BAB V - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11732/5/T1_362012081_BAB...
Transcript of BAB V - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11732/5/T1_362012081_BAB...
33
BAB V
ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN SATU TAHUN JOKO
WIDODO DAN JUSUF KALLA
5.1. Analisis Data
Berdasarkan analsisi dari koran Kompas dan koran Tempo tentang
pemberitaan satu tahun pemerintahan JKW-JK pada terbitan 21 Oktober 2015, maka
penulis menkaitkan dengan model framing dari Robert N. Entmen. Entman melihat
framing dalam dua dimensi besar: seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-
aspek tertentu dari realitas/ isu, maka dapat kita kaitkan berita-berita yang ada dari
dua koran tersebut dengan model framing ini.
1. Seleksi Isu
Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang
kompleks dan beragam itu, akan dipilih aspek mana yang akan ditampilkan.
Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan akan
memilih aspek tertentu dari suatu isu
2. Penonjolan Aspek
Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu
dari isu/peristiwa telah dipilih maka bagaimana hal tersebut ditulis. Hal ini
sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu
untuk ditampilkan kepada khalayak.
Tabel dibawah ini memperlihatkan judul berita yang berhubungan dengan
berita satu tahun pemerintahan JKW-JKdari kedua koran tersebut.
34
Tabel 5.1.
Judul Berita mengenai satu tahun pemerintahan JKW-JK
Koran Harian Kompas Koran Tempo
1. Beban Masih Berat, Harapan Tetap
Ada / Sub Judul : Optimisme Bisnis
Akan Terwujud apabila Pelaku
Usaha Juga Optimis
Survei Setahun Jokowi-Kalla / Sub
Judul: Hanya Empat Menteri Yang
Kinclong
2. SATU TAHUN PEMERINTAHAN
JOKOWI-KALLA / Sub Judul :
Satu Hari Joko Widodo-Jusuf Kalla
Desakan Reshuffle Menguat Lagi
3. Rapor Merah Bidang Ekonomi Demonstrasi Setahun Jokowi-Kalla
Sepi
4. Menjaga Kesejahteraan Sosial di
Masa Sulit
Jokowi: Kami Baru Bangun Fondasi
5. Kepala Staf Kepresidenan: Tahun
ini Bukan untuk Memanen
6. Presiden dan Protokol...
7. Harapan di Atas Selembar Kartu
8. Memulai Perubahan dari Pinggiran
Sumber: Primer, 2016
Melihat dari judul-judul yang sudah ada, maka penulis akan menganalisa satu-
persatu berita mengenai satu tahun pemerintahan JKW-JK terhadap teori Framing
yang dikemukakan oleh Robert N. Etman seperti keterangan diatas.
Dimulai dengan berita yang diterbitkan oleh Kompas.
1. Judul: Beban Masih Berat, Harapan Tetap Ada / Sub Judul : Optimisme
Bisnis Akan Terwujud apabila Pelaku Usaha Juga Optimis
JAKARTA, KOMPAS – Para eksekutif perusahaan memahami beban berat
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla di bidang perekonomian.
Ekonomi global yang tak menentu menjadi kendala. Akan tetapi, mereka percaya
berbagai langkah pemerintah akan bisa memperbaiki keadaan.
Para pemimpin puncak perusahaan, yaitu CEO General Electric Indonesia Handy
Satriago, CEO PT Astra Internasional Tbk Prijono Sugiarto, CEO Bubu.com Shinta
Dhanuwardoyo, Presiden Direktur CIMBNiaga Tigor M Siahaan, CEO
35
Bukalapak.com Achmad Zaky, dan pendiri Indoestri Makerspace Leonard
Theosabrata, yang ditemui dan dihubungi Kompas, Senin dan selasa (20/10),
mengatakan saat ini pemerintah menghadapi masalah yang tidak ringan. Salah satunya
adalah gejolak ekonomi global. Akan tetapi ada peluang untuk memajukan ekonomi
Indonesia. Mereka dimintai pendapat terkait dengan setahun usia pemerintahan
Jokowi-Kalla.
Tigor M Siahaan menjelaskan, ada sejumlah harapan yang belum terpenuhi
selama setahun awal pemerintahan Jokowi-Kalla. Namun belum terpenuhinya harapan
itu terjadi karena Indonesia menghadapi tantangan besar dari pelambatan pertumbuhan
ekonomi global. Banyak negara juga mengalami hal yang sama dengan Indonesia.
“saat presiden dan wakil presiden terpilih, lalu dilantik, dan kemudian kabinet
terbentuk,ekspektasi kita cukup besar bahwa ekonomi akan tumbuh bagus,
kesejahteraan masyarakat meningkat, dan investasi masuk. Namun, belum semua
harapan itu terwujud karena memang kondisi ekonomi dunia, terutama dipicu oleh
pelambatan perekonomian Tiongkok, sangat mempengaruhi,”tutur Tigor.
Walaupun menghadapi tantangan berat dari ekonomi global, pemerintah dinilai
tanggap, terutama dengan memberi respons melalui paket kebijajkan ekonomi. Paket
kebijakan ekonomi yang diluncurkan pemerintah makin rill dan menyentuh persoalan
langsung perekonomian.
Prijono Sugiarto mengatakan, paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pada
dasarnya sudah baik karna dapat mendorong kegiatan usaha dan iklim investasi yang
sehat melalui penyerderhanaan peraturan izin, dan kemudahan berinvestasi serta dapat
meningkatkan daya beli masyarakat melalui penurunan beberapa biaya energi.
Tantangan ekonomi Indonesia yang dihadapi ini adalah stabilisasi, nilai tukar dan
proses investasi, baik melalui infrastuktur maupun oembangunan berbasis produksi.
Dengan demikian, implementasi dari kebijakan ekonomi tersebut dapat menjawab
tantangan ekonomi.
Sementara Handry Satriago mengatakan, pihaknya melihat pemerintah Jokowi
berada dijalur yang tepat dengan memprioritaskan pembangunan infrastuktur dan
memiliki target yang besar, tetapi terukur.
„dalam beberapa bulan terakhir kami melihat sudah ada beberapa proyek
pembangkit listrik yang mulai terealisasi. Ini merupakan perkembangan yang
menggembirakan, terutama bagi kami penyedia teknologi infrastruktur,‟ ujarnya.
Selain itu menurut dia, kebijakan paket ekonomi yang dikeluarkan pemerintah
juga merupakan langkah positif. “Harapan kami, pemerintah dapat terus menjaga dan
merealisasikan proyek-proyek yang sudah direncanakan,” ujarnya.
Dian Siswariini mengatakan, selama setahun, pemerintahan Jokowi-Kalla, ia
menilai pemerintahan sekarang cukup jeli melihat sisi strategis sektor telekomunikasi
untuk pembangunan nasional. Dari sisi industri produk dan jasa berbasis teknologi
digital, Kementrian Komunikasi dan Informatika telah mendorong pemanfaatan
produk buatan lkal.
“Komunitas kreatif mulai dilibatkan dalam pembangunan Program Internet
BroadbandPlan merupakan pencapaian terbaik. Pemerataan infrastuktur jaringan,
layanan telekomunikasi, dan internet adalah tujuan inti program itu,” katanya.
Diajak duduk bersama
CEO Bukalapak.com Achmad Zaky mengatakan, di industri perdagangan secara
elektronik (e-dagang), ia melihat belum ada perubahan signifikan antara pemerintah
36
Jokowi-Kalla dan era sebelumnya. Namun belakangan, sikap pemerintah mulai
melunak. Pemain industri digital, seperti e-dagang, mulai diajak duduk bersama.
Pengusaha diminta memberikan masukan terkait perkembangan e-dagang.
“saya mengibaratkan pemerintah itu sebagai orangtua dan pemain e-dagang
adalah anak. Ada kebijakan yang mendukung tumbuh kembang industri. Sebaliknya,
masih banyak regulasi yang justru mengikat. Sebagai contoh, ketentuan daftar negatif
investasi (DNI) di sektor e-dagang. Isinya melarang 100 persen investor asing
menyuntikan dana bagi pelaku usaha rintisan berbasis teknologi. Di sisi lain, sistem
pembiayaan untuk usaha rintisan di Indonesia belum berkembang masif,” katanya.
Pendiri Indoestri Leonard Theosebrata mengatakan, industri kreatif saat ini jauh
lebih berkembang pesat dibandingkan dengan lima tahun lalu.
Produk-produk kreatif semakin bermunculan di pasar, terutama yang berasal dari
kalangan generasi muda.
“akan tetapi, pemerintah belum memetakan secara tepat arah industri kreatif
Indonesia. Pendirian Badan Kreatif, misalnya. Banyak tumpuan harapan masyarakat
dan pelaku usaha ke badan tersebut. Namun faktanya, badan belum banyak
berkontribusi,” katanya.
CEO Bubu.com Shinta Dhanuwardoyo mengatakan, setahun terakhir
perkembangan usaha rintisan berbasis teknologi kian bermunculan. Penyertaan modal
kepada usaha rintisan mulai banyak dilakukan investor asing dan dalam negeri. Hingga
saat ini, setidaknya 25 usaha rintisan lokal telah menerima investasi.
Untuk menghadapi berbagai masalah itu, Prijono Sugiarto mengatakan,
optimisme bisnis akan terwujid jika didukung oleh pelaku usaha yang juga optimistis,
kreatif, dan mampu memanfaatkan potensi dalam negeri sertaditunjang oleh stabilisasi
politik dan sosial, seperti harmonisasi antara para eksekkutif dan legislatif.
Dari berita pertama Koran Kompas maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Etman yang melihat berita dari dua dimensi
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.2.
Analisis Framing Robert N. Entman
Seleksi Isu Isu yang diangkat pada berita pertama di Koran Kompas
mengenai satu tahun pemerintahan JKW-JK adalah tentang
ekonomi. Dalam masa satu tahun pemerintahan JKW-JK,
disimpulkan bahwa pemerintahan JKW-JK dianggap berhasil oleh
sebagian besar pengusaha di Indonesia. Dibuktikan dengan
37
pernyataan dari beberapa pengusaha tersebut. Kalaupun ada
pendapat yang mengatakan bahwa belum berhasil 100%, setiap
pendapat memiliki alasan yang dapat menyelamatkan JKW-JK dari
opini kegagalan dalam programnya, khususnya Ekonomi.
Penonjolan Aspek Penonjolan berita mengenai akibat ekonomi dalam satu
tahun pemerintahan JKW-JK cukup banyak yang membuktikan
bahwa pememrintahan ini berhasil. Dilihat dari beberapa pendapat
para pengusaha besar dan beberapa pembelaan walaupun ada opini
yang menjurus pada kegagalan. Salah satu opini pembelaan yang
dikatakan oleh Tigor M Siahaan,ada sejumlah harapan yang belum
terpenuhi selama setahun awal pemerintahan Jokowi-Kalla. Namun
belum terpenuhinya harapan itu terjadi karena Indonesia
menghadapi tantangan besar dari pelambatan pertumbuhan
ekonomi global. Banyak negara juga mengalami hal yang sama
dengan Indonesia. “saat presiden dan wakil presiden terpilih, lalu
dilantik, dan kemudian kabinet terbentuk,ekspektasi kita cukup
besar bahwa ekonomi akan tumbuh bagus, kesejahteraan
masyarakat meningkat, dan investasi masuk. Namun, belum semua
harapan itu terwujud karena memang kondisi ekonomi dunia,
terutama dipicu oleh pelambatan perekonomian Tiongkok, sangat
mempengaruhi,”tutur Tigor.
Sumber: Primer, 2016
2. Judul: Satu Hari Joko Widodo – Jusuf Kalla
Setahun lalu, Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mendapat
mandat memimpin bangsa. “Saya jalani perubahan untuk Indonesia berkepribadian,”
tutur Jokowi dalam laporan “1 Tahun Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla”.
Adapun Kalla menambahkan, “Kita jalani langkah yang adakalanya sullit, tetapi
penting untuk menuju perubahan.” Sejak bangun dari tidur hingga mata terpejam,
kedua pemimpin itu, selain “blusukan” ke sejumlah daerah dan plosok negeri dan
negara lain, juga bekerja membangun fondasi untuk mengubah ekonomi berbasis
konsumsi menjadi produksi seraya menumbuhkan investasi. Inilah sebagian aktivitas
Jokowi-Kalla dalam sehari, Selasa (20/10).
Pukul 04.00-04.00
JKW dan JK bangun dari tidur serta shalat subuh. Hingga pukul 08.00, JKW
38
sarapan, membaca, dan mengikuti berita televisi. Dari istana Kepresidenan Bogor,
JKW bersama Ny Iriana Joko Widodo berangkat ke Istana Kepresidenan Jakarta.
Setelah membaca dan mengikuti berita, JK menerima 20 orang dari Forum Umat
Beragama Papua sambil saraoan pagi bubur ayam di rumah dinasnya di Jalan
Diponegoro, lalu berangkat ke Kantor Wapres di Jalan Vetrean.
Pukul 09.15-13.30
Setiba di Istana Negara Jakarta, JKW diwawancarai reporter cilik peserta
pelatihan, Omar Parikesit Rawidigdo, siswa Sekolah Dasar Global Jaya School, yang
didampingi sejumlah peserta lainnya. Setelah itu, JKW menerima pimpinan dan CEO
General Electric Company serta melanjutkan wawancara dengan sejumlah media
massa yang beum mendapat giliran. Wawancara dalam kaitan Satu Tahun JKW-JK
sudah dilakukan sejak Jumaat (16/10, termasuk di antaranya dengan Kompas. Ibu
Negara selaku ketua Oase, sebuah organisasi istri-istri menteri Kabinet Kerja, bersama
Ibu Mufidah Jusuf Kalla, di Kantor Oase di Jaan Pattimura, Jakarta Pusat, selain
menerima pengurus Ikatan Dokter Indonesia dan pengurus Federasi Olahraga Kreasi
Budaya Indonesia. Setelah acara, Ibu Negara pulang ke Bogor mendahului JKW.
Adapun kegiatan JK berikutnya di kantor Wapres adalah memimpin rapat tentang
listrik dengan sejumlah menteri. Seusai rapat, JK bersama Menteri Perdagangan
Thomas Lembong dan menteri lainnya makan siang sebelum menerima mantan Kepala
Biro Protokol Sekertariat Wapres, yang kini menjadi Ketua Koperasi Pelestarian
Budaya Nasional/Paviliun Indonesia pada World Expo Milan 2015, Widharma Raya
Dipudiputro. Setelah itu, JK menerima wawancara sebuah majalah.
Pukul 15.00-18.00
Setelah makan siang, JKW menerima Delegasi Menteri Luar Negeri Kerajaan
Arab Saudi Adel bin Ahmed al-Jubeir di Istana Merdeka. Didampingi antara lain
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said, JKW merundingkan
Rencana pembangunan kilang minyak sebagai tindak lanjut kunjungan JKW ke
Kerajaan Arab Saudi belum lama ini. Dari pertemuan tersebut, ada empat hal yang
segera diimplementasikan dalam kerja sama dua negara, antara lain di bidang kilang
minyak, pasokan minyak mentah, industri petrokimia, dan penyimpanan atau storage.
Diluar itu dibahas pula peluang kerjasama dibidang pariwisata dan agrokultir.
Pertemuan dengan delegasi Arab Saudi berlangsung cukup lama sehingga acara JKW
berikutnya adalah memimpin rapat terbatas tentang pencegahan dan penanggulangan
masaah kekerasan terhadap anak mundur. Menurut rencana, rapat terbatas dilakukan
bersama JK pukul 16.00. Namun, akhirnya rapat terbatas baru bisa dilakukan sekitar
pukul 18.00.
Meskipun jadwal rapat terbatas yang dipimpin JKW tentang pencegahan dan
penanggulangan masalah kekerasan terhadap anak berlangsung pukul 16.00, JK yang
seharusnya mengikuti rapat terbatas tetap menunggu kepastian rapat terbatas di Kantor
Wapres. Pasalnya, berdasarkan informasi protokol, JKW masih menerima delegasi
Menlu Kerajaan Arab Saudi. Karena ditunggu hingga pukul 17.30 belum ada
kepastian, JK kemudian minta izin JKW untuk pulang karena JK dijadwalkan
menerima tamu di rumah dinasnya pada malam hari.
Pukul 18.00-22.00
Semua wartawan mendapat kabar ada rencana keterangan pers bersama JKW dan
JK tentang satu tahun pemerintahan Jokowi-Kalla di Istana. Namun ditunggu hingga
lwat maghrib, informasi itu tidak menjadi kenyatan. JKW selanjutnyamemimpin rapat
39
terbatas bersifat tertutup atau tidak dipublikasikan jadwalnya kepada pers bersama
sejumlah menteri. Rapat terbatas terkait persiapan pemilihan kepala daerah serentak
tahun 2015 dan penanggulangan asap di Sumatera dan Kalimantan serta di Gunung
Lawu, Jawa Tengah, dan gunung lainnya. Rapat juga dihadiri Menteri Sekertaris
Negara Praktikno, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly, Menteri
Pekerjaan umum dan Perencanaan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri
Perhubungan Ignatius Jonan, Menteri Perencanaan pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas Sofyan Djalil, Menteri BUMN Rini M Soemarno, dan Sekertaris Kabinet
Pramono Anung. Sebelum rapat terbatas, JKW mengajak sejumlah menteri makan
malam bersama dengan menu masakan Minang yang dipesan dari restoran di Jakarta
Pusat. Di luar jadwal tersebut, JKW ternyata masih memimpin rapat tentang persiapan
kunjungan kerjanya ke Wahington DV dan San Francisco, Ameriks Serikat, 24-0
Oktober mendatang.
Setelah shalat maghrib, JK makan malam bersama keluarga. Menunggu makan
malam, JK menyelesaikan buku berbahasa Inggris tentang energi, yang sebagian sudah
dibahas beberapa hari sebelumnya. Pukul 19.30, sebelum menerima dua tamu pribasi
di rumah dinas, JK masih menjelaskan pertemuan dengan Jaksa Agung HM Prasetyo
kepada pers lewat telpon. Menurut JK, pertemuan dengan Prasetyo pada Senin(19/10)
petang di Kantor Wapres bukan soal pergantian Jaksa Agung. JK menyebutkan,
pertemuan itu hanya pertemuan biasa yang membahas soal kinerja Jaksa Agung.
Pukul 22.00-23.00
Seusai memimpin rapat, JKW masih menyempatllan mengecek sejumlah surat
dinas yang masuk sebelum persiapan meninggalkan kantor presiden, kompleks Istana
Negara, menuju Istana Kepresidenan meninggalkan halaman Istana Kepresidenan
Jakarta pukul 22.15. setelah tiba di Bogor sekitar pukul 23.00, JKW tak langsung tidur,
tetapi masih berkoordinasi melalui telepon dengan sejumlah menteri. Selanjutnya,
JKW meminta anggota stafnya mencari tahu tentang harga beras saat ini. Sebelum
beristirahat, JK masih mengurus sejumlah persoalan yang masih tersisa hari ini.
Hingga pukul 23.30, JKW masih memantau perkembangan berita dan media sosial
serta dokumen dan surat-surat.
Seusai menerima dua tamu pribadi, JK masih belum tidur, JK kembali
menerusskan membaca buku lainnya sebelum istirahat pukul 23.30.
Dari berita kedua Koran Kompas maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Entman yang melihat berita dari dua dimensi
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.3.
Analisis Framing Robert N. Entman pada berita kedua
Seleksi Isu Isu yang ditonjolkan pada berita kedua adalah bagaimana
gambaran keseharian presiden JKW-JK dalam memimpin negara
ini. Ada banyak kegiatan yang dilaporkan atau diberitakan.
40
Penonjolan Aspek Penonjolan berita mengenai hari tepat dimana satu tahun
pemerintahan JKW-JK ini adalah bagaimana gambaran kesibukan
Presiden dan Wakil Presiden dalam hari-hari biasa. Melakukan
rapat, membaca buku, bertemu dengan orang-orang penting dan
masih banyak lagi hal yang dilakukan oleh JKW-JK dengan
beragam kesibukannya.
Sumber: Primer, 2016
41
3. Judul : Rapor Merah Bidang Ekonomi
Satu tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla langsung menghadapi tekanan
kelesuan ekonomi global yang berimbas ke Indonesia Dampaknya beragam, mulai dari
melonjaknya harga kebutuhan pokok, melemahnya kurs rupiah terhadap dollar AS, hingga
menurunnya daya beli masyarakat. Namun, sejumlah kebijakan ekonomi pemerintah
belum mampu menahan laju penilaian negatif publik.
Sejak triwulan pertama bekerja, tekanan publik terhadap pencapaian pemerintah
Jokowi-Kalla di bidang ekonomi cukup berat. Kepuasan publik selama tiga triwulan
sebelumnya terhadap kinerja ekonomi pemerintah selalu terendah dibandingkan dengan
bidang politik, hukum, dan kesejahteraan sosial.
Hanya 41,7 persen responden yang puas dengan kinerja pemerintah di bidang
ekonomi. Meski rendah, kepuasan publik pada triwulan keempat masih lebih baik
daripada triwulan kedua (37,5 persen), yang tercatat sebagai terendah dalam setahun
terakhir.
Pelemahan Rupiah
Ketidakpuasan paling menonjol ternyata terkait dengan melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS. Kurs rupiah melemah hingga lebih dari Rp14.000 per dollar
AS sejak minggu ketiga Agustus hingga awal Oktober 2015. Menurut arsip kurs Jakarta
Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, kurs rupiah mengalami titik terendah
tanggal 29 September, yakni Rp14.728 per dollar AS.
Dipengaruhi oleh kinerja ekonomi domestik dan global, rupiah berfluktuasi tajam.
Situasi global yang mengombang-ambingkan rupiah antara lain dipicu ketidakpastian
kapan dan seberapa besar bank sentral AS, The Fed menaikkan suku bunga acuan. Selain
itu, devaluasi mata uang Tiongkok, Yuan, turut serta memperburuk nilai tukar mata uang
Indonesia.
Saat ini rupiah sudah menguat pada kisaran Rp13.000 per dollar AS. Hal ini sedikit
menghapus kekhawatiran rupiah akan menurun titik terendah sebagaimana terjadi pada 17
Juni 1998 yang mencapai Rp15.250 per dollar AS.
Selain depresiasi rupiah, kenaikan harga kebutuhan pokok juga dikeluhkan oleh
warga. Harga barang yang memiliki kandungan impor pun ikut melonjak naik. Kenaikan
harga bahan pangan, seperti daging sapi dan ayam, ramai diberitakan media massa tiga
bulan terakhir ini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bahan makanan, makanan jadi,
minuman, dan tembakau pada Agustus 2015 lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi
Agustus 2014. Sementara pada September 2015, giliran inflasi karena pengeluaran untuk
sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan olahraga lebih tinggi daripada September
2014.
Dibandingkan dengan warga ekonomi kelas bawah lebih banyak anggota masyarakat
dari kelas menengah atas tidak puas dengan kemrosotan nilai rupiah serta kenaikan harga
barang-barang. Kelompok ini memang relatif lebih banyak mengonsumsi barang impor
atau produk lokal yang memiliki kandungan impor.
Sebaliknya, bagi kalangan masyarakat bawah, isu kebijakan pengendalian harga
kebutuhan pokok jauh lebih penting untuk diatasi pemerintah. Dua dari lima responden
meminta pemerintah menahan laju kenaikan harga kebutuhan pokok agar tetap terjangkau
oleh rakyat.
Dibalik kritik, harapan muncul dari warga ekonomi kelas bawah karena mulai
merasakan pembangunan infrastruktur. Pembangunan di desa-desa bakal bergerak cepat
42
karena pemerintah pusat sudah mungucurkan dana desa ke daerah.
Dari alokasi Rp20,7 triliun dana desa dalam APBN-P 2015, pemerintah pusat sudah
menyalurkan Rp16,61 triliun ke pemerintah kabupaten/kota dan Rp7,8 triliun ke
pemerintah desa. Meski ada kekhawatiran lambannya penyerapan akibat keterbatasan
kemampuan kepala desa dan aparatnya menyiapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa, pemerintah berharap dana desa bisa menggerakkan ekonomi pedesaan. Pemerintah
juga merekrut 30.000 tenaga khusus untuk mendampingi sedikitnya 220.000 aparat
pemerintah desa memanfaatkan dan mempertanggungjawabkan dana desa.
Nilai Tertinggi
Pemberdayaan petani dan nelayan di tengah kekeringan dan El nino juga mendapat
dukungan. Seiring peningkatan kepuasan di bidang ini, nilai tukar petani ikut meningkat
selama tiga bulan terakhir. Bahkan kenaikan nilai tukar petani September 2015
merupakan yang tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Proyek-proyek infrastruktur merangkak juga mulai dilanjutkan. Waduk Jatigede di
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yang selama 50 tahun terbengkalai mulai digenangi
akhir Agustus 2015. Ada juga proyek-proyek lain, seperti Waduk Nipah di Pulau Madura,
Sampang, Jawa Timur;dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Batang, Jawa
Tengah.
Pemerintah pada akhir Juni 2015 bersiap membangun 8 bendungan dari 13
bendungan yang ditargetkan dibangun tahun ini. Meski sebagian masi dibayangi
persoalan pembebasan lahan yang belum selesai, seperti Bendungan Karyan, Lebak,
Banten, yang baru dibebaskan 800 hektar dari kebutuhan seluas 2170 hektar, serta
Bendungan Keureuto di Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Bener Meriah, Aceh, yang
belum dibebaskan 800 hektar lagi.
Pemerintah juga menyediakan fasilitas penyimpanan pendingin (cold storage) untuk
menampung hasil panen nelayan di sepanjang pantai barat Sumatra dan selatan Jawa
sampai Nusa Tenggara Barat. Pemerintah juga meminta perbankan melayani kredit usaha
rakyat (KUR) untuk sektor perikanan dan pertanian dengan memangkas suku bunga
menjadi 12 persen.
Pemerintah Jokowi-Kalla juga tidak mau terbelenggu beban subsidi bahan bakar
minyak (BBM), premium dan solar. Apabila pada pemerintah sebelumnya alokasi subsidi
BBM lebih dari 40 juta kiloliter per tahun, pada masa ini dipangkas drastis menjadi
sekitar 17,9 juta kiloliter. Volume BBM bersubsidi sementara ini dipertahankan pada
kisaran 17,9 juta kiloliter hingga tahun 2019.
Pengendaian ini bertujuan agar beban APBN tidak terlalu berat dan subsidi itu dapat
dialihkan untuk belanja yang lebih produktif, seperti infrastruktur. Langkah Jokowi-Kalla
ini bertolak belakang dengan pemerintah periode sebelumnya yang menghabiskan
anggaran sampai Rp2500 triliun untuk subsidi BBM dalam 10 tahun terakhir.
Sejak merealokasi subsidi BBM, sejak September 2015 pemerintah sudah
mengeluarkan empat paket kebijakan untuk memacu investasi, menggerakkan sektor rill,
dan melindungi buruh. Untuk mendorong investasi dan industri, kebijakan keringanan
pajak, penyederhanaan perijinan, dan penurunan harga BBM diberlakukan.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengerem perlambatan ekonomi.
Sebanyak 60,9 persen responden yakin bahea pemerintah masih mampu mengatasi
gejolak ekonomi.
43
Dari berita ketiga Koran Kompas maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Entman yang melihat berita dari dua dimensi
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.4.
Analisis Framing Robert N. Entman pada berita ke-tiga
Seleksi Isu Isu yang ditonjolkan pada berita ketiga adalah tentang rapor
merah dalam satu tahun pemerintahan JKW-JK.
Penonjolan Aspek Penonjolan berita mengenai rapor merah dari pemerintaha
JKW-JK ini ternyata tidak semua yang dibahas oleh koran kompas
adalah negatif. Dilihat dari judul, seharusnya isi dalam berita
bersifat negatif atau mengkitisi hal-hal jelek dalam bidang
ekonomi setahun pemerintahan JKW-JK, tetapi banyak pembelaan
didalamnya. Beberapa isi memang membahas mengenai penurunan
kepercayaan masyarakat terhadap kinerja JKW-JK, tetapi koran
Kompas memberikan informasi positif dari hasil kerja JKW-JK,
dan pada kalimat terakhir pembaca digiring untuk tetap percaya
kepada pemerintahan JKW-JK pada waktu kedepan karna masih
mampu mengatasi gejolak ekonomi.
Sumber: Primer, 2016
44
4. Judul : Menjaga Kesejahteraan Sosial di Masa Sulit
Sejak awal, program di bidang kesejahteraan sosial menjadi penopang dukungan
publik kepada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Program-program kesejahteraan
sosial dinilai paling menyentuh kebutuhan masyarakat. Ketika ekonomi melambat dan
bencana asap menghantam, kepuasan publik terhadap kinerjabidang ini berkurang
sedikit.
Berkebalikan dengan penilaian tiga bulan lalu ketika kinerja pemerintah dalam
bidang kesejahteraan sosial menjadi juara, kali ini kepuasanresponden turun paling
banyak dibandingkan dengan bidang-bidang lain. Penurunan kepuasan paling tajam
terjadi pada aspek pencegahan pencemaran lingkungan. Hampir separuh responden
mengaku tidak puas, memburuk lebih dari 10 persen dibandingkan dengan tiga bulan
sebelumnya.
Pendapat negatif itu dipicu oleh bencana asap yang berlangsung selama lebih dari
dua bulan terakhir. Dampaknya cukup parah karena merenggut 4 korban jiwa, 3 orang
diantaranya anak-anak, serta meningkatnya jumlah penderita infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Kerugian ekonomi pun diperkirakan
triliunan rupiah.
Persoalan asap di Sumatera dan Kalimantan sudah terjadi bertahun-tahun tanpa ada
solusi konkret. Responden yang berdomisili di provinsi-provinsi terdampak asap pun
mengungkapkan ketidakpuasan terbesar terhadap pencegahan pencemaran lingkungan
dan pelayanan kesehatan.
Di sisi lain, pemerintah memanfaatkan momentum ini untuk menggali persoalan
lebih dalam. Solusi membuat kanal di lahan gambut sejauh ini dinilai akan cukup efektif
mengurangi kebakaran lahan gambut pada masa mendatang. Akan tetapi, upaya ini tidak
mudah diwujudkan karena hanya merupakan solusi jangka pendek.
Namun, meski kepuasan publik terhadap pelaksanaan program kesejahteraan sosial
menurun, apresiasi publik terhadap kinerja di bidang layanan publik ini secara uumum
masih tinggi, berada di atas angka 60 persen.
Soal Kemiskinan
Persoalan pengentasan rakyat dari kemiskinan tak luput dari sorotan publik.
Perlambatan ekonomi selama tiga bulan terakhir tampaknnya turut menurunkan tingkat
kepuasan responden terhadap kinerja pemerintah dalam mengatasi kemiskinan. Dua dari
tiga responden kecewa terhadap kinerja pemerintah di bidang ini. Level penyikapan ini
termasuk yang terburuk sejak awal pemerintahan Jokowi-Kalla.
Pembagian Kartu Keluarga Sejahtera kepada 15,4 juta keluarga bisa jadi sudah
dirasa kurang mampu sebagai usaha mitigasi kemiskinan yang akurat. Langkah ini buan
satu-satunya solusi. Publik memandang program kesejahteraan sosial seharusnya
memberdayakan manusia agar masyarakat.tidak sebatas bergantung pada jaminan sosial
sehingga kehidupan masyarakat tak mudah goyah meski dihantam krisis. Program
pengentasan rakyat dari kemiskinan yang demikian dinilai paling mendesak oleh
sepertiga responden.
Sumatera dan Kalimantan adalah tanah kaya sumber daya, tetapi justru di sanalah
persoalan kemiskinan keras disuarakan publik. Hal itu mengindikasikan persoalan
ketimpangan kesejahteraan ada di wilayah tersebut. Dibandingkan dengan pedesaan,
kesenjangan lebih diungkapkan masyarakat perkotaan.
Untuk mengatasi kesenjangan,perubahan mental menuju nilai gotong royong dalam
bekerja keras terus dinanti. Sebelumnya, kepuasan terhadap pengembangan budaya
45
gotong royong terus meningkat hingga mencapai 88 persen tiga bulan lalu. Kini,
satu tahun pemerintahan Jokowi-Kalla, kepuasan tersebut turun drastis , mendekati titik
awal di 78 persen.
Kepuasan publik terhadap pelayanan kesehatan pada masa satu tahun pemerintahan
paling rendah ketimbang peninlaian bulan-bulan sebelumnya, kinerja pemerintah di
bidang kesehatan diapresiasi lebih dari 75 persen responden. Saat itu, opini positif
publik terangkat berkat pembagian 86,4 juta Kartu Indonesia Sehat yang sangat
membantu masyarakat kurang mampu.
Saat ini, meski dua pertiga responden masih menyatakan puas, penurunannya
hampir 10 persen. Bisa jadi penurunan ini berkaitan dengan sejumlah masalah yang
muncul terkait kualitas peayanan kesehatan. Dari segi kuantitas, BPJS boleh dibilang
berhasil dalam pencapaian jumlah peserta. Namun, dari segi kualitas, masih ada masalah
dalam pengelolaan. Keruwetan prosedur masih dikeluhkan. Ada pula indikasi
ketidakpercayaan terhadap kualitas pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan tahap
pertama, seperi puskesmas.
Ketika aspek kesejahteraan sosial lain mengalami penurunan, kepuasan terhadap
kinerja pemerintah di bidang pendidikan bertahan di kisaran 70 persen selama setahun
terakhir. Upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan diapresiasi. Keberannian
pemerintah menghentikan kebijakan pendidikan yang dinilai tak cocok bagi masyarakat
diacungi jempol.
Menanggapi ketidaksiapan sumber daya dan kritik publik atas konten, pemerintah
pun menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013. Pendidikan butuh proses untuk
menjamin kualitas sehingga tak cukup dengan target-target kuantitatif saja, misalnya
dalam pembinaan karier dan sertifikasi guru. Penghapusan nilai ujian nasional sebagai
syarat kelulusan dianggap tepat. Biaya pendidikan juga dinyatakan oleh sepertiga
responden Indonesia timur masih merupakan masalah.
Dari segi pendanaan pendidikan, sebagian besar responden puas atas kinerja
pemerintah dalam melaksanakan wajib belajar gratis 12 tahun. Pembagian 11 juta Kartu
Indonesia Pintar paling banyak disebut responden sebagai janji kampanye yang ditepati
Jokowi. Meski demikian, jika mengacu pada wilayah, kepuasan terutama diungkapkan
responden di Jawa. Hal itu menunjukkan kualitas pendidikan masih belum merata.
Pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, kepemilikan materi, dan relasi sosial
adalah fondasi kehidupan manusia. Sebagian besar responden menilai bahwa negara
hadir dalam menjamin hal-hal tersebut meski ada penurunan. Kemampuan pemerintah
untuk bertahan pada masa sulit patut diapresiasi.
Dua dari setiap tiga responden pun yakin bahwa kondisi kesejahteraan sosial akan
membaik pada masa depan. Ada harapan bahwa kebijakan-kebijakan populis akan
berhasil, bukan karena paling progresif atau paling revolusioner, melainkan karena
paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
46
Dari berita ke-empat Koran Kompas maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Entman yang melihat berita dari dua dimensi
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.5.
Analisis Framing Robert N. Entman pada berita ke-empat
Seleksi Isu Isu yang ditonjolkan pada berita ketiga adalah tentang
kepuasan masyarakat terhadap kesejahteraan sosial di masa sulit.
Penonjolak Aspek Penonjolan berita mengenai kesejahteraan sosial dalam
satu tahun pemerintahan JKW-JK digambarkan mengalami
penurunan, penurunan tersebut memiliki alasan yaitu karena
bencana asap yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan.
Responden yang diambil dari masyarakat Indonesia mengaku
tidak puas dengan hasil kerja pemerintah yang dinilai cukup
lamban. Hal tersebut adalah salah satu alasan mengapa
kesejahteraan sosial dalam kinerja satu tahun pemerintahan
JKW-JK dianggap kurang atau mungkin gagal. Tetapi koran
Kompas dalam kasus berita ini juga menyoroti tentang
kesejahteraan dibidang kesehatan yang dianggap sukses, juga
menyoroti tentang pendidikan yang sama juga dikatakan sukses.
Dalam paragraf terakhir diberita ini ditekankakn bahwa kondisi
kesejahteraan Indonesia akan membaik pada masa depan.
Kalimat tersebut seperti angin segar bagi pembaca, karena koran
Kompas sendiri seperti ingin meyakinkan kepada pembaca untuk
tetap percaya kepada pemerintahan JKW-JK
Sumber: Primer, 2016
47
5. Judul : Kepala Staf Kepresidenan: Tahun Ini Bukan untuk Memanen
JAKARTA, KOMPAS – Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden Jusuf Kalla pada tahun pertama ini fokus melakukan pembenahan dan
membangun fondasi yang kuat di berbagai aspek, terutama di bidang ekonomi. Selain
itu, pemerintah juga berupaya meletakkan arah pembangunan ke depan yang lebih
baik.
“Tahun ini memang bukan untuk memanen, tetapi untuk pembenahan,” kata
Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Selasa (20/10), saat ditanya pers tentang
penilaian publik terhadap kinerja pemerintahan yang menurun pada tahun pertama.
Menurut Teten, yang perlu dilihat dari keadaan saat ini adalah warisan-warisan
dari masa lalu serta keadaan ekonomi global yang tidak mudah diatasi. Meski
demikian, kondisi tersebut akan terus dijadikan momentum untuk melakukan
pembenahan dan peletakkan arah pembangunan ke depan yang lebih baik.
Upaya pembenahan yang dilakukan, kata Teten, untuk meletakkan fondasi yang
kuat, meliputi konsolidasi poitik, kabinet, dan birokrasi; memastikan Nawacita masuk
dalam program kementerian dan lembaga; memangkas inefisiensi ekonomi dengan
mencabut subsidi bahan bakar minyak dan penyederhanaan perizinan; serta
menyelesaikan proyek-proyek yang magkrak.
Adapun peletakan arah pembangunan ke depan yang dilakukan antara lain
reindustrialisasi, pengembangan ekonomi kemandirian desa, swasembada pangan,
ketahanan energi, serta pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi.
Terhadap apresiasi masyarakat kepada pemerintah yang cenderung menurun,
lanjut Teten, Presiden berkali-kali menyatakan bahwa tahun ini memang tahun yang
pahit. Ia mencontohkan pencabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang
membuat banyak kelas menengah tidak senang. Ditambah, pelambatan ekonomi global
yang mempengaruhi ekonomi dalam negeri.
“Dari kondisi seperti ini, pemerintah mulai melakukan perubahan fundamental.
Hasil dari apa yang diupayakan pemerintah itu baru bisa dirasakan pada 3-4 tahun
mendatang,” tuturnya.
Teten mengatakan, satu tahun pertama pemerintahan Jokowi-Kalla, setiap
kementrian diminta membuat laporan kemajuan dari program-program prioritas di
kementrian. “Semua kementrian sudah menyampaikan laporannya dan sudah diterima
Presiden. Laporan tersebut selanjutnya dapat disampaikan kepada pubik,” ujar Teten.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy
Chrisnandi mengatakan, dalam laporan kinerja kepada Presiden, pihaknya selain akan
menata 25 lembaga non-strukturaldi bawah pemerintah, juga menata birokrasi dalam
lima tahun ke depan dengan peningkatan sumber daya manusia (SDM). “Untuk
memulai penataan postur dan peningkatan kualitas SDM PNS, perlu waktu panjang,”
kata Yuddy.
Sementara itu, dari pemaparan hasil survei nasional “Evaluasi satu tahun
pemerintahan Jokowi-JK”, yang digelar Poltracking Indonesia, disebutkan, selama satu
tahun Jokowi-Kalla, mayoritas publik menilai kondsi Indonesia cenderng stagnan.
Untuk itu, Presiden Jokowi diharapkan menempatkan menteri yang mampu membuat
perubahan fundamental dan berdampak kepada rakyat.
Survei Poltracking dilakukan pada 7-14 Oktober dengan melibatkan 1200
responden dari seluruh provinsi. Menurut survei, sebanyak 42,74 persen publik
menyatakan bahwa kondisi penegakan hukum tidak mengalami perbaikan. Penilaian
48
yang sama juga diberikan terkait dengan keamanan nasional, pemberantasan korupsi,
dan kondisi politik nasional.
Terkait dengan kondisi ekonomi, sebanak 56,53 persen publik menyatakan bahwa
Indonesia lebih buruk. “Penilaian buruk terhadap kondisi ekonomi itu disebabkan
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pemerintah juga dianggap belum
mampu menyelesaikan persoalan pokok, diantaranya harga kebuuhan pokok yang
mahal dan lapangan kerja,” kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta
Yuda.
Menurut dia, sebanyak 43,26 persen publik menyatakan bahwa pemerintah juga
tidak serius mengatasi pelemahan rupiah. “Masalah harga barang kebutuhan pokok
mahal juga harus diatasi,” ujarnya.
Kelemahan pemerintahan, tambah Hanta, adalah kurang tanggapnya pemerintah
dalam menangani sujumlah isu penting. “Kekecewaan publik tergambar dalam kinerja
pemerintah mengatasi persoalan kebakaran hutan. Sebanyak 69,68 persen publik
menyatakan pemerintah gagal menangani masalah kabut asap di Sumatera dan
Kalimantan,” tuturnya.
Adapun dalam rembuk nasional yang dihadiri antara lain oleh Menteri
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli , Menteri
Perhubungan Ignatius Jonan, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Basuki Hadimuljono, sejumlah relawan Jokowi menyebutkan, Presiden Jokowi
mempunyai nyali kuat untuk melakukan perubahan.
“Tahun pertama pemerintahan tidak bisa dijadikan ukuran menagih hasil atas
kerja politik, tetapi harus dilihat sebagai proses menuju empat tahun berikutnya,” tutur
pernyataan mereka.
Untuk memperingati satu tahun Jokowi-Kalla, lebih dari 30 orang dari Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia di Bogor, Jawa Barat, berunjuk rasa mengkritik.
Dari berita ke-lima Koran Kompas maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Entman yang melihat berita dari dua dimensi
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.6.
Analisis Framing Robert N. Entman pada berita ke-lima
Seleksi Isu Seleksi isu yang ditonjolkan oleh berita ini adalah pendapat
pribadi atau opini beberapa orang.
Penonjolan
Aspek
Aspek yang ditonjolkan sebagian besar adalah opini pribadi
dan hasil survei dari Poltracking Indonesia. Walau hasil survey
dari Poltracking Indonesia hampir semua mengatakan
ketidakpuasan, ada pembelaan dari opini-opini pribadi yang
49
menegaskan bahwa satu tahun pemerintahan JKW-JK tidak dapat
dijadikan ukuran menagih hasil, masih ada empat tahun lagi untuk
melihat kinerja JKW-JK.
Sumber: Primer, 2016
6. Judul : Presiden dan Protokol
Jumat (16/10) siang, salah seorang ajudan Presiden Joko Widodo, yakni Komisaris
Besar Sigit Listyo, menghampiri Presiden yang sedang wawancara dengan tim Kompas.
Sigit menanyakan apakah Presiden jadi ke Pelabuhan Tanjung Priok melihat
pengungkapan penyelundupan tekstil. “Jadi, nanti kita akan ke BC (Bea dan Cukai).
Tolong siapkan, Pak,” kata Presiden kepada Sigit di Istana Merdeka, Jakarta.
“Siap, jadi Pak.” Sejurus kemudian Sigit menghubungi seseorang melalui telepon
selulernya menjelaskan rencana Presiden. Setelah wawancara dengan tim Kompas usai,
Presiden ke Tanjung Priok.
Achmad Rusdi, Kepala Protokol Negara, mengatakan, ada “penanggungjawab”
pada semua aktivitas Presiden selama 24 jam. Ketika menghadiri dan mengikuti acara
kenegaraan, Presiden mengikuti aturan protokol. Pihak protokol kepresidenan yang
bertanggungjawab dengan aktivitas itu.
Di luar itu, Presiden dibantu empat ajudan yang terdiri dari aparat Angkatan Darat,
Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Kepolisian. Jika ada hal penting, ajudan yang
menentukan urusan itu segera disampaikan saat itu juga atau ditunda pada kesempatan
berikutnya. Ini karena penerima pertama sambungan telepon genggam Presiden adalah
ajudan. Maka, mereka yang ditunjuk sebagai ajudan harus orang terpilih dan
kepercayaan Presiden.
Sigit pernah bertugas sebagai Kepala Kepolisin Resor (Polres) Solo ketika Jokowi
menjabat Wali Kota Solo. Saat itu, calon yang disodorkan Polri ke Presiden ada
beberapa nama. Presiden memilih orang yang pernah “dekat” dengannya untuk
memastikan kerjanya berjalan optimal.
Sementara terkait dengan keamanan Presiden, Pasukan Pengamanan Presiden selalu
ada di mana Presiden berada.
Seorang mantan ajudan Jokowi saat menjabat Gubernur DKI yang menlak disebut
namanya mengatakan, Jokowi kini tidak bisa seleluasa ketika dia menjabat sebagai
Gubernur DKI pada 2012-2014. Ketika itu, ajudan bahkan bisa menenmani Jokowi tidur
di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta di Jalan Taman Surapati, Jakarta. “Tetapi,
sekarang semua diatur resmi,” katanya.
Saat menjabat sebagai Presiden, Jokowi memboyong Devid Agus Yunanto, Untoro,
Aris Ariandi, Erwan Sancoko, Puput Hariadi, Agung Indrayana, Heru Kurniawan, Made
Kurniawan, dan Pradista Machdala Putra dari Balai Kota Jakarta. Mereka bertugas
sebagai staf adminisrasi, tim pendahulu, maupun staf rumah tanga kepresidenan. Jika
sebelumnya mereka dapat leluasa dekat dengan Jokowi, kini ada protokol yang harus
mereka patuhi.
Presiden yang kini dikelilingi protokol resmi kenegaraan tersebut ditangkap anak-
anak peserta pelatihan reporter cilik saat bertemu di Istana Negara, kemarin.
Omar Parikesit Rawidigdo, siswa Sekolah Dasar Global Jaya School, menanyakan
50
kondisi psikis Jokowi ketika menjabat sebagai Presiden. “Saya punya pertanyaan
pribadi, apakah Bapak pernah merasa stres?” ujarnya.
Sambil tersenyum Presiden menjawab, bahwa hidup itu tidak boleh sedih, wajah
harus terlihat cerah terus. Apalagi sebagai Presiden, wajah tidak boleh terlihat sedih,
gusar, atau marah. Presiden balik bertanya kepada anak-anak, “Wajah saya terlihat
cerah, gak?” Dengan polos Omar, “Ya lumayan sih,” ujar Omar disertai ledakan tawa
hadirin.
Dari berita ke-enam Koran Kompas maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Entman yang melihat berita dari dua dimensi
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.7.
Analisis Framing Robert N. Entman pada berita ke-enam
Seleksi Isu Seleksi Isu yang di bahas dalam berita ke enam ini adalah
opini atau pengalaman orang terdekat presiden (protokol)
Penonjolan
Aspek
Aspek yang ditonjolkan dalam berita ini adalah bukan
suatu masalah yang menyangkut negara, tetapi tentang
keseharian JKW dimasa jabatanya sebagai presiden. Opini yang
digunakan adalah opini dari tim protokol presiden yang harus
mematuhi peraturan keprotokolan yang agak rumit, tidak seperti
saat JKW menjabat menjadi Walikota Solo dan Gubernur DKI
Jakarta.
Sumber: Primer, 2016
7. Judul : Harapan di Atas Selembar Kartu
Begitu Joko Widodo menduduki kursi Presiden, program Indonesia pintar
merupakan salah satu andalan. Jutaan Kartu Indonesia Pintar lantas dirancang untuk
ditebar ke seluruh penjuru negeri. Kini, setahun berlalu, semakin terbukakah akses bagi
anak Indonesia yang kurang mampu untuk mendapat pendidikan hingga jenjang sekolah
menengah.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa termasuk salah satu pejabat yang dibuat
sibuk dengan kehadiran program Kartu Indonesia Pintar (KIP), selain kartu-kartu sakti
lain, seperti Kartu Keluarga Sejahtera dan Kartu Indonesia Sehat.
Dia ikut mengecek, mulai pendataan hingga berangkat ke hampir semua daerah
untuk mengecek disribusi Kartu Indonesia Pintar. “Proses pendataan dan penceakan
51
kartu serupa ban berjalan. Begitu data masuk, kartu segera dicetak dan didisribusikan,”
ujar Khofifah, Senin (19/10). Pada 30 November, proses kartu ditargetkan sampai pada
titik distribusi di kantor pos. “Pada 15 Desember, mereka yang berhak menerima kartu
itu sudah memperoleh haknya,” ujarnya.
Jumlah manfaat KIP untuk jenjang SD/MI Rp225.000 per semester, tingkat
SMP/MTs Rp375.000 per semester, dan tingkat SMA/SMK/MA Rp500.000 per
semester. Program itu juga menjangkau anak berstatus rentan miskin dan anak-anak
putus sekolah agar kembali ke sekolah.
Penerbitan Kartu Indonesia Pintar direncanakan menjangkau 20,3 juta anak usia
sekolah berdasarkan data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Kartu
disebar dengan koordinasi Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud), serta Kementerian Agama.
Hingga dua pekan lalu, penerima manfaat program Indonesia Pintar setidaknya
menjangkau hampir 12 juta dari total target penerima manfaat, itu berdasarkan data
Kemdikbud. “Uangnya sudah ditransfer ke anak-anak. Meski belum ada
kartunya,uangnya sudah. Jangan sampai proses distribusi kartu menunda pemberian
manfaat,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan.
Partisipasi
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kemdikbud Hamid Muhammad mengatakan,
dengan ketersrapan 65 persen, jumlah angka partisipasi kasar untuk tingkat SMA
bertamah 6 persen dibandingkan dengan tahun 2014.
Tercatat, pada penerimaan murid baru 2015, ada 500.000 murid SMA setingkat
yang baru mendaftar. Mayoritas memilih meneruskan pendidikan ke SMK.
Siti Asmarah (36) termasuk yang senang mendapatkan bantuan pendidikan itu.
Biaya sekolah yang dikeluarkan untuk anaknya, Lia Nur Alya (16) yang kini berada di
SMK swasta di wilayah kota Bekasi, cukup besar. Untuk masuk SMK, dia harus
mengeluarkan uang sekitar Rp3.000.000, tetapi karena menunjukkan Kartu Keluarga
Sejahtera, Lia mendapatkan keringanan hingga Rp1.500.000. Pihak sekolah juga sudah
meminta kartu keluarga dan KIP bukti bahwa anaknya benar-benar terdaftar.
Siti merasa beruntung mendapatkan KIP walau sampai sekarang dananya belum
cair.dia masih menunggu.
Pendidikan jenjang sekolah menengah penting mengingat selama ini, sekitar
separuh tenaga kerja Indonesia sebagian besar berlatar pendidikan dasar (SD dan SMP).
Angka partisipasi murni di sekolah menengah sederajat pun lebih rendah dibandingkan
di pendidikan dasar.
Dalam wawancara khusus dengan Kompas, Wakil Presiden Jusuf Kalla
mengatakan, besarnya jumlah penduduk mesti diimbangi dengan modal keterampilan
dan pendidikan. Kartu Indonesia Pintar merupakan bagian penting untuk pemerataan,
untuk menolong langsung masyarakat miskin mengakses pendidikan.
Kompleksitas
Direktur Institude For Education Reform Universitas Paramadina Mohammad
Abduhzen mengatakan, titik berat program Indonesia Pintar dengan KIP masih sebatas
penambahan akses pendidikan, bukan mutu. Peningkatan masyarakat yang menempuh
pendidikan semestinya disertai peningkatan mutu, teruama di pendidikan menengah.
Mutu pendidikan terkait erat, teruama dengan kesediaan dan kualitas guru. Saat ini,
berdasarkan hasil Uji Kompetensi Guru, kualitas guru bermasalah. Selain itu, mutu
berkelindan dengan kurikulum. Sejauh ini, kurikulum 2013 yang bermasalah masih
52
direvisi.
Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, Suryadi Nomi, berpendapat,
KIP tidak menjamin anak menempuh pendidikan dan tidak putus sekolah. “Apakah
dengan memberikan KIP, pemerintah dapat memastikan anak itu akan terus
bersekolah?” katanya.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2009, alasan ekonomi
memberikan sumbangsih terbesar. Namun, alasan bekerja menjadi penyebab terbesar
kedua anak tidak pernah bersekolah atau putus sekolah. Penyebab lainnya adalah
menikah, terbatasnya fasilitas pendidikan, dan cacat. Disamping itu, dari pemantauannya
di sejumlah daerah, masih ada masyarakat yang menganggap sekolah akan berpengaruh
pada pendapatan keluarga. Karena itu, perlu ada perubahan skema penyaluran.
Selama setahun terakhir, program Indonesia Pintar masih belum mampu
menjangkau, anak miskin di luar sistem persekolahan. Data Kemdikbud menyebutkan,
terdapat 3,6 juta anak usia 6-21 tahun yang tidak tercatat berada di sekolah.
Untuk menjangkau anak-anak di luar sekolah, Anies Baswedan setuju masalahnya
tidak sederhana. Anak-anak yang berada di luar sekolah karena putus sekolah sulit
kembali ke sekolah, apalagi yang di jenjang pendidikan menengah.
Untuk membekali mereka dengan keterampilan dan kecakapan hidup, Kemdikbud
menawarkan alternatif beragam pelatihan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Biaya
pelatihannya ini yang kemudian akan bisa dibiayai lewat KIP. Di atas selembar kartu itu,
pemerintah berharap asa tercapai.
Dari berita ke-tujuh Koran Kompas maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Entman yang melihat berita dari dua dimensi
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.8.
Analisis Framing Robert N. Entman pada berita ke-tujuh
Seleksi Isu Seleksi isu yang ditonjolkan dalam berita ini adalah tentang
kartu pintar yang dikeluarkan pemerintah untuk menanggulangi
anak-anak yang kurang mampu agar tetap bersekolah.
Penonjolan
Aspek
Aspek yang ditonjolkan dalam berita ini adalah tetang
menteri yang terkait dalam program ini dan juga mengenai
pendistribusiannya. Diharapkan dengan adanya kartu pintar ini
dapat menekan angka anak putus sekolah dan dapat membuat SDM
Indonesia dapat lebih baik. Banyak pendapat yang dituliskan
diberita ini, salah satunya pendapat dari badan survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas) yang mengatakan alasan bekerja,
menikah, terbatasnya fasilitas pendidikan, cacat adalah alasan
53
penyebab tidak bersekolah atau putus sekolah. Menteri Pendidikan
sendiri mengaku bahwa harus ada tindakan lain lagi untuk
menanggulanggi masalah pendidikan ini, salah satunya adalah
melakukan pelatihan, tidak hanya sekedar kartu pintar saja.
Sumber: Primer, 2016
8. Judul : Memulai Perubahan dari Pinggiran
Sulitnya mengakses fasilitas pelaynan kesehatan yang berkualitas dan merata
hingga ke beranda Nusantara masih menjadi persoalan bangsa ini. Dibanyak lokasi di
pelosok negeri ini, negara seperti tidak hadir untuk melayani masyarakat. Jurang
ketimpangan pelayanan kesehatan begitu menganga di depan mata.
Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla menetapkan sembilan agenda
pembangunan perioritas yang lebih dikenal dengan Nawacita yang salah satunya adalah
membangun dari pinggiran. Bukan semata infrastruktur yang dibangun dari pinggiran,
tetapi kualitas manusianya.
Hal itu diterjemahkan kementrian Kesehatan melalui program Nusantara Sehat.
Program itu diharapkan memenuhi kebutuhan layanan dasar di daerah tertinggal,
perbatasan dan kepulauan (DTPK) agar layanan kesehatan berjalan baik.
Nusantara sehat adalah program penempatan tenaga kesehatan berbasis tim. Selain
dokter, tim itu ada dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
Farmasi, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, dan tenaga teknologi laboratorium
medik.
Tim itu bertugas memperkuat layanan kesehatan dasar di pukesmas dengan
kegiatan promosi kesehatan, pencegahan penyakiit, dan pengobatan. Dari tiga kegiatan
itu, fokus tim diarahkan pada upaya bersifat promotif dan preventif.
Tak mudah bagi tim Nusantara Sehat bekerja di DTPK. Sebanyak 143 tenaga
kesehatan Nusantara Sehat angkatan I disebar di 20 pukesmas di seluruh Indonesia sejak
enam bulan lalu. Tantangan geografis, kemajemukan sosial budaya lokasi penempatan,
keberagaman perilaku warga, dan kolaborasi yang butuh waktu dengan kesehatan di
pukesmas merupakan persoalan yang dihadapi tim Nusantara Sehat.
Saat melantik tim Nusantara Sehat, Jumat (1/5), Menteri Kesehatan Nila F Moeloek
menyampaikan, tim Nusantara Sehat dinilai berhasil jika mampu menginisiasi
perubahan perilaku masyarakat ke arah yang lebih sehat. Waktu dua tahun di lokasi
penempatan dinilai cukup untuk mengawali sebuah perubahan.
Staf khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kemitraan dan Pelayanan
Kesehatan Primer Diah Saminarsih mengatakan, Nusantara Sehat dipantau langsung
Kantor staf Presiden. Sebab, program itu adalah satu dari 100 program prioritas Joko
Widodo-Jusuf Kalla.
Dari sisi perekrutan dan penempatan tahun 2015 Kemenkes menargetkan merekrut
960 peserta Nusantara Sehat yang akan ditempatkan di 120 pukesmas perbatasan dan
kepulauan. Awal mei 2015, 143 peserta program itu ditempatkan di 20 pukesmas di
Aceh, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi
Utara, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Papua.
54
Kini perekrutan tahap kedua mencari 820 tenaga kesehatan yang akan ditempatkan
di 100 pukesmas masih berlangsung. “Sekitar 12.00 orang mendaftar dan akan diseleksi
hingga didapat 820 orang. Pendaftar yang sedikit dokter umum,” ucap Diah.
Keberhasilan Nusantara Sehat tak bisa dilihat hanya dari perekrutan dan
penempatan. Program itu berhasil jika setelah bertugas dua tahun di lokasi penempatan,
tim berhasil mengawali perubahan lebih baik di masyarakat. “Ada perubahan
masyarakat atau tidak, ada program baru di pukesmas atau tidak, program di pukesmas
diperkuat atau tidak, itu indikator keberhasilannya,” kata Diah.
Meningkatkan layanan
Meski baru beberapa bulan bertugas, keberadaan tim Nusantara Sehat mulai
berdampak positif bagi layanan kesehatan di daerah penempatan. Di pukesmas Balai
Karangan, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, misalnya, tim
itu turut meningkatkan layanan kesehatan warga.
Menurut Silas Layang, Kepala Pukesmas Balai Karangan, sejak tim Nusantara
Sehat hadir, mereka mengerjakan progam yang sebelumnya tak dilakukan. Posyandu
bagi warga lanjut usia yang dulu hanya dilakukan di dua desa bertambah jadi empat desa
setelah tim Nusantara Sehat hadir.”Kunjungan layanan kesehatan ke daerah terpencil
semula hanya lima kali sebulan, kini minimal 10 kali sebulan,” ujarnya.
Magdalena Simoy (40), warga Balai Karangan, menuturkan, tim Nusantara Sehat
memberi masyarakat wawasan baru, khususnya pencegahan penyakit. “Mereka memberi
masukan soal pemeliharaan lingkungan dan anak-anak. Itu mereka sampaikan saat kami
menemui mereka di pukesmas ataupun saat pergaulan sehari-hari,” ujarnya.
Di pukesmas Silawan, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, kehadiran tujuh
tenaga kesehatan Nusantara Sehat membantu petugas kesehatan yang ada. Anggota tim
itu memberi layanan kesehatan dengan menjangkau masyarakat di dusun.
Menurut pelaksana tugas kepala Pukesmas Longgar Apara, Kabupaten Kepulauan
Aru, Maluku, Stefenson Iwamony, tim Nusantara Sehat memperkuat cangkupan layanan
pukesmas di desa Longgar, Apara, dan Bemum. Sebelumnya, pukesmas sulit melayani
kesehatan warga setempat karena hanya ada tiga perawat.
Hal serupa juga terjadi di Enggano, Bengkulu. Kepala Pukesmas Enggano Salpina
menjelaskan, adanya tim Nusantara Sehat mengatasi keterbatasan tenaga kesehatan di
daerah terpencil itu. Meski ada 18 tenaga kesehatan di wilayah itu, belum ada dokter
gigi, farmasi, dan gizi juga belum ada. “Dalam sebulan, dokternya kadang masuk
kadang tidak, padahal mayoritas warga ingin berobat ke dokter,” ujarnya.
Selama di Enggano tim Nusantara Sehat membantu program pukesmas. Mereka
juga mengaktifkan lagi program yang vakum, seperti progarm bagi wagra lanjut usia dan
ana. Kedepan, pukesmas dan tim Nusantara Sehat akan mengaktifkan progam desa
siaga, termasuk bank darah.
Salpin berharap tim Nusantara Sehat yang mengisi kekosongan tenaga kesehatan di
Enggano, yakni dokter, tenaga gizi dan farmasi bertahan di Enggano setelah periode
penugasan selesai sambil menunggu tenaga kesehatan pengganti. Pemantauan dan
dukungan harus diberikan pada tim Nusantara Sehat agar perubahan warga ke arah lebih
sehat terwujud.
Dari berita terakhir Koran Kompas maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Entman yang melihat berita dari dua dimensi
55
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.9.
Analisis Framing Robert N. Entman pada berita terakhir
Seleksi Isu Seleksi isu yang ditonjolkan dalam berita ini adalah tentang
perubahan yang dilakukan melalui program Presiden tentang
kesehatan. Perubahan yang dilakukan adalah mengirim tim
kesehatan untuk bekerja di terpencil dan pulau-pulau untuk
membantu mengatasi program kesehatan
Penonjolan
Aspek
Aspek yang ditonjolkan dalam berita ini adalah tetang
program JKW-JK yang memulai membangun perubahan dalam
kasus ini adalah perubahan kesehatan di pinggiran (tempat
terpencil dan kepulauan). Dalam berita tersebut dijelaskan bahwa
para medis akan dikirim di tempat-tempat terpencil untuk misi
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia. Sempat
dijelaskan bahwa ada sekitar 12.000 pendaftar yang ingin
mengikuti misi ini, dilihat dari berita tersebut, penulis seakan-akan
ingin memberi tahu bahwa program tersebut dapat dikatakan
sukses karena banyak partisipan, tetapi Menteri Kesehatan
mengatakan hal tersebut belum dapat dijadikan tolak ukur sukses
sebelum program selesai. Ada bagian responden memberi
komentar yang positif, penulis ingin menggiring masyaraka yang
membaca untuk berfikiran bahwa program satu tahun
pemerintahan JKW-JK berjalan baik dan dalam masalah kesehatan
dapat dikatakan berhasil melalui progam Nusantara Sehat ini.
Sumber: Primer, 2016
56
Dari data pada Koran Kompas, ada berbagai data yang menarik untuk dibahas
atau dianalisis sesuai teori yang dikemukakan oleh Robert N. Entman, Dalam
pembahasan yang dilakukan oleh koran Kompas, koran tersebut membahas delapan
berita yang mencangkup: ekonomi, social, kesehatan, pendidikan dan juga
pemerintahannya. Dalam setiap berita yang ditampilkan, Kompas juga memberikan
grafis yang dibuat oleh Litbang Kompas untuk memberikan gambaran kepada
pembaca tentang evaluasi satu tahun pemerintahan JKW-JK. Dalam analisis penulis,
penulis menemukan banyak opini yang pada intinya mengatakan bahwa satu tahun
pemerintahan JKW-JK dianggap tidak gagal dan masih ada harapan untuk Indonesia
menjadi lebih baik lagi.
Banyak factor yang membuat hasil survei menurun dalam kepuasan terntang
satu tahun pemerintahan JKW-JK, tetapi koran Kompas selalu memberi alasan yang
cukup logis untuk menggiring pembaca sependapat terhadap para pemberi opini
bahwa satu tahun pemerintahan JKW-JK tidak mengalami kegagalan dan memiliki
harapan.
Ada beberapa contoh opini dari koran Kompas yang mengatakan atau
semacam membela pemerintahan JKW-JK, pada berita pertama dengan judul „ Beban
Masih Berat, Harapan Tetap Ada‟ Tigor M Siahaan menjelaskan ada sejumlah
harapan yang belum terpenuhi selama setahun awal pemernitahan Jokowi-Kalla.
Namun, belum terpenuhinya harapan itu terjadi karena Indonesia menghadapi
tantangan besar dari pelambatan pertumbuhan ekonomi global, atau yang diutarakan
oleh CEO PT Axiata Tbk, Dian Siswarini “Kami menilai pemerintah cukup jeli
melihat sisi strategis sector telekomunikasi untuk pembangunan nasional.”
Pada berita ketiga yang berjudul „Rapor Merah Bidang Ekonomi‟, jika dilihat
dari judulnya saja pembaca sudah beranggapan bahwa berita tersebut akan membahas
kegagalan dalam bidang ekonomi di satu tahun pemerintahan JKW-JK, memang iya,
tetapi dalam berita tersebut ada kutipan yang mengatakan “Pemerintahan Jokowi-
Kalla juga tidak mau terbelenggu beban subsidi bahan bakar minyak (BBM),
premium dan solar. Dalam kutipan tersebut, koran Kompas ingin menjelaskan bahwa
pemerintah menginformasikan bahwa subsidi tidak lagi difokuskan kepada bahan
bakar, jadi ini adalah sebuah alasan mengapa bahan bakar naik dan menjadi salah satu
alasan rapor merah bidang ekonomi, karena banyak masyarakat merasa keberatan
57
akan hal itu. Tetapi pemerintah menjelaskan bahwa uang akan lebih dikonsentrasikan
untuk membangun insfrastruktur pendidikan dan kesehatan.
Atau kutipan berita yang mengatakan “Dipengaruhi oleh kinerja ekonomi
domestic dan global yang mengombang-ambingkan rupiah antara lain dipicu
ketidakpastian kapan dan seberapa besar bank sentral AS, The Fed, menaikan suku
bunga acuan.” Jika dianalisis kutipan berita tersbut adalah alasan mengapa nilai
rupiah turun atas dollar, hal tersebut sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan
ekonomi di Indonesia. Disi sangat terlihat bahwa Koran Kompas memiliki pembelaan
disetiap berita yang ditampilkan.
Koran kompas memiliki table atau grafis tentang survei yang dilakukan oleh
Litbang, disini koran Kompas menampilkan table atau grafis yang memperlihatkan
tingkat keyakinan public terhadap kinerja JKW-JK kedepan. Hasil survei dari koran
tersebut adalah 60,9% masyarakat Indonesia masih yakin terhadap kinerja JKW-JK
dan juga tidak menganggap sebuah gagalan dalam kinerja satu tahun pemerintahan
JKW-JK.
58
Berikut adalah pemberitaan dari koran Tempo yang terbit ditanggal 21 Oktober 2015
yang membahas mengenai satu tahun pemerintahan JKW-JK.
1. Judul: Hanya Empat Menteri yang Kinclong
Kinerja Menteri ekonomi paling buruk.
Jakarta – selama setahun bekerja, hanya seglintir menteri pada pemerintahan
Presiden Joko Widodo yang dinilai bekerja baik. Hasil kinerja lembaga survei
Poitracking Indonesia menunjukan hanya empat menteri, dari 34 anggota kabinet kerja,
yang memperoleh tingkat kepuasan kinerja tinggi. “Tak hanya pola komunikasi dan
popularitasnya yang tinggi, kerja mereka juga dianggap posiitif,” kata Direktur
Eksekutif Politracking Indonesia, Hanta Yuda ketika memaparkan hasil survei di Hotel
Sofyan Jakarta, kemarin.
Empat menteri tersebut adalah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti;
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan; Menteri Agama Lukman Hakim
Saefuddin; serta Menteri Sosial Khofifah Indar Parawangs. Respon yang menyatakan
puas terhadap kinerja Menteri Susi, misalnya, mencapai 55,7 persen (tidak puas 13,5
persen, hasilnya tidak tahu) menurut survei politracking.
Survei lembaga Indo Barometer akhir pekan lalu bahkan memberi angka 71,9
persen (tidak puas 7,5 persen) terhadap Susi. Tiga Menteri lainnya mencapai skor lebih
dari 40 persen di dua lembaga survei tersebut.
Selebihnya, 30 Menteri lainnya dinilai masih terpuruk, dengan tingkat kepuasan
terhadap kinerja mereka kurang dari 23 persen.
Survei kepuasan publik Politracking yang diselenggarakan pada 7-14 Agustus lalu
menghimpun sampel 1.200 responden dengan margin of error +/- 3 persen dan tingkat
kepercayaan 95 persen. Sedangkan pengumpulan data survei Indo Barometer
dilaksanakan pada 14-22 September 2015 dengan melibatkan 1.200 responden dengan
margin of error dan tingkat kepercayaan survei selama dengan Politracking.
Dua lembaga itu juga mendapati buruknya presepsi publik terhadap kinerja para
menteri perekonomian. Bahkan lima Menteri diurutan paling bawah diisi oleh “Menteri
kunci” bidang perekonomian, yakni Menteri Perindustrian Saleh Husein; Menteri
keuangan Bambang Brodjonegoro; Menteri Koordinator Perekonomian Darmin
Nasution; serta menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri. Thomas Lembong dan Darmin
Nasution baru bergabung dalam kabinet setelah reshuffle pertama pertengahan Agustus
lalu.
Dengan performa buruk itu, kata Hanta Yuda, sebagian besar responden
menghendaki agar Jokowi kembali merombak kabinet.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengakui prodiktivitas pemerintah di bidang ekonomi
masih perlu diperbaiki. “Kami tahu bagaimana pertumbuhannya tidak sesuai dengan apa
yang kami rencanakan, parameternya ada,” ujar Kalla di kantornya, kemarin. Meski
demikian, dia berdalih tak mulusnya situasi ekonomi dalam negeri lebih disebabkan oleh
pelemahan perekonomian global.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro berdalih hal yang sama. Dia
mengatakan, selama menjabat, ia telah dihadapkan pada tantangan ekonomi global.
“Ketika kabinet dimulai perekonomian global dan domestik sedang mengalami gejolak
dan kelesuan,” ujarnya melalui pesan pendek, kemarin. Akibatnya, menurut Bambang,
59
fokus tim ekonomi adalah menjaga agar stabilitas perekonomian tak menurun dan
mencari sumber pertumbuhan baru.
Adapun Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution tak mau berbicara
banyak menanggapi buruknya hasil survei knerja kabinet ekonomi. “Biarkan saja,
terserah mereka. Yang penting kami bekerja,” katanya
Dari berita pertama pada Koran Tempo maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Entman yang melihat berita dari dua dimensi
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.10.
Analisis Framing Robert N. Entman pada berita pertama di koran Tempo
Seleksi Isu Seleksi isu yang ditonjolkan dalam berita ini adalah kinerja
empat Menteri yang cukup baik dan lima terbawah kinerja Menteri
yang terpuruk dalam satu tahun pemerintaha JKW-JK.
Penonjolan Aspek Aspek yang ditonjolkan dalam berita ini adalah kinerja
menteri-menteri dikabinet JKW-JK. Koran Tempo membawa dua
lembaga survei Indonesia dan dua lembaga tersebut mengatakan
hal yang hampir sama, dari 34 Menteri yang ada, hanya ada empat
Menteri yang kinerjanya dianggap baik oleh masyarakat. Dalam
beritanya Tempo menuliskan agar JKW-JK mereshuffle lagi
kementeriannya, dalam pemberitaan ini Tempo secara tidak
langsung ingin mengatakan kepada pembaca bahwa kabinet kerja
JKW-JK buruk dan perlu diperbaiki.
Sumber: Primer, 2016
2. Judul: Desakan Reshuffle Menguat Lagi
Jakarta – Sejumlah kalangan beranggapan Presiden Joko Widodo harus
merombak lagi anggota Kabinet Kerja. Bahkan Menteri Koordinator Kemaritiman
Rizal Ramli menilai reshuffle jilid kedua diperlukan karena perombakan kabinet
pertama pada medio Agustus lalu dinilainya telah berhasil memperbaiki kinerja
pemerintah. “mungkin akan ada yang kedua, kita lebih hebat lagi,” kata Rizal dalam
diskusi bertajuk “Rembuk Nasional Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-JK” di kawasan
Kemang, kemarin.
Rizal baru dua bulan menjabat setelah dilantik Jokowi bersama lima Menteri baru
lainnya dalam reshuffle jilid I pada 12 Agustus lalu. Sejak saat itu, menurut Rizal,
60
Kementerian berfokus pada sektor pariwisata. “Kami sudah membebaskan visa 47
negara,” ujarnya. Menurut dia, pengembangan pariwisata merupakan cara termudah
menambah devisa dan lapangan kerja.
Kemarin, pemerintahan Presiden Joko Widodo genap berusia setahun. Hasil
kajian sejumlah lembaga survei mencatat turunnya tingkat kepuasan masyarakat
terhadap kabinet kerja yang dipimpin Jokowi.
Survei Politracking Indonesia, misalnya, menyatakan 42,21 persen dari 1.200
responden di 34 provinsi menyatakan setuju ketika ditanya apakah Jokowi perlu
merombak lagi kabinetnya. Hanya 18,74 persen responden tidak setuju. Adapun
sisanya, sebanyak 39,05 persen, tidak menjawab.
Direktur Eksekutif Politracking Indonesia, Hanta Yuda, mengatakan publik tidak
puas terutama terhadap kinerja para menteri di Bidang ekonomi. Beberapa indikator
yang menjadi perhatian masyarakat antara lain terus melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat, harga tidak stabil, serta tingginya angka
pengangguran dan tingkat kemiskinan.
Selain itu menurut Hanta, masyarakat tidak puas dengan kondisi politik dan
hukum “Adanya dualisme partai di politik dan indikasi pelemahan Komisi
Pemberantasan Korupsi,” kata Hanta, di Jakarta kemarin.
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi
Hanan, menilai perombakan kabinet – yang dipenuhi tarik-menarik politik – sebaiknya
dilakukan sebelum akhir tahun ini. Dengan begitu, Jokowi dapat lebih fokus dalam
melaksanakan kebijakan tahun depan.
Meski tak khusus meriset presepsi publik terhadap reshuffle, SMRC menilai
perombakan kabinet tak bisa dihindari, terlebih karena Jokowi harus menguatkan
dukungan politik di parlemen. Apalagi belakangan muncul partai Amanat Nasional
yang menyatakan dukungannya kepada pemerintah.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan reshuffle jilid II belum pernah dibahas.
Dia memastikan, perombakan akan mengacu pada evaluasi kinerja seluruh anggota
kabinet. “Tak hanya bidang ekonomi dan hukum,” ujarnya kemarin.
Baik-Buruk Menurut Survei
Publik menyoroti kinerja para Menteri Kabinet Kerja Jokowi-Kalla. Dalam survei
yang dilangsir Poltracking kemarin, ada lima menteri yang kinerjanya dianggap jeblok.
Namun ada pula yang performany dinilai memuaskan. Berikut ini daftar menteri
berkinerja baik dan buruk versi Poltracking.
Menteri Berkinerja Baik
1. Menteri Kelautan dan Periklanan Susi Pujiastuti
Puas : 55,7%, Tidak Puas: 13,5%, Tidak tahu/tak menjawab: 30,8%
2. Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah Anis Baswedan
Puas: 44,5%, Tidak Puas: 15,7%, Tidak tahu/tak menjawab: 39,8%
3. Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin
Puas: 43,2%, Tidak Puas: 15%, Tidak tahu/tak menjawab: 41,8%
4. Menteri Sosial Khoffifah Indar Parawansa
Puas: 40,7%, Tidak puas: 16%, Tidak tahu/tak menjawab: 43,3%
Menteri Berkinerja Buruk
1. Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri
Puas: 9,3%, Tidak Puas: 23,4%, Tidak tahu/tak menjawab: 67,3%
61
2. Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution
Puas: 10,4%, Tidak Puas: 31,5%, Tidak tahu/tak menjawab: 58,1%
3. Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro
Puas: 10,7%, Tidak Puas: 23,3%, Tidak tahu/tak menjawab: 66%
4. Menteri Perindustrian Saleh Husin
Puas: 10,8%, Tidak Puas: 18,7%, Tidak tahu/Tak menjawab: 70,5%
5. Menteri Perdagangan Thomas Lembong
Puas: 12,1%, Tidak Puas: 22,4%, Tidak tahu/tak menjawab: 65,5%
- Sampel 1,200 responden
- Margin of error ±3% dan tingkat kepercayaan 95%
- Metode pengumpulan data: wawancara tatap muka dengan kuesioner
Periode pengumpulan data: 7-14 Oktober 2015.
Dari berita kedua pada Koran Tempo maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Entman yang melihat berita dari dua dimensi
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.11.
Analisis Framing Robert N. Entman pada berita ke-dua di koran Tempo
Seleksi Isu Isu yang ditampilkan dalam berita ini adalah tentang
desakan kepresiden mengenai reshuffle kabinet kerja-nya. Survei
yang diberikan memperlihatkan beberapa menteri yang berkinerja
baik menurut responden dan juga menteri yang dalam kinerjanya
mengalai keterpurukan.
Penonjolan Aspek Aspek yang ditonjolkan dari berita tersebut adalah survei
Politracking Indonesia mengenai kabinet kerja yang dipimpin oleh
JKW-JK. Banyak menteri yang seharusnya memiliki andil yang
besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang mengalami
keterpurukan atau dianggap buruk oleh responden dalam
kinerjanya, sehingga JKW-JK didesak untuk mengganti atau
mereshuffle kembali kabinet kerjanya.
Sumber: Primer, 2016
62
3. Judul: Demonstrasi Setahun Jokowi-Kalla Sepi
Tepat satu tahun Joko Widodo dan Jusuf Kalla dilantik menjadi Presiden kemarin
merupakan momentum bagi mahasiswa, buruh, dan pekerja untuk berunjuk rasa. Mereka
turun ke jalan dan menumpahkan unek-uneknya.
Di depan Istana Negara, kelompok mahasiswa dari Perhimpunan Mahasiswa Khatolik
Republik Indonesia dan Gabungan Serikat Buruh Independen berdemonstrasi. Mereka
menuntut pemerintah mengatasi kebakaran hutan dan kabut asap serta menuntaskan
persoalan pemutusan hubungan kerja. Sedangkan di depan gedung DPR Senayan,
demonstran yang menamakan diri Aliansi Tarik Mandat, Garda Muda Palapa, dan Front
Pribumi berunjuk rasa menuntut Jokowi dilengserkan.
Tak ada pengamanan ekstra ketat di Istana Negara maupun di depan gedung DPR.
Jumlah pengunjuk rasa hanya berkisar 30-200 orang. Polisi membentuk barisan pagar
betis dan menanggalkan tameng antihuru-hara. Sedangkan demonstran sibuk berorasi dan
mencoba menarik perhatian dengan membakar ban.
“Kami hanya menerima lima perizinan demonstasi,” kata Kepala Bidang Humas
Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Muhammad Iqbal, kemarin. Adapun jumlah petugas
yang diturun sebanyak 1,000 orang. Tak ada demonstran yang ditangkap karena membuat
onar. Durasi unjuk rasa juga terbilang singkat, tak sampai satu jam, dan mereka bubar
dengan tertib menjelang petang.
Demonstrasi juga terjadi di sejumlah kota besar. Sama seperti di ibu kota, unjuk rasa
berlangsung tertib dan relatif sepi. Di Denpasar, Bali, Puluhan mahasiswa dari Universitas
Udayana turun ke persimpangan Patung Catur Muka yang merupakan titik nol kilometer
Kota Denpasar. Mereka membeberkan hasil survei di kampus dan kajian tentang kinerja
pemerintahan Jokowi-Kalla. “Rapor merah, kami mengingatkan pemerintah untuk
berbenah,” kata Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Udayana, Ni Nyoman
Clara Listya Dewi.
Di Padang, Sumatera Barat, seratusan mahasiswa dari Universitas Andalas dan
Universitas Negeri Padang berdemonstrasi di halaman gedung DPRD Sumatera Barat.
Mereka mengkritik pemerintah yang diangap lamban dalam menangani kebakaran hutan
dan kabut asap, gagal mengerek kurs rupiah terhadap dollar, dan memilih menggelar
pertandingan Piala Presiden yang mereka nilai tidak krusial. “Kami menganggap Jokowi-
JK gagal karena tak mampu membawa bangsa ini lebih baik,” ujar koordinator unjuk rasa,
Redo Suma
Dari berita ketiga pada Koran Tempo maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Entman yang melihat berita dari dua dimensi
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.12.
Analisis Framing Robert N. Etman pada berita ke-tiga di koran Tempo
Seleksi Isu Isu yang ditampilkan disini adalah tentang sepinya
demonstrasi yang dilakukan di seluruh Indonesia untuk
63
memperingati satu tahun pemerintahan JKW-JK.
Penonjolan Aspek Aspek yang ditonjolkan oleh berita tersebut adalah sepinya
demonstrasi, tetapi dalam setiap contoh dari demonstrasi tersebut,
koran tempo menekankan bahwa mereka yang berdemonstrasi
menganggap satu tahun pemerintahan JKW-JK dinilai gagal.
Sumber: Primer, 2016
4. Judul: Jokowi: Kami Baru Bangun Fondasi
Jokowi adalah presiden pertama yang tidak memiliki kekuatan politik.
Jakarta – Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintahnya selama setahun ini
masih dalam tahap membangun foundasi. Menurut dia, dengan banyaknya persoalan
fundamental yang harus dibenahi, terlalu dini jika pemerintahannya diharapkan
langsung memberikan hasil sesuai dengan janji kampanye.
“Kita masih dalam proses, baru membuat rumah, baru gali fondasi. Batunya
dipasang saja belum rampung, tapi sudah ditanya genteng,” kata Jokowi dalam
wawancara dengan Tempo di Istana Merdeka, kemarin.
Ia berujar, pembangunan fondasi dalam pemerintahan pun belum sepenuhnya
rampung, Jokowi memastikan bahwa dasar yang dibangun akan kuat disemua sisi
pemerintahan, baik di sektor ekonomi, politik, pembangunan birokrasi, penegakan
hukum, serta pencapaian pembangunan poros maritim.
Jokowi mencontohkan, program poros maritim baru akan terlihat hasilnya dalam
tiga hingga empat tahun kedepan. Menurut dia pengembangan poros maritim baru
memasuki tahap pembangunan pelabuhan sebagai infrastruktur awal. Pelabuhan besar
yang mulai dibangun misalnya Kuala Tanjun, Tanjung Priok, Tanjung Perak,
Makassar New Port dan Sorong.
“Kalau pelabuhannya sudah jadi sekitar 3,5 tahun, baru kita bicara kapal besar
sebagai pendahulunya,” kata Presiden. Setelah itu, pelabuhan besar akan berperan
sebagai penghubung pulau-pulau menengah dan pelabuhan kecil bertindak sebagai
penghubung seluruh pulau. “saat itulah management distribusi logistik akan menjadi
lebih baik.”
Kepala kantor staf Presiden Teten Masduki mengatakan Presiden juga berfokus
membangun fondasi ekonomi yang kuat ditengah pelemahan ekonomi dunia. Dia
menuturkan, fondasi di bidang ekonomi itu meliputi pemangkasan birokrasi,
pencabutan subsidi bahan bakar minyak dan pemotongan perizinan yang rumit.
“Penerbitan paket-paket kebijakan merupakan cara untuk membangun fondasi
ekonomi. Tahun ini memang sulit, tapi kami gunakan untuk membangun fondasi,”
Katanya.
Selain bidang ekonomi, Teten menambahkan, pemerintah terus membangun
konsolidasi birokrasi agar instruksi dari pusat bisa langsung dieksekusi oleh para
aparat di daerah.
Menurut dia, mengubah mental seluruh aparat, baik di pusat maupun di daerah,
64
tidak bisa dilakukan dengan seketika. “Pemerintah pusat sudah mulai, tetapi kalau di
daerah tidak dimulai, ya tidak mungkin,” katanya.
Pengamat politik dari Charta Politica, Yunarto Wijaya, menilai Pemerintahan
Jokowi-Kalla memang sedang dalam tahap membenahi masalah fundamental. Dia
mengatakan tantangan terbesar yang dihadapi Jokowi adalah melawan dan
menghadapi arus besar yang menginginkan pelemahan dalam pemberantasan korupsi.
“Perlu dipahami bahwa Jokowi adalah Presiden pertama yang tidak memiliki
kekuatan politik, dia bahkan bukan elite politik,” ucapnya.
Dari berita terakhir pada Koran Tempo maka penulis akan menganalisa berita
tersebut sesuai teori Framing Robert N. Entman yang melihat berita dari dua dimensi
yaitu, seleski isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/
isu.
Tabel 5.13
Analisis Framing Robert N. Entman pada berita ke-empat di koran Tempo
Seleksi Isu Isu yang ditampilkan dalam berita ini adalah sebuah alasan
dari pemerintahan JKW-JK dalam janji pemilu dan pemahasan
tentang ketidak punyaan JKW tentang keuatan politiknya.
Penonjolan Aspek Aspek yang ditonjolkan adalah alasan pembangunan
fondasi dalam setiap program, dan JKW-JK beranggapan bahwa
dalam masa satu tahun JKW-JK tidak dapat memberikan hasil
yang sesuai dengan program kerjanya karena masih membangun
fondasi yang kuat untuk memenuhi program-programnya.
Sumber: Primer, 2016
Dalam analisis koran Tempo, isu yang ditampilkan lebih membahas tentang
kinerja menteri yang baik dan terpuruk. Beberapa menteri yang dianggap terpuruk
diambil dari data survei yang dilakukan oleh salah satu lebaga survei Indonesia yaitu
Politracking yang memberi nilai dalam persenan tentang ketidak puasan masyarakat
terhadap kinerja menteri-menteri tersebut.
Menteri-menteri yang dianggap terpuruk dalam kinerjanya adalah menteri-
menteri yang berubungan dengan perekonomian Indonesia, Menteri Ketenagakerjaan,
Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan
menteri Perdagangan. Dalam pemberitaan koran Tempo tidak dijelaskan mengapa
para menteri-menteri tersebut mengalami keterpurukan, dan tidak ada alasan-alasan
65
yang dapat meringankan atau membela para menteri tersebut, tetapi malah semakin
dibenarkan dengan grafis-grafis yang dikeluarkan oleh Politracking untuk mendukung
berita yang ditulis oleh koran Tempo tersebut.
Pada headline koran Tempo juga terdapat grafis yang dikeluarkan oleh
Politracking dan Indo Barometer yang membahas mengenai JKW-JK. Grafis tersebut
tentang menurunya kepuasan masyarakat Indonesia terhadap satu tahun pemerintahan
JKW-JK. Dalam setiap grafis menunjukan bahwa semua lembaga survei mendapati
menurunnya kepuasan masyarakat, begitu juga dengan cabinet kerjanya. Disini koran
Tempo ingin menggiring pembaca untuk mengetahu keterpurukan yang dialami oleh
satu tahun pemerintahan JKW-JK juga beberapa menterinya dan juga masih perlu
banyak perbaikan. Semua hasil survei yang dikeluarkan Politracking yang
ditampilkan koran Tempo menggambarkan tentang ketidakpuasan masyarakat
Indonesia.
Walau ada berita judul berita yang memeberi judul „Demonstrasi Setahun
Jokowi-Kalla Sepi‟ tetapi pada ketanyataanya dalam pembahasan berita tersebut,
memberi contoh-contoh kota yang melakukan demonstrasi.
Dapat disimpulkan bahwa koran Tempo ingin mengajak pembaca untuk
mengkritik kinerja satu tahun pemerintahan JKW-JK, karena belum sepenuhnya
membuat Indonesia lebih baik dari pemerintahan sebelumnya, dan masih banyak janji
kampanye yang belum terealisasikan dan masih perlu banyak perbaikan.
5.2. Refleksi Hasil Penelitian
Dari hasil analisis berita masing-masing koran, maka munculah refleksi hasil
penelitian berdasarkan teori Framing Robert N. Entmen. Analisis ini adalah gabungan
dari semua pemberitaan yang dilakukan oleh kedua koran yang terbit pada tanggal 21
Oktober 2015 dalam memberitakan Satu Tahun Pemerintrahan JKW-JK.
Tabel 5.14
Tabel Hasil Analisa Pembingkaian Berita
Koran Kompas Koran Tempo
Seleksi Isu Dalam pemberitaan yang Dalam pemberitaan yang
66
dilakukan oleh koran Kompas
adalah isu-isu general atau
umum yang dibahas oleh banyak
masyarakat, dimulai dari kinerja
menteri, bidang ekonomi, sosial,
pendidikan dan kesehatan,
semua memang belum
sepenuhnya tercapai.
dituliskan di koran Tempo, isu
yang ditonjolkan lebih kepada
Kabinet Kerja yang dipimpin oleh
JKW-JK dan juga tentang masalah
ekonomi.
Penonjolan Aspek Aspek yang ditonjolkan didalam
pemeberitaan Satu Tahun
Pemerintahan JKW-JK adalah
kinerja JKW-JK yang belum
mencapai target, tetapi memiliki
alasan-alasan yang mendukung
faktor yang mengakibatkan
belum tercapainya target
tetrsebut. Kompas selalu
memberikan opini-opini yang
bersifat “menyelamatkan” JKW-
JK. Kompas menggiring
pembaca untuk mempelajari
faktor-faktor yang menghambat
program kerja pemerintahan
yang dipimpin JKW-JK.
Aspek yang ditonjolkan oleh koran
Tempo adalah tentang hasil
lembaga survei Politracking yang
menghasilkan beberapa nama
menteri yang dianggap berhasil
dan tidak berhasil dalam
pemerintahan JKW-JK. Juga,
keadaan ekonomi Indonesia yang
memburuk, dan dengan banyak
opini yang ditampilkan koran
Tempo ingin menggiring pembaca
untuk beranggapan bahwa satu
Tahun Pemerintah JKW-JK masih
perlu banyak perbaikan dan sangat
mengkritisi kinerja keseluruhan.
Sumber: Primer, 2016
Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian
definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk
menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Berikut
adalah definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dari pemberitaan Satu Tahun
Pemerintahan JKW-JK yang diberitakan oleh Koran Kompas.
67
Tabel 5.15
Perangkat Analisis Robert N. Entman pada Koran Kompas
Define Problems Dalam pemberitaan satu tahun pemerintahan JKW-
JK melihat bahwa peristiwa itu banyak menyoroti
keberhasilan pencapaian pemerintahan JKW-JK.
Ada beberapa program yang belum mencapai target,
tapi itu karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi dan membutuhkan waktu yang lama.
Diagnose Causes
(memperkirakan masalah atau
sumber masalah)
Penyebab dari masalah yang ada dalam Koran
Kompas mengenai satu tahun pemerintahan JKW-
JK banyak dijelaskan pada setiap program
Make Moral Judgement
(membuat keputusan moral)
Dengan memberi keterangan atau alasan yang
terkesan membuat pembaca meyakini bahwa tidak
tercapainnya target dari satu tahun pemerintahan
JKW-JK didasari atau dikarenakan faktor-faktor
lain.
Treatment Recommendation
(menekankan penyelesaian)
Penekanan penyelesaian yang dilakukan oleh
Kompas dengan menggunakan alasan yang terkesan
membela pemerintah bahwa jika ada kegagalan atau
belum tercapainya program JKW-JK, itu disebabkan
oleh banyak faktor, dan pemerintah pasti dengan
segala upaya akan menyelesikan programnya
dengan baik.
Sumber: Primer, 2016
Berikut adalah definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dari
pemberitaan Satu Tahun Pemerintahan JKW-JK yang diberitakan oleh Koran Tempo
Tabel 5.16
Perangkat Analisis Robert N. Entman pada Koran Tempo
Define Problems Mengkritisi banyaknya program yang tidak
mencapai target dari satu tahun pemerintahan JKW-
JK.
68
Diagnose Causes
(memperkirakan masalah atau
sumber masalah)
Tidak banyak disebutkan mengenai alasan mengapa
beberapa program JKW-JK tidak mencapai target
dan terkesan kekeh dalam mengkritisi.
Make Moral Judgement
(membuat keputusan moral)
Memberi seterang-terangnya informasi melalui
grafik dan gambar mengenai tidak tercapainya target
dari satu tahun pememrintahan JKW-JK. Walaupun
Kompas juga melakukan hal yang hampir sama
yaitu menyertakan grafik tabel, dan gambar,
Kompas masih sering memberikan alasan mengenai
tidak tercapainya target dari satu tahun
pemerintahan JKW-JK sedangkan Koran Tempo
jarang.
Treatment Recommendation
(menekankan penyelesaian)
Dengan kritis menegaskan bahwa banyaknya
program JKW-JK yang masih belum tercapai, dan
hanya sebatas informasi tanpa ada penyelesaian
penekanan yang ditujukan kepada pembaca dari
pemerintahan.
Sumber: Primer, 2016
5.3. Agenda Setting Dalam Pemberitaan Satu Tahun Pemerintahan
JKW-JK
Ada dua tingkat penyusunan agenda. Pertama, menunjukkan isu-isu umum
yang dianggap penting, sebagai contoh yang ditulis pada Koran Kompas dan Koran
Tempo. Isu-isu umum yang dianggap penting adalah pemberitaan satu tahun
pemerintahan JKW-JK. Dan yang kedua menentukan bagian antara aspek dari isu-
isu tersebut yang dianggap penting. Dalam pemberitaan satu tahun pemerintahan
JKW-JK, aspek-aspek yang diberitakan oleh kedua koran tersebut berbeda-beda,
dan memiliki opini yang juga berbeda.
Karya aktual pada penentuan agenda tidak hanya berfungsi pada tingkat isu
tetapi juga pada tingkat atribut-atribut isu, atau sub-isu. Arah baru dalam penentuan
69
agenda ini menunjukan pernyataan lama bahwa “media berita mungkin tidak hanya
memberi tahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi media berita juga memberi tahu
kita apa yang harus dipertimbangkan” perlu direvisi. Versi yang lebih baru
mengatakan bahwa,
“media berita tidak hanya memberi tahu kita apa yang harus dipikirkan; juga memberi
tahu kita bagaimana kita mempertimbangkan hal itu” (McCombs, 1992, p. 820)
Dalam kenyataannya, sering kali media mengatakan bahwa kepentingan
media itu sendiri adalah kepentingan penikmatnya, tetapi sebenarnya media sendiri
memiliki tendensi yang kuat untuk menggiring pembaca untuk memikirkan apa yang
sudah media sendiri ciptakan, seperti yang dikatakan oleh salah satu narasumber dari
Koran Tempo “Secara pribadi, mungkin saja ada, tapi itu sangat kecil. Sebab, apa
yang ia tulis itu merupakan hasil diskusi di internal redaksi. Kalau pun itu muncul
dalam tulisan, biasanya tidak dominan. Sebab, berita dari penulis itu akan diedit oleh
redaktur pelaksana atau redaksi dengan jabatan yang lebih tinggi.”1 Mungkin kecil
tendensi secara pribadi, namun hasil tulisan yang akan dimuat sudah dirapatkan dan
ditentukan agar dapat berpengaruh terhadap pembacanya.
Dari teori Mc Combs, dapat disimpulkan bahwa kedua koran tersebut ingin
menggiring pembaca untuk memikirkan dampak dari informasi yang sudah ditulis
dalam berita dan bagaimana pembaca dapat menyikapi dari pemberitaan tersebut.
Memang sangat berbeda antara pemberitaan Koran Kompas dan Koran Tempo akan
pemberitaan satu tahun pemerintahan JKW-JK, semua itu memang fungsi agenda
setting dalam setiap ideologi koran berbeda, tetapi intinya adalah sama. Fungsi
agenda setting telah dijelaskan oleh Donal Shaw, Maxwell, McCombs, dan rekan-
rekan mereka yang menulis :
“Ada bukti besar yang telah dikumpulkan bahwa penyunting dan penyiar memainkan
bagian yang penting dalam membentuk realitas sosial kita ketika mereka menjalankan
tugas keseharian mereka dalam memilih dan menampilkan berita. . . . Pengaruh media
massa ini – kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif antar individu untuk
menyusun pemikiran mereka – telah diberi nama fungsi agenda setting dari komunikasi
massa. Di sini terletak pengaruh paling penting dari komunikasi massa, kemampuanya
untuk menata mental, dan mengatur dunia kita bagi kita sendiri. Singkatnya, media massa
mungkin tidak berhasil dalam memberi tahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka
1 Dikutip dari hasil wawancara redaktur Koran Tempo pada tanggal 23 Mei 2016.
70
secara mengejutkan berhasil dalam memberi tahu kita tentang apa yang harus kita
pikirkan.”
Kedua koran tersebut ingin memainkan bagian penting dari realitas
sosial dan sebagai kontrol sosial yang berdampak pada masyarakat. Mereka
ingin membuat masyarakat berfikir mengenai pemberitaan yang telah mereka
tulis, terlebih tentang pemberitaan dua koran tersebut. Ada perbedaan yang
sangat signifikan, Koran Kompas dengan beritanya terkesan membela dan juga
terkesan menggiring pembaca tetap mempercayai JKW-JK dalam memerintah,
dan tidak boleh terfokus dalam keterpurukan yang ada karena satu tahun
pemerintahan JKW-JK tidak dapat menjadi tolak ukur keberhasilan. Berbeda
dengan koran Tempo yang sangat mengkritisi dam menyoroti beberapa hal dan
terkesan memberi pernyataan bahwa ada kegagalan yang terjadi dengan satu
tahun pemerintahan JKW-JK. Didukung dengan grafis yang bersumber dari
lembaga survei Politracking.