bab2

29
9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori Terkait 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan (JNPK, 2007). b. Proses Terjadinya Kehamilan Pada awal siklus menstruasi FSH (Folikel Stimulating Hormon) merangsang beberapa folikel menjadi dewasa sekitar dua minggu sampai sel telur mendekati ukuran tiga kali lipat. Hanya satu folikel yang akan menjadi dominan untuk satu siklus (Putri, 2010). Melepasnya satu sel telur dari indung telur dikenal dengan ovulasi, sel telur tersebut ditangkap oleh fimbrae dan masuk ke saluran telur (tuba falopi) sambil menunggu sperma datang untuk membuahai. Setelah sperma masuk ke dalam saluran telur, sperma bertemu dengan sel telur (ovum) sehingga terjadi pembuahan sel telur (konsepsi atau fertilisasi). Ovum yang telah dibuahi membelah diri sambil bergerak menuju rongga rahim, dan kemudian melekat pada mukosa rahim dan menetap (nidasi atau implantasi) (Purwaningsih, 2010). c. Tanda dan gejala Kehamilan Menurut Yazid Subakti tahun 2007, tanda-tanda kehamilan antara lain mencakup: 1) Terlambat datang bulan 2) Sering pusing ringan 3) Mual atau ingin muntah 4) Cepat lelah dalam berkativitas

description

tentang proses kehamilan

Transcript of bab2

Page 1: bab2

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori Terkait

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di

dalam tubuh wanita, yang sebelumnya diawali dengan proses

pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses persalinan

(JNPK, 2007).

b. Proses Terjadinya Kehamilan

Pada awal siklus menstruasi FSH (Folikel Stimulating

Hormon) merangsang beberapa folikel menjadi dewasa sekitar dua

minggu sampai sel telur mendekati ukuran tiga kali lipat. Hanya satu

folikel yang akan menjadi dominan untuk satu siklus (Putri, 2010).

Melepasnya satu sel telur dari indung telur dikenal dengan

ovulasi, sel telur tersebut ditangkap oleh fimbrae dan masuk ke

saluran telur (tuba falopi) sambil menunggu sperma datang untuk

membuahai. Setelah sperma masuk ke dalam saluran telur, sperma

bertemu dengan sel telur (ovum) sehingga terjadi pembuahan sel

telur (konsepsi atau fertilisasi). Ovum yang telah dibuahi membelah

diri sambil bergerak menuju rongga rahim, dan kemudian melekat

pada mukosa rahim dan menetap (nidasi atau implantasi)

(Purwaningsih, 2010).

c. Tanda dan gejala Kehamilan

Menurut Yazid Subakti tahun 2007, tanda-tanda kehamilan

antara lain mencakup:

1) Terlambat datang bulan

2) Sering pusing ringan

3) Mual atau ingin muntah

4) Cepat lelah dalam berkativitas

Page 2: bab2

10

Selain itu dalam bukunya yang berjudul keperawatan

maternitas, Bobak, 2004 mengatakan bahwa tanda kehamilan terbagi

atas tiga kategori, antara lain:

1) Tanda Presumtif (perubahan yang dirasakan wanita)

a) Amenore

b) Keletihan

c) Nyeri payudara

d) Pembesaran payudara

e) Moorning sickness

f) Quickening

2) Kemungkinan (perubahan yang bisa diobservasi oleh pemeriksa)

a) Tanda hegar, ismus melunak dan dapat ditekan

b) Ballottement, keberadaan janin dalam uteru

c) Tes kehamilan

d) Tanda goodell, serviks melunak

3) Positif

a) Sonografi

b) Bunyi jantung janin

c) Pemeriksa melihat dan merasakan gerakan janin.

Saat hamil kondisi fisik ibu mengalami perubahan.

Terkadang banyak keluhan yang muncul saat waktunya melahirkan.

Hal ini wajar terjadi pada hampir semua ibu hamil. Kehamilan secara

pasti hanya bisa di diagnosa oleh Dokter. Namun demikian terdapat

beberapa ciri pada wanita yang merupakan tanda ibu sedang

mengahami kehamilan (Subakti, 2007).

Adapun tanda dan gejala wanita hamil antara lain sebagai

berikut:

1) Amenore (tidak dapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak

dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid

Page 3: bab2

11

terakhir, supaya dapat menentukan tuanya kehamilan dan bila

persalinan diperkirakan akan terjadi (Purwaningsih, 2010).

2) Nausea (enek) dan emesis (muntah)

Enek terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan.

Kadang disertai oleh emesis, yang sering terjadi pada pagi hari,

tetapi tidak selalu. Keadaan ini biasa disebut dengan morning

sickness. Dalam keadaan batas tertentu, keadaan ini masih

fisiologik, bila terlalu sering dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan yang disebut hiperemesis gravidarum (Purwaningsih,

2010).

3) Mengidam (minginginkan makanan atau minuman tertentu)

Mengidam biasanya terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan

pertama, namun seiring bertambahnya usia kehamilan perasaan

ini akan menghilang sndirinya (Purwaningsih, 2010).

4) Pingsan

Pingsan sering terjadi pada ibu hamil yang sedang berada dalam

keramaian. Untuk ibu hamil dianjurkan untuk berpergian ke

tampat-tempat yang tidak terlalu ramai untuk menjaga

kestabilan tubuh (Purwaningsih, 2010).

5) Mamae tegang dan membesar

Payudara atau mamae pada ibu hamil akan mengalami

ketegangan dan pembesaran, hal ini dikarenakan peningkatan

hormon esterogen dan progesterone saat hamil yang

menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan memberi nutrisi

pada jaringan payudara. Perubahan ini akan dirasakan setelah

usia kehamilan 3 bulan (Purwaningsih, 2010).

6) Anoreksia

Mual dan muntah pada ibu hamil dapat menyebabkan penurunan

nafsu makan. Hal ini biasanya terjadi pada awal kehamilan, akan

hilang pada pertengahan kehamilan dan akan timbul lagi.

Walaupun nafsu makan ibu turun tetapi dianjurkan untuk ibu

Page 4: bab2

12

hamil tetap menjaga asupan nutrisi untuk menjaga kesehatan ibu

dan janin (Purwaningsih, 2010).

7) Pigmentasi kulit

Perubahan warna kulit terjadi pada usia kehamilan 12 minggu

keatas. Perubahan ini dapat ditemui pada pipi, hidung dan dahi,

kadang-kadang terjadi hiperpigmentasi yang disebut kloasma

gravidarum. Aerola mamae terlihat tampak lebih hitam, linea

alba pada pertengahan abdomen tampak lebih menghitam,

karena adanya rangsangan oleh hormone kortikosteroid plasenta

yang merangsang melanofor kulit (Purwaningsih, 2010).

8) Lebih sensitif

Kondisi seperti ini biasanya tergantung dari kesiapan ibu untuk

hamil. Kadang-kadang ibu jadi pemarah, malas dandan atau

malas beraktivitas, juga cenderung sensitif. Perubahan perilaku

ibu ini disebabkan karena produksi hormon progesteron dan

estrogen yang cenderung naik turun. Waspadai bila ibu dilanda

kecemasan yang berlebihan hingga berujung stres dan

perilakunya membahayakan janin. Pasalnya, suasana hati yang

tidak menentu dan emosi meledak-ledak bisa memengaruhi

asam lambung. Pada kehamilan trimester kedua hingga ketiga

kondisi emosi ibu sudah mulai stabil karena hormon

progesteron, hCG mulai turun sehingga ibu menjadi lebih

tenang, nafsu makan membaik, kulit mulai bersih, rambut

bercahaya. Tapi pada trimester ketiga, ibu tetap perlu perlu

dukungan dari suami maupun keluarga besar untuk

mempersiapkan persalinan (Amalia, 2009 dalam

http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc, “Asuhan

Keperawatan Maternitas”, diakses pada 28 Agustus 2009).

9) Sulit berkonsentrasi

Beberapa ibu hamil akan menjadi pelupa atau sulit

berkonsentrasi selama kehamilannya. Tubuh ibu terus bekerja

secara berlebihan untuk perkembangan janin sehingga

Page 5: bab2

13

menimbulkan blok dalam pikiran ibu. Tapi, tak usah khawatir

dan terpengaruh akan hal ini, buatlah catatan kecil untuk

membantu ibu dalam mengingat segala sesuatunya yang

berkaitan dengan kepentingan ibu. Sedapat mungkin luangkan

waktu untuk beristirahat. (Amalia, 2009 dalam

http://www.asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc “Asuhan

Keperawatan Maternitas” diakses pada 28 Agustus 2009).

d. Tanda bahaya kehamilan

Tanda-tanda bahaya dari kehamilan antara lain terjadi

perdarahan yang keluar dari kemaluan, (oedem di wajah, kaki dan

jari-jari, sakit kepala hebat, penglihatan kabur sebagai akibat pre-

eklamsi), nyeri perut, muntah hebat, demam, keluar cairan sebanyak-

banyaknya pervagina. Jika salah satu tanda tersebut timbul, maka

segeralah periksakan kehamilan (Purwaningsih, 2010).

2. Kehamilan Trimester Tiga

a. Trimester tiga

Periode tenang pada trimester dua memfasilitasi suatu

periode aktif pada trimester ke tiga, suatu menantikan kelahiran anak.

Perhatian ibu biasanya mengarah ke kesalamatan dirinya dan anaknya.

Rasa takut terhadap nyeri, mutilasi, dan kekhawatiran tentang

perilakunya dan kemungkinan ia akan kehilangan kendali diri selama

persalinan merupakan isu-isu yang penting (Bobak, 2004).

Ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin sering mengganggu

istirahat ibu. Dipsneu, peningkatan urinasi, nyeri punggung,

konstipasi, dan varises dialami oleh kebanyakan wanita

padakehamilan tahap akhir. Peningkatan ukuran abdomendan

kejanggalan mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari (Bobak, 2004).

Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga. Wanita

mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya

sendiri. Seperti: apakah nanti bayinya akan lhir abnormal, terkait

Page 6: bab2

14

persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal lain yang

tidak diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin,

atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar biasa

besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera akibat

tendangan bayi (Windiyulya, 2009. “Adaptasi Psikologis Kehamilan

Trimester II dan III”. Dalam http:

www.unimus.ac.id/files/.../jtptunimus-gdl-windiyulya-5178-3.pdf

diakses pada 15 Desember 2009)

b. Pengkajian maternal trimester tiga

Pengkajian maternal perlu dilakukan agar dapat mengetahui

peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam diri ibu hamil, keluarga dan

efeknya terhadap kehamilan, dimana pengkajian tersebut meliputi:

1) Wawancara

Wawancara pada kehamilan trimester tiga diajukan dengan tujuan

mengidentifikasi kekhawatiran utama pada wanita hamil saat itu.

Beberapa hal yang sering dikhawatirkan pada ibu hamil antara

lain:

a) Kecemasan menyakiti janin

Ibu sering merasa takut dalam melakukan beberapa hal yang

sebelumnya merupakan kegiatan rutin. Misalnya berolahraga,

berhubungan intim. Hal tersebut dikhawatirkan dapat

menyebabkan keguguran (Putri, 2010).

b) Kecemasan menghadapi persalinan

Walaupun persalinan adalah sebuah proses alami yang

sekaligus merupakan sebuah kodrat bagi seorang wanita

untuk menjalaninya, tetapi seorang ibu tidak dapat

memungkiri rasa khawatir dan takut dalam menghadapi

proses persalinan tersebut (Putri, 2010).

c) Kecemasan tidak mampu berlaku adil

Tidak sedikit ibu yang merasa cemas tidak dapat berlaku adil

terhadap anak-anaknya setelah adiknya lahir. Bahkan banyak

Page 7: bab2

15

juga yang tidak mampu berbagi perhatian dan waktu pada

pasangannya (Putri, 2010).

Tinjauan ulang sistem-sistem tubuh juga perlu dilakukan, seperti

mengidentifikasi rasa tidak nyamanyang mencerminkan adaptasi

terhadap kehamilan. Pertanyaan-pertanyaan khusus diajukan untuk

mengidentifikasi kemungkinan terjadinya infeksi (contoh: saluran

kemih, saluran pernapasan) (Bobak, 2004).

2) Pemeriksaan fisik

Selama pemeriksaan fisik dalam trimester ke tiga suhu, nadi,

pernapasan, tekanan darah dan berat badan perlu dikaji dan

dicatat. Dari beberapa klinik pemeriksaan pelvis dilakukan

dimulai pada minggu ke 36 sampai ke 38 dan dilanjutkan sampai

aterm, terutama untuk memastikan bagian presentasi, dan dilatasi

serviks (Bobak, 2004).

3) Uji laboratorium

Pada setiap kunjungan, dilakukan pemeriksaan urin untuk

mendeteksi glukosa dan protein albumin. Dibeberapa fasilitas

kesehatan, pada setiap kunjungan dilakukan pemeriksaan darah

lengkap (Bobak, 2004).

4) Pengkajian janin

Sejak minggu ke 32 identifikasi pemeriksaan presentasi, posisi,

dan stasiun (engagemen) janin dengan bantuan maneuver leopard

dilakukan setiap minggu. Status kesehatan janin dievaluasi pada

setiap kunjungan. Ibu diminta menjelaskan gerakan janin,

komplikasi selama kehamilan seperti perubahan gerakan janin atau

ketuban pecah (Bobak, 2004).

Penyuluhan tentang pra melahirkan membantu orang tua

melakukan transisi dari peran sebagai orang tua yang menantikan

kelahiran bayi menjadi orang tua yang bertanggung jawab atas bayi

meraka yang baru lahir. Dewasa ini dianjurkan bagi para ibu hamil

trimester tiga untuk mendapatkan konseling prakonsepsi yang mencakup

perawatan kesehatan rutin wanita. Pelatihan dini tentang latihan fisik,

Page 8: bab2

16

nutrisi, alcohol, rokok dan obat-obatan dalam kehamilan juga pilihan-

pilihan yang berhubungan reproduksi yang dapat memberi hasil akhir

yang lebih sehat dan memuaskan (Bobak, 2004).

3. Status Paritas

a. Pengertian

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin

hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Janin yang lahir hidup

ataupun mati tidak dapat mempengaruhi status paritas (Bobak, 2004).

Selain itu pengertian paritas adalah jumlah kehamilan yang dilahirkan

atau jumlah anak yang dimiliki baik dari hasil perkawinan sekarang

atau sebelumnya (Suparyanto, 2010).

Persalinan yang biasanya paling aman untuk ibu yaitu

persalinan yang kedua dan ketiga karena pada persalinan keempat dan

kelima secara dramatis akan meningkatkan angka kematian ibu.

(Amrih, 2010, “Konsep Paritas” dalam http://www.wordpress.com,

diakses pada tanggal 05 Oktober 2010).

b. Komponen status paritas

Istilah Para mengacu pada jumlah bayi yang dilahirkan, tetapi

istilah ini dipisahkan lebih jauh kedalam beberapa istilah seperti term,

preterm, aborsion, and living children (TPAL) (Ledewig, 2006). Maka

dalam pencatatan riwayat obstetri dalam menuliskan status paritas

biasanya menggunakan 5 digit kode (Bobak, 2004), antara lain:

1) Jumlah kehamilan (Graviditas, G)

Yaitu frekuensi seorang wanita mengalami kehamilan. Jumlah

kehamilan dikategorikan menjadi tiga jenis, antara lain:

a) Primigravida

Yaitu seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya.

Kehamilan pertama merupakan pengalaman baru yang dapat

menimbulkan stress bagi ibu dan suami. Beberapa stressor

yang dapat diduga dan yang tidak dapat diduga atau tidak

Page 9: bab2

17

terantisipasi sehingga menimbulkan konflik persalinan (Bobak,

2004).

b) Multigravida

Yaitu seorang wanita yang sudah mengalami kehamilan dua

kali atau untuk setiap kehamilan berikutnya (Ledewig, 2006).

Menetapkan kehamilan primigravida atau multigravida sangat

penting karena sikap pengawasan hamil dan mempersiapkan

pertolongannya mempunyai perbedaan. Dalam pengawasan

hamil, tidak ada perbedaan sampai saat persalinan

berlangsung. Primigravida mendapatkan perhatian bila pada

minggu ke 36 kepala janin sudah masuk pintu atas panggul

(Manuaba, 2010).

Pada multigravida, diajukan pertanyaan tentang persalinannya

yang lampau, sebagai gambaran koordinasi antara 3P , yaitu

power (kekuatan his dan mengejan), passanger (besar dan

beratnya janin dan plasenta), passage (jalan lahir tulang dan

lunak) bila pada persalinan yang lampau, persalinan spontan,

bayi hidup dan aterm ini berarti menunjukkan kondisi 3P

berjalan dengan baik (Manuaba, 2010).

Bila kehamilan dan persalinan yang lampau dijumpai keadaan

kehamilan yang komplikasi atau penyakit, pernah mengalami

keguguran, pernah mengalami persalinan premature,

kehamilan mati dalam rahim, persalinan dengan tindakan

operasi, persalinan berlangsung lama (lebih dari 24 jam), atau

kehamilan lewat waktu. Dapat disimpulkan bahwa kehamilan

memiliki resiko yang lebih tinggi, sehingga persalinannya

harus dikirim ke rumah sakit dan membutuhkan pengawasan

yang ketat. Tujuan konsultasi atau pengiriman ke rumah sakit

yaitu untuk menjamin kehamilan mendapatkan pengawasan

yang optimal. Sehingga persalinan mencapai well born baby

dan well health mother (Manuaba, 2010).

Page 10: bab2

18

c) Grande multigravida

Grande multigravida adalah ibu yang pernah hamil lima kali

atau lebih secara berturut-turut. wanita yang telah melahirkan 5

orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam

kehamilan dan persalinan (Wiknjosastro, 2007).

Seorang ibu dengan paritas anak lebih dari lima, biasanya

memiliki kondisi kesehatan fisik yang tidak prima lagi, apalagi

jarak antara melahirkan satu dengan berikutnya kurang dari 2

tahun (Tara, 2000).

Bila seorang ibu terlalu sering hamil, mereka memiliki resiko

tinggi, apalagi pada seorang ibu hamil dimana anak

sebelumnya masih disusui maka ibu tersebut termasuk ke

dalam ibu hamil beresiko tinggi (Wijonarko, 2008).

Pada wanita primipara, mereka secara aktif mempersiapkan diri

untuk menghadapi persalinan. Mereka banyak membaca buku,

menghadiri kelas untuk orang tua, dan berkomunikasi dengan wanita

lain (ibu, saudara perempuan, dan teman). Mereka mencari orang

terbaik untuk meminta nasihat, arahan, dan perawatan. Sedangkan pada

wanita multipara, mereka memiliki pengalaman tersendiri dalam

melahirkan dan bersalin yang mempengaruhi pendekatannya dalam

mempersiapkan diri menghadapi persalinan kali ini (Bobak, 2004).

Menurut psikolog Universitas Padjadjaran Dra Sri Rahayu Astuti, M.si

jangankan kehamilan yang pertama pada kehamilan kelima pun masih

wajar bila ibu merasa cemas atau khawatir (Amalia, T, 2009, 5,

http://titian amalia.wordpress.com, diperoleh tanggal 25 Oktober 2009).

2) Kelahiran belum cukup umur (Preterm, P)

Yaitu proses kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu

atau sebelum 3 minggu dari waktu perkiraan persalinan (Bobak,

2004). Persalinan premature (preterm) adalah persalinan yang

terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu dengan

perkiraan berat janin kurang dari 2500 gram. Resiko persalinan

premature adalah tingginya angka kematian, janin mengalami

Page 11: bab2

19

pertumbuhan mental-intelektual dan fisik yang kurang sehingga

dapat menjadi beban, menimbulkan rasa cemas pada keluarga

(Manuaba, 2010).

Persalinan premature sulit diduga dan sulit dicari penyebabnya,

sehingga pengobatannya sukar dapat diterapkan dengan pasti.

Manuaba tahun 2010 mengatakan ada beberapa factor yang dapat

menyebabkan persalinan premature, antara lain:

a) Kondisi umum, antara lain :

(1) Keadaan social ekonomi rendah : kurang gizi, anemia,

perokok berat, umur ibu terlalu muda atau kurang dari 20

tahun, umur ibu terlalu tua atau diatas 35 tahun.

(2) Penyakit ibu yang menyertai kehamilan : tekanan darah

tinggi, penyakit diabetes, penyakit jantung atau paru, dan

penyakit endokrin.

b) Penyulit kebidanan. Pekembangan dan keadaan hamil dapat

meningkatkan terjadinya persalinan premature antara lain :

(1) Hidramnion, kehamilan kembar, preeklamsi atau eklamsi.

(2) Perdarahan antepartum pada solusio plasenta, plasenta

previa.

(3) Ketuban pecah dini,terjadi gawat janin, dan suhu tubuh

tinggi.

c) Kelainan anatomi rahim

Kelainan ini dikarenakan rahim yang sering menimbulkan

kontraksi dini(serviks inkopeten karena kondisi serviks,

amputasi serviks) dan kelainan congenital rahim (uterus

arkuatus, uterus septus), atau infeksi pada vagina yang

menjadi amnionitis (manuaba: 2010).

Dengan demikian persalinan prematur menjadi penyebab utama

tingginya angka kematian perinatal. Makin rendah berat bayi lahir,

semakin tinggi kejadian morbiditas dan mortalitas (Manuaba, 2010).

Memiliki bayi premature merupakan salah satu pengalaman orang tua

yang paling menegangkan. Bila ibu melahirkan bayi premature

Page 12: bab2

20

mungkin pada mulanya ibu akan mengalami shock, pikirannya hanya

dipenuhi oleh masalah seputar kelahiran premature saja. Hal tersebut

dapat memberikan pengalaman bagi ibu hamil dalam melakukan

perawatan kehamilan selanjutnya agar lebih efektif dan maksimal.

(Nabila, 2007, “Perawatan Bayi Prematur” dalam

http//www.ibunda.com// diakses pada 2 juni 2007 pukul 23.30).

3) Kelahiran cukup bulan (Term, T)

Kelahiran cukup bulan atau term yaitu proses kelahiran pada awal

minggu ke 38 dan akhir minggu ke 42 gestasi (Bobak, 2004).

Pada usia normal, usia gestasi janin diperkirakan dengan

menentukan lamanya kehamilan dan menetapkan perkiraan

tanggal kelahiran(partus). Usia gestasi ditentukan berdasar usia

menstruasi. Secara rata-rata, waktu yang berlalu antara hari

pertama menstruasi terakhir sampai lahirnya janin adalah 280 hari

tau 40 minggu. Untuk secara cepat menentukan akhir dari

kehamilan yang berdasar pada siklus menstruasi dapat digunakan

dengan cara menambahkan 7 hari ke hari pertama menstruasi

terakhir dan kurangi 3 bulan. Namun saat ini banyak wanita yang

sudah menjalani pemeriksaan ultrasonografi pada trimester

pertama atau awal trimester kedua untuk memastikan usia gestasi

(Cunningham, 2005).

Selain itu beberapa yang dapat dilakukan ibu hamil untuk

menentukan usia gestasi yaitu dengan pengukuran tinggi fundus

uteri, serta test kehamilan yang mencakup tanggal dan hasil tes

(Bobak, 2004). Periode gestasi juga terbagi menjadi tiga satuan

yang masing-masing terdiri dari tiga bulan kalender, atau disebut

dengan trimester, karena tonggak-tonggak penting obstetric dapat

dengan mudah ditentukan dengan trimester. Sebagai contoh,

kemungkinan abortus spontan terutama terjadi terbatas pada

trimester pertama, sedangkan kemungkinan bayi yang lahir

premature untuk bertahan hidup sangat meningkat pada

Page 13: bab2

21

kehamilan yang berhasil mencapai trimester ketiga (Cunningham,

2005).

4) Aborsi (Abortus, A)

Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah

pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar

rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya

kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu

karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai (Putri, 2010).

Mc. Bride,1991 mengatakan bahwa separuh abortus disebabkan

oleh perkembangan abnormal embrionik, defek kromosom, dan

penyakit herediter (Bobak, 2004).

Sedangkan menurut Cunningham, (1993) mengatakan abortus

tahap lanjut dapat disebabkan oleh sebab-sebab maternal seperti

usia lanjut pada paritas, infeksi kronis, penyakit kronis yang

mengganggu, nutrisi yang buruk, dan pemakaian obat-obatan

terlarang (Bobak, 2004). Jenis-jenis abortus terbagi berdasarkan

kejadiannya, yaitu abortus spontan dan induced abortion

(terapeutik).

a) Abortus spontan

Abortus spontan terbagi sesuai dengan temuan-temuan yang

didapat dari pemeriksaan pertama kali. Tetapi dari satu jenis

abortus dapat berubah menjadi jenis abortus lainnya jika

proses abortus berlanjut (Llewellyn, 2001). Jenis abortus

yang termasuk ke dalam abortus spontan antara lain:

(1) Abortus iminens, diagnosis ini ditegakkan jika seorang

wanita hamil mengalami perdarahan uterus dengan atau

tanpa kontraksi uterus yang sakit. Pada pemeriksaan

pervagina menunjukkan serviks tidak berdilatasi,

sedangkan berdasarkan pemeriksaan ultrasound

menggambarkan ukuran amnion normal dan jantung janin

berdenyut, kantong amnion kosong, missed atau

incomplete abortion (Llewellyn, 2001). Abortus ini

Page 14: bab2

22

ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang

dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak

sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi atau

janin masih berada di dalam, dan tidak disertai

pembukaan (dilatasi serviks) (Nasuha, 2008 “Abortus”

dalam http://kamussehat.wordpress.com/ diakses pada 15

Mei 2008).

(2) Abortus complete, janin dan semua jaringan yang terkait

telah dikeluarkan dari uterus (Bobak, 2004). Pada abortus

jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga

rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat

plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit

dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita

yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan

tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit

masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan

yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret

(Nasuha, 2008 “Abortus” dalam

http://kamussehat.wordpress.com/ diakses pada 15 Mei

2008).

(3) Abortus incomplete, kehilangan beberapa hasil konsepsi

atau tidak semua hasil proses konsepsi keluar dari uterus

(Bobak, 2004). Terjadi pengeluaran sebagian hasil

konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu,

sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi

dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat

diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os

uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum

sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus dikuret

(Nasuha, 2008 “Abortus” dalam

http://kamussehat.wordpress.com/ diakses pada 15 Mei

2008).

Page 15: bab2

23

(4) Septik, kehilangan kehamilan karena terjadinya infeksi

pada hasil konsepsi (Bobak, 2004). Dalam 80% kasus,

infeksinya ringan dan terlokalisasi di desidua, 15% kasus

infeksinya berat mengenai miometrium dan mungkin

menyebar ke tuba falopii. Dan 5% kasus terjadi peritonitis

generalisata atau kolaps vascular yang disebabkan oleh

pelepasan endotoksin E. coli dan dikenal sebagai syok

endotoksin (Llewellyn, 2001).

(5) Missed abortion, kehilangan kehamilan dimana produk

konsepsi didalam uterus setelah janin meninggal tetapi

tidak menimbulkan abortus yang spontan, mungkin

dengan tidak adanya rasa nyeri, perdarahan pervaginam

dan serviks tertutup (Bobak, 2004).

(6) Abortus rekuren (habitualis), seorang wanita yang telah

mengalami abortus selama tiga kali atau lebih

(Llewellyin, 2001).

b) Induced abortion, atau biasa dikenal dengan aborsi terapeutik

yang dilakukan berdasar alasan medic (Bobak, 2004). Aborsi

paling aman dilakukan pada ssaat antara minggu ke 6 sampai

12 kehamilan. Terminasi kehamilan dapat dilakukan dengan

tindakan pembedahan atau medic. Alasan utama dilakukan

abortus terapeutik antara lain karena keadaan social ekonomi,

factor psikiatrik dimana ibu hamil mengalami neurosis berat,

alasan medic karena ibu hamil mengidap penyakit jantung

berat, gagal jantung, ginjal kronik, dan penyakit maligna.

Sedangkan factor dari segi fetus, biasanya karena infeksi

virus, penyakit hemolitik, defek genetic dan defek kongenital.

Harus ditekankan bahwa seorang wanita jarang meminta

untuk dilakukan abortus tanpa pertimbangan yang matang,

dan mau menerima serta menyambut baik konseling selama

masa sulit ini (Llewelyn, 2001).

Page 16: bab2

24

Hogue (1986), dalam suatu ulasan ilmiah tentang dampak abortus

terhadap kehamilan berikutnya, meringkaskan data dari 200

publikasi lebih. Ia menekankan bahwa harus dilakukan

pertimbangan mengenai metode untuk menginduksi abortus

karena akan mempengaruhi timbulnya penyulit pada kehamilan

berikutnya (Christine, 2005).

Kebanyakan wanita yang mengalami abortus spontan mengalami

stress psikologis. Sebanyak 90% memberikan reaksi berkabung,

yang berlangsung sampai sebulan. Pada saat abortus sedang

mengancam atau sedang berlangsung, banyak wanita yang

mengalami stress karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi

pada janinnya (Llewellyn, 2001).

5) Jumlah anak hidup (Living children, L)

Yaitu jumlah anak yang dilahirkan hidup sampai saat ini.

Memperkenalkan bayi baru lahir kepada suatu keluarga dengan

satu anak atau lebih bisa menjadi persoalan bagi orang tua.

Mereka dihadapkan pada tugas untuk merawat anaknya yang baru

tanpa mengabaikan anak yang lain (Bobak, 2004)

Tidak sedikit ibu yang merasa cemas tidak dapat berlaku adil

terhadap anak-anaknya setelah adiknya lahir. Bahkan banyak juga

yang tidak mampu berbagi perhatian dan waktu pada

pasangannya (Putri, 2010).

Pada ibu yang menantikan kelahiran anak keduanya memiliki

kekhawatitran yang bebeda pada masa hamil. Mereka khawatir

akan reaksi anak pertamanya terhadap kelahiran saudaranya dan

sadar akan terjadi perubahan hubungan dengan anak pertamanya.

Orang terdekatpun merasa yakin akan kemampuan ibu dalam

memelihara bayinya sehingga mereka mungkin tidak akan

memberikan perhatian sebanyak yang diberikan pada kehamilan

pertamanya (Bobak, 2004).

Page 17: bab2

25

Ibu hamil yang telah melahirkan anak lebih dari empat,

mempunyai resiko tinggi atas kehamilannya, baik saat masih

hamil maupun saat kelahirannya kelak (Wijonarko, 2008).

4. Kecemasan

a. Pengertian Kecemasan

Cemas merupakan kekhawatiran yang tidak jelas, dan

menyebar dan berkaitan dengan perasaan tidak berarti dan tidak

berdaya. Keadaan ini tidak memiliki objek yang spesifik (Stuart,

2006). Kecemasan berbeda dengan ketakutan. Dimana cemas

merupakan kekhawatiran yang tidak jelas objeknya, tetapi takut

adalah kekhawatiran yang memiliki objek yang jelas (Maramis,

2005).

Ketakutan dapat terjadi tanpa kecemasan, dan kecemasan

dapat hadir tanpa ketakutan, keduanya dapat hadir bersamaan dalam

respon seseorang terhadap situasi. Hal ini dapat terjadi pada individu

yang akan mengalami operasi atau persalinan dimana terdapat rasa

ketakutan akan rasa nyeri dan kecemasan akan kehilangan salah satu

organnya (Carpenito, 2000).

b. Teori Kecemasan

Gail W. Stuart (2006), menyatakan ada beberapa teori yang

telah dikembangkan untuk menjelaskan factor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan, diantaranya:

1) Faktor predisposisi

a) Teori psikoanalitik

Cemas atau ansietas adalah konflik yang terjadi antara dua

elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma

budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi dari dua

tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan

Page 18: bab2

26

fungsi cemas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya

(Stuart, 2006).

b) Teori interpersonal

Cemas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan

terhadap penolakan interpersonal. Cemas juga berhubungan

dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan

kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.

Individu dengan harga diri rendah terutama rentan

mengalami cemas yang berat (Stuart, 2006).

c) Teori perilaku

Cemas merupakan produk frustasi yang segala sesuatunya

mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Ahli perilaku lain menganggap cemas

sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan dari

dalam diri untuk menghindari kepedihan. Pakar tentang

pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam

kehidupan dirinya mengalami ketakutan yang berlebihan

lebih sering menunjukkan kecemasan pada kehidupan

selanjutnya (Stuart, 2006).

d) Kajian keluarga

Menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi

dalam keluarga (Stuart, 2006).

e) Kajian biologis

Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor yang

berperan penting dalam mekanisme biologis yang

berhubungan dengan kecemasan (Stuart, 2006).

2) Faktor pesipitasi

Stressor pencetus dapat dikategorikan menjadi dua, antara lain:

a) Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas

fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan

untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Stuart, 2006).

Page 19: bab2

27

b) Ancaman terhadap system diri dapat membahayakan

identitas, harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi pada

individu (Stuart, 2006).

c. Tingkat Kecemasan

1) Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,

kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan kreativitas (Stuart, 2006).

2) Kecemasan sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal-hal penting

dan mengesampingkan hal lain. Kecemasan ini mempersempit

lapang pandang persepsi individu. Dengan demikian individu

mengalami ketidaperhatian yang selektif namun dapat berfokus

pada banyak area jika diarahkan untuk melakukannya (Stuart,

2006).

3) Kecemasan berat

Sangat mengurangi lapang pandang persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta

tidak berfikir tentang hal lain. Semua prilaku ditunjukkan untuk

mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak

arahan untuk berfokus pada area lain (Stuart, 2006).

4) Panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Hal

yang rinci terpisah dari proporsinya. Karena mengalami

kehilangan kendali, individu yang mengalami panic tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panic

mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan

peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang,

dan kehilangan pemikiran rasional (Stuart, 2006).

Page 20: bab2

28

Bagan 2.1. Rentang Respon Kecemasan

Sumber: Asuhan Keperawatan Jiwa, Gail W Stuart, 2006

d. Tanda Dan Gejala Kecemasan

Menurut Stuart, 2006 tanda dan gejala dari kecemasan terbagi

berdasarkan respon fisiologis, emosional, dan kognitif.

1) Fisiologis, gejala yang ditimbulkan secara fisiologis pada

kecemasan antara lain:

a) Peningkatan frekuensi jantung dan berdebar-debar

b) Peningkatan tekanan darah

c) Peningkatan frekuensi pernapasan

d) Insomnia

e) Keletihan dan kelemahan

f) Pucat atau kemerahan

g) Gelisah

h) Sering berkemih (Carpenito, 2000)

2) Kognitif, perasaan yang dirasakan sehingga menimbulkan

persepsi yang sempit, gejalanya antara lain:

a) Tidak mampu berkonsentrasi

b) Mudah lupa

c) Kurang sadar terhadap lingkungan sekitar

d) Blok pikiran (tidak dapat mengingat) (Carpenito, 2000).

3) Emosional, perasaan tidak mampu menguasai diri, gejala yang

timbul antara lain:

a) Ketakutan

b) Ketidakberdayaan

c) Gugup

d) Kurang percaya diri

RENTANG RESPON KECEMASAN

PanikBeratSedangRinganAntisipasi

Respon MaladaptifRespon Adaptif

Page 21: bab2

29

e) Marah berlebihan dan menangis

f) Menarik diri (Carpenito, 2000)

5. Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses penggerakan keluarnya janin,

plasenta, dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak,

2004). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai sejak

uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan kelahiran plasenta

secara lengkap (JNPK-KR, 2007).

Menurut Rahman tahun 2010, persalinan ditandai oleh his

yang makin lama semakin kuat, lama dan nyeri, perdarahan

pervaginam sedikit, pembukaan serviks. Persalinan yang terjadi pada

usia kehamilan 37 sampai dengan 41 minggu disebut persalinan

normal. Maksudnya, setelah memasuki minggu ke 37, kapanpun

persalinan terjadi merupakan hal yang normal. Pada masa ini baik

tubuh bayi maupun ibu sudah siap memasuki proses persalinan.

Selain itu gejala-gejala akan memasuki persalinan sudah mulai

muncul pada tubuh ibu. Untuk itu, persiapan mental menuju

persalinan sudah harus dimulai (Rahman, 2010).

b. Sebab Terjadinya Proses Persalinan

Menurut Hanifah Wiknjosastro tahun 2007 dalam bukunya

yang berjudul Ilmu Kebidanan menjelaskan beberapa factor yang

menyebabkan timbulnya persalinan, antara lain:

1) Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan estrogen

menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta berkurang.

2) Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser,

menjadi stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.

Page 22: bab2

30

3) Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal dan beban,

semakin merangsang terjadinya kontraksi.

4) Peningkatan beban / stress pada maternal maupun fetal dan

peningkatan estrogen mengakibatkan peningkatan aktifitas

kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi pencetus rangsangan

untuk proses persalinan

5) Selanjutnya dengan berbagai tindakan lainnya persalinan dapat

dimulai dengan Induction of Labour yaitu dengan cara:

a) Merangsang pleksus Frankenhauser dengan memasukkan

beberapa gagang laminaria kedalam kanalis servikalis.

b) Pemecahan ketuban secara manual.

c) Penyuntikan oksitosin (sebaiknya dengan menggunakan

jalur intra vena) (Sarwono, 1999).

c. Faktor - faktor Dalam Persalinan

Menurut Irene, Bobak (2004) persalinan ditentukan oleh 3

faktor “P” utama, yaitu:

1) Power, his (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan

mengejan ibu, keadaan kardiovaskular respirasi metabolik ibu.

2) Passage, keadaan jalan lahir

3) Passanger, keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin,

ada/tidak kelainan anatomik mayor)

4) “P” lainnya : psychology, physician, position. Dengan adanya

keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut,

persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.

d. Tahap Persalinan

Partus terbagi atas 4 tahap. Pada kala 1 dinamakan kala

pembukaan, serviks membuka sampai menjadi pembukaan 10 cm.

Kala 2 disebut pula kala pengeluaran, oleh karena itu berkat

kekuatan his dan kekuatan ibu mengedan, janin didorong keluar

sampai lahir. Dalam kala 3 atau kala uri plasenta terlepas dari

dinding rahim dan dilahirkan. Kala 4 mulai dari lahirnya plasenta

Page 23: bab2

31

dan lama nya 2 jam. Dalam kala itu harus diamati apakah ada

perdarahan atau tidak (Wikjosono, 2007).

1) Tahap pertama persalinan atau kala 1

Terjadi kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks

lengkap. Tahap pertama ini dibagi menjadi dua bagian, antara

lain:

a) Fase laten

Dimulai sejak awal berkontraksi dan menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

Berlangsung hingga serviks terbuka kurang dari 4 cm. pada

umumnya fase laten berlangsung 8 jam. Kontraksi mulai

teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik (JNPK,

2007).

b) Fase aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi dianggap adekuat atau memadai terjadi

tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung

selama 40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga

mencapai pembukaan lengkap yaitu 10 cm, akan terjadi

dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau

primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

Terjadi pula penurunan bagian terbawah janin (JNPK,

2007).

2) Tahap kedua persalinan atau kala 2

Merupakan tahap dimana janin dilahirkan. Tahap ini ditandai

dengan dilatasi serviks lengkap dan berakhir dengan kelahiran

bayi. Pada primipara kala 2 berlangsung selama 1,5 jam,

sedangkan pada multipara berlangsung sampai ½ jam

(Wiknjosastro, 2007).

3) Tahap ketiga persalinan atau kala 3

Berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Plasenta

biasanya terlepas setelah tiga atau empat kontraksi uterus yang

Page 24: bab2

32

kuat yakni setelah bayi lahir. Biasanya plasenta lahir 6 sampai

15 menit (Wiknjosastro, 2007).

4) Tahap keempat persalinan atau kala 4

Berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta lahir. Periode ini

merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostatis

terjadi dengan baik. Masa ini merupakan periode yang penting

untuk memantau adanya komplikasi, misalnya perdarahan

abdomen (Wiknjosastro, 2007).

Dalam kala persalinan biasanya ibu dengan kehamilan

primigravida lebih lama menjalani persalinan dibanding dengan

kelahiran multigravida (Manuaba, 2010).

Tabel 2. 1 Lama persalinan pada primigravida dengan

multigravida

Kala persalinan Primigravida Multigravida

I 10-12 jam 6-8 jam

II 1-1,5 jam 0,5-1 jam

III 10 menit 10 menit

IV 2 jam 2 jam

Jumlah (tanpa

memasukkan kala IV yang

bersifat observasi)

10-12 jam 8-10 jam

“Sumber : Manuaba, 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit

Kandungan dan KB”

6. Kecemasan Menghadapi Persalinan

Saat kehamilan datang dalam kehidupan seorang wanita, timbul

perasaan bahagia yang tiada terduga, namun terkadang kebahagiaan

tersebut terganggu oleh beberapa perasaan cemas yang akibatnya

berpengaruh terhadap kondisi emosi (Putri, 2010).

Trimester ketiga merupakan klimaks kegembiraan emosi karena

kelahiran bayi. Akhir bulan ke-8 mungkin mengalami periode tidak

semangat dan depresi karena ketidaknyamanan bertambah karena bayi

Page 25: bab2

33

bertambah besar. Sekitar dua minggu sebelum melahirkan sebagian besar

wanita mulai merasa senang. Keinginan bayinya sama dengan ketakutan

akan keselamatan saat melahirkan (Purwaningsih, 2010).

Perlu disadari bahwa persalinan adalah suatu tugas dari seorang

ibu yang harus dihadapi dengan tabah, walaupun tidak jarang mereka

merasa cemas dalam menghadapi masalah tersebut. Kecemasan tersebut

antara lain meliputi apakah mereka dapat mengatasi kesukaran yang

dihadapi, cemas apakah janin yang dikandung tidak cacat, dan cemas

menghadapi rasa sakit. Dari beberapa alasan kecemasan yang timbul

pada seorang ibu yang akan menghadapi persalinan, maka dari itu

mereka membutuhkan penolong yang dapat dipercaya, yang dapat

memberikan bimbingan yang selalu siap dalam menghadapi kecemasan

dan kesukaran (Wiknjosastro, 2007).

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan

ibu hamil dalam menghadapi persalinan, dimana factor-faktor tersebut

merupakan bagian dari karakteristik responden dalam penelitian ini,

factor-faktor tersebut antara lain :

a. Usia

Menurut hulock (1996), menyatakan semakin tua seseorang samakin

baik ia dalam mengendalikan emosinya, tetapi bila dalam persalinan,

semakin tua usia ibu maka resiko komplikasinya pun semakin tinggi

dan hal itu dapat meningkatkan kecemasan. Wanita hamil pada usia

18 tahun atau dibawah usia 20 tahun mempunyai resiko komplikasi

kehamilan dan persalinan lebih tinggi. Mereka lebih mungkin

menderita hipertensi yang diinduksi kehamilan atau anemia dan

melahirkan bayi yang berat badanya lahir rendah. Penyebabnya

antara lain status social ekonomi yang rendah, diet gizi yang kurang

baik, penyalahgunaan obat, dan kurangnya perawatan antenatal

(Llewellyn, 2001).

Remaja mungkin telah matang dalam secara seksual, tetapi mereka

tidak matang secara emosional dan social. Masa remaja secara

normal adalah tahap perkembangan dimana individu melakukan

Page 26: bab2

34

system nilainya sendiri dan terampil dalam melakukan tugas-

tugasnya tertentu. Kehamilan merupakan tantangan yang amat rumit

dari tugas ini (Bobak, 2004).

Bila seorang wanita terlalu muda untuk menikah dan kemudian

langsung hamil. Apalagi bila ibu hamil berusia 18 tahun.

Dikhawatirkan bisa terjadi masalah dengan kehamilannya, dan bisa

berujung pada kematian ibu maupun bayinya (Wijonarko, 2008).

Dua dampak yang perlu diperhitungkan dalam menghadapi

kehamilan usia remaja antara lain dampak psikologis dan fisik. Dari

segi psikologis yang belum matang,remaja akan merasa tertekan

karena tidak sanggup merawat kandungannya, alat reproduksi yang

belum siap untuk menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan

berbagai bentuk komplikasi. Dari sudut fisik, tumbuh kembang janin

dalam rahim belum matang, sehingga dapat terjadi abortus,

persalinan premature atau gestosis. Pada outcome janinnya dapat

terjadi kelainan congenital dan berat badan lahir rendah. Kematian

maternal dan perinatal remaja relative tinggi dibanding masa

reproduksi sehat usia antara 20 sampai 35 tahun (Manuaba, 2001).

Sedangkan pada wanita hamil yang berusia 35 tahun keatas, mereka

pun memiliki resiko tinggi dan dapat menyebabkan kemitan ibu

maupun bayinya (Wijonarko, 2008). Kelahiran primigravida tua

mempunyai resiko lebih tinggi menderita hipertensi essensial,

hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan, diabetes kehamilan dan

perdarahan antepartum. Kemungkinan mendapatkan bayi down

syndrome juga lebih besar tetapi lahir resiko preterm dan

pertumbuhan pada bayi tidak meningkat. Kemungkinan lahir dengan

sesar atau persalinan dengan operasi vagina meningkat, tetapi hal ini

mungkin disebabkan oleh kekhawatiran ahli kandungan bahwa masa

repruduksi wanita tersebut telah menurun (Llewellyn, 2001).

Secara psikologis pada wanita hamil yang berusia dibawah 20 tahun,

kesiapan mental masih sangat kurang, sehingga dalam menghadapi

persalinan mentalnya masih sangat kurang dan kecemasan pun tidak

Page 27: bab2

35

terpungkiri. Sedangkan pada wanita hamil yang berusia lebih dari 35

tahun, secara mental mereka merasa lebih mantap dan tenang, namun

dari segi fisik mereka memiliki resiko tinggi yang lebih besar

(Manuaba, 2010).

b. Status pekerjaan

Masalah utama bila ibu hamil yang bekerja di luar adalah resiko

terkena pajanan terhadap zat-zat fetotoksik, ketegangan fisik yang

berlebihan, terlalu lelah, pengobatan atau komplikasi yang

berhubungan dengan kehamilan dan masalah pada usia kehamilan

lanjut, kesulitan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan

kesinambungan tubuh (Ledewig, 2006).

Manshande, dkk (1987) melaporkan bahwa wanita hamil yang

melakukan pekerjaan yang mengharuskan ibu berdiri lama, lebih

beresiko mengalami persalinan premature, tetapi jarang terdapat efek

pada pertumbuhan janin (Cunningham, 2005).

Menurut Basukia hli psikologis, pada wanita yang bekerja atau

wanita karir memutuskan untuk memiliki seorang anak atau memulai

tahap kehamilan bukanlah hal yang mudah, karena menjadi seorang

ibu yang bekerja memiliki kesulitan yang lebih besar daripada ibu

yang tidak bekerja. Ada perasaan was-was yang mereka alami saat

mereka memutuskan untuk memulai suatu kehamilan, perasaan was-

was ini biasanya berkaitan dengan kelanjutan karir mereka. Mereka

memiliki perasaan cemas, perasaan ini berkaitan dengan waktu dan

juga kinerja mereka yang akan berkurang selama masa

kehamilannya. Pada masa kehamilan fokus utama wanita yang

bekerja akan terbagi antara kehamilannya dan juga pekerjaanya, hal

ini akan membuat mereka merasa cemas karena perasaan takut akan

mengabaikan pekerjaannya dan lebih fokus pada kehamilannya

ataupun sebaliknya, dan akan memberikan dampak yang kurang baik

pada pekerjaannya ataupun pada kehamilannya (Margantari, 2007.

“Kecemasan Terhadap Kehamilan Pada Wanita Dewasa Muda yang

Page 28: bab2

36

Bekerja” dalam http//www.artikelkesehatan.co.id.orgpdf/ diakses

pada 21 Februari 2007).

c. Tingkat pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita

tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin

mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga

kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Pendidikan dan

pengetahuan ibu dapat mempengaruhi kecemasan karena kurangnya

informasi mengenai persalinan dari orang terdekat, keluarga,

maupun media informasi seperti majalah dan lainnya. (Suparyanto,

2010. “Konsep Paritas”. http://www.dr_suparyanto.blogspot.com

diakses pada 07 Oktober 2010 pukul 06.25).

d. Pendamping orang terdekat (support system)

Caplan (1959), salah satu pengembang intervensi krisis, mengatakan

bahwa keberhasilan penyelesaian suatu krisis sering bergantung

kepada system pendukung pasien. System pendukung pasien dapat

mencakup keluarga, teman, dan individu terdekat. (Bobak, 2004).

Banyak wanita yang menginginkan pasangan atau orang terdekatnya

hadir mendampingi dia selama melahirkan. Kehadiran orang yang

dicintai selama persalinan akan memberikan perasaan dukungan

yang familiar dan personal sehingga mengurangi suasana klinis

bangsal persalinan (Manuaba, 2010).

B. Kerangka Teori

Perawat memiliki peranan yang cukup penting dalam pemberian

asuhan bagi ibu hamil dan bersalin. Untuk mengurangi tingkat kecemasan

pada ibu hamil yang akan menghadapi persalinan, dari sedini mungkin ibu

hamil harus mendapatkan perawatan dan pengetahuan mengenai proses

persalinan agar saat persalinan tiba ibu tidak menunjukkan perasaan khawatir

yang berlebihan dan persalinanpun akan berjalan dengan aman dan normal.

Page 29: bab2

37

Kerangka konsep teori yang digunakan peneliti digambarkan pada

konstruk dibawah ini:

Bagan 2. 2 Kerangka Teori

Status Paritas

1. Jumlah kehamilan (G)

2. Jumlah kehamilan

cukup umur (T)

3. Jumlah kehamilan

premature (P)

4. Jumlah aborsi (A)

5. Jumlah anak hidup (L)

Tingkat

Kecemasan

Faktor yang

mempengaruhi

kecemasan:

1. Usia

2. Status pekerjaan

3. Pendidikan

4. Pendamping

terdekat (support

system)

Proses

Persalinan

Menghadapi

Persalinan

Sumber Informasi