BAB_I

16
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SELF-MANAGEMENT PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUMAH SAKIT XXX SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana keperawatan Pada Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran SISCA DAMAYANTI NPM 220110100064

description

yuyuu

Transcript of BAB_I

Page 1: BAB_I

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU

SELF-MANAGEMENT PADA PASIEN DIABETES MELITUS

DI RUMAH SAKIT XXX

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana keperawatan

Pada Fakultas Keperawatan

Universitas Padjadjaran

SISCA DAMAYANTI

NPM 220110100064

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

JATINANGOR

2013

Page 2: BAB_I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyebab utama

kematian di dunia. Angka kematian yang disebabkan oleh PTM semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dikarenakan adanya

perubahan pola hidup, kemajuan tekhnologi dan peningkatan

kesejahteraan yang berdampak secara langsung pada kesehatan

masyarakat. Diabetes melitus merupakan salah satu contoh PTM yang

sering dialami masyarakat selain penyakit jantung dan pembuluh darah,

stroke dan kanker (Hasbi, 2012).

Berdasarkan data WHO (World Health Organization)

menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia, dua per

tiganya atau 70% nya disebabkan oleh PTM. Angka ini diperkirakan akan

terus meningkat dan peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara

berkembang. Adapun Proporsi penyebab kematian pada orang-orang yang

berusia kurang dari 70 tahun yaitu penyakit kardiovaskular yang menjadi

penyebab terbesar (39%), kanker (27%), penyakit pernafasan kronis,

pencernaan konis dan PTM lainnya (30% dari jumlah kematian) dan

diabetes sebanyak 4% menyumbangkan angka kematian dari PTM

(Kementrian kesehatan RI, 2012).

Page 3: BAB_I

Diabetes melitus (DM) yang merupakan salah satu bentuk PTM

adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa

di dalam darah (hiperglikemia) akibat adanya kerusakan sekresi insulin,

kerja insulin atau keduanya (American Diabetes Association (ADA),

2008). Menurut data dari (International Diabetes Federation (IDF) 2012)

menyebutkan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia menderita penyakit

diabetes. Berdasarkan data tersebut 8,3% dari populasi di dunia telah

mengidap penyakit diabetes melitus (International working group on the

diabetic foot (IWGDF), 2012). WHO memperkirakan pada tahun 2030

jumlah penderita DM akan semakin meningkat hingga mencapai 438 juta

orang.

Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-7 penderita diabetes

terbanyak di dunia dengan jumlah penderita mencapai 7,6 juta orang pada

rentang usia sekitar 20-79 tahun (IDF Atlas, 2012). Angka ini diperkirakan

akan terus meningkat mencapai 21.257.000 penderita diabetes di Indonesia

pada tahun 2030. Selain itu diabetes melitus menduduki peringkat ke enam

penyebab kematian terbesar di Indonesia (The centers for disease control

and prevention (CDC), 2012. Di provinsi Jawa Barat sendiri menurut data

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam jurnal Perilaku Self-

Management Pasien Diabetes Melitus tahun 2007 prevalensi penderita

diabetes melitus sebanyak 1,3% dari jumlah prevalensi nasional 1,1%.

Angka ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan secara signnifikan

penderita DM di Jawa Barat. Hasil studi pendahuluan di RS..

Page 4: BAB_I

Penderita diabetes memiliki resiko tinggi mengidap penyakit

serius. Hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan glukosa di dalam

darah pasien. Adanya peningkatan gula darah yang berlangsung lama

dapat menyebabkan beberapa Komplikasi yang terbagi menjadi dua yaitu

komplikasi mikrovaskuler dan komplikasi makrovaskuler. Komplikasi

mikrovaskuler merupakan komplikasi yang menyerang pembuluh darah

kecil yang dapat menyebabkan retinopati, nefropati, dan neuropati (WHO,

2013). Menurut data dari Diabetic foot Ulcer DM merupakan penyebab

utama kasus kebutaan pada individu yang berusia 20-79 tahun. Terjadinya

retinopati pada penderita DM dikarenakan adanya kerusakan pembuluh

darah kecil pada retina yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan

penglihatan. Selain itu, Pada tahun 2008 DM menyebabkan 44% kasus

baru gagal ginjal dan sekitar 20-40% pasien DM sering berakhir dengan

tindakan hemodialisa dengan biaya perawatan yang tidak sedikit.

Sedangkan neuropati merupakan komplikasi terbanyak yang dialami oleh

penderita DM, sekitar 60-70% penderita DM mengalami gejala berupa

panas, nyeri, atau kesemutan yang merupakan tanda-tanda dari neuropati

(Cahyono, 2008).

Selain komplikasi mikrovaskuler, penderita DM juga akan

mengalami komplikasi makrovaskular seperti serangan jantung dan stroke

(WHO, 2013). Individu yang menderita DM akan beresiko 2 sampai 4 kali

beresiko terkena serangan jantung dan stroke (Diabetic Foot Ulcer, 2010).

Timbulkan angka kematian stroke dan jantung yang diakibatkan DM.

Page 5: BAB_I

Selain itu, penderita DM juga beresiko tinggi untuk terkena ulkus

diabetikum. Ulkus diabetikum merupakan suatu keadaan dimana luka

sukar sembuh. Ulkus diabetikum erat kaitannya dengan adanya gangguan

aliran darah dan terjadi gangguan fungsi saraf pada ekstremitas bagian

bawah. Setiap tahunnya terdapat kurang lebih 4 juta orang penderita

diabetes yang memiliki ulkus kaki diabetikum (IWGDF, 2012). Di

Amerika, Amputasi pada ekstremitas bagian bawah 10 kali lebih sering

terjadi pada penderita diabetes melitus dibandingkan non-diabetes (WHO,

2010). Sekitar 85% Amputasi yang terjadi pada penderita dibetes melitus

diawali dengan ulkus diabetikum sebelumnya (Diabetic Foot Ulcer, 2010).

Masalah komplikasi DM merupakan dampak masalah fisik yang

dialami oleh penderita DM tipe 2. Tidak hanya permasalahan fisik tapi

komplikasi DM juga dapat memengaruhi psikologis, sosial maupun

ekonomi. Dampak psikologis berupa stres ataupun cemas terhadap

penyakit DM tidak hanya dirasakan oleh penderita DM tetapi keluarga pun

juga ikut merasakan dampak psikologis ini. Selain itu, pasien DM juga

akan merasakan adanya gangguan interaksi sosial dan hubungan

interpersonal yang diakibatkan rasa putus asa yang dirasakan oleh pasien

DM. Penderita DM yang telah mengalami komplikasi DM seperti

nefropati dan ulkus diabetikum akan membutuhkan perawatan yang lama

sehingga akan memerlukan biaya yang besar dalam perawatannya. (Price

& Wilson dalam Kusniawati, 2011).

Page 6: BAB_I

Akibat banyaknya dampak yang dialami oleh penderita DM maka

pasien DM perlu melakukan pengelolaan terhadap penyakitnya untuk

mencegah terjadinya komplikasi. Salah satu pengelolaan yang utama

khususnya pada pasien DM tipe 2 yaitu perubahan pola hidup seperti pola

makan dan aktivitas fisik yang teratur (Arifin dalam Dwi, 2012).

Kemampuan individu dalam melakukan pengelolaan terhadap penyakit

yang bersifat kronis untuk mengurangi efek buruk yang ditimbulkannya

dikenal dengan Self-management.

Self-management dapat digambarkan sebagai kemampuan klien/

penderita DM mengetahui kondisi kesehatannya, melakukan keputusan

untuk memilih pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klien,

melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatan, dan mengurangi

dampak penyakit terhadap fisik, emosi dan hubungan interpersonal dengan

memonitor tanda dan gejala penyakit (Diabetes self-management

Guidelines for providing services to people newly diagnosed with Type 2

diabetes, 2007). Adapun yang yang termasuk dalam perilaku self-

management yang harus diterapkan oleh penderita DM dalam mengontrol

penyakitnya yaitu pola makan yang sehat, meningkatkan kegiatan jasmani,

menggunakan obat DM, melakukan pemantauan kadar gula darah serta

melakukan perawatan kaki secara berkala (PERKENI dalam dwi, 2012).

Perilaku self-management sangat diperlukan bagi penderita DM

untuk dapat meminimalisir komplikasi yang diakibatkannya. Hasil

Penelitian yang dilakukan Norris et al (2001) menunjukkan bahwa

Page 7: BAB_I

penderita DM tipe 2 yang melakukan self-management menunjukkan hasil

yang positif terhadap kadar glukosa darah. Dengan terkendalinya kadar

glukosa darah maka hal ini dapat mengurangi efek buruk akibat tingginya

kadar glukosa darah.

Pada jurnal Determinan ketidakpatuhan diet penderita diabetes

melitus tipe 2 (2011) menyebutkan bahwa salah satu yang menjadi

penyebab penderita DM tidak patuh dalam melakukan perilaku self-

management (pengaturan pola makan) yaitu kurangnya dukungan keluarga

dalam memberikan motivasi kepada penderita DM. Keluarga merupakan

sumber eksternal yang paling dekat dengan penderita yang dapat

memberikan bantuan salah satunya adalah memotivasi penderita dalam

melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan derajat kesehatan.

Penelitian yang dilakukan Goz et al dalam Yusra (2010) menyebutkan

bahwa penderita DM memerlukan tindakan pengontrolan kadar glukosa

darah untuk meminimalisir komplikasi dengan menerapkan perilaku self-

management. Hal tersebut akan lebih mudah dicapai jika adanya dukungan

yang positif dari keluarga. Hasil wawancara dari (studi pendahuluan)

Selain itu, Penelitian yang dilakukan Feuer stein et al (1998) dalam

senuk (2013) juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang

memengaruhi kepatuhan pasien dalam melakukan perilaku self-

management salah satunya adalah dukungan keluarga. Tapi hal ini

berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan azhari et al,

tahun. Hasil penelitian yang dilakukan pada 100 pasien diabetes melitus

Page 8: BAB_I

tipe 2 tidak ditemukan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan

manajemen diabetes. Akibat adanya hasil yang berbeda mengenai

dukungan keluarga terhadap self-management pada pasien diabetes

melitus maka peneliti berkeinginan untuk meneliti lagi keterkaitan antara

dukungan keluarga dengan perilaku self-management pada pasien diabetes

melitus. Mengingat kedua hal tersebut sangat penting bagi penderita

diabetes melitus untuk dapat mengontrol kadar glukosa darah dan efek

buruk yang ditimbulkannya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalah yaitu “Adakah hubungan antara dukungan

keluarga dengan perilaku self-management pada penderita Diabetes

melitus di RS. XXX

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui adakah hubungan antara dukungan keluarga dengan

perilaku self-management pada penderita Diabetes melitus di RS.XXX

1.3.2 Tujuan khusus

Page 9: BAB_I

1. Untuk mengetahui tingkat dukungan keluarga pada penderita

diabetes mellitus

2. Untuk mengetahui tingkat perilaku self-management pada

penderita diabetes melitus

3. Untuk mengetahui besarnya hubungan antara dukungan keluarga

dengan perilaku self-management pada penderita diabetes melitus.

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan khususnya

mengenai dukungan keluarga dan perilaku self-management pada

penderita diabetes melitus

2. Menjadi dasar dan rujukan penelitian selanjutnya tentang

hubungan dukungan keluarga dengan perilaku self-management

pada penderita diabetes melitus.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Untuk Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perawat

untuk meningkatkan perannya sebagai health educator tidak hanya

Page 10: BAB_I

bagi penderita DM tapi juga keluarga pasien dengan meningkatkan

dukungan keluarga kepada penderita DM sehingga dapat bekerja

sama dengan klien untuk menerapkan perilaku self-management

dan mencegah terjadinya komplikasi DM.

2. Untuk keluarga dan klien

Penelitian ini dapat menjadi informasi bagi keluarga dan klien

untuk ikut berperan dalam melakukan pengelolaan diabetes melitus

yang dilakukan melalui dukungan keluarga berupa motivasi kepada

penderita diabetes melitus untuk melakukan perilaku self-

management sehingga dapat meminimalisir komplikasi DM.

3. Untuk Rumah sakit

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi RS.

XXX khususnya mengenai keterlibatan keluarga dalam

penanganan pasien diabetes melitus harus diperhatikan.

1.5 Kerangka Pemikiran

1.6 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan diadakan di RS. XXX Kab. …. Jawa Barat di Ruangan