BAB V Vani
-
Upload
senja-tsamrotul -
Category
Documents
-
view
46 -
download
0
Transcript of BAB V Vani
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tentang gambaran faktor demografi, penyakit penyerta dan gaya hidup pada
penyakit Congestive Heart Failure (CHF) di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS. Stella
Maris Makassar tahun 2011 ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan
deskriptif. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 minggu yang
dimulai pada tanggal 6-23 Juni 2011.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan secara primer dan sekunder, dimana
peneliti mengumpulkan data melalui buku status pasien. Selanjutnya data tersebut dicocokkan
dengan melakukan wawancara langsung kepada para responden dengan menggunakan instrumen
penelitian berupa kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 sampel.
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di RS. Dr. Wahidin
Sudirohusodo dan RS. Stella Maris Makassar tahun 2011 yang menderita Congestive Heart
Failure (CHF).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling
dengan menentukan beberapa kriteria inklusi. Setelah dilakukan pengolahan data, kemudian data
dianalisis secara deskriptif. Pada penelitian ini dilakukan analisis secara deskriptif untuk masing-
masing variabel, dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi responden berdasarkan variabel-
variabel yang diteliti. Hasil analisis data tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan narasi yaitu
sebagai berikut :
1. Deskriptif Variabel
a. Karakteristik Demografi
Distribusi penderita CHF berdasarkan karakteristik demografi dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 1Distribusi Penderita CHF Berdasarkan Karakteristik Demografi di RS Dr. Wahidin
Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar Tahun 2011
Karakteristik Demografi n %Kelompok Umur (tahun) 1. 41- 50 15 37.52. 51- 60 10 253. 61- 70 12 304. 71- 80 2 55. > 80 1 2.5Jenis Kelamin 1.Laki-Laki 17 42.52. Perempuan 23 57.5Pekerjaan 1. PNS 4 102. Swasta 9 22.53. Petani/Pedagang 3 54. Ibu Rumah Tangga 11 27.55. Tidak Bekerja/Lainnya 14 35Suku 1. Bugis 20 502. Makassar 8 203. Toraja 6 154. Jawa 1 2.55. Lainnya 5 12.5Riwayat Keluarga 1. Ayah 7 17,52. Ibu 1 2,53. Keluarga Lainnya 1 2,54. Tidak Ada 31 77,5
Sumber : Data Primer, 2011Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 1, persentase responden terbesar
adalah pada kelompok umur 40 – 50 tahun (37,5%), sedangkan persentase terkecil
adalah pada kelompok umur > 80 tahun (2,5%). Berdasarkan jenis kelamin, terdapat 17
responden berjenis kelamin laki-laki (42,5%) dan 23 responden berjenis kelamin
perempuan (57,5%). Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini, distribusi
penderita CHF lebih tinggi pada perempuan.
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja atau
sudah pensiun dari pekerjaannya yaitu sebesar 35%. Sedangkan persentase terendah
adalah pada responden yang bekerja sebagai PNS dan petani/pedagang yang
persentasenya masing-masing 7,5%.
Responden paling banyak berasal dari suku Bugis yaitu sebanyak 20 orang (50%)
yang berarti setengah dari jumlah responden. Sedangkan suku yang paling sedikit
adalah suku Jawa yaitu 1 orang (2,5%)
b. Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta adalah penyakit yang menyertai suatu penyakit atau sebagai
komplikasi dari penyakit yang diderita seperti hipertensi, PJK, dan diabetes melitus
yang merupakan penyakit penyerta dari CHF. Distribusi penderita CHF berdasarkan
penyakit penyerta dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2Distribusi Penderita CHF Berdasarkan Penyakit Penyerta di RS Dr.Wahidin
Sudirohusodo dan RS Stella Maris MakassarTahun 2011
Penyakit Penyerta
Rekam Medis Sebelum CHF Setelah CHF
n % n % n %
Hipertensi 1. Ya 35 87,5 35 87,5 10 252. Tidak 5 12,5 5 12,5 30 75PJK
1. Ya 13 32,5 13 32,5 13 32,52. Tidak 27 67,5 27 67,5 27 67,5Diabetes Melitus 1. Ya 15 37,5 15 37,5 4 102. Tidak 25 62,5 25 62,5 36 90
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 40 responden yang menderita CHF, sebanyak
35 orang (87,5%) yang memiliki riwayat penyakit hipertensi dan 5 orang (12,5%) yang
tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi. Sedangkan yang hipertensi setelah CHF
sebanyak 10 orang (25%) dan yang tidak hipertensi setelah CHF sebanyak 30 orang
(75%). Selain itu, terdapat 13 orang atau 32,5% yang sebelumnya memiliki riwayat PJK
dan sampai saat ini masih menderita PJK. Sedangkan yang tidak menderita PJK adalah
27 orang atau 67,5%.
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 2 juga menunjukkan bahwa sebanyak
15 orang (37,5%) yang sebelumnya memiliki riwayat diabetes melitus dan 25 orang
(62,5%) yang tidak memiliki riwayat diabetes melitus. Dari 40 responden yang CHF
terdapat 4 orang (10%) yang masih menderita DM dan 36 orang (90%) yang saat ini
tidak menderita DM.
c. Gaya Hidup
1) Kebiasaan Merokok
Distribusi penderita CHF berdasarkan kebiasaan merokok dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3Distribusi Penderita CHF Berdasarkan Kebiasaan Merokok di RS Dr. Wahidin
Sudirohusodo dan RS Stella MarisMakassar Tahun 2011
Kebiasaan Merokok n %
Pernah Merokok 1. Ya 11 27,52. Tidak 29 72,5
Umur Pertama Kali Merokok (tahun) 1. 10-14 7 63,62. 15-19 3 27,33. ≥ 20 1 9,1Jumlah Rokok (Batang/Hari) 1. < 10 1 9,12. 10-20 3 27,33. >20 7 63,6Jenis Rokok 1. Filter 10 90,92. Kretek 1 9,1Alasan Berhenti Merokok 1. Mengganggu Kesehatan 2 18,22. Menyebabkan Penyakit 4 36,43. Sakit Dada/Sesak 5 45,4
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 40 responden yang menderita CHF di RS
Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar, terdapat 11 orang
(27,5%) yang sebelumnya pernah merokok dan 29 orang (72,5%) yang tidak pernah
merokok.
Selain itu dapat diketahui dari 11 responden yang pernah merokok,
persentase responden terbesar adalah pada umur pertama kali merokok 10-14 tahun
sebanyak 7 orang (63,6%). Sedangkan persentase responden terkecil pada umur
pertama kali merokok ≥ 20 tahun yaitu 1 orang (9,1%). Berdasarkan jumlah rokok
yang dihisap, terdapat sebanyak 7 orang (63,6%) yang merokok lebih dari 20
batang per hari, dan 1 orang (9,1%) yang merokok kurang dari 10 batang per hari.
Tabel 3 juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang
mengkonsumsi rokok filter yaitu sebanyak 10 orang atau 90,9%, sedangkan sisanya
yaitu 1 orang atau 9,1% yang mengkonsumsi rokok kretek, dari 11 responden CHF
yang pernah merokok. Dan berdasarkan alasan berhenti merokok, sebanyak 5 orang
(45,4%) yang berhenti merokok dengan alasan sakit dada/ sesak dan 2 orang
(18,2%) yang berhenti merokok dengan alasan mengganggu kesehatan.
2) Konsumsi Alkohol
Distribusi penderita CHF berdasarkan konsumsi alkohol dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4Distribusi Penderita CHF Berdasarkan Konsumsi Alkohol di RS
Dr. WahidinSudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar Tahun 2011
Konsumsi Alkohol n %
Pernah Mengkonsumsi Alkohol1. Ya 9 22,52. Tidak 31 77,5
Umur Pertama Kali Konsumsi Alkohol (Tahun) 1. 10-14 1 11,12. 15-19 3 33,33. ≥ 20 5 55,6Jenis Alkohol 1. Bir 6 66,72. Tuak 3 33,3
Alasan Berhenti Mengkonsumsi Alkohol 1. Mengganggu Kesehatan 5 55,62. Menyebabkan Penyakit 4 44,4
Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 4 di atas, terdapat 9 orang atau
22,5% yang pernah mengkonsumsi alkohol dan sisanya yaitu sebanyak 31 orang
atau 77,5% yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol.
Berdasarkan umur pertama kali mengkonsumsi alkohol, dari 9 responden
yang pernah mengkonsumsi alkohol terdapat 5 orang (55,6%) yang pertama kali
mengkonsumsi alkohol pada umur ≥ 20 tahun dan 1 orang (11,2%) yang pertama
kali mengkonsumsi alkohol pada umur 10-14 tahun.
Sebagian besar responden yang pernah mengkonsumsi alkohol, biasa
mengkonsumsi alkohol jenis bir dengan persentase sebesar 66,7%. Sedangkan yang
biasa mengkonsumsi tuak persentasenya sebesar 33,3%, dan berdasarkan alasan
berhenti mengkonsumsi alkohol, sebanyak 5 orang (55,6%) yang berhenti
mengkonsumsi alkohol dengan alasan mengganggu kesehatan dan 4 orang (44,4%)
yang berhenti merokok dengan alasan menyebabkan penyakit.
3) Aktifitas Fisik
Distribusi penderita CHF berdasarkan aktivitas fisik dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 5Distribusi penderita CHF Berdasarkan Aktivitas Fisik di RS Dr.
Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris MakassarTahun 2011
Aktivitas Fisik n %
Jenis Aktivitas Fisik 1. Ringan 5 12,52. Sedang 28 703. Berat 7 17,5
Lama Melakukan Aktivitas Fisik (Dalam Seminggu)
1. < 3 0 02. 3-5 13 32,53. >5 27 67,5
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebelum menderita CHF, responden yang biasa
melakukan aktivitas fisik berat sebanyak 7 orang (17,5%), sedangkan yang biasa
melakukan aktivitas fisik ringan sebanyak 5 orang (12,5%) dan sebagian besar
biasa melakukan jenis aktivitas fisik sedang yaitu sebanyak 28 orang (70%).
Selain itu berdasarkan lama melakukan aktivitas fisik dalam seminggu
menunjukkan sebagian besar responden selama seminggu biasa melakukan aktivitas
fisik sebelum menderita CHF > 5 kali yaitu sebanyak 27 orang (67,5%) dan
sebanyak 13 orang (32,5%) yang biasa melakukan aktivitas fisik 3-5 kali dalam
seminggu.
Pada data yang disajikan pada tabel 5, tidak menunjukkan aktivitas fisik yang
dilakukan setelah menderita CHF, hal ini disebabkan karena setelah menderita CHF
seluruh responden sudah tidak melakukan aktifitas fisik yang berarti, seperti yang
tercantum dalam jenis aktivitas fisik menurut Riskesdas (2007).
4) Jenis Konsumsi Makanan
a) Konsumsi Jenis Makanan Sumber Lemak
Lemak adalah zat gizi yang dibutuhkan sebagai sumber energi, pelarut
vitamin, juga sumber asam lemak esensial. Agar kebutuhan asam lemak
esensial terpenuhi, sebaiknya mengkonsumsi sumber lemak dari bahan nabati.
Konsumsi lemak yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung termasuk CHF. Distribusi penderita CHF berdasarkan jenis makanan
sumber lemak yang dikonsumsi sebelum dan setelah menderita CHF dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6Distribusi Penderita CHF Berdasarkan Jenis Makanan Sumber Lemak Yang
Dikonsumsi Sebelum dan Setelah CHF di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo Dan RS Stella Maris
Makassar Tahun 2011
Jenis LemakSebelum CHF Setelah CHF
n % n %
Daging Sapi 36 90 2 5Daging Ayam 39 97,5 9 22,5
Jeroan 30 75 0 0Gorengan 39 97,5 1 2,5
Mentega/Margarin 39 97,5 0 0Fast Food 24 60 0 0
Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 6, dapat diketahui bahwa
jenis makanan sumber lemak yang paling banyak dikonsumsi sebelum CHF
adalah daging ayam, gorengan dan mentega/margarin yaitu masing-masing
sebanyak 39 orang (97,5%) dan yang paling rendah adalah fast food yaitu
sebanyak 24 orang (60%).
Sedangkan jenis makanan sumber lemak yang masih dikonsumsi setelah
CHF yang paling banyak adalah daging ayam yaitu 22,5% dan yang paling
sedikit adalah gorengan yaitu 2,5%. Jenis makanan sumber lemak yang sama
sekali sudah tidak dikonsumsi setelah CHF adalah jeroan, mentega/margarin
dan fast food.
b) Konsumsi Jenis Makanan Sumber Protein
Distribusi penderita CHF berdasarkan jenis makanan sumber protein
yang dikonsumsi sebelum dan setelah menderita CHF dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 7Distribusi Penderita CHF Berdasarkan Jenis Makanan Sumber Protein Yang
Dikonsumsi Sebelum dan Setelah Menderita CHF di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris
Makassar Tahun 2011
Jenis ProteinSebelum CHF Setelah CHF
n % n %
Ikan 39 97,5 39 97,5Telur 39 97,5 39 97,5
Tempe 40 100 39 97,5Tahu 39 97,5 39 97,5
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari keempat jenis makanan sumber protein
yang dikonsumsi sebelum CHF memiliki persentase yang tinggi. Tetapi jenis
protein yang paling tinggi persentasenya adalah tempe yaitu sebesar 100%,
yang artinya seluruh penderita CHF biasa mengkonsumsi tempe sebelum
menderita CHF. Sedangkan setelah CHF, persentase konsumsi dari keempat
jenis makanan mengandung protein yaitu ikan, telur, tempe dan tahu,
mempunyai persentase yang sama yaitu sebesar 97,5%.
c) Konsumsi Sayuran
Distribusi penderita CHF berdasarkan jenis sayuran yang dikonsumsi
sebelum dan setelah menderita CHF dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8Distribusi Penderita CHF Berdasarkan Jenis Sayuran Yang Dikonsumsi Sebelum dan
Setelah Menderita CHF di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris
MakassarTahun 2011
Jenis SayuranSebelum CHF Setelah CHF
n % n %Bayam 40 100 37 92,5
Kangkung 40 100 37 92,5Sawi 40 100 38 95
Labu Siam 36 90 35 87,5Terong 38 95 37 92,5
Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 8 menunjukkan bahwa jenis
sayuran yang paling bayak dikonsumsi sebelum CHF adalah bayam, kangkung
dan sawi, yaitu masing-masing dengan persentase sebesar 100%. Sedangkan
setelah CHF jenis sayuran yang persentasenya paling tinggi adalah sawi yaitu
95%. Jenis sayuran yang paling rendah persentasenya baik sebelum maupun
setelah CHF adalah labu siam masing-masing sebesar 90% dan 87,5 %.
d) Konsumsi Buah
Distribusi penderita CHF berdasarkan jenis buah-buahan yang
dikonsumsi sebelum dan setelah menderita CHF dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 9Distribusi Penderita CHF Berdasarkan Jenis Buah Yang Dikonsumsi Sebelum dan
Setelah Menderita CHF di RS Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella MarisMakassar Tahun 2011
Jenis Buah-BuahanSebelum CHF Setelah CHF
N % n %Pisang 39 97,5 38 95Jeruk 31 77,5 17 42,5
Pepaya 39 97,5 38 95Apel 33 82,5 28 70
Alpukat 26 65 3 7,5 Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 9 menunjukkan bahwa jenis buah yang paling banyak dikonsumsi
sebelum CHF adalah pisang dan pepaya, dengan persentase masing-masing
sebesar 97,5%. Sedangkan jenis buah yang paling sedikit dikonsumsi adalah
alpukat dengan persentase 65%. Setelah CHF jenis buah yang paling banyak
dikonsumsi responden tidak mengalami perubahan, yang paling banyak
dikonsumsi adalah pisang dan pepaya, yaitu masing-masing dengan persentase
95%. Sedangkan jenis buah yang paling sedikit dikonsumsi adalah alpukat
dengan persentase 7,5%.
2. Analisis Variabel
a. Distribusi Penyakit Penyerta Berdasarkan Kelompok Umur
Distribusi penyakit penyerta pada CHF berdasarkan kelompok umur dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 10Distribusi Penyakit Penyerta Berdasarkan Kelompok Umur Pada Penderita CHF di RS
Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar Tahun 2011
Umur (tahun)
Hipertensi PJK Diabetes Melitusn % n % n %
41-50 10 28,6 5 38,5 4 26
51-60 10 28,6 4 30,8 8 53,361-70 12 34,3 3 23 1 6,771-80 2 5,7 1 7,7 1 6,7>80 1 2,8 0 0 1 6,7
Total 35 100 13 100 15 100 Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 10 dapat diketahui bahwa kelompok
umur yang paling banyak menderita hipertensi adalah pada kelompok umur 61-70 tahun
atau pada kelompok umur lanjut yaitu sebanyak 12 orang dari sebanyak 35 responden
yang hipertensi. Dan yang paling rendah pada kelompok umur >80 tahun. Tabel 10
juga menunjukkan bahwa responden yang paling banyak menderita PJK adalah pada
kelompok umur 41-50 tahun dan yang paling sedikit adalah pada umur > 80 tahun.
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 10 diatas juga menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang menderita CHF dan memiliki riwayat penyakit diabetes
melitus paling banyak terdapat pada kelompok umur 51-60 tahun yaitu sebesar 53,3%.
b. Distribusi Penyakit Penyerta Pada CHF Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi penyakit penyerta pada CHF berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 11Distribusi Penyakit Penyerta Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita CHF di RS
Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella MarisMakassar Tahun 2011
Jenis Kelamin
Hipertensi PJK Diabetes Melitusn % n % n %
Laki-laki 14 40 7 53,8 6 40Perempuan 21 60 6 46,2 9 60
Total 35 100 13 100 15 100Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki riwayat
penyakit hipertensi berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 21 orang (60%). Selain
itu dapat diketahui bahwa PJK paling banyak terdapat pada responden berjenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 7 orang dari 13 orang yang menderita CHF dan memiliki
riwayat PJK.
Berdasarkan data pada tabel 11, juga menunjukkan bahwa diabetes melitus paling
banyak terdapat pada responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 9
orang dari 15 orang memiliki riwayat diabetes melitus.
c. Distribusi Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Hipertensi
Distribusi penyakit jantung koroner berdasarkan hipertensi dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 12Distribusi Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Hipertensi di RS Dr.Wahidin
Sudirohusodo dan RS Stella MarisMakassar Tahun 2011
HipertensiPenyakit Jantung Koroner
TotalYa Tidakn % n % n %
Ya 9 25,7 26 74,3 35 100Tidak 4 80 1 20 5 100Total 13 32,5 27 67,5 40 100
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 13 orang yang menderita PJK, terdapat
sebanyak 9 orang yang menderita hipertensi dan yang tidak hipertensi sebanyak 4 orang.
d. Distribusi Diabetes Melitus Berdasarkan Hipertensi
Distribusi diabetes melitus berdasarkan hipertensi dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 13Distribusi Diabetes Melitus Berdasarkan Hipertensi di RS Dr.
Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella MarisMakassar Tahun 2011
HipertensiDiabetes Melitus
TotalYa Tidakn % n % n %
Ya 14 40 21 60 35 100Tidak 1 20 4 80 5 100Total 15 37,5 25 62,5 40 100
Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 13 dapat diketahui bahwa dari 15
responden yang menderita diabetes melitus, sebagian besar responden menderita
hipertensi yaitu sebanyak 14 orang.
e. Distribusi Penyakit Penyerta Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Distribusi penyakit penyerta berdasarkan kebiasaan merokok dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 14Distribusi Penyakit Penyerta Berdasarkan Kebiasaan Merokok di RS Dr.Wahidin
Sudirohusodo dan RS Stella MarisMakassar Tahun 2011
Pernah Merokok
Hipertensi PJK Diabetes Melitus
n % n % n %Ya 9 25,7 6 46,2 3 20
Tidak 26 74,3 7 53,8 12 80Total 35 100 13 100 15 100
Sumber : Data Primer, 2011
Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 35 responden yang hipertensi terdapat 9 orang
(25,7%) yang pernah merokok dan 26 orang (74,3%) yang tidak pernah merokok. Dan
dari 13 responden yang PJK terdapat 6 orang (46,2%) orang yang pernah merokok dan
7 orang (53,8%) yang tidak pernah merokok. Selain itu dari 15 responden yang diabetes
melitus, terdapat 3 (20%) orang yang pernah merokok dan 12 orang (80%) yang tidak
pernah merokok.
f. Distribusi Penyakit Penyerta Berdasarkan Konsumsi Alkohol
Distribusi penyakit penyerta berdasarkan konsumsi alkohol dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 15Distribusi Penyakit Penyerta Berdasarkan Konsumsi Alkohol di RS Dr.
Wahidin Sudirohusododan RS Stella MarisMakassar Tahun 2011
Pernah Konsumsi Alkohol
Hipertensi PJK Diabetes Melitus
n % n % n %
Ya 8 22,9 4 30,8 1 6,7Tidak 27 77,1 9 69,2 14 93,3Total 35 100 13 100 15 100
Sumber : Data Primer, 2011
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 15 dapat diketahui bahwa dari 35 orang yang
menderita hipertensi, terdapat 8 orang (22,9%) yang pernah mengkonsumsi alkohol dan 27
orang (77,1%) yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol, dan dari 13 orang yang PJK terdapat 4
orang (30,8%) yang pernah mengkonsumsi alkohol dan 9 orang (69,2%) yang tidak pernah
mengkonsumsi alkohol. Tabel 15 juga menunjukkan bahwa dari 15 responden yang diabetes
melitus hanya terdapat 1 orang (6,7%) yang pernah mengkonsumsi alkohol dan 14 orang
(93,3%) yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran faktor demografi,
penyakit penyerta dan gaya hidup pada penyakit Congestive Heart Failure (CHF) di RS
Dr.Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar. Adapun pembahasan dari masing-
masing variabel berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Deskriptif Variabel
a. Faktor Demografi pada Congestive Heart Failure (CHF)
Faktor demografi dalam penelitian ini adalah ciri yang dimiliki oleh responden,
yang diperoleh melalui buku status responden maupun melalui pertanyaan dengan
kuesioner yang dibedakan atas umur, jenis kelamin, pekerjaaan, suku dan riwayat
keluarga yang menderita CHF.
1) Umur
Distribusi penyakit Congestive Heart Failure atau gagal jantung kongestif
diketahui meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hasil analisis menunjukkan
bahwa kelompok umur responden yang paling banyak menderita CHF di RS
Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar dari 40 responden adalah
pada kelompok umur dewasa yaitu 41-50 tahun sebesar 37,5%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Ewika
(2007) yang menunjukkan bahwa Congestive Heart Failure atau gagal jantung
kongestif paling banyak terjadi pada umur < 60 tahun atau pada kelompok umur
dewasa dibanding pada kelompok umur lanjut atau > 60 tahun yaitu dengan
persentase 55,55%.
Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Rich M.W dari Washington University Medical Center, USA yang menemukan
bahwa lebih dari 75% pasien rawat inap dengan CHF di Amerika Serikat yang
berumur lebih dari 65 tahun. Orang dewasa yang berumur lanjut cenderung untuk
mengembangkan CHF sebagai akibat yang berkaitan dengan perubahan dalam
sistem kardiovaskular dan prevalensi yang tinggi pada hipertensi, penyakit arteri
koroner serta penyakit katup jantung yang merupakan etiologi umum CHF pada
kelompok umur ini. (Pubmed, 1999)
2) Jenis Kelamin
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Ewika (2007) juga
menunjukkan bahwa jenis kelamin yang paling banyak menderita Congestive Heart
Failure baik pada kelompok umur dewasa maupun umur lanjut adalah jenis
kelamin laki-laki dengan persentase 54,16%.
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian ini, dimana berdasarkan hasil
analisis ditemukan bahwa penyakit CHF lebih banyak terjadi pada perempuan
dengan persentase 57,5%. Perempuan lebih banyak menderita CHF pada penelitian
ini disebabkan karena sebagian besar perempuan yang menjadi responden dalam
penelitian ini telah berumur lanjut. Pada umur lanjut perempuan umumnya
mengalami menopause, dimana pada saat itu kolesterol LDL meningkat yang
menyebabkan perempuan lebih banyak menderita penyakit jantung.
3) Pekerjaan
Selain umur dan jenis kelamin, faktor demografi lain adalah pekerjaan.
Pekerjaan adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh nafkah
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pekerjaan dalam penelitian ini dibedakan atas
PNS, Swasta, Petani/Pedagang, Ibu Rumah Tangga, dan Tidak Bekerja/ Pensiunan.
Pekerjaan yang berat diketahui dapat menjadi beban dan menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan, terutama pada sistem kardiovaskuler. Pada
Penelitian Biomedis Pennington di Baton Rouge, Lousiana, ditemukan pria yang
aktif bekerja 10 persen lebih rendah terserang gagal jantung. Sedang bagi wanita 20
persen lebih rendah diserang penyakit yang sama. (Rochmi, 2010)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita CHF di RS
Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar sudah tidak bekerja atau
merupakan pensiunan yaitu sebesar 35%.
4) Suku
Suku adalah suatu ciri yang dimiliki responden dan menjadi identitas yang
paling mendasar, yang terbentuk berdasarkan latar belakang tempat kelahiran
maupun latar belakang keluarganya.
Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa penderita CHF di RS Wahidin
Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar, paling banyak berasal dari suku Bugis
dengan persentase 50% atau setengah dari seluruh penderita CHF yang ada di RS
Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris.
Hal ini dapat disebabkan karena konsumsi makanan dari Suku Bugis yang
diketahui walaupun sebagian besar tidak banyak mengkonsumsi jenis makanan
yang mengandung lemak, dan lebih banyak mengkonsumsi jenis makanan
mengandung protein yaitu ikan, tetapi konsumsi terhadap jenis makanan
mengandung serat kurang. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab sebagian
besar CHF terjadi pada responden yang berasal dari Suku Bugis.
5) Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan
Congestive Heart Failure, hal ini terjadi karena penyakit jantung termasuk CHF
dapat menurun dalam keluarga, tergantung pada gen yang diwarisi pada penderita,
seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan kolesterol tinggi.
Dalam penelitian ini, hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang menderita CHF di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris
Makassar tidak memiliki riwayat keluarga CHF dengan persentase sebesar 77,5%.
Hanya sebagian kecil yang mengaku memiliki riwayat keluarga CHF, sebagian
besar responden menjawab bahwa mereka adalah orang pertama dalam keluarganya
yang menderita Congestive Heart Failure.
b. Penyakit Penyerta pada Congestive Heart Failure (CHF)
Penyakit penyerta adalah penyakit yang menyertai atau merupakan komplikasi dari
kejadian suatu penyakit. Faktor penyakit penyerta pada CHF yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah adanya riwayat penyakit yang menyertai CHF, seperti hipertensi,
penyakit jantung koroner dan diabetes melitus.
1) Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi ditandai dengan kenaikan
tekanan darah yang melebihi batas normal yaitu 140/90 mmHg.
Hipertensi telah dibuktikan meningkatkan risiko terjadinya gagal
jantung pada beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh
Anggraini (2008) menemukan bahwa pada pasien rawat inap
gagal jantung kongestif yang berusia 45 tahun keatas, positif
mengalami hipertrofi ventrikel kiri dan memiliki riwayat hipertensi
sebanyak 50,6%. Selain itu berdasarkan penelitian dari Framingham Study
didapatkan bahwa hipertensi mendahului onset gagal jantung pada 91% kasus.
(Pickering, 2008 dalam Anggraini 2010).
Hal ini juga di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh William Smith
(2004) yang menunjukkan bahwa hampir 90% pasien dengan Congestive Heart
Failure memiliki hipertensi sistemik dan penyakit jantung koroner sebagai kondisi
utama yang mendasarinya.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan
bahwa sebagian besar penderita gagal jantung kongestif atau Congestive Heart
Failure (CHF) di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar,
memiliki riwayat penyakit hipertensi dengan persentase sebesar 87,5%.
Hal ini menunjukkan pentingnya mengontrol tekanan darah terutama pada usia
lanjut, karena tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur. Namun
seperti yang diketahui, masih sangat sedikit orang yang menyadari pentingnya
mengontrol tekanan darah. Berdasarkan data dari Kesehatan Nasional dan Survei
Pemeriksaan Gizi (NHANES) III menunjukkan bahwa di antara orang-orang yang
berumur lebih dari 70 tahun, hanya 19% wanita dan 16% pria yang memiliki
kontrol tekanan darah di bawah 140/90 mm Hg.
2) Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit jantung koroner terjadi karena rusaknya dinding pembuluh darah
yang disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti radikal bebas yang terkandung
dalam rokok dan polusi, kolesterol tinggi dan kardometabolik sindrom. Akibatnya
fungsi jantung terganggu karena harus bekerja lebih keras untuk memompa aliran
darah, sehingga aliran darah ke otot jantung berkurang dan menyebabkan serangan
jantung yang akhirnya menyebabkan gagal jantung. (Russel, 2011) .
World Health Organizaion (WHO) melaporkan tahun 2000 Proportional
Mortality Ratio (PMR) akibat PJK di dunia sebesar 12,7%. Penyakit jantung
koroner menempati urutan pertama di Eropa dan Amerika sebagai penyebab gagal
jantung. Pada penelitian Framingham Study dikatakan penyakit
jantung koroner sebagai penyebab gagal jantung pada 46% laki-
laki dan 27% pada wanita. (Mariyono, 2007)
Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 40 penderita CHF yang menjadi
responden di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar, yang
memiliki riwayat penyakit jantung koroner dan hingga saat didiagnosis CHF masih
menderita PJK adalah sebesar 32,5%. Dimana sebagian besar PJK yang dialami
oleh pasien terjadi sejak kurang dari 1 tahun hingga 1-5 tahun yang lalu.
3) Diabetes Melitus
Di samping hipertensi dan penyakit jantung koroner, diabetes merupakan kasus
besar lainnya dirumah sakit sebagai penyebab gagal jantung, yang memberikan
kontribusi pada morbiditas dan kematian dini pada pasien. Diabetes melitus
ditandai dengan kadar gula darah yang lebih dari kadar gula darah normal yaitu 200
mg/dl.
Berdasarkan penelitian yang dilakukuan oleh Jaffe, dkk (2004) pada 100 pasien
diabetes menunjukkan bahwa CHF lebih banyak terjadi pada pasien diabetes
melitus (31,2%) dibandingkan pada pasien non diabetes. Pasien dengan diabetes
mempunyai prognosis lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang nondiabetik.
Lebih dari 11% orang dewasa dengan gagal jantung mempunyai penyakit diabetes
(Kengne et al dalam Vijaganita, 2010). Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
dari 40 responden yang menderita CHF di RS Dr. Wahidin Sudirohusodo dan RS.
Stella Maris Makassar, terdapat sebanyak 15 orang (37,5%) yang sebelumnya
memiliki riwayat diabetes melitus.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vijaganita (2010) yang
menunjukkan bahwa dari 73 pasien, sebesar 31,5 persennya terdiagnosis memiliki
gambaran radiologis penyakit gagal jantung, dengan riwayat diabetes mellitus
terutama diabetes melitus tipe 2.
c. Gaya Hidup pada Congestive Heart Failure (CHF)
Seperti halnya penyakit kardiovaskuler yang lain, CHF tidak lepas dari gaya hidup
yang kurang sehat yang bayak dilakukan seiring berubahnya pola hidup. Pada
penelitian ini gaya hidup dibedakan atas kebiasaan merokok, konsumsi alkohol,
aktivitas fisik dan jenis konsumsi makanan (lemak, protein, sayuran dan buah-buahan).
1) Kebiasaan Merokok
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang pernah merokok
sebelum CHF adalah sebesar 27,5% yang seluruhnya telah berhenti merokok
setelah menderita CHF dengan alasan sebagian besar adalah sakit dada/ sesak
napas. Sebagian besar responden pertama kali mulai merokok pada umur 10-14
tahun dan jenis rokok yang biasa dikonsumsi adalah filter.
Belum terdapat penelitian yang mengemukakan bahwa merokok berakibat
langsung pada Congestive Heart Failure, tetapi merokok merupakan faktor risiko
dari penyakit jantung koroner. Zat-zat yang terkandung di dalam rokok dapat
menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah sehingga menyebabkan
terjadinya percepatan pembentukan aterosklerosis yang berpengaruh terhadap
perkembangan dari gagal jantung.
Hal ini didukung oleh Dr. Stainback dari University School of Medicine and
Public Health, Indiana, yang menyatakan bahwa efek dari merokok baik aktif
maupun pasif belum diteliti secara sistematis pada pasien dengan CHF, namun
penelitian pada orang dengan penyakit kardiovaskuler telah menunjukkan merokok
memiliki efek samping yang mendalam. Di Amerika Serikat, hanya sekitar 10%
sampai 20% orang dengan CHF yang aktif merokok. Namun diperkirakan bahwa
50% sampai 87% dari hampir 5 juta orang dengan CHF yang terpapar oleh asap
rokok atau menjadi perokok pasif. Sehingga disimpulkan bahwa merokok aktif
maupun pasif dapat menyebabkan gejala CHF semakin memburuk. (Stephen, 1999)
2) Konsumsi Alkohol
Beberapa studi menemukan bahwa alkohol dapat mengurangi risiko penyakit
jantung dan juga dapat meningkatkan molekul tertentu yang dapat meningkatkan
penyakit jantung. Alkohol dapat berefek secara langsung pada jantung,
menimbulkan gagal jantung akut maupun gagal jantung aritmia. Alkohol ditemukan
dapat menyebabkan gagal jantung pada 2-3% dari kasus. (Mariyono, 2007)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 responden terdapat 22,5%
yang menjawab pernah mengkonsumsi alkohol sebelum CHF dan telah berhenti
mengkonsumsi alkohol setelah didiagnosis menderita CHF, dimana sebagian besar
berhenti mengkonsumsi alkohol dengan alasan konsumsi alkohol dapat
mengganggu kesehatan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa responden pertama
kali mengkonsumsi alkohol paling banyak pada umur ≥ 20 tahun.
3) Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik pada penderita Congestive Heart Failure harus disesuaikan
dengan tingkat gejala. Aktivitas fisik yang cukup dapat meringankan gejala CHF,
tetapi aktivitas yang berlebihan dapat memperburuk kondisi penderita CHF.
Penelitian yang dilakukan oleh Rochmi (2010) menunjukkan bahwa aktivitas
fisik selama waktu senggang cenderung untuk memberikan manfaat. Pada pria,
aktivitas “sedang” selama waktu luang mengurangi risiko gagal jantung sebesar
17%, dan tingkat “tinggi” aktivitas waktu luang memberikan risiko sebesar 35 %.
Pada wanita, memberikan risiko 16 % untuk aktivitas aktivitas “sedang” dan 25 %
untuk aktivitas “tinggi”. Aktivitas fisik selama bekerja juga bermanfaat. Pada pria,
aktivitas “sedang” mengurangi risiko gagal jantung sebesar 10%, sedangkan
aktivitas fisik “tinggi” selama bekerja mengurangi risiko sebesar 17 %. Pada
wanita, aktivitas “sedang” mengurangi risiko gagal jantung sebesar 20%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden yang menderita
CHF di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar biasa melakukan
aktivitas fisik sebelum menderita CHF. Dimana aktivitas fisik yang paling banyak
dilakukan adalah aktivitas fisik “sedang” (70%).
Hal ini terjadi karena sebagian besar responden adalah perempuan, maka
aktivitas fisik yang tergolong aktivitas “sedang” yang biasanya dilakukan adalah
mencuci, memasak dan membersihkan. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa
sebagian besar responden biasa melakukan aktivitas fisik lebih dari 5 kali dalam
seminggu. Seluruh responden mengaku sudah tidak melakukan aktivitas fisik yang
berarti setelah menderita CHF.
4) Jenis Konsumsi Makanan
Saat ini, pentingnya memperhatikan asupan makanan sehari-hari semakin
disadari. Apalagi diketahui bahwa makan berlebihan dapat memicu berbagai
penyakit degeneratif seperti Congestive Heart Failure. Makanan dapat diibaratkan
seperti pisau bermata dua, dimana di satu sisi menguntungkan bagi tubuh karena
kandungan gizinya. Namun di sisi lain dapat mendatangkan penyakit bila
dikonsumsi secara berlebihan.
Oleh karena itu, menerapkan gizi seimbang dalam jenis makanan yang
dikonsumsi adalah cara terbaik untuk hidup lebih sehat. Jenis konsumsi makanan
dalam penelitian ini dibedakan atas jenis konsumsi lemak, protein, sayuran dan
buah-buahan.
a) Jenis Konsumsi Makanan Sumber Lemak
Lemak adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi,
pelarut vitamin, juga sumber asam lemak esensial. Lemak terdiri dari asam
lemak jenuh, lemak trans serta asam lemak tak jenuh. Berdasarkan hasil
analisis menunjukkan jenis makanan sumber lemak yang paling banyak
dikonsumsi sebelum CHF adalah daging ayam, gorengan dan
mentega/margarin yaitu masing-masing sebanyak 97,5%. Sedangkan jenis
lemak yang masih dikonsumsi setelah CHF yang paling banyak adalah daging
ayam yaitu sebanyak 22,5%. Hal ini terjadi karena setelah responden menderita
CHF terutama pada saat di rawat, mereka dianjurkan oleh dokter untuk tidak
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak atau dilakukan pembatasan
makanan yang mengandung lemak, karena dapat memperburuk penyakit yang
diderita oleh pasien. Sebelum menderita CHF, terdapat beberapa responden
yang sudah melakukan pembatasan jenis makanan sumber lemak karena sudah
memiliki riwayat penyakit hipertensi, PJK, dan diabetes melitus.
Lemak yang sangat diperlukan tubuh adalah lemak esensial, yang dapat
membantu membentuk sel-sel tubuh dan bermanfaat bagi kesehatan sistem
kardiovaskuler. Konsumsi lemak dari makanan yang tidak sehat, seperti
gorengan dan fast food membuat konsumsi asam lemak esensial seperti omega-
3 dan omega-6 sangat kurang, sedangkan asupan lemak jenuh menjadi tinggi.
b) Jenis Konsumsi Makanan Sumber Protein
Hasil analisis menunjukkan jenis protein yang paling banyak dikonsumsi
sebelum CHF adalah tempe, dengan persentase tertinggi yaitu 100%.
Sedangkan setelah CHF, keempat jenis protein yaitu ikan, telur, tempe dan tahu
memiliki persentase yang sama besar yaitu 97,5%. Jenis protein yang
dikonsumsi oleh responden tidak mengalami perubahan yang berarti baik
sebelum maupun setelah didiagnosis menderita CHF.
Hal ini terjadi karena setelah dilakukan pembatasan makanan yang
berlemak, pasien memilih mengkonsumsi makanan yang mengandung protein
seperti ikan, telur, tempe dan tahu, sebagai makanan pengganti agar gizi dari
makanan yang dikonsumsi tetap seimbang.
c) Jenis Konsumsi Sayuran
Selain lemak dan protein, sayuran dan buah-buahan merupakan sumber
nutrisi tubuh yang sangat penting. Sayur dan buah-buahan dapat membantu
melindungi tubuh dari penyakit-penyakit kronis seperti penyakit jantung.
Sebuah penelitian melaporkan, diet Mediterania selama tiga bulan dapat
mengurangi risiko penyakit jantung hingga 15%. Penelitian yang diketuai oleh
Denis Lairon dari Faculty of Medicine Timone, Perancis menyebutkan bahwa
diet Mediterania yang terdiri dari konsumsi makanan kaya biji-bijian, buah-
buahan, sayuran, kacang-kacangan, minyak zaitun dan daging merah dalam
jumlah sedang dapat mengurangi risiko sakit jantung. (Yayasan Jantung
Indonesia, 2009)
Hasil analisis menunjukkan jenis sayuran yang paling banyak dikonsumsi
sebelum CHF adalah bayam, kangkung dan sawi, yaitu masing-masing sebesar
100%. Sedangkan setelah CHF, jenis sayuran yang paling banyak dikonsumsi
adalah sawi yaitu sebesar 95%. Pada saat penelitian dilakukan, ada beberapa
pasien yang mengaku tidak lagi mengkonsumsi jenis sayuran hijau seperti
kankung, bayam dan sawi, karena pada saat menderita CHF, mereka juga
menderita asam urat sehingga mereka membatasi konsumsi sayuran hijau. Hal
inilah yang menyebabkan sehingga persentase konsumsi beberapa sayuran
hijau menurun setelah CHF.
Jenis sayuran yang paling sedikit dikonsumsi sebelum dan setelah CHF
adalah labu siam. Sementara sayuran ini juga bermanfaat bagi tubuh. Labu
siam buahnya mengandung vitamin A, B, dan C, niasin, serta mengandung
alkoid yang ditemukan dapat membuka pembuluh darah yang tersumbat,
sehingga labu siam dapat menurunkan tekanan darah tinggi atau hipertensi
yang merupakan salah satu faktor penyebab penyakit kardiovaskular. (Russel,
2011)
d) Jenis Konsumsi Buah-buahan
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa jenis buah-buahan yang paling
banyak dikonsumsi baik sebelum maupun setelah CHF adalah pisang dan
pepaya, masing-masing dengan persentase sebelum CHF sebesar 97,5% dan
setelah CHF sebesar 95%. Sedangkan jenis buah yang konsumsinya paling
sedikit adalah alpukat.
Hal ini disebabkan karena buah-buahan yang pada umumnya paling mudah
diperoleh oleh masyarakat adalah pisang dan pepaya, kemudian pada saat
pasien dirawat di rumah sakit, buah-buahan yang biasanya disediakan untuk
konsumsi pasien di rumah sakit sebagian besar hanya pisang dan pepaya,
sehingga konsumsi jenis buah menjadi tidak bervariasi.
Alpukat adalah jenis buah yang paling sedikit dikonsumsi baik sebelum
maupaun setelah CHF, dikarenakan banyak pasien yang beranggapan jika
alpukat adalah jenis buah yang mengandung lemak yang dapat memperburuk
kondisi pasien. Sebenarnya anggapan ini salah karena alpukat mengandung
lemak tak jenuh yang justru berdampak positif bagi tubuh. Lemak ini berguna
untuk menurunkan kadar kolesterol LDL yang berarti dapat mencegah penyakit
kanker dan jantung, termasuk Congestive Heart Failure. Para peneliti dari
Ohio State University melaporkan bahwa alpukat dapat meningkatkan
sebanyak 15 kali penyerapan zat gizi yang melindungi terhadap penyakit
jantung.
Oleh karena itu konsumsi buah-buahan yang mengandung banyak vitamin
dan mineral yang dibutuhkan tubuh hendaknya tidak dibatasi pada jenis buah
tertentu, karena masing-masing memiliki manfaat yang saling melengkapi
dalam melindungi tubuh dari berbagai penyakit, terutama penyakit kronis
seperti Congestive Heart Failure.
2. Analisis Variabel
a. Distribusi Penyakit Penyerta Pada CHF Berdasarkan Umur
Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa penyakit penyerta pada CHF dalam
penelitian ini dibedakan atas hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes melitus.
Hipertensi adalah salah satu penyakit yang prevalensinya tinggi. Diketahui bahwa
dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar, sehingga
prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40%. Hipertensi
pada usia lanjut terjadi karena kenaikan tekanan darah sistolik yang disebabkan oleh
perubahan struktur pada pembuluh darah besar. Penelitian yang dilakukan di 6 kota
besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar dan Makassar terhadap
usia 55-85 tahun, didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5% (Kamso dalam Depkes
RI, 2006)
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa kelompok umur yang paling
banyak menderita hipertensi di RS Wahidin Sudirohusodo dan RS Stella Maris Makassar
adalah kelompok umur 61-70 tahun atau pada kelompok umur lanjut. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Silitonga (2009) yang menemukan bahwa
proporsi penderita hipertensi yang tertinggi adalah pada umur ≥ 40 tahun terutama pada
usia lanjut dengan persentase 91,1%.
Hasil analisis pada penelitian ini juga menunjukkan kelompok umur yang paling
banyak menderita PJK adalah 41-50 tahun yaitu pada kelompok umur dewasa. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hariadi (2005) yang
menemukan bahwa PJK lebih banyak terjadi pada umur 51-60 tahun (45,9%), pada
kelompok umur 41-50 tahun hanya terdapat 26,5% yang PJK. Namun menurut Davidson
(2003), PJK diketahui lebih banyak terjadi pada usia di bawah 55 tahun.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kelompok umur yang paling banyak
menderita diabetes melitus adalah pada kelompok umur 51-60 tahun atau pada umur
dewasa tua. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti pola makan dan gaya
hidup yang tidak sehat, serta kolesterol tinggi. Pada penelitian yang dilakukan di RS. Dr.
Wahidin Sudirohusodo dan RS. Stella Maris ini, sebagian besar responden menderita
DM tipe 2. Menurut Russel (2011) sekitar 90% penderita diabetes menderita DM tipe 2,
dimana jenis diabetes ini paling sering diderita oleh orang dewasa yang berumur > 30
tahun dan cenderung semakin memburuk secara bertahap.
b. Distribusi Penyakit Penyerta Pada CHF Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada penelitian ini diketahui bahwa jenis kelamin paling banyak yang menderita
hipertensi adalah perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar responden
adalah perempuan. Diketahui pria lebih banyak menderita hipertensi karena diduga
memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibanding
dengan perempuan. Namun setelah memasuki menopause hipertensi pada wanita
meningkat diakibatkan oleh faktor hormonal. (Depkes RI, 2006).
PJK lebih banyak pada laki-laki, hal ini dapat terjadi karena pada penelitian ini
sebagian besar responden mengalami PJK pada umur dewasa dimana pada usia ini PJK
lebih banyak terjadi pada laki-laki namun pada umur lanjut lebih banyak pada
perempuan sama seperti penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Hariadi (2005) yang menemukan PJK lebih banyak terjadi
pada laki-laki yaitu sebanyak 55 orang dari 85 orang yang menderita PJK.
Berdasarkan hasil analisis juga diketahui DM lebih banyak terjadi pada perempuan. Hal
ini dapat disebabkan karena pada umumnya kebiasaan makan berlebihan lebih banyak
terjadi pada perempuan, dimana dapat menyebabkan kolesterol meningkat dan memicu
terjadinya diabetes.
c. Distribusi Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama sebagai penyebab terjadinya
PJK. Di Amerika di temukan bahwa kematian akibat hipertensi adalah gagal jantung
45% dan PJK 35%. Pada penelitian yang dilakukan oleh Djohan (2004) ditemukan 50%
penderita miokard infark yang menderita hipertensi. Hasil analisis data dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa dari 13 responden yang menderita PJK, terdapat sebanyak 9
orang yang hipertensi dan 4 orang yang tidak hipertensi.
Tekanan darah tinggi ditemukan dapat memberikan kontribusi independen secara
langsung pada penyakit kardiovaskular (PJK, stroke, gagal jantung, dan penyakit
pembuluh darah) sebagaimana yang dilaporkan pada studi Framingham. Hipertensi
memicu proses aterosklerosis karena tekanan pada jantung akibat hipertensi dapat
mendorong kolesterol LDL sehingga menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah
yang selanjutnya dapat menyebabkan PJK. (Depkes RI, 2006)
d. Distribusi Diabetes Melitus Berdasarkan Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit yang umum terjadi pada pasien diebetes melitus dan
ditemukan meningkatkan risiko timbulnya penyakit kardiovaskuler pada pasien diabetes.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2010), ditemukan perbedaan kadar
HDL pada pasien diabetes melitus dengan hipertensi dan pada pasien diabetes tanpa
hipertensi. Hipertensi yang terjadi bersamaan dengan diabetes sering berhubungan
dengan abnormalitas koagulasi sekaligus gangguan lipid. Orang dengan diabetes dan
hipertensi menunjukkan sebuah karakteristik dislipidemia, rendah HDL dan tinggi kadar
LDL.
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 15 responden yang
diabetes melitus, sebagian besar responden menderita hipertensi yaitu sebanyak 14
orang.
Ferrannini, dkk dalam penelitiannya mendapatkan pasien hipertensi kurang toleran
terhadap glukosa, memiliki prevalensi dan hipertropi jantung yang tinggi dengan kadar
kolesterol, trigliserida, asam urat dan insulin yang lebih tinggi. (Nasution, 2005)
e. Distribusi Penyakit Penyerta Berdasarkan Kebiasaan Merokok
Pada saat ini merokok telah dimasukkan menjadi salah satu faktor risiko utama
pada PJK, hipertensi dan hiperkolesterolemi. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa dari 35 responden yang hipertensi terdapat 9 orang (25,7%) yang pernah
merokok dan 26 orang (74,3%) yang tidak pernah merokok. Dan dari 13 responden
yang PJK terdapat 6 orang (46,2%) orang yang pernah merokok dan 7 orang (53,8%)
yang tidak pernah merokok. Selain itu dari 15 responden yang diabetes melitus, terdapat
3 (20%) orang yang pernah merokok dan 12 orang (80%) yang tidak pernah merokok.
Merokok dapat menyebabkan PJK karena radikal bebas yang terkandung dalam
rokok dapat merusak molekul di dalam tubuh dan menyebabkan sel-sel pembuluh darah
menjadi mati dan menyempit yang akhirnya mengakibatkan terjadinya serangan
jantung. Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat PJK labih
banyak terjadi pada orang yang merokok dibanding yang tidak merokok.
Berhenti merokok diketahui dapat menurunkan risiko PJK sebesar 50% pada tahun
pertama berhenti merokok dan kembali seperti yang tidak merokok setelah berhenti
merokok selama 10 tahun. (Djohan, 2004) . Dalam penelitian ini responden yang pernah
merokok, seluruhnya telah menghentikan kebiasaan merokok, terutama setelah
menderita CHF. Hal ini sangat baik mengingat tidak ada manfaat yang diperoleh dari
kebiasaan merokok selain menyebabkan berbagai penyakit, terutama penyakit yang
berhubungan dengan jantung.
f. Distribusi Penyakit Penyerta Berdasarkan Konsumsi Alkohol
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 35 orang yang menderita hipertensi,
terdapat 8 orang (22,9%) yang pernah mengkonsumsi alkohol dan 27 orang (77,1%) yang tidak
pernah mengkonsumsi alkohol, dan dari 13 orang yang PJK terdapat 4 orang (30,8%) yang
pernah mengkonsumsi alkohol dan 9 orang (69,2%) yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol.
Tabel 15 juga menunjukkan bahwa dari 15 responden yang diabetes melitus hanya terdapat 1
orang (6,7%) yang pernah mengkonsumsi alkohol dan 14 orang (93,3%) yang tidak pernah
mengkonsumsi alkohol.
Kebiasaan minum alkohol berlebihan ditemukan dapat meningkatkan tekanan
darah, selain itu dapat menyebabkan resistensi pada terapi antihipertensi dan beresiko
menyebabkan terjadinya penyakit jantung dan stroke. (Russel, 2011). Di negara Barat
seperti Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh terhadap terjadinya
hipertensi. Sekitar 10% hipertensi disebabkan oleh asupan alkohol yang berlebihan
terutama di kalangan pria separuh baya. Akibatnya, kebiasan meminum alkohol ini
menyebabkan hipertensi sekunder pada kelompok umur ini. (Depkes, 2006)
Dampak dari konsumsi minuman keras atau minuman beralkohol yang berlebihan
dapat menyebabkan gangguan mental dan perilaku, penyakit lever (cirrhosis hepatis)
serta gangguan fungsi jantung yang dapat berlanjut pada kematian. ( Hawari, 2004)
Pada penelitian ini responden yang mengaku pernah mengkonsumsi alkohol,
seluruhnya telah menghentikan konsumsi alkohol setelah menderita CHF dengan alasan
alkohol dapat mengganggu kesehatan serta memperburuk kondisi jantung. Oleh karena
itu hendaknya konsumsi alkohol dihindari terutama jika dikonsumsi secara berlebihan.
Saat ini direkomendasikan konsumsi alkohol dibatasi untuk perempuan tidak lebih
dari 2-3 gelas sehari dan laki-laki 3-4 gelas sehari. Namun lebih baik lagi jika tidak
mengkonsumsi alkohol. Walaupun telah ditemukan bahwa konsumsi alkohol dalam
jumlah yang cukup dapat bermanfaat bagi jantung. (Russel, 2004).