BAB_1

37
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode post partum (puerperium) adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi selama puerperium adalah khusus. Meskipun dianggap normal sebagai proses pemulihan dari kehamilan, diharapkan pada periode 6 minggu setelah melahirkan adalah semua system dalam tubuh ibu akan pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada keadaan sebelum hamil (Beischer dan Mackay 1986, Cunningham et al 1993). Adapun perubahan- perubahan fisiologis pada masa nifas seperti perubahan sistem reproduksi yang meliputi alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti semula seperti sebelum hamil disebut involusi, perubahan sistem perkemihan, perubahan sistem pencernaan, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan sistem endokrin, perubahan tanda vital, perubahan Karidovaskuler dan perubahan hematologi. 1.2 Tujuan a. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas. 1

description

impending eklampsia

Transcript of BAB_1

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPeriode post partum (puerperium) adalah jangka waktu 6 minggu yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi selama puerperium adalah khusus. Meskipun dianggap normal sebagai proses pemulihan dari kehamilan, diharapkan pada periode 6 minggu setelah melahirkan adalah semua system dalam tubuh ibu akan pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada keadaan sebelum hamil (Beischer dan Mackay 1986, Cunningham et al 1993). Adapun perubahan- perubahan fisiologis pada masa nifas seperti perubahan sistem reproduksi yang meliputi alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti semula seperti sebelum hamil disebut involusi, perubahan sistem perkemihan, perubahan sistem pencernaan, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan sistem endokrin, perubahan tanda vital, perubahan Karidovaskuler dan perubahan hematologi.1.2 Tujuana. Tujuan UmumMahasiswa mampu mengetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas.b. Tujuan Khusus1. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan fisiologis pada sistem reproduksi yang terjadi pada masa nifas.2. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan fisiologis pada sistem perkemihan yang terjadi pada masa nifas.3. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan fisiologis pada sistem pencernaan yang terjadi pada masa nifas.4. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan fisiologis pada sistem muskuloskeletal yang terjadi pada masa nifas.5. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan fisiologis pada sistem endokrin yang terjadi pada masa nifas.6. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan fisiologis pada sistem tanda vital yang terjadi pada masa nifas.7. Mahasiswa mampu mengetahui perubahan fisiologis pada sistem hematologi yang terjadi pada masa nifas.1.3 Rumusan Masalaha) Apakah perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi dalam masa nifas?b) Apa saja perubahan yang terjadi pada sistem perkemihan dalam masa nifas?c) Apa saja perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan dalam masa nifas?d) Apa saja perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal dalam masa nifas?e) Apa saja perubahan yang terjadi pada sistem endokrin dalam masa nifas?f) Apa saja perubahan yang terjadi pada sistem tanda vital dalam masa nifas?g) Apa saja perubahan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler dalam masa nifas?h) Apa saja perubahan yang terjadi pada sistem hematologi dalam masa nifas?

1.4 ManfaatMahasiswa dapat mengenali perubahan yang terjadi pada masa nifas.

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Sistem Reproduksi1. Uterusa. Pengerutan rahim (involusi)Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini,lapisan luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati).Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut:Involusi UteriTinggi Fundus UteriBerat UterusDiameter Uterus

Plasenta lahirSetinggi pusat1000 gram12,5 cm

7 hari (minggu 1)Pertengahan pusat dan simpisis500 gram7,5 cm

14 hari (minggu 2)Tidak teraba350 gram5 cm

6 mingguNormal60 gram2,5 cm

Dibawah ini dapat dilihat perubahan tinggi fundus uteri pada masa nifas.

Gambar. Tinggi fundus uteri pada masa nifas

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:1. Iskemia Miometrium : Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.2. Atrofi jaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon esterogen saat pelepasan plasenta, yang dimana jaringan yang berpoliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan bergenerasi menjadi endometrium yang baru.3. Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.4. Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.b. LokheaLokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi.Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum lain ialah laserasi vagina atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia. Perbedaan lokhea dan bukan lokhea adalah sebagai berikut :LOKHEABUKAN LOKHEA

Lokhea biasanya menetes dari muara vagina . Aliran darah tetap keluar dalam jumlah yang lebih besar saat uterus berkontraksi.Apabila rabas darah menyembur dari vagina, kemungkinan terdapat robekan pada serviks,atau vagina selain dari lokhea yang normal

Semburan lokhea dapat terjadi akibat masasse pada uterus . Apabila lokia berwarna gelap , maka lokia sebelumnya terkumpul di dalam vagina yang relaksasi dan jumlahnya segera berkurang menjadi tetesan lokia berwarna merah terang ( pada puerpurium dini ).Apabila jumlah darah berlebihan dan berwarna merah terang , suatu robekan dapat merupakan penyebab.

Lokhea dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :a) Lokhea rubraLokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-3 masa post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,lanugo(rambut bayi), dan mekonium.b) Lokhea sanguinolentaLokhea ini berwarna putih bercampur merah dan berlendir, serta berlangsung hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum.c) Lokhea serosalokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.d) Lokhea albaLokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum.Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukan adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut menandakan adanya demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan lokhea purulenta. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar disebut dengan lokhea statis.

c. Perubahan pada serviksPerubahan yang terjadi pada serviks ialah bentuk serviks agak menganga seperti corong, segera setelah bayi baru lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak dapat berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks berbentuk semacam cincin.Serviks berwarna merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat laserasi atau perlukaan kecil. Karena robekan kecil yang terjadi selama berdilatasi maka serviks tidak akan pernah kembali lagi ke keadaan seperi sebelum hamil.Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi lahir, tangan akan dapat masuk ke dalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum, serviks sudah menutup kembali.2. Vulva dan VaginaVulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.Pada masa nifas, biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Lika pada vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh selama perpriman ( sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi mungkin menyebabkan sellulitis yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis.3. PeriniumSegera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena sebelumnya terenggang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil.

2.2 Perubahan Sistem Perkemihan1. Fungsi Sistem Perkemihan.a) Mencapai hemostatis internal.1) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri dari air dan unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. 70 % dari air tubuh terletak di dalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraselular. kandungan air sisanya disebut cairan ekstraselular. Cairan ekstraselular dibagi antara plasma darah, dan cairan yang langsung memberikan lingkungan segera untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial (Cambridge, 1991 : 2). Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.

2) Keseimbangan asam basa tubuh.batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis.3) Mengeluarkan sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat, dan kreatinin.

b) Keseimbangan dan keselarasan berbagai proses di dalam tubuh.1) Pengaturan Tekanan Darah.menurunkan volume darah dan serum sodium (Na) akan meningkatkan serum pottasium lalu merangsang pengeluaran renin yang dalam aliran darah diubah menjadi angiotensin yang akan mengekskresikan aldosteron sehingga mengakibatkan terjadinya retensi Na+ + H2O kemudian terjadi peningkatan volume darah yang meningkatkan tekanan darah. Angiotensin juga dapat menjadikan vasokontriksi perifer yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah. 2) Perangsangan produksi sel darah merah.Dalam pembentukan sel darah merah diperlukan hormon eritropoietin untuk merangsang sumsum tulang hormon ini dihasilkan oleh ginjal.3) Sistem Urinarius.Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar sterorid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan funngsi ginjal selama masa pasca partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. diperlukan kira-kira dua sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993). Pada sebagian kecil wanita, dilaktasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan. 4) Komponen Urine.Glikosuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada ibu meyusui merupakan hal yang normal. BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama pasca partum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi, Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50% wanita. Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi.5) Diuresis Postpartum.Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua sapai tiga hari pertema setelah melahirkan. Diuresis pascapartum, yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabilisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of pregnancy).6) Uretra dan Kandung Kemih.Trauma bila terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai di daerah-daerah kecil hemoragi. Kandung kemih yang oedema, terisi penuh dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tak sempurna dan urine residual kecuali jika dilakukan asuhan untuk mendorong terjadinya pengosongan kandung kemih bahkan saat tidak merasa untuk berkemih. Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui kateter sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema.Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, leserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah refleks berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal (Cinningham, dkk, 1993). Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.

2.3 Perubahan Sistem PencernaanSistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3-4 hari untuk kembali normal.Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:1. Nafsu MakanPasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 34 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

2. MotilitasSecara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.3. Pengosongan UsusPasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:1. Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.1. Pemberian cairan yang cukup.1. Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.1. Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.1. Bila usaha di atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau obat yang lain.

2.4 Perubahan sistem MuskuloskeletalAdaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik padsa masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8 setelah wanita melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal sebelum hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan.a. Dinding perut dan peritoneum.Setelah persalinan, dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Kadang-kadang pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini menonjol kalau berdiri atau mengejan.b. Kulit abdomen.Kulit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.c. Striae Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu post partum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali normal.d. Perubahan LigamenLigamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh kandungannya turun setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.e. simpisis pubis.Meskipun relatif jarang, tetapi simpisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini biasanya ditandai oleh nyeri tekan signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak ditempat tidur atau saat berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan. Sementara pada kebanyakan wanita gejala menghilang setelah beberapa minggu atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat menetap sehingga diperlukan kursi roda.Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca persalinan antara lain :1) nyeri punggung bawah2) sakit kepala dan nyeri leher3) nyeri pelvis postrior4) disfungsi simpisis pubis5) diastesis rekti6) osteoporosis akibat kehamilan7) disfungsi rongga panggul1) Nyeri punggungNyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.Penanganan : selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat memberikan rasa nyaman pada pasien.2) Sakit kepala dan nyeri leherPada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestesi umum.

3) Nyeri pelvis posteriorNyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri diatas sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh ditempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar kebokong dan paha posterior.Penanganan : pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyongkong dapat membantu untuk mengistirahakan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktivitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.4) Disfungsi simfisis pubisMerupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui posisi tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi?stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mempengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.Penanganan : tirah baring selama mungkin ; pemberian pereda nyeri ; perawatan ibu dan bayi yang lengkap ; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat ; latihan meningkatkan sirkulasi ; mobilisasi secara bertahap ; pemberian bantuan yang sesuai.5) Diastasis rektiDiastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominalis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble,1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multiparitasm bayi besar, polihidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih kearah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.Penanganan : melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus ; merangsang penyangga tubigrib (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai dibawah panggul; latihan transverus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi;kecuali posisi telungkup-lutut;memastikan tidak melakukan latihat sit up atau curl-up;mengatur ulang kegiatan sehari-hari;menindak lanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan.6) Osteoporosis akibat kehamilanOsteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan),ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal,berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk.7) Disfungsi dasar panggulDisfungsi dasar panggul, meliputi :a) Inkontensia urinb) Inkontensia alvic) Prolaps.a) Inkontensia urinInkontensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontensia stres.Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai dan dianjurkan untuk mempraktekan latihan otot dasar panggul dan transversus sesering mungkin, memfiksasi otot ini serta otot transversus dalam melakukan aktivitas berat. Selama pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.b) Inkontensia alviInkontensia alvi disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingtar anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan (snooks et al, 1985)Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus.c) prolapsprolaps genatalia dikaitkan dengan persalinan pervagina yang dapat menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Prolaps uterus adalah penurunan uterus. Sistokel adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel adalah prolaps rektum kedalam vagina.Gejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain : merasakan ada sesuatu yang turun kebawah(saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat.Penanganan : prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.

2.5 Perubahan sistem EndokrinSelama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut, antara lain :1) Hormon plasenta2) Hormon pituitary3) Hipotalamik pituitary4) Hormon oksitosin5) Hormon estrogen dan progesteron

4. Hormon plasentaPengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human plancenta lactogen ) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human Chrionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke-3 post partum.

4. Hormon pituitaryHormon pituitary antara lain : hormon prolaktin,FSH dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.4. Hipotalamik Pituitary OvariumHipotalamik Pituitary Ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca persalinan dan 90% setelah 24 minggu.4. Hormon oksitosinHormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam elepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.4. Hormon estrogen dan progesteronVoluma darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.Tabel Perubahan Sistem Endokrin pada Masa NifasHormonPerubahan Yang TerjadiKeadaan Terendah

Hormon Placental LactogenMenurun24 jam

EstrogenMenurunHari ke-7

ProgesteronMenurunHari ke-7

FSHMenurunHari ke 10-12

LHMenurunHari ke 10-12

ProlaktinMenurunHari ke-14

2.6 Perubahan Tanda Vitala) Suhu badanDalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5-38C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal, suhu keadaan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI. Payudara menjadi bengkak dan berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis,tractus genitalis, atau sistem lain).

b) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali pemenit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukan adanya kemungkinan infeksi atau haemoragic post partum. Denyut nadi dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.c) Tekanan darahTekanan darah biasanya tidah berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklampsi post partum.d) PernapasanKeadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.

2.7 Perubahan Sistem KardiovaskulerSelama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri. Penarikan kembali estrogen menyebabkan deuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini, ibu banyak sekali mengeluarkan banyak urine. Hilangnya pengesteran membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan bersama-sama trauma masa persalinan. Pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml, sedangkan pada persalinan SC, pengeluaran dua kali lipatnya. Perubahan terdiri dari volume darah dan kadar Hmt (hematokrit).Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu akan relatif bertambah. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada jantung dan akan menimbulkan decompensatio cordis pada pasien dengan vitum cardio. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan tumbuhnya haemokosentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya ini terjadi pada 3-5 hari post partum.

2.8 Perubahan HemotologiPada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental sehinggakatkan faktor meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis dengan jumlah sel darah putih mencapai 15.000 dan sampai 25.000 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah Hb, Hmt, dan eritrosit sangat bervariasi pada saat awal masa post partum sebagai akibat dari volume darah yang berubah- ubah. Semua tingkatan dipengaruhi oleh status gizi wanita tersebut. Selama proses kelahiran diperkirakan kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan disosialisasikan dengan peningkatan Hnt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum.

Perubahan komponen darah Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semuanyanakan kembali lagi pada keadaan semula. Curah jantung dan jumlah darah yang dipompakan oleh jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali pada keadaan normal.

BAB 3PENUTUP3.1 KesimpulanSeorang ibu hamil akan mengalami banyak perubahan perubahan fisiologis pada saat setelah melahirkan ( masa nifas ).perubahan yang terjadi pada masa nifas antara lain :1. Perubahan sistem reproduksi yang dimana terjadi perubahan pada uterus seperti terjadinya involusi uterus, pengeluaran lokhea dan perubahan pada serviks. Perubahan vulva dan vagina yang dimana vulva dan vagina mengalami peregangan yang sangat besar dalam melahirkan bayi, setelah 3 minggu vulva dan vagina kembal ikeadaan tidak hamil. Perubahan pada perineum yang dimana perineum menjadi kendur, pada post natal hari ke-5 perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil.2. Perubahan sistem perkemihanSetelah persalinan berlangsung biasanya ibu akan sulit untuk BAK dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian inimengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.3. Perubahan sistem pencernaan Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Dapat diatasi dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal.4. Perubahan sistem muskuloskeletalPerubahan sistem muskuloskeletal antara lain perubahan pada dinding perut dan peritonium, kulit abdomen, striae, dan simpisis pubis.Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca persalinan antara lain :1) nyeri punggung bawah2) sakit kepala dan nyeri leher3) nyeri pelvis postrior4) disfungsi simpisis pubis5) diastesis rekti6) osteoporosis akibat kehamilan7) disfungsi rongga panggul5. Perubahan sistem endokrinTabel Perubahan Sistem Endokrin pada Masa NifasHormonPerubahan Yang TerjadiKeadaan Terendah

Hormon Placental LactogenMenurun24 jam

EstrogenMenurunHari ke-7

ProgesteronMenurunHari ke-7

FSHMenurunHari ke 10-12

LHMenurunHari ke 10-12

ProlaktinMenurunHari ke-14

6. Perubahan Tanda VitalPerubahan tanda vital pada masa nifas meliputi :a. Suhu badanDalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,5-38C) sebagai akibat kerja keras sewaktu melahirkan kehilangan cairan, dan kelelahan. Bila suhu tidak turun, kemungkinan adanya infeksi pada endometrium (mastitis,tractus genitalis, atau sistem lain).

b. NadiDenyut nadi normal pada orang dewasa adalah 60-80 kali pemenit. Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat namun pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.c. Tekanan darahTekanan darah biasanya tidah berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum dapat menandakan terjadinya pre eklampsi post partum.d. PernapasanKeadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran pencernaan.7. Perubahan sistem kardiovaskelera. Denyut jantung volume secukupnya, dan curah jantung meningkat selama hamil.b. Segera setelah melahirkan, keadaan tersebut akan meningkat lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang melintasi sirkulasi utero plasenta tiba-tiba kembali ke stimulasi umum.c. Nilai curah jantung mencapai puncak selama awal puerperium 2- 3 minggu setelah melahirkan curah jantung berada pada tingkat sebelum hamil.8. Perubahan sistem hematologiPada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah akan mengental sehinggakatkan faktor meningkatkan faktor pembekuan darah.Selama proses kelahiran diperkirakan kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan disosialisasikan dengan peningkatan Hnt dan Hb pada hari ke-3 sampai hari ke-7 post partum, yang akan kembali normal dalam 4-5 minggu post partum.

Perubahan komponen darah Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah merah dan Hb akan berfluktuasi, namun dalam 1 minggu pasca persalinan biasanya semuanyanakan kembali lagi pada keadaan semula. Curah jantung dan jumlah darah yang dipompakan oleh jantung akan tetap tinggi pada awal masa nifas dan dalam 2 minggu akan kembali pada keadaan normal.3.2 SaranUntuk mengahadapi perubahan pada system reproduksi ini, mahasiswa memerlukan manajemen yang baik, agar ibu nifas mampu melaluinya dengan baik. Selain itu penting adanya bagi ibu nifas untuk memahami betul bagaimana perubahan yang terjadi pada system reproduksi saat masa nifas , agar ibu mampu membedakan antara perubahan yang fisiologis atau patologis pada saat masa nifas.

20