bab VI

download bab VI

of 11

description

education

Transcript of bab VI

63

BAB VIPEMBAHASANSetelah mendapatkan hasil penelitian yang disajikan dalam dua bentuk analisa data yaitu analisa univariat dan analisa bivariat, selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai tujuan khusus yang ingin diperoleh yaitu;1. Analisis Univariat

A. Gambaran kepatuhan perawat dalam standar operasional prosedur pemasangan infuse di RS Umum Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2013.Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak 2013, menunjukan dari 76 responden yang diteliti, masih banyak (30,3%) ditemukan perawat pelaksana yang tidak patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus.Hal ini menggambarkan bahwa perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Dr. Adjidarmo sebagian besar patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus, sedangkan yang tidak patuh hanya sebagian kecil saja, hal yang menyebabkan adanya ketidakpatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus ini adalah kurangnya sarana yang tersedia, misalnya perlak atau pengalas, tourniquet, handscoon, sabun cuci tangan dan bengkok. Selain itu disebabkan oleh kurangnya informasi atau sosialisasi tentang pengertian, tujuan dan fungsi standar operasional prosedur pemasangan infus. Selain itu juga disebabkan karena perawat hanya memikirkan resiko tertular penyakit pada diri sendiri yang harus dijaga sedangkan resiko penularan atau infeksi nosokomial yang terjadi kepada pasien diabaikan, hal ini terbukti saat melaksanakan tindakan pemasangan infus sebagian besar tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan pemasangan infus sedangkan setelah pemasangan infus semua responden melakukan cuci tangan. Bila hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap timbulnya infeksi. Selain itu juga ketidak patuhan perawat bisa disebabkan dari pihak rumah sakit belum adanya sanksi atau reward terhadap kepatuhan perawat dalam melakukan tindakan pemasangan infus yang sesuai dengan SOP. Perilaku kepatuhan ini bersifat sementara karena perilaku ini akan bertahan bila ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka akan timbul perilaku ketidakpatuhan. Perilaku kepatuhan ini akan optimal jika perawat itu sendiri menganggap perilaku ini bernilai positif, yang akan terintegrasikan melalui tindakan asuhan keperawatan. Perilaku kepatuhan ini akan dapat dicapai jika manager keperawatan merupakan orang yang dapat dipercaya dan dapat memberikan motivasi (Sarwono, 2007). Untuk mencegah terjadinya malpraktek dalam tindakan pemasangan infus, maka perawat harus patuh terhadap apa yang menjadi tugasnya dan dapat menjalankan serta melaksanakannya dengan baik dan benar secara konsisten.B. Gambaran pengetahuan perawat tentang standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2013.Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak 2013, menunjukan dari 76 responden yang diteliti, bahwa sebagian responden memiliki pengetahuan baik yaitu 23 orang (30,3%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 37 orang (48,7%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16 orang (21,0%).

Berdasarkan hasil statistik didapatkan data bahwa sebagian besar responden memilki pengetahuan kurang dan cukup tentang standar operasional prosedur pemasangan infus adalah (69,7%.) Untuk responden yang memiliki pengetahuan baik hanya 23 orang (30,3%). Padahal dalam melaksanakan tugas keperawatan, perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang baik dalam hal keperawatan. Kurangnya responden yang memiliki pengetahuan baik tentang standar operasional prosedur pemasangan infus disebabkan karena kurangnya terpapar informasi tentang apa itu standar operasional prosedur, tujuannya dan manfaatnya sehingga perawat menganggap standar operasional prosedur tidak penting bagi terlaksananya pekerjaan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga standar operasional prosedur yang ada di ruangan hanya sekedar arsip saja yang tersimpan rapi di lemari, selain itu juga perawat yang bertugas di ruang rawat inap lebih berfokus terhadap menjalankan instruksi medis, sedangkan kesadaran perawat tentang pentingnya membaca isi dokumen standar operasional prosedur masih kurang.Standar operasional prosedur seharusnya mudah untuk dilihat dan dibaca oleh perawat setiap hari, khususnya standar operasional prosedur tindakan yang sering dilakukan di masing-masing ruangan. Maka standar operasional prosedur seharusnya ditempelkan ditempat-tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh perawat.

Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Selain kurang terpaparnya informasi tentang standar operasional prosedur pemasangan infus, kurangnya responden yang memiliki pengetahuan baik, disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari tim INOK (infeksi nosokomial) tentang pentingnya tindakan cuci tangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar (1995) bahwa kurangnya informasi yang simultan tentang suatu objek cenderung mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang objek tersebut. Sedangkan yang disebabkan dari pihak rumah sakit adalah jarang atau kurangnya mengadakan pelatihan secara khusus tentang pentingnya keterampilan pemasangan infus. Notoatmojo (2003) mengungkapkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh diantaranya melalui pendidikan formal, non formal, pengalaman dan media masa. Pengetahuan atau kognitif merupan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

C. Gambaran sikap perawat tentang standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2013.Berdasarkan hasil penelitian mengenai sikap perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak 2013 yang dilakukan kepada 76 responden didapatkan bahwa perawat pelaksana sebagian 22 orang (28,9%) masih memiliki sikap yang negatif terhadap standar operasional prosedur pemasangan infus. Hal yang dapat mempengaruhi sikap negatif perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus diantaranya ketidakpedulian atau acuh, perawat sebenarnya mengetahui pentingnya tindakan cuci tangan tapi karena sikap acuh atau cueknya tersebut yang menjadikan perawat itu memiliki sikap negatif. Selain itu juga disebabkan oleh ketidaktahuan perawat tentang isi dokumen standar operasional prosedur pemasangan infus.

Dalam kehidupan sehari-hari sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional. Sikap adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. (Azwar, 1995).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap stimulus atau objek (Notoatmojo, 2007). Sikap belum merupakan suatu tindakan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau kepatuhan.

Sikap juga dikatakan sebagai suatu respon evaluatif, yang berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai-nilai baik, positif - negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap suatu objek.D. Gambaran motivasi perawat tentang standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2013.Berdasarkan hasil penelitian mengenai motivasi perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak 2013 yang dilakukan terhadap 76 responden , masih ada sebagian kecil perawat pelaksana (19,7%) yang memiliki motivasi kurang baik terhadap standar operasional prosedur pemasangan infus. Faktor yang menyebabkan kurangnya motivasi perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus diantaranya disebabkan oleh imbalan jasa atau insentif, perawat mau melaksanakan perawatan dan pemasangan infus karena motivasinya ingin mendapat imbalan atau jasa yang besar, kurangnya pengawasan oleh kepala ruangan atau perawat supervisi. Selain itu juga karena ingin dipuji. Perawat melakukan tindakan pemasangan infus motivasinya karena ingin dipuji oleh kepala ruangan bukan karena ingin meningkatkan pengetahuan atau keterampilan tentang standar operasional prosedur pemasangan infus.Menurut Widyatun (2002) ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu; faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri, bisanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas.

Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tetapi ada kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut.sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar berasal dari lingkungan, dukungan sosial dan media. 2. Analisis BivariatA. Hubungan antara pengetahuan perawat terhadap kepatuhan melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2013.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus lebih banyak terjadi (94,0%) pada kelompok perawat yang berpengetahuan kurang baik dan cukup dibandingkan dengan perawat yang berpengetahuan baik tidak terdapat yang tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus.

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi square di dapatkan nilai p value : 0,000 berarti p< dimana nilai : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. Artinya bahwa tingkat pengetahuan perawat dapat mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus, karena semakin baik pengetahuan mengenai standar operasional prosedur pemasangan infus maka setiap melaksanakan tindakan pemasangan infus akan melaksanakan prinsip-prinsip utama pemasangan infus. Jadi semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka akan memiliki sikap yang positif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ratnawati (2008) tentang Hubungan antara tingkat pengetahuan perawat tentang patient safety dengan tindakan pemasangan infus sesuai SOP, terhadap 103 responden, dari 47 orang yang mempunyai pengetahuan kurang, hanya 45, 6% yang melakukan tindakan sesuai prosedur, sedangkan yang melakukan tindakan tidak sesuai dengan prosedur sebanyak 53,3%. Ini berarti menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan.Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penggolongan pengetahuan termasuk dalam faktor predisposisi, yaitu untuk dapat melakukan sesuatu (mengadopsi prilaku) seseorang harus tahu terlebih dahulu mengenai arti dan manfaatnya berperilaku tersebut, dan pengaruh pengetahuan ini bisa mendorong terhadap suatu tindakan tergantung dari apa yang dilakukan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng.

Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo sesuai dengan teori bahwa perawat yang mempunyai pengetahuan baik akan patuh terhadap aturan yang berlaku, termasuk aturan mengenai protap pemasangan infus.

B. Hubungan antara sikap perawat terhadap kepatuhan melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2013.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus lebih banyak terjadi (68,2%) pada kelompok perawat yang memiliki sikap negatif, dibandingkan dengan perawat yang memiliki sikap positif hanya (14,8%) yang tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus.

Nilai OR yang diperoleh sebesar 12,32 yang berarti bahwa perawat pelaksana memiliki sikap tidak setuju terhadap standar operasional prosedur pemasangan infus memiliki resiko 12 kali lebih besar yang tidak patuh melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus, bila dibandingkan dengan perawat pelaksana yang memiliki sikap setuju terhadap standar operasional prosedur pemasangan infus.

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi square di dapatkan nilai p value : 0,000 berarti p< dimana nilai : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muchaminudin tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melaksankan SOP infus di RSUP Dr. Karyadi Semarang, bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan.Sikap perawat yang baik tentang prosedur pemasangan infus, ditunjukan dengan perawat yang sangat setuju tentang SOP pemasangan infus di RS. Sikap yang baik ini ditunjukan dengan respon perawat untuk melakukan cuci tangan dan memakai sarung tangan pada saat melakukan pemasangan infus.Sikap adalah kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek , dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi suatu objek (Azwar,1995). Dengan kata lain sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung maupun tidak mendukung atau memihak atau tidak memihak pada objek tersebut.

Sikap merupakan cikal bakal dari sebuah perilaku, karena sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk berperilaku. Jadi ada kesejajaran antara sikap dengan perilaku. Dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang menyebabkan perilaku responden kurang baik diantaranya pengetahuan dan sikap.

Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmojo (2003) apabila perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) begitu pula sebaliknya.

Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo sesuai dengan teori bahwa perawat yang mempunyai sikap positif akan patuh terhadap aturan yang berlaku, termasuk aturan mengenai protap pemasangan infus.

C. Hubungan antara motivasi perawat terhadap kepatuhan melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak tahun 2013Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus lebih banyak terjadi (60,0%) pada kelompok perawat yang memiliki motivasi yang kurang baik, dibandingkan dengan perawat yang memiliki motivasi baik yaitu hanya (23,0%) yang tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus.

Nilai OR yang diperoleh sebesar 5,036 yang berarti bahwa perawat pelaksana memiliki motivasi kurang baik terhadap standar operasional prosedur pemasangan infus memiliki resiko 5 kali lebih besar yang tidak patuh melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus, bila dibandingkan dengan perawat pelaksana yang memiliki motivasi yang baik terhadap standar operasional prosedur pemasangan infus.

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi square di dapatkan nilai p value : 0,013 berarti p< dimana nilai : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. Artinya bahwa tingkat motivasi perawat dapat mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus, karena semakin baik motivasi yang dimiliki mengenai standar operasional prosedur pemasangan infus maka setiap melaksanakan tindakan pemasangan infus akan melaksanakan prinsip-prinsip utama pemasangan infus. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muchaminudin tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melaksankan SOP infus di RSUP Dr. Karyadi Semarang, bahwa terdapat hubungan antara motivasi dengan kepatuhan. Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi dapat timbul dalam diri individu atau datang dari lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik), bukan pengaruh lingkungan. (Sunaryo, 2004). Sedangkan motif adalah energi dasar yang terdapat dalam diri individu dan menentukan perilaku. Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait mengkait dengan faktor lain, hal yang dapat mempengaruhi motif disebut motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa orang tersebut berbuat arau berperilaku kearah sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi (motivated behavior) (Sunaryo,2004). Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo sesuai dengan teori bahwa perawat yang mempunyai motivasi yang baik akan patuh terhadap aturan yang berlaku, termasuk aturan mengenai standar operasional prosedur pemasangan infus.

53

STIKes Faletehan

STIKes Faletehan