BAB V XXX

34
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013. A. Gambaran Umum Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah satuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat yang menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas, guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan. 54

Transcript of BAB V XXX

Page 1: BAB V XXX

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh peneliti di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013.

A. Gambaran Umum Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) adalah satuan organisasi

fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat

dengan peran serta aktif masyarakat yang menggunakan hasil pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul

oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan

dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas, guna

mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan

perorangan.

Pelayanan kesehatan menyeluruh adalah pelayanan kesehatan yang

meliputi promotif (penyuluhan kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif

(penyembuhan penyakit) maupun rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dan

ditujukan untuk semua golongan umur dan jenis kelamin.

Puskesmas Sukarami sebagai Unit Pelayanan Kesehatan terdepan

tingkat dasar, harus mampu mandiri dan bertanggung jawab terhadap

kesehatan masyarakat khususnya di wilayah kerjanya yang meliputi 2 (dua)

keluarahan yakni Kelurahan Kebun Bunga dan Kelurahan Sukarami dalam

54

Page 2: BAB V XXX

55

membantu Dinas Kesehatan Kota Palembang untuk mencapai Visi

Palembang Sehat Tahun 2013.

1. Letak Geografi

Puskesmas Sukarami berdiri tahun 1990 dengan luas bangunan

kurang lebih 200 m2, ditambah enam unit rumah dinas untuk dokter dan

paramedis sehingga luas seluruhnya mencakup kurang lebih 450 m2.

Lokasi Puskesmas Sukarami berada di Jalan Kebun Bunga Kelurahan

Kebun Bunga Kecamatan Sukarami, berdekatan dengan beberapa instansi

seperti kantor kecamatan sukarami, kantor Kelurahan Kebun Bunga,

Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan kantor KUA kecamatan

Sukarami. Berjarak ± 1 km dari Jalan Kolonel H. Burlian Km 9.

Puskesmas Sukarami dapat ditempuh dengan kendaraan umum, baik roda

dua maupun kendaraan roda empat. Wilayah kerja Puskesmas meliputi

tiga kelurahan :

a. Kelurahan Kebun Bunga

b. Kelurahan Sukarami

c. Kelurahan Karya Baru

Luas keseluruhan wilayah tersebut adalah 1.550 km2 yang sebagian

besar hanya dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua ataupun belum

ada kendaraan umum dengan kondisi tanah perbukitan dan dataran rendah

serta jumlah penduduk 51.859 jiwa.

2. Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami

Adapun batas wilayah puskesmas Sukarami Palembang meliputi:

Page 3: BAB V XXX

56

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Srijaya, Suka Bangun.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kenten.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Karya Baru.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sukajadi

3. Visi dan Misi Puskesmas

Visi dan misi serta tujuan dari Puskesmas Sukarami Palembang adalah :

a. Visi

Tercapainya wilayah kerja puskesmas Sukarami yang sehat optimal

tahun 2014

b. Misi

1) Meningkatkan sarana dan prasarana dan pelayanan bermutu prima

2) Meningkatkan kemitraan pada semua pihak

3) Meningkatkan sumber daya manusia di Puskesmas Sukarami

4) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat

5) Menciptakan suasana nyaman dilingkungan kerja

c. Tujuan Pokok Puskesmas

1) Menyelenggarakan segala urusan rumah tangga daerah dalam

bidang kesehetan yang menjadi tanggung jawabnya dan tugas

pembantuan yang diberikan oleh pemerintah tingkat I dan

pemerintah kota.

2) Pembinaan umum bidang kesehatan meliputi pendekatan promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif berdasarkan kebijaksanaan yang

ditetapkan oleh Gubernur.

Page 4: BAB V XXX

57

3) Pembinaan teknis upaya kesehatan dasar dan upaya pelayanan

kesehatan rujukan berdasarkan kebijaksanaan teknis yang

ditetapkan oleh menteri kesehatan.

4) Pembinaan operasional sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan

oleh Bupati / Walikota Kepala Daerah Tingkat I.

4. Demografi

Adapun peta demografi di wilayah kerja puskesmas Sukarami Tahun

2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.1 Peta Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Tahun 2012

No Kondisi DemografiKelurahan

JumlahKebun Bunga

Sukarami

1. Jumlah Penduduk 32223 19636 51859

2. Jumlah Kepala Keluarga 5505 3153 3663

3. Jumlah Bayi 440 274 318

4. Jumlah Balita 1229 661 1880

5. Jumlah Posyandu 6 11 17

6. Jumlah Kader 9 2 8

Sumber : Profil Puskesmas Sukarami Tahun 2013

5. Sarana dan Prasarana

a. Sumber dana

1) Retribusi 40%

2) ASKES

3) APBD

4) JPS BK

Page 5: BAB V XXX

58

b. Sarana transportasi

1) Mobil ambulance pusling 1 unit

2) Sepeda motor 2 unit

c. Sarana administrasi

Sampai saat ini Puskesmas Sukarami memiliki satu unit komputer

yang digunakan semaksimal mungkin untuk pembuatan laporan dan

pembukuan di Puskesmas.

6. Kegiatan dan Program

a. Kesehatan Ibu dan Anak

1) Pemeriksaan antenatal, buteki, nifas

2) Pemeriksaan MTBS

3) Keluarga berencana

4) Pembinaan posyandu

5) Pembinaan TK

6) Pemberian kapsul vitamin A

7) pemberian tablet penambah darah

8) Penyuluhan pemanfaatan pekarangan

9) Penyuluhan PMT

10) Pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah

11) Penyuluhan gilingan emas

b. Kesehatan lingkungan

1) Penyuluhan kesehatan lingkungan sekolah, posyandu, dan

pemukiman

Page 6: BAB V XXX

59

2) Pendataan rumah sehat

3) PHBS

4) Pendataan TPM-TPU

5) Penyuluhan gilingan emas

c. P2P

1) P2 ISPA

a) Penyuluhan penyakit ISPA

b) Penemuan penderita ISPA

c) Pengobatan penderita ISPA

2) P2 Diare

a) Penyuluhan penyakit diare

b) Pengobatan penderita diare

c) Rehidrasi rumah tangga

3) P2 TB paru

a) Penyuluhan penyakit TB paru

b) Pengobatan penderita TB paru

c) Pemeriksaan dahak dirujuk ke puskesmas Dempo karena

puskesmas Ariodillah merupakan puskesmas satelit

4) DHF

a) Penyuluhan penyakit DHF

b) Pengobatan penderita DHF

5) Imunisasi

a) Penyuluhan imunisasi

Page 7: BAB V XXX

60

b) Pelayanan imunisasi bayi, bumil, dan caten

c) Pelayanan imunisasi anak SD

6) Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan

a) Pengobatan umum

b) Penyuluhan peserta dan keluarga Askes

c) Pengobatan keluarga miskin dan JPS-BK

d) Rujukan

7) Penyuluhan kesehatan masyarakat

a) Didalam gedung puskesmas

b) Diluar gedung puskesmas

8) Usaha kesehatan sekolah (UKS)

a) Pendataan dan penimbangan anak TK

b) Pendataan dan skrining anak SD kelas I

c) Imunisasi (Bias)

9) Perawatan kesehatan masyarakat

a) Rujukan kasus risiko tinggi

b) Kunjungan rumah penderita TB paru dan lain-lain

c) Kunjungan rumah bumil, bayi, balita berisiko tinggi

10) Kesehatan gigi dan mulut

a) Pengelolaan penyakit gigi dan mulut

b) Penyuluhan penyakit gigi dan mulut di Posyandu

c) Penyuluhan dan pemeriksan gigi di TK dan SD

Page 8: BAB V XXX

61

11) Laboratorium sederhana

a) Untuk bumil, pemeriksaan Hb

b) Pemeriksaan kehamilan dengan gravindica stick secara

sederhana

c) Sputum BTA

d) Pemeriksaan widal

12) Kesehatan mata

a) Penyuluhan penyakit mata

b) Pencarian penderita penyakit mata

c) Pengobatan penderita penyakit mata

d) Merujuk penderita kelainan mata

13) Pencatatan dan pelaporan

a) Laporan bulanan

b) Laporan mingguan

c) Laporan PWS KIA, Gizi, Imunisasi

d) Laporan KB

e) Laporan P2M

f) Laporan tahunan

g) Laporan stratifikasi

h) Laporan keuangan

14) Kesehatan usia lanjut

a) Pendataan usia lanjut

b) Pengobatan usia lanjut

Page 9: BAB V XXX

62

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Dalam analisa univariat dihasilkan distribusi frekuensi jumlah dan

persentase dari masing-masing kategori variabel independen (memberi

ASI eksklusif, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan

air bersih dan menggunakan jamban sehat) dan variabel dependen

(kejadian diare pada balita).

a. ASI eksklusif

Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel

memberi ASI eksklusif menjadi 2 kategori yaitu ASI eksklusif dan

tidak ASI eksklusif, hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Memberi ASI Eksklusif di

Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

No Memberi ASI eksklusif Frekuensi Persentase %

1 ASI eksklusif 21 52,5

2 Tidak ASI eksklusif 19 47,5

Total 40 100

Distribusi memberi ASI eksklusif berdasarkan kategori pada

tabel 5.2, hasil penelitian didapatkan responden yang memberi ASI

ekslusif sebanyak 21 keluarga (52,5%), dan responden yang tidak

memberikan ASI eksklusif sebanyak 19 keluarga (47,5%) dari 40

keluarga.

Page 10: BAB V XXX

63

b. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun menjadi 2 kategori, yaitu

baik dan kurang baik. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

NoMencuci Tangan dengan

Air Bersih dan SabunFrekuensi Persentase %

1 Baik 27 67,5

2 Kurang Baik 13 32,5

Total 40 100

Distribusi mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

berdasarkan kategori pada tabel 5.3, hasil penelitian didapatkan

responden yang baik dalam mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun sebanyak 27 keluarga (67,5%), dan responden yang kurang baik

sebanyak 13 keluarga (32,5%) dari 40 keluarga.

c. Menggunakan air bersih

Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel

menggunakan air bersih menjadi 2 kategori, yaitu air bersih dan air

kurang bersih. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.4.

Page 11: BAB V XXX

64

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Menggunakan Air Bersih di

Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

No Menggunakan Air Bersih Frekuensi Persentase %

1 Air Bersih 30 75

2 Air Kurang Bersih 10 25

Total 40 100

Distribusi menggunakan air bersih berdasarkan kategori pada

tabel 5.4, hasil penelitian didapatkan responden yang menggunakan

air bersih sebanyak 30 keluarga (75%), dan responden yang

menggunakan air kurang bersih sebanyak 10 keluarga (25%) dari 40

keluarga.

d. Menggunakan jamban sehat

Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel

menggunakan jamban sehat menjadi 2 kategori, yaitu jamban sehat

dan jamban kurang sehat. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Menggunakan Jamban

Sehat di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

NoMenggunakan Jamban

SehatFrekuensi Persentase %

1 Jamban Sehat 30 75

2 Jamban Kurang Sehat 10 25

Total 40 100

Page 12: BAB V XXX

65

Distribusi menggunakan jamban sehat berdasarkan kategori

pada tabel 5.5, hasil penelitian didapatkan responden yang

menggunakan jamban sehat sebanyak 30 keluarga (75%), dan

responden yang menggunakan jamban kurang sehat sebanyak 10

keluarga (25%) dari 40 keluarga.

e. Kejadian diare

Berdasarkan hasil perhitungan, peneliti membagi variabel

kejadian diare menjadi 2 kategori, yaitu diare dan tidak diare. Hasil

analisis dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Diare di

Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

No Kejadian Diare Frekuensi Persentase %

1 Diare 19 52,5

2 Tidak Diare 21 47,5

Total 40 100

Distribusi kejadian diare berdasarkan kategori pada tabel 5.6,

hasil penelitian didapatkan responden yang balitanya mengalami diare

dalam 6 bulan terakhir sebanyak 19 keluarga (47,5%), dan responden

yang balitanya tidak mengalami diare dalam 6 bulan terakhir sebanyak

21 keluarga (52,5%) dari 40 keluarga.

Page 13: BAB V XXX

66

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

independen (memberi ASI eksklusif, mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun, menggunakan air bersih dan menggunakan jamban sehat)

dengan variabel dependen (kejadian diare pada balita), uji hubungan pada

penelitian ini menggunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan 5 %

(0,05).

a. Hubungan antara Memberi ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare Pada

Balita.

Tabel 5.7Hubungan antara Memberi ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare Pada

Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

NoMemberi ASI

Eksklusif

Kejadian Diare

Total OR 95% CI

PValue

Tidak Diare

Diare

n % n % n %

1. ASI Eksklusif 11 52,4 10 47,6 21 100 1,010(,292-3,500)

1,0002,

Tidak ASI Eksklusif

10 52,6 9 47,4 19 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Dari tabel 5.7, dapat diketahui bahwa keluarga yang memberikan

ASI eksklusif dari 21 responden, balita yang mengalami diare 10

(47,6%), lebih besar bila dibandingkan dengan keluarga yang tidak

memberikan ASI eksklusif, balita yang mengalami diare 9 (47,4%)

dari 19 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 1,000

Page 14: BAB V XXX

67

maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti tidak

ada hubungan yang signifikan antara memberi ASI eksklusif dengan

kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun

2013.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Rotio) = 1,010

artinya keluarga yang tidak memberikan ASI eksklusif mempunyai

peluang 1,01 kali balitanya terkena diare dari pada keluarga yang

memberikan ASI eksklusif.

b. Hubungan antara Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun

dengan Kejadian Diare pada Balita

Tabel 5.8Hubungan antara Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun

dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

No

Mencuci Tangan

dengan Air Bersih dan

Sabun

Kejadian Diare

Total OR 95% CI

PValue

Tidak Diare

Diare

n % n % n %

1. Baik 16 59,3 11 40,7 27 100 0,430 (,111-1,667)

0,3702, Kurang Baik 5 38,5 8 61,5 13 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Dari tabel 5.8, dapat diketahui bahwa keluarga yang mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun baik dari 27 responden, balita

yang mengalami diare 11 (40,7%), lebih kecil bila dibandingkan

dengan keluarga yang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

Page 15: BAB V XXX

68

kurang baik balita yang mengalami diare 8 (61,5%) dari 13 responden.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,370 maka dapat

disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami

Palembang tahun 2013.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio) = 0,430

artinya keluarga yang mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

yang kurang baik mempunyai peluang 0,430 kali balitanya terkena

diare dari pada keluarga yang mencuci tangan dengan air bersih dan

sabun yang baik.

c. Hubungan antara Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare

pada Balita

Tabel 5.9Hubungan antara Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada

Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

NoMenggunakan

Air Bersih

Kejadian Diare

Total OR 95% CI

PValue

Tidak Diare

Diare

n % n % n %

1. Air Bersih 18 60 12 40 30 100 0,430 (,111-1,667)

0,1482,

Air Kurang Bersih

3 30 7 70 10 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Page 16: BAB V XXX

69

Dari tabel 5.9, dapat diketahui bahwa keluarga yang menggunakan

air bersih dari 30 responden, balita yang mengalami diare 12 (40%),

lebih kecil bila dibandingkan dengan keluarga yang menggunakan air

kurang bersih, balita yang mengalami diare 7 (70%) dari 10 responden.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,148 maka dapat

disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti tidak ada hubungan

yang signifikan antara menggunakan air bersih dengan kejadian diare

pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang tahun 2013.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio) = 0,430

artinya keluarga yang tidak menggunakan air bersih terkena

peluang ,430 kali balitanya mengalami diare dari pada keluarga yang

menggunakan air kurang bersih.

d. Hubungan antara Menggunakan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare

pada Balita

Tabel 5.10Hubungan antara Menggunakan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare

pada Balita di Puskesmas Sukarami Palembang Tahun 2013

NoMenggunakan Jamban Sehat

Kejadian Diare

Total OR 95% CI

PValue

Tidak Diare

Diare

n % n % n %

1. Jamban Sehat 17 56,7 13 43,3 30 100 0,510 (,119-2,188)

0,4732,

Jamban Kurang Sehat

4 40 6 60 10 100

Total 21 52,5 19 47,5 40 100

Page 17: BAB V XXX

70

Dari tabel 5.10, dapat diketahui bahwa keluarga yang

menggunakan jamban sehat dari 30 responden, balita yang mengalami

diare 13 (43,3%), lebih kecil bila dibandingkan dengan keluarga yang

menggunakan jamban kurang sehat, balita yang mengalami diare 6

(60%) dari 10 responden. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value =

0,473 maka dapat disimpulkan Ha ditolak dan Ho diterima. Ini berarti

tidak ada hubungan yang signifikan antara menggunakan jamban

dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami Palembang

tahun 2013.

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR (Odds Ratio) = 0,51,

artinya keluarga yang tidak menggunakan jamban sehat mempunyai

peluang 0,51 kali balitanya terkena diare dari pada keluarga yang

menggunakan jamban kurang sehat.

C. Pembahasan

1. Pembahasan

a. Diare

Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari, dengan

atau tanpa darah dan lendir dalam feses. Secara epidemiologik,

biasanya diare didefinisikan sebagai pengeluaran feses lunak atau

cair tiga kali atau lebih dalam satu hari, tetapi ibu mungkin

menggunakan istilah berbeda-beda untuk menggambarkan diare.

Secara lebih praktis diare didefinisikan sebagai frekuensi feses

Page 18: BAB V XXX

71

menjadi lebih lunak pada anak sehingga dianggap abnorma oleh

ibu anak tersebut (Sodikin, 2012).

Hasil penelitian ini didapatkan balita yang mengalami diare

dalam 6 bulan terakhir sebanyak 19 (47,5%) keluarga dan

responden yang balitanya tidak mengalami diare dalam 6 bulan

terakhir sebanyak 21 (52,5%) keluarga dari 40 keluarga.

b. Hubungan Memberi ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada

Balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value = 1,000

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup

bersih dan sehat rumah tangga dalam memberi ASI eksklusif

dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami

Palembang tahun 2013.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Arie, K (2011), yang

menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

pemberian ASI ekslusif dengan kejadian diare. Berdasarkan

penelitian Supiyan (2012), di dapatkan p value = 0,867 ini

menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

memberi ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita.

Menurut Maryunani (2013), bahwa ASI berperan dalam

pencegahan agar bayi tidak sering sakit. Dengan adanya peran dari

keluarga dalam menerapkan ASI eksklusif dapat mencegah balita

Page 19: BAB V XXX

72

untuk tidak sering sakit, salah satunya diare. Menurut Arief dan

Weni. K.(2009), salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya

diare pada balita yaitu memberikan ASI eksklusif dari usia 4-6

bulan.

Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara ASI

eksklusif dengan kejadian diare pada balita dikarenakan penelitian

ini di tujukan pada balita usia 1-5 tahun. Di samping itu anak balita

pada umumnya sudah memiliki intensitas bermain yang sering dan

frekuensi jajan pada anak balita juga sudah tinggi sehingga rentan

terkena infeksi saat bermain atau dari jajanan.

c. Hubungan Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun dengan

Kejadian Diare pada Balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value = 0,370

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup

bersih dan sehat rumah tangga dalam mencuci tangan dengan air

bersih dan sabun dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2013.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Supiyan (2012) di

dapatkan p value = 0,766 ini menunjukan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara mencuci tangan dengan air bersih

dan sabun dengan kejadian diare pada balita.

Page 20: BAB V XXX

73

Menurut Maryunani (2013), mencuci tangan adalah salah satu

tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari

dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia

untuk tujuan menjadi bersih. Menurut Arief dan Weni. K.(2009),

salah satu tindakan untuk mencegah terjadinya diare pada balita

yaitu mencuci tangan dengan baik sesudah buang air besar dan

setelah membuang feses bayi, serta sebelum makan.

Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kejadian diare

pada balita dikarenakan penelitian ini di tujukan pada balita usia 1-

5 tahun. Di samping itu anak balita pada umumnya sudah memiliki

intensitas bermain yang sering dan frekuensi jajan pada anak balita

juga sudah tinggi sehingga rentan terkena infeksi saat bermain atau

dari jajanan.

d. Hubungan Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada

Balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value = 0,148

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup

bersih dan sehat rumah tangga dalam menggunakan air bersih

eksklusif dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami

Palembang tahun 2013.

Page 21: BAB V XXX

74

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Supiyan (2012), di

dapatkan p value = 0,433 ini menunjukan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara menggunakan air bersih dengan

kejadian diare pada balita.

Menurut Maryunani (2013), air adalah kebutuhan dasar yang

di pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, mencuci

dan sebagainya agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari

sakit. Adapun syarat-syarat air bersih yaitu tidak berwarna (jernih),

tidak keruh, (harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah), tidak

berasa, dan tidak berbau (bau amis, dan belerang). Menurut Arief

dan Weni. K.(2009), salah satu cara untuk mencegah terjadinya

diare pada balita yaitu dengan menggunakan air bersih untuk

minum.

Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kejadian diare

pada balita dikarenakan penelitian ini di tujukan pada balita usia 1-

5 tahun. Di samping itu anak balita pada umumnya sudah memiliki

intensitas bermain yang sering dan frekuensi jajan pada anak balita

juga sudah tinggi sehingga rentan terkena infeksi saat bermain atau

dari jajanan.

Page 22: BAB V XXX

75

e. Hubungan antara menggunakan jamban sehat dengan kejadian

diare pada balita.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Puskesmas

Sukarami Palembang tahun 2013 didapatkan p value = 0,473

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku hidup

bersih dan sehat rumah tangga dalam menggunakan jamban sehat

dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Sukarami

Palembang tahun 2013.

Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Supiyan (2012),

didapatkan p value = 0,107 ini menunjukan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara menggunakan jamban sehat

dengan kejadian diare pada balita.

Menurut Maryunani (2013), Jamban adalah suatu ruangan

yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang

terdiri atas tempat duduk dengan leher angsa yang dilengkapi

dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya. Adapun syarat-syarat jamban sehat yaitu tidak

mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum

dengan lubang penampungan minimal 10 meter), tidak berbau,

kotoran tidak dapat di jamah oleh serangga dan tikus, tidak

mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman

digunakan, di lengkapi dinding dan atap pelindung, penerangan

dan ventilisai yang cukup, lantai kedap air dan luas ruangan

Page 23: BAB V XXX

76

memadai, dan tersedia air, sebun dan alat pembersih. Menurut

Arief dan Weni. K.(2009), salah satu cara untuk mencegah

terjadinya diare pada balita yaitu dengan menggunakan air bersih

untuk minum.

Peneliti berpendapat bahwa tidak adanya hubungan antara

mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan kejadian diare

pada balita dikarenakan penelitian ini di tujukan pada balita usia 1-

5 tahun. Di samping itu anak balita pada umumnya sudah memiliki

intensitas bermain yang sering dan frekuensi jajan pada anak balita

juga sudah tinggi sehingga rentan terkena infeksi saat bermain atau

dari jajanan.

D. Keterbatasan Penelitian

1. Waktu penelitian yang disediakan sangat singkat dan proses saat

pengumpulan data penelitian terhambat karena diharuskan melakukan

dinas selama penelitian sehingga mempengaruhi jumlah sampel untuk

penelitian ini.