bab5, EKOP INDO

download bab5, EKOP INDO

of 30

Transcript of bab5, EKOP INDO

BAB 5ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)Satuan Acara Perkuliahan a. Tujuan Umum Agar Mahasiswa Dapat Memahami APBN Dalam Perekonomian Indonesia b. Tujuan Khusus Agar Mahasiswa Memiliki Pengetahunan Dan Pemahaman : a. Tentang Fungsi Dan Peran APBN; b. Tentang Struktur Dan Susunan APBN; c. Tentang Prinsip-prinsip Dalam APBN. Agar Mahasiswa Mampu Menganalisa Kebijakan Fiskal. c. Materi Pembahasan A. Fungsi Dan Peran APBN 1. APBN Sebagai Alat Mobilitas Dana Investasi 2. APBN Sebagai Alat Stabilitas Ekonomi 3. Dampak APBN Terhadap Perekonomian B. Struktur Dan Susunan APBN 1. Struktur APBN Sejak April 2000 2. Susunan Pendapatan Negara Dan Hibah 3. Susunan Belanja Negara 4. Defisit/Surplus APBN 5. Susunan Pembiayaan Bersih C. Prinsip Prinsip Dalam APBN 1. Prinsip Anggaran Defisit 2. Prinsip Anggaran Dinamis 3. Prinsip Anggaran Fungsional D. Instrumen Dan Analisis Kebijakan Fiskal 1. Instrumen Kebijakan Fiskal 2. Analisis Kebijakan Fiskal

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)PENDAHULUAN Ketetapan MPRS Nomor XXIII/MPRS/1966 antara lain menegaskan bahwa pemerintah harus menyusun anggaran moneter yang terdiri atas empat komponen, yaitu : a, Anggaran Rutin, b. Anggaran Pembangunan, c. Anggaran Kredit dan d. Anggaran Devisa. Dari empat komponen anggaran ini yang ditetapkan dengan undang-undang tiaptiap tahun hanya komponen (a) Anggaran Rutin dan (b) Anggaran Pembangunan, Yang Kita Kenal Dengan Nama Undang Undang APBN. Mengenai Komponen (c) Anggaran Kredit Dan (d) Anggaran Devisa, sejak Orde Baru tidak ditetapkan dengan undang-undang lagi.

Dalam perencanaan anggaran rutin yang pegang peranan adalah menterikeuangan dengan syarat direktorat jendral anggaran. Sedang perencanaan anggaran pembangunan yang pegang peranan adalah ketua BAPPENAS. Mengenai Anggaran Kredit Dan Anggaran Devisa yang sekarang merupakan prognosa, perencanaannya di tangan Gubernur Bank Indonesia. (Suparmoko, 1992)

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)A. FUNGSI DAN PERAN APBN APBN di negara-negara sedang berkembang adalah sebagai alat untuk memobilisasi dana investasi dan bukannya sebagai alat untuk mencapai sasaran stabilisasi jangka pendek. Oleh karena itu besarnya tabungan pemerintah pada suatu tahun seriang dianggap sebagai ukuran berhasilnya kebijakan fiskal. (Anne Booth dan Peter McCawley, 1990) Baik pengeluaran maupaun penerimaan pemerintah pasti mempunyai pengaruh atas pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah dapat memperbesar pendapatan nasional (expansionary), tetapi penerimaan pemerintah dapat mengurangi pendapatan nasional (contractionary).

Timbillah gagasan untuk dengan sengaja mengubah-ubah pengeluaran danpenerimaan pemerintah guna mencapai kestabilan ekonomi. (Suparmoko, 1992) Rincian tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya akan nampak dalam Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN). Jadi melalui indikator APBN dapat dianalisis seberapa jauh peran pemerintah dalam kegiatan perekonomian nasional. (Suseno, 1990)

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)1. APBN Sebagai Alat Mobilisasi Dana Investasi Sumber dana investasi berasal dari tabungan (saving). Sumber dana investasi swasta (perusahaan) berasal dari tabungan masyarakat yang terhimpun pada lembaga keuangan bank. Sedang sumber dana investasi pemerintah berasal dari tabungan pemerintah. Tabungan pemerintah terbentuk dari sisa penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Pada APBN-1999/2000 (lihat lampiran) tidak terjadi tabungan pemerintah, karena jumlah penerimaan dalam negeri (Rp 129,20

triliun) lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pengeluaran rutin (Rp150,95 triliun). Demikian pula pada APBN-2000 tidak terjadi tabungan pemerintah, karena jumlah penerimaan dalam negeri lebih besar dibandingkan dengan jumlah pengeluaran rutin. Hal ini disebabkan karena upaya untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri dihadapkan pada berbagai kendala berkaitan dengan kondisi perekonomian nasional yang masih dalam proses pemulihan. Sementara di sisi pengeluaran, lesunya kondisi perekonomian nasional mengakibatkan pengeluaran operasional (rutin) sangat

penting untuk menggerakan roda perekonomian.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)2. APBN Sebagai Alat Stabilisasi Ekonomi Tujuan kebijakan fiskal adalah kestabilan ekonomi yang lebih mantap artinya tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak tanpa adanya pengangguran yang berarti atau adanya

ketidakstabilan harga-harga umum. Dengan kata lain tujuan kebijakan fiskal adalah pendapatan nasional riil terus meningkat pada laju yang dimungkinkan oleh perubahan teknologi dan tersedianya faaktorfaktor produksi dengan tetap mempertahankan kestabilan hargaharga umum. (Sumarmoko, 1992)

Kebijakan fiskal tercermin pada volume APBN yang dijalankanpemerintah, karena APBN memuat rincian seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Dengan demikian APBN dipakai oleh pemerintah sebagai alat stabilisasi ekonomi.

Anggaran yang tidak seimbang biasanya berpengaruh terhadap pendapatan nasional. Perubahan pendapatan nasional (tingkat penghasilan) akan ditentukan oleh besarnya angka multiplier (angka pengganda).

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) Angka pengganda ditentukan oleh besarnya marginal cronensity to consume (MPC). Angka pengganda untuk pengeluaran pemerintah (G) investasi (I) dan konsumsi (C) adalah 1/(1-MPC), sedang untuk lump-sum tax (Tx) dan pembayaran transfer (Tr) adalah MPC/(1MPC). Contoh hipotesis : Misalkan suatu APBN defisit, dimana Tax (penerimaan) sebesar 10 satuan, G (pengeluaran) sebesar 15 satuan, sedang MPC diketahui 4/5, maka : Dengan Tax sebesar 10 satuan, pendapatan nasional akan berkurang sebesar 0,8/(1-0,8)10=40 satuan; Denngan G sebesar 15 satuan, pendapatan nasional akan bertambah sebesar 1/(1-0,8)15=75 satuan. Jadi anggaran defisit tersebut akan menghasilkan

tambahan pendapatan nasional sebesar : (Y) = (G) (Tx)= 75 satuan 40 satuan = 35 satuan

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)3. Dampak APBN Terhadap Perekonomian Adanya beberapa cara untuk menggolongkan pos-pos penerimaan dan pengeluaran yang masing-masing menghasilkan tolak ukur yang berbeda mengenai dampak APBN nya. Tergantung pada tujuan analisa kita, suatu tolak ukur meungkin lebih cocok dari tolak ukur yang lain. Ada empat tolak ukur dampak APBN, yaitu : saldo anggaran keseluruhan, konsep nilai bersih, defisit domestik dan defisit moneter. (Anne Booth dan Peter McCawley, 1990) a. Saldo Anggaran Keseluruhan

Konsep

ini

ingin

mengukur

besarnya

pinjaman

bersih

pemerintah dan didefinikan sebagai : G T = B = Bn + Bb + Bf Catatan : G = seluruh pembelian barang dan jasa (didalam maupun diluar negeri), pembayaran transfer dan pemberian pinjaman bersih. T = seluruh penerimaan, termasuk penerimaan pajak dan bukan pajak. rumus 1

B = pinjaman total pemerintah

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)a. Saldo Anggaran KeseluruhanBn = pinjaman pemerintah dari masyarakat di luar sektor perbankan Bb = pinjaman pemerintah dari sektor perbankan Bf = pinjaman pemerintah dari luar negeri. Karena pemerintah tidak mengeluarkan obligasi kepada

masyarakat, maka saldo anggaran keseluruhan menjadi : G T = B = Bb + Bf rumus 2

APBN-1999/2000 dan APBN-2000 menunjukan saldo anggaran

keseluruhan berupa saldo defisit masing-masing sebesar Rp83,49 triliun dan Rp 45,37 triliun. Defisit ini menurut rumus 2 yaitu B = Bb + Bf . seluruhnya dibiayai dengan pinjaman bank dalam negeri (utang dalam negeri) dan bank luar negeri (utang luar negeri). Dalam APBN-1999/2000 dan APBN-2000, defisit anggaran dibiayai dengan sumber dana non-perbankan dalam negeri dan pembayaran luar negeri (utang) bersih.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)b. Konsep Nilai Bersih Yang dimaksud defisit menurut konsep nilai bersih adalah saldo dalam rekening lancar APBN. Konsep ini digunakan untuk mengukur besarnya tabungan yang diciptakan oleh sektor pemerintah, sehingga diketahui besarnya sumbangan sektor pemerintah terhadap pembentukan modal masyarakat. Peningkatan tabungan pemerintah penting bagi indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada sumber dana pembangunan (utang) dari luar negeri. Namun kelemahan konsep ini hanya

mengukur

pembentukan

modal

pemerintah

berupa

penambahan jumlah aktiva fisik (dalam pos Pengeluaran Pembangunan), tidak memperhitungkan pembentukan modal manusiawi (dalam pos Pengeluaran Rutin) seperti gaji guru, dokter, dan lain-lain pengeluaran lancar.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)c. Defisit Domestik Saldo anggaran keseluruhan tidak merupakan tolok ukur yang tepat bagi dampak APBN terhadap perekonomian dalam negeri maupun terhadap neraca pembayaran. Anne Booth

mengemukakan perlunya dipisahkan dua dampak APBN yang berbeda terhadap GDP dan pengaruhnya terhadap neraca pembayaran. Bila G dan T dipecah menjadi dua bagian (dalam negeri dan luar negeri) : G = Gd + Gf T = Td + Tf. Maka persamaan 2 diatas menjadi : (Gd Td) + (Gf Tf) = Bb + Bf (Gd Td) = dampak langsung putaran pertama terhadap PDB (Gf Tf) = dampak langsung putaran pertama terhadap neraca pembayaran. (Anne Booth dan Peter McCawley, 1990)

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) Anwar Nasution menguraikan tentang orientasi domestik danorientasi luar negeri dengan persamaan anggaran berimbang sebagai berikut : G=R G = Gf + Gd R = Rf + Rd (1) (2) (3) Gd Rd = Rf Gf Gd = G Gf Rd = R Rf (5) (6) (7)

Gf + Gd = Rf + Rd (4)

Keterangan : G = total pengeluaran; R = tota penerimaan

Gf = bunga cicilan utang luar negeri + lainnyaGd = pengeluaran rutin murni + pengeluaran pembangunan Rf = penerimaan migas + penerimaan pembangunan (utang luar negeri) Rd = penerimaan non-migas Gf + Gd = Rf + Rd menunjukan anggaran berimbang Gd Rd = Rf Gf menunjukan defisit anggaran DN (Gd Rd) sama atau ditutup dengan surplus (Rf Gf) anggaran LN G Gf = pengeluaran netto domestik

R Rf = penerimaan netto domestik.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) Defisit anggaran DT (Gd Rd) dalam rupiah dibiayai dengan surplus anggaran LN (Rf Gf) dalam valuta asing. Penukaran semacam ini akan menambah jumlah uang beredar (melalui penambahan base money atau uang primer). Jika devisa tadi dibeli langsung oleh Bank Indonesia ataupun Bank Komersial dengan menciptakan uang giral. (Anwar Nasution, 1985). d. Defisit Moneter Indonesia Menurut definisi ini, defisit diukur sebagai posisi bersih (netto) pemerintah terhadap sektor perbankan : G T Bf = Bb karena Bn = 0

Dalam konsep ini bantuan luar negeri dianggap sebagai penerimaan dan diperlakukan sebagai pos yang tidak

mempengaruhi posisi bersih. Menurut pernyataan otoritas moneter mengenai dampak moneter keuangan pemerintah, selama tahun anggaran

1998/1999 dan 1999/2000 operasi keuangan pemerintah

berdampak ekspansif terhadap jumlah uang beredar masingmasing sebesar (dalam triliun)

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) 1998/1999: angka APBN Rp 58,0; perkiraan realisasi Rp 11,7 1999/2000: angka APBN Rp 10,0; sampai 31-12-1999 Rp 1,3 angka-angka tersebut di atas diambil dari selisih jumlah pengeluaran rupiah dikurangi jumlah penerimaan rupiah. Jadi dampak moneter berasal dari defisit domestik.

B. STRUKTUR DAN SUSUNAN APBN 1. Struktur APBN Sejak Tahun 2000 Struktur APBN tahun 2000 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena disusun berdasarkan prinsip anggaran tidak seimbang

(anggaran defisit), di mana sumber penerimaan dan sumberpembiayaan dipisahkan dengan tegas pada pos-pos yang berbeda. Anggaran defisit lazim digunakan oleh negara yang mengacu pada Government Financial Statistic (GFS), seperti Jepang. Dalam APBN sebelumnya pos untuk menutup defisit dari utang luar negeri disebut penerimaan pembangunan (dibukukan pada pos penerimaan). Dalam APBN 2000 utang luar negeri masuk pada pos pembiayaan defisit.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

Tahun-tahun yang lalu format APBN disusun dengan model staffel

(dua sisi) : pos-pos penerimaan di sebelah kiri dan pos-pospengeluaran di sebelah kanan. Format APBN tahun 2000 disusun dengan model skontri (dari atas ke bawah) yaitu pos-pos penerimaan diatas disusun dibawahnya dengan pos-pos pengeluaran, pos surplus/defisit dan pos-pos pembiayaan. Dalam APBN 2000 besarnya defisit dinyatakan secara ekplisit pada pos Surplus/Defisit Anggaran dan ditutup dengan sumber-sumber yang dinyatakan pada pos Pembiayaan Bersih. Dengan demikian APBN menjadi lebih transparan, DPR lebih mudah melakukan review

dan pemerintahpun lebih mudah melakukan konsultasi. Kerangka APBN tahun 1999/2000 dan tahun 2000 disusun dengan klasifikasi sebagai berikut :

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

A. Pendapatan Negara Dan Hibah

I.

Penerimaan Dalam Negeri1. 2. Penerimaan perpajakan Penerimaan negara bukan pajak

II. B.

Hibah

Belanja Negara I. Pengeluaran Rutin 1. 2. 3. Belanja pegawai Belanja barang Belanja rutin daerah

4.5. 6. II.

Pembayaran bunga hutangSubsidi Pengeluaran rutin lainnya

Pengeluaran Pembangunan 1. 2. Pembiayaan pembangunan rupiah Pembiayaan proyek

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

C.

Surplus/Defisit Anggaran (A B)

D.

Pembiayaan Bersih (D.I + D.II = D = C)I. Pembiayaan Dalam Negeri 1. 2. II. Perbankan dalam negeri Non-perbankan dalam negeri

Pembiayaan Luar Negeri Bersih (D.II.1 + D.II.2) 1. 2. Penarikan pinjaman luar negeri (bruto) Pembayaran cicilan pokok utang (amortisasi)

(Lihat Lampiran APBN-1999/2000 dan APBN-2000)

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)1. Pendapatan Negara Dan Hibah Dalam APBN-1999/2000 dan RAPBN-2000 pos hibah kosong, sehingga pendapatan negara seluruhnya berasal pendapatan dalam negeri, masing-masing sebesar Rp 129,20 triliun dan Rp 137,69 triliun (untuk 9 bulan: April-Desember 2000). Bagian terbesar dari penerimaan dalam negeri berasal dari penerimaan pajak: tahun 1999/2000 sebesar Rp 99,48 triliun dan tahun 2000 sebesar 97,78 triliun. Dilihat prosesntasenya dari total penerimaan dalam negeri, jumlah penerimaan pajak menurun dari 96,7% (1999/2000) turun menjadi

71,0% (2000). Namun prosesntasenya terhadap PDB meningkatmenjadi 10,7% (2000) dibandingkan tahun sebelumnya hanya 8,1% (1999/2000). Di negara-negara maju (industri) penerimaan pajak oleh pemerintah bisa mencapai 20%-40% dari PDB. Sumber penerimaan lain adalah penerimaan negara bukan pajak yang jumlahnya meningkat dari Rp 29,72 triliun (1999/2000) menjadi Rp 39,91 triliun (April-Desember 2000). Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ini terdiri dari : a. penerimaan sumber daya alam (SDA), b. Bagian pemerintah atas laba BUMN dan c. PNBP lainnya.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) Sumber PNBP ini didasarkan pada undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak yang telah

ditindaklanjuti pelaksanaannya dengan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP. Salah satu tujuan undang-undang PNBP adalah untuk menunjang upaya menuju kemandirian bangsa dalam pembiayaan negara dan pembiayaan pembangunan melalui optimalisasi sumber-sumber PNBP dan ketertiban pengelolaan PNBP serta penyetoran PNBP ke kas negara (Laporan Bank Indonesia tahun 1997/1998). 2. Belanja Negara

Belanja negara atau pengeluaran negara terdiri dari dua bagian, yaituPengeluaran Rutin dan Pengeluaran Pembangunan. Dari belanja negara tahun 1999/2000 sebesar Rp 212,69 triliun, 70,9% nya untuk keperluan Pengeluaran Rutin; untuk tahun 2000 sebesar Rp 143,68 triliun atau 78,4% dari total belanja negara Rp 183,06 triliun.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) Bagian terbesar dari pengeluaran rutin adalah pos Pembayaran Bunga Utang; tahun 1999/2000 sebesar Rp 54,52 triliun (36,1%) dan tahun 2000 sebesar Rp 58,98 triliun (41,0%). Jumlah ini belum termasuk pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, yang diperhitungkan (dibukukan) terpisah pada pos-pos Pembayaran Luar Negeri Bersih. Beban pembayaran bunga utang censerung makin meningkat, karena jumlah uang luar negeri makin membengkak, makin menuatnya nilai tukar yen Jepang terhadap Dollar Amerika. 3. Defisit/Surplus APBN

Defisit Anggaran masing-masing sebesar - RP 83,49 triliun (- 6,8%dari PDB) dan Rp 45,37 triliun (-5,0% dari PDB). Defisit APBN sebesar ini (lebih dari 3&) sudah merupakan lampu merah yang perlu diwaspadai.

Kesepakatan dengan IMF memperkirakan defisit APBN sekitar 3,75% dari PDB. Dengan memperhitungkan (termasuk) penyelesaian tunggakan-tunggakan (utang luar negeri), maka kebutuhan untuk menutup defisit anggaran diperkirakan mencapai 5% dari PDB.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)4. Pembiayaan Bersih Di masa yang lalu, defisit APBN seluruhnya ditutup dengan dana bantuan/pinjaman luar negeri (pos penerimaan pembangunan). Dewasa ini (tahun 2000) pemerintah memandang perlu membenahi kebijakan fiskal guna mengurangi ketergantungan pada bantuan luar negeri. Untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran belanja negara,

disamping dari sumber penerimaan pajak, juga diupayakan sumber penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dengan mengundangkan undang-undang tentang PNBP (UU No. 22 Tahun 1997). Kesepakatan dengan IMF menganjurkan agar defisit anggaran ditutup antaralain dari program penjualan BUMN serta penjualan aset-aset negara yang ada di bawah naungan BPPN. Usaha lain adalah diupayakan program penjadwalan utang luar negeri

pemerintah melalui Paris Club dan bantuan lanjutan dari forum CGI.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)C. PRINSIP PRINSIP DALAM APBN Sejak orde baru mulai membangun, APBN kita disusun ats dasar tiga prinsip, yaitu prinsip berimbang (balance budget), prinsip dinamis dan prinsip fungsional. Masing-masing prinsip ini dapat diukur dengan cara perhitungan tertentu. (Suseno, 1995) 1. Prinsip Anggaran Berimbang Yang dimaksud anggaran berimbang adalah sisi penerimaan sama dengan sisi pengeluaran, dimana defisit anggaran ditutup bukan dengan mencetak uang baru melainkan dengan

bantuan/pinjaman/utang luar negeri (Official Development Assistance

= ADO), atau dalam APBN dikategorikan sebagai penerimaanpembangunan. Cara menghitung anggaran berimbang : 1) 2) 3) Tabungan pemerintah (TP) : Defisit anggaran pembangunan (DAP) Bantuan luar negeri (BLN) : TP = PDN PR DAP = AP TP BLN = DAP

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)Keterangan : PDN = penerimaan dalam negeri terdiri atas penerimaan migas + penerimaan non-migas (pajak-pajak dalam negeri) PR = pengeluaran rutin, terdiri atas pengeluaran rutin murni + bunga dan cicilan utang luar negeri AP = anggaran pembangunan (pengeluaran pembangunan) 2. Prinsip Anggaran Dinamis Anggaran dinamis secara absolut berarti adanya peningkatan TP dari tahun ke tahun (peningkatan surplus anggaran rutin) sehingga kemampuan menggali sumber dana dalam negeri bagi pembiayaan

pembangunan dapat tercapai. Sedangkan anggaran dinamis secararelatif artinya prosentase ketergantungan pembiayaan pembangunan dari bantuan/pinjaman luar negeri semakin kecil. Indikator anggaran dinamis secara relatif dapat dihitung : 1) Prosentase Perubahan Tabungan Pemerintah (TP) TPx TP(x-1) TP = --------------------------- 100% TP(x-1)

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)2) Prosentase Ketergantungan Pembiayaan BLN Ri = --------------- 100% AP Keterangan : TPx TP(x-1) 3. = Tabungan Pemerintah Tahun x = Tabungan Pemerintah Tahun Sebelumnya

Prinsip Anggaran Fungsional Anggaran fungsional berarti bahwa Bantuan/Pinjaman LN hanya berfungsi untuk membiayai anggaran belanja pembangunan

(pengeluaran pembangunan) dan bukan untuk membiayai anggaranbelanja rutin. Prinsip ini sesuai dengan azas bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap dalam pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil sumbangan bantuan/pinjaman luar negeri terhadap pembiayaan anggaran pembangunan, maka semakin besar

fungsionalitas anggaran.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

Disini perlu kiranya diberi tolok ukur kuantitatif untuk menentukan sampai seberapa jauh makna kata sebagai pelengkap, misalnya: 1) Bila nilai Ri = > 50% = bantuan/pinjaman luar negeri sebagai sumber dana umum; 2) Bila nilai Ri = 20%-50% = bantuan/pinjaman luar negeri sebagai sumber dana penting; 3) Bila nilai Ri = < 20% = bantuan/pinjaman luar negeri sebagai sumber dana pelengkap.

Pada tahun 1974/75 nilai Ri sebesar 23,9% (terkecil) dan tahun 1988/89 nilainya 81,5% (terbesar). Selama Pelita I sasmpai Pelita V, rata-rata nilai Ri sebesar 46,3%. Jadi selama 25 tahun membangun, bantuan/pinjaman luar negeri masih merupakan sumber dana yang penting bagi pembiayaan pembangunan di Indonesia.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)D. INSTRUMEN DAN ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL Karena disadari adanya pengaruh-pengaruh penerimaan maupun

pengeluaran pemerintah terhadap besarnya pendapatan nasional, maka timbul gagasan untuk dengan sengaja mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah guna mencapai kestabilan ekonomi. Teknik mengubah pengeluaran dan penerimaan pemerintah inilah yang kita kenal dengan kebijakan fiskal. (Suparmoko, 1992) Bagaimana pemerintah melakukan kebijakan fiskal tergantung pada kondisi (perkembangan) ekonomi dan tujuan yang ingin di capai. Ada beberapa kebijakan fiskal yang masing-masing akan menentukan instrumen yang

digunakan.1. Instrumen Kebijakan Fiskal 1) Pembiayaan Fungsional Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibatakibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional. Pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta, bukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah. Sedang pinjaman dipakai sebagai alat untuk menekan inflasi lewat pengurangan dana yang ada di masyarakat.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)2) Pengelolaan Anggaran Pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman

dipergunakan secara terpadu untuk mencapai kestabilan ekonomi. Dalam jangka panjang diusahakan adanya anggaran belanja seimbang. Namun pada masa depresi digunakan anggaran defisit, sedang dalam masa inflasi digunakan anggaran belanja surplus. 2. Analisa Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal tahun anggaran 1999/2000 diarahkan pada empat

sasaran utama : (Laporan Bank Indonesia Tahun 1999)1) Menciptakan Stimulasi Fiskal Guna menciptakan stimulasi fiskal dengan sasaran penerima manfaat yang lebih tepat, pemerintah telah mengeluarkan peraturan-peraturan administratif dan menciptakan mekanisme penyaluran dana secara transparan (dana JPS)

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)2) Memperkuat Basis Penerimaan Upaya memperkuat basis penerimaan ditempuh melalui

perbaikan administrasi dan struktur pajak. Ekstensifikasi penerimaan pajak dan bukan pajak, seperti penjualan saham BUMN, penjualan aset BPPN. 3) Mendukung Program Rekapitalisasi Perbankan Upaya untuk menunjang program rekapitalisasi dan penyehatan perbankan dilakukan dengan memasukan biaya restrukturisasi perbankan ke dalam APBN. 4) Mempertahankan Prinsip Pembiayaan Defisit

Pemerintah

tetap

mempertahankan

prinsip

untuk

tidak

menggunakan pembiayaan defisit anggaran dari bank sentral dan bank-bank di dalam negeri. Pemerintah tetap mengupayakan pinjaman dari luar negeri yang diperoleh dari lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia, ADB, dan OECP serta sejumlah negara sahabat secara bilateral, terutama dalam kerangka CGI.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)Dengan menempuh kebijakan fiskal seperti di atas, secara keseluruhan operasi keuangan pemerintah sampai dengan Desember 1999 mencapai defisit sebesar Rp 3,2 triliun atau 4% dari PDB.

DAFTAR BACAAN 1. 2. Supermoko (1992), Keuangan Negara, Teori Dan Praktek, Penerbit, Yogyakarta. Triyono Widodo, Suseno Hg. (1995), Indikator Ekonomi, Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 3. Booth, Anne dan McCawley, Peter (1990).Kebijaksanaan Fiskal Dalam Anne Booth Dan Peter McCawley (ed), Ekonomi Orde Baru, LP3ES.

4.

Nasution, Anwar (1985),aspek Ekonomi Anggaran Belanja Negara SetelahKenaikan Migas, Dalam Anwar Nasution (Ed), Peluang Dan Tantangan Pembangunan Ekonomi Sampai 1989, Penerbit Sinar Harapan, Jakarta.

5.

Laporan Bank Indonesia Tahun 1997/1998, 1998/1999, 2000.