bab2
-
Upload
qwkerbk090909 -
Category
Documents
-
view
93 -
download
4
description
Transcript of bab2
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Trafo Daya
Transformator merupakan peralatan statis untuk memindahkan energy listrik dari satu
rangkaian listrik ke rangkaian lainnya dengan mengubah tegangan tanpa merubah frekuensi.
Transformator disebut peralatan statis karena tidak ada bagian yang bergerak/berputar, tidak
seperti motor atau generator. Pengubahan tegangan dilakukan dengan memanfaatkan prinsip
induktansi elektromagnetik pada lilitan.Fenomena induksi elektromagnetik yang terjadi
dalam satu waktu pada transformator adalah induktansi sendiri pada masing- masing lilitan
diikuti oleh induktansi bersama yang terjadi antar lilitan.
Secara sederhana transformator dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu lilitan primer,
lilitan sekunder dan inti besi.Lilitan primer merupakan bagian transformator yang terhubung
dengan rangkaian sumber energi (catu daya).Lilitan sekunder merupakan bagian
transformator yang terhubung dengan rangkaian beban.Inti besi merupakan bagian
transformator yang bertujuan untuk mengarahkan keseluruhan fluks magnet yang dihasilkan
oleh lilitan primer agar masuk ke lilitan sekunder.Berikut adalah gambar sederhana dari
sebuah transformator.
Gambar 2.1 Rangkaian Transformator Sederhana
Dimana :
V1 = Tegangan Primer V2 = Tegangan Sekunder
E1 = Jumlah Lilitan Primer E2 = Jumlah Lilitan Sekunder
Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah transformator yang disebut
sebagai transformator daya atau power transformer.Transformator daya dapat didefinisikan
sebagai sebuah transformator yang digunakan untuk memindahkan energi listrik yang
terletak di berbagai bagian dari rangkaian listrik antara generator dengan rangkaian primer
dari sistem distribusi.
Berdasarkan hukum Faraday yang menyatakan magnitude dari electromotiveforce (emf)
proporsional terhadap perubahan flukster hubung dan hukum Lenzyang menyatakan arah
dari emf berlawanan dengan arah fluksse bagai reaksi perlawanan dari perubahan
Flukster sebut didapatkan persaman :
e = (d/dt) keterangan : e= emfsesaat(instantaneousemf)
Ψ= fluksterhubung (linkedflux)
Dan padatransformer ideal yang dieksitasi dengan sumber sinusoidal berlaku persamaan:
E =4,44ΦmNf Keterangan: E = Tegangan rms
N=jumlahlilitan
f = frekuensi
Φm= flukspuncak (peakflux)
Dan persamaan :
E1
E2
=N1
N2
Dikarenakan padatransformer idealseluruhmutualfluxyangdihasilkansalahsatu
kumparanakanditerimaseutuhnya olehkumparanyanglainnyatanpaadanyaleakageflux
maupun losslainmisalnyaberubah menjadipanas.Atasdasarinilahdidapatkanpula persamaan:
P1 = P2
V1 . I1 = V2 . I2
N1 . I1 = N2 . I2
2.2 Switchgear MV dan LV
2.2.1 Circuit Breaker (CB)
Pengoperasian CB dapat dilakukan dengan atau tanpa beban karena memiliki media
pemadam busur api (OCB, VCB, ABCB, dan SF6). Penggunaan CB untuk kapasitas besar
pada gardu induk dan dikombinasikan dengan relay dan Current Transformer (CT).
Dalam operasi CB harus mampu:
1. Memutus/ memikul arus nominal secara kontinyu
2. Bekerja secara otomatis bila terjadi gangguan.
3. Bekerja sebagai isolasi pada keadaan kontak terbuka
4. Memikul arus hubung singkat maksimum dalam jangka waktu tertentu (breaking/
making capacity)
2.2.2 Disconnecting Switch (DS)
DS bekerja sebagai komponen pemisah jaringan sehingga pengoperasiannya dilakukan
dalam keadaan sistem tidak berbeban.
2.2.3 Load Break Switch (LBS) atau Fuse LBS (FLBS)
LBS dipakai di gardu distribusi, bekerja berdasar beban lebih saat aliran arus menjadi
sangat besar).Jika digunakan untuk arus lebih, dikombinasikan dengan fuse daya (NH Fuse).
LBS dilengkapi dengan media pemadam busur api.
Pemilihan :
Rated voltage (Un)
Rated current (In)
Breaking capacity
2.3 Sistem Pengaman
2.3.1 Fuse
Pengama lebur atau sering disebut dengan fuse adalah salah satu jenis peralatan
pengaman yang berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik dari gangguan arus hubung
singkat (Short circuit). Pengaman lebur ini mempunyai karakteristik pemutusan lebih cepat
dibandingkan dengan MCB.Pengaman ini hanya dapat dipakai satu kali dan tidak bisa
dioperasikan kembali. Fuse mempunyai dua karakteristik yaitu, karakteristik pengaman dan
karakteristik pencairan (melting) dan pemutusan (clearing). Karakteristik pengaman yaitu
hubungan antara arus hubung singkat simetri atau asimetri dengan arus pemutusan pelebur.
Sedangkan karakteristik pencairan dan pemutusan adalah hubungan antara arus gangguan
dengan waktu mulai mencair dan pemutusan fuse. Untuk ini ada dua kurva yaitu maksimum
clearing time dan minimum melting time.
Berikut ini adalah contoh macam fuse :
1. Fuse Type Ulir
Secara konstruksi pengaman ini mempunyai ulir yang akan memudahkan dalam hal
penggantian/pemasangan jika terjadi gangguan. Perlengkapan lain dari pengaman lebur
yaitu : rumah sekering, tudung sekering, pengepas patron (pas ring) dan patron lebur. Patron
lebur memiliki kawat lebur dari perak dengan campuran beberapa logam lainseperti timbel,
seng dan tmbaga, sedang untuk kawat lebur digunakan perak karena mempunyai daya hantar
yang tinggi.
Selain kawat lebur dalam patron lebur, juga terdapat kawat isyarat dari kawat
tahananyang terhubung paralel dengan kawat lebur. Dalam patron lebur juga terdapat pasir
yang berfungsi sebagai meredam percikan api yang timbul jika kawat lebur putus dan sebagai
isyarat untuk menandakan kuat arus yang dilalui didalam kawat lebur.
2. Fuse Type Pisau ( sistem NH/HRC)
Pengaman lebur type ini biasanya digunakan untuk pengaman arus di atas 20 Ampere
pada tegangan kerja 500-600 volt. Pada pengaman ini terdapat beberapa tanda plat atau
tojolan sebagai penghubung. Sekering NH ( Needle Huspning ) atau HRC ( High Rupturing
Capacity ) tidak dapat dilepas tanpa alat pengepasnya yang berbentuk mirip setrika yang
mempunyai penahan yang dapat menahan atau menarik NH dari dudukannya atau kontaknya.
Alat untuk menarik/menahan NH dari fuse holder disebut fuse puller. Fuse HRC ini memiliki
kelas kerja gL dan gI ( IEC ).
3. Fuse Type Tabung Isolator ( catridge fuse )
Pengaman lebur type tabung isolator dapat dipasang dan dilepas bagian tabungnya.
Pengaman ini biasanya digunakan untuk arus 1-100 A dengan tegangan kerja 220 volt AC.
Berdasarkan karakteristiknya, pengaman lebur type tabung isolator ini dapat dibagi
menjadi :
Fast Acting Fuse
Fast acting fuse dirancang agar bekerja pada sensitifitas tinggi walaupun kondisi arus
gangguannya sesaat.
Slow Blow fuse
Slow blow fuse didalamnya mempunyai coil dan dirancang untuk terbakar hanya
pada arus atau beban lebih yang terjadi secara continue, misal hubung singkat.
Konstruksi coil ini adalah untuk mencegah terbakarnya pengaman hanya karena
hentakan arus besar sesaat dalam waktu tertentu. Sebagai contoh slow blow fuse 2 A
akan mampu menahan 400% arus lebih sampai 6 detik.
4. MV Fuse
MV Fuse terdiri dari jenis FUSE ARC (DIN Standar) dan SOLEFUSE (UTE Standar). Di
mana fuse ini memilki kemampuan untuk melindungi peralatan distribusi tegangan
menengah. MV Fuse dapat di aplikasikan pada tegangan menengah 3 KV hingga 36 KV
tergantung dari tipenya. MV Fuse dapat melindungi peralatan terhadap efek thermal dan
dinamik yang timbul akibat hubung singkat yang arusnya lebih besar dari kemampuan
minimum breaking current fuse tersebut.
MV Fuse ini merupakan alat proteksi terhadap efek thermal overload yang tersederhana
dan termurah. MV Fuse dapat di aplikasikan pada : MV Distribusi Power Transformer
dengan kapasitas maksimum hingga 2 MVA pada tegangan 24 kV.
Dalam pemakaiannya sebagai pengaman, pengaman lebur ( fuse ) mempunyai kelebihan
serta kekurangan. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari fuse :
Kelebihan Pengaman lebur ( fuse ) antara lain :
1) Handal dalam pemutusan bila terjadi gangguan arus lebih/hubung singkat.
2) Tidak terjadi pengelasan kontak
3) Kecepatan dan waktu pemutusan tinggi, sehingga cocok untuk
mengamankan peralatan elektronika atau semi konduktor.
4) Memberikan tingkat pengamanan yang pasti dan meyakinkan unutuk nilai
arus hubung singkat yang sangant tinggi.
5) Kerugian tegangan pada penghantar leburnya kecil, karena menggunakan
tahanan menggunakan tahanan penghantar lebur yang kecil juga.
Kekurangannya antara lain :
1) Jika pengaman lebur putus diperlukan waktu dan biaya untuk mengganti
2) Dapat mengganggu dan menghambat aktifitas kerja, karena harus
menunggu pengganti pengaman lebur yang baru.
3) Untuk sistem tiga fasa, pengaman ini tidak dapat bekerja secara serentak
untuk memutuskan hubungan tiga fasa tersebut jika terjadi gangguan pada
salah satu fasanya.
2.3.2 Grounding
Sistem pengetanahan peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya menggunakan
konduktor yang ditanam secara horisontal, dengan bentuk kisi-kisi (grid).Konduktor
pengetanahan biasanya terbuat dari batang tembaga kertas dan memiliki konduktivitas tinggi,
terbuat dari kabel tembaga yang dipilin (bare stranded copper)
Konduktor ini ditanam sedalam kira-kira 30 cm-80 cm atau bila dibawah kepala pondasi
sedalam kira-kira 25 cm.Luas kisi-kisi di daerah swicthyard, sesuai peralatan-peralatan yang
ada, dibatasi maksimum 10 m × 5 cm. Kisi-kisi pengetanahan bersambungan satu dengan
lainya dan dihubungankan dengan batang pengetanahan yang terdiri dari batang tembaga.
Semua dasar isolator-isolator.Terminal terminal pengetanahan dan pemisah
pengetanahan, netral trafo arus dan trafo tenaga, dasar penagkap petir (lighthing arrester) dan
struktur dihubungkan dengan kisi-kisi pengetanahan.Gangguan tanah yang mengalir di
tempat gangguan maupun di tempat pengetanahan gardu induk menimbulkan perbedaan
tegangan di permukaan tanah yang dapat mengakibatkan terjadinya tengangan sentuk dan
tegangan langkah yang melampaui batas-batas keamanan manusia dan binatang.
Sistem pengetanahan pada gardu induk membuat permukaan tanah di lokasi gardu induk
mempunyai perbedaan tegangan yang serendah-rendahnya pada waktu terjadi gangguan
hubung tanah atau membuat tanah serendah-rendahnya.
Pengukuran tahanan jenis tanah pada lokasi gardu induk diambil pada beberapa titik
lokasi. Tahanan jenis dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut :
ρ = 2 π a R
Di mana :
ρ = tahanan jenis rata-rata tanah (ohm-meter)
a = jarak antara batang elektroda yang terdekat (meter)
R = besar tahanan yang terukur (Ohm)
Pada waktu arus gangguan mengalir antara batang pengetanahan dan tanah, tanah akan
menjadi panas akibat arus I 2 ρ .suhu tanah harus di bawah 1000C untuk menjaga sampai
terjadi penguapan pada air kandungan dalam tanah dan kenaikan tahanan jenis.
Kerapatan arus yang yang diizinkan pada permukaan batang pengetanahan dapat dihitung
dengan rumus :
I = 3,1414 × 10-2 d
Di mana :
i = kerapatan arus yang diizinkan (amp/cm)
d = diameter batang pengetanahan (mm)
δ = panas spesifik rata-rata tanah (kurang lebih 1,75 × 106 watt-detik,
tiap m3 tiap 0p).
θ = kenaikan suhu tanah yang diizinkan (0C)
ρ = tahanan jenis tanah (Ohm-meter)
t = lama waktu gangguan
Kenaikan suhu tanah yang diizinkan adalah antara perbedaan temperatur rata-rata tahanan
dan 1000C.misalkan kenaikan suhu diambil =50 0C, maka kerapan arus i.
i = 0,186 amp/cm ( ρ = 750 Ohm-meter).
Besar tegangan sentuh yang diizinkan dapat ditentukan dengan rumus :
Es = Ik (Rk + 1,5 ρ s).
Dimana :
Ik = arus fibrilasi
Rk = tahanan badan manusia
ρs = tahanan jenis permukaan batu kerikil basah dimana orang berdiri = 3000 Ohm-meter
(untuk tanah yang dilapisi hamparan batu koral).
Tabel Tegangan sentuh yang diizinkan dan lama gangguan berdasarkan IEEE Std
80-1986.
Lama Gangguan (t) Tegangan Sentuh Yang Diizinkan
(detik) (Volt)
0,1 1980
0,2 1400
0,3 1140
0,4 990
0,5 890
1 626
2 443
3 362
Untuk pentanahan grid dengan model bujur sangkar maupun empat persegi panjang
(rectangular grid) menurut IEEE Std 80-1986 mempunyai batasan :
1. Jumlah konduktor parallel dalam satu sisi kurang dari 25 (n<25),
2. 0.25 < h < 2.5 dengan h adalah kedalaman penanaman konduktor (m),
3. d< 25 m, d adalah diameter penghantar (m),
4. D > 2.5 m, D adalah jarak antar konduktor parallel (m).
Tegangan mesh merupakan salah satu bentuk tegangan sentuh. Tegangan mesh ini
didefenisikan sebagai tegangan peralatan yang diketanahkan terhadap tengah-tengah
daerah yang dibentuk konduktor kisi-kisi (center of mesh) selama gangguan
tanah .tegangan mesh ini menyatakan tegangan tertinggi yang mungkin timbul sebagai
tegangan sentuh yang dapat dijumpai dalam sistem pengetanahan gardu induk, dan inilah
yang diambil sebagai tegangan untuk disain yang aman.
Tegangan mesh itu secar pendekatan sama dengan ρi, dimana ρ tahanan jenis tanah dalam
Ohm-meter dan i arus yang melalui konduktor kisi-kisi. Tetapi tahanan jenis tanah nyatanya
tidak merata. Demikian juga arus i tidak sama pada semua konduktor kisi-kisi. Oleh karena
itu untuk mencakup pengaruh-pengaruh jumlah konduktor pararel n , jarak-jarak konduktor
pararel, D. diameter konduktor, d, dan kedalaman penanaman, h, tegangan mesh itu dihitung
dari persamaan sebagai berikut :
Em = Km Ki ρ
Dimana,
Kn = ln ln
Ki = factor koreksi untuk ketidak merataan kerapatan arus, yang dihitung dengan jarak
rumus emperis : = 0,65 + 0,172 n (= 3,402)
D = jarak antara konduktor-konduktor pararel pada kisi-kisi (=4m)
h = kedalam penanaman konduktor (=0,8 m)
d = diameter konduktor kisi-kisi (=0,016)
n = jumlah konduktor pararel dalam kisi-kisi utama, tidak termasuk sambungan
melintang (=16)
ρ = tahanan jenis rata-rata tanah (=750 Ohm-meter)
I = besar arus gangguan tanah (=1.200 Amp)
L = panjang konduktor pengetanahan yang ditanam termasuk semua batang
pengetanahan (= 1.600 m).
Tegangan sentuh maksimum yang timbul dalam rangkain (mesh) tidak terletak di pusat
kisi-kisi (daerah persegi empat yang dibentuk konduktor kisi-kisi), dimana tegangan mesh
diatas dihitung, tetapi terletak agak dibagian kuar kisi-kisi (grid). Tetapi bila kisi-kisi
mempunyai delapan konduktor pararel atau kurang perbedaan tegangan sentuh maksimum
yang ada dan tegangan mesh di bagian luar kisi-kisi tidak akan melebihi 10%. Oleh karena
itu, untuk kisi-kisi dengan delapan konduktor pararel atau kurang tidak dibutuhkan
perhitungan yang eksak (teliti) bila dipergunakan factor keselamatan yang sesuai dalam
perbandingan antara tegangan mesh tegangan sentuh yang diizinkan.Jadi bila kisi-kisi
mempunyai delapan konduktor pararel atau kurang, tegangan mesh dapat dihitung dengan
persamaan (11.6) dan (11.7).tetapi bila jumlah konduktor pararel melebihi 8, persamaan
sehari-hari sudah cukup menggunakan persamaan (11.6) dan (11.7) diatas.
Maka,
Em = 0,3695 × 3,402 × 750 × ( 1.200 / 1.600) = 707 Volt.
Jadi tegangan sentuh sebenarnya (707 Volt) lebih kecil dari tegangan sentuh yang
diizinkan (737 Volt), dengan demikian jaraj antara kisi-kisi serta panjang total konduktor
sudah memenuhi persyaratan.
Tegangan langkah yang diizinkan dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Eℓ = Ik (Rk + 6 ρs)
Dimana :
I = arus fibrilasi
R = tahanan tubuh menusia
ρs= tahanan jenis permukaan tanah
Tabel Tegangan Langkah yang diijinkan dan lama gangguan berdasarkan IEEE Std
80-1986 :
Lama
Gangguan
Tegangan
Langkah yang
(t) Diijinkan
(detik) (Volt)
0,1 7000
0,2 4950
0,3 4040
0,4 3500
0,5 3140
1 2216
2 1560
3 1280
Tegangan langkah sebenarnya adalah peredaan tegangan yang terdapat diantara kedua
kaki bila manusia berjalan diatas tanah system pengetanahan pada keadaan terjadi gangguan.
Tegangan langkah maksimum sebenarnya dapat dihitung dengan rumus :
Eℓm = Ks Ki ρ
(contoh)
Di mana :
ρ = tahanan jenis rata-rata tanah (=750 Ohm-meter)
Ki = 0,65 + 0,172 n = 3,402 (n = 16)
I = arus gangguan tanah maksimum (= 1200 Amp).
L = panjang total konduktor yang ditahan , termasuk batang pengetanahan = 1.600 meter.
Ks = 0,4014 (n = 16).
Dimana:
h = kedalaman penanaman konduktor pengetanahan (=0,8m)
D = jarak antara konduktor-konduktor pararel (=5 m).
Maka,
Eℓm= 0,4014 × 3,402 × 750 × (1.200 / 1.600) = 768 Volt.
2.4 Instrumen Transformator dan Meteran
2.4.1 Current Transformer (CT)
Current Transformer atau CT adalah salah satu type trafo instrumentasi yang
menghasilkan arus di sekunder dimana besarnya sesuai dengan ratio dan arus primernya .
Ada 2 standart yang paling banyak diikuti pada CT yaitu : IEC 60044-1 (BSEN 60044-1) &
IEEE C57.13 (ANSI), meskipun ada juga standart Australia dan Canada.
CT umumnya terdiri dari sebuah inti besi yang dililiti oleh konduktor beberapa ratus
kali.Output dari skunder biasanya adalah 1 atau 5 ampere, ini ditunjukan dengan ratio yang
dimiliki oleh CT tersebut. Misal 100:1, berarti sekunder CT akan mengeluarkan output 1
ampere jika sisi primer dilalui arus 100 Ampere. Jika 400:5, berarti sekunder CT akan
mengeluarkan output 5 ampere jika sisi primer dilalui arus 400 Ampere. Dari kedua macam
output tersebut yang paling banyak ditemui, dipergunakan dan lebih murah adalah yang 5
ampere.
Pada CT tertulis class dan burden, dimana masing masing mewakili parameter yang
dimiliki oleh CT tersebut. Class menunjukan tingkat akurasi CT, misalnya class 1.0 berarti
CT tersebut mempunyai tingkat kesalahan 1%.Burden menunjukkan kemampuan CT untuk
menerima sampai batas impedansi tertentu. CT standart IEC menyebutkan burden 1.5 VA
(volt ampere), 3 VA, 5 VA dst. Burden ini berhubungan dengan penentuan besar kabel dan
jarak pengukuran (lihat table).
Aplikasi CT selain disambungkan dengan alat meter seperti ampere meter, KW meter
Cos Phi meter dll, sering juga dihubungkan dengan alat proteksi arus. Dengan
mempergunakan bermacam ratio CT didapatkan proteksi arus dengan beragam range ampere
hanya dengan satu unit proteksi arus. Yang perlu dipersiapkan adalah unit proteksi arus
dengan range dibawah 5 ampere dan CT dengan ratio XXX:5.
CT terdiri dari belitan primer, belitan sekunder dan inti mekanik. Jika arus primer yang
masuk ke CT ke terminal P1/K dan arus yang mengalir ke sekunder dinamakan terminal S1/k,
seperti yang terlihat pada gambar 1.Selanjutnya terdapat terminal kedua pada CT disisi
primer yaitu P2/L adalah terminal yang arusnya diperoleh dari P1/k yang dialirkan kek beban
dan S2/l sisi sekunder adalah terminal yang arusnya diperoleh dari S1/k.
Dalam hal ini, polaritas sisi sekunder harus disesuaikan dengan datangnya arus di
terminal sisi primer (tidak boleh terbalik).
Secara normal yang sesuai standar IEC terminal S2/l harus ditanahkan sebagai pengaman
sekunder CT terhadap tegangan tinggi akibat kopling kapasitif, sehingga sudut antara arus
primer dan sekunder = 0, kalau S1/k yang ditanahkan maka sudut arus antara primer dan
sekunder menjadi = 180o
Untuk pemilihan CT diperlukan data teknis CT, yaitu primary rated current, secondary
rated current, rated power output, accuracy class dan insulation rating.
2.4.2 Potensial Transformer (PT)
Trafo tegangan adalah suatu peralatan listrik yang dapat memperkecil tegangan tinggi
menjadi tegangan rendah, yang dipergunakan dalam rangkaian arus bolak-balik. Fungsi
trafo tegangan adalah untuk memperoleh tegangan yang sebanding dengan tegangan yang
hendak dipergunakan untuk memisahkan sirkuit dari sistem dengan tegangan tinggi (yang
selanjutnya disebut sirkuit primer) terhadap sirkuit dimana alat ukur (instrument) tersambung
( yang selanjutnya disebut sirkuit sekunder). Beda dengan transformator tenaga yang
dibutuhkan adalah tegangan dan daya keluarannya tetapi trafo tegangan yang dibutuhkan
adalah tingkat ketelitiannya dan penuruna tegangannya yang disesuaikan dengan alat ukur.
2.4.3 Instrumen Ukur
Peralatan pengukuran ada berbagai macam sesuai dengan besar satuan yang akan diukur.
Namun yang akan dibahas pada karya tulis ini adalah peralatan pengukuran yang dilakukan
pada tegangan sebesar 20kV. Adapun penjelasan peralatan ukur sebagai berikut:
1. Amperemeter
Amperemeter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur arus yang mengalir
pada suatu penghantar listrik. Amperemeter harus dipasang secara seri dengan rangkaian
yang akan diukur karena mempunyai tahanan dalam (RA) yang kecil sehingga apabila
amperemeter dihubungkan parallel akan terjadi dua aliran (I1 dan I2). Untuk arus kecil
dibawah 40A bisa menggunakan Type Direct., alat dengan TypeDirect ini digunakan secara
“Direct” atau dipasang langsung, adapun caranya langsung dipasang seri dengan beban yang
akan diukur. Namun bila beban yang diukur lebih besar dari 50A, alat ini harus
menggunakan Trafo Arus (Current Transformer). Adapun arus pengeluaran dari trafo arus
yang diijinkan antara1 – 5 A, misalnya untuk beban antara 0-50 A menggunakan CT 50/5
atau 50/1 dengan menggunakan type ampere meter dengan range scale 0 – 50 A. Bila arus
yang akan diukur kisaran antara 0-100 A maka CT yang digunakan adalah CT 100/5 atau
100/1, dengan menggunakan type amperemeter dengan range scale antara 0 – 100 A, begitu
seterusnya. Adapun cara wiring adalah dipasang seri, yaitu pada amperemeter terminal no 1
mendapat terminal K/P1 pada CT, dan terminal no 2 pada amperemeter mendapat terminal
L/P2 pada CT. Tingkat akurasi dari alat ini mencapai 1 – 1,5. Internal konsumsi arus 0,5
VA. Frekwensi 50 – 60 Hz. Berat dari alat ini 210 gr untuk ukuran 96 x 96 mm, dan 150 gr
untuk ukuran 72 x 72 mm.
2. Voltmeter
Voltmeter Adalah alat untuk mengukur beda potensial atau tegangan. Voltmeter harus
dipasangan secara parallel dengan tegangan yang akan diukur karena mempunyai tahanan
dalam (RA) yang besar.
Tahanan voltmeter harus besar, agar tidak mempengaruhi system pada saat digunakan, juga
agar daya yang hilang pada voltmeter itu kecil.
Ploses=E2
RV
Untuk pengukuran tegangan antara 0 – 250 V dan 0 –500 V dapat dipasang secara langsung,
namun bila teganggan lebih dari 500V harus menggunakan PT (Potansial
Transformer).Tingkat akurasi alat ini 1.5.frekwensi 50 – 60 Hz.
3. Frekwensi meter
Frekwensi meter digunakan untuk mengetahui frekwensi (berulang) gelombang
sinusoidal arus bolak-balik yang merupakan jumlah siklus sinusoidal tersebut perdetiknya
(cycle/second) pada suatu sumber tegangan, Tegangan yang di ijinkan 0 – 220 V. cara
penyambungannya sebagai berikut :
Frekwensi meter mempunyai peranan cukup penting khususnya dalam
mensinkronisasikan (memparalelkan) 2 unit mesin pembangkit dan stabilnya frekwensi
merupakan petunjuk kestabilan mesin pembangkit.
4. kWmeter
Alat yang di gunakan untuk mengetahui besarnya daya nyata (daya aktif) yang
dikonsumsi beban listrik. Pada wattmeter terdapat belitan arus dan belitan tegangan, sehingga
cara penyambungannya merupakan kombinasi cara penyambungan voltmeter dan
amperemeter sebagaimana pada gambar dibawah ini :
Alat untuk mengukur daya pada beban atau pada rangkaian daya itu adalah nilai rata-rata
dari perkalian e . I , yaitu nilai sesaat dari tegangan dan arus pada beban atau rangkaian
tersebut. Tegangan yang di ijinkan 380 V. Sytem wiring 3 phase 4 wire. Frekwensi 50 Hz.
5. kVAr meter
Alat yang digunakan untuk mengetahui balance atau tidak suatu beban listrik 3 phase.
Bila arus balance, maka Varmeter akan mununjuk pada angka 0, namun bila tidak balance
jarum penunjuk akan menunjukkan ke IND ( terjadi beban induktif), atau CAP (terjadi beban
capacitif).
6. Cosphi meter (Cosφ)
Alat ini digunakan untuk mengetahui besarnya factor kerja (power factor) yang
merupakan beda fase antara tegangan dan arus. Cara penyambungannya seperti pemasangan
kwh 3 phasa. Cosφ meter banyak digunakan dan terpasang pada :
● Panel pengukuran mesin pembangkit
● Panel gardu hubung, gardu induk
● Alat pengujian, alat penerangan, dll.
7. KWH meter
KWH meter digunakan untuk mengukur energi arus bolak-balik, merupakan alat yang
sangat penting untuk KWH yang diproduksi, disalurkan ataupun yang dipakai konsumen-
konsumen listrik.Max arus yang di ijinkan 20A tegangan 220V.
2.5 Sistem Rel
Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran Udara TT,
Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima dan menyalurkan tenaga
listrik/daya listrik.
Berdasarkan konstruksi relnya, busbar dapat dikelompokkan menjadi :
1. Single Bus Rel Tunggal
a) Rel Tunggal Standard
b) Rel Tunggal Standard
- Pemisah bagian
- Pemutus bagian
2. Double Duo Rel Ganda
- Rel ganda standard
- Rel ganda duplicat
- Rel ganda 1 ½ CB
- Rel ganda 2 CB
3. Rel Tertutup/Loop
1. Single Busbar Rel Tunggal
Busbar tunggal adalah sistim Busbar yang paling sederhana.Karena hanya
memerlukan sedikit peralatan dan ruang maka dari segi ekonomis sistim ini sangat
menguntungkan.Sistim ini dipakai untuk gardu distribusi yang hanya mempunyai sedikit
saluran keluar dan tidak memerlukan pindah-hubungan sistim tenaga.
Semua perlengkapan peralatan listrik dihubungkan hanya pada satu / single busbar pada
umumnya gardu dengan sistem ini adalah gardu induk diujung atau akhir dari suatu
transmisi. Namun, jika terjadi gangguan pada ril, isolator pada sisi ril, pemutus beban dan
peralatan diantaranya, maka pelayanan aliran tenaga listrik akan terputus sama sekali. Jika
dipandang perlu mencegah pemutusan pelayanan total, maka dipasang pemutus beban dan
pemisah bagian; komposisi dari sistim tenaga harus disesuaikan seperlunya.
2. Double Duo Rel Ganda
Rel ganda adalah gardu induk yang mempunyai dua / double busbar . Sistem ini sangat
umum, hampir semua gardu distribusi menggunakan sistem ini karena sangat efektif untuk
mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan. Busbar ganda terdiri dari
dua ril, tiga ril atau empat ril; kedua jenis terkahir ini tidak lazim dipakai. Sistim ini
memerlukan lebih banyak isolator, ril, bangunan konstruksi baja dan ruang dibandingkan
dengan ril tunggal. Tapi dengan ini pemeriksaan alat dan operasi sistim tenaga menjadi lebih
mudah. Tidak bekerjanya satu ril tidak diikuti dengan tidak bekerjanya transformator atau
saluran transmisi. Di Jepang bila dipakai saluran transmisi rangkap (double circuit), maka
biasanya rangkaian pertama dihubungkan dengan ril A dan rangkaian kedua dengan ril B,
sehingga beban kedua rangkaian itu seimbang. Dengan cara demikian maka dimungkinkan
untuk membatasi pemutusan pelayanan dan arus hubungsingkat dengan membuka pemutus
beban penghubung kedua ril itu bila gangguan terjadi pada salah satu rangkaian. Juga bila ril
A dan ril B dikerjakan terpisah maka dimungkinkan beroperasinya sistim tenaga yang
berlainan. Oleh karena itu sistim dua ril ini pada umumnya dipakai pada gardu distribusi
yang kedudukannya penting dalam sistim tenaga.
C) Rel Ganda 2 CB
Pada gardu distribusi di mana terdapat pemusatan banyak saluran transmisi dan dimana
diperlukan keandalan yang sangat tinggi, maka dipasanglah pemutus beban bagian pada
setiap rel. Di sini gardu distribusi itu terbagi menjadi dua bagian yang bekerja terpisah,
sehingga akibat-akibat gangguan pada ril dikurangi. Pada sistim ini saluran transmisi dan
transformator tidak usah terhenti selama pemutustenaga diperiksa atau diperbaiki. Dan dalam
keadaan gangguan ril, gangguan itu dapat ditiadakan dengan tidak mempengaruhi komposisi
sistim tenaga. Di balik keuntungan-keuntungan tadi, sistim ini me mpunyai kerugian-
kerugian bahwa ia memerlukan banyak pemutus-tenaga, pemisah dan ruang serta sirkit
kontrol dan pengamannya menjadi sangat kompleks. Oleh karena itu sistim ini sampai
sekarang belum dipakai di Jepang.
D) Rel Ganda 1 ½ CB
Gardu induk dengan konfigurasi seperti ini mempunyai dua busbar juga sama seperti
pada busbar ganda, tapi konfigurasi busbar seperti ini dipakai pada Gardu induk
Pembangkitan dan gardu induk yang sangat besar, karena sangat efektif dalam segi
operasional dan dapat mengurangi pemadaman beban pada saat melakukan perubahan
sistem. Sistem ini menggunakan 3 buah PMT didalam satu diagonal yang terpasang secara
seri.
3. Rel Tertutup
Semua rel/busbar yang ada tersambung satu sama lain dan membentuk seperti ring/cicin.
Ril gelang hanya memerlukan ruang yang kecil dan baik untuk pemutusan sebagian dari
pelayanan dan pemeriksaan pemutus beban. Sistim ini jarang dipakai di Jepang karena
mempunyai kerugian bahwa dari segi operasi sistim tenaga ia tidak begitu leluasa seperti
sistim rua-ril; lagi pula rangkaian kontrol dan pengamanannya menjadi lebih kompleks, dan
kapasitas arus dari alat-alat yang terpasang seri harus lebih besar.
Bahan - bahan yang biasa digunakan untuk busbar yaitu :
- Cu (tembaga) dengan resistifitas 0,017241 Ω mm²/m yang lunak pada 200° C.
- Al (aluminium) dengan resistifitas 0,02828 Ω mm²/m yang lunak pada 180° C.
- Al campuran
Bentuk – bentuk yang biasa digunakan untuk busbar yaitu :
-
-
-
Biasanya untuk gardu distribusi digunakan bahan Cu dengan bentuk
Busbar harus berupa tembaga HDHC persegi, memiliki kapasitas arus sesuai dengan
gambar spesifikasi, dibuat dan diuji mengikuti standar IEC atau B.S 5486 dan tembaganya
harus diinsulasi/dibungkus dengan lapisan tipis PVC tanpa kelim (seamless) dan dibungkus
kaca tahan lama (non-ageing) berisi film polyester dengan sifat penghantar panas yang baik.
Pemasangan support pada busbar harus terbuat dari bahan insulator berkualitas tinggi.
Ukuran busbar untuk netralnya harus sama dengan ukuran busbar fasenya. Busbar untuk fase
dan netralnya harus dibedakan menurut warnanya sesuai dengan PUIL 2000. Support-support
busbar harus dilapis dan diberi jarak yang cukup antara permukaan konduktor dan kotak
busbarnya. Bahan-bahan insulasi harus memiliki tahanan yang tinggi (high-resistivity), non-
hygroscopic, non-ignitable, kuat dan dibentuk sedemikian rupa untuk mencegah
menumpuknya debu dan kotoran. Busbar yang meregang harus dipasang expansion joint.
Joint-joint ini harus berupa tembaga yang berinsulasi yang memiliki kapasitas membawa arus
tidak kurang dari kapasitas konduktornya. Gerakan expansion joint atau konduktor tidak
boleh melebihi jarak minimum antar joint atau konduktor yang disyaratkan.
2.6 Emergency Power Supply
2.6.1 Generator
Listrik seperti kita ketahui adalah bentuk energi sekunder yang paling praktis
penggunaannya oleh manusia, di mana listrik dihasilkan dari proses konversi energi sumber
energi primer seperti batu bara, minyak bumi, gas, panas bumi, potensial air dan energi
angin. Sistem pembangkitan listrik yang sudah umum digunakan adalah mesin generator
tegangan AC, di mana penggerak utamanya bisa berjenis mesin turbin, mesin diesel atau
mesin baling-baling. Dalam pengoperasian pembangkit listrik dengan generator, karena
faktor keandalan dan fluktuasi jumlah beban, maka disediakan dua atau lebih generator
yang dioperasikan dengan tugas terus-menerus, cadangan dan bergiliran untuk generator-
generator tersebut.
Penyediaan generator tunggal untuk pengoperasian terus menerus adalah suatu hal yang
riskan, kecuali bila bergilir dengan sumber PLN atau peralatan UPS.
Untuk memenuhi peningkatan beban listrik maka generator-generator tersebut dioperasikan
secara paralel antar generator atau paralel generator dengan sumber pasokan lain yang lebih
besar misalnya dari PLN.Sehingga diperlukan pula alat pembagi beban listrik untuk
mencegah adanya sumber tenaga listrik terutama generator yang bekerja paralel mengalami
beban lebih mendahului yang lainnya.
Tujuan kerja pararel dari generator adalah sebagai berikut :
Pengoperasian Generator Secara Paralel, Pasokan listrik ke beban dimulai dengan
menghidupkan satu generator, kemudian secara sedikit demi sedikit beban dimasukkan
sampai dengan kemampuan generator tersebut, selanjutnya menghidupkan lagi generator
berikutnya dan memparalelkan dengan generator pertama untuk memikul beban yang lebih
besar lagi. Saat generator kedua diparalelkan dengan generator pertama yang sudah memikul
beban diharapkan terjadinya pembagian beban yang semula ditanggung generator pertama,
sehingga terjadi kerjasama yang meringankan sebelum beban-beban selanjutnya dimasukkan
ke generator. Selain itu juga untuk membantu mengatasi beban untuk manjaga jangan sampai
mesin dibebani lebih. Dan jika satu mesin dihentikan akan diperbaiki karena ada kerusakan,
maka harus ada mesin lain yang meueruskan pekerjaan. Jadi untuk menjamin kontinuitas dari
penyediaan tenaga listrik.
2.6.2 Diesel
Sistem pembangkit listrik tenaga diesel ini menggunakan generator dengansistem
penggerak tenaga diesel atau yang biasa dikenal dengan sebutan Genset ( Generator Set ).
PLTD ini merupakan pembangkit tenaga listrik yang ada di industri yang penggunaannya
sebagai daya listrik cadangan (emergency supply) dan beroperasi ketika PLN tidak aktif .
Ada 2 komponen utama dalam genset :
1. Prime mover atau penggerak mula, dalam hal ini adalah mesin diesel.
2. Generator.
Prime Mover / Penggerak Mula
Prime mover merupakan peralatan yang mempunyai fungsi menghasilkanenergi mekanis
yang diperlukan untuk memutar rotor generator.Penggerak mulayang dipakai dalam suatu
PLTD adalah diesel / engine. Pada mesin diesel terjadi penyalaan sendiri, karena proses
kerjanyaberdasarkan udara murni yang dimampatkan di dalam silinder pada tekanan
yangtinggi ( ± 30 atm ), sehingga temperatur didalam silinder naik. Dan pada saat itubahan
bakar disemprotkan dalam silinder dengan temperatur dan tekanan tinggimelebihi titik nyala
bahan bakar sehingga akan menyala secara otomatis. Bahanbakar yang menyala ini
menimbukan ekspansi gas yang akan menggerakkanpiston naik turun untuk melakukan kerja.
Jadi dalam hal ini diesel tidakmemerlukan karburator untuk mencampur bahan bakar
dengan udara karena telahbercampur dengan sendirinya di dalam silinder.Pada sebuah mesin
yangmempergunakan siklus percikan kompresi tidak memerlukan busi, karenapercikan yang
terjadi disebabkan oleh kompresi udara yang tinggi di dalamsilinder sehingga suhu menjadi
tinggi.Pada mesin diesel penambahan panas atauenergi senantiasa dilakukan pada tekanan
konstan.Prinsip tersebut mirip siklus Otto.
Siklus Otto :
1. Proses 0-1 : Udara ditekan masuk ke dalam silinder pada tekanan atmosfir
danvolume naik dari V2 menjadi V1.
2. Proses 1-2 : gas ditekan secara adiabatik dari V1 menjadi V2 dan temperaturnya
naik dari TA ke TB.
3. Proses 2-3 : terjadi proses pembakaran gas (dari percikan api busi), kalor diserap
oleh gas Qh. Pada proses ini volume konstan sehingga tekanan dan temperaturnya
naik.
4. Proses 3-4 : Gas berekspansi secara adiabatik, melakukan kerja
5. Proses 4-1 : kalor Qc dilepas dan tekanan gas turun pada volume konstan.
6. Proses 1-0 : dan pada akhir proses, gas sisa dibuang pada tekanan atmosfir dan
volume gas turun dari V1 menjadi V2.
Siklus Diesel :
1. Proses 0-1 : Proses hisap, udara ditekan masuk ke dalam silinder pada tekanan
atmosfir dan volume naik dari V2 menjadi V1.
2. Proses 1-2 : gas ditekan secara adiabatik dari V1 menjadi V2 dan temperaturnya
naik.
3. Proses 2-3 : terjadi proses pembakaran gas, kalor (Qh) diserap oleh gas.
4. Proses 3-4 : Gas berekspansi secara adiabatic.
5. Proses 4-1 : kalor Qc dilepas dan tekanan gas turun pada volume konstan.
6. Proses 1-0 : dan pada akhir proses, gas sisa dibuang pada tekanan atmosfir dan
volume gas turun dari V1 menjadi V2 volume gas turun dari V1 menjadi V2.
Pada mesin diesel, piston melakukan 2 langkah pendek menuju kepala silinder pada
setiap langkah daya.Pada langkah ke atas yang pertama adalah langkah pemasukan dan
pengisapan, disini udara dan bahan bakar masuk sedangkan poros engkol berputar ke
bawah.Kemudian langkah kedua poros engkol menyebabkan torak naik dan menekan bahan
bakar sehingga terjadi pembakaran.Langkah ketiga adalah langkah ekspansi dan kerja, disini
keduakatup yaitu katub masuk dan keluar tertutup sedangkan poros engkol terus berputar dan
menarik kembali torak ke bawah.
Langkah keempat adalah langkah pembuangan, disini katup buang terbuka dan
menyebabkan gas akibat sisa pembakaran terbuang keluar. Gas dapat keluar karena pada
proses keempat ini torak kembali dapat bergerak naik ke atas dan menyebabkan gas dapat
keluar. Kedua proses terakhir ini merupakan proses pembuangan. Setelah proses
keempatbdilakukan maka proses yang pertama, dimana udara dan bahan bakar
masukkembali. Proses yang terjadi pada mesin diesel dapat digambarkan sebagai berikut:
Berdasarkan kecepatan proses di atas maka diesel dapat digolongkan menjadi 3 bagian,
yakni :
1. Diesel kecepatan rendah ( N < 400 rpm )
2. Diesel kecepatan menengah ( 400 < N < 1000 rpm )
3. Diesel kecepatan tinggi ( N > 1000 rpm )
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan suatu mesin dieselantara lain :
1. Efisiensi termal tinggi, yaitu sekitar 45 %.
2. Desain nozzle tidak memerlukan perawatan yang terlalu rumit.
3. Tekanan efektif yang rata – rata tinggi.
4. Mudah dalam proses starting.
5. Pada detonasi tidak menghasilkan suara mesin yang mengganggu.
6. Efisiensi volumetrik tinggi.
7. Gas buang tidak melebihi ambang batas polusi udara yang berbahaya.
Keuntungan pemakaian mesin diesel sebagai prime over :
1. Desain dan instalasi yang sederhana.
2. Auxilary equipment sederhana.
3. Waktu pembebanan relatif singkat.
4. Konsumsi bahan bakar yang relatif murah dan hemat.
Kerugian pemakaian mesin diesel sebagai prime over :
1. Berat mesin sangat berat karena harus dapat menahan getaran serta kompresiyang
tinggi.
2. Starting awal yang berat, karena kompresinya tinggi ( ± 200 bar ).
Pembakaran Campuran Bahan Bakar dan Udara
Gas dengan
Suhu Tinggi
Gaya dengan Tekanan Tinggi
Gerak Lurus Torak
Mekanik
Engkol
Kopel Putar
3. Semakin besar daya mesin diesel tersebut dimensinya semakin besar juga, hal
tersebut akan menyulitkan jika daya mesin besar.
Prinsip Kerja Mesin Diesel
Mesin/motor diesel (diesel engine) merupakan salah satu bentuk motor pembakaran
dalam (internal combustion engine) di samping motor bensin dan turbin gas. Motor diesel
disebut dengan motor penyalaan kompresi (compression ignition engine) karena penyalaan
bahan bakarnya diakibatkan oleh suhu kompresi udara dalam ruang bakar. Dilain pihak
motor bensin disebut motor penyalaan busi (spark ignition engine) karena penyalaan bahan
bakar diakibatkan oleh percikan bunga api listrik dari busi.
2.6.3 Battre
Baterai atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya berlangsung
proses elektrokimia yang reversible (dapat berkebalikan) dengan efesiensinya yang tinggi.
Yang dimaksud dengan proses elektrokimia yang reversible adalah di dalam baterai
berlangsung proses pengubahan kimia menjadi listrik dan sebaliknya, untuk pengisian
kembali dengan cara melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang berlawanan di
dalam sel.
Prinsip Kerja Baterai
a. Proses discharge bila sel dihubungkan dengan beban, maka elektron mengalir dari
anaoda beban ke katoda, kemudian ion – ion negatif mengalir ke anoda dan ion – ion
positif mengalir ke katoda.
b. Proses pengisian adalah bila sel dihubungkan dengan power supply maka elektroda
positif menjadi anoda dan elektroda negatif menjadi katoda dan proses kimia yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui power supply ke
katoda.
Ion – ion negatif mengalir dari katoda ke anoda
Ion – ion positif mengalir dari anoda ke katoda
Jadi reaksi kimia pada saat pengisian (charging) adalah kebalikan dari proses
pengosongan (discharging).
Gambar Pengisian dan pengosongan baterai
Cara – cara Pengisian Baterai :
a. Pengisian Awal (initial charge)
Pengisian ini dimaksudakna untuk pembentukan sel baterai, cara ini hanya dilakukan
pada baterai yang single atau baterai stasioner dan hanya dilakukan seklai saja.
b. Pengisian kembali (recharging)
Recharging dilakukan secara otomatis setelah baterai mengalami pengosongan.
Lamanya pengisian kembali disensor oleh rectifier sehingga apabila baterai sudah
penuh maka dilanjutkan kembali pengisian trickle.
c. Pengisian equalizing / penyesuaian
Pengisian penyesuaian dimaksudkan untuk mendapatkan kapasitas penuh pada setiap
sel, atau dengan kata lain memulihkan kapasitas baterai. Pengisian ini juga dilakukan
pada saat baterai setelah adanya penambahan aquades.
d. Pengisian perbaikan / treatment
Pengisian perbaikan dimaksudkan untuk memulihkan kapasitas baterai yang berada di
bawah standar setelah baterai dilakukan perbaikan. Apabila setelah dilakukan
perbaikan hasilnya dicapa dapat dilakukan beberapa kali.
e. Pengisian khusus / boost charge
Pengisian ini dimaksudkan untuk memulihkan baterai secara cepat setelah adanya
pengosongan yang banyak, misalnya pada sistem operasi charge discharge yang
belum mendapat catuan PLN.
f. Pengisian kompensasi Floating / trickle charge
Pengisian ini dimaksudkan untuk menjaga kapasitas baterai selalu dalam kondisi
penuh akibat adanya pengosongan diri (self discharge) yang besarnya 1 % dari
kapasitas.
Kapasitas Baterai
Kapasitas suatu baterai adalah menyatakan besarnya arus listrik (Ampere) baterai yang
dapat disuplai atau dialirkan ke suatu rangkaian luar atau beban dalam jangka waktu (jam)
tertentu, untuk memeberikan tegangan tertentu. Kapasitas baterai (Ah) dinyatakan sebgai
berikut :
C= I x t
Dimana :
C = Kapasitas baterai (Ah)
I = Besar arus mengalir (Ampere)
t = Waktu pemakaian (jam)
2.6.4 UPS
Uninterruptible power supply (disingkat UPS) adalah perangkat yang biasanya
menggunakan baterai backup sebagai catuan daya alternatif, untuk Dapat memberikan suplai
daya yang tidak terganggu untuk perangkat elektronik yang terpasang. UPS merupakan
sistem penyedia daya listrik yang sangat penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai
benteng dari kegagalan daya serta kerusakan system dan hardware. UPS akan menjadi
system yang sangat penting dan sangat diperlukan pada banyak perusahaan penyedia jasa
telekomunikasi, jasa informasi, penyedia jasa internet dan banyak lagi. Dapat dibayangkan
berapa besar kerugian yang timbul akibat kegagalan daya listrik jika sistem tersebut tidak
dilindungi dengan UPS.
Fungsi Utama dari UPS
1. Dapat memberikan energi listrik sementara ketika terjadi kegagalan daya pada listrik
utama.
2. Memberikan kesempatan waktu yang cukup untuk segera menghidupkan genset sebagai
pengganti listrik utama.
3. Memberikan kesempatan waktu yang cukup untuk segera melakukan back up data dan
mengamankan sistem operasi (OS) dengan melakukan shutdown sesuai prosedur ketika
listrik utama padam.
4. Mengamankan sistem komputer dari gangguan-gangguan listrik yang dapat
mengganggu sistem komputer baik berupa kerusakan software, data maupun kerusakan
hardware.
5. UPS secara otomatis dapat melakukan stabilisasi tegangan ketika terjadi perubahan
tegangan pada input sehingga tegangan output yang digunakan oleh sistem komputer
berupa tegangan Yang stabil.
6. UPS dapat melakukan diagnosa dan management terhadap dirinya sendiri sehingga
memudahkan pengguna untuk mengantisipasi jika akan terjadi gangguan terhadap
sistem.
7. User friendly dan mudah dalam installasi.
8. Pengguna dapat melakukan kontrol UPS melalui jaringan LAN dengan menambahkan
beberapa aksesoris yang diperlukan.
9. Dapat diintegrasikan dengan jaringan internet.
10. Notifikasi jika terjadi kegagalan dengan melakukan pengaturan perangkat lunak UPS
management.
Jenis-Jenis UPS Berdasarkan Cara Kerjanya
1. Line-interactive UPS
Pada UPS jenis ini diberi tambahan alat AVR (automatic voltage regulator) yang
berfungsi mengatur tegangan dari suplai daya ke peralatan.
2. On-line UPS
Pada UPS jenis ini terdapat 1 rectifier dan 1 inverter yang terpisah. Hal ini lebih mahal
apabila dibandingkan dengan dua jenis UPS lainnya. Dalam keadaan gangguan, suplai
daya ke rectifier akan diblok sehingga akan ada arus DC dari baterai ke inverter yang
kemudian diubah menjadi AC.
3. Off-line UPS
UPS jenis ini merupakan UPS paling murah di antara jenis UPS yang lain. Karena
rectifier dan inverter berada dalam satu unit. Dalam keadaan gangguan, switch akan
berpindah sehingga suplai daya dari suplai utama terblok. Akibatnya akan mengalir
arus DC dari baterai menuju inverter.
4. Modified UPS
UPS jenis ini sementara hanya di produksi oleh para antusias engineering yg
berhubungan dengan komputer,
Komponen-Komponen UPS
1. Baterai
Jenis baterai yang digunakan UPS umumnya berjenis lead-acid atau jenis nikel-
cadmium. Baterai ini umumnya mampu menjadi sumber tegangan cadangan maksimal
selama 30 menit.
2. Rectifier (penyearah)
Penyearah berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi arus DC dari suplai listrik
utama. Hal ini bermanfaat pada saat pengisian baterai.
3. Inverter
Kebalikan dari penyearah, inverter berfungsi untuk mengubah arus DC dari baterai
menjadi arus AC. Hal ini dilakukan pada saat baterai pada UPS digunakan untuk
memberikan tegangan ke komputer.
Cara Kerja UPS
UPS bekerja berdasar kepekaan tegangan. (RT)UPS akan menemukan penyimpangan
jalur voltase (linevoltage) misalnya, kenaikan tajam, kerendahan, gelombang dan juga
penyimpangan yang disebabkan oleh pemakaian dengan alat pembangkit tenaga listrik yang
murah. Karena gagal, UPS akan berpindah ke operasi on-battery atau baterai hidup sebagai
reaksi kepada penyimpangan untuk melindungi bebannya (load). Jika kualitas listrik kurang,
UPS mungkin akan sering berubah ke operasi on-battery. Kalau beban bisa berfungsi dengan
baik dalam kondisi tersebut, kapsitas dan umur baterai dapat bertahan lama melalui
penurunan kepekaan UPS.
Kegagalan listrik sesaat akibat terputusnya aliran listrik atau akibat sambaran petir dapat
meningkatkan arus catu daya dan dapat mematikan supplay arus listrik direct current (DC)
yang menuju motherboard komputer. Kegagalan listrik sesaat tersebut dapat mempengaruhi
kinerja perangkat komputer baik pada hardware maupun software sehingga menggunakan
aktivitas pengolahan data. Gangguan hardware dapat mengakibatkan motherboard cepat
rusak, berkurangnya performance system, dan turunnya performance hardware. Sedangkan
gangguan system software dapat berupa kemungkinan operating system corrupt, data lost,dan
lain sebagainya.
2.7 Instalasi Gardu
Berdasarkan konstruksinya, gardu distribusi dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
yaitu :
1. Gardu Beton (Gardu Tembok)
Adalah gardu distribusi yang bangunannya secara keseluruhan terbuat dari beton dan
dibangun bilamana kepadatan bebannya lebih dari 2 MVA per km2.
Gardu beton dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Gardu untuk konsumen umum atau perumahan
b. Gardu untuk konsumen tegangan menengah atau industri
2. Gardu Kios
Adalah gardu distribusi yang bangunannya terbuat dari metal. Biasanya gardu ini
dalam pembangunannya dipakai untuk sementara.
3. Gardu Portal
Adalah gardu distribusi yang seluruh instalasinya dipasang pada 2 tiang atau lebih.
4. Gardu Tiang (Gardu Cantol)
Adalah gardu distribusi yang seluruh instalasinya dicantolkan pada satu tiang jaringan
distribusi.
Pada rancangan ini akan digunakan gardu beton, hal ini dikarenakan pada gardujenis
beton untuk konsumen tegangan menengah dilengkapi dengan fasilitas:
a. Satu atau dua kubikel tipe pemisah (Incoming)
b. Satu atau dua kubikel tipe pemutus (Outgoing)
c. Satu atau dua kubikel untuk trafo tegangan menengah
d. Satu atau dua kubikel untuk pengaman dan pengukuran
e. Satu atau dua kubikel untuk sambungan konsumen tagangan menengah
f. Kubikel untuk pengaman trafo.