BAB XI PENGUJIAN HASIL PROSES PENCELUPAN DAN · PDF file394 Apabila diminta kekuatan tarik...

download BAB XI PENGUJIAN HASIL PROSES PENCELUPAN DAN · PDF file394 Apabila diminta kekuatan tarik basah maka kondisi contoh uji (butir 4.2.) adalah dalam keadaan basah dan pengerjaannya sebagai

If you can't read please download the document

Transcript of BAB XI PENGUJIAN HASIL PROSES PENCELUPAN DAN · PDF file394 Apabila diminta kekuatan tarik...

  • 389

    BAB XI PENGUJIAN HASIL PROSES PENCELUPAN DAN PENCAPAN Kain yang telah mengalami proses pencelupan dan pencapan perlu dilakukan evaluasi untuk menentukan mutu kain. Evaluasi dilakukan untuk mengambil tindakantindakan yang diperlukan guna menentukan perencanaan produksi selanjutnya. Pengujian terhadap kain hasil pencelupan dan pencapan dilakukan pada setiap tahapan proses seperti evaluasi hasil penghilangan kanji, pemasakan, pengelantangan, pencelupan, dan pencapan sehingga kesalahan yang terjadi dapat segera diambil tindakan yang tepat guna perbaikan mutu hasil proses. Untuk memperoleh data evaluasi dilakukan dengan cara pengujian. 1. Penghilangan kanji meliputi evaluasi :

    - Tes hilang kanji - Kekuatan tarik

    2. Pemasakan kain meliputi evaluasi : - Daya serap - Kekuatan tarik kain - Kekakuan kain

    3. Pengelantangan - Daya serap - Kekuatan tarik kain - Kekakuan kain - Grading kain

    4. Pencelupan - Kekuatan tarik kain - Kesepadanan warna - Ketahanan luntur warna - Grading kain

    5. Pencapan - Kekuatan tarik kain - Kesepadanan warna - Ketahanan luntur warna - Grading kain

    11.1 Daya Serap Kain Beberapa kain harus mempunyai daya penyerapan yang baik seperti kain handuk, kain pembalut dan kainkain yang akan dilakukan proses penyempurnaan tekstil. Zat warna dan zat pembantu dalam proses penyempurnaan untuk dapat masuk kedalam serat, maka kain harus memiliki kemampuan untuk menyerap.

  • 390

    Adanya kanji dan lemak yang bersifat menolak air (hidrofob) menyebabkan hasil proses kurang baik, warna tidak rata. Daya serap kain dievaluasi berdasarkan lamanya kain terbasahi oleh air atau lamanya waktu pembasahan. Faktorfaktor yang mempengaruhi pembasahan kain yaitu apabila setetes air dijatuhkan pada permukaan dari 3 jenis benda padat yang rata, maka tetesan air tersebut mungkin berbentuk bulat, pipih atau bulat dan pipih.

    Gambar 11 1 Sudut Kontak

    Dari gambar di atas menunjukan bahwa makin besar sudut kontak (gambar a) makin kecil kemampuan penyerapan kain. 11.1.1 Cara Pengujian Waktu Pembasahan Kain (The Wetting

    Ttime Test) Pengujian dilakukan dengan jalan memasukan kain yang dipotong memanjang kedalam gelas piala kemudian menarik perlahan-lahan dari permukaan air. Air yang dipakai air suling pada suhu 20oC dengan kecepatan penarikan 8 mm/menit. Pada awal penarikan terlihat sudut kontak yang akan besar dan setelah beberapa menit mengecil kembali. Waktu mengecilnya sudut kontak menjadi 90oC dicatat dengan stop watch dan dinyatakan sebagai waktu pembasahan. Cara ini lebih sesuai untuk kain wol, sedangkan untuk kapas selain waktu pembasahan juga perlu dilakukan uji penetrasi air dan daya tahan air terhadap curah hujan.

  • 391

    Gambar 11 - 2 Uji Waktu Pembasaan

    11.1.2 Cara Pengujian Daya Serap Kain (Wet Ability Test) Daya serap adalah merupakan salah satu faktor yang menentuka keberhasilan dalam proses penyempurnaan baik pencelupan maupun dalam pencapan. Prinsip pengujiannya adalah mengamati setetes air yang dijatuhkan dari ketinggian tertentu pada permukaan kain contoh uji yang ditegangkan. Waktu menghilanya pantulan langsung tetesan air di atas kain contoh uji, diukur dan dicatat sebagai waktu pambasahan. Kain dipasang pada lingkaran penyulam, sehingga permukaan tegang, kemudian dipsang 1 cm di bawah ujung tetesan buret dan setes air dijatuhkan pada contoh uji, buret yang berisi air suling sedemikian rupa sehingga kira kira setiap 5 detik menjatuhkan setetes air pada suhu 27 oC + 3 oC. waktu menghilangnya pantulan langsung dari tetesan air diukur dengan stop watch. Waktu pembasahan kurang dari 5 menit menunjukan daya serap kain baik. Percobaan dilakukan 10 kali. 11.1.3 Cara-cara Pengujian Pembasahan Pain dengan Cara

    Penyerapan Kapiler (Wetting Testby Wicking ) Kemampuan kain untuk menyerap dengan cara penyerapan kapiler, dapat diukur dengan menghitung kecepatan penetrasi air yang mengarah ke atas pada sepotong kain yang memanjang dengan ujung bawah kain dicelupkan dalam air. Kain contoh uji dipotong dengan ukuran 5 cm x 15 cm dicelupkan ke dalam air pada suhu 20 oC selama 20 detik, diambil dan ditimbang. Banyaknya air yang terserap. Banyak air terserap dihitung dengan rumus BB Bk x 100 BK Dimana

  • 392

    BB = Berat basah BK = Berat kering / berat awal 11.1.4 Cara Pengujian Pembasahan Kain dengan Uji

    Penenggelaman (Sinking Test) Sepotong kain dengan ukuran 2,5 cm x 2,5, cm dijatuhkan pada permukaan air yang berada pada gelas piala. Waktu antara jatuhnya contoh uji menyinggung air sampai contoh uji tenggelam di bawah permukan air dicatat sebagai waktu pembasahan. Makin cepat waktu tenggelam, daya basah kain makin baik. 11.2 Cara Uji Kekuatan Tarik dan Mulur Kain Tenun (SII. 016-

    75) 1. Ruang lingkup

    Standar ini meliputi definisi, cara pengambilan contoh dan cara uji kekuatan tarik dan mulur kain tenun, baik yang terbuat dari kapas, sintetis ataupun campurannya.

    2. Definisi 2.1. Kekuatan tarik kain ialah beban maksimal yang dapat ditahan oleh suatu

    contoh uji kain hingga kain tersebut putus. 2.2. Mulur kain ialah pertambahan panjang pada saat kain putus dibandingkan

    dengan panjang kain semula, dinyatakan dalam persen (%).

    3. Cara pengambilan contoh 3.1. Cara pita tiras 3.1.1. Contoh bahan pengujian digunting sejajar dengan arah benang dengan

    panjang tidak kurang dari 15 cm dan lebar : 3,00 cm untuk kain yang tetalnya 20 helai/cm atau lebih, 3,75 cm untuk kain yang tetalnya kurang dari 20 helai/cm.

    3.1.2. Benang-benang pada sisi panjang kain ditiras dengan bantuan jarum,

    sehingga lebar kain menjadi tepat 2,5 cm.

    3.1.3. Contoh uji sekurang-kurangnya 5 buah untuk jurusan lusi dan 5 buah untuk jurusan pakan dan diambil pada tempat-tempat yang berbeda.

    3.2. Cara pita potong

    Sama dengan cara 3.1. di atas kecuali bahwa lebar kain tepat 2,5 dan tanpa ditiras benang-benang pinggirnya.

    3.3. Cara cekau

    Sama dengan cara 3.1. di atas kecuali bahwa lebar kain tepat 10 cm dan tanpa ditiras benang-benang pinggirnya.

    4. Cara uji

  • 393

    Pengujian dilakukan dengan 3 cara yaitu : 1) Cara pita tiras 2) Cara pita potong 3) Cara cekau

    Perbedaan dari ketiga cara ini ialah bahwa persiapan contoh ujinya berbeda-beda sedangkan alat pengujiannya sama. Apabila tidak disebutkan makan pengujian dilakukan dengan cara pita tiras sedangkan cara lainnya dipakai apabila kain yang akan diuji sukar ditiras. 4.1. Peralatan Peralatan berupa : (1) Mesin penguji kekuatan tarik dengan spesifikasi sebagai berikut :

    Jenis : ayunan Kecepatan tarik : 30 + 1 cm per menit Penggerak : motor atau tangan Waktu putus : 20 + 3 seko sejak penarikan Jarak jepit : 7 cm Ukuran penjepit : - untuk cara pita tiras : 2,5 cm x 3,75 cm atau lebih

    - untuk cara pita potong : 2,5 cm x 3,75 cm atau lebih - untuk cara cekau permukaan I = 2,5 cm x 2,5 cm permukaan II = 2,5 cm x 5,0

    (2) Gunting (3) Jarum

    4.2. Persiapan contoh uji Contoh uji dikondisikan menurut ketentuan pada SII.0090-75, Kondisi Contoh Uji untuk Pengujian Serat, Benang dan Kain Kapas.

    4.3. Pelaksanaan pengujian 4.3.1. Contoh uji dijepit simetris pada jepitan atas, dengan arah bagian yang

    panjang searah dengan arah tarikan. 4.3.2. Ujung bawah contoh uji diberi tegangan awal sebesar 170 gram, lalu

    dijepit simetris pada jepitan bawah. 4.3.3. Mesin dijalankan dan contoh uji mengalami tarikan hingga kain putus. 4.3.4. Mesin dihentikan dan besarnya kekuatan serat mulur kain dibaca pada

    skala. 4.3.5. Jumlah pengujian lima kali dan pengujian harus diulangi apabila contoh

    uji putus pada penjepit, pada batas jepit atau terjadi slip. Catatan : Kondisi ruang pengujian sesuai dengan SII. 0089-75, Kondisi Ruangan untuk Pengujian Serat, Benang dan Kain Kapas.

    4.4. Pengujian kekuatan tarik basah

  • 394

    Apabila diminta kekuatan tarik basah maka kondisi contoh uji (butir 4.2.) adalah dalam keadaan basah dan pengerjaannya sebagai berikut : 4.4.1. Contoh uji yang telah siap kemudian dibenamkan air suling yang

    mengandung , tidak lebih dari 0,05% zat pembasah non elektrolit, pada suhu kamar, sehingga betul-betul basah

    4.4.2. Kemudian contoh uji yang telah basah ditarik sama seperti butir 4.3. dengan catatan bahwa pengujian/penarikan harus telah selesai 2 menit setelah contoh uji diambil dari air.

    4.4.3. Kekuatan tarik/basah adalah rata-rata dari harga kelima hasil pengujian.

    4.5. Laporan hasil uji Hasil pengujian dilaporkan mengenai : 4.5.1. Cara pengujian yang dipergunakan. 4.5.2. Hasil/harga rata-rata dari kelima pengujian merupakan kekuatan/mulur

    kain. 11.3 Cara Uji Tahan Sobek Kain Tenun dengan Alat

    Pendulum (Elmendorf) (SII.0248 79) 1. Ruang lingkup 1.1. Standar ini meliputi definisi, cara pengambilan contoh dan cara uji tahan

    sobek kain tenun dengan alat pendulum (elmendorf). 1.2. Standar ini digunakan untuk menentukan gaya impak rata-rata yang

    diperlukan dalam melanjutkan penyobekan contoh uji bentuk lidah sobekan tunggal dari kain tenun yang telah diberi sobekan awal dengan panjang tertentu, menggunakan alat pendulum,

    1.3. Standar ini dapat digunakan untuk kain tenun, baik mentah maupun yang

    telah disempurnakan, dengan syarat bahwa dalam pengujian tersebut kain tidak sobek ke arah melintang pada arah gaya yang dikenakan. Jika sobekan tidak dalam arah gaya yang dikenankan, kain harus dinyatakan tidak dapat diuji dengan cara ini.

    1.4. Cara pengujian ini tidak dapat digunakan untuk kain rajut, felt, atau kain

    tanpa anyaman, dengan kemungkinan untuk beberapa jenis kain tanpa anyaman ringan (tipis) yang dapat sobek ke arah gaya yang dikenakan.

    2. Definis