BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN KELOMPOK

19
BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN KELOMPOK Oleh Maria Finsensia Ansel Artha Messakh Kwartien N. Khadinie Yuvin Noach

description

BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN KELOMPOK. Oleh Maria Finsensia Ansel Artha Messakh Kwartien N. Khadinie Yuvin Noach. Tujuan. Menyediahkan informasi mengenai diagnosis, klasifikasi, insiden, penyebab dan perawatan ketidakmampuan intelektual (keterbelakangan mental) - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN KELOMPOK

Page 1: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

BAB VIIPERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA

INDIVIDU DAN KELOMPOK

OlehMaria Finsensia

AnselArtha Messakh

Kwartien N. Khadinie

Yuvin Noach

Page 2: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

Menyediahkan informasi mengenai diagnosis, klasifikasi, insiden, penyebab dan perawatan ketidakmampuan intelektual (keterbelakangan mental)

Menjelaskan ketidakmampuan belajar, termasuk sub-jenis dan cara mengukurnya.

Menjelaskan anak cerdas berbakat, mendeskripsikan kebijakan pendidikan bagi anak berbakat, dan mendeskripsikan penelitian mengenai perkembangan dan kepribadian mereka.

Mendeskripsikan karakteristik orang kreatif dan berbagai tes kreativitas Meringkas penelitian mengenai hubungan antara usia dan kecerdasan Meringkas penelitian mengenai demografi berkaitan dengan kecerdasan:

jumlah keluarga, urutan kelahiran, status sosial ekonomi, wilayah kota-desa, pendidikan, pengharapan guru, dan etnik-ras.

Meringkas penelitian mengenai pendidikan sex pada kemampuan kognisi Meringkas penelitian mengenai keturunan dan kecerdasan

Tujuan

Page 3: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

KETIDAKMAMPUAN KOGNISI/INTELEKTUAL (KETERBELAKANGAN MENTAL).

DefinisiDalam

http://www.psychologymania.com/2011/10/keterbelakangan-mental-ketidakmampuan.html Retardasi mental adalah suatu gangguan aksis II, didefinisikan dalam DSM IV TR sebagai: (1) Fungsi intelektual yang di bawah rata-rata bersama dengan, (2) Kurangnya perilaku adaptif; dan (3) Terjadi sebelum usia 18 tahun. Dalam buku Psikologi Abnormal oleh Gerald C Davison dkk, pada tahun 2006, kriteria retardasi mental dalam DSM IV TR adalah sebagai berikut: (1) Fungsi intelektual secara signifikan berada di bawah rata-rata, IQ kurang dari 70; (2) Kurangnya fungsi sosial adaptif dalam minimal dua bidang berikut: Komunikasi, mengurus diri sendiri, kehidupan keluarga, keterampilan interpersonal, penggunaan sumber daya komunitas, kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri, keterampilan akademik fungsional, rekreasi, pekerjaan, kesehatan dan keamanan; (3) Terjadi sebelum usia 18 tahun.

Sedangkan menuriut American Association on Mental Deficiency yang dikutip oleh Hallahan dan Kauffman dialihbahasakan oleh Mohammad Amin merumuskan sebagai berikut: “Keterbelakangan mental mengacu pada fungsi intelektual secara umum di bawah rata-rata  bersamaan dengan kekurangan dalam perilaku adaptif dan berlangsung atau termanifestasi pada masa perkembangan (dikutip dari http://penerjemah-mr-rujito1.blogspot.com/2012/02/makalah-perawatan-retardasi-mental.html).

Page 4: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

Diagnosis dan Klasifikasi

• Diagnosis ketidakmampuan intelektual mempengaruhi keputusan tidak hanya berkenaan dengan pemilihan dan klasifikasi pendidikan dan pekerjaan, namun juga tunjangan keamanan sosial, pemenuhan syarat untuk hukuman mati dan masalah kebijakan publik lain berkenaan dengan ketidakmampuan intelektual (Kanaya; Scullin, & Ceci 2003 (Aiken, L.R & Groth-Marnat, 2008 dalam Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologi).

• Perilaku adaptif meliputi :1) Ketrampilan komunikasi (memahami apa yang dikatakan dan dapat menjawab

dengan cara yang bermakna2) ketrampilan hidup sehari-hari (berpakaian dan makan sendiri, kekamar mandi

sendiri); dan3) ketrampilan sosial.

• Perilaku ini diperiksa dengan menggunakan analisis informal tentang sejarah dan perilaku seseorang saat itu atau dengan mengadakan instrumen distandardisasi seperti Vineland Adaptive Behaviour Scale (VABS), AAMR Adaptive Behaviour Scale atau Scale of Independent Behaviour.

Page 5: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

Penguji tes mengisi skala dari informasi yang diberikan oleh orangtua, guru, atau oranglain yang mengetahui dengan baik perilaku anak.

Secara umum, skor batas (cut score) untuk keterbelakangan mental pada tes IQ adalah 70 atau 75, atau dua deviasi standar di bawah mean.

American Psychiatri Association (1994) membuat daftar tiga persyaratan untuk mendiagnosis keterbelakangan mental :a) Fungsi intelektual secara signifikan dibawah rata-rata: IQ

sekitar 70 atau kurang menurut tes IQ yang diadakan secara individual (bagi bayi, penilaian klinis dari fungsi intelektual yang secara signifikan di bawah rata-rata).

b) Ketidakmampuan atau kelemahan yang terjadi bersamaan dengan fungsi adaptasi saat ini (yakni efektivitas seseorang dalam memenuhi standar yang diinginkanpada usianya dengan kelompok budayanya) di setidaknya dua bidang berikut ini : komunikasi, perhatian diri sendiri, kehidupan rumah tangga, ketrampilan sosial interpersonal, penggunaan sumber dalam komunitas, self-direction, ketrampilan akademi fungsional, pekerjaan, waktu luang, kesehatan dan keamanan

c) Terjadi sebelum usi 18.

Page 6: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK
Page 7: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

Penyebab Faktor keturunan terjadi pada peristiwa idiopathy, psikhosa, neurosa, idiocy dan psikhosa siflitik (oleh

penyakit sifilis) yang dapat mengakibatkan retardasi mental, karena apabila orang tua si bayi menderita penyakit tersebut, maka akan memberi pengaruh buruk pada janin (foetus intra uterina). Sedangkan pada peristiwa psikhosa sifilitik disebabkan karena terjadi infeksi syphilitis yang mengakibatkan degenerasi yang progressif pada sel-sel otak.

Faktor sebelum lahir seperti perawatan yang kurang baik sebelum lahir, kekurangan nutrisi, infeksi atau luka-luka, serta keracunan sewaktu bayi berada dalam kandungan.; Terjadi intoxication (intoksikasi atau keracunan) oleh janin,; serta Ketidaksesuaian dalam susunan darah Rh-nya antara ibu dan janinnya.

Faktor ketika lahir terutama sekali pada kelahiran anak pertama yang berlangsung lama dan sulit sekali (Prima Para), karena kepala sang bayi sang bayi sering terganggu oleh tekanan-tekanan yang mampat dari dinding rahim ibu. Tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan pendarahan pada bagian dalam kepala si bayi. Tekanan tersebut dapat disebabkan oleh Kelahiran dengan bantuan tang (Tangverlossing) yang sulit.

Faktor sesudah bayi lahir antara lain : Pengalaman-pengalaman traumatik (luka-luka), yaitu luka pada kepala atau di kepala bagian dalam, karena si anak pernah jatuh, terpukul, terbentur benda keras, atau juga pernah pingsan lama; Keracunan timah, karena si anak mengunyah atau mengisap benda-benda bercat yang catnya mengandung timah; Kejang atau Stuip, disebabkan karena anak menderita sakit dan panas badannya tinggi sekali. Atau menderita epilepsi (penyakit ayan) terutama sekali bila kejang ayan seringkali menyerang bayi atau anak; Infeksi pada otak (Encephalitis) atau pada selaput otak (Meningitis) oleh penyakit-penyakit cerebral meningitis, gabag (mazelen, campak), dyptheri, radang telinga yang mengandung nanah.

Faktor psikologis, yaitu kurangnya pemberian rangsangan atau dorongan mental pada anak, pembedaan dalam pengasuhan, kurang mendapat perhatian, perlakuan yang kejam dari orang sekitar.

Page 8: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

Pencegahan dan Perawatan• Pencegahan primer, dengan pendidikan kesehatan

pada masyarakat, perbaikan sosio-ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran.

• Pencegahan sekunder, meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, dan kraniostenosis.

• Pencegahan tersier, pendidikan penderita atau latihan khusus, sebaiknya di Sekolah Luar Biasa. Diberi neroleptika pada yang gelisah, hiperaktif, atau destruktif. Amfetamine dan kadang-kadang juga antihitamin berguna juga pada hiperkinesa. Dapat dicoba juga obat-obat yang memperbaiki mikrosirkulasi di otak, atau yang langsung memperbaiki metabolisme sel-sel otak. Akan tetapi hasilnya, kalau ada, tidak segera dapat dilihat.

• Disertai juga konseling pada orang tua dengan tujuan membantu mereka dalam mengatasi frustasi karena mempunyai anak dengan retardasi mental.

Page 9: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

KETIDAKMAMPUAN BELAJARDemografi dan Definisi

Ketidakmampuan belajar (learning disabilities) merupakan kondisi cacat paling banyak yang dialami anak diseluruh dunia (Stanford & Oakland,2000 dalam pengetesan dan pemeriksaan psikologi ).Istilah anak dengan ketidakmampuan belajar khusus berarti anak yang memiliki gangguan pada satu atau lebih proses psikologi dasar yang terlibat pada pemahamandan penggunaan bahasa, lisan atau tertulis, yang gangguannya menunjukkan sendiri pada kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau mengerjakan perhitungan matematika. Gangguan semacam ini meliputi kondisi seperti cacat perceptual, luka di otak, disfungsi otak minimal, diseleksia, dan development aphasia.Tanda ketidakmampuan belajar yang paling sering terjadi pada anak adalah :

a. Kesulitan memahami dan mengikuti instruksiuksib. Mengalami kesulitan mengingat apa yang baru saja dikatakan pada merekac. Kegagalan menguasai ketrampilan membaca, mengeja, menulis dan/atau

matematika sehingga terjadi kegagalan ketika mengerjakan tugas sekolah.d. Kesulitan membedakan kanan atau kirie. Kesulitan mengidentifikasikan kata atau kecenderungan membalik huruf, kata

atau angka.f. Kurang koordinasi ketika berjalan, berolahraga, atau aktivitas kecil, seperti

memegang pensil atau mencoba mengikat tali sepatu.g. Mudah kehilangan atau menempatkan pekerjaan rumah, buku sekolah atau

item laintidak dapat memahami konsep waktu; bingung dengan kemarin, hari ini, dan besok.

Page 10: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

Penyebab Ketidakmampuan Belajar Penyebab ketidakmampuan belajar yaitu oleh : Faktor neurologi, atau pengalaman atau kombinasi faktor

tersebut. Pengaruh prenatal, seperti virus, alkohol atau merokok,

atau karena obat-obatan semacam kokain, radiasi dan teratogen lain yang dapat melewati rintangan plasenta dan melukai embrio atau janin.

Faktor lain seperti Kelahiran prematur, lahir kurang berat badan, dan penggunaan forceps (gunting tang).

Penyakit sawan (convulsion) yang disebabkan oleh demam tinggi atau menghirup bahan-bahan yang terkontaminasi (Fieldman & White, dalam pengetesan dan pemeriksaan psikologi (2008), diabetes, meningitis, luka di kepala, dan malnutrisi.

Page 11: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

Diagnosis, Perawatan dan PendidikanPerawatan pada anak yang memiliki ketidakmampuan belajar dilakukan di beberapa institusi yaitu : Rumah sakit dilakukan oleh tim profesional

yang terdiri dari dokter anak, spesialis pembelajaran, psikolog dan pekerja sosial. Tim ini mengadakan pemeriksaan secara komprehensif setelah didiagnosa di buat saran untuk perenanaan pendidikan atau perawatannya.

Sekolah umum dilakukan oleh para guru dengan cara melakukan observasi secara seksama terhadap anak didik. Guru juga mengadakan tes kecerdasan secara kelompok dan/atau instrumen yang lebih khusus, seperti learning disability rating procedure dan learning disability evaluation scale: Renomerd, Tes penyaringan McCarthy (McCarthy Screening Test) dan tes penyaringan slingerland bagi anak dengan ketidakmampuan belajar.

Page 12: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

BAKAT MENTAL (MENTALGIFTEDNESS)

Studi longitudinal yang paling komperhensif terhadap orang dengan IQ tinggi diadakan oleh Lewis Terman dan Oden (rekannya) tahun 1959. Lalu dilanjutkan oleh Oden (1968) dan Sears (1977). Tujuan dari studi ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kesuksesan pekerjaan, kesehatan fisik dan mental, penyesuaian diri secara social, dan variable lain yang berkaitan dengan kecerdasan tinggi.

Page 13: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

Karakteristik anak-anak menurut Terman

Anak berbakat secara fisik lebih unggul daripada anak lain mereka lebih berat ketika lahir dan tetap lebih berat daripada rata-rata,

mereka berjalan dan berbicara lebih awal dan matang pada usia awal dibandingkan rata-rata dan kesehatan pada umumnya baik.

Mereka juga menjaga keunggulan mental dan fisik seperti orang dewasa. Anak berbakat menurut Terman cenderung memiliki status social ekonomi di atas rata-rata yang berkaitan dengan penyesuaian diri pribadi yang lebih baik.

Page 14: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

KEPRIBADIAN ANAK BERBAKAT

Webb dan Meckstoth (1982) membuat karateristik anak berbakat sebagai yang lebih tahu, aktif, energik, namun juga dirasa oleh orang lain sebagai menjengkelkan, tidak mau patuh, berkeinginan kuat, nakal, tidak dapat diatur dan pemberontak. Anak yang sangat berbakat ini memiliki IQ diatas 150 daripada anak berbakat menengah dengan IQ antara 130 dan 150. Biasanya anak ini memuaskan dalam numeric dan musik dan dalam menciptakan pendekatan dan solusi baru (Jackson, 1992). Mereka juga mencapai prestasi dalam mengingat seluruh skor music, mempertimbangkan cara mengidentifikasikan semua angka prima atau menemukan sendiri aturan aljabar (Fieldman & Goldsmith, 1991; Winner, 1996). Seperti anak dan dewasa lain, individu yang berbakat diduga mengalami gangguan psikologi (Silverman, 1995). Anak yang berbakat ini sangat berbeda dengan anak yang lain mereka menjadi tidak menyenangkan, introvert dan egois dengan kemampuannya. Mereka juga sangat sensitive dan stress berperilaku umum menjadi depresi, menggunakan obat-obatan, gagal mengungkapkan potensi tertinggi dan kadangkala gagal dalam bermasyarakat (Janos & robinson, 1985; ochse, 1991).

Page 15: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

MENDIDIK ANAK BERBAKAT DAN BERTALENTA

Para administrator dan guru sekolah menggunakan istilah berbakat (gifted) dan bertalenta (talented) untuk menunjuk pada anak dengan kemampuan intelektual tinggi atau kemampuan kognisi lain. Menurut data yang dipublikasikasikan oleh Office for Civil Right, Departemen Pendidikan AS (1997), sekitar 6% anak sekolah AS merupakan anak gifted dan talented. Strategi mendidik anak gifted dan talented meliputi tes masuk ke kelas percepatan dan melompati kelas, kelas kehormatan, kelas penempatan tahap lanjut, mata pelajaran setingkat perguruan tinggi, belajar mandiri, mentoring, ruang sumber khusus dan sekolah khusus. Hampir semua system sekolah di Amerika Serikat sekarang memiliki semacam program pengajaran khusus bagi anak berbakat. Siswa pada program ini menghabiskan sebagian besar waktu sekolah mereka dikelas regular, namun mereka berada diluar kelas selama beberapa jam setiap minggunya untuk berpartisipasi pada aktivitas yang dirancang bagi anak yang berbakat.

Page 16: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

KREATIVITAS

Karakteristik Orang KreatifAdapun ciri afeksi dan kognisi lain yang dikatakan menjadi karateristik orang kreatif adalah mandiri, tidak terpaku pada norma social, tidak konvensional, sangat terbuka terhadap pengalaman baru, fleksibel, dan berani mengambil resiko (Martindale, 1989). Individu sangat kreatif cenderung gelisah dan memberontak, berhasrat mengubah status quo, dan sering mengalami stress dan trauma ketika masih menjadi anak kecil.

Page 17: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

Tes KreativitasDi atas tingkat minimum kecerdasan, kinerja kreatif

tampaknya lebih berganting pada motivasi dan kemampuan khusus daripada kemampuan mental umum (MacKinnon, 1962). Karena itu penelitian mengenai kreativitas yang diadakan selama 40 tahun terakhir ini telah berfokus pada pengidentifikasian cirri kognitif dan afektif lain yang membedakan orang sangat kreatif dari orang yang kurang kreatif. Misalnya upaya yang dilakukan untuk mengembangkan ukuran berpikir divergen sebagai kebalikan konvergen (Guilford, 1967).

Pada ukuran pemikiran konvergen, masalah yang lazim ditemukan pada tes kecerdasan, hanya ada satu jawaban yang tepat sedangkan pada tes pemikiran divergen, para peserta diberi masalah terbuka yang memiliki sejumlah solusi yang mungkin diberi skor. Masalah Open-ended menimbulkan kesulitan dalam pemberian skor serta dalam menentukan reliabilitas dan validitas tes.

Page 18: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

Evaluasi Tes Kreativitas

Tes kreativitas sering memiliki korelasi yang signifikan dengan tes IQ dan tes kreativitas tampak tidak lebih efektif daripada tes IQ dalam memprediksi “kinerja kreatif”. Yang merupakan predictor kinerja yang akurat menurut kinerja kreativitas yang dapat diterima, akan lebih baik mengikuti saran MC Nemar (1964) agar tidak membuang tes kecerdasan umum.

Page 19: BAB VII PERBEDAAN KEMAMPUAN KOGNISI PADA INDIVIDU DAN  KELOMPOK

PENELITIAN KORELASI KEMAMPUAN KOGNISI Perbedaan Usia pada Kemampuan Kognisi

skor seseorang pada tes tertentu agak berubah sejalan waktu dan kondisi pengetesan. Skor cenderung kurang stabil selama masa kanak-kanak awal dan tengah, namun skor lebih konsisten selama masa remaja.

a) Penelitian Cross-Sectional and Longitudinal b) Kemampuan Khususc) Penurunan Terakhir

• Perubahan Generasi: Dampak FlynnFlynn menyimpulkan bahwa peningkatan skor kecerdasan disebabkan oleh factor lingkungan bukan factor genetic, namun peningkatan skor ini tidak dapat disebabkan semata-mata oleh perbaikan persekolahan formal. Faktor lain yakni pencapaian pendidikan lebih hebat orang tua, perhatian lebih besar orang tua terhadap anak, status social ekonomi yang meningkat, gizi yang baik, masyarakat dengan teknologi yang semakin kompleks.

• Korelasi Lain Kemampuan Mentala) Jumlah Anggota keluarga dan Urutan Kelahiranb) Status Pekerjaanc) Status Sosial Ekonomid) Penduduk Kota dan Desae) Pengharapan Guruf) Kebangsaang) Ras dan Etnikh) Perbedaan Genderi) Keturunan