51

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian yang dilakukan

mengenai pengaruh penggunaan arang sisa pembakaran ampas tebu sebagai

substitusi sebagian pasir terhadap campuran mortar dengan bahan tambah fly ash

untuk pembuatan batako, adalah sebagai berikut.

1. Kuat tekan tertinggi pada umur 28 hari terjadi pada batako dengan variasi 20%

sebesar 44,3289 Kgf/cm2 dengan kenaikan sebesar 8,14% dari batako normal.

Kuat tekan tertinggi pada umur 56 hari terjadi pada batako dengan variasi

arang 20% sebesar 51,9870 Kgf/cm2 namun masih berada dibawah kuat tekan

normal dengan penurunan kekuatan 2,94% dari batako normal. Dari hasil

pengujian kuat tekan dapat disimpulkan bahwa batako dengan variasi arang

20% masuk kedalam mutu bata beton III dan batako dengan variasi arang

10%, 30%, 40% dan 50% masuk kedalam mutu bata beton IV sesuai dengan

SNI 03-0349-1989.

2. Penggunaan arang sisa pembakaran ampas tebu dapat meningkatkan daya

serap air. Sehingga dari hasil penelitian, semua benda uji dengan variasi arang

memiliki tingkat daya serap air diatas benda uji normal, namun daya serap air

semua benda uji masih masuk dalam syarat daya serap air pada batako yakni

25%-35% menurut PUBI 1982 dan SNI 03-0349-1989.

52

3. Berat volume batako dengan bahan substitusi arang sisa pembakaran ampas

tebu mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya umur batako. Besar

pengurangan tertinggi berat volume didapat pada batako umur 56 hari dengan

variasi arang 50% sebesar 13,76% dibanding batako normal.

4. Jika dilihat dari sisi ekonomi dari hasil yang didapat pada penelitian ini, dalam

pembuatannya batako dengan penggunaan arang sisa pembakaran ampas tebu

dapat mengurangi biaya produksi. Bahan limbah yang kurang dimanfaatkan

dapat mengurangi harga bahan baku serta mutu yang dihasilkan tidak jauh

berbeda dengan batako dengan penggunaan pasir sepenuhnya.

6.2 Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini menggunakan arang sisa pembakaran ampas tebu sebagai bahan

substitusi sebagian pasir pada pembutan batako dengan bahan tambah pozolan

fly ash 10%, untuk penelitian selanjutnya mungkin dapat dilakukan dengan

penggunaan pozolan lain dan pengaplikasian kedalam bentuk lain selain

batako sehingga dapat menambah referensi dari penelitian penggunaan arang

sisa pembakaran ampas tebu ini.

2. Penggunaan bahan lain dari sisa pembakaran ampas tebu selain arang, seperti

terak ketel dan tetes tebu memberikan kemungkinan untuk penelitian lebih

jauh. Penggunaan limbah menjadi bahan campuran untuk struktur dapat

53

menjadi solusi keterbatasan bahan susun serta inovasi dalam pengembangan

didunia konstruksi.

3. Dalam pembuatan benda uji diharapkan memperhatikan kekonsistenan adukan

dan pemadatan benda uji, serta memperhatikan perawatan benda uji agar

benda uji yang dihasilkan dapat maksimal.

54

DAFTAR PUSTAKA

Andoyo, 2006, Pengaruh Penggunaan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat

Tekan Dan Serapan Air Pada Mortar, Laporan Penelitian Universitas

Negeri Semarang, Semarang.

Anwar, S., Ampas Tebu, Diakses Tanggal 28 Februari 2013 Pukul 17.05,

http://bioindustri.blogspot.com/2008/04/ampas-tebu.html,

Dwiputra, S., 2012, Pengaruh Penggunaan Limbah Bubur Kertas Dan Flay Ash

Terhadap Kuat Tekan Dan Serapan Air Pada Batako Papercrete. Laporan

Penelitian Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Enggarwati, P.T., 2011, Pemanfaatan Limbah (Sekam Padi Dan Sabut Kelapa)

Sebagai Isian Batako (Bata Beton) Ramah Lingkungan, Laporan

Penelitian Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Surabaya.

Handayani, N., 2011, Analisis Mutu Batako Dengan Penambahan Limbah Serat

Ijuk Dan Pengurangan Sebagian Pasir Untuk Campuran Batako, Laporan

Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Laintarawan, I.P., Widnyana, I.N.S. dan Artana, I.W., 2009, Konstruksi Beton,

Bali.

Mardiono, 2011, Pengaruh Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) Dalam Beton

Mut Tinggi, Laporan Penelitian Universitas Gunadarma, Jakarta.

Mislan, 2010, Pemanfaatan Limbah Batu Bara, Kulit Kerang Dan Abu Sekam

Padi Sebagai Bahan Substitusi Semen Dan Pasir Dalam Pembuatan

Batako, Laporan Penelitian Universitas Sumatra Utara, Medan.

Nji, L.T., Fly Ash : Overview, Diakses Tanggal 16 September 2013 Pukul 15.40,

http://lauwtjunnji.weebly.com/fly-ash--overview.html.

PBI 1971, 1979, Peraturan Beton Bertulang Indonesia, Direktorat Penyelidikan

Masalah Bangunan, Bandung.

PUBI 1982, Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan- Bahan Bangunan Indonesia.

Pradita, S., Kurniawandy, A. Dan Djauhari, Z., Pemanfaatan Abu Dasar (Bottom

Ash) Sebagai Bahan Substitusi Pasir Pada Beton Mutu Normal, Laporan

Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru.

55

Sari, D.T., 2010, Pembuatan Dan Karakterisasi Batako Menggunakan Abu

Tandan Kosong Kelapa Sawit, Laporan Penelitian Universitas Sumatra

Utara, Medan.

SNI 03-0349-1989, Bata Beton Untuk Pasangan Dinding, Badan Standarisasi

Nasional.

SNI 03-6821-2002, Agregat Ringan Untuk Batu Cetak Beton Pasangan Dinding,

Badan Standarisasi Nasional.

SNI 15-0302-2004, 2004, Semen Portland Pozolan, Badan Standarisasi Nasional.

SNI 15-2049-2004, 2004, Semen Portland, Badan Standarisasi Nasional.

SNI 15-3758-2004, 2004, Semen Portland Masonry, Badan Standarisasi Nasional.

SNI 15-7064-2004, 2004, Semen Portland Komposit, Badan Standarisasi

Nasional.

Supribadi, 1986, Ilmu Bangunan Gedung, Penerbit : Armico, Bandung.

Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Penerbit: Nafigiri, Yogyakarta.

Wibowo, N., Hatmoko, J.T. dan Wigroho, H.Y., 2006, Pengembangan Alat

Pengolahan Limbah Abu Ampas Tebu Menjadi Pozolan, Jurnal Teknik

Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Volume 6 No. 2, pp. 124-136

LAMPIRAN

LAMPIRAN IHAL. 56

CIol)a0tr

IDF(lo

Eq

GI

M

o <> o t\ raF-rn

()a ct\*cno\

!

(.l

"{GI('!

s o o otfl\or

\oN6t

cho\

$c"r

\o\o :t

uJ

F(,EI*,()

z()z&m

ahl

z

ltt^6d

o)U'

0)a

sQ

-9q

oO oe o o\o\o\

F00o\

rnN$

o\o\ e \o

\o o I

r€Hefi.,Eh.r $

F

o o a o(\ rn

l-rr1

osoo\

+cno\

oo I

Galtsa-otrFEEgo

nat^.1

o o €> c{ inF-!n o

00c)q\

tcv'to\

o()o I

ql

cl^Etr'flE-ooclvc,o

(> o o ctl\olr1

\oNN

o\o\:fc4

\o\o€-

HF10 Eb

.lt v6l

=laxHSb-bOF

F-rrnot\$

oF$

o\tf

(\ltq?tl

$trlF-

F-in$t\qo*

o\{i??n

ratQt

trl6lbo.Ea8E€b0E-oe

FF*in

oFtfoFt$

at (n

?r)

t-o\(\lr,-|o\6l

oos6l

rftC-6t

c\Icrl

xalYAOEIo'tr7"3=t+ra

3.E

E€(n

Itoz

Foz

oca

oz

oinoz

eoC'z

ooolCJz

zor

tsatst

Fltt2t?

(ooI83o- ri*6gT6$tBsb+Ex!oFl&ROlo .=roE(o=htz!-(O rr>r t\8b>Ttrf$F-ct eI

=sSdFF.oFt0o-

tf:48ft?aXEi5nE

i*E* BEFO.3ilrfi<I trl-O=

gEE

=d.5

'----lII

UNIVEREITAS ATUA JAYA YOGYAKARTA

Fakultas Teknik Program Studi Teknik SipilLabciiatiirium Tiahsportaei

Jl. Babarsari No.44 Yogyakarta is2gl lndonesia Kotak pos 1086

: Pasir (Kali Progo)

Arang (Pabrik Gula Madukismo)

:25 - 26Mei

PEMERIKSAAi\i

BERAT JENIS & PNNYERAPAN AGREGAT HALUS DAN

. ARANG SISA PEMBAKARAN AMPAS TEBU

Yogyakarta,

Mengetahui

LAMPIRANI2HAL.57

Diperiksa

Pemeriksaan Prsir AningA Berat Contoh Jenuh Kering permukaan (SSn) 500 200

B Berat Labu + Contoh (SSDI+ Air r021 812

C Berat Labu + Air 709 718

D Berat Contoh Kering 497 197

E Berat Jenis Bulk = (?)(C+A-B) 2,73A9 l,g5g5

F

Berat Jenis Jenuh Kering pennukaan

(SSD) _ U)(C+A-B)

2,7473 l,8g6g

G Berat Jenis Semu (Apparent) = C;$, 2,7765 l,9126

H Penyerapan (Apparent) = ({;,')

x 100%(D) 0,6036 1,5229

Ir. JF. Soeandrijanie Linggo, MT

b0 b0 00 00 boM14VVg h0 b0 h0 00 0t)XVM14Mb0 0I) o0 ca o0 0l)T4MV EVV

clH

o'.sl

&

)\oo\e0al>!E\oo\c>

ll)o)J.Jiclc)J(aclLGI

arlbltq)€clooci

o)aoooclot)G'oo)

U)

:$ ._Rr t' 'F .-Es;'+-B HEcE€*"E: i:Eg.Hi,ixHgE.H

-incl al cl atlE,g,c-c5333I 5 I g

= 3 El 5 rr.o-o3.o)1rD0ro0')llJJlJlJ xEtsHtiroLLLEC\q)rDooO3"o3.o-

d t"F .-Es;'F-gHE*--oxc9zl-B; ) 5:icXvXg.h LirxH E.E.H

clclct(sal9959F = = I rrs.o-o-o)1(l) lD lD lD fJiJaJaJJxHHHtlrcKKLEO\rD|I)o(l)o5-o3.o-

c.t.$ o\ t\ t\x'tRsgd\tdddci€oF\t\a-$rrnoo1r.)r..ldO\F|.)u.)oO€F\rd Ct\

oU-as .Hs E B .!s 3ilHff€Tfr 3gE€tE

il

C'a)E

:=, :g€sRbYOXXEFFFLo!r*.EtrG"o€l - -gxc:-dd

^HCif to 3'\o .go

EE€E Eod-Ed E*.ci-gaotrtE!'5Eid.n .4ll rr cre;g

J-)cl=O.d3e€ld((l:= :=. u)' 5' 'dcB cl !rlIE!aFEE5"OFEEoo{roEEoo

c?)

h

\ot-.d

-ctt,

OO-oo<>ooo

F"11 a*lXxptumilil

c"l a'tEE

fiil

Glcn\Ord€F- \O OO frt tf, t\('\q-1 c! \f'LOc.)u1=orf-Oanv^i,.l

^I-O-L6dtg9!rtraua-ll=cl9-

x.$E* 'EBt,.ItsFFlB T I E".iE8dt€ Kg

H--oooltoofiil1r ililil

Ha-i F *eE E E! E 'A'3=.=':tP=(ltGtEdd9q"d't'rc=5=iqracc€€€ Hh € 3-8-}z',YJljiJoc)HtiiiI H EEbbbE b E=odd> 6 I I<tri eci d -.:.i

C'T

E

€€rno^Qlt

anE

{nc?ta{ooolt

.€c'f €^ o-oc'-\ooo\

Nhrflr+€gO\'.- -:, H t\ oO O c{-€)cO(\lC\

cq ai c.t fn coEEEEEb-bbbbvMvv14

ttrETEogE==.eo

Fxxx*x

H-ll'lH"ll"lH =ll

lt

0claq)

E

Ioo)o

Eox

il

i)

6)att

{,E

Hct

3::$o8+13

O l&l ..i+E

F? 3 ;^; a c)3: {r E

EHgoo^E Eb A b; ooO | tr

HFEgEEE $gQbv2v2oaaE

EE*s5g.$ Ee

-.!.-

LAMPIRAN 3

HAL. 59

Proporsi campuran-untuk batako (3 batako 2g hafi + 3 bdako j6 hari )

variasi kerak terhadapvolume pasir

Beratsemen(Kg)

BeratArang (Kg)

BeratPasir(Kg)

Berat Air(Ks)

FLYASH(Kg)

V/o 15.573 0 109,054 7.787 0

lAo/o r4.016 8,950 e8.148 7.787 1.557

20o/o 14.016 17,900 87.243 7.787 1.s57

3A% 14.016 26.849 76,338 7,787 1.557

4ff/o 14.016 3s.799 65432 7.787 1.557

50% 14.016 44,749 54,527 7-787 1.557

Toal 85-654 134.247 490.741 46"720 7.787

Proporsi campuran untuk kubus ( 28 hari )

variasi kerak terhadapvolume pasir

Beratsemen(Ke)

Beratamn!(Kg)

BeratPasir(Ke)

Berat Air(Kg)

FLYASH(Ke)

ff/o 0973 0 6,816 0,487 0

l09o 0,8?6 0,559 6,134 0,487 0,097

20/o 0,876 l,l l9 5,453 0,487 0,097

3V/o 0,876 1,679 4,771 oA87 01097

40o/o 0,876 2,237 4,090 0,487 4,091

SV/o 0,876 2,797 3,408 0,49? 4,097Total 5,353 8,390 34,671 2,920 0,487

variasi kerak terhadapvolume pasir

Beratsemen(Ke)

BeratAmng(Kg)

BeratPasir(Ke)

Berat Air(Ke)

FLYASH(Ke)

0o/o 16-547 0 I r5.869 8.273 0l0o/o 14,892 9.509 104.283 82t3 1.655

20Vo t4.892 19.018 92,696 8,273 l-6551$o/n 14.892 28,527 8l^109 8,273 1,655

4ff/o 14.892 38,037 69.522 8,273 r.655SU/o t4.892 {t-s46 s7.935 8,273 1.655Total 91.00? 142.637 sztA13 49.ilO 8,273

LAMPIRAN 4HAL.60

\t

cl!

€NoJIE(!a

lE.!gEJEla-(,l,l--sEIJYt!3Y

o!oor(nc,sf

ctro){\o(taY)

('r00(\rtl+ri

ro6IttF{io(n

st+It(ogrN

6o(o(\.(vt

FI*rJ1Nfl\f

N

cirt

Cfoc)qro(\t

oolnNGrt.\I

u'c'rGI€rn(n

eI,)

^lrl(o0.1

ot)N

Nrn

oo(o(vt

$

(De('tFI(o(?l

Ftao€orft

()rnnlro

N

ooo4sf6l

or.tdr6N

€NN(o{n(r)

lf6FI(ndtvt

xtuE'-Ego

CO

c)ooFFl

o(tFtrnc{

octroc{

ct6Ir{C)oinFtF{

c)o(rtlfFl

C)rnrflf

C)tnoctl\,l

ort|aFF{

ooaF{

orn0Fl

C'(froiiF{

(to^lNFl

()rnro6

oo6or

oanlr)F{F{

orrtrntY!Fl

oo(ot

rnE()

BO

ocJ

Ea!oco

rograoo

lttrc'clor

NolftglF{

6orFFl

F{cDc'ri0

tforroH

(oot\so(oifsFI

FtN(nof{

tisf6oqFl

rn(\lrforF{

F(\lNorFl

roNrnorFl

F{(nto)F{

o'trfrnO)

oNo6j

r0ol€hFl

rnItC)6.i

(n

+Frl

rnFtoqr{

rnN6(oF{

(t)f{o@.Fl

FNo!(o.;

rnFI

.g(!

&tE=oCO

rld!rniFl

rt€rlF{

oFtrnrl

ctornFl

lft)tod

NriIttFl

(\lrornF{

c)

rnFl

qu'lF{

(orntd

rorftrl

6rn.f.F'l

o('IFl

tfc!rftc,l

(ori(nG{

ro

tnF{

€F(nd

rf(n

E{J

cl!3J3

b0b0c

OrorFl

(no^l

Fto6l

olgl

qoAl

F{('(\()oN

NC't\l

()oGl

qo(\l

qoN

q0r\

€CNFl

qoN

e()GI

F{

ciGl

No6l

C'rorFl

t!,o-9

NoFl

o)gr

l\loFl

qC)F{

qoF{

qoF{

qoF{

oor{

ooFl

F{(tFt

FactF{

Flod

or('r

qoF{

qoFl

r{oF{

odG{

()o'Fl

a0croc'|!o-

aorto(trt

(\{e€

oort

c,dq}

orOt(n

ooIt

qorl

CN

orm

qo!i

ctoqfoolf

qoIt

0ot

qot?

morf

G1

oIt.!(f$

(Erct -o)J6

zo 6 N6 tflo sf

!o r'l!o

vttg

luao Io

F{

I()N

aolttsorf

Iolj'l

oz N (n ri m €

(o€3830. li6E9+ONE tijb+ExrtUr- l!

ROEE(EtEs!r(!r>r t\8b>Ttlf\fFdry

=EgdhF-oF(uo.?

trT:48ft?aXEi

IEE* BEFq.,ilrfgHE

LAMPIRAN 5

HAL.61

'c(gT(ornoJIElltco

log&E-vEssrg(o3Y

rttotornantl

@lf

N(n

I€or

rtt

{6l(nma(n

(nFII'}or'lm

(oo)or{\l

r0olf\(Y!rn

rtc)6rr!(Ylrft

lnolorqo('l

or(t)

G:}(t

gru'totftf'(Y)

ocnctrrnNrJ1

orn(nF{ln

sfoI,lCDgr(n

{<tFI

d(n(oq)€N

rnq<f\f

$(v)q$(n

€()oNcdN

roFJN

FIan

xl!E6Eg!-oo

orjlrnFlt1

croNNt\I

C}tt!rn(D

c)C)!tN

o(tortvt

Ior(YtFl

orn6lrlN

(trnrJloN

oo ornrftclF{

ooGlr.Or.{

C)ortttfF{

c)rnNFtd

ernOrFFl

ornFrvlFl

ortl6roFl

otnrfc{F{

oo(\l(YtFl

(nE(J

b0

oE

6l!oro

F{rn€c{

r{rorn00

6fi1$or

FlF{

Ft

(f!F{Nro

o0(og'lut

l\losfooF{

Ftr{FlsF{

l\l^loq!l.t

FlsoqF{

rom(n€d

3lne.Fl

r0c,torFt

Norngrc{

roc)tfolFl

oor!f\F{

(o€)00

rolrter-l

gr6rttFI

romorqF{

ct6rrtFl

l"'fr1rl,Gl

ro6@ulFI

(tca(ou!Fl

lot!&cE=oco

Oo)rtd

tnlrnr{

oFlu;Ft

oFluiFl

r0{\lrn

c)tnrn

€qrrt

6rclrn

@r0tnd

a(n{F{

€N$

oanl}

0t\|(nrl

oorfanFt

t(oNFl

c)(\|anFl

()s!l\tr,l

€F{(nF{

E(JEt!I.

-gf

EOu0c

o(Yt

ctN

oot('rF{

C'rooiFl

ocrct(\l

oNci(\I

oqC)N

CIctc,r\l

oF{

C)

^l

oc{()N

e(\lot\l

oo!orr'l

om€tN

C'qoGl

ooqortFt

C'€oiF{

ooctN

e()N

eqaN

|ottIq(>

rj'loFl

ooF{

qo

d!oFl

.{oFt

F{

GJFl

qoFt

()0c{

FlctF{

qo 6

CN

FlciF{

qo

FtdF{

doFl

FlctF{

tvto

a!ct!cl!a

F{

cirtr.r'l

ctsflnd!f

Nc'ri

qosf

qoIt

()orf

ootocirf

(t'toa

(f}ot

(vlctlf

d!o<f

Nctri

()ctrt

octlf

Nc)It

rfC'€

19'lct .-oJ6

z6 Fl6 Nco

(n6 t

aolttGO

vt.El!

!e(f8oFl

aoNxe(n

*ortxo|a

oz .\t rr1 <f tn ro

(ooP

$3

s3.q CTgsoEx:IEFlrRFLt .=roE(u=Es-li F(Er>r t\8b>Tf!ittNciq

=sSdhF-oFru6?

tr<'= 6F.=rx?a

EEE

iEEr sEl-O. I(rtslf.,-'e v,<5 =l-O=bF.E

s$E

a

LAMPIRAN 6HAL.62

a36 hcp FeotA

cn

rtF{

ol.g

utrn(ti

sNN

gr0('glt\

rl{n

Elo:E6Nacr!ct(!ott)

c^l!\O

fr=o.tl

(0

(vtFt

l\IqriFt

adr.{

FtFl(oel

€rttrn

ro(n(oG{

(t€cd

r0qoN

C'octGl

NNN

rfF{

riN

ortil\l

&+(ttvt

ln€€N

sf(no(n

IttrtlFl(n

(oft!N{n

Itt(\t

rn

(n(\IFll\t

()GI

F{dN

groN

€oN

lnq(\l

F{rlGl

F{FlN

r0F{t\

rfc,6l

rrtoN

oqN

F{grt{

F{o!

(not+{

rnorFl

anooF{

t\lo)Fl

^l

r€l6

qtoor{

cfoFl

6 @(o

rl6r'l

ro

F{

€Fl

roroFl

€qF{

l\q (orfF.t

oorf.i

€lf

6ar{

rlFl

(oaFl

iigrF{

l\orF{

tor.l.

(tor.j

qior.i

ooF{

t6o)

tctrFl

ao)

osrl

.T€Fl

(o\Fl

o(orl

o(ort

a\lro

'ioI\ rg

ro(\l

5l!ttEoco

26 o No rt)6 \td

rn6

ll{g

(Exo ao

F{

aoN

so(naosf

som

oz Fl (\ (n cf in ro

E3

-$pE E 5s IggE€}

3 FE$g

tgE$e3 E E FF

ECEI$3'iJ^Bg

s-:$

LAMPIRAN 7

HAL. 63c(!O)

lDrovo)vt\ll.sl#olcEl#st:EInt vlJI

tfvF-(f)

LAtUC\ldEe5U\se:l3

9r99!oC)q,o)o(a(\lqQloF-@(f)oNer*- r- ; F- cj c"t cj crj e.i ;v(/ltfd)sl(frc.r(Y)ttr-v

v,(sdzEii5voo

qu?ololl-orIr.-9:FgFEseFsi

66'-'aEeEsizoo

E€frqqq8EXS9gs!?NL{qisd(('66Hioni66idtdFFFFFFFFFF

t! orovm-Q t4 (..) .-t t-r -) (-.r {-.} n f1909(Y)0o(oNu-r$oost\q\n\tr1qtoto\dc{ N N e.,i F.i Gi tt,i r\i r-,i c..;

5)go(l-^Ev(s'EFE(/lv(U:f,J

FFFgHHHHHHeNh\hhhhh\

(]l -1{J, Elg F,l EEEEEBEEEE

F(o R&ffi&K&KKRffi

'3oorF

{\ (\ cv (\ f\ (\ (\l (\ (\ c{:5-\:5=-<st=EEEEEEEEEE

t!3socDF

FFFFFFFFFF

FEFNFFFNFF

===F=:8555

oz FC\l(').rirt)(OXOOT$

c(scJ(',caog(tr

c!

c!Lo)co-:F,.oot{o,

(!(t)otc,cEAETc.i6cfbsCDFv iiit

+"€Gs€g6r*E(tr_o(!?E(!C6E-gOv6g-ojFNs-EqhEgtfrdl;i !t

-(6o$*(D(oF

ffi6p6E1c8E^;c(?,= tuwE:O)- O)e.b 5cr'36 0cr) o) uJc'f, 4-o'' -v3 EG'{,t(UE'jgEg

h.L otru 'e (tr \{

SASE,6.0,4

'ti,$;-i,iP\-*:;''

F:<t0zYUJl-t::v2

r=3ct26tu :)o. FJl!;;\AaJ- O-

!nmri-5

F9strs)n9rl .: .u- d'' .li>EE3EiNJ-\dlKOt:

Hlt

$ll

sll

lllEll

Fli_ ltxlle{ llcf,lo.l,pll>ll*tcl=I

LD

5I\?

oI

0|I

o.YII

cV-ol-0E0

I

o'liop .Q-

EgrDggs0.i

gst$

;.bEF €DE}65S