BAB VI TES HASIL BELAJAR BAHASA 6.1 Pengertian Tes Hasil ...
Bab Vi (6.1)~h3pti
-
Upload
dwi-hepti-wulandari -
Category
Documents
-
view
22 -
download
0
description
Transcript of Bab Vi (6.1)~h3pti
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Gambaran Tingkat Pengetahuan pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Wajak
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yangmenetap.
Tekanan darah yang normal adalah 120/80 mmHg (Sunardi, 2000). Saat ini Cut-off point yang
biasa digunakan untuk menentukan seseorang menderita hipertensi adalah berdasarkan The
Seventh Report of Joint National Committee (JNC-7) tahun 2003 adalah dikatakan hipertensi
derajat 1, jika TDS 140-159 mmHg dan TDD 90-99, serta dikatakan hipertensi derajat 2, jika
TDS≥160 mmHg dan TDD ≥100 mmHg (Yogiantoro, 2006). Pada penelitian ini, hipertensi
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu dikatakan hipertensi, jika TDS ≥140 mmHg dan atau
TDD ≥90 mmHg dan tidak hipertensi, jika TDS <140 mmHg dan atau TDD <90 mmHg. Pada
penelitian ini digunakan hipertensi primer yaitu hipertensi yang biasanya timbul pada umur 30
– 50 tahun (Schrier, 2000).
Berdasarkan laporan tahunan terbaru Puskesmas Wajak dari bulan Januari sampai
September (2013), angka kejadian hipertensi di Kecamatan Wajak rata-rata menduduki
peringkat ke empat dari 10 penyakit terbanyak, yaitu dengan rata-rata 250 kasus tiap bulannya,
dengan jumlah kunjungan terbanyak berasal dari Desa Wajak.
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian hipertensi adalah
dengan melakukan program gaya hidup sehat seperti: tidak merokok, olah raga teratur,
mengurangi asupan garam natrium, lemak, banyak konsumsi buah dan sayur, mengontrol berat
badan, menciptakan suasana rileks dan lain-lain. Selain itu, untuk mengendalikan agar seseorang
yang terdiagnosis hipertensi diperlukan pengobatan hipertensi dalam mengurangi morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular akibat dampak kelanjutan dari tekanan darah tinggi. Perubahan gaya
hidup juga diperlukan terutama diet rendah garam. Akibat yang ditimbulkan dari seseorang yang
menderita hipertensi baik pada lansia maupun orang dewasa muda adalah sama. Namun, pada
lansia risiko terjadinya komplikasi lebih besar (Yogiantoro, 2006).
Kurangnya pengetahuan akan mempengaruhi pasien hipertensi untuk dapat mengatasi
kekambuhan atau melakukan pencegahan agar tidak terjadi komplikasi. Pengetahuan diperoleh
dari fakta atau kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, dan sebagainya. Serta dapat
diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis (Soekanto, 2002). Tingkat pengetahuan
tersebut dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan
memahami mengenai hipertensi primer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan baik
yaitu sebanyak 24 orang (67,5%), pengetahuan yang cukup sebanyak 7 orang (17,5%) dan
sebanyak 6 orang (15%) yang memiliki pengetahuan tidak baik. Pada kategori pengetahuan baik
hal itu sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007), bahwa pengetahuan
merupakan hasil dari tahu untuk terbentuknya tindakan seseorang yang mencakup kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut pendapat Soekanto (2002), seseorang dengan sumber
informasi yang banyak dan beragam akan menjadikan orang tersebut memiliki pengetahuan yang
luas.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal akan mempengaruhi sikapnya. Sikap tersebut
positif maupun negatif tergantung dari pemahaman individu tentang suatu hal tersebut, sehingga
sikap ini selanjutnya akan mendorong individu melakukan perilaku tertentu pada saat dibutuhkan,
tetapi kalau sikapnya negatif, justru akan menghindari untuk melakukan perilaku tersebut (Azwar,
2003).