Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

download Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

of 14

Transcript of Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    1/14

    Arsitekturdan Psikologi

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    2/14

    A. PENDAHULUANAdalah Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan Field Theory

    (Teori Medan) yang merupakan salah satu langkah awal dari teori yangmempertimbangkan interaksi antara lingkungan dengan man usia. Lewinmengatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi dari pribadi dan lingkungan,sehingga dapat diformulasikan menjadi:

    TL f(P,L) ITL tingkah laku

    fungsiP pribadiL lingkungan

    Berdasarkan rumusan tersebut, Lewin mengajukan adanya kekuatan-kekuatan yang terjadi selama interaksi antara manusia dan lingkungan.Masing-masing komponen tersebut bergerak suatu kekuatan-kekuatan yangterjadi pada medan interaksi, yaitu daya tarik & daya mendekat dan dayatolak & daya menjauh. Interaksi tersebut terjadi pada lapangan psikologisseseorang (penghuni/pemakai) yang pada akhirnya akan mencerminkantingkah laku penghuni (Iskandar, 1990).

    Sebelum kita kenai istilah psikologi lingkungan (environmental psychol-ogy) yang sudah baku, beberapa istilah lain telah mendahuluinya. SemulaLewin pada tahun 1943 memberikan istilah ekologi psikologi (psychologicalecology). Lalu Egon Brunswik dengan beberapa mahasiswanya mengajukanistilah psikologi ekologi (ecological psychology). Pada tahun 1947, RogerBarker dan Herbert Wright memperkenalkan istilah seting perilaku (behavioralsetting) untuk suatu unit ekologi kecil yang melingkupi perilaku manusiasehari-hari (Seting Perilaku akan dibahas dalam bag ian akhir bab ini).

    lstilah psikologi arsitektur (architectural psychology) pertama kalidiperkenalkan ketika diadakan konferensi pertama di Utah pada tahun 1961dan 1966. Jurnal profesional pertama yang diterbitkan pada akhir 1960-anbanyak menggunakan istilah lingkungan dan perilaku (Environment and8ehavior). Baru pada tahun 1968, Harold Proshansky dan William Ittelsonmemperkenalkan program tingkat doktoral yang pertama dalam bidangpsikologi lingkungan (environmental psychology) di CUNY (City University ofNew York) (Gifford, 1987).

    2

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    3/14

    Definisi psikologi lingkungan memiliki beragam batasan. Heimstra danMc Farling (dalam Prawitasari, 1989) menyatakanbahwa psikologi lingkunganadalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antaraperilaku manusia dengan lingkungan fisiko Gifford (1987) mendefinisikanpsikologi lingkungan sebagai studi dari transaksi di antara individu denganseting fisiknya. Dalam transaksi tersebut individu mengubah lingkungan danseba liknya perilaku dan pengalaman individu diubah oleh lingkungan.Sementara itu Proshansky, lttleson, dan Rivlin (dalam Prawitasari, 1989)menyatakan bahwa definisi yang adekuat tentang psikologi lingkungan tidakada. Mereka mengatakan bahwa psikologi lingkungan adalah apa yangdilakukan oleh psikolog lingkungan. Ahli lain seperti Canter dan Craik (dalamPrawitasari, 1989) mengatakan bahwa psikologi lingkungan adalah areapsikologi yang melakukan konjungsi dan analisis tentang transaksi danhubungan antara pengalaman dan tindakan-tidakan yang berhubungandengan lingkungan sosiofisik.

    B. LINGKUP PSIKOLOGI LINGKUNGANProshansky (1974) melihat bahwa psikologi lingkungan memberi

    perhatian terhadap manusia, tempat serta perilaku dan pengalaman-pengalaman manusia dalam hubungannya dengan seting fisikoLingkunganfisik tidak hanya berarti rangsang-rangsang fisik (seperti cahaya, sound,suhu, bentuk, warna, dan kepadatan) terhadap objek-objek fisik tertentu,tetapi lebih dari itu merupakan suatu kompleksitas yang terdiri dari beberapaseting fisik dimana seseorang tinggal, berinteraksi dan beraktivitas.Sehubungan dengan lingkungan fisik, pusat perhatian psikologi lingkunganadalah lingkungan binaan (built environment).

    Ruang lingkup psikologi lingkungan tidak hanya terbatas pada arsitekturatau pada lingkungan binaan (built environment), akan tetapi lebih jauhmembahas pula: rancangan (desain), organisasi dan pemaknaan, ataupunhal-hal yang lebih spesifik seperti ruang-ruang, bangunan-bangunan,ketetanggaan, rumah sakit dan ruang-ruangnya, perumahan, apartemen,museum, sekolah, mobil, pesawat, teater, ruang tidur, kursi, seting kota,tempat rekreasi, hutan alami, serta seting-seting lain pada lingkup yangbervariasi (Proshansky, 1974).

    Sementara itu, Veitch dan Arkkelin (1995) menetapkan bahwa psikologilingkungan merupakan suatu area dari pencarian yang bercabang darisejumlah displin, seperti biologi,geologi, psikologi, hukum, geografi, ekonomi,

    3

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    4/14

    sosiologi, kimia, fisika, sejarah, filsafat, berserta sub disiplin dan rekayasanya.Oleh karena itu berdasarkan ruang lingkupnya, maka psikologi lingkunganternyata selain membahas seting-seting yang berhubungan dengan manusiadan perilakunya, juga melibatkan disiplin ilmu yang beragam.

    C . H UB UN GAN AN TAR A L IN GK UN GAN D AN R ER ILAK UUntuk membahas hubungan antara lingkungan dan perilaku manusia,

    maka pembahasan akan disajikan secara bertahap yaitu:(1) hubungan lingkungan dengan perilaku(2) hubungan lingkungan binaan dengan perilaku(3) hubungan arsitektur dengan perilakuPembagian tersebut di atas bukanlah pembagian yang didasarkan pad asuatu hirarki tertentu, melainkan bertujuan untuk mempermudah penggunaanistilah-isti lah lingkungan, lingkungan binaan, dan arsitektur yang terkadangsaling tumpang-tindih.

    1. Hubungan Lingkungan dengan PerilakuLingkungan mempengaruhi perilaku dengan empat cara. Pertama,

    lingkungan menghalangi perilaku, akibatnya juga membatasi apa yang kitalakukan. "Kita mungkin tidak menyadari akan dinding kamar, padahal dindingitu akan menentukan seberapa jauh kita dapat berjalan di dalamnya.Ketinggian meja akan mempengaruni cara kita duduk; jumlah orang di dalamkamar mempengaruhi perasaan nyaman kita, kegaduhan mempengaruhibanyaknya suara yang kita dengar" (Ittelson dkk., 1974). Halangan ini bahkanmempengaruhi lebih jauh. Anak kota yang tidak pernah melihat gunung,sungai atau hutan mungkin tidak pernah bisa membedakan antara pohonpinus dengan pohon cemara, dan mereka tidak pernah belajar menghargaialam. Sebaliknya anak yang tumbuh di pinggiran yang tidak pernah melihatlift dapat mengalami kesenjangan antara pengetahuan dan kepekaannya(Calhoun, 1995).

    Kedua, lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku,menentukan bagaimana kita harus bertindak. Ketika kita memasuki masjid,lingkungan menuntut kita untuk tenang dan khidmat. Ketika kita memasukitaman, lingkungan membuat kita untuk tertawa dan bergembira. Ruang tengahdengan kursi bersandaran tegak dan terbungkus plastik agar tetap bersih,

    4

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    5/14

    membuat kita duduk tegak dan tidak mengotorinya. Ruang tamu dengankursi besar, bantalannya tebal membuat kita duduk bersandar dan santai(Calhoun, 1995).

    Ketiga, lingkungan membentuk kepribadian. Perilaku yang dibatasilingkungan dapat menjadi bagian tetap dari diri, yang menentukan arahperkembangan kepribadian pada masa yang akan datang. Sebagai contoh,seorang anak yang pada tahun pertama sekolahnya belajar di "ruangankelas terbuka". Oi ruangan seperti itu tidak ada deretan bangku yangmenghadap guru. Tetapi ruangan tersebut merupakan ruangan terbuka yangpenuh dengan kegiatan yang dapat diikuti semua anak. Oalam lingkungantersebut mung kin anak memandang bahwa belajar bukan untuk menyerapinformasi dari orang yang ahli dalam bidangnya tetapi sebagai prosespemuasan rasa keingintahuannya. Oalam proses ini kepribadiannya akandapat terbentuk (Calhoun, 1995).

    Keempat, lingkungan akan mempengaruhi citra-diri. Oirektur merasabetapa penting dirinya dari semua benda di sekitarnya - lukisan di dinding,dan karpet di lantai. Oemikian juga, seorang anak kota tahu cat yang sudahmelepuh kumuh, dan bau busuk adalah ketakberdayaan dan kemelaratan.Seandainya dia penting, mengapa dia berada di tempat seperti ini?

    Ringkasnya, lingkungan sekitar kita menentukan apa yang dapat kitalakukan, apa yang harus kita lakukan, dan jelasnya siapa kita sebenarnya.Pada bagian berikut, kita akan membahas faktor lingkungan binaan yangterbukti mempengaruhi perilaku, arsitektur dan perilaku, ruang lingkupinformasi lingkungan dan perilaku, dan seting perilaku (Calhoun, 1995).

    2. Hubungan Lingkungan Binaan dengan PerilakuFaktor lingkungan mempunyai pengaruh negatif terhadap perilaku sosial.

    Sekarang kita beralih pada faktor lingkungan yang dapat mempunyai pengaruhdari sangat positif sampai sangat negatif. Faktor tersebut dinamakanlingkungan binaan. Lingkungan binaan rneliputi semua tempat yang sebagianbesar telah direncanakan dan diciptakan oleh manusia (Hemistra danMcFarling,1978) - ruangan, gedung, lingkungan sekitar, kota besar, kotakecil dan sebagainya. Kebalikannya, lingkungan alami, yaitu yang meliputisemua tempat yang hanya sedikit atau tidak diubah sama sekali oleh manusia,seperti danau, ladang, dan hutan.

    Tidak semua lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam satu tipe atau

    5

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    6/14

    yang lain (Contoh, bagaimana dengan danau yang dikelilingi penginapandan kedai-kedai? Bagaimana keaslian lingkungan tersebut?). Meskipundemikian, apabila kita ingin meneliti respon psikologis manusia terhadaplingkungan yang dibuat manusia, terdapat banyak lingkungan buatan yangdapat kita teliti. Ruang ramu, ruang kelas, kota, pusat pertokoan - semuatelah direncanakan, dengan teliti atau ceroboh, oleh man usia. Dan karenadirencanakan, semua itu akan mempengaruhi perilaku (Calhoun, 1995).

    Herbert J. Gans (dalam Budihardjo, 1991 a) menyatakan bahwa dalamperencanaan lingkungan binaan ada dua kutub:

    Kutub pertama, arsitek (dan planalog) menganut sikap bahwa lingkunganfisik akan mempengaruhi langsung terhadap perubahan perilakumanusia.Kutub kedua, ahli-ahli ilmu sosial, secara frontal menyanggah denganpostulatnya bahwa faktor penentu perilaku manusia justru bukan aspekfisik melainkan aspek-aspek nonfisik seperti sosial, ekonomi dan budaya.

    3. Hubungan Arsitektur dengan PerilakuSalah satu pertanyaan paling menarik yang dihadapi oleh para pakar

    psikologi lingkungan adalah bagaimana perancangan bangunan, sekolah,dan pusat perbelanjaan mempengaruhi kita. Memang, struktur yang kitahasilkan, yang disebut lingkungan binaan merupakan bagian dari dunia kitayang sangat penting. Dan beberapa di antaranya tampak "berjalan" lebihbaik dibandingkan yang lain. Beberapa rumah tampak menyenangkan untukditempati dan berfungsi dengan lancar, sedangkan yang lain tidak, beberapatoko dapat meminimalkan kesumpekan dan biasanya menimbulkanpengalaman berbelanja yang relatif menyenangkan; toko yang lainmenimbulkan pengaruh yang sebaliknya. Dan hal yang sama juga terjadipada struktur-struktur lain yang kita bangun. Para arsitek berusaha kerasagar rancangannya terwujud dengan baik, tetapi pada umumnya merekamenyandarkan diri pada intuisi dan pengalaman mereka. Sampai saat inibelum ada penelitian yang sistematis tentang pengaruh rancangan terhadapmanusia, dan bahkan sekarang pun para pakar psikologi dan sosiologi barumulai meneliti masalah itu secara serius. Tetapi setidak-tidaknya merekamulai memahami beberapa rancangan mempengaruhi manusia, dan mungkintidak lama lagi mereka akan mampu memberikan bimbingan kepada paraarsitek berdasarkan penelitian yang mendalam. Saat ini, sebagian besarpenelitian yang dilakukan oleh pakar psikologi berkaitan dengan strukturasrama (yang jelas menarik minat banyak orang di universitas) danperu mahan bertingkat-tinggi lawan peru mahan bertingkat rendah (Sears dkk.,1992). 8eberapa konsep dan hasil-hasil penelitian mengenai perumahan

    dan asrama akan banyak dibahas dalam bab-bab berikutnya.

    6

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    7/14

    __ _ ____._

    Menurut Fisher dkk. (1984) sampai saat ini, pengaruh desain arsitekturterhadap perilaku seringkali masih dipandang keci!' Meskipun direncanakansecara umum, rancangan suatu kota dan bangunan-bangunannya jarangsekali mempertimbangkan bagaimana kota dan bangunan tersebut dapatmempengaruhi perilaku atau kualitas kehidupan manusia penggunanya.Sebaliknya pertimbangan estetis mendapatkan tempat puncak di mata paraperancang/arsitek. Sehubungan dengan adanya hubungan mempengaruhidan atau dipengaruhi antara manusia dengan lingkungan fisiknya, makaterdapat empat pandangan berhubungan dengan seberapa luas pengaruhdesain arsitektur terhadap perilaku manusia sebagai penggunanya, yaitu:Pendekatan Kehendak Bebas (Free-will Approach), Determinisme Arsitektur(Architectural Determinism), Kemungkinan Lingkungan (EnvironmentalPossibilism), dan Probabilisme Lingkungan (Environmental Probabilism).Pendekatan Kehendak Bebas (Free-will Approach). Pendekatan ini secaraekstrim berpendapat bahwa lingkungan tidak memiliki dampak apapunterhadap perilaku. Lebih lanjut diperjelas bahwa manusia semenjak memilikipembatas-pembatas yang kuat sebagai makhluk biologi, maka semenjak itupula keadaan ini tidak dapat dipertahankan lagi (Lang, 1984).Determinisme Arsitektur (Architectural Determinism). Salah satu konsepawal tentang pengaruh arsitektur terhadap perilaku adalah determinismearsitektur. Istilah ini terkadang disebut sebagai determinisme fisik (physicaldeterminism) atau determinisme lingkungan (environmental determinism)(Lang, 1987).

    Secara singkat determinisme arsitektur berarti bahwa lingkungan yangdibangun membentuk perilaku manusia di dalamnya. Dalam bentuknya yangpaling ekstrim, arsitektur dan desain dipandang sebagai satu-satunyapenyebab dari munculnya perilaku. Namun jelas terlihat bahwa pandanganseperti ini terlalu sederhana untuk dipertimbangkan dalam menilai seberapabesar pengaruh desain terhadap perilaku. Yang menjadi penyebabnya adalah:pertama, konsep ini mengabaikan fakta bahwa manusia terlibat dalamtransaksi dengan lingkungan; manusia mempengaruhi dan merubahlingkungan seperti juga halnya lingkungan mempengaruhi dan merubahmanusia. Kedua, determinisme arsitektur tidak mempertimbangkan adanyainteraksi yang kompleks yang muncul antara faktor-faktor fisik, sosial, danpsikologis. Desain arsitektur dapat mempengaruhi formasi kelompok,sementara hal-hal lain seperti kebutuhan, aktivitas yang sedang berlangsung,dan hubungan yang dimiliki seseorang dengan orang lain akan dapatmembentuk modifikasi-modifikasi dari pengaruh-pengaruh tersebut. Misalnya,apakah seseorang akan pindah ke bagian asrama yang padat dimana tinggal pula di sana beberapa orang temannya, atau ke bagian asrama lain

    7

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    8/14

    yang sam a tetapi tanpa teman, atau mungkin akan dapat menentukan apakahorang tersebut mengalami stres karena kepadatan (Baum dkk. dalam Fisherdkk., 1984).

    Menurut Budihadjo (1991 a) paham ini percaya bahwa penciptaanlingkungan yang baik akan memberikan pengaruh secara langsung terhadapperilaku pemakai/penghuninya. Umumnya para arsitek atau ahli bangunanhanya menentukan tiga faktor utama sebagai syarat untuk membuat bangunandengan arsitektur yang baik yakni: fungsional, struktural, dan estetis.Fungsional dalam arti bahwa bangunan itu enak dipakai dan memenuhipersyaratan yang tidak menyulitkan pemakaian. Struktural dalam pengertiankuat sehingga aman untuk dipakai/dihuni. Estetis dalam arti dalam arti bahwabangunan itu memiliki keindahan (Ishar, 1995).

    Terdapat hubungan antara fungsional, struktural, dan estetis (dalamarsitektur) dengan proses-proses psikologi yang dapat dilihat pada tabelberikut ini.

    Tabel 1.1. Hubungan Oi antara Proses-proses Fundamental dari LingkunganPerilaku dengan Hal-hal yang Menjadi Perhatian Oalam Arsitektur

    Model Vitruviusuntuk tujuan-tujuanArsitektur Deligh Commodite Firmeness

    Estetika Estetika Fungsi TeknologiPerhatian-perhatian Formalsebagai ekspresifilosofi arsitektur

    Simbolik

    Respon-responKognitif

    Proses-proses fun-damental dari peri-laku lingkungan

    tPersepsi .....-----I~~Kognisi ---I~Perilaku Spasial

    Sumber: Lang dkk. (1974)

    8

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    9/14

    Sir Henry Wolton (dalam Lang dkk., 1974) menguraikan dengan kata-katanya sendiri, bahwa pendapat Vitruvius punya perhatian besar dalamarsitektur. Menurutnya arsitektur yang baik adalah yang memiliki dimensi"commodite, firmeness, dan delight" (fungsi, struktur, dan estetika).Kebanyakan arsitektur modern mengasumsikan bahwa: commodite +firmeness = delight. Jika seseorang menerima model Vitruvius, maka de-light dibentuk dari estetika formal dan estetika simbolik, sementara commoditedibentuk berdasarkan perilaku spasial dalam semua manifestasinya.Sementara itu, pertimbangan firmeness tidak akan banyak dibahas dalampsikologi lingkungan. Persepsi, kognisi, dan perilaku spasial adalah konsep-konsep perilaku dasar yang banyak menjadi perhatian.

    Menurut Lang dkk (1974) kontribusi potensial dari ilmu-ilmu perilaku(seperti sosiolosi, psikologi, dan antropologi) terhadap arsitektur dapatdijelaskan pada gam bar berikut ini.

    Teori-teorisosiolosi,psikologi,dan antropologi

    . 4 . .

    MetodologiPenelitian

    ~TeoriKeputusan

    J~

    Teknik-teknikPemecahanMasalah

    -~ Psikologi Lingkungan

    "TeoriArsitektur _ _ . , RancanganBangunan

    " '"

    t tTeori Perancangan Ideologi individualyangdiyakini arsitek

    -~

    -~

    Gambar 1.1. Hubungan IImu-ilmu Perilaku dengan ArsitekturSumber: Lang dkk. (1974)

    9

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    10/14

    10

    Teori arsitektur baru amat berhubungan dengan latar belakang teoridari ilmu-ilmu perilaku. Setiap bangunan baru dapat menjadi suatu hipotesistentang hubungan dari perilaku manusia kepada desain lingkungan, dimanahipotesis tersebut dapat diuji dengan menggunakan prinsip-prinsip yangpragmatis melalui observasi, bagaimana bangunan tersebut dapat berjalandalam kenyataan.Kemungkinan Lingkungan (Environmental Possibilism). Perspektif yanglain tentang pengaruh perilaku di dalam lingkungan binaan (built environ-ment) telah berkembang sebagai reaksi terhadap determinisme arsitektur.Daripada mengasumsikan bahwa lingkungan sepenuhnya menentukanperilaku (seperti dalam determinisme), konsep kemungkinan lingkunganmemandang lingkungan sebagai sebuah wadah di mana perilaku akanmuncul.

    Lingkungan membuka kesempatan-kesempatan yang luas dimanaperilaku manusia dapat terjadi atau sebaliknya tidak dapat terjadi. Akantetapi manusia tidak sepenuhnya bebas menentukan pilihannya, karena setiapindividu memil iki motivasi dan kompetensi yang paling tidak dipengaruhi pulaoleh lingkungan alamiah, l ingkungan sosial, dan lingkungan budaya. Menurutkonsep ini hasil perilaku yang kita pilih ditentukan oleh lingkungan dan pilihanyang kita buat (Fisher dkk., 1978; Lang, 1987).Probabilisme Lingkungan (Environmental Probabilism). Di antara posisipara determinis dan posibilis dalam arsitektur dan perilaku, terdapat pulaorientasi yang lain yaitu probabilisme lingkungan. Sementara determinismeberasumsi bahwa lingkungan menentukan perilaku secara mutlak dankemungkinan lingkungan memberikan peran yang besar pada pilihan indi-vidual sehingga sulit membuat prediksi tentang pengaruh lingkungan terhadapperi laku, probabilisme merupakan sebuah kompromi. Konsep ini berasumsibahwa organisme dapat memilih variasi respon pada berbagai situasilingkungan, dan pada saat itu muncul pula probabilitas yang berkaitan dengancontoh-contoh kasus desain dengan perilakunya yang spesifik. Probabil itasini merefleksikan pengaruh faktor-faktor non-arsitektural, seperti halnyapengaruh desain dan perilaku. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa,berdasarkan pengetahuan kita tentang manusia dan lingkungan tertentudimana mereka berada, suatu perilaku tertentu lebih besar kemungkinannyamuncul dibanding perilaku lainnya. Sebuah contoh sederhana dapatmengilustrasikan probabilisme lingkungan ini. Jika diasumsikan bahwa andaberada di dalam kelas yang sangat besar dengan beberapa orang lain didalamnya. Pada kondisi seperti ini terjadinya diskusi kemungkinannya keciluntuk dilakukan. Setelah mempelajari segal a sesuatu tentang ruang kelas

    -----------------------------~----------

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    11/14

    yang dapat anda temukan, anda memutuskan untuk merubah pengaturanmeja dan kursi. Anda telah mempelajari bahwa dalam banyak kasus, jikatempat duduk ditata melingkar, orang akan berbicara lebih banyak. Dengandemikian kemungkinan akan lebih besar orang akan bicara jika ruang kelasditata sedemikian, and a akan membantu menciptakan suasana yangmendukung diskusi. Namun, jika kelas tersebut dijadualkan pada saat-saatakhir hari, atau jika instruktur telah "mematikan inisiatif para siswa", andamungkin tidak akan berhasil. Tidak ada "taruhan yang pasti" menu rut konsepprobabilisme ini.

    D. RUANG LINGKUP INFORMASI LINGKUNGAN-PERILAKU

    Menurut Irwin Altman (dalam Moore, 1994) sebuah model yang bergunauntuk melihat informasi antara lingkungan dan perilaku yang tersedia, pertamakali diusulkan oleh psikolog arsitektur Irwin Atman yang memuat tigakomponen pokok: fenomena lingkungan-perilaku, kelompok pemakai, danseting.Fenomena Lingkungan-Perilaku. Masing-masing dari fenomena inimerupakan aspek perilaku manusia yang berbeda sehubungan denganlingkungan fisik tiap hari. Contoh yang umum adalah proxemic dan privacy.Proxemic adalah jarak yang berbeda antarmanusia yang dianggapmenyenangkan untuk melakukan interaksi sosial. Privacy adalah suatumekanisme pengendalian antarpribadi yang mengukur dan mengatur interaksidengan orang-orang lain. Faktor-faktor rancangan fisik mempengaruhi sejauhmana kita dapat mengendalikan interaksi antarpribadi dan mempertahankankeseimbangan antara keleluasaan pribadi (privacy) dan masyarakat(komunitas). Contoh-contoh lain tentang fenomena lingkungan-perilakumeliputi makna dan simbolisme lingkungan dan cara-cara manusiamenggunakan lingkungan dalam menyajikan diri. 8eberapa fenomena ini,seperti proxemic dan privacy, yang menunjuk pada pola-pola perilaku pribadi,sementara yang lain-lain, seperti komunitas dan ketetanggaan (neighborhood)menghadapi pola-pola dan ketentuan-ketentuan sosial. Semua fenomenaperilaku lingkungan ini penting bari para perancang karena mereka salingberkaitan dan dengan demikian muncul lagi sebagai pertimbangan dalammerancang berbagai tipe bangunan untuk berbagai kelompok pemakai.8eberapa konsep fenomena perilaku lingkungan akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.

    11

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    12/14

    SetingDunia

    Bangsa-bangsaWilayah pedesaanWilayah perkotaanPermukimanKompleks bangunanBerbagai tipe bangunanElemen-elemen bangunanRuanganPerabotPerlengkapan interior

    Anak-anakRemaja

    DewasaUsia Lanjut

    Orang CacatPenderita Penyakit

    ProxemicsPrivacy

    TeritorialitasPersepsi

    KognisiCitra

    KelompokPemakai

    Konsep FenomenaLingkungan-Perilaku

    Gambar 2.1. Ruang Lingkup Informasi Lingkungan-PerilakuSumber: Moore dalam Snyder & Catanese (1994), diolah.

    Kelompok Pemakai. Kelompok pemakai yang berbeda mempunyaikebutuhan yang berbeda dan dipengaruhi dalam berbagai cara oleh sifatlingkungan. Banyak sekali informasi kini terdapat mengenai anak-anak danlingkungan, kelompok etnis yang berbeda-beda, dan kelompok-kelompokpemakai khusus seperti mereka yang tak mampu belajar dan cacat jasmaniah.Pentingnya mempelajari faktor-faktor perilaku dari pendirian seorang pemakaiialah bahwa ia memberi kepada arsitek perbendaharaan pengalaman yangdapat diterapkan dalam setiap proyek perancangan yang melibatkan parapemakai tersebut. Salah satu pendekatan untuk mengungkap kelompokpemakai akan dibahas pada bab 2.Seting. Komponen terakhir dari model meliputi semua skala seting, mulaidari skala kamar sampai kepada agama, bangsa, dan dunia. Skala kamar

    12

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    13/14

    terhadap bangunan dan terhadap kelompok bangunan penting sekali bagiarsitek. Skala bangunan terhadap kota adalah urusan perancang kota.Kelompok bangunan sehubungan dengan daerah menyibukkan perancangkota dan daerah, dan seterusnya. Perkembangan akhir-akhir ini dalam telaah-telaah perilaku, dan kriteria untuk tipe berbagai bangunan; umpamanya,lingkungan kediaman untuk anak-anak; peru mahan bagi mereka yang lebihtua, dan daerah-daerah kediaman dan ketetanggaan bagi berbagai kelompoksosial budaya. Ciri yang unik tentang orientasi ini terhadap perhatian-perhatianperilaku dalam arsitektur adalah fokus holistik pada semua fakor perilaku,sosial, dan budaya yang harus diperhatikan dalam merancang tipe bangunanyang berbeda-beda.

    E. SETING PERILAKUMenurut Roger Barker (dalam Sarwono, 1994) tingkah laku tidak hanya

    ditentukan oleh lingkungan atau sebaliknya, melainkan kedua hal tersebutsaling menentukan dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Dalam istilah Barker,hubungan tingkah laku dengan lingkungan adalah seperti jalan dua arah(two way street) atau interdependensi ekologi. Selanjutnya Barker mempelajarihubungan timbal balik antara lingkungan dengan dan tingkah laku. Suatu halyang unik pada teori Barker adalah adanya seting perilaku yang dipandangsebagai faktor tersendiri. Seting perilaku adalah pola tingkah laku kelompok(bukan individu) yang terjadi sebagai akibat kondisi lingkungan tertentu (physi-cal milieu). Misalnya jika suatu ruangan terdapat pintu, beberapa jendela,serta dilengkapi dengan papan tulis dan meja tulis yang berhadapan dengansejumlah bangku yang berderet, maka seting perilaku yang terjadi padaruang tersebut adalah rangkaian dari tingkah laku murid yang sedang belajardi ruang kelas. Jika ruang tersebut berisikan perabotan kantor, maka orang-orang yang berada di dalamnya akan berperilaku sebagaimana lazimnyakaryawan kantor.

    Menurut Roger Barker (dalam Moore, 1994) seting perilaku adalahkonsep kunci bagi anal isis peri laku manusia dalam arsitektur. Berdasarkankarya Barker ini, suatu seting perilaku dapat diterapkan untuk tujuan-tujuanarsitektur sebagai suatu unit dasar analitis interaksi lingkungan-perilaku yangmeliputi empat kekhususan berikut ini:1. Suatu pola perilaku tetap atau suatu tipe perilaku yang berulang kali,

    seperti berhenti berbicara jika melalui seorang teman.2. Aturan-aturan dan tujuan-tujuan sosial yang menentukan yang dapat

    ditafsirkan sebagai norma-norma yang menentukan perilaku yang dapatsitafsirkan sebagai norma-norma yang berlaku. Pembicaraan-

    13

  • 5/9/2018 Bab1 Arsitekture Dan Psikologi

    14/14

    pembicaraan panjang lebar merupakan norma bagi orang-orang yanglebih tua, dan konvensi sosial memperkenankan menyentuh danberdekatan akrab sementara berbicara.

    3. Ciri-ciri fisik kritis dari pelataran seting yaitu unsur dan lingkungan fisikyang terjalin tak terpisahkan dengan perilaku, seperti ukuran dan bentukruang sosial perumahan untuk kaum tua di mana percakapan-percakapan terjadi.

    4. Tempat waktu, kerangka waktu di mana perilaku terjadi, untuk berbagaiperilaku yang memiliki ritme harian, mingguan, bulanan, dan musiman.

    LATIHAN SOAL1. Sebutkan beberapa macam lingkungan binaan yang anda ketahui!2. Di antara keempat pendekatan yaitu pendekatan Kehendak Bebas (Free-

    will Approach), Determinisme Arsitektur (Architectural Determinism),Kemungkinan Lingkungan (Environmental Possibilism), dan ProbabilismeLingkungan (Environmental Probabilism), manakah yang paling menonjolpada perencanaan lingkungan binaan di Indonesia?

    3. Coba terangkan bagaimana hubungan antara arsitektur dengan ilmu-ilmu perilaku (behavioral sciences) pada umumnya dan hubungan antaraarsitektur dengan psikologi pada khususnya!

    4. Apa yang dimaksud dengan Seting Perilaku menurut Roger Barker?

    14