Bab1 Metoda Matriks Opt Geometri

15
  I-1 I. METODA MATRIKS DALAM OPTIKA GEOMETRI 1.1. Sistem Optik Sistem optik terdiri dari sejumlah elemen yang berfungsi optik secara khusus (elemen fungsional), seperti; lensa, cermin, dst. Sebelum melangkah lebih jauh, akan diperkenalkan pengertian sumbu optik. Sumbu optik adalah suatu garis lurus utama dalam suatu sistem optik yang menjadi acuan utama bagi arah penjalaran sinar (lintasan sinar). 1.1.1. Optika Gaussian Dalam optika gaussian kita meninjau arah lintasan optik yang hampir sejajar dengan sumbu optik dari sistem yang bersangkutan (berkas yang bersifat paraksial). Perhatikan Gb. 1.1 di bawah ini. Arah sinar θ sumbu optik Gb. 1.1 Dengan kata lain, bagi berkas sinar Gaussian berlaku aproksimasi θ θ  sin . Dalam sistem ini, berkas sinar yang berasal dari suatu titik objek tidak akan menghasilkan lebih dari satu titik citra. Berarti masalah aberasi dapat diabaikan dalam sistem ini. Sistem ini dapat dipandang sebagai suatu “ black box “ dan dikaji dengan analisis secara linear  berdasarkan metoda matriks, seperti dijelaskan oleh gambar dibawah: Input output Gb. 1.2 Penerapannya pada sistem optik dalam dua dimensi ditunjukkan oleh Gb. 1.3:  d c b a  DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

description

Optika Geometri Mata Kuliah Fisika Optik

Transcript of Bab1 Metoda Matriks Opt Geometri

  • I-1

    I. METODA MATRIKS DALAM OPTIKA GEOMETRI

    1.1. Sistem Optik

    Sistem optik terdiri dari sejumlah elemen yang berfungsi optik secara khusus

    (elemen fungsional), seperti; lensa, cermin, dst. Sebelum melangkah lebih jauh, akan

    diperkenalkan pengertian sumbu optik. Sumbu optik adalah suatu garis lurus utama

    dalam suatu sistem optik yang menjadi acuan utama bagi arah penjalaran sinar (lintasan

    sinar).

    1.1.1. Optika Gaussian

    Dalam optika gaussian kita meninjau arah lintasan optik yang hampir sejajar

    dengan sumbu optik dari sistem yang bersangkutan (berkas yang bersifat paraksial).

    Perhatikan Gb. 1.1 di bawah ini.

    Arah sinar

    sumbu optik Gb. 1.1

    Dengan kata lain, bagi berkas sinar Gaussian berlaku aproksimasi sin . Dalam sistem ini, berkas sinar yang berasal dari suatu titik objek tidak akan menghasilkan lebih

    dari satu titik citra. Berarti masalah aberasi dapat diabaikan dalam sistem ini. Sistem ini

    dapat dipandang sebagai suatu black box dan dikaji dengan analisis secara linear

    berdasarkan metoda matriks, seperti dijelaskan oleh gambar dibawah:

    Input output

    Gb. 1.2

    Penerapannya pada sistem optik dalam dua dimensi ditunjukkan oleh Gb. 1.3:

    dcba

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-2

    Gb. 1.3

    Koordinat yang kita pakai untuk menspesifikasikan atau merepresentasikan keadaan

    berkas sinar adalah posisi (titik sinar masuk dan keluar, x) dan arah (sinar masuk dan

    keluar, ). Dalam bentuk matriks dapat ditulis sebagai:

    n

    xatau

    x

    =

    Jadi hubungan antara keadaan sinar masuk dan sinar keluar dapat dituangkan dalam

    persamaan matriks:

    =

    =

    1

    1

    1

    1

    2

    2

    x

    Tx

    DCBAx

    dengan T = merepresentasikan fungsi sistem optik tersebut, dan A, B, C dan D

    merupakan perangkat parameter tetap bagi sistem optik tertentu.

    Jelas atas dasar empiris bahwa fungsi optik tersebut harus bersifat bolak-balik.

    Artinya hubungan antara keadaan sinar masuk dan sinar keluar tetap sama bila peranan/

    status masukan dan keluaran ditukar. Secara matematik ini berarti adanya matriks

    inversi dari T , yaitu 1T yang memenuhi syarat:

    112

    21

    1

    1

    =

    =

    TT

    xT

    x

    Ini berarti selanjutnya bahwa

    [ ] 0det T dan

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-3

    [ ] 1det 1 = TT atau

    [ ] [ ] 1detdet 1 = TT yang menghasilkan kesimpulan bahwa

    [ ] [ ] 1detdet 1 == TT Matriks yang memenuhi persyaratan ini dan transformasi yang bersangkutan dikenal

    dengan sebutan unimodular. Perhatikan bahwa hasil kali 2 matriks unimodular tetap

    unimodular.

    1.2. Karakterisasi Sistem Optik dengan Matriks Transfer

    Ciri-ciri dari fungsi sistem optik dapat diungkapkan melalui matriks transfer

    tersebut.

    1. D = 0

    Untuk kasus ini akan diperoleh hubungan:

    12

    112

    CxBAxx

    =+=

    .

    Tafsiran fisis dari persamaan ini dapat dilihat dari Gb. 1.4 di bawah:

    bidang masuk bidang keluar

    (bidang fokal depan)

    Gb. 1.4

    Semua sinar masuk melalui 1 titik pada bidang masuk dengan sembarang sudut

    masuk, akan diolah oleh sistem sehingga keluarannya berupa sinar-sinar yang

    paralel (sudut keluarannya konstan tapi titik keluarannya banyak)

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-4

    2. B = 0

    Untuk kasus ini berlaku :

    112

    12

    DCxAxx

    +==

    dimana 1

    2

    xxA = = faktor magnifikasi posisi. Kembali perhatikan Gb. 1.5

    dibawah:

    Gb. 1.5

    Semua sinar masuk melalui satu titik pada bidang fokal depan dengan

    sembarang sudut masuk, akan diolah oleh sistem sehingga keluaranya berupa

    sinar-sinar yang keluar pada satu titik pada bidang keluar (sudut keluaran bebas).

    3. C = 0

    Persamaan matriksnya:

    =

    1

    1

    2

    2

    0 x

    DBAx

    atau 22

    212

    DBAxx

    =+=

    Untuk kasus ini perhatikan Gb. 1.6 di bawah:

    Gb. 1.6

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-5

    Apabila pada suatu sistem optik diberikan sinar yang masuknya sejajar dan

    sembarang posisi pada bidang masukan, maka sistem itu akan mengolah sinar

    tersebut sehingga keluarannya di bidang keluaran berupa sinar-sinar yang

    sejajar pula. Walaupun sejajar, besar sudut masuk tidak sama dengan besar sudut

    keluar dengan faktor maknifikasi sudut 1

    2

    =D .

    4. A = 0

    Persamaan matriksnya:

    =

    1

    1

    2

    2 0x

    DCBx

    atau 112

    12

    DCxBx

    +==

    Perhatikan Gb. 1.7 di bawah:

    Gb. 1.7

    Artinya, apabila sinar datang dengan sudut tertentu pada bidang masukan maka

    sistem optik akan mengolah sinar tersebut sehingga pada bidang keluaran sinar

    tersebut keluar di satu titik dengan sembarang sudut keluaran.

    1.3. Deskripsi Proses Penjalaran Sinar dalam Sistem Optik

    Dalam suatu sistem optok Gaussian, berkas sinar akan mengalami 2 macam

    proses:

    1. Pergeseran kedudukan sepanjang garis lurus (translasi) yang terjadi dalam suatu

    medium homogen.

    2. Proses pembiasan (refraksi) yang terjadi pada batas dua medium yang berbeda.

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-6

    1.3.1. Translasi ( )

    Perhatikan Gb. 1.8 di bawah:

    Gb. 1.8

    Sepanjang perambatan sinar, dari bidang masukan sampai bidang keluaran, dalam

    medium yang berindeks bias n, terjadi perubahan koordinat berkas, yaitu dari

    1

    1

    x

    menjadi

    2

    2

    x

    . Karena kita meninjau sinar-sinar paraksian maka dapat dilakukan

    aproksimasi: == 21 .

    Persamaan matriks untuk perubahan ini adalah:

    =

    2

    2

    x

    1

    1

    x

    Dari Gb. 1.13 diperoleh persamaan : 112 tandxx += . Sesuai dengan pembatasan yang kita berikan ( hanya meninjau sinar-sinar paraksial ), maka:

    112 dxx += atau

    +=ndxx 112 ,

    karena n

    11

    = dan 12 = . Sehingga dengan demikian, persamaan matriks yang berkenaan dengan keadaan ini:

    =

    1

    1

    2

    2

    10

    1x

    ndx

    dengan matriks translasi:

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-7

    =

    10

    1nd

    1.5.2. Matriks Pembiasan ( )

    Tinjau batas permukaan antara dua media, masing-masimg berindeks bias n1 dan

    n2, yang berupa permukaan bola berjari-jari R dan berpusat di titik C. Perhatikan Gb.

    1.9 di bawah ini.

    Gb. 1.9

    Dari gambar dapat dibaca bahwa:

    += 1m , dan 2 +=b

    dan untuk sinar-sinar paraksial dapat dilakukan aproksimasi (ingat bahwa xxx == 21 ):

    Rxi m 11...........).........( += , dan

    Rxii b 22.................).........( +=

    Kalikan persamaan (i) dengan n1 dan persamaan (ii) dengan n2, sehingga diperoleh:

    Rxnnn

    Rxnnn

    b

    m

    22222

    11111

    +=

    +=

    karena iiin = (dengan i = 1, 2), maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai:

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-8

    22

    22

    11

    11

    .......).........(

    ......).........(

    xRnniv

    xRnniii

    b

    m

    +=

    +=

    Berdasarkan Hukum Snell: bm nn 21 = , maka dari persamaan (iii) dan (iv) diperoleh hubungan:

    ( ) 02121 =+ Rxnn , atau

    ( )Rxnn 2112 +=

    Karena xxx == 21 , maka persamaan di atas dapat dituliskan dengan lebih baik sebagai

    ( )Rxnn 12112 +=

    Akhirnya kita mendapatkan persamaan matriks:

    =

    1

    121

    2

    2

    101

    x

    Rnnx

    Kemudian didefinisikan daya pembiasan sebagai:

    =R

    nnp 21

    Jadi matriks pembiasan:

    =

    1

    01p

    Apabila R dinyatakan dalam meter, maka p memiliki satuan dioptri.

    1.4. Penerapan Matrik Translasi dan Mariks Pembiasan

    1.4.1. Sistem planar berlapis majemuk (multilayer system)

    Perhatikan Gb. 1.10 untuk sinar yang menjalar di lapisan satu, yaitu dari

    1

    1

    x

    ke

    2

    2

    x

    . Persamaan matriksnya dapat ditulis sebagai:

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-9

    =

    1

    11

    1

    2

    2

    10

    1x

    ndx

    = 1

    1

    1

    x

    Untuk sinar yang menjalar di lapisan kedua, yaitu dari

    2

    2

    x

    ke

    3

    3

    x

    , persamaan

    matriksnya dapat ditulis sebagai:

    =

    2

    22

    2

    3

    3

    10

    1x

    ndx

    = 2

    2

    2

    x

    Dengan mensubsitusi matriks untuk

    2

    2

    x

    ke persamaan di atas, diperoleh persamaan

    matriks yang menghubungkan

    1

    1

    x

    dan

    3

    3

    x

    dan diungkapkan sebagai berikut:

    =

    1

    11

    1

    2

    2

    3

    3

    10

    1

    10

    1x

    nd

    ndx

    = 1 2

    1

    1

    x

    Gb. 1.10

    Jadi secara keseluruhan, kita dapat mencari hubungan antara lapiasan pertama

    dengan lapisan ke N+1 dan dinyatakan dalam persamaan matriks:

    =

    +

    +

    1

    11

    1

    2

    2

    1

    1

    1

    1

    10

    1

    10

    1.....10

    1

    10

    1x

    nd

    nd

    nd

    ndx

    N

    N

    N

    N

    N

    N

    =

    +

    +

    1

    1

    N

    Nx N N-1 2 1

    1

    1

    x

    , atau

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-10

    =+

    + =

    N

    iN

    Nx

    11

    1

    i

    1

    1

    x

    Apabila kita definisikan; total = =

    N

    i 1

    i, maka persamaan matriks di atas ditulis dalam

    bentuk:

    =

    +

    +

    1

    1

    N

    Nx total

    1

    1

    x

    , dengan

    total =

    =

    10

    11

    N

    i i

    i

    nd

    1.4.2. Lensa Tunggal

    Perhatikan Gb. 1.11 di bawah:

    Gb. 1.11

    Ada tiga macam proses yang dialami oleh berkas sinar tersebut:

    1. Refraksi 1, dengan matriks refraksi 1, yang terjadi pada permukaan pertama

    (R1).

    2. Translasi, dengan matriks translasi , yang terjadi sepanjang jarak d, yaitu

    antara permukaan pertama (R1) dan (R2).

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-11

    3. Refraksi 2, dengan matriks refraksi 2, yang terjadi pada permukaan kedua (R2).

    Sehingga martiks transfer bagi sistem optik ini dapat dituliskan dalam bentuk:

    = 1 2

    = 1

    01

    10

    1101

    22

    1 pnd

    p

    dengan

    1

    121 R

    nnp = dan 2

    212 R

    nnp = .

    Untuk kasus lensa tipis, kita berikan asumsi tambahan pada sistem optik di atas

    yaitu:

    0d , 11 =n , dan nn =2 Sehingga matriks transfer tersebut ditulis sebagai:

    ( )

    =

    =

    =

    1101

    1111

    01

    1101

    1001

    1101

    21

    21

    f

    RRn

    Rn

    Rn

    dengan

    ( )

    =

    21

    1111RR

    nf

    .

    Contohnya untuk lensa cembung-cembung kita memiliki f (+), R1 (+) dan R2 (-), untuk

    lensa cekung-cekung kita memiliki f(-), R1(-) dan R2 (+).

    1.5. Aplikasi matriks transfer untuk berbagai sistem optik

    Akan dibahas sifat-sifat dari lensa dengan menggunakan matriks transfer:

    1. Untuk kasus 0d dan f(+).

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-12

    Perhatikan Gb. 1.12 di bawah:

    Gb.1.12

    Persamaan matrik untuk sistem ini dapat ditulis sebagai:

    =

    1

    1

    2

    21101

    x

    f

    x

    atau 112

    12

    1 +===

    xf

    xxx

    Ingat kembali hubungan antara dan untuk sinar-sinar yang paraksial, yaitu:

    iii n dengan =i 1, 2 Apabila hubungan ini kita subsitusikan ke persamaan matriks di atas akan

    diperoleh:

    0112 =+= , dengan 1 f

    x .

    Jadi telah kita buktikan sifat dari lensa cembung-cembung yang pertama, yaitu

    apabila berkas sinar datang seolah-olah berasal dari titik fokus lensa maka lensa

    cembung-cembung akan membiaskan berkas sinar itu sejajar dengan sumbu

    utama ( 02 = ).

    PR: buktikan sifat lensa cembung-cembung yang lain.

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-13

    2. Untuk kasus 0d dan f(-). Perhatikan Gb. 1.13 di bawah:

    Gb. 1.13

    Persamaan matriks untuk sistem optik ini dapat ditulis sebagai:

    =

    1

    1

    2

    21101

    x

    f

    x

    atau 112

    12

    1 +===

    xf

    xxx.

    Dapat ditulis juga sebagai:

    fx

    xxx

    12

    12

    2===

    Jadi apabila berkas sinar datang pada sistem lensa cekung-cekung melalui titik

    fokusnya, maka berkas sinar itu akan dibiaskna oleh sistem lensa ini menjauhi

    dari sumbu utama lensa.

    PR buktikan sifat lensa cekung-cekung yang lain.

    1.6. Pembentukan Bayangan

    Bayangan dibentuk oleh sinar yang berasal dari titik yang sama pada objek.

    Khususnya, semua berkas sinar dari suatu titik objek akan diolah oleh sistem optik

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-14

    sehingga berpotongan pada suatu titik lain. Perhatikan Gb. 1.14 di bawah:

    Gb. 1.14

    Persamaan matriks untuk sistem di atas adalah:

    =

    b

    bx o b

    o

    ox , atau

    =

    o

    obo

    b

    b xd

    f

    dx 10

    11101

    101

    +

    ++

    =

    o

    o

    b

    bobo

    b

    b x

    dff

    df

    dddfx

    1111111

    Andaikan titik objek diambil pada sumbu lensa (xo = 0) maka bayangan akan

    ditentukan oleh titik potong dari dua berkas sinar yang berasal dari suatu titik objek

    setelah melalui lensa. Salah satu dari berkas tersebut menjalar sepanjang sumbu optik

    lensa sehingga tidak dibiaskan oleh sistem optik tersebut. Maka bayangan yang

    terbentuk pasti berada di sumbu lensa pula (xb = 0). Sehingga persamaan matrik di atas

    dapat diubah kedalam bentuk

    +

    ++

    =

    ob

    bobo

    b dff

    df

    dddf

    0

    111

    11110

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia

  • I-15

    Hubungan persamaan matriks di atas dapat dipenuhi dengan syarat:

    011 =

    ++ bob dfdd , atau

    fdd bo111 =+

    Apabila hasil di atas disubsitusikan kembali ke persamaan matriks, akan diperoleh:

    =

    1

    1

    2

    2

    11

    01

    x

    fd

    f

    fd

    xb

    o

    , dan

    12 1 xfdx o

    =

    Sehingga kita bisa mendefinisikan faktor magnifikasi, yaitu:

    fd

    xxM o== 1

    1

    2

    PR. Kerjakan dengan langkah yang sama untuk sistem dua lensa.

    DIKTAT OPTIKA MODERN Rahmat & Tjia