BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

66
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bireuen 2012-2032 Laporan Materi Teknis VIIBAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN BIREUEN 7.1 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KABUPATEN Pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten Bireuen bertumpu pada tiga bagian wilayah, yang masing-masing wilayah tersebut adalah kawasan bagian hulu (Selatan), bagian tengah dan bagian hilir (Utara). Dari skenario yang ingin dikembangkan tersebut, maka rencana pemanfaatan ruang Kabupaten Bireuen merujuk pada ketentuan peraturan zonasi yang telah di sempurnakan dari Kementerian Pekerjaan Umum. Indikasi arahan peraturan zonasi kabupaten digunakan sebagai pedoman bagi pemerintah Kabupaten Bireuen dalam menyusun peraturan zonasi peruntukan ruang. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem kabupaten, meliputi: a. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang; dan b. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk pola ruang. 7.1.1 Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang Indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang, terdiri atas: A. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem pusat kegiatan; B. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana kabupaten; dan C. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk Sistem jaringan prasarana kabupaten lainnya. Berikut ini akan diuraikan penjabarakn indentifikasi arahan peraturan zoning yang tersebut diatas, antara lain: A. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Pusat Kegiatan Indikasi arahan peraturan zoning pada bagian ini meliputi atas: (1) Peraturan zonasi untuk PKW disusun dengan ketentuan: a. Diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan syarat maksimum pengembangan 25 persen; b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya; c. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi sebagai kawasan perkotaan; dan

Transcript of BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

Page 1: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Bireuen 2012-2032

Laporan Materi Teknis

VII1

BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

WILAYAH KABUPATEN BIREUEN

7.1 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI WILAYAH KABUPATEN

Pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten Bireuen bertumpu pada tiga bagian

wilayah, yang masing-masing wilayah tersebut adalah kawasan bagian hulu (Selatan),

bagian tengah dan bagian hilir (Utara). Dari skenario yang ingin dikembangkan

tersebut, maka rencana pemanfaatan ruang Kabupaten Bireuen merujuk pada ketentuan

peraturan zonasi yang telah di sempurnakan dari Kementerian Pekerjaan Umum.

Indikasi arahan peraturan zonasi kabupaten digunakan sebagai pedoman bagi

pemerintah Kabupaten Bireuen dalam menyusun peraturan zonasi peruntukan ruang.

Indikasi arahan peraturan zonasi sistem kabupaten, meliputi:

a. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang; dan

b. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk pola ruang.

7.1.1 Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Struktur Ruang

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang, terdiri atas:

A. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem pusat kegiatan;

B. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana kabupaten; dan

C. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk Sistem jaringan prasarana kabupaten

lainnya.

Berikut ini akan diuraikan penjabarakn indentifikasi arahan peraturan zoning yang

tersebut diatas, antara lain:

A. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Pusat Kegiatan

Indikasi arahan peraturan zoning pada bagian ini meliputi atas:

(1) Peraturan zonasi untuk PKW disusun dengan ketentuan:

a. Diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak

termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan syarat maksimum

pengembangan 25 persen;

b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya;

c. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi

sebagai kawasan perkotaan; dan

Page 2: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 2

d. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan prasarana

sesuai skala kegiatan.

(2) Peraturan zonasi untuk PKL disusun dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak

termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan syarat maksimum

pengembangan 30 persen;

b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya;

c. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi

sebagai kawasan perkotaan; dan

d. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan prasarana

sesuai skala kegiatan.

(3) Peraturan zonasi untuk PKLp disusun dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak

termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan syarat maksimum

pengembangan 35 persen.

b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya.

c. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi

sebagai kawasan perkotaan. dan

d. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan prasarana

sesuai skala kegiatan.

(4) Peraturan zonasi untuk PPK disusun dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak

termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan syarat maksimum

pengembangan 35 persen;

b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya;

c. pembatasan terhadap kegiatan bukan perkotaan yang dapat mengurangi fungsi

sebagai kawasan perkotaan; dan

d. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan prasarana

sesuai skala kegiatan.

(5) Peraturan zonasi untuk PPL disusun dengan ketentuan:

a. diperbolehkan dilakukan pengembangan secara terbatas pada zona yang tidak

termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi dengan syarat maksimum

pengembangan 40 persen;

b. tidak diperbolehkan dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya;

c. tidak boleh dilakukan penambahan fungsi tertentu yang bertentangan; dan

Page 3: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 3

d. diperbolehkan untuk kegiatan perkotaan yang didukung fasilitas dan prasarana

sesuai skala kegiatan.

B. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana kabupaten,

meliputi:

a. Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan jalan.

b. Indikasi arahan peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana terminal

penumpang dan barang.

c. Indikasi arahan peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana moda angkutan

barang.

d. Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan transportasilaut.

e. Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan transportasi kereta api.

f. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan disekitar stasiunkereta api.

g. Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan transportasi udara.

h. Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan energi.

i. Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan telekomunikasi. dan

j. Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan sumberdaya air.

(1) Indikasi arahan peraturan zonasi Jaringan Jalan, meliputi:

a. Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana jalan bebas

hambatan disusun dengan ketentuan:

1. diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat

kegiatan;

2. pembatasan intensitas bangunan di sepanjang jalan bebas hambatan;

3. pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang jalan bebas

hambatan;

4. pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan

minimal 20 M dari as jalan;

5. penetapan batas lahan ruang pengawasan jalan serta jalan akses yang tidak

mengganggu fungsi jalan bebas hambatan;

6. pembatasan ketinggian bangunan maksimum 4 (empat) lantai; dan

7. pembatasan alih fungsi lahan budidaya disepanjang jalan bebas hambatan.

b. Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana jalan sistem arteri

primer disusun dengan ketentuan:

Page 4: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 4

1. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60

(enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan arteri primer tidak

kurang dari 8 (delapan) meter;

2. Ruang pengawasan jalan arteri primer dengan lebar 8 (delapan) meter

merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di

bawah pengawasan penyelenggara jalan;

3. Setiap orang dilarang menggunakan ruang pengawasan jalan yang

mengakibatkan terganggunya fungsi jalan;

4. Diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat-

pusat kegiatan;

5. Diperbolehkan pemanfaatan lahan di sepanjang koridor jalan arteri primer

untuk kegiatan skala Kabupaten dan kecamatan;

6. Diperbolehkan pemanfaatan bagi pergerakan lokal dengan tidak mengurangi

fungsi pergerakan antar pusat-pusat kegiatan dalam wilayah tersebut;

7. Pelarangan alih fungsi lahan berfungsi lindung di sepanjang jalan arteri primer;

8. Pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan

yang terletak ditepi jalan arteri Primer;

9. Pembatasan alih fungsi lahan berfungsi budidaya di sepanjang jalan arteri

primer; dan

10. Ketentuan garis sempadan bangunan sebesar ½ Rumija + 1.

c. Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana jalan kolektor

primer disusun dengan ketentuan:

1. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40

(empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9

(sembilan) meter;

2. Ruang pengawasan jalan kolektor primer dengan lebar 10 (sepuluh) meter

merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di

bawah pengawasan penyelenggara jalan;

3. Setiap orang dilarang menggunakan ruang pengawasan jalan yang

mengakibatkan terganggunya fungsi jalan;

Page 5: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 5

4. Diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat-

pusat kegiatan;

5. Diperbolehkan pemanfaatan lahan di sepanjang koridor jalan kolektor primer

untuk kegiatan skala provinsi dan Kabupaten;

6. Pembatasan pengembangan pemanfaatan lahan di sepanjang koridor jalan

kolektor primer untuk kegiatan skala kecamatan dan atau lebih rendah;

7. Pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang jalan kolektor

primer;

8. Pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan

yang terletak ditepi jalan kolektor primer;

9. Pembatasan alih fungsi lahan berfungsi budidaya di sepanjang jalan kolektor

primer; dan

10. Ketentuan garis sempadan bangunan sesuai peraturan perundang-undangan.

d. Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana jalan lokal primer

disusun dengan ketentuan:

1. Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20

(dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan lokal primer tidak

kurang dari 6 (enam) meter;

2. Ruang pengawasan jalan lokal primer dengan lebar 6 (enam) meter merupakan

ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah

pengawasan penyelenggara jalan;

3. Setiap orang dilarang menggunakan ruang pengawasan jalan yang

mengakibatkan terganggunya fungsi jalan;

4. Diperbolehkan untuk prasarana pergerakan yang menghubungkan antar pusat-

pusat kegiatan;

5. Diperbolehkan pemanfaatan lahan di sepanjang koridor jalan lokal primer

untuk kegiatan skala Kabupaten dan kecamatan;

6. Diperbolehkan pemanfaatan bagi pergerakan lokal dengan tidak mengurangi

fungsi pergerakan antar pusat-pusat kegiatan dalam wilayah tersebut;

7. Pelarangan alih fungsi lahan berfungsi lindung di sepanjang jalan lokal primer;

Page 6: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 6

8. Pembatasan terhadap bangunan dengan penetapan garis sempadan bangunan

yang terletak ditepi jalan lokal Primer;

9. Pembatasan alih fungsi lahan berfungsi budidaya di sepanjang jalan Lokal

primer; dan

10. Ketentuan garis sempadan bangunan sebesar ½ Rumija + 1.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana terminal

penumpang dan barang disusun dengan ketentuan:

a. diperbolehkan untuk prasarana terminal, bagi pergerakan orang, barang dan

kendaraan;

b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja terminal; dan

c. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja terminal.

(3) Ketentuan umum pertaturan zonasi di kawasan sekitar prasarana moda angkutan

barang disusun dengan ketentuan :

a. Moda kendaraan angkutan besar/truk melalui jaringan jalan sistem primer; dan

b. Moda angkutan kendaraan kecil atau pick-up diperbolehkan melalui jaringan

jalan sistem sekunder.

(4) Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan transportsi laut keselamatan dan keamanan

pelayaran, meliputi:

a. pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan pengembangan kawasan

pelabuhan perikanan dan pendaratan ikan dengan tingkat intensitas menengah

hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi.

b. pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang kawasan

sempadan pantai.

c. pelarangan untuk membuang limbah dan limbah B3 pada media lingkungan

hidupan. dan

d. pelarangan kegiatan yang dapat mengganggu fungsi lindung sebagai sarana

fasilitas umum.

(5) Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan transportasi kereta api meliputi:

a. pembatasan pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dengan

tingkat intensitas menengah hingga tinggi.

b. pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api.

c. pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan.

d. pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api dan jalan;

dan

Page 7: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 7

e. penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api minimal 30 m

dari as jalur kereta api.

(6) Ketentuan umum zonasi kawasan disekitar stasiun kereta api disusun dengan

ketentuan:

a. diperbolehkan untuk peningkatan pelayanan sarana dan prasarana stasiun kereta

api;

b. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja stasiun kereta

api; dan

c. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di dalam lingkungan kerja stasiun kereta

api.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi di kawasan sekitar prasarana pelabuhan

pengumpan, pelabuhan khusus dan PPI disusun dengan ketentuan:

a. penetapan batas daerah lingkungan kerja pelabuhan dan daerah lingkungan

Pelabuhan sesuai ketentuan;

b. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional dan

pengembangan kawasan pelabuhan; dan

c. pelarangan untuk membuang limbah dan limbah B3 pada media lingkungan

hidup lautan.

(8) Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan sumberdaya air, meliputi:

a. diperbolehkan pemanfaatan ruang daerah aliran sungai lintas kabupaten, termasuk

daerah hulunya, yang dilakukan oleh kabupaten yang berbatasan dan sejalan

dengan arahan pola ruang wilayah.

b. dilarang membangun bangunan maupun melakukan kegiatan sekitar prasarana

sumber daya air yang dapat mengganggu, mencemarkan, dan merusak fungsi

prasarana sumber daya air.

c. penetapan garis sempadan jaringan irigasi sesuai ketentuan dan perundangan

yang berlaku.

d. kegiatan pertanian yang diperbolehkan sepanjang tidak merusak tatanan

lingkungan dan bentang alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Page 8: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 8

e. pelarangan terhadap pemanfaatan ruang dan kegiatan di sekitar sumber daya air,

daerah irigasi, waduk, sekitar pengendali banjir.

f. pembatasan terhadap pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai, waduk,

pengendali banjir agar tetap dapat dijaga kelestarian lingkungan dan fungsi

lindung kawasa. dan

g. diperbolehkan kegiatan perikanan sepanjang tidak merusak tatanan lingkungan

dan bentang alam yang akan mengganggu kualitas maupun kuantitas air.

(9) Indikasi arahan peraturan zonasi jaringan transportsi udara, meliputi:

a. pemanfaatan ruang untuk pengembangan atau pemantapan fungsi bandar udara

guna mendukung kegiatan.

b. pemanfaatan ruang untuk pengembangan bandar udara yang terpadu dengan

sistem jaringan jalan nasional dan jaringan kereta api.

c. pemanfaatan ruang untuk pengembangan bandar udara untuk melayani angkutan

udara perintis guna meningkatkan aksesibilitas kawasan tertinggal dan evakuasi

korban bencana. dan

d. pemanfaatan ruang dengan memperhatikan batas-batas kawasan keselamatan

operasi penerbangan dan batas-batas kawasan kebisingan.

(10) Indikasi arahan peraturan zonasi Jaringan Energi, meliputi:

a. pemanfaatan ruang di sekitar gardu induk listrik harus memperhatikan jarak

aman dari kegiatan lain;

b. pemanfaatan ruang di sepanjang jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)

dan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) diarahkan sebagai ruang

terbuka hijau;

c. pelarangan pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. lapangan terbuka pada kawasan luar kota sekurang-kurangnya 7,5 meter dari

SUTT;

e. lapangan olah raga sekurang-kurangnya 13,5 meter dari SUTT;

f. jalan raya sekurang-kurangnya 9 meter dari SUTT;

g. pohon/tanaman sekurang-kurangnya 4,5 meter dari SUTT;

h. bangunan tidak tahan api sekurang-kurangnya 13,5 meter dari SUTT;

Page 9: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 9

i. bangunan perumahan, perdagangan jasa, perkantoran, pendidikan dan lainnya

sekurang-kurangnya 4,5 meter dari SUTT;

j. SUTT lainnya, penghantar udara tegangan rendah dan jaringan telekomunikasi

sekurang-kurangnya 4,5 meter dari SUTT;

k. jembatan besi, rangka besi penghantar listrik dan lainnya sekurang-kurangnya 4

meter dari SUTT;

l. pompa bensin/tangki bensin sekurang-kurangnya 20 meter dari SUTT dengan

proyeksi penghantar paling luar pada bidang datar yang melewati kaki tiang; dan

m. tempat penimbunan bahan bakar sekurang-kurangnva 50 meter dari SUTT dengan

proyeksi penghantar paling luar pada bidang datar yang melewati kaki tiang.

(11) Indikasi arahan peraturan zonasi Jaringan Telekomunikasi, meliputi:

a. Menetapkan sempadan menara telekomunikasi;

b. Diizinkan pembuatan jaringan kabel yang melintasi tanah milik atau dikuasai

pemerintah;

c. Mengarahkan penggunaan menara telekomunikasi bersama;

d. Menerapkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS untuk

beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama sesuai

peraturan perundang-undangan;

e. Pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama pada pusat sistem

pusat pelayanan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan dengan sistem jaringan

bawah tanah atau jaringan tanpa kabel.pembangunan jaringan telekomunikasi

harus mengacu pada rencana pola ruang dan arah perkembangan pembangunan;

f. Penempatan menara telekomunikasi/tower wajib memperhatikan keamanan,

keselamatan umum dan estetika lingkungan serta diarahkan memanfaatkan tower

secara terpadu pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan;

g. Jarak antar tiang telepon pada jaringan umum tidak melebihi 40 meter; dan

h. Dilarang mendirikan bangunan di sekitar menara telekomunikasi/tower dalam

radius bahaya keamanan dan keselamatan sesuai ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Page 10: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 10

C. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Sistem Jaringan Prasarana Kabupaten Lainnya

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk Sistem jaringan prasarana kabupaten lainnya,

meliputi:

a. Indikasi arahan peraturan zonasi sumber air minum kabupaten;

b. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan persampahan;

c. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem pengolahan limbah;

d. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem pengembangan dan peningkatan drainase;

e. Indikasi arahan peraturan zonasi jalur evakuasi bencana;

f. Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan prasarana mitigasi bencana;

g. Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan prasarana pemerintahan dan

pelayanan umum;

h. Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan prasarana pendidikan;

i. Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan prasarana kesehatan;

j. Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan prasarana peribadatan;

k. Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan prasarana perdagangan; dan

l. Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan Prasarana Perikanan.

(1) Indikasi arahan peraturan zonasi sumber air minum kabupaten, meliputi:

a. mengendalikan pertumbuhan kegiatan terbangun disekitar kawasan sumber air

minum;

b. dilarang mendirikan bangunan diatas jaringan air minum; dan

c. mengendalikan tingkat kebocoran jaringan air minum.

d. diperbolehkan mendirikan bangunan mendukung jaringan sumber air minum;

e. pembangunan dan pemasangan jaringan primer, sekunder dan sambungan rumah

(SR) yang melintasi tanah milik perorangan wajib dilengkapi pernyataan tidak

keberatan dari pemilik tanah;

f. pembangunan fasilitas pendukung pengolahan air minum yang diizinkan meliputi

kantor pengelola, bak penampungan/reservoir, tower air, bak pengolahan air dan

bangunan untuk sumber energi listrik dengan:

1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) setinggi-tingginya 30 % (tiga puuh persen).

2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) setinggi-tingginya 60 % (enam puluh persen).

3. Sempadan bangunan sekurang-kurangnya sama dengan lebar jalan atau sesuai

dengan SK Gubernur dan/atau SK Bupati pada jalur-jalur jalan tertentu.

pembangunan dan pemasangan jaringan primer, sekunder dan sambungan

Page 11: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 11

rumah (SR) yang memanfaatkan bahu jalan wajib dilengkapi izin galian yang

dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; dan

g. pembangunan instalasi pengolahan air minum tidak diizinkan dibangun langsung

pada sumber air baku;

(2) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan persampahan, meliputi:

a. pemanfaatan ruang yang diperbolehkan di kawasan Tempat Pemrosesan Akhir

(TPA) dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) meliputi kegiatan bongkar

muat sampah;

b. pemilahan dan pengolahan sampah, kegiatan budidaya pertanian dan kegiatan

lain yang mendukung;

c. pemanfaatan ruang di sekitar di kawasan TPA dan TPST sebagai ruang terbuka

hijau;

d. pemanfaatan ruang yang tidak diperbolehkan di sekitar kawasan TPA dan TPST

adalah permukiman;

e. pelarangan kegiatan yang menimbulkan pencemaran lingkungan di kawasan TPA

dan TPST;

f. dilarang mendirikan bangunan diatas jaringan air limbah;

g. penetapan batas kawasan pengelolaan limbah dengan kawasan permukiman; dan

h. diperbolehkan membangun fasilitas untuk pengolahan dan pemanfaatan energi

limbah.

(3) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem jaringan air limbah dan limbah beracun,

meliputi:

a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan limbah domestik yang

terdiri atas:

1. zona limbah domestik terpusat terdiri dari zona ruang manfaat dan zona

ruang penyangga;

2. zona ruang manfaat adalah untuk bangunan penunjang dan instalasi

pengolahan limbah;

3. zona ruang penyangga dilarang untuk kegiatan yang mengganggu fungsi

pengolahan limbah hingga jarak 10 m sekeliling ruang manfaat;

4. persentase ruang terbuka hijau di zona manfaat minimal 20 %;

Page 12: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 12

5. pelayanan minimal sistem pembuangan air limbah berupa unit pengolahan

kotoran manusia/tinja dilakukan dengan menggunakan sistem setempat atau

sistem terpusat agar tidak mencemari daerah tangkapan air/ resapan air baku;

6. permukiman dengan kepadatan rendah hingga sedang, setiap rumah wajib

dilengkapi dengan sistem pembuangan air limbah setempat atau individual

yang berjarak minimal 10 m dari sumur;

7. permukiman dengan kepadatan tinggi, wajib dilengkapi dengan system

pembuangan air limbah terpusat atau komunal, dengan skala pelayanan satu

lingkungan, hingga satu kelurahan serta memperhatikan kondisi daya dukung

lahan dan SPAM(Sistem Penyediaan Air Minum) serta mempertimbangkan

kondisi sosial ekonomi masyarakat;

8. sistem pengolahan limbah domestik pada kawasan dapat berupa IPAL

(Instalasi Pengolah Air Limbah) sistem konvensional atau alamiah dan pada

bangunan tinggi berupa IPAL dengan teknologi modern.

b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan limbah industri, dengan

ketentuan :

1. zona limbah Industri terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang

penyangga;

2. zona ruang pemanfaatan adalah untuk instalasi pengolahan;

3. zona ruang penyangga adalah untuk kegiatan budidaya pada radius minimal

300m untuk fasilitas umum; pantai; sumber air; kawasan lindung dan jalan

serta dilarang untuk permukiman dan pariwisata;

4. persentase ruang terbuka hijau di zona manfaat minimal 20 %;

5. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa wadah atau

pelataran penampungan limbah; tempat parkir kendaraan angkutan dan pagar

tembok keliling;

6. setiap kawasan industri harus menyediakan sarana IPAL dengan

teknologimodern; dan

7. limbah industri yang berupa limbah B3 harus diangkut ke lokasi

penampungan dan pengolahan B3 yang telah ada oleh Pemerintah daerah.

Page 13: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 13

c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk jaringan limbah bahan berbahaya dan

beracun (B3) diarahkan dengan ketentuan:

1. zona ruang limbah B3 terdiri dari zona ruang manfaat dan zona ruang

penyangga;

2. zona ruang pemanfaatan adalah untuk instalasi pengolahan limbah B3;

3. zona ruang penyangga adalah untuk kegiatan budidaya pada radius minimal

300m untuk fasilitas umum; pantai; sumber air; kawasan lindung dan jalan

serta dilarang untuk permukiman dan pariwisata;

4. persentase luas lahan terbangun maksimal sebesar 20 %;

5. dilengkapi dengan prasarana dan sarana minimum berupa tempat

penyimpanan dan pengumpulan limbah B3; tempat parkir kendaraan

angkutan dan pagar tembok keliling lengkap;

6. setiap pelabuhan umum dan pelabuhan khusus wajib menyediakan fasilitas

pengumpulan dan penyimpanan limbah bahan berbahaya dan beracun yang

berasal dari kegiatan kapal;

7. lokasi di pelabuhan dapat berada di dalam atau di luar Daerah Lingkungan

Kepentingan dan Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan Laut;dan

8. ijin lokasi penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 di darat dan pelabuhan

dikeluarkan oleh Bupati.

(4) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem pengembangan dan peningkatan drainase,

meliputi:

a. diizinkan bangunan yang mendukung fungsi drainase;

b. dilarang mendirikan bangunan diatas jaringan drainase;

c. pembuatan jalan inspeksi disepanjang jalur drainase;

d. pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya terdapat jaringan drainase

wajib dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan ketentuan tidak

mengurangi dimensi saluran serta tidak menutup sebagian atau keseluruhan ruas

saluran yang ada;

e. setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan drainase lingkungan dan/atau

sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase sekitarnya sesuai

ketentuan teknis yang berlaku;

Page 14: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 14

f. tidak memanfaatkan saluran drainase pembuangan sampah, air limbah atau

material padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi saluran;

g. tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan;

h. kegiatan yang diperbolehkan berupa kegiatan pembangunan dan pemeliharaan

jaringan; dan

i. kegiatan yang tidak diperbolehkan berupa kegiatan yang menimbulkan

pencemaran saluran dan kegiatan yang menutup dan merusak jaringan drainase.

(5) Indikasi arahan peraturan zonasi jalur evakuasi bencana, meliputi:

a. Penetapan rute evakuasi;

b. Dilarang melakukan pemanfaatan badan jalan jalur evakuasi yang dapat

mengganggu kelancaran evakuasi;

c. Pembangunan fasilitas umum yang ditetapkan sebagai ruang evakuasi wajib

mempertimbangkan kebutuhan kehidupan pengungsi; dan

d. Taman dan bangunan fasilitas umum yang ditetapkan sebagai ruang evakuasi

dapat difungsikan untuk fungsi lainnya.

(6) Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan mitigasi bencana, meliputi:

a. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan rawan gerakan tanah dan/atau longsor,

meliputi:

1. untuk kawasan di luar kawasan permukiman yang telah ada tidak boleh

dibangun dan mutlak harus dilindungi.

2. untuk kawasan yang terletak pada permukiman yang telah ada perlu

dilakukan upaya-upaya perkuatan kestabilan lereng sesuai dengan daya

dukung tanah.

3. pembatasan jenis kegiatan yang diizinkan dengan persyaratan yang ketat,

kegiatan pariwisata alam secara terbatas dan kegiatan perkebunan tanaman

keras.

4. penerapan sistem drainase lereng dan sistem perkuatan lereng yang tepat.

5. rencana jaringan transportasi mengikuti kontur dan tidak mengganggu

kestabilan lereng.

6. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk.

7. diizinkan pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis

dan ancaman bencana.

8. diizinkan pemasangan pengumuman lokasi dan jalur evakuasi dari

permukiman penduduk.

Page 15: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 15

9. diizinkan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan

ancaman bencana.

10. Dilarang aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama di

kawasan rawan gerakan tanah secara geologis.

11. diizinkan aktivitas budidaya dengan syarat teknis rekayasa teknologi yang

sesuai dengan karakteristik.

12. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan

ancaman bencana dan kepentingan umum. dan

13. penentuan lokasi dan jalur mitigasi atau evakuasi, sistem informasi bencana,

sistem peringatan dini.

b. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan rawan gelombang pasang, tsunami dan

abrasi, meliputi:

1. Pemanfaatan ruang kawasan rawan gelombang pasang tsunami dan abrasi

mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana.

2. pemanfaatan ruang kawasan rawan gelombang pasang secara terbatas

dan/atau bersyarat untuk kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, dan

hutan, dengan jenis vegetasi yang sesuai, teknologi pengolahan tanah yang

sesuai, dan dukungan struktur alam dan/atau struktur buatan penahan

gelombang pasang.

3. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan

ancaman bencana dan kepentingan umum.

4. pelarangan pendirian bangunan penting seperti industri atau pabrik, fasilitas

umum, dan bangunan lainnya.

5. pemanfaatan ruang kawasan rawan tsunami mempertimbangkan

karakteristik, jenis, dan ancaman bencana tsunami.

6. pemanfaatan ruang kawasan rawan tsunami secara terbatas dan/atau bersyarat

untuk kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, dan hutan, dengan jenis

vegetasi yang sesuai, teknologi pengolahan tanah yang sesuai, dan dukungan

struktur alam dan/atau struktur buatan penahan gelombang tsunami.

Page 16: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 16

c. Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan rawan banjir, meliputi:

1. penetapan batas dataran banjir.pemanfaatan dataran banjir untuk ruang

terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah.

dan

2. pelarangan pemanfaatan ruang untuk kegiatan permukiman, fasilitas umum,

dan bangunan penting lainnya.

(7) Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan prasarana pemerintahan dan

pelayanan umum, meliputi:

a. kantor pemerintahan baik tingkat pusat maupun daerah (provinsi, kota/kabupaten,

kecamatan dan gampong);

b. kantor atau instalasi hankam termasuk tempat latihan baik pada tingkatan

nasional, Kodam, Korem, Koramil, Polda, Polwil, Polsek, dan sebagainya;

c. untuk pemerintah tingkat pusat, provinsi dan kota aksesibilitas minimum adalah

jalan kolektor; dan

d. untuk pemerintah tingkat kecamatan dan dibawahnya aksesibilitas minimum

adalah jalan lingkungan utama.

(8) Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan prasarana pendidikan, meliputi:

a. penempatan sarana pendidikan dasar dan sarana pendidikan menengah

disesuaikan dengan ketentuan jarak jangkau maksimum dari permukiman serta

menjadi orientasi pelayanan lingkungan untuk sarana pendidikan dasar dan

menengah;

b. jumlah sarana pendidikan dasar dan menengah dalam satu wilayah disesuaikan

dengan jumlah penduduk minimum yang terlayani;

c. sarana pendidikan tinggi pada lingkungan padat minimum dengan aksesibilitas

jalan kolektor dan dikembangkan secara vertikal, perletakan tidak boleh berbatasan

langsung dengan perumahan;

d. sarana pendidikan formal meliputi sekolah dasar, sekolah menengah pertama,

sekolah menengah umum dan pendidikan tinggi serta akademi; dan

e. sarana pendidikan informal meliputi kursus pendidikan dan perpustakaan tingkat

kelurahan, perpustakaan sub-wilayah dan perpustakaan wilayah dikembangkan

sesuai dengan jumlah penduduk minimum penduduk terlayani.

Page 17: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 17

(9) Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan prasarana kesehatan, meliputi:

a. Penempatan penyediaan fasilitas kesehatan akan mempertimbangkan jangkauan

radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi

untuk melayani pada area tertentu;

b. Sarana kesehatan yang dikembangkan dalam satu zona tersendiri adalah sarana

kesehatan dengan skala pelayanan tingkat kecamatan atau lebih yang meliputi

rumah bersalin, laboratorium kesehatan, puskesmas kecamatan, rumah sakit

pembantu tipe C, RS wilayah tipe B, dan RS tipe A;

c. sarana kesehatan berupa pos kesehatan, apotik, klinik, praktek dokter tidak

dikembangkan dalam satu zona terpisah dan akan diatur lebih lanjut dalam

peraturan zonasi;

d. Rumah sakit dikembangkan dengan dengan jalan akses minimum jalan kolektor,

perletakan tidak boleh berbatasan langsung dengan perumahan; dan

e. Puskesmas dikembangkan dengan jalan akses minimum jalan lingkungan utama

mengacu pada ketentuan- ketentuan lain yang berlaku dalam pengembangan

sarana kesehatan.

(10) Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan prasarana peribadatan, meliputi:

a. Memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian

merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan

tuntutan planologis dan religious;

b. Mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok

lingkungan yang ada;

c. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius

area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk

melayani area tertentu;

d. Sarana ibadat yang dikembangkan dalam satu zona tersendiri meliputi sarana

ibadat tingkat pelayanan kecamatan atau lebih besar; dan

e. Sarana ibadat dengan skala pelayanan lebih rendah dari tingkat kecamatan tidak

dikembangkan dalam satu zona tersendiri namun merupakan satu kesatuan

dengan permukiman (bagian dari fasilitas perumahan) dan akan diatur lebih

lanjut dalam peraturan zonasi;

f. Fasilitas peribadatan dengan skala pelayanan lebih besar atau sama dengan

tingkat kecamatan dikembangkan dengan jalan akses minimum jalan kolektor;

dan

Page 18: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 18

g. mengacu pada ketentuan yang berlaku dalam pengembangan sarana peribadatan;

(11) Indikasi arahan peraturan zonasi pengembangan prasarana perdagangan, meliputi:

a. Lingkungan dengan tingkat kepadatan tinggi, sedang, dan rendah dan akan diatur

lebih lanjut di dalam peraturan zonasi;

b. Lingkungan yang diarahkan untuk membentuk karakter ruang kota melalui

pengembangan bangunan bangunan tunggal;

c. Skala pelayanan perdagangan dan jasa yang direncanakan adalah tingkat

nasional, regional, dan kota; dan

d. jalan akses minimum adalah jalan kolektor tidak berbatasan langsung dengan

perumahan penduduk.

7.1.2 Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Pola Ruang

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk peruntukan pola ruang dalam wilayah

Kabupaten Bireuen, terdiri atas:

A. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan lindung; dan

B. Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan budidaya.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai peruntukan zoning pada masing-masing

bagian seperti tang tertera diatas, antaralin meliputi:

A. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk peruntukan kawasan lindung, meliputi:

a. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan hutan lindung;

b. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan yang memberikan perlindungan

kawasan bawahannya;

c. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat; dan

d. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam.

(1) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan hutan lindung, meliputi:

a. kegiatan yang dapat dikembangkan adalah pariwisata alam terbatas dengan syarat

tidak boleh merubah bentang alam;

b. kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung mengikuti Ketentuan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;

c. pemanfaatan ruang diperbolehkan untuk kegiatan wisata alam;

d. pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan,

flora dan fauna endemik dan tutupan vegetasi;

Page 19: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 19

e. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budi daya hanya diperbolehkan bagi

penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan,

dan di bawah pengawasan ketat;

f. pencegahan kegiatan budi daya baru dan budi daya yang telah ada di kawasan

lindung yang dapat mengganggu fungsi lindung dan kelestarian lingkungan

hidup; dan

g. pemanfaatan lahan untuk lokasi evakuasi bencana.

(2) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan yang memberikan perlindungan kawasan

bawahannya, meliputi:

a. pemanfaatan secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang

memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;

b. pelarangan pemanfaatan ruang secara eksploitatif yang dapat merusak fungsi

lindung;

c. pemanfaatan ruang kawasan kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk

asli dengan luasan tetap tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah

pengawasan ketat;

d. dibolehkan untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang alam;

e. setiap kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan lindung yang dikelola oleh

masyarakat harus mengikuti kaidah-kaidah perlindungan dan kaidah-kaidah

konservasi;

f. pemanfaatan tanah dalam kawasan lindung yang dikelola oleh masyarkat hanya

dapat dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekowisata sepanjang tidak mengganggu

fungsi lindung dan bentang alam;

g. penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan lindung yang dikelola oleh

masyarakat harus sesuai dengan fungsi kawasan dan tidak boleh mengganggu

fungsi alam, tidak mengubah bentang alam, dan ekosistem alami; dan

h. dilarang kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan perusakan terhadap

keutuhan kawasan dan ekosistemnya.

(3) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perlindungan setempat, meliputi:

a. Indikasi arahan peraturan zonasi sempadan sungai meliputi:

1. dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sempadan sungai;

2. dilarang melakukan kegiatan yang mengancam kerusakan dan menurunkan

kualitas sungai;

Page 20: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 20

3. dibolehkan aktivitas wisata alam dengan syarat tidak mengganggu kualitas air

sungai;

4. diizinkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

5. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi pengelolaan

sungai dan taman rekreasi;

6. penetapan lebar sempadan sungai sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

7. diizinkan kegiatan pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan

peringatan, rambu-rambu pengamanan; dan

8. diizinkan kegiatan pemasangan jaringan kabel listrik, kabel telepon, dan pipa

air minum.

9. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan meliputi :

a) pada sungai besar berupa sungai yang mempunyai daerah pengaliran

sungai seluas 500 kilometer

b) persegi atau lebih dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas

daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan;

c) pada sungai besar ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari

tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan

d) pada sungai kecil ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter dihitung dari

tepi sungai pada waktu ditetapkan.

10. sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan meliputi :

a) pada sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, garis

sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter dihitung dari tepi

sungai pada waktu ditetapkan;

b) pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 meter sampai dengan

20 meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 meter dari

tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan

c) pada sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 meter,

garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 meter dihitung dari tepi

sungai pada waktu yang ditetapkan.

11. garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan adalah

mengikuti ketentuan garis sempadan bangunan, dengan ketentuan konstruksi

dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai

serta bangunan sungai;

Page 21: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 21

12. kepemilikan lahan yang berbatasan dengan sungai diwajibkan menyediakan

ruang terbuka publik minimal 3 meter sepanjang sungai untuk jalan inspeksi

dan/atau taman; dan

13. dilarang seluruh kegiatan dan bangunan yang mengancam kerusakan dan

menurunkan kualitas sungai.

b. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan sempadan pantai, meliputi:

1. pemanfaatan ruang yang diperbolehkan meliputi; ruang terbuka hijau,

pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk mencegah bencana

pesisir, penelitian dan pendidikan, kepentingan adat dan kearifan lokal yang

mencakup upacara adat, upacara keagamaan, hak dan kewajiban masyarakat

adat, serta tradisi dan kebiasaan, pertahanan dan keamanan, perhubungan;

dan komunikasi.

2. di kawasan sempadan pantai, pemanfaatan ruang yang diperbolehkan dengan

syarat tertentu meliputi kegiatan rekreasi, wisata bahari, dan eko wisata,

dengan syarat tidak termasuk untuk pendirian bangunan permanen dan/atau

hotel;

3. kegiatan yang dibatasi pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan

rekreasi pantai dengan tidak merusak fungsi lindung sempadan pantai; dan

4. kegiatan yang dilarang adalah pendirian bangunan pada kawasan sempadan

pantai dan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas, nilai ekologis,

dan estetika pantai.

c. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan sempadan sekitar waduk, meliputi:

1. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

2. pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk

pengelolaan badan air dan atau pemanfaatan air;

3. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi rekreasi dan

ekologi;

4. penetapan lebar garis sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

5. Pembatasan secara tegas dalam pemanfaatan lahan di kawasan sempadan

sungai kawasan sekitar waduk, embung, telaga dan laguna yang dilakukan

masyarakat untuk kegiatan budi daya, kecuali untuk kegiatan-kegiatan

tertentu seperti:

a) kegiatan budi daya pertanian, dengan jenis tanaman yang diizinkan;

Page 22: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 22

b) pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan serta

rambu-rambu pekerjaan;

c) pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon dan pipa air minum;

d) pemancangan tiang atau pondasi jalan/jembatan;

e) penyelenggaraan kegiatan yang bersifat sosial dan kemasyarakatan yang

tidak menimbulkan dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan

fungsi serta fisik sungai; dan

f) pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan

pembuangan air.

d. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan lindung spiritual, meliputi:

1. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata

alam;

2. pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi

kawasan.

e. Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan

cagar budaya berupa taman hutan raya, meliputi:

1. pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam;

2. pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;

3. pelarangan pemanfaatan biota yang dilindungi;

4. pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya

tampung lingkungan;

5. pelarangan kegiatan yang dapat mengubah bentang alam dan ekosistem;

6. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata

alam;

7. diperbolehkan pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang

kegiatan; dan

8. pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan flora

dan satwa endemik kawasan.

(4) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan rawan bencana alam, meliputi:

1. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan rawan gerakan tanah dan/atau longsor,

meliputi:

a. untuk kawasan di luar kawasan permukiman yang telah ada tidak boleh

dibangun dan mutlak harus dilindungi;

b. untuk kawasan yang terletak pada permukiman yang telah ada perlu dilakukan

upaya-upaya perkuatan kestabilan lereng sesuai dengan daya dukung tanah;

Page 23: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 23

c. pembatasan jenis kegiatan yang diizinkan dengan persyaratan yang ketat,

kegiatan pariwisata alam secara terbatas dan kegiatan perkebunan tanaman

keras;

d. penerapan sistem drainase lereng dan sistem perkuatan lereng yang tepat;

e. rencana jaringan transportasi mengikuti kontur dan tidak mengganggu

kestabilan lereng; dan

f. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk.

g. diizinkan pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis

dan ancaman bencana;

h. diizinkan pemasangan pengumuman lokasi dan jalur evakuasi dari

permukiman penduduk; dan

i. diizinkan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman

bencana.

j. dilarang aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama di kawasan

rawan gerakan tanah secara geologis;

k. diizinkan aktivitas budidaya dengan syarat teknis rekayasa teknologi yang

sesuai dengan karakteristik;

l. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan

ancaman bencana dan kepentingan umum; dan

m. penentuan lokasi dan jalur mitigasi atau evakuasi, sistem informasi bencana,

sistem peringatan dini.

2. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan rawan gelombang pasang, tsunami dan

abrasi, meliputi:

a. pemanfaatan ruang kawasan rawan gelombang pasang mempertimbangkan

karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;

b. pemanfaatan ruang kawasan rawan gelombang pasang secara terbatas dan/atau

bersyarat untuk kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, dan hutan, dengan

jenis vegetasi yang sesuai, teknologi pengolahan tanah yang sesuai, dan

dukungan struktur alam dan/atau struktur buatan penahan gelombang pasang;

c. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan

ancaman bencana dan kepentingan umum;

d. pelarangan pendirian bangunan penting seperti industri atau pabrik, fasilitas

umum, dan bangunan lainnya;

Page 24: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 24

e. pemanfaatan ruang kawasan rawan tsunami mempertimbangkan karakteristik,

jenis, dan ancaman bencana tsunami;

f. pemanfaatan ruang kawasan rawan tsunami secara terbatas dan/atau bersyarat

untuk kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, dan hutan, dengan jenis

vegetasi yang sesuai, teknologi pengolahan tanah yang sesuai, dan dukungan

struktur alam dan/atau struktur buatan penahan gelombang tsunami;

g. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan

ancaman bencana dan kepentingan umum; dan

h. pelarangan pendirian bangunan penting seperti industri atau pabrik, fasilitas

umum, dan bangunan lainnya.

3. Indikasi arahan peraturan zonasi Kawasan rawan banjir, meliputi:

a. penetapan batas dataran banjir; pemanfaatan dataran banjir untuk ruang

terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan

b. pelarangan pemanfaatan ruang untuk kegiatan permukiman, fasilitas umum,

dan bangunan penting lainnya.

B. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Peruntukan Kawasan Budidaya

Indikasi arahan peraturan zonasi untuk peruntukan kawasan budidaya, meliputi:

a. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan hutan produksi;

b. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan kebun rakyat;

c. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pertanian;

d. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perkebunan;

e. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perternakan;

f. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perikanan;

g. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pertambangan;

h. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan industri;

i. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pariwisata;

j. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan permukiman; dan

k. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya.

(1) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan hutan produksi, meliputi:

a. diizinkan aktivitas reboisasi atau penghijauan dan rehabilitasi hutan;

b. diizinkan terbatas pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca

sumber daya kehutanan;

c. diizinkan secara terbatas pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan

pemanfaatan hasil hutan;

Page 25: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 25

d. pengembangan kegiatan diarahkan pada lahan-lahan yang memiliki kesesuaian

lahan;

e. peningkatan produktifitas hutan produksi dan hutan rakyat dengan prioritas

arahan pengembangan per jenis komoditi berdasarkan produktifitas lahan,

akumulasi produksi, dan kondisi penggunaan lahan;

f. diizinkan aktivitas pengembangan hutan secara berkelanjutan;

g. diizinkan secara terbatas pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan

pemanfaatan hasil hutan;

h. dilarang aktivitas pengembangan budidaya lainnya yang mengurangi luas hutan;

dan

i. ketentuan alih fungsi hutan produksi dapat dilakukan untuk pembangunan bagi

kepentingan umum dengan persetujuan dari pejabat yang berwenang.

(2) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan kebun rakyat, meliputi:

a. pengaturan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber

daya kebun rakyat;

b. kegiatan yang diizinkan adalah pertanian tumpangsari; dan

c. kegiatan yang dilarang adalah jual beli kayu tanpa dilengkapi sertifikat SKHH dan

surat-surat legalitas yang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pertanian, meliputi:

a. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pertanian sawah irigasi meliputi:

1. diarahkan untuk budidaya tanaman pangan;

2. diizinkan aktivitas pendukung pertanian;

3. dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan sawah beririgasi;

4. dilarang aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan

kualitas tanah; dan

5. dilarang mendirikan bangunan pada kawasan sawah irigasi yang terkena

saluran irigasi;

b. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pertanian sawah bukan irigasi meliputi:

1. diarahkan untuk budidaya tanaman pangan;

2. diizinkan mendirikan rumah tunggal dengan syarat sesuai dengan rencana rinci

tata ruang; dan

3. diizinkan pemanfaatan ruang untuk permukiman petani.

c. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pertanian hortikultura meliputi:

1. diarahkan untuk tanaman yang menghasilkan daun, buah, dan batang;

Page 26: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 26

2. pada kawasan yang memiliki kelerengan diatas 25 % (dua puluh lima persen)

diarahkan untuk budidaya tanaman tahunan;

3. diizinkan mendirikan rumah tunggal dengan syarat sesuai dengan rencana rinci

tata ruang; dan

4. diizinkan pemanfaatan ruang untuk permukiman petani.

(4) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perkebunan, meliputi:

a. diizinkan pengembangan budidaya tumpang sari dengan peternakan dan

perikanan;

b. dilarang melakukan melakukan peremajaan secara bersamaan untuk mengurangi

erosi lapisan atas tanah;

c. pemanfaatan ruang untuk permukiman masyarakat setempat dengan kepadatan

rendah diperbolehkan pada lahan dengan kelerengan kurang dari 25% (dua puluh

lima per seratus) dan pada hamparan yang menyatu dengan permukiman yang

telah ada;

d. pembangunan sarana dan prasarana pendukung perkebunan termasuk

agrowisata hanya diperbolehkan pada lahan dengan kelerengan kurang dari 25%

(dua puluh lima per seratus);

e. budidaya perkebunan diarahkan pada jenis tanaman tahunan produktif dengan

memperhatikan aspek konservasi lingkungan; dan

f. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan perkebunan menjadi lahan budidaya non

pertanian harus mengacu Peraturan Perundang-undangan.

(5) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perternakan, meliputi:

a. peternakan dapat dikembangkan terpadu dengan pertanian tanaman pangan

tadah hujan, holtikultura, dan perkebunan dengan memperhatikan aspek

pengelolaan lingkungan;

b. perlu adanya pengelolaan limbah dan jalur hijau di sekeliling kawasan peternakan

skala besar;

c. diizinkan pengembangan budidaya tumpang sari dengan peternakan dan

perikanan;

d. dilarang melakukan melakukan peremajaan secara bersamaan untuk mengurangi

erosi lapisan atas tanah;

e. jarak antara kawasan peternakan skala besar dengan kawasan permukiman,

pariwisata, dan perkotaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati;

Page 27: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 27

f. kegiatan peternakan tidak boleh dilakukan di daerah dekat sungai dan di daerah

permukiman kegiatan peternakan diarahkan pada daerah padang rumput; dan

g. khusus peternakan yang diharamkan oleh agama tidak akan diberikan izin

perternakannya.

(6) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan perikanan, meliputi:

a. kegiatan yang diperbolehkan meliputi budidaya perikanan, perikanan organik,

perikanan tangkap, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan, penelitian dan

wisata;

b. pelarangan kegiatan perusakan lingkungan hidup dalam budidaya perikanan yang

tidak ramah lingkungan;

(7) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pertambangan, meliputi:

a. menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR) sesuai ketentuan perundang-

undangan;

b. mengarahkan dan mengendalikan kegiatan penambangan melalui perizinan;

c. mengatur rehabilitasi kawasan bekas penambangan sesuai dengan kaidah

lingkungan; pengawasan secara ketat terhadap kegiatan penambangan untuk

mencegah terjadinya kerusakan lingkungan;

d. wajib melaksanakan reklamasi pada lahan-lahan bekas galian/penambangan;

e. pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan

potensi bahan tambang, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan

kelestarian lingkungan;

f. pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi sesuai dengan zona

peruntukan yang ditetapkan;

g. kewajiban melakukan pengelolaan lingkungan selama dan setelah berakhirnya

kegiatan penambangan;

h. tidak diperbolehkan menambang batuan di perbukitan yang di bawahnya terdapat

mata air penting atau pemukiman;

i. tidak diperbolehkan menambang bongkah-bongkah batu dari dalam sungai yang

terletak di bagian hulu dan di dekat jembatan;

j. percampuran kegiatan penambangan dengan fungsi kawasan lain diperbolehkan

sejauh mendukung atau tidak merubah fungsi utama kawasan;

k. Penambangan pasir atau sirtu di dalam badan sungai hanya diperbolehkan pada

ruas-ruas jalan tertentu yang dianggap tidak menimbulkan dampak negatif

terhadap lingkungan; dan

Page 28: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 28

l. mengarahkan kegiatan usaha pertambangan untuk menyimpan dan

mengamankan tanah atas (top soil) guna keperluan rehabilitasi lahan bekas

penambangan.

(8) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan industri, meliputi:

a. diizinkan mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan industri;

b. diizinkan penyediaan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk hijau (green belt)

dan RTH;

c. diizinkan mengembangkan perumahan karyawan, fasum skala lokal sebagai

pendukung kegiatan industri;

d. diizinkan mengembangkan IPAL;

e. dilarang pengembangan kegiatan yang tidak mendukung fungsi industri;

f. pengelolaan limbah B3 di kawasan industri;

g. larangan melakukan kegiatan dan/atau usaha yang menimbulkan terjadinya

pencemaran lingkungan.

h. kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum diperbolehkan

berkembang di sekitar dan pada kawasan peruntukan industri dengan persyaratan

tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati;

i. permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum yang dikembangkan

adalah permukiman, perdagangan dan jasa serta fasilitas umum untuk memenuhi

kebutuhan para pekerja dan kebutuhan industri yang dibatasi pengembangannya;

dan

j. kegiatan industri wajib melakukan pengelolaan sampah, limbah dan limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun.

(9) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan pariwisata, meliputi:

a. diizinkan pengembangan aktivitas komersial sesuai dengan skala daya tarik

pariwisatanya;

b. diizinkan secara terbatas pengembangan aktivitas perumahan dan permukiman

dengan syarat di luar zona utama pariwisata dan tidak mengganggu bentang alam

daya tarik pariwisata;

c. diizinkan terbatas pendirian bangunan untuk menunjang pariwisata;

d. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya

tampung lingkungan;

e. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;

Page 29: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 29

f. kegiatan yang diperbolehkan meliputi permukiman, perdagangan dan jasa,

pertanian, pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai dengan daya

dukung dan daya tampung lingkungan, perlindungan terhadap situs peninggalan

kebudayaan masa lampau;

g. pembatasan pendirian bangunan yang tidak menunjang kegiatan pariwisata; dan

h. pelarangan kegiatan eksploitasi yang dapat merusak situs dan obyek wisata.

(10) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan permukiman, meliputi:

a. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan Permukiman Perkotaan, meliputi:

1. penetapan amplop bangunan, tema arsitektur bangunan, kelengkapan

bangunan dan lingkungan, dan penetapan jenis dan syarat penggunaan

bangunan yang diizinkan;

2. kegiatan yang diperbolehkan adalah perumahan, perdagangan dan jasa,

sarana olahrga, sarana pendidikan, dan industri rumah tangga;

3. penetapan penggunaan lahan untuk bangunan pada pengembangan

perumahan baru sebesar 40% (empat puluh persen) sampai dengan 60% (enam

puluh persen) dari luas lahan yang ada;

4. penetapan kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan

perumahan baru tidak bersusun dengan jumlah bangunan paling banyak 50

(lima puluh) unit rumah per hektar;

5. pengembangan kawasan perumahan baru harus dilengkapi dengan utilitas

umum yang memadai meliputi sistem pembuangan air limbah, sistem

pembuangan air hujan, sistem prasarana air bersih, dan sistem pembuangan

sampah;

6. setiap permukiman perkotaan diarahkan pada kepadatan penduduk sedang

hingga tinggi sedangkan permukiman perdesaan diarahkan pada kepadatan

rendah hingga sedang;

7. setiap kawasan permukiman harus tersedia ruang terbuka yang terdiri dari

ruang terbuka hijau dan ruang terbuka nonhijau;

8. pada kawasan permukiman perkotaan ditetapkan luas ruang terbuka hijau

sebesar paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan

terdiri dari ruang terbuka hijau publik sebesar 20% (dua puluh persen) dan

ruang terbuka hijau privat 10% (sepuluh persen);

9. pada kawasan permukiman perkotaan yang telah memiliki luasan ruang

terbuka hijau lebih besar dari 30% (tiga puluh persen) tetap dipertahankan;

Page 30: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 30

10. diarahkan intensitas bangunan berkepadatan sedang – tinggi dan bangunan

vertikal;

11. boleh mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat sesuai dengan

skalanya;

12. diizinkan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial sesuai dengan

skalanya;

13. pengembangan pada lahan yang sesuai dengan kriteria fisik meliputi:

kemiringan lereng, ketersediaan dan mutu sumber air bersih, dan bebas dari

potensi banjir/ genangan.

14. penetapan ketentuan teknis bangunan;

15. penetapan tema arsitektur bangunan;

16. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan;

17. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

18. prioritas pengembangan pada permukiman hirarki rendah dengan

peningkatan pelayanan fasilitas permukiman; dan

19. pengembangan permukiman ditunjang dengan pengembangan fasilitas

pendukung unit permukiman seperti: fasilitas perdagangan dan jasa, hiburan,

pemerintahan, pelayanan sosial.

b. Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan permukiman pedesaan, meliputi:

a. diarahkan intensitas bangunan berkepadatan rendah – sedang;

b. diizinkan mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat sesuai dengan

skalanya;

c. pembatasan perkembangan kawasan terbangun yang berada atau berbatasan

dengan kawasan lindung diizinkan pengembangan fasilitas umum dan fasilitas

sosial sesuai skalanya;

d. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan

e. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

(11) Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan peruntukan lainnya berupa kawasan

pertahanan dan keamanan, meliputi:

a. Memperhatikan kebijakan sistem pertahanan dan keamanan nasional;

b. Memperhatikan kebijakan pemerintah yang menunjang pusat hankam nasional;

c. Memperhatikan ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan bidang hankam

beserta prasarana dan sarana penunjangnya;

d. Aksesibilitas yang menghubungkan zona hankam adalah jalan kolektor; dan

Page 31: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 31

e. Tidak berbatasan langsung dengan zona perumahan dan komersial.

7.2 PERIZINAN

Secara lebih rinci berkenaan dengan perizinan ini, pada Undang-Undang Penataan

Ruang Nomor 26 Tahun 2007, terdiri atas:

A. Jenis-jenis Perizinan; dan

B. Ketentuan Perizinan

Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengaturan perizinan, meliputi:

A. Jenis – jenis Perizinan

(1) Jenis-jenis perizinan terkait pemanfaatan, meliputi:

a. izin prinsip.

b. izin lokasi.

c. izin pemanfaatan ruang.

d. izin penggunaan pemanfaatan tanah.

e. izin mendirikan bangunan.

f. izin lain berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan.

g. pengaturan keterlibatan masing-masing instansi perangkat daerah terkait

dalam setiap perizinan yang diterbitkan.

h. teknis prosedural dalam pengajuan izin pemanfaatan ruang maupun forum

pengambilan keputusan atas izin yang akan dikeluarkan. dan

i. pengambilan keputusan perizinan yang dimohonkan oleh masyarakat,

individual maupun organisasi.

(2) Izin prinsip, meliputi:

a. sebagai dasar dari pemberian izin lokasi. dan

b. sebagai dasar rekomendasi untuk beroperasi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

(3) Izin lokasi, meliputi:

a. sebagai dasar untuk pembebasan lahan dalam rangka pemanfaatan ruang. dan

b. sebagai dasar izin penggunaan pemanfaatan tanah.

(4) Izin pemanfaatan ruang, meliputi:

a. Izin pemanfaatan ruang yang menjadi kewenangan pemerintah dan

pemerintah daerah propinsi diberikan kepada calon pengguna ruang

berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

b. Izin pemanfaatan ruang untuk kegiatan pemanfaatan sumber daya alam diatur

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 32: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 32

(5) Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT), meliputi:

a. diberikan kepada untuk kegiatan pemanfaatan ruang pada lahan yang sudah

dikuasai.

b. berlaku selama lokasi tersebut digunakan sesuai dengan peruntukannya dan

tidak bertentangan dengan kepentingan umum. dan

c. sebagai dasar izin mendirikan bangunan.

(6) Izin Mendirikan Bangunan sebagai dasar mendirikan bangunan diatur dalam

Peraturan Bupati.

(7) Pengaturan keterlibatan masing-masing instansi perangkat daerah terkait dalam

setiap perizinan yang diterbitkan disesuaikan dengan Qanun RTRW Kabupaten

Bireuen. dan

(8) Teknis prosedural dalam pengajuan izin pemanfaatan ruang maupun forum

pengambilan keputusan atas izin yang akan dikeluarkan disesuaikan dengan

Qanun RTRW Kabupaten Bireuen. dan

(9) Pengambilan keputusan perizinan yang dimohonkan oleh masyarakat, individual

maupun organisasi disesuaikan dengan Qanun RTRW Kabupaten Bireuen.

B. Ketentuan Perizinan

Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Penataan

Ruang diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan

masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan

ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten

Bireuen.

(2) Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang

benar dan atau tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Bireuen, dibatalkan oleh

pemerintah menurut kewenangan masing-masing sesuai ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan. dan

(3) Izin pemanfaatan ruang yang telah diperoleh melalui prosedur yang benar

tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Bireuen,

termasuk akibat adanya perubahan RTRW Kabupaten Bireuen, dapat

dibatalkan dan dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi

pemberi izin.

Dari ketentuan tersebut diatas, maka Kabupaten Bireuen dalam hal ini, telah

menerbitkan beberapa Qanun (peraturan daerah) berkaitan dengan perizinan

daerah yang telah disahkan, antara lain:

1. Qanun Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Izin Pengelolaan Sarang Burung Walet;

2. Qanun Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Izin Mendirikan Bangunan; dan

Page 33: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 33

3. Naskah Qanun Tahun 2010 Tentang Retribusi Izin Penggunaan Ruang Milik

Jalan.

Qanun berkaitan dengan perizinan dapat direvisi sesuai prinsip perizinan.

Perizinan terkait dengan izin prinsip, izin pemanfaatan lahan dan pendirian

bangunan diterbitkan dengan mengacu pada :

1. Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007

2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2008 tentang RTWN

3. Peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032

4. Peraturan Daerah lain-nya yang terkait

5. Peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan jenis izin yang

diperlukan

Pemberian izin harus melalui advice planning dari instansi berwenang. Berikut ini akan

diuraikan beberapa perizinan yang dapat dikondisikan dengan perkembangan wilayah

Kabupaten Bireuen, meliputi:

7.2.1 Izin Prinsip

1. Sebagai dasar rekomendasi untuk beroperasi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku; dan

2. Sebagai dasar dari pemberian ijin lokasi.

7.2.2 Izin Lokasi

Izin lokasi adalah izin peruntukan penggunaan tanah yang diperlukan dalam rangka

penanaman modal. Izin ini berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk

menggunakan tanah guna keperluan usaha penanaman modal. Atas tanah yang

dimohonkan izinnya itu dikenakan batasan luas tertentu yang dibedakan antara yang

diperuntukan bagi usaha pertanian dan usaha nonpertanian. Penanganan izin lokasi

pada umumnya dilakukan oleh Kantor Pertanahan, tetapi ada pula yang dilakukan

dinas pertahanan atau dengan sebutan lain, kantor penggendalian pertanahan daerah

(KPPD), misalnya, yang dibentuk oleh kabupaten/kota yang bersangkutan sesuai

dengan mekanisme otonmi daerah. Tidak semua perusahaan yang memperoleh

tanah dalam rangka penanaman modal diwajibkan memiliki izin lokasi. Izin lokasi

tidak diperlukan dan dianggap sudah dimiliki dalam hal:

a) Tanah yang akan diperoleh merupakan pemasukan (inbreng) dari para

pemegang saham;

Page 34: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 34

b) Tanah yang akan diperoleh merupakan tanah yang sudah dikuasai oleh

Perusahaan lain dalam rangka melanjutkan pelaksanaan sebagian atau seluruh

Rencana penanaman modal perusahaan lain tersebut sepanjang jenis

c) Peruntukannya sama, dan untuk itu telah diperoleh persetujuan dari instansi

yang berwenang;

d) Tanah yang akan diperoleh diperlukan dalam rangka melaksanakan usaha

industri dalam suatu kawasan industri;

e) Tanah yang akan diperoleh berasal dari otoritas atau badan penyelenggara

pengembangan suatu kawasan pengembangan tersebut;

f) Tanah yang diperoleh diperuntukan untuk perluasan usaha yang sudah berjalan

dan untuk perluasan itu telah diperoleh izin perluasan usaha sesuai ketentuan

yang terlalu, dan letak tanah itu berbatasan dengan lokasi usaha yang

bersangkutan.

Izin lokasi mempunyai masa berlaku berbeda-beda, tergantung luas tanah yang

dimohonkan izinnya. Izin lokasi berlaku satu tahun untuk tanah yang luasnya

sampai dengan 25 hektar. Izin lokasi berlaku dua tahun untuk tanah yang luasnya

lebih dari 25 hektar sampai 40 hektar. Untuk tanah yang luasnya diatas 50 hektar,

Izin lokasi berlaku selama tiga tahun.

Bila jangka waktu izin habis, izin dapat diperpanjang satu kali untuk jangka waktu

selama satu tahun dengan ketentuan tanah yang sudah diperoleh mencapai lebih dari

50% dari luas tanah yang ditunjuk dalam izin lokasi. Untuk memperoleh izin lokasi,

pihak yang mengajukan permohonan harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu:

1. Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku;

2. Fotocopy akta pendirian perusahaan dan pengesahannya;

3. Sketsa letak tanah;

4. Bagan/rencana tampak bangun/ site plan sementara;

5. Surat pernyataan bermaterai cukup tentang kesanggupan ganti kerugian dan/atau

menyediakan tempat penampungan bagi pemilik tanah/yang berhak atas tanah;

6. Surat pernyataan kerelaan dari pemilik tanah bermaterai cukup;

7. Proposal ditangani pemohon dan cap perusahaan;

8. Fotocopy nomor pokok wajib pajak (NPWP);

9. Surat persetujuan dari presiden/BKPM/BKPMD bagi perusahaan PMA/PMDN;

10. Surat pernyataan bermaterai cukup tentang tanah-tanah yang sudah dimiliki oleh

perusahaan;

Page 35: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 35

11. Surat keterangan terdaftar sebagai anggota REI;

12. Surat kuasa bermaterai cukup bila diurus orang lain.

Dalam penerbitan izin lokasi, instansi yang berwenang dapat mempertimbangkan

beberapa hal, diantaranya aspek rencana tata ruang,aspek penguasaan tanah yang

meliputi perolehan hak, pemindahan hak, dan penggunaan tanah, serta aspek

ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan.

7.2.3 Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah (IPPT)

Izin pemanfaatan tanah yang merupakan izin peruntukan penggunaan tanah yang

wajib dimiliki orang pribadi dan/atau badan yang akan melaksanakan kegiatan

dan/atau kegiatan yang mengakibatkan perubahan peruntukan tanah pada

banguna/usaha yang dilakukan. Seperti halnya izin lokasi, izin pemanfaatan tanah

dibedakan antara yang digunakan untuk usaha pertanian, usaha nonpertanian, dan

kegiatan sosial dan keagamaan. Untuk usaha pertanian, luas tanah yang dimohonkan

izin paling sedikit 25 hektar, untuk usaha nonpertanian paling sedikit 1 hektar,

sedangkan untuk kegiatan social dan keagamaan tanpa batasan luas.

Penanganan izin pemanfaatan tanah pada umumnya dilakukan oleh kantor

pertanahan tetapi ada pula yang dilakukan oleh kantor pengendalian pertanahan

daerah (KPPD), yang dibentuk olah kabupaten/kota yang bersangkutan sesuai

dengan otomoni daerah. Izin pemanfaatan tanah tidak dikenakan untuk

pembangunan rumah tempat tinggal pribadi/perseorangan. Izin pemanfaatan tanah

wajib dimiliki apabila rumah tempat tinggal pribadi/perseorangan itu diubah

peruntukannya/pemanfaatannya untuk kepentingan usaha.

Izin pemanfaatan tanah mempunyai jangka waktu yang berlaku satu tahun. Bila

jangka waktu izin dapat diperpanjang satu kali untuk diperoleh mencapai lebih dari

50% dari luas tanah yang ditunjuk dalam izin lokasi. Untuk memperoleh izin

pemanfaatan tanah, pihak ynag mengajukan permohonan harus memenuhi

persyaratan tertentu, yaitu:

1. Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku;

2. Fotocopy akta pendirian perusahaan dan pengesahannya;

3. Uraian rencana proyek yang akan dibangun (proposal);

4. Surat pernyataan bermaterai cukup tanah-tanah yang sudah dimiliki oleh

5. Perusahaan pemohon dan perusahaan – perusahaan lain yang merupakan grup

pemohon;

Page 36: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 36

6. Gambar kasar letak tanah/denah lokasi letak tanah yang dimohonkan izinnya;

7. Bagan/rencana tampak bangun/ site plan sementara;

8. Surat pernyataan kerelaan dari pemilik tanah bermaterai cukup;

9. Proposal ditangani pemohon dan cap perusahaan;

10. Fotocopy nomor pokok wajib pajak (NPWP);

11. Fotocopy kepemilikan tan

12. Surat persetujuan dari presiden/BKPM/BKPMD bagi perusahaan PMA/PMDN;

13. Surat pernyataan bermaterai cukup tentang kerelaan dari pemilik hak atas tanah;

14. Fotocopy SPPT dan tanda lunas PBB tahun terakhir;

15. Notulen rapat pelaksanaan sosialisasi (setelah rapat koordinasi dilaksanakan);

16. Surat pernyataan bermaterai cukup tentang penyediaan fasilitas;

17. Surat kuasa bematerai cukup bila diurus orang lain.

7.2.4 Izin Perubahan Pengguna Tanah

Izin perubahan penggunaan tanah (IPPT) adalah izin peruntukan penggunaan tanah

yang wajib dimiliki orang pribadi yang akan mengubah peruntukan tanah pertanian

menjadi non pertanian guna pembangunan rumah tempat tinggal

pribadi/perseorangan dengan ukuran seluas-luasnya 5.000 meter persegi. IPPT

merupakan jenis izin yang sering juga disebutkan izin pengeringan, tetapi istilah

pengeringan tidak selalu tetap sebab pengeringan dilakukan apabila yang diubah

fungsi penggunaannya adakah tanah sawah (basah) menjadi lahan pekarangan untuk

permukiman (kering). IPPT tidak hanya digunakan untuk menjadi dasar perubahan

penggunaan dari sawah ke pekarangan, tetapi bisa juga dari lahan pertanian yang

sudah kering, seperti kebun dan tegalan menjadi tanah pekarangan yang digunakan

untuk permukiman/tempat tinggal. Kedudukan IPPT sering kali digunakan sebagai

prasyarat bagi izin-izin yang lain, seperti IMB sehingga yang mesti dilakukan oleh

pemohon izin adalah memenuhi IPPT terlebih dahulu sebelum mengurus perizinan

lain.

Penganganan IPPT pada umumnya dilakukan oleh kantor pertanahan, tetapi ada

pula yang dilakukan oleh dinas pertanahan atau dengan sebutan lain, kantor

pengendali pertanahan daerah (KPPD), yang dibentuk oleh kabupaten/kota yang

bersangkutan sesuai dengan otonomi daerah. Apabila IPPT telah diperoleh, pemohon

diwajibkan mengurus pencatatan di kantor pertanahan agar peralihan penggunaan

Page 37: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 37

tanah itu juga tercantum pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan. Hal-hal

yang dipersyaratkan bagi pemohon IPPT, antara lain:

1. Fotocopy KTP pemohon;

2. Fotocopy sertifikat tanah;

3. Fotocopy surat pemberitahuan pajak terutang (SPPT) dan pelunasan pajak bumi

dan bangunan (PBB);

4. Sketsa letak/lokasi tanah yang dimohonkan izinnya;

5. Surat kuasa bermaterai cukup bagi pemohon yang mewakilkan kepada orang lain;

Dalam penerbitan IPPT, instansi yang berwenang dapat mempertimbangkan

beberapa hal, seperti:

a) Aspek rencana tata ruang;

b) Letak tanah termasuk dalam wilayah ibu kota Kecamatan yang bersangkutan;

c) Letak tanah berbatasan langsung dengan permukiman yang telah ada dan

termasuk daerah pertumbuhan permukiman;

d) Letak tanah dilokasi yang mempunyai aksesibiltas umum jalan dan fasilitas

umum lainnya, antara lain fasilitas listrik, PAM dan telepon;

e) Luas tanah yang diberi izin sebanyak-banyaknya dua kali luas rencana bangunan

yang akan dibangun, ditambah luas untuk sempadan jalan sesuai dengan

peraturan perundang-udangan yang berlaku;

f) Tanah sudah bersertifikat;

g) Tanah yang dimohonkan izinnya tidak termasuk tanah pertanian subur/sawah

irigasi teknis;

h) Aspek penguasaan tanah yang meliputi perolehan hak, pemondahan hak, dan

penggunaan tanah;

i) Setiap perubahan penggunaan tanah harus selalu memperhatikan fungsi tanah

dan daya dukung lingkungan disekitarnya.

7.2.5 Izin Konsolidasi Tanah

Izin konsilidasi tanah adalah peruntukan penggunaan tanah yang wajib dimiliki

kumpulan orang pribadi dan atau badan yang akan melaksanakan penataan kembali

penguasaan tanah, penggunaan tanah, dan usaha pengadaan tanah untuk

kepentingan pembangunan guna meningkatkan kualitas lingkungan dan

pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif

masyarakat/pemilik tanah dilokasi tersebut untuk kepentingan umum sesuai dengan

Page 38: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 38

tata ruang. Izin konsolidasi tanah mempunyai jangka waktu berlaku satu tahun.

Untuk mendapatkan izin konsolidasi tanah, pemohon diwajibkan memenuhi

persyaratanpersyaratan tertentu, yaitu:

1. Fotocopy KTP pemohon yang masih berlaku;

2. Fotocopy akta pendirian perusahaan dan pengesahannya bila pemohon

berbadan hukum;

3. Sketsa dan luas rencana lokasi sebelum dan sesudah penataan;

4. Surat permohonan konsliadasi tanah;

5. Sita plan sementara;

6. Daftar nominatif calon peserta;

7. Surat pernyataan kesediaan;

Peserta konsolidasidari tanah swadaya;

Peserta memberi sumbangan tanah untuk pembangunan;

Peserta membayar biaya pelaksanaan konsolidasi tanah;

8. Bukti penguasaan tanah/pemilikan tanah tiap-tiap calon peserta

(sertifikat/letter C/D/E);

9. Bila pemohonnya koperasi, dilengkapi surat keterangan bahwa pemohon

adalah anggota koperasi;

10. Denah lokasi;

11. Surat kuasa bermaterai cukup bila diurus orang lain.

Izin konsoliadasi tanah dapat diberikan kepada pemohon oleh instansi yang

berwenang dengan mempertimbangkan:

a. Aspek rencana tata ruang

b. Apabila sekurag-kurangnya 85% dari pemilik tanah yang luas tanahnya,

meliputi sekurang-kurangnya 85% dari luas seluruh areal tanah yang akan

dikonsolidasikan menyatakan persetujuannya dalam surat pernyataan

persetujuan;

c. Status tanah sudah dikuasi oleh peserta konsolidasi tanah;

d. Letak tanah tidak beraturan/tidak ada jalam penghubung antar penghuni;

e. Adanya kesediaan dari para peserta konsolidasi tanah untuk merelakan

sebagian tanahnya untuk sumbangan pembangunan/fasilitas umum;

f. Letak tanah di daerah perkotaan dan merupakan tanah non pertanian atau

letak tanah di daerah pedesaan dan merupakan tanah pertanian.

Page 39: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 39

7.2.6 Izin Penetapan Lokasi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Izin penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum adalah izin

peruntukan penggunaan tanah yang diperlukan oleh instansi pemerintah yang akan

melaksanakan pengadaan tanah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum. Dengan demikian pemohon izin adalah instansi pemerintah sendiri. Dalam

penerbitan izin ini, instansi yang berwenang dapat mempertimbangkan beberapa hal,

seperti:

a) Aspek rencana tata ruang

b) Aspek penguasaan tanah yang meliputi perolehan hak, pemindahan hak, dan

pengunaan tanah;

c) Aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan;

d) Tanah yang diperoleh akan dimiliki pemerintah dan digunakan untuk

kepentingan umum.

7.2.7 Izin Mendirikan Bangunan

Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) diterbitkan oleh instansi yang berwenang.

IMB wajib dimiliki oleh orang yang hendak mendirikan bangunan. Instansi yang

diberi wewenang untuk menerbitkan IMB memang beragam, dinas tata kota dan tata

bangunan, unit pelayanan terpadu satu atap, dinas Kimpraswil, subdinas cipta karya,

dan sebagainya. IMB diberikan dengan tujuan penataan bangunan yang sesuai

dengan rencana tata ruang kota. Pengertian mendirikan bangunan adalah pekerjaan

mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian termasuk menggali, menimbun,

meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan menggadakan bangunan,

memperbaiki/merenovasi dan menambah bangunan, bahkan juga membongkar

bangunan. IMB/IMBB dibuat berdasarkan rencana kabupaten/kota dan pada

umumnya memuat penjelasan mengenai:

a. Bentuk dan ukuran persil;

b. Alamat persil;

c. Jalan dan rencana jalan disekeliling persil;

e. Penggunaan bangunan dan jumlah lantai;

f. Peruntukan tanah diatas persil;

g. Garis-garis sempadan;

h. Arah mata angin;

i. Skala gambar;

Page 40: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 40

j. Tanah yang dikosongkan untuk rencana jalan dan sarana utilitas umum lain, dan

sebagainya.

Penting untuk dicermati bahwa IMB dimaksudkan sebagai perangkat yuridis untuk

mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan, keselamatan,

kenyamanan, sekaligus kepastian. Dengan adanyan IMB atau IMBB, pemegang izin

mendapatkan pegangan ketika melakukan kegiatan yang berhubungan dengan

bangunan, misalnya bangunan didirikan sesuai dengan perencanaan penataan ruang,

sehingga tidak mungkin ada penggusuran karena dinilai tidak sesuai dengan rencana

kawasan.

Di samping itu, IMB juga digunakan dalam rangka mengatur bangunan sehingga

bahan sesuai dengan standar, juga pendiriaannya akan diupayakan agar tidak

menganggu lingkungan sekitar, misalnya lalu lintas jalan, tidak merusak benda cagar

budaya, konstruksi dan bahannya memenuhi standar keselamatan dan sebagainya.

Untuk itu persyaratan-persyaratan yang ditetapkan mengarah kepada berbagai

kebutuhan tersebut. Untuk mendapatkan IMB harus dipenuhi persyaratan dan

ketentuan berikut

1. Persyaratan Administrasi

a) Mengisi blangko permohonan yang disediakan Dinas Perizinan dan

disetujui tetangga serta dilegalisir/diketahui Kepala Dusun, lurah, dan

camat setempat;

b) Salinan surat bukti hak tanah/sertifikat tanah (rangkap dua);

c) Surat kerelaan pemilik tanah jika tanah itu bukan milik pemilik bangunan

dengan materai Rp. 6.000,00

d) Melampirkan surat pernyataan menanggung risiko konstruksi bangunan

bermaterai Rp. 6.000,00

e) Fotocopy KTP pemohon (rangkap dua);

f) Izin Peruntukan Lahan (IPL)

g) Sketsa letak/lokasi bangunan akan didirikan;

h) Rencana kerja dan syarat-syarat/rencana anggaran belanja;

i) Rekomendasi dari instansi teknis terkait;

j) Surat kuasa bermaterai Rp. 6.000,00 apabila yang mengurus atau

mengambil izin bukan pemohon;

k) Rekomendasi dari BP3 apabila itu bangunan cagar budaya.

Page 41: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 41

2. Persyaratan Teknis

1. Bangunan bertingkat, syarat umum bangunan bertingkat, antara lain:

a. Site plan / gambar situasi dan tata letak bangunan

b. Gambar rencana denah, rencana fondasi, rencana atap, rencana titik

lampu, sanitasi dan detail sanitasi, potongan melintang dan potongan

memanjang, tampak depan, tampak samping, gambar pagar, gambar

kontruksi (kolom/kolom praktis, sloof, ring balok, balok lintel, kuda-

kuda beton, detail, plat lantai, tangga dan lain-lain)

c. Tanda tangan tetangga pada gambar rencana

d. Hitungan konstruksi (rangkap dua);

e. Penyelidikan tanah rangkap;

f. Tanda tangan penanggung jawab gambar;

g. Surat pernyataan sanggup menanggung risiko konstruksi bermaterai

Rp.6.000,00

2. Bangunan tidak bertingkat, syarat umum bangunan tidak bertingkat,

antara lain:

a. Gambar rencana bangun-bangunan;

b. Gambar rencana denah, rencana fondasi, rencana atap, rencana titik

lampu, sanitasi dan detail sanitasi, potongan melintang dan potongan

memanjang, tampak depan, tampak samping, gambar pagar, gambar

kontruksi (kolom/kolom praktis, sloof, ring balok, balok lintel, kuda-

kuda beton, detail, plat lantai, tangga dan lain-lain)

c. Gambar rencana konstruksi (beserta detailnya);

d. Gambar rencana instalasi (titik lampu, sakelar, stop kontak, dan lain-

lain);

e. Gambar rencana dan detail sanitasi (SPAH, Sp, septic tank, instalasi

pemadam kebakaran).

3. Penertiban bangunan, syarat umum penertiban bangunan, antara lain:

Gambar situasi/gambar situasi dan tata letak bangunan (existing), bila

diperlukan

Denah, tampak depan dan tampak samping, potongan, gambar pagar,

bila ada gambar titik lampu, sanitasi dan detail sanitasi;

Foto bangunan (depan dan samping) rangkap dua, diusahakan

keseluruhan bangunan);

Page 42: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 42

Tanda tangan penanggung jawab gambar dan hitungan konstruksi

Surat pernyataan sanggup menanggung risiko konstruksi bermaterai

Rp.6.000,00

4. Bangunan Komersial, syarat umum bangunan komersial, antara lain:

Amdal;

UKL dan UPL;

Surat pernyataan pengelolaan lingkungan hidup;

Surat pernyataan kesanggupan menyediakan tempat parkir bermaterai

Rp.6.000,00 (untuk usaha)

Rekomendasi kebakaran dari Kantor Perlindungan Masyarakat dan

Penanggulangan Kebakaran;

Rekomendasi dari subdinas pengairan/kimpraswil provinsi bila

bangunan terletak dipinggir kali atau saluran pengairan;

IPL, untuk mendirikan menara/tower/antena, rencana anggaran biaya;

IPL, untuk mendirikan SPBU, dan rekomendasi dari Pertamina atau

pemasok resmi;

Site plan yang menjadi satu kesatuan dengan IPL harus disetujui oleh

Bappeda dan dinas kimpraswil kabupaten/kota.

5. Legalisasi

a. Mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Perizinan/Instansi lain

yang berwenang;

b. Melampirkan surat keterangan kehilangan dari kepolisian RI;

c. Melampirkan fotocopy KTP pemohon;

d. Melampirkan sketsa/dengan lokasi

Berikut dibawah ini bagan alir prosedur izin mendirikan bangunan dapat dilihat

pada Gambar 7.1

Page 43: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 43

GAMBAR 7.1

Prosedur Izin Mendirikan Bangunan

Page 44: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 44

7.2.8 Izin Mendirikan Bangunan Rumah Ibadat

IMB untuk rumah ibadat diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2006 dan Nomor 8 Tahun 2006. Persyaratan

yang diperlukan guna mendapatkan IMB rumah ibadat sama seperti untuk

memperoleh IMB untuk bangunan gedung biasa disertai dengan syarat lain, yaitu:

1. Daftar nama dan KTP pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 orang yang

disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah;

2. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang yang disahkan oleh

lurah/kepala desa;

3. Rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; dan

4. Rekomendasi tertulis forum kerukunan umat beraga kabupaten/kota.

7.2.9 Izin Gangguan HO (Hinder Ordonantie)

Izin bangunan merupakan izin yang diberikan untuk tempat usaha kepada orang

pribadi atau badan dilokasi tertentu yang bisa menimbulkan bahaya, kerugian, dan

ganggua. Persyaratan yang diperlukan, antara lain sebagai berikut:

A. Syarat Umum

1. Fotocopy KTP

2. Fotocopy sertifikat tanah;

3. Fotocopy IMBB atau surat mengurus/balik nama/alih fungsi IMB;

4. Denah tempat usaha dan gambar situasi (site plan) tempat usaha yang

jelas;

5. Surat pernyataan tanah dan bangunan tidak dalam sengketa;

6. Surat persetujuan dari tetangga sekitar tempat usaha dengan diketahui

oleh pejabat wilayah setempat (, lurah, dan camat);

7. Stopmap snelhekter.

B. Syarat badan hukum gangguan besar. Syarat umum dan syarat badan

hukum;

1. Dokumen untuk pengelola lingkungan hidup

2. Fotocopy akta pendirian perusahaan/cabang perusahaan.

C. Syarat perorangan gangguan besar

Syarat umum dan syarat perorangan

Dokumen untuk mengelola lingkungan hidup.

Page 45: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 45

D. Syarat gangguan kecil

Syarat umum

E. Syarat perpanjangan

Syarat umum dan syarat perpanjangan

1. Dokumen untuk mengelola lingkungan hidup;

2. Fotocopy SK HO dilampiri SK HO asli;

3. Situasi gambar (GS) IMB

F. Syarat pencabutan dan badan hukum

Syarat umum dan pencabutan badan hukum

1. Surat permohonan

2. Fotocopy SK HO dilampiri SK HO asli atau surat kehilangan dari

Kepolisian RI;

3. Akta pencabutan

G. Syarat pencabutan perorangan

Syarat umum dan syarat pencabutan perorangan

Syarat permohonan;

Fotocopy SK HO dilampiri SK HO asli atau surat kehilangan dari

Kepolisian

H. Syarat duplikat

Surat permohonan

Surat keterangan kehilangan dari Kepolisian RI;

I. Syarat sewa

Syarat umum dan syarat sewa

Surat pernyataan tidak keberatan dari pemilik tempat atau bukti sewa-

menyewa.

7.2.10 Izin Pembangunan Menara Telekomunikasi Seluler

Jenis izin ini masih tergolong relatif baru, yang muncul sering dengan

berkembangnya teknologi komunikasi yang memerlukan sarana dan prasarana, di

antaranya berupa menara. Izin pembangunan menara telekomunikasi seluler

dimaksudkan untuk mengendalikan aktivitas masyarakat dan mencegah

dibangunnya menara telekomunikasi seluler yang tidak terkendali. Untuk itu,

diperlukan kaidah tata ruang, lingkungan, dan estetika.

Page 46: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 46

Seperti kita ketahui, untuk mendukung sarana telekomunikasi, terutama yang

berjenis nirkabel, sangat diperlukan sarana berupa menara. Menara telekomunikasi

tersebut ada yang berfungsi sebagai base transceiver station, yakni pusat transmisi

dan penerima terdiri atas seperangkat alat komunikasi data dan komunikasi suara

dengan teknologi tertentu melalui spektrum frekuensi radio yang dioperasikan oleh

operator. Bahkan, dalam perkembangannya tidak jarang satu menara dimanfaatkan

secara bersama-sama oleh lebih dari satu operatoruntuk kepentingan-kepentingan

mereka yang bersifat paralel, misalnya sama-sama untuk fungsi repeater

telekomunikasi GSM, maupun untuk kepentingan yang berbeda satu sama lain. Oleh

karena itu para operator perlu mendapatkan penataan melalui stelsel perizinan.

Dalam hal ini pembangunan menara perlu diperhatikan berbagai hal, seperti

penetapanlokasi, pembagian zona, dan bentuk menara telekomunikasi. Ketika

menentukan lokasi pembangunan menara, misalnya diperhatikan ketentuan

mengenai penataan ruang, keamanan dan ketertiban lingkungan, estetika, serta

kebutuhan telekomunikasi yang lain.

Untuk penetapan lokasi menara telekomunikasi ditentukan zona berdasarkan

berbagai hal, seperti kepadatan penduduk, jumlah sarana dan prasarana yang

disediakan oleh pemerintah untuk kepentingan perdagangan dan jasa serta

infrastruktur lain, dan letak wilayah yang bersangkutan.

Izin pembangunan menara telekomunikasi seluler dapat diberikan kepada semua

orang atau badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan pemanfaatan dan/atau

pembangunan menara telekomunikasi seluler. Izin tersebut dapat diberikan oleh

bupati/walikota dan dipandang perlu ada pembatasan masa berlaku, misalnya dua

tahun dan dapat diperpanjang. Untuk dapat memperoleh izin pemohon harus

memenuhi berbagai persyaratan, di antaranya:

1. Rekomendasi ketinggian dari Komandan Pangkalan AU terdekat;

2. Surat kuasa yang sah dari perusahaan apabila diurus oleh pihak lain;

3. Bukti kepemilikan tanah apabila milik sendiri

4. Surat kerelaan atau perjanjian penggunaan/pemanfaatan tanah;

5. Surat pernyataan persetujuan warga sekitar dalam radius 1,5 kali tinggi

menara;

6. Surat pernyataan sanggup mengganti kerugian kepada warga masyarakat

apabila terjadi kerugian/kerusakan yang diakibatkan oleh keberadaan

menara telekomunikasi seluler tersebut;

Page 47: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 47

7. Gambar teknis yang meliputi gambar situasi, denah bangunan dengan skala

1:100,

8. Gambar potongan, rencana fondasi 1:100, dan perhitungan struktur;

9. Persyaratan lain yang disesuaikan dengan situasi daerah

Kepada pemegang izin pembangunan menara telekomunikasi seluler, baik itu

perorangan maupun badan dibebani kewajiban-kewajiban tertentu, misalnya:

a. Bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkan oleh pelaksanaan

izin yang telah diberikan;

b. Melaksanakan ketentuan teknik, kualitas, standar keamanan dan

keselamatan, dan kelestarian fungsi lingkungan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

c. Membantu pelaksanaan pengawasan yang telah dilakukan oleh petugas.

Page 48: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 48

GAMBAR 7.2

Prosedur Izin Gangguan

Page 49: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 49

7.2.11 Izin Saluran Air Limbah/Saluran Air Kotor

Izin saluran air limbah diperlukan bagi mereka yang akan melakukan kegiatan

pembagunan saluran air limbah/air kotor tertentu. Untuk mendapatkan izin ini

diperlukan berbagai persyaratan, diantarannya:

a. Fotocopy IMB;

b. Denah situasi;

c. Bagi bangunan yang belum memiliki IMBB, agar melampirkan fotocopy

sertifikat tanah;

d. Fotocopy KTP pemohon

Keseluruhan perizinan tersebut dapat dilakukan dengan ketentuan-ketentuan yang

berlaku di setiap dinas terkait.

7.3 KETENTUAN PEMBERIAN INSENTIF DAN DISINSENTIF

Ketentuan insentif dan disintensif menjadi alat yang paling efektif dalam rangka

mencapai tujuan perencanaan tata ruang yang telah ditetapkan serta dalam

mewujudkan struktur dan pola ruang yang telah direncanakan. Insentif diberikan

kepada pihak calon pemanfaat lahan yang bersesuaian dengan rencana tata ruang yang

telah ditetapkan dan disinsentif diberikan pada pemanfaat lahan yang tidak bersesuaian

dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan, selama tidak membawa dampak

penting terhadap lingkungan fisik dan sosial.

A. KETENTUAN PEMBERIAN INSENTIF

Insentif yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap

pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, dapat berupa:

a. insentif fiskal dapat berupa:

1. pemberian keringanan pajak. dan/atau

2. pengurangan retribusi.

b. insentif non fiskal dapat berupa:

1. pemberian kompensasi.

2. subsidi silang.

3. kemudahan perizinan.

4. imbalan.

5. sewa ruang.

6. urun saham.

7. penyediaan prasarana dan sarana.

8. penghargaan. dan/atau

9. publikasi atau promosi.

Page 50: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 50

Adapun Insentif terbagi atas:

a. Insentif dari Pemerintah kepada pemerintah daerah, meliputi:

1. subsidi silang.

2. kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh

Pemerintah.

3. penyediaan prasarana dan sarana di daerah.

4. pemberian kompensasi.

5. penghargaan dan fasilitasi. dan/atau

6. publikasi atau promosi daerah.

b. Insentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya, meliputi:

1. pemberian kompensasi dari pemerintah daerah penerima manfaat kepada daerah

pemberi manfaat atas manfaat yang diterima oleh daerah penerima manfaat.

2. kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana.

3. kemudahaan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan oleh

pemerintah daerah penerima manfaat kepada investor yang berasal dari daerah

pemberi manfaat. dan/atau

4. publikasi atau promosi daerah.

c. Insentif dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada masyarakat, meliputi:

1. pemberian keringanan pajak.

2. pemberian kompensasi.

3. pengurangan retribusi.

4. imbalan.

5. sewa ruang.

6. urun saham.

7. penyediaan prasarana dan sarana. dan/atau

8. kemudahan perizinan.

B. KETENTUAN PEMBERIAN DISINSENTIF

Disinsentif adalah perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau

mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, yang dapat berupa :

1. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang

dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan

ruang; dan/atau.

2. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

Page 51: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 51

(1) Disinsentif dapat berupa:

a. disinsentif fiskal berupa pengenaan pajak yang tinggi. dan

b. disinsentif non fiskal dapat berupa:

1. kewajiban memberi kompensasi.

2. persyaratan khusus dalam perizinan.

3. kewajiban memberi imbalan. dan/atau

4. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana.

c. Pemberian disinsentif fiskal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan. dan

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai disinsentif non fiskal diatur oleh menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan terkait dengan bidang disinsentif yang

diberikan.

(2) Disinsentif, terbagi atas:

a. Disinsentif dari pemerintah kepada pemerintah daerah, meliputi:

1. persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang

diberikan oleh pemerintah.

2. pembatasan penyediaan prasarana dan sarana di daerah. dan/atau

3. pemberian status tertentu dari pemerintah.

b. Disinsentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya, meliputi:

1. pengajuan pemberian kompensasi dari pemerintah daerah pemberi manfaat

kepada daerah penerima manfaat.

2. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana. dan/atau

3. persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang

diberikan oleh pemerintah daerah pemberi manfaat kepada investor yang

berasal dari daerah penerima manfaat.

c. Disinsentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada masyarakat, meliputi:

1. kewajiban memberi kompensasi.

2. persyaratan khusus dalam perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang

diberikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

3. kewajiban memberi imbalan.

4. pembatasan penyediaan sarana dan prasarana. dan/atau

5. persyaratan khusus dalam perizinan.

Dalam pemberian insentif dan disinsentif seyogyanya dengan tetap menghormati hak

masyarakat. Sedangkan Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:

a. Pemerintah kepada pemerintah daerah;

b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan

c. pemerintah kepada masyarakat.

Page 52: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 52

Ketentuan insentif berlaku untuk kawasan yang didorong pertumbuhannya, seperti :

1. Kawasan Perkotaan

Secara faktual hampir seluruh pusat pelayanan sudah memiliki ciri perkotaan.

Berkenaan dengan rencana struktur ruang yang telah ditetapkan, diperlukan

upaya-upaya perwujudan peran dan fungsi pusat kegiatan/pelayanan sesuai

hirarkinya diperlukan insentif, seperti pembangunan prasarana dan sarana

perkotaan secara memadai terutama pada bidang permukiman.

2. Kawasan Pusat Agropolitan

Salah satu misi pembangunan pertanian Bireuen adalah agar terbangunnya swa

sembada pangan. Namun pada sisi lain terlihat adanya kecenderungan penurunan

luas pertanian (padi-sawah). Oleh karena itu penting untuk memberikan insentif

bagi petani yang tetap dan bahkan didorong untuk meningkatkan produksi padi-

sawah. Insentif dapat berupa pembangunan irigasi teknis/desa yang dibutuhkan,

pembangunan jalan produksi, perbaikan perumahan petani, dan lain-lain.

Sedangkan pada kawasan sentra pertanian penting untuk dibangun berbagai

fasilitas penunjang agar sentra tersebut dapat berfungsi optimal. agar tercipta

manajemen perkebunan yang efisien, efektif dan produktif diperlukan adanya

pusat agro-politan dengan berbagai sarana, sehingga mampu menjadi wahana

pendorong pertumbuhan produksi perkebunan dan pertanian termasuk proses

pertambahan nilai. Insentif yang dapa diterapkan adalah memberikan kemudahan

investasi, perencanaan ruang secara detil sehingga tercipta kepastian pemanfaatan

ruang, pembangunan berbagai gedung sebagai kelengkapan fasiltas pusat

agropolitan, dan lain-lain.

3. Kawasan Pusat Minapolitan

Salah satu potensi ekonomi masa depan Kabupaten Bireuen yang saat ini belum

terkelola secara optimal adalah potensi laut, baik dari sisi ikan tangkap, budidaya

perikanan, rumput laut, transportasi, wisata bahari, potensi angin laut dan

gelombang dan sebagainya. Oleh karena itu pengembangan kawasan pesisir

dengan segala potensinya perlu didorong dan ditumubhkan secara lebih progresif.

Insentif yang dapat dilakukan untuk itu diantaranya adalah menetapkan rencana

detil kawasan pesisir (rencana zonasi), sehingga terdapat arahan dan kepastian

hukum dalam berinvestasi, memberikan kemudahan untuk berinvestasi,

membangun fasilitas penunjang pelabuhan seperti dermaga, tempat pelelangan

ikan, bantuan alat tangkap, industri pengolahan dan lain-lain.

Page 53: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 53

4. Kawasan Wisata

Selain potensi kelautan dan perikanan, terdapat berbagai jenis yang juga dapat

diandalkan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bireuen. Untuk

itu diperlukan berbagai insentif agar sektor ini dapat tumbuh serta berembang dan

menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi, diantara insentif yang dapat diterapkan

adalah pembangunan prasarana dan sarana perhubungan, penataan lingkungan

dan bangunan, penyediaan berbagai fasilitas penunjang pariwisata, promosi dan

pemasaran.

5. Kawasan Stategis Kabupaten

Kawasan strategis Kabupaten yang telah ditetapkan menurut nilai strategis

Ekonomi dan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup, Pendayagunaan

Sumber Daya Alam dan Pembangunan Wilayah Kabupaten. Sehingga lokasi

pengembangan tersebut dapat membantu pergerakan dan perkembangan wilayah

Kabupaten Bireuen.

Kawasan yang perlu dikendalikan dan dibatasi perkembangnnya dan sekaligus

disinsentif yang mungkin diterapkan pada kawasan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Lindung

Kawasan ini sangat mempengaruhi perubahan iklim dan kondisi alam, sehingga

diperlukan ketegasan dari pihak-pihak yang terkait agar kelestarian ekosistem

keseluruhan yang ada bisa dilestarikan dan dipertahankan.

2. Kawasan Pertanian dan Perkebunan

Pengendalian pada kawasan ini terkait dengan kegiatan pertanian dan perkebunan

pada kawasan lindung. Hal ini sudah berlangsung lama dan momentum

penyusunan RTRW ini adalah awal untuk menetapkan tata guna lahan hutan

dengan luasan yang sesuai dengan peruntukkannya dan tidak berada pada

kawasan lindung. Agar hal ini dapat berjalan, diperlukan adanya disinsentif pada

pekerja kebun seperti tidak dilakukannya pembinaan pada petani kebun yang

mempunyai kegiatan perkebunan pada kawasan lindung.

3. Kawasan Pertambangan

Kabupaten Bireuen sebagai umumnya kegiatan pertambangan bertentangan

dengan konservasi namun pada sisi lain kegiatan pertambangan berkontribusi

secara signifikan bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah. Oleh

akrena itu kegiatan pertambangan dapat dikembangkan namun perlu dikendalikan

atau dikembangkan secara terbatas, dimana batasan dalam pengembangan kegiatan

Page 54: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 54

pertambangan adalah selama kegiatan penambangan tersebut tidak menimbulkan

dampak lingkungan yang penting dan dalam plekasanaan kegiatan pertambangan

tersebut harus mengikuti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

4. Kawasan Rawan Bencana

Kabupaten Bireuen mempunyai kawasan rawan bencana yang beragam dan

tersebar dibeberapa lokasi. Seluruh kawasan rawan bencana, baik rawan tsunami,

longsor, gempa, vulkanisme maupun banjir harus diantisipasi sejak dini dengan

berbagai pendekatan mitigasi yang dapat menghindari atau mengurangi dampak

bencana. Perlu adanya pembatasan dan syarat-syarat tertentu dalam pembangunan

permukiman pada kawasan rawan bencana, hal ini dilakukan terkait dengan

keamanan permukiman dan masyarakat, disinsentif dapat dikenakan kepada

masyarakat yang melakukan pembangunan pada kawasan rawan bencana.

7.4 KETENTUAN SANKSI ADMINISTRATIF

Ketentuan sanksi administrasi yang berlaku untuk pelaksanaan RTRW Kabupaten

Bireuen antara lain sebagai berikut:

7.4.1 Peringatan Tertulis

Sanksi ini berikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang melalui penertiban surat peringatan tertulis sebanyak-

banyaknya 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu maksimal 7 (tujuh) hari.

7.4.2 Penghentian Sementara Kegiatan

Sanksi ini dilakukan dengan:

1. Penertiban surat pindah penghentian kegiatan sementara dari pejabat yang

berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang

2. Apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan sementara,

pejabatan yang berwenang melakukan penertiban dengan menertibkan surat

keputusan pengenaan sanksi penghentian semmentara secara paksa terhadap

kegiatan pemanfaatan ruang;

3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi

pemberhentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan

tindakan penertiban oleh aparat penertiban;

Page 55: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 55

4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang

melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan

penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan

5. Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang

melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan

tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar

untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang

dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

7.4.3 Penghentian Sementara Pelayanan Umum

Sanksi ini dilakukan dengan:

1. Penertiban surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan umum dari

pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan

ruang (membuat surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan

umum);

2. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban surat keputusan pengenaan

sanksi penghentian sementara pelayanan umum kepada pelanggar dengan

memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan diputuskan;

3. Pejabat yang berweang melakukan tindakan penertiban memberitahukan

kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemberhentian sementara

pelayanan umum yang akan segera dilaksanakan, disertai penjelasan umum

yang akan diputus;

4. Pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia pelayanan

umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar, disertai penjelasan

secukupnya;

5. Penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada pelanggar;

dan

6. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara pelayanan

umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada

pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi kewajibannya untuk

menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan

ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.

Page 56: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 56

7.4.4 Penutupan Lokasi

Sanksi ini dilakukan dengan:

1. Penertiban surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang

melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

2. Apabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat

yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penutupan

lokasi kepada pelanggar;

3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan

lokasi yang akan segera dilaksanakan;

4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang

denga bantun aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa;

dan

5. Pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk memastikan

lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar

memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya

dengan rencanatata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang

berlaku.

7.4.5 Pencabutan Izin

Sanksi ini dilakukan dengan:

1. Menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat

yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

2. Apabila pelanggar mengaaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang menertibkan surat keputusan pengenaan sanksi

pencabutan izin pemanfaatan ruang;

3. Pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai

pengenaan sanksi pencabutan izin;

4. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan

permohonan pencabutan ijin kepada pejabat yang memiliki kewenangan

untuk melakukan pencabutan izin;

5. Pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin

menerbitkan keputusan pencabutan izin;

Page 57: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 57

6. Memberitahukan kepada pemanfaatan ruang mengenai status izin yang telah

dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang

secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan

7. Apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan yang

telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang melakukan penertiban

kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7.4.6 Pembatalan Izin

Sanksi ini dilakukan dengan:

1. Membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan

ruang menurut dokumen perijinan dengan arahan pola pemanfaatan ruang

dalam rencana tata ruang yang berlaku;

2. Memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana

pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah

yang diperlukan untuk menagantisipasi hal-hal akibat pembatalan izin;

3. Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh ejabat yang berwenang

melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

4. Memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin;

5. Menertibkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki

kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan

6. Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang

dibatalkan.

7.4.7 Pembongkaran Bangunan

Sanksi ini dilakukan dengan:

1. Menertibakan surat pemberitahuan pembongkaran bangunan dari pejabat

yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

2. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat

keputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan;

3. Pejabat yang berwenang melakukan penertiban memberitahukan kepada

pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran bangunan bangunan

yang akan segera dilaksanakan; dan

Page 58: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 58

4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan

secara paksa.

7.4.8 Pemulihan Fungsi Ruang

Sanksi ini dilakukan dengan:

1. Menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian

yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;

2. Pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemnfaatan

ruang menertibkan surat pemberitahuan pperintah pemulihan fungsi ruang;

3. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat

keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang;

4. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban, memberitahukan

kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang

harus dilaksanakan pelanggar dalam jangka waktu tertentu;

5. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan melakukan

pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang;

6. Apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum

melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab

melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk

melakukan pemulihan fungsi ruang; dan

7. Apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan

pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan

pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah atas beban pelanggar

dikemudian hari.

7.4.9 Denda Administratif

Sanksi ini dilakukan dengan:

1. Denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama

dengan pengenaan sanksi administratif sebesar 10 kali Nilai Jual Obyek Pajak

(NJOP).

2. Batas waktu pengenaan sanksi administratif secara berjenjang maksimal 90

(sembilan puluh) hari.

Page 59: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 59

3. Ketentuan sanksi lain, baik administratif maupun pidana mengacu pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7.5 KELEMBAGAAN PEMERINTAHAN

Perangkat pemerintah Kabupaten Bireuen adalah Kepala Daerah Kabupaten, Kepala

Wilayah Kecamatan, dan Kepala Desa/Kelurahan. Tugas Pemerintah Kabupaten

meliputi wewenang dan kebijaksanaan kegiatan pemerintah daerah, pemerintah umum,

pemerintahan desa, tugas pembantu, dan lain-lain sesuai dengan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat

Daerah.

Pemerintah Kabupaten Bireuen meskipun sudah sekitar 13 (tigabelas) tahun menjadi

Kabupaten tersendiri Dalam memenuhi fasilitas seperti kantor Bupati, sarana

perkantoran lainnya serta kantor-kantor Kecamatan termasuk 7 Kecamatan hasil

pemekaran sudah tersedia. Di bidang Pemerintahan, Kabupaten Bireuen dibagi dalam

17 Kecamatan, 75 Mukim dan 609 Desa (Gampong).

Untuk membantu pemerintahan daerah dalam melaksanakan wewenang dan tugas

daerah maka Pemerintahan Kabupaten Bireuen di bantu oleh unsur pelaksana

Pemerintah Kabupaten meliputi :

1. Dinas Pendidikan

2. Dinas Kesehatan

3. Dinas Pekerjaan Umum

4. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura

5. Dinas Perhubungan dan Pariwisata

6. Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan

7. Dinas Kehutanan dan Perkebunan

8. Dinas Kelautan dan Perikanan

9. Dinas Syariat Islam

10. Dinas Tenaga Kerja, Capil, dan KS

11. Dinas Kebersihan, Pertamanan, Lingkungan Hidup, & P. Kebakaran

12. Kantor Sosial

13. Kantor Pertambangan dan Energi

14. Kantor Pemuda dan Olahraga

15. Kantor Perpustakan dan Arsip Daerah

Page 60: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 60

16. Kantor Peternakan

17. Kantor Kesbang dan Politik

18. Kantor Satpol PP

19. Kantor Kecamatan

20. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Perempuan

21. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

22. Badan Pengelolaan Keuangan Daerah

23. Badan Kepegawaian Daerah dan Diklat

24. Inspektorat Daerah

25. RSUD

26. Seketariatan Daerah

Selain Dinas Pemerintahan, Kabupaten Bireuen memiliki unsur pelaksana Pemerintah

Kabupaten dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab dan kewenangannya, sebagian

perangkat pemerintahan daerah dalam wilayah kerja satu atau beberapa wilayah

Kecamatan dibawahnya.

7.6 KELEMBAGAAN BKPRD KABUPATEN BIREUEN

7.6.1 Profil BKPRD Kabupaten Bireuen

Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kabupaten Bireuen telah

dibentuk berdasarkan Keputusan Bupati nomor 352 tahun 2010 dengan landasan

hukum berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 . Bupai

dan Wakil Bupati berperan sebagai Penanggung jawab BKPRD, yang diketuai oleh

Sekretaris Daerah Kabupaten Bireuen dengan sekretaris dipimpin langsung oleh

Kepala Badan perencanaan pembangunan daerah (BAPPEDA) Bireuen sedangkan

anggotanya adalah SKPD Dinas terkait.

7.6.2 Tugas Dan Tanggung Jawab BKPRD Kabupaten Bireuen

Koordinasi penataan ruang provinsi telah diuraikan dalam penjabaran pasal Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 50/2009. Didalam pedoman tersebut, penegasan akan

tugas BKPRD diprioritaskan dalam 3 bagian, antara lain Perencanaan Tata Ruang,

Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang. Berikut ini penjelasan

lebih jelasnya sesuai alur pedoman yang terbaru

A. Perencanaan Tata Ruang

1. Mengkoordinasikan dan merumuskan penyusunan RTRW Kabupaten Bireuen .

Page 61: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 61

2. Memaduserasikan RPJP/M dengan RTRW Kabupaten Bireuen serta

mempertimbangkan pengarusuta-maan pembangunan berkelanjutan melalui

instrumen KLHS.

3. Mengintegrasikan, memaduserasikan, dan mengharmonisasikan RTRW

Kabupaten Bireuen dengan RTRWN, RTR Pulau/ Kepulauan, RTR Kawasan

Strategis Nasional, RTRW Provinsi, RTR Kawasan Strategis Provinsi, dan

RTRW Kab/Kota yang berbatasan.

4. Mensinergikan penyusunan RTRW Kabupaten Bireuen dengan Provinsi Aceh

dan antar Kabupaten/Kota yang berbatasan.

5. Mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi Raperda tentang RTRW Kabupaten

Bireuen kepada BKPRD Provinsi Aceh dan BKPRN.

6. Mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi RTRW Kabupaten Bireuen ke Provinsi

Aceh.

7. Mengoordinasikan proses penetapan RTRW Kabupaten.

8. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang.

B. Pemanfaatan Ruang

1. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan dalam

pemanfaatan ruang di Kabupaten, dan memberikan pengarahan serta saran

pemecahannya.

2. Memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan pemanfaatan

ruang Kabupaten.

3. Memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait rencana tata

ruang Kabupaten.

4. Menjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan pada jajaran pemerintah,

swasta, dan masyarakat.

5. Melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang antar Kabupaten.

6. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang.

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang

1. Mengoordinasikan penetapan arahan peraturan zonasi sistem Kabupaten.

2. Memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang kabupaten.

3. Melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disintensif dalam

pelaksanaan pemanfaatan ruang Kabupaten dengan provinsi dan dengan

Kabupaten/Kota terkait.

Page 62: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 62

4. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

penyelenggaraan penataan ruang.

5. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang untuk

menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan RTR.

6. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

7.6.3 Agenda Kerja Kelembagaan BKPRD Kabupaten Bireuen

1. BKPRD Kabupaten menyelenggarakan pertemuan paling sedikit 1 (satu) kali

dalam 3 (tiga) bulan untuk menghasilkan rekomendasi alternatif kebijakan

penataan ruang (Pasal 14 ayat 2).

2. BKPRD Kabupaten menyampaikan laporan pelaksanaan tugas BKPRD Kabupaten

dan rekomendasi secara berkala kepada Bupati/ (Pasal 14 ayat 3).

3. Bupati memerintahkan SKPD terkait untuk menindaklanjuti rekomendasi BKPRD

Kabupaten (Pasal 16).

4. Pembentukan BKPRD Kabupaten, Sekretariat BKPRD Kabupaten, dan Kelompok

Kerja ditetapkan dengan Keputusan Bupati (Pasal 22).

Berdasarkan ketentuan diatas maka Srtuktur BKPRD Kabupaten Bireuen sebagai

berikut dan SK-Bupati terlampirkan.

GAMBAR 7.3

Struktur Kelembagaan BKPRD Kabupaten Bireuen

Page 63: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 63

7.7 KELEMBAGAAN ADAT

7.7.1 Kelembagaan Mukim

Mukim adalah sebutan untuk satu wilayah kesatuan masyarakat hukum adat, yang

mempunyai batas-batas tertentu, memiliki perangkat dan simbol-simbol adat, hak-

hak pemilikan dan penguasaan atas suatu sumber daya dan prasarana serta

mempunyai tatanan sosial yang spesifik lokal. Mukim terdiri atas gabungan

beberapa Gampong yang mempunyai batas wilayah tertentu dan memiliki harta

kekayaan sendiri. Mukim berkedudukan langsung di bawah kecamatan/Sagoe Cut.

Ada lima unsur pokok dalam jenjang struktur kepemerintahan pada masa Kerajaan

Aceh yaitu : Sultan, Panglima Sagoe, Uleebalang, Imeum Mukim dan Keuchiek

Salah satu alasan dibentuknya mukim adalah karena kebutuhan skala ekonomis

dan beberapa persyaratan administrasi untuk melakukan suatu kegiatan. Pada

masa itu, wilayah teritorial mukim adalah seluas radius orientasi jangkauan mesjid

untuk shalat jum’at. Jumlah penduduk mukim berkisar antara 200 – 300 jiwa.

Mukim dipimpin oleh seorang Imeum Mukim, yang statusnya mengalami

perkembangan sebagai berikut:

1. Sebutan imam diperoleh dari perannya sebagai imam shalat Jum’at.

2. Dalam perkembangannya peran Imeum Mukim berkembang dalam sistem

pemerintahn formal dengan kedudukan diantara Uleebalang dan Keuchiek

(Kades).

3. Kemudian Imeuem Meukim lebih berspesialisasi dalam pemerintahan,

dengan sebutan lainnya dalah Imeum Adat. Sedangkan imam shalat Jum’at

disebut dengan Imeum Mesjid atau Teungku Imeum.

Unsur-unsur lembaga, seperti mukim, yang terdapat dalam masyarakat Aceh

adalah:

1. Tuha Peut atau Tuha Lapan: orang yang paling paham dan berpengalaman di

bidang adat, agama, dan kehidupan Gampong dan dapat menjadi petugas di

bidang tertentu.

2. Keujreun: pejabat pengatur tanaman pangan dan irigasi (Keujreun Blang) dan

pengatur pertambangan (Keujreun Meuih).

3. Panglima Kawom: kepala/kepemimpinan suatu keluarga besar.

4. Panglima Lhok/Laot: pejabat koordinator kegiatan mata pencaharian di laut

5. Petua Seunebok: pejabat pengatur sistem perladangan dan pembukaan lading

baru.

Page 64: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 64

6. Pawang Glee: Pejabat pengatur pemanfaatan areal hutan dan penjaga ekologi

hutan.

7. Raja Kuala : Pejabat pengatur tambatan perahu dan pukat di muara.

8. Haria Peukan : Pejabat pengelola pasar/pengutip retribusi pasar.

Sebagai lembaga masyarakat, mukim dapat dikembangkan secara bertahap, yaitu

dengan cara dikembangkan menjadi lebih terorganisasi dan dibina menjadi lebih

mandiri. Untuk menjalankan hal tersebut, maka hal yang penting adalah

memberdayakan Imeum Mukim untuk: (a) Meningkatkan fungsi mukim sebagai

suatu kesatuan masyarakat; (b) Menata lembaga-lembaga kelengkapan mukim dan

mengefektifkan peran dan fungsinya seperti Majelis Musyawarah Mukim dan

Rapat Adat Mukim; (c) Mengelola harta kekayaan dan pendapatan mukim untuk

kepentingan masyarakat.

GAMBAR 7.4

Struktur Kelembagaan Mukim Kabupaten Bireuen

Page 65: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 65

Kelembagaan pemerintah, adat dan agama pada tingkat mukim terdiri atas

lembaga-lembaga sebagai berikut:

• Dewan Penasehat Mukim (DPM) merupakan lembaga tertinggi di wilayah

mukim dan memiliki kedudukan, tugas, dan fungsi sebagai penasihat mukim.

• Dewan Ulama Mukim terdiri dari Imeum Chik, Tengku Dayah, tengku Dayah

Chik, Tuha Peut/Tuha Lapan Mukim. Dewan ulama mukim merupakan badan

konsultatif Imeum Mukim bidang pemerintahan, pelaksanaan syariat dan adat

istiadat.

• Tuha Peut/Tuha Lapan Mukim merupakan lembaga independen yang bertugas

mengawasi jalannya pemerintahan mukim. Tuha Peut/Tuha Lapan Mukim

merupakan Dewan Legislatif Mukim, hanya saja anggota-anggotanya tidak

dipilih melalui pemilihan umum.

• Perangkat Mukim, pemerintahan mukim terdiri dari imeum mukim dan

perangkat mukim. Perangkat mukim terdiri dari unsur pelayanan (sekretariat

mukim dan tata usaha), unsur pelaksana teknis (panglima laot, pawang

uteun/glee, syahbanda), dan unsur wilayah (geuchik).

7.7.2 Kelembagaan Gampong

Gampong adalah kesatuan msyarakat hukum yang merupakan organisasi

pemerintahan terendah langsung di bawah mukim yang dipimpin oleh Keuchik.

Kelembagaan pemerintah, adat dan agama pada tingkat Gampong terdiri atas

lembagalembaga sebagai berikut:

1. Dewan Penasehat Gampong

2. Geuchik

3. Imeum Meunasah

4. Tuha Peut/Tuha Lapan Gampong

5. Teungku Rangkang/Dayah

6. Sekretariat Gampong

7. Keujreun Blang/Peutua Seuneubok/Panglima Glee/Panglima Uteun/Panglima

Laot/

8. Panglima Lhok.

Setiap desa memiliki satu meusanah atau lebih yang berfungsi sebagai tempat

ibadah, pusat komunikasi dan informasi, balai musyawarah, tempat penyelesaian

perkara, dan pusat kegiatan-kegiatan lainnya.

Page 66: BAB VII PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG.pdf

RTRW Kabupaten Bireuen 2012-2032 MATERI

TEKNIS

Laporan Akhir VII- 66

GAMBAR 7.5

Struktur Kelembagaan Gampong

Kabupaten Bireuen