bab2

27
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep lansia 1. Proses Menua DepKes RI membagi Lansia sebagai berikut : Keluarga Menjelang Usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas, Keluarga Usia Lanjut (55-64 th) sebagai Presenium, Keluarga Usia Lanjut (65 th <) sebagai Masa Senium. Sedangkan WHO Lansia dibagi menjadi 3 kategori yaitu : Usia Lanjut 60 -70 tahun, Usia Tua 75 – 89 tahun, Usia sangat lanjut > 90 tahun. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. ( Stanley Mickey, 2006. hal : 11 ). Proses penuaan terbagi 2 yaitu : a. Penuan Primer : Perubahan pada tingkat sel b. Penuaan Sekunder : Prosses penuaan akibat faktor lingkungan fisik & sosial, stress Fisik/ Psikis , Gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses menjadi tua. Secara Umum Perubahan Fisiologis Proses menua adalah sebagai berikut : a. Perubahan mikro terjadi dalam sel seperti : Berkurangnya cairan dalam sel, Berkurangnya besarnya sel, Berkurangnya jumlah sel.

Transcript of bab2

Page 1: bab2

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep lansia

1. Proses Menua

DepKes RI membagi Lansia sebagai berikut : Keluarga Menjelang

Usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas, Keluarga Usia Lanjut (55-64 th)

sebagai Presenium, Keluarga Usia Lanjut (65 th <) sebagai Masa Senium.

Sedangkan WHO Lansia dibagi menjadi 3 kategori yaitu : Usia Lanjut 60 -70

tahun, Usia Tua 75 – 89 tahun, Usia sangat lanjut > 90 tahun.

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita.

( Stanley Mickey, 2006. hal : 11 ).

Proses penuaan terbagi 2 yaitu :

a. Penuan Primer : Perubahan pada tingkat sel

b. Penuaan Sekunder : Prosses penuaan akibat faktor lingkungan fisik &

sosial, stress Fisik/ Psikis , Gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses

menjadi tua.

Secara Umum Perubahan Fisiologis Proses menua adalah sebagai

berikut :

a. Perubahan mikro terjadi dalam sel seperti : Berkurangnya cairan dalam sel,

Berkurangnya besarnya sel, Berkurangnya jumlah sel.

Page 2: bab2

b. Perubahan Makro yang jelas terlihat seperti : Mengecilnya mandibula,

Menipisnya discus intervertebralis, Erosi permukaan sendi-sendi,

Osteoporosis, Atropi Otot, Emphysema Polmonum, Presbiopi,

Arteriosklerosis, Menopouse pada wanita, Dementia Senilis, Kulit tidak

elastis, Rambut memutih.

2. Perubahan system yang terjadi pada lansia dengan masalah yang di alami

lansia

Pada masalah keluarga bapak D khususnya ibu T dengan Artritis

Rematoid perubahan system yang terjadi adalah system muskuloskeletal,

dimana perubahan ini terkait dengan usia termasuk penurunan tinggi badan,

redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang,

atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekakuan

sendi-sendi. Perubahan pada tulang, otot dan sendi mengakibatkan terjadinya

perubahan penampilan, kelemahan dan lambatnya pergerakan yang menyertai

penuaan.

Sistem Skeletal. Penurunan progresif dalam tinggi badan adalah hal

yang universal terjadi di antara semua ras dan pada kedua jenis kelamin dan

terutama ditujukan pada penyempitan discus intervertebral dan penekanan

pada kolumna spinalis. Bahu menjadi lebih sempit dan pelvis menjadi lebih

lebar, ditunjukkan oleh peningkatan diameter anteroposterior dada. Ketika

manusia mengalami penuaan jumlah massa otot tubuh mengalami penurunan.

Hilangnya lemak subkutan perifer cenderung untuk mempertajam kontur

tubuh dan memperdalam cekungan disekitar kelopak mata, aksila, bahu, dan

tulang rusuk. Tonjolan tulang ( vertebra, Krista iliaka, tulang rusuk, scapula )

Page 3: bab2

menjadi lebih menonjol. Proses penyerapan kalsium dari tulang untuk

mempertahankan kadar kalsium darah yang stabil dan penyimpanan kembali

kalsium untuk membentuk tulang baru dikenal sebagai remodeling

(pembentukan kembali). Proses remodeling ini terjadi sepanjang rentang

kehidupan manusia. Kecepatan absorpsi tidak berubah dengan penambahan

usia. Kecepatan formasi tulang baru mengalami perlambatan seiring dengan

penambahan usia, yang menyebabkan hilangnya massa total tulang pada

lansia.

Sistem Muskular. Kekuatan muscular mulai merosot sekitar usia 40

tahun dengan suatu kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun.

Perubahan gaya hidup dan penurunan penggunaan system neuromuscular

adalah penyebab utama untuk kehilangan kekuatan otot. Kerusakan otot

terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan atrofi secara umum pada

organ dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan otot melambat dengan

penambahan usia, dan jaringan atrofi digantikan oleh jaringan fibrosa.

Sendi. Secara umum, terdapat kemunduran kartilago sendi, sebagian

besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat, dan pembentukan tulang di

permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang

terdapat pada jaringan penyambung meningkat secara progresif yang jika

tidak dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan

mobilitas sendi, dan deformitas.

Pada lansia yang terkena atritis rematoid perubahan yang terjadi antara

lain sendi-sendi kecil dibagian kaki dan tangan sebagian besar terlibat,

terdapat faktor rematoid, dan nodula-nodula rematoid sering terjadi, terjadinya

radang sinovitis yang melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari,

Page 4: bab2

proksimal sendi, bahu, dan panggul dan menimbulkan bengkak, nyeri tekan

dan penurunan kekuatan pada otot serta sendi-sendi yang terkait.

Perubahan sensoris penglihatan, semua orang mengalami perubahan

penglihatan seiring dengan penuaan, dan perubahan ini mungkin merupakan

keluhan yang besar bagi lansia, sebab respon-respon perseptual terhadap

lingkungan berhubungan dengan perasaan aman. Sebagian besar orang dapat

beradaptasi dengan sangat baik terhadap perubahan yang terjadi dalam proses

penuaan. Penggunaan warna terang dalam berpakaian, menggunakan

kacamata yang sesuai merupakan respons terhadap penurunan kemampuan

akomodasi, menggunakan alat-alat keselamatan seperti pegangan tangga dan

warna-warna yang kontras untuk mengompensasi penurunan persepsi

kedalaman dan melakukan operasi pengangkatan lensa yang keruh ketika

kekeruhan lensa telah cukup besar merupakan beberapa cara bagi lansia untuk

beradaptasi terhadap perubahan penglihatan normal mereka.

Perubahan sensoris pendengaran, batasan karakteristik yang

berhubungan dengan suatu perubahan dalam pendengaran sangat bervariasi

diantara individu. Karakteristiknya dapat berupa perubahan dalam persepsi

pendengaran, adanya suara berdenging di telinga ( tinitus ), nyeri pada satu

atau kedua telinga, perubahan kemampuan untuk mendengar suara frekuensi

tinggi, menarik diri, ansietas, respons tidak sesuai dalam percakapan dan lain-

lain. Tanpa memperhatikan penyebab dari kehilangan pendengaran, lansia

mempunyai reaksi yang hampir sama terhadap gangguan ini seperti : marah,

frustasi, dan menarik diri. Penggunaan alat bantu dengar dapat memudahkan

komunikasi, mengurangi perasaan kesepian dan isolasi social dan

mengembalikan perasaan memiliki control pada klien.

Page 5: bab2

Perubahan sensoris pengecapan ( sensasi rasa ), ketika seseorang

telah bertambah tua, “ jumlah kuncup-kuncup perasa pada lidah itu juga

mengalami kerusakan, yang menurunkan sensitivitas terhadap rasa. Kuncup-

kuncup perasa mengalami regenerasi sepanjang kehidupan manusia, tetapi

lansia mempunyai suatu penurunan sensitivitas terhadap rasa manis, asam,

asin, dan pahit. Perubahan tersebut lebih dapat disadari oleh beberapa orang

dibanding yang lain.

Perubahan sensoris penciuman. penurunan yang paling tajam dalam

sensasi penciuman terjadi selama usia pertengahan dan untuk sebagian orang,

hal tersebut akan terus berkurang. Sensasi penciuman tidak secara serius

dipengaruhi oleh penuaan saja tetapi mungkin oleh faktor lain yang

berhubungan dengan usia. Penyebab lain juga dianggap sebagai pendukung

untuk terjadinya kehilangan kemampuan sensasi penciuman termasuk pilek,

influenza, merokok, obstruksi hidung, secret dari hidung, sinusitis kronis,

kebiasaan tertentu dengan bau/ aroma, epistaksis, alergi, penuaan dan faktor

lingkungan.

Perubahan sensoris perabaan. sentuhan merupakan sistem sensoris

pertama yang menjadi fungsional. Kulit itu seperti suatu pakaian pelindung

yang pas dan menutupi seseorang ketika ia bertambah usianya; kemudian

ketika seseorang berusia 70 tahun atau 80 tahun, kulit juga tidak akan sesuai

atau pas dengan tubuh orang tersebut. Kulit tersebut mungkin akan menjadi

kendur dan terlihat lebih longgar pada berbagai bagian tubuh. Sentuhan (

perabaan ) digambarkan oleh Weiss sebagai “ semua peristiwa dari kontak

antar tubuh, dimulai dengan inisiasi oleh seseorang dan diakhiri dengan

penghentian kontak oleh kedua belah pihak “. Ketika indra yang lain telah

Page 6: bab2

terganggu, rangsangan taktil menjadi lebih penting bagi lansia sebagai alat

komunikasi. Sentuan dapat merupakan suatu alat untuk memberikan stimulus

sensoris atau menghilangkan rasa nyeri fisik dan psikologis.

Sistem Kardiovaskular. Dengan meningkatnya usia, jantung dan

pembuluh darah mengalami perubahan baik structural maupun fungsional.

Secara umum, perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat

dan dengan awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi berangsur-

angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang

mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenisasi. Perubahan

normal yang berhubungan dengan penuaan yaitu ventrikel kiri menebal, katup

jantung menebal dan membentuk penonjolan jumlah sel pacemaker menurun,

arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi, vena mengalami

dilatasi, katup-katup menjadi kompeten.

Sistem Pulmonal. Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan

yaitu kalsifikasi kartilago kosta yang mengakibatkan penurunan PaO2, Atrofi

otot pernafasan mengakibatkan penurunan kecepatan aliran ekspirasi

maksimal, penurunan dalam recoil elastis mengakibatkan peningkatan volume

residu, menurunnya kekuatan kapasitas vital, menurunnya kapasitas vital,

pembesaran duktus alveolar, peningkatan ukuran dan kekakuan trakea dan

jalan napas pusat.

Sistem Renal dan Urinaria, perubahan struktur dan fungsi pada

penuaan system renal dan urinaria yaitu membrane basalia glomerulus

menebal, total permukaan glomerular berkurang, panjang dan volume tubulus

proksimal menurun, pada tubulus distal berkembang divertikula, sirkulasi

renal berubah atau berkurang, kapasitas kandung kemih menurun, volume

Page 7: bab2

residual meningkat, terjadi kontraksi kandung kemih secara involunter

(detrusor).

Sistem Gastrointestinal. Perubahan- perubahan proses penuaan yang

terjadi yaitu rongga mulut, hilangnya tulang periosteum dan periodontal,

retraksi dari struktur gusi, hilangnya kuncup rasa, esofagus, lambung, usus,

dilatasi esofagus, kehilangan tonus sfingter jantung, penurunan refleks

muntah, atrofi mukosa lambung, penurunan motilitas lambung.

Sistem Reproduksi wanita. Perubahan normal pada penuaan yang

terjadi yaitu penurunan estrogen yang bersirkulasi, peningkatan androgen

yang bersirkulasi.

B. Konsep Dasar Artritis Rematoid

1. Pengertian

Artritis Rematoid ( AR ) adalah suatu penyakit peradangan kronik yang

menyebabkan degenerasi jaringan ikat. ( Corwin, Elizabeth J, 2000 : hal. 307 ).

Artritis Rematoid ( RA ) adalah penyakit inflamasi otoimun sendi dan

berbagai sistem organ. ( Nettina, Sandra M, 2001 : hal. 31 ).

Artritis Rematoid ( AR ) adalah gangguan kronik yang menyerang

berbagai sistem organ. ( Price, Sylvia Anderson, 2005 : hal. 1385 ).

Artritis Rematoid ( RA ) adalah suatu penyakit peradangan kronis

sistemik yang menyerang berbagai jaringan, tetapi pada dasarnya menyerang

sendi untuk menghasilkan suatu sinovitis proliferatif nonsupuratif yang sering

kali berkembang menjadi kehancuran tulang rawan sendi dan tulang

dibawahnya dan menimbulkan kecacatan akibat arthritis. ( Robbins, 2007 : hal.

151 ).

Page 8: bab2

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Artritis Rematoid (

RA ) adalah penyakit inflamasi otoimun sendi dan berbagai sistem organ tetapi

pada dasarnya menyerang sendi untuk menghasilkan suatu sinovitis proliferatif

nonsupuratif yang sering kali berkembang menjadi kehancuran tulang rawan

sendi dan tulang dibawahnya dan menimbulkan kecacatan akibat arthritis.

2. Etiologi

Penyebab Artritis Rematoid faktor pencetus mungkin suatu bakteri,

mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara

antigenis. Biasanya respon antibody awal terhadap mikro-organisme

diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil menghancurkan mikro-

organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibody

lain, biasanya IgM atau IgG, terhadap antibody IgG semula. Antibodi yang

ditujukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut factor rematoid ( FR ). FR

menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi

jaringan. AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetic terhadap penyakit

otoimun. ( Corwin, Elizabeth J, 2000 : hal. 308 ).

Penyebab Artritis Rematoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan

beberapa factor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya

penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk

kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR

seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko relative 4 : 1 untuk

menderita penyakit ini. ( Rizasyah Daud, 1999. hal : 62 )

Page 9: bab2

3. Patofisiologi

a. Proses perjalanan penyakit

Autoimun bereaksi terhadap kolagen tipe II, factor infeksi

mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikoplasma atau grup

difteroid yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan

sendi klien.

1) Stadium I ( stadium sinovitis ). Pada tahap awal terjadi kongesti

vascular, proliferasi sinovial disertai infiltrasi lapisan subsinovial oleh

sel-sel polimorfi limfosit dan sel plasma. Selanjutnya terjadi penebalan

struktur kapsul sendi disertai pembentukan vili pada sinovium dan

efusi pada sendi/ pembungkus tendo.

2) Stadium II ( stadium destruksi ), pada stadium ini inflamasi berlanjut

menjadi kronis serta terjadi destruksi sendi dan tendo. Kerusakan pada

tulang rawan sendi disebabkan oleh enzim proteolitik dan jaringan

vascular pada lipatan sinovia serta jaringan granulasi yang terbentuk.

Pada permukaan sendi ( panus ), erosi tulang terjadi pada bagian tepi

sendi akibat invasi jaringan granulasi dan resorpsi osteoklas. Pada

tendo terjadi tenosinovitis disertai invasi kolagen yang dapat

menyebabkan rupture tendo, baik parsial ataupun total.

3) Stadium III ( stadium deformitas ). Pada stadium ini kombinasi antara

destruksi sendi, ketegangan selaput sendi, dan rupture tendo akan

menyebabkan instabilitas dan deformitas sendi. Kelainan yang

mungkin ditemukan pada stadium ini adalah ankilosis jaringan yang

selanjutnya dapat menjadi ankilosis tulang. Inflamasi yang terjadi

Page 10: bab2

mungkin sudah berkurang dan kelainan yang timbul terutama karena

gangguan mekanis dan fungsional pada sendi.

b. Manifestasi klinik

Gambaran klinis Artritis rematoid sendiri sangat bervariasi

bergantung pada keluhan yang ada, pada stadium awal biasanya ditandai

dengan gangguan keadaan umum berupa malaise, penurunan berat badan,

rasa capek, sedikit panas dan anemia. Gejala lokal yang terjadi berupa

pembengkakan, nyeri, kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dan

gangguan gerak pada sendi metakarpofalangeal. Pada stadium lanjut

terjadi keusakan sendi dan deformitas yang bersifat permanent, selanjutnya

timbul ketidakstabilan sendi akibat ruptur tendo/ ligament yang

menyebabkan deformitas rematoid yang khas berupa deviasi ulnar jari,

deviasi radial, serta valgus lutut dan kaki.

c. Komplikasi

Komplikasi pada penderita Artrisis rematoid adalah terjadinya

perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi serta dapat mengakibatkan

pengeroposan tulang.

4. Penatalaksanaan Medis

Menurut Randall King, MD, ( 2003 ) penatalaksanaan medis untuk Atritis

Rematoid yaitu :

a. Sendi yang meradang diistirahatkan selama eksaserbasi.

b. Kompres panas pada sendi-sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat

mengurangi nyeri.

c. Latihan gerak sendi agar tidak terjadi kekakuan, sedikitnya dua kali sehari.

Page 11: bab2

d. Alat-alat pembantu dan adatif mungkin diperlukan untuk melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari.

e. Terapi pengobatan yaitu bagian yang penting dari seluruh program

penatalaksanaan penyakit ini. Obat-obatan dipakai untuk mengurangi

nyeri, meredakan peradangan, dan untuk mencoba mengubah perjalanan

penyakit, seperti : aspirin, obat anti-inflamasi nonsteroid atau steroid

sistemik dan senyawa emas.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Konsep Keluarga

a. Pengertian Keluarga

Ada beberapa Pengertian Keluarga, diantaranya :

Menurut Departemen Kesehatan ( 1988 ), keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa

orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling

ketergantungan. ( Sudiharto, 2007. hal : 22 ).

Menurut Friedman ( 1998 ), keluarga adalah dua atau lebih individu

yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman

dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka

sebagai bagian dari keluarga. ( Sudiharto, 2007. hal : 22 ).

Menurut BKKBN ( 1999 ), keluarga adalah dua orang atau lebih

yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu

memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa

kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara

Page 12: bab2

anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. ( Sudiharto, 2007.

hal : 23 ).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua

orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan

emosional yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari

keluarga. Definisi ini memasukkan juga keluarga besar yang hidup dalam

satu atau dua rumah tangga, pasangan yang hidup bersama sebagai

pasangan suami istri, keluarga-keluarga tanpa anak, keluarga lesbian dan

homoseks, keluarga-keluarga dengan orang tua tunggal.

b. Tipe Keluarga

Tipe / bentuk keluarga menurut Sudiharto ( 2007 ) dalam buku

Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan

transkultural, adalah sebagai berikut:

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anak.

2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah

dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara

sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

3) Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti.

4) Keluarga duda atau janda (Singel Family) adalah keluarga yang terjadi

karena perceraian atau kematian.

5) Keluarga berkomposisi (Composite Family) adalah keluarga yang

perkawinanya berpoligami dan hidup secara bersama.

Page 13: bab2

6) Keluarga Kabitas (Cahabitation Family) adalah dua orang menjadi satu

tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

c. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Drs. Nasrul Effendy ( 1998 ) dalam buku

Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, edisi 2, adalah :

1) Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ibu.

3) Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

4) Patrilokal adalah pasangan suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

5) Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

d. Peran Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh

harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

1) Peran Formal

Page 14: bab2

Adalah peran yang nampak jelas dan bersifat eksplisit yaitu peran

berdasarkan posisi setiap kandungan struktur peran keluarga, yaitu :

a) Peranan Ayah : Sebagai suami dan ayah dari anak-anak, berperan

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa

aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok

sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b) Peran Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu

mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai

pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah

satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c) Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai

dengan tingkatan perkembangannya baik fisik, mental, social dan

spiritual

2) Peran Informal

Adalah peran yang tertutup dan bersifat implisit, biasanya tidak tampak

kepermukaan dan hanya dimainkan untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan emosional individual dan atau untuk menjaga keseimbangan

dalam keluarga, yaitu : Pendorong, Pengharmonis, Inisiator-

kontributor, Pendamai, Keras hati, Sahabat, Kambing hitam keluarga,

Penghibur, Penghalang, Perawat keluarga, Dominator, Koordinator,

Penghubung keluarga, Saksi.

e. Fungsi Keluarga

Page 15: bab2

Fungsi-fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau

konsekuensi dari struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling

berhubungan erat saat mengkaji dan mengintervensi keluarga menurut

Friedman ( 1998 ) adalah sebagai berikut :

1) Fungsi Afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cintakasih,

serta saling menerima dan mendukung.

2) Fungsi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan

individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan

belajar berperan di lingkungan sosial.

3) Fungsi Reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan

keturunan dan menambah sumber daya manusia.

4) Fungsi Ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga, seperti sandang, pangan dan papan.

5) Fungsi Perawatan Kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk

merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

( Sudiharto, 2007. hal : 24 )

f. Tahap-tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Menurut Duval ( 1997 ), daur atau siklus kehidupan keluarga

terdiri dari delapan tahap perkembangan, yaitu :

1) Tahap I, Pasangan baru menikah ( keluarga baru ).

Tugas perkembangan kelurga pada tahap ini adalah membina

hubungan perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan

harmonis dengan saudara dan kerabat, dan merencanakan keluarga (

termasuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan ).

Page 16: bab2

2) Tahap II, Keluarga menanti kelahiran ( child bearing family ) atau anak

tertua adalah bayi berusia kurang dari 1 bulan.

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah menyiapkan anggota

keluarga baru ( bayi dalam keluarga ), membagi waktu untuk individu,

pasangan dan keluarga.

3) Tahap III, Keluarga dengan anak prasekolah anak tertua 2,5 tahun

sampai dengan 6 tahun.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan

kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara lain ruang atau

kamar pribadi dan keamanan, mensosialisasikan anak-anak,

menyatukan keinginan anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan

hubungan yang “ sehat “ dalam keluarga.

4) Tahap IV, Keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7

sampai 12 tahun.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan

anak-anak termasuk membantu anak-anak mencapai prestasi yang baik

disekolah, membantu anak-anak membina hubungan dengan teman

sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan dan

memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing anggota keluarga.

5) Tahap V, Keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua 13 sampai

20 tahun.

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan

remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja,

memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan melakukan

komunikasi yang terbuka di antara orang tua dengan anak-anak remaja.

Page 17: bab2

6) Tahap VI, Keluarga dengan anak dewasa ( pelepasan ).

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menambah

anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru

melalui pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata kembali

hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan,

termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan.

7) Tahap VII, Keluarga usia pertengahan.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mempertahankan

kontak dengan anak dan cucu, memperkuat hubungan perkawinan, dan

meningkatkan usaha promosi kesehatan.

8) Tahap VIII, Keluarga usia lanjut

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah menata kembali kehidupan

yang memuaskan, menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang

berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan, menerima

kehilangan pasangan, mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan

menemukan arti hidup.

( Sudiharto, 2007. hal : 24 )

Tugas perkembangan keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman

( 1981 ) adalah :

1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

3) Memberikan keperawatan pada anggota keluarganya yang sakit, dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat.

Page 18: bab2

4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dengan

lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan

kesehatan yang baik.

( Sudiharto, 2007. hal : 29 )

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian Keluarga

Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan,

mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi

data-data yang ada pada keluarga. Oleh karena itu perawat keluarga

diharapkan memahami betul lingkup, metode, alat bantu dan format

pengkajian yang digunakan. Untuk mempermudah perawat keluarga saat

melakukan pengkajian, dipergunakan istilah penjajakan, antara lain :

1) Penjajakan I

Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain :

a) Data dasar keluarga

Kepala keluarga, identitas kepala keluarga, nama, jenis kelamin,

umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, komposisi keluarga, susunan

anggota keluarga, pengambilan keputusan, pola pengambilan

keputusan,dan yang paling berpengaruh dalam pengambilan

keputusan, hubungan dalam keluarga.

b) Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga

Page 19: bab2

Tahapan perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan

keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat

keluarga sebelumnya.

c) Lingkungan

Perumahan denah rumah, pengelolahan sampah, sumber air,

jamban keluarga, pembuangan air limbah, fasilitas sesuai dengan

kesehatan, karakteristik tetangga dan komunikasi, interaksi dengan

masyarakat dan system pendukung keluarga.

d) Struktur keluarga

Pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur

peran, nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga.

e) Fungsi keluarga

Fungsi efektif, fungsi sosialisasi dan fungsi reproduksi.

f) Stress dan koping keluarga

Stresor jangka pendek dan jangka panjang, kemampuan keluarga

berespon terhadap masalah, strategi koping yang digunakan,

strategi adaptasi disfungsional.

g) Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga

h) Pemeriksaan fisik

2) Penjajakan II

Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya

pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan

keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat

ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Adapun ketidakmampuan

keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya :

Page 20: bab2

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan

c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan

Dari data yang didapatkan melalui pengkajian keluarga akan

dilakukan analisa data yang dapat menyimpulkan beberapa masalah

keperawatan yang kemudian masalah keperawatan tersebut selanjutnya di

prioritaskan melalui skala prioritas masalah keperawatan berdasarkan

beberapa kriteria.

Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,

seorang perawat selalu mengacu kepada tipologi masalah kesehatan dan

keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam

melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan. Yang terdiri

dari tiga kelompok masalah besar, yaitu :

a) Resiko, adalah keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya

penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi

kesehatan.

b) Aktual, adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan.

c) Potensial, adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau

keluarga dalam menyesuaikan diri termasuk dalam hal sumber daya

keluarga.

Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan menurut Maglaya

dan Bailon ( 1978 ) dalam kutipan Agus Citra Dermawan ( 2008 ). Perlu

disusun skala prioritas seperti berikut ini :

Page 21: bab2

NO KRITERIA NILAI BOBOT

1. Sifat Masalah

Skala :

Aktual

Resiko

Potensial

3

2

1

1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala :

Dengan mudah

Hanya sebagian

Tidak dapat

2

1

0

2

3. Potensi masalah untuk dirubah

Skala :

Tinggi

Cukup

Rendah

3

2

1

1

4. Menonjolnya masalah

Skala :

Masalah berat harus ditangani

Masalah yang tidak perlu segera

ditangani

Masalah tidak dirasakan

2

1

0

1

Skoring :

a) Tentukan skor untuk setiap kriteria.

b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Page 22: bab2

Skor

X Bobot

Angka tertinggi

c) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

d) Skor tertinggi adalah 5, dan sama untuk seluruh bobot.

b. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-faktor

yang mempertahankan respons/ tanggapan yang tidak sehat dan

menghalangi perubahan yang diharapkan. Setelah diketahui masalah

kesehatan dan keperawatan keluarga, langkah selanjutnya adalah

menegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Diagnosa keperawatan

keluarga dirumuskan berdasarkan pada lima tugas keluarga ( menurut

Friedman ). Tipiologi dari diagnosa keperawatan :

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga,

disebabkan karena : Kurang pengetahuan / ketidaktahuan fakta, Rasa

takut akibat masalah yang diketahui, Sikap dan falsafah hidup.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan

tindakan kesehatan yang tepat, disebabkan karena : Tidak memahami

mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah, Masalah kesehatan tidak

begitu menonjol, Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena

kurang pengetahuan, dan kurangnya sumber daya keluarga, Tidak

sanggup memilih tindakan antara beberapa pilihan, Ketidakcocokan

pendapat dari anggota-anggota keluarga, Tidak tahu tentang fasilitas

kesehatan yang ada, Takut dari akibat tindakan, Sikap negative

terhadap masalah kesehatan, Fasilitas kesehatan tidak terjangkau,

Page 23: bab2

Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan, Kesalahan

informasi terhadap tindakan yang diharapkan.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

disebabkan karena : Tidak mengetahui keadaan penyakit misalnya,

sifat, penyebab, penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan

perawatannya serta pertumbuhan dan perkembangan anak, Tidak

mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan,

Kurang / tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, Tidak

seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya :

keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab, fasilitas fisik

untuk perawatan, Sikap negative terhadap yang sakit, Konflik individu

dalam keluarga, Sikap dan pandangan hidup, Perilaku yang

mementingkan diri sendiri.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang dapat

mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga,

disebabkan karena : Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya

keuangan, tanggung jawab/ wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak

memenuhi syarat, Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat

pemeliharaan lingkungan rumah, Ketidaktahuan pentingnya sanitasi

lingkungan, Konflik personal dalam keluarga, Ketidaktahuan tentang

usaha pencegahan penyakit, Sikap dan pandangan hidup,

Ketidakkompakan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri,

tidak ada kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang

mempunyai masalah.

Page 24: bab2

5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber dimasyarakat guna

memelihara kesehatan, disebabkan karena : Tidak tahu bahwa fasilitas

kesehatan itu ada, Tidak memahami keuntungan yang diperoleh,

Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan,

Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan, Rasa takut pada

akibat dari tindakan, Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan, Tidak

adanya fasilitas yang diperlukan, Rasa asing dan tidak ada dukungan

dari masyarakat, Sikap dan falsafah hidup.

c. Perencanaan Keperawatan

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang

ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam memecahkan masalah

kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi.

Rencana keperawatan keluarga dibuat karena penting untuk :

1) Memberikan perawatan yang khusus, karena dapat mempermudah

penyampaian perawatan yang tepat dengan memperhatikan keunikan

penerima

2) Membantu dalam menentukan prioritas dengan memberikan data-data

tentang keadaan sifat masalah

3) Mengembangkan komunikasi yang sistematis antara tenaga kesehatan

yang bersangkutan

4) Menjamin kesinambungan dari perawatan yang diberikan

5) Melancarkan koordinasi perawatan melalui pemberian informasi

kepada tim kesehatan lainnya, tentang tindakan yang dikerjakan oleh

perawat

Page 25: bab2

Yang terpenting pada bagian perencanaan adalah menentukan

sasaran dan perumusan tujuan. Prinsip dalam menentukan sasaran adalah

ditentukan oleh perawat bersama keluarga, dapat diterima oleh keluarga,

keluarga menyadari dan mengambil tindakan untuk memecahkannya.

Sedangkan perumusan tujuan akan menentukan kriteria yang dipakai

untuk menilai keberhasilan keperawatan. Dalam menentukan tujuan

perawatan keluarga harus berdasarkan pada dua bagian yaitu :

1) Tujuan jangka pendek, ditekankan pada keadaan-keadaan yang

mengancam kehidupan misalnya sakit berat, dan sebagainya.

2) Tujuan jangka panjang, lebih menekankan pada perubahan perilaku,

dari perilaku yang merugikan kesehatan menjadi perilaku yang

menguntungkan kesehatan, dan mengarah kepada kemampuan mandiri

dalam memelihara kesehatan keluarga dan mengatasi masalahnya.

Menurut Freeman dalam Freedman ( 1998 ), secara umum,

intervensi keperawatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Supplemental. Perawat secara langsung memberikan pelayanan

keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh keluarga.

2) Facilitative. Perawat membantu mengatasi hambatan dari keluarga

dalam memperoleh pelayanan medis, kesejahteraan social, transportasi,

atau pelayanan perawatan kesehatan dirumah.

3) Developmental. Perawat membantu keluarga untuk menolong diri

sendiri sesuai kemampuannya ( misalnya, meningkatkan kemampuan

merawat diri dalam keluarga dan tanggung jawab diri sendiri ).

Perawat juga membantu keluarga untuk memanfaatkan fasilitas

Page 26: bab2

kesehatan yang bersumber dari diri sendiri, seperti dukungan social

internal dan eksternal.

d. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan / implementasi keperawatan keluarga adalah suatu

proses aktualisasi rencana intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber

di dalam keluarga dan memandirikan keluarga dalam bidang kesehatan.

Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang dimiliki mereka dan

mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat memampukan

keluarga untuk : mengenal masalah kesehatannya, mengambil keputusan

berkaitan dengan persoalankesehatan yang dihadapi, merawat dan

membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi

lingkungan yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan

sarana pelayanan kesehatan terdekat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap keluarga adalah sumber daya keluarga (keuangan),

tingkat pendidikan keluarga, adat istiadat yang berlaku, respons dan

penerimaan keluarga, sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

e. Evaluasi

Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai

keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehingga

memiliki produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota

keluarga.

Karakteristik evaluasi dengan pedoman SOAP memberikan

tuntunan pada perawat dengan uraian sebagai berikut :

1) Subjektif

Page 27: bab2

Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang

perubahan yang dirasakan baik kemajuan ataupun kemunduran setelah

diberikan tindakan keperawatan.

2) Objektif

Data yang bisa diamati dan diukur melalui teknik observasi, palpasi,

perkusi atau auskultasi sehingga dapat dilihat kemajuan atau

kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan

tindakan keperawatan.

3) Analisa

Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan

dapat tertanggulangi.

4) Planning

Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana

tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut

sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.