata ada juga kamar ekonomi kaka Pedi yang kemaren bertemu di Kantor karena rumah sakit yang mampu untuk gazebo dan ternyata salah satunya adalah yang berharga Rp. 30.000, saya pun tak Kehutanan, sayapun diajak keliling-keliling mengatasinya hanya ada di Bali, bikin ngeri seorang guide yang sedang menunggu pikkir panjang segera mengambilnya, kota Labuan Bajo, serta menuju Goa Batu mendegarya.untuk menjemput tamunya yang baru kamarnya lebih bersih dan ada dua kasur di Cermin, salah satu objek wisata yang bisa
Sore harinya saya menikmati sunset datang dari Pulau Komodo, ketika bertanya- dalam kamar, namun dindingnya yang dari dikunjungi di Labuan Bajo. di Gazebo tadi, rupanya tempat ini memang tanya tentang cara ke sana dan mungkin
Eh ternyata yang jaga juga namun di bagian tengah goa ada
sebuah ruangan yang cukup luas dan teman-temannya sehingga saya tidak
disinilah katanya orang-orang dulu dipungut karcis masuk. Dan menuju berkumpul. Jalan masuk dan keluar Goa Batu cermin dengan ditemani goa ini berbeda sehingga kita akan oleh seorang cewek yang menjadi melewati pemandangan yang guide saya, salah seorang bapak berbeda.
membisiki saya “Ntar beri aja uang Setelah selesai dan kembali ke
Rp. 10.000 buat tip dia”,oke deh...pos penjagaan saya langsung diantar
Untuk menuju Lokasi Goa kita oleh sepupu Bang Icank untuk
harus berjalan sekitar 200 meter di bertemu dengannya di Perempatan
jalan yang sudah dilapisi paving blok, karena dia ada yang urus
dan tampaknya goa ini baru dibenahi sebelumnya.
oleh pemerintah walaupun tampak Karena dia tidak bisa menemani
ada bangunan yang sudah rusak dan akhirnya saya dipinjamkan motor
penuh coretan. untuk berkeliling, dan untungnya jalan
Silvy pun bercerita dengan di Labuan Bajo tidak begitu
lancar tentang sejarah goa ini, membingungkan dan hanya ada
katanya goa ini sempat dijadikan beberapa lampu merah. Sehingga
tempat persembunyian oleh penduduk cukup aman bagi saya berkendara
setempat ketika jaman penjajahan.sendiri tanpa peta.
Seperti goa pada umumnya Siangnya saya menuju Pantai
banyak stalagtit dan stalagmit yang Pede, bertanya menjadi panduan saya
menghiasi langit-langit dan dinding untuk menuju pantai ini. dan saya
goa ini.Yang menjadi keunikan goa ini diberi petunjuk bahwa tinggal lurus
adalah kita bisa menemukan fosil-fosil menuju arah ke Hotel Jayakarta dan
hewan yang biasa di bawah laut Pantai Pede tepat ada di samping
seperti ikan dan kura-kura, hal ini kanan sebelum hotel ini.
menandakan bahwa goa ini dulunya Sudah banyak fasilitas yang
pernah berada di bawah laut. dibangun di Pantai ini seperti tempat
Selain itu goa ini dinamakan untuk duduk-duduk, bahkan ada juga
Goa Batu Cermin bukan karena kita Perahu air berbentuk bebek namun
bisa bercermin dengan batunya, terlihat dirantai dan kayaknya lama
namun karena pada musin hujan air tidak digunakan.
yang menggenangi lantai goa Hanya ada beberapa orang di
terpantul oleh cahaya matahari ke pantai ini, serasa milik sendiri, namun
dinding goa dan tampak berkilauan pantainya yang berpasir putih hanya
seperti cermin, makanya disebut Goa sedikit mungkin karena pasang atau
Batu Cermin.memang begitu adanya yang pastinya
Untuk masuk ke dalam goa cukup banyak sampah yang terlihat di
kadang kita harus menunduk karena tepi pantainya, mungkin terbawa dari
ada yang stalaktitnya sangat rendah, laut.
www.backpackerborneo.com 48
Karena bosan hanya duduk- Ternyata orang tua ini bernama
Pak Lewu, dia tinggal di sebuah duduk sayapun melanjutkan ke
pondok di ujung pantai yang perjalanan mengikuti jalan, ternyata di berdindingkan kardus dan atapnya pinggir jalan banyak terlihat pub dan seng bekas, dia melaut masih memakai bar yang kecil-kecil, dan jalan yang perahu tenaga angin, hanya anak-beraspal mulus ini ternyata berakhir di anaknya yang telah menggunakan
Hotel Jayakarta, Salah satu Hotel perahu bermesin.
berbintang yang ada di Labuan Bajo Matahari semakin tenggelam dan
dan memiliki banyak jaringan di berubah perlahan-lahan dari bundar
berbagai kota.hingga habis sama sekali, yang
Matahari semakin turun, sayapun tertinggal hanya cahayanya yang
kembali ke Pantai Pede untuk keemasan. Itu berarti mengakhiri
menikmati sunset. pertualangan saya hari ini di Labuan
Hanya ada dua orang cewek dari Bajo dan besok harinya adalah waktu
Polandia setengah bugil yang lagi yang saya tunggu-tunggu, yaitu
berjemur, sisanya hanya tampak waktunya untuk mengekplore Taman
nelayan di ujung pantai yang membuat Nasional Komodo.
saya penasaran untuk mendekat.