Bab
description
Transcript of Bab
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Retina cenderung terkena banyak penyakit, baik yang diturunkan maupun yang
didapat. Beberapa sering terjadi, dengan pengaruh sosio-ekonomi yang bermakna
(misalnya degenerasi makula terkait usia). Oklusi arteri retina sentral adalah adanya
sumbatan pada pembuluh darah retina sentral. Tempat tersumbatnya arteri retina
sentralis biasanya di lamina kribrosa. Retina akan menjadi opaque dan edema,
khususnya dibagian kutub posterior dimana serabut saraf dan sel-sel ganglion
menjadi tebal. Oklusi arteri retina sentral biasanya terjadi pada usia tua atau usia
pertengahan.1
Hilangnya penglihatan yang tiba-tiba tanpa nyeri pada salah satu mata
merupakan karakteristik dari central retinal ertery occlusion (CRAO). Stroke mata
umumnya disebabkan oleh emboli dari arteri retina, meskipun emboli dapat
melakukan perjalanan ke cabang distal dari arteri retina, menyebabkan hilangnya
hanya bagian dari bidang visual. Oklusi arteri retina merupakan darurat oftalmologi,
dan keterlambatan dalam pengobatan dapat mengakibatkan kerugian permanen pada
penglihatan.
Intervensi segera akan meningkatkan kemungkinan pemulihan visual, akan
tetapi, prognosis buruk, dengan hanya 21-35% dari mata mempertahankan visusnya.
Meskipun pemulihan visus menjadi perhatian segera, oklusi arteri retina adalah
penyakit kardiovaskular pertanda penyakit sistemik lain yang harus dievaluasi segera.
CRAO berhubungan dengan merokok dan, dengan peningkatan insiden stroke pada
pasien yang menderita CRAO. Usia rata-rata presentasi dari oklusi arteri retina adalah
awal dekade ketujuh kehidupan, meskipun beberapa kasus telah dilaporkan pada
1 Oklusi Arteri Retina Sentral
pasien yang lebih muda dari 30 tahun. Sebuah riwayat hipertensi atau diabetes
mellitus yang menimbulkan 67% dan 25% pasien dengan CRAO, masing-
masingnya.2
Penyakit ini merupakan salah satu penyebab kebutaan pada orang tua.
Sebagian besar pasien yang berusia > 60 tahun . Pasien yang lebih muda biasanya
memiliki penyakit jantung katup .3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Menambah pengetahuan mengenai ilmu kedoteran tentang penyakit pada
mata, khususnya mengenai oklusi arteri retina sentral.
2. Mampu mendiagnosa dan melakukan penatalaksanaan pada pasien oklusi
arteri retina sentral.
3. Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti
kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan tentang Oklusi Arteri
Retina Sentral (Central Retinal Artery Occlusion).
2 Oklusi Arteri Retina Sentral
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Anatomi Makro Mata
Gambar 2.1 Anatomi makro mata
Mata terletak di dalam tulang orbita. Orbita memilkki bentuk seperti piramida
bersisi empat. Pada apeks posterior terletak kanal optik yang merupakan tempat
lewatnya saraf optik ke otak. Fissura orbita superior dan inferior merupakan tempat
lewatnya pembuluh darah dan saraf cranialis yang memberikan persarafan pada
struktur orbita. Pada dinding anterior media terdapat fossa untuk sakus lakrimalis.
Kelenjar lakrimal terletak di anterior pada aspek superolateral orbita. Mata terdiri
dari:
Suatu lapisan keras luar yang transparan di anterior (kornea) dan opak di
posterior (skelera). Sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot-otot
3 Oklusi Arteri Retina Sentral
ekstraokular melekat pada sklera sementara saraf optik meninggalkan sklera
di posterior melalui lempeng kribiformis.
Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segmen posterior mata
dan memberi nutrisi pada permukaan retina.
Korpus siliaris terletak di anterior. Epitel siliaris mensekresi akuos humor dan
mempertahankan tekanan okular. Korpus siliaris merupakan tempat
perlekatan iris.
Lensa, terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus
(zonula) yang terbentang di antara lensa dan korpus siliare.
Sudut yang dibentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisi oleh
suatu jaringan sel dan kolagen (jalinan trabekula). Pada sklera di luar jalinan
ini, kanal schlemm mengalirkan akeuous humor dari bilik anterior ke dalam
sistem vena, sehingga terjadi drainase aquos. Daerah ini dinamakan sudut
drainase.
Antara kornea di anterior dan lensa serta iris posterior terdapat bilik
mata anterior. Di antara iris, lensa dan korpus siliar terdapat bilik mata
posterior (yang berbeda dari korpus vitreous). Kedua bilik ini terisi oleh
akeuous humor. Di antara lensa dan retina terletak korpus vitreous.
Di anterior, konjungtiva akan berlanjut dari sklera ke bagian bawah kelopak
mata atas dan bawah. Satu lapis jaringan ikat (kapsul tenon) memisahkan
konjungtiva dari sklera dan memanjang ke belakang sebagai satu penutup di
sekitar otot-otot rektus.4
2.2 Anatomi Retina Dan Vaskularisasi Retina
Retina adalah lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan
yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina
membentang ke anterior hampir sejauh corpus siliare dan berakhir pada orra serrata
dengan tepi yang tidak rata.
4 Oklusi Arteri Retina Sentral
Pada orang dewasa, ora serrata berada skitar 6,5 mm di belakang garis schwalbe
pada sisi temporal dan 5,7 mm pada sisi nasal.5
Retina bertanggung jawab untuk mengubah cahaya menjadi sinyal listrik.
Integrasi awal dari sinyal-sinyal ini juga dilakukan oleh retina. Sel kerucut
bertanggung jawab untuk penglihatan di siang hari. Subgrup dari sel kerucut
responsif terhadap panjang gelombang pendek, menengah dan panjang (biru, hijau,
merah). Sel-sel ini terkonsentrasi di fovea yang bertanggung jawab untuk penglihatan
detail seperti membaca huruf kecil. Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam.
Sel batang menyusun sebagian besar fotoreseptor di retina bagian lainnya.4
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luarnya terdiri
atas lapisan:
1. sel pigmen epitel retina
2. lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang dan sel
kerucut.
3. Membran limitan externa, yang merupakan membran ilusi.
4. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
5. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6. Lapis nukleus dalam, merupakan sel tubuh bipolar, sel horizontal dan sel
muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
7. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular tempat sinaps sel bipolar, sl
amakrin dengan sl ganglion.
8. Lapis sel ganglion, merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
9. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik. Didalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian pembuluh darah retina.
5 Oklusi Arteri Retina Sentral
10. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca.6
Gambar 2.2 Lapisaan-lapisan retina
Pembuluh darah okuli berasal dari a. oftalmika yang merupakan
cabang dari arteri karotis interna. Kemudian arteri oftalmia terbagi dalam
beberapa cabang yaitu a. retina sentralis, a. siliaris posterior dan beberapa a.
siliaris anterior. Arteri retina sentral masuk ke saraf optik sekitar 10 mm dari
belakang bola mata, sebagian besar a. retina sentralis mempunyai beberapa
cabang intraneural. Arteri ini berjalan sejajar dengan vena retina sentralis
dalam bagian tengah saraf optik dan tampak pada papil saraf optik berupa
cabang pembuluh darah mayor yang masing-masing mensuplai satu kuadran
retina.7
Arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang akan
memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan
batang mendapat nutrisi dari koroid.6
6 Oklusi Arteri Retina Sentral
Arteri centralis retina menembus nervus opticus dan melintas
didalamnya untuk meninggalkannya di discuss nervi optici. Cabang arteri
centralis retina meluas pada permukaan dalam retina. Cabang-cabang
terminalnya adalah arteri-arteri akhir yang merupakan satu-satunya pemasok
darah pada retina. Penyaluran balik darah dari orbita terjadi melalui vena
ophthalmica superior dan inferior yang melintas lewat fissura orbitalis
superior dan langsung memasukki sinus cavernosus. Vena sentralis retina
biasanya bermuara langsung dalam sinus cavernosus, tetapi kadang-kadang
bersatu dengan salah satu vena optalmika.8
Gambar 2.3 Vaskularisasi retina
2.3 Fisiologi Retina
Retina adalah jaringan mata yang kompleks. Mata berfungsi sebagai alat optik,
suatu reseptor yang kompleks dan suatu transduser yang efektif. Sel-sel batang dan
kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls
saraf yang di hantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks penglihatan oksipital.
Fotoreseptor tersusun sedemikian rupa sehingga kerapatan sel kerucut
meningkat di pusat makula (fovea), semakin berkurang ke perifer dan kerapatan sel
batang lebih tinggi di perifer. Di foveola, terdapat hubungan hampir 1:1 antara
7 Oklusi Arteri Retina Sentral
fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan serat-serat saraf yang keluar, sedangkan di
retina perifer, sejumlah fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama. Fovea
berperan pada resolusi spasial (ketajaman penglihatan) dan penglihatan warna yang
baik, keduanya memerlukan pencahayaan ruangan yang terang (penglihatan fotopik)
dan paling baik di foveola, sementara retina sisanya terutama di gunakan untuk
penglihatan gerak, kontras, dan penglihatan malam (skotopik). Fotoreseptor kerucut
dan batang terletak di lapisan terluar retina sensorik yang avaskular dan merupakan
tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mengawali proses penglihatan. Setiap sel
fotoreseptor mengandung rhodopsin, suatu pigmen penglihatan yang fotosensitif dan
terbenam dalam diskus bermembran ganda pada fotoreseptor segmen luar. Pigmen ini
tersusun atas dua komponen yaitu sebuah protin opsin dan kromofor. Penglihatan
skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor batang.
Fotoreseptor dipelihara oleh epitel pigmen retina, yang berperan penting
dalam proses penglihatan. Epitel ini bertanggung jawab untuk fagositosis segmen luar
fotoreseptor, transportasi vitamin, mengurangi hamburan sinar, serta membentuk
sawar selektif antara koroid dan retina. Membran basalis sel-sel epitel pigemn retina
membentuk lapisan dalam membran bruch, yang juga tersusun atas matriks
ekstraseluler khusus dan membran basalis koriokapilaris sebagai lapisan luarnya.sel-
sl epitel pigmen retina mempunyai kemampuan terbatas dalam melakukan
regenerasi.5
2.4 Definisi Oklusi Arteri Retina Sentral
Oklusi arteri retina adalah penyumbatan di salah satu pembuluh darah kecil yang
membawa darah ke retina. Retina adalah lapisan jaringan di bagian belakang mata
yang mampu merasakan cahaya.9
8 Oklusi Arteri Retina Sentral
2.5 Etiologi Oklusi Arteri Retina Sentral1,2
Penyebab Central Retinal Artery Occlusion(crao) bervariasi, tergantung pada usia
pasien. Penyebab oklusi arteri retina sentral meliputi:
1. Emboli, merupakan penyebab yang paling umum.2. Trombosis akibat aterosklerosis3. Radang arteri
4. Spasme pmbuluh darah
5. Peningkatan tekanan intraokular (TIO)
6. Trombofilia
7. Trauma
2.6 Patofisiologi Oklusi Arteri Retina Sentral
Penyumbatan a. retinal sntral dapat disebabkan oleh radang arteri, trombus dan
embolus pada arteri, spasme pembuluh darah, akibat terlambatnya pengaliran darah,
giant cell artritis, kelainan hiperkoagulasi, dan trauma. Tempat tersumbatnya arteri
retina sentral biasanya di daerah lamina kribrosa. Emboli yang menyebabkan oklusi
dapat berasal dari perkapuran yang berasal dari emboli jantung, carotid plaque, atau
emboli endokarditis. Jika arteri retina sentralis tersumbat, terjadi kehilangan
penglihatan total di mata walaupun fovea tidak terkena. Seluruh retina (kecuali fovea)
menjadi pucat, keruh dan opak. Sedangkan fovea sentralis masih terlihat kemerahan
(ini disebabkan oleh terlihatnya warna dari koroid). Ini adalah dasar dari cherry red
spot yang terlihat pada pemeriksaan retina dengan funduskopi.2,3
2.7 Gambaran Klinis Oklusi Arteri Retina Sentral1,2,3
kebutaan mendadak di salah satu mata
Terjadi Mendadak
Kabur menyeluruh pada salah satu mata
9 Oklusi Arteri Retina Sentral
Penglihatan kabur yang hilang timbul (amaurosis fugaks)
dengan tidak disertai rasa sakit kemudian gelap menetap
Reaksi pupil lemah dengan pupil anisokoria
Retina edema (opak)
Cherry-red spot
Kerusakan retina irreversibel setelah 90 menit
2.8 Pemeriksaan Fisik1,3,5
Untuk menemukan kelainan akibat sumbatan arteri retina sentralis dapat dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
1. Ketajaman penglihatan
Perburukan monokuler yang bermakna dari ketajaman penglihatan.
Ketajaman penglihatan berkisar antara menghitung jari dan persepsi
cahaya pada 90% mata saat pemeriksaan awal. Dua puluh persen mata
dengan sumbatan arteri centralis retina memilikki arteri-arteri silioretina
yang melindungi retina bagian makula dan dapat mempertahankan
penglihatan sentral.
2. Reaksi pupil
Reaksi pupil lemah dengan anisokoria
3. Palpasi
Tidak ditemukan kelainan
4. Oftalmoskop
Seluruh retina berwarna pucat karena udema.
Terlihat gambaran sossis pada a. retina akibat pengisian arteri yang tidak
rata.
Setelah beberapa jam retina akan tampak pucat, keruh ke abu-abuan yang
disebabkan edema lapisan retina dan lapisan sel ganglion.
Gambaran cherry red spot pada makula lutea.
10 Oklusi Arteri Retina Sentral
Gambar 2.4 Fundus Normal
Gambar 2.5 Oklusi arteri retina sentralis, papil optik pucat retina berwarna
lebih pucat daripada nnormal, makula berwarna merah (cherry red spot).
11 Oklusi Arteri Retina Sentral
Gambar 2.6 Edema pada area iskemik di retina terlihat kontras dengan warna retina
normal.
2.9 Pemeriksaan Penunjang Oklusi Arteri Retina Sentral3,5
1. Flouresensi Angiografi, untuk membantu melihat kerusaakan retina dan
membantu merencanakan terapi.
2. Ultrasonografi Doppler, digunakan untuk mengamati aliran dalam pmbuluh
darah
3. Fotografi Fundus, digunakan untuk merekam detail fundus
4. Visual Evoked Respon, untuk mengukur potensial listrik akibat stimulus visual.
2.10 Diagnosa Banding
Ada beberapa diagnosis banding untuk pasien dengan oklusi arteri retina
sentral, meliputi, glaukoma akut sudut tertutup, oklusi vena retina, perdarahan
Vitreous, dan optik neuritis akut.2,3
2.11 Penatalaksanaan Oklusi Artri Retina Sentral1,6,10,11
12 Oklusi Arteri Retina Sentral
Saat ini tidak terdapat pengobatan yang memuaskan untuk memperbaiki
penglihatan pada pasien dengan sumbatan arteri retinal sentralis. Kerusakan retina
irreversible terjadi setelah 90 menit oklusi total arteri retina sentralis.
Tidak ada pengobatan pra-rumah sakit khusus yang tersedia untuk oklusi
arteri retina. Prognosis untuk pemulihan visual terkait langsung dengan ketepatan
dalam pengobatan. Tahap pertama melibatkan deteksi cepat dan pengobatan
kehilangan penglihatan. Tahap kedua melibatkan penyelidikan menyeluruh untuk
penyebab hilangnya penglihatan.
Tujuan dari penatalaksanaan pada penderita oklusi arteri retina sentral adalah
memperbaiki aliran darah secepat mungkin. Penatalaksanaannya:
Supine position, untuk melancarkan sirkulasi
Pengurutan bola mata yang bertujuan untuk menurunkan tekanan bola mata
Oksigen hiperbarik atau inhalasi CO2, untuk membuat vasodilatasi pembuluh
darah retina dan mningkatkan PO2 di permukaan retina
Vasodilator
Asetazolamide 4 x 500 mg atau manitol IV
Antikoagulan, digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan cara
menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor
pembekuan darah. Antikoagulan juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis
arteri karena mempengaruhi pembentukan fibrin yang diperlukan untuk
mempertahankan gumpalan trombosit. Pada trombus yang sudah terbentuk,
antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan mengurangi
kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil trombus. obat ini
tidak dianjurkan pada pasien usia lanjut
Aspirin oral, diberikan selama 2 minggu.
rawat inap lebih lanjut diindikasikan hanya jika penyakit penyerta hadir.
Selanjutnya Perawatan Rawat Jalan.
Pencegahan
13 Oklusi Arteri Retina Sentral
Pasien harus menjaga tekanan darah mereka di bawah kontrol, menurunkan
kolesterol, dan minum obat secara teratur.
Tindakan yang digunakan untuk mencegah penyakit lain pada pembuluh
darah, seperti penyakit arteri koroner , dapat menurunkan risiko oklusi arteri
retina . Ini termasuk :
Diet rendah lemak
Berolahraga
Tidak merokok
Menjaga berat badan
2.12 Komplikasi Oklusi Arteri Retina Central
Emboli lanjut ke otak sehingga menyebabkan CVA
Emboli lebih lanjut dengan mata yang sama atau kontralateral , yang
mengakibatkan kehilangan penglihatan lebih lanjut
Perkembangan arteritis temporal, yang mengakibatkan hilangnya penglihatan
dengan mata kontralateral
2.13 Prognosis
Secara umum prognosis pada oklusi arteri retina sentralis kurang begitu
bagus. Namun tidak menutup kemungkinan terjadinya perbaikan visus, bergantung
pada letak dan lamanya oklusi. Pemulihan visus secara tepat berkaitan langsung
dengan kecepatan pengobatan. oklusi arteri retina perifer berhubungan dengan
tingkat pemulihan yang lebih tinggi (80% mata meningkat ke 20/40 atau lebih baik)
daripada oklusi arteri retina sentral.
pasien harus memahami bahwa prognosis untuk pemulihan visual buruk dan bahwa
perubahan visual biasanya merupakan hasil dari suatu proses sistemik yang
memerlukan perawatan.2,9
14 Oklusi Arteri Retina Sentral
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hilangnya penglihatan yang tiba-tiba, memberat, dan tanpa nyeri pada salah
satu mata merupakan karakteristik dari oklusi arteri retina sentral. Retina akan
menjadi opaq dan edem. Oklusi arteri retina sentral adalah sumbatan pembuluh
darah retina sentral. Tempat tersumbatnya arteri retina sentral biasanya pada
lamina kribsrosa. Penyebab oklusi arteri retina sentral yang paling sering
adalah emboli. Oklusi arteri retina sentral biasanya terjadi pada usia tua atau
usia pertengahan. Oklusi arteri retina sentral merupakan kasus
kegawatdaruratan oftalmologi. Prognosa dari oklusi retina sentral kurang baik.
Keterlambatan penanganan akan mengakibatkan kehilangan penglihatan
permanen.
3.2 Saran
Pada pasin dengan oklusi arteri retina sentral, harus ditangani dengan segera
dan tepat untuk mencegah timbulnya penyulit dan terjadinya komplikasi.
15 Oklusi Arteri Retina Sentral
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta.
2. MD, Neil Jain. Retinal Artery Occlussion Follow Up. USA. American
Academy of Ophthalmology. Available at: www.aao.org/ppp.
3. MD, Niraj R Nathan. 2014. Retinal Artery Occlusion and Branch.
Available at: Emedicine.medscape.com.
4. Jame B, Chew C, Bron A. 2005. Lecture Notes: Oftalmologi. Edisi 9.
Jakarta: Erlangga.
5. Eva, Paul Riordan dan John P. Whitcher. 2009. Vaughan and Asbury
Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC.
6. Ilyas S, Yulianti SR. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 4. Jakarta: EGC.
7. Nuurwais, Miftakhur R. 2007. Aliran Darah Papil Saraf Optik pada
Glaukoma. Jurnal Oftalmologi Indonesia Vol. 5. Surabaya: SMF Ilmu
Penyakit Mata FK Airlangga-RSUD Dr. Soetomo.
8. Moore, Keith L, dan Anne M.R. Agur. 2002. Anatomi Klinik Dasar.
Jakarta: Hipocrates.
9. Lusby, Franklin W. 2014. Retinal Artery Occlusion. U.S National Library.
Available at:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001028.htm.
10. Gunawan, GS. 2011. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI.
11. Indriani, Reri. 2008. Informasi Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Sagung
Seto.
16 Oklusi Arteri Retina Sentral