BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...

46
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat empat variabel yang diteliti yaitu: sikap personal, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan intensi kewirausahaan. Sedangkan instrument yang digunakan untuk penelitian yaitu Entrepreneurial Intentions Questionare (EIQ) yang dikembangkan oleh Linan dan Chen (2009) serta dimodifikasi oleh Rijal Assidiq Mulyana (2013) berdasarkan teori Planned Behavior dari Ajzen. Sebelum disebarkan ke responden yang menjadi sampel penelitian, instrument terlebih dahulu diuji validitas dan relibialitasnya terhadap 34 siswa SMK Negeri 1 Katapang, kemudian data diolah menggunakan alat uji statistic SPSS 21.0. Hasil dari uji instrument menunjukkan bahwa instrument penelitian tersebut valid dan reliabel, oleh karena itu penulis dapat melanjutkan penelitian menuju tahap selanjutnya. Sebagaimana telah dikemukakan pada BAB III, responden yang menjadi sampel penelitian sebanyak 345 siswa SMK kelas XII dari 21 sekolah yang terdapat di UPTD SMK Wilayah 1 Kabupaten Bandung. Instrumen yang telah disebar kemudian dikumpulkan untuk memperoleh deskripsi tentang komposisi responden serta kategorisasi variabel penelitian. Hasil selengkapnya mengenai deskripsi komposisi responden dan kategorisasi variabel penelitian, diuraikan sebagai berikut, 4.1.1 Deskripsi Responden Penelitian Pada penelitian ini, responden yang dipilih menjadi sampel penelitian adalah siswa SMK Kelas XII yang telah mendapatkan mata pelajaran Kewirausahaan selama di kelas X dan XI serta akan menghadapi kelulusan. Hal ini karena penulis menduga bahwa dalam diri siswa kelas XII telah terbentuk intensi yang kuat dibanding dengan siswa kelas X dan XI. Berikut hasil deskripsi 72

Transcript of BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi...

Page 1: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

72

BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat empat variabel yang diteliti yaitu: sikap

personal, norma subyektif, persepsi kontrol perilaku, dan intensi kewirausahaan.

Sedangkan instrument yang digunakan untuk penelitian yaitu Entrepreneurial

Intentions Questionare (EIQ) yang dikembangkan oleh Linan dan Chen (2009)

serta dimodifikasi oleh Rijal Assidiq Mulyana (2013) berdasarkan teori Planned

Behavior dari Ajzen. Sebelum disebarkan ke responden yang menjadi sampel

penelitian, instrument terlebih dahulu diuji validitas dan relibialitasnya terhadap 34

siswa SMK Negeri 1 Katapang, kemudian data diolah menggunakan alat uji statistic

SPSS 21.0. Hasil dari uji instrument menunjukkan bahwa instrument penelitian

tersebut valid dan reliabel, oleh karena itu penulis dapat melanjutkan penelitian

menuju tahap selanjutnya.

Sebagaimana telah dikemukakan pada BAB III, responden yang menjadi

sampel penelitian sebanyak 345 siswa SMK kelas XII dari 21 sekolah yang terdapat

di UPTD SMK Wilayah 1 Kabupaten Bandung. Instrumen yang telah disebar

kemudian dikumpulkan untuk memperoleh deskripsi tentang komposisi responden

serta kategorisasi variabel penelitian. Hasil selengkapnya mengenai deskripsi

komposisi responden dan kategorisasi variabel penelitian, diuraikan sebagai

berikut,

4.1.1 Deskripsi Responden Penelitian

Pada penelitian ini, responden yang dipilih menjadi sampel penelitian

adalah siswa SMK Kelas XII yang telah mendapatkan mata pelajaran

Kewirausahaan selama di kelas X dan XI serta akan menghadapi kelulusan. Hal ini

karena penulis menduga bahwa dalam diri siswa kelas XII telah terbentuk intensi

yang kuat dibanding dengan siswa kelas X dan XI. Berikut hasil deskripsi

72

Page 2: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

73

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

responden berdasarkan jenis kelamin, usia, asal tinggal, pekerjaan orang tua dan

anggota keluarga lain yang berwirausaha.

4.1.1.1 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan karakteristik jenis kelamin

sebagai tambahan informasi yang dianggap relevan mengenai komposisi responden

dalam penelitian. Adapun komposisi responden berdasarkan jenis kelamin

ditampilkan dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1

Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Gender Frekuensi Persentase

Laki-Laki 186 54

Perempuan 159 46

Total 345 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan adanya perbedaaan komposisi

responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Responden berjenis

kelamin laki-laki sebesar 54 %, sedangkan responden berjenis kelamin perempuan

sebesar 46 %. Namun, perbedaan tersebut tidaklah signifikan yaitu hanya berbeda

8 %. Fakta tersebut menunjukkan bahwa SMK di wilayah yang menjadi obyek

penelitian diminati baik oleh siswa laki-laki maupun perempuan.

4.1.1.2 Komposisi Responden Berdasarkan Usia

Dalam penelitian ini, penulis memasukkan komposisi usia sebagai salah

satu deskripsi karakteristik responden dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

kematangan berpikir dalam menjawab instrument penelitian. Adapun komposisi

responden berdasarkan usia ditampilkan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

pada kisaran usia 17-18 tahun atau sebesar 68 %, sedangkan pada usia 15-16 tahun

sebesar 32 %. Menurut Alam S. (2007), penduduk usia kerja (tenaga kerja) adalah

penduduk yang berumur 15 tahun ke atas untuk negara-negara berkembang seperti

Page 3: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

74

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Indonesia. Selain itu, pada usia 15 tahun ke atas juga termasuk dalam kategori

angkatan kerja. Seperti diungkapkan oleh Alam S. (2007), angkatan kerja adalah

penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas), biak yang bekerja maupun yang tidak

bekerja, sehingga kelompok ini disebut kelompok usia produktif. Artinya bahwa

seluruh siswa SMK yang menjadi responden penelitian, sudah memasuki usia kerja

dan termasuk ke dalam angkatan kerja meskipun belum bekerja.

Tabel 4.2

Komposisi Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

>15 -

15-16 109 32

17-18 236 68

Total 345 100

4.1.1.3 Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Faktor keluarga seringkali mempengaruhi kecenderungan seseorang ketika

akan memilih pekerjaan. Semakin tinggi kecenderungan terhadap suatu pekerjaan

maka intensi terhadap pekerjaan tertentu juga semakin kuat. Seperti penelitian yang

dilakukan oleh Olawale Fatoki (2014) yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang

orang tuanya terlibat dalam bisnis memiliki intensi kewirausahaan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan mahasiswa yang orang tuanya tidak terlibat dalam bisnis.

Oleh karena itu, penulis menganggap informasi mengenai pekerjaan orang tua

menjadi informasi yang relevan. Adapun komposisi responden berdasarkan

pekerjaan orang tua dapat dilihat dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan orang tua siswa yang menjadi

responden didominasi oleh mereka yang bekerja sebagai wirausaha yaitu sebesar

51%. Kemudian diikuti oleh orang tua yang bekerja sebagai buruh atau sebesar

18,6%, pegawai/karyawan swasta 7,5%, PNS/BUMN sebesar 4,9 %TNI/Polri

sebesar 0,6%, Guru sebesar 0,3%, dan sebesar 16,2% dari berbagai jenis pekerjaan

lainnya. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka yang

Page 4: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

75

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

bersekolah di SMK lebih banyak didominasi oleh mereka yang berlatar belakang

pekerjaan orang tua sebagai wirausaha.

Tabel 4.3

Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase

Wirausaha 179 51,9

Buruh 64 18,6

PNS/BUMN 17 4,9

TNI/Polri 2 0,6

Pegawai/Karyawan Swasta 26 7,5

Guru 1 0,3

Lainnya 56 16,2

Total 345 100

4.1.1.4 Komposisi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Lain yang

Berwirausaha

Selain orang tua, anggota keluarga lain juga dapat berpengaruh terhadap

kecenderungan seseorang dalam memilih pekerjaan. Hal ini terutama jika anggota

keluarga tersebut merupakan sosok yang menjadi teladan bagi seseorang. Seperti

yang diungkapkan oleh Luiz, et al (2015: 760), bahwa faktor keluarga merupakan

salah satu unsur dalam dimensi latar belakang pribadi yang mempengaruhi intensi

kewirausahaan seseorang. Adapun komposisi responden berdasarkan ada tidaknya

anggota keluarga lain yang berwirausaha dapat dilihat dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebanyak 46,1 % mereka yang duduk di

SMK memiliki anggota keluarga yang bekerja sebagai wirausaha, terdiri dari

paman/bibi sebesar 27,2 %, kakak kandung sebesar 8,7 %, kakek/nenek sebesar

4,9%, dan lainnya sebesar 5,2%. Sedangkan, mereka yang tidak memiliki anggota

keluarga lain yang berwirausaha yaitu sebesar 53,9%. Fakta tersebut menunjukkan

bahwa mereka yang duduk di bangku SMK tidak memiliki perbedaan yang

signifikan antara mereka yang memiliki anggota keluarga lain yang berwirausaha

maupun yang tidak memiliki anggota keluarga lain yang berwirausaha.

Page 5: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

76

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.4

Komposisi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Lain

Yang Berwirausaha

Anggota Keluarga Frekuensi Persentase

Paman/Bibi 94 27.2

Kakak Kandung 30 8.7

Kakak Ipar - -

Kakek/Nenek 17 4.9

Lainnya 18 5.2

Tidak ada 186 53.9

Total 345 100

4.2 Aplikasi Penggunaan Sumber Data Empiris

Dalam persamaan structural, data yang dapat dianalisis adalah data yang

berskala interval, sedangkan dalam penelitian ini data yang diperoleh melalui

kuesioner yang dibagikan ke responden berupa data dengan skala ordinal. Oleh

karena itu, data dengan skala ordinal harus dirubah ke dalam skala interval. Cara

untuk mengubah data ordinal menjadi data interval yaitu dengan menggunakan

metode suksesif interval (Method Succesive Interval). Dalam penelitian ini, penulis

telah mengkonversi data berskala ordinal yang diperoleh menjadi data berskala

interval yang dapat dilihat dalam Lampiran 4.

4.3 Uji Asumsi Statistik

Pengolahan data yang dilakukan model persamaan structural yaitu model

analisis faktor konfirmatori dan analisis jalur harus memenuhi asumsi-asumsi

statistic. Menurut Kusnendi (2008: 46), asumsi-asumsi yang dimaksud ada 4

(empat), antara lain: 1) ukuran sampel minimal berjumlah 100 responden (dalam

penelitian ini, asumsi ini telah terpenuhi yaitu sampel berjumlah 345 responden);

2) Normalitas dan Linearitas, 3) Outliers, 4) Multikolinieritas.

Page 6: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

77

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4.3.1 Uji Evaluasi Asumsi Normalitas Data

Uji asumsi normalitas data dalam format AMOS dapat dilakukan dengan

membandingkan nilai kriteria critical ratio skewness sebesar ± 2,58. Apabila data

memiliki nilai critical ratio skewness di bawah harga mutlak ± 2,58, maka dapat

disimpulkan bahwa data memiliki distribusi normal.

Berdasarkan hasil pengujian asumsi normalitas data diperoleh nilai critical

ratio skewness sebesar 17,6. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat problem

atau masalah normalitas pada data (Lampiran 5).

4.3.2 Uji Evaluasi Asumsi Multivariate Outliers

Kasus multivariate outliers dapat menimbulkan bias terhadap analisis

selanjutnya apabila tetap dibiarkan maka tingkat kepercayaan penelitian menjadi

berkurang. (Kusnendi, 2008:51). Untuk mengetahui apakah terjadi multivariate

outliers dalam data yaitu dengan memperhatikan nilai mahalanobis distance yang

terdapat dalam hasil keluaran AMOS. selain itu, penulis menggunakan bantuan

program Microsoft Excel untuk menghitung nilai mahalanobis distance pada

tingkat kesalahan 0,001 dan derajat kebebasan (degree of freedom) sebesar 20

(jumlah variabel yang diobservasi). Nilai yang diperoleh dari perhitungan tersebut

yaitu sebesar 45,31475. Apabila koefisien d2 (mahalanobis distance) pada nomor

responden lebih besar dari 45,31475, maka nomor tersebut diduga merupakan

multivariate outliers.

Berdasarkan hasil keluaran (text output) AMOS, diperoleh 8 (delapan)

nomor responden yaitu nomor 24, 83, 89, 91, 93, 187, 251, dan 275 yang merupakan

multivariate outliers maka penulis mengeluarkan nomor tersebut dari data sampel.

Setelah nomor responden tersebut di drop dari data sampel, maka hasil output

seluruhnya menunjukkan nomor responden terbebas dari multivariate outliers.

Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.

4.3.3 Uji Evaluasi Asumsi Multikolinieritas

Asumsi multikolinieritas menunjukkan kondisi di mana antarvariabel

penyebab terdapat hubungan linier yang sempurna (Hair, dkk., 2006: 170 dalam

Page 7: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

78

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kusnendi, 2008: 51). Untuk menguji apakah terdapat multikolinieritas dapat dilihat

dari koefisien determinan matriks kovariansi. Apabila koefisien determinan

matriks kovariansi dan atau matriks korelasi sangat kecil mendekati nol

mengindikasikan terdapat problem multikolinieritas (Kusnendi, 2008: 52).

Berdasarkan hasil keluaran AMOS menunjukkan nilai koefisien determinan

matriks kovariansi pada data sampel penelitian yaitu 0,00 atau dapat dikatakan

terdapat masalah multikolinieritas dalam data. Namun, dalam keterangan yang

terdapat dalam hasil keluaran AMOS menunjukkan bahwa, “the sample covariance

matrix is positive definite”. Artinya, sampel matriks kovariansi menunjukkan hasil

yang positif. Dengan demikian, data sampel layak digunakan dalam analisis data

selanjutnya.

4.4 Uji Model Pengukuran Intensi Kewirausahaan

Model pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu CFA

(Confirmatory Factor Analysis). Dalam format CFA, isu masalah berkisar pada dua

masalah penelitian, sebagai berikut: 1) apakah konstruk atau variabel laten yang

diteliti secara unidimensional, tepat dan konsisten dapat dijelaskan oleh indikator-

indikator sebagaimana yang dikonsepsikan? 2) Indikator-indikator apa yang

dominan membentuk konstruk yang diteliti? (Kusnendi, 2008: 109).

Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Kusnendi (2008: 109)

menyatakan bahwa model pengukuran tersebut perlu diuji dengan tiga cara, yaitu

1) uji kesesuaian model (overall model fit test); 2) uji kebermaknaan (test of

significance) masing-masing koefisien bobot faktor dan; 3) evaluasi reliabilitas

konstruk. Uji model pengukuran intensi kewirausahaan dijelaskan sebagai berikut.

4.4.1 Model Intensi Kewirausahaan

4.4.1.1 Uji Kesesuaian Model (Overall Model Fit Test)

Model pengukuran dikatakan fit dengan data apabila model dapat

mengestimasi matriks kovariansi populasi (∑) yang tidak berbeda dengan matriks

kovariansi data sampel (Kusnendi, 2008: 109). Berdasarkan hasil pengolahan data

dengan format AMOS diperoleh beberapa kriteria model tidak fit yang ditunjukkan

Page 8: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

79

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dengan nilai chi-squares 515,983 dengan probabilitas p = 0,000. Selain itu, kriteria

tidak fit lainnya CFI = 0,840, AGFI = 0,823, GFI = 0,861, dan TLI = 0,815 berada

di bawah nilai yang dipersyaratkan yaitu 0,9. Namun, nilai GFI lainnya

menunjukkan kriteria fit seperti ditunjukkan oleh nilai RMSEA = 0,079 yang

berada di bawah nilai 0,08 (model dikatakan fit apabila nilai RMSEA lebih kecil

dari 0,08). Oleh karena itu, model pengukuran intensi kewirausahaan dapat

dikatakan fit atau model yang diusulkan dapat mengestimasi matriks kovariansi

populasi yang tidak berbeda dengan matriks kovariansi data sampel.

Gambar 4.1

Estimasi Parameter Overall Measuremet Model, Intensi Kewirausahaan

4.4.1.2 Uji Kebermaknaan Koefisien Bobot Faktor

Uji kebermaknaan koefisien bobot faktor bertujuan untuk menentukan

validitas dan reliabilitas masing-masing indikator dalam mengukur variabel

latennya (Kusnendi, 2008: 111). Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan

Page 9: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

80

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

format AMOS ditemukan bahwa ada satu estimasi koefisien bobot faktor yaitu X1

= 0,291 yang nilainya di bawah angka yang distandarkan yaitu 0,40. Menurut Hair,

dkk., 2006 dalam Kusnendi, 2008: 111), jika dari hasil uji kebermaknaan ditemukan

ada koefisien bobot faktor yang tidak signifikan (P-hitung > 0,05) dan atau estimasi

koefisien bobot faktor yang distandarkan ada yang kurang dari 0,40 atau 0,50

diindikasikan indikator tersebut tidak valid dalam mengukur variabel latennya.

Apabila ditemukan ada indikator yang tidak valid maka indikator tersebut didrop

atau dikeluarkan dari model pengukuran.

Namun, setelah indikator dikeluarkan dari model, ternyata tidak

menunjukkan hasil yang lebih baik dari model sebelumnya. Dengan pertimbangan

bahwa indikator tersebut apabila didrop tidak menunjukkan hasil yang lebih baik,

maka penulis tidak mengeluarkan indikator tersebut dari model. Selain itu,

indikator tersebut masuk ke dalam variabel laten konstruk sikap personal sehingga

secara kelayakan teori tidak memungkinkan indikator tersebut didrop dari model.

Secara lengkap, hasil uji kebermaknaan masing-masing koefisien bobot faktor

dapat dilihat dalam Standardized Regression Weights (Lampiran 8) pada hasil

keluaran AMOS yang ditampilkan dalam Tabel 4.5.

4.4.1.3 Evaluasi Reliabilitas Konstruk

Langkah selanjutnya setelah model pengukuran diuji yaitu mengevaluasi

reliabilitas konstruk atau reliabilitas komposit masing-masing model pengukuran.

Menurut Kusnendi (2008: 111), apabila koefisien reliabilitas konstruk dan atau

koefisien variance extracted tidak kurang dari 0,70 dan atau 0,50 diindikasikan

model pengukuran variabel laten reliabel atau dapat mengukur variabel laten atau

konstruk yang diteliti. Berdasarkan estimasi koefisien bobot faktor yang

distandarkan pada Tabel 4.5, maka estimasi R2 dan kesalahan pengukuran (error

measurement) masing-masing indikator dapat ditentukan. Estimasi R2 dan atau

kesalahan pengukuran digunakan untuk menentukan dominan tidaknya suatu

indikator dalam mengukur atau membentuk variabel latennya. Apabila indikator

memiliki estimasi koefisien R2 tidak kurang dari 0,70 atau tingkat kesalahan

pengukurannya (error measurement) kurang dari 0,51 atau 51%, maka indikator

Page 10: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

81

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tersebut dikatakan dominan sebagai pembentuk variabel latennya. (Kusnendi, 2008:

111-112). Adapun estimasi koefisien R2 masing-masing indikator dapat dilihat pada

Tabel 4.6. Sedangkan, reliabilitas konstruk untuk model pengukuran intensi

kewirausahaan dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas konstruk, hasil estimasi dari sikap

personal (0,825), norma subyektif (0,80), persepsi kontrol perilaku (0,833), dan

intensi kewirausahaan (0,856), semuanya lebih besar dari angka mutlak yang

ditetapkan yaitu 0,70. Artinya bahwa secara komposit masing-masing indikator dari

keempat variabel tidak memiliki konsistensi internal yang memadai dalam

mengukur variabel yang diteliti.

Tabel 4.5

Koefisien Bobot Faktor Masing-Masing Indikator

Model

Pengukuran

Indikator (𝝀) Probabilitas

(P)

Sikap Personal Menjadi wirausahawan memberikan

banyak keuntungan daripada kerugian

untuk saya (X1)

0,291

***

Karir sebagai wirausaha sangat

menarik bagi saya (X2) 0,663

***

Jika saya memiliki kesempatan dan

modal, saya akan segera memulai

sebuah usaha (X3)

0,541

***

Menjadi seorang wirausahawan

memberikan kepuasaan yang besar

bagi saya (X4)

0,557

***

Dari berbagai pilihan karir, saya lebih

memilih menjadi seorang

wirausahawan (X5)

0,636

***

Page 11: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

82

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Norma

Subyektif

Keluarga terdekat akan menyetujui

keputusan saya untuk memulai usaha

(X6)

0,458

***

Teman terdekat akan menyetujui

keputusan saya untuk memulai usaha

(X7)

0,456

***

Teman sejawat akan menyetujui

keputusan saya untuk memulai usaha

(X8)

0,496

***

Pembelajaran kewirausahaan di

sekolah memotivasi saya untuk

menjadi wirausaha (X9)

0,514

***

Persepsi

Kontrol

Perilaku

Untuk memulai sebuah usaha dan

membuatnya berjalan akan mudah

bagi saya (X10)

0,550

***

Saya siap memulai sebuah usaha yang

layak (X11)

0,646

***

Saya mampu mengontrol proses

pendirian sebuah usaha baru (X12)

0,690

***

Saya mengetahui rincian praktis yang

dibutuhkan untuk memulai usaha

baru (X13)

0,640

***

Jika saya mencoba memulai usaha

baru, saya akan memiliki

kemungkinan tinggi untuk berhasil

(X14)

0,602

***

Intensi

Kewirausahaan

Saya siap melakukan segalanya untuk

menjadi wirausahawan (Y1) 0,652

***

Tujuan profesi saya adalah menjadi

wirausahawan (Y2) 0,671

***

Page 12: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

83

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Saya akan menghadapi setiap

rintangan untuk memulai dan

menjalankan usaha saya sendiri (Y3)

0,624

***

Saya bertekad untuk menciptakan

sebuah usaha di masa depan (Y4) 0,653

***

Saya sangat serius berpikir untuk

memulai sebuah usaha (Y5) 0,741

***

Saya memiliki tekad yang kuat untuk

memulai sebuah usaha (Y6) 0,782

***

Tabel 4.6

Estimasi Koefisien R2 Masing-Masing Indikator

Item Variabel Penelitian

Intensi

Kewirausahaan

Sikap

Personal

Norma

Subyektif

Persepsi

Kontrol

Perilaku

X1

X2

X3

X4

X5

X6

X7

X8

X9

X10

X11

X12

X13

X14

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

Y6

0,425

0,450

0,389

0,426

0,549

0,612

0,085

0,440

0,293

0,310

0,404

0,210

0,208

0,246

0,264

0,303

0,417

0,476

0,410

0,362

Page 13: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

84

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Adapun penjabaran indikator-indikator dari keempat variabel yang

diurutkan berdasarkan estimasi validitas dan reliabilitas (R2), sebagai berikut:

1. Sikap Personal

a. Karir sebagai wirausaha sangat menarik bagi saya (X2) dengan taksiran

validitas terbesar dalam pembentukan sikap personal model intensi

kewirausahaan siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung, yaitu

sebesar 0,663. Sedangkan besarnya R2 = 0,440. Artinya bahwa indikator ini

mampu menjelaskan variabel sikap personal sebesar 44%, sedangkan sisanya

56% dijelaskan oleh indikator lain di luar model.

Tabel 4.7

Reliabilitas Konstruk Untuk Model Pengukuran Intensi Kewirausahaan

Model Pengukuran Reliabilitas Konstruk (CRk)

Sikap Personal 0,825

Norma Subyektif 0,800

Persepsi Kontrol Perilaku 0,833

Intensi Kewirausahaan 0,856

b. Dari berbagai pilihan karir, saya lebih memilih menjadi seorang

wirausahawan (X5) dengan taksiran validitas sebesar 0,663. Sedangkan

besarnya R2 = 0,404. Artinya bahwa indikator ini mampu menjelaskan

variabel sikap personal sebesar 40,4%, sedangkan sisanya 59,6% dijelaskan

oleh indikator lain di luar model.

c. Menjadi seorang wirausahawan memberikan kepuasaan yang besar bagi saya

(X4) dengan taksiran validitas sebesar 0,557. Sedangkan besarnya R2 =

0,310. Artinya bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap

personal sebesar 31%, sedangkan sisanya 69% dijelaskan oleh indikator lain

di luar model.

d. Jika saya memiliki kesempatan dan modal, saya akan segera memulai sebuah

usaha (X3) dengan taksiran validitas sebesar 0,541. Sedangkan besarnya R2

= 0,293. Artinya bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap

Page 14: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

85

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

personal sebesar 29,3%, sedangkan sisanya 70,7% dijelaskan oleh indikator

lain di luar model.

e. Menjadi wirausahawan memberikan banyak keuntungan daripada kerugian

untuk saya (X1) dengan taksiran validitas sebesar 0,291. Sedangkan besarnya

R2 = 0,085. Artinya bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap

personal sebesar 8,5%, sedangkan sisanya 91,5% dijelaskan oleh indikator

lain di luar model.

2. Norma Subyektif

a. Pembelajaran kewirausahaan di sekolah memotivasi saya untuk menjadi

wirausaha (X9) dengan taksiran validitas terbesar dalam pembentukan norma

subyektif model intensi kewirausahaan siswa SMK di UPTD Wilayah 1

Kabupaten Bandung, yaitu sebesar 0,514. Sedangkan besarnya R2 = 0,264.

Artinya bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap personal

sebesar 26,4%, sedangkan sisanya 73,6% dijelaskan oleh indikator lain di luar

model.

b. Teman sejawat akan menyetujui keputusan saya untuk memulai usaha (X8)

dengan taksiran validitas sebesar 0,496. Sedangkan besarnya R2 =0,246.

Artinya bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap personal

sebesar 24,6%, sedangkan sisanya 75,4% dijelaskan oleh indikator lain di luar

model.

c. Keluarga terdekat akan menyetujui keputusan saya untuk memulai usaha

(X6) dengan taksiran validitas sebesar 0,458. Sedangkan besarnya R2 =0,210.

Artinya bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap personal

sebesar 21%, sedangkan sisanya 79% dijelaskan oleh indikator lain di luar

model.

d. Teman terdekat akan menyetujui keputusan saya untuk memulai usaha (X7)

dengan taksiran validitas sebesar 0,456. Sedangkan besarnya R2 =0,208.

Artinya bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap personal

sebesar 20,8%, sedangkan sisanya 79,2% dijelaskan oleh indikator lain di luar

model.

3. Persepsi Kontrol Perilaku

Page 15: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

86

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a. Saya mampu mengontrol proses pendirian sebuah usaha baru (X12) dengan

taksiran validitas terbesar dalam pembentukan persepsi kontrol perilaku

model intensi kewirausahaan siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten

Bandung, yaitu sebesar 0,690. Sedangkan besarnya R2 = 0,476. Artinya

bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap personal sebesar

47,6%, sedangkan sisanya 52,4% dijelaskan oleh indikator lain di luar model.

b. Saya siap memulai sebuah usaha yang layak (X11) dengan taksiran validitas

sebesar 0,646. Sedangkan besarnya R2 =0,417. Artinya bahwa indikator ini

mampu menjelaskan variabel sikap personal sebesar 41,7%, sedangkan

sisanya 58,3% dijelaskan oleh indikator lain di luar model.

c. Saya mengetahui rincian praktis yang dibutuhkan untuk memulai usaha baru

(X13) dengan taksiran validitas sebesar 0,640. Sedangkan besarnya R2

=0,410. Artinya bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap

personal sebesar 41%, sedangkan sisanya 59% dijelaskan oleh indikator lain

di luar model.

d. Jika saya mencoba memulai usaha baru, saya akan memiliki kemungkinan

tinggi untuk berhasil (X14) dengan taksiran validitas sebesar 0,602.

Sedangkan besarnya R2 =0,362. Artinya bahwa indikator ini mampu

menjelaskan variabel sikap personal sebesar 36,2%, sedangkan sisanya

63,8% dijelaskan oleh indikator lain di luar model.

e. Untuk memulai sebuah usaha dan membuatnya berjalan akan mudah bagi

saya (X10) dengan taksiran validitas sebesar 0,550. Sedangkan besarnya R2

=0,303. Artinya bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap

personal sebesar 30,3%, sedangkan sisanya 69,7% dijelaskan oleh indikator

lain di luar model.

4. Intensi Kewirausahaan

a. Saya memiliki tekad yang kuat untuk memulai sebuah usaha (Y6) dengan

taksiran validitas terbesar dalam pembentukan intensi model intensi

kewirausahaan siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung, yaitu

sebesar 0,514. Sedangkan besarnya R2 =0,612. Artinya bahwa indikator ini

Page 16: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

87

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mampu menjelaskan variabel sikap personal sebesar 61,2%, sedangkan

sisanya 38,8% dijelaskan oleh indikator lain di luar model.

b. Saya sangat serius berpikir untuk memulai sebuah usaha (Y5) dengan taksiran

validitas sebesar 0,456. Sedangkan besarnya R2 =0,549. Artinya bahwa

indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap personal sebesar 54,9%,

sedangkan sisanya 45,1% dijelaskan oleh indikator lain di luar model.

c. Tujuan profesi saya adalah menjadi wirausahawan (Y2) dengan taksiran

validitas sebesar 0,456. Sedangkan besarnya R2 =0,450. Artinya bahwa

indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap personal sebesar 45%,

sedangkan sisanya 55% dijelaskan oleh indikator lain di luar model.

d. Saya bertekad untuk menciptakan sebuah usaha di masa depan (Y4) dengan

taksiran validitas sebesar 0,456. Sedangkan besarnya R2 =0,426. Artinya

bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap personal sebesar

42,6%, sedangkan sisanya 57,4% dijelaskan oleh indikator lain di luar model.

e. Saya siap melakukan segalanya untuk menjadi wirausahawan (Y1) dengan

taksiran validitas sebesar 0,456. Sedangkan besarnya R2 =0,425. Artinya

bahwa indikator ini mampu menjelaskan variabel sikap personal sebesar

42,5%, sedangkan sisanya 79,2% dijelaskan oleh indikator lain di luar model.

f. Saya akan menghadapi setiap rintangan untuk memulai dan menjalankan

usaha saya sendiri (Y3) dengan taksiran validitas sebesar 0,456. Sedangkan

besarnya R2 =0,389. Artinya bahwa indikator ini mampu menjelaskan

variabel sikap personal sebesar 38,9%, sedangkan sisanya 57,4% dijelaskan

oleh indikator lain di luar model.

Berdasarkan perspektif teoritis, hasil penelitian model intensi

kewirausahaan siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung menunjukkan

adanya perbedaan dan persamaan dengan model intensi kewirausahaan yang

dikembangkan oleh Linan dan Chen (2009) dan dimodifikasi oleh Rijal Assidiq

Mulyana (2013). Perbedaan tersebut dapat dilihat dari indikator yang paling

dominan membentuk konstruk variabel yang diteliti. Seperti pada konstruk sikap

personal, hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator karir sebagai wirausaha

sangat menarik bagi saya memiliki validitas dan reliabilitas paling tinggi atau

Page 17: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

88

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menjadi penciri utama konstruk variabel, sedangkan pada penelitian Linan dan

Chen menunjukkan bahwa yang menjadi penciri utama dari konstruk sikap personal

adalah indikator jika saya memiliki kesempatan dan modal, saya akan segera

memulai sebuah usaha. Selanjutnya untuk konstruk norma subyektif menggunakan

modifikasi instrument oleh Rijal Assidiq Mulyana (2013), hasil penelitian

menunjukkan bahwa indikator pembelajaran kewirausahaan di sekolah memotivasi

saya untuk menjadi wirausaha menjadi penciri utama dari konstruk norma

subyektif. Hal ini tentu berbeda dengan penelitian Linan dan Chen yang tidak

menggunakan indikator tersebut dalam instrument yang mereka kembangkan.

Dalam penelitian Linan dan Chen, penciri utama dari konstruk norma subyektif

adalah indikator teman dekat. Sedangkan pada penelitian Rijal Assidiq Mulyana,

indikator pembelajaran kewirausahaan di sekolah memotivasi saya untuk menjadi

wirausaha menempati urutan kedua setelah indikator keluarga dekat dalam

membentuk konstruk norma subyektif.

Untuk konstruk persepsi kontrol perilaku, hasil penelitian menunjukkan

bahwa indikator saya mampu mengontrol proses pendirian sebuah usaha baru

memiliki validitas dan reliabilitas paling tinggi atau dominan dalam membentuk

konstruk tersebut. Begitu pula dengan penelitian Linan dan Chen yang

menunjukkan hasil yang tidak berbeda. Kemudian diperkuat pula oleh hasil

penelitian Rijal Assidiq Mulyana pada siswa SMKN 12 Garut yang menunjukkan

bahwa indikator tersebut dominan sebagai pembentuk konstruk persepsi kontrol

perilaku. Sedangkan untuk konstruk intensi kewirausahaan, hasil penelitian

menunjukkan bahwa indikator saya memiliki tekad yang kuat untuk menciptakan

sebuah usaha baru menjadi penciri utama dari konstruk intensi kewirausahaan.

Sedangkan, hasil penelitian Linan dan Chen, indikator saya bertekad untuk

menciptakan sebuah usaha baru di masa depan dominan sebagai pembentuk

konstruk intensi kewirausahaan.

Perbedaan hasil penelitian dengan Linan dan Chen (2009), terutama pada

sikap personal, norma subyektif dan intensi kewirausahaan menurut penulis karena

adanya perbedaan budaya dan kebiasaan diantara subyek penelitian. Pada subjek

penelitian yang diteliti penulis, sebagian besar responden memiliki orang tua yang

Page 18: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

89

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

bekerja sebagai wirausaha tetapi norma subyektif mengenai perilaku wirausaha

justru terbentuk paling dominan dari pembelajaran kewirausahaan di sekolah

sedangkan pada penelitian Linan dan Chen norma subyektif terbentuk dari teman

dekat. Kemudian, adanya persamaan hasil penelitian dengan Linan dan Chen

mengenai persepsi kontrol perilaku menunjukkan bahwa diantara subjek penelitian

sebagian besar memiliki keyakinan kuat akan mampu mengontrol proses pendirian

sebuah usaha baru.

4.5 Deskripsi Variabel Penelitian

4.5.1 Deskripsi Sikap Personal Siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten

Bandung

Sikap personal dalam penelitian ini diukur dari 5 (lima) item pernyataan

dengan alternatif jawaban sebanyak 7 alternatif pilihan yang diberi bobot 1 sampai

7. Hasil selengkapnya distribusi dan kategori tanggapan responden mengenai sikap

personal dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8

Distribusi dan Kategori Jawaban Responden terhadap

Variabel Sikap Personal

Item/Indikator Rata-rata

Skor

Kriteria

1 2 3

1. Menjadi wirausahawan memberikan banyak

keuntungan daripada kerugian untuk saya

5,28 Tinggi

2. Karir sebagai wirausaha sangat menarik bagi

saya

5,65 Tinggi

3. Jika saya memiliki kesempatan dan modal,

saya akan segera memulai sebuah usaha

6,38 Sangat Tinggi

4. Menjadi seorang wirausahawan memberikan

kepuasaan yang besar bagi saya

5,33 Tinggi

Page 19: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

90

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5. Dari berbagai pilihan karir, saya lebih

memilih menjadi seorang wirausahawan

5,06 Tinggi

SIKAP PERSONAL 5,54 Tinggi

Sumber: Penelitian, diolah

Berdasarkan Tabel 4.8, menunjukkan sikap personal siswa SMK di UPTD

Wilayah 1 Kabupaten Bandung berada dalam kriteria “tinggi” dengan skor rata-rata

5,54. Informasi tersebut memberikan gambaran bahwa siswa SMK memiliki

penilaian yang positif terhadap perilaku wirausaha. Penilaian yang positif tersebut

dapat membantu siswa dalam menentukan bagaimana melihat situasi, serta

bagaimana bersikap terhadap perilaku wirausaha. Selain itu, juga dapat membentuk

kepercayaan diri siswa dalam mewujudkan perilaku wirausaha.

Adapun item/indikator yang memberikan skor tertinggi yaitu jika saya

memiliki kesempatan dan modal, saya akan segera memulai sebuah usaha dengan

skor 6,38 berada pada kriteria “sangat tinggi”. Hal ini menunjukkan bahwa pada

dasarnya siswa SMK sudah memiliki kesiapan berwirausaha namun seringkali

terkendala oleh kesempatan dan modal. Oleh karena itu, untuk mendukung program

pemerintah dalam mengatasi pengangguran perlu diberikan kesempatan bagi siswa

SMK untuk mengembangkan ide berwirausaha serta memberikan bantuan modal

yang sesuai dengan kebutuhan usaha mereka. Selanjutnya, pada item/indikator karir

sebagai wirausaha sangat menarik bagi saya dengan skor 5,65 berada pada kriteria

“tinggi”. Artinya siswa SMK sebenarnya tertarik dengan karir wirausaha, namun

perlu diberikan bimbingan baik dari pemerintah atau sekolah terutama guru dalam

mewujudkan ide atau kreativitas usaha mereka. Bimbingan yang dilakukan dapat

berupa pemberian materi tentang seluk-beluk dunia kewirausahaan, menunjukkan

contoh-contoh wirausahawan sukses yang memulai usaha dari bawah, serta

memberikan teladan langsung terutama pada guru kewirausahaan yaitu guru

tersebut juga memiliki sebuah usaha sehingga materi yang diberikan dapat

bermakna bagi siswa.

Page 20: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

91

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kemudian item/indikator menjadi seorang wirausahawan memberikan

kepuasaan yang besar bagi saya dengan skor 5,33 juga berada pada kriteria “tinggi”.

Artinya siswa SMK yang menjadi responden telah memiliki pengalaman tertentu

berkaitan perilaku wirausaha baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pengalaman tersebut dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap

pembentukan kepercayaan diri siswa dalam mewujudkan keinginan berwirausaha.

Informasi tersebut dapat memudahkan sekolah atau guru dalam mengarahkan siswa

SMK untuk berwirausaha. Namun, hal tersebut perlu mendapat dukungan dari

keluarga dekat terutama orang tua siswa sehingga diharapkan orang tua dapat ikut

memperhatikan, membina, membimbing dan mengarahkan minat atau keinginan

mereka.

Item/indikator selanjutnya yaitu menjadi wirausahawan memberikan

banyak keuntungan daripada kerugian untuk saya dan item/indikator dari berbagai

pilihan karir, saya lebih memilih menjadi seorang wirausahawan dengan skor 5,28

dan 5,06 juga berada pada kriteria “tinggi”. Kedua skor dan kriteria tersebut

menunjukkan kekonsistenan responden dalam memberikan tanggapan terhadap

variabel sikap personal. Artinya konsisten dalam penilaian yang positif terhadap

keuntungan menjadi wirausahawan serta memilih karir sebagai wirausahawan.

Berdasarkan penjelasaan di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap positif

dalam diri siswa SMK berkaitan dengan perilaku wirausaha telah terbentuk dengan

baik. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran di sekolah perlu ditanamkan jiwa

kewirausahaan pada diri siswa sehingga kelak mereka menjadi wirausahawan yang

mandiri dan bertanggung jawab.

4.5.2 Deskripsi Norma Subyektif Siswa SMK di UPTD Wilayah 1

Kabupaten Bandung

Norma subyektif dalam penelitian ini diukur dari 4 (empat) item pernyataan

dengan alternatif jawaban sebanyak 7 alternatif pilihan yang diberi bobot 1 sampai

7. Hasil selengkapnya distribusi dan kategori tanggapan responden mengenai

norma subyektif dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Page 21: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

92

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan Tabel 4.9, menunjukkan norma subyektif siswa SMK di UPTD

Wilayah 1 Kabupaten Bandung berada dalam kriteria “tinggi” dengan skor rata-rata

5,65. Informasi tersebut memberikan gambaran bahwa tekanan-tekanan social yang

dirasakan siswa memberikan norma yang positif terhadap perilaku wirausaha.

Siswa SMK meyakini bahwa lingkungan terdekat mereka baik dari keluarga, teman

atau lingkungan sekitar akan mendukung mereka secara positif apabila mereka

memilih karir berwirausaha.

Tabel 4.9

Distribusi dan Kategori Jawaban Responden terhadap

Variabel Norma Subyektif

Item/Indikator Rata-rata

Skor

Kriteria

1 2 3

1. Keluarga terdekat akan menyetujui

keputusan saya untuk memulai usaha

5,90 Sangat Tinggi

2. Teman terdekat akan menyetujui keputusan

saya untuk memulai usaha

5,46 Tinggi

3. Teman sejawat akan menyetujui keputusan

saya untuk memulai usaha

5,34 Tinggi

4. Pembelajaran kewirausahaan di sekolah

memotivasi saya untuk menjadi wirausaha

5,92 Sangat Tinggi

NORMA SUBYEKTIF 5,65 Tinggi

Sumber: Penelitian, diolah

Adapun item/indikator yang memberikan skor tertinggi yaitu pembelajaran

kewirausahaan di sekolah memotivasi saya untuk menjadi wirausaha dengan skor

5,92 berada pada kriteria “sangat tinggi”. Artinya, siswa termotivasi menjadi

wirausahawan berasal dari pembelajaran kewirausahaan di sekolah. Selanjutnya,

motivasi tersebut juga dirasakan siswa berasal dari keluarga terdekat yang

ditunjukkan dengan skor 5,90 berada pada kriteria “sangat tinggi”. Uraian tersebut

menggambarkan bahwa siswa SMK memiliki motivasi menjadi wirausahawan

Page 22: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

93

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

karena didukung penuh oleh guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah serta

keluarga terdekat terutama orang tua mereka.

Kemudian item/indikator teman terdekat akan menyetujui keputusan saya

untuk memulai usaha dengan skor 5,46 berada pada kriteria “tinggi”. Diikuti

item/indikator teman sejawat akan menyetujui keputusan saya untuk memulai usaha

dengan skor 5,34 juga berada pada kriteria “tinggi”. Infomasi tersebut menunjukkan

bahwa baik teman terdekat maupun teman sejawat (teman sepermainan) juga

mendukung siswa SMK untuk menjadi wirausahawan. Dengan adanya keyakinan

bahwa orang-orang penting tertentu/terdekat akan menyetujui keputusan mereka

berwirausaha, akan menguatkan keinginan mereka untuk mewujudkan perilaku

wirausaha.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa norma positif

telah terbentuk dalam diri siswa SMK berkaitan dengan perilaku wirausaha. Oleh

karena itu, informasi tersebut dapat membantu guru dalam mengkreasikan kegiatan

pembelajaran kewirausahaan menjadi menarik dan bermakna bagi siswa seperti

mengadakan workshop hasil karya siswa SMK, mengadakan pelatihan untuk

membuat hasil karya, atau mengadakan kunjungan ke sentra industri rumah tangga.

4.5.3 Deskripsi Persepsi Kontrol Perilaku Siswa SMK di UPTD Wilayah 1

Kabupaten Bandung

Persepsi Kontrol Perilaku dalam penelitian ini diukur dari 5 (empat) item

pernyataan dengan alternatif jawaban sebanyak 7 alternatif pilihan yang diberi

bobot 1 sampai 7. Hasil selengkapnya distribusi dan kategori tanggapan responden

mengenai persepsi kontrol perilaku dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Berdasarkan Tabel 4.10, menunjukkan persepsi kontrol perilaku siswa SMK

di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung berada dalam kriteria “tinggi” dengan

skor rata-rata 5,33. Informasi tersebut memberikan gambaran bahwa siswa SMK

memiliki persepsi bahwa menjadi wirausahawan mudah dilakukan dan mereka

merasa mampu mengatasi hambatan sebagai wirausahawan. Selain itu, siswa SMK

juga memiliki persepsi positif dalam mengendalikan atau mengontrol perilaku

wirausaha.

Page 23: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

94

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Adapun item/indikator yang memberikan skor tertinggi yaitu saya siap

memulai sebuah usaha yang layak dengan skor 5,77 berada pada kriteria “tinggi”.

Artinya, siswa SMK memiliki kesiapan untuk membuat usaha yang layak menurut

mereka. Namun, permasalahan yang sering muncul yaitu mereka belum memahami

bagaimana memulai sebuah usaha sehingga diperlukan bimbingan dari guru berupa

pembuatan bisnis plan (rencana bisnis) dengan memperhatikan peluang usaha yang

ada. Selanjutnya, item/indikator jika saya mencoba memulai usaha baru, saya akan

memiliki kemungkinan tinggi untuk berhasil dengan skor 5,74 berada pada kriterita

“tinggi”. Artinya, siswa SMK merasa memiliki kemampuan dalam memulai usaha

baru, namun demikian guru tetap perlu membekali siswa SMK dengan ilmu-ilmu

kewirausahaan agar mereka menjadi wirausahawan yang cerdas dan pandai melihat

peluang usaha.

Tabel 4.10

Distribusi dan Kategori Jawaban Responden terhadap

Variabel Persepsi Kontrol Perilaku

Item/Indikator Rata-rata

Skor

Kriteria

1 2 3

1. Untuk memulai sebuah usaha dan

membuatnya berjalan akan mudah bagi saya

4,94 Tinggi

2. Saya siap memulai sebuah usaha yang layak 5,77 Tinggi

3. Saya mampu mengontrol proses pendirian

sebuah usaha baru

5,17 Tinggi

4. Saya mengetahui rincian praktis yang

dibutuhkan untuk memulai usaha baru

5,03 Tinggi

5. Jika saya mencoba memulai usaha baru, saya

akan memiliki kemungkinan tinggi untuk

berhasil

5,74 Tinggi

PERSEPSI KONTROL PERILAKU 5,33 Tinggi

Sumber: Penelitian, diolah

Page 24: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

95

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kemudian item/indikator saya mampu mengontrol proses pendirian sebuah

usaha baru dengan skor 5,17 berada pada kriteria “tinggi”. Informasi tersebut

menunjukkan bahwa siswa SMK merasa memiliki kemampuan dalam mengontrol

proses pendirian usaha baru. Dapat dikatakan bahwa guru telah membekali siswa

SMK dengan ilmu-ilmu kewirausahaan sehingga mereka merasa memiliki

kemampuan tersebut, oleh karena itu sekolah dan guru dapat memfasilitasi siswa

SMK untuk mendirikan sebuah usaha baru yang akan dikelola oleh mereka sendiri.

Selanjutnya item/indikator saya mengetahui rincian praktis yang dibutuhkan untuk

memulai usaha baru menempati urutan berikutnya dengan skor 5,03 berada pada

kriteria “tinggi”. Sedangkan item/indikator untuk memulai sebuah usaha dan

membuatnya berjalan akan mudah bagi saya dengan skor 4,94 berada pada kriteria

“tingg”. Informasi tersebut menggambarkan bahwa siswa SMK telah memiliki

kepercayaan diri akan kemampuan mereka dalam memulai sebuah usaha namun

permasalahan yang sering muncul yaitu siswa SMK kurang memiliki keberanian

untuk segera mewujudkan ide usaha mereka secara riil. Selain itu, keterbatasan

modal juga turut menjadi permasalahan bagi mereka sehingga diharapkan adanya

bantuan dari pemerintah maupun sekolah berupa bantuan modal yang memadai.

Bantuan modal dapat berupa pinjaman kepada siswa yang ingin berwirausaha,

pihak sekolah dapat mengawal bantuan modal dari pemerintah, membimbing, dan

mengawasi kegiatan usaha siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi kontrol

perilaku wirausaha siswa SMK telah terbentuk dalam diri mereka artinya mereka

memiliki keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk berwirausaha. Kuatnya

keyakinan diri mereka perlu didukung oleh pemerintah dan sekolah dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memulai usaha secara riil. Pada

akhirnya, usaha ini dapat membantu mengurangi permasalahan pengangguran yang

ada di Indonesia.

4.5.4 Deskripsi Intensi Kewirausahaan Siswa SMK di UPTD Wilayah 1

Kabupaten Bandung

Page 25: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

96

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Intensi Kewirausahaan dalam penelitian ini diukur dari 6 (enam) item

pernyataan dengan alternatif jawaban sebanyak 7 alternatif pilihan yang diberi

bobot 1 sampai 7. Hasil selengkapnya distribusi dan kategori tanggapan responden

mengenai persepsi kontrol perilaku dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Berdasarkan Tabel 4.11, menunjukkan intensi kewirausahaan siswa SMK di

UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung berada dalam kriteria “tinggi” dengan skor

rata-rata 5,66. Informasi tersebut memberikan gambaran bahwa siswa SMK

memiliki niat, motivasi atau kesiapan menjadi wirausahawan. Intensi dapat

mempengaruhi perilaku seseorang artinya semakin kuat intensi yang dimiliki maka

akan semakin besar terwujudnya perilaku yang diharapkan. Seperti yang

dikemukakan Indarti dan Rostiani (2008: 4) bahwa seseorang dengan intensi yang

kuat untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik

dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha.

Tabel 4.11

Distribusi dan Kategori Jawaban Responden terhadap

Variabel Persepsi Kontrol Perilaku

Item/Indikator Rata-rata

Skor

Kriteria

1 2 3

1. Saya siap melakukan segalanya untuk

menjadi wirausahawan

5,23 Tinggi

2. Tujuan profesi saya adalah menjadi

wirausahawan

5,04 Tinggi

3. Saya akan menghadapi setiap rintangan

untuk memulai dan menjalankan usaha saya

sendiri

5,80 Tinggi

4. Saya bertekad untuk menciptakan sebuah

usaha di masa depan

6,23 Sangat Tinggi

5. Saya sangat serius berpikir untuk memulai

sebuah usaha

5,80 Tinggi

Page 26: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

97

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

6. Saya memiliki tekad yang kuat untuk

memulai sebuah usaha

5,85 Sangat Tinggi

INTENSI KEWIRAUSAHAAN 5,66 Tinggi

Sumber: Penelitian, diolah

Adapun item/indikator yang memberikan skor tertinggi yaitu saya bertekad

untuk menciptakan sebuah usaha di masa depan dengan skor 6,23 berada pada

kriteria “tinggi”, diikuti oleh item/indikator saya memiliki tekad yang kuat untuk

memulai sebuah usaha dengan skor 5,85 yang juga berada pada kriteria “tinggi”.

Artinya, siswa SMK yang menjadi responden konsisten dalam menjawab kuesioner

berkaitan dengan tekad kuat mereka untuk berwirausaha. Siswa dengan tekad yang

kuat akan lebih mudah menyerap pelajaran yang berkaitan dengan minat mereka

sehingga diharapkan pihak sekolah terutama guru kewirausahaan dapat menangkap

potensi tersebut dengan membimbing dan mengembangkannya sehingga akan

muncul wirausahawan-wirausahawan muda yang siap bersaing di dunia

perdagangan baik nasional maupun internasional. Selanjutnya, item/indikator saya

akan menghadapi setiap rintangan untuk memulai dan menjalankan usaha saya

sendiri dan item/indikator saya sangat serius berpikir untuk memulai sebuah usaha

dengan skor yang sama yaitu 5,80 berada kriteria “tinggi”. Artinya, siswa SMK

memiliki kesiapan menghadapi rintangan di kemudian hari ketika menjadi

wirausahawan serta didukung oleh keseriusan berpikir mereka dalam memulai

sebuah usaha yang mandiri.

Kemudian item/indikator saya siap melakukan segalanya untuk menjadi

wirausahawan dengan skor 5,23 berada pada kriteria “tinggi”, diikuti oleh

item/indikator tujuan profesi saya adalah menjadi wirausahawan dengan skor 5,04

juga berada pada kriteria “tinggi”. Informasi tersebut mendukung tekad siswa untuk

menjadi wirausahawan. Dengan kesiapan melakukan segalanya untuk menjadi

wirausahawan artinya siswa siap melakukan upaya untuk mewujudkan keinginan

mereka termasuk menghadapi tantangan dan hambatan yang ada serta siap

menanggung resiko yang akan muncul dalam perjalanan usaha mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa SMK memiliki

niat, motivasi yang tinggi serta kesiapan untuk berwirausaha. Oleh karena itu,

Page 27: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

98

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

diharapkan guru dapat memberikan informasi-informasi yang memadai mengenai

tantangan, hambatan dan resiko yang akan muncul dalam menjalankan sebuah

usaha sehingga di kemudian hari mereka siap menghadapinya.

4.6 Uji Model Struktural

Pengujian model structural dilakukan dengan analisis jalur (Path Analysis)

dengan tujuan untuk menguji hipotesis hubungan asimetris yang dibangun atas

dasar kajian teori tertentu, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan

tidak langsung seperangkat variabel penyebab terhadap variabel akibat yang dapat

diobservasi secara langsung (Kusnendi, 2008: 147). Adapun hubungan pengaruh

dapat dilihat dalam gambar diagram jalur hipotesis penelitian yang disajikan dalam

Gambar 3.2. pada Bab III. Kemudian, berdasarkan estimasi parameter model

struktural intensi kewirausahaan pada Gambar 4.1 diperoleh hasil uji kesesuaian

model yang diusulkan fit dengan data sampel (RMSEA < 0,08), tetapi ada hasil

estimasi koefisien jalur yang tidak signifikan yaitu NS (Norma Subyektif) IK

(Intensi Kewirausahaan) yaitu -0,04. Oleh karena itu, model perlu diperbaiki

dengan trimming dengan tujuan untuk memperoleh model yang paling sederhana.

Adapun hasil trimming model intensi kewirausahaan disajikan dalam Gambar 4.2.

Page 28: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

99

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.2 Estimasi Koefisien Jalur (Path) Model Intensi Kewirausahaan

setelah Trimming

Berdasarkan Gambar 4.2, model intensi kewirausahaan setelah trimming

tetap fit dengan data, sama dengan model sebelum trimming. Hal tersebut dapat

dilihat dari nilai RMSEA yaitu 0,078 < 0,08. Dengan demikian, model intensi

kewirausahaan menjadi lebih sederhana dan model yang diajukan dalam penelitian

ini menggunakan model intensi kewirausahaan setelah trimming. Adapun

penjelasan mengenai model intensi kewirausahaan diuraikan sebagai berikut.

4.6.1 Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Sikap Personal Siswa SMK di

UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung

Pengujian hipotesis dalam model sikap personal yaitu norma subyektif

berpengaruh positif terhadap sikap personal siswa SMK. Berdasarkan hasil

keluaran AMOS mengenai model intensi kewirausahaan diperoleh estimasi

parameter persamaan structural sebagai berikut:

SP = 0,89 NS + 0,016 errorvar ; R2 = 0,79

Hasil keluaran koefisien parameter menunjukkan nilai t-hitung sebesar

4,331. Hal ini berarti pengaruh norma subyektif terhadap sikap personal (H1) secara

statistic signifikan pada tingkat kesalahan α = 0,05. Dengan demikian hipotesis 1

yang menyatakan bahwa norma subyektif berpengaruh positif terhadap sikap

personal siswa SMK dapat diterima.

Berdasarkan hasil persamaan structural di atas dapat dijelaskan bahwa

tinggi rendahnya sikap personal siswa dalam memandang wirausaha dipengaruhi

positif oleh norma subyektifnya. Adapun pengaruh norma subyektif terhadap sikap

personal adalah sebesar 0,89 (79%). Sedangkan variansi yang terjadi pada sikap

personal dapat dijelaskan oleh kuat lemahnya norma subyektif sebesar 79%,

sementara sisanya sebesar 21% merupakan variansi yang berasal dari eksogen lain

yang tidak terjelaskan dalam model.

Page 29: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

100

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4.6.2 Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Persepsi Kontrol Perilaku Siswa

SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung

Pengujian hipotesis dalam model persepsi kontrol perilaku yaitu norma

subyektif berpengaruh positif terhadap persepsi kontrol perilaku siswa SMK.

Berdasarkan hasil keluaran AMOS mengenai model intensi kewirausahaan

diperoleh estimasi parameter persamaan structural sebagai berikut:

PKP = 0,74 NS + 0,144 errorvar ; R2 = 0,547

Hasil keluaran koefisien parameter menunjukkan nilai t-hitung sebesar

6,627. Hal ini berarti pengaruh norma subyektif terhadap persepsi kontrol perilaku

(H2) secara statistic signifikan pada tingkat kesalahan α = 0,05. Dengan demikian

hipotesis 2 yang menyatakan bahwa norma subyektif berpengaruh positif terhadap

persepsi kontrol perilaku siswa SMK dapat diterima.

Berdasarkan hasil persamaan structural di atas dapat dijelaskan bahwa

tinggi rendahnya persepsi kontrol perilaku siswa dalam memandang wirausaha

dipengaruhi positif oleh norma subyektifnya. Adapun pengaruh norma subyektif

terhadap sikap personal adalah sebesar 0,74 (55%). Sedangkan variansi yang terjadi

persepsi kontrol perilaku dapat dijelaskan oleh kuat lemahnya norma subyektif

sebesar 55%, sementara sisanya sebesar 45% merupakan variansi yang berasal dari

eksogen lain yang tidak terjelaskan dalam model.

4.6.3 Pengaruh Sikap Personal, Norma Subyektif, dan Persepsi Kontrol

Perilaku Terhadap Intensi Kewirausahaan Siswa SMK di UPTD

Wilayah 1 Kabupaten Bandung

Pengujian hipotesis dalam model intensi kewirausahaan yaitu sikap

personal, norma subyekti, dan persepsi kontrol perilaku berpengaruh positif

terhadap intensi kewirausahaan siswa SMK. Berdasarkan hasil keluaran AMOS

mengenai model intensi kewirausahaan diperoleh estimasi parameter persamaan

structural sebagai berikut:

IK = 0,60 SP + 0,28 PKP + 0,130 errorvar ; R2 = 0,669

Berdasarkan hasil keluaran koefisien parameter secara parsial untuk sikap

personal diperoleh nilai 0,60 dengan t-hitung sebesar 4,080 dan persepsi kontrol

Page 30: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

101

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

perilaku sebesar 0,28 dengan t-hitung 3,360. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh

sikap personal dan persepsi kontrol perilaku terhadap intensi kewirausahaan secara

statistic signifikan pada tingkat kesalahan α = 0,05. Sedangkan, norma subyektif

sebesar (-) 0,04 dengan t-hitung (-) 0,136. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh

norma subyektif terhadap intensi kewirausahaan secara statistic tidak signifikan

pada tingkat kesalahan α = 0,05. Oleh karena itu, jalur norma subyektif (NS)

terhadap intensi kewirausahaan (IK) dilepaskan melalui trimming.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa intensi kewirausahaan

dipengaruhi secara positif oleh sikap personal dan persepsi kontrol perilaku

sedangkan norma subyektif tidak berpengaruh positif terhadap intensi

kewirausahaan. Oleh karena itu, pada hipotesis 3 yaitu sikap personal berpengaruh

positif terhadap intensi kewirausahaan siswa SMK diterima, begitu pula dengan

hipotesis 5 yaitu persepsi kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap intensi

kewirausahaan siswa SMK diterima. Sedangkan untuk hipotesis 4 yaitu norma

subyektif berpengaruh positif terhadap intensi kewirausahaan siswa SMK ditolak.

Selanjutnya berdasarkan hasil persamaan structural di atas dapat dijelaskan

bahwa tinggi rendahnya intensi kewirausahaan siswa dipengaruhi positif oleh sikap

personal dan persepsi kontrol perilaku, sementara norma subyektif menunjukkan

angka yang negative. Secara individual besarnya pengaruh sikap personal terhadap

intensi kewirausahaan adalah sebesar 0,60 (36 %) memberikan pengaruh relative

paling kuat, kemudian diikuti persepsi kontrol perilaku adalah sebesar 0,28 (8,41

%). Secara bersama sebesar 67 % variansi yang terjadi pada intensi kewirausahaan

dapat dijelaskan oleh kuat lemahnya sikap personal dan persepsi kontrol perilaku

siswa SMK. Sedangkan sisanya sebesar 33 % merupakan variansi yang berasal dari

variabel eksogen lain yang tidak terjelaskan dalam model.

4.6.4 Dekomposisi Pengaruh Antara Variabel Penelitian

Berdasarkan model intensi kewirausahaan, berikut disajikan dalam Tabel

4.12 dekomposisi pengaruh antar variabel independen norma subyektif terhadap

variabel dependen intensi kewirausahaan. Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dinyatakan

bahwa meski norma subyektif memiliki pengaruh langsung yang bernilai negative,

Page 31: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

102

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tetapi pengaruh tidak langsung variabel norma subyektif terhadap intensi

kewirausahaan siswa SMK dimediasi oleh sikap personal dan persepsi kontrol

perilaku. Adapun besarnya pengaruh tidak langsung melalui sikap personal yaitu

sebesar 0,53 atau 28 %. Sedangkan melalui persepsi kontrol perilaku yaitu sebesar

0,21 atau 4,4 %.

Dilihat dari pengaruh totalnya, norma subyektif memiliki pengaruh yang

relative paling kuat terhadap intensi kewirausahaan meskipun dimediasi oleh sikap

personal dan persepsi kontrol perilaku yaitu sebesar 0,70 (49 %), kemudian diikuti

variabel sikap personal sebesar 0,60 (36 %), dan variabel persepsi kontrol perilaku

sebesar 0,28 (7,84%).

Tabel 4.12

Dekomposisi Pengaruh Antar Variabel Intensi Kewirausahaan Siswa SMK

di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung

Pengaruh

Antar Variabel

Pengaruh

Langsung Tidak Langsung

Melalui

Total

SP PKP

SP NS 0,89 - - 0,89

PKP NS 0,74 - - 0,74

IK NS -0,041 0,53 0,21 0,70

IK SP 0,60 - - 0,60

IK PKP 0,28 - - 0,28

Sumber: Penelitian, diolah

4.7 Penyimpangan Asumsi Statistik dan Aplikasi Bootstrapping

Dalam penelitian menggunakan model persamaan structural, asumsi

terpenting dalam analisis struktur covariance dan mean adalah data harus berskala

kontinyu dan berdistribusi normal secara multivariate (Ghozali, 2014: 313). Dengan

terpenuhinya asumsi tersebut akan menjadikan penelitian yang dilakukan dapat

dipercaya. Namun, permasalahan yang sering ditemui oleh peneliti yaitu

permasalahan normalitas data, dimana data sampel yang diperoleh non-normal

Page 32: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

103

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

multivariate serta permasalahan multikolinieritas. Begitu pula dengan penelitian

yang dilakukan penulis juga mengalami permasalahan tersebut.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan penyimpangan asumsi

statistik yaitu menggunakan prosedur “bootsrap”. Prosedur ini pertama kali

dikenalkan oleh Elfron (1979 dan 1982) dan dikembangkan oleh Kotz dan Johnson

(1992). Prosedur “bootstrap” merupakan prosedur resampling (per-sampel-an

kembali) dimana sampel asli atau original sample diperlakukan sebagai populasi.

Multiple sub-sampel dengan ukuran sampel sama dengan sampel asli kemudian

secara random, dengan replacement dari populasi. Dengan demikian peneliti dapat

menciptakan multiple sampel dari original data base (Ghozali, 2014: 313-314).

Berdasarkan hasil uji normalitas data pada model yang diuji penulis

menunjukkan nilai critical ratio multivariate sebesar 17,6. Kemudian terdapat

problem multikolinieritas dengan angka 0,000 pada model yang diujikan. Dengan

adanya permasalahan penyimpangan asumsi statistik, penulis menggunakan

aplikasi bootstrapping atau lebih dikenal dengan The Bollen Stine Bootstrap untuk

mengevaluasi model yang digunakan penulis.

Dari hasil pengujian menggunakan prosedur “bootstrap”, diperoleh nilai

probabilitas Bollen Stine Bootstrap = 0,002. Sebelum “bootstrap” dilakukan nilai

chi-square pada model yang diujikan sebesar 515,983 dengan probabilitas = 0,000.

Dengan nilai probabilitas yang meningkat menjadi 0,002 dapat dinyatakan bahwa

model yang diujikan tidak dapat ditolak dan hasil ini konsisten dengan hasil chi-

squares yang juga tidak dapat menolak hipotesis nol.

4.8 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan data empiris dengan

mengambil sampel siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung.

Kabupaten Bandung terutama di wilayah yang diteliti merupakan daerah yang

termasuk ke dalam jalur wisata. Dengan adanya tempat atau lokasi wisata di suatu

daerah akan membuka banyak peluang usaha bagi masyarakat. Hal tersebut dapat

mempengaruhi kecenderungan masyarakat dalam mencari penghasilan dengan

berwirausaha baik dengan berdagang, membuka jasa penginapan, maupun jasa-jasa

Page 33: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

104

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

lainnya. Berdasarkan komposisi pekerjaan orang tua dari responden diperoleh hasil

bahwa sebesar 51,9% orang tua responden bekerja sebagai wirausaha. Artinya

bahwa sebagian besar mata pencaharian masyarakat di wilayah yang diteliti penulis

yaitu berwirausaha. Lalu dari hasil penelitian menunjukkan bahwa intensi

kewirausahaan siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung masuk dalam

kategori “tinggi”. Adapun skor rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing

variabel yang menjadi indikator pembentuk intensi kewirausahaan dapat dilihat

pada Tabel 4.13.

Tujuan utama dari penelitian ini yaitu mengetahui berbagai prediktor yang

muncul dan berpotensi untuk berkontribusi terhadap intensi kewirausahaan siswa

SMK. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap personal siswa SMK

menunjukkan kriteria “tinggi”. Artinya bahwa siswa SMK memiliki penilaian yang

positif tentang menjadi wirausahawan. Kemudian untuk norma subyektif siswa

SMK menunjukkan kriteria “tinggi”. Artinya bahwa tekanan-tekanan social yang

dirasakan siswa memberikan norma yang positif terhadap perilaku wirausaha serta

siswa meyakini bahwa lingkungan terdekat mereka baik dari keluarga, teman atau

lingkungan sekitar akan mendukung mereka secara positif apabila mereka memilih

karir berwirausaha.

Tabel 4.13 Skor Rata-Rata dan Kriteria Masing-Masing Variabel

Variabel Skor Rata-Rata Kriteria

Sikap Personal 5,44 Tinggi

Norma Subyektif 5,65 Tinggi

Persepsi Kontrol Perilaku 5,33 Tinggi

Intensi Kewirausahaan 5,66 Tinggi

Sumber: Penelitian, diolah

Untuk persepsi kontrol perilaku siswa SMK menunjukkan kriteria “tinggi”.

Artinya bahwa siswa SMK memiliki persepsi bahwa menjadi wirausahawan mudah

dilakukan dan mereka merasa mampu mengatasi hambatan sebagai wirausahawan.

Selain itu, siswa SMK juga memiliki persepsi positif dalam mengendalikan atau

mengontrol perilaku wirausaha.

Page 34: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

105

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya, intensi kewirausahaan siswa SMK menunjukkan kriterita

“tinggi”. Artinya bahwa siswa SMK memiliki niat, motivasi atau kesiapan menjadi

wirausahawan. Siswa dengan intensi yang kuat terhadap kewirausahaan akan

memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dibandingkan seseorang tanpa

intensi untuk memulai usaha (Indarti dan Rostiani, 2008:4).

Hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa siswa SMK di wilayah yang

diteliti penulis memiliki intensi kewirausahaan yang tinggi. Menurut pengamatan

penulis, masyarakat yang tinggal di daerah atau lokasi yang menjadi tujuan wisata

atau menjadi jalur wisata sebagian besar bermata pencaharian sebagai

wirausahawan. Hal ini ditenggarai karena masyarakat memanfaatkan peluang dari

adanya kunjungan wisatawan dengan membuka usaha berjualan oleh-oleh khas

daerah baik berupa kuliner, souvenir, pakaian, dan sebagainya. Selain itu, terdapat

juga usaha penginapan yang selalu ramai di akhir pekan. Banyaknya peluang usaha

yang muncul dari kunjungan wisatawan menjadikan masyarakat setempat

termotivasi untuk mencari penghasilan melalui usaha sendiri. Lingkungan yang

mendukung terhadap kegiatan wirausaha dapat mempengaruhi intensi siswa untuk

menjadi wirausahawan di kemudian hari. Seperti yang dikemukakan oleh Luiz,et.al

(2015: 760) bahwa salah satu dimensi yang mempengaruhi intensi kewirausahaan

yaitu latar belakang pribadi meliputi faktor demografi, keluarga dan lingkungan

social.

4.6.1 Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Sikap Personal

Hipotesis 1 menyatakan bahwa norma subyektif berpengaruh positif

terhadap sikap personal. Menurut Ajzen (1991), sikap personal mengacu pada

sejauh mana seseorang memiliki penilaian akan hal yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan dari perilaku tertentu. Sikap personal sifatnya internal dan

terbentuk dalam diri seseorang akibat pengalaman individu maupun pengaruh dari

luar individu. Sikap personal juga didefinisikan sebagai perasaan positif atau

negative individu dalam melakukan perilaku yang menjadi sasaran. Selain itu, sikap

personal juga mengacu pada ukuran kekuatan intensi seseorang untuk melakukan

perilaku tertentu (Fishbein dan Ajzen, 1975). Dari berbagai definisi yang ada, dapat

Page 35: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

106

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

disimpulkan bahwa sikap personal meski bersifat internal seseorang tetapi

terbentuknya sikap personal sangat dipengaruhi oleh pengalaman individu dan

pengaruh dari luar individu misalnya dari keluarga, teman dekat, lingkungan sosial,

dan sebagainya. Pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar individu akan menjadi

tekanan-tekanan social yang dirasakan individu (norma subyektif) yang kemudian

akan membentuk sikap pada individu. Dalam hal ini sikap yang dimaksud berkaitan

dengan intensi kewirausahaan.

Menurut Linan dan Chen (2009), norma subyektif sebagai proses mental

yang dapat mempengaruhi sikap terhadap perilaku dan persepsi kontrol perilaku

yang berarti bahwa sebelum sikap dan persepsi kontrol perilaku terbentuk, terlebih

dahulu individu dipengaruhi oleh norma-norma dalam dirinya. Sedangkan

berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada siswa SMK di UPTD Wilayah 1

Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa norma subyektif berpengaruh positif

terhadap sikap personal. Besarnya pengaruh norma subyektif terhadap sikap

personal adalah sebesar 79%, dan secara statistik pengaruh tersebut signifikan. Hal

ini membuktikan bahwa hipotesis 1 diterima yang berarti bahwa norma subyektif

berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap personal wirausaha. Hasil

penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Linan dan Chen

(2009), Z.X. Peng et.al (2012) dan Rijal Assidiq Mulyana (2013).

Penciri utama yang membentuk variabel norma subyektif siswa SMK yaitu

indikator pembelajaran kewirausahaan di sekolah memotivasi saya untuk menjadi

wirausaha sebesar 26,4%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran

kewirausahaan yang selama ini diterapkan di sekolah mampu membentuk norma

positif pada siswa mengenai perilaku wirausaha. Dalam definisi yang dikemukakan

oleh Alberti et.al (2004) dalam Fatoki dan Olawali (2014:587) disebutkan bahwa

pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membangun kompetensi yang mengacu

pada konsep, keterampilan, dan kesadaran mental individu selama proses memulai

dan mengembangkan usaha, kompetensi tersebut merupakan kombinasi dari

keterampilan, pengetahuan dan sikap. Sedangkan tujuan pembelajaran

kewirausahaan menurut BSNP (2006:199) salah satunya agar siswa mampu

mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha. Berdasarkan tujuan

Page 36: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

107

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pembelajaran kewirausahaan tersebut dan berdasarkan hasil penelitian penulis

dapat dikatakan bahwa pembelajaran kewirausahaan di sekolah yang menjadi objek

penelitian telah berjalan secara efektif. Hal ini dikarenakan pembelajaran

kewirausahaan telah mampu membentuk norma subyektif pada siswa yang

kemudian norma tersebut membentuk sikap siswa secara positif terhadap perilaku

wirausaha. Pada penelitian sebelumnya oleh Fayolle dan Gailly (2004)

menunjukkan bahwa pembelajaran kewirausahaan memiliki pengaruh kuat, terukur

dan berdampak positif pada intensi kewirausahaan meskipun dampak tersebut tidak

signifikan terhadap sikap dan persepsi kontrol perilaku. Lalu pada penelitian

lanjutan yang dilakukan Fayolle, Gailly dan Clerc (2006) menunjukkan hasil bahwa

pembelajaran kewirausahaan dapat memiliki pengaruh kuat pada beberapa

mahasisiwa tergantung dari latar belakang dan perspektif awal mereka pada intensi

kewirausahaan. Pada waktu yang sama, pembelajaran kewirausahaan dapat juga

menurunkan tingkat intensi kewirausahaan pada mahasiswa lain yang belum

mengenal dunia kewirausahaan. Dari berbagai hasil penelitian tersebut, dapat

dinyatakan bahwa pembelajaran kewirausahaan memiliki peran yang cukup penting

dalam membentuk sikap wirausaha. Selanjutnya didukung pula oleh penelitian,

Soutaris, et.al (2007) dalam Sarah S. Ahmad, et.al (2014: 167) yang menemukan

bahwa, “entrepreneurship programs significantly raised students’ subjective norms

and intentions toward entrepreneurship by inspiring them to choose

entrepreneurial careers.” Artinya, program kewirausahaan secara signifikan

meningkatkan norma subjektif siswa dan intensi berwirausaha dengan

menginspirasi mereka untuk memilih karir berwirausaha.

Indikator pembentuk konstruk norma subyektif selanjutnya yaitu teman

sejawat akan menyetujui keputusan saya untuk memulai usaha sebesar 24,6%. Hal

ini berarti teman-teman di sekolah lebih berpengaruh terhadap pembentukan sikap

wirausaha pada siswa dibanding keluarga terdekat. Indikator keluarga terdekat

justru menempati urutan ketiga dalam pembentukan norma subyektif siswa yaitu

sebesar 21%, kemudian diikuti oleh teman terdekat sebesar 20,8 %. Meskipun

perbedaan tersebut tidak terlalu besar pada masing-masing indikator tetapi hal

tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kewirausahaan di sekolah serta teman

Page 37: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

108

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sejawat atau teman sekolah lebih berpengaruh terhadap pembentukan sikap

wirausaha dibanding keluarga dan teman terdekat.

Berkaitan dengan sikap personal, penciri utama yang membentuk sikap

personal siswa SMK adalah indikator karir sebagai wirausaha sangat menarik bagi

saya sebesar 44%. Hal ini menyiratkan bahwa pembelajaran kewirausahaan di

sekolah mampu menumbuhkan minat siswa untuk berkarir sebagai wirausahawan.

Dengan didukung oleh teman sekolah maka semakin memberikan pengaruh bagi

siswa untuk memilih karir wirausaha. Argumentasi penulis, bahwa pembelajaran

kewirausahaan di SMK selama ini telah berjalan secara efektif sehingga mampu

menumbuhkan minat siswa untuk berwirausaha. Suatu pembelajaran dapat

dikatakan efektif jika dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Sedangkan, pengukuran efektivitas pembelajaran dilihat dari tercapainya expected

output (hasil belajar yang diharapkan) berupa perubahan perilaku yang meliputi

perilaku kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan).

Apabila perubahan perilaku tersebut telah tercapai dan minat siswa untuk berkarir

sebagai wirausaha menjadi semakin kuat maka sudah seharusnya sekolah dan

pemerintah memfasilitasi pembelajaran kewirausahaan secara memadai seperti

mengadakan pelatihan pembuatan hasil karya, memberikan bantuan modal usaha,

mengadakan pameran hasil karya siswa SMK dan sebagainya.

4.6.2 Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Persepsi Kontrol Perilaku

Hipotesis 2 menyatakan bahwa norma subyektif berpengaruh positif

terhadap persepsi kontrol perilaku. Persepsi kontrol perilaku mengacu pada

persepsi kemudahan atau kesulitan melakukan perilaku dan diasumsikan untuk

mencerminkan pengalaman masa lalu serta hambatan dan rintangan yang perlu

diantisipasi (Ajzen, 1991). Sedangkan, Contento (2011) mengungkapkan bahwa

gagasan atau kemampuan mengatasi hambatan atau dapat melakukan suatu perilaku

termasuk ke dalam teori persepsi kontrol perilaku. Persepsi kontrol perilaku

berperan penting dalam teori Planned Behavior karena sebelum memprediksi

intensi dan perilaku, hal yang perlu dipertimbangkan adalah membangun konsep

persepsi kontrol perilaku. Hal ini dikarenakan perilaku seseorang sangat

Page 38: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

109

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dipengaruhi oleh kepercayaan mereka terhadap kemampuan mereka untuk

melakukan perilaku tersebut (Ajzen, 1991). Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa jika seseorang mempersepsikan berwirausaha mudah atau mampu

dilakukan, maka ia akan berhasil dalam mewujudkan perilaku tersebut. Begitu

sebaliknya, jika seseorang mempersepsikan bahwa berwirausaha sulit dilakukan

dan ia merasa tidak mampu, maka yang terjadi yaitu ia tidak akan berusaha untuk

mewujudkannya. Berbeda kondisi jika seseorang memiliki persepsi kuat bahwa ia

mampu berwirausaha meskipun terdadapat hambatan dan rintangan yang dihadapi,

maka ia akan tetap berusaha mewujudkannya.

Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa persepsi seseorang muncul

mencerminkan pengalaman masa lalu, artinya ada pengaruh yang diperoleh

individu baik saat individu melihat perilaku tersebut dilakukan orang lain (keluarga

dekat maupun teman dekat) atau individu pernah melakukan perilaku tersebut.

Pengaruh-pengaruh tersebut membentuk sebuah persepsi positif atau negative pada

diri individu terhadap perilaku tersebut. Berdasarkan hasil pengujian pada siswa

SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa norma

subyektif berpengaruh positif terhadap persepsi kontrol perilaku. Besarnya

pengaruh norma subyektif terhadap persepsi kontrol perilaku sebesar 55%, dan

secara statistic pengaruh tersebut signifikan. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis

2 diterima yang berarti norma subyektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap

persepsi kontrol perilaku. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

Linan dan Chen (2009), Ferreira, et.al (2012), dan Rijal Assidiq Mulyana (2013).

Penciri utama yang membentuk konstruk persepsi kontrol perilaku siswa

SMK yaitu indikator saya mampu mengontrol proses pendirian sebuah usaha

sebesar 47,6%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran

kewirausahaan di sekolah mampu membentuk persepsi positif pada siswa sehingga

siswa merasa mampu untuk menjadi wirausahawan serta siap menghadapi

hambatan dan tantangan terutama dalam mengontrol proses pendirian sebuah usaha

baru. Begitu pula dengan hasil penelitian Linan dan Chen (2009) terhadap

mahasiswa Taiwan dan Spanyol menunjukkan hasil yang tidak berbeda. Kemudian

diperkuat oleh hasil penelitian Rijal Assidiq Mulyana (2013) pada siswa SMKN 12

Page 39: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

110

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Garut yang menunjukkan bahwa indikator tersebut dominan sebagai pembentuk

konstruk persepsi kontrol perilaku.

Indikator selanjutnya pembentuk konstruk persepsi kontrol perilaku yaitu

indikator saya siap memulai usaha yang layak sebesar 41,7%. Kemudian diikuti

oleh indikator saya mengetahui rincian praktis yang dibutuhkan untuk memulai

usaha baru sebesar 41%, indikator jika saya mencoba memulai usaha baru, saya

akan memiliki kemungkinan tinggi untuk berhasil sebesar 36,2%, dan indikator

untuk memulai sebuah usaha dan membuatnya berjalan akan mudah bagi saya

sebesar 30,3%. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa masing-masing

indikator menunjukkan hasil yang signifikan. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa pembelajaran kewirausahaan di sekolah telah berjalan secara efektif

sehingga mampu membentuk persepsi positif pada siswa SMK mengenai perilaku

wirausaha. Melihat munculnya persepsi positif terhadap perilaku wirausaha dapat

menjadi acuan bagi guru maupun pihak sekolah untuk terus meningkatkan kualitas

pembelajaran kewirausahaan dan mampu mendorong lulusan SMK berkarir sebagai

wirausahawan.

4.6.3 Pengaruh Sikap Personal, Norma Subyektif, Persepsi Kontrol Perilaku

Terhadap Intensi Kewirausahaan

Untuk menguji hipotesis selanjutnya dalam model intensi kewirausahaan

yang menyatakan bahwa sikap personal, norma subyektif, dan persepsi kontrol

perilaku berpengaruh positif terhadap intensi kewirausahaan. Intensi memiliki arti

secara bahasa yaitu niat, maksud, tujuan atau motif. Sedangkan, menurut Ajzen

(1991:181) intensi sebagai faktor motivasi yang memengaruhi perilaku dan menjadi

indikasi seberapa keras individu untuk mencoba, berapa banyak upaya individu

untuk mengerahkan dalam mewujudkan sebuah perilaku. Almeida (2013: 120)

dalam Luiz, et.al (2015: 760) menyatakan intensi sebagai predictor terbaik dari

perilaku yang direncanakan, terutama saat perilaku tersebut jarang dilakukan, sulit

diamati, dan terjadi dalam ruang waktu yang kontinyu. Berkaitan dengan

kewirausahaan, Fini, et.al (2009: 4) menyatakan bahwa intensi kewirausahaan

merupakan representasi kognitif dari tindakan yang akan dilaksanakan oleh

Page 40: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

111

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

individu baik yang akan membangun usaha mandiri baru atau menciptakan nilai

baru dalam perusahaan yang ada. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

seseorang dengan intensi yang kuat untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan

dan kemajuan yang lebih baik dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai

usaha (Indarti dan Rostiani (2008: 4). Intensi kewirausahaan selalu berkaitan

dengan kuatnya motif seseorang dalam berwirausaha sehingga mempengaruhi

perilakunya.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa SMK di UPTD Wilayah 1

Kabupaten Bandung menunjukkan bahwa intensi kewirausahaan termasuk dalam

kategori tinggi yang artinya siswa SMK memiliki niat, motivasi, atau kesiapan

berwirausaha. Adapun tinggi rendahnya intensi kewirausahaan dipengaruhi oleh

sikap personal dan persepsi kontrol perilaku. Sementara norma subyektif

menunjukkan angka yang negative (-0,04). Secara individual besarnya pengaruh

sikap personal terhadap intensi kewirausahaan adalah sebesar 0,60 (36 %)

memberikan pengaruh relative paling kuat, kemudian diikuti persepsi kontrol

perilaku adalah sebesar 0,28 (7,84 %). Secara bersama sebesar 67 % variansi yang

terjadi pada intensi kewirausahaan dapat dijelaskan oleh kuat lemahnya sikap

personal dan persepsi kontrol perilaku siswa SMK. Sedangkan sisanya sebesar 33

% merupakan variansi yang berasal dari variabel eksogen lain yang tidak

terjelaskan dalam model.

Sedangkan, berdasarkan dekomposisi pengaruh antarvariabel meski norma

subyektif memiliki pengaruh langsung yang bernilai negative, tetapi ada pengaruh

tidak langsung variabel norma subyektif terhadap intensi kewirausahaan siswa

SMK dimediasi oleh sikap personal dan persepsi kontrol perilaku. Adapun besarnya

pengaruh tidak langsung melalui sikap personal yaitu sebesar 0,53 atau 28%.

Sedangkan melalui persepsi kontrol perilaku yaitu sebesar 0,21 atau 4,41%. Apabila

dilihat dari pengaruh totalnya, norma subyektif memiliki pengaruh relative lebih

kuat terhadap intensi kewirausahaan meskipun dimediasi oleh sikap personal dan

persepsi kontrol perilaku yaitu sebesar 0,70 (49 %), kemudian diikuti variabel sikap

personal sebesar 0,60 (36 %), dan variabel persepsi kontrol perilaku sebesar 0,28

(7,84%).

Page 41: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

112

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Penelitian yang dilakukan penulis sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Ajzen (1991) serta Linan dan Chen (2009) yang menemukan bahwa norma

subyektif memberikan kontribusi paling lemah terhadap intensi kewirausahaan

dibanding dengan variabel sikap personal dan persepsi kontrol perilaku. Dalam

penelitian penulis, norma subyektif memiliki pengaruh langsung yang negatif

terhadap intensi kewirausahaan. Artinya, lingkungan terdekat siswa baik itu dari

keluarga, teman dekat maupun sekolah tidak memengaruhi siswa dalam intensi

berwirausaha mereka atau dapat dikatakan bahwa didukung atau tidak didukung

oleh lingkungan terdekat, mereka tetap berniat menjadi wirausahawan. Meskipun

tidak memiliki pengaruh secara langsung, norma subyektif memiliki pengaruh tidak

langsung terhadap intensi kewirausahaan yang dimediasi oleh sikap personal dan

persepsi kontrol perilaku. Artinya, tekanan social atau dukungan lingkungan

terdekat siswa hanya mampu memengaruhi sikap siswa dan persepsi kontrol

perilaku siswa dalam berwirausaha, lalu keduanya berkontribusi terhadap

pembentukan intensi berwirausaha mereka.

Kemudian, variabel yang memiliki pengaruh langsung paling kuat terhadap

intensi kewirausahaan yaitu sikap personal. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian

Linan dan Chen (2009) serta Rijal Assidiq Mulyana (2013), dimana dalam

penelitian mereka, variabel persepsi kontrol perilaku menjadi variabel yang

memiliki pengaruh paling kuat dibanding dengan sikap personal. Penulis menduga

adanya pengaruh dari lingkungan terdekat siswa seperti keluarga, teman dekat, atau

sekolah serta pengalaman yang pernah dirasakan siswa sehingga membentuk sikap

positif mengenai menjadi wirausahawan. Sikap positif berwirausaha siswa

kemudian membentuk intensi kuat bagi siswa untuk berkarir sebagai

wirausahawan.

Sementara, persepsi kontrol perilaku menempati urutan kedua setelah sikap

personal dalam memengaruhi intensi kewirausahaan. Meskipun memiliki pengaruh

terhadap intensi kewirausahaan, tetapi pengaruh yang ditimbulkan sangatlah rendah

yaitu sebesar 8,41%. Artinya, sebagian besar siswa SMK mempersepsikan perilaku

wirausaha sulit dilakukan, sedangkan sebagian kecil siswa SMK mempersepsikan

perilaku wirausaha mudah dilakukan. Meskipun menjadi wirausahawan dianggap

Page 42: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

113

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sulit oleh sebagian besar siswa, tetapi hal tersebut tidak memengaruhi secara

signifikan terhadap motivasi, niat atau kesiapan siswa dalam berwirausaha.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa intensi

kewirausahaan (Y) dipengaruhi secara positif oleh sikap personal (X1) dan persepsi

kontrol perilaku (X3). Sedangkan, norma subyektif tidak berpengaruh positif

terhadap intensi kewirausahaan. Oleh karena itu, hipotesis 3 yaitu sikap personal

berpengaruh positif terhadap intensi kewirausahaan secara statistic dapat diterima

dan hipotesis 5 yaitu persepsi kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap intensi

kewirausahaan siswa SMK secara statistic dapat diterima. Sedangkan, hipotesis 4

yaitu norma subyektif berpengaruh positif terhadap intensi kewirausahaan secara

statistic tidak dapat diterima atau ditolak. Penelitian penulis diperkuat oleh hasil

penelitian Gelderen, et.al (2008) yang menunjukkan bahwa dua variabel yang

paling penting untuk menjelaskan kewirausahaan adalah persepsi kontrol perilaku

(perceived behavioral control) dan sikap (attitude). Berdasarkan hasil penelitian,

penulis menduga bahwa hasil interaksi individu dengan lingkungan terdekat

berkaitan dengan situasi kerja, lingkungan kerja, dan jenis pekerjaan belum dapat

mempengaruhi siswa untuk memilih berkarir sebagai wirausahawan, tetapi hanya

mampu mempengaruhi penilaian mengenai karir wirausaha dan sedikit merubah

persepsi siswa terhadap kemudahan atau kesulitan berwirausaha. Namun,

berdasarkan hasil deskripsi variabel ditemukan bahwa semua variabel dalam

penelitian menunjukkan kriteria ”tinggi”. Artinya bahwa tingginya intensi

kewirausahaan siswa lebih banyak dipengaruhi oleh variabel lain di luar model

intensi kewirausahaan.

Dalam pembahasan bab sebelumnya, intensi merupakan faktor motivasi

yang dapat memengaruhi perilaku seseorang, semakin kuat intensi yang dimiliki

maka akan semakin besar terwujudnya perilaku yang diharapkan. Menurut Luiz,

et.al (2015: 760) lima dimensi dari intensi kewirausahaan, antara lain:

1. Latar belakang pribadi: dimensi ini meliputi unsur-unsur akademis, yaitu faktor

demografi, keluarga dan lingkungan social.

2. Pengetahuan bisnis: sebagai dasar yang fundamental mengenai keterampilan

yang dibutuhkan untuk kinerja pelaksanaan kegiatan usaha, dengan

Page 43: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

114

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mempertimbangkan pengetahuan yang berbeda mengenai manajemen

perusahaan. Terutama untuk membedakan pengusaha yang memiliki

kemampuan dalam mengidentifikasi peluang dan mengambil keuntungan

penuh dari bisnis yang muncul dari waktu ke waktu.

3. Motivasi berwirausaha: keterampilan ini berhubungan dengan motivasi untuk

membuat bisnis pribadi, dengan mempertimbangkan empat faktor motivasi:

kebutuhan untuk kebebasan, pengembangan pribadi, memperoleh

kemakmuran dan kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan.

4. Auto efektivitas kewirausahaan: menjelaskan sejauh mana seseorang percaya

pada kemampuan mereka untuk melakukan tugas yang diberikan.

5. Lingkungan pendidikan: persepsi individu mengenai pengaruh lingkungan,

berkaitan dengan lembaga pendidikan tinggi dan bagaimana dapat

mempengaruhi aspirasi berwirausaha mereka.

Sedangkan, Ajzen (1991) dalam teori Planned Behavior menyatakan bahwa

intensi diasumsikan dapat memprediksi faktor motivasi yang mempengaruhi

perilaku, indikasinya yaitu seberapa keras orang bersedia untuk mencoba, berapa

banyak dari upaya mereka untuk mengerahkan, dalam rangka mewujudkan perilaku

tertentu. Artinya, semakin kuat intensi yang terlibat dalam perilaku, semakin besar

kinerja yang dilakukan individu. Selanjutnya, perilaku intensi dapat diekspresikan

jika perilaku yang dimaksud berada di bahwa kontrol kehendak, yaitu jika

seseorang mampu memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku

tersebut meskipun perilaku tersebut mudah dilakukan tetapi tetap bergantung pada

faktor-faktor nonmotivasi seperti ketersediaan peluang, dan sumber daya (waktu,

uang, keterampilan, kerja sama dengan orang lain) (Ajzen, 1991). Berdasarkan

uraian di atas dapat dikatakan bahwa intensi kewirausahaan merupakan predictor

terbaik dalam mengukur kemungkinan besar siswa memilih karir sebagai

wirausaha.

4.9 Temuan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan beberapa temuan,

sebagai berikut:

Page 44: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

115

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. Menurut teori Planned Behavior dari Ajzen, intensi kewirausahaan dipengaruhi

oleh sikap personal, norma subyektif, dan persepsi kontrol perilaku. Temuan

penulis, norma subyektif berpengaruh negative terhadap intensi

kewirausahaan, kemudian hanya sikap personal dan persepsi kontrol perilaku

yang berpengaruh positif terhadap intensi kewirausahaan. Namun demikian,

norma subyektif berpengaruh terhadap sikap personal dan persepsi kontrol

perilaku yang kemudian kedua variabel tersebut berkontribusi terhadap intensi

kewirausahaan. Hasil penelitian penulis tidak mendukung teori Planned

Behavior dari Ajzen berkaitan dengan pengaruh norma subyektif terhadap

intensi kewirausahaan, namun temuan tersebut didukung oleh penelitian Linan

dan Chen (2009) sebagai peneliti yang mengembangkan model intensi

kewirausahaan yang disebut dengan Entrepreneurial Intentions Questionare

(EIQ).

2. Berdasarkan estimasi parameter model struktural intensi kewirausahaan

diperoleh hasil uji kesesuaian model yang diusulkan fit dengan data sampel

tetapi ada hasil estimasi koefisien jalur yang tidak signifikan yaitu NS (Norma

Subyektif) terhadap IK (Intensi Kewirausahaan) sehingga model perlu

diperbaiki dengan trimming dengan tujuan untuk memperoleh model yang

paling sederhana. Oleh karena itu, penulis mengajukan model intensi

kewirausahaan untuk siswa SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung

seperti Gambar 4.3.

Sikap Personal

Norma Subyektif

Persepsi Kontrol

Perilaku

Intensi

Kewirausahaan

Page 45: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

116

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.3 Model Intensi Kewirausahaan setelah Trimming

3. Model persamaan structural yang digunakan dalam analisis empiris pada siswa

SMK di UPTD Wilayah 1 Kabupaten Bandung menunjukkan hasil yang

kurang memuaskan. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh lain di luar

model yang berpengaruh cukup besar terhadap intensi kewirausahaan.

Berdasarkan hasil penelitian penulis dan penelitian lainnya menunjukkan

bahwa model intensi kewirausahaan yang dikembangkan oleh Linan dan Chen

(2009) yang mengadaptasi teori Planned Behavior dari Azjen masih terdapat

keterbatasan. Meskipun terdapat keterbatasan tetapi model tersebut masih

cukup memadai untuk mengukur intensi kewirausahaan siswa SMK. Hal

tersebut dapat dilihat dari model yang digunakan pada siswa SMK di UPTD

Wilayah 1 Kabupaten Bandung menunjukkan model yang fit.

4. Berdasarkan model intensi kewirausahaan yang digunakan penulis, ditemukan

bahwa pembelajaran kewirausahaan memiliki pengaruh dalam pembentukan

norma subyektif, sikap personal, dan persepsi kontrol perilaku yang pada

akhirnya membentuk intensi kewirausahaan pada siswa SMK. Model yang

digunakan penulis mengadaptasi dari hasil modifikasi Rijal Assidiq Mulyana

(2013) terhadap model intensi kewirausahaan Linan dan Chen (2009), dimana

indikator pembelajaran kewirausahaan pada model yang dikembangkan Linan

dan Chen (2009) tidak ada. Dengan demikian model intensi kewirausahaan

yang digagas oleh Linan dan Chen (2009) memerlukan adanya modifikasi lebih

lanjut guna menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

5. Model intensi kewirausahaan yang digunakan penulis tidak menggunakan

faktor modal individu dan faktor demografi seperti jenis kelamin, usia, jenis

pekerjaan orang tua, dan anggota keluarga lain yang berwirausaha sebagai

variabel kontrol, tetapi hanya sebagai informasi mengenai karakteristik

responden yang diteliti. Menurut Linan dan Chen (2009), faktor modal individu

dan faktor demografi memengaruhi sikap personal, norma subyektif dan

persepsi kontrol perilaku yang kemudian berkontribusi langsung dengan

intensi kewirausahaan. Maka, perlu diadakan penelitian lebih mendalam

Page 46: BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi …repository.upi.edu/23340/7/T_PEKO_1302895_Chapter 4.pdfTabel 4.2 menunjukkan bahwa usia rata-rata siswa SMK kelas XII yaitu

117

Resti Elfia Shanti, 2016 PENGARUH SIKAP PERSONAL, NORMA SUBYEKTIF DAN PERSEPSI KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK DI UPTD WILAYAH 1 KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mengenai faktor modal individu dan faktor demografi dalam hubungannya

dengan intensi kewirausahaan.