BAB_I.pdf

6
 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi  Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah menyatakan tuberkulosis sebagai Global  Emergency. (Yunus, 2006 ) Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta  pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB di seluruh dunia.  (Rani, 2004) Laporan WHO tahun 200 4 menyatakan adanya 8.8 ju ta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002 dengan 3.9 juta kasus diantaranya adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Menurut data regional WHO,  jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia. Namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk.  (Yunus, 2006) WHO 1990 menyatakan bahwa 1760 juta orang (1/3 penduduk dunia) yang terinfeksi TB berdasarkan uji tuberkulin positif dan setiap tahun terdapat 8 juta orang dengan kasus baru (4 juta dengan BTA (+) dan 4 juta dengan BTA (-) ). (Bahar, 2008) Pada Global Report WHO 2010, didapat data TB Indonesia, total seluruh kasus TB tahun 2009  1

Transcript of BAB_I.pdf

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium

    tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab

    tuberkulosis. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat

    yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health

    Organization (WHO) telah menyatakan tuberkulosis sebagai Global

    Emergency.(Yunus, 2006) Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta

    pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB di seluruh dunia. (Rani,

    2004) Laporan WHO tahun 2004 menyatakan adanya 8.8 juta kasus baru

    tuberkulosis pada tahun 2002 dengan 3.9 juta kasus diantaranya adalah

    kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Menurut data regional WHO,

    jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh

    kasus TB di dunia. Namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182

    kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia

    tenggara yaitu 350 per 100.000 penduduk. (Yunus, 2006)

    WHO 1990 menyatakan bahwa 1760 juta orang (1/3 penduduk

    dunia) yang terinfeksi TB berdasarkan uji tuberkulin positif dan setiap

    tahun terdapat 8 juta orang dengan kasus baru (4 juta dengan BTA (+) dan

    4 juta dengan BTA (-) ). (Bahar, 2008) Pada Global Report WHO 2010,

    didapat data TB Indonesia, total seluruh kasus TB tahun 2009

    1

  • 2

    sebanyak 294.731 kasus, dimana 169.213 adalah kasus TB baru BTA

    positif, 108.616 adalah kasus TB BTA negatif, 11.215 adalah kasus TB

    Ekstra Paru, 3.709 adalah kasus TB Kambuh, dan 1.978 adalah kasus

    pengobatan ulang diluar kasus kambuh (retreatment, excl relaps).

    (PPTI, 2010)

    Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 2-3 juta setiap

    tahun, dengan jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia

    Tenggara sebanyak 625.000 orang atau angka mortalitas sebesar 39 orang

    per 100.000 penduduk. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian

    akibat TB di dunia terjadi pada negara-negara berkembang. (Priyanti,

    2008) Prevalensi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang cukup tinggi

    mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul. Menurut WHO,

    infeksi HIV terbukti merupakan faktor yang mempermudah terjadinya

    proses sakit pada orang yang telah terinfeksi TB, meningkatkan risiko TB

    latent menjadi TB aktif dan kekambuhan, menyulitkan diagnosis dan

    memperburuk stigma. Di negara berkembang dengan prevalensi TB masih

    tinggi, TB diketahui sebagai infeksi oportunistik yang sering ditemukan

    pada pasien dengan sero-positif HIV. Pasien dengan uji tuberkulin (+)

    dengan HIV (-) risiko terkena penyakit TB kira-kira 10%, sedangkan

    pasien dengan HIV (+) meningkat menjadi 60%. (Soepandi, 2007)

    Penderita TB dengan HIV (+) di Indonesia pada tahun 2009 mengalami

    kenaikan lima kali dari tahun 2008 yaitu dari 100 orang per 100.000

    populasi menjadi 500 orang per 100.000 populasi. Kenaikan penderita TB

  • 3

    dengan HIV (+) tersebut juga mengakibatkan kenaikan jumlah penderita

    TB pada tahun 2009. (WHO,2011) Indonesia menempati urutan ke-5 di

    dunia untuk jumlah kasus TB. (PPTI, 2010) Setiap tahun terdapat 250.000

    kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia

    tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan

    merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan

    penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. (Yunus, 2006)

    Mycobacterium tuberculosis disebarkan melalui droplet

    pernafasan, transmisi muncul akibat kontak erat dengan individu yang

    terinfeksi. Kontak dengan pasien yang telah terbukti memiliki

    Mycobacterium tuberculosis dalam sputumnya memiliki risiko 25% untuk

    menjadi terinfeksi. Penyakit muncul pada 5 15% dari mereka yang

    terinfeksi dan risiko ini meningkat pada HIV. (Patrick, 2008)

    Sebuah penelitian perspektif berbasis populasi tentang gejala TB

    yang prospektif mengidentifikasi 526 kasus TB yang dilaporkan di Los

    Angeles selama jangka waktu 6 bulan yang melaporkan dari 313 orang

    yang menyelesaikan kuesioner, 72,7% mengalami batuk, 48,2% untuk > 2

    minggu, dan 52,3% mengalami demam, 29,4% untuk > 2 minggu. Di

    antara mereka dengan penyakit paru, hanya 52,4% telah batuk selama > 2

    minggu. Dalam model multivariat, orang dengan gejala yang signifikan

    khas penyakit tuberkulosis (didefinisikan sebagai batuk atau demam

    selama > 2 minggu, penurunan berat badan, atau hemoptysis atau batuk

    darah) adalah yang berhubungan dengan kurangnya asuransi kesehatan, tes

  • 4

    tuberkulin kulit yang negatif, diagnosis selama proses selain penyaringan ,

    ras dan non-Asia. Secara ringkas, gejala klasik dari batuk berkepanjangan

    dan demam tidak sensitif untuk TB. Data dari penelitian tersebut

    menunjukkan bahwa orang Asia mungkin perlu ditambahkan ke daftar

    orang-orang dengan TB atipikal. (Miller, 2000)

    Tuberkulosis dapat menyebabkan hemoptoe baik pada penyakit

    aktif (lesi cavitary, pecahnya aneurisma arteri paru-paru) atau sebagai

    sequelae terlambat (pecahnya aneurisma atau sekunder untuk

    bronkiektasis). Pecahnya Rassmussens aneurisma bisa terjadi pada

    penyakit TB paru aktif atau pada TB paru sekunder. Hal ini terjadi terdapat

    bagian ektatik dari arteri paru yang melintasi rongga berdinding tebal

    pecah.(Anonim)

    Penyebab terbanyak batuk darah masif adalah tuberkulosis paru.

    Perdarahan dapat timbul karena pecahnya suatu aneurisma pada dinding

    kavitas yang disebut Rassmussens aneurisma. Penyebab lain terjadinya

    perdarahan ialah ulserasi pada dinding kavitas yang baru terbentuk dimana

    penuh dengan jaringan granulasi yang kaya dengan pembuluh darah dan

    juga dapat disebabkan ulserasi pada mukosa bronkhus. Batuk darah masif

    dapat merenggut nyawa penderita oleh karena asfiksia, kehilangan banyak

    darah dalam waktu singkat dan penyebaran penyakit ke bagian-bagian

    paru yang sehat. (Amirullah, 2004)

  • 5

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang seperti diuraikan di atas, diajukan

    perumusan masalah sebagai berikut Berapa angka kejadian penderita TB

    paru dengan hemoptoe dari pemeriksaan foto thorax di Balai Besar

    Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta.

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka kejadian

    penderita TB paru dengan hemoptoe dari pemeriksaan foto thorax di Balai

    Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat bagi klinisi

    a. Memberikan informasi kegunaan pemeriksaan foto thorax dalam

    mendeteksi TB paru.

    b. Memberikan informasi seberapa banyak pasien TB paru yang

    mengalami hemoptoe.

    2. Manfaat bagi pasien

    Pasien diharapkan dapat segera memeriksakan diri kepada dokter

    apabila mengalami hemoptoe untuk mencegah penularan serta

    memburuknya keadaan apabila ternyata diketahui penyebab dari

    hemoptoe tersebut adalah TB paru.

  • 6

    3. Manfaat bagi masyarakat

    Diharapkan dengan pemeriksaan foto thorax dapat dilakukan

    deteksi dini adanya penyakit TB paru sehingga dapat menghindari

    terjadinya penularan dan manifestasi lanjut pada penderita.