BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf ·...

26
138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat pada Bab V yaitu, konsep from nature to nature yang sesuai dengan prinsip prinsip green architecture itu sendiri sehingga dapat menunjang kegiatan dari Pusat Budidaya Terumbu Karang ini. 6.2 Hasil Rancangan Tapak 6.2.1 Pola Tatanan Massa Pola tatanan massa pada Pusat Budidaya Terumbu Karang ini adalah linear, dengan membagi 2 zona yang berada di laut dan di darat. Massa bangunan yang berada di laut terdiri dari area wisata dan perdagangan . sedangkan area darat terdiri dari area pendidikan. pengelola, penelitian, dan budidaya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam kegiatan konservasi yang merupakan kegiatan utama dari pusat budidaya terumbu karang. Pembagian zona laut dan darat ini di pilih untuk lebih memaksimalkan potensi dari perletakan massa. Sehingga dapat dapat memaksimalkan fungsi dari bangunan dengan baik.

Transcript of BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf ·...

Page 1: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

138

BAB VI

HASIL RANCANGAN

6.1. Dasar Rancangan

Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat

pada Bab V yaitu, konsep from nature to nature yang sesuai dengan prinsip

prinsip green architecture itu sendiri sehingga dapat menunjang kegiatan dari

Pusat Budidaya Terumbu Karang ini.

6.2 Hasil Rancangan Tapak

6.2.1 Pola Tatanan Massa

Pola tatanan massa pada Pusat Budidaya Terumbu Karang ini adalah linear,

dengan membagi 2 zona yang berada di laut dan di darat. Massa bangunan yang

berada di laut terdiri dari area wisata dan perdagangan . sedangkan area darat

terdiri dari area pendidikan. pengelola, penelitian, dan budidaya. Hal ini bertujuan

untuk memudahkan dalam kegiatan konservasi yang merupakan kegiatan utama

dari pusat budidaya terumbu karang. Pembagian zona laut dan darat ini di pilih

untuk lebih memaksimalkan potensi dari perletakan massa. Sehingga dapat dapat

memaksimalkan fungsi dari bangunan dengan baik.

Page 2: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

139

Gambar 6.1 Zoning tapak

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

6.2.2. Aksesibilitas dan Sirkulasi

Aksesibilitas pada tapak dibagi menjadi 3 akses, yaitu akses untuk

kendaraan roda empat, kendaraan roda dua dan pejalan kaki. Kondisi ini

dipengaruhi oleh bentu tapak yang memanjang dan berkontur. Sehingga kondisi

ini dapat dimanfaatkan sebagai solusi aksesibilitas. Tapak hanya bisa dicapai dari

satu arah(selatan) yang berbatasan langsung dengan jalan deandles. Meletakkan

plaza pada area depan akan memberi kesan terbuka pada tapak. Sehingga orang

akan lebih tertarik untuk masuk ke dalam tapak.

Page 3: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

140

Gambar 6.2 Aksesibilitas dan Sirkulasi tapak

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 4: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

141

6.2.3 Pemanfaatan Potensi Tapak

6.2.3.1 Vegetasi

Vegetasi yang digunakan dalam tapak tidak mengalami perubahan sesuai

dengan konsep. Beberapa jenis vegetasi yang digunakan pada tapak adalah

sebagai berikut:

1. Vegetasi peneduh yang diletakkan pada area-area dimana banyak direncanakan

sebagai tempat orang berkumpul dan di sepanjang sirkulasi area laut untuk

memberi kenyamanan user dalam pencapaian. Vegetasi yang digunakan adalah

pohon mimba, pemilihan vegetasi ini di karenakan vegetasi ini sudah terdapat

pada tapak. Vegetasi ini diletakkan di area plasa, parkir, dan dermaga.

2. Vegetasi penghias diletakkan juga di daerah sirkulasi pengguna, sehingga

ketika proses berjalan pengguna merasa nyaman dan senang dengan keindahan

pada tatanan lansekap. Vegetasi yang digunakan adalah sansivera, agave, iris, dan

lain lain.

3. Vegetasi pengarah diletakan pada sirkulasi kendaraan roda dua dan empat

sehingga lebih memudahan pengguna dalam mengases dengan kendaraan.

Vegetasi yang digunaan adalah vegetasi pohon kelapa.

4. Vegetasi pengokoh tapak diletakkan di antara area darat dan area laut. Vegetasi

ini dapat membuat kondisi tanah lebih stabil dar ancaman abrasi. Vegetasi yang

digunakan adalah mangrove. Vegetasi ini dipilih karena tidak jauh dari tapak

vegetasi ini telah tumbuh. Sehingga selain dapat berguna pada tapak juga terdapat

unsur pelestarian di dalamnya.

Page 5: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

142

Gambar 6.3 Vegetasi tapak

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

6.2.3.2. Angin

Kondisi angin yang cukup kuat pada area laut dan menjadi potensi dan

masalah. Menjadi masalah arena hal ini aan memberi beban angin pada bangunan

dan menjadi potensi karena kondisi ini dimanfaatkan sebagai energi alternatif

tapak sehingga sehingga konsumsi energi dari PLN akan lebih berkurang.

Page 6: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

143

Gambar 6.4 Angin tapak

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 7: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

144

6.2.3.3. View

View laut pada tapa dapat dijadikan sebagai potensi pada tapak. Karena

pemandangan yang tercipta dari laut akan memberi nuansa berbeda. Sehingga aan

menjadi daya tarik bagi pengguna untuk Pusat Budidaya terumbu karang.

Gambar 6.5 View keluar tapak

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 8: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

145

6.2.4 Pencahayaan dan Penghawaan

6.2.4.1 Pencahayaan

Pencahayaan pada Pusat Budidaya Terumbu arang ini terbagi menjadi dua

yaitu pencahayaan alami dan buatan. pencahayan alami didapat melalui jendela,

ventilasi serta void. Untuk mengurangi radiasi matahari dirancang layering

bangunan menggunakan material kaca film sehinnga radiasi dapat tertahan namun

cahaya yang di butuhan dapat masu ke dalam bangunan. , upaya lain juga

dilakukan dengan menggunakan jalusi dan kanopi pada bangunan Selain hal

tersebut pencahayan pada bangunan dapat dilaikukan beberapa cara,yaitu sebagai

berikut:

1. Bangunan didesain tansparan di sisi timur yang merupaan arah datang dari sinar

mtahari pagi hari. Sedangkan sisi barat menggunakan beberapa bukaan yang

diperlukan saja seperti pada bangunan utama.

2. membuka dua sisi bangunan, yaitu dari arah selatan dan utara. Sehingga cahaya

dapat masuk ke dalam bangunan secara tidak langsung seperti pada restoran

apung.

3. Untuk ruang-ruang yang tidak memungkinkan mendapat cahaya matahari dari

sisi

dinding, maka dilakukan penangkapan cahaya dengan sistem toplighting yaitu

seperti pada toko souvenir

3. Merancang vertikal garden sebagai shading cahaya untuk mengurangi silau dari

sinar matahari dan memberi kesan sejuk pada bangunan.

Page 9: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

146

Gambar 6.6 Pencahayaan alami pada main building

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 10: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

147

Gambar 6.7 Pencahayaan alami pada toko souvenir

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Gambar 6.8 pencahayaan alami pada restoran apung

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 11: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

148

Gambar 6.9 Pencahayaan alami pada masjid

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Pencahayaan yang kedua adalah pencahayan buatan, pencahayaan ini

dipakai apabila cahaya alami sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, yaitu pada

waktu malam hari dan cuaca mendung. Untuk melakukan penghemetan energi

Page 12: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

149

sebagai upaya konservasi energi maka sumber energi tidak hanya dari PLN tapi

juga dari energi alternatif (wind turbine dan solar cell)

6.2.4.2 Penghawaan

Penghawaan dalam bangunan didominasi menggunakan penghawaan

alami yaitu dengan menggunakan jendela, ventilasi, dan void. Kondisi ini juga

ditambah dengan pemakaian roof garden pada beberapa bangunan sehingga

membuat rungan yang berada di bawahnya menjadi lebih sejuk. Ruang yang

menggunakan penghawaan buatan adalah ruang auditorium yang menggunakan

sistem akustik sehingga tidak memungkinkan membuka jendela dan ruanhg

laboratorium agar alat laboratorium lebih steril.

Page 13: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

150

Gambar 6.10 penghawaan alami pada main building

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 14: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

151

Gambar 6.11 penghawaan alami pada toko souvenir

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Gambar 6.12 penghawaan alami pada restoran apung

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 15: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

152

Gambar 6.13 penghawaan alami pada masjid

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

6.3. Hasil Rancangan Ruang

Pada hasil rancangan terdapat perubahan, yaitu penambahan green house

pada bangunan utama dan penambahan fasilitas snorkling dan dayung pada area

wisata. Ruang yang ada dalam Pusat Budidaya Terumbu karang ini terdiri 5 area.

Area pengelola, area budidaya, area laboratorium, area edukasi dan area wisata.

Kesemua area itu berperan untuk mewadahi ativitas yang nanti hasilnya adalah

untuk konservasi terumbu karang. Penghadiran suasana ruang melalui

pencahayaan dan penghawaan alami mejadi karakteristi suasana ruang dalam pada

Pusat Budidaya Terumbu karang ini. Sedangan suasana rung luar yang ingin

dihadirkan dalam Pusat Budidaya Terumbu Karang ini terkesan sejuk dan hijau.

Page 16: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

153

Gambar 6.14 Interior restoran apung dan laboratorium

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Gambar 6.15 Interior gallery

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 17: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

154

Page 18: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

155

Gambar 6.16 Suasana ruang luar

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

6.4. Hasil Rancangan Bentuk

Konsep desain yang dipakai pada perancangan ini mengacu pada kondisi

tapak yang berada di pantai dan laut sehingga bentuk bangunan diupayakan

meminimalisir beban angin serta kuat berdiri stabil dilahan pantai.

Gambar 6.17 Perspektif kawasan

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 19: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

156

Gambar 6.18 Detil arsitektural

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

6.5. Hasil Rancangan Struktur

Sistem struktur yang dipakai pada bangunan utama Pusat Budidaya Terumbu

karang ini terdapat empat struktur inti, yaitu struktur pondasi strouss pile, struktur

podasi core, beton dan rangka ruang. Struktur rangka ruang bangunan berfungsi

sebagai pembentuk selubung bangunan yang lengkung yang berfungsi membentu

fasad dan atap bangunan. Kolom beton bertulang merupakan .utama dinding

bangunan yang menerima beban atap roof garden yang emudian baru disalurkan

menuju pondasi strouss pile. Pondasi core berfungsi untuk menopang struktur

penadah hujan yang diteruskan dari rangka baja. Strutur pondasi ini terbuat dari

beton bertulang dan isian pasir. Selain itu struktur yang khas pada Pusat Budidaya

Page 20: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

157

Terumbu Karang ini adalah strutur apung. Struktur ini digunakan pada restoran,

masjid, dermaga, dan sea world. Pemilihan pondasi apung pada area laut adalah

karena pondasi ini lebih ramah lingkungan

Page 21: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

158

Gambar 6.19 Detil struktural

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

6.6. Hasil Rancangan Utilitas

6.6.1. Utilitas Plumbing

Sumber air bersih kawasan diperoleh dari kolam penampungan air hujan

dan sumur bor, dan air laut. Sumur bor digunakan untuk kebutuhan air bersih di

tiap bangunan dan hidran. Sedangkan air dari kolam penampungan air hujan

digunakan untuk siram tanaman serta beberapa titik hidrant box di luar bangunan.

Sedangkan hidran box yang berada di zona laut menggunakan air dari laut.

Page 22: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

159

Gambar 6.20 Utilitas plumbing kawasan

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 23: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

160

6.6.2. Utilitas Listrik

Sumber energi listrik pada kawasan berasal dari PLN, wind turbine, solar cell. Sermua energi yang dihasilkan oleh wind turbine dan solar cell dialiran ke Main Distribution Panel bersama dengan

dari PLN.lalu baru kemudian diatur untu prosentase pemakaian energi. Karena energi alternatif yang dihasilkan tidak selalu konstan. Baru kemudian menuju ke Sub Distribution Panel pada setiap Bangunan.

Gambar 6.21 Utilitas listrik kawasan

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 24: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

161

6.6.3. Utilitas Bahaya Kebakaran

Tempat evakuasi bahaya kebakaran pada Pusat Budidaya Terumbu Karang ini dibagi menjadi 3 tempat evakuasi. Tempat lapang yang paling dekat dengan bangunan. Sistem pemadaman dilakukan

dengan cara menyedot air dari laut sebelum petugas kebaaran datang. Karena mobil pemadam tidak bisa masuk ke area laut maa disediakan selang tambahan untuk menantinya digunakan petugas untuk

memadaman kebakaran.

Gambar 6.22 Utilitas bahaya kebakaran

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 25: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

162

6.6.4. Utilitas Bahaya Tsunami

Tempat evakuasi bahaya tsunami semua di pusatkan pada area darat yaitu di menara evakuasi. Menara ini di bagi menjadi beberapa tingkat. Tingat pertama difungsikan untuk TPS. Yng tertup shingga

baunya tidak keluar dan menganggu pengunjung. Sedangkan baru pada lantai 2,3,dan 4 difungsikan untuk tempat evakuasi bahaya tsunami.

Gambar 6.23 Utilitas bahaya tsunami

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)

Page 26: BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancanganetheses.uin-malang.ac.id/1294/9/09660022_Bab_6.pdf · 138 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar

163

6.5. Utilitas Sampah

Sistem pengangkutan sampah pada Pusat Budidaya Terumbu karng ini adalah dengan meletakkan beberapa titik-titik bak sampah yang nantinya akan diangkut oleh gerobak motor dan kemudian

diletakkan pada TPS yang berada di menara lantai 1 baru kemudian sampah ini nanti diangkut oleh petugas kebersihan.

Gambar 6.24 Utilitas sampah kawasan

(Sumber: Hasil Rancangan, 2013)